Metode dan Instrumen
Sebelum memulai pembahasan tentang menentukan dan menyusun instrumen, terlebih dahulu kita harus membahas tentang perbedaan metode pengumpulan data dan instrumen penelitian. Agar tidak salah dalam pembahasan selanjutnya. Karena, banyak orang yang belum paham benar akan penelitian mengacaukan dua pengertian ini.
Metode pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujaun utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang
memenuhi standar yang ditetapkan. Metode pengumpulan data merupakan strategi atau cara yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data dalam penelitiannya. Variasi metode tersebut ialah: angket, wawancara, pengamatan atau observasi, tes, dokumentasi.
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.Ada pula yang mengatakan bahwa instrumen penelitian merupakan pedoman tertulis tentang
wawancara, atau pengamatan, atau daftar pertanyaan yang dipersiapkan untuk
mendapatkan informasi dari responden. Ada pula yang mengatakan bahwa instrumen
penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa metode ialah cara yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan datanya. Sementara instrumen, merupakan alat yang
digunakan oleh peneliti untuk penelitiannya sebagai aplikasi dari metode yang telah dirancang oleh peneliti tersebut.
B. Jenis-jenis Metode atau Instrumen Pengumpulan Data
Secara umum metode atau instrumen pengumpulan data itu dibagi menjadi 2 jenis. Yaitu yang bersifat mengukur (tes) dan yang bersifat menghimpun (nontes). Adapun penjelasan lebih lanjut akan dibahas pada pembahasan dibawah ini.
1. Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang
tetapi ada juga teks yang bersifat deskriptif, tetapi deskriptifnya mengarah kepada karakteristik atau kualifikasi tertentu sehingga mirip dengan interpretasi dari hasil pengukuran.
Ditinjau dari segi sasaran atau objek yang diukur maka dibedakan adanya beberapa macam tes, yaitu:
a. Tes kepribadian (personality test). Merupakan tes yang digunakan untuk
mengukur kepribadian. Yang diukur bisa berupa self concept, kreativitas, disiplin, kemampuan khusus dan lain sebagainya.
b. Tes bakat (aptitude test). Tes yang khusus untuk mengukur atau
mengetahui bakat seseorang.
c. Tes intelegensi (intelligence test). Tes yang digunakan untuk mengadakan
estimasi atau perkiraan terhadap tingkat intelektual seseorang dengan cara memberikan berbagai tugas kepada seseorang yang akan diukur
intelegensinya.
d. Tes sikap (attitude test). Tes yang digunakan untuk mengukur berbagai
sikap seseorang.
e. Tes minat (interest test). Tes yang digunakan untuk mengukur minat
seseorang terhadap sesuatu.
f. Tes prestasi (achievement test). Tes yang digunakan untuk mengukur
kompetensi seseorang setelah mempelajari sesuatu. Tes prestasi diberikan sesudah orang yang dimaksud mempelajari sesuatu hal sesuai dengan apa yang akan diteskan.
g. Tes proyeksi (projective technique). Istilah ini dipopulerkan oleh L.K.
Frank tahun 1949 di dalam bukunya: Projective Methods for The Study of
Personality. Sebagai contoh adalah metode tetesan tinta yang diciptakan oleh
Rorschach dan dikenal sebagai Rorscahach Inkblot Technique.
2. Skala Bertingkat/ Rating Scale
tes ada jawaban salah dan benar. Sedang skala tidak ada jawaban salah-benar tetapi jawaban atau respon responden terletak dalam satu rentang atau skala.
Walaupun bertingkat, metode ini menghasilkan data yang kasar, tetapi cukup memberikan informasi tertentu program atau orang. Instrument ini dapat dengan mudah memberikan gambaran penmpilan terutama penampilan di dalam orang menjalankan tugas, yang menunjukkan frekuensi munculnya sifat-sifat.
Didalam menyusun skala, yang perlu diperhatikan adalah bagaimana menentukan variabel skala. Apa yang dinyatakan harus apa yang diamati oleh responden. Misalnya seorang guru ditanyakan tentang jam kehadiran atau kepulangan kepala sekolah, ia tidak dapat menjawabnya apabila ia sendiri selalu dating siang dan pulang lebih awal.
3. Angket atau Kuesioner
Angket atau kuesioner adalah daftar pertanyaan tertulis yang disodorkan kepada responden. Kuesioner dipakai untuk menyebutkan metode maupun
instrumen.Oleh karena itu, metode angket atau kuesioner menggunakan instrument yang disebut angket atau kuesioner.
Macam-macam angket;
a. Dipandang dari cara menjawab:
1- Angket terbuka, memberi kesempatan kepada responden untuk menjawab
dengan kalimatnya sendiri
2- Angket tertutup, angket yang jumlah item dan alternative jawabannya
maupun responnya sudah ditentukan . dan responden tinggal memilihnya sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
b. Dipandang dari jawaban yang diberikan:
1- Angket langsung, angket yang memberikan penilaian/respon langsung
pada diri responden.
2- Angket tidak langsung, angket yang memberikan penilaian/ respon
terhadap orang lain.
c. Dipandang dari bentuknya:
2- Kuesioner isian, sama halnya dengan kuesioner terbuka.
3- Check list, sebuah daftar dimana responden tinggal membubuhkan tanda
check pada kolom yang sesuai.
4- Rating-Scale, yaitu sebuah pernyataan yang diikuti oleh kolom-kolom
yang menunjukkan tingkatan.
Metode angket atau kuesioner merupakan metode yang paling sering digunakan dalam penelitian, oleh karena itu harus mengikuti penyusunan instrumennya. Sebagaimana akan dijelaskan dalam hal-hal berikut;
a. Tentukan variabel-variabel yang akan terpakai dalam penelitian
b. Variabel-variabel tadi dicarikan jabarannya dalam bentuk subvariabel yang
diketahui dari teori atau penelitian terdahulu.
c. Sub variabel dicarikan penjabarannya dalam bentuk indicator-indikator jika ada.
d. Indicator dicarikan jabarannya dalam bentuk sub indicator, jika ada.
e. Lalu, jika sub indicator masih dapat dibagi lagi menjadi komponen kecil, maka
komponen-komponen ini diajadikan sebagai butir-butir pertanyaan.
f. Seluruh butir-butir pertanyaan yang telah selesai ditentukan pada gilirannya akan
ditempatkan pada lembaran-lembaran angket atau kuesioner.
4. Interviu (Interview)
Interviu sering juga disebut dengan wawancara atau kuesioner lisan, adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari yang terwawancara. Interview digunakan oleh peneliti untuk menilai keadaan seseorang. Misalnya mencari data tentang variabel latar belakang murid, orangtua, pendidikan dll.
Ditinjau dari pisiknya maka interviu dibedakan atas:
a. Intervieu terstruktur, adalah interviu yang dilakukan dengan pedoman
checklis di kolomnya. Bahkan terkadang responden sendiri yang mengisinya jadi interviu terstruktur tidak lain hanya berupa kuesioner.
b. Interviu tak terstruktur, pewawancara tidak menggunakan pedoman wawancara
yang telah terstruktur dan sistematis, melainkan hanya merupakan garis-garis besar permasalahnnya saja. Pertanyaan disampaikan secara tidak terstruktur tetapi tidak keluar dari pembahasan variabel yang akan diteliti. Interviu jenis ini hanya dilakukan sambil lalu, tidak kepada orang yang diseleksi dahulu melainkan hanya kepada responden yang dijumpai secara kebetulan.
Ada pula yang menambahkan interviu semistruktur. Yang mana, interviu jenis ini ialah interviu yang lebih bebas dari interviu terstruktur. Gunanya untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka diamn pihak yang diajak wawancara dimintai pendapat dan ide-idenya.
Ditinjau dari pelaksanaannya maka interview dibedakan atas:
a. Interview bebas, inguided interview, dimana pewawancara bebas
bertanya apa aja tetapi juga mengingat akan data apa aja yang akan disimpulkan
b. Interview terpimpin,guided interview, yaitu interviu yang dilakukan oleh
pewawancara dengan membawa sederetan pertanyaan lengkap dan terperinci seperti yang dimaksud dalam interviu terstruktur
c. Interview bebas terpimpin, yaitu kombinasi anatara interviu bebas dan
interviu terpimpin
Syarat penting dalam melakukan interviu dan mengemukakan pokok-pokok yang akan diungkapakan adalah sebagai berikut:
a. Partisipasi yaitu penerimaan dan keikutsertaan interviewer dalam
kegiatan interviwee
b. Identifikasi yaitu perkenalan dan pendekatan diri
c. Persuasi yaitu sikap sopan dalam bertanya.
d. Menghindari kata-kata yang bermakna ganda
e. Menghindari pertanyaan panjang
g. Mengajukan pertanyaan dalam pengalaman konkret interviwee
h. Menyebut semua alternative jawaban.
i. Menghindari kata-kata canggung yang membuat rasa malu interviwee
j. Menetralkan gaya bahasa bertanya
k. Memproyeksikan gaya pertanyaan yang menyangkut interviewee
l. Menanyakan hal-hal positif dan negative dalam menilai orang ketiga
5. Observasi
Orang seringkali mengartikan observasi sebagai suatu aktiva yang sempit, yakni memperhatikan sesuatun dengan menggunakan mata. Didalam pengertian psikolog , observasi atau yang sering disebut pengamatan, me;liputi kegiatan
pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra. Jadi, mengobservasi dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba dan pengecap. Apa yang dikatakan ini ialah pengamatan secara langsung. Didalam penelitian observasi dapat dilakukan dengan tes, kuesioner, rekaman gambar dan rekaman suara.
Berdasarkan proses pengumpulan data, observasi dibagi menjadi 2. Yaitu, observasi partisipan dan observasi non partisipan.
a. Observasi partisipan: Adalah observasi yang mana peneliti terlibat secara
langsung dalam aktivitas orang-orang yang sedang diobservasi. Sambil melakukan observasi para peneliti juga ikut melakukan apa yang dilakukan oleh objek observasi serta ikut merasakan suka dukanya. Dengan ini peneliti akan memperoleh data yang lebih tajam dan lengkap. Dan sampai mengetahui tingkat makna dari setiap perilaku yang tampak.
b. Observasi nonpartisipan: adalah observasi yang mana peneliti tidak ikut
bambil bagian dalam kegiataan atau tidak terlibat secara langsung dalam aktivitas orang-orang yang sedang diobservasi. Observasi hanya bertindak sebagai pengamat independen.
Berdasarkan jenis instrumennya, observasi dibagi menjadi 2. Yaitu, Observasi sistematis dan observasi tidak sistematis.
a. Observasi sistematis, yang dilakukan pengamat dengan menggunakan
b. Observasi tidak sistematis (non-sistematis), yang dilakukan
pengamatdengan tidak menggunakan instrument pengamatan.
Pedoman observasi ialah sebuah daftar jenis kegiatan yang mungkin timbul dan akan diamati. Dalam proses observasi, pengamat tinggal memberikan tanda atau tally pada kolom tempat peristiwa muncul. Itulah makanya cara bekerja seperti ini disebut system tanda (sign system).
Sign system digunakan sebagai instrument pengamatan situasi pengajaran sebagai sebuah potret selintas (snapshot). Instrumen tersebut berisi sederetan sub-variabel misalnya: guru menerangkan, guru menulis di papan tulis, guru menanyakan kelompok, guru bertanya kepada seorang anak, guru menjawab, murid berteriak, murid bertanya dan sebagainya. Setelah pengamatan dalam satu periode tertentu, misalnya 5 menit, semua kejadian yang muncul dicek. Kejadian yang muncul lebih dari satu kali dalam satu periode pengamatan hanya di cek satu kali. Dengan demikian, akan diperoleh gambar tentang pa kejadian yang muncul dalam situasi pengajaran.
Dalam hal ini pengamat tidak dapat memperhatikan variabel yang terlalu banyak. Dengan demikian, pada akhir pengamatan dapat disimpulkan di kelas mana partisipasi murid terjadi paling besar.
6. Dokumentasi
Metode dokumentasi atau biasa dikenal dengan studi documenter merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisi dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik.Dalam pengertian lebih luas, dokumen dapat pula berupa peninggalan-peninggalan atau prasti juga symbol-simbol. Dokumen-dokumen yang dihimpun dipilih yang sesuai dengan tujuan dan focus masalah.
Metode dokumentasi dapat dilaksanakan dengan:
a. Pedoman dokumentasi yang memuat garis-garis besar atau kategori yang
akan dicari datanya.
b. Check-list, yaitu daftar variabel yang akan dikumpulkan datanya. Dalam
C. Penentuan Metode dan Instrumen Pengumpulan Data
Telah dipahami beberapa metode dan instrument pengumpulan data. Masing-masing metode dan instrument mempunyai kelebihan dan kekurangan. Dalam mengadakan suatu penelitian biasanya tidak hanya menggunakan satu metode penelitian, tetapi lebih dari itu. Guna menutupi kekurangan-kekurangan yang ada pada suatu metode tersebut. Kadang-kadang terdapat suatu metode atau instrument yang merupakan hal wajib untuk dipakai dalam suatu penelitian. Tetapi kadang-kadang sebagai salah satu alternative saja, sehingga pilihan metode yang dapat digunakan dapat dipilih-pilih.
Adapun urutan penentuan metode pengumpulan data adalah sebagai berikut:
1. Setelah ditentukan, jenis data, indicator dan sumber data, maka metode
pengumpulan dapat dipilih yang paling dicocok.
2. Bila jenis data berupa sesuatu yang bisa langsung diamati dengan
pancaindra, maka digunakan metode observasi.
3. Bila jenis datanya berupa gejala bersifat umum dan jumlahnya besar,
maka digunakan metode angket atau kuesioner.
4. Bila jenis datanya berupa gejala yang bersifat individual atau rahasia
pribadi, maka yang diguanakan adalah metode wawancara.
5. Bila jenis data memerlukan pengukuran yang cermat, maka metode tes
yang digunakan atau eksperimen.
Secara garis besar, pemilihan metode dan instrument pengumpulan data dipengaruhi oleh beberapaa hal, antara lain:
1. Tujuan penelitian, yang sekaligus menentukan jenis dan macam
penelitian.
2. Sampel penelitian, apabila sampelnya besar, tentu saja peneliti tidak
mampu menggunakan wawancara atau observasi. Angket akan lebih baik tepatnya.
3. Lokasi, apabila lokasi penelitian meliputi daerah yang luas, akan lebih
efektif menggunakan metode kuesioner.
4. Pelaksana, apabila pelaksanaanya cukup banyak sedangkan responden
observasi. Akan tetapi, jika keadaan sebaliknya maka metode kuesioner tentu lebih tepat.
5. Biaya dan Waktu, walaupun hasilnya akan lebih baik jika peneliti
mengadakan observasi, akan tetapi karena biaya dan waktunya terbatas maka peneliti harus merasa puas hanya mengadakan kuesioner
6. Data, Jika kita tidak akan mengorek pendapat yang lebih dalam, maka
wawancara kiranya lebih tepat.
Dari uraian ini tampaknya kuesioner merupakan metode yang selalu digunakan. Namun demikian, apabila peneliti menganggap metode selain kuesioner akan lebih baik, maka metode lain harus digunakan. Walaupun kuesioner digunakan sebagai metode pokok, metode lainpun harus digunakan sebagai pelengkap dalam
mengumpulkan data yang lain.
D. Pengadaan Instrumen
Apabila sudah tersedia instrumen yang standar, maka peneliti boleh
meminjam dan menggunakan untuk mengumpulkan data. Beberapa instrumen yang sudah distandarisasikan antara lain: tes intelegensi, tes minat, tes kemampuan dasar (tes bakat), tes kepribadian dan beberapa tes prestasi belajar.
Prosedur yang ditempuh dalam pengadaan instrumen yang baik adalah:
1. Perencanaan, meliputi perumusan tujuan, menentukan variabel, kategori
variabel. Untuk tes, langkah ini meliputi perumusan tujuan dan pembuatan tabel spesifikasi.
2. Penulisan butir soal, atau item kuesioner, penyusunan skala, penyusunan
pedoman wawancara.
3. Penyuntingan, yaitu melengkapi instrument dengan pedoman
mengerjakan surat pengantar, kunci jawaban, dan lain-lain yang perlu.
4. Uji-coba, baik dalam skala kecil maupun besar.
5. Penganalisaan hasil, analisis item, melihat pola jawaban peninjauan
saran-saran dan sebagainya.
6. Mengadakan revisi terhadap item-item yang dirasa kurang baik,
E. Keampuhan Instrumen
Dua karakteristik instrument yang menentukan tinggi-rendahnya mutu penelitian adalah validitas dan realibitas.
1. Validitas, ialah suatu ukuran yang merujuk sejauh mana instrument itu
dapat merekam (mengukur) apa yang dapat direkam (diukur). Oleh karena itu instrument yang valid dan shohih mempunyai validitas tinggi, begitupun sebaliknya. Dan sebuah instrument dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat.
2. Realibitas, realibitas merujuk kepada hasil konsistensi data, jadi suatu
instrument dapat dikatakan benar apabila sudah dapat dipercaya dan reliable akan menghasilkan data yang dapt dipercaya juga. Apabila datanya sesuai dengan kenyataannya maka beberapa kalipu diambil datanya akan tetap sama.
Oleh karena validitas dan reabilitas itu menunjukkan derajat kesesuaian antara data dengan keadaan lapangan, maka keduanya harus ditegakkan secara sungguh-sungguh.
DAFTAR PUSTAKA