• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINAJAUAN PUSTAKA 2.1 URAIAN TEORITIS 2.1.1 Pemasaran - Pengaruh Implementasi Pemasaran Relasional Terhadap Loyalitas Nasabah Pada Pt. Bank Xxx Di Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINAJAUAN PUSTAKA 2.1 URAIAN TEORITIS 2.1.1 Pemasaran - Pengaruh Implementasi Pemasaran Relasional Terhadap Loyalitas Nasabah Pada Pt. Bank Xxx Di Medan"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINAJAUAN PUSTAKA

2.1 URAIAN TEORITIS 2.1.1 Pemasaran

Pemasaran merupakan ujung tombak perusahaan. Dalam dunia persaingan

yang semakin ketat, perusahaan dituntut agar tetap bertahan hidup dan

berkembang. Oleh karena itu seorang pemasar dituntut untuk memahami

permasalahan pokok dibidangnya dan menyusun strategi dapat mencapai tujuan

perusahaan. Berikut ini beberapa pengertian mengenai pemasaran:

Menurut Stanton dalam Sunyoto (2014:18), pemasaran adalah suatu sistem

total dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menentukan harga,

promosi dan mendistribusikan barang-barang yang dapat memuaskan keinginan

dan mencapai pasar sasaran serta tujuan perusahaan

Menurut Kotler dalam Sunyoto (2014:18), pemasaran adalah proses sosial

dan manajerial dengan mana seseorang atau kelompok memperoleh apa yang

mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran produk dan

nilai.

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pemasaran adalah

suatu sistem interaksi kegiatan-kegiatan pada perusahaan yang melaksanakan

perencanaan, harga, promosi, dan distribusi system dari tindakan perdagangan

yang berorientasi langsung kepada konsumen dan pasar. Dalam hal ini produsen

memproduksikan barang-barang, sehingga hasil produksi dapat terserap dengan

(2)

Tujuan pemasaran adalah mengarahkan barang-barang dan jasa jasa ke

tangan konsumen. Untuk ini diperlukan kegiatan-kegiatan tertentu. Berbagai jenis

kegiatan dan proses yang diperlukan karena spesilisasinya di dalam pemasaran itu

disebut fungsi-fungsi pemasaran.

2.1.2 Pengertian Jasa

Menurut Kotler dalam Sunyoto (2014:187), jasa adalah setiap tindakan

atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain, pada

dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Produksi

jasa bisa berkaitan dengan produk fisik atau sebaliknya.

Pentingnya jasa adalah untuk memudahkan konsumen memenuhi

kebutuhan dan keinginannya secara cepat, tepat dan menyenangkan. Bagi

perusahaan, membantu kelancaran perkembangan bisnisnya. Bagi pemerintah,

membantu pertumbuhan ekonomi nasional.

Karakteristik jasa dalam hal ini dibedakan menjadi 4 yaitu

1. Tidak berwujud (intangibility)

Jasa mempunyai sifat tidak berwujud karena tidak bisa dilihat, diraba,

didengar atau dicium sebelum ada transaksi pembelian.

2. Tidak dapat dipisahkan (inseparability)

Suatu bentuk jasa tidak dapat dipisahkan dari sumbernya, apakah

sumber itu merupakan orang atau mesin, apakah sumber itu hadir atau

(3)

3. Bervariasi (variability)

Bahwa kualitas jasa yang diberikan oleh manusia dan mesin atau

peralatan berbeda-beda, tergantung pada siapa yang memberi,

bagaimana memberikannya, waktu dan tempat jasa tersebut

diberikan.

4. Tidak tahan lama (perishability).

Jasa itu cepat hilang dan tidak dapat disimpan, dan pemasaran jasa

itu berubah-ubah menurut musim, menurut jam, dan hari. Karena

cepat rusak dan permintaan yang berubah-ubah, maka perlu adanya

pengelolaan yang tepat. Misalnya melalui peningkatan kemampuan

petugas kelengkapan dan pemeliharaan saran dan prasarana.

Parasuraman dalam Sangadji, Effa dan Sopiah (2013:100) mengemukanan

lima dimensi kualitas jasa, yaitu:

1. Keandalan (realibility)

Kemampuan untuk memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan

tepat dan kemampuan untuk dipercaya, terutama memberikan jasa

secara tepat waktu, dengan cara yang sama sesuai dengan jadwal yang

telah dijanjikan, dan tanpa melakukan kesalahan.

2. Daya tanggap (responsiveness)

Kemauan atau keinginan para karyawan untuk membantu memberikan

(4)

3. Jaminan (assurance)

Pengetahuan, kemampuan, keramahan, kesopanan, dan sifat dapat

dipercaya dari kontak personal untuk menghilangkan keragu-raguan

konsumen dan membuat mereka merasa terbebas dari bahaya dan

risiko.

4. Emphaty

Sikap kontak personal atau perusahaan untuk memahami kebutuhan

dan kesulitan konsumen, komunikasi yang baik, perhatian pribadi dan

kemudahan untuk melakukan komunikasi atau hubungan.

5. Produk-produk fisik (tangibles)

Tersedianya fasilitas fisik, perlengkapan dan sarana komunikasi, dan

lain-lain yang bisa dan harus ada dalam proses jasa.

Dalam era globalisasi ini perusahaan akan selalu menyadari pentingnya

faktor pelaggan. Oleh karena itu, mengukur tingkat kepuasan para pelanggan

sangatlah perlu, walaupun hal tersebut tidaklah semudah mengukur berat badan

atau tinggi badan pelanggan yang bersangkutan. Banyak manfaat yang diterima

oleh perusahaan dengan tercapainya tingkat kepuasan pelanggan yang tinggi.

Tingkat kepuasan yang tinggi dapat meningkatkan loyalitas pelanggan dan

mencegah perputaran pelanggan, mengurangi sensivitas pelanggan terhadap

harga, mengurangi biaya kegagalan pemasaran, mengurangi biaya operasi yang

(5)

2.1.3 Pemasaran Relasional

Satu hal yang sangat penting bagi perusahaan adalah membina hubungan

yang baik dengan para pelanggan, pegawai, pemasok, distributor, dan

partner-partner distribusinya karena hubungan baik akan menentukan nilai masa depan

perusahaan yang bersangkutan.

Chan dalam Citrawisari (2011:3) menyatakan pemasaran relasional dapat

didefenisikan sebagai pengenalan setiap pelanggan secara lebih dekat dengan

menciptakan komunikasi dua arah dengan mengelola suatu hubungan yang saling

menguntungkan antara pelanggan dan perusahaan.

Pemasaran Relasional menurut Evan dan Laskin dalam Pradana (2013:9)

diartikan sebagai proses dimana suatu perusahan membangun aliansi jangka

panjang dengan pelanggan dengan calon pelanggan, bekerjasama untuk mencapai

satu tujuan yang ditentukan. Tujuan tersebut dipenuhi dengan memahami

kebutuhan konsumen, memperlakukan konsumen sebagai mitra, menjamin bahwa

para pegawai memenuhi kepuasan konsumen dan memberikan kualitas baik

kepada konsumen. Pemasaran relasional adalah proses berkelanjutan yang

mensyaratkan suatu perusahaan agar menjalin komunikasi tetap dengan konsumen

untuk memastikan tujuan tercapai, dan memadukan proses pemasaran relasional

kedalam rencana strategik sehingga memungkinkan memungkinkan perusahaan

mengelola sumber daya dengan baik dan memenuhi kebutuhan konsumen di masa

mendatang.

Tujuan utama pemasaran relasional sebenarnya adalah untuk menemukan

(6)

adalah bagaimana agar lifetime value masing-masing kelompok pelanggan dapat

terus diperbesar dari tahun ketahun. Setelah itu, tujuan ketiganya adalah

bagaimana menggunakan profit yang didapat dari dua tujuan pertama untuk

mendapatkan pelanggan baru dengan biaya yang relatif murah. Dengan demikian,

tujuan jangka panjangnya adalah menghasilkan keuntungan terus menerus dari

dua kelompok pelanggan : pelanggan yang sekarang dan pelanggan baru.

Perusahaan yang menerapkan pemasaran relasional menawarkan kepada

konsumen yang loyal berbagai manfaat khusus, potongan harga, komunikasi yang

terus menerus dan perhatian melebihi produk dan pelayanan yang ditawarkan

secara umum tanpa mengharapkan timbal balik segera. Harapannya adalah

meningkatnya jumlah transaksi yang dilakukan konsumen yang sudah loyal.

Perusahaan memberikan produk dan pelayanan, perhatian secara personal,

informasi yang terus menerus, tawaran harga yang menarik sementara pelanggan

melakukan pembelian yang berulang-ulang, loyalitas yang meningkat, dan berita

mulut ke mulut (word of mouth) yang positif.

Kotler and Keller (2006:18) menyatakan pentingnya penerapan program

pemasaran relasional pada perusahaan saat ini. Perusahaan lebih menyukai

pemasok yang dapat menjual dan menginginkan sekumpulan produk dan

pelayanan ke berbagai lokasi, pemasok yang dapat dengan cepat memecahkan

masalah yang timbul di berbagai lokasi dan yang dapat bekerja secara erat dengan

tim pelanggan untuk meningkatkan produk dan proses. Ketika perusahaan dapat

menerapkan pemasaran relasional secara tepat, perusahaan akan memfokuskan

(7)

Ada beberapa konsep inti pemasaran relasional, diantaranya menurut Little

dan Marandi dalam Syarif (2008: 16) adalah sebagai berikut:

a. Horizon/ Orientasi jangka panjang

Merupakan ciri utama pemasaran relasional. Keberhasilan pemasaran

relasional diukur dari seberapa lama pelanggan terjaga dalam

hubungan dengan perusahaan. Dengan demikian pemasaran relasional

juga menyangkut nolai estimasi menganai nilai sepanjang hidup

konsumen.

b. komitmen dan pemenuhan janji

Untuk dapat menjalin hubungan jagnka panjang, pemasaran relasional

menekankan upaya pemeliharaan sikap percaya atau kepercayaan,

komitmen, dengan menjaga integritas masing-masing melalui

pemenuhan janji atau timbal balik, empati diantara kedua belah pihak.

c. Pangsa Konsumen bukan Pangsa Pasar

Pemasaran relasional tidak lagi pada konsentrasi pada pencapaian

pangsa pasar melainkan pada upaya untuk mempertahankan

pelanggan.

d. Nilai Sepanjang Hidup Pelanggan

Preusan perlu mengidentifikasi pelanggan yang berpotensi menjalin

hubungan jangka panjang dan kemudian menghitung nilai hidup

pelanggan (customer Lifetime Value- CLV) agar menguntungkan

preusan.

e. Dialog Dua Arah

Untuk mencapai hubungan yang diinginkan, maka diperlukan

(8)

f. Kustomisasi

Pemasaran Relasional memberikan pemahaman yang lebih baik akan

tuntutan dan keinginan konsumen, sehingga memungkinkan

penyediaan produk yang sesuai dengan spesifikasi pelanggan.

Keterkaitan antara pemasaran kerelasian dengan loyalitas dikemukakan

oleh (Kotler, 2008:59) sebagai berikut; “Strategi pemasaran yang baik adalah

dengan memberikan kepuasan yang tinggi kepada pelanggan. Hal itu mempersulit

pesaing yang hanya menawarkan harga yang lebih rendah atau perangsang lain

untuk mengalihkan pelanggan kepada mereknya. Tugas untuk menciptakan

kesetiaan pelanggan yang kuat merupakan inti dari pemasaran berdasarkan

hubungan.

Mengacu pada pendapat di atas, pemasaran relasional adalah sebuah

strategi pemasaran yang bertujuan untuk menciptakan kesetiaan pelanggan yang

kuat melalui dimensi-dimensi emosional yang diberikan oleh pemasar.

2.1.4 Bagian Pemasaran Relasional

Model pemasaran relasional yang dirumuskan oleh Evan dan Laskin dalam

Pradana (2013:11) adalah terdiri dari input pemasaran relasional yang mencakup:

memahami harapan pelanggan, membangun kerjasama dengan pelanggan,

manajemen mutu dan pemberdayaan kayawan dan outcome pemasaran relasional

yang mencakup kepuasan pelanggan, loyalitas pelanggan, kualitas produk dan

(9)

2.1.4.1 Memahami Harapan Pelanggan

Selain sisi teknologi, perusahaan dan pemasaran jasa bank juga berlomba

untuk memodifikasi strategi pemasarannya. Mereka semakin mengerti bahwa

pelanggan adalah nyawa atau kehidupan bagi sebuah perusahaan. Pelanggan,

terutama pelanggan yang loyal, harus tetap dijaga dan dimanjakan agar tidak

berpaling keperusahaan lain. Sebuah perusahaan harus mempunyai strategi untuk

dapat selalu mempertahankan konsumennya, disamping itu perusahaan perbankan

harus bisa mengidentifikasikan apa yang diharapkan atau yang diinginkan

konsumen. Sehingga semua produk yang ditawarkan, proses penawaran sampai

pada cara bertransaksi disesuaikan dengan keinginan setiap individu pelanggan

tersebut (Chan S dalam Pradana, 2013: 12).

Memahami harapan pelanggan merupakan kegiatan yang melibatkan

kemampuan perusahaan untuk melakukan identifikasi apa yang diinginkan oleh

konsumen dan memasarkan produk/ jasa diatas tingkat yang mereka harapkan.

Tidak mudah untuk mengidentifikasi apa yang diharapkan oleh seorang

pelanggan, pelanggan ingin pemasar mengetahui keinginan-keinginan mereka.

Pelanggan juga ingin pemasar memahami preferensi, gaya hidup dan hobinya.

Untuk memenuhi keinginan pelanggan yang semakin kompleks itu, sebuah

perusahaan harus bisa mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya tentang

pelanggan dan menggunakanya pada saat yang tepat. Dengan demikian, seorang

pelanggan merasa membeli sesuatu produk atau jasa yang sesuai dengan apa yang

(10)

2.1.4.2Membangun Kerjasama dengan Pelanggan

Menurut Kotler dalam Pradana (2013:13), partnership marketing lebih

menekankan kepada adanya kerjasama yang berkesinambungan antara perusahaan

dengan pelanggannya untuk menemukan jalan dalam meningkatkan perform

pelayanan menjadi lebih baik.

Pembinaan hubungan dengan pelanggan yang berkelanjutan melalui

pemasaran relasional adalah merupakan filosofi berbisnis dan suatu orientasi

strategik yang lebih difokuskan pada upaya mempertahankan dan memperbaiki

hubungan dengan pelanggan yang telah ada dari pada mencari pelanggan baru.

Pemasaran relasional pada dasarnya adalah hubungan jangka panjang antara

produsen dengan pelanggan, pemasok dan pelaku lainnya.

Pengalaman kemitraan juga ada ketika suatu perusahaan perbankan

bekerja sama secara erat dengan nasabah dan menambahkan pelayanan yang

diinginkan oleh pelanggan atas suatu produk perusahaan jasa.

Beberapa pertimbangan dalam membangun pelayanan kemitraan menurut

Wibowo dalam Pradana (2013:17) adalah : (1) kedua pihak yaitu pembeli dan

penjual memiliki fokus yang sama mengenai kebutuhan spesifik yang ingin

dicapai masing-masing harus merasa dalam posisi “win-win”, (2) kedua pihak

merupakan kolaboratif yang harus bekerjasama mencapai tujuan yang sama, dan

(3) kedua pihak harus melakukan antisipasi adanya masalah.

2.1.4.3Manajemen Mutu

Manajemen mutu terpadu dapat dilihat sebagai pendekatan utama untuk

(11)

memahami bagaimana pelanggannya memandang mutu dan tingkat mutu yang

diharapkan pelanggan dengan mendefenisikan hubungan antara keinginan

konsumen kedalam atribut-atribut barang atau jasa secara tepat. Perusahaan harus

berusaha menawarkan mutu lebih baik dari pada saingannya. Hal ini melibatkan

komitmen manajemen dan karyawan secara total dalam usaha mencapai mutu

lebih tinggi. Manajemen mutu total merupakan sistem manajemen yang

mengangkat kualitas sebagai strategi usaha dan berorientasi pada kepuasan

pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota organisasi.

Manajemen Mutu melibatkan kondisi secara penuh untuk mendapatkan

keunggulan kompetitif dengan terus menerus mengadakan perbaikan pada setiap

perusahaan. Fokus dari manajemen mutu adalah meningkatkan kepuasan

konsumen, mengutamakan pendekattan kualitas, menggunakan banyak dimensi

kualitas, melibatkan dan memberdayakan pegawai untuk mencari cara melakukan

tindakan yang lebih baik dan meiliki orientasi proses.

Unsur-unsur manajemen mutu agar program dapat berjalan dengan baik:

1. Fokus pada pelanggan

2. Obsesi terhadap kualitas

3. Pendekatan ilmiah

4. Komitmen jangka panjang

5. Kerjasama tim

6. Perbaikan sistem secara berkesinambungan

7. Pendidikan dan pelatihan

(12)

9. Kesatuan tujuan

10.Adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan.

Manfaat manajemen mutu bagi pelanggan adalah:

1. Sedikit atau bahkan tidak memiliki masalah dengan pelayanan.

2. Kepedulian terhadap pelanggan lebih baik atau pelanggan lebih

diperhatikan.

3. Kepuasan pelanggan terjami

2.1.4.4Pemberdayaan karyawan

Salah satu pengelolaan paling penting dalam dunia perbankan di samping

pemasaran bank adalah pengelolaan terhadap sumber daya manusianya. Hal ini

disebabkan sumber daya manusia merupakan tulang punggung dalam

menjalankan roda kegiatan operasional suatu bank. Untuk itu, penyediaan sumber

daya manusia (bankir) sebagai motor penggerak operasional bank haruslah

disiapkan sejak dini.

Selain itu, sumber daya manusia yang dimiliki oleh bank haruslah

memiliki kemampuan dalam menjalankan setiap transaksi perbankan, mengingat

faktor pelayanan yang diberikan oleh para karyawan ini sangat menentukansukses

atau tidaknya bank untuk kedepannya. Kemampuan yang telah dimiliki harus

terus diasah secara terus menerus .

Pemberdayaan karyawan biasanya dimaksudkan untuk memberikan

kebebasan kepada karyawan untuk mempraktekkan kreativitas mereka dalam

(13)

pegawai berarti mengurangi birokrasi internal. Disamping itu pegawai yang

diperbedayakan dapat mengubah hubungan yang singkat dengan konsumen

menjadi hubungan jangka panjang. Peran karyawan yang terdiri dari karyawan

sangat penting bagi keberhasilan setiap organisasi jasa, mereka memainkan peran

didalam penyajian jasa serta mempengaruhi persepsi pelanggan.

Mengingat begitu kritisnya peran karyawan terhadap kepuasan konsumen

maka para manajer dapat memikirkan beberapa hal, yaitu: memperkerjakan orang

yang tepat, mengembangkan karyawan agar mampu menyajikan jasa yang

berkualitas, memberikan sistem pendukung yang diperlukan agar kerja karyawan

menjadi efektif dan efisien dan mempertahankan karyawan terbaik

Karyawan yang puas terhadap suatu perusahaan dimana dia bekerja, dia

pasti mempunyai kemampuan lebih baik untuk memuaskan pelanggan.

2.1.5 Loyalitas Pelanggan

2.1.5.1Pengertian Loyalitas Pelanggan

Griffin dalam Sangadji dan Sopiah (2013:104) menyatakan “loyalty is

defined as non random purchase expresed over time by some decison making

unit”. Berdasarkan definisi tersebut dapat dijelaskan bahwa loyalitas lebih

mengacu pada wujud perilaku dari unit-unit pengambilan keputusan untuk

melakukan pembelian secara terus menerus terhadap barang atau jasa dari suatu

perusahaan yang dipilih.

Bagi organisasi terdapat empat manfaat utama yang berkaitan dengan

(14)

Kedua, Loyalitas konsumen menurunkan biaya yang ditanggung perusahaan untuk

melayani konsumen. Ketiga, loyalitas konsumen meningkatkan komunikasi yang

positif dari mulut ke mulut. Manfaat utama yang terakhir dari loyalitas konsumen

adalah retensi karyawan. Karyawan-karyawan pada bisnis jasa sering dipengaruhi

oleh interaksi harian mereka dengan konsumen-konsumen perusahaan, karena

orang cenderung lebih suka bekerja dengan organisasi–organisasi yang

konsumennya loyal dan puas .

2.1.5.2 Karakteristik Loyalitas Pelanggan

Pelanggan yang loyal merupakan aset penting bagi perusahaan. Hal ini

dapat dilihat dari karakteristik yang dimilikinya. Griffin dalam Sangadji, Effa dan

Sopiah (2013:105) menyatakan bahwa pelanggan yang loyal memiliki

karakteristik sebagai berikut:

1. Melakukan pembelian secara teratur

2. Melakukan pembelian di semua lini produk atau jasa

3. Merekomendasikan produk lain

4. Menunjukkan kekebalan dari daya tarik produk sejenis dari pesaing

2.1.5.3Merancang dan Menciptakan Loyalitas Pelanggan

Dalam kaitannya dengan pengalaman pelanggan, Morais dalam Sangadji,

Effa dan Sopiah (2013:105) mengungkapkan bahwa loyalitas pelanggan tidak bisa

tercipta begitu saja, tetapi harus dirancang oleh perusahaan. Adapun tahap-tahap

(15)

1. Mendefenisikan nilai pelanggan

a. Identifikasi segmen pelanggan sasaran

b. Definisikan nilai pelanggan sasaran dan tentukan pelanggan mana

yang menjadi pendorong keputusan pembelian dan penciptaan

loyalitas.

c. Ciptakan diferensiasi janji merek

2. Merancang pengalaman pelanggan bermerek

a. Mengembangkan pemahaman pengalaman pelanggan

b. Merancang perilaku karyawan untuk merealisasikan janji merek

c. Merancang perubahan strategi secara keseluruhan

3. Melengkapi orang dan menyampaikan secara konsisten

a. Mempersiapkan pemimpin untuk menjalankan dan memberikan

pengalaman kepada pelanggan dalam setiap interaksi yang

dilakukan pelanggan terhadap perusahaan.

b. Memperkuat kinerja perusahaan melalui pengukuran dan tindakan

kepemimpinan.

4. Menyokong dan meningkatkan kinerja

a. Gunakan respons timbal balik pelanggan dan karyawan untuk

memelihara karyawan secara berkesinambungan dan untuk

mempertahankan pengalaman pelanggan.

b. Membentuk keja sama antara sistem personalia dengan proses

bisnis yang terlibat langsung dalam pemberian dan penciptaan

(16)

c. Secara terus-menerus mengembangkan dan mengomunikasikan

hasil untuk menanamkan pengalaman konsumen bermerek yang

telah dijalankan perusahaan.

2.1.5.4Mempertahankan Loyalitas Pelanggan

Seithaml dan Bitner dalam Sangadji, Effa dan Sopiah (2013: 110)

mengemukakan bahwa untuk mewujudkan dan mempertahankan loyalitas

pelanggan dibutuhkan langkah kunci yang saling terkait, yaitu

1. Komitmen dan keterlibatan manajemen puncak

2. Tolok ukur internal

3. Identifikasi kebutuhan pelanggan

4. Penilaian kapabilitas persaingan

5. Pengukuran kepuasan dan loyalitas pelanggan

6. Analisis umpan balik dari pelanggan, mantan pelanggan, non pelanggan dan pesaing

7. Perbaikan berkesinambungan

Griffin dalam Sangadji, Effa dan Sopiah (2013:111) mengemukakan

beberapa cara agar perusahaan bisa menahan pelanggan beralih ke pesaing:

1. Meriset pelanggan

2. Membangun hambatan agar pelanggan tidak berpindah

3. Melatih dan memodifikasi staf untuk loyal

(17)

Keuntungan yang akan diperoleh perusahaan perusahaan apabila memiliki

konsumen yang loyal, antara lain:

1. Dapat mengurangi biaya pemasaran

2. Dapat mengurangi biaya transaksi

3. Dapat mengurangi biaya perputaran konsumen atau turn over

4. Dapat mengurangi biaya kegagalan

Pada era pemasaran hubungan (relationship marketing), pemasar

beranggapan bahwa loyalitas konsumen terbentuk karena nilai dan merek. Nilai

adalah persepsi nilai yang dimiliki konsumen berdasarkan apa yang didapat dan

apa yang dikorbankan ketika melakukan transaksi, sedangkan merek adalah

identitas sebuah produk yang tidak berwujud, tetapi sangat bernilai.

Untuk mendapatkan loyalitas konsumen, perusahaan tidak hanya

mengandalkan nilai dan merek, seperti yang diterapkan pada pemasaran

konvensional. Pada masa sekarang diperlukan perlakuan yang lebih atau disebut

kebutuhan unik, perbedaan kebutuhan antara satu konsumen dengan konsumen

yang lainnya.untuk itu, peranan dari pemasaran hubungan sangat diperlukan.

Gambar 2.1 terdapat tiga pilar loyalitas konsumen era pemasaran hubungan yang

(18)

Gambar 2.1 Tiga pilar loyalitas sumber: Tjiptono (2005:67)

Dengan menempatkan konsumen ditengah pusaran aktivitas bisnis

diharapkan selalu memperhatikan dan mengutamakan konsumen dalam segala

aktivitas ataupun program yang dilakukan sehingga konsumen menjadi pihak

yang selalu didahulukan-merasa puas, nyaman, dan akhirnya menjadi loyal pada

perusahaan.

Karena pentingnya loyalitas terhadap kelangsungan hidup perusahaan,

perusahaan harus secara kontinu menjaga dan meningkatkan loyalitas dari para

konsumennya. Oleh karena itu, untuk membangun loyalitas konsumen,

perusahaan harus memiliki hubungan yang baik dengan konsumen sehingga

perusahaan dapat lebih memahami kebutuhan, keinginan dan harapan-harapan

para konsumennya.

2.1.5.5Pengaruh Kualitas Jasa terhadap Loyalitas Nasabah

McKechnie dalam Sangadji, Effa dan Sopiah (2013:115) mengemukakan

bahwa kepuasan pelanggan pada dasarnya adalah fungsi dari harapan dan persepsi

terhadap kinerja suatu produk setelah pelanggan mendapatkan atau menggunakan

layanan. Pelanggan yang setia cenderung membeli lebih banyak sehingga laba

Nilai Merek

konsumen

(19)

perusahaan akan bertambah dan perusahaan akan mempunyai pelanggan yang

loyal. Kemampuan untuk mempertahankan pelanggan secara langsung akan

berpengaruh terhadap tingkat kemampulabaan. Kondisi inilah yang menjadi pra

syarat bagi suatu perusahaan agar tetap dapat mempertahankan keberadaannya

dalam sutu industri, atau bahkan mampu membangun keunggulan bersaing yang

berkelanjutan. Menurut Kotler, Philip & Keller (2006: 51) mengemukakan bahwa

kualitas memiliki hubungan yang erat dengan kepuasan pelanggan. Kualitas

memberikan suatu dorongan kepada pelanggan untuk menjalin ikatan hubungan

yang kuat dengan perusahaan. Dalam jangka panjang, ikatan seperti ini

memungkinkan perusahaan memahami dengan seksama harapan pelanggan serta

kebutuhan mereka. Dengan demikian, perusahaan dapat meningkatkan kepuasan

pelanggan yang menyenangkan dan meminimalkan atau meniadakan pengalaman

pelanggan yang kurang menyenangkan. Pada gilirannya, kepuasan pelanggan

dapat menciptakan kesetiaan atau loyalitas pelanggan pada perusahaan yang

(20)
(21)
(22)

Kepuasan Konsumen (Y1), Loyalitas Konsumen (Y2)

variabel kepuasan konsumen dan loyalitas konsumen.

2.3 Kerangka Konseptual

Pemasaran Relasional merupakan cara bagaimana suatu perusahaan

manjalin hubungan baik dengan nasabahnya agar nasabah bisa memakai produk

secara berkelanjutan. Sedangkan loyalitas nasabah merupakan kesetiaan nasabah

terhadap suatu produk. Berikut keterkaitan antara variabel dari pemasaran

relasional terhadap loyalitas nasabah:

a. Memahami Harapan Nasabah terhadap Loyalitas Nasabah

Memahami harapan nasabah merupakan cara perusahaan untuk dapat

mengerti apa yang sedang diinginkan oleh nasabah sehingga perusahaan mampu

memberikan sesuatu yang lebih dari apa yang diharapkan nasabah. Semakin

mengertinya perusahaan dengan apa yang diinginkan nasabah, maka semakin

loyalnya nasabah terhadap produk yang ditawarkan.

b. Membangun Kerjasama Nasabah terhadap Loyalitas Nasabah

Membangun kerjsama nasabah merupakan suatu cara perusahaan untuk

menjalin hubungan timbal balik terhadap nasabah. Karena adanya hubungan

(23)

bagi perusahaan itu sendiri. Semakin dekatnya hubungan perusahaan terhadap

nasabah maka semakin loyalnya nasabah terhadap produk yang ditawarkan.

c. Manajemen Mutu terhadap Loyalitas Nasabah

Manajemen mutu merupakan cara yang dilakukan untuk dapat

meningkatkan mutu produk dan menciptakan produk yang berkualitas sehingga

nasabah merasa bangga dan percaya terhadap produk yang telah mereka gunakan.

Semakin baiknya mutu dan kualitas produk yang diberikan maka semakin

loyalnya nasabah terhadap produk yang ditawarkan.

d. Pemberdayaan Karyawan terhadap Loyalitas Nasabah

Pemberdayaan karyawan merupakan suatu cara yang dilakukan oleh

suatu perusahaan dengan membina para karyawan sebaik-baiknya sehingga

mampu mengatasi masalah-masalah yang dikeluhkan oleh setiap nasabah.

Semakin mampunya karyawan mengatasi masalah yang dihadapi oleh nasabah

maka semakin loyalnya konsumen terhadap produk yang ditawarkan.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat digambarkan kerangka

(24)

Gambar 2.2: Kerangka Konseptual

2.4 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam

bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan semntara, karena jawaban yang diberikan

baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta

empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data (Sugiyono, 2012: 93)

Berdasarkan perumusan masalah dan latar belakang yang telah penulis

kemukakan, maka hipotesis dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Memahami Harapan Nasabah berpengaruh positif dan signifikan

terhadap Loylitas Nasabah pada PT. Bank XXX di Medan.

2. Membangun Kerjasama dengan Nasabah berpengaruh positif dan

signifikan terhadap Loylitas Nasabah pada PT. Bank XXX di Medan. Loyalitas

Nasabah Memahami Harapan

Nasabah

Membangun Kerjasama Nasabah

Manajemen Mutu

(25)

3. Manajemen Mutu berpengaruh positif dan signifikan terhadap Loylitas

Nasabah pada PT. Bank XXX di Medan.

Pemberdayaan Karyawan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Loylitas

Gambar

Gambar 2.1 Tiga pilar loyalitas
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Referensi

Dokumen terkait

Rating Kapasitas Pembangkit 50 MW yang terdiri dari 3 unit pembangkit yaitu P1, P2 dan P3. Listing

Adapun jenjang pendidikan sarjana terakhir yang sudah ditempuh adalah strata satu (S1) jurusan Teknologi Pendidikan di Universitas Negeri Malang dan lulus pada

Meskipun ada saja sejumlah masalah pelanggan yang tidak dapat diselesaikan dengan sukses, organisasi yang memiliki tim dengan posisi terbaik, menggunakan alat terbaik,

q   Pada bahasan berikut ini, variabel random terdiri dari dua variabel (bivariate distributions). q   Apabila kita ingin mempelajari perilaku dua atau lebih variabel random, maka

+emuahan transer (transfer ability)  D.. homo socius  D.. 5# Perhati+an ata !eri+ut4. 1) Pem!uatan SIM i Inonesia se+arang suah mengguna+an

Alur penelitian yang dilakukan ditunjukkan pada Gambar 4. Secara garis besar penelitian ini dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu tahapan segmentasi, tahapan pengukuran fitur dan

Sementara untuk tujuan makalah ini adalah merancang Sinkronisasi dan CS pada audio watermarking, menganalisis kualitas audio yang sudah disisipkan watermark dibandingkan

menyelesaikan penulisan hukum (skripsi) dengan judul “ PENJATUHAN PIDANA DI BAWAH BATAS ANCAMAN MINIMUM KHUSUS DALAM TINDAK PIDANA NARKOTIKA (STUDI PUTUSAN NOMOR