51 4.1.1 Hasil Penelitian Pra Siklus
Penelitian pada siswa kelas V SDN 2 Gunungtumpeng Kecamatan
Karangrayung Kabupaten Grobogan semester II tahun 2014/2015 tentang
pembelajaran IPA melalui pendekatan inkuiri dengan model pembelajaran
Numbered Heads Together (NHT) menunjukkan bahwa perlakuan pembelajaran
IPA melalui pendekatan inkuiri dengan model pembelajaran Numbered Heads
Together (NHT) tidak pernah dilakukan. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru
masih bersifat konvensional yaitu menggunakan metode ceramah, tanya jawab,
dan penugasan.
Desain pembelajaran IPA melalui pendekatan inkuiri dengan model
pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) belum pernah dirancang pada
siswa kelas V SDN 2 Gunungtumpeng Kecamatan Karangrayung Kabupaten
Grobogan. Pembelajaran menggunakan pendekatan inkuiri dengan model
pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) adalah pembelajaran
menggunakan pendekatan inkuiri kemudian dilanjutkan dengan model
pembelajaran Numbered Heads Together (NHT). Pembelajaran ini merupakan
salah satu pembelajaran siswa aktif dimana siswa menggali informasi dan
mengembangkan pengetahuannya melalui kegiatan berkelompok kemudian
merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, mengolah
data dan membuat kesimpulan. Setelah itu pemanggilan nomor secara acak,
dilanjutkan pemberian pertanyaan, kemudian siswa yang nomornya dipanggil
menjawab pertanyaan yang diberikan guru sedangkan siswa lain memberikan
tanggapan. Kegiatan pembelajaran tersebut belum pernah dilakukan siswa kelas V
SDN 2 Gunungtumpeng Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan. Siswa
kelas V SDN 2 Gunungtumpeng Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan
biasanya hanya duduk, mendengarkan penjelasan dari guru, kemudian
Hasil belajar siswa diperoleh dari ulangan harian, pekerjaan rumah, tes
tengah semester dan tes akhir semester. Penilaian unjuk kerja tidak pernah
dilakukan oleh guru. Untuk mengukur ketuntasan hasil belajar menggunakan
kriterian ketuntasan minimal (KKM) sebagai acuannya. Untuk mata pelajaran IPA
siswa dinyatakan tuntas jika hasil belajarnya mencapai KKM yang ditetapkan
yaitu 70.
Hasil belajar pra siklus siswa kelas V SDN 2 Gunungtumpeng kecamatan
Karangrayung Kabupaten Grobogan tahun 2014/2015 disajikan dalam tabel di
bawah ini
Gunungtumpeng Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan terdapat 1 dari
18 siswa (5,56%) yang memperoleh nilai pada interval 40-49.Terdapat 3 dari 18
siswa (16,67%) yang memperoleh nilai pada interval 50-59. Terdapat 10 dari 18
siswa (55,56%) yang memperoleh nilai pada interval 60-69. Terdapat 4 dari 18
siswa (22,22%) yang memperoleh nilai pada interval 70-79 serta tidak ada yang
memperoleh nilai pada rentang 80-89 dan 90-100. Nilai terendah pada pra siklus
ini adalah 40 sedangkan nilai tertingginya adalah 75 dengan nilai rata-rata kelas
63,11. Untuk lebih jelasnya hasil belajar pra siklus siswa kelas V SDN 2
Gunungtumpeng Kecamatan Karangrayung Kabupaten grobogan disajikan dalam
Gambar 3. Hasil Belajar Pra Siklus
Berdasarkan Gambar 3 hasil belajar pra siklus siswa kelas V SDN 2
Gunungtumpeng Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan terdapat 1 dari
18 siswa yang memperoleh nilai pada interval 40-49.Terdapat 3 dari 18 siswa
yang memperoleh nilai pada interval 50-59. Terdapat 10 dari 18 siswa yang
memperoleh nilai pada interval 60-69. Terdapat 4 dari 18 siswa yang memperoleh
nilai pada interval 70-79 serta tidak ada yang memperoleh nilai pada rentang
80-89 dan 90-100.
Siswa dinyatakan lulus jika hasil belajarnya mencapai KKM yang telah
ditetapkan yaitu 70. Ketuntasan hasil belajar pra siklus siswa kelas V SDN 2
Gunungtumpeng Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan disajukan dalam
tabel di bawah ini.
Tabel 18
Ditribusi Ketuntasan Hasil Belajar Pra Siklus Skor Kriteria Frekuensi Persentase
≥ 70 Tuntas 4 22,22
< 70 Tidak Tuntas 14 77,78
Jumlah 18 100
Sumber: Data Primer
Tabel 18 menunjukan bahwa pada siklus I siswa yang tuntas belajar atau
mencapai KKM 70 sebanyak 4 dari 18 siswa (22,22%) dan siswa yang belum
tuntas sebanyak 14 dari 18 siswa (77,78%). Ketuntasan hasil belajar pra siklus
siswa kelas V SDN 2 Gunungtumpeng Kecamatan Karangrayung Kabupaten
Gambar 4. Diagram Ketuntasan Hasil Belajar Pra Siklus
Gambar 4 menunjukan bahwa pada pra siklus siswa yang tuntas belajar
atau mencapai KKM 70 sebanyak 22,22 % yang ditunjukkan warna biru pada
diagram dan siswa yang belum tuntas sebanyak 77,78% yang ditunjukkan warna
merah pada diagram.
4.1.2 Hasil Penelitian Siklus I
Pelaksanaan siklus I merupakan pemberian perlakuan pendekatan inkuiri
dengan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) pada
pembelajaran IPA. Kegiatan pembelajaran siklus I meliputi 3 tahap yaitu tahap
perencanaan tindakan, tahap implementasi tindakan dan observasi, dan refleksi.
Uraian tindakan pada siklus I adalah sebagai berikut :
a. Tahap Perencanaan Tindakan
Tahap perencanaan tindakan pada siklus I ini dimulai dengan penyusunan
perangkat pembelajaran meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),
perangkat pembelajaran dan perangkat evaluasi. RPP siklus I dirancang untuk 2
kali pertemuan dengan materi pembahasan mengenai air. Kompetensi dasar dalam
pembelajaran siklu I adalah kompetensi dasar 7.4 Mendeskripsikan proses daur air
dan kegiatan manusia yang dapat mempengaruhinya. Kompetensi dasar tersebut
dipaparkan dalam 3 indikator. Indikator tersebut yaitu 7.4.1 Menyebutkan manfaat
air bagi manusia, 7.4.2 Menyebutkan macam-macam sumber air, 7.4.3
Mendeskripsikan proses daur air.
RPP disertai dengan perangkat pembelajaran yang terdiri dari materi,
disertai dengan perangkat evaluasi yang meliputi butir soal, rubrik penilaian dan
lembar observasi. Lembar observasi yang dipakai meliputi aktivitas yang terkait
pendekatan inkuiri dengan model pembeajaran Numbered Heads Together (NHT).
b. Implementasi Tindakan dan Observasi
Implementasi tindakan pada siklus 1 ini dilaksanakan pada tanggal 19-20
Maret 2015, melalui kegiatan pembelajaran yang terbagi menjadi 2 kali pertemuan
dengan alokasi waktu 2 x 35 menit untuk setiap pertemuan.
Pertemuan I
Pertemuan pertama siklus I dilaksanakan pada tanggal 19 Maret 2015.
Pembelajaran dibuka dengan megucapkan salam kepada guru. Setelah itu
dilanjutkan dengan berdo’a bersama. Kemudian guru memeriksa kehadiran siswa
serta memeriksa kelengkapan belajar siswa. Setelah itu guru menyampaikan
materi pembelajaran dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dilanjutkan
dengan apersepsi.
Selepas apersepsi siswa dibentuk menjadi 3 kelompok yang mana
masing-masing beranggotakan 5-6 orang. Pada saat kelompok sudah terbentuk siswa
diminta untuk mengamati lingkungan sekitar yang berhubungan dengan air.
Kemudian siswa melakukan diskusi kelas mengenai air dilanjutkan dengan
menonton video pembelajaran tentang air. Setelah menonton video pembelajaran
siswa mengambil alat percobaan yang sudah disiapkan guru. Guru membimbing
siswa saat melakukan percobaan daur air. Siswa melakukan percobaan dengan
disiplin. Jika praktikum sudah selesai siswa diminta untuk membuat laporan
percobaan dilanjutkan dengan diskusi kelas mengenai daur air. Guru dan siswa
kemudian bertanya jawab mengenai percobaan daur air lalu secara bersama-sama
menyimpulkan hasil percobaan.
Guru dan siswa bertanya jawab mengenai materi pembelajaran yang belum
dimengerti lalu secara bersama-sama menyimpulkan pembelajaran yang telah
dilakukan. Tidak lupa siswa diberi kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang
belum dimengerti dan siswa lain menanggapi pertanyaan dari siswa yang
lingkungan dan lebih semangat dalam belajar. Pembelajaran kemudian ditutup
dengan berdo’a bersama.
Pertemuan II
Pertemuan II siklus I dilaksanakan tanggal 20 Maret 2014. Pembelajaran
dibuka dengan megucapkan salam kepada guru. Setelah itu dilanjutkan dengan
berdo’a bersama. Kemudian guru memeriksa kehadiran siswa serta memeriksa kelengkapan belajar siswa. Setelah itu guru menyampaikan tujuan pembelajaran
yang akan dicapai pada pertemuan II.
Pembagian kelompok kembali dilakukan yaitu siswa dibagi menjadi 3
kelompok dengan masing-masing kelompok beranggotakan 5-6 orang, anggota
kelompok seperti pertemuan sebelumnya. Setelah pembagian kelompok selesai
guru dan siswa bertanya jawab mengenai materi pembelajaran pada pertemuan
sebelumnya. Selepas itu guru memberikan pertanyaan terkait materi manfaat air
dan proses daur air. Selanjutnya guru memanggil nomor secara acak. Siswa yang
dipanggil nomornya kemudian maju dan menjawab pertanyaan dari guru. Siswa
lain diperbolehkan untuk menanggapi jawaban pertanyaan dari siswa yang
dipanggil nomornya. Kegiatan itu dilakukan secara berulang dengan pertanyaan
terkait materi yang lain.
Kemudian guru dan siswa bertanya jawab mengenai materi pembelajaran
yang belum dimengerti siswa. Dengan bimbingan guru siswa diminta
menyimpulkan pembelajaran pada pertemuan ini. Tidak lupa siswa diberi
kesempatan untuk bertanya hal-hal yang belum diketahuinya. Begitu sesi tanya
jawab selesai siswa mengerjakan tes formatif siklus I. selesai mengerjakan tes
formatif siklus I guru memberikan motivasi kepada siswa agar peduli terhadap
lingkungan. Pembelajaran pun selesai dan ditutup dengan berdo’a bersama.
c. Refleksi
Refleksi dilakukan untuk mengevaluasi pembelajaran siklus I secara
keseluruhan. Refleksi dilakukan oleh peneliti bersama dengan observer yaitu
kepala sekolah dan guru kelas usai pembelajaran. Evaluasi yang dilakukan
evaluasi kegiatan pembelajaran dan hasil belajar pada siklus I adalah sebagai
berikut:
1. Kegiatan pembelajaran IPA melalui pendekatan inkuiri dengan model
pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) merupakan sesuatu hal yang
baru bagi siswa sehingga siswa tertarik dan antusias dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran.
2. Kegiatan pembelajaran menjadi menyenangkan dan pembelajaran menjadi
lebih hidup karena siswa aktif dan terlibat secara langsung dalam kegiatan
pembelajaran.
3. Kegiatan pembelajaran pendekatan inkuiri dengan model pembelajaran
Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan motivasi siswa dan
guru kelas untuk lebih beinovasi dan berkreasi. Pada pembelajaran guru
membuat alat peraga daur air dengan desain yang menarik. Inovasi yang
dilakukan siswa yaitu mampu menuangkan peristiwa daur air pada alat
peraga dalam bentuk karya tempel dengan kreasi mereka sendiri.
Selain itu pembelajaran IPA menggunakan pendekatan inkuiri dengan
model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) memiliki kelemahan
sebagai berikut:
1. Siswa kelas V SDN 2 Gunungtumpeng belum semuanya aktif dalam kegiatan
pembelajaran. Hal itu dilihat dari adanya beberapa siswa yang pasif dan tidak
mau bekerja dalam kelompok. Agar tidak terjadi hal demikian sebaiknya
dalam pembagian kelompok harus merata yang anggotanya mewakili seluruh
bagian dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, dan etnis.
2. Ada beberapa siswa yang merasa minder dan tidak mau menjawab atau
menanggapi temannya. Hal itu didukung dengan nilai unjuk kerja yang tidak
hanya mencapai beberapa indikator. Solusinya siswa diberi motivasi agar
kepercayaan dirinya muncul sehingga tidak memiliki rasa minder lagi.
Hasil belajar IPA melalui pendekatan inkuiri dengan model pembelajaran
Tabel 19
Distribusi Hasil Belajar Siklus I Skor Frekuensi Persentase
40-49 0 0
50-59 2 11,11
60-69 5 27,78
70-79 6 33,33
80-89 3 16,67
90-100 2 11,11
Jumlah 18 100
Sumber: Data Primer
Berdasarkan pada tabel 19 hasil belajar IPA melalui pendekatan inkuiri
dengan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) siklus I tidak
terdapat siswa yang memiliki nilai pada interval 40-49. Terdapat 2 dari 18 siswa
(11,11%) yang memiliki nilai pada interval 50-59. Terdapat 5 dari 18 siswa
(27,78%) yang memiliki pada interval 60-69. Terdapat 6 dari 18 siswa (33,33%)
yang memiliki pada interval 70-79. Terdapat 3 dari 18 siswa (16,67%) yang
memiliki pada interval 80-89 serta terdapat 2 dari 18 siswa (11,11%) yang
memiliki pada interval 90-100. Nilai terendah pada siklus ini adalah 55 dan nilai
tertingginya 95 dengan rata-rata 73,39. Untuk lebih jelasnya hasil belajar IPA
melalui pendekatan inkuiri dengan model pembelajaran Numbered Heads
Together (NHT) siklus I disajikan dalam gambar berikut :
Gambar 5. Hasil Belajar Siklus I
Berdasarkan pada gambar 5 hasil belajar IPA melalui pendekatan inkuiri
dengan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) siklus I tidak
terdapat siswa yang memiliki nilai pada interval 40-49. Terdapat 2 dari 18 siswa
pada interval 60-69. 6 dari 18 siswa yang memiliki pada interval 70-79. 3 dari 18
siswa yang memiliki pada interval 80-89 serta terdapat 2 dari 18 siswa yang
memiliki pada interval 90-100.
Hasil belajar juga dapat diketahui melalui besarnya ketuntasan belajar
siswa. Untuk menentukan ketuntasan belajar ditentukan kriteria ketuntasan
minimal (KKM) sebesar 70. Ketuntasan hasil belajar IPA melalui pendekatan
inkuiri dengan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) siklus I
disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 20
Distribusi Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I Skor Kriteria Frekuensi Persentase
≥ 70 Tuntas 11 61,11
< 70 Tidak Tuntas 7 38,89
Jumlah 18 100
Sumber: Data Primer
Tabel 20 menunjukan bahwa pada siklus I siswa yang tuntas belajar atau
mencapai KKM 70 sebanyak 11 dari 18 siswa (61,11%) dan siswa yang belum
tuntas sebanyak 7 dari 18 siswa (38,89%). Ketuntasan hasil belajar IPA melalui
pendekatan inkuiri dengan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)
siklus I juga disajikan dalam gambar diagram berikut:
Gambar 6. Diagram Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I
Gambar 6 menunjukan bahwa pada siklus I siswa yang tuntas belajar atau
mencapai KKM 70 sebanyak 61,11 % yang ditunjukkan warna biru pada diagram
dan siswa yang belum tuntas sebanyak 38,89% yang ditunjukkan warna merah
4.1.3 Hasil Penelitian Siklus II
Pelaksanaan siklus II merupakan pemberian perlakuan pendekatan inkuiri
dengan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) pada
pembelajaran IPA. Kegiatan pembelajaran siklus I meliputi 3 tahap yaitu tahap
perencanaan tindakan, tahap implementasi tindakan dan observasi, dan refleksi.
Uraian tindakan pada siklus I adalah sebagai berikut :
a. Tahap Perencanaan Tindakan
Tahap perencanaan tindakan pada siklus II ini dimulai dengan penyusunan
perangkat pembelajaran meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),
perangkat pembelajaran dan perangkat evaluasi. RPP siklus II dirancang untuk 2
kali pertemuan dengan materi pembahasan mengenai air. Kompetensi dasar dalam
pembelajaran siklu II adalah kompetensi dasar 7.4 Mendeskripsikan proses daur
air dan kegiatan manusia yang dapat mempengaruhinya dan kompetensi dasar
7.5 mendeskripsikan perlunya penghematan air.
RPP disertai dengan perangkat pembelajaran yang terdiri dari materi,
media, sumber belajar, alat dan bahan. Selain perangkat pebelajaran RPP juga
disertai dengan perangkat evaluasi yang meliputi butir soal, rubrik penilaian dan
lembar observasi. Lembar observasi yang dipakai meliputi aktivitas yang terkait
pendekatan inkuiri dengan model pembelajaran Numbered Heads Together
(NHT).
b. Implementasi Tindakan dan Observasi
Implementasi tindakan pada siklus II ini dilaksanakan pada tanggal 26-27
Maret 2015, melalui kegiatan pembelajaran yang terbagi menjadi 2 kali pertemuan
dengan alokasi waktu 2 x 35 menit untuk setiap pertemuan.
Pertemuan I
Pada pertemuan pertama siklus II dilaksanakan pada tanggal 26 Maret
2015. Pembelajaran dibuka dengan megucapkan salam kepada guru. Setelah itu
dilanjutkan dengan berdo’a bersama. Kemudian guru memeriksa kehadiran siswa
materi pembelajaran dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dilanjutkan
dengan apersepsi.
Selepas apersepsi siswa dibentuk menjadi 3 kelompok yang mana
masing-masing beranggotakan 5-6 orang. Pada saat kelompok sudah terbentuk siswa
diminta untuk mengamati lingkungan sekitar yang berhubungan dengan air.
Kemudian siswa melakukan diskusi kelas mengenai kegiatan manusia yang dapat
mempengaruhi daur air dilanjutkan dengan menonton video pembelajaran tentang
masalah yang diakibatkan oleh air dan penghematan air. Setelah menonton video
pembelajaran siswa mengambil alat percobaan yang sudah disiapkan guru. Guru
membimbing siswa saat melakukan percobaan penjernihan air. Siswa melakukan
percobaan dengan disiplin. Jika praktikum sudah selesai siswa diminta untuk
membuat laporan percobaan dilanjutkan dengan diskusi kelas mengenai teknik
penjernihan air. Guru dan siswa kemudian bertanya jawab mengenai percobaan
penjernihan air lalu secara bersama-sama menyimpulkan hasil percobaan.
Guru dan siswa bertanya jawab mengenai materi pembelajaran yang belum
dimengerti lalu secara bersama-sama menyimpulkan pembelajaran yang telah
dilakukan. Tidak lupa siswa diberi kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang
belum dimengerti dan siswa lain menanggapi pertanyaan dari siswa yang
bertanya. Setelah itu guru memberikan motivasi kepada siswa agar cinta
lingkungan dan lebih semangat dalam belajar. Pembelajaran kemudian ditutup
dengan berdo’a bersama.
Pertemuan II
Pertemuan II siklus II dilaksanakan tanggal 27 Maret 2014. Pembelajaran
dibuka dengan megucapkan salam kepada guru. Setelah itu dilanjutkan dengan
berdo’a bersama. Kemudian guru memeriksa kehadiran siswa serta memeriksa kelengkapan belajar siswa. Setelah itu guru menyampaikan tujuan pembelajaran
yang akan dicapai pada pertemuan II.
Pembagian kelompok kembali dilakukan yaitu siswa dibagi menjadi 3
kelompok dengan masing-masing kelompok beranggotakan 5-6 orang, anggota
guru dan siswa bertanya jawab mengenai materi pembelajaran pada pertemuan
sebelumnya. Selepas itu guru memberikan pertanyaan terkait materi kegiatan
manusia yang mempengaruhi daur air dan cara penghematan air. Selanjutnya guru
memanggil nomor secara acak. Siswa yang dipanggil nomornya kemudian madju
dan menawab pertanyaan dari guru. Siswa lain diperbolehkan untuk menanggapi
jawaban pertanyaan dari siswa yang dipanggil nomornya. Kegiatan itu dilakukan
secara berulang dengan pertanyaan terkait materi yang lain.
Kemudian guru dan siswa bertanya jawab mengenai materi pembelajaran
yang belum dimengerti siswa. Dengan bimbingan guru siswa diminta
menyimpulkan pembelajaran pada pertemuan ini. Tidak lupa siswa diberi
kesempatan untuk bertanya hal-hal yang belum diketahuinya. Begitu sesi tanya
jawab selesai siswa mengerjakan tes formatif siklus II. selesai mengerjakan tes
formatif siklus II guru memberikan motivasi kepada siswa agar peduli terhadap
lingkungan. Pembelajaran pun selesai dan ditutup dengan berdo’a bersama. c. Refleksi
Refleksi dilakukan untuk mengevaluasi pembelajaran siklus II secara keseluruhan. Refleksi dilakukan oleh peneliti bersama dengan observer yaitu
kepala sekolah dan guru kelas usai pembelajaran. Evaluasi yang dilakukan
meliputi observasi terhadap proses pembelajaran dan hasil belajar siswa dengan
materi pembelajaran mengenai air. Hasil evaluasi kegiatan pembelajaran dan hasil
belajar pada siklus II adalah sebagai berikut:
1. Kegiatan pembelajaran IPA melalui pendekatan inkuiri dengan model
pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) merupakan sesuatu hal yang
baru bagi siswa sehingga siswa tertarik dan antusias dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran.
2. Kegiatan pembelajaran menjadi menyenangkan dan pembelajaran menjadi
lebih hidup karena siswa aktif dan terlibat secara langsung dalam kegiatan
pembelajaran.
4. Kegiatan pembelajaran pendekatan inkuiri dengan model pembelajaran
Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan motivasi siswa untuk
menuangkan alat penjernih air yang rumit menjadi alat penjernih air
sederhana.
3. Siswa sudah terlibat aktif dibanding pembelajaran pada siklus I karena siswa
mulai terampil dalam berdiskusi.
4. Siswa mulai percaya diri dalam bekerja kelompok, berpendapat dan
menanggapi jawaban temannya.
Hasil belajar IPA melalui pendekatan inkuiri dengan model pembelajaran
Numbered Heads Together (NHT) sikluis II disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 21
Distribusi Hasil Belajar Siklus II Skor Frekuensi Persentase
40-49 0 0
50-59 0 0
60-69 2 11,11
70-79 7 38,89
80-89 5 27,78
90-100 4 22,22
Jumlah 18 100
Sumber: Data Primer
Berdasarkan pada tabel 21 hasil belajar IPA melalui pendekatan inkuiri
dengan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) siklus II tidak
terdapat siswa yang memiliki nilai pada interval 40-49 dan 50-59. Terdapat 2 dari
18 siswa (11,11%) yang memiliki pada interval 60-69. Terdapat 7 dari 18 siswa
(38,89%) yang memiliki pada interval 70-79. Terdapat 5 dari 18 siswa (27,78%)
yang memiliki pada interval 80-89 serta terdapat 4 dari 18 siswa (22,22%) yang
memiliki pada interval 90-100. Nilai terendah pada siklus ini adalah 65 dan nilai
tertingginya 98 dengan rata-rata 80,69 . Untuk lebih jelasnya hasil belajar IPA
melalui pendekatan inkuiri dengan model pembelajaran Numbered Heads
Gambar 7. Hasil Belajar Siklus II
Berdasarkan pada gambar 7 hasil belajar IPA melalui pendekatan inkuiri
dengan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) siklus II tidak
terdapat siswa yang memiliki nilai pada interval 40-49 dan 50-59. Terdapat 2 dari
18 siswa yang memiliki pada interval 60-69. Terdapat 7 dari 18 siswa yang
memiliki pada interval 70-79. Terdapat 5 dari 18 siswa yang memiliki pada
interval 80-89 serta 4 dari 18 siswa yang memiliki pada interval 90-100.
Hasil belajar juga dapat diketahui melalui besarnya ketuntasan belajar
siswa. Untuk menentukan ketuntasan belajar ditentukan kriteria ketuntasan
minimal (KKM) sebesar 70. Ketuntasan belajar IPA melalui pendekatan inkuiri
dengan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) siklus II disajikan
dalam tabel di bawah ini.
Tabel 22
Distribusi Ketuntasan Belajar Siklus II Skor Kriteria Frekuensi Persentase
≥ 70 Tuntas 16 88,89
< 70 Tidak Tuntas 2 11,11
Jumlah 18 100
Sumber: Data Primer
Tabel 22 menunjukan bahwa pada siklus II siswa yang tuntas belajar atau
mencapai KKM 70 sebanyak 16 dari 18 siswa (88,89%) dan siswa yang belum
tuntas sebanyak 2 dari 18 siswa (11,11%). Ketuntasan hasil belajar IPA melalui
pendekatan inkuiri dengan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)
Gambar 8. Diagram Ketuntasan Hasil Belajar Siklus II
Gambar 8 menunjukan bahwa pada siklus II siswa yang tuntas belajar
atau mencapai KKM 70 sebanyak 88,89 % yang ditunjukkan warna biru pada
diagram dan siswa yang belum tuntas sebanyak 11,11% yang ditunjukkan warna
merah pada diagram.
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian
Setelah dilakukan pembelajaran dengan menerapkan pendekatan inkuiri
dengan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) hasil belajar IPA
kelas V SDN 2 Gunungtumpeng Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan
mengalami peningkatan ketuntasan hasil belajar serta naiknya nilai rata-rata kelas
nilai terendah dan nilai tertinggi.
Peningkatan hasil belajar IPA melalui pendekatan inkuiri dengan model
pembelajaran Number Heads Together (NHT) secara rinci disajikan dalam tabel
berikut.
Tabel 23
Distribusi Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Pra Siklus, Siklus 1 dan Siklus II
Sumber: Data Primer Ketuntasan Hasil Belajar
Pra siklus Siklus I Siklus II
Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi %
Tuntas 4 22,22 11 61,11 16 88,89
Tidak tuntas 14 77,78 7 38,89 2 11,11
Tabel 23 diatas tentang perbandingan distribusi ketuntasan hasil belajar
IPA nampak bahwa dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 70 pada pra
siklus terdapat 4 dari 18 siswa yang tuntas ( 22,22%) sedangkan siswa yang tidak
tuntas ada 14 dari 18 siswa (77,78%). Pada siklus I terdapat 11 dari 18 siswa
yang tuntas (61,11%) sedangkan siswa yang tidak tuntas ada 7 dari 18 siswa
(38,89%). Sedangkan pada siklus II siswa yang tuntas terdapat 16 dari 18 siswa
(88,89%) dan yang tidak tuntas ada 2 dari 18 siswa (11,11%). Hal ini disebabkan
oleh beberapa faktor yaitu siswa tersebut adalah siswa yang pasif dan daya
tangkapnya kurang dibandingkan siswa yang lain. Selain itu siswa tersebut pernah
beberapa kali tinggal kelas. Presentase ketuntasan belajar pada siklus II belum
mencapai 100% namun dapat dikatakan bahwa siswa telah mencapai ketuntasan
belajar karena telah memenuhi indikator kinerja yaitu ketuntasan belajar sebesar
80%. Perbandingan ketuntasan hasil belajar setiap siklus untuk lebih jelasnya
disajikan dengan gambar berikut ini.
Gambar 9. Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
Gambar 9 menunjukkan perbandingan ketuntasan hasil belajar IPA
nampak bahwa dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 70 pada pra
siklus terdapat 14 dari 18 siswa yang tidak tuntas dan terdapat 4 dari 18 siswa
yang tuntas. Pada siklus I terdapat 7 dari 18 siswa yang tidak tuntas dan terdapat
11 dari 18 siswa yang tuntas. Sedangkan pada siklus II terdapat 2 dari 18 siswa
yang tidak tuntas dan terdapat 16 dari 18 siswa yang tuntas. Untuk mengetahui
perbandingan skor maksimal, skor minimal dan skor rata-rata dari pra siklus,
Tabel 24
Distribusi Perbandingan Skor Maksimal, Skor Minimal, Skor Rata-Rata Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
Perbandingan Pra
Siklus Siklus 1 Siklus 2
Skor Minimal 40 55 65
Skor Maksimal 75 95 98
Skor Rata-rata 63,11 73,39 80,69
Sumber: Data Primer
Tabel 24 tentang perbandingan skor maksimal, skor minimal, skor
rata-rata pra siklus, siklus I dan siklus II nampak bahwa skor maksimal pada pra
siklus yaitu sebesar 75 mengalami peningkatan pada siklus I menjadi 95
kemudian pada siklus II skor maksimal meningkat mencapai 98. Setiap kenaikan
skor maksimal juga diikuti oleh kenaikan skor minimal hal tersebut nampak
kenaikan skor minimal pada pra siklus yaitu sebesar 40 pada siklus I meningkat
menjadi 55 dan meningkat lagi pada siklus II menjadi 65. Kenaikan skor
maksimal minimal pada pra siklus, siklus I dan siklus II juga ikut meningkatkan
perolehan skor rata-rata.Skor rata-rata dari pra siklus sebesar 63,11 meningkat
menjadi 73,39 pada siklus I. Kemudian pada siklus II rata-rata skor menjadi
80,69. Perbandingan skor minimal, skor maksimal, skor rata-rata dan ketuntasan
hasil belajar untuk lebih jelasnya disajikan pada gambar berikut ini.
Gambar 10. Perbandingan Skor Minimal, Skor Maksimal, Skor Rata-rata, Ketuntasan Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
Hipotesis tindakan penelitian ini terbukti bahwa pendekatan inkuiri dengan
belajar IPA siswa kelas V SD Negeri 2 Gunungtumpeng Kecamatan
Karangrayung Kabupaten Grobogan semester II tahun 2014/2015.
Hasil belajar IPA yang meningkat dari pra siklus, siklus I maupun siklus II
dikarenakan guru menggunakan pendekatan dan model pembelajaran yang
menyenangkan yaitu pendekatan inkuiri dengan model pembelajaran Numbered
Heads Together (NHT). Pendekatan inkuiri yang menekankan pada proses
berpikir secara kritis dan analisis sehingga siswa dapat merumuskan penemuannya
sendiri dengan penuh percaya diri. Potensi intelektual siswa juga meningkat
karena siswa diberi kesempatan untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban
dari permasalahan yang diberikan dengan pengamatan dan pengalaman sendiri.
Siswa yang terlibat secara langsung dalam proses belajar dapat memahami
konsep-konsep dan ide-ide dengan baik sehingga memperpanjang daya ingat
terhadap materi. Model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)
Numbered Heads Together (NHT) yang merupakan kerangka konseptual pada
pembelajaran ini membantu peserta didik dalam memahami pembelajaran,
berdiskusi, kerjasama dan membantu teman yang belum paham dalam
kesiapannya menerima pertanyaan dari guru.
Peran pendekatan inkuiri adalah sebagai sarana penanaman suatu konsep
pengetahuan terhadap siswa sedangkan untuk memantapkan konsep pengatahuan
yang didapatkannya digunakan model pembelajaran Numbered Heads Together
(NHT). Dpat diambil kesimpulan bahwa model pembelajaran Numbered Heads