ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI KEPITING (Scilla serrata) Studi Kasus : Desa Pantai Cermin Kiri, Kecamatan Pantai Cermin. Kabupaten
Serdang Bedagai
SKRIPSI
OLEH :
TOHAR MAHADJI NAINGGOLAN 100304100
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Kabupaten Serdang Bedagai
SKRIPSI
TOHAR MAHADJI NAINGGOLAN 100304100
AGRIBISNIS
Usulan Penelitian Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Melakukan Penelitian Di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara
Disetujui oleh : Komisi pembimbing
Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing
( HM. Mozart B. Darus, M.Sc ) (Ir. Thomson Sebayang, M.T.) NIP. 196210951987031005 NIP. 195711151986011001
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
i
ABSTRAK
TOHAR MAHADJI NAINGGOLAN (100304100/AGBRIBISNIS) dengan judul skripsi “ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI KEPITING (Scilla serrata)” dibawah bimbingan HM. Mozart B. Darus, M.Sc dan Ir. Thomson
Sebayang, MT
Tujuan Penelitian adalah untuk menganalisis biaya produksi kepiting di daerah penelitian, untuk menganalisis pendapatan usahatani kepiting di daerah penelitian, serta untuk menganalisis tingkat kelayakan usahatani kepiting di daerah penelitian.
Lokasi penelitian ditentukan secara purposive berdasarkan pertimbangan bahwa daerah yang diteliti merupakan salah satu sentra produksi kepiting yang cukup potensial di Provinsi Sumatera Utara. Pengambilan sampel petani menggunakan
Metode Sensus, dengan besar sampel 30 orang. Untuk menganalisis biaya produksi kepiting di daerah penelitian dan untuk menganalisis pendapatan usahatani kepiting digunakan metode analisis deskriptif. Untuk menganalisis tingkat kelayakan usahatani kepiting di daerah penelitian digunakan metode analisis kelayakan finansial.
Hasil penelitian menyimpulkan biaya produksi usahatani kepiting tergolong tinggi. Tingkat pendapatan per periode yang diterima dari usahatani kepiting tergolong kecil. Faktor luas lahan, harga jual, jumlah produksi dan biaya tenaga kerja secara serempak berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani, dan secara parsial harga jual dan biaya tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani. Usahatani kepiting di daerah penelitian adalah usaha yang menguntungkan, dan secara finansial layak untuk diusahakan dan dikembangkan ditinjau dari kriteria kelayakan finansial (R/C).
ii
TOHAR MAHADJI NAINGGOLAN, lahir di Jakarta pada tanggal 2 Juli
1992. Anak pertama dari 5 bersaudara dari pasangan Gongo Nainggolan dan Siti
Rohana Sidauruk. Pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai
berikut:
1. Tahun 1998 masuk Sekolah Dasar di SD Negeri No. 095127 dan tamat pada
tahun 2004.
2. Tahun 2004 masuk Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 3 Siantar dan
tamat pada tahun 2007.
3. Tahun 2007 masuk Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Siantar dan
tamat pada tahun 2010.
4. Tahun 2010 diterima di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara melalui jalur SNMPTN.
5. Bulan Juli hingga Agustus 2013 Melaksanakan Praktek Kerja Lapangan
(PKL) di Desa Tanah Besi, Kecamatan Tebing Tinggi, Kab. Serdang Bedagai.
6. Bulan Desember 2014 melakukan penelitian skripsi di Desa Pantai Cermin
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas segala
berkat dan anugrah-Nya yang senantiasa menyertai dan membimbing Penulis
sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah
“ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI KEPITING (scilla serrata) DI DESA PANTAI CERMIN KIRI, KECAMATAN PANTAI CERMIN. KABUPATEN SERDANG BEDAGAI”. Kegunaan dari skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Sarjana
Pertanian pada Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian, Universitas
Sumatera Utara, Medan.
Ucapan terima kasih Penulis ucapkan kepada Bapak HM. Mozart B. Darus,
M.Sc selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu
untuk mengajari Penulis dalam penyelesaian skripsi ini dan Bapak Ir. Thomson Sebayang, MT selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk mengajari, memotivasi dan membantu penulis dalam
penyempurnaan skripsi ini.
Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :
1) Ayahanda dan Ibunda tercinta Gongo Nainggolan dan Siti Rohana
iv
2) Adik-adikku tercinta Artha Januarita Nainggolan, Lady Matari
Nainggolan, Isca Barbara Nainggolan, dan si pudan Johannes Parsaoran
Nainggolan yang telah memberikan doa, perhatian, dukungan dan
merupakan penyemangat bagi penulis dalam menyelesaikan pendidikan di
Universitas Sumatera Utara.
3) Semua keluarga Nainggolan yang telah memberikan doa dan dukungan
baik secara moril dan materil, Secara khusus Bapak Tua Gendut dan Uda
Hanesto yang telah sangat membantu dalam perkuliahan penulis.
4) Teman KTBku Octa E Manurung, Try S Aritonang juga PKK kami kak
Wanda Aruan dan kak Romauli yang menjadi teman doa, sharing,
motivator, dan membantu penulis di perkuliahan.
5) Sahabat-sahabatku Boy Sitorus, Jufrianto Simanullang, Bill Clinton
Siregar, Irwan Joshua Siregar, Perdawira Siregar, Putri Hutasoit, Monalisa
Hasibuan, Elisabeth Napitupulu, Dedek Sitorus, Christina Tampubolon,
Kristy Saragih dan Ester Pasaribu serta teman seangkatan AGB’10 yang
tidak dapat disebutkan satu per satu.
6) Kepada semua teman-teman Gerimis Kulipad yang menjadi penyemangat
penulis untuk menyelesaikan kuliah
7) Kepada temanku Debora Sihombing yang menjadi tempat berbagi cerita,
penyemangat, teman senasib, dan pengingat penulis untuk giat
v
8) Kepada adikku Erla Sipayung yang selalu ada untuk menyemangati,
mendukung, seorang penasehat yang baik, dan selalu membuat penulis
tersenyum.
9) Kepada Segenap pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu
yang telah memberikan bantuan dan dukungan selama penulis menempuh
pendidikan dan penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu Penulis
mengharapkan saran dan kritik demi tercapainya karya terbaru kedepannya.
Akhirnya Penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini bermanfaat
bagi kita semua.
Medan, April 2015
v
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 4
1.3 Tujuan Penelitian ... 4
1.4 Kegunaan Penelitian... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Tinjauan Pustaka ... 5
2.2Penelitian Terdahulu ... 8
2.2 Landasan Teori ... 8
2.3 Kerangka Pemikiran ... 13
2.4 Hipotesis Penelitian ... 15
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 17
3.2 Metode Penentuan Sampel ... 18
3.3 Metode Pengumpulan Data ... 18
3.4 Metode Analisis Data ... 19
3.5 Defenisi dan Batasan Operasional ... 21
3.5.1 Defenisi ... 21
vi
BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Deskripsi Daerah Penelitian ... 28
4.1.1 Luas Dan Letak geografis ... 28
4.1.2 Keadaan Penduduk ... 28
4.1.3 Sarana Dan Prasarana ... 30
4.1.4 Keadaan Sosial Ekonomi ... 31
4.2 Karakteristik Petani Sampel ... 32
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Biaya Produksi Usahatani Kepiting ... 30
5.1.1. Biaya Tetap ... 30
5.1.2. Biaya Variabel ... 33
5.2Tingkat Pendapatan Usahatani Kepiting ... 36
5.5 Analisis Kelayakan Usahatani Kepiting ... 37
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 39
6.2Saran ... 39
vii
DAFTAR TABEL
Tabel JUDUL HALAMAN
1. Produksi (Ton) Budidaya Pembesaran Kepiting
Perkabupaten Di Sumatera Utara 3
2. Produksi Ikan Air Payau Perkecamatan di
Kabupaten Serdang Bedagai 17
3. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di
Desa Pantai Cermin Kiri Tahun 2014 24
4. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di
Desa Pantai Cermin Kiri Tahun 2014 16
5. Jumlah Penduduk Menurut Agama di Desa
Pantai Cermin Kiri Tahun 2014 25
6. Sarana dan Prasarana di Desa Pantai Cermin Kiri 26 7. Jumlah Kepala Keluarga Menurut Mata Pencaharian
di Desa Pantai Cermin Kiri 2014 26 8. Karakteristik Petani Sampel Didesa Pantai
Cermin Kiri, Kecamatan Pantai Cermin,
Kabupaten Serdang Berdagai 2015 27
9. Rata-Rata Biaya Tetap (penyusutan Peralatan)
Usahatani Kepiting Per Hektar dan Per Petani 31 10. Biaya Tetap Sewa Lahan Tambak Usahatani
Kepiting Per Hektar Dan Per Petani 32
11. Rata-Rata Biaya Produksi Benih Kepiting Per
Hektar Dan Per Petani 33
12. Rata-Rata Biaya Pakan Usahatani Kepiting Per
Hektar dan Per Petani 34
13. Rata-Rata Biaya Tenaga Kerja Usahatani
Kepiting Per Hektar dan Per Petani 35
14.
15
Rata-Rata Biaya Produksi Usahatani Kepiting Per Hektar dan Per Petani
Rata-Rata Biaya Produksi Usahatani Kepiting Per Hektar dan Per Petani
37
38 16. Rata-Rata Penerimaan Dan Pendapatan
Usahatani Kepiting Per Hektar dan Per Petani 39
viii
DAFTAR GAMBAR
No. JUDUL HALAMAN
ix
DAFTAR LAMPIRAN
No. JUDUL
1. Identitas Petani Kepiting Sampel di Desa Pantai Cermin Kiri
2. Faktor Produksi Benih Usahatani Kepiting di Desa Pantai Cermin PerPeriode
3. Faktor Produksi Pakan Usahatani Kepiting di Desa Pantai Cermin Kiri PerPeriode
4. Sewa Tambak Usahatani Kepiting di Desa Pantai Cermin Kiri PerPeriode 5. Tenaga Kerja Pembukaan Lahan Usahatani Kepiting di Desa Pantai Cermin
Kiri PerPeriode
6. Tenaga Kerja Penyebaran Benih Usahatani Kepiting di Desa Pantai Cermin Kiri PerPeriode
7. Tenaga Kerja Pemberian Pakan Usahatani Kepiting di Desa Pantai Cermin Kiri PerPeriode
8. Tenaga Kerja Pemotongan Capit Usahatani Kepiting di Desa Pantai Cermin Kiri PerPeriode
9. Tenaga Kerja Panen Usahatani Kepiting di Desa Pantai Cermin Kiri PerPeriode
10. Upah Tenaga Kerja Usahatani Kepiting di Desa Pantai Cermin Kiri PerPeriode
11. Penyusutan Keramba Usahatani Kepiting di Desa Pantai Cermin Kiri PerPeriode
12. Penyusutan Gunting Usahatani Kepiting di Desa Pantai Cermin Kiri PerPeriode
13. Penyusutan Ember Usahatani Kepiting di Desa Pantai Cermin Kiri PerPeriode
14. Penyusutan Tang Usahatani Kepiting di Desa Pantai Cermin Kiri PerPeriode
15. Penyusutan Keranjang Usahatani Kepiting di Desa Pantai Cermin Kiri PerPeriode
16. Biaya Produksi Per Petani Usahatani Kepiting di Desa Pantai Cermin Kiri PerPeriode
17. Biaya Produksi Per Ha Usahatani Kopi di Desa Pantai Cermin Kiri PerPeriode
18. Total Penerimaan Usahatani Kepiting di Desa Pantai Cermin Kiri PerPeriode
19. Pendapatan Perpetani Usahatani Kepiting di Desa Pantai Cermin Kiri PerPeriode
20. Pendapatan PerHa Usahatani Kepiting di Desa Pantai Cermin Kiri PerPeriode
i
ABSTRAK
TOHAR MAHADJI NAINGGOLAN (100304100/AGBRIBISNIS) dengan judul skripsi “ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI KEPITING (Scilla serrata)” dibawah bimbingan HM. Mozart B. Darus, M.Sc dan Ir. Thomson
Sebayang, MT
Tujuan Penelitian adalah untuk menganalisis biaya produksi kepiting di daerah penelitian, untuk menganalisis pendapatan usahatani kepiting di daerah penelitian, serta untuk menganalisis tingkat kelayakan usahatani kepiting di daerah penelitian.
Lokasi penelitian ditentukan secara purposive berdasarkan pertimbangan bahwa daerah yang diteliti merupakan salah satu sentra produksi kepiting yang cukup potensial di Provinsi Sumatera Utara. Pengambilan sampel petani menggunakan
Metode Sensus, dengan besar sampel 30 orang. Untuk menganalisis biaya produksi kepiting di daerah penelitian dan untuk menganalisis pendapatan usahatani kepiting digunakan metode analisis deskriptif. Untuk menganalisis tingkat kelayakan usahatani kepiting di daerah penelitian digunakan metode analisis kelayakan finansial.
Hasil penelitian menyimpulkan biaya produksi usahatani kepiting tergolong tinggi. Tingkat pendapatan per periode yang diterima dari usahatani kepiting tergolong kecil. Faktor luas lahan, harga jual, jumlah produksi dan biaya tenaga kerja secara serempak berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani, dan secara parsial harga jual dan biaya tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani. Usahatani kepiting di daerah penelitian adalah usaha yang menguntungkan, dan secara finansial layak untuk diusahakan dan dikembangkan ditinjau dari kriteria kelayakan finansial (R/C).
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Wilayah Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki wilayah laut sangat
luas, mencapai tiga perempat luas Indonesia. Dan wilayah yang sangat luas
tersebut mengandung sumber daya alam (perikanan) dan jasa lingkungan yang
sangat berlimpah yang belum dikembangkan secara optimal. Padahal laut
memiliki potensi sumber daya ikan laut yang dapat ditangkap dari perairan setiap
tahun secara berkesinambungan (Burhan, 2006).
Dengan semakin terbatasnya sumber daya yang ada di wilayah daratan
sedangkan jumlah penduduk terus meningkat, maka wilayah perairan perlu
dikelola secara optimal dan dimanfaatkan untuk budidaya perikanan.
Pemanfaatan budidaya ikan dapat dikembangkan baik dengan pembuatan
keramba, jaring terapung, hampang, dan lain-lain (Koes Irianto, 2009).
Departemen Kelautan dan Perikanan saat ini telah menetapkan budidaya
perikanan sebagai program unggulan. Produk perikanan unggulan yang mulai
dikembangkan adalah udang, bandeng, tuna, kerapu, kakap mera, kepiting, dan
teripang (Adnan Kasry, 1996).
Produk perikanan memiliki keunggulan yang tidak dimiliki oleh produk
hewani/ternak lainnya, seperti :
1. Variasi produk perikanan sangat banyak sehingga konsumen tidak akan
2
2. Harga produk perikanan relative lebih murah dibandingkan dengan produk
perternakan seperti daging ayam, daging kambing, atau daging sapi.
3. Dapat memenuhi kebutuhan protein hewani (Adnan Kasry, 1996).
Salah satu hasil perikanan pantai dan banyak disenangi masyarakat karena
rasa dagingnya yang enak dan memiliki kandungan protein yang tinggi adalah
kepiting. Kepiting saat ini merupakan salah satu komoditi yang sudah mulai
dibudidayakan khususnya di daerah pantai. Harga yang cukup tinggi dan
bervariasi menurut tempat dan permintaan masyarakat menjadikan budidaya
kepiting sangat menjanjikan (Adnan Kasry, 1996).
Diperkirakan perkembangan usaha perdagangan kepiting dimasa akan datang
terus meningkat dikarenakan adanya indikasi peluang pasar eksport terbuka luas,
potensi lahan yang merupakan habitat hidup kepiting cukup besar dan belum
digali secara optimal, juga pengetahuan budidaya yang semakin meningkat baik
dari pembenihan maupun pembesaran (M. Ghufron, 1997).
Disamping itu rasa yang gurih dan gizi yang tinggi dengan kandungan protein
sebesar 13,6 gram, lemak 3,8 gram, hidrat arang 14,1 gram, dan air sebanyak 68,1
gram persetiap 100 gram daging kepiting menjadikan kepiting komoditi yang
layak dibudidayakan (M. Ghufron, 1997).
Serdang Bedagai merupakan salah satu kabupaten dengan produksi usahatani
kepiting terbesar di Sumatera Utara dan merupakan kabupaten dengan produksi
Tabel 1. Produksi (Ton) Budidaya Pembesaran Kepiting Perkabupaten Di Sumatera Utara
No Kabupaten/Kota 2009 2010 2011 2012
1 Mandailing Natal 0 0 2.5 2.6
2 Langkat 239.7 195.8 371.8 441.3
3 Serdang Bedagai 17 180 235 236
4 Batu Bara 0 77 77 21.3
5 Asahan 0 4.8 8.3 10.2
Jumlah 256.8 457.6 694.6 711.4
Sumber : Dinas Perikanan Kabupaten Serdang Bedagai
Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa Produksi perikanan budidaya tambak
khususnya kepiting di Sumatera Utara (Sumut) mengalami peningkatan dari tahun
ke tahun. Tercatat, di tahun 2012, produksinya mencapai 711,14 ton (Dewantoro,
2013).
Produksi kepiting di Sumatera Utara paling banyak dihasilkan dari kawasan
pantai timur, seperti di Serdang Bedagai, Deliserdang, Langkat, Asahan, Batubara,
dan Tanjung Balai. "Kawasan pantai timur cocok untuk perikanan budidaya
karena lebih dangkal dibandingkan pantai barat (Dewantoro, 2013).
Kabupaten Serdang Bedagai merupakan daerah yang produksi Kepitingnya
meningkat drastis diantara Kabupaten lain di Kabupaten Serdang Bedagai dari
tahun 2009 berproduksi sebanyak 17 ton sampai tahun 2012 sebanyak 236 ton.
Salah satu desa di Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai
4
tersebut adalah Desa yang menjadi daerah penelitian penulis, yaitu Desa Pantai
Cermin Kiri.
1.2 Identifikasi masalah
Berdasarkan uraian yang diatas maka dapat dirumuskan beberapa masalah
sebagai berikut :
1. Berapa besar biaya dari setiap komponen pendukung produksi usahatani
kepiting didaerah penelitian?
2. Berapa pendapatan usahatani kepiting di daerah penelitian?
3. Apakah usahatani kepiting layak diusahakan secara financial di daerah
penelitian?
1.3 Tujuan penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan tersebut, maka tujuan
penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Untuk menganalisis komponen biaya produksi kepiting di daerah
penelitian.
2. Untuk menganalisis pendapatan usahatani kepiting di daerah penelitian.
3. Untuk menganalisis layak tidaknya usahatani kepiting di daerah
penelitian.
1.4 Kegunaan penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah diuraikan tersebut, maka kegunaan
1. Sebagai bahan informasi bagi produsen dan konsumen serta pihak terkait
mengenai kelayakan financial kepiting.
2. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi peneliti lainnya yang
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
Kepiting diklarifikasikan sebagai berikut :
Filum : arthopoda
Kelas : crustacea
Ordo : decapoda
Family : a) kanthidae
b) Cancridae
c) Potamonidae
d) Portunidae
Genus : Scylla
Spesies : Scilla serrata, S. oceania, S. transquebarica (M. Ghufron, 1997). Jumlah jenis dalam marga (genus) Scylla masih diperdebatkan. Estampador, seorang peneliti berpendapat bahwa marga Scylla ada tiga jenis (S. Serrata, S. oceania dan S.transquebarica). Namun sebagian besar peneliti menganggap marga
Kepiting dapat dibedakan berdasarkan beberapa jenis, antara lain:
a. Kepiting Bakau (Scylla Serrata)
Jenis ini banyak ditemukan di pasaran. Kepiting bakau juga dikenal dengan nama
kepiting hijau atau kepiting cina (mungkin karena sering dijual di restoran -
restoran Cina). Ukurannya bisa mencapai lebih 20 cm. sapit pada yang jantan
dewasa lebih panjang dari pada sapit pada yang betina (Ghufron,1997).
b. Kepiting Rajungan (Portunus pelagicus)
Kepiting rajungan merupakan jenis yang memiliki nilai ekspor tinggi, baik dalam
bentuk rajungan beku maupun sudah dalam bentuk daging rajungan dalam
kaleng. Daging rajungan berbeda secara fisik dengan daging kepiting. Bila
daging rajungan berwarna putih, maka daging kepiting lainnya bewarna
kemerahan (Burhan, 2006).
c. Kepiting Batu (Grapus Tenuicristatus)
Kepiting ini badannya relatif kecil, memiliki warna kulit kehijau – hijauan dan
sebagian dadanya berwarna putih. Sapit kepiting batu relatif kecil bila
dibandingkan dengan ukuran badannya, akan tetapi dilengkapi dengan gerigi
yang sangat tajam sehingga cukup efektif untuk menangkap mangsa dan
menghadapi musuhnya (M. Ghufron, 1997).
d. Kepiting Tentara (Muotiris Longicarpus)
Kepiting tentara “soldier crub” atau sering pula dijuluki tentara Jepang. Jika sering sedang surut kepiting ini bergerak kian kemari di atas pasir, serentak
dalam gerombolan besar yang terdiri dari ratusan atau ribuan individu dengan
8
e. Kepiting Binatu (Uca Demani)
Kepiting binatu mempunyai ukuran tubuh relatif kecil dan dikenal sebagai
kepiting yang telah lebih baik beradaptasi dengan lingkungan darat. Meskipun
sudah beradaptasi dengan lingkungan darat, kepiting ini tidak sepenuhnya
meninggalkan lingkungan air (M. Ghufron, 1997).
d. Kepiting Gelenteng (Oypode Ceratophthalmus dan Ocypode Marcrophtalmus) Kepiting ini hidup dengan menyesuaikan diri pada kehidupan darat. Kemampuan
menyesuaikan diri dengan kehidupan darat ini karena kepiting ini mempunyai
kantong insang yang berisi air. Jika kantung insang ini telah jenuh, maka air di
dalamnya harus diganti dengan air yang lebih segar
Kepiting - kepiting lain
Jenis kepiting yang tidak dikenal secara umum, tetapi telah akrab dengan
ilmuwan (terutama ilmuwan yang menggeluti dunia kepiting) diantarannya:
1. Pinotheres Palaensis
2. Pinnotheres Semperi
3. Hapalocarcinus Marsupiali (M. Ghufron, 1997).
Untuk pemasaran dalam negeri kepiting ini dipasarkan diwilayah Medan,
Jakarta, Surabaya dan Bandung. Harga untuk pemasaran dalam negeri Rp. 60.000/Kg,
sampai dengan Rp 65.000/Kg. Untuk permintaan luar negeri kepiting sebelumnya
ditampung dipabrik (coll storage) di Kawasan Industri Medan (KIM) setelah memenuhi syarat ekspor baru dikirim dalam container untuk memenuhi permintaan
pasar luar negeri seperti Jepang, Amerika Serikat, Singapura dan Malaysia. Harga
tubuhnya lunak sehingga dapat dimakan secara keseluruhan tanpa harus susah payah
memisahkan antara daging dan cangkangnya (Herman, 2013).
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang menjadi rujukan buat peneliti adalah penelitian yang
dilakukan oleh Hasri dengan judul penelitiannya Analisis Usaha Agribisnis
Pembudidayaan Kepiting Cangkang Lunak Di Sulawesi Selatan
Dengan analisisnya yang menyatakan usaha pembesaran kepiting di Sulawesi
Selatan memperoleh R/C sebesar 1,42.
2.3 Landasan Teori
Usahatani merupakan suatu usaha yang dilakukan petani dalam mengusahakan
penggunaan faktor-faktor produksi dengan efektif dan efisien untuk memberikan
pendapatan yang semaksimal mungkin, dalam mengusahakannya.
(Suratiyah, 2009)
Ilmu usahatani dapat dianggap sebagai ilmu terapan yang sangat tergantung
kepada struktur pertanian suatu wilayah, cara-cara bertani serta kondisi sosial
ekonominya. Oleh karena itu usahatani juga disebut sebagai ilmu terapan yang
membahas atau mempelajari bagaimana membuat atau menggunakan sumber daya
secara efisien pada suatu usaha pertanian. Karena sifatnya adalah manajemen, maka
usahatani dapat pula diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana membuat
atau melaksanakan keputusan pada usaha pertanian untuk mencapai tujuan yang telah
10
Usahatani dilakukan untuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu
tertentu. Suatu usahatani dikatakan efektif jika petani atau produsen dapat
mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki sebaik-baiknya dan usahatani tani
itu dikatakan efiien apabila pemanfaatan sumberdaya tersebut dapat menghasilkan
output yang melebihi input (Soekartawi, 1995).
Usahatani yang dilakukan untuk meghasilkan suatu produk perlu melalui proses
yang cukup panjang dan beresiko. Panjang waktu yang dibutuhkan setiap usahatani
tidak sama, tergantung pada jeis komoditas yang diusahakn masing-masing.
Komoditas tanaman pangan dan sebagian tanaman hortikultura umumnya
membutuhkan waktu yang lebih pendek dibandingkan dengan tanaman lainnya dan
dapat dilakukan proses penanaman sampi dua kali atau lebih dalam setahun. Proses
produksi akan dapat berjalan jika persyaratan yang dbutuhkan tanaman dapat
terpenuhi. Persyaratan ini lebih dikenal dengan nama faktor produksi. Faktor
produksi ini mutlak harus tersedia dan akan lebih sempurna jika syarat dipenuhi
(Moehar Daniel, 2002).
Dalam pengelolaan usahataninya setiap petani mempunyai tujuan yang
berbeda-beda. Ada tujuannya untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang disebut usahatani
subsisten, dan ada yang bertujuan mencari keuntungan disebut usahatani komersial.
Petani umumnya bertujuan untuk mencari keuntungan dalam meningkatkan
penghasilan/pendapatannya bukan semata-mata untuk memenuhi kebutuhan keluarga
(Rismayani, 2007).
Usahatani juga memiliki faktor-faktor yang bekerja yaitu faktor alam, tenaga,
tempat tumbuh dan berkembangnya tanaman dan hewan. Tenaga kerja adalah salah
satu unsur penentu dalam keberhasilan suatu usahatani. Distribusi tenaga kerja
pertahun dalam usahatani tidak merata karena sangat bergantung pada musim.
Banyak sedikitnya tenaga kerja yang dibutuhkan dalam suatu usahatani berbeda-beda
tergantung pada jenis komoditas yang diusahakan. Kelangkaan tenaga kerja akan
berakibat pada mundurnya penanaman sehingga akan berpengaruh pada pertumbuhan
tanaman, produktivitas dan kualitas produk. Pada saat-saat tertentu jumlah tenaga
kerja sangat banyak dibutuhkan misalnya pada saat pengelolaan tanah dan pada saat
tanam dimana tidak dapat diselesaikan sendiri oleh tenaga kerja keluarga. Peranan
anggota keluarga yang lain adalah sebagai tenaga kerja luar yang diupah. Banyak
sedikitnya tenaga kerja yang diupah tergantung pada dana yang tersedia untuk
membiayai tenaga kerja luar tersebut (Suratiyah, 2009).
Sedangkan modal adalah syarat mutlak untuk berlansungnya suatu usaha. Modal
dapat dikelompokkan berdasarkan sifat, kegunaan, waktu, juga fungsi. Pembagian
modal berdasarkan fungsi sangat penting dilakukan dalam memperhitungkan biya
usahatani. Modal berdasarkan fungsinya dibagi atas modal tidak tetap dan modal
tetap. Modal tidak tetap adalah modal yang hanya dipakai sekali dalam produksi,
sedangkan modal tetap perlu diperhitungkan terlebih dahulu karena tidak semua
modal tetap dibebankan pada produksi. Salah satu kosekuensi dari penggunaan modal
tetap adalah penyusutan (Suratiyah, 2009).
Penyusutan adalah alokasi harga perolehan dan biaya secara sistematis dan
rasional sepanjang umur manfaat aktiva tetap yang bersangkutan. Berbagai metode
12
Metode-metode tersebut mengkombinasikan nilai perolehan, taksiran umur atau
manfaat, dan taksiran nilai residu dengan asumsi-asumsi tertentu menyangkut sifat
dan pola penurunan potensial aktiva tetap (Soekartawi, 1995).
Dalam usahatani biaya diklarifikasikan menjadi dua, yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap ini umumnya didefinisikan sebagai
biaya yang relative tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang
diperoleh banyak maupun sedikit. Jadi besarnya biaya tetap tidak tergantung pada
besar kecilnya produksi yang diperoleh. Misalnya biaya pajak yang akan tetap
dibayar walaupun usahatani itu besar atau gagal sekalipun. Disisi lain biaya tidak
tetap atau biaya variable biasanya didefenisikan sebagai biaya yang besar-kecilnya
dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh. Misalnya biaya untuk sarana produksi.
Kalau menginginkan produksi yang tinggi maka tenaga kerja perlu ditambah, pupuk
juga perlu ditambah dan sebagainya, sehingga biaya ini sifatnya berubah-ubah
(Soekartawi, 1995).
Penerimaan total (total revenue) adalah seluruh pendapatan yang diterima perusahaan atas penjualan barang hasil produksinya. Penerimaan rata-rata (average revenue) adalah penerimaan dari hasil penjualan setiap unit barang. Penerimaan marginal (marginal revenue) adalah tambahan penerimaan dengan menjual suatu unit lagi hasil produksinya (Soekartawi, 1995).
Pendapatan usahatani dapat dihitung dengan mengurangi nilai output total
(penerimaan) dengan nilai total input (biaya). Selisih dinamakan pendapatan
setelah biaya yaitu semua nilai input untuk produksi, baik yang benar-benar dibayar
maupun yang hanya diperhitungkan, telah dikurangkan dari penerimaan
(Soekartawi, 1995).
Studi kelayakan atau yang sering disebut feasibility study merupakan bahan
pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak
dari suatu gagasan usaha/proyek yang direncanakan. Pengertian layak dalam
penelitian studi kelayakan adalah kemungkinan dari gagasan usaha/proyek yang akan
dilaksanakan memberikan manfaat (benefit), baik dalam arti financial maupun dalam
arti sosial benefit (Ibrahim, 2009).
Kriteria investasi yang digunakan dalam menentukan kelayakan suatu usaha
adalah R/C. hal ini ditentukan atas dasar umur tanaman. Apabila tanam semusim
jangka pendek, maka tidak diperlukan penggangdaan Discount Factors (DF), misal
tanaman semusim seperti cabe, sayur-mayur, padi dan ikan. Sedangkan tanaman
tahunan seperti kakao, kelapa sawit, cengkeh, angroindustri (usaha pengelolaan)
menghendaki waktu dengan umur proyek yang lama (10-20 tahun) baru investasinya
kembali. (Musa, 2012)
2.4 Kerangka Pemikiran
Usahatani kepiting di Desa Pantai Cermin Kiri melibatkan beberapa faktor
produksi seperti faktor produksi alam, tenaga, dan juga modal. Faktor produksi alam
yang digunakan seperti air laut dan faktor produksi tenaga yang digunakan yaitu
14
Dalam produksi kepiting dibutuhkan berbagai sarana produksi, peralatan dan
tenaga kerja yang merupakan masukan (input). Sarana produksi yang digunakan
dalam usahatani kepiting ini adalah bibit, dan pakan.
Masukan (input) yang digunakan dalam produksi kepiting akan menjadi biaya
produksi usahatani kepiting yaitu seluruh biaya yang dikeluarkan dalam usahatani
kepiting. Dari proses produksi yang dilakukan akan diperoleh keluaran (output)
berupa kepiting yang dihitung dalam satuan berat.
Biaya yang dikeluarkan selama pasca panen juga termasuk dalam biaya produksi,
seperti biaya transportasi. Hasil penjualan dari kepiting merupakan penerimaan yang
diperoleh oleh petani kepiting, sedangkan pendapatan petani diperoleh dari selisih
antara penerimaan dengan total biaya dalam usahatani kepiting.
Penerimaan usahatani tersebut kemudian dapat dianalisis kelayakan usahatani
kepiting. Usahatani tersebut dikatakan layak untuk dikembangkan jika nilai dari R/C
Menyatakan Hubungan
Menunjukkan kelayakan
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
PENERIMAAN
TIDAK LAYAK LAYAK
USAHATANI KEPITING
PROSES
INPUT OUTPUT
BIAYA PRODUKSI
16
2.5 Hipotesis Penelitian
1. Biaya produksi usahatani kepiting di daerah penelitian didominasi oleh
komponen biaya penyusutan alat-alat usahatani.
2. Usahatani kepiting di daaerah penelitian adalah usaha yang menguntungkan
3.
Usahatani kepiting di daerah penelitian secara financial layak untuk17
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian
Metode penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive sampling
atau secara sengaja yaitu teknik penentuan suatu daerah berdasarkan
pertimbangan tertentu yang telah dibuat terhadap suatu objek yang sesuai dengan
tujuan.
Daerah yang dijadikan tempat penelitian adalah Desa Pantai Cermin Kiri,
Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai. Pemilihan daerah Pantai
Cermin tersebut didasarkan karena Pantai Cermin merupakan Daerah dengan
usahatani kepiting terbesar di Kabupaten Serdang Bedagai.
Tabel 2. Produksi Ikan Air Payau Perkecamatan di Kabupaten Serdang Bedagai
No Kecamatan Produksi Per Komoditi (Ton) TAHUN 2012
Windu Vaname Kerapu Kakap Bandeng R. Laut Kepiting
18
3.2 Metode penentuan sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah petani tambak yang telah menghasilkan
kepiting dengan jenis kepiting sangkak atau soka yang terdapat di Desa Pantai
Cermin Kiri Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. Jumlah
petani kepiting sangkak atau soka di desa ini adalah 30 petani yang membentuk
kelompok menjadi 3 kelompok dengan masing-masing kelompok berjumlah 10
petani.
Sampel penelitian ditentukan secara sensus artinya seluruh petani kepiting
yaitu sebanyak 30 orang yang membentuk kelompok menjadi 3 kelompok dalam
budidaya kepiting sangkak atau soka diambil sebagai sampel.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil pengamatan lansung,
wawancara dan pengisian kuesioner kepada petani kepiting yang sebelumnya
telah menyusun daftar pertanyaan. Jenis data yang dikumpulkan seperti data harga
input dan harga output, dalam usahatani kepiting. Data sekunder diperoleh dari
instansi terkait seperti Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara, Dinas
3.4 Metode Analisis Data 3.4.1 Untuk Hipotesis 1
a. Digunakan analisis biaya untuk menghitung biaya tetap yang dikeluarkan
dalam usahatani dengan menggunakan persamaan :
b. Digunakan metode garis lurus (straight-line method) untuk menghitung
biaya penyusutan dari peralatan pertanian yang digunakan dan secara
sistematis dapat ditulis :
c. Digunakan analisis biaya produksi untuk menghitung total biaya yang
dikeluarkan dalam usahatani dengan menggunakan persamaan :
Keterangan :
TC = Total Biaya
FC = Biaya Tetap
VC = Biaya Variabel
TC = FC + VC
FC =
�
X
i
Px
i
�
�
=1
Harga pembelian – nilai residu
Penyusutan =
20
3.4.2 Untuk Hipotesis 2
a. Digunakan analisis sederhana dengan menghitung penerimaan dan
pendapatan. Untuk penerimaan usahatani dapat dihitung dengan
mengalikan jumlah hasil produksi dengan harga jual dari hasil produksi
tersebut. Persamaan ini dapat dinyatakan dengan mengggunakan rumus :
Keterangan :
TR = Penerimaan total
Y = Produksi yang diperoleh
Py = Harga jual
b. Digunakan analisis total pendapatan yang dapat dilakukan dengan
menggunakan pendekatan nominal (nominal approach) yaitu tanpa memperhitungkan nilai uang menurut waktu (time value of money), tetapi yang dipakai adalah harga yang berlaku sehingga dapat lansung dihitung
jumlah pengeluaran dan jumlah penerimaan dalam suatu periode proses
produksi.
Rumus untuk menghitung pendapatan adalah sebagai berikut :
TR = Y . Py
Keterangan :
Pd = Pendapatan usahatani kepiting
TR = Total Input yang diperoleh
TC = Total Output petani buah duku
3.4.3 Untuk Hipotesis 3
Digunakan Analisis Reveneu-Cost Ratio (R/C Ratio) untuk mengetahui
kelayakan usahatani yang dapat dirumuskan :
Dengan asumsi :
Jika R/C ratio > 1 maka usahatani layak di kembangkan
Jika R/C ratio < 1 maka usahatani tidak layak dikembangkan
3.5 Defenisi dan Batasan Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan atas pengertian dalam
penelitian ini, maka diberikan beberapa defenisi dan batasan operasional :
Defenisi
1. Usahatani kepiting adalah usahatani yang dilakukan dalam mengusahakan
kepiting di daerah penelitian mulai dari penyediaan input, produksi yang
menghasilkan keluaran kepiting sampai pemasaran kepiting.
2. Biaya input adalah semua biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi
usahatani kepiting.
R/C Ratio =
��22
3. Output adalah hasil dari produksi dalam usahatani kepiting.
4. Produksi adalah jumlah kepiting yang dihasilkan (ton) dalam satuan tanam
(ha).
5. Penerimaan usahatani adalah produksi yang dihasilkan dikalikan dengan
harga jual yang diukur dengan harga.
6. Biaya produksi adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh petani selama
proses produksi masih berlangsung.
7. Pendapatan adalah jumlah penerimaan yang diperoleh petani dari hasil
usahatani dikurangi biaya produksi.
8. Usahatani kepiting dikatakan layak jika R/C Ratio ≥ 1
Batasan Operasional
1. Sampel adalah petani yang mengusahakan kepiting yang sampai saat ini
masih melakukan kegiatan usahataninya.
2. Daerah penelitian adalah Desa Pantai Cermin Kiri, Kecamatan Pantai
Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai.
23
BAB IV
DESKRIPSI WILAYAH DAN KARAKTERISTIK SAMPEL
4.1 Deskripsi Daerah Penelitian
Penelitian dilakukan di Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang
Bedagai dan yang menjadi daerah penelitian adalah Desa Pantai Cermin Kiri.
Berikut deskripsi daerah penelitian Desa Pantai Cermin Kiri:
4.1.1 Luas dan Letak Geografis
Desa Pantai Cermin Kiri adalah salah satu dari 12 desa di Kecamatan Pantai
Cermin dengan Luas Wilayah desa Pantai Cermin ± 80,30 km². Desa Pantai
Cermin Kiri berada di Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai,
Provinsi Sumatera Utara dengan luas wilayah sebesar 850 Ha. Secara administrasi
Desa Pantai Cermin Kiri mempunyai batas – batas sebagai berikut :
Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka
Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Besar II Terjun
Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sei Baungan dan Desa Pantai Cermin
Kanan
24
4.1.2 Keadaan Penduduk
a. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Penduduk di Desa Pantai Cermin Kiri berjumlah 3659 orang dengan rumah
tangga yang tersebar di setiap dusun. Berdasarkan golongan umur sampel
penduduk Desa Pantai Cermin Kiri dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini:
Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Pantai Cermin Kiri Tahun 2014
Jumlah Penduduk (Jiwa) Jumlah Persentase (%)
Laki-Laki
Sumber: Kantor Kecamatan Pantai Cermin, 2014
Dari Tabel 3 dapat dilihat penduduk di Desa Pantai Cermin Kiri pada tahun
2014 berjumlah 3659 jiwa atau 902 kepala keluarga. Dan berdasarkan jenis
kelamin jumlah penduduk perempuan sebanyak 1859 jiwa (50,8%) dari total
penduduk sebanyak 3659 jiwa dan penduduk laki-laki berjumlah 1800 jiwa
(49,2%).
b. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur
Dilihat dari kelompok umur ternyata kelompok umur usia poduktif di Desa
Pantai Cermin Kiri cukup besar. Berikut gambaran jumlah penduduk menurut
Tabel 4. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Pantai Cermin Kiri Tahun 2014
Kelompok Umur (Tahun)
Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
>60 Tahun 181 4,95
17-59Tahun 1097 29,98
13-16 Tahun 1212 33,12
6-12 Tahun 757 20,69
0-5 Tahun 412 11,26
Total 3659 100,00
Sumber: Kantor Kecamatan Pantai Cermin, 2014
Tabel 4 di atas menjelaskan bahwa kelompok umur yang mempunyai jumlah
paling besar adalah kelompok umur 13-16 tahun ke atas yaitu 1212 (33,12%) dari
total 3659 jiwa penduduk. Dan jumlah yang paling sedikit berada pada kelompok
umur >60 tahun yaitu sebesar 181 jiwa (4,95%). Sedangkan umur 17-59 tahun
berjumlah 1097 jiwa (29,98 %), umur 6-12 tahun berjumlah 757 jiwa (20,69%)
dan umur 0-5 tahun berjumlah 412 jiwa (11,26).
c. Jumlah Penduduk Menurut Agama
Berdasarkan jumlah penduduk menurut agama dapat dilihat dari Tabel 4.3
26
Tabel 5. Jumlah Penduduk Menurut Agama di Desa Pantai Cermin Kiri Tahun 2014
Agama Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
Islam 3333 91,09
Kristen Protestan 217 5,93
Katolik 8 0,22
Budha 101 2,76
Total 3659 100,00
Sumber: Kantor Kecamatan Pantai Cermin, 2014
Dari Tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa penduduk di Desa Pantai Cermin Kiri
memeluk agama Islam yaitu sebanyak 3333 jiwa (91,09%), memeluk agama
kristen sebanyak 217 jiwa (5,93%), memeluk agama Budha sebanyak 101 jiwa
(2,76%) dan memeluk agama katolik sebanyak 8 jiwa (0,22%).
4.1.3 Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang ada di suatu desa sangat dibutuhkan demi
perkembangan desa tersebut. Untuk mencapai desa ini dapat ditempuh dengan
menggunakan kendaraan roda empat atau roda dua. Di Desa Pantai Cermin Kiri,
sarana dan prasarana yang dibutuhkan penduduk, seperti sarana ibadah, kesehatan,
pendidikan, transportasi, dan lain-lain telah tersedia. Hal ini dapat dilihat pada
Tabel 6. Sarana dan Prasarana
No Sarana dan Prasarana Jumlah (Unit)
1 Sekolah 3 Tempat Peribadahan
a. Mesjid Sumber: Kantor Kecamatan Pantai Cermin, 2014
4.1.4 Keadaan Sosial Ekonomi
a. Jumlah Kepala Keluarga Menurut Mata Pencaharian
Di Desa Pantai Cermin Kiri Mata Pencaharian penduduk mayoritas adalah
petani yang terdiri dari salak, karet, padi, cabe dan lain-lain. Sebagian lagi
masyarakat di desa ini adalah swasta dan PNS. Adapun jumlah kepala keluarga
(KK) menurut kelompok mata pencaharian di Desa Pantai Cermin Kiri dapat
28
Tabel 7. Jumlah Kepala Keluarga Menurut Mata Pencaharian di Desa Pantai Cermin Kiri 2014
No. Mata Pencaharian Jumlah Penduduk
1. Petani 246
2. PNS 58
3. TNI/Polri 3
4. Karyawan 77
5. Wiraswasta 554
6. Jasa 15
7. Nelayan 221
8. Buruh 78
9. Lainnya 2404
Sumber: Kantor Kepala Desa Pantai Cermin Kiri, 2014
4.2 Karakteristik Petani Sampel
Karakteristik petani sampel menggambarkan kondisi, keadaan serta status
dari petani. Karakteristik seorang responden didalam suatu penelitian akan sangat
membantu untuk memperoleh informasi tentang keadaan usahataninya terutama
dalam peningkatan produksi usahataninya.
Karakteristik petani usahatani kepiting pada penelitian ini, terdiri dari umur
usahatani, umur petani sampel, tingkat pendidikan, pengalaman berusahatani,
jumlah tanggungan keluarga, luas lahan, produksi, produktivitas, akan dijelaskan
Tabel 8. Karakteristik Petani Sampel Didesa Pantai Cermin Kiri, Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Berdagai 2015
No Uraian Range Rataan
1 Umur Petani Sampel (Tahun) 29-65 43,33
2 Tingkat Pendidikan (Tahun) 06-12 10,40
3 Jumlah Tanggungan (Jiwa) 1-8 3,53
4 Luas Tambak (Ha) 0,24-0.4 0,37
5 Benih (Kg) 100-150 137,67
6 Produksi (Kg) 80-118 106,17
Umur petani kepiting di Desa Pantai Cermin Kiri berkisar antara 29-65 tahun
dengan rata-rata umur 43,33 tahun. Berdasarkan data umur yang diperoleh, pada
umumnya petani kepiting berada pada usia produktif sehingga mempunyai
kemampuan lebih baik dalam berfikir dan bertindak untuk merencanakan suatu
kegiatan. Tingkat umur mempunyai pengaruh terhadap kemampuan fisik petani
dalam mengelola usahatani yang dikerjakannya. Pada umumnya petani yang
berumur muda dan sehat jasmaninya memiliki kemampuan fisik yang lebih kuat
sedangkan semakin tua umur petani maka kemampuan kerjanya relatif menurun,
produktifitas kerja petani kepiting juga terbatas setelah melewati tahap jenuh
dalam mengerjakan usahataninya. Sementara itu petani yang masih muda
memiliki tingkat adopsi yang lebih tinggi terhadap ide-ide baru yang disampaikan
30
teknologi yang berhubungan dengan usahatani yang petani kopi kerjakan. Petani
muda ini juga lebih berani mengambil resiko meskipun masih kurang memiliki
pengalaman yang cukup dibanding dengan petani usia tua. Oleh karena itu, usia
sangat mempengaruhi kemampuan petani untuk mengambil keputusan untuk
usahatani nya.
Pendidikan formal merupakan salah satu factor yang penting dalam
mengelola usahatani dimana respon petani terhadap teknologi yang sedang
berkembang sangat bergantung dari tingkat pendidikannya. Semakin tinggi
tingkat pendidikan petani maka semakin mudah untuk mengadopsi teknologi
dalam menjalankan usahataninya. Tingkat pendidikan petani di daerah penelitian
berkisar 6 – 12 tahun dengan rata-rata 10,40. Dari datya ini dapat dikatakan bahwa
tingkat pendidikan petani sampel di daerrah penelitian tergolong sedang untuk
mengadopsi teknologi.
Jumlah tanggungan keluarga dalam daerah penelitian akan berpengaruh
terhadap distribusi pendapatan dan ketersediaan tenaga kerja dalam keluarga
Jumlah tanggungan keluarga di daerah penelitian berkisar 1 - 8 orang demgan
rata-rata jumlah tanggungan keluarga sebanyak 3 orang. Semakin banyak jumlah
tanggungan keluarga, maka akan semakin banyak pula tenaga kerja dalam
keluarga.
Besarnya luas pengolahan lahan petani kepiting merupakan sesuatu yang
sangat penting dalam proses produksi ataupun usahatani. Dalam usahatani,
pengusahaan lahan yang sempit sudah pasti tidak efisien dibandingkan dengan
berpengaruh terhadap jumlah penerimaan, pendapatan, dan biaya yang
dikeluarkan dalam usahatani tersebut. Besarnya produksi kepiting juga
dipengaruhi oleh luasnya lahan tambak yang dimiliki petani kepiting. Dan hal ini
juga akan meningkatkan besarnya biaya yang dikeluarkan terhadap tenaga kerja.
Luas lahan tambak petani kepiting berkisar antara 0,24 Ha sampai 0.4 Ha dengan
rata-rata luas lahan tambak 0,37 Ha. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa luas
lahan yang diusahakan oleh petani di daerah penelitian masih tergolong sangat
kecil.
Banyaknya benih kepiting yang diusahakan pada usahatani kepiting juga
sangat berpengaruh terhadap hasil produksi kepiting. Semakin banyak benih yang
diusahakan maka akan semakin besar pula hasil produksi yang didapat. Benih
kepiting petani sampel di daerah penelitian berkisar antara 100kg – 150kg dengan
rata-rata 137,67kg, dari data tersebut dapat dilihat bahwa benih kepiting yang
diusahakan oleh petani masi tergolong kecil jika dibandingkan dengan luas lahan
32
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Biaya Produksi Usahatani Kepiting
Petani sebagai pelaksana usahatani mengharapkan produksi yang besar untuk
menghasilkan pendapatan yang besar pula. Dipandang dari sudut efisiensi, semakin
luas lahan yang diusahakan maka akan semakin tinggi produksi dan pendapatan per
satuan luasnya. Dalam proses produksi dikeluarkan biaya-biaya yang mendukung
terjadinya proses produksi. Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan selama
proses produksi berlangsung,. Biaya produksi terdiri dari biaya tetap (Fixed Cost) dimana penggunaanya tidak habis dalam satu masa produksi. Biaya yang termasuk
biaya tetap adalah sewa lahan, penyusutan alat dan bangunan. Selain biaya tetap
terdapat juga biaya tidak tetap (Variable Cost) dimana penggunaanya habis dalam satu masa produksi. Biaya yang termasuk kedalam biaya tidak tetap adalah benih,
pakan, dan tenaga kerja.
5.1.1 Biaya Tetap
Biaya tetap yang dianalisis oleh peneliti adalah biaya penyusutan alat dan sewa
lahan Tambak.
1. Penyusutan Peralatan
Penyusutan biaya peralatan yang dihitung meliputi penyusutan peralatan
rincian perhitungan dapat dilihat pada lampiran, sedangkan rata-rata besarnya biaya
penyusutan peralatan yang dikeluarkan oleh per petani kepiting dan per hektar, dapat
dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 9. Rata-Rata Biaya Tetap (Penyusutan Peralatan) Usahatani Kepiting Per Hektar dan Per Petani Per Periode Produksi
No. Alat Biaya per petani (Rp) Biaya per hektar (Rp)
1 Keramba 28.948 79.571
2 Gunting 1.174 2.981
3 Ember 1.333 3.906
4 Tang 153 387
5 Keranjang 3.706 10.234
Total 35.314 97.079
Sumber : Diolah dari Data Primer, 2015 Lampiran 11 sampai 15
Berdasarkan tabel 9 di atas diketahui bahwa rata-rata biaya tetap penyusutan
peralatan usahatani kepiting untuk keramba sebesar Rp. 28.948,- per petani dan
sebesar Rp. 79.571,- per Ha dalam sekali periode. Untuk gunting sebesar Rp.
1.114,-per petani dan sebesar Rp. 2.981,- 1.114,-per Ha dalam sekali 1.114,-periode. Untuk ember sebesar
Rp. 1.333,- per petani dan sebesar Rp. 3.906,- per Ha dalam sekali periode. Tang
sebesar Rp. 153,- per petani dan sebesar Rp. 387,- per Ha dalam sekali periode..
sedangkan untuk keranjang sebesar Rp. 3.704,- per petani dan sebesar Rp. 10.234,-
per Ha dalam sekali periode, total biaya penyusutan di dapat sebesar Rp. 97.079,- per
Ha. Dari data tersebut diketahui bahwa keramba kepiting adalah biaya penyusutan
34
2. Sewa Lahan
Dalam usahatani kepiting di Desa Pantai Cermin Kiri, Kecamatan Pantai Cermin,
Kabupaten Serdang Bedagai, para petani tambak kepiting menyewa lahan tambak
untuk usahatani kepiting. Dengan menyewa tersebut petani membayar sewa untuk
lahan tambak mereka. Petani menyewa lahan tambak selama satu tahun untuk 5 kali
periode usahatani kepiting
Berdasarkan rincian besarnya komponen masing-masing biaya tetap yang
dikeluarkan dalam kegiatan usaha kepiting untuk penyusutan peralatan dan sewa
lahan tambak diperoleh hasil sebagai berikut.
Tabel 10. Biaya Tetap Sewa Lahan Tambak Usahatani Kepiting Per Hektar Dan Per Petani Perperiode
No Komponen Biaya Tetap Biaya Per Petani (Rp) Biaya Per Hektar (Rp)
1 Penyusutan Peralatan 35.314 97.079
2 Sewa Lahan Tambak 355.333 963.148
Sumber : Diolah dari Data Primer, 2014 Lampiran 16 dan 17
Dari data tabel 10 diketahui bahwa biaya penyusutan peralatan per petani
mencapai Rp. 35.314,- dan per Ha mencapai Rp. 97.079,- untuk per periode.
Sedangkan untuk sewa lahan tambak mencapai Rp. 355.333,- untuk per petani dan
Rp. 963.148 per Ha untuk per periode. Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa
sewa lahan tambak merupakan biaya tetap terbesar yang harus dikeluarkan petani
5.1.2 Biaya Variabel
Biaya variabel yang digunakan dalam kegiatan usahatani di Desa Pantai Cermin
Kiri, Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai, terdiri atas biaya benih,
pakan dan tenaga kerja. Penjelasan umum untuk biaya variabel akan dijelaskan
sebagai berikut.
1. Benih
Benih kepiting di Desa Pantai Cermin Kiri, Kecamatan Pantai Cermin,
Kabupaten Serdang Bedagai merupakan benih kepiting sangkak, soka atau kepiting
bakau, dengan rata-rata berat benih kepiting 375,43kg untuk perHa di daerah
penelitian. Untuk rata-rata biaya yang dikeluarkan dalam pembelian benih sebagai
komponen biaya variabel dapat dilihat dari tabel berikut.
Tabel 11. Rata-Rata Biaya Produksi Benih Kepiting Per Hektar Dan Per Petani Per Periode
No Rupiah
1 PerPetani 11.013.333
2 PerHa 30.034.392
Sumber : Diolah dari Data Primer, 2015 Lampiran 2
Berdasarkan data di tabel 11 diketahui bahwa rata-rata biaya produksi benih
kepiting per petani mencapai Rp. 11.013.333,- dan sebesar Rp. 30.034.392,- untuk
per Ha dalam sekali periode. Dari data tersebut didapat bahwa biaya produksi benih
36
2. Pakan
Untuk pakan kepiting di Desa Pantai Cermin Kiri, Kecamatan Pantai Cermin,
Kabupaten Serdang Bedagai harus diberikan dengan dosis yang tepat agar kepiting
tidak mati kelaparan atau kekenyangan, jumlah pemberian pakan kepiting disesuaikan
dengan banyaknya kepiting yang di pelihara petani. Besarnya rata-rata jumlah biaya
pakan yang dikeluarkan petani untuk memberi makan kepiting dapat dilihat dari
tabel dibawah ini.
Tabel 12. Rata-Rata Biaya Pakan Usahatani Kepiting Per Hektar dan Per Petani Per Periode
No Rupiah
1 PerPetani 460.000
2 PerHa 1.256.366
Sumber : Diolah dari Data Primer, 2015 Lampiran 3
Berdasarkan tabel 12 di dapat rata-rata biaya pakan yang dikeluarkan dalam
usahatani kepiting per petani mencapai Rp. 460.000,- dan biaya pakan per Ha yang
dikeluarkan mencapai Rp. 1.256.366 untuk sekali periode.
3. Biaya Tenaga Kerja
Tenaga kerja dibedakan menjadi tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja
luar keluarga. Jenis komoditi yang diusahakan menentukan jumlah tenaga kerja.
Besarnya biaya tenaga kerja didasarkan pada jumlah hari kerja yang dilakukan dan
jumlah tenaga kerja yang terlibat. Tenaga kerja yang digunakan dalam usahatani
biaya tenaga kerja yang dikeluarkan dalam usahatani sawi perpetani dan perHa dalam
sekali periode dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 13. Rata-Rata Biaya Tenaga Kerja Usahatani Kepiting Per Hektar dan Per Petani Per Periode
No Rata-rata biaya Tenaga Kerja Rupiah
1. PerPetani 78.517
2. PerHa 212.721
Sumber : Diolah dari Data Primer Lampiran 10
Berdasarkan data tabel 13 diatas didapat bahwa rata-rata biaya tenaga kerja yang
dikeluarkan dalam usahatani kepiting mencapai Rp. 78.517,- untuk per petani dan
biaya per Ha yang dikeluarkan mencapai Rp. 212.721,- untuk sekali periode.
Setelah didapatkan biaya tetap dan biaya variabel, penjumlahan kedua biaya
tersebutlah yang menjadi biaya produksi usahatani kepiting yang rata-rata biaya
produksi usahatani tersebut dapat dilihat dari tabel berikut ini.
Tabel 14. Rata-Rata Biaya Produksi Usahatani Kepiting Per Hektar dan Per Petani Per Periode
No Rata-rata Biaya Produksi Rupiah
1 PerPetani 11.942.498
2 PerHa 32.563.705
Sumber : Diolah dari Data Primer Lampiran 16 dan 17
Dari data tabel 14 di ketahui bahwa total biaya produksi yang dikeluarkan petani
dalam usahatani kepiting mencapai Rp. 11.942.498,- untuk per petani dan untuk total
38
Berikut ini ditampilkan tabel rekapitulasi komponen biaya produksi per Ha dan
proporsinya
Tabel 15. Rekapitulasi Komponen Biaya Produksi Per Ha Dan Proporsinya
No Komponen Biaya Rp %
Sumber : Diolah dari Data Primer Lampiran 17
Berdasarkan tabel rekapitulasi komponen biaya produksi per Ha tersebut di dapat
bahwa komponen biaya benih kepiting merupakan komponen biaya terbesar yang
dikeluarkan petani untuk produksi kepiting. Dari hal ini dapat disimpulkan bahwa
hipotesis yang menyatakan komponen biaya penyusutan menjadi biaya dominasi
ditolak.
5.2 Tingkat Pendapatan Usahatani Kepiting
Dalam menjalankan usahatani kepiting, petani kepiting didaerah penelitian dapat
memanen hasil produksinya 5 kali dalam setahun. Hal ini dikarenakan kepiting sudah
mulai dapat di panen saat kepiting berumur 22 hari. Setelah kepiting dipanen, hasil
produksi lansung dijual ke agen yang datang untuk membeli kepiting. Dengan
Pendapatan petani dapat diketahui dengan mengurangkan hasil penerimaan yang
diperoleh dengan total biaya yang dikeluarkan selama proses produksi kepiting.
Sedangkan penerimaan adalah perkalian antara produksi kepiting dengan harga jual
kepiting. Dalam usahatani kepiting, ada 2 kali penerimaan yang diperoleh.
Penerimaan dari hasil penjualan capit kepiting dan penerimaan dari hasil penjualan
kepiting.
Dibawah ini akan disajikan rata-rata penerimaan dan pendapatan usahatani
kepiting per petani dan per Ha per periode di Desa Pantai Cermin Kiri.
Tabel 15. Rata-Rata Penerimaan Dan Pendapatan Usahatani Kepiting Per Hektar dan Per Petani
No Uraian
1 Per Petani 13.131.260 11.942.498 1.188.762
2 Per Ha 35.943.561 32.563.705 3.379.856
Sumber : Diolah dari Data Primer Lampiran 16,17,18,19, dan 20
Dari data tabel 15 diketahui bahwa rata-rata penerimaan petani dalam sekali
periode produksi mencapai Rp. 13.131.260 per petani dan sebesar Rp. 35.943.561,-
untuk per Ha. Pendapatan yang diperoleh petani kepiting per petani mencapai
Rp.1.188.762,- dan sebesar Rp. 3.379.856,- untuk per Ha dalam sekali periode
40
5.3 Analisis Kelayakan Usahatani Kepiting
Setiap petani dalam berusaha tani yang dilakukannya pasti mengharapkan
keuntungan yang besar. Menganalisis kelayakan usahatani berguna untuk mengetahui
apakah suatu usahatani tersebut layak di usahakan atau tidak. Kelayakan usahatani
kepiting secara finansial dapat diketahui dengan menghitung nilai R/C. Nilai R/C dari
usahatani kepiting di Desa Pantai Cermin Kiri dapat di lihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 16. Nilai R/C Ratio per Ha
No Uraian
Nilai/Ha
1 R/C 1,11
Sumber : Diolah dari Data Primer, 2015 Lampiran 22
Salah satu kriteria kelayakan usahatani untuk usahatani semusim atau jangka
pendek adalah R/C. Usahatani dapat dikatakan layak untuk dikembangkan jika nilai
R/C >1. Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa nilai R/C lebih besar dari 1 yaitu
1,11 (R/C>1). Nilai 1,11 juga menunjukkan bahwa hasil penjualan kepiting
mencapai 111% dari modal yang dikeluarkan. Nilai R/C yang lebih besar dari 1
menunjukkan bahwa usahatani tersebut layak untuk dikembangkan.
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa hipotesis ketiga yang
mengatakan bahwa usahatani kepiting layak dikembangkan adalah sesuai dengan
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Dari analisis yang dilakukan terhadap usahatani kepiting di Desa Pantai
Cermin Kiri, Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai dapat
disimpulkan bahwa :
1. Rata-rata biaya produksi yang dikeluarkan dalam usahatani kepiting adalah
sebesar Rp. 11.942.498,- per petani dan sebesar Rp. 32.563.705,- per Ha
per periode.
2. Rata-rata pendapatan bersih yang diperoleh petani dalam usahatani
kepiting adalah sebesar Rp. 1.188.762,- per petani dan sebesar Rp.
3.379.856,- per Ha per periode.
3. Usahatani kepiting di Desa Pantai Cermin Kiri, Kecamatan Pantai Cermin,
Kabupaten Serdang Bedagai layak untuk diusahakan dan dikembangkan.
Hal ini dapat dilihat dari nilai R/C yang lebih besar dari 1, yaitu 1,11>1.
6.2 Saran
Kepada Petani
Agar petani lebih baik lagi dalam menekan biaya yang dikeluarkan dalam
usahatani kepiting dan meningkatkan jumlah benih yang diusahakan untuk dapat
Kepada pemerintah
Agar pemerintah dapat lebih memperhatikan petani kepiting dan mengawasi
harga jual kepiting di pasar, karena sering terjadi fluktuasi harga kepiting yang
tidak menentu. Jika harga kepiting di pasar normal, maka pendapatan petani
kepiting juga akan lebih baik.
Kepada peneliti selanjutnya
Agar peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian tentang analisis
pemasaran kepiting, karena mengingat kepiting memiliki prospek yang baik ke
depannya.
DAFTAR PUSTAKA
Afrizal, Herman. 2013. Budidaya Kepiting Soka.
(Diakses tanggal 30 Agustus 2014)
Bahar, Burhan. 2006. Panduan Praktis Memilih Dan Menangani Produk Perikanan. Jakarta: PT. Gramedia
Daniel, Moehar. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta. Dewantoro. 2013.Produksi Kepiting Sumut 711 Ton.
http://medanbisnisdaily.com/news/read/2013/07/16/40533/produksi_kepitin_s
umut_711_ton/ (Diakses tanggal 04 September 2014)
Ghufron H Kordi K, M. (1997). Budidaya Kepiting & Ikan Bandeng Di Tambak Sistem Polikultur. Semarang: Dahara Prize & Effhar
Ibrahim, J. 2009. Studi kelayakan bisnis. PT. Rineka Cipts. Jakarta
Irianto, Koes. 2009. Sukses Budidaya Hewan Air. Bandung: PT. Sarana Ilmu Pustaka
Kadariah, Lien K, dan Clive G. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek. UI Press. Jakarta.
Kasry, Adnan. 1996. Budidaya Kepiting Bakau Dan Biologi Ringkas. Jakarta: PT. Bharatara Niaga Media
Musa, Ali Pasaribu. 2012. Perencanaan dan evaluasi proyek agribisnis.
Yogyakarta: Lily Publisher
Prawirokusumo S, 1990. Ilmu Usahatani. BPFE. Yogyakarta.
Rismayani. 2007. Analisis Usahatani dan Pemasaran Hasil. USU Press. Medan.
Lampiran 2. Faktor Produksi Benih Usahatani Kepiting di Desa Pantai Cermin PerPeriode
No. Sampel Luas Tambak (Ha) Benih (kg) Jumlah Benih (kg/Ha) Harga (Rp/kg)
Per Periode
Nilai Biaya (Rp/Petani) Nilai Biaya (Rp/Ha)
1 0,4 150 375 80000 12.000.000 30.000.000
Jumlah 11 4.130 11262,90 2.400.000 330.400.000 901.031.746
Lampiran 3. Faktor Produksi Pakan Usahatani Kepiting di Desa Pantai Cermin Kiri PerPeriode
Nilai Biaya (Rp/Petani) Nilai Biaya (Rp/Ha)
Lampiran 4. Sewa Tambak Usahatani Kepiting di Desa Pantai Cermin Kiri PerPeriode
Jumlah 11,0 4130,0 10.660.000 28.894.444
No. Sampel
Luas Tambak
(Ha) Jumlah Keramba
Lampiran 16. Biaya Produksi Per Petani Usahatani Kepiting di Desa Pantai Cermin Kiri PerPeriode No. Sampel
Luas Tambak (Ha)
Biaya Variabel Biaya Tetap Total Biaya
Per petani
Biaya Saprodi Per Petani Biaya TK Per Petani Biaya Sewa Tambak Per Petani Biaya Penyusutan Per Petani
1 0,4 12.500.000 80.625 400.000 41.840 13.022.465
Total 11 344.200.000 2.355.500 10.660.000 1.059.433 358.274.933
No. Sampel Luas Tambak (Ha)
Total 11 938.722.718 6.381.634 28.894.444 2.912.361 976.911.159
Lampiran 18. Total Penerimaan Usahatani Kepiting di Desa Pantai Cermin Kiri PerPeriode
No. Sampel Luas Tambak
(Ha)
Capit Kepiting Kepiting Total Penerimaan
Harga (Rp) Penerimaan (Rp)
Produksi (Rp)
No. Sampel Luas Tambak (Ha) Biaya Produksi (Rp) Penerimaan (Rp) Pendapatan (Rp)
Total 11 358.641.808,4 393.937.791 35.662.845
Lampiran 20. Pendapatan PerHa Usahatani Kepiting di Desa Pantai Cermin Kiri PerPeriode
No. Sampel Luas Tambak (Ha) Biaya Produksi (Rp) Penerimaan (Rp) Pendapatan (Rp)
1 0,4 32.585.850 36.325.673 3.769.510
Total 11 977.905.876 1.078.306.831 101.395.677
No. Sampel Luas Tambak (Ha) Biaya Produksi (Rp) Penerimaan (Rp) Kelayakan R/C
Total 11 358.641.808,4 393.937.791 33,17
Lampiran 22. Kelayakan R/C PerHa Usahatani Kepiting
No. Sampel Luas Tambak (Ha) Biaya Produksi (Rp) Penerimaan (Rp) Kelayakan R/C
1 0,4 32.585.850 36.325.673 1,12
Total 11 977.905.876 1.078.306.831 33,17