• Tidak ada hasil yang ditemukan

12.1 Arahan Kebijakan Kelembagaan Bidang Cipta Karya - DOCRPIJM 6c244e5275 BAB XIIBAB 12 ASPEK KELEMBAGAAN KABUPATEN PACITAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "12.1 Arahan Kebijakan Kelembagaan Bidang Cipta Karya - DOCRPIJM 6c244e5275 BAB XIIBAB 12 ASPEK KELEMBAGAAN KABUPATEN PACITAN"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

Dalam pembangunan prasarana bidang Cipta Karya, untuk mencapai hasil yang optimal diperlukan kelembagaan yang dapat berfungsi sebagai motor penggerak RPIJM agar dapat dikelola dengan baik dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Kelembagaan dibagi dalam 3 komponen utama, yaitu organisasi, tata laksana dan sumber daya manusia. Organisasi sebagai wadah untuk melakukan tugas dan fungsi yang ditetapkan kepada lembaga; tata laksana merupakan motor yang menggerakkan organisasi melalui mekanisme kerja yang diciptakan; dan sumber daya manusia sebagai operator dari kedua komponen tersebut. Dengan demikian untuk meningkatkan kinerja suatu lembaga, penataan terhadap ketiga komponen harus dilaksanakan secara bersamaan dan sebagai

satu kesatuan.

12.1

Arahan Kebijakan Kelembagaan Bidang Cipta

Karya

Beberapa kebijakan berikut merupakan landasan hukum dalam pengembangan dan peningkatan kapasitas kelembagaan RPIJM pada

pemerintahan kabupaten Pacitan

1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

Dalam UU 32/2004 disebutkan bahwa Pemerintah Daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan menjalankan otonomi seluas-luasnya, dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah. Untuk membantu Kepala Daerah dalam melaksanakan otonomi, maka dibentuklah organisasi perangkat daerah yang ditetapkan melalui Pemerintah Daerah.

2. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian

(2)

PP tersebut mencantumkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang wajib yang menjadi urusan pemerintah daerah, dan pemerintah berkewajiban untuk melakukan pembinaan terhadap pemerintah kabupaten/kota.

PP 38/2007 ini juga memberikan kewenangan yang lebih besar kepada Pemerintah Kabupaten/Kota untuk melaksanakan pembangunan di Bidang Cipta Karya. Hal ini dapat dilihat dari Pasal 7 Bab III, yang berbunyi

“(1) Urusan wajib sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) adalah urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah kabupaten/kota, berkaitan dengan pelayanan dasar.

(2) Urusan wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: antara lainnya adalah bidang pekerjaan umum”.

Dari pasal tersebut, ditetapkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang wajib yang menjadi urusan pemerintah daerah, sehingga penyusunan RPIJM sebagai salah satu perangkat pembangunan daerah perlu melibatkan Pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota.

3. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 tahun 2007 tentang Organisasi Daerah

(3)

4. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang RPJMN 2010-2014

Dalam Buku II Bab VIII Perpres ini dijabarkan tentang upaya untuk meningkatkan kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi diperlukan adanya upaya penataan kelembagaan dan ketalalaksanaan, peningkatan kualitas sumber daya manusia aparatur, pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, penyempurnaan sistem perencanaan dan penganggaran,

serta pengembangan sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dan aparaturnya.

Untuk mendukung penataan kelembagaan, secara beriringan telah ditempuh upaya untuk memperkuat aspek ketatalaksanaan di lingkungan instansi pemerintah, seperti perbaikan standar operasi dan prosedur (SOP) dan penerapan e-government di berbagai instansi. Sejalan dengan pengembangan manajemen kinerja di lingkungan instansi pemerintah, seluruh instansi pusat dan daerah diharapkan secara bertahap dalam memperbaiki sistem ketatalaksanaan dengan menyiapkan perangkat SOP, mekanisme kerja yang lebih efisien dan efektif, dan mendukung upaya

peningkatan akuntabilitas kinerja.

5. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2010 Tentang

Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025

Tindak lanjut dari Peraturan Presiden ini, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara telah mengeluarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 30 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengusulan, Penetapan, dan Pembinaan Reformasi Birokrasi pada Pemerintah Daerah. Berdasarkan peraturan menteri ini, reformasi birokrasi pada pemerintah daerah dilaksanakan mulai tahun 2012, dengan dilakukan secara bertahap dan

berkelanjutan sesuai dengan kemampuan pemerintah daerah. Permen ini memberikan panduan dan kejelasan mengenai mekanisme serta prosedur dalam rangka pengusulan, penetapan, dan pembinaan pelaksanaan

reformasi birokrasi pemerintah daerah.

(4)

Untuk mendukung tercapainya good governance, maka perlu dilanjutkan dan disesuaikan dengan program reformasi birokrasi pemerintah, yang terdiri dari sembilan program, yaitu :

Program Manajemen Perubahan, meliputi: penyusunan strategi manajemen perubahan dan strategi komunikasi K/L dan Pemda, sosialisasi dan internalisasi manajemen perubahan dalam rangka reformasi birokrasi;

Program Penataan Peraturan Perundang-undangan, meliputi: penataan berbagai peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan/ diterbitkan oleh K/L dan Pemda;

Program Penguatan dan Penataan Organisasi, meliputi: restrukturisasi tugas dan fungsi unit kerja, serta penguatan unit kerja yang menangani organisasi, tata laksana, pelayanan publik, kepagawaian dan diklat;

Penataan Tatalaksana, meliputi: penyusunan SOP penyelenggaraan tugas dan fungsi, serta pembangunan dan pengembangan e-government;

Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur, meliputi: penataan sistem rekrutmen pegawai, analisis dan evaluasi jabatan, penyusunan standar kompetensi jabatan, asesmen individiu berdasarkan kompetensi;

Penguatan Pengawasan, meliputi: penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dan Peningkatan peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP);

Penguatan Akuntabilitas, meliputi: penguatan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, pengembangan sistem manajemen kinerja organisasi dan penyusunan Indikator Kinerja Utama (IKU);

Penguatan Pelayanan Publik, meliputi: penerapan standar pelayanan pada unit kerja masing-masing, penerapan SPM pada Kab/Kota.

Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan.

(5)

6. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Genderdalam Pembangunan Nasional

Di dalam Inpres ini dinyatakan bahwa pengarusutamaan gender ke dalam

seluruh proses pembangunan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan fungsional semua instansi dan lembaga pemerintah di tingkat

Pusat dan Daerah.

Presiden menginstruksikan untuk melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional yang berperspektif gender sesuai dengan bidang tugas dan fungsi, serta kewenangan masing-masing.

(6)

7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2010 Tentang Standar Pelayanan Minimum

Peraturan Menteri PU ini menekankan tentang target pelayanan dasar bidang PU yang menjadi tanggungjawab pemerintah kabupaten/kota. Target pelayanan dasar yang ditetapkan dalam Permen ini yaitu pada Pasal 5 ayat 2, dapat dilihat sebagai bagian dari beban dan tanggungjawab kelembagaan yang menangani bidang ke- PU-an, khususnya untuk sub bidang Cipta Karya yang dituangkan di dalam dokumen RPIJM.

Dalam Permen ini juga disebutkan bahwa Gubernur bertanggung jawab dalam koordinasi penyelenggaraan pelayanan dasar bidang PU, sedangkan

Bupati/Walikota bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pelayanan dasar bidang PU. Koordinasi dan penyelenggaraan pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang dilaksanakan oleh instansi yang bertanggung jawab di Bidang PU dan Penataan Ruang baik provinsi maupun kabupaten/kota.

8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah

Peraturan menteri ini menjadi landasan petunjuk teknis dalam penataan perangkat daerah. Berdasarkan Permen ini dasar hukum penetapan perangkat daerah adalah Peraturan Daerah (Perda). Penjabaran tupoksi

masing-masing SKPD Provinsi ditetapkan dengan Pergub, dan SKPD Kab/Kota dengan Perbup/Perwali.

9. Permendagri Nomor 57 tahun 2010 tentang Pedoman Standar Pelayanan Perkotaan

Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi pemerintah daerah sebagai dasar untuk memberikan pelayanan perkotaan bagi masyarakat. SPP adalah standar pelayanan minimal kawasan perkotaan, yang sesuai dengan fungsi kawasan perkotaan merupakan tempat permukiman perkotaan, termasuk di dalamnya jenis pelayanan bidang keciptakaryaan, seperti perumahan, air minum, drainase, prasarana jalan lingkungan, persampahan, dan air limbah.

10.Kepmen PAN Nomor 75 tahun 2004 tentang Pedoman Perhitungan Kebutuhan

(7)

Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi setiap instansi pemerintah dalam menghitung kebutuhan pegawai berdasarkan beban kerja dalam rangka penyusunan formasi PNS. Dalam perhitungan kebutuhan pegawai, aspek pokok yang harus diperhatikan adalah: beban kerja, standar kemampuan rata-rata, dan waktu kerja. Dalam keputusan ini, Gubernur

melakukan pembinaan dan pengendalian pelayanan perkotaan, sedangkan Bupati/Walikota melaksanakan dan memfasilitasi penyediaan pelayanan perkotaan.

Berdasarkan peraturan-peraturan di atas, maka dimungkinkan untuk mengeluarkan peraturan daerah untuk pemantapan dan pengembangan perangkat daerah, khususnya untuk urusan pemerintahan bidang pekerjaan umum dan lebih khusus lagi tentang urusan pemerintahan pada sub bidang Cipta Karya. Dengan adanya suatu kelembagaan yang definitif untuk menangani urusan pemerintah pada bidang/sub bidang Cipta Karya maka diharapkan dapat meningkatkan kinerja pelayanan kelembagaan.

12.2

Kondisi Kelembagaan Saat Ini

12.2.1

Kondisi Keorganisasian Bidang Cipta Karya

Untuk mengetahui kondisi dari keorganisasian bidang cipta karya, informasi yang perlu disajikan antara lain adalah sebagai berikut:

A. Peraturan Daerah yang menjadi dasar penetapan Struktur Organisasi Pemerintah Kabupaten Pacitan

Berdasarkan Peraturan Bupati Pacitan Nomor 55 Tahun 2007 tentang Uraian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal Kabupaten Pacitan (BAPPEDA dan PM) Kabupaten Pacitan merupakan unsur penunjang Pemerintah Kabupaten, dipimpin oleh seorang Kepala Badan yang dalam melaksanakan tugas berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.

Tugas pokok BAPPEDA dan PM adalah membantu Bupati dalam

menyelenggarakan Pemerintahan Kabupaten dibidang perencanaan

pembangunan daerah dan penanaman modal. Disamping tugas pokok tersebut, BAPPEDA dan PM mempunyai fungsi:

(8)

Pengkoordinasian penyusunan perencanaan pembangunan dan penanaman modal.

Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang perencanaan pembangunan dan penanaman modal.

Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan

fungsinya.

Struktur organisasi BAPPEDA dan PM Kabupaten Pacitan terdiri dari:

Kepala Badan;

Sekretariat;

Bidang Ekonomi;

Bidang Sosial dan Budaya;

Bidang Fisik dan Prasarana;

Bidang Penanaman Modal;

Kelompok Jabatan Fungsional.

B. Gambaran struktur organisasi Pemerintah Kabupaten Pacitan

(9)

Gambar 12.1 Struktur Organisasi Bappeda Dan PM Kabupaten Pacitan

C. Gambaran struktur organisasi instansi yang menangani urusan bidang Cipta Karya Kabupaten Pacitan

Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Kebersihan merupakan unsur pelaksana bidang cipta karya, tata ruang dan kebersihan dipimpin oleh Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah, yang mempunyai tugas membantu Bupati dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan, melaksanakan urusan cipta karya, tata ruang dan kebersihan berdasarkan azas otonomi dan tugas

pembantuan yang diberikan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Tugas pokok dan fungsi Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Kebersihan Kabupaten Pacitan mengacu pada Peraturan Bupati Pacitan nomor 45 Tahun 2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Kebersihan Kabupaten Pacitan.

Fungsi Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Kebersihan:

KEPALA BADAN DAN ENERGI SUMBER DAYA

MINERAL PERMUKIMAN, TATA RUANG

DAN LINGKUNGAN HIDUP

(10)

Perumusan kebijakan teknis dibidang cipta karya, tata ruang dan kebersihan;

Penyelenggaraan urusan cipta karya, tata ruang dan kebersihan serta pelayanan umum sesuai dengan lingkup tugasnya;

Pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang cipta karya, tata ruang dan

kebersihan;

Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Struktur Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Kebersihan terdiri dari:

Kepala Badan;

Sekretariat;

Bidang Cipta Karya;

Bidang Tata Ruang;

Bidang Kebersihan dan Pertamanan.

(11)

Gambar 12.2 Struktur Organisasi Dinas Cipta Karya, Tata Ruang Dan Kebersihan

Kabupaten Pacitan

12.2.2

Kondisi Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya

Sebagaimana ditetapkan dalam Program RB, penataan tata laksana merupakan salah satu prioritas program untuk peningkatan kapasitas kelembagaan. Tata laksana organisasi yang perlu dikembangkan adalah

menciptakan hubungan kerja antar perangkat daerah dengan

menumbuhkembangkan rasa kebersamaan dan kemitraan dalam melaksanakan beban kerja dan tanggung jawab bagi peningkatan produktifitas dan kinerja.

Secara internal, keorganisasian urusan pemerintah bidang keciptakaryaan, perlu mengembangkan hubungan fungsional sesuai dengan kompetensi dan kemandirian dalam melaksanakan tugas, fungsi dan wewenang untuk masing-masing bidang/seksi. Selanjutnya juga perlu dikembangkan hubungan kerja yang koordinatif baik antar bidang/seksi di dalam

(12)

keorganisasian urusan keciptakaryaan, maupun untuk hubungan kerja lintas dinas/bidang dalam rangka menghindari tumpang tindih atau duplikasi program dan kegiatan secara substansial dan menjamin keselarasan program dan kegiatan antar perangkat daerah.

Prinsip-prinsip hubungan kerja yang diuraikan di atas perlu dituangkan di dalam Peraturan Daerah tentang keorganisasian Pemerintah Kabupaten/kota, khususnya menyangkut tupoksi dari masing-masing instansi pemerintah bidang keciptakaryaan.

Dengan mengacu pada tabel berikut, dapat dicantumkan penjabaran peran masing-masing instansi dalam pembangunan bidang Cipta Karya.

Tabel 12.1 Hubungan Kerja Instansi Bidang Cipta Karya

No Instansi Peran Instansi dalam

Pembangunan Bidang CK

Unit / Bagian yang Menangani Pembangunan Bidang CK

1 Bappeda Perencanaan Bidang Fisik dan Prasarana

2

Pelaksana Teknis Pembangunan Bidang Keciptakaryaan meliputi sektor :

Pengembangan Air Minum Seksi PLAB Bidang Cipta Karya

Pengembangan PPLP Seksi PLAB Bidang Cipta Karya

Pengembangan Permukiman Seksi Tata Perumahan Bidang Cipta Karya

Penataan Bangunan dan

Lingkungan

Seksi Tata Bangunan Bidang Cipta Karya

Seksi Pertamanan Bidang Kebersihan

Seksi PJU Bidang Kebersihan

12.2.3

Kondisi Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang Cipta Karya

(13)

Tabel 12.2 Komposisi Pegawai dalam Unit Kerja Bidang Cipta Karya

No Unit Kerja Golongan Jenis Kelamin Latar Belakang

Pendidikan Jabatan Fungsional

(14)

12.3

Analisis Kelembagaan

Dengan mengacu pada kondisi eksisting kelembagaan perangkat daerah, bagian ini menguraikan analisis permasalahan kelembagaan Pemerintah kabupaten/kota yang menangani bidang Cipta Karya.

12.3.1

Analisis Keorganisasian Bidang Cipta Karya

Tujuan analisis keorganisasian adalah untuk mengetahui permasalahan keorganisasian bidang cipta karya yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi maupun keluaran produk RPIJM Bidang Cipta Karya. Analisis deskriptif dapat

mengacu pada pertanyaan di bawah ini:

Apakah struktur organisasi perangkat kerja daerah sudah sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku?

Apakah tugas dan fungsi organisasi bidang Cipta Karya sudah sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing instansi?

Apa saja faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi struktur organisasi?

Apa saja permasalahan yang ditemui dalam keorganisasian perangkat kerja daerah khususnya yang terkait dengan bidang cipta karya?

Salah satu cara yang dapat dipergunakan untuk melakukan analisis ini adalah dengan melakukan diskusi antar anggota Tim RPI2JM.

12.3.2

Analisis Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya

Tujuan analisis permasalahan ketatalaksanaan kelembagaan bidang cipta karya adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi maupun keluaran produk RPIJM Bidang Cipta Karya. Dalam proses analisis ini beberapa pertanyaan kunci yang perlu mendapat jawaban adalah sebagai berikut:

Apakah Perda penetapan Organisasi Pemerintah Kabupaten/Kota telah menguraikan tupoksi dari masing-masing dinas/unit kerja yang ada?

Bagaimana mekanisme hubungan kerja didalam dan antar instansi terkait bidang cipta karya yang terjadi selama ini?

(15)

permukiman, penyehatan lingkungan permukiman, dan penataan bangunan dan lingkungan sudah tercantum dalam keorganisasian yang dibentuk?

Apa saja permasalahan yang ditemui dalam ketatalaksanaan perangkat kerja daerah khususnya yang terkait dengan bidang cipta karya?

Apa saja faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi ketatalaksanaan

perangkat kerja daerah khususnya yang terkait dengan bidang cipta karya?

12.3.3

Analisis Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang Cipta Karya

Tujuan analisis Sumber Daya Manusia adalah untuk mengetahui permasalahan SDM bidang cipta karya yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi maupun keluaran produk RPIJM Bidang Cipta Karya.

Dalam proses analisis SDM, beberapa pertanyaan kunci yang dapat dijawab adalah sebagai berikut :

Apakah SDM yang tersedia sudah memenuhi kebutuhan baik dari segi jumlah maupun kualitas dalam perangkat daerah, khususnya di bidang Cipta Karya?

Apa saja permasalahan yang ditemui dalam manajemen SDM perangkat kerja daerah khususnya yang terkait dengan bidang cipta karya?

Apa saja faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas SDM organisasi, khususnya yang terkait dengan bidang cipta karya?

12.3.4

Analisis SWOT Kelembagaan

(16)

Strategi yang digunakan adalah bagaimana kekuatan mampu mengambil keuntungan dari peluang yang ada (strategi S-O); bagaimana cara mengatasi kelemahan yang mencegah keuntungan dari peluang yang ada (strategi W-O); bagaimana kekuatan mampu menghadapi ancaman yang ada (strategi S-T); dan terakhir adalah bagaimana cara mengatasi kelemahan yang mampu membuat

ancaman menjadi nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru (strategi W-T).

Berdasarkan informasi yang disusun dari pertanyaan serta analisis tentang keorganisasian, tata laksana dan SDM bidang Cipta Karya pada sub-bab sebelumnya, selanjutnya dapat dirumuskan Matriks Analisis SWOT Kelembagaan. Perumusan strategi bidang kelembagaan berdasarkan Analisis SWOT diharapkan dapat menjadi acuan dalam rencana pengembangan kelembagaan.

Analisis kelembagaan dilakukan dengan metode SWOT untuk menyusun strategi dari berbagai situasi yang dihadapi diantaranya :

belum optimalnya koordinasi antar instansi dalam pelaksanaan

pembangunan;

belum optimalnya kualitas SDM dan kurangnya personil;

belum optimalnya kualitas dan kurangnya kuantitas prasarana kantor;

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil analisis adalah internal dan eksternal dimana faktor Internal dapat menjadi kekuatan atau kelemahan dalam mewujudkan misi/tujuan yang diinginkan, sedangkan faktor eksternal dapat menjadi peluang dan hambatan dalam mewujudkan misi/tujuan yang

diinginkan.

Adapun hasil dari analisis tersebut adalah:

Mengetahui posisi (KELEMBAGAAN) terhadap lingkungannya dengan mengetahui peluang dan ancaman yang dihadapi;

Mengevaluasi potensi/sumberdaya (KELEMBAGAAN) dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan yang dimiliki;

(17)

Tabel 12.3 Kekuatan dan Kelemahan Kelembagaan di Kabupaten Pacitan

(18)

Dari hasil analisis tersebut maka keorganisasian penyususun Rencana Program Investasi Jangka Menengah Bidang Cipta Karya dilakukan oleh Badan Perencanaan Pembangunan kabupaten Pacitan sedangkan organisasi ketatalaksanaan pelaksanan dan organisasi pengelolaan pasca proyek adalah dikembalikan kepada masing-masing Bidang dalam SKPD terkait.

12.4

Rencana Pengembangan Kelembagaan

Usulan Program dalam pengembangan dan peningkatan kapasitas (capacity building) Bidang Cipta Karya di Kabupaten Pacitan ditekankan pada : pelatihan, pendidikan dan kursus singkat, seperti pengelolaan drainase, air minum, persampahan, bangunan gedung, tata ruang dan lain-lain yang diharapkan selama 5 (lima) tahun ke depan ada peningkatan kualitas SDM .

Diharapkan dari peningkatan kapasitas SDM Bidang Cipta Karya ini,

dapat diimplementasikan dalam aktivitas kerja dan pelayanan ke masyarakat.

Tabel 12.5 Jumlah Pegawai Strata 1 dan 2 Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan

Kebersihan Kabupaten Pacitan

No Tingkat Pendidikan Jumlah Pegawai Yang

ada

Jumlah Pegawai Yang masih diperlukan

1 S-2 MSDM 1 -

2 S-2 MM 1 -

3 S-2 MT 1 2

4 S-1 Sipil 3 6

5 S-1 Arsitektur 4 3

6 S-1 Planologi 1 2

7 S-1 Hukum 2 -

8 S-1 Sosial 3 -

9 S-1 Geografi 2 -

10 S-1 Akuntansi - 4

(19)

Tabel 12.6 Rencana Penambahan Jumlah Karyawan Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Kebersihan Kabupaten Pacitan

BIDANG

GOLONGAN JENIS KELAMIN PENDIDIKAN KEPEGAWAIAN

I II III IV PRIA

a. Kasubag Umum dan Kepegawaian

 Pengolah Data Kepegawaian 1 √ √ √

 Operator Komputer 1 √ √ √ √

 Pengemudi 1 √ √ √

b. Kasubag Program, Evaluasi dan Pelaporan

 Pengevalusi Kegiatan dan Pelaporan 1 √ √ √

 Pendokumentasi, Pengolah Data dan Perencana 1 √ √

c. Kasubag Keuangan

 Pengolah Data Harga Bahan

Bidang Tata Ruang

a. Tata Ruang Kawasan Khusus dan Perdesaan

 Perencana teknis 1 √ √ √

b. Tata Ruang Kawasan Perkotaan

 Perencana Teknis 1 √ √ √

(20)

BIDANG

GOLONGAN JENIS KELAMIN PENDIDIKAN KEPEGAWAIAN

I II III IV PRIA (Org)

WANITA (Org)

SMP (Org)

SLTA (Org)

Sarmud/ Diploma (Org)

Sarjana (Org)

Honorer (Org)

PNS (Org

a. Kebersihan

 Petugas Kebersihan 10 √ √ √

b. Pertamanan

 Koordinator Keindahan dan Keserasian 1 √ √

 Petugas Taman 5 √ √ √

c. PJU

(21)

Tabel 12.7 Jenis Training/Pelatihan yang Dibutuhkan Dinas Cipta Karya, Tata

Ruang dan Kebersihan Kabupaten Pacitan

No. Jenis Training Yang Dibutuhkan Tahun Pelaksana

1 Pelatihan Penyusunan RPIJM, Renstra dan Lakip 2012 DPU, Bappeda

2 Diklat Perencanaan Teknis Drainase Perkotaan 2012-2016 DPU

3 Pelatihan Pengelolaan Air Bersih 2012-2016 DPU

4 Kontrol Kualitas Pelaksanaan Konstruksi Bangunan 2012-2016 DPU

5 Kursus Manajemen Proyek 2012-2016 DPU

6 Pelatihan Ahli Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah 2012-2016 Pemda

7 Lokakarya Akuntansi dan Bimbingan Teknis bagi SKPD 2012 BAPPEDA

8 Diklat Inventarisasi dan Pengelolaan Aset Daerah 2012 DPPKA

9 Standar Akuntansi Pemerintahan dan Laporan Keuangan 2012 DPPKA

10 Pelatihan Komputer dan Jaringan (Internet, dll.) 2012-2016 Kantor Diklat, PDE

11 Diklat Teknis Grafis dan Program Presentasi 2012-2016 Kantor Diklat, LGSP

12 Kursus Manajemen Pembangunan Perkotaan Terpadu 2012-2016 Bappeda

13 Diklat Teknik Penataan Ruang 2012 DPU, Bappeda

14 Diklat Substantif Tata Ruang 2012 DPU, Bappeda

15 Diklat Pengolahan Sampah Terpadu 2012 DPU

(22)

BAB 12 ASPEK KELEMBAGAAN KABUPATEN PACITAN ... 12-1

12.1 Arahan Kebijakan Kelembagaan Bidang Cipta Karya ... 12-1 12.2 Kondisi Kelembagaan Saat Ini ... 12-7

12.2.1 Kondisi Keorganisasian Bidang Cipta Karya ... 12-7 12.2.2 Kondisi Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya ... 12-11 12.2.3 Kondisi Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang Cipta Karya ... 12-12 12.3 Analisis Kelembagaan ... 12-14

12.3.1 Analisis Keorganisasian Bidang Cipta Karya ... 12-14 12.3.2 Analisis Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya ... 12-14 12.3.3 Analisis Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang Cipta Karya ... 12-15 12.3.4 Analisis SWOT Kelembagaan ... 12-15 12.4 Rencana Pengembangan Kelembagaan ... 12-18

Gambar 12.1 Struktur Organisasi Bappeda Dan PM Kabupaten Pacitan ... 12-9 Gambar 12.2 Struktur Organisasi Dinas Cipta Karya, Tata Ruang Dan Kebersihan Kabupaten Pacitan ... 12-11

No table of figures entries found.

Gambar

Gambar 12.1 Struktur Organisasi Bappeda Dan PM Kabupaten Pacitan
Gambar 12.2 Struktur Organisasi Dinas Cipta Karya, Tata Ruang Dan Kebersihan
Tabel 12.1 Hubungan Kerja Instansi Bidang Cipta Karya
Tabel 12.2 Komposisi Pegawai dalam Unit Kerja Bidang Cipta Karya
+6

Referensi

Dokumen terkait

there is an interesting thing that is with the increase of Reynolds number then the value of drag pressure coefficient (Cdp) is also increased, this condition

Bank Bukopin, Tbk Cabang Klaten sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit dalam

The article reports on two studies of interruptions experienced by principals in primary and secondary schools in New South Wales, Australia.. Data were gathered via

School leaders are the catalysts for change and, working with the school’s power agents and modeling expected behaviors, motivate teachers to replace the old culture with new

Witten, I.H., Data Mining: Practical Machine Learning Tools and Techniques, Second Edition, Elsevier, 2005. Pei, Data Mining: Concepts

Kemampuan manjerial 6.6 Mampu mengambil keputusan yang tepat untuk penyusunan struktur data berdasarkan permasalahan yang ada dan.. mampu mengkomunikasikan hasil analisis baik

The learning process in the Department of Statistics ITS include Lecture, Practical Work and Final Project. Daftar nilai/ List of Grade.. 7-Prosedur Cek soal

ganalisastingkatp Modal