• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PENGELOLAAN KASUS A. Konsep Dasar Halusinasi 1. Definisi Halusinasi - Asuhan Keperawatan Pada Tn.M dengan Prioritas Masalah Halusinasi Pendengaran di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II PENGELOLAAN KASUS A. Konsep Dasar Halusinasi 1. Definisi Halusinasi - Asuhan Keperawatan Pada Tn.M dengan Prioritas Masalah Halusinasi Pendengaran di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PENGELOLAAN KASUS

A. Konsep Dasar Halusinasi

1. Definisi Halusinasi

Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana pasien mempersepsikan

sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indera tanpa ada

rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami seperti suatu persepsi

melalui panca indera tanpa stimulus eksternal; persepsi palsu. Berbeda dengan

ilusi dimana pasien mengalami persepsi yang salah terhadap stimulus, salah

persepsi pada halusinasi terjadi tanpa adanya stimulus eksternal yang terjadi.

Stimulus internal dipersepsikan sebagai sesuatu yang nyata oleh pasien (Purba

dkk,2011).

Menurut Maramis (2005), halusinasi merupakan gangguan atau perubahan

persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi.

Suatu penerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu pengahayatan

yang dialami suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksternal: persepsi

palsu. Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara manusia, hewan atau

mesin, barang, kejadian alamiah dan musik dalam keadaan sadar tanpa adanya

rangsangan apapun.

Berdasakan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa halusinasi adalah

gangguan persepsi sensori tentang suatu objek atau gambaran dan pikiran yang

sering terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem

penginderaan (Dalami dkk, 2009).

2. Etiologi

a. Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan

jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi

stress. Diperoleh baik dari klien maupun keluarganya. Faktor predisposisi

(2)

1. Faktor perkembangan

Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan

interpersonal terganggu, maka individu akan mengalami stress dan

kecemasan (Fitria, 2010).

2. Faktor komunikasi dalam keluarga

Beberapa komunikasi yang dapat mempengaruhi terjadinya halusinasi

diantaranya adalah komunikasi peran ganda, tidak ada komunikasi,

tidak ada kehangatan, komunikasi dengan emosi berlebihan,

komunikasi tertutup dan orang tua yang membandingkan

anak-anaknya, orang tua yang otoritas dan konflik orang tua (Fitria, 2010).

3. Faktor sosial budaya

Kehidupan sosial budaya dapat pula mempengaruhi gangguan orientasi

realita seperti kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan atau

kerusuhan) dan kehidupan yang terisolasi disertai stress (Purba dkk,

2011).

4. Faktor psikologis

Keluarga pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi

respons psikologis klien sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi

gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau kekerasan dalam

kehidupan klien (Purba dkk, 2011).

5. Faktor biologis

Gangguan perkembangan dan fungsi otak susunan syaraf pusat dapat

menimbulkan gangguan realitas. Gejala yang mungkin muncul adalah

hambatan dalam belajar, berbicara, daya ingat dan muncul perilaku

menarik diri (Purba dkk, 2011).

6. Faktor genetik

Adanya pengaruh herediter (keturunan) berupa anggota keluarga

terdahulu yang mengalami skizofrenia dan kembar monozigot (Purba

dkk, 2011).

b. Faktor Presipitasi

Faktor prepitasi yaitu stimulus yang dipresepsikan oleh individu sebagai

(3)

menghadapinya. Adanya rangsangan dari lingkungan, seperti partisipasi

klien dalam kelompok, terlalu lama tidak diajak berkomunikasi, objek

yang ada di lingkungan, dan juga suasana sepi atau terisolasi sering

menjadi terjadinya pencetus halusinasi. Hal tersebut dapat meningkatkan

stress dan kecemasan yang merangsang tubuh mengeluarkan zat

halusinogenik (Fitria, 2010).

3. Tanda dan Gejala

Menurut Hamid (2000), perilaku klien yang terkait dengan halusinasi adalah

sebagai berikut :

1. Bicara sendiri, senyum sendiri dan tertawa sendiri.

2. Menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakkan mata yang cepat dan

respon verbal yang lambat.

3. Menarik diri dari orang lain, berusaha untuk menghindari orang lain

dan tidak dapat membedakan nyata dan tidak nyata.

4. Terjadi peningkatan denyut jantung, pernafasan dan tekanan darah.

5. Perhatian dengan lingkungan kurang atau hanya beberapa detik.

6. Berkonsentrasi dengan pengalaman sensori, sulit berhubungan dengan

orang lain dan ekspresi wajah tegang.

7. Mudah tersinggung, marah dan tidak mampu mengikuti perintah dari

perawat.

8. Tremor, berkeringat, panik, curiga dan bermusuhan.

9. Bertindak merusak diri, orang lain dan lingkungan, ketakutan dan tidak

dapat mengurus diri.

10.Disorientasi waktu, tempat dan orang.

4. Jenis-Jenis Halusinasi

Menurut Stuart (2007), halusinasi terdiri dari tujuh jenis, yaitu :

a. Pendengaran

Klien mendengar suara/bunyi yang tidak ada hubungannya dengan

stimulus yang nyata/lingkungan. Pikiran yang terdengar dimana klien

(4)

yang kadang membahayakan. Seperti mendengar suara-suara atau

kegaduhan, mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap,

mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya.

b. Penglihatan

Klien melihat gambaran yang jelas/samar terhadap adanya stimulus

yang nyata dari lingkungan dan orang lain tidak melihatnya. Seperti

melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, kartun, melihat hantu, atau

monster.

c. Penghidu

Klien mencium suatu bau yang muncul dari sumber tertentu tanpa

stimulus yang nyata. Seperti membaui bau darah, urine, feses, dan

terkadang bau-bau tersebut menyenangkan klien.

d. Pengecapan

Klien merasakan sesuatu yang tidak nyata, biasanya merasakan rasa

makanan yang tidak enak. Seperti merasakan rasa seperti darah, urine,

atau feses.

e. Perabaan

Klien merasakan sesuatu pada kulitnya tanpa ada stimulus yang nyata.

Seperti mengatakan ada serangga di permukaan kulit dan merasa seperti

tersengat listrik.

f. Cenestetik

Klien merasakan badannya bergerak dalam suatu ruangan atau anggota

badannya bergerak.

g. Viseral

(5)

5. Tahapan Halusinasi

Tahapan, Karakteristik, dan Perilaku yang ditampilkan oleh klien yang

mengalami gangguan halusinasi adalah sebagai berikut:

TAHAP KARAKTERISTIK PERILAKU KLIEN

Tahap I

Memberi rasa nyaman

tingkat ansietas sedang

secara umum

Halusinasi merupakan

suatu kesenangan.

 Mengalami ansietas,

kesepian, rasa bersalah

dan ketakutan.

 Mencoba berfokus pada pikiran yang dapat

menghilangkan ansietas.

 Pikiran dan pengalaman

sensori masih ada dalam

kontrol kesadarn (jika

kecemasan di kontrol).

 Tersenyum, tertawa

sendiri.

 Menggerakkan

bibir tanpa suara.

 Pergerakkan mata

yang cepat.

 Respon verbal yang

lambat.

 Diam dan

berkonsentrasi.

Tahap II

Menyalahkan, tingkat

kecemasan berat

secara umum

halusinasi

menyebabkan rasa

antipati.

 Pengalaman sensori menakutkan

 Mulai merasa

kehilangan kontrol.

Merasa di lecehkan oleh pengalaman sensori

tersebut.

 Menarik diri dari orang

lain.

 Non Psikotik.

 Peningkatan SSO,tanda-tanda

ansietas

peningkatan denyut

jantung, pernafasan

dan tekanan darah.  Rentang perhatian

menyempit.

 Konsentrasi dengan pengalaman

sensori.  Kehilangan

kemampuan

membedakan

halusinasi dan

(6)

Tahap III

Mengontrol tingkat

kecemasan berat

pengalaman sensori

tidak dapat di tolak

lagi.

 Klien menyerah dan

menerima pengalaman

sensorinya.

 Isi halusinasi menjadi

antraktif.

 Kesepian bila

pengalaman sensori

berakhir.  Psikotik.

 Perintah halusinasi

di taati.

 Sulit berhubungan

dengan orang lain.

 Rentang perhatian hanya beberapa

detik/menit.

 Gejala sisa ansietas

berat, berkeringat,

tremor, tidak

mampu mengikuti

perintah.

Tahap IV

Menguasai tingkat

kecemasan panik

secara umum diatur

dan di pengaruhi oleh

waham.

 Pengalaman sensori menjadi ancaman.

 Halusinasi dapat

berlangsung selama

beberapa jam atau hari

(jika tidak

diintervensi).  Psikotik.

 Perilaku panik  Potensial tinggi

untuk bunuh diri

atau membunuh. Tindakan kekerasan

agitasi menarik diri

atau ketakutan.

Tindakan mampu berespon terhadap

perintah yang

kompleks.

Tidak mampu

berespons terhadap

lebih dari satu

(7)

6. Penatalaksanaan Medis Pada Halusinasi

Penatalaksanaan klien skizofrenia adalah dengan pemberian obat-obatan dan

tindakan lain, yaitu;

a. Psikofarmokologis

Obat-obatan yang lazim digunakan pada gejala halusinasi pendengaran

yang merupakan gejala psikosis pada klien skizofrenia adalah obat-obatan

anti-psikosis. Adapun kelompok umum yang digunakan adalah:

KELAS KIMIA NAMA

GENERIK(DAGANG)

DOSIS

HARIAN

Fenotiazin Asetofenazin (Tidal)

Klopromazin (Thorazine)

Flupenazine (Prolixine,

Permiti)

Mesoridazine (Serentil)

Perfenazine (Trilafon)

Proklorperazine

(Compazine)

Promazin (Sparine)

Tiodazin (Mellaril)

Trifluperazin (Stelazine)

Triflupromazine (Vesprin)

60-120 mg

Tioksanten Kloprotiksen (Tarctan)

Tiotiksen (Navane)

75-600 mg

8-30 mg

Butirofenon Haloperidol (Haldol) 1-100 mg

Dibenzondiazepin Klozapin (Klorazil) 300-900 mg

(8)

Dihidroindolon Molindone (Moban) 15-225 mg

b. Terapi kejang listrik/electro compulsive therapy (ECT)

c. Terapi Ktivitas Kelompok (TAK).

7. Proses Asuhan Keperawatan dengan Prioritas Masalah Halusinasi

a. Pengkajian

Pengumpulan data dapat dilakukan melalui wawancara dengan klien,

pengamatan langsung dan pemeriksaan. Hal-hal yang perlu di kaji meliputi:

1. Faktor predisposisi

Faktor predisposisi adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis

dan jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk

mengatasi stress yang diperoleh baik dari klien maupun keluarganya.

2. Perilaku

Respon klien terhadap halusinasi. prilaku klien yang mengalami

halusinasi sangat tergantung pada jenis halusinasinya. Apabila

perawat mengidentifikasi adanya tanda-tanda dan perilaku halusinasi

maka pengkajian selanjutnya harus dilakukan tidak hanya sekedar

mengetahui jenis halusinasinya saja. Validasi informasi tentang

halusinasi yang diperlukan meliputi: isi halusinasi yang dialami oleh

pasien, waktu dan frekuensi halusinasi, situasi pencetus halusinasi,

dan respon pasien.

3. Fisik

Hal-hal yang perlu di kaji dalam pemeriksaan fisik meliputi: ADL,

kebiasaan, riwayat kesehatan, riwayat skizofrenia dalam keluarga,

dan fungsi sistem tubuh.

4. Status emosi

Afek tidak sesuai, perasaan bersalah atau malu, sikap negatif dan

(9)

5. Status intelektual

Gangguan persepsi, penglihatan, pendengaran, penciuman, dan

kecap, isi pikir tidak realitas, tidak logis dan sukar diikuti atau kaku,

kurang motivasi, koping regresi dan denial serta sedikit bicara.

6. Status sosial

Putus asa, menurunnya kualitas kehidupan, ketidakmampuan

mengatasi stress dan kecemasan (Purba dkk, 2011).

b. Analisa Data

1. Data Subjektif

a. Klien mengatakan mendengar sesuatu

b. Klien mengatakan sering mendengar suara yang menyuruhnya

untuk melakukan sesuatu. Seperti: menyuruhnya untuk memukul

ibunya, menyuruhnya untuk tidak tidur.

c. Mendengar suara yang mengajaknya bercakap-cakap.

2. Data Objektif

a. Klien terlihat berbicara atau tertawa sendiri saat di kaji

b. Bersikap seperti mendengarkan sesuatu

c. Disorientasi

d. Konsentrasi rendah

e. Pikiran cepat berubah-ubah

f. Kekacauan alur fikir

g. Marah-marah tanpa sebab

i. Berhenti berbicara ditengah-tengah kalimat untuk mendengarkan

(10)

c. Rumusan Masalah

Effect Resiko Tinggi Perilaku Kekerasan

Care problem Halusinasi

Causa Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah

d. Perencanaan

1. Membantu pasien mengenali halusinasi

Untuk membantu pasien mengenali halusinasi, perawat dapat

melakukan dengan cara berdiskusi dengan pasien tentang isi halusinasi

(apa yang didengar/dilihat), waktu terjadinya halusinasi, frekuensi

terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan halusinasi muncul dan

perasaan pasien saat halusinasi muncul.

2. Melatih pasien mengontrol halusinasi

Untuk membantu pasien agar mampu mengontrol halusinasi, perawat

dapat melatih pasien dengan empat cara yang sudah terbukti dapat

mengendalikan halusinasi. Keempat cara tersebut adalah:

a. Menghardik halusinasi

b. Bercakap-cakap dengan orang lain

c. Melakukan aktivitas yang terjadwal

(11)

Strategi pertemuan pada pasien halusinasi

No. Kemampuan Pasien dan Keluarga

A Pasien

Strategi pertemuan 1

1 Mengidentifikasi jenis halusinasi 2 Mengidentifikasi isi halusinasi 3 Mengidentifikasi waktu halusinasi 4 Mengidentifikasi frekuensi halusinasi

5 Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi 6 Mengidentifikasi respon pasien terhadap halusinasi 7 Mengajarkan pasien menghardik halusinasi

8 Menganjurkan pasien memasukkan cara menhgardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian pasien.

Strategi pertemuan 2

1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

2 Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain

3 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

Strategi pertemuan 3

1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

2 Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegiatan yang biasa dilakukan di rumah sakit

3 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

Strategi pertemuan 4

1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

2 Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara teratur

(12)

B. Asuhan Keperawatan Kasus

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT

I. BIODATA

IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. M

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 25 tahun

Status Perkawinan : Belum menikah

Agama : Islam

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Ikut orang tua

Alamat : Jl.AM.Said No.55

Tanggal Masuk RS : 19 Mei 2013

No. Register : 05.24.92

Ruangan/Kamar : Sibual-buali

Tanggal Pengkajian : 18 Juni 2013

Diagnosa Medis : Skizofrenia paranoid

II. KELUHAN UTAMA :

Klien sering mendengar suara yang menyuruhnya untuk memukul ibunya dan

yang menyuruh untuk tidak tidur di malam hari. Klien suka marah-marah

tanpa sebab.

III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG

A. Provocative/palliative

1. Apa penyebabnya

Klien sering mendengar suara yang menyuruhnya untuk memukul

ibunya dan yang menyuruhnya untuk tidak tidur di malam hari.

2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan

(13)

B. Quantity/quality

1. Bagaimana dirasakan

Klien mengatakan sudah lebih tenang selama dirawat tetapi masih

sering mendengar suara-suara

2. Bagaimana dilihat

Klien tampak lebih senang menyendiri dan suka termenung.

C. Severity

Klien merasa terganggu dengan kondisinya yang sekarang.

D. Time

Sampai saat ini klien masih mengalami kondisi tersebut.

IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU

A. Penyakit yang pernah dialami

± 5 tahun lalu klien pernah mengalami gangguan jiwa, tetapi kambuh lagi

karena tidak teratur minum obat.

B. Pengobatan/tindakan yang dilakukan

Klien pernah melakukan pengobatan di psikiater.

C. Pernah dirawat/dioperasi

Klien tidak pernah di rawat di klinik kejiwaan.

D. Lama dirawat

Klien tidak pernah dirawat hanya menggunakan berobat jalan saja.

E. Alergi

(14)

V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

A. Orang tua

Orang tua klien tidak memiliki riwayat penyakit gangguan jiwa seperti

klien.

B. Saudara kandung

Klien adalah anak ke empat dari 6 bersaudara, dan Saudara kandung

klien yaitu anak kedua ada yang memiliki riwayat penyakit gangguan

jiwa seperti klien.

C. Penyakit keturunan yang ada

Keluarga klien tidak memiliki penyakit keturunan.

D. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa

Tidak ada anggota keluarga klien yang mengalami gangguan jiwa.

E. Anggota keluarga yang meninggal

Anggota keluarga yang meninggal adalah ayah klien.

F. Penyebab meninggal

Ayah klien meninggal karena terjatuh dari kereta.

VI. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL

A. Persepsi pasien tentang penyakitnya

Klien mengatakan ia sering menyendiri karena merasa tidak berguna

karena tidak bekerja sehingga tidak bisa membantu ibunya.

B. Konsep diri

- Gambaran diri

(15)

- Ideal diri

Klien ingin cepat sembuh dan pulang kerumah berkumpul dengan

keluarganya.

- Harga diri

Klien mengatakan dirinya sudah tidak berguna dan berarti lagi

karena telah gagal meraih cita-citanya.

- Peran diri

Klien sebagai seorang laki-laki yang belum menikah dan sebagai

anak.

- Identitas

Klien merupakan seorang laki-laki tamatan SD.

C. Keadaan emosional :

Keadaan emosional klien tampak labil namun klien kooperatif.

D. Hubungan sosial :

- Orang yang berarti

Menurut klien orang yang paling berarti adalah orang tuanya terutama

ibunya.

- Hubungan dengan keluarga

Menurut klien hubungan klien dengan keluarga baik dan harmonis.

- Hubungan dengan orang lain

Selama klien dirawat di rumah sakit jiwa hubungan sosialisasi dengan

orang lain kurang baik karena klien lebih banyak menyendiri.

- Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain

Karena kurangnya sosialisasi antara klien dengan teman-teman

diruangan, menyebabkan klien hanya memiliki teman yang terbatas.

E. Spiritual

- Nilai dan keyakinan

(16)

- Kegiatan ibadah

Klien jarang mengikuti kegiatan ibadah kebaktian selama klien

dirawat dirumah sakit jiwa.

VII. STATUS MENTAL

a. Tingkat Kesadaran

Klien sadar penuh (compos mentis), tidak mengalami disorientasi maupun

bingung.

b. Penampilan

Klien berpakain rapi dan sesuai, kuku tidak terlalu panjang.

c. Pembicaraan

Selama wawancara klien mudah diajak berbicara, namun klien berbicara

agak lambat, menjawab pertanyaan dengan singkat.

d. Alam Perasaan

Klien tampak lesu dan tidak bersemangat.

e. Afek

Afek klien datar, klien sulit untuk merespon stimulus yang diberikan.

f. Interaksi Selama Wawancara

Selama wawancara dengan perawat, klien tampak kooperatif dan kontak

mata mudah beralih kearah yang tak menentu.

g. Persepsi

Klien mengatakan sering mendengar suara-suara yang wujudnya tidak bisa

dilihat oleh orang lain. Klien mengatakan sering di ajak berbicara oleh

seorang wanita. Klien mengatakan suara tersebut cukup mengganggu dan

muncul jika klien akan tidur. Klien biasanya tidak melakukan apapun jika

suara tersebut di dengarnya.

h. Proses Pikir

Klien mampu nmenjawab pertanyaan yang di ajukan perawat.

i. Isi Pikir

(17)

j. Waham

Saat dilakukan wawancara klien tampak curiga dengan keadaan sekitar,

terlihat dari mata klien yg suka melihat kesegala arah.

k. Memori

Klien memiliki daya ingat yang masih bagus.

VIII.PEMERIKSAAN FISIK

A. Keadaan Umum

Compos mentis (CM)

B. Tanda-tanda vital

- Suhu tubuh : 370 c

- Tekanan darah : 120/80 mmhg

- Nadi : 80 x/i

- Pernafasan : 20x/i

C. Pemeriksaan Head to toe

1. Kepala dan Rambut

Bentuk kepala klien bulat, simetris dan normal dengan kulit kepala

bersih. Penyebaran rambut merata dan tidak berbau.

2. Wajah

Struktur wajah klien oval dan tidak ada kelainan, dengan warna kulit

terlihat putih pucat.

3. Mata

Klien memiliki dua mata dengan posisi simetris dan tidak ada kelainan

dengan konjungtiva dan sclera normal.

4. Hidung

Posisi hidung klien simetris dengan 2 lubang hidung dan cuping

hidung normal, klien tidak memakai alat bantu hidung.

5. Telinga

Bentuk telinga klien lengkap dan tidak ada kelainan, tetapi klien

(18)

6. Mulut dan Faring

Keadaan bibir klien simetris, dan tidak ada kelainan, klien mampu

membedakan rasa asin dan manis.

7. Leher

Posisi trachea klien simetris dan normal, suara klien normal dan tidak

ada pembengkakan pada kelenjar limfa.

8. Integument

Kulit klien terlihat bersih, akral klien hangat dan turgor kembali

(19)

IX. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI

I. Pola makan dan minum

- Frekuensi makan/hari : 3 kali sehari

- Nafsu/selera makan : nafsu makan klien baik

- Nyeri ulu hati : tidak ada nyeri pada ulu hati

- Alergi : tidak memiliki riwayat alergi

- Mual dan muntah : tidak ada mual dan muntah

- Tampak makan memisahkan diri (pasien gangguan jiwa):

Klien makan tampak memisahkan diri

- Waktu pemberian makan : pagi,siang,sore

- Jumlah dan jenis makan : 1 porsi, jenis nasi + lauk pauk

- Waktu pemberian cairan : tidak ditentukan

- Masalah makan dan minum (kesulitan menelan, mengunyah):

Klien tidak mengalami masalah dalam makan dan minum.

II. Perawatan diri/personal hygiene

- Kebersihan tubuh : terlihat bersih

- Kebersihan gigi dan mulut : terlihat kotor

- Kebersihan kuku kaki dan tangan : kuku tidak terlihat panjang

III. Pola kegiatan/Aktivitas

- Uraian aktivitas pasien untuk mandi,makan,eliminasi, ganti pakaian,

dilakukan secara mandiri,sebahagian, atau total:

Klien melakukan aktivitas mandi, makan, ganti pakaian harus

diarahkan terlebih dahulu.

- Uraian aktivitas ibadah pasien selama dirawat/sakit:

Klien hanya beberapa kali saja mengikuti kegiatan ibadah selama dirawat di RSJ.

IV. Pola Eliminasi

1. BAB

- Pola BAB : 1 x sehari

(20)

- Riwayat perdarahan : tidak memiliki riwayat perdarahan

- BAB terakhir : siang hari

- Diare : tidak mengalami diare

- Penggunaan laksatif : tidak ada penggunaan laksatif

2. BAK

- Pola BAK : 1-3 x sehari

- Kateter urine : tidak memakai kateter urine

- Nyeri/rasa terbakar/ : tidak ada nyeri atau kesulitan BAK

kesulitan BAK

- Penggunaan diuretik : tidak ada penggunaan diuretik

V. Mekanisme koping

Saat ada masalah klien hanya memendam masalah nya sendiri tanpa

(21)

Analisa Data

No. Data Masalah Keperawatan

1. Ds: Klien mengatakan sering mendengar suara yang menyuruh nya untuk melakukan sesuatu. Seperti:

menyuruhnya untuk memukul ibunya, menyuruhnya untuk tidak

tidur.

Do : - Bicara atau tertawa sendiri -Marah-marah tanpa sebab -Disorientasi

-Konsentrasi rendah

Halusinasi Pendengaran

2. Ds: Klien mengatakan ia lebih senang menyendiri karena ia tidak berguna tidak ada kerjaan.

Do : - Tampak memisahkan diri -Hanya berbicara dengan

orang yang dianggapnya lembut

-Lebih banyak melamun -Terlihat lesu

Harga Diri Rendah

3. Ds : Klien mengatakan sering marah-marah dan memukul ibunya.

Do : -Tangan mengepal - Postur tubuh kaku

Perilaku Kekerasan

Masalah Keperawatan

1. Halusinasi pendengaran

2. Harga Diri Rendah

3. Perilaku Kekerasan.

Diagnosa Keperawatan Prioritas

(22)

Perencanaan Keperawatan dan Rasional

Hari/ Tanggal

No.Dx Perencanaan Keperawatan

19 Juni 2013

1. Halusinasi Pendengaran

Tujuan dan Kriteria Hasil :

Tujuan keperawatan: klien dapat mengontrol atau mengendalikan halusinasi yang dialaminya.

Kriteria hasil:

- Klien menunjukkan tanda_tanda percaya pada perawat

- Ekspresi wajah bersahabat. - Menunjukkan rasa senang - Ada kontak mata

Rencana tindakan Rasional 1.Strategi Pertemuan 1

- Identifikasi jenis halusinasi

- Identifikasi isi halusinasi

- Identifikasi waktu halusinasi

- Identifikasi

frekuensi halusinasi - Identtifikasi situasi

yang menimbulkan isi halusinasi

- Identifikasi respon pasien terhadap halusinasi

- Ajarkan pasien

menghardik halusinasi nya

- Anjurkan pasien memasukkan cara menghardik

halusinasi dalam jadwal kegiatan harian pasien.

2.Strategi pertemuan 2

- Evaluasi jadwal

kegiatan harian pasien.

- Latih pasien

Tingkah laku klien terkait halusinasi nya menunjukkan isi, waktu, frekuensi, serta situasi dan kondisi yang menimbulkan

halusinasi.

Memantau

(23)

mengendalikan

halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain. - Anjurkan pasien

memasukkam dalam jadwal kegiatan harian pasien.

3.Strategi pertemuan 3

- Evaluasi jadwal

kegiatan harian pasien.

- Latih pasien

mengendalikan

halusinasi dengan melakukan kegiatan

yang biasa dilakukan di rumah

sakit.

- Anjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian pasien.

4.Strategi pertemuan 4

- Evaluasi jadwal

kegiatan harian pasien.

- Berikan pendidikan kesehatn tentang penggunaan obat secara teratur.

- Anjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian pasien.

di latih bersama dengan klien..

Membantu klien dalam

membangun hubungan social.

Membantu klien dalam melakukan kegiatan.

(24)

Pelaksanaan Keperawatan

Hari/ Tanggal

No. Dx

Implementasi Keperawatan Evaluasi

Rabu/19 Juni 2013

1. 1.Strategi Pertemuan 1

- Mengidentifikasi jenis

halusinasi

- Mengidentifikasi isi halusinasi

- Mengidentifikasi waktu

halusinasi

- Mengidentifikasi frekuensi halusinasi

- Mengidenttifikasi situasi yang menimbulkan isi halusinasi - Mengidentifikasi respon pasien

terhadap halusinasi

- Mengajarkan pasien

menghardik halusinasi nya

- Menganjurkan pasien

memasukkan cara menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian pasien.

2.Strategi pertemuan 2

-Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

-Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain

-Menganjurkan pasien

memasukkam dalam jadwal kegiatan harian pasien

3.Strategi pertemuan 3

-Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

-Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan melakukan

S: Klien mengatakan sering mengikuti menyebutkan cara mengontrol

halusinasi.

O: Bicara lambat, sering tersenyum

dan tertawa sendiri.

A: Masalah teratasi sebagian

P: Intervensi dilanjutkan.

S:Klien menyebutkan cara ke tiga mengontrol

(25)

kegiatan yang biasa dilakukan di rumah sakit.

-Menganjurkan pasien

memasukkan dalam jadwal kegiatan harian pasien.

4.Strategi pertemuan 4

-Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

-Memberikan pendidikan

kesehatn tentang penggunaan obat secara teratur

-Menganjurkan pasien

memasukkan dalam jadwal kegiatan harian pasien.

O: Ekspresi tenang

A: Masalah teratasi sebagian

P: Intervensi di lanjutkan.

S: Klien mengatakan sudah mampu mengontrol

halusinasi.

O: Klien tampak tenang.

A: Masalah teratasi

(26)

Evaluasi

Evaluasi keberhasilan tindakan keperawatan yang sudah dilakukan untuk klien

halusinasi.

1. Klien mau menerima perawat sebagai terapis di tandai dengan :

a. Klien menerima perawat sebagai perawatnya.

b. Klien mau menceritakan masalah yang dihadapinya kepada

perawat.

c. Klien mau bekerja sama dengan perawat ,setiap program yang

perawat tawarkan di laksanakan oleh klien.

2. Klien menyadari bahwa yang dialamainya tidak ada objeknya dan

merupakan masalah yang harus diatasi ditandai dengan :

a. Klien mengungkapkan isi halusinasinya yang dialaminya.

b. Klien menjelaskan waktu dan frekuensi halusinasi yang

dialaminya.

c. Klien menjelaskan situasi yang mencetus halusinasi.

d. Klien menjelaskan perasaanya ketika mengalami halusinasi.

e. Klien menjelaskan bahwa ia akan berusaha mengatasi

halusinasinya.

3. Klien dapat mengontrol halusinasi di tandai dengan :

A. Klien mampu memperagakan 4 cara mengontrol halusinasinya

B. Klien menerapkan 4 cara mengontrol halusinasi:

1) Menghardik halusinasi.

2) Bercakap dengan orang lain disekitarnya jika halusinasinya

timbul.

3) Menyusun jadwal kegiatan dari bangun tidur di pagi hari

sampai mau tidur pada malam hari selama 7 hari dalam

seminggu dan melaksanakan jadwal tersebut secara

mandiri.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui tingkat akurasi dari model dalam melakukan simulasi hasil padi, perlu dilakukan perbandingan nilai aktual yang diwakili oleh data yang bersumber dari BPS (Badan

[r]

mahasiswa yaitu kelompok kontrol (Pembelajaran Langsung /PL) dan kelompok perlakuan (IT). Hasil penelitian menunjukkan: Satu: hasil belajar praktikum ranah

sebaiknya dirumah mengurus urusan rumah tangga dan menjaga anak. Ada juga suami yang tidak keberatan bila istrinya bekerja karena mereka tidak ingin membunuh cita-cita sang istri

Eblek (kuda kepang) yang terbuat dari anyaman bambu yang ditunggangi penari Jathil juga berwarna putih dengan motif berwarna hitam. Pada saat itu, langitnya memiliki

Skripsi berjudul Aplikasi Metode SWOT Untuk Meningkatkan Kualitas Perusahaan Produksi Beras (Studi di UD Arwana, Desa Lembengan, Kecamatan Ledokombo, Kabupaten Jember)

Ashari, Hasyim (2012), “Tradisi “Berzanjen” Masyarakat Banyuwangi: Kajian.. Resepsi Sastra terhadap Teks Al-Barzanji”, Jurnal

Sehingga dengan model pembelajaran yang telah diterapkan, Pondok Pesantren Darul Ihsan Muhammadiyah Sragen sudah mampu untuk menjawab tuntutan masyarakat yang