• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Analisis

Pengertian analisis menurut Sumadji, Pratama dan Rosita (2006;51) adalah:

”Penguraian pokok atas berbagai bagian dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan.”

Menurut Harahap (2004;189):

”Analisis adalah memecahkan atau menguraikan sesuatu unit menjadi berbagai unit terkecil.”

Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa analisis adalah penguraian dan penelaahan bagian/suatu unit beserta hubungannya untuk memecahkan unit tersebut menjadi unit terkecil dan memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan.

Maka, analisis jika dikaitkan dengan judul adalah penguraian bagian dalam laporan arus kas untuk memperoleh pengertian yang tepat dan memahami laporan arus kas dalam bentuk rasio secara tepat untuk membandingkan kinerja perusahaan.

2.2 Laporan Keuangan

2.2.1 Pengertian Laporan Keuangan

Menurut PSAK dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan paragraf 07 (2007;1-2):

“Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti, misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Di samping itu juga termasuk

(2)

skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya, informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga.”

Pengertian laporan keuangan menurut Sumadji, Pratama dan Rosita (2006;306) adalah:

”Catatan tertulis status keuangan dari individu, asosiasi, atau organisasi bisnis. Dalam laporan keuangan termasuk neraca dan laporan laba-rugi atau laporan operasional. Di dalamnya juga termasuk aliran kas, laporan dari perubahan dalam laba yang ditahan analisa lainnya.”

Menurut Ralona (2006;170), laporan keuangan merupakan:

”Laporan mengenai kondisi keuangan suatu badan usaha yang terdiri atas neraca, perhitungan laba-rugi dan informasi keuangan lain seperti laporan mengenai arus kas (cash flow) dan laporan mengenai laba ditahan.”

Sedangkan Maria (2007;39) berpendapat bahwa:

”Laporan keuangan merupakan media komunikasi dan pertanggungjawaban antara perusahaan (manajemen) dan para pemiliknya atau pihak lainnya.”

Dari pendapat-pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan merupakan hasil akhir dari suatu proses akuntansi yang menggambarkan kondisi keuangan suatu badan usaha atau organisasi yang menggambarkan kegiatan operasional badan usaha atau organisasi untuk berkomunikasi dengan para pemakainya.

2.2.2 Tujuan Laporan Keuangan

Kieso, Weygandt dan Warfield yang diterjemahkan oleh Salim (2007;5) berpendapat bahwa laporan keuangan harus menyediakan informasi yang:

1. Berguna bagi investor serta kreditor saat ini atau potensial dan para pemakai lainnya untuk membuat keputusan investasi, kredit, dan keputusan serupa secara rasional. Informasi yang disajikan harus komprehensif bagi mereka yang memiliki pemahaman yang memadai

(3)

tentang aktivitas-aktivitas ekonomi dan bisnis serta ingin mempelajari informasi tersebut secara seksama.

2. Membantu investor serta kreditor saat ini atau potensial dan para pemakai lainnya dalam menilai jumlah, penetapan waktu, dan ketidakpastian penerimaan kas prospektif dari dividen atau bunga dan hasil dari penjualan, penebusan, atau jatuh tempo sekuritas atau pinjaman. Karena arus kas investor dan kreditor berhubungan dengan arus kas perusahaan, maka laporan keuangan harus menyediakan informasi yang dapat membantu investor, kreditor, serta pemakai lainnya menilai jumlah, penetapan waktu, dan ketidakpastian arus kas masuk bersih prospektif pada perusahaan terkait.

3. Dengan jelas menggambarkan sumber daya ekonomi dari sebuah perusahaan untuk klaim terhadap sumber daya tersebut (kewajiban perusahaan untuk mentransfer sumber daya ke entitas lainnya dan ekuitas pemilik), dan pengaruh dari transaksi, kejadian, serta situasi yang mengubah sumber daya perusahaan dan klaim pihak lain terhadap sumber daya tersebut.

Menurut Darsono dan Ashari (2005;12) tujuan laporan keuangan adalah untuk menyajikan informasi yang menyangkut:

1. Posisi keuangan perusahaan pada tanggal tertentu, yaitu keadaan pada tanggal tertentu mengenai kekayaan dan sumber kekayaan perusahaan. 2. Kinerja perusahaan selama periode tertentu, yaitu besarnya aktivitas dan

biaya untuk menjalankan aktivitas serta hasil (laba/rugi) dari aktivitas selama periode tertentu, misalnya bulanan atau tahunan. Bahkan dengan analisis yang lebih tajam, dapat dilihat kemungkinan ketidakefisienan dan permasalahan dalam fungsi tertentu.

3. Perubahan posisi keuangan selama periode tertentu, yaitu perubahan kekayaan dan sumber kekayaan selam periode tertentu, misalnya bulanan atau tahunan.

4. Perputaran kas selama periode tertentu, yaitu menyangkut aliran kas masuk dan keluar perusahaan selama periode tertentu. Perlu diingat bahwa setiap aktivitas belum tentu menghasilkan kas/uang sebab bisa jadi perusahaan menjual dengan cara kredit (tidak tunai), sehingga terjadi perbedaan waktu antara aktivitas dengan kas masuk.

(4)

2.2.3 Pemakai Laporan Keuangan

Selain sebagai alat pertanggungjawaban, informasi keuangan diperlukan sebagai dasar pengambilan keputusan ekonomi. Para pemakai laporan keuangan tentu membutuhkan informasi keuangan, sebagai dasar pengambilan keputusan. Pemakai laporan keuangan menurut Darsono dan Ashari (2005;11-12) meliputi:

1. Investor atau Pemilik

Pemilik perusahaan menanggung risiko atas harta yang ditempatkan pada perusahaan. Pemilik membutuhkan informasi untuk menilai apakah perusahaan memiliki kemampuan membayar dividen. Di samping itu untuk menilai apakah investasinya akan tetap dipertahankan atau dijual. Bagi calon pemilik, laporan keuangan dapat memberikan informasi mengenai kemungkinan penempatan investasi dalam perusahaan.

2. Pemberi Pinjaman (kreditor)

Pemberi pinjaman membutuhkan informasi keuangan guna memutuskan memberi pinjaman dan kemampuan membayar angsuran pokok dan bunga pada saat jatuh tempo. Jadi, kepentingan kreditor terhadap perusahaan adalah apakah perusahaan mampu membayar hutangnya kembali atau tidak.

3. Pemasok atau kreditor usaha lainnya

Pemasok memerlukan informasi keuangan untuk menentukan besarnya penjualan kredit yang diberikan kepada perusahaan pembeli dan kemampuan membayar pada saat jatuh tempo.

4. Pelanggan

Dalam beberapa situasi, pelanggan sering membuat kontrak jangka panjang dengan perusahaan, sehingga perlu informasi mengenai kesehatan keuangan perusahaan yang akan melakukan kerja sama.

5. Karyawan

Karyawan dan serikat buruh memerlukan informasi keuangan guna menilai kemampuan perusahaan untuk mendatangkan laba dan stabilitas usahanya. Dalam hal ini, karyawan membutuhkan informasi untuk menilai

(5)

kelangsungan hidup perusahaan sebagai tempat menggantungkan hidupnya.

6. Pemerintah

Informasi keuangan bagi pemerintah digunakan untuk menentukan kebijakan dalam bidang ekonomi, misalnya alokasi sumber daya, UMR, pajak, pungutan, serta bantuan.

7. Masyarakat

Laporan keuangan dapat digunakan untuk bahan ajar, analisis, serta informasi trend dan kemakmuran.

2.2.4 Komponen Laporan Keuangan Menurut Jumingan (2008;4-5):

”Laporan keuangan yang disusun guna memberikan informasi kepada berbagai pihak terdiri atas Neraca, Laporan Laba Rugi, Laporan Bagian Laba yang Ditahan atau Laporan Modal Sendiri, dan Laporan Perubahan Posisi Keuangan atau Laporan Sumber dan Penggunaan Dana.”

Sedangkan Sastradipraja (2007;1), komponen laporan keuangan adalah: ”Laporan keuangan terdiri dari balance sheet, income statement, statement of cash flow, statement of shareholder’s equity dan notes to financial statement.”

Komponen laporan keuangan dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Neraca

Neraca menggambarkan kondisi keuangan dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu, umumnya pada akhir tahun pada saat penutupan buku. Neraca ini memuat aktiva, utang, dan modal sendiri.

2. Laporan Laba Rugi

Laporan Laba Rugi memperlihatkan hasil yang diperoleh dari penjualan barang atau jasa dan beban-beban yang timbul dalam proses pencapaian hasil tersebut. Laporan ini juga memperlihatkan adanya pendapatan bersih atau kerugian bersih sebagai hasil dari operasi perusahaan selama periode tertentu (umumnya satu tahun). Unsur laporan laba rugi yaitu:

(6)

a. Penghasilan Utama (Sales)

Penghasilan utama dari perusahaan dagang, perusahaan jasa, atau perusahaan industri berupa hasil penjualan barang atau jasa kepada pembeli, langganan, penyewa, dan pemakai jasa lainnya.

b. Harga Pokok Penjualan (Cost of Goods Sold)

Bagi perusahaan dagang, harga pokok penjualan adalah harga pokok barang dagangan yang dibeli yang kemudian berhasil dijual selama suatu periode akuntansi. Bagi perusahaan industri harga pokok penjualan meliputi beban-beban bahan dasar, tenaga kerja, dan ongkos pabrik tidak langsung yang telah dikeluarkan dalam proses pembuatan barang yang kemudian berhasil dijual dalam suatu periode akuntansi. c. Biaya Usaha (Operating Expenses)

Biaya usaha timbul sehubungan dengan penjualan atau pemasaran barang atau jasa dan penyelenggaraan fungsi administrasi dan umum dari perusahaan yang bersangkutan. Biaya usaha ini umumnya dipisahkan menjadi dua bagian, yakni biaya penjualan atau pemasaran (selling expenses) serta biaya umum dan administrasi (general and administrative expenses). Biaya penjualan mencakup biaya-biaya yang langsung berhubungan dengan penjualan dan pengiriman barang dagangan. Biaya umum dan administrasi meliputi biaya-biaya pengawasan umum dan penyelenggaraan administrasi kantor, pemeliharaan catatan akuntansi, dan lain-lain.

d. Penghasilan dan Biaya Luar Usaha (Other Income and Expense) Penghasilan yang diperoleh dan biaya yang dikeluarkan yang tidak ada hubungannya dengan usaha pokok perusahaan. Penghasilan lain misalnya penghasilan bunga, penghasilan sewa, penghasilan dividen, penghasilan komisi, dan lain-lain.

e. Pos-pos Insidentil (Extraordinary items)

Pos-pos insidentil adalah laba atau rugi dari transaksi-transaksi yang jarang dilakukan atau transaksi yang bersifat insidentil. Misalnya laba atau rugi dari penjualan surat-surat berharga dan aktiva lain selain

(7)

barang dagangan, koreksi atas laba yang diperoleh periode sebelumnya, pajak atas laba insidentil.

3. Laporan Arus Kas

Laporan ini menggambarkan perputaran uang (kas dan bank) selama periode tertentu, misalnya bulanan atau tahunan.

4. Laporan Perubahan Ekuitas

Laporan Perubahan Ekuitas menjelaskan perubahan modal, saldo laba, agio/disagio. Laporan ini menggambarkan saldo dan perubahan hak si pemilik yang melekat pada perusahaan. Perusahaan harus menyajikan laporan perubahan ekuitas sebagai komponen utama laporan keuangan, yang menunjukan:

a. Laba atau rugi bersih periode bersangkutan

b. Pengaruh kumulatif dari perubahan kebijakan akuntansi c. Transaksi modal dengan pemilik dan distribusi kepada pemilik

d. Saldo akumulasi laba atau rugi pada awal dan akhir periode serta perubahannya

5. Catatan atas Laporan Keuangan

Isi catatan ini adalah penjelasan umum tentang perusahaan, kebijakan akuntansi yang dianut, dan penjelasan tiap-tiap akun neraca dan laba rugi. Bilamana penjelasan tiap akun neraca dan laba rugi masih perlu dirinci, maka dijabarkan dalam lampiran.

2.2.5 Keterbatasan Laporan Keuangan

Informasi yang terdapat dalam laporan keuangan adalah informasi yang bersifat umum, sehingga tidak dapat memenuhi seluruh kebutuhan pemakai laporan keuangan. Selain itu, Jumingan (2008;10-11) mengungkapkan adanya keterbatasan laporan keuangan, yaitu:

1. Laporan keuangan pada dasarnya merupakan laporan antara (interim report), bukan merupakan laporan final, karena laba-rugi riil (laba-rugi final) hanya dapat ditentukan bila perusahaan dijual atau dilikuidasi. Karena alasan tersebut laporan keuangan perlu disusun untuk periode

(8)

waktu tertentu. Waktu satu tahun umumnya dianggap sebagai periode akuntansi baku. Alokasi revenue dan cost sepanjang periode tertentu dipengaruhi pula adanya pertimbangan pribadi.

2. Laporan keuangan ditunjukan dalam jumlah rupiah yang tampaknya pasti. Sebenarnya jumlah rupiah ini dapat saja berbeda bila dipergunakan standar lain (karena adanya lebih dari satu standar yang diperkenankan). Apalagi bila dibandingkan dengan laporan keuangan seandainya perusahaan itu dilikuidasi, jumlah rupiahnya dapat sangat berbeda. Aktiva tetap dinilai berdasarkan harga historisnya, jumlahnya kemudian dikurangi dengan akumulasi penyusutannya. Jumlah bersihnya tidak mencerminkan nilai penjualan aktiva tetap.

3. Neraca dan laporan laba-rugi mencerminkan transaksi-transaksi keuangan dari waktu ke waktu. Selama jangka waktu itu mungkin nilai rupiah sudah menurun.

4. Laporan keuangan tidak memberikan gambaran yang lengkap mengenai keadaan perusahaan. Laporan keuangan tidak mencerminkan semua faktor yang mempengaruhi kondisi keuangan dan hasil usaha karena tidak semua faktor dapat diukur dalam satuan uang. Faktor tersebut misalnya kemampuan dalam menemukan penjual dan mencari pembeli, nama baik dan prestise perusahaan di mata masyarakat, kepercayaan pihak luar kepada perusahaan, efisiensi, loyalitas, dan integritas dari pimpinan dan karyawan, kualitas barang yang dihasilkan, kondisi pesaing-pesaingnya, keadaan perekonomian pada umumnya, dan sebagainya.

Menurut Maria (2007;51), keterbatasan laporan keuangan antara lain: 1. Laporan keuangan bersifat historis, yaitu merupakan laporan atas kejadian

keuangan yang telah lalu. Hal ini menyebabkan laporan keuangan tidak dapat dianggap sebagai satu-satunya sumber informasi dalam proses pengambilan keputusan ekonomi.

(9)

2. Laporan keuangan bersifat umum, yaitu laporan disajikan untuk semua pihak yang menggunakan dan bukan dimaksudkan untuk memenuhi satu pihak saja.

3. Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan taksiran dan berbagai pertimbangan yang dibuat oleh pihak manajemen perusahaan.

4. Laporan keuangan lebih menekankan pada makna ekonomis suatu peristiwa/transaksi daripada bentuk hukumnya.

5. Laporan keuangan disusun dengan menggunakan istilah-istilah/bahasa teknis akuntansi dan pemakai laporan keuangan diasumsikan memahami bahasa akuntansi tersebut.

Namun demikian, manfaatnya sangat besar dibandingkan keterbatasannya, karena kita dapat melihat gambaran secara umum perusahaan dari satu set laporan tersebut. Tanpa melihat fisik perusahaan, pembaca laporan keuangan dapat memperkirakan bagaimana besarnya dan efisiensi perusahaan. Karena adanya keterbatasan tersebut, dalam membaca laporan keuangan perlu berhati-hati dan perlu dilengkapi dengan informasi lain.

2.3 Analisis Laporan Keuangan

2.3.1 Pengertian Analisis Laporan Keuangan

Menurut Sumadji, Pratama dan Rosita (2006;307), analisis laporan keuangan adalah:

”Metode yang digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan, seperti investor, kreditur, dan manajemen untuk mengevaluasi kondisi dan kinerja perusahaan di masa lalu, sekarang dan dimasa yang akan datang.”

Sastradipraja (2007;3) menyatakan bahwa:

”Analisis laporan keuangan merupakan suatu proses penguraian laporan keuangan ke dalam komponen laporan keuangan dan penelaahan masing-masing komponen laporan keuangan tersebut serta hubungan antar komponen, dengan menggunakan teknik-teknik analisis yang ada agar

(10)

diperoleh pengertian yang tepat dan gambaran yang komprehensif tentang laporan keuangan tersebut.”

Stice, Stice dan Skousen yang diterjemahkan oleh Parulian dan Maulana (2005;775) berpendapat bahwa:

”Analisis laporan keuangan adalah mempelajari hubungan antara angka-angka dalam laporan keuangan dan tren dari angka-angka-angka-angka tersebut dari waktu ke waktu.”

Dari pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa analisis laporan keuangan adalah suatu metode yang digunakan oleh para pemakai laporan keuangan dengan mempelajari hubungan angka-angka dalam laporan keuangan agar diperoleh gambaran yang tepat mengenai laporan keuangan tersebut.

2.3.2 Tujuan Analisis Laporan Keuangan

Analisis laporan keuangan dilakukan untuk memenuhi beberapa tujuan, menurut Sastradipraja (2007;4):

”Analisis laporan keuangan dilakukan untuk mencapai beberapa tujuan, misalnya dapat digunakan sebagai alat screening awal dalam memilih alternatif investasi atau merger, sebagai alat forecasting mengenai kondisi dan kinerja keuangan di masa yang akan datang, sebagai diagnosis terhadap masalah-masalah manajemen, operasi atau masalah lainnya, atau sebagai alat evaluasi terhadap manajemen.”

Menurut Stice, Stice dan Skousen yang diterjemahkan oleh Parulian dan Maulana (2005;775), tujuan analisis laporan keuangan adalah:

1. Menggunakan kinerja masa lalu untuk memprediksi profitabilitas dan arus kas sebuah perusahaan di masa mendatang.

2. Untuk mengevaluasi kinerja sebuah perusahaan dengan cara mengidentifikasi letak masalah yang ada.

Sementara itu, Nainggolan (2004;109-110) menjelaskan bahwa tujuan analisis atas laporan keuangan akan menyangkut usaha untuk mengetahui:

(11)

Pengguna informasi ingin mengetahui keberlanjutan dari suatu perusahaan dalam waktu dekat. Hal ini merupakan pertanyaan yang paling mendasar sebelum analisis dilakukan, yaitu memastikan bahwa dalam jangka pendek perusahaan masih memiliki cukup uang kas atau aktiva lancar untuk membiayai kegiatannya sehari-hari.

2. Arus dana (funds flow).

Analisis digunakan untuk mengetahui bagaimana arus kas masuk dan keluar dari perusahaan saat ini dan di masa depan. Dengan memanfaatkan analisis laporan keuangan, dicoba untuk memprediksi pemasukan dan pengeluaran kas di masa depan berdasarkan laporan cash flow yang disajikan untuk suatu periode yang sudah lalu (historis).

3. Struktur permodalan dan solvabilitas.

Lewat analisis, pengguna informasi ingin mengetahui kemampuan perusahaan menghasilkan pendapatan. Pendapatan akan digunakan untuk membiayai pengeluaran dan sisanya merupakan keuntungan yang berarti menambah kekayaan pemilik saham.

4. Return dari investasi.

Sebagai pemilik saham di perusahaan tersebut tentu nilai saham yang ada merupakan investasi yang harus menghasilkan keuntungan atau memperbesar nilai dari periode ke periode. Return dari investasi ini memiliki minimum rate of return, yaitu opportunity cost dari modal tersebut. Artinya, pengembalian dari investasi berupa saham pada perusahaan haruslah menghasilkan keuntungan yang lebih besar persentasenya ketimbang tingkat bunga SBI misalnya.

5. Utilisasi atau penggunaan aset.

Untuk memperoleh pendapatan dibutuhkan aset. Aset yang ada merupakan „modal‟ bagi perusahaan untuk kemudian beroperasi, menghasilkan pendapatan, mendapatkan keuntungan, dan menambah modal pemilik lewat pemupukan keuntungan perusahaan. Untuk mendapatkan keuntungan harus diusahakan penggunaan aset yang ada secara maksimal. Perusahaan yang efisien adalah perusahaan yang dengan aset yang lebih

(12)

kecil dapat menghasilkan keuntungan yang sama besarnya dengan perusahaan lain. Atau perusahaan dengan aset yang sama dapat menghasilkan keuntungan lebih besar dibandingkan perusahaan sejenis. Efisiensi penggunaan aset ini terkait kembali dengan opportunity cost yang harus dibayar ketika diputuskan untuk menambah aset.

6. Kinerja operasi perusahaan.

Dengan analisis, hendak diketahui kemampuan perusahaan menghasilkan pendapatan dan menutupi pengeluaran sedemikian rupa hingga dapat menghasilkan laba operasi yang maksimal. Demikian juga bila dibandingkan dengan industri sejenis. Kinerja yang baik akan ditunjukkan salah satunya dengan hasil usaha atau keuntungan yang ada di atas rata-rata industri sejenisnya.

2.3.3 Prosedur Analisis Laporan Keuangan

Menurut Jumingan (2008;240-241) prosedur analisis meliputi tahapan sebagai berikut:

1. Review Data Laporan

Aktivitas penyesuaian data laporan keuangan terhadap berbagai hal, baik sifat atau jenis perusahaan yang melaporkan maupun sistem akntansi yang berlaku. Sistem akuntansi yang diterapkan dalam memberi pengakuan terhadap pendapatan dan biaya akan menentukan jumlah pendapatan maupun laba yang dihasilkan perusahaan. Maksud dari perlunya mempelajari data secara menyeluruh ini adalah untuk meyakinkan pada penganalisis bahwa laporan keuangan itu sudah cukup jelas menggambarkan semua data keuangan yang relevan dan telah diterapkannya prosedur akuntansi maupun metode penilaian yang tepat, sehingga penganalisis akan betul-betul mendapatkan laporan keuangan yang dapat diperbandingkan (comparable). Dengan demikian, kegiatan review merupakan jalan menuju suatu hasil analisis yang memiliki tingkat pembiasan yang relatif kecil.

(13)

2. Menghitung

Dengan menggunakan berbagai metode dan teknik analisis dilakukan perhitungan-perhitungan, baik metode perbandingan, persentase perkomponen, analisis rasio keuangan, dan lain-lain. Dengan metode atau teknik apa yang akan digunakan dalam perhitungan sangat bergantung pada tujuan analisis.

3. Membandingkan atau Mengukur

Langkah berikutnya setelah melakukan perhitungan adalah membandingkan atau mengukur. Langkah ini diperlukan guna mengetahui kondisi hasil perhitungan tersebut apakah sangat baik, baik, sedang, kurang baik, dan seterusnya. Pada pokoknya ada dua cara yang dapat dilakukan di dalam membandingkan ratio financial perusahaan, yaitu cross sectional approach dan time series analysis. Cross sectional approach adalah suatu cara mengevaluasi dengan jalan membandingkan rasio-rasio antara perusahaan yang satu dengan perusahaan lainnya yang sejenis pada saat bersamaan. Dengan menggunakan pembandingan cross sectional haruslah dipenuhi persyaratan:

a. perusahaan sejenis;

b. periode/tahun pembandingan sama;

c. ukuran (size) perusahaan relatif sama besar.

Analisis dapat menggunakan data rasio industri untuk melakukan cross sectional dengan tetap memeuhi persyaratan pembandingan di atas. Adapun time series analysis dilakukan dengan jalan membandingkan hasil yang dicapai perusahaan, apakah mengalami kemajuan atau kemunduran. Perkembangan keuangan perusahaan terlihat melalui tren dari tahun ke tahun.

4. Menginterpretasi

Interpretasi merupakan inti dari proses analisis sebagai perpaduan antara hasil pembandingan/pengukuran dengan kaidah teoritis yang berlaku. Hasil interpretasi mencerminkan keberhasilan maupun permasalahan apa yang dicapai perusahaan dalam pengelolaan keuangan.

(14)

5. Solusi

Langkah terakhir dari rangkaian prosedur analisis. Dengan memahami problem keuangan yang dihadapi perusahaan akan menempuh solusi yang tepat. Selanjutnya prosedur analisis keuangan dapat diilustrasikan dalam alur prosedur berikut ini.

2.3.4 Metode dan Teknik Analisis Laporan Keuangan

Berdasarkan tekniknya Abdullah (2004;40-41) berpendapat analisis keuangan dapat dibedakan menjadi:

1. Analisis perbandingan laporan keuangan, merupakan teknik analisis dengan cara membandingkan laporan keuangan dua periode atau lebih dengan menunjukan perubahan, baik dalam jumlah (absolut) maupun dalam persentase (relatif).

Data Laporan Keuangan 1. Neraca

2. Laporan Laba Rugi 3. Laporan Arus Kas

Review Menghitung Solusi Cross Section Menginterpretasi Time Series Membandingkan A A

(15)

2. Analisis tren (tendensi posisi), merupakan teknik analisis untuk mengetahui tendensi keadaan keuangan apakah menunjukkan kenaikan atau penurunan. Hal yang membedakan antara kedua teknik ini adalah tahun atau periode pembanding. Apabila analisis perbandingan menggunakan tahun sebelumnya (n-1) sebagai tahun pembanding, maka analisa tren menggunakan tahun dasar (Po) sebagai tahun pembanding. 3. Analisis persentase per komponen (common size), teknik analisis untuk

mengetahui persentase investasi pada masing-masing aktiva terhadap total aktivanya. Juga untuk mengetahui berapa besar proporsi setiap pos aktiva maupun hutang terhadap keseluruhan atau total aktiva maupun hutang. 4. Analisis sumber dan penggunaan modal kerja, merupakan teknik analisis

untuk mengetahui besarnya sumber dan penggunaan modal kerja melalui dua periode waktu yang dibandingkan. Selain mengetahui posisi modal kerja juga dimaksudkan untuk mengetahui sebab-sebab terjadi perubahan modal kerja dalam suatu periode tertentu.

5. Analisis sumber dan penggunaan kas, merupakan teknik analisis untuk mengetahui kondisi kas disertai sebab terjadinya perubahan kas pada suatu periode waktu tertentu.

6. Analisis rasio keuangan, merupakan teknik analisis keuangan untuk mengetahui hubungan di antara pos tertentu dalam neraca maupun laporan laba rugi secara individu maupun secara simultan.

7. Analisis perubahan laba kotor, merupakan teknik analisis untuk mengetahui posisi laba dan sebab-sebab terjadinya perubahan laba. Analisis ini juga dimaksudkan untuk mengetahui posisi laba yang dibudjetkan dengan laba yang benar-benar dapat dihasilkan.

8. Analisis break even, merupakan teknik analisis untuk mengetahui tingkat penjualan yang harus dicapai agar perusahaan tidak mengalami kerugian, tetapi pada tingkat penjualan tersebut perusahaan belum memperoleh keuntungan.

(16)

Menurut Jumingan (2008;43-44), metode dan teknik analisis laporan keuangan antara lain seperti:

1. Analisis perbandingan neraca, laporan laba rugi, dan laporan laba yang ditahan dengan menunjukkan:

a. Data absolut (jumlah dalam rupiah);

b. Kenaikan dan penurunan dalam jumlah rupiah; c. Kenaikan dan penurunan dalam persen;

d. Perbandingan yang dinyatakan dalam rasio; e. Persentase dari total.

2. Analisis perubahan modal kerja.

3. Analisis tren dari rasio unsur-unsur neraca dan data operasi yang ada kaitannya.

4. Analisis persentase per komponen dari neraca dan laporan laba rugi. 5. Analisis rasio yang memperlihatkan hubungan beberapa unsur neraca. 6. Analisis perbandingan dengan rasio industri.

7. Analisis perubahan pendapatan neto atau analisis perubahan laba bruto. 8. Analisis titik impas atau analisis break-even point.

2.3.5 Jenis Analisis Laporan Keuangan

Jumingan (2008;44) mengemukakan bahwa pada dasarnya ada beberapa jenis analisis yang dapat dilakukan, yakni:

1. Analisis internal, adalah analisis yang dilakukan oleh mereka yang bisa mendapatkan informasi yang lengkap dan terperinci mengenai suatu perusahaan. Analisis demikian terutama dilakukan oleh manajemen dalam mengukur efisiensi usaha dan menjelaskan perubahan yang terjadi dalam kondisi keuangan. Bagi seseorang penganalisis intern, selain laporan-laporan keuangan yang diumumkan pada khalayak ramai, juga tersedia laporan-laporan intern yang biasa tidak diumumkan dan hanya dipakai untuk maksud-maksud intern.

2. Analisis eksternal, adalah analisis yang dilakukan oleh mereka yang tidak bisa mendapatkan data yang terperinci mengenai suatu perusahaan.

(17)

Analisis demikian dilakukan oleh bank, para kreditur, pemegang saham, calon pemegang saham, dan lain-lain seperti hal mengukur tingkat likuiditas dan profitabilitas. Bagi seorang penganalisis ekstern hanya tersedia laporan keuangan yang lazimnya diumumkan pada khalayak ramai, yaitu neraca dan laporan laba rugi. Karena terbatasnya data yang didapatkan oleh penganalisis ekstern, analisis tersebut tentu tidak bisa sedemikian mendalam seperti yang dilakukan oleh seorang penganalisis intern.

3. Analisis horizontal atau disebut analisis dinamis, adalah analisis perkembangan data keuangan dan data operasi perusahaan dari tahun ke tahun guna mengetahui kekuatan atau kelemahan keuangan perusahaan yang bersangkutan.

4. Analisa vertikal atau disebut juga analisis statis, adalah analisis laporan keuangan yang terbatas hanya pada satu periode akuntansi saja, misalnya berupa analisis rasio.

2.3.6 Keterbatasan dan Kelemahan Analisis Laporan Keuangan

Di dalam melakukan analisis laporan keuangan terdapat keterbatasan analisis atas laporan keuangan. Menurut Harahap (2004;201-202), terdapat keterbatasan analisis laporan keuangan dan para analis harus memperhatikan keterbatasan laporan, seperti:

1. Laporan keuangan bersifat historis, yaitu merupakan laporan atas kejadian yang telah lewat. Karenanya, laporan keuangan tidak dapat dianggap sebagai laporan mengenai keadaan saat ini.

2. Laporan keuangan bersifat umum dan bukan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pihak tertentu. Informasi ini disajikan untuk dapat digunakan semua pihak. Sehingga terpaksa selalu memperhatikan semua pihak pemakai yang sebenarnya mempunyai perbedaan kepentingan. 3. Laporan keuangan disusun dengan menggunakan istilah-istilah teknis dan

pemakai laporan diasumsikan memahami bahasa teknis akuntansi dan sifat dari informasi yang dilaporkan.

(18)

Selain terdapat keterbatasan analisis laporan keuangan, Harahap (2004;203) mengemukakan bahwa kelemahan analisis laporan keuangan adalah:

1. Analisis laporan keuangan didasarkan pada laporan keuangan, oleh karenanya kelemahan laporan keuangan harus selalu diingat agar kesimpulan dari analisis itu tidak salah.

2. Objek analisis laporan keuangan hanya laporan keuangan. Untuk menilai suatu laporan keuangan tidak cukup hanya dari angka-angka laporan keuangan. Kita juga harus melihat aspek lainnya seperti: tujuan perusahaan, situasi ekonomi, situasi industri, gaya manajemen, budaya perusahaan dan budaya masyarakat.

3. Objek analisis adalah data historis yang menggambarkan masa lalu dan kondisi ini bisa berbeda dengan kondisi masa depan.

4. Jika kita melakukan perbandingan dengan perusahaan lain maka perlu dilihat beberapa perbedaan prinsip yang bisa menjadi penyebab perbedaan angka misalnya: prinsip akuntansi, jenis industri, periode laporan dan jenis perusahaan aspek profit motive atau non profit motive.

2.4 Laporan Arus Kas

2.4.1 Pengertian Laporan Arus Kas

Warren, Reeve dan Fess yang diterjemahkan oleh Farahmita, Amanugrahani dan Hendrawan (2005;230) berpendapat bahwa:

”Laporan arus kas (statement of cash flow) melaporkan arus kas masuk dan arus kas keluar yang utama dari suatu perusahaan selama satu periode.”

Sedangkan Sumadji, Pratama dan Rosita (2006;148) mengemukakan pengertian laporan arus kas adalah:

“Suatu laporan keuangan yang menunjukkan sumber-sumber kas dan penggunaan kas yang masuk atau keluar dalam suatu bisnis.”

(19)

Sementara itu Harahap (2004;257) berpendapat:

”Laporan arus kas ini memberikan informasi yang relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas suatu perusahaan pada periode tertentu, dengan mengklasifikasikan transaksi pada kegiatan: operasi, pembiayaan, dan investasi.”

Dari pengertian-pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa laporan arus kas adalah laporan keuangan yang menggambarkan/menunjukkan kegiatan keluar masuknya arus kas perusahaan pada suatu periode waktu tertentu dengan klasifikasi transaksi kegiatan operasi, pembiayaan, dan investasi.

2.4.2 Tujuan Laporan Arus Kas

Berkaitan dengan tujuan laporan arus kas, Kieso, Weygandt dan Warfield yang diterjemahkan oleh Salim (2007;212) berpendapat bahwa:

”Tujuan utama laporan arus kas adalah menyediakan informasi yang relevan mengenai penerimaan dan pembayaran kas sebuah perusahaan selama suatu periode.”

Menurut Harahap (2004;243):

”Tujuan menyajikan laporan arus kas adalah memberikan informasi yang relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas atau setara kas dari suatu perusahaan pada suatu periode tertentu.”

Dari beberapa tujuan laporan arus kas, dapat disimpulkan bahwa laporan arus kas pada dasarnya adalah memberikan informasi tentang penerimaan dan pengeluaran kas atau setara kas dalam suatu periode tertentu.

2.4.3 Kegunaan Laporan Arus Kas

Informasi arus kas pada suatu perusahaan sangat berguna bagi para pemakai laporan keuangan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan menilai bagaimana perusahaan mengelola sumber dan penggunaan kas tersebut.

(20)

Menurut Harahap (2004;243-244), laporan arus kas akan membantu para investor, kreditur, dan pemakai lainnya untuk:

1. Menilai kemampuan perusahaan untuk memasukan kas di masa yang akan datang.

2. Menilai kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya membayar dividen dan keperluan dana untuk kegiatan ekstern.

3. Menilai alasan-alasan perbedaan antara laba bersih dan dikaitkan dengan penerimaan dan pengeluaran kas.

4. Menilai pengaruh investasi baik kas maupun bukan kas dan transaksi keuangan lainnya terhadap posisi keuangan perusahaan selama satu periode tertentu.

Sementara itu, Maria (2007;46) berpendapat bahwa manfaat laporan arus kas bagi pihak manajemen, investor, kreditur, dan pemakai lainnya untuk:

1. Memberi informasi tentang penerimaan dan pengeluaran kas yang terjadi dalam suatu perusahaan untuk periode waktu tertentu.

2. Menilai kemampuan perusahaan untuk memasukkan kas di masa yang akan datang.

3. Menilai kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya membayar dividen dan keperluan dana untuk kegiatan ekstern.

4. Menilai pengaruh investasi baik kas maupun bukan kas dan transaksi keuangan lainnya terhadap posisi keuangan perusahaan selama satu periode tertentu.

2.4.4 Klasifikasi Laporan Arus Kas

Penerimaan kas dan pembayaran kas selama suatu periode diklasifikasikan dalam laporan arus kas menjadi tiga aktivitas berbeda, yaitu aktivitas operasi, investasi, dan pembiayaan. Kieso, Weygandt dan Warfield yang diterjemahkan oleh Salim (2007;213) mengklasifikasikan laporan arus kas sebagai berikut:

1. Aktivitas operasi (operating activities) meliputi pengaruh kas dari transaksi yang digunakan untuk menentukan laba bersih.

(21)

2. Aktivitas investasi (investing activities) meliputi pemberian dan penagihan pinjaman serta perolehan dan pelepasan investasi (baik utang maupun ekuitas) serta properti, pabrik, dan peralatan.

3. Aktivitas pembiayaan (financing activities) melibatkan pos-pos kewajiban dan ekuitas pemilik. Aktivitas ini meliputi:

a. Perolehan sumber daya dari pemilik dan komposisinya kepada mereka dengan pengembalian atas dan dari investasinya,

b. Peminjaman uang dari kreditor serta pelunasannya.

Sedangkan Harahap (2004;245-247) mengklasifikasikan laporan arus kas sebagai berikut:

1. Kegiatan Operasi Perusahaan

Yang termasuk dalam kelompok ini adalah aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dna aktivitas pendanaan; seluruh transaksi dan peristiwa-peristiwa lain yang tidak dapat dianggap sebagai kegiatan investasi atau pembiayaan. Kegiatan ini biasanya mencakup: kegiatan produksi, pengiriman barang, pemberian servis. Arus kas dari operasi ini umumnya adalah pengaruh kas dari transaksi dan peristiwa lainnya yang ikut dalam menentukan laba.

2. Kegiatan Pembiayaan/Pendanaan

Yang termasuk kegiatan pembiayaan adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta komposisi modal dan pinjaman jangka panjang perusahaan, berupa kegiatan mendapatkan sumber-sumber dana dari pemilik dengan memberikan prospek penghasilan dari sumber dana tersebut, meminjam dan membayar utang kembali atau melakukan pinjaman jangka panjang untuk membayar utang tertentu.

3. Kegiatan Investasi

Yang termasuk dalam arus kas kegiatan investasi adalah perolehan dan pelepasan aktiva jangka panjang serta investasi lain yang tidak termasuk setara kas, antara lain menerima dan menagih pinjaman, utang, surat

(22)

berharga atau modal, aktiva tetap dan aktiva produktif lainnya yang digunakan dalam proses produksi.

Menurut Jumingan (2008;97-98) sumber penerimaan kas dalam suatu perusahaan pada dasarnya dapat berasal dari:

1. Hasil penjualan investasi jangka panjang, aktiva tetap baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud (intangible assets); atau adanya penurunan aktiva tidak lancar yang diimbangi dengan penambahan kas;

2. Penjualan atau adanya emisi saham maupun adanya penambahan modal oleh pemilik perusahaan dalam bentuk kas;

3. Pengeluaran surat tanda bukti utang, baik jangka pendek (wesel) maupun utang jangka panjang (utang obligasi, utang hipotik, atau utang jangka panjang lain) serta bertambahnya utang yang diimbangi dengan penerimaan kas;

4. Adanya penurunan atau berkurangnya aktiva lancar selain kas yang diimbangi dengan penerimaan kas pembayaran, berkurangnya persediaan barang dagangan karena adanya penjualan secara tunai, adanya penurunan surat berharga (efek) karena adanya penjualan dan sebagainya;

5. Adanya penerimaan kas karena sewa, bunga atau dividen dari investasinya, sumbangan ataupun hadiah maupun adanya pengembalian kelebihan pembayaran pajak pada periode-periode sebelumnya.

Adapun penggunaan atau pengeluaran kas dapat disebabkan oleh adanya transaksi-transaksi sebagai berikut:

1. Pembelian saham atau obligasi sebagai investasi jangka pendek maupun jangka panjang serta pembelian aktiva tetap lainnya.

2. Penarikan kembali saham yang beredar maupun adanya pengembalian kas perusahaan oleh pemilik perusahaan.

3. Pelunasan pembayaran angsuran utang jangka pendek maupun utang jangka panjang.

(23)

4. Pembelian barang dagangan secara tunai, adanya pembayaran biaya operasi yang meliputi upah dan gaji, pembelian supplies kantor, pembayaran sewa, bunga, premi asuransi, advertensi, dan adanya persekot-persekot biaya maupun persekot-persekot pembelian.

5. Pengeluaran kas untuk pembayaran dividen (bentuk pembagian laba lainnya secara tunai), pembayaran pajak, denda-denda, dan sebagainya.

2.4.5 Metode Laporan Arus Kas

Menurut Maria (2007;48-49), laporan arus kas dapat disajikan dalam dua metode, antara lain:

1. Metode Langsung (Direct Method)

Dalam metode ini, arus kas dilaporkan dalam bentuk kelompok-kelompok penerimaan kas dan pengeluaran kas dari aktivitas operasi secara lengkap (gross) dan baru dilanjutkan melaporkan aktivitas investasi dan pembiayaan.

Ilustrasi bentuk laporan arus kas yang menggunakan direct method:

PT ABC

LAPORAN ARUS KAS

Untuk Tahun Yang Berakhir Tanggal 31 Desember 200X

_______________________________________________________________ Arus kas dari aktivitas operasi

Penerimaan kas dari pelanggan Rp XXX Pembayaran kas kepada pemasok dan pelanggan (Rp XXX)

Kas yang dihasilkan operasi Rp XXX

Pembayaran bunga (Rp XXX)

Pembayaran pajak penghasilan (Rp XXX)

Arus kas sebelum pos luar biasa Rp XXX

Hasil asuransi dari gempa bumi Rp XXX

(24)

Arus kas dari aktivitas investasi

Perolehan anak perusahaan X dengan kas (Rp XXX) Pembelian tanah, bangunan dan peralatan (Rp XXX) Hasil dari penjualan peralatan Rp XXX

Penerimaan bunga Rp XXX

Penerimaan dividen Rp XXX

Arus kas bersih yang digunakan untuk investasi (Rp XXX) Arus kas dari aktivitas pendanaan

Hasil dari penerbitan modal saham Rp XXX Hasil dari utang jangka panjang Rp XXX Pembayaran hutang sewa guna perusahaan (Rp XXX)

Pembayaran dividen (Rp XXX)

Arus kas bersih yang digunakan dari pendanaan (Rp XXX)

Kenaikan bersih kas dan setara kas Rp XXX

Kas dan setara kas pada awal periode Rp XXX Kas dan setara kas pada akhir periode Rp XXX

2. Metode Tidak Langsung (Indirect Method)

Dalam metode ini, net income disesuaikan dengan menghilangkan:

a. Pengaruh transaksi yang masih belum direalisasi (deferral) dari arus kas masuk dan keluar dari transaksi yang lalu seperti perubahan jumlah persediaan deferral income, arus kas masuk dan keluar yang accrued seperti piutang dan utang.

b. Pengaruh perkiraan yang terdapat dalam kelompok investasi dan pembiayaan yang tidak mempengaruhi kas seperti penyusutan, amortisasi, laba rugi dari penjualan aktiva tetap dan dari operasi yang dihentikan (yang berkaitan dengan investasi), laba rugi pembatalan utang (transaksi pembiayaan).

(25)

Ilustrasi bentuk laporan arus kas yang menggunakan indirect method:

PT ABC

LAPORAN ARUS KAS

Untuk Tahun Yang Berakhir Tanggal 31 Desember 200X

_______________________________________________________________ Arus kas dari aktivitas operasi

Laba bersih sebelum pajak dan pos luar biasa Rp XXX Penyesuaian untuk :

Penyusutan Rp XXX

Kerugian selisih kurs Rp XXX

Penghasilan investasi (Rp XXX)

Beban bunga Rp XXX

Laba operasi sebelum perubahan modal kerja Rp XXX Kenaikan piutang dagang dan piutang lainnya (Rp XXX)

Penurunan persediaan Rp XXX

Penurunan utang dagang (Rp XXX)

Kas yang dihasilkan dari operasi Rp XXX

Pembayaran bunga (Rp XXX)

Pembayaran pajak penghasilan (Rp XXX)

Arus kas sebelum pos luar biasa Rp XXX

Hasil asuransi dari gempa bumi Rp XXX

Arus kas bersih dari aktivitas operasi Rp XXX Arus kas dari aktivitas investasi

Perolehan anak perusahaan X dengan kas (Rp XXX) Pembelian tanah, bangunan dan peralatan (Rp XXX) Hasil dari penjualan peralatan Rp XXX

Penerimaan bunga Rp XXX

Penerimaan dividen Rp XXX

(26)

Arus kas dari aktivitas pendanaan

Hasil dari penerbitan modal saham Rp XXX Hasil dari utang jangka panjang Rp XXX Pembayaran hutang sewa guna perusahaan (Rp XXX)

Pembayaran dividen (Rp XXX)

Arus kas bersih yang digunakan dari pendanaan (Rp XXX)

Kenaikan bersih kas dan setara kas Rp XXX

Kas dan setara kas pada awal periode Rp XXX Kas dan setara kas pada akhir periode Rp XXX

2.4.6 Analisis Rasio Arus Kas

Harahap (2004;257-258) berpendapat bahwa dengan melakukan analisis arus kas, kita dapat mengetahui:

1. Kemampuan perusahaan meng’generate’ kas, merencanakan, mengontrol arus kas masuk dan arus kas keluar perusahaan pada masa lalu;

2. Kemungkinan keadaan arus kas masuk dan keluar, arus kas bersih perusahaan, termasuk kemampuan membayar dividen di masa yang akan datang;

3. Informasi bagi investor dan kreditor untuk memproyeksikan return dari sumber kekayaan perusahaan;

4. Kemampuan perusahaan untuk memasukkan kas ke perusahaan di masa yang akan datang;

5. Alasan perbedaan antara laba bersih dibandingkan dengan penerimaan dan pengeluaran kas;

6. Pengaruh investasi baik kas maupun bukan kas dan transaksi lainnya terhadap posisi keuangan perusahaan selama satu periode tertentu.

Dengan semakin banyaknya perusahaan yang mencantumkan laporan arus kas ke dalam laporan keuangan, membuat penggunaan informasi laporan arus kas sebagai alat analisis kinerja perusahaan semakin meningkat. Salah satu analisis kinerja keuangan adalah dengan menggunakan laporan arus kas adalah analisis

(27)

rasio laporan arus kas. Darsono dan Ashari (2005;91-93) mengemukakan analisis laporan arus kas ini menggunakan komponen dalam laporan arus kas dan komponen neraca dan laporan laba rugi sebagai alat analisis rasio.

2.4.6.1 Rasio Arus Kas Operasi (AKO).

Rasio arus kas operasi menghitung kemampuan arus kas operasi dalam membayar kewajiban lancar. Rasio ini diperoleh dengan membagi arus kas operasi dengan kewajiban lancar.

AKO = Jumlah Arus Kas Operasi Kewajiban Lancar

Rasio arus kas operasi ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban lancar jangka pendeknya tanpa menggunakan arus kas aktivitas lainnya. Ketidakmampuan perusahaan menghasilkan arus kas operasi untuk membayar kewajiban lancarnya dapat mengakibatkan terjadinya kebangkrutan perusahaan.

2.4.6.2 Rasio Cakupan Arus Dana (CAD)

Rasio ini digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas guna membayar komitmen-komitmennya (bunga, pajak, dan dividen preferen). Rasio ini diperoleh dengan rumusan sebagai berikut:

CAD = EBIT

Bunga + Penyesuaian Pajak + Dividen Preferen

Ket. EBIT = Pendapatan Sebelum Bunga dan Pajak

2.4.6.3 Rasio Cakupan Kas Terhadap Bunga (CKB)

Rasio ini digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar bunga atas hutang yang telah ada. Rasio ini diperoleh dengan rumusan sebagai berikut:

CKB = Arus Kas Operasi + Bunga + Pajak Bunga

(28)

2.4.6.4 Rasio Cakupan Kas terhadap Hutang Lancar (CKHL)

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar hutang lancar berdasarkan arus kas operasi bersih. Rasio ini diperoleh dengan rumusan sebagai berikut:

CKHL = Arus Kas Operasi + Dividen Kas Hutang Lancar

2.4.6.5 Rasio Pengeluaran Modal (PM)

Rasio ini digunakan untuk mengukur modal tersedia untuk investasi dan pembayaran hutang yang ada. Rasio ini diperoleh dengan rumusan sebagai berikut:

PM = Arus Kas Operasi Pengeluaran Modal

2.4.6.6 Rasio Total Hutang (TH)

Rasio ini menunjukkan jangka waktu pembayaran hutang oleh perusahaan dengan asumsi semua arus kas operasi digunakan untuk membayar hutang. Rasio ini diperoleh dengan rumusan sebagai berikut:

TH = Arus Kas Operasi Total Hutang

Dengan mengetahui rasio ini, kita bisa menganalisis jangka waktu berapa lama perusahaan akan mampu membayar hutang dengan menggunakan arus kas yang dihasilkan dari aktivitas operasional perusahaan.

2.5 Konsep Kinerja 2.5.1 Pengertian Kinerja

Sumadji, Pratama dan Rosita (2006;518) mengungkapkan, kinerja adalah:

”Istilah umum yang menggambarkan tindakan atau aktivitas suatu organisasi selama periode tertentu, seiring dengan referensi pada sejumlah standar, seperti biaya masa lalu atau biaya yang diproyeksikan; pertanggungjawaban manajemen, dan sejenisnya.”

(29)

Menurut Tika (2006;121) kinerja adalah:

”Hasil-hasil fungsi pekerjaan/kegiatan seseorang atau kelompok dalam suatu organisasi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor untuk mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu.”

Dengan demikian, kinerja merupakan hasil dari suatu pekerjaan yang menggambarkan tindakan organisasi selama periode tertentu dengan referensi pada standar, untuk mencapai tujuan organisasi.

2.5.2 Pengukuran Kinerja

Menurut Tika (2006;124-129) terdapat dua metode untuk mengukur kinerja, yaitu sebagai berikut:

1. Metode UCLA

Model UCLA ini membagi evaluasi ke dalam lima macam, yaitu:

a. Sistem assesment, yaitu evaluasi yang memberikan informasi tentang keadaan atau posisi suatu sistem.

b. Program planning, yaitu evaluasi yang membantu penilaian aktivitas-aktivitas dalam program tertentu yang mungkin akan berhasil memenuhi kebutuhannya.

c. Program implementation, yaitu evaluasi yang menyiapkan informasi apakah program sudah diperkenalkan kepada kelompok tertentu yang tepat seperti yang direncanakan.

d. Program improvement, yaitu evaluasi yang memberikan informasi tentang bagaimana program berfungsi, bagaimana program bekerja, bagaimana mengantisipasi masalah-masalah yang mungkin dapat mengganggu pelaksanaan kegiatan.

e. Program certification, yaitu evaluasi yang memberikan informasi mengenai nilai-nilai atau manfaat program.

2. Metode Balanced – Scorecard

Balanced berarti keseimbangan, sedangkan scorecard adalah kartu yang dipakai untuk mencatat skor hasil kinerja seseorang atau kelompok. Jadi,

(30)

balanced scorecard adalah metode untuk mengukur kinerja seseorang atau kelompok/organisasi dengan menggunakan kartu untuk mencatat skor hasil-hasil kinerja. Balanced scorecard merupakan ide untuk menyeimbangkan aspek keuangan dan nonkeuangan serta aspek internal dan eksternal perusahaan. Melalui balanced scorecard lalu dilakukan pendekatan untuk mengukur kinerja perusahaan dengan mempertimbangkan empat aspek atau perspektif, yaitu:

a. Perspektif Keuangan

Pengukuran kinerja keuangan mengarah kepada perbaikan, perencanaan, implementasi, dan pelaksanaan strategis. Adapun perbaikan tercermin dari sasaran-sasaran yang terkait dengan laba. Sasaran keuangan berbeda pada tiap tahap dari siklus kehidupan bisnis. Tahapan yang dimaksud terdiri dari tahap pertumbuhan (growth), tahap bertahan (sustain), dan tahap panen (harvest).

b. Perspektif Pelanggan

Untuk memuaskan pelanggan, perusahaan perlu menciptakan dan menyajikan suatu produk dan jasa yang bernilai lebih bagi konsumen. Adapun nilai lebih terjadi apabila manfaat yang diterima konsumen dari produk dan jasa lebih tinggi daripada biaya perolehannya.

c. Perspektif Proses Bisnis Internal

Proses ini terdiri dari tiga tahapan, yaitu inovasi, operasi, dan layanan purnajual. Inovasi merupakan tahap penelitian dan pengembangan produk. Operasi merupakan tahapan untuk memenuhi keinginan pelanggan dan transaksi jual beli dengan pelanggan. Layanan purnajual merupakan layanan transaksi jual beli produk/jasa seperti layanan pemeliharaan produk, penggantian suku cadang, perbaikan kerusakan, dan sebagainya.

d. Perspektif Proses Belajar dan Berkembang

Kinerja ini bertujuan mendorong pembelajaran dan pertumbuhan organisasi.

(31)

Sedangkan Purwanto (2007;236-237) berpendapat bahwa terdapat empat sumber informasi yang biasa digunakan untuk mengukur kinerja sebenarnya, yaitu:

1. Pengamatan Pribadi

Pendekatan pengukuran ini memberikan informasi secara langsung. Hal ini memungkinkan liputan yang intensif sebab kinerja yang kecil maupun yang besar dapat diamati, dan pendekatan ini menyajikan peluang-peluang bagi manajer mengetahui hal-hal yang tidak tersurat. Di samping memiliki keunggulan, sisi lain pendekatan ini memiliki kelemahan, yaitu tingkat objektifitasnya, seringkali informasinya dianggap rendah mutunya, membutuhkan waktu lama, seringkali ada penafsiran yang negatif dari karyawan sebagai tanda kekurang percayaan dan kecurigaan terhadap mereka.

2. Laporan Statistik

Penggunaan komputer secara luas dalam setiap perusahaan sekarang ini telah membuat para pengambil keputusan strategi mengandalkan laporan-laporan statistik untuk mengukur kinerja yang sesungguhnya. Laporan statistik menyajikan grafik, diagram dan peragaan angka-angka dalam bentuk apa pun yang dapat digunakan untuk menilai kinerja perusahaan. Sedangkan kelemahannya adalah laporan statistik, datanya terbatas pada sebuah kegiatan saja atau juga dapat beberapa bidang utama yang dapat diukur dengan numerik sehingga mengabaikan faktor-faktor lain yang seringkali bersifat subjektif.

3. Laporan-laporan Lisan

Laporan lisan ini biasanya didapat melalui konferensi, rapat, percakapan tatap muka satu lawan satu atau melalui telepon. Keunggulan dan kekurangan metode ini adalah mirip dengan pengamatan pribadi. Kekurangan yang paling besar adalah masalah pendokumentasian informasi, namun kemajuan teknologi seperti sekarang ini memungkinkan laporan-laporan lisan dapat direkam dan menjadi sama permanen dengan laporan tertulis.

(32)

4. Laporan-laporan tertulis

Laporan tertulis ini memiliki keunggulan seperti laporan statistik, namun seringkali lebih menyeluruh dan lebih ringkas ketimbang pengamatan pribadi dan laporan lisan.

2.6 Hubungan Analisis Rasio Arus Kas dengan Kinerja Perusahaan Laporan keuangan dapat digunakan sebagai alat ukur dalam mengukur kinerja dan mengetahui kondisi keuangan perusahaan dan hasil-hasil yang telah dicapai perusahaan selama periode tertentu. Kinerja suatu perusahaan dapat diukur dengan melakukan analisis laporan keuangan yang biasa dilakukan oleh para pengguna laporan keuangan. Dari hasil analisis tersebut dapat dilihat prestasi dan kelemahan yang dimiliki perusahaan sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan manajemen dalam mengambil keputusan.

Salah satu bentuk analisis laporan keuangan adalah dengan menggunakan analisis rasio arus kas. Kas merupakan aktiva lancar yang paling likuid dan dapat menggambarkan kondisi perusahaan, dimana tingkat likuiditas perusahaan merupakan salah satu indikator di dalam pengukuran kinerja perusahaan. Semua perusahaan membutuhkan arus kas untuk menjalankan kegiatan operasional, kegiatan investasi dan kegiatan pendanaan perusahaan.

Laporan arus kas dapat memberikan informasi dan gambaran mengenai kas perusahaan. Dengan melihat dan menganalisis laporan arus kas perusahaan, para pemakai laporan keuangan dapat menilai tingkat efisiensi perusahaan dalam mengelola sumber dan penggunaan kas perusahaan.

Gambar

Ilustrasi bentuk laporan arus kas yang menggunakan direct method:
Ilustrasi bentuk laporan arus kas yang menggunakan indirect method:

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari analisis ini adalah gambaran umum karakteristik fisik pulau seperti ketinggian pulau di atas permukaan laut, kele- rengan pulau, dan karakteristik sosial masyarakat

Koreksi alat dilakukan karena adan#a !erbedaan "arga ba-aan antara alat #ang di  dengan alat #ang di field , misaln#a $ika dilakukan suatu !engukuran !ada titik #ang

Dari gambar 4.1 dapat disimpulkan, semakin besar laju alir maka jumlah mol CO2 yang terserap justru menurun.Hal ini dikarenakan pada operasi absorbsi dengan laju alir besar,

Tujuan dari penelitian ini adalah uji potensi bakteri pelarut fosfat sebanyak 198 isolat asal tanah gambut di Bukit Batu dan tanah gambut di Semenanjung Kampar, Provinsi

Tabel 1, menjelaskan peluang yang dapat dilihat dalam pengembangan perikanan tangkap di Kabupaten Bangka Selatan ini, sudah adanya investor yang mulai melirik

Penyusunan skripsi dengan judul “Analisis Pengaruh Budaya organisasi terhadap Kinerja Pegawai Studi pada RSI Siti Hajar Sidoarjo Jawa Timur” ini tidak lepas dari berbagai pihak

Lomba majalah dinding ini kelanjutan dari pelatihan mading. Tujuan diadakan lomba majalah dinding ini adalah sebagai motivasi siswa supaya dalam pembuatan majalah

UML (Unified Modeling Language) adalah sebuah bahasa untuk menentukan, visualisasi, kontruksi, dan mendokumentasikan artifact (bagian dari informasi yang