• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ilmu Penyakit Mata

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Ilmu Penyakit Mata"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

Ilmu Penyakit Mata

(2)
(3)

• uveitis posterior

• perdarahan vitreous

• Ablasio retina

• oklusi arteri atau

vena retinal

• neuritis optik

• neuropati optik akut

karena obat

(misalnya

etambutol),

migrain, tumor otak

MATA TENANG

VISUS TURUN

PERLAHAN

MATA TENANG

VISUS TURUN

MENDADAK

MATA MERAH

VISUS NORMAL

MATA MERAH

VISUS TURUN

• Keratitis

• Keratokonjungti

vitis

• Ulkus Kornea

• Uveitis

• Glaukoma akut

• Endoftalmitis

• panoftalmitis

• Katarak

• Glaukoma

• retinopati

penyakit

sistemik

• retinitis

pigmentosa

• kelainan

refraksi

• Konjungtivitis

murni

• Trakoma

• mata kering,

xeroftalmia

• Pterigium

• Pinguekula

• Episkleritis

• skleritis

ANAMNESIS

Mengenai media

refraksi (kornea,

uvea, atau

seluruh mata)

• Struktur yang

bervaskuler →

sklera

konjungtiva

• Tidak

menghalangi

media refraksi

(4)

KELAINAN REFRAKSI

/ Hipermetropia

(5)

Myopia

• Gangguan kekuatan pembiasan mata dimana sinar sejajar titik

fokusnya terletak di depan retina (di depan makula lutea)

• Miopia secara klinis :

– Simpleks: kelainan fundus ringan, < -6D

– Patologis: Disebut juga sebagai miopia degeneratif, miopia maligna

ataumiopia progresif, adanya progresifitas kelainan fundus yang khas

padapemeriksaan oftalmoskopik, > -6D

• Miopia berdasarkan ukuran dioptri lensa :

– Ringan : lensa koreksinya 0,25 s/d 3,00 Dioptri

– Sedang : lensa koreksinya 3,25 s/d 6,00 Dioptri.

– Berat : lensa koreksinya > 6,00 Dioptri.

• Miopia berdasarkan umur :

– Kongenital : sejak lahir dan menetap pada masa anak-anak.

– Miopia onset anak-anak : di bawah umur 20 tahun.

– Miopia onset awal dewasa : di antara umur 20 sampai 40 thn.

– Miopia onset dewasa : di atas umur 40 tahun (> 40 tahun).

• Pemilihan kekuatan lensa untuk koreksi prinsipnya adalah dengan

dioptri yang terkecil dengan visual acuity terbaik.

(6)

Hipermetropia

• Gangguan kekuatan pembiasan mata dimana

sinar sejajar jauh tidak cukup dibiaskan sehingga

titik fokusnya terletak di belakang retina (di

belakang makula lutea)

• Etiologi: sumbu mata pendek (aksial),

kelengkungan kornea atau lensa kurang

(kurvatur), indeks bias kurang pada sistem optik

mata (refraktif)

• Pemilihan kekuatan lensa untuk koreksi

prinsipnya adalah dengan dioptri yang terbesar

dengan visual acuity terbaik

(7)

Bentuk

Hipermetropia

• Bentuk

– Hipermetropia total = laten + manifest

• Hipermetropia yang ukurannya didapatkan sesudah diberikan siklopegia

– Hipermetropia manifes = absolut + fakultatif

• Yang dapat dikoreksi dengan kacamata positif maksimal dengan hasil visus 6/6 • Terdiri atas hipermetropia absolut + hipermetropia fakultatif

• Hipermetropia ini didapatkan tanpa siklopegik

– Hipermetropia absolut :

• “Sisa”/ residual dari kelainan hipermetropia yang tidak dapat diimbangidengan akomodasi • Hipermetropia absolut dapat diukur, sama dengan lensa konveks terlemahyang memberikan

visus 6/6

– Hipermetropia fakultatif :

• Dimana kelainan hipermetropia dapat diimbangi sepenuhnya dengan akomodasi • Bisa juga dikoreksi oleh lensa

• Dapat dihitung dengan mengurangi nilai hipermetrop manifes – hipermetrop absolut

– Hipermetropia laten:

• Hipermetropia yang hanya dapat diukur bila diberikan siklopegia • bisa sepenuhnya dikoreksi oleh tonus otot siliaris/ akomodasi

• Umumnya lebih sering ditemukan pada anak-anak dibandingkan dewasa.

• Makin muda makin besar komponen hipermetropia laten, makin tua akanterjadi kelemahan akomodasi sehingga hipermetropia laten menjadi fakultatifdan kemudia menjadi absolut

(8)

Astigmat

• Ketika cahaya yang masuk ke dalam mata secara

parallel tidak membentuk satu titik fokus di

retina.

• Tipe

– astigmatisme miopikus simpleks

– astigmatisme hipermetrop simpleks

– astigmatisme miopikus kompositus

– astigmatisme hipermetrop kompositus

– astigmatisme mixtus

• menentukan jenis jenis astigmatisme

berdasarkan kedudukannya di retina

(9)

ASTIGMATISMA

• Berkas sinar tidak difokuskan pada 1 titik dengan tajam pada retina, akan tetapi

pada 2 garis titik api yang saling tegak lurus

• Penyebab : kelainan lengkung permukaan kornea (paling sering), dapat juga

kelainan lensa

• Gejala : Penglihatan buram, Head tilting, Menengok untuk melihat jelas,

Mempersempit palpebra, Memegang bahan bacaan lebih dekat

• Tatalaksana : koreksi dengan lensa silindris dan atau sferis (bila perlu)

• Tipe-tipe astigmatisma:

 Astigmatisma hipermetropikus simpleks, satu meridian utamanya emetropik, meridian yang lainnya hipermetropik.

 Astigmatisma miopikus simpleks, satu meridian utamanya emetropik, meridian lainnya miopi

 Astigmatisma hipermetropikus kompositus, kedua meridian utama hipermetropik dengan derajat berbeda.

 Astigmatisma miopikus kompositus, kedua meridian utamanya miopik dengan derajat berbeda

 Astigmatisma mikstus, satu meridian utamanya hipermetropik, meridian yang lain miopik.

(10)

Glaukoma

• Neuropati optik yang ditandai dengan

pencekungan diskus optik dan kehilangan

lapang pandang. Biasanya berhubungan

dengan peningkatan tekanan intraokular (TIO)

characterized by:

– High intra ocular pressure (IOP) > 21 mmHg,

– Optic nerve fibers death  optic disc damage,

– Progressive visual field defect,

(11)

Triad of abnormalities in disc, field and

(12)

KLASIFIKASI

(A)

Congenital and developmental glaucomas

1. Primary congenital glaucoma (without associated

anomalies).

2. Developmental glaucoma (with associated

anomalies).

(B)

Primary adult glaucomas

1. Primary open angle glaucomas (POAG)

2. Primary angle closure glaucoma (PACG)

3. Primary mixed mechanism glaucoma

(13)

• Glaukoma primer:

– Sudut terbuka:

• Membran pretrabekular

• Trabecular : produksi AH meningkat

• Posttrabekular : gangguan drainage pada kanal schlem

– Sudut tertutup:

• Pupillary block (iris bombé)

• Perubahan letak lensa anterior

• Sudut sempit

(14)

• Glaukoma kongenital: terdapat megalokornea : >11 mm

• Glaukoma sekunder: akibat peny. lain

– Pigmentary glaucoma

– Exfoliation syndrome

– Akibat perubahan lensa (fakogenik)

– Akibat perubahan uveal tract

– Iridocorneoendothelial (ICE) syndrome

– Trauma

– Postoperatif

– Glaukoma neovaskuler

– Peningkatan tekanan vena episklera

– Steroid-induced

(15)

3/20/2015 15

Primary glaucomas

• High IOP is not associated with any ocular

disorder

– Open angle

– Angle closure

(16)

3/20/2015 16

Secondary glaucoma

• Aqueous outflow alters by ocular / non ocular disorders 

IOP » :

– Secondary open angle glaucoma: pretrabecular,

trabecular and post-trabecular,

– Secondary angle closure glaucoma caused by

apposition between the peripheral iris and trabeculum,

– Pathogenesis: anterior forces / posterior forces

(17)

3/20/2015 17

Aqueous outflow

AH fills posterior chamber pupil

Trabecular route anterior chamber

Schlemm’s canal uveoscleral route (10%)

suprachoroidal space ciliary body

leaves the eye

through episcleral vein venous system in the ciliary body

90 %

(18)

3/20/2015 18

Aqueous outflow

a) Uveal

meshwork

b) Corneoscleral

meshwork

c)

Schwalbe’s line

d) Schlemm’s

canal

e) Collector

channels

f)

Ciliary body

g) Scleral spur

(19)

Faktor yang mempengaruhi Aquos

outflow

• High intra ocular pressure

(IOP),

• High episcleral pressure,

• Aqueous viscosity: exudate,

blood cell,

• Ciliary block, pupillary block,

posterior synechia,

• Narrow / closed anterior

chamber angle,

• Narrowing of trabecular

meshwork pore,

• Macrophage, lens cell at the

trabecular meshwork

.

(20)

3/20/2015 20

Intra Ocular Pressure (IOP)

• Normal IOP < 21 mm Hg,

• IOP > 21 mm Hg  glaucoma suspect,

• Diurnal fluctuation of IOP in 24 hours:

– IOP higher in the morning

– IOP lower in the afternoon and evening

• Ocular hypertension: IOP > 21 mmHg without any

nerve fiber damage,

• Normal tension glaucoma: normal IOP, but

presenting glaucomatous signs.

(21)

3/20/2015 21

Tonometry

• Two main methods of measuring IOP:

– applanation force to flatten the cornea

– indentation force to indent the cornea

• The main types of tonometer:

– The Schiotz tonometer uses a plunger with a

preset weight to indent the cornea. The amount

of indentation is converted into mmHg by use of

Friedenwald tables.

(22)

3/20/2015 22

Tonometry

• The main types of tonometer

:

– Goldmann tonometer consists of double prism with 3.06

mm in diameter, applanation, more accurate,

– Perkins tonometer, hand held, applanation,

– The air puff tonometer, non contact, applanation, jet of air

to flatten the cornea.

– Tono-pen

– Gas Tonometer

(23)
(24)

3/20/2015 24

(25)

3/20/2015 25

Provocation Test

• Water drinking test, dark room test, midriatic

test, steroid test,

• Positive if IOP at the end of the tests are more

than 8 mmHg,

• Indications:

– Narrow / closed angle glaucoma

– Normal tension glaucoma

(26)

Neuropathy optic

Retinal Nerve Fiber Layer (fig. 13.8)

-terlokalisir atau difus

Perubahan Parapapiler

-terdapat 2 zona: Alpha dan Betha (fig 13.9)

a. The betha inner zone (membatasi disc margin),

chorioretinal athrophy with visibitily of sclera and

large choroidal blood vessel

b. The Alpha  outer zone (di luar inner zone), hypo

and hyperpigementation of retinal pigment

(27)
(28)

Nerve fiber Layer Anatomy

The cup-disc ratio: fraction of vertical and horizontal

diameter cup and diameter of the disc, normal c/d ratio is 0.3 or less.

(29)

3/20/2015 29

Ophthalmoscopy of the optic disc

• The optic cup, pale depression in the center of the optic

cup, absent of nerve fiber,

• The neuroretinal rim, tissue between the outer edge of

the cup and the outer margin of the disc, the color is

pinkish orange, uniform width, contains nerve fibers,

• Nerve fibers death  thinning of retinal rim,

• High IOP  posterior bowing of lamina cribrosa,

nasalisation of central retinal vessels

.

(30)

• Optic nerve head

– Cup and disc ratio > 0.6,

– Peripapillary atrophy at temporal region,

– Splinter-shaped hemorrhage on the disc margin.

(31)

Visual Field Defect

1. Isopter contraction mild generalised

constriction of central as well as peripheral

field.

• 2.

Barring the blind spot, Baring of the

• blind spot means exclusion of the blind spot from

the central field due to inward

curve of the

outer

(32)

Klinis

• Nyeri periorbital dan gangguan penglihatan

• Penglihatan kabur, fenomena “melihat halo di sekitar objek” • Faktor pencetus : penerangan

redup, obat-obatan antikolinergik, simpatomimetik

• Kebanyakan pasien : gejala ekstraokular dan sistemik

merupakan keluhan utama (nyeri kepala, muntah, nyeri perut)

• Tajam penglihatan  lambaian tangan

• Pem mata luar  injeksi kornea, sklera, siliar, kornea udem

• Lapang pandang ↓ • Funduskopi (n.optikus

membengkak)

• Pupil (midilatasi nonreaktif) • Gerak bola mata  sulit

• Pada glaukoma akut TIO 40-80 mmHg, bola mata keras

Tatalaksana

Menurunkan TIO:

Asetazolamid IV / oral

penghambat beta topical : Beta bloker : timolol

PiloCarpin 4% (1 tetes/15’ slm 1-2 jam) obat hiperosmotik/Diuretik : Manitol IV preop u/ menurunkan TIO secepat

mungkin

Steroid topikal dosis tinggi menurunkan

kerusakan iris & jalinan trabekular TIO terkontrol  iridotomi laser Tidak berhasil  iridektomi

TIO tidak terkontrol  sklerostomi laser / trabekulektomi darurat

(33)

Types of Glaucoma

Causes Etiology Clinical

Acute Glaucoma Pupilllary block Acute onset of ocular pain, nausea, headache, vomitting, blurred vision, haloes (+), palpable increased of IOP(>21 mm Hg),

conjunctival injection, corneal epithelial edema, mid-dilated nonreactive pupil, elderly, suffer from hyperopia, and have no history of glaucoma

Open-angle (chronic) glaucoma

Unknown History of eye pain or redness, Multicolored halos, Headache, IOP steadily increase, Gonioscopy Open anterior chamber angles, Progressive visual field loss

Congenital glaucoma

abnormal eye development,

congenital infection

present at birth, epiphora, photophobia, and blepharospasm, buphtalmus (>12 mm)

Secondary glaucoma

Drugs

(corticosteroids)

Eye diseases (uveitis, cataract)

Systemic diseases Trauma

Sign and symptoms like the primary one. Loss of vision

Absolute glaucoma

end stage of all types of glaucoma, no vision, absence of

pupillary light reflex and pupillary response, stony appearance. Severe eye pain. The treatment  destructive procedure like cyclocryoapplication, cyclophotocoagulation,injection of 100% alcohol

(34)

• Konjungtivitis

• Definisi

• Radang konjungtiva

• Klinis

• Gejala:Sensasi tergores, Panas, Sensasi penuh di sekitar mata,

Fotofobia, Rasa sakit dan sensasi adanya benda asing  Keterlibatan

kornea. Gatal  biasanya konjungtivitis alergik (bisa juga pd

(35)

Konjungtivitis =Radang

konjungtiva

Pathology Etiology Feature Treatment

Bacterial staphylococci streptococci, gonocci

Corynebacter ium strains

Acute onset of redness, grittiness, burning sensation, usually bilateral eyelids difficult to open on waking, diffuse conjungtival injection,

mucopurulent discharge, Papillae (+)

topical antibiotics

Artificial tears Kloramfenikol (0,5-1%) 6x/hari min 3 hari jika diduga infeksi bakteri

Curiga GO: bayi injeksi penisilin prokain 50.000 IU/kgBB/hari dan tetes mata kloramfenikol tiap jam tidak membaik rujuk

Curiga Klamidia: Tetrasiklin oral dengan dosis 1-1,5 gram per hari selama 3-4 minggu dalam 4 dosis. Atau Eritromisin oral dengan dosis 1 gram per hari dalam 4 dosis selama 3-4 minggu

Viral Adenovirus herpes

simplex virus or varicella-zoster virus

Unilateral watery eye, redness, discomfort, photophobia,

eyelid edema & pre-auricular lymphadenopathy, follicular conjungtivitis,

pseudomembrane (+/-)

Days 3-5 of  worst, clear up in 7–14 days without treatment Artificial tears relieve dryness and inflammation (swelling) Antiviral herpes simplex virus or varicella-zoster virus

http://www.cdc.gov/conjunctivitis/about/treatment.html

Conjunctivitis is swelling (inflammation) or infection of the membrane lining the eyelids (conjunctiva)

(36)

Pathology Etiology Feature Treatment

Fungal Candida spp. can cause conjunctivitis Blastomyces dermatitidis Sporothrix schenckii

Not common, mostly occur in immunocompromised patient, after topical corticosteroid and antibacterial therapy to an inflamed eye

Topical antifungal

Vernal Allergy Chronic conjungtival bilateral inflammation, associated atopic family history, itching,

photophobia, foreign body sensation, blepharospasm, cobblestone pappilae, Horner-trantas dots Removal allergen Topical antihistamine Vasoconstrictors Inclusion Chlamydia trachomatis

several weeks/months of red, irritable eye with mucopurulent sticky discharge, acute or

subacute onset, ocular irritation, foreign body sensation, watering, unilateral ,swollen lids,chemosis ,Follicles

Doxycycline 100 mg PO bid for 21 days OR

Erythromycin 250 mg PO qid for 21 days Topical antibiotics

(37)

Konjungtivitis virus

• Konjungtivitis virus

– Injeksi konjungtival

– Sekret serous

– Perdarahan

subkonjungtiva

( subakut )

(38)

Konjungtivitis bakteri

• Konjungtivitis bakteri

– Sekret

mukopururulen

– Konjungtiva kemotik

– Injeksi konjungtiva

(39)

Konjungitivitis purulenta

• Konjungtivitis

purulenta

gonorrhoeae:

– Konjungtiva kemotik

dan kasar

– Sekret purulen

EMERGENCY

(40)

Trakoma

• Konjungtivitis trakoma

– Folikel pada

konjungtiva tarsal

Panus

• Infiltrat limbus atas

• Neovaskularisasi di

(41)

Konjungtivitis alergik

• Konjungtiva kemotik

• Konjungtiva terpajan

(42)

Konjungtivitis alergi lensa kontak

• Konjungtivitis alergi

– Papil pada

konjungtiva tarsal

– Sering terdapat

pada alergi lensa

kontak

(43)

Pterigium, Pingekuela, Skleritis

Pterigium

• Degenerasi dari stroma konjungtiva yang digantikan oleh serat elastik yang berpuntir dan menebal

• Paparan sinar UV (UV-A dan UV-B)  paling signifikan  pertumbuhan pterigium. Agen lain yang

berpengaruh : alergen, zat kima yang tidak berbahaya, dan iritan (angin, kotoran, debu, polusi udara)

• Derajat

– 1 : Pterygium hanya terbatas pada limbus kornea

– 2 : Pterygium sudah melewati limbus kornea, tapi tidak lebih dari 2 mm melewati kornea

– 3 : Pterygium melewati derajat 2, tapi tidak melebihi pinggiran pupil dalam keadaan cahaya normal (3-4 mm) – 4 : Pterygium sudah melewati pupil 

mengganggu penglihatan

Pinguekulum

• Perubahan pada jaringan normal  terbentukdeposit protein dan lemak • Biasanya mengenai orang tua. Dapat

disebabkan oleh iritasi mata kronik atau paparan cahaya matahari

Skleritis

• Inflamasi primer pada sklera

• 50% kasus terkait dengan penyakit

sistemik yaitu RA, ankylosing spondylitis, SLE, polyarthritis nodosa, virus herpes zoster,gout, dan sifilis. Proses inflamasi disebabkan oleh kerusakan vaskular yang terkait dengan kompleks imun

(hipersensitivitas tipe III) dan respon granulomatosa kronik (hipersensitivitas tipe IV)

(44)

Katarak

• Definisi

• Katarrhakies /Cataract /cataracta

air terjun

• Katarak  setiap keadaan

kekeruhan lensa akibat hidrasi

(penambahan cairan) lensa,

denaturasi protein lensa, atau

keduanya.

• Klasifikasi

– Berdasarkan usia: Kongenital,

juvenil, senilis

– Berdasarkan morfologi :

subkapsular, inti, kortikal

– Berdasarkan stadium

kematangan : Insipien, imatur,

matur, hipermatur

Katarak KongenitalSebelum atau

segera setelah lahir sampai usia 1 tahun • Infeksi TORCH

• Pembedahan adalah terapi katarak kongenital. Hasil terbaik pada usia 6-8 minggu

Katarak SenilisTerjadi pada usia

lanjut, biasanya > 40 tahun

• Proses degenarasi lensa  stadium katarak senil

– Insipien, intumesen, imatur, matur, hipermatur, morgagni

• Gejala Klinis

– Penurunan tajam penglihatan

– Peningkatan sensitivitas terhadap cahaya – Pergeseran miopi (myopic shift)

– Penglihatan ganda (diplopia) monokular – Rabun senja

– Membutuhkan cahaya yang lebih terang untuk membaca

(45)

• Tatalaksana

– Medikamentosa

• Tidak ada terapi yang

benar-benar terbukti dapat

menunda atau

mengembalikan proses

katarak

– Terapi Bedah

• Intracapsular cataract

extraction (ICCE)

• Extracapsular cataract

extraction (ECCE)

• Phacoemulsification

• Katarak TraumatikPaling

sering akibat cedera benda

asing di lensa atau trauma

tumpul pada bola mata.

• terdapat gambaran bintang

pada kapsula posterior

• tatalaksana

– Benda asing intraokular harus

segera dikeluarkan

– Antibiotik sistemik dan

topikal

– Kortikosteroid topikal

– Atropin sulfat 1%, 1 tetes 3

kali sehari untuk mencegah

sinekia posterior

(46)

KATARAK-SENILIS

• Katarak senilis adalah kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia di atas 50 tahun • Epidemiologi : 90% dari semua jenis katarak

• Etiologi :belum diketahui secara pastimultifaktorial:

 Faktor biologi, yaitu karena usia tua dan pengaruh genetik

 Faktor fungsional, yaitu akibat akomodasi yang sangat kuat mempunyai efek buruk terhadap serabu-serabut lensa.  Faktor imunologik

 Gangguan yang bersifat lokal pada lensa, seperti gangguan nutrisi, gangguan permeabilitas kapsul lensa, efek radiasi cahaya matahari.

 Gangguan metabolisme umum

• 4 stadium: insipien, imatur, matur, hipermatur

• Gejala : distorsi penglihatan, penglihatan kabur/seperti berkabut/berasap, mata tenang • Penyulit : Glaukoma, uveitis

• Tatalaksana : operasi (ICCE/ECCE)

(47)

• Katarak Komplikatakatarak sekunder akibat

penyakit intraokuler

• Berawal dari subkapsular posterior  seluruh

struktur lensa

• Katarak akibat Penyakit Sistemik

• Katarak bilateral

• Contoh penyakit sistemik:DM,

(48)

Uveitis, Endophtalmitis

• Radang uvea:

• mengenai bagian depan atau selaput pelangi (iris) iritis

• mengenai bagian tengah (badan silier)  siklitis

• mengenai selaput hitam bagian belakang mata koroiditis

• Biasanya iritis disertai dengan siklitis = uveitis anterior/iridosiklitis

• Terdapat flare atau efek tindal di dalam bilik mata depan

• Bila sangat akut dapat terlihat hifema atau hipopion

• Presipitat halus pada kornea

• Penyulit: Glaukoma sekunder

• Tatalaksana :

– Steroid topikal dan sistemik

– Siklopegik

(49)
(50)

Retinopati

RETINOPATI DIABETIK

• Riwayat DM yang lama, biasa > 20 tahun • Mata tenang visus turun perlahan

• Pemeriksaan Oftalmoskop

– Mikroaneurisma (penonjolan dinding kapiler)

– Perdarahan dalam bentuk titik, garis, bercak yang letaknya dekat dengan mikroaneurisma di polus posterior (dot blot hemorrhage)

– Dilatasi vena yang lumennya ireguler dan berkelok

– Hard exudate (infiltrasi lipid ke dalam retina akibat dari peningkatan permeabiitas kapiler), warna kekuningan

– Soft exudate (cotton wall patches) adalah iskemia retina tampak sebagai bercak kuning bersifat difus dan warna putih

– Neovaskularisasi – Edema retina

• Klsifikasi

– Derajat I : Mikroaneurisama dengan atau tanpa eksudat lemak pada fundus okuli

– Derajat II: Mikroaneurisma, perdarahan bintik dan bercak dengan atau tanpa eksudat lemak pada fundus okuli

(51)

Diabetic Retinopathy

DM ophthalmic complications :

• Corneal abnormalities

• Glaucoma

• Iris neovascularization

• Cataracts

• Neuropathies

• Diabetic retinopathy → most

common and potentially most

blinding

Signs and Symptoms :

• Seeing spots or floaters in the

field of vision

• Blurred vision

• Having a dark or empty spot in

the center of the vision

• Difficulty seeing well at night

• On funduscopic exam : cotton

wool spot, flame hemorrhages,

dot-blot hemorrhages, hard

exudates

Pemeriksaan :

• Tajam penglihatan

• Funduskopi dalam keadaan

pupil dilatasi : direk/indirek

• Foto Fundus

• USG bila ada perdarahan

vitreus

Tatalaksana :

(52)

RETINOPATI HIPERTENSI

• Kelainan retina dan pembuluh darah retina akibat tekanan darah tinggi  arteri besarnya tidak teratur, eksudat pada retina, edema retina,

perdarahan retina

• Kelainan pembuluh darah dapat berupa : penyempitan

umum/setempat, percabangan yang tajam, fenomena crossing, sklerose • Pada retina tampak :

– warna pembuluh darah lebih pucat – kaliber pembuluh lebih kecil

– akibat sklerose (refleks copper wire/silver wire, lumen pembuluh irreguler, fenomena crossing) – perdarahan atau eksudat retina

(gambaran seperti bintang, cotton wool patches)

(53)
(54)
(55)

Referensi

Dokumen terkait

Sistem propulsi elektrik adalah sistem pada kapal yang menggunakan generator set sebagai mesin penggerak menggantikan posisi atau kinerja dari mesin utama,

Langkah pertama adalah meregresi Kinerja Karyawan untuk variabel Stres Kerja dan Lingkungan Kerja dari hasil data yang diperoleh dari penelitian dengan diolah menggunakan

Diantara sekelompok pemikir hukum Islam yang mencoba mendobrak bias gender dalam KHI adalah Tim CLD-KHI mereka mencoba menawarkan CLD-KHI salah satu perubahan yang ditawarkan

4. Event, adalah kegiatan public relations yang terjadi dalam kerangka waktu terbatas dan jelas kapan dimulai dan berakhir. Kegiatan untuk ditujukan untuk satu

Untuk rumus hasil=float(a)/b ini yang disebut dengan tipe casting, pada rumus hasil variabel a sudah berubah tipe data menjadi float dan ini hanya sementara atau hanya berlaku

Pengendalian banjir (Flood Control) adalah sungai yang melintasi wilayah kota yang berfungsi mengendalikan air sungai, sehingga tidak mengganggu masyarakat dan

Hal ini disebabkan oleh berfilsafat berarti berpikir artinya dengan bermakna dalam arti berpikir itu ada manfaat, oleh berfilsafat berarti berpikir artinya dengan bermakna dalam