• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN SELF MANAGEMENT PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE II DENGAN KADAR GULA DARAH DI RUMAH SAKIT KOTA BANDA ACEH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HUBUNGAN SELF MANAGEMENT PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE II DENGAN KADAR GULA DARAH DI RUMAH SAKIT KOTA BANDA ACEH"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

56

HUBUNGAN

SELF MANAGEMENT

PASIEN DIABETES

MELLITUS TIPE II DENGAN KADAR GULA DARAH DI

RUMAH SAKIT KOTA BANDA ACEH

Nunung Sri Mulyani

Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Aceh Email : nunungmulyani76@gmail.com

ABSTRAK

Upaya yang sangat penting dilakukan oleh penderita diabetes mellitus adalah dengan mengatur pola makan (diet), olahraga/aktifitas fisik, dan pengontrolan kadar gula darah secara rutin hal ini dinamakan dengan self management.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan self management pasien diabetes mellitus tipe II dengan kadar gula darah di Poliklinik Endokrin Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.Penelitian ini bersifat deksriptif analitik dengan desain cross sectional. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara Kuota Sampling. Instrumen penelitian adalah kuesioner, data dikumpulkan dengan cara wawancara dan observasidi Poliklinik Endokrin Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh pada bulan Agustus 2015. Data dianalisa secara univariat dan bivariat, dengan uji statistik chi-square test dengan tingkat kepercayaan 0,05 (95%).Didapatkan bahwa self management pasien diabetes mellitus tipe II berada pada kategori kurang baik , yaitu 13 responden (52%), sedangkan tingkat kadar gula darah (KGD) sebagian besar berada pada kategori tidak normal, yaitu 13 responden (52%).Dari hasil uji statistik diperoleh nilai 0,001 (<0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa adahubungan self management pasien diabetes mellitus tipe II dengan kadar gula darah di Poliklinik Endokrin Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.

Kata Kunci : Self Management, Diabetes Mellitus, Kadar Gula Darah.

ABSTRACT

(2)

57 sugar level at Endokrin Polyclinic of dr. ZainoelAbidin General Hospital Banda Aceh in 2015.

Keywords :Self Management, Diabetes Mellitus, blood sugar level

PENDAHULUAN

Diabetes mellitus tipe II adalah suatu kelainan metabolisme glukosa yang disebabkan oleh resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin dan dapat menyebabkan berbagai komplikasi kronik.1 Diabetes mellitus

tipe II dulu dikenal sebagai tipe dewasa atau tipe onset maturitas dan tipe non-independent diabetes mellitus (NIDDM). Diabetes mellitus tipe II sering dikaitkan dengan obesitas.2 Diabetes mellitus tipe II dapat mempengaruhi seluruh aspek kehidupan penderitanya dan pasien DM tipe II memiliki peningkatan resiko terjadinya komplikasi dan dapat mengancam jiwa apabila tidak segera ditangani dan dilakukan pengontrolan yang tepat.3

Menurut laporan World Health Organization(WHO) Indonesia menempati urutan keempat terbesar dari jumlah penderita diabetes mellitus dengan prevalensi 8,6% dari total penduduk sedangkan posisi urutan diatasnya yaitu India, China, dan Amerika Serikat dan (WHO) memprediksi kenaikan jumlah penyandang diabetes mellitus di Indonesia dari jumlah 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Senada dengan WHO International Diabetes Foundation(IDF) pada tahun 2009 memprediksi kenaikan jumlah penyandang diabetes mellitus dari 7 juta pada tahun 2009 menjadi 12 juta pada tahun 2030.

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menyebutkan terjadi peningkatan prevalensi pada penderita diabetes mellitus yang diperoleh berdasarkan

wawancara 1,1% pada tahun 2007 menjadi 1,5% pada tahun 2013 sedangkan prevalensi diabetes mellitus berdasarkan diagnosis dokter atau gejala pada tahun 2013 sebesar 2,1% dengan prevalensi terdiagnosis tertinggi pada daerah Sulawesi Tengah (3,7%) dan paling rendah pada daerah Jawa Barat (0,5%). Dari data Riskesdas tersebut menyebutkan prevalensi dari penderita diabetes mellitus cenderung meningkat pada wanita dibandingkan dengan laki-laki dan terjadi peningkatan prevalensi diabetes mellitus sesuai dengan pertambahan umur namun mulai umur

≥ 65 tahun cenderung menururn dan

cenderung lebih tinggi pada penderita yang tinggal di perkotaan dibandingkan dengan perdesaan. Hasil Riskesdas tahun 2013 menyebutkan prevalensi dari pengonsumsian makanan atau minuman yag manis sebesar 53,1% dan makanan dengan penyedap rasa sebesar 77,3%.4

(3)

58

Diabetes mellitus tipe II dapat mempengaruhi seluruh aspek penderitanya dan pasien diabetes mellitus tipe II memiliki peningkatan resiko terjadinya komplikasi dan dapat mengancam jiwa apabila tidak ditangani dan dilakukan pengontrolan yang tepat. Masalah-masalah tersebut dapat diminimalkan dengan melakukan pengelolaan terhadap penyakitnya yaitu dengan cara self management. Self management menggambarkan perilaku individu yang dilakukan secara sadar, bersifat universal, dan terbatas pada diri sendiri.3Self management diabetes adalah tindakan yang dilakukan perorangan untuk mengontrol diabetes meliputi tindakan pengobatan dan pencegahan komplikasi. Tujuan self management adalah untuk mencapai pengontrolan gula darah secara optimal serta mencegah terjadinya komplikasi, karenaself management memiliki peranan penting dalam meningkatkan kualitas kesehatan dan kesejahteraan pasien.3

Menurut Perkeni (2011) manajemen diabetes mellitus terdiri dari edukasi, terapi gizi medis, latihan jasmani, intervensi farmakologis, dan monitoring keton dan gula darah. Kadar gula darah dipengaruhi oleh olahraga, diet, pola hidup, obat-obatan/terapi insulin, genetik, obesitas, usia, dan self management.

Self management (manajemen diri) pada penderita diabetes mellitus dilakukan untuk mengontrol kadar gula darah dan mengurangi resiko serius terhadap komplikasi penyakit. Self management yang efektif terhadap

diabetes mellitus seringkali mengharuskan perubahan gaya hidup pasien diabetes mellitus, meliputi pengawasan diri terhadap gula darah, obat-obatan, mengontrol kandungan gula dan nutrisi dalam makanan, olahraga yang teratut, dan perawatan kaki dan kulit.

METODE

Penelitian ini bersifat deksriptif analitik dengan desain cross sectional yaitu melihat Hubungan Self Management Pasien Diabetes Mellitus tipe II dengan Kadar Gula Darah di Poliklinik Endokrin RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal Januari 2015 di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara Kuota Sampling yaitu teknik menentukan sampel dari populasi yang memiliki ciri-ciri tertentu sampai jumlah yang diinginkan dengan kriteria inklusi : bersedia menjadi sampel, penderita dewasa berumur > 40 tahun, pasien dalam keadaan sadar dan dapat berkomunikasi, tidak membedakan jenis kelamin.Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 32 orang.

Data self management pasien yang diperoleh dengan menggunakan kuesioner dan observasi dimana data management diet pasien diperoleh dengan menggunakan food recalldan data kadar gula darah yang didapat dari hasil pemeriksaan kadar gula darah. Analisis statistik yang

digunakan adalah

(4)

59 HASIL PENELITIAN

1. Karakteristik Sampel

Tabel. 1

Karakteristik Sampel

Usia n %

40-60 tahun 60-75 tahun

20 12

62,5 37,5 Jenis Kelamin

Laki-Laki Perempuan

22 10

68,8 31,2 Pendidikan

Dasar Menengah Tinggi

19 8 5

59,4 25,0 15,6 Pekerjaan

Buruh

Ibu Rumah Tangga (IRT) Nelayan

Pensiunan PNS Swasta

1 9 1 4 3 14

3,1 28,1

3,1 12,5

9,4 43,8

Jumlah 32 100

Berdasarkan tabel. 1 didapatkan karakteristik pasien penderita Diabetes Mellitus Tipe II yang menjadi responden dalam penelitian ini dari segi usia sebagian besar responden yaitu berusia 40-60 tahun sebanyak 20 orang responden (62,5%). Responden dengan jenis kelamin didominasi oleh

laki-laki yaitu sebanyak 22 orang responden (68,8%). Sedangkan responden terbanyak pendidikan dasar yaitu sebanyak 19 orang responden (59,4%). Pekerjaan responden yang dominan adalah pekerjaan swasta yaitu sebanyak 14 orang responden (43,8%).

2. Management Diet, Olagraga dan Pengontrolan Gula Darah

Tabel 2.

Management Diet, Olahraga dan Pengontrolan Kadar GulaDarah

Diet n %

Baik

Kurang Baik

19 13

59,3 40,7 Olahraga

Baik

Kurang Baik

17 15

53,1 46,9 Pengontrolan Kadar Gula Darah

(5)

60

Kurang Baik 3 9,3

32 100

Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa sebagian besar responden menerapkan, diet yang baik sebanyak 19 orang responden (59,3%). Responden sebagian besar melakukan olahraga dan termasuk dalam kategori

baik sebanyak 17 orang responden (53,1%). Sedangkan responden yang sebagian besar melakukan pengontrolan kadar gula darah secara rutin sebanyak 29 orang responden (90,7%).

3. Self Management Pasien Diabetes Mellitus

Tabel 4.

Self Management(Diet, Olahraga, dan Pengontrolan Kadar Gula Darah)

No Self Management n %

1 Baik 16 50

2 Kurang Baik 16 50

Jumlah 32 100

Berdasarkan tabel. 4 dapat diketahui bahwa self management pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang meliputi diet, olahraga, dan pengontrolan kadar gula darah. Dari aspek diet dilihat penerapan prinsip 3J (tepat jumlah, tepat jenis, tepat jadwal) jika diterapkan ketiganya maka termasuk dalam self management baik, dari aspek olahraga dilihat penerapan prinsip olahraga bagi penderita diabetes mellitus jika diterapkan prinsip olahraganya maka termasuk dalam self management baik, dan dari

aspek pengontrolan KGD dilihat frekuensi pengontrolan KGD yang dilakukan jika pengontrolan KGD dilakukan secara rutin maka termasuk dalam self management baik. Jika ketiga aspek diet, olahraga, dan pengontrolan KGD dilakukan maka dikatakan self management baik. Self management pasien Diabetes Mellitus Tipe II dalam jumlah yang sama yaitu baik sebanyak 16 orang responden (50%) dan kurang baik sebanyak 16

orang responden (50%).

4. Kadar Gula Darah Pasien Diabetes Mellitus

Tabel 5.

Kadar Gula DarahPada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Poliklinik Endokrin RSUD dr.Zainoel Abidin Banda Aceh

No Kadar Gula Darah n %

1 Normal 16 50

2 Tidak Normal 16 50

Jumlah 32 100

Berdasarkan tabel 5 diatas dapat dilihat bahwa kadar gula darah pasien Diabetes Mellitus Tipe II dalam

(6)

61 (50%) dan kategori tidak normal sebanyak 16 orang responden (50%).

5. Hubungan Self Management dengan Kadar Gula Darah

Tabel 6.

Hubungan Self Management Pasien Diabetes Mellitus Tipe II dengan Kadar Gula Darah di Poliklinik Endokrin Rumah Sakit Umum Daerah dr.

Zainoel Abidin Banda Aceh

Self Management

KGD

Total p

Normal Tidak Normal

N % n %

Baik 11 68,75 5 31,25 16

0,001

Kurang Baik 5 31,25 11 68,75 16

Jumlah 16 100 16 100 32

Berdasarkan tabel 6 didapatkan bahwa dari 16 responden yang menerapkan self management yang baik terdapat 11 orang responden (68,75%) responden yang memiliki KGD normal, sedangkan dari 16 orang responden yang memiliki self managementkurang baik terdapat 11 orang responden (68,75%) yang memiliki KGD tidak normal.

PEMBAHASAN

Hasil uji statistik didapatkan nilai p=0,034 (<0,05) berarti penelitian ini menemukan hubungan yang bermakna antara self management pasien Diabetes Mellitus Tipe II dengan Kadar Gula Darah di Poliklinik Endokrin RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Diabetes mellitus banyak ditemukan pada kelompok usia pertengahan (40-60 tahun) yaitu sebesar 62,5% dan menurun pada kelompok usia lanjut (60-75 tahun) dengan persentase 37,5%. Hal ini sesuai dengan data yang didapatkan dari Riskesdas (2013) yang menyebutkan bahwa prevalensi diabetes mellitus meningkat sesuai dengan pertambahan umur namun

mulai umur ≥ 65 tahun cenderung

menurun. Status gizi responden yang dilihat dari Indeks Massa Tubuh

(IMT) sebagian besar responden memiliki status gizi gemuk yaitu 34,4%, gizi lebih (obesitas) merupakan faktor-faktor yang dapat menyebabkan diabetes mellitus. Peningkatan kasus diabetes mellitus yang disebabkan oleh obesitas terjadi setiap tahunnya, hal ini mencerminkan bahwa ada hubungan yang sangat erat antara obesitas dan diabetes mellitus. Obesitas merusak pengaturan energi metabolisme dengan dua cara, yaitu obesitas menimbulkan resistensi leptin dan meningkatkan resistensi insulin (Adamo dan Whitney, 2006).

(7)

62

olahraga bagi penderita diabetes mellitus, olahraga dilakukan minimal 3-4 seminggu, durasi waktunya minimal 30 menit, dan jenis olahraga yang dilakukan merupakan jenis olahraga ringan seperti jogging dan bersepeda, dan pengontrolan KGD yang dilakukan setiap bulannya untuk meningkatkan kualitas hidup penderita diabetes mellitus dan mencegah terjadinya komplikasi penyakit. Komplikasi yang diderita oleh responden sebagian adalah hipertensi (18,8%).

Self management merupakan upaya individu untuk mengatur atau mengendalikan perilakunya sendiri. Melalui self management,individu dapat melatih dirinya, pelatihan untuk mengevaluasi, memonitor, mengatur, dan bertanggung jawab untuk individu itu sendiri. Self management pasien diabetes mellitus tipe II adalah suatu cara yang dilakukan penderita diabetes mellitus tipe II untuk mengatur pola makan (diet), pemeriksaan kadar gula darah secara rutin, dan olahraga. Diet merupakan dasar pengobatan individu dengan diabetes mellitus. Menjaga berat badan adalah salah satu faktor dalam memantau pengendalian diabetes mellitus dan mempertahankan berat badan ideal merupakan kriteria utama dalam manajemen diabetes.

Kenaikan kadar gula darah yang terlalu sering dan tidak terkontrol dapat menyebabkan rusaknya pembuluh darah, saraf, dan struktur internal lainnya. Mengontrol KGD bagi penderita diabetes mellitus sangat penting karna karena dapat membantu menentukan penanganan medis yang tepat sehingga mengurangi resiko komplikasi yang berat dan menyesuaikan/mengontrol, aktifitas fisik, dan kebutuhan kadar insulin untuk memperbaiki KGD sehari-hari. Menurut Askandar (2007) manajemen yang efektif terhadap diabetes mellitus

mengharuskan perubahan gaya hidup pasien diabetes mellitus, meliputi pengawasan diri terhadap kadar gula darah pengkonsumsian obat-obatan, mengontrol kandungan gula dan nutrisi dalam makanan, olahraga yang teratur, dan perawatan kaki dan kulit.

Self management merupakan pengelolaan diri dari penderita diabetes mellitus meliputi diet, olahraga, dan pengontrolan kadar gula darah. Kadar gula darah yang terkontrol merupakan hal yang dapat menentukan kualitas hidup penderita diabetes mellitus. Cara yang dapat dilakukan yaitu dengan menerapkan self management, mempertahankan berat badan ideal dan status gizi normal (Sidiq, 2014).

Penelitian Sutandi (2012) Self ManagementEducation (DSME) sebagai Metode Alternatif Dalam Perawatan Mandiri Pasien Diabetes Mellitus di Dalam Keluarga, hasil penelitiannya menjelaskan bahwa perawatan mandiri pasien diabetes mellitus meliputi diet, olahraga, pengontrolan kadar gula darah, perawatan kaki dan kulit, serta terapi obat-obatan dapat menjaga kadar gula darah dalam batas normal dan terkontrol, dan penelitian Sulistria (2013) mengenai Tingkat Self Care Pasien Rawat Jalan Diabetes Mellitus Tipe II di Puskesmas Kalirungkut, dari hasil penelitiannya dijelaskan bahwa pasien diabetes mellitus tipe II yang memiliki tingkat self care(diet, olahraga, pengukuran kadar gula darah, perawatan kaki dan kulit, dan terapi obat-obatan) yang tinggi dapat memiliki kadar gula darah dalam batas normal dan dapat mencegah terjadinya komplikasi yang berat.

(8)

63 Endokrin Rumah Sakit Umum Daerah

dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.Diharapkan pada pihak rumah sakit untuk selalu meningkatkan upaya promosi kesehatan khususnya kepada pasien penderita diabetes mellitus tipe II, agar pasien dapat mencapai kualitas hidup yang optimal.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada manajemen Poliklinik Endokrin Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh dan semua pihak yang telah membantu kelancaran pelaksanaan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

1. Yuanita, dkk. 2014. Pengaruh Diabetes Self Management Education (DSME) Terhadap Resiko Terjadinya Ulkus Diabetik pada Pasien Rawat Jalan dengan Diabetes Mellitus Tipe II RSD dr. Soebandi Jember. Vol.2, No. 1, Tahun 2014

2. Price, SA. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Penerbit EGC. Jakarta 3. Sulistria, YM. 2013. Tingkat Self

Care Pasien Rawat Jalan Diabetes Mellitus Tipe II di Puskesmas Kalirungkut Surabaya. Vol.2, No. 2, Tahun 2013.

4. Riskesdas, 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta.

5. Hartono, A. 2006. Terapi Gizi dan Diet RumahSakit. Penerbit EGC. Jakarta.

6. Masthura. 2013. Pengaruh Pemberian Jus Mengkudu

Terhadap Kadar Gula Darah pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe II di BLUD RSUD Meuraxa Banda Aceh. KTI Jurusan Gizi : Aceh.

7. Maulida, M. 2013. Pengaruh Pemberian Serat Apel terhadap Penurunan Kadar Gula Darah pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe II di Gampong Mulia Kecamatan Kuta Alam Kota Banda Aceh. KTI Jurusan Gizi : Aceh.

8. Putri, NM. 2013. Hubungan Pola Makan dan Dukungan Keluarga dengan Kadar Gula Darah Pasien Diabetes Mellitus Tipe II RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. KTI Jurusan Gizi : Aceh.

9. Sutandi, A. 2012. Self Management Education (DSME) sebagai Metode Alternatif Dalam Perawatan Mandiri Pasien Diabetes Mellitus di Dalam Keluarga. No.31, Tahun 2012 10. Whitney, C. 2006. Penemuan

Baru Memerangi Diabetes melalui Diet Golongan Darah. Penerbit B-first PT. Bentang Pustaka. Yogyakarta.

11. Price, SA. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Penerbit EGC. Jakarta. 12. Moore, MC. 1997. Buku Pedoman

Terapi Diet dan Nutrisi. Penerbit Hipokrates. Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

yaitu mengenai bentuk perlindungan dari orang tua terhadap anak. yang mengalami kekerasan dan mengenai kewajiban orang

Target 4.5 Pada tahun 2030, menghilangkan disparitas gender dalam pendidikan, dan menjamin akses yang sama untuk semua tingkat pendidikan dan pelatihan kejuruan, bagi

Sistem Pendukung Keputusan Penerimaan Siswa Baru Pada Sekolah Menengah Pertama Negeri 03 Kota Bengkulu Menggunakan Visual Basic 6.0.

In this study, the character of Ruth is used to reveal social criticism toward Victorian society’s perspective on unmarried mother, especially England Victorian society

Atribut merupakan bagian penting yang harus diperhatikan oleh perusahaan karena jika kita mengelola atribut dengan baik hal tersebut dapat menarik perhatian dari konsumen yang

Penelitian ini bertujuan untuk mempertahankan kesegaran buah stroberi dengan aplikasi edible coating berbasis karagenan dan mempelajari pengaruh penambahan

Tahap ekstraksi SiO 2 dengan proses alkali ini adalah: (1) pasir kuarsa yang sudah dihaluskan kemudian dicampur dengan KOH dengan kompisisi yang ditentukan dan masukan

[r]