A. KAJIAN TEORI
1. Hakikat metode bermain dalam Pembelajaran Senam
Bermain dan belajar dapat digolongkan menjadi dua hal yang saling
berkaitan. Bermain adalah belajar menyesuaikan diri dengan keadaan.
(Soemitro,1992:2). Sementara menurut Sukintaka (1997:2) bermain dapat
dirumuskan sebagai aktivitas jasmani yang dilakukan dengan sukarela dan
bersungguh-sungguh untuk memperoleh rasa senang dari melakukan
aktivitas tersebut. Untuk bermain baik anak-anak maupun dewasa pasti
mereka membutuhkan teman bermain, sebab pada dasarnya mereka bermain
berawal dari naluri bergeraknya dan terdorong baik untuk memenuhi
kebutuhan isyarat-isyarat dari dorongan. Dimana anak-anak bermain tanpa
memikirkan akan tujuan dari permainan mereka. Menurut Sukintaka
(1997:1) menyatakan bahwa bermain lebih tua dari kebudayaan, sebab
kebudayaan itu didasari oleh pemikiran dan segala peristiwa srawung antara
manusia.
Manusia bermain untuk mendapatkan kesenangan, kegembiraan, dan
kenikmatan. Sehingga akan ada unsur sukarela, dan akan berprilaku jujur
serta tidak akan melukai teman bermainya karena keinginan untuk
memperoleh kesenangan bersama. Manusia bermain juga untuk rekreasi,
rekreasi dalam Sukintaka (1997:4) teori ini mengatakan bahwabermain itu
merupakan kegiatan manusia yang berlawanan dengan kerja dan
kesungguhan hidup, dan imbangan antara kerja dan istirahat.
Tujuan bermain pada dasarnya adalah untuk mencari sebuah
kepuasan, kesenangan, memanfaatkan waktu luang, rekreasi, dan juga bias
sebagai sarana untuk menyalurkan energy yang berlebih. Teori rekreasi
dalam Sumitro (1992:8) menjelaskan bahwa orang bermain didasarkan oleh
pemikiran bahwa manusia membutuhkan bermain sebagai usaha untuk
mengembalikan gairah hidup.
Bermain dapat dikelompokkan didalam beberapa kategori tergantung
sudut pandang kita terhadap permainan atau bermain itu sendiri. Menurut
Sumitro (1992:11), ada tiga kelompok yakni : (1) pengelompokkan
berdasarkan pada jumlah pemain. (2) pengelimpokkan berdasarkan sifat
permainan. (3) pengelompokkan berdasarkan ala yang digunakan.
Sementara bermain dapat dikelompokkan menjadi beberapa bentuk,
kesemuanya memiliki manfaat yang besar untk pendidikan atau
pembelajaran bagi anak. Menurut Sumitro (1992:10), ada tiga kategori
pengelompokkan bermain yakni : (1) tipe bermain aktif, (2) tipe bermain
pasif, (3) tipe bermain intelektual.
Tipe bermain aktif adalah bermain aktif meliputi gerakan fisik secara
aktif. Contoh model bermainnya adalah kejar-kejaran, berenang, dan
sebagainya. Dengan jalan berperan serta secara aktif maka anak akan
sebenarnya dari bermain anak juga akan mendapatkan pelajara mengenai
mental, social serta emosional.
Tipe bermain pasif adalah dimana si pelaku tidak turut serta dalam
permainan itu tetapi memperoleh kesenangan, ketenangan, dan yang lain
dengan melihat permainan atau proses bermain itu sendiri. Sebagai contoh
seorang penikmat permaianan bola voli meskipun dia tidak terlibat langsung
dengan permainan serta hanya melihat permainan, namun perasaan senang
itu ada.
Tipe bermain intelektual disini bukan berarti bentuk permainan yang
lain tidak memerlukan intelektual. Permaianan intelektual ini berkaitan erat
dengan pemikiran yang mendalam serta konsentrasi yang terpusat. Contoh
permainannya seperti: catur, dam-daman, dan lain-lain.
Pertumbuhan dan perkembangan anak merupakan hal yang sangat
komplek. Bermain apa saja tentunya akan memiliki peranan serta menfaat
tersendiri. Sebab dengan bermain tentunya akan kita peroleh banyak
manfaat. Horlock dalam Sukintaka (1997:20) permaian bermain dalam
perkembangan anak: (1) perkembangan fisik: anak akan memperoleh
pertumbuhan dan perkembangan oto dengan baik. (2) belajar komunikasi:
kebahagiaan dalam bermain diperoleh karena adanya teman bermain,
sehingga tidak boleh tidak mereka akan berkomunikasi. (3) dengan bermain,
energi emosionalnya akan tersalur dalam aktivitas bermain, (4) jalan keluar
untuk mendapatkan yang dibutuhkan dan sesuatu yang dicita-citakan, (5)
pengenalan diri, (8) belajar bermasyarakat, (9) standar moral, (10)
mengetahui pembedaaan dan peranan seks, (11) perkembangan kepribadian
yang layak.
Menurut K. Mahmudi Sholeh, (1992:2), senam adalah istilah atau
nama salah satu cabang olahraga. Sebagai cabang olahraga, senam
mempunyai dominan atau daerah batas-batasan sendiri, mempunyai ruang
lingkup yang tertentu. Senam terjemahan dari kata ”gymnastiek” (bahasa
Belanda), ”gymnastics” (bahasa Inggris), ”thymnastiek” asal kata dari
”gymnos” (bahasa Greka).
Untuk mengetahui pengertian senam, kita harus mengetahui ciri-ciri
dan kaidah-kaidahnya antara lain:
a. Gerakan-gerakannya selalu dibuat atau di ciptakan dengan sengaja.
b. Gerakan-geerakannya harus selalu berguna untuk mencampai tujuan
tertentu (meningkatkan kelentukan, memperbaiki sikap dan gerak atau
keindahan tubuh, menambah keterampilan, menambah keindahan gerak,
meningkatkan keindahan tubuh).
c. Gerakan harus selalu tersusun dan sistimatis.
Berdasar pengertian di atas, batasan senam adalah latihan tubuh yang
dipilih dan diciptakan dengan berencana,disusun dengan sistimatis dengan
tujuan membentuk dan mengembangkan pribadi secara harmonis.Selian itu,
senam digunakan untuk meningkatkan keterampilan gerakan tubuh,
sehingga dari pengertian dan ciri-ciri di atas maka sesuai dengan
dituntut aktif, kreatif dan senang sehingga pembelajaran senam dapat
dikatakan efektif.
2. Hakikat Metode Bermain dalam Pembelajaran Senam Lantai
Senam lantai pada umumnya disebut floor exercise, tetapi ada juga
yang menamakan tumbling. Menurut Galih(2009) yang diunduh dari
rosy46nelli.wordpress.com senam lantai adalah latihan senam yang dilakukan pada matras, unsur-unsur gerakannya terdiri dari mengguling,
melompat, meloncat, berputar di udara, menumpu dengan tangan, atau kaki
untuk mempertahankan sikap seimbang atau pada saat meloncat ke depan
atau belakang. Jenis senam ini juga disebut latihan bebas karena pada waktu
melakukan gerakan pesenam tidak mempergunakan suatu peralatan khusus.
Bila pesenam membawa alat berupa bola, pita, atau alat lain, itu hanyalah
alat untuk meningkatkan fungsigerakan kelentukan,
pelemasan, kekuatan, ketrampilan, dan keseimbangan.
Senam lantai dilakukan di atas matras, biasanya berukuran 12 x 24
m, 15 x 30 m dan 18 x 36 m ( Suyati, 1992:423). Rangkaian gerakan senam
harus dimulai dari komposisi gerakan ringan, sedang, berat, dan akrobatik,
serta mengandung gerakan ketangkasan, keseimbangan, keluwesan, dll.
Menurut Suyati (1992:435) macam-macam teknik senam lantai
diantaranya:
a. Guling depan atau forward roll berarti menggelidingkan badan
b. Guling belakang atau backward roll berarti menggelidingkan badan
kebelakang mulai dari panggul-punggung-pundak kembali sikap
semula.
c. Handstand roll (guling dari berdiri di atas kedua tangan).
d. Dive roll diteruskan drop sit backward roll (guling depan dengan
awalan meloncat diteruskan dengan guling belakang dengan lutut lurus
dan rapat).
e. Back extension atau stut (berdiri di atas kedua tangan yang diawali
guling belakang),dan lain sebagainya.
3. Guling Belakang
Guling belakang merupakan materi di dalam olahraga senam. Menurut
Sunarsih, dkk (2006:33) gerak guling disebut juga dengan gerakan roll.
Gerakan berguling dapat dilakukan ke depan dan dapat pula dilakukan ke
belakang.Guling belakang adalah gerakan mengguling dengan posisi badan
mengarah ke depan kemudian mengguling dengan tumpuan kedua tangan
yang kuat dan diakhiri dengan sikap awal.Oleh karena itu, dalam
pembelajaran materi pokok senam terutama guling belakang diperlukan
komunikasi atau arahan yang tepat dari guru kepada siswa supaya cedera
dapat dihindari dan mendapatkan hasil yang maksimal dalam melakukan
Langkah-langkah guling belakang menurut Hananto, dkk, (2007:51)
yaitu:
a. Sikap permulaan
Jongkok membelakangi matras dengan paha merapat di dada, kedua
tangan berada di samping telinga, dan kedua telapak tangan menghadap
ke atas.
b. Gerakan
Angkatlah kedua tumit, bersama dengan itu pinggul diturunkan dan
langsung berguling belakang. Kedua tangan menyentuh matras,
dilanjutkan dengan menarik lutut ke arah kepala dibantu dengan
dorongan kedua tangan sehingga badan berbentuk bulat dan langsung
kembali jongkok menghadap ke arah semula.
Gambar 1. Gerakkan guling belakang
Gambar gerakan roll belakang
Sumber : Farida Mulyaningsih (2010.30)
Kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan saat guling
belakangadalah:
a. Penempatan tangan terlalu jauh kebelakang, tidak bisa menolak
b. Keseimbangan tubuh kurang baik saat mengguling belakang, hal ini
c. Salah satu tangan yang menumpu kurang bulat, atau bukan telapak
tangan yang digunakan untuk menumpu diatas matras.
d. Posisi mengguling kurang sempurna. Hal ini disebabkan karena kepala
menoleh ke samping.
e. Keseimbangan tidak terjaga karena mendarat dengan lutut
(seharusnya telapak kaki).
4. Hakikat bermain
Bermain sebagai Pengalaman Belajar yang Menyenangkan
Bermain mempunyai pengertian yang luas. Bermain merupakan suatu
kata kerja, yang mempunyai arti mengerjakan sesuatu permainan. Dalam
bermain kita akan merasakan senang, namun rasa senang itu akan makin
terpenuhi bila yang bermain atau semua yang bermain akan bermain
sungguh-sungguh, tetapi bermain itu sendiri bukan merupakan suatu
kesungguhan. Rasa senang bermain itu harus disebabkan karena bermain itu
sendiri. Sehingga dapat disimpulkan bahwa bermain merupakan aktivitas
jasmani yang dilakukan dengan sungguh-sungguh atas dasar rasa senang
(Sukintaka, 1990 :2).
Papalia, seorang ahli perkembangan manusia dalam bukunya Human
Development, mengatakan bahwa anak berkembang dengan cara bermain
(Martina Rini S. Tasmin, 2002 : 2). Dunia anak-anak adalah dunia bermain.
Anak-anak bermain menggunakan otot tubuhnya, menstimulasi indra-indra
lingkungan yang ia tinggali dan menemukan seperti apa diri mereka sendiri.
Pada saat bermain, anak-anak juga menemukan dan mempelajari hal-hal
atau keahlian baru dan belajar (learn) kapan harus menggunakan keahlian
tersebut, serta memuaskan apa yang menjadi kebutuhannya (need). Fisik
anak akan terlatih, kemampuan kognitif, dan kemampuan berinteraksi
dengan orang lain akan berkembang ktika anak bermain. Sedangkan
Menurut Hughes (1999) dalam Martina Rini S. Tasmin (2002 : 2), seorang
ahli perkembangan anak dalam bukunya Children, Play, and Development,
mengatakan harus ada 5 (lima) unsur dalam suatu kegiatan yang disebut
bermain. Kelima unsur tersebut yaitu ; (1) Tujuan bermain yang merupakan
permainan itu sendiri dan si pelaku mendapat kepuasan karena
melakukannya (tanpa target), bukan untuk misalnya mendapatkan uang ; (2)
Dipilih secara bebas, permainan dipilih sendiri dan dilakukan atas kehendak
sendiri dan tidak ada yang menyuruh ataupun memaksa ; (3) Menyenangkan
dan dinikmati ; (4) Ada unsur kayalan dalam kegiatannya ; (5) Dilakukan
secara aktif dan sadar. Fromberg dalam (Dockett & Fleer, 1999 : 16)
mendefinisikan bahwa bermain bagi anak adalah simbolis, sangat bermakna,
aktif, menyenangkan, sukarela, aturan yang tidak baku, dan berkisah. Semua
itu merupakan elemenelemen penting dalam bermain.
Ketika bermain, anak berimajinasi dan mengeluarkan ide-ide yang
tersimpan di dalam dirinya. Anak mengekspresikan pengetahuan yang dia
miliki tentang dunia dan kemudian juga sekaligus bisa mendapatkan
hatinya. Tidak hanya pengetahuan tentang dunia yang ada dalam pikiran
anak yang terekspresikan lewat bermain, tapi juga hal-hal yang ia rasakan,
ketakutan-ketakutan dan kegembiraannya. Orangtua akan dapat semakin
mengenal anak dengan mengamati ketika anak bermain. Bahkan lewat
permainan (terutama bermain peran/roleplaying) orangtua juga dapat
menemukan kesan-kesan dan harapan anak terhadap orangtuanya dan
keluarganya. Bermain peran menggambarkan pemahamannya tentang dunia
dimana ia berada. Menurut Mary Go Setiawani (2000:41-44), fungsi dan
nilai bermain yaitu : (1) Melatih fisik, Bermain merupakan latihan olahraga
yang terbaik bagi tubuh. Karena bermain dapat membina kemampuan anak
dalam berolahraga, kecerdasan, dan ketangkasan otak ; (2) Belajar hidup
bersama/berkelompok. Bermain adalah kesempatan yang baik bagi anak
untuk terjun ke dalam kelompok dan belajar menyesuaikan diri dalam
kehidupan yang harmonis di masyarakat ; (3) Menggali potensi diri sendiri,
dengan bermain, anak diberi kesempatan untuk menyelesaikan kesulitan
dengan kemampuan dirinya sendiri ; (4) Menaati peraturan, Orang dewasa
harus membantu anak bersikap sportif dalam bermain dan membimbing
mereka untuk menaati peraturan
Berdasarkan manfaatnya bagi perkembangan jiwa anak, permainan
terdiri atas dua macam, yaitu Permainan Aktif dan Permainan Pasif (Temu
Ilmiah Tumbuh Kembang Jiwa Anak dan Remaja, 2003 : 1). Permainan
Aktif terdiri atas : (a) Bermain bebas dan spontan atau eksplorasi, dalam
ada aturan-aturan dalam permainan tersebut. Anak akan terus bermain
dengan permainan tersebut selama permainan tersebut menimbulkan
kesenangan dan anak akan berhenti apabila permainan tersebut sudah tidak
menyenangkannya. Dalam permainan ini anak melakukan eksperimen atau
menyelidiki, mencoba, dan mengenal hal-hal baru ; (b) Drama, dalam
permainan ini, anak memerankan suatu peranan, menirukan karakter yang
dikagumi dalam kehidupan yang nyata, atau dalam mass media ; (c)
Bermain musik, Bermain musik dapat mendorong anak untuk
mengembangkan tingkah laku sosialnya, yaitu dengan bekerja sama dengan
teman-teman sebayanya dalam memproduksi musik, menyanyi, berdansa,
atau memainkan alat musik ; (d) Mengumpulkan atau mengoleksi sesuatu,
kegiatan ini sering menimbulkan rasa bangga, karena anak mempunyai
koleksi lebih banyak daripada teman-temannya. Di samping itu,
mengumpulkan benda-benda dapat mempengaruhi penyesuaian pribadi dan
sosial anak. Anak terdorong untuk bersikap jujur, bekerja sama, dan
bersaing ; (e) Permainan olah raga, dalam permainan ini anak banyak
menggunakan energi fisiknya, sehingga sangat membantu perkembangan
fisiknya. Di samping itu, kegiatan ini mendorong sosialisasi anak dengan
belajar bergaul, bekerja sama, memainkan peran pemimpin, serta menilai
diri dan kemampuannya secara realistik dan sportif.
Permainan Pasif terdiri atas : (a) Membaca, membaca merupakan
kegiatan yang sehat. Membaca akan memperluas wawasan dan pengetahuan
(b) Mendengarkan radio, mendengarkan radio dapat mempengaruhi anak
baik secara positif maupun negatif. Pengaruh positifnya adalah anak akan
bertambah pengetahuannya, sedangkan pengaruh negatifnya yaitu apabila
anak meniru hal-hal yang disiarkan di radio seperti kekerasan, kriminalitas,
atau hal-hal negatif lainnya ; (c) Menonton televisi, pengaruh televisi sama
seperti mendengarkan radio, baik pengaruh positif maupun negatifnya
(Temu Ilmiah Tumbuh Kembang Jiwa Anak dan Remaja, 2003 : 1).
5. KarakteristikAnak Kelas IV Sekolah Dasar
Menurut Yudha M. Saputra (2001: 17) periode spesifikasi,
umumnya ada anak berusia antara 10-13 tahun. Pada saat ini, anak sudah
dapat menentukan pilihannya akan cabang olahraga yang sangat disukainya.
Secara umum, mereka memiliki kemampuan dalam koordinasi dan
kelincahan yang jauh lebih baik. Atas dasar pertimbangan pada faktor fisik,
kognitif, dan budaya, mereka memilih untuk lebih mengkhususkan pada
salah satu cabang yang dianggap mampu ia lakukan. Mereka sudah mulai
bisa memahami kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya.Anak mulai
mencari atau menghindari aktivitas yang tidak disukainya.
Dari ketiga fase perkembangan gerak dasar yang terjadi pada anak
usia sekolah ini perlu, adanya upaya guru dalam menentukan dan
mengarahkan anak didiknya dalam jenjang yang berbeda. Dalam konteks
dua kelompok tahapan ajar yaitu; kelompok kelas bawah (kelas 1, 2 dan 3)
serta kelompok kelas atas ( kelas 4, 5, dan 6).
Menurut Yudha M. Saputra (2001: 19-20) materi untuk pelajaran
senam yang sesuai untuk kelas atas (kelas 4, 5, dan 6) pada umumnya dan
kelas 5 pada khususnya adalah guling belakang yang lebih kompleks yang
membutuhkan gerakan koordinasi yang lebih maju. Gerakkan ini lebih
mengarah pada keterampilan olahraga sebagai berikut:
a. Permainan Kompetitif dan Kerjasama
1) Permainan yang menggunakan net
2) Permainan yang menggunakan alat pemukul
3) Permainan yang sifatnya saling menyerang
4) Permainan yang menggunakan sasaran
5) Permainan tradisional
b. Kegiatan Jasmani Serial
1) Gerakkan meniru binatang
2) Permainan gendongan atau gajah-gajahan
3) Permainan dengan mengikuti irama musik
c. Kegiatan Permainan Senam
Kegiatan ini harus diberikan dalam bentuk bermain dan bukan dalam
senam secara utuh.
Sedangkan menurut Suyati (1992:14 – 16) karakteristik anak umur
10-13 tahun atau kelas 5-6 adalah sebagai berikut:
1) Otot tangan dan lengan lebih berkembang
2) Anak-anak menjadi sadar akan keadaan jasmaninya
3) Anak laki-laki senang pertandingan yang kasar dan keras
4) Anak-anak pada masa ini ada perbaikan kecepatan bereaksi
5) Anak-anak umur ini gemar akan jenis olahraga pertandingan
6) Koordinasi anak-anak umur ini baik, karena itu sudah dapat
diajarkan jenis-jenis kegiatan yang agak sukar, artinya kegiatan yang
memerlukan gerakan gabungan.
7) Keadaan jasmani terlihat kuat, kokoh dan sehat.
b. Karakteristik Sosial dan Emosional
1) Bersamaan dengan proses kematangan fisik, emosinya pada waktu itu
tidak stabil
2) Karena hasrat bergabung dan adanya perbedaan cara menimbulkan
salah paham antara anak satu dan lainnya.
3) Anak usia ini mudah timbul takjub
4) Anak-anak usia ini emosi biasa berontak
5) Mempunyai tanggapan positif terhadap penghargaan dan puji-pujian
6) Anak-anak masa ini mempunyai pandangan kritis terhadap tindakan
orang dewasa
7) Rasa kebanggaan berkembang
8) Setiap hal yang dikerjakan, menginginkan adanya penghargaan atau
pengenalan
10) Anak-anak masa ini mudah memperoleh teman. Lebih senang
melakukan kegiatan dalam kelompok dari pada kegiatan yang bersifat
perorangan (individual).
c. Karakteristik Mental
1) Anak-anak masa ini lebih gemar bermain-main dengan mempergunakan
bola
2) Anak-anak lebih berminat dalam permainan-permainanberegu atau
berkelompok
3) Anak-anak sangat terpengaruh apabila ada kelompok yang menonjol
atau mencapai prestasi tinggi
4) Sementara anak masa ini mudah putus asa, karena itu usahakan bangun
kembali atau bangkit kembali apabila tidak berhasil dalam mencapai
sesuatu.
5) Dalam melakukan sesuatu usaha, selalu berusaha mendapat persetujuan
dari guru terlebih dahulu.
6) Anak-anak masa ini pada umumnya memperhatikan soal waktu, karena
itu berusaha bekerja tepat pada waktunya.
Selain itu menurut RusliLutan (2001:19) faktor lainnya dipengaruhi
oleh pengetahuan yang diperoleh anak, terutama mengenai manfaat, atau
tata cara melaksanakan tugas. Hal ini cenderung dijumpai di kalangan
anak-anak yang sudah maju pengetahuannya, seperti dikelas akhir 4, 5, dan
meningkatkan kebugaran jasmani, rupa dan bentuk tubuh yang bagus, atau
tidak mengalami kegemukan, dapat merupakan faktor penting atau untuk
membentuk sikap positif.Itulah sebabnya, pada kelas-kelas akhir,
pengetahuan yang terkait dengan aktivitas jasmani sangat bermanfaat untuk
membentuk sikap positif.
Jadi, dengan tahapan-tahapan tersebut, diharapkan siswa kelas atas
sekolah dasar lebih tertarik dengan fondasi gerakkan guling belakang yang
benar.Pada saat memasuki tahap spesifikasi, fondasi gerak dasar itu
diharapkan sudah terbentuk.
B. PENELITIAN YANG RELEVAN
Penelitian mengenai proses pembelajaran baik secara teori maupun
praktek di lapangan telah banyak dilakukan salah satunya penelitian tentang
“Peningkatan Pembelajaran Roll Depan melalui metode bermain Siswa Kelas
IV SD Negeri Sumber ,Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang oleh Wastuti
( 2010 ). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri
Sumber yang berjumlah 9 siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
efektivitas pembelajaran senam lantai guling depan melalui metode bermain
dapat meningkat. Berdasarkan hasil tes 90% siswa dapat mencapai KKM
(Kriteria Ketuntasan Minimum) untuk nilai Pendidikan Jasmani dan
Kesehatan di SD Negeri Sumber.
Penelitian yang lain yaitu penelitian tentang “Peningkatan
V SD Negeri Soka 1 Srumbung, Magelang Tahun 2010/2011” oleh Albisah.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Soka yang
berjumlah 18 siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektifitas
pembeajaran senam lantai guling belakang melalui pendekatan PAKEM dapat
meningkat. Berdasarkan hasil tes 84% siswa dapat mencapai KKM (Kriteria
Ketuntasan Minimum) untuk nilai Pendidikan Jasmani dan Kesehatan di SD
Negeri Soka.
C. KERANGKA BERPIKIR
Pada pembelajaran senam lantai guling belakang yang biasa diterapkan
selama ini menunjukkan peran aktif serta motivasi siswa masih kurang. Proses
pembelajaran merupakan salah satu segi yang perlu diperhatikan karena
banyak sekali kegiatan yang terjadi dalam proses pembelajaran diantaranya :
penyampaian materi dapat menentukan berhasil tidaknya proses pembelajaran
yang sedang berlangsung.
Penyampaian materi akan mudah dipahami dan dilakukan oleh anak
apabila menggunakan pendekatan pembelajaran yang tepat dan menarik bagi
siswa. Senam lantai guling belakang sangat sulit bagi anak untuk
melakukannya.
Materi ini banyak ditakuti dan tidak diminati anak sekolah dasar, untuk
mendapatkan hasil terbaik dalam pembelajaran senam lantai guling belakang
maka dibutuhkan metode pembelajaran oyang tepat. Salah satu cara untuk
metode bermain sehingga akan mengurangi rasa takut siswa saat mengguling
dan memudahkan siswa untuk melakukan gerakan guling belakang.
Siswa akan merasa tidak ragu-ragu untuk melakukan guling belakang
karena telah mempunyai keberanian dan motivasi yang lebih dalam
pembelajaran senam lantai guling belakang atau dengan kata lain
pembelajaran senam lantai guling belakang melalui metode bermain akan
menjadikan siswa lebi berani dan idak ragu-ragu untuk melakukan guling
belakang sehingga dapat melakukan gerak guling belakang dengan baik dan
mencapai (teori) kualitas pembelajaran yang diharapkan peneliti.
D. Hipotesis
Berdasarkan kerangka berpikir di atas maka hipotesis dalam penelitian
ini adalah metode bermain dapat meningkatkan pembelajaran senam guling