• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tugas Akuntansi Sektor Publik Akuntansi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Tugas Akuntansi Sektor Publik Akuntansi"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Laporan keuangan disusun dan disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi

Pemerintah (SAP). Perubahan pos-pospada laporan keuangan khususnya Neraca

dan Laporan Arus Kas (LAK) dari PP no 24 tahun 2005 ke PP no 71 tahun 2010

tidak begitu mengalami banyak perubahan, namun tetap dilakukan konversi

terhadap laporan keuangan terebut. Selain itu juga dilakukan revisi terhadap

kepmendagri nomor 29 tahun 2002 menjadi permendagri nomor 13 tahun 2006 jo

permendagri no 59 tahun 2007 jo permendagri no 21 tahun 2011. Adanya

perubahan permendagri dan kepmendagri tersebut mengharuskan adanya konversi

dari laporan keuangan khususnya Laporan Realisasi Anggaran (LRA).

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana struktur neraca terkait dengan konversi penyajian laporan

keuangan?

2. Bagaimana struktur laporan arus kas terkait dengan konversi penyajian

laporan keuangan?

1.3 Tujuan

Mengetahui secara keseluruhan tentang konversi laporan keuangan pemerintah

daerah menurutPP no 71 tahun 2010, permendagri nomor 13 tahun 2006 jo

(2)

BAB II PEMBAHASAN

10.4.3.1.1. POS – POS ASET LANCAR BERDASARKAN KEPMENDAGRI, PERMENDAGRI, DAN SAP

Dalam peraturan kepmendagri,Permendagri dan SAP asset dan aktiva

mempunyai pengertian yang sama oleh karena itu istilah tersebut dapat saling

dipertukarkan sehingga berikut adalah pertukaran / reklasifikasi dari

pertukaran tersebut

10.4.1 Reklasifikasi dan Konversi Aset Lancar Berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri, Peraturan Menteri Dalam Negeri Dan Standar Akuntansi Pemerintahan

Walaupun memiliki pengertian yang sama akan tetapi terdapat

perbedaan dalam pos pos asset lancer berdasarkan kepmendagri dan

Permendagri oleh karena itu diperlukan adanya reklasifikasi dari

masing-masing pos asset tersebut. Akan tetapi reklasifikasi dari

Kepmendagri ke Permendagri saja tidak cukup untuk menyamakannya

dengan SAP yang ada berdasar pada PP No 71 Tahun 2010 sehingga

perlu dilakukan juga konversi agar dapat sesuai dengan SAP yang

berlaku.

Dibawah berikut ini adalah gambaran table secara keseluruhan mulai

dari Reklasifikasi Kepmendagri ke Permendagri dan juga konversi hasil

(3)
(4)

KEPMENDAGRI NOMOR 29 TAHUN 2002

PERMENDAGRI NOMOR 13 TAHUN 2006

SAP PP NOMOR 71 TAHUN 2010

KAS

Kas di Daerah Kas di Daerah Kas di Daerah

Kas di Bendahara Penerimaan Kas di Bendahara Penerimaan Kas di Bendahara Penerimaan Kas di Bendahara Pengeluaran Kas di Bendahara Pengeluaran Kas di Bendahara Pengeluaran INVESTASI JANGKA PENDEK INVESTASI JANGKA

PENDEK

INVESTASI JANGKA PENDEK

Investasi dalam Saham Investasi dalam Saham Investasi dalam Obligasi Investasi dalam Obligasi

PIUTANG PIUTANG

Piutang Pajak Piutang Pajak Piutang Pajak Piutang Retribusi Piutang Retribusi Piutang Retribusi Piutang Dana Perimbangan Piutang Dana Alokasi Umum Belanja dibayar di muka

Piutang Dana Alokasi Khusus

Piutang Dana Bagi Hasil Pajak Piutang Dana Bagi Hasil Pajak Penyisihan Piutang Piutang Dana Bagi Hasil Bukan Pajak Piutang Dana Bagi Hasil Bukan Pajak

Piutang Fasos/ Fasum PIUTANG LAIN- LAIN Piutang lain- lain Piutang Bagian Lancar

Penjualan Angsuran

Bagian Lancar Pinjaman Kepada Perusahaan Negara

Piutang Cicilan Kendaraan Bermotor Piutang Ganti Rugi Atas Kekayaan Daerah

Bagian Lancar Pinjaman Kepada Perusahaan Daerah

Piutang Hsl Penjualan

Barang Milik Daerah Piutang Hasil Penjualan Barang Milik Daerah Bagian Lancar Pinjaman Kepada Pemerintah Pusat Piutang Ganti Rugi

atas Kekayaan Daerah Piutang Deviden Bagian Lancar Pinjaman Kepada Pemda Lainnya Piutang Deviden Perusahaan Piutang Bagi Hasil Laba

Usaha Perusda Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran Piutang Bagi Hasil Laba

Usaha perusahaan Daerah

Piutang Bagi Hasil Usaha Perusda

Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi

Piutang Bagi Hasil PM Daerah Pada Pihak Ketiga

Piutang Fasilitas Sosial dan Fasilitas Umum

Piutang Lainnya

PERSEDIAAN PERSEDIAAN PERSEDIAAN

Persediaan Bahan Habis Pakai/ Material

Persediaan Alat Tulis Kantor

Persediaan Obat-Obatan Persediaan Alat Listrik Persediaan Bibit Tanaman Persediaan Material Persediaan Hewan Ternak Persediaan Benda Pos

Persediaan Bahan Bakar

Persediaan Bahan Makanan Pokok Belanja dibayar di Muka

Uang untuk

Dipertanggungjawabkan

Uang Muka Pembelian Barang dan Jasa

(5)

10.4.2 INVESTASI JANGKA PANJANG BERDASARKAN KEPMENDAGRI, PERMENDAGRI, DAN SAP

Bentuk lain dari asset selain asset lancer adalah asset tetap, dimana salah

satu bentuk asset tetap dalam akuntansi pemerintahan adalah investasi

jangka panjang. Sama seperti diatas dalam merubah Kepmendagri yang

ada dan menyesuaikan pos-pos investasi jangka panjang tersebut dengan

pos pos investasi jangka panjang menurut Permendagri diperlukan adanya

reklasifikasi beberapa pos agar sesuai. Setelah reklasifikasi Kepmendagri

ke Permendagri tersebut dilakukan maka perlu dilakukan penyesuaian juga

agar pos-pos investasi jangka panjang tersebut dapat sesuai dengan

Standar Akuntansi Pemerintahan yang berlaku (Sesuai dengan PP no 71

Tahun 2010) oleh karena itu perlunya dilakukan konversi setelah

reklasifikasi.

Gambar tabel dibawah ini akan menjelaskan pos-pos apa saja yang

mengalami reklasifikasi dari Kepmendagri menjadi Permendagri dan

bagaimana hasil reklasifikasi tersebut dikonversikan menurut SAP yang

(6)

KEPMENDAGRI NOMOR 29 TAHUN 2002

PERMENDAGRI NOMOR 13 TAHUN 2006

SAP PP NOMOR 71 TAHUN 2010 INVESTASI JANGKA

PANJANG

INVESTASI JANGKA PANJANG

INVESTASI JANGKA PANJANG

Investasi dalam

Saham INVESTASI NON PERMANEN INVESTASI NON PERMANEN

Penyertaan pada

BUMD Pinjaman Pada Perusahaan Negara Pinjaman Jangka Panjang Investasi dalam Obligasi Pinjaman Pada

Perusahaan Daerah Investasi dalam Surat Utang Negara Pinjaman Pada Pemda

lainnya Investasi dalam Proyek Pembangunan Investasi dalam

Surat Utang Negara Investasi Non Permanen Lainnya Investasi Dana Bergulir INVESTASI

PERMANEN

Investasi Non Permanen

Lainnya Penyertaan Modal Pemda

INVESTASI PERMANEN Investasi Permanen Lainnya Penyertaan Modal Pemda

Penyertaan Modal dalam Proyek Pembangunan

Penyertaan Modal Perusahaan Patungan

Investasi Permanen Lainnya

(7)

10.4.3.1.4 (KEPMENDAGRI), PERATURAN MENTERI DALAM NEGRI (PERMENDAGRI) DAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN (SAP)

Pengaturan Dana Cadangan dalam Kepmendagri dan Permendagri sama dengan dalam SAP, dimana Dana

Cadangan di Neraca akan disajikan sebesar akumulasi nilai

dana cadangan.

10.4.3.1.5 KEWAJIBAN BERDASARKAN KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI (KEPMENDAGRI) DAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN (SAP)

Pengaturan Kewajiban antara Kepmendagri, Permendagri, dan SAP adalah sama, dimana kewajiban tersebut diklasifkasikan menjadi kewajiban jangka pendek (kewajiban lancar) dan kewajiban jangka panjang.

Utang yang disajikan tidak hanya utang yang berasal atau timbul dari pinjaman, tetapi juga utang-utang lain seperti utang biaya dan utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK). Penyajian terhadap PFK diperoleh dari pencatatan penerimaan dan pengeluaran Urusan Kas dan Perhitungan (UKP).

Reklasifkasi pos kewajiban dari Kepmendagri ke Permendagri dapat dilihat pada tabel berikut.

KEPMENDAGRI NO.29 TAHUN 2002

PERMENDAGRI NO.13 TAHUN 2006

KEWAJIBAN JANGKA PENDEK Utang Perhitungan Fihak Ketiga

(8)

Panjang

Utang Perhitungan Fihak Ketiga lain

Utang Bunga

Utang Bunga kepada Pemerintah Pusat

Utang Bunga kepada Daerah Otonom Lain

Utang Belanja (ditiadakan) Utang Bunga kepada BUMN/BUMD

Utang Bunga kepada Bank/LK Utang Bunga Dalam Negri Lainnya

Utang Bunga Luar Negri

Utang Pajak Utang Pajak

Utang Pemotongan PPh 21 Utang Pemotongan PPh 21 Utang Pemotongan PPh 21 Utang Pemotongan PPh 21 Utang Pemungutan PPN Utang Pemungutan PPN

Bagian Lancar Utang Jangka Panjang

Utang Bank Utang Obligasi

Utang Pemerintah Pusat Utang Pemerintah Provinsi

Utang Pemerintah Kabupaten

Utang Lain - lain KEWAJIBAN JANGKA PANJANG

Utang Taspen Utang Dalam Negri

Utang Pemotongan Taperum Utang Dalam Negri Sektor

Perbankan

(9)

Utang Pemerintah Pusat Utang Pemerintah Provinsi

Utang Pemerintah Kabupaten/Kota

Utang Jangka Panjang Utang Luar Negri

Utang Luar Negri Sektor Perbankan

Berdasarkan reklasifkasi diatas, maka dilakukanlah konversi dari Permendagri ke SAP PP No.71 Tahun 2010 karena adanya perbedaan pos-pos klasifkasi akun kewajiban antara keduanya. Berikut ini adalah tabel konversi Permendagri No. 13 Tahun 2006 ke SAP PP No.71 Tahun 2010.

PERMENDAGRI NO.13 TAHUN 2006

SAP PP NO.71 TAHUN 2010 KEWAJIBAN JANGKA PENDEK KEWAJIBAN JANGKA PENDEK Utang Perhitungan Fihak

Ketiga

Utang Perhitungan Fihak Ketiga

Utang Perhitungan Fihak Ketiga lain

Utang Bunga Utang Bunga

Utang Bunga kepada Pemerintah Pusat

Utang Bunga kepada Daerah Otonom Lain

Utang Bunga kepada BUMN/BUMD

(10)

Utang Pemungutan PPN

Bagian Lancar Utang Jangka Panjang

Bagian Lancar Utang Jangka Panjang

Utang Bank Utang Obligasi

Utang Pemerintah Pusat Utang Pemerintah Provinsi

Utang Pemerintah Kabupaten

Utang Dalam Negri Utang Dalam Negri Utang Dalam Negri Sektor

Perbankan

Utang Dalam Negri Sektor Perbankan

Utang Dalam Negri Obligasi Utang Dalam Negri Obligasi Utang Pemerintah Pusat Premium (Diskonto) Obligasi Utang Pemerintah Provinsi Utang Jangka Panjang

Lainnya

(11)
(12)

Berikut ini adalah konversi ekuitas dari Permendagri No.13 Tahun 2006 ke SAP No.71 Tahun 2010.

PERMENDAGRI NO.13 TAHUN 2006

SAP PP NO.71 TAHUN 2010

EKUITAS EKUITAS

Ekuitas Dana

Ekuitas Dana Lancar

Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Cadangan Piutang

Cadangan Persediaan

DYHD Untuk Pembayaran Jangka Pendek

Ekuitas Dana Investasi

Diinvestasi dalam Investasi Jangka Panjang

Diinvestasi dalam Aset Tetap Diinvestasi dalam Aset Lainnya

DYHD Untuk Pembayaran Jangka Panjang

Ekuitas Dana Cadangan

(13)

10.4.4 Struktur Laporan Arus Kas Berdasarkan Kepmendagri,Permendagri dan SAP

Untuk Laporan Arus Kas (LAK) di dalam Kepmendagri no 29 tahun 2002 disebut sebagai Laporan Aliran Kas sedangkan pada Permendagi Nomor 13 Tahun 2006 dan SAP PP no 71 Tahun 2010 disebut sebagai Laporan Arus Kas. Dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan yang ada sekarang maka Laporan tersebut disebut sebagai Laporan Arus Kas, pada dasarnya pengertian Laporan Aliran Kas dengan Laporan Arus kas yang diatur dalam kepmendagri dan permendagri adalah sama, akan tetapi dikarenakan adanya beberapa perbedaan dari Kepmendagri dan Permendagri tersebut, maka perlunya dilakukan reklasifikasi dalam beberapa pos-pos Laporan Arus Kas tersebut. Akan tetapi reklasifikasi saja tidak cukup untuk menyesuaikannya dengan SAP yang berlaku sekarang (sesuai PP No 71 Tahun 2010). Untuk menyesuaikannya perlu dilakukan juga konversi.

(14)

KEPMENDAGRI NOMOR 29 TAHUN

(15)

ALIRAN KAS DARI AKTIVITAS

OPERASI ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI ALIRAN KAS MASUK ARUS KAS MASUK ARUS KAS MASUK

Pendapatan Asli Daerah Pajak Daerah Penerimaan Pajak Daerah

Pendapatan dari Dana Perimbangan Retribusi Daerah Penerimaan Retribusi Daerah Lain-Lain Pendapatan daerah yang sah Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah

yang Dipisahkan Penerimaan HPKD yang disahkan

Penjualan Peralatan / Perlengkapan Kantor Lain-lain Pendapatan Asli Daerah

yang sah Penerimaan Lain-Lain PAD yang Sah

Penjualan Mesin/Alat-Alat Berat Dana Bagi Hasil Pajak Penerimaan Dana bagi hasil pajak Penjualan Rumah Mesin/Rumah Dinas Dana Bagi Hasil Bukan Pajak/

Sumber Daya Alam Penerimaan dana bagi hasil SDA Penjualan Kendaraan Roda Dua Dana Alokasi Umum Penerimaan Dana Alokasi Umum Penjualan Kendaraan Roda Empat Dana Alokasi Khusus Penerimaan Dana Alokasi Khusus

Dana Otonomi Khusus Penerimaan Dana Otonomi Khusus Dana Penyesuaian Penerimaan Dana Penyesuaian Pendapatan Bagi Hasil Pajak Penerimaan Pendapatan Bagi Hasil

Pajak

Pendapatan Bagi Hasil Lainnya Penerimaan Pendapatan Bagi Hasil Lainnya

Hibah Penerimaan Hibah

Dana Darurat Penerimaan Dana Darurat

Penerimaan lainnya

Penerimaan dari Pendapatan Luar Biasa

Aliran Kas Keluar Arus Kas Keluar ARUS KAS KELUAR Belanja Administrasi Umum Belanja Pegawai Pembayaran pegawai Belanja Pegawai / Personalia Belanja Barang dan Jasa Pembayaran Barang

Belanja Barang dan Jasa Belanja Bunga Pembayaran Bunga

Belanja Perjalanan Dinas Belanja Subsidi Pembayaran Subsidi

Belanja Pemeliharaan Belanja Hibah Pembayaran Hibah

Belanja Operasi dan Pemeliharaan Belanja Bantuan Sosial Pembayaran Tidak Terduga Belanja Pegawai/Personalia Belanja Bantuan Keuangan Pembayaran Bantuan Keuangan Belanja Barang dan Jasa Belanja Tidak Terduga Pembayaran Bagi Hasil Pajak Belanja Perjalanan Dinas Belanja Bagi Hasil ke Desa Pembayaran Bagi Hasil Retribusi

Belanja Pemeliharaan Pembayaran Bagi Hasil Pendapatan

Lainnya

Belanja Bagi hasil dan Bantuan Keuangan Pembayaran Kejadian Luar Biasa

Belanja Tak Tersangka

ALIRAN KAS MASUK DARI AKTIVITAS INVESTASI

Arus kas dari Aktivitas Investasi

Aset Non Keuangan ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI ALIRAN KAS MASUK Arus Kas Masuk ARUS KAS MASUK

Penjualan Investasi Jangka Panjang Pendapatan Penjualan Atas Tanah Pencairan Dana Cadangan Penjualan Aktiva Tetap Pendapatan Penjualan atas

(16)

Pendapatan Penjualan atas Gedung dan Bangunan

Penjualan atas Peralatan Dan Mesin

Pendapatan Penjualan atas Jalan,irigasi dan jaringan

Penjualan atas Gedung dan Bangunan

Pendapatan dari Penjualan Aset Tetap Lainnya

Penjualan atas Jalan,irigasi dan jaringan

Pendapatan dari penjualan asset lainnya

Penjualan Aset Tetap Lainnya

Penjualan asset lainnya

Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan

Penerimaan Penjualan Investasi Non Permanen

Aliran Kas Keluar Arus Kas Keluar Arus Keluar Kas

Belanja Modal/Pembangunan Belanja Tanah Pembentukan Dana Cadangan Pembelian Investasi Jangka Panjang Belanja Peralatan dan Mesin Perolehan Tanah

Belanja Gedung dan Bangunan Perolehan Peralatan Dan Mesin Belanja Jalan, Irigasi dan

Jaringan

Perolehan Gedung dan Bangunan

Belanja Aset Tetap Lainnya Perolehan Jalan Irigasi dan Jaringan Belanja Aset Lainnya Perolehan Aset Tetap Lainnya

Penyertaan Modal Pemerintah Daerah

Pengeluaran pembelian Investasi non permanen

ALIRAN KAS DARI AKTIVITAS PEMBIAYAAN

ARUS KAS DARI AKTIVITAS PEMBIAYAAN

ARUS KAS DARI AKTIVITAS PENDANAAN

ALIRAN KAS MASUK ARUS KAS MASUK ARUS MASUK KAS

Penerimaan pinjaman dan obligasi Pencairan Dana Cadangan Pinjaman Dalam Negeri -Pemerintah Pusat

Transfer dari Dana Cadangan Hasil Penjualan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan

Pinjaman Dalam Negeri – Pemda Lainnya

Penjualan Aset Daerah yang dipisahkan Penerimaan Pinjaman dari Obligasi

Pinjaman Dalam Negeri – Lembaga Keuangan Bank

Penerimaan Piutang Pajak Tahun Lalu Penerimaan Kembali Pinjaman Pinjaman Dalam Negeri – Lembaga Keuangan Bukan Bank

Penerimaan Piutang Pinjaman Dalam Negeri – Obligasi Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya PKP Kepada Perusahaan Negara PKP Kepada Perusahaan Lainnya PKP Kepada Pemda Lainnya Aliran Kas Keluar Arus Kas Keluar ARUS KELUAR KAS Pembayaran Pokok Pinjaman dan

Obligasi

Pembentukan Dana Cadangan PPPDN – Pemerintah Pusat

Transfer ke Dana Cadangan Penyertaan Modal (investasi) Pemerintah Daerah

(17)

Penyertaan Modal Pembayaran Pokok Utang Pinjaman Dan Obligasi

PPPDN – Lembaga Keuangan Bank

Pembayaran Hutang Pajak Tahun Lalu Pemberian Pinjaman PPPDN - :Lembaga Keuangan Bukan Bank

PPPDN - Obligasi PPPDN - Lainnya

Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Negara

Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Daerah

Pemberian Pinjaman kepada Pemda Lainnya

Dokumen Sumber Arus Kas Dari Aktivitas Non Anggaran

ARUS KAS DARI AKTIVITAS TRANSITORIS

Arus Kas Masuk ARUS MASUK KAS Penerimaan Perhitungan Pihak

ketiga

Penerimaan Perhitungan pihak ketiga

Arus Kas Keluar ARUS KELUAR KAS Pengeluaran Perhitungan Pihak

Ketiga

Pengeluaran perhitungan pihak ketiga

Kenaikan (Penurunan) Kas Bersih selama periode

10.4.5 Catatan Atas Laporan Keuangan Berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri, Peraturan Menteri Dalam Negeri, Dan Standar Akuntansi

Pemerintahan

CaLK merupakan komponen laporan keuangan yang kedudukannya

menggantikan Nota Perhitungan Anggaran. CaLK diatur dalam PSAP No 04 dan

(18)

dalam Kepmendagri, tetapi dalam Permendagri sudah mendapat pengaturan yang

cukup. Oleh karena itu, penyusunan CALK dapat langsung mengacu pada PSAP

no 04 sedangkan materi dari nota perhitungan anggaran digunakan sebagai salah

satu bahan. CALK bertujuan untuk menginformasikan mengungkapan yang

(19)

BAB III KESIMPULAN 3.1 Kesimpulan

Dari hasil pembahasan diatas dapat diketahui bahwa untuk reklasifikasi Kepmendagri ke Permendagri dan Konversi hasil reklasifikasi ke SAP pada bagian Laporan Arus Kas Dan Neraca adalah sebagai berikut :

 Untuk Bagian Neraca

o Pos- pos pada Aset Lancar direklasifikasi berdasarkan Permendagri dengan adanya sedikit perubahan nama untuk masing-masing pos namun secara garis besar posnya adalah sama

o Pos- pos Aset lancer,dan asset tetap yang telah direklasifikasi dikonversikan ke SAP dengan mengembalikannya pada klasifikasi pos dasar dan penjelasan mendetail untuk tiap pos dialihkan dalam CALK

o Pos investasi Jangka Panjang direklasifikasn dengan pengkategorian pada 2 bentuk investasi yaitu non permanen dan permanen.

o Pos- pos pada Aset tetap direklasifikan dengan memperjelas klasifikasi untuk tiap pos-pos dalam asset tetap

o Untuk pos dana cadangan adalah sama walaupun direklasifikasi dan dikonversi

 Untuk Bagian Laporan Arus Kas

o Pos Pendapatan Asli Daerah direklasifikasi menjadi 3 bagian yaitu Pajak Daerah,Retribusi Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan.

o Pos Pendapatan dari dana perimbangan direklasifikasi menjadi 10 bentuk Dana mulai dari bagi hasil pajak hingga dana darurat.

o Pos Arus kas masuk yang telah direklasifikasi dikonversikan ke SAP dengan penambahan kata penerimaan pada setiap pos

(20)

o Pos pada Aliran kas masuk dari aktivitas investasi diperjelas menjadi penjualan untuk tiap bentuk asset investasi / asset tetapnya.

o Pos Arus kas keluar pada aktivitas operasional yang telah direklasifikasi dikonversikan ke SaP dengan penggantian kata belanja dengan pembayaran.

o Pos Pendapatan dalam aktivitas investasi non asset keuangan yang telah direklasifikasi dikonversikan ke SAP dengan mengganti kata pendapatan menjadi penjualan

o Pencairan Dana cadangan dan penyertaan modal investasi pemerintah daerah dalam Arus kas dari Aktivitas Pembiataan dikonversikan dalam Arus kas dari Aktivitas Investasi

o Pos-pos pada Aliran Kas Keluar dari aktivitas investasi direklasifikasi menjadi lebih detail untuk belanja modal/pembangunan direklasifikasi berdasarkan pembelajaan jenis asetnya.

o Pos-pos pada Aliran Kas Keluar dari aktivitas investasi yang telah direklasifikasi dikonversikan ke SAP dengan penggantian kata Belanja dengan Perolehan

o Pos pada aliran kas dari aktivitas pembiayaan direklasifikasi beberapa penulisannya

o Pos Pembayaran Pokok Utang Pinjaman dan obligasi pada arus kas keluar aktivitas pembiayaan yang telah direklasifikasi dikonversikan ke dalam SAP menjadi 6 bentuk PPPDN

o Pos Pemberian Pinjaman pada arus kas keluar aktivitas pembiayaan yang telah direklasifikasi dikonversikan ke SAP dengan membaginya menjadi 3 pemberian pinjaman yaitu perusahaan Negara,daerah dan pemda lainnya.

o Pos Dokumen sumber pada aliran kas direklasifikasi menjadi Arus kas dari aktivitas Non Anggaran

Referensi

Dokumen terkait

INDOFOOD SUKSES MAKMUR, TBK TAHUN 2009-2015” untuk memenuhi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Ekonomi Pembangunan

Kolateral terbagi lagi menjadi kolateral terbuka, kolateral tertutup dan bikolateral. Berkas pengangkut tipe kolateral didefinisikan sebagai berkas pengangkut dengan

“semua program dan kegiatan baik yang bersifat akademik maupun non akademik kami mempunyai target pencapaian yang telah kami buat bersama dengan jajaran Pimpinan

Bagi Departemen Manajemen IPB sebaiknya melakukan perbaikan dengan menggunakan beberapa program inisiatif strategis yang telah ditentukan seperti untuk perspektif

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dilihat bahwa keadaan laboratorium SMK Negeri 1 Putri Hijau Kabupaten Bengkulu Utara untuk melaksanakan Mata Pelajaran Keteram-

Ini disebabkan Yew Seng, seperti ramai orang Cina yang lain yang lahir di Tanah Melayu (British Malaya, Malaya dan kemudiannya Malaysia) sudah berakar umbi di Tanah

Satgas RPIJM Kota Bukittinggi Tahun 2016 IV-30  Sebagian peruntukan kawasan perumahan pada kawasan berbukit kurang sesuai untuk. peruntukan

Sekiranya Allah mengetahui ada yang lebih baik dari itu, tentu Dia akan telah memberikannya kepadanya.” Dalam hadits, dikatakan juga bahwa “ Rumah yang tidak ada