• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLIKASI STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN : DENGAN KEBIJAKAN DIVIDEN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA PERUSAHAAN GO PUBLIC

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IMPLIKASI STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN : DENGAN KEBIJAKAN DIVIDEN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA PERUSAHAAN GO PUBLIC"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLIKASI STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP NILAI

PERUSAHAAN : DENGAN KEBIJAKAN DIVIDEN SEBAGAI

VARIABEL INTERVENING PADA PERUSAHAAN

GO PUBLIC DI BURSA EFEK

INDONESIA (BEI)

RANGKUMAN SKRIPSI

Oleh :

ENDANG NOVITASARI

2007310120

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERBANAS

S U R A B A Y A

(2)

PENGESAHAN RANGKUMAN SKRIPSI

N a m a : Endang Novitasari

Tempat, Tanggal Lahir : Surabaya, 26 November 1988

N.I.M : 2007.310.120

Jurusan : Akuntansi

Program Pendidikan : Strata 1

Konsentrasi : Akuntansi Keuangan

Judul : Implikasi Struktur Kepemilikan terhadap Nilai Perusahaan dengan Kebijakan Dividen sebagai Variabel Intervening pada Perusahaan Go Public di Bursa Efek Indonesia

Disetujui dan diterima baik oleh :

Dosen Pembimbing Co. Dosen Pembimbing

Tanggal : Tanggal:

Sasongko Budi Susetyo, M.Si.,CPA.,CPMA.,LIFA Bayu Sarjono,S.E.,AK,M.Ak

Ketua Jurusan Akuntansi

Tanggal :

(3)

RANGKUMAN SKRIPSI

I. Latar Belakang Masalah

Pada umumnya tujuan perusahaan adalah untuk mengoptimalkan nilai

perusahaan. Fama (1978) dalam Untung dan Hartini (2006) menjelaskan bahwa

nilai perusahaan akan tercermin dari harga pasar sahamnya, dengan demikian bila

harga saham meningkat maka nilai perusahaan akan meningkat pula. Menurut

Brigham (1999) dalam Untung dan Hartini (2006) yang menjelaskan ilai

perusahaan dapat diukur dengan Price Book Value (PBV), karena rasio ini

mengukur nilai yang diberikan pasar keuangan kepada manajemen dan organisasi

perusahaan sebagai sebuah perusahaan yang terus tumbuh. Untuk memaksimalkan

nilai perusahaan diperlukan beberapa penyatuan kepentingan pemegang saham,

dan manajemen yang merupakan pihak-pihak yang mempunyai kepentingan

terhadap tujuan perusahaan. Akan tetapi dalam penyatuan tersebut seringkali

menimbulkan masalah-masalah (agency problem). Agency problem dapat

dipengaruhi oleh struktur kepemilikan (kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional dan kepemilikan publik). Struktur kepemilikan oleh beberapa peneliti dipercaya mampu mempengaruhi jalannya perusahaan yang pada akhirnya berpengaruh pada kinerja perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu maksimalisasi nilai perusahaan. Hal ini disebabkan karena adanya kontrol yang mereka miliki.

Adhi Anjar (2002), menjelaskan bahwa perusahaan go public pasti

(4)

public karena membutuhkan dana untuk kegiatan operasi atau pendanaan lainnya.

Namun, sebagai konsekuensinya perusahaan harus merelakan sebagian

kepemilikannya kepada publik. Pemegang saham dari kalangan publik ini

memiliki karakteristik dengan tujuan investasi. Adapun tujuan investasi tersebut

biasanya hanya berupaya memperoleh capital gain dan dividen. Pada umumnya

pemegang saham publik juga memiliki kepentingan-kepentingan berupa

peningkatan nilai perusahaan dan memperoleh imbal hasil berupa dividen.

Sehingga pada kondisi sebagaimana seharusnya semakin besar tingkat

kepemilikan oleh publik juga dapat meningkatkan nilai perusahaan, karena fungsi

kontrol dari pemegang saham publik akan mengawasi agar perusahaan dijalankan

menurut koridor yang benar.

Moh’d et al. (1998) dalam Wahidahwati (2002), menjelaskan bahwa pihak luar atau lebih dikenal sebagai institusional investor merupakan bentuk distribusi

saham antara pemegang saham dari luar yaitu institusional investor dan

shareholder dispersion yang dapat mengontrol konflik kepentingan. Karena

kepemilikan mewakili suatu sumber kekuasaan (source of power) yang dapat

digunakan untuk mendukung atau sebaliknya terhadap keberadaan manajemen.

Adanya kepemilikan oleh investor institusional seperti perusahaan asuransi, bank,

perusahaan investasi dan kepemilikan oleh institusi lain akan mendorong

peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen.

Sedangkan kepemilikan manajerial dapat dilihat dari konsentrasi kepemilikan atau

prosentase saham yang dimiliki oleh komisaris, dewan direksi, dan manajemen

(5)

diperoleh dari banyaknya jumlah saham yang dimiliki oleh manajerial. Menurut

Jensen (2003) dalam Faisal (2005), menyatakan bahwa kepemilikan saham

manajerial dapat membantu penyatuan kepentingan antara pemegang saham

dengan manajer. Semakin meningkat proporsi kepemilikan saham manajerial

maka semakin baik kinerja perusahaan. Dengan meningkatkan kepemilikan

manajerial akan mensejajarkan kedudukan manajer dengan pemegang saham

sehingga manajemen akan termotivasi untuk meningkatkan kinerja perusahaan.

Perbedaan kepentingan antara manajer dan pihak institusional dapat

mempengaruhi kebijakan perusahaan yang menutut manajemen untuk lebih

efektif dan efisien dalam mengelola perusahaan guna meningkatkan nilai

perusahaan. Konflik keagenan terjadi karena adanya pemisahaan kepemilikan dan

pengendalian. Konflik keagenan menyebabkan penurunan nilai perusahaan akan

mempengaruhi kekayaan dari pemegang saham sehingga pemegang saham akan

melakukan tindakan pengawasan terhadap perilaku manajemen.

Meningkatnya nilai perusahaan dapat menarik minat investor untuk

menanamkan modalnya. Bagi investor yang tertarik untuk berinvestasi tentunya

tingkat return atau keuntungan yang akan diperoleh dari investasi yang

ditanamkannya berupa capital gain dan dividen yang merupakan bagian

keuntungan yang diberikan kepada para pemegang saham. Dalam hal ini manajer

harus memutuskan apakah laba yang diperoleh perusahaan selama satu periode

akan dibagikan seluruhnya atau hanya sebagian yang dibagikan sebagai dividen

dan sisanya ditahan perusahaan atau biasa disebut laba ditahan (retained earning).

(6)

umumnya lebih memilih pembagian dividen yang tinggi sehingga mengakibatkan

retained earning menjadi rendah. Dalam kondisi informasi yang tidak seimbang

(asymmetric information), para manajer dapat menggunakan strategi dalam

kebijakan dividen untuk menangkal isu-isu yang tidak diharapkan oleh

perusahaan-perusahaan di masa yang akan datang.

Penelitian Ross dan Easterbook (1977) dalam Taswan (2003),

mengemukakan bahwa dengan peningkatan dividen akan berpengaruh dalam

kebijakan pendanaan perusahaan, karena pembayaran dividen akan mengurangi

arus kas perusahaan sehingga dalam memenuhi kebutuhan operasionalnya

perusahaan akan dipaksa untuk mencari alternatif sumber dana yang relevan.

Dividen yang tinggi akan meningkatkan posisi perusahaan dalam mencari

tambahan dana dari pasar modal dan pihak perbankan akibat dari tingginya niat

investor dalam menanamkan investasinya pada perusahaan, karena investor lebih

suka kepastian tentang return investasinya serta mengantisipasi risiko

ketidakpastian tentang kebangkrutan perusahaan, sedangkan penetapan dividen

yang rendah menyebabkan manajer mempunyai harapan investasi dimasa datang

yang dibiayai dari sumber internal.

Struktur kepemilikan dapat mempengaruhi kebijakan dividen, apabila

struktur kepemilikan institusional dan kepemilikan publik lebih besar daripada

struktur kepemilikan manajerial maka deviden yang dibagikan juga akan semakin

besar. Apabila struktur kepemilikan manajerial lebih besar daripada struktur

kepemilikan institusional maka deviden yang dibagikan akan semakin kecil,

(7)

sumber internal. Selain itu pertimbangan mengenai alokasi yang digunakan dalam

pembagian dividen dapat mempengaruhi kinerja perusahaan kedepan mengingat

pembagian dividen yang terlalu besar menyebabkan kesempatan perusahaan untuk

tumbuh akan berkurang akibat kurang tersedianya dana yang digunakan untuk

investasi kedepan, sebaliknya pengurangan alokasi dividen yang diberikan

membuat pasar sebagai pihak penerima informasi merasa perusahaan tersebut

mengalami penurunan laba sehingga terjadi penurunan dividen, yang kemudian

terkait dengan nilai perusahaan yang diberikan oleh pasar.

Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut di atas, maka penulis

ingin meneliti tentang implikasi struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan

dengan kebijakan dividen sebagai variabel intervening.

II. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, dapat dirumuskan

masalah yang menjadi pokok bahasan penelitian ini adalah :

1. Apakah struktur kepemilikan institusional, manajerial, dan public

berpengaruh secara langsung terhadap nilai perusahaan pada pada

perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)?

2. Apakah struktur kepemilikan institusional, manajerial dan public

berpengaruh terhadap nilai perusahaan dengan kebijakan dividen sebagai

variabel intervening pada perusahaan go public yang terdaftar di Bursa

(8)

III. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka tujuan

penelitian yang ingin dicapai adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui pengaruh struktur kepemilikan institusional, manajerial, dan

public secara langsung terhadap nilai perusahaan pada pada perusahaan go

public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

2. Mengetahui pengaruh struktur kepemilikan institusional, manajerial dan

public terhadap nilai perusahaan dengan kebijakan dividen sebagai

variabel intervening pada perusahaan go public yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia (BEI).

IV. Manfaat Penelitian

Penelitian ini disusun dan dibuat dengan tujuan:

1. Bagi Penulis

Untuk lebih mengetahui tingkat pengaruh struktur kepemilikan sebuah

perusahaan terhadap nilai perusahaan dengan memasukkan kebijakan dividen

sebagai variabel interveningnya.

2. Bagi Perusahaan

Dengan adanya penelitian ini diharapkan perusahaan memperhatikan

aspek-aspek kebijakan dividen sebagai salah satu bentuk kebijakan yang sesuai dengan

proporsi kepemilikan di dalam perusahaan guna meningkatkan nilai perusahaan.

(9)

Sebagai bagian dalam lingkungan bisnis, masyarakat pada umumnya juga

sepatutnya mengetahui apakah struktur kepemilikan sebuah perusahaan sangat

mempengaruhi nilai perusahaan dengan adanya factor kebijakan dividen sebagai

bagian didalamnya.

4. Peneliti Selanjutnya

Diharapkan dapat berguna sebagai bahan referensi dan bahan pembanding

bagi peneliti selanjutnya terhadap jenis materi yang sama sehingga keterbatasan

yang ada pada penelitian ini dapat lebih disempurnakan.

V. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan data

sekunder, yaitu data yang diperoleh sudah dalam bentuk jadi/data yang sudah

diolah. Data sekunder terdiri atas: Data sekunder berupa Laporan Keuangan

Tahunan Perusahaan yang dapat diperoleh dari Indonesian Capital Market

Directory (ICMD) tahun 2006-2008.

VI. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Berdasarkan dari hasil perhitungan dengan menggunakan uji normalitas

Kolmogorov-Smirnov didapatkan bahwa data yang diuji peneliti tidak signifikan

yang berarti data tidak terdistribusi normal. Dengan mengetahui data tidak normal

peneliti melakukan langkah outlier data, tetapi setelah dilakukan outlier data tetap

tidak normal. Hal ini dikarenakan nilai dari struktur kepemilikan manajerial

(10)

tidak dapat dinormalkan dengan cara outlier, maka data dapat dinormalkan dengan

ditransformasikan menjadi akar kuadrat (SQRTnama variabel) transformasi data

untuk mendapatkan data yang normal. Dari hasil pengolahan uji normalitas

Kolmogorov-Smirnov didapatkan nilai Kolmogorov-Smirnov sebesar 1,079

dengan probabilitas 0.195 yang lebih besar dari signifikansi yang ditentukan yaitu

0,05. Probabilitas memiliki nilai > 0,05, jadi dapat disimpulkan bahwa data

residual berdistribusi secara normal. Dengan data yang normal tersebut peneliti

melanjutkan pengolahan data untuk menguji hasil yang lainnya.

Berikut ini akan dibahas mengenai hasil dan pembahasan dari uji analisis

jalur:

1. Pembahasan implikasi atau pengaruh struktur kepemilikan terhadap nilai

perusahaan secara langsung

Hasil pengujian koefisien determinasi hipotesis dua menunjukkan nilai

R Square yang kecil yaitu 0,073 atau 7,3% sehingga kemampuan variabel

independen dalam menjelaskan variabel dependen sangat terbatas. Dengan

sisa prosentase sebesar 0,927 atau 92,7% dijelaskan oleh sebab-sebab yang

lainnya di luar model penelitian.

Dari hasil pengujian menggunakan analisis jalur memperkuat temuan

yang dilakukan melalui analisis deskriptif dimana variabel kepemilikan

manajerial memiliki beta negative sebesar (-0,201) dan signifikansi sebesar

0,016 terhadap nilai perusahaan, peningkatan kepemilikan manajerial akan

(11)

peningkatan proporsi kepemilikan manajerial menyebabkan kinerja

perusahaan lebih berorientasi pada kepentingan pihak manajer sehingga

kepentingan diluar pihak tesebut akan diabaikan, hal ini didukung oleh

penelitian Moh’d al. (1998) dalam Wahidahwati (2002), dimana kepemilikan mewakili suatu sumber kekuasaan (saurce of power), tingginya

kepemilikan manajerial mengakibatkan kuatnya pengaruh dan kekuasaan

mereka dalam menjalankan perusahaan dan tujuan mereka tidak terlepas

demi kepentingan mereka sendiri. Hasil ini tidak senada dengan penelitian

Untung dan Hartini (2006), apabila manajer memiliki saham perusahaan

yang tinggi, maka kekayaan semakin tidak teridentifikasi dengan baik, oleh

karena itu manajer akan mengharapkan return atas opportunity cost lebih

besar yaitu dari pembagian dividen yang lebih tinggi.

Hasil pengujian menggunakan analisis jalur memperkuat temuan yang

dilakukan melalui analisis deskriptif dimana variabel kepemilikan

institusional memiliki beta positif sebesar 0,115 dan signifikansi sebesar

0,317 terhadap nilai perusahaan. Dari nilai tersebut menunjukkan bahwa

kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Temuan ini didukung oleh Untung dan Hartini (2006).

Hasil pengujian menggunakan analisis jalur memperkuat temuan yang

dilakukan melalui analisis deskriptif dimana variabel kepemilikan public

memiliki beta negative sebesar (-0,016) dan signifikansi sebesar 0,888

terhadap nilai perusahaan. Dari nilai tersebut menunjukkan bahwa

(12)

didukung oleh penelitian Short & Keasey (1999); Chen & Ho (2000) dalam

Adhi Anjar (2002), dimana tingkat kepemilikan saham perusahaan oleh

public tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Temuan ini

tidak mendukung temuan Adhi Anjar (2002), dimana kepemilikan saham

public berpengaruh negative signifikan dengan nilai perusahaan.

Kebijakan dividen dalam penelitian ini menggunakan indikator

Dividen Payout Ratio (DPR). Hasil pengujian menggunakan analisis jalur

memperkuat temuan yang dilakukan melalui analisis deskriptif dimana

variabel kebijakan dividen memiliki beta positif sebesar 0,049 dan memiliki

signifikansi sebesar 0,525 terhadap nilai perisahaan. Dari nilai tersebut

menunjukkan bahwa kebijakan dividen tidak berpengaruh atau tidak

signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian ini tidak mendukung

hipotesis kebijakan dividen relevan yang menyatakan bahwa dividen yang

tinggi dapat meningkatkan nilai perusahaan, dan hasil ini tidak sejalan

dengan Gordon (1962) dalam Brigham dan Hauston, (1999:66) tentang bird

in the hand theory, bahwa pemegang saham lebih menyukai dividen yang

tinggi karena memiliki kepastian yang tinggi dibandingkan capital gain.

Hasil penelitian ini sejalan dengan teori kebijakan dividen yang

dikemukakan oleh Modigliani dan Miller dalam Brigham dan Houston,

(1999:66) yang berpendapat bahwa kebijakan dividen adalah tidak relevan

yang berarti bahwa tidak ada kebijakan dividen yang optimal, karena

(13)

modal. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Untung dan Hartini

(2006).

2. Pembahasan implikasi atau pengaruh struktur kepemilikan terhadap nilai

perusahaan dengan kebijakan dividen sebagai variabel intervening.

Hasil pengujian koefisien determinasi hipotesis satu menunjukkan nilai

R Square yang kecil yaitu 0,046 atau 4,6% sehingga kemampuan variabel

independen dalam menjelaskan variabel dependen sangat terbatas. Dengan

sisa prosentase sebesar 0,954 atau 95,4% dijelaskan oleh sebab-sebab yang

lainnya di luar model penelitian.

Hasil pengujian menggunakan analisis jalur memperkuat temuan yang

dilakukan melalui analisis deskriptif dimana variabel kepemilikan

institusional memiliki beta negative sebesar (-0,007) dan memiliki nilai

signifikansi sebesar 0,953 terhadap kebijakan dividen. Dari nilai tersebut

menunjukkan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh atau tidak

signifikan terhadap kebijakan dividen. Hasil penelitian ini sesuai dengan

penelitian Tandelilin dan Wilberforce (2002) dalam Fitri dan Mamduh

(2003), yang beragumentasi bahwa kepemilikan institusional lebih

mementingkan adanya stabilitas pendapatan (return) melalui pembagian

dividen. Temuan ini juga senada dengan temuan Untung dan Hartini (2006),

dimana kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap kebijakan

(14)

Hasil pengujian menggunakan analisis jalur memperkuat temuan yang

dilakukan melalui analisis deskriptif dimana variabel kepemilikan

manajerial memiliki beta positif sebesar 0,127 dan memiliki signifikansi

sebesar 0,127 terhadap kebijakan dividen. Dari nilai tersebut menunjukkan

bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh atau tidak signifikan

terhadap kebijakan dividen. Temuan ini jelas tidak konsisten dengan hasil

penelitian Taswan (2003) yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial

berpengaruh terhadap kebijakan dividen.

Hasil pengujian menggunakan analisis jalur memperkuat temuan yang

dilakukan melalui analisis deskriptif dimana variabel kepemilikan public

memiliki beta negative sebesar (-0,188) dan signifikansi sebesar 0,089

terhadap kebijakan dividen. Dari nilai tersebut menunjukkan bahwa

kepemilikan public berpengaruh negative terhadap kebijakan dividen.

Semakin tinggi kepemilikan public maka kebijakan dividen yang dibagikan

akan semakin kecil.

Variabel kebijakan dividen bukan merupakan variabel intervening atas

pengaruh struktur kepemilikan manajerial terhadap nilai perusahaan.

Walaupun pengaruh kepemilikan manajerial terhadap kebijakan dividen

dikalikan pengaruh kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan lebih besar

dibandingkan pengaruh kepemilikan manajerial terhadap nilai perusahaan.

Tetapi nilai variabel kebijakan dividen terhadap variabel nilai perusahaan

tidak signifikan atau tidak berpengaruh maka variabel kebijakan dividen

(15)

Variabel kebijakan dividen bukan merupakan variabel intervening atas

pengaruh struktur kepemilikan public terhadap nilai perusahaan, karena

pengaruh kepemilikan public terhadap kebijakan dividen dikalikan pengaruh

kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan lebih kecil dibandingkan

pengaruh kepemilikan public terhadap nilai perusahaan. Selain itu juga

dikarenakan variabel kepemilikan public terhadap nilai perusahaan tidak

memiliki pengaruh atau tidak signifikan.

Variabel kebijakan dividen bukan merupakan variabel intervening atas

pengaruh struktur kepemilikan institusional terhadap nilai perusahaan,

karena pengaruh kepemilikan institusional terhadap kebijakan dividen

dikalikan pengaruh kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan lebih kecil

dibandingkan pengaruh kepemilikan institusional terhadap nilai perusahaan.

Selain itu dikarenakan variabel kepemilikan institusional terhadap kebijakan

dividen dan variabel kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan tidak

memiliki pengaruh atau tidak signifikan.

VII. Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh struktur kepemilikan

yang terdiri dari kepemilikan institusional, manajerial dan public terhadap nilai

perusahaan secara langsung maupun tidak langsung dengan kebijkan dividen

sebagai variable intervening pada perusahaan go public yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia (BEI). Peneliti menggunakan data sekunder yang diperoleh dari

(16)

purposive sampling. Jumlah sampel dalam yang digunakan dalam penelitian ini

adalah 166 perusahaan, yang terdiri dari 24 jenis industri.

Pengujian dalam penelitian ini menggunakan uji asumsi klasik yang terdiri

dari uji normalitas data, uji autokorelasi, uji multikolinearitas dan uji

heteroskedastisitas. Pengujian hipotesis terdiri dari dua hipotesis yaitu H1 dan H2,

dengan signifikansi tetapan 0,05 atau 0,1 dengan derajat kepercayaan 95% atau

90%. Melihat dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah diungkapkan

sebelumnya pada bab IV, maka yang dapat disimpulkan dari hasil penelitian ini,

antara lain:

1. Kepemilikan public berpengaruh negative signifikan terhadap kebijakan

dividen. Sedangkan pada kepemilikan institusional dan kepemilikan

manajerial tidak ada pengaruhnya bagi kebijakan dividen. Penelitian ini

didukung oleh penelitian Adhi Anjar (2002).

2. Kepemilikan manajerial berpengaruh negative dan signifikan terhadap

nilai perusahaan. Penelitian ini didukung oleh Moh’d al. (1998) dalam Wahidahwati (2002), tetapi hasil penelitian ini tidak senada dengan

penelitian Untung dan hartini (2006).

3. Kepemilikan institusional tidak ada pengaruhnya terhadap nilai

perusahaan. Penelitian ini didukung oleh Untung dan Hartini (2006).

4. Kepemilikan public tidak ada pengaruhnya terhadap nilai perusahaan.

Penelitian ini didukung oleh Short & Keasey (1999); Chen & Ho (2000)

(17)

5. Kebijakan dividen tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hasil

penelitian ini didukung oleh penelitian Untung dan Hartini (2006).

6. Kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen.

Temuan ini senada dengan temuan Tandelilin dan Wilberforce (2002)

dalam Fitri dan Mamduh (2003). Temuan ini juga senada dengan temuan

Untung dan Hartini (2006).

7. Kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen.

Temuan ini tidak senada dengan Taswan (2003).

VIII. Saran

Berdasarkan pada hasil penelitian, analisis dan pembahasan, kesimpulan

yang diambil dan keterbatasan penelitian, maka dapat diajukan saran penelitian

untuk penelitian mendatang, antara lain:

1. Peneliti selanjutnya sebaiknya menggunakan periode amatan lebih dari

tiga tahun.

2. Peneliti selanjutnya sebaiknya menambah rasio kebijakan dividen, sebagai

variabel intervening.

3. Peneliti selanjutnya sebaiknya menambah rasio nilai perusahaan, sebagai

variabel dependen.

4. Peneliti selanjutnya sebaiknya mengganti variabel struktur kepemilikan

dan variabel kebijakan dividen dengan variabel lain yang mungkin lebih

(18)

5. Peneliti selanjutnya juga sebaiknya menambahkan variabel independen

lain selain struktur kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial dan

(19)

DAFTAR RUJUKAN

Adhi Anjar Wicaksono. 2002. “Pengaruh Struktur Kepemilikan manajerial dan Public, Ukuran Perusahaan, Ebit/Sales dan Total Hutang/Total Aset Terhadap Nilai Perusahaan yang Telah Go Public dan Tercatat Di Bursa Efek Jakarta”. Tesis, Universitas Diponegoro Semarang

Afza, Tallat, dan Mirza, Hammad H. 2010. “Ownership Structure and Cash Flows As Determinants of Corporate Dividend Policy in Pakistan”. International Business research.Vol 3, No 3, July 2010.

Agus Harjito dan Nurfauziah. 2006. ”Hubungan Kebijakan Hutang, Insider Ownership dan Kebijakan Dividen Dalam Mekanisme Pengawasan Masalah Agensi Di Indonesia”. Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia, Vol 10, No 2, 161-182.

Agus Sartono. 2001. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi, Edisi keempat, BPFE Jakarta, Yogyakarta.

Brigham, Eugene F dan Houston, Joel F. 1999. Manajemen Keuangan Edisi Delapan. Erlangga. Jakarta.

Brigham, Eugene F dan Weston, J. Fried. 1999. Dasar-dasar Manajemen Keuangan Edisi Sembilan. Erlangga. Jakarta.

Diyah Pujiati dan Erman Widanar. 2009. Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap Nilai Perusahaan dengan Keputusan Keuangan sebagai Variabel Intervening. Jurnal Ekonomi Bisnis dan Akuntansi Ventura. April. Vol.12 No. 1.

Erni Masdupi. 2005. ”Analisis Dampak Struktur Kepemilikan Pada Kebijakan Hutang dalam Mengontrol Konflik Keagenan”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol 20, No 1, 57-69.

(20)

Faizal. 2004. “Analisis Agency Costs, Struktur Kepemilikan Dan Mekanisme Corporate Governance”. Simposium Nasional Akuntansi VII Denpasar-Bali, 2-3 Desember 2004.

Fitri Ismiyanti dan Mamduh M. Hanafi. 2004. “Struktur Kepemilikan, Risiko, dan Kebijakan Keuangan: Analisis Persamaan Simultan”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol 19, No 2, 176-196.

Imanda Firmantyas dan Mohammad Nasir. 2006. “Analisis Persamaan Simultan Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Risiko, Kebijakan Hutang dan Kebijakan Dividen Dalam Perspektif Teori Keagenan”. Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang, 23-26 Agustus 2006.

Imam Ghozali. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan SPSS Edisi 4. Semarang: Badan Penerbit – Universitas Diponegoro.

Keown, Arthur J., et al. 2000. Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Salemba Empat. Jakarta.

Nurfauziah, Agus Harjito, dan Hertya Dwi Ameliawati. 2007. “Hubungan Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusi dan Kebijakan Hutang Dalam Prespektif Masalah Agensi Di Indonesia”. Ventura, Vol 10, No 1, 47-62.

Nur Indriantoro dan Bambang Supomo. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen, Edisi pertama, BPEE, Yogyakarta.

Nurmala Ahmar. 2007. Metodologi Penelitian. Makalah disampaikan pada saat kuliah di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas Surabaya. Surabaya.

Taswan. 2003. “Analisis Pengaruh Insider Ownership, Kebijakan Hutang dan Dividen terhadap nilai Perusahaan Serta Faktor-faktor yang Mempengaruhinya”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol 10, No 2, 162-181.

(21)

Untung Wahyudi dan Hartini Prasetyaning. 2006. “Implikasi Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai Perusahaan: Dengan Keputusan Keungan Sebagai Variabel Intervening”. Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang, 23-26 Agustus 2006.

Wahidahwati. 2002. “Kepemilikan Manajerial dan Agency Conflicts: Analisis Persamaan Simultan Non Linier dari Kepemilikan Manajerial, Penerimaan Resiko (Risk Taking), Kebijakan Utang dan Kebijakan Dividen”. Simposium Nasional Akuntansi V Semarang, 601-615.

Referensi

Dokumen terkait

Alhamdulillah hirobbilalamin, dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah S.W.T yang telah memberikan Rahmat dan Hidayahnya, dan Inayah-Nya yang tiada pernah putus asa

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan metode Inverse Distance Weighting (IDW) untuk model logam berat pada biota yang telah dicoba nilai Root Mean Square (RMS- error )

Unified Modeling Language (UML) adalah bahasa spesifikasi standar untuk mendokumentasikan, menspesifikasikan, dan membangun sistem perangkat lunak UML menyediakan 10

Diketahui F tabel 2,77 maka hasil pengujian semua variabel independen memberikan hasil F hitung > F tabel (21,723>2,77 ) dengan tingkat signifikansi kurang dari

yaitu: tawāṣ i tidak membagi siswa dalam kelompok sesuai kemampuan, evaluasi dan perencanaan hanya secara lisan, tidak semua peserta didik menerima konsep, prinsip dan praktik tawāṣ

Dari sisi produksi pertanian, sampai dengan tahun 2014 Kabupaten Bandung masih merupakan salah satu pemasok utama komoditi beras dan sayuran dataran tinggi

The population is the TOP Coffee Inspirasi Featuring Iwan Fals commercial while the sample is the selected scenes of the commercial that contains

– Konduktif yang sangat tinggi, lapisan urethane dengan gesekan rendah pada satu sisi. – dengan 2 lapisan ketegangan terdiri dari serat poliester yang