BINUS UNIVERSITY
Aspek Hukum dalam
Ekonomi
Tugas GSLC 22 Oktober – Antitrust
Antitrust
BAB I : Rangkuman
Antitrust law adalah undang-undang yang dibuat untuk memerangi “trust business” untuk melindungi konsumen dengan mempromosikan kompetisi pasar. Antitrust law muncul pada tahun 1890 di Amerika Serikat yang lebih dikenal dengan Sherman Antitrust Act. Ada dua kategori besar larangan perilaku pelaku usaha dalam Sherman Act :
1. Pertama, menyatakan “Tidak Sah” setiap kontrak, kombinasi, dalam bentuk kepercayaan atau
sebaliknya, atau konspirasi, yang mengekang
perdagangan, atau perdagangan diantara beberapa negara, atau dengan negara-negara asing.
2. Kedua, melarang upaya me-MONOPOLI, mencoba untuk memonopoli atau memonopoli setiap bagian dari perdagangan, perdagangan diantara beberapa negara, atau perdagangan dengan negara-negara asing.
Menurut Shenfeld dan Stelzer, “Dengan terjaganya
persaingan akan menghasilkan produksi barang dan/atau jasa dengan kualitas tinggi dengan biaya yang serendah-rendahnya”. Dengan persaingan yang terawasi dan
terjaga (persaingan sehat) maka akan menumbuhkan banyak pelaku usaha yang ikut berkompetisi, dari banyaknya yang berkompetisi masing-masing pelaku usaha akan terus melakukan usaha optimal untuk menarik pangsa pasar secara sehat seperti dengan
mengembangkan inovasi produk, memperbaiki kualitas produk serta bersaing dalam harga jual dengan
kualitas yang menarik serta akses dalam kegiatan jual-beli yang sangat mudah.
Indonesia telah membentuk suatu organisasi bernama KPPU (Komisi Pengawas Persaingan Usaha) sebagai lembaga independen yang dibentuk untuk mengawasi pelaksanaan UU larangan praktek monopoli dan
persaingan usaha yang tidak sehat. Tugas dan wewenang dari KPPU diatur dalam pasal 25 dan 36 UU No. 5 tahun 1999. Pembentukan KPPU ini didasarkan pada pasal 34 UU No.5 1999 yang menginstruksikan bahwa pembentukan susunan organisasi, tugas, dan fungsi komisi diterapkan melalui kepres. Komisi ini kemudian dibentuk berdasarkan KEPRES No. 75 tahun 1999. Tugas dari KPPU tersebut
melingkupi melakukan penilaian serta pengawasan atas persaingan usaha apakah terjadi persaingan yang tidak sehat atau adanya praktek monopoli, lalu mengambil tindakan bila tercium adanya persaingan tidak sehat atau praktek monopoli. Adapun wewenang KPPU ialah
melakukan penelitian dan penyelidikan apakah terjadi praktek monopoli atau persaingan yang tidak sehat, memutuskan ada atau tidaknya praktek monopoli dan persaingan yang tidak sehat, serta menjatuhkan sanksi jika terbukti ada pelaku usaha yang melakukan praktek monopoli atau persaingan yang tidak sehat.
Tujuan UU No. 5 Tahun 1999 :
1. Menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi ekonomi nasional
2. Mewujudkan iklim usaha yang kondusif bagi pelaku usaha (kecil, menengah, besar)
3. Mencegah praktek monopoli atau persaingan usaha tidak sehat
4. Efektifitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha
Perjanjian yang dilarang :
1. Oligopoli
“pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain untuk secara bersama-sama
melakukan penguasaan produksi dan/atau pemasaran barang dan/atau jasa yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat.”
2. Penetapan harga
Penetapan harga (Pasal 5);
Adalah bagaimana sebuah perusahaan dapat mengurangi tingkat persaingan yang berasal dari pesaing yang sudah ada maupun pesaing potensial yang baru akan bermain di pasar yang pada dasarnya ditujukan untuk meningkatkan profit perusahaan.
Diskriminasi harga (Pasal 6);
Price Discrimination dapat didefinisikan sebagai tindakan perusahaan menjual produk atau jasa yang sama dengan harga berbeda ke pembeli berbeda pada waktu yang hampir bersamaan
Jual Rugi (Pasal 7);
Predatory Pricing tindakan sebuah perusahaan untuk mengeluarkan pesaingnya dengan cara menetapkan harga di bawah biaya produksi.
Pengaturan Harga Jual Kembali (Pasal 8);
“pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain yang memuat
persyaratan bahwa penerima barang dan/atau jasa tidak akan menjual atau memasok kembali barang dan/atau jasa yang diterimanya, dengan harga yang lebih rendah daripada harga yang telah diperjanjikan sehingga dapat
mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat”
3. Pembagian wilayah (Pasal 9);
mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.”
4. Pemboikotan (Pasal 10);
Pemboikotan atau concerted refusal to deal pada umumnya merupakan tindakan kolektif sekelompok pesaing. Namun demikian boycott dapat pula
merupakan tindakan sepihak atau kolektif untuk menghentikan suplai atau pembelian kepada atau dari konsumen tertentu atau penerapan syarat-syarat tertentu kepada konsumen atau supplier tertentu yang tidak melakukan tindakan yang dikehendaki oleh pemboikot.
5. Kartel (Pasal 11);
Merupakan salah satu strategi yang diterapkan diantara pelaku usaha untuk dapat mempengaruhi harga dengan mengatur jumlah produksi mereka. 6. Trust (Pasal 12);
Untuk dapat mengontrol produksi atau pemasaran produk di pasar ternyata para pelaku usaha tidak hanya cukup dengan membuat perjanjian kartel diantara mereka, tetapi mereka juga terkadang membentuk gabungan perusahaan atau perseroan yang lebih besar (trust), dengan tetap menjaga dan mempertahankan kelangsungan hidup
masing-masing perusahaan atau perseroan anggotanya 7. Oligopsoni (Pasal 13) ;
Merupakan bentuk suatu pasar yang di dominasi oleh sejumlah konsumen yang memiliki kontrol atas
pembelian.
“pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain yang bertujuan untuk secara
bersama-sama menguasai pembelian atau
penerimaan pasokan agar dapat mengendalikan harga atas barang dan/atau jasa dalam pasar
bersangkutan, yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat.”
Integrasi vertikal terjadi ketika satu perusahaan melakukan kerjasama dengan perusahaan lain yang berada pada level yang berbeda dalam suatu proses produksi, sehingga membuat seolah-olah mereka merupakan satu perusahaan yang melakukan dua aktivitas yang berbeda tingkatannya pada satu proses produksi
9. Perjanjian Tertutup
exclusive distribution agreement (Pasal 15 ayat
(1));
Pelaku usaha membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain yang memuat persyaratan bahwa pihak yang menerima produk hanya akan memasok atau tidak memasok kembali produk tersebut kepada pihak tertentu atau pada tempat tertentu saja
tying agreement (Pasal 15 ayat (2));
Apabila suatu perusahaan mengadakan
perjanjian dengan pelaku usaha lainnya yang berada pada level yang berbeda dengan
mensyaratkan penjualan ataupun penyewaan suatu barang atau jasa hanya akan dilakukan apabila pembeli atau penyewa tersebut juga akan membeli atau menyewa barang lainnya
vertical agreement on discount (Pasal 15 ayat
(3));
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian mengenai harga atau potongan harga tertentu atas barang dan/atau jasa yang memuat
persyaratan bahwa pelaku usaha yang menerima barang dan/atau jasa dari usaha pemasok:
a. Harus bersedia membeli barang dan/atau jasa lain dari pelaku usaha pemasok atau; b. Tidak akan membeli barang dan/atau jasa
10. Perjanjian dengan Pihak Luar Negeri. Menurut Pasal 16 UU No. 5 Tahun 1999 :
pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pihak lain di luar negeri yang memuat ketentuan yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat. Dapat dikatakan pasal ini mengatur suatu keadaan khusus apabila pelaku usaha di dalam negeri
melakukan perjanjian dengan pihak pelaku usaha di luar negeri.
Pemberian pengecualian dalam Hukum Persaingan
umumnya didasarkan pada beberapa pertimbangan oleh KPPU, antara lain:
1. Adanya instruksi atau perintah dari UUD;
2. Adanya instruksi atau perintah dari UU ataupun peraturan perundangan lainnya;
3. Instruksi atau pengaturan berdasarkan regulasi suatu badan administrasi
Sanksi administratif atas pelanggaran hukum yang terjadi juga telah diatur dalam Pasal 47 :
1. Penetapan pembatalan perjanjian (pasal 4 sampai pasal 13, Pasal 15 dan pasal 16, pasal 14, pasal 28) 2. Perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan
tindakan
3. Penetapan pembayaran dan ganti rugi
4. Pengenaan Denda serendah-rendahnya 1 Milyar dan setinggi-tingginya 25 Milyar
BAB II : Kasus
Kasus Microsoft dengan Uni Eropa
atau sekitar Rp 7,1 triliun. Denda itu akibat Microsoft dituding telah gagal memberikan penawaran kepada konsumen soal pilihan untuk menggunakan situs mesin pencari (browser) selain Internet Explorer milik Microsoft. Seperti dilansir Reuters 06 Maret 2013, Microsoft dinilai melanggar komitmen yang telah dibuat pada 2009 yaitu untuk memastikan konsumennya memiliki pilihan dalam menggunakan web browser. Sebuah investigasi yang dilakukan Komisi Uni Eropa menemukan Microsoft gagal melaksanakan kewajiban soal peranti lunak yang diisukan antara Mei 2011-Juli 2012. Artinya sebanyak 15 juta
pengguna Microsoft bahkan tidak menyadari bahwa mereka memiliki pilihan dalam menggunakan web
browser. “Secara hukum, komitmen yang dibuat untuk putusan antitrust memainkan peran amat penting dalam penegakan kebijakan kami. Kegagalan untuk
menjalankannya adalah pelanggaran serius dan harus mendapatkan sanksi sesuai,” kata Komisioner Uni Eropa Joaquin Almunia.
Denda kepada Microsoft itu merupakan yang pertamakali dilakukan otoritas antitrust Uni Eropa atas kasus
perusahaan yang tidak menjalankan komitmen yang telah disetujui. Nilai denda itu setara dengan 10 persen dari total omzet Microsoft secara global sebesar US$ 7,9 miliar. Microsoft memiliki sejarah panjang dan pahit dengan
Komisi Uni Eropa. Hingga saat ini Komisi telah
mengeluarkan kebijakan denda total senilai US$ 2,16 miliar yang dikenakan kepada perusahaan-perusahaan Amerika Serikat.
Pada 2004, Komisi Uni Eropa menemukan bahwa Microsoft telah menyalahgunakan posisinya sebagai penguasa
browser, sehingga konsumen bisa mengunduh web browser lainnya selain Internet Explorer.
BAB III : Pembahasan Kasus
Kasus kecurangan IT sangatlah bisa merugikan orang lain yang terkena dampaknya. Kecurangan pasti merugikan jangankan hanya melakukan hal kecil yang secara tidak sengaja telah merugikan orang lain, hal tersebut bisa menjadi kecurangan.
Beberapa perilaku seseorang bisa terkena dampak dari kecurangan, sebagai berikut :
kelalaian atau tidak telitinya seseorang di dalam melakukan perjanjian kontrak
ketidak ketahuan seseorang tentang
peraturan-peraturan yang ada juga di dalam perjanjian kontrak
konspirasi monopoli
Beberapa hal yang mendorong terjadinya kecurangan, sebagai berikut :
persaingan antar vendor atau pemilik project pengawasan yang longgar terhadap peraturan
yang ada, misalkan ada juga tidak ditindak lanjuti (peraturan karet)
kelangsungan usaha project untuk terus menerus dilaksanakan atau project berkala
nilai kontrak tinggi, yang memungkinkan bisa dilakukan korupsi terhadap data yang ada atau dimanipulasikan dari barang yang murah dijadikan mahal
kekuasaan yang dimiliki seseorang untuk
Dalam kasus Microsoft ini, konsumen pengguna sistem operasi Windows ini seakan tidak diberikan pilihan untuk memilih produk lain yang sudah tergabung dalam package yang sama saat menginstall sistem operasi Windows ini. Seperti browser yang telah disediakan oleh Microsoft yaitu Internet Explorer seakan menjadi satu-satunya browser yang dapat digunakan oleh konsumen. Dalam Sherman Antitrust Act, Microsoft dinilai telah melanggar salah satu kategorinya yaitu, menyatakan “Tidak Sah” setiap
kontrak, kombinasi, dalam bentuk kepercayaan atau sebaliknya, atau konspirasi, yang mengekang
perdagangan, atau perdagangan diantara beberapa negara, atau dengan negara-negara asing. Memaketkan sistem operasi Windows dengan beberapa program
lainnya seperti Windows Media Player dan Internet
Explorer, dilihat sebagai usaha pengekangan perdagangan dan bentuk dari usaha monopoli yang ingin dilakukan oleh Microsoft.
Hal tersebut dapat terjadi karena ketidaktahuan konsumen bahwa program-program yang dipaketkan dengan sistem operasi Windows hanya merupakan pilihan program yang dapat digunakan oleh konsumen selain program
semacamnya yang telah beredar selain produk dari Microsoft.
BAB IV : Kesimpulan
Dari uraian pembahasan di atas, maka dapat diambil
suatu kesimpulan bahwa diperlukan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi antara lain
dengan langkah-langkah:
1. Produsen software/ program / piranti lunak harus
2. Memberikan pilihan pada konsumen untuk
Daftar Pustaka
1. Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat 2. Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen
3. http://sanjaya.blog.surya.ac.id/2014/09/16/antitrust-law/ 4. http://www.tempo.co/read/news/2013/03/06/090465496/U
ni-Eropa-Mendenda-Microsoft-Rp-71-Triliun
5.