• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Kepiting (Scilla Serrata) Studi Kasus : Desa Pantai Cermin Kiri, Kecamatan Pantai Cermin. Kabupaten Serdang Bedagai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Kepiting (Scilla Serrata) Studi Kasus : Desa Pantai Cermin Kiri, Kecamatan Pantai Cermin. Kabupaten Serdang Bedagai"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI KEPITING (Scilla serrata) Studi Kasus : Desa Pantai Cermin Kiri, Kecamatan Pantai Cermin. Kabupaten

Serdang Bedagai

SKRIPSI

OLEH :

TOHAR MAHADJI NAINGGOLAN 100304100

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Kabupaten Serdang Bedagai

SKRIPSI

TOHAR MAHADJI NAINGGOLAN 100304100

AGRIBISNIS

Usulan Penelitian Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Melakukan Penelitian Di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara

Disetujui oleh : Komisi pembimbing

Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing

( HM. Mozart B. Darus, M.Sc ) (Ir. Thomson Sebayang, M.T.) NIP. 196210951987031005 NIP. 195711151986011001

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

i

ABSTRAK

TOHAR MAHADJI NAINGGOLAN (100304100/AGBRIBISNIS) dengan judul skripsi “ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI KEPITING (Scilla serrata)dibawah bimbingan HM. Mozart B. Darus, M.Sc dan Ir. Thomson

Sebayang, MT

Tujuan Penelitian adalah untuk menganalisis biaya produksi kepiting di daerah penelitian, untuk menganalisis pendapatan usahatani kepiting di daerah penelitian, serta untuk menganalisis tingkat kelayakan usahatani kepiting di daerah penelitian.

Lokasi penelitian ditentukan secara purposive berdasarkan pertimbangan bahwa daerah yang diteliti merupakan salah satu sentra produksi kepiting yang cukup potensial di Provinsi Sumatera Utara. Pengambilan sampel petani menggunakan

Metode Sensus, dengan besar sampel 30 orang. Untuk menganalisis biaya produksi kepiting di daerah penelitian dan untuk menganalisis pendapatan usahatani kepiting digunakan metode analisis deskriptif. Untuk menganalisis tingkat kelayakan usahatani kepiting di daerah penelitian digunakan metode analisis kelayakan finansial.

Hasil penelitian menyimpulkan biaya produksi usahatani kepiting tergolong tinggi. Tingkat pendapatan per periode yang diterima dari usahatani kepiting tergolong kecil. Faktor luas lahan, harga jual, jumlah produksi dan biaya tenaga kerja secara serempak berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani, dan secara parsial harga jual dan biaya tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani. Usahatani kepiting di daerah penelitian adalah usaha yang menguntungkan, dan secara finansial layak untuk diusahakan dan dikembangkan ditinjau dari kriteria kelayakan finansial (R/C).

(4)

ii

TOHAR MAHADJI NAINGGOLAN, lahir di Jakarta pada tanggal 2 Juli

1992. Anak pertama dari 5 bersaudara dari pasangan Gongo Nainggolan dan Siti

Rohana Sidauruk. Pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai

berikut:

1. Tahun 1998 masuk Sekolah Dasar di SD Negeri No. 095127 dan tamat pada

tahun 2004.

2. Tahun 2004 masuk Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 3 Siantar dan

tamat pada tahun 2007.

3. Tahun 2007 masuk Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Siantar dan

tamat pada tahun 2010.

4. Tahun 2010 diterima di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara melalui jalur SNMPTN.

5. Bulan Juli hingga Agustus 2013 Melaksanakan Praktek Kerja Lapangan

(PKL) di Desa Tanah Besi, Kecamatan Tebing Tinggi, Kab. Serdang Bedagai.

6. Bulan Desember 2014 melakukan penelitian skripsi di Desa Pantai Cermin

(5)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas segala

berkat dan anugrah-Nya yang senantiasa menyertai dan membimbing Penulis

sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah

“ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI KEPITING (scilla serrata) DI DESA PANTAI CERMIN KIRI, KECAMATAN PANTAI CERMIN. KABUPATEN SERDANG BEDAGAI”. Kegunaan dari skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Sarjana

Pertanian pada Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian, Universitas

Sumatera Utara, Medan.

Ucapan terima kasih Penulis ucapkan kepada Bapak HM. Mozart B. Darus,

M.Sc selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu

untuk mengajari Penulis dalam penyelesaian skripsi ini dan Bapak Ir. Thomson Sebayang, MT selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk mengajari, memotivasi dan membantu penulis dalam

penyempurnaan skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :

1) Ayahanda dan Ibunda tercinta Gongo Nainggolan dan Siti Rohana

(6)

iv

2) Adik-adikku tercinta Artha Januarita Nainggolan, Lady Matari

Nainggolan, Isca Barbara Nainggolan, dan si pudan Johannes Parsaoran

Nainggolan yang telah memberikan doa, perhatian, dukungan dan

merupakan penyemangat bagi penulis dalam menyelesaikan pendidikan di

Universitas Sumatera Utara.

3) Semua keluarga Nainggolan yang telah memberikan doa dan dukungan

baik secara moril dan materil, Secara khusus Bapak Tua Gendut dan Uda

Hanesto yang telah sangat membantu dalam perkuliahan penulis.

4) Teman KTBku Octa E Manurung, Try S Aritonang juga PKK kami kak

Wanda Aruan dan kak Romauli yang menjadi teman doa, sharing,

motivator, dan membantu penulis di perkuliahan.

5) Sahabat-sahabatku Boy Sitorus, Jufrianto Simanullang, Bill Clinton

Siregar, Irwan Joshua Siregar, Perdawira Siregar, Putri Hutasoit, Monalisa

Hasibuan, Elisabeth Napitupulu, Dedek Sitorus, Christina Tampubolon,

Kristy Saragih dan Ester Pasaribu serta teman seangkatan AGB’10 yang

tidak dapat disebutkan satu per satu.

6) Kepada semua teman-teman Gerimis Kulipad yang menjadi penyemangat

penulis untuk menyelesaikan kuliah

7) Kepada temanku Debora Sihombing yang menjadi tempat berbagi cerita,

penyemangat, teman senasib, dan pengingat penulis untuk giat

(7)

v

8) Kepada adikku Erla Sipayung yang selalu ada untuk menyemangati,

mendukung, seorang penasehat yang baik, dan selalu membuat penulis

tersenyum.

9) Kepada Segenap pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu

yang telah memberikan bantuan dan dukungan selama penulis menempuh

pendidikan dan penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu Penulis

mengharapkan saran dan kritik demi tercapainya karya terbaru kedepannya.

Akhirnya Penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini bermanfaat

bagi kita semua.

Medan, April 2015

(8)

v

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Kegunaan Penelitian... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Tinjauan Pustaka ... 5

2.2Penelitian Terdahulu ... 8

2.2 Landasan Teori ... 8

2.3 Kerangka Pemikiran ... 13

2.4 Hipotesis Penelitian ... 15

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 17

3.2 Metode Penentuan Sampel ... 18

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 18

3.4 Metode Analisis Data ... 19

3.5 Defenisi dan Batasan Operasional ... 21

3.5.1 Defenisi ... 21

(9)

vi

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian ... 28

4.1.1 Luas Dan Letak geografis ... 28

4.1.2 Keadaan Penduduk ... 28

4.1.3 Sarana Dan Prasarana ... 30

4.1.4 Keadaan Sosial Ekonomi ... 31

4.2 Karakteristik Petani Sampel ... 32

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Biaya Produksi Usahatani Kepiting ... 30

5.1.1. Biaya Tetap ... 30

5.1.2. Biaya Variabel ... 33

5.2Tingkat Pendapatan Usahatani Kepiting ... 36

5.5 Analisis Kelayakan Usahatani Kepiting ... 37

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 39

6.2Saran ... 39

(10)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel JUDUL HALAMAN

1. Produksi (Ton) Budidaya Pembesaran Kepiting

Perkabupaten Di Sumatera Utara 3

2. Produksi Ikan Air Payau Perkecamatan di

Kabupaten Serdang Bedagai 17

3. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di

Desa Pantai Cermin Kiri Tahun 2014 24

4. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di

Desa Pantai Cermin Kiri Tahun 2014 16

5. Jumlah Penduduk Menurut Agama di Desa

Pantai Cermin Kiri Tahun 2014 25

6. Sarana dan Prasarana di Desa Pantai Cermin Kiri 26 7. Jumlah Kepala Keluarga Menurut Mata Pencaharian

di Desa Pantai Cermin Kiri 2014 26 8. Karakteristik Petani Sampel Didesa Pantai

Cermin Kiri, Kecamatan Pantai Cermin,

Kabupaten Serdang Berdagai 2015 27

9. Rata-Rata Biaya Tetap (penyusutan Peralatan)

Usahatani Kepiting Per Hektar dan Per Petani 31 10. Biaya Tetap Sewa Lahan Tambak Usahatani

Kepiting Per Hektar Dan Per Petani 32

11. Rata-Rata Biaya Produksi Benih Kepiting Per

Hektar Dan Per Petani 33

12. Rata-Rata Biaya Pakan Usahatani Kepiting Per

Hektar dan Per Petani 34

13. Rata-Rata Biaya Tenaga Kerja Usahatani

Kepiting Per Hektar dan Per Petani 35

14.

15

Rata-Rata Biaya Produksi Usahatani Kepiting Per Hektar dan Per Petani

Rata-Rata Biaya Produksi Usahatani Kepiting Per Hektar dan Per Petani

37

38 16. Rata-Rata Penerimaan Dan Pendapatan

Usahatani Kepiting Per Hektar dan Per Petani 39

(11)

viii

DAFTAR GAMBAR

No. JUDUL HALAMAN

(12)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

No. JUDUL

1. Identitas Petani Kepiting Sampel di Desa Pantai Cermin Kiri

2. Faktor Produksi Benih Usahatani Kepiting di Desa Pantai Cermin PerPeriode

3. Faktor Produksi Pakan Usahatani Kepiting di Desa Pantai Cermin Kiri PerPeriode

4. Sewa Tambak Usahatani Kepiting di Desa Pantai Cermin Kiri PerPeriode 5. Tenaga Kerja Pembukaan Lahan Usahatani Kepiting di Desa Pantai Cermin

Kiri PerPeriode

6. Tenaga Kerja Penyebaran Benih Usahatani Kepiting di Desa Pantai Cermin Kiri PerPeriode

7. Tenaga Kerja Pemberian Pakan Usahatani Kepiting di Desa Pantai Cermin Kiri PerPeriode

8. Tenaga Kerja Pemotongan Capit Usahatani Kepiting di Desa Pantai Cermin Kiri PerPeriode

9. Tenaga Kerja Panen Usahatani Kepiting di Desa Pantai Cermin Kiri PerPeriode

10. Upah Tenaga Kerja Usahatani Kepiting di Desa Pantai Cermin Kiri PerPeriode

11. Penyusutan Keramba Usahatani Kepiting di Desa Pantai Cermin Kiri PerPeriode

12. Penyusutan Gunting Usahatani Kepiting di Desa Pantai Cermin Kiri PerPeriode

13. Penyusutan Ember Usahatani Kepiting di Desa Pantai Cermin Kiri PerPeriode

14. Penyusutan Tang Usahatani Kepiting di Desa Pantai Cermin Kiri PerPeriode

15. Penyusutan Keranjang Usahatani Kepiting di Desa Pantai Cermin Kiri PerPeriode

16. Biaya Produksi Per Petani Usahatani Kepiting di Desa Pantai Cermin Kiri PerPeriode

17. Biaya Produksi Per Ha Usahatani Kopi di Desa Pantai Cermin Kiri PerPeriode

18. Total Penerimaan Usahatani Kepiting di Desa Pantai Cermin Kiri PerPeriode

19. Pendapatan Perpetani Usahatani Kepiting di Desa Pantai Cermin Kiri PerPeriode

20. Pendapatan PerHa Usahatani Kepiting di Desa Pantai Cermin Kiri PerPeriode

(13)

i

ABSTRAK

TOHAR MAHADJI NAINGGOLAN (100304100/AGBRIBISNIS) dengan judul skripsi “ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI KEPITING (Scilla serrata)dibawah bimbingan HM. Mozart B. Darus, M.Sc dan Ir. Thomson

Sebayang, MT

Tujuan Penelitian adalah untuk menganalisis biaya produksi kepiting di daerah penelitian, untuk menganalisis pendapatan usahatani kepiting di daerah penelitian, serta untuk menganalisis tingkat kelayakan usahatani kepiting di daerah penelitian.

Lokasi penelitian ditentukan secara purposive berdasarkan pertimbangan bahwa daerah yang diteliti merupakan salah satu sentra produksi kepiting yang cukup potensial di Provinsi Sumatera Utara. Pengambilan sampel petani menggunakan

Metode Sensus, dengan besar sampel 30 orang. Untuk menganalisis biaya produksi kepiting di daerah penelitian dan untuk menganalisis pendapatan usahatani kepiting digunakan metode analisis deskriptif. Untuk menganalisis tingkat kelayakan usahatani kepiting di daerah penelitian digunakan metode analisis kelayakan finansial.

Hasil penelitian menyimpulkan biaya produksi usahatani kepiting tergolong tinggi. Tingkat pendapatan per periode yang diterima dari usahatani kepiting tergolong kecil. Faktor luas lahan, harga jual, jumlah produksi dan biaya tenaga kerja secara serempak berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani, dan secara parsial harga jual dan biaya tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani. Usahatani kepiting di daerah penelitian adalah usaha yang menguntungkan, dan secara finansial layak untuk diusahakan dan dikembangkan ditinjau dari kriteria kelayakan finansial (R/C).

(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Wilayah Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki wilayah laut sangat

luas, mencapai tiga perempat luas Indonesia. Dan wilayah yang sangat luas

tersebut mengandung sumber daya alam (perikanan) dan jasa lingkungan yang

sangat berlimpah yang belum dikembangkan secara optimal. Padahal laut

memiliki potensi sumber daya ikan laut yang dapat ditangkap dari perairan setiap

tahun secara berkesinambungan (Burhan, 2006).

Dengan semakin terbatasnya sumber daya yang ada di wilayah daratan

sedangkan jumlah penduduk terus meningkat, maka wilayah perairan perlu

dikelola secara optimal dan dimanfaatkan untuk budidaya perikanan.

Pemanfaatan budidaya ikan dapat dikembangkan baik dengan pembuatan

keramba, jaring terapung, hampang, dan lain-lain (Koes Irianto, 2009).

Departemen Kelautan dan Perikanan saat ini telah menetapkan budidaya

perikanan sebagai program unggulan. Produk perikanan unggulan yang mulai

dikembangkan adalah udang, bandeng, tuna, kerapu, kakap mera, kepiting, dan

teripang (Adnan Kasry, 1996).

Produk perikanan memiliki keunggulan yang tidak dimiliki oleh produk

hewani/ternak lainnya, seperti :

1. Variasi produk perikanan sangat banyak sehingga konsumen tidak akan

(15)

2

2. Harga produk perikanan relative lebih murah dibandingkan dengan produk

perternakan seperti daging ayam, daging kambing, atau daging sapi.

3. Dapat memenuhi kebutuhan protein hewani (Adnan Kasry, 1996).

Salah satu hasil perikanan pantai dan banyak disenangi masyarakat karena

rasa dagingnya yang enak dan memiliki kandungan protein yang tinggi adalah

kepiting. Kepiting saat ini merupakan salah satu komoditi yang sudah mulai

dibudidayakan khususnya di daerah pantai. Harga yang cukup tinggi dan

bervariasi menurut tempat dan permintaan masyarakat menjadikan budidaya

kepiting sangat menjanjikan (Adnan Kasry, 1996).

Diperkirakan perkembangan usaha perdagangan kepiting dimasa akan datang

terus meningkat dikarenakan adanya indikasi peluang pasar eksport terbuka luas,

potensi lahan yang merupakan habitat hidup kepiting cukup besar dan belum

digali secara optimal, juga pengetahuan budidaya yang semakin meningkat baik

dari pembenihan maupun pembesaran (M. Ghufron, 1997).

Disamping itu rasa yang gurih dan gizi yang tinggi dengan kandungan protein

sebesar 13,6 gram, lemak 3,8 gram, hidrat arang 14,1 gram, dan air sebanyak 68,1

gram persetiap 100 gram daging kepiting menjadikan kepiting komoditi yang

layak dibudidayakan (M. Ghufron, 1997).

Serdang Bedagai merupakan salah satu kabupaten dengan produksi usahatani

kepiting terbesar di Sumatera Utara dan merupakan kabupaten dengan produksi

(16)

Tabel 1. Produksi (Ton) Budidaya Pembesaran Kepiting Perkabupaten Di Sumatera Utara

No Kabupaten/Kota 2009 2010 2011 2012

1 Mandailing Natal 0 0 2.5 2.6

2 Langkat 239.7 195.8 371.8 441.3

3 Serdang Bedagai 17 180 235 236

4 Batu Bara 0 77 77 21.3

5 Asahan 0 4.8 8.3 10.2

Jumlah 256.8 457.6 694.6 711.4

Sumber : Dinas Perikanan Kabupaten Serdang Bedagai

Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa Produksi perikanan budidaya tambak

khususnya kepiting di Sumatera Utara (Sumut) mengalami peningkatan dari tahun

ke tahun. Tercatat, di tahun 2012, produksinya mencapai 711,14 ton (Dewantoro,

2013).

Produksi kepiting di Sumatera Utara paling banyak dihasilkan dari kawasan

pantai timur, seperti di Serdang Bedagai, Deliserdang, Langkat, Asahan, Batubara,

dan Tanjung Balai. "Kawasan pantai timur cocok untuk perikanan budidaya

karena lebih dangkal dibandingkan pantai barat (Dewantoro, 2013).

Kabupaten Serdang Bedagai merupakan daerah yang produksi Kepitingnya

meningkat drastis diantara Kabupaten lain di Kabupaten Serdang Bedagai dari

tahun 2009 berproduksi sebanyak 17 ton sampai tahun 2012 sebanyak 236 ton.

Salah satu desa di Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai

(17)

4

tersebut adalah Desa yang menjadi daerah penelitian penulis, yaitu Desa Pantai

Cermin Kiri.

1.2 Identifikasi masalah

Berdasarkan uraian yang diatas maka dapat dirumuskan beberapa masalah

sebagai berikut :

1. Berapa besar biaya dari setiap komponen pendukung produksi usahatani

kepiting didaerah penelitian?

2. Berapa pendapatan usahatani kepiting di daerah penelitian?

3. Apakah usahatani kepiting layak diusahakan secara financial di daerah

penelitian?

1.3 Tujuan penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan tersebut, maka tujuan

penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Untuk menganalisis komponen biaya produksi kepiting di daerah

penelitian.

2. Untuk menganalisis pendapatan usahatani kepiting di daerah penelitian.

3. Untuk menganalisis layak tidaknya usahatani kepiting di daerah

penelitian.

1.4 Kegunaan penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah diuraikan tersebut, maka kegunaan

(18)

1. Sebagai bahan informasi bagi produsen dan konsumen serta pihak terkait

mengenai kelayakan financial kepiting.

2. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi peneliti lainnya yang

(19)

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

Kepiting diklarifikasikan sebagai berikut :

Filum : arthopoda

Kelas : crustacea

Ordo : decapoda

Family : a) kanthidae

b) Cancridae

c) Potamonidae

d) Portunidae

Genus : Scylla

Spesies : Scilla serrata, S. oceania, S. transquebarica (M. Ghufron, 1997). Jumlah jenis dalam marga (genus) Scylla masih diperdebatkan. Estampador, seorang peneliti berpendapat bahwa marga Scylla ada tiga jenis (S. Serrata, S. oceania dan S.transquebarica). Namun sebagian besar peneliti menganggap marga

(20)

Kepiting dapat dibedakan berdasarkan beberapa jenis, antara lain:

a. Kepiting Bakau (Scylla Serrata)

Jenis ini banyak ditemukan di pasaran. Kepiting bakau juga dikenal dengan nama

kepiting hijau atau kepiting cina (mungkin karena sering dijual di restoran -

restoran Cina). Ukurannya bisa mencapai lebih 20 cm. sapit pada yang jantan

dewasa lebih panjang dari pada sapit pada yang betina (Ghufron,1997).

b. Kepiting Rajungan (Portunus pelagicus)

Kepiting rajungan merupakan jenis yang memiliki nilai ekspor tinggi, baik dalam

bentuk rajungan beku maupun sudah dalam bentuk daging rajungan dalam

kaleng. Daging rajungan berbeda secara fisik dengan daging kepiting. Bila

daging rajungan berwarna putih, maka daging kepiting lainnya bewarna

kemerahan (Burhan, 2006).

c. Kepiting Batu (Grapus Tenuicristatus)

Kepiting ini badannya relatif kecil, memiliki warna kulit kehijau – hijauan dan

sebagian dadanya berwarna putih. Sapit kepiting batu relatif kecil bila

dibandingkan dengan ukuran badannya, akan tetapi dilengkapi dengan gerigi

yang sangat tajam sehingga cukup efektif untuk menangkap mangsa dan

menghadapi musuhnya (M. Ghufron, 1997).

d. Kepiting Tentara (Muotiris Longicarpus)

Kepiting tentara “soldier crub” atau sering pula dijuluki tentara Jepang. Jika sering sedang surut kepiting ini bergerak kian kemari di atas pasir, serentak

dalam gerombolan besar yang terdiri dari ratusan atau ribuan individu dengan

(21)

8

e. Kepiting Binatu (Uca Demani)

Kepiting binatu mempunyai ukuran tubuh relatif kecil dan dikenal sebagai

kepiting yang telah lebih baik beradaptasi dengan lingkungan darat. Meskipun

sudah beradaptasi dengan lingkungan darat, kepiting ini tidak sepenuhnya

meninggalkan lingkungan air (M. Ghufron, 1997).

d. Kepiting Gelenteng (Oypode Ceratophthalmus dan Ocypode Marcrophtalmus) Kepiting ini hidup dengan menyesuaikan diri pada kehidupan darat. Kemampuan

menyesuaikan diri dengan kehidupan darat ini karena kepiting ini mempunyai

kantong insang yang berisi air. Jika kantung insang ini telah jenuh, maka air di

dalamnya harus diganti dengan air yang lebih segar

Kepiting - kepiting lain

Jenis kepiting yang tidak dikenal secara umum, tetapi telah akrab dengan

ilmuwan (terutama ilmuwan yang menggeluti dunia kepiting) diantarannya:

1. Pinotheres Palaensis

2. Pinnotheres Semperi

3. Hapalocarcinus Marsupiali (M. Ghufron, 1997).

Untuk pemasaran dalam negeri kepiting ini dipasarkan diwilayah Medan,

Jakarta, Surabaya dan Bandung. Harga untuk pemasaran dalam negeri Rp. 60.000/Kg,

sampai dengan Rp 65.000/Kg. Untuk permintaan luar negeri kepiting sebelumnya

ditampung dipabrik (coll storage) di Kawasan Industri Medan (KIM) setelah memenuhi syarat ekspor baru dikirim dalam container untuk memenuhi permintaan

pasar luar negeri seperti Jepang, Amerika Serikat, Singapura dan Malaysia. Harga

(22)

tubuhnya lunak sehingga dapat dimakan secara keseluruhan tanpa harus susah payah

memisahkan antara daging dan cangkangnya (Herman, 2013).

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang menjadi rujukan buat peneliti adalah penelitian yang

dilakukan oleh Hasri dengan judul penelitiannya Analisis Usaha Agribisnis

Pembudidayaan Kepiting Cangkang Lunak Di Sulawesi Selatan

Dengan analisisnya yang menyatakan usaha pembesaran kepiting di Sulawesi

Selatan memperoleh R/C sebesar 1,42.

2.3 Landasan Teori

Usahatani merupakan suatu usaha yang dilakukan petani dalam mengusahakan

penggunaan faktor-faktor produksi dengan efektif dan efisien untuk memberikan

pendapatan yang semaksimal mungkin, dalam mengusahakannya.

(Suratiyah, 2009)

Ilmu usahatani dapat dianggap sebagai ilmu terapan yang sangat tergantung

kepada struktur pertanian suatu wilayah, cara-cara bertani serta kondisi sosial

ekonominya. Oleh karena itu usahatani juga disebut sebagai ilmu terapan yang

membahas atau mempelajari bagaimana membuat atau menggunakan sumber daya

secara efisien pada suatu usaha pertanian. Karena sifatnya adalah manajemen, maka

usahatani dapat pula diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana membuat

atau melaksanakan keputusan pada usaha pertanian untuk mencapai tujuan yang telah

(23)

10

Usahatani dilakukan untuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu

tertentu. Suatu usahatani dikatakan efektif jika petani atau produsen dapat

mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki sebaik-baiknya dan usahatani tani

itu dikatakan efiien apabila pemanfaatan sumberdaya tersebut dapat menghasilkan

output yang melebihi input (Soekartawi, 1995).

Usahatani yang dilakukan untuk meghasilkan suatu produk perlu melalui proses

yang cukup panjang dan beresiko. Panjang waktu yang dibutuhkan setiap usahatani

tidak sama, tergantung pada jeis komoditas yang diusahakn masing-masing.

Komoditas tanaman pangan dan sebagian tanaman hortikultura umumnya

membutuhkan waktu yang lebih pendek dibandingkan dengan tanaman lainnya dan

dapat dilakukan proses penanaman sampi dua kali atau lebih dalam setahun. Proses

produksi akan dapat berjalan jika persyaratan yang dbutuhkan tanaman dapat

terpenuhi. Persyaratan ini lebih dikenal dengan nama faktor produksi. Faktor

produksi ini mutlak harus tersedia dan akan lebih sempurna jika syarat dipenuhi

(Moehar Daniel, 2002).

Dalam pengelolaan usahataninya setiap petani mempunyai tujuan yang

berbeda-beda. Ada tujuannya untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang disebut usahatani

subsisten, dan ada yang bertujuan mencari keuntungan disebut usahatani komersial.

Petani umumnya bertujuan untuk mencari keuntungan dalam meningkatkan

penghasilan/pendapatannya bukan semata-mata untuk memenuhi kebutuhan keluarga

(Rismayani, 2007).

Usahatani juga memiliki faktor-faktor yang bekerja yaitu faktor alam, tenaga,

(24)

tempat tumbuh dan berkembangnya tanaman dan hewan. Tenaga kerja adalah salah

satu unsur penentu dalam keberhasilan suatu usahatani. Distribusi tenaga kerja

pertahun dalam usahatani tidak merata karena sangat bergantung pada musim.

Banyak sedikitnya tenaga kerja yang dibutuhkan dalam suatu usahatani berbeda-beda

tergantung pada jenis komoditas yang diusahakan. Kelangkaan tenaga kerja akan

berakibat pada mundurnya penanaman sehingga akan berpengaruh pada pertumbuhan

tanaman, produktivitas dan kualitas produk. Pada saat-saat tertentu jumlah tenaga

kerja sangat banyak dibutuhkan misalnya pada saat pengelolaan tanah dan pada saat

tanam dimana tidak dapat diselesaikan sendiri oleh tenaga kerja keluarga. Peranan

anggota keluarga yang lain adalah sebagai tenaga kerja luar yang diupah. Banyak

sedikitnya tenaga kerja yang diupah tergantung pada dana yang tersedia untuk

membiayai tenaga kerja luar tersebut (Suratiyah, 2009).

Sedangkan modal adalah syarat mutlak untuk berlansungnya suatu usaha. Modal

dapat dikelompokkan berdasarkan sifat, kegunaan, waktu, juga fungsi. Pembagian

modal berdasarkan fungsi sangat penting dilakukan dalam memperhitungkan biya

usahatani. Modal berdasarkan fungsinya dibagi atas modal tidak tetap dan modal

tetap. Modal tidak tetap adalah modal yang hanya dipakai sekali dalam produksi,

sedangkan modal tetap perlu diperhitungkan terlebih dahulu karena tidak semua

modal tetap dibebankan pada produksi. Salah satu kosekuensi dari penggunaan modal

tetap adalah penyusutan (Suratiyah, 2009).

Penyusutan adalah alokasi harga perolehan dan biaya secara sistematis dan

rasional sepanjang umur manfaat aktiva tetap yang bersangkutan. Berbagai metode

(25)

12

Metode-metode tersebut mengkombinasikan nilai perolehan, taksiran umur atau

manfaat, dan taksiran nilai residu dengan asumsi-asumsi tertentu menyangkut sifat

dan pola penurunan potensial aktiva tetap (Soekartawi, 1995).

Dalam usahatani biaya diklarifikasikan menjadi dua, yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap ini umumnya didefinisikan sebagai

biaya yang relative tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang

diperoleh banyak maupun sedikit. Jadi besarnya biaya tetap tidak tergantung pada

besar kecilnya produksi yang diperoleh. Misalnya biaya pajak yang akan tetap

dibayar walaupun usahatani itu besar atau gagal sekalipun. Disisi lain biaya tidak

tetap atau biaya variable biasanya didefenisikan sebagai biaya yang besar-kecilnya

dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh. Misalnya biaya untuk sarana produksi.

Kalau menginginkan produksi yang tinggi maka tenaga kerja perlu ditambah, pupuk

juga perlu ditambah dan sebagainya, sehingga biaya ini sifatnya berubah-ubah

(Soekartawi, 1995).

Penerimaan total (total revenue) adalah seluruh pendapatan yang diterima perusahaan atas penjualan barang hasil produksinya. Penerimaan rata-rata (average revenue) adalah penerimaan dari hasil penjualan setiap unit barang. Penerimaan marginal (marginal revenue) adalah tambahan penerimaan dengan menjual suatu unit lagi hasil produksinya (Soekartawi, 1995).

Pendapatan usahatani dapat dihitung dengan mengurangi nilai output total

(penerimaan) dengan nilai total input (biaya). Selisih dinamakan pendapatan

(26)

setelah biaya yaitu semua nilai input untuk produksi, baik yang benar-benar dibayar

maupun yang hanya diperhitungkan, telah dikurangkan dari penerimaan

(Soekartawi, 1995).

Studi kelayakan atau yang sering disebut feasibility study merupakan bahan

pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak

dari suatu gagasan usaha/proyek yang direncanakan. Pengertian layak dalam

penelitian studi kelayakan adalah kemungkinan dari gagasan usaha/proyek yang akan

dilaksanakan memberikan manfaat (benefit), baik dalam arti financial maupun dalam

arti sosial benefit (Ibrahim, 2009).

Kriteria investasi yang digunakan dalam menentukan kelayakan suatu usaha

adalah R/C. hal ini ditentukan atas dasar umur tanaman. Apabila tanam semusim

jangka pendek, maka tidak diperlukan penggangdaan Discount Factors (DF), misal

tanaman semusim seperti cabe, sayur-mayur, padi dan ikan. Sedangkan tanaman

tahunan seperti kakao, kelapa sawit, cengkeh, angroindustri (usaha pengelolaan)

menghendaki waktu dengan umur proyek yang lama (10-20 tahun) baru investasinya

kembali. (Musa, 2012)

2.4 Kerangka Pemikiran

Usahatani kepiting di Desa Pantai Cermin Kiri melibatkan beberapa faktor

produksi seperti faktor produksi alam, tenaga, dan juga modal. Faktor produksi alam

yang digunakan seperti air laut dan faktor produksi tenaga yang digunakan yaitu

(27)

14

Dalam produksi kepiting dibutuhkan berbagai sarana produksi, peralatan dan

tenaga kerja yang merupakan masukan (input). Sarana produksi yang digunakan

dalam usahatani kepiting ini adalah bibit, dan pakan.

Masukan (input) yang digunakan dalam produksi kepiting akan menjadi biaya

produksi usahatani kepiting yaitu seluruh biaya yang dikeluarkan dalam usahatani

kepiting. Dari proses produksi yang dilakukan akan diperoleh keluaran (output)

berupa kepiting yang dihitung dalam satuan berat.

Biaya yang dikeluarkan selama pasca panen juga termasuk dalam biaya produksi,

seperti biaya transportasi. Hasil penjualan dari kepiting merupakan penerimaan yang

diperoleh oleh petani kepiting, sedangkan pendapatan petani diperoleh dari selisih

antara penerimaan dengan total biaya dalam usahatani kepiting.

Penerimaan usahatani tersebut kemudian dapat dianalisis kelayakan usahatani

kepiting. Usahatani tersebut dikatakan layak untuk dikembangkan jika nilai dari R/C

(28)

Menyatakan Hubungan

Menunjukkan kelayakan

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

PENERIMAAN

TIDAK LAYAK LAYAK

USAHATANI KEPITING

PROSES

INPUT OUTPUT

BIAYA PRODUKSI

(29)

16

2.5 Hipotesis Penelitian

1. Biaya produksi usahatani kepiting di daerah penelitian didominasi oleh

komponen biaya penyusutan alat-alat usahatani.

2. Usahatani kepiting di daaerah penelitian adalah usaha yang menguntungkan

3.

Usahatani kepiting di daerah penelitian secara financial layak untuk

(30)

17

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Metode penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive sampling

atau secara sengaja yaitu teknik penentuan suatu daerah berdasarkan

pertimbangan tertentu yang telah dibuat terhadap suatu objek yang sesuai dengan

tujuan.

Daerah yang dijadikan tempat penelitian adalah Desa Pantai Cermin Kiri,

Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai. Pemilihan daerah Pantai

Cermin tersebut didasarkan karena Pantai Cermin merupakan Daerah dengan

usahatani kepiting terbesar di Kabupaten Serdang Bedagai.

Tabel 2. Produksi Ikan Air Payau Perkecamatan di Kabupaten Serdang Bedagai

No Kecamatan Produksi Per Komoditi (Ton) TAHUN 2012

Windu Vaname Kerapu Kakap Bandeng R. Laut Kepiting

(31)

18

3.2 Metode penentuan sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah petani tambak yang telah menghasilkan

kepiting dengan jenis kepiting sangkak atau soka yang terdapat di Desa Pantai

Cermin Kiri Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. Jumlah

petani kepiting sangkak atau soka di desa ini adalah 30 petani yang membentuk

kelompok menjadi 3 kelompok dengan masing-masing kelompok berjumlah 10

petani.

Sampel penelitian ditentukan secara sensus artinya seluruh petani kepiting

yaitu sebanyak 30 orang yang membentuk kelompok menjadi 3 kelompok dalam

budidaya kepiting sangkak atau soka diambil sebagai sampel.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil pengamatan lansung,

wawancara dan pengisian kuesioner kepada petani kepiting yang sebelumnya

telah menyusun daftar pertanyaan. Jenis data yang dikumpulkan seperti data harga

input dan harga output, dalam usahatani kepiting. Data sekunder diperoleh dari

instansi terkait seperti Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara, Dinas

(32)

3.4 Metode Analisis Data 3.4.1 Untuk Hipotesis 1

a. Digunakan analisis biaya untuk menghitung biaya tetap yang dikeluarkan

dalam usahatani dengan menggunakan persamaan :

b. Digunakan metode garis lurus (straight-line method) untuk menghitung

biaya penyusutan dari peralatan pertanian yang digunakan dan secara

sistematis dapat ditulis :

c. Digunakan analisis biaya produksi untuk menghitung total biaya yang

dikeluarkan dalam usahatani dengan menggunakan persamaan :

Keterangan :

TC = Total Biaya

FC = Biaya Tetap

VC = Biaya Variabel

TC = FC + VC

FC =

X

i

Px

i

=1

Harga pembelian – nilai residu

Penyusutan =

(33)

20

3.4.2 Untuk Hipotesis 2

a. Digunakan analisis sederhana dengan menghitung penerimaan dan

pendapatan. Untuk penerimaan usahatani dapat dihitung dengan

mengalikan jumlah hasil produksi dengan harga jual dari hasil produksi

tersebut. Persamaan ini dapat dinyatakan dengan mengggunakan rumus :

Keterangan :

TR = Penerimaan total

Y = Produksi yang diperoleh

Py = Harga jual

b. Digunakan analisis total pendapatan yang dapat dilakukan dengan

menggunakan pendekatan nominal (nominal approach) yaitu tanpa memperhitungkan nilai uang menurut waktu (time value of money), tetapi yang dipakai adalah harga yang berlaku sehingga dapat lansung dihitung

jumlah pengeluaran dan jumlah penerimaan dalam suatu periode proses

produksi.

Rumus untuk menghitung pendapatan adalah sebagai berikut :

TR = Y . Py

(34)

Keterangan :

Pd = Pendapatan usahatani kepiting

TR = Total Input yang diperoleh

TC = Total Output petani buah duku

3.4.3 Untuk Hipotesis 3

Digunakan Analisis Reveneu-Cost Ratio (R/C Ratio) untuk mengetahui

kelayakan usahatani yang dapat dirumuskan :

Dengan asumsi :

Jika R/C ratio > 1 maka usahatani layak di kembangkan

Jika R/C ratio < 1 maka usahatani tidak layak dikembangkan

3.5 Defenisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan atas pengertian dalam

penelitian ini, maka diberikan beberapa defenisi dan batasan operasional :

Defenisi

1. Usahatani kepiting adalah usahatani yang dilakukan dalam mengusahakan

kepiting di daerah penelitian mulai dari penyediaan input, produksi yang

menghasilkan keluaran kepiting sampai pemasaran kepiting.

2. Biaya input adalah semua biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi

usahatani kepiting.

R/C Ratio =

��

(35)

22

3. Output adalah hasil dari produksi dalam usahatani kepiting.

4. Produksi adalah jumlah kepiting yang dihasilkan (ton) dalam satuan tanam

(ha).

5. Penerimaan usahatani adalah produksi yang dihasilkan dikalikan dengan

harga jual yang diukur dengan harga.

6. Biaya produksi adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh petani selama

proses produksi masih berlangsung.

7. Pendapatan adalah jumlah penerimaan yang diperoleh petani dari hasil

usahatani dikurangi biaya produksi.

8. Usahatani kepiting dikatakan layak jika R/C Ratio ≥ 1

Batasan Operasional

1. Sampel adalah petani yang mengusahakan kepiting yang sampai saat ini

masih melakukan kegiatan usahataninya.

2. Daerah penelitian adalah Desa Pantai Cermin Kiri, Kecamatan Pantai

Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai.

(36)

23

BAB IV

DESKRIPSI WILAYAH DAN KARAKTERISTIK SAMPEL

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian

Penelitian dilakukan di Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang

Bedagai dan yang menjadi daerah penelitian adalah Desa Pantai Cermin Kiri.

Berikut deskripsi daerah penelitian Desa Pantai Cermin Kiri:

4.1.1 Luas dan Letak Geografis

Desa Pantai Cermin Kiri adalah salah satu dari 12 desa di Kecamatan Pantai

Cermin dengan Luas Wilayah desa Pantai Cermin ± 80,30 km². Desa Pantai

Cermin Kiri berada di Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai,

Provinsi Sumatera Utara dengan luas wilayah sebesar 850 Ha. Secara administrasi

Desa Pantai Cermin Kiri mempunyai batas – batas sebagai berikut :

Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka

Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Besar II Terjun

Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sei Baungan dan Desa Pantai Cermin

Kanan

(37)

24

4.1.2 Keadaan Penduduk

a. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Penduduk di Desa Pantai Cermin Kiri berjumlah 3659 orang dengan rumah

tangga yang tersebar di setiap dusun. Berdasarkan golongan umur sampel

penduduk Desa Pantai Cermin Kiri dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini:

Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Pantai Cermin Kiri Tahun 2014

Jumlah Penduduk (Jiwa) Jumlah Persentase (%)

Laki-Laki

Sumber: Kantor Kecamatan Pantai Cermin, 2014

Dari Tabel 3 dapat dilihat penduduk di Desa Pantai Cermin Kiri pada tahun

2014 berjumlah 3659 jiwa atau 902 kepala keluarga. Dan berdasarkan jenis

kelamin jumlah penduduk perempuan sebanyak 1859 jiwa (50,8%) dari total

penduduk sebanyak 3659 jiwa dan penduduk laki-laki berjumlah 1800 jiwa

(49,2%).

b. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur

Dilihat dari kelompok umur ternyata kelompok umur usia poduktif di Desa

Pantai Cermin Kiri cukup besar. Berikut gambaran jumlah penduduk menurut

(38)

Tabel 4. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Pantai Cermin Kiri Tahun 2014

Kelompok Umur (Tahun)

Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

>60 Tahun 181 4,95

17-59Tahun 1097 29,98

13-16 Tahun 1212 33,12

6-12 Tahun 757 20,69

0-5 Tahun 412 11,26

Total 3659 100,00

Sumber: Kantor Kecamatan Pantai Cermin, 2014

Tabel 4 di atas menjelaskan bahwa kelompok umur yang mempunyai jumlah

paling besar adalah kelompok umur 13-16 tahun ke atas yaitu 1212 (33,12%) dari

total 3659 jiwa penduduk. Dan jumlah yang paling sedikit berada pada kelompok

umur >60 tahun yaitu sebesar 181 jiwa (4,95%). Sedangkan umur 17-59 tahun

berjumlah 1097 jiwa (29,98 %), umur 6-12 tahun berjumlah 757 jiwa (20,69%)

dan umur 0-5 tahun berjumlah 412 jiwa (11,26).

c. Jumlah Penduduk Menurut Agama

Berdasarkan jumlah penduduk menurut agama dapat dilihat dari Tabel 4.3

(39)

26

Tabel 5. Jumlah Penduduk Menurut Agama di Desa Pantai Cermin Kiri Tahun 2014

Agama Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

Islam 3333 91,09

Kristen Protestan 217 5,93

Katolik 8 0,22

Budha 101 2,76

Total 3659 100,00

Sumber: Kantor Kecamatan Pantai Cermin, 2014

Dari Tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa penduduk di Desa Pantai Cermin Kiri

memeluk agama Islam yaitu sebanyak 3333 jiwa (91,09%), memeluk agama

kristen sebanyak 217 jiwa (5,93%), memeluk agama Budha sebanyak 101 jiwa

(2,76%) dan memeluk agama katolik sebanyak 8 jiwa (0,22%).

4.1.3 Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang ada di suatu desa sangat dibutuhkan demi

perkembangan desa tersebut. Untuk mencapai desa ini dapat ditempuh dengan

menggunakan kendaraan roda empat atau roda dua. Di Desa Pantai Cermin Kiri,

sarana dan prasarana yang dibutuhkan penduduk, seperti sarana ibadah, kesehatan,

pendidikan, transportasi, dan lain-lain telah tersedia. Hal ini dapat dilihat pada

(40)

Tabel 6. Sarana dan Prasarana

No Sarana dan Prasarana Jumlah (Unit)

1 Sekolah 3 Tempat Peribadahan

a. Mesjid Sumber: Kantor Kecamatan Pantai Cermin, 2014

4.1.4 Keadaan Sosial Ekonomi

a. Jumlah Kepala Keluarga Menurut Mata Pencaharian

Di Desa Pantai Cermin Kiri Mata Pencaharian penduduk mayoritas adalah

petani yang terdiri dari salak, karet, padi, cabe dan lain-lain. Sebagian lagi

masyarakat di desa ini adalah swasta dan PNS. Adapun jumlah kepala keluarga

(KK) menurut kelompok mata pencaharian di Desa Pantai Cermin Kiri dapat

(41)

28

Tabel 7. Jumlah Kepala Keluarga Menurut Mata Pencaharian di Desa Pantai Cermin Kiri 2014

No. Mata Pencaharian Jumlah Penduduk

1. Petani 246

2. PNS 58

3. TNI/Polri 3

4. Karyawan 77

5. Wiraswasta 554

6. Jasa 15

7. Nelayan 221

8. Buruh 78

9. Lainnya 2404

Sumber: Kantor Kepala Desa Pantai Cermin Kiri, 2014

4.2 Karakteristik Petani Sampel

Karakteristik petani sampel menggambarkan kondisi, keadaan serta status

dari petani. Karakteristik seorang responden didalam suatu penelitian akan sangat

membantu untuk memperoleh informasi tentang keadaan usahataninya terutama

dalam peningkatan produksi usahataninya.

Karakteristik petani usahatani kepiting pada penelitian ini, terdiri dari umur

usahatani, umur petani sampel, tingkat pendidikan, pengalaman berusahatani,

jumlah tanggungan keluarga, luas lahan, produksi, produktivitas, akan dijelaskan

(42)

Tabel 8. Karakteristik Petani Sampel Didesa Pantai Cermin Kiri, Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Berdagai 2015

No Uraian Range Rataan

1 Umur Petani Sampel (Tahun) 29-65 43,33

2 Tingkat Pendidikan (Tahun) 06-12 10,40

3 Jumlah Tanggungan (Jiwa) 1-8 3,53

4 Luas Tambak (Ha) 0,24-0.4 0,37

5 Benih (Kg) 100-150 137,67

6 Produksi (Kg) 80-118 106,17

Umur petani kepiting di Desa Pantai Cermin Kiri berkisar antara 29-65 tahun

dengan rata-rata umur 43,33 tahun. Berdasarkan data umur yang diperoleh, pada

umumnya petani kepiting berada pada usia produktif sehingga mempunyai

kemampuan lebih baik dalam berfikir dan bertindak untuk merencanakan suatu

kegiatan. Tingkat umur mempunyai pengaruh terhadap kemampuan fisik petani

dalam mengelola usahatani yang dikerjakannya. Pada umumnya petani yang

berumur muda dan sehat jasmaninya memiliki kemampuan fisik yang lebih kuat

sedangkan semakin tua umur petani maka kemampuan kerjanya relatif menurun,

produktifitas kerja petani kepiting juga terbatas setelah melewati tahap jenuh

dalam mengerjakan usahataninya. Sementara itu petani yang masih muda

memiliki tingkat adopsi yang lebih tinggi terhadap ide-ide baru yang disampaikan

(43)

30

teknologi yang berhubungan dengan usahatani yang petani kopi kerjakan. Petani

muda ini juga lebih berani mengambil resiko meskipun masih kurang memiliki

pengalaman yang cukup dibanding dengan petani usia tua. Oleh karena itu, usia

sangat mempengaruhi kemampuan petani untuk mengambil keputusan untuk

usahatani nya.

Pendidikan formal merupakan salah satu factor yang penting dalam

mengelola usahatani dimana respon petani terhadap teknologi yang sedang

berkembang sangat bergantung dari tingkat pendidikannya. Semakin tinggi

tingkat pendidikan petani maka semakin mudah untuk mengadopsi teknologi

dalam menjalankan usahataninya. Tingkat pendidikan petani di daerah penelitian

berkisar 6 – 12 tahun dengan rata-rata 10,40. Dari datya ini dapat dikatakan bahwa

tingkat pendidikan petani sampel di daerrah penelitian tergolong sedang untuk

mengadopsi teknologi.

Jumlah tanggungan keluarga dalam daerah penelitian akan berpengaruh

terhadap distribusi pendapatan dan ketersediaan tenaga kerja dalam keluarga

Jumlah tanggungan keluarga di daerah penelitian berkisar 1 - 8 orang demgan

rata-rata jumlah tanggungan keluarga sebanyak 3 orang. Semakin banyak jumlah

tanggungan keluarga, maka akan semakin banyak pula tenaga kerja dalam

keluarga.

Besarnya luas pengolahan lahan petani kepiting merupakan sesuatu yang

sangat penting dalam proses produksi ataupun usahatani. Dalam usahatani,

pengusahaan lahan yang sempit sudah pasti tidak efisien dibandingkan dengan

(44)

berpengaruh terhadap jumlah penerimaan, pendapatan, dan biaya yang

dikeluarkan dalam usahatani tersebut. Besarnya produksi kepiting juga

dipengaruhi oleh luasnya lahan tambak yang dimiliki petani kepiting. Dan hal ini

juga akan meningkatkan besarnya biaya yang dikeluarkan terhadap tenaga kerja.

Luas lahan tambak petani kepiting berkisar antara 0,24 Ha sampai 0.4 Ha dengan

rata-rata luas lahan tambak 0,37 Ha. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa luas

lahan yang diusahakan oleh petani di daerah penelitian masih tergolong sangat

kecil.

Banyaknya benih kepiting yang diusahakan pada usahatani kepiting juga

sangat berpengaruh terhadap hasil produksi kepiting. Semakin banyak benih yang

diusahakan maka akan semakin besar pula hasil produksi yang didapat. Benih

kepiting petani sampel di daerah penelitian berkisar antara 100kg – 150kg dengan

rata-rata 137,67kg, dari data tersebut dapat dilihat bahwa benih kepiting yang

diusahakan oleh petani masi tergolong kecil jika dibandingkan dengan luas lahan

(45)

32

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Biaya Produksi Usahatani Kepiting

Petani sebagai pelaksana usahatani mengharapkan produksi yang besar untuk

menghasilkan pendapatan yang besar pula. Dipandang dari sudut efisiensi, semakin

luas lahan yang diusahakan maka akan semakin tinggi produksi dan pendapatan per

satuan luasnya. Dalam proses produksi dikeluarkan biaya-biaya yang mendukung

terjadinya proses produksi. Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan selama

proses produksi berlangsung,. Biaya produksi terdiri dari biaya tetap (Fixed Cost) dimana penggunaanya tidak habis dalam satu masa produksi. Biaya yang termasuk

biaya tetap adalah sewa lahan, penyusutan alat dan bangunan. Selain biaya tetap

terdapat juga biaya tidak tetap (Variable Cost) dimana penggunaanya habis dalam satu masa produksi. Biaya yang termasuk kedalam biaya tidak tetap adalah benih,

pakan, dan tenaga kerja.

5.1.1 Biaya Tetap

Biaya tetap yang dianalisis oleh peneliti adalah biaya penyusutan alat dan sewa

lahan Tambak.

1. Penyusutan Peralatan

Penyusutan biaya peralatan yang dihitung meliputi penyusutan peralatan

(46)

rincian perhitungan dapat dilihat pada lampiran, sedangkan rata-rata besarnya biaya

penyusutan peralatan yang dikeluarkan oleh per petani kepiting dan per hektar, dapat

dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 9. Rata-Rata Biaya Tetap (Penyusutan Peralatan) Usahatani Kepiting Per Hektar dan Per Petani Per Periode Produksi

No. Alat Biaya per petani (Rp) Biaya per hektar (Rp)

1 Keramba 28.948 79.571

2 Gunting 1.174 2.981

3 Ember 1.333 3.906

4 Tang 153 387

5 Keranjang 3.706 10.234

Total 35.314 97.079

Sumber : Diolah dari Data Primer, 2015 Lampiran 11 sampai 15

Berdasarkan tabel 9 di atas diketahui bahwa rata-rata biaya tetap penyusutan

peralatan usahatani kepiting untuk keramba sebesar Rp. 28.948,- per petani dan

sebesar Rp. 79.571,- per Ha dalam sekali periode. Untuk gunting sebesar Rp.

1.114,-per petani dan sebesar Rp. 2.981,- 1.114,-per Ha dalam sekali 1.114,-periode. Untuk ember sebesar

Rp. 1.333,- per petani dan sebesar Rp. 3.906,- per Ha dalam sekali periode. Tang

sebesar Rp. 153,- per petani dan sebesar Rp. 387,- per Ha dalam sekali periode..

sedangkan untuk keranjang sebesar Rp. 3.704,- per petani dan sebesar Rp. 10.234,-

per Ha dalam sekali periode, total biaya penyusutan di dapat sebesar Rp. 97.079,- per

Ha. Dari data tersebut diketahui bahwa keramba kepiting adalah biaya penyusutan

(47)

34

2. Sewa Lahan

Dalam usahatani kepiting di Desa Pantai Cermin Kiri, Kecamatan Pantai Cermin,

Kabupaten Serdang Bedagai, para petani tambak kepiting menyewa lahan tambak

untuk usahatani kepiting. Dengan menyewa tersebut petani membayar sewa untuk

lahan tambak mereka. Petani menyewa lahan tambak selama satu tahun untuk 5 kali

periode usahatani kepiting

Berdasarkan rincian besarnya komponen masing-masing biaya tetap yang

dikeluarkan dalam kegiatan usaha kepiting untuk penyusutan peralatan dan sewa

lahan tambak diperoleh hasil sebagai berikut.

Tabel 10. Biaya Tetap Sewa Lahan Tambak Usahatani Kepiting Per Hektar Dan Per Petani Perperiode

No Komponen Biaya Tetap Biaya Per Petani (Rp) Biaya Per Hektar (Rp)

1 Penyusutan Peralatan 35.314 97.079

2 Sewa Lahan Tambak 355.333 963.148

Sumber : Diolah dari Data Primer, 2014 Lampiran 16 dan 17

Dari data tabel 10 diketahui bahwa biaya penyusutan peralatan per petani

mencapai Rp. 35.314,- dan per Ha mencapai Rp. 97.079,- untuk per periode.

Sedangkan untuk sewa lahan tambak mencapai Rp. 355.333,- untuk per petani dan

Rp. 963.148 per Ha untuk per periode. Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa

sewa lahan tambak merupakan biaya tetap terbesar yang harus dikeluarkan petani

(48)

5.1.2 Biaya Variabel

Biaya variabel yang digunakan dalam kegiatan usahatani di Desa Pantai Cermin

Kiri, Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai, terdiri atas biaya benih,

pakan dan tenaga kerja. Penjelasan umum untuk biaya variabel akan dijelaskan

sebagai berikut.

1. Benih

Benih kepiting di Desa Pantai Cermin Kiri, Kecamatan Pantai Cermin,

Kabupaten Serdang Bedagai merupakan benih kepiting sangkak, soka atau kepiting

bakau, dengan rata-rata berat benih kepiting 375,43kg untuk perHa di daerah

penelitian. Untuk rata-rata biaya yang dikeluarkan dalam pembelian benih sebagai

komponen biaya variabel dapat dilihat dari tabel berikut.

Tabel 11. Rata-Rata Biaya Produksi Benih Kepiting Per Hektar Dan Per Petani Per Periode

No Rupiah

1 PerPetani 11.013.333

2 PerHa 30.034.392

Sumber : Diolah dari Data Primer, 2015 Lampiran 2

Berdasarkan data di tabel 11 diketahui bahwa rata-rata biaya produksi benih

kepiting per petani mencapai Rp. 11.013.333,- dan sebesar Rp. 30.034.392,- untuk

per Ha dalam sekali periode. Dari data tersebut didapat bahwa biaya produksi benih

(49)

36

2. Pakan

Untuk pakan kepiting di Desa Pantai Cermin Kiri, Kecamatan Pantai Cermin,

Kabupaten Serdang Bedagai harus diberikan dengan dosis yang tepat agar kepiting

tidak mati kelaparan atau kekenyangan, jumlah pemberian pakan kepiting disesuaikan

dengan banyaknya kepiting yang di pelihara petani. Besarnya rata-rata jumlah biaya

pakan yang dikeluarkan petani untuk memberi makan kepiting dapat dilihat dari

tabel dibawah ini.

Tabel 12. Rata-Rata Biaya Pakan Usahatani Kepiting Per Hektar dan Per Petani Per Periode

No Rupiah

1 PerPetani 460.000

2 PerHa 1.256.366

Sumber : Diolah dari Data Primer, 2015 Lampiran 3

Berdasarkan tabel 12 di dapat rata-rata biaya pakan yang dikeluarkan dalam

usahatani kepiting per petani mencapai Rp. 460.000,- dan biaya pakan per Ha yang

dikeluarkan mencapai Rp. 1.256.366 untuk sekali periode.

3. Biaya Tenaga Kerja

Tenaga kerja dibedakan menjadi tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja

luar keluarga. Jenis komoditi yang diusahakan menentukan jumlah tenaga kerja.

Besarnya biaya tenaga kerja didasarkan pada jumlah hari kerja yang dilakukan dan

jumlah tenaga kerja yang terlibat. Tenaga kerja yang digunakan dalam usahatani

(50)

biaya tenaga kerja yang dikeluarkan dalam usahatani sawi perpetani dan perHa dalam

sekali periode dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 13. Rata-Rata Biaya Tenaga Kerja Usahatani Kepiting Per Hektar dan Per Petani Per Periode

No Rata-rata biaya Tenaga Kerja Rupiah

1. PerPetani 78.517

2. PerHa 212.721

Sumber : Diolah dari Data Primer Lampiran 10

Berdasarkan data tabel 13 diatas didapat bahwa rata-rata biaya tenaga kerja yang

dikeluarkan dalam usahatani kepiting mencapai Rp. 78.517,- untuk per petani dan

biaya per Ha yang dikeluarkan mencapai Rp. 212.721,- untuk sekali periode.

Setelah didapatkan biaya tetap dan biaya variabel, penjumlahan kedua biaya

tersebutlah yang menjadi biaya produksi usahatani kepiting yang rata-rata biaya

produksi usahatani tersebut dapat dilihat dari tabel berikut ini.

Tabel 14. Rata-Rata Biaya Produksi Usahatani Kepiting Per Hektar dan Per Petani Per Periode

No Rata-rata Biaya Produksi Rupiah

1 PerPetani 11.942.498

2 PerHa 32.563.705

Sumber : Diolah dari Data Primer Lampiran 16 dan 17

Dari data tabel 14 di ketahui bahwa total biaya produksi yang dikeluarkan petani

dalam usahatani kepiting mencapai Rp. 11.942.498,- untuk per petani dan untuk total

(51)

38

Berikut ini ditampilkan tabel rekapitulasi komponen biaya produksi per Ha dan

proporsinya

Tabel 15. Rekapitulasi Komponen Biaya Produksi Per Ha Dan Proporsinya

No Komponen Biaya Rp %

Sumber : Diolah dari Data Primer Lampiran 17

Berdasarkan tabel rekapitulasi komponen biaya produksi per Ha tersebut di dapat

bahwa komponen biaya benih kepiting merupakan komponen biaya terbesar yang

dikeluarkan petani untuk produksi kepiting. Dari hal ini dapat disimpulkan bahwa

hipotesis yang menyatakan komponen biaya penyusutan menjadi biaya dominasi

ditolak.

5.2 Tingkat Pendapatan Usahatani Kepiting

Dalam menjalankan usahatani kepiting, petani kepiting didaerah penelitian dapat

memanen hasil produksinya 5 kali dalam setahun. Hal ini dikarenakan kepiting sudah

mulai dapat di panen saat kepiting berumur 22 hari. Setelah kepiting dipanen, hasil

produksi lansung dijual ke agen yang datang untuk membeli kepiting. Dengan

(52)

Pendapatan petani dapat diketahui dengan mengurangkan hasil penerimaan yang

diperoleh dengan total biaya yang dikeluarkan selama proses produksi kepiting.

Sedangkan penerimaan adalah perkalian antara produksi kepiting dengan harga jual

kepiting. Dalam usahatani kepiting, ada 2 kali penerimaan yang diperoleh.

Penerimaan dari hasil penjualan capit kepiting dan penerimaan dari hasil penjualan

kepiting.

Dibawah ini akan disajikan rata-rata penerimaan dan pendapatan usahatani

kepiting per petani dan per Ha per periode di Desa Pantai Cermin Kiri.

Tabel 15. Rata-Rata Penerimaan Dan Pendapatan Usahatani Kepiting Per Hektar dan Per Petani

No Uraian

1 Per Petani 13.131.260 11.942.498 1.188.762

2 Per Ha 35.943.561 32.563.705 3.379.856

Sumber : Diolah dari Data Primer Lampiran 16,17,18,19, dan 20

Dari data tabel 15 diketahui bahwa rata-rata penerimaan petani dalam sekali

periode produksi mencapai Rp. 13.131.260 per petani dan sebesar Rp. 35.943.561,-

untuk per Ha. Pendapatan yang diperoleh petani kepiting per petani mencapai

Rp.1.188.762,- dan sebesar Rp. 3.379.856,- untuk per Ha dalam sekali periode

(53)

40

5.3 Analisis Kelayakan Usahatani Kepiting

Setiap petani dalam berusaha tani yang dilakukannya pasti mengharapkan

keuntungan yang besar. Menganalisis kelayakan usahatani berguna untuk mengetahui

apakah suatu usahatani tersebut layak di usahakan atau tidak. Kelayakan usahatani

kepiting secara finansial dapat diketahui dengan menghitung nilai R/C. Nilai R/C dari

usahatani kepiting di Desa Pantai Cermin Kiri dapat di lihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 16. Nilai R/C Ratio per Ha

No Uraian

Nilai/Ha

1 R/C 1,11

Sumber : Diolah dari Data Primer, 2015 Lampiran 22

Salah satu kriteria kelayakan usahatani untuk usahatani semusim atau jangka

pendek adalah R/C. Usahatani dapat dikatakan layak untuk dikembangkan jika nilai

R/C >1. Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa nilai R/C lebih besar dari 1 yaitu

1,11 (R/C>1). Nilai 1,11 juga menunjukkan bahwa hasil penjualan kepiting

mencapai 111% dari modal yang dikeluarkan. Nilai R/C yang lebih besar dari 1

menunjukkan bahwa usahatani tersebut layak untuk dikembangkan.

Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa hipotesis ketiga yang

mengatakan bahwa usahatani kepiting layak dikembangkan adalah sesuai dengan

(54)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari analisis yang dilakukan terhadap usahatani kepiting di Desa Pantai

Cermin Kiri, Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai dapat

disimpulkan bahwa :

1. Rata-rata biaya produksi yang dikeluarkan dalam usahatani kepiting adalah

sebesar Rp. 11.942.498,- per petani dan sebesar Rp. 32.563.705,- per Ha

per periode.

2. Rata-rata pendapatan bersih yang diperoleh petani dalam usahatani

kepiting adalah sebesar Rp. 1.188.762,- per petani dan sebesar Rp.

3.379.856,- per Ha per periode.

3. Usahatani kepiting di Desa Pantai Cermin Kiri, Kecamatan Pantai Cermin,

Kabupaten Serdang Bedagai layak untuk diusahakan dan dikembangkan.

Hal ini dapat dilihat dari nilai R/C yang lebih besar dari 1, yaitu 1,11>1.

6.2 Saran

Kepada Petani

Agar petani lebih baik lagi dalam menekan biaya yang dikeluarkan dalam

usahatani kepiting dan meningkatkan jumlah benih yang diusahakan untuk dapat

(55)

Kepada pemerintah

Agar pemerintah dapat lebih memperhatikan petani kepiting dan mengawasi

harga jual kepiting di pasar, karena sering terjadi fluktuasi harga kepiting yang

tidak menentu. Jika harga kepiting di pasar normal, maka pendapatan petani

kepiting juga akan lebih baik.

Kepada peneliti selanjutnya

Agar peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian tentang analisis

pemasaran kepiting, karena mengingat kepiting memiliki prospek yang baik ke

depannya.

(56)

DAFTAR PUSTAKA

Afrizal, Herman. 2013. Budidaya Kepiting Soka.

(Diakses tanggal 30 Agustus 2014)

Bahar, Burhan. 2006. Panduan Praktis Memilih Dan Menangani Produk Perikanan. Jakarta: PT. Gramedia

Daniel, Moehar. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta. Dewantoro. 2013.Produksi Kepiting Sumut 711 Ton.

http://medanbisnisdaily.com/news/read/2013/07/16/40533/produksi_kepitin_s

umut_711_ton/ (Diakses tanggal 04 September 2014)

Ghufron H Kordi K, M. (1997). Budidaya Kepiting & Ikan Bandeng Di Tambak Sistem Polikultur. Semarang: Dahara Prize & Effhar

Ibrahim, J. 2009. Studi kelayakan bisnis. PT. Rineka Cipts. Jakarta

Irianto, Koes. 2009. Sukses Budidaya Hewan Air. Bandung: PT. Sarana Ilmu Pustaka

Kadariah, Lien K, dan Clive G. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek. UI Press. Jakarta.

Kasry, Adnan. 1996. Budidaya Kepiting Bakau Dan Biologi Ringkas. Jakarta: PT. Bharatara Niaga Media

Musa, Ali Pasaribu. 2012. Perencanaan dan evaluasi proyek agribisnis.

Yogyakarta: Lily Publisher

Prawirokusumo S, 1990. Ilmu Usahatani. BPFE. Yogyakarta.

Rismayani. 2007. Analisis Usahatani dan Pemasaran Hasil. USU Press. Medan.

(57)
(58)
(59)

Lampiran 2. Faktor Produksi Benih Usahatani Kepiting di Desa Pantai Cermin PerPeriode

No. Sampel Luas Tambak (Ha) Benih (kg) Jumlah Benih (kg/Ha) Harga (Rp/kg)

Per Periode

Nilai Biaya (Rp/Petani) Nilai Biaya (Rp/Ha)

1 0,4 150 375 80000 12.000.000 30.000.000

Jumlah 11 4.130 11262,90 2.400.000 330.400.000 901.031.746

(60)

Lampiran 3. Faktor Produksi Pakan Usahatani Kepiting di Desa Pantai Cermin Kiri PerPeriode

Nilai Biaya (Rp/Petani) Nilai Biaya (Rp/Ha)

(61)

Lampiran 4. Sewa Tambak Usahatani Kepiting di Desa Pantai Cermin Kiri PerPeriode

Jumlah 11,0 4130,0 10.660.000 28.894.444

(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)

No. Sampel

Luas Tambak

(Ha) Jumlah Keramba

(69)
(70)
(71)
(72)
(73)

Lampiran 16. Biaya Produksi Per Petani Usahatani Kepiting di Desa Pantai Cermin Kiri PerPeriode No. Sampel

Luas Tambak (Ha)

Biaya Variabel Biaya Tetap Total Biaya

Per petani

Biaya Saprodi Per Petani Biaya TK Per Petani Biaya Sewa Tambak Per Petani Biaya Penyusutan Per Petani

1 0,4 12.500.000 80.625 400.000 41.840 13.022.465

Total 11 344.200.000 2.355.500 10.660.000 1.059.433 358.274.933

(74)

No. Sampel Luas Tambak (Ha)

Total 11 938.722.718 6.381.634 28.894.444 2.912.361 976.911.159

(75)

Lampiran 18. Total Penerimaan Usahatani Kepiting di Desa Pantai Cermin Kiri PerPeriode

No. Sampel Luas Tambak

(Ha)

Capit Kepiting Kepiting Total Penerimaan

Harga (Rp) Penerimaan (Rp)

Produksi (Rp)

(76)

No. Sampel Luas Tambak (Ha) Biaya Produksi (Rp) Penerimaan (Rp) Pendapatan (Rp)

Total 11 358.641.808,4 393.937.791 35.662.845

(77)

Lampiran 20. Pendapatan PerHa Usahatani Kepiting di Desa Pantai Cermin Kiri PerPeriode

No. Sampel Luas Tambak (Ha) Biaya Produksi (Rp) Penerimaan (Rp) Pendapatan (Rp)

1 0,4 32.585.850 36.325.673 3.769.510

Total 11 977.905.876 1.078.306.831 101.395.677

(78)

No. Sampel Luas Tambak (Ha) Biaya Produksi (Rp) Penerimaan (Rp) Kelayakan R/C

Total 11 358.641.808,4 393.937.791 33,17

(79)

Lampiran 22. Kelayakan R/C PerHa Usahatani Kepiting

No. Sampel Luas Tambak (Ha) Biaya Produksi (Rp) Penerimaan (Rp) Kelayakan R/C

1 0,4 32.585.850 36.325.673 1,12

Total 11 977.905.876 1.078.306.831 33,17

Gambar

Tabel JUDUL
Tabel 1. Produksi (Ton) Budidaya Pembesaran Kepiting Perkabupaten Di
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
Tabel 2. Produksi Ikan Air Payau Perkecamatan di Kabupaten Serdang
+7

Referensi

Dokumen terkait

In our work we put them in a common probabilistic framework, which guides the complete reconstruction process of complex buildings, in our case russian-orthodox churches.. Churches

yaitu menentukan format tata letak instrumen dan urutan pertanyaan atau pernyataan. Format instrumen harus

Arifin, Khoirul, Pengaruh Model Pembelajaran Pembelajaran berbasis masalah Terhadap Keaktifan dan Hasil Belajar Matematika Materi Lingkaran Siswa Kelas VIII di SMP Negeri

Sumber keuangan dari luar ( baik berupa hibah atau pinjaman ) dapat memainkan peranan yang penting dalam usaha melengkapi kekurangan sumber daya guna membantu pelaksanaan

Perkembangbiakan perkici pelangi secara ex-situ dapat dilakukan di dalam laboratorium penangkaran melalui cara mengawinkan satu jantan dengan satu betina, ataupun

Dalam penelitian ini ada 8 variabel yang diduga berhubungan dengan obesitas pada remaja yaitu variabel usia, jenis kelamin, frekuensi pola makan, kebiasaan sarapan

Dari hasil penelitian menggunakan uji Chi Square menunjukkan nilai probabilitas atau taraf kesalahan (p : 0,000) jauh lebih kecil dari standart signifikan ( :

Produktivitas metana ini lebih tinggi dibandingkan produktivitas yang dihasilkan dari penelitian yang telah dilakukan Ayub (2015) yaitu 12,95 ℓ/kgVS. Tetapi, nilai