• Tidak ada hasil yang ditemukan

DOCRPIJM 1fd88435fe BAB VIIBAB VII KELEMBAGAAN #rev 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DOCRPIJM 1fd88435fe BAB VIIBAB VII KELEMBAGAAN #rev 1"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

1 | bab 7

7.1 Petunjuk Umum

Tujuan peningkatan kelembagaan daerah terkait langsung dengan pembangunan

prasarana kota bidang PU/Cipta Karya, yaitu agar investasi pembangunan dapat

dilaksanakan secara optimal oleh Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu serta terjamin

keterlanjutannya. Hal ini juga disesuaikan dengan Undang-Undang No.32 Tahun 2004

tentang Pemerintah Daerah dimana pengaturan tentang kelembagaan perangkat

daerah, diatur dalam pasal 120 s/d 128, menekankan penataan organisasi perangkat

daerah dengan prinsip-prinsip otonomi daerah, yaitu perlunya suatu organisasi yang

efisien, efektif dan rasional serta didukung dengan kemampuan, kebutuhan dan potensi

yang tersedia untuk masing-masing daerah.

Semangat desentralisasi penyelenggaraan pemerintah daerah, sebagaimana dituangkan

dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah beserta

aturan-aturan pelaksanaannya membutuhkan upaya-upaya terkoordinasi agar tujuan

pelaksanaan kebijakan otonomi di daerah tercapai. Selanjutnya pedoman/ acuan

pengembangan kapasitas sebagaimana dirumuskan dalam Kerangka Nasional

Pengembangan dan Peningkatan Kapasitas (KNP2K) dalam rangka mendukung

desentralisasi, yang dikeluarkan bersama oleh Menteri Dalam Negeri dan Menteri

Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala BAPPENAS tanggal 06 Nopember

2002, merujuk pada kebutuhan untuk menyempurnakan peraturan dan perundangan

dengan melakukan reformasi kelembagaan, memperbaiki tata kerja dan mekanisme

koordinasi, peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) - ketrampilan dan

kualifikasi, perubahan pada sistem nilai dan sikap, dan keseluruhan kebutuhan ekonomi

daerah bagi pendekatan baru untuk pelaksanaan good governance, sistem administrasi

dan mekanisme partisipasi dalam pembangunan agar dapat memenuhi tuntutan untuk

(2)

2 | bab 7

Adanya keseimbangan pembagian tanggung jawab antara pemerintah pusat dengan

pemerintah daerah bertujuan untuk menselaraskan dan menjamin keterlanjutan setiap

program yang direncanakan. Sebagaimana yang disebutkan di dalam Undang-Undang

No.33 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,

Pemerintah Daerah Propinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, dimana

disebutkan Urusan pemerintahan yang dibagi bersama antar tingkatan (konkuren) dan/

atau susunan pemerintahan diluar urusan pemerintahan.

Dengan adanya pembagian tanggung jawab kelembagaan tersebut, akan memudahkan

Pemerintah Daerah dalam menilai kelayakan suatu lembaga untuk investasi

pembangunan daerahnya.

Kelayakan merupakan hasil telahan (asessment) tentang kapasitas suatu subyek yang

mengemban tugas-tugas tertentu bagi tercapainya tujuan-tujuan yang ditetapkan.

Sedangkan kelembagaan adalah suatu subyek dan sekaligus juga menunjuk kepada

bentuk, sifat-sifat dan atau fungsi-fungsinya (build in) yang terkait (involve),

berkepentingan (concern) dan bertanggung-jawab (responsible) untuk tercapainya

tujuan-tujuan yang ditetapkan.

Kelayakan yang tinggi bagi suatu institusi yang terkait dan bertanggungjawab atas

terselenggaranya visi dan misi-nya, sangat penting artinya bagi tercapai tujuan yang

dikehendaki dengan efektif dan efisien. Makin layak ia makin tinggi tingkat efisiensi yang

dihasilkan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya, demikian juga sebaliknya.

Pembahasan tentang kelembagaan, tidak cukup dengan memandang “lembaga” sebagai

wadah, dengan struktur organisasinya dan lain-lainnya, karena itu baru “raga” dari lembaga tersebut. Disamping ada “raga”, lembaga mempunyai “spirit” atau dapat disebut juga sebagai “roh”. Roh itu berada pada manusia-manusianya, yang menjadi anggota lembaga tersebut. Sehingga upaya meningkatkan kelayakan suatu lembaga,

tidak cukup dengan hanya menyempurnakan struktur organisasinya dan hal-hal lainnya

yang bersifat fisik saja, tetapi juga penting untuk meningkatkan kapasitas/kemampuan

(pengetahuan, ketrampilan dan moral-etika) orang-orang yang bertugas dalam

lembaga tersebut.

Ketika Undang-Undang mengenai otonomi daerah telah disahkan oleh Presiden Republik

Indonesia, para perangkat Pemerintahan Daerah diberikan suatu kebebasan yang

(3)

3 | bab 7

dalam pelaksanaannya pada saat ini, Pemerintah Pusat menyadari bahwa

penyelenggaraan otonomi daerah dalam realitasnya masih mengalami kendala yang

tidak kecil, yang dapat diidentifikasikan sebagai berikut :

 Kendala regulasi. Regulasi untuk pelaksanaan otonomi masih menyisakan persoalan yang berarti, dilihat dari kelengkapan, kejelasan dan kemantapannya, yang

berakibat penyelenggaraan otonomi daerah yang kini berjalan ditanggapi secara

beragam, dan bahkan menimbulkan ekses berupa konflik kepentingan;

 Kendala koordinasi. Proses koordinasi pelaksanaan otonomi daerah antara Instansi Pemerintah Pusat (khususnya yang terkait dengan penyusunan peraturan dan

pedoman baru) belum berjalan dengan baik, sehingga berakibat kurang

konsistennya peraturan yang dikeluarkan;

 Kendala persepsi. Proses keterbukaan yang berkembang telah berdampak pada munculnya kecenderungan keragaman persepsi dalam menyikapi otonomi luas,

sehingga menimbulkan friksi pemerintahan, terutama yang berkaitan dengan

distribusi kewenangan;

 Kendala waktu. Euphoria otonomi daerah yang begitu menggebu-gebu di era reformasi ini menuntut kecepatan dan ketanggapan yang tinggi untuk menyusun

berbagai peraturan dan kebijakan yang diperlukan. Sementara Pemerintah (Pusat

dan Daerah) tidak punya cukup waktu untuk melakukannya, walau sadar bahwa

yang ada memang belum lengkap;

 Kendala keterbatasan sumberdaya. Rendahnya kualitas/kapasitas SDM jelas merupakan faktor yang dominan dalam ketidakmampuan memberdayakan

kapasitasnya. Juga masih terbatasnya penyedia jasa/layanan (service provider)

untuk mendukung percepatan desentralisasi. Demikian juga ada keterbatasan

kemampuan keuangan untuk membiayai penyelenggaraan desentralisasi, yang

ternyata membutuhkan biaya yang tidak kecil.

Adapun prinsip dari pelaksanaan pengembangan dan peningkatan kapasitas (capacity

building) adalah:

 Pengembangan kapasitas bersifat multi dimensional (mencakup beberapa kerangka waktu: jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek);

 Pengembangan kapasitas menyangkut multiple stakeholders;

 Pengembangan kapasitas harus bersifat demand driven, dimana kebutuhannya tidak ditentukan dari atas/ luar tetapi datang dari stakeholder-nya sendiri;

(4)

4 | bab 7

7.2

KONDISI KELEMBAGAAN

7.2.1 KONDISI KELEMBAGAAN PEMERINTAH KABUPATEN LABUAHANBATU

A. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten

Labuhanbatu Sebagai Penyelenggara RPIJM Kabupaten Labuhanbatu

Sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Labuhanbatu No. 36 Tahun 2008

tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kabupaten

Labuhanbatu, pasal 6,7 dan 8, menyebutkan bahwa:

 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan Daerah Bidang

perencanaan pembangunan berdasarkan azas otonomi dan tugas

pembantuan.

 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dipimpin oleh seorang Kepala Badan yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada

Bupati melalui Sekertaris Daerah.

Dalam melaksanakan tugas pokok seperti yang disebutkan diatas, BAPPEDA

Kabupaten Labuhanbatu menyelenggarakan fungsi:

 Perumusan kebijakan teknis di bidang perencanaan pembangunan;

 Menyelenggarakan pengoordinasian penyusunan perencanaan pembangunan;

 Menyelenggarakan pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang perencanaan pembangunan;

 Pengelolaan urusan kesekretariatan Badan. Organisasi BAPPEDA Kabupaten Labuhanbatu terdiri dari:

a. Kepala Badan;

b. Sekertariat, terdiri dari:

1). Sub Bagian Program;

2). Sub Bagian Keuangan;

3). Sub Bagian Umum dan Kepegawaian.

c. Bidang Pendataan, Peneliian dan Pengembangan, terdiri dari:

1). Sub Bidang Pendataan dan Pelaporan;

(5)

5 | bab 7

d. Bidang Perencanaan Ekonomi, terdiri dari:

1). Sub Bidang Perencanaan Pertanian;

2).Sub Bidang Perencanaan Perekonomian Daerah.

e. Bidang Perencanaan Fisik dan Lingkungan Hidup, terdiri dari:

1). Sub Bidang Perencanaan Perhubungan dan Sumber Daya Air;

2). Sub Bidang Perencanaan Permukiman, Tata Ruang dan Lingkungan

Hidup;

f. Bidang Perencanaan Sosial Budaya, terdiri dari:

1). Sub Bidang Perencanaan Kesejahteraan Rakyat;

2). Sub Bidang Perencanaan Pemerintahan dan Kependudukan.

g. Kelompok Jabatan Fungsional

Bagan Organisasi BAPPEDA Kabupaten Labuhanbatu lihat Gambar7.1 berikut :

GAMBAR 7.1

BAGAN ORGANISASI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN LABUHANBATU RUANG DAN LING. HIDUP

SUB BIDANG PERENC. PEMERINTAH DAN

(6)

6 | bab 7

B. Dinas Cipta Karya Dan Tata Ruang Kabupaten Labuhanbatu

Sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Labuhanbatu No. 35 Tahun 2008

tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah Kabupaten Labuhanbatu,

Pasal 12, 13, 14 menyebutkan bahwa:

 Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang mempuyai tugas pokok melaksanakan urursan Pemerintahan Daerah bidang Cipta Karya dan Tata Ruang berdasarkan azas

otonomi dan tugas pembantuan.

 Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Bupati melalui Sekertaris

Daerah.

Serta dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam keterangan

diatas, Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang menyelenggarakan fungsi.

 Perumusan kebijakan teknis di bidang Cipta Karya dan Tata Ruang.

 Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di Bidang Cipta Karya dan Tata Ruang.

 Pembinaan terhadap unit pelaksana teknis Dinas di bidang Cipta Karya dan Penataan Ruang.

 Pengelolaan urusan kesekretariatan Dinas.

Organisasi Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang terdiri dari :

a. Kepala Dinas.

b. Sekertariat, terdiri dari:

1). Sub Bagian Umum dan Kepegawaian;

2). Sub Bagian Program;

3). Sub Bagian Keuangan.

c. Bidang Tata Ruang, terdiri dari:

1). Seksi Perencanaan Kota;

2). Seksi Perencanaan Wilayah;

3). Seksi Pemetaan.

d. Bidang Bangunan dan Permukiman, terdiri dari:

1). Seksi Perumahan dan Gedung;

2). Seksi Prasarana Permukiman;

(7)

7 | bab 7

e. Bidang Pertamanan dan Perkotaan, terdiri dari:

1). Seksi Pertamanan;

2). Seksi Fasilitas Listrik dan Perkotaan;

3). Seksi Pemeliharaan.

f. Unit Pelaksanaan Teknis Dinas (UPTD)

g. Kelompok Jabatan Fungsional

Bagan Organisasi Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang lihat Gambar 7.2 berikut :

GAMBAR 7.2

BAGAN ORGANISASI DINAS CIPTA KARYA DAN TATA RUANG KABUPATEN LABUHANBATU

BIDANG PERTAMANAN DAN PERKOTAAN

(8)

8 | bab 7

C. Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten

Labuhanbatu

Sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Labuhanbatu No. 35 Tahun 2008

tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah Kabupaten Labuhanbatu,

Pasal 27, 28, 29 menyebutkan bahwa:

Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah mempunyai tugas

pokok melaksanakan urusan Pemerintahan daerah bidang Administrasi Keuangan

Daerah khusus urusan Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah

berdasarkan azas otonomi dan tugas pembantuan.

Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah dipimpin oleh seorang

kepala Dinas yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Bupati melalui

Sekertaris Daerah.

Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada keterangan diatas,

Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah menyelenggarakan

fungsi:

 Perumusan kebijakan teknis di bidang Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah;

 Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah;

 Pembinaan terhadap unit pelaksana teknis Dinas di bidang Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah;

 Pengelolaan urusan kesekretariatan Dinas.

Organisasi Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah terdiri dari:

a. Kepala Dinas;

b. Sekertariat, terdiri dari:

1). Sub Bagian Umum Kepegawaian

2). Sub Bagian Program;

3). Sub Bagian Keuangan.

c. Bidang Pendapatan, terdiri dari:

1). Seksi Pendataan dan Penetapan;

2). Seksi Penagihan;

(9)

9 | bab 7

d. Bidang Anggaran, terdiri dari:

1). Seksi penyusunan;

2). Seksi Pembinaan;

3). Seksi Evaluasi.

e. Bidang Kekayaan dan Aset, terdiri dari:

1). Seksi Inventarisasi Kekayaan Daerah;

2). Seksi Penilaian dan Penghapusan;

3). Seksi Pengamanan Aset.

f. Bidang Pengelolaan Keuangan, terdiri dari:

1). Seksi Verifikasi;

2). Seksi Penatausahaan dan Akuntansi;

3). Seksi Penyusunan Laporan Keuangan.

g. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD).

h. Kelompok Jabatan Fungsional.

Bagan organisasi Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah lihat

(10)

10 | bab 7

GAMBAR 7.3

(11)

11 | bab 7

D. Dinas Pasar dan Kebersihan Kabupaten Labuhanbatu

Sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Labuhanbatu No. 35 Tahun 2008

tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah Kabupaten Labuhanbatu,

Pasal 39 dan 40 menyebutkan bahwa:

Dinas Pasar dan kebersihan mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan

Pemerintahan daerah bidang Pekerjaan Umum khusus pasar dan kebersihan

berdasarkan azas ekonomi dan tugas pembantuan.

Dinas Pasar dan kebersihan dipimpin oleh seorang kepala Dinas yang berada

dibawah dan bertanggungjawab kepada Bupati melalui Sekertaris Daerah.

Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada keterangan diatas,

Dinas Pasar dan kebersihan menyelenggarakan fungsi:

 Perumusan kebijakan teknis di bidang Pasar dan kebersihan;

 Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang pasar dan kebersihan;

 Pembinaan terhadap unit pelaksana teknis Dinas di bidang pasar dan kebersihan;

 Pengelolaan urusan kesekretariatan Dinas.

Organisasi Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah terdiri dari:

a. Kepala Dinas;

b. Sekertariat, terdiri dari:

1). Sub Bagian Umum Kepegawaian

2). Sub Bagian Program;

3). Sub Bagian Keuangan.

c. Bidang Pendapatan dan Pembinaan Pedagang, terdiri dari:

1). Seksi Pendataan dan Penetapan;

2). Seksi Penagihan dan Pendapatan;

3). Seksi Pembinaan Pedagang dan Ketertiban.

d. Bidang Kebersihan, terdiri dari:

1). Seksi Kebersihan Lingkungan;

2). Seksi Kebersihan Pasar dan Pertokoan;

3). Seksi Pengangkutan dan pengelolaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

e. Bidang Sarana dan Prasarana, terdiri dari:

1). Seksi Prasarana dan Sarana Pasar;

2). Seksi Prasaraba dan Sarana Kebersihan;

(12)

12 | bab 7

f. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD);

g. Kelompok Jabatan Fungsional.

Bagan organisasi Dinas Pasar dan Kebersihan lihat Gambar 7.4 berikutn ini :

GAMBAR 7.4

(13)

13 | bab 7

7.2.2 KONDISI KELEMBAGAAN NON PEMERINTAH

A. PDAM

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Bina, sebagai lembaga non pemerintah

yang menjadi sumber penyuplai air bersih di Kota Rantauprapat.

PDAM Tirta Bina.

1. Direktur Utama

Tugas Pokok:

Tanggung jawab administratif fungsional perusahaan daerah air minum

kepada bupati sebagai Kepala Daerah, dilakukan oleh direktur utama

perusahaan air minum.

 Direksi secara besama-sama dalam menjalakan tugasnya bertanggung jawab kepada bupati sebagai Kepala Daerah atas semua tindakan dan

pelaksanaan tugas yang dibebankan ke direktur utama melalui badan

pengawas;

 Direksi wajib mengadakan rapat pada waktu-waktu tertentu untuk membahas secara menyeluruh penyelenggara perusahaan;

 Rapat dipimpin oleh Direktur utama dan apabila berhalangan untuk menjalankan pekerjaan tersebut maka yang bersangkutan menunjuk

seseorang penggantinya salah satu anggota Direksi yang ada;

 Direksi menetapkan kebijaksanaan perusahaan jangka pendek dan jangka panjang. Masing-masing anggota Direksi membawahi masing-masing

bidang dengan tidak mengurangi tugasnya dan secara umum membawahi

semua kegiatan;

 Mewakili perusahaan didalam dan diluar pengadilan dan dapat menyerahkan kuasa kepada seseorang staf yang khusus ditunjuk untuk

kepada seseorang dan beberapa pegawai perusahaan baik sendiri maupun

bersama-sama atau kepada seseorang maupun badan lain;

 Melaporkan secara berkala tentang kegiatan perusahaan dan laporan realisasi anggaran kepada Bupati Labuhanbatu/ Badan Pengawas

(14)

14 | bab 7

2. Direktur Umum

Tugas Pokok:

Direktur Umum mempunyai tugas wewenang dan tanggung jawab sebagai

berikut : Mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan bidang administrasi

keuangan, pelayanan, personalia, akutansi, logistik dan komputer.

 Mengkoordinasikan dan mengendalikan sumber-sumber pendapatan serta pembelanjaan dan kekayaan perusahaan;

 Mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan pengadaan , pengolahan dan perlengkapan;

 Mengendalikan penerimaan dari hasil penagihan rekening penjualan air;

 Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan direktur utama;

 Dalam menjalankan tugas-tugas Direktur Umum bertanggung jawab kepada Direktur Utama;

3. Direktur Teknik

Tugas Pokok:

 produksi, distribusi, peralatan teknik;

 mengkoordinasikan dan mengendalikan pemeliharaan instalasi produksi, sumber mata air, sumber air permukaan dan sumber air tanah;

 Mengkoordinasikan kegiatan pengujian peralatan teknik dan bahan-bahan kimia;

 Melaksanakan tugas lain yang diberikan direktur utama;

 Dalam menjalankan tugasnya Direktur Teknik bertanggung jawab kepada direktur utama.

4. Seksi Anggaran dan Pembukuan

Tugas Pokok:

 Mengkoordinasikan tugas-tugas pada urusan buku jurnal, buku pembantu, buku besar dan laporan keuangan;

 Mengendalikan pembukuan dari setiap transaksi dan biaya pada buku jurnal dan buku pembantu serta pembukuan semua unsur biaya operasi

perusahaan, baik biaya langsung maupun tidak langsung;

 Mengawasi/ memeriksa perhitungan harga pokok produksi dan penjualan air;

(15)

15 | bab 7

 Meneliti laporan-laporan operasional dari bagian-bagian lain, terutama yang menyangkut keuangan dan biaya serta memeriksa kebenaran tentang

pos-pos pembukuan;

 Menganalisa unsur-unsur harga pokok penjualan air serta pendapatan lain, untuk mengusulkan tentang kenaikan tarif, perobahan golongan tarif air

minum dan biaya pemasangan sambung baru dan biaya lainnya;

 Melaksanakan dan menyesuaikan kebijaksanaan pembukuan sesuai dengan prinsip akutansi indonesia dan norma pemeriksa akuntan yang berlaku di

indonesia;

 Mengadakan koordinasi dengan semua bagian-bagian dan Unit-Unit IKK untuk memperoleh data seluruh biaya operasional perusahaan dan

data-data lain yang diperlukan untuk diolah lebih lanjut;

 Membantu pemeriksa ekstern untuk menyediakan data dan bahan-bahan yang diperlukan;

 Melaksanakan pembuatan voucer serta meneliti kebenaran dokumen pendukung yang akan dibayar serta pembebanan perkiraanya;

 Menyusun anggaran dan biaya perusahaan pada waktunya sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dalam semua kegiatan;

 Merencanakan/mengawasi serta memberikan rekomendasi tentang pembayaran dan pengeluaran biaya guna memenuhi kebutuhan

perusahaan berdasarkan anggaran dan biaya yang telah ditetapkan dalam

rencana;

 Menyusun anggaran biaya sesuai dengan kondisi perusahaan serta menyerahkan kepada Kepala Bagian Keuangan dalam rencana-rencana

kerja yang akan dilaksanakan;

 Melaksanakan penyusunan realisasi anggaran dan biaya dalam hal pengawas/kontrol terhadap biaya-biaya yang sudah dan yang akan

diselesaikan;

 Menyusun anggaran yang menyakinkan dari sumber-sumber mana dana yang akan diperoleh perusahaan;

 Bertanggung jawab atas terlaksananya semua tugas-tugas pekerjaan yang telah ditetapkan serta melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala

Bagian Keuangan;

(16)

16 | bab 7

5. Bagian Pelanggan

Tugas Pokok:

 Mengkoordinaksikan tugas-tugas pemasaran, pelayanan dan pengolahan pelayanan langganan dibidang Lingkungan Hidup seluruh wilayah

Rantauprapat dan Unit IKK;

 Melaksanakan penyusunan, usulan kebijakan dan ketentuan baru mengenai tarif air minum, tarif sambungan baru air minum bilamana perkembangan

perusahaan membutuhkannya;

 Melaksanakan evaluasi perkembangan sambungan baru langganan air minum guna mencapai target yang telah ditentukan;

 Menyampaikan saran dan pertimbangan kepada Direksi sesuai dengan hierarki tentang langkah-langkah yang perlu diambil;

 Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Direksi;

 Melanyampaikan laporan berkala kepada Direksi sesuai dengan pedoman yang berlaku;

 Bagian hubungan langganan dalam menjalankan tugas membawahi seksi pelayanan lapangan;

 Bagian langganan dikepalai oleh seorang Kepala Bagian langganan yang dalam melaksanakan tugas bertanggung jawab kepada Direktur Umum.

6. Bagian Produksi

Tugas Pokok:

 Mengkoordinasikan tugas-tugas yang berhubungan dengan pengolahan dan laboratorium air minum;

 Melakukan pengendalian atas kwalitas dan kwantitas produksi air minum rencana kebutuhan meterial produksi;

 Melaksanakan kegiatan pengujian peralatan teknik dan bahan kimia yang diperlukan;

 Menyusun laporan berkala sesuai dengan pedoman yang berlaku;

 Menyampaikan saran dan pertimbangan kepada Direksi sesuai dengan hirarki tentang langkah-langkah atau tindakan-tindakan yang perlu diambil

(17)

17 | bab 7

7. Bagian Pengolahan

Tugas Pokok:

 Melakukan pengawasan dan memberi saran serta menjaga kelestarian sumber-sumber air yang telah ada dan mengelolah produksi secara baik;

 Melakukan dan memonitoring kegiatan pengujian kualitas dan kuantitas air minum sehingga didapat produksi yang diharapkan;

 Melakukan pengawasan dan memonitoring meter-meter kontrol secara kontiniu pada instalasi-instalasi produksi dan bertanggung jawab dengan

kebenaran langkahnya;

 Membuat standart pemakaian bahan kimia terhadap meter kubik air yang diproduksi;

 Melakukan pengambilan contoh air dari sumber pengolahan, pipa transmisi, pipa distribusi dan rumah-rumah langganan untuk diperiksa guna

mengawasi kwalitas air minum;

 Merencanakan dosis bahan-bahan kimia untuk pengobatan dan penjernihan air;

 Melaksanakan pemeriksaan kimia dan bakteriologis air minum secara teratur, melakukan pemeriksaan secara rutin atas sampel air pada jaringan

pipa distribusi, pipa dinas dan jaringan pipa dirumah pelanggan;

 Melayani permintaan kwalitas air dari masyarakat/instansi yang memerluka;

 Menyusun rencana kebutuhan bahan kimia untuk pengolahan air;

 Seksi dikepalai oleh seorang Kepala Seksi yang dalam tugasnya bertanggung jawab kepada Kepala Bagian produksi;

8. Bagian Distribusi/Transmisi

Tugas Pokok:

 Mengkoordinasi tugas-tugas yang berhubungan dengan transmisi, distribusi, perawatan meter dan keuangan kehilangan air;

 Melaksanakan pemasangan pipa transmisi dan distribusi dalam rangka pembagian tekanan secara merata dan terus menerus serta melayani

gangguan kelancaran air minum termasuk rencana kebutuhan material

transmisi distribusi diseluruh Unit-Unit IKK;

(18)

18 | bab 7

 Melaksanakan pengawasan, pengendalian, dan pelaksanaan pekerjaan instalasi penyambungan, pemutusan meterisasi, pengolahan pipa induk/

jaringan, pompa tekan dan pelayanan gangguan;

 Menyampaikan saran, atau pertimbangan kepada direksi sesuai dengan hierarki;

 Menyusun laporan berkala sesuai dengan pedoman yang berlaku.

9. Bagian Perencanaan

Tugas Pokok:

 Mengkoordinasikan tugas-tugas yang berhubungan dengan perencanaan & survey, pengawasan dan arsip & gambar;

 Merencanakan rancangan proyek pengembangan sumber air baku, sistem transmisi/ distribusi beserta perlengkapan dan peralatan yang diperlukan;

 Melaksanakan penyusunan anggaran dan biaya, jadwal pelaksana konstruksi dan program kerja secara terperinci untuk berbagai proyek;

 Melakukan pengawasan pelaksanaan konstruksi fisik dari proyek-proyek yang sedang berlangsung apakah sesuai dengan rencana yang telah

ditetapkan;

 Mencari informasi pasar tentang harga barang;

 Menyampaikan data kalkulasi biaya dan jumlah kebutuhan bahan yang berkairan dengan pipa distribusi dan transmisi kepada Direksi;

 Melakanakan pengumpulan data-data situasi dan lain-lain;

 Menyimpan perhitungan-perhitungan instalasi dan melaksanakan opname lapangan atas pemasangan pipa distribusi/transmisi;

 Membuat desain dan menyusun syarat-syarat kerja proyek;

 Menyusun SPK-SPL, melaksanakan opname dalam rangka pengembangan gedung, bangunan air, instalasi produksi, transmisi dan distribusi;

 Membuat gambar dan rencana jaringan air minum baru dan rehabilitasi;

 Menyampaikan saran dan pertimbangan kepada Direksi sesuai dengan hierarki tentang lengkap yang perlu diambil dibidang tugasnya;

 Bagian perencana dikepalai oleh seorang Kepala Bagian yang dalam melaksanakan tugas dan bertanggung jawab kepada Direktur Teknik.

(19)

19 | bab 7

GAMBAR 7.5

BAGAN ORGANISASI PDAM TIRTA BINA KABUPATEN LABUHANABATU

7.3.MASALAH, ANALISIS DAN USULAN PROGRAM

7.3.1 MASALAH YANG DIHADAPI

Permasalahan yang banyak terjadi di suatu struktur kelembagaan adalah:

 Terjadinya tumpang tindih antara tugas dan fungsi pokok yang menjadi tanggung jawab suatu pemimpin di dalam struktur organisasi itu sendiri;

 Kurangnya SDM pegawai pemerintah dan non pemerintah, baik dalam tingkat pendidikan, pengetahuan, keterampilan dan kepercayaan diri, sehingga

masing-masing individu kurang menguasai lingkup pekerjaannya;

 Kurangnya prasarana, sarana maupun fasilitas kelembagaan, seperti ruangan, perangkat komputer, alat survey, maupun inventaris lainnya, sehingga dapat

menghambat kinerja pegawai kelembagaan.

KEPALA DIREKSI

KABID APDAL KABID WASDAL

(20)

20 | bab 7

7.3.2 ANALISIS PERMASALAHAN

Adanya tumpang tindih dalam tugas dan fungsi pokok instansi tersebut disebabkan

kurangnya jumlah pegawai yang menguasai bidang-bidang khusus, tertutama sektor

yang berkaitan dengan pengembangan investasi jangka menengah Kabupaten

Labuhanbatu, sehingga satu orang dipaksakan untuk menangani beberapa bidang, yang

bahkan bidang tersebut tidak dikuasinya.

Sedangkan adanya kekurangan di bidang SDM pegawai pemerintah dan non pemerintah

tersebut dikarenakan kurangnya perhatian dala perkembangan zaman yang semakin

maju dan tidak diimbanginya dengan sarana dan prasrana yang memadai terutama di

dalam hal sarana teknologi.

7.3.3 USULAN PROGRAM

Beberapa program yang disulkan untuk mengatasi permasalahan di atas adalah:

 Diadakannya penseleksian pegawai yang benar-benar berkualitas sesuai dengan bidang yang dibutuhkan di instansi pemerintah dan non pemerintah;

 Diberlakukannya sistem satu kepala bagian untuk satu bidang khusus, sehingga kepala bagian tersebut dapat berkonsentrasi dalam mengawasi dan

memajukan bidangnya tersebut;

 Peningkatan kualitas pegawai dengan rutinnya diadakan pelatihan-pelatihan mapun kursus yang dapat meningkatkan kualitas dan kapasitas SDM;

 Adanya penyaluran dana khusus dan wajib untuk memenuhi kebutuhan prasarana dan sarana maupun fasilitas yang dibutuhkan.

7.3.4 FORMAT UMUM RENCANA TINDAKAN PENINGKATAN KELEMBAGAAN

Untuk mewujudkan pelaksanaan pengembangan dan peningkatan kapasitas (capacity

building) di bidang kecipta karyaan perlu disiapkan sumber daya manusia (SDM) dari

aparatur yang menangani bidang kecipta karyaan tersebut. Peningkatan SDM dapat

melalui pendidikan formal maupun non formal atau pelatihan singkat dan kursus-kursus

teknis yang mendukung tugas pokok dan fungsi sehingga mendapatkan SDM yang

profesional sesuai dengan bidangnya. Untuk mendukung peningkatan SDM ini perlu

didukung oleh komitmen Pemerintah Daerah dalam peningkatan profesionalisme

aparatur sehingga pelaksanaan program yang tertuang dalam RPIJM dapat terlaksana

Gambar

GAMBAR 7.2 BAGAN ORGANISASI DINAS CIPTA KARYA DAN TATA RUANG
GAMBAR 7.3 BAGAN ORGANISASI DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET
GAMBAR 7.4 BAGAN ORGANISASI DINAS PASAR DAN KEBERSIHAN
GAMBAR 7.5 BAGAN ORGANISASI PDAM TIRTA BINA

Referensi

Dokumen terkait

Peningkatan Pendidikan MIPA dalam Master Plan Pendidikan Indonesia.. Dalam Booklet Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan

[r]

Kepemilikan manajerial akan dapat mensejajarkan kepentingan manajemen dengan pemegang saham sehingga manajer akan merasakan langsung manfaat dari keputusan yang diambil dengan

Bapak Ramir Santos Austria MAEd, selaku Ketua Jurusan Statistika Fakultas Science and Technoloy Binus University atas pengajaran, pehatian dan pertolongan yang telah diberikan.

Q.S An- Nisa’86). Sikap inilah yang harus dilakukan oleh karyawan dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan. Dari beberapa ayat Al- Qur’an dan Hadits diatas,

hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri untuk kelas. eksperimen dan discovery learning untuk kelas

[r]

One majo r are na whe re this de ve lo pme nt, po pularly kno wn as e nte rprise bargaining, is impac ting, is that o f e duc atio