DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar I.1 Bagan Struktur Organisasi Sekretariat Jenderal Kementerian
Perhubungan……… I-5
Gambar I.2 Kedudukan Pustikom dan PPTB Dalam Struktur Organisasi
Kementerian Perhubungan ...………... I-6
Gambar I.3 Komposisi SDM Sekretariat Jenderal Berdasarkan Golongan Tahun
2016 ... I-8
Gambar I.4 Komposisi SDM Sekretariat Jenderal Berdasarkan Tingkat
Pendidikan Tahun 2016 ………... I-9
Gambar III.1 Nilai AKIP Kementerian Perhubungan...………... III-5
Gambar III.2 Nilai AKIP Sekretariat Jenderal...…...………... III-5
Gambar III.3 Aparatur Yang Ditingkatkan ...…...………... III-6
Gambar III.4 Kebijakan Terkait SDM Aparatur...…...………... III-6
Gambar III.5 Jumlah Penataan Organisasi ...…...………... III-7
Gambar III.6 Nilai Pelaksanaan Reformasi Birokrasi ...………... III-7
Gambar III.7 Capaian Opini BPK ...………... III-8
Gambar III.8 Aset BMN ...………... III-8
Gambar III.9 Tingkat Penyerapan Anggaran Sekretariat Jenderal...………. III-8
Gambar III.10 Jumlah Kerjasama ...………... III-9 Gambar III.11 Jumlah Perjanjian ...………... III-9 Gambar III.12 Jumlah Peraturan Perundang-undangan ...………... III-10 Gambar III.13 Jumlah Regulasi Terkait Setjen ...………... III-10 Gambar III.14 Persentase Penyelesaian Perkara Hukum ...………... III-10 Gambar III.15 Tingkat Ketepatan Pelayanan Administrasi ...………... III-11 Gambar III.16 Penghematan Biaya ...………... III-11 Gambar III.17 Tingkat Kecukupan Sarana dan Prasarana ...………... III-12 Gambar III.18 Jumlah Pengunjung Museum ...………... III-12 Gambar III.19 Persentase Kehandalan Sistem ...………... III-13 Gambar III.20 Jumlah Aplikasi ...………... III-13 Gambar III.21 Jumlah Dokumen Perencanaan TIK ...………... III-13 Gambar III.22 Jumlah Penyajian Data ...………... III-13 Gambar III.23 Pemenuhan Dokumen Lingkungan ...……….………... III-14 Gambar III.24 Pelayanan Publik Yang Dievaluasi ...………... III-14 Gambar III.25 Keterbukaan Informasi Publik ...……….………... III-15 Gambar III.26 Dokumen Rekomendasi ...………... III-15 Gambar III.27 Data Kecelakaan Kapal Yang Ditindaklanjuti ...………... III-15 Gambar III.28 Perbandingan Nilai AKIP Kementerian Perhubungan Terhadap
Renstra Setjen 2015-2019 ………..………... III-31
Gambar III.29 Perbandingan Nilai AKIP Sekretariat Jenderal Terhadap Renstra
Setjen 2015-2019 ………... III-31
Gambar III.30 Perbandingan Aparatur Terhadap Renstra Setjen 2015-2019 …………. III-32
Gambar III.32 Perbandingan Jumlah Penataan Organisasi Terhadap Renstra
Setjen 2015-2019 ………. III-33
Gambar III.33 Perbandingan Pencapaian Opini BPK Terhadap Renstra Setjen
2015-2019 ……….. III-34
Gambar III.34 Perbandingan Nilai BMN Sekretariat Jenderal Terhadap Renstra
Setjen 2015-2019 ………. III-34
Gambar III.35 Perbandingan Tingkat Penyerapan Anggaran Terhadap Renstra
Setjen 2015-2019 ………. III-35
Gambar III.36 Perbandingan Jumlah Peraturan Perundang-undangan Terhadap
Renstra Setjen 2015-2019 ………. III-36
Gambar III.37 Perbandingan Jumlah Regulasi Terkait Setjen Terhadap Renstra
Setjen 2015-2019 ………. III-37
Gambar III.38 Perbandingan Persentase Penyelesaian Perkara Hukum Terhadap
Renstra Setjen 2015-2019 ………. III-37
Gambar III.39 Perbandingan Tingkat Ketepatan Pelayanan Administrasi Terhadap
Renstra Setjen 2015-2019 ………. III-38
Gambar III.40 Perbandingan Penghematan Biaya Terhadap Renstra Setjen
2015-2019 ………. III-39
Gambar III.41 Perbandingan Tingkat Kecukupan Sarana dan Prasarana Terhadap
Renstra Setjen 2015-2019 ………. III-39
Gambar III.42 Perbandingan Pengunjung Museum Terhadap Renstra Setjen
2015-2019 ………. III-40
Gambar III.43 Perbandingan Pelayanan Publik Yang Dievaluasi Aparatur Terhadap
Renstra Setjen 2015-2019 ………. III-42
Gambar III.44 Perbandingan Nilai KIP Terhadap Renstra Setjen 2015-2019 ………….. III-43
Gambar III.45 Perbandingan Dokumen Rekomendasi Terhadap Renstra Setjen
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar ... i
Ringkasan Eksekutif ... iii
Daftar Isi ... vii
Daftar Tabel ... viii
Daftar Gambar ... ix
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang ... I-1
1.2 Visi, Misi, Tugas, Fungsi ... I-2
1.3 Sumber Daya ……….. ... I-7
1.4 Isu Strategis dan Permasalahan ….………. ... I-11
1.5 Sistematika Laporan ………... I-21
BAB II Perencanaan Kinerja
2.1 Perencanaan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2016……….……... ... II-1
2.2 Perjanjian Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2016……… ... II-3
BAB III Akuntabilitas Kinerja
3.1 Capaian Kinerja……….…… ... III-1
3.2 Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun 2016 terhadap Target Kinerja
Tahun 2016 ... III-4
3.3 Perbandingan Realisasi serta Capaian Kinerja Tahun 2015 dengan
Capaian Kinerja Tahun 2016………….……. ... III-16
3.4 Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun 2016 dengan Target pada
Renstra Sekretariat Jenderal……….……… ... III-30
3.5 Analisis Penyebab Keberhasilan/Kegagalan atau Peningkatan/
Penurunan Capaian Kinerja Tahun 2016 ... III-44
3.6 Analisis Efisiensi Penggunaan Sumber Daya Tahun 2016 …………... III-65
3.7 Kontribusi Sekretariat Jenderal terhadap Capaian IKU Kementerian
Perhubungan.……… ... III-66
3.8 Realisasi Anggaran Sekretariat Jenderal Tahun 2016……….. ... III-70
BAB IV Penutup
4.1 Kesimpulan ... IV-1
4.2 Saran dan Rekomendasi ... IV-6
Lampiran- Lampiran
Matrik Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Sekretariat Jenderal Tahun 2016
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel I.1 Jumlah SDM Sekretariat Jenderal Berdasarkan Jenis Kelamin ...……… I-7 Tabel I.2 Jumlah SDM Sekretariat Jenderal Berdasarkan Golongan ………... I-8 Tabel I.3 Jumlah SDM Sekretariat Jenderal Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... I-9 Tabel I.4 Alokasi Anggaran Per Unit Kerja Eselon II Sekretariat Jenderal TA.
2016………. I-11
Tabel II.1 Rencana Kinerja Tahunan Sekretariat Jenderal Tahun 2016 ... II-2 Tabel II.2 Matrik Penetapan Perjanjian Kinerja Sekretariat Jenderal 2016 ……….. II-4 Tabel III.1 Matrik Capaian Indikator Kinerja Utama Sekretariat Jenderal Tahun
2016... III-16
Tabel III.2 Matrik Perbandingan Tahun 2015 dan Tahun 2016 ……... III-29
Tabel III.3 Matrik Pengukuran Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Sekretariat
Jenderal Terhadap Target Renstra 2016 ……… III-44
Tabel III.4 Matrik Efisiensi/Penghematan Penyerapan Anggaran Dalam Pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Sekretariat Jenderal Terhadap Target
Renstra 2016 ……….. III-66
Tabel III.5 Matrik Kontribusi Capaian Sekretariat Jenderal Efisiensi/Penghematan Penyerapan Anggaran Dalam Pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU)
Sekretariat Jenderal Terhadap Target Renstra 2016 ………... III-70
RINGKASAN EKSEKUTIF
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, mengamanatkan pada setiap instansi pemerintah untuk menyusun dokumen Laporan Kinerja Instansi Pemerintah secara berjenjang, sebagai bentuk pertanggungjawaban atas seluruh tugas dan kewajiban yang diamanatkan.
Sekretariat Jenderal dalam menjalankan tugasnya melaksanakan fungsi koordinasi kegiatan Kementerian Perhubungan, koordinasi dan penyusunan rencana, program dan anggaran Kementerian Perhubungan, pembinaan dan pemberian dukungan
administrasi yang meliputi ketatausahaan, kepegawaian, keuangan,
kerumahtanggaan, kerja sama, hubungan masyarakat, arsip, dan dokumentasi Kementerian Perhubungan, pembinaan dan penyelenggaraan organisasi dan tata laksana, koordinasi dan penyusunan peraturan perundang-undangan serta pelaksanaan advokasi hukum, pengelolaan barang milik/kekayaan negara dan layanan pengadaan barang/jasa pemerintah, pelaksanaan fungsi lainnya.
Struktur organisasi Sekretariat Jenderal berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 189 tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan terdiri dari 7 (tujuh) Biro yaitu :
a. Biro Perencanaan (Biro I);
b. Biro Kepegawaian dan Organisasi (Biro II);
c. Biro Keuangan dan Perlengkapan (Biro III);
d. Biro Hukum (Biro IV);
e. Biro Kerja Sama (Biro V);
f. Biro Umum (Biro VI);
g. Biro Komunikasi dan Informasi Publik (Biro VII).
Dilengkapi dengan unsur penunjang setingkat eselon II, yaitu ;
a. Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi (Pustikom);
b. Pusat Pengelolaan Transportasi Berkelanjutan (PPTB);
c. Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT);
d. Mahkamah Pelayaran (Mahpel).
Penyusunan dokumen Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2016 dilakukan melalui pengukuran capaian kinerja dari 13 (tiga belas) Sasaran Program yang memuat 28 (dua puluh delapan) Indikator Kinerja Utama (IKU). Tahapan pengukuran dimaksud meliputi : (1) Perbandingan Realisasi Kinerja terhadap Target Kinerja Tahun 2016, (2) Perbandingan Realisasi Kinerja terhadap Target Kinerja Tahun 2015, (3) Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun 2016 terhadap Target Kinerja Tahun 2016 pada Dokumen Renstra, (4) Analisis Penyebab Keberhasilan/Kegagalan Target Kinerja, dan (5) Analisis Efisiensi Penggunaan Sumber Daya.
Berdasarkan tahapan pengukuran dihasilkan rata-rata capaian kinerja Sasaran Program unit kerja Sekretariat Jenderal pada tahun 2016 sebesar 125,09% turun sebesar 1,47% dari tahun 2015 yang memperoleh capaian kinerja sebesar 126,56%. Namun demikian dapat dikatakan bahwa kinerja Sekretariat Jenderal masih
memenuhi target sebagaimana tertuang dalam Perjanjian Kinerja. Capaian kinerja 13 (tiga belas) Sasaran Program sebagai berikut :
a. Sasaran Program pertama “Peningkatan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Jenderal
Kementerian Perhubungan melalui tersedianya dokumen perencanaan, pemrograman, kebijakan pentarifan, dan dokumen analisa dan evaluasi sebagai acuan dalam penyelenggaraan perhubungan” yang terdiri dari 2 IKU rata-rata capaian kinerja sebesar 42,75%;
b. Sasaran Program kedua “Terwujudnya pengelolaan SDM Aparatur Perhubungan
yang berintegritas, netral, capable, profesional, berkinerja tinggi dan sejahtera
serta beretika” yang terdiri dari 2 IKU rata-rata capaian kinerja sebesar 104,79%;
c. Sasaran Program ketiga “Terwujudnya organisasi yang tepat fungsi dan tepat
sasaran melalui sistem, proses dan tata laksana yang rasional, jelas, efektif, efisien, terukur, dan sesuai dengan visi reformasi birokrasi” yang terdiri dari 2 IKU rata-rata capaian kinerja sebesar 112,34%;
d. Sasaran Program keempat “Terwujudnya laporan keuangan Kementerian
Perhubungan dengan penilaian opini WTP” yang terdiri dari 3 IKU rata-rata capaian kinerja sebesar 100,38%;
e. Sasaran Program kelima “Peningkatan kerjasama kemitraan/investasi dalam
negeri dan kerja sama luar negeri dalam kerangka regional/sub regional, bilateral dan multilateral di bidang transportasi” yang terdiri dari 2 IKU rata-rata capaian kinerja sebesar 75%;
f. Sasaran Program keenam “Peningkatan penetapan dan kualitas regulasi dalam
implementasi kebijakan sektor transportasi” yang terdiri dari 2 IKU rata-rata capaian kinerja sebesar 413%;
g. Sasaran Program ketujuh “Peningkatan dalam pelayanan dan penyelesaian
masalah hukum” yang terdiri dari 1 IKU rata-rata capaian kinerja sebesar 117,65%;
h. Sasaran Program kedelapan “Peningkatan kinerja layanan administrasi serta
sarana dan prasarana di lingkungan kantor Pusat Kementerian Perhubungan” yang terdiri dari 4 IKU rata-rata capaian kinerja sebesar 190,79%;
i. Sasaran Program kesembilan “Terselenggaranya tata kelola teknologi informasi dan
komunikasi di Kementerian Perhubungan” yang terdiri dari 4 IKU rata-rata capaian kinerja sebesar 100,97%;
j. Sasaran Program kesepuluh “Terselenggaranya manajemen pengelolaan kebijakan
lingkungan hidup, penataan sistem dan inovasi pelayanan transportasi yang berkelanjutan” yang terdiri dari 2 IKU rata-rata capaian kinerja sebesar 68%;
k. Sasaran Program kesebelas “Terwujudnya komunikasi dan pelayanan informasi
sektor transportasi kepada publik yang didukung SDM Aparatur Perhubungan dengan kompetensi kehumasan untuk meningkatkan citra positif Kementerian Perhubungan” yang terdiri dari 2 IKU rata-rata capaian kinerja sebesar 162,47%;
l. Sasaran Program keduabelas “Terselenggaranya persidangan pemeriksaan
lanjutan kecelakaan kapal sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan” yang terdiri dari 1 IKU rata-rata capaian kinerja sebesar 110%;
m.Sasaran Program ketigabelas “Peningkatan kinerja pelaksanaan investigasi kecelakaan transportasi” yang terdiri dari 1 IKU rata-rata capaian kinerja sebesar 59,75%.
Berdasarkan penilaian Inspektorat Jenderal, nilai AKIP Setjen mengalami penurunan dari AA (93,22) tahun 2015 menjadi 79,50 (BB) tahun 2016, dikarenakan perubahan persentase nilai per komponen indikator penilaian dan masih terdapat IKU yang berorientasi output sehingga dalam penyusunan Laporan Kinerja tahun 2016 dilakukan perbaikan, meliputi :
a. Rencana reviu Rencana Strategis Kementerian Perhubungan tahun 2015-2019
yang dilakukan pada awal tahun anggaran 2017;
b. Penyempurnaan IKU Kemenhub yang sesuai ketentuan output menjadi outcome,
tentunya hanya bagi kegiatan Eselon II yang memiliki kontribusi kepada IKU Kementerian;
c. Pelaksanaan bimbingan teknis pengembangan aplikasi e-Performance kepada
seluruh unit kerja pada awal tahun 2017;
d. Koordinasi dengan Unit Kerja Eselon (UKE) 2 di lingkungan Sekretariat Jenderal
untuk merumuskan IKU yang berorientasi outcome.
Nilai AKIP Kementerian Perhubungan belum dapat dikatakan gagal atau tidak berhasil karena nilai AKIP Kemenhub sampai saat laporan ini selesai, hasil evaluasi AKIP Kementerian Perhubungan tahun 2015 yang dilaksanakan pada tahun 2016 oleh Kementerian PAN dan RB c.q Deputi Reformasi Birokrasi, Akuntabilitas Aparatur dan Pengawasan belum dipublikasikan. Hal ini tentu saja sangat mempengaruhi capaian kinerja Biro Perencanaan, Sekretariat Jenderal maupun Kementerian Perhubungan.
Dari 28 (dua puluh tujuh) Indikator Kinerja Utama (IKU) terdapat 4 (empat) IKU Sekretariat Jenderal yang berkontribusi langsung terhadap IKU Kementerian Perhubungan, yaitu dari :
a. Biro Perencanaan, dengan IKU “Nilai Akuntabilitas Kinerja Kementerian
Perhubungan”;
b. Biro Kepegawaian dan Organisai, dengan IKU “Penuntasan Pelaksanaan Reformasi
Birokrasi ”
c. Biro Keuangan dan Perlengkapan, dengan IKU “Opini BPK atas pengelolaan
keuangan Kementerian Perhubungan”;
d. Biro Kerja Sama, dengan IKU “Jumlah kerja sama keitraan/investasi dalam negeri
yang ditindaklanjuti”;
e. Biro Hukum, dengan IKU “Jumlah peraturan perundang-undangan di sektor
transportasi”;
f. Biro Komunikasi dan Informasi Publik, dengan IKU “Keterbukaan informasi publik”.
Keberhasilan pencapaian target kinerja ini tentunya tidak terlepas dari dukungan seluruh personil sumber daya manusia yang dimiliki oleh Sekretariat Jenderal sebanyak 829 orang, serta ketersediaan anggaran sebesar Rp. 709.863.102.000,-, yang terdiri dari Belanja Pegawai sebesar Rp. 133.821.928.000,-, Belanja Barang sebesar
Rp. 440.434.620.000,- dan Belanja Modal sebesar Rp. 135.606.554.000,-. Realisasi penyerapan anggaran sampai akhir tahun 2016 adalah sebesar Rp. 634.985.049.089,- atau 89,45%, sisa dana tidak terserap sebesar Rp.74.878.052.911,- tersebut diantaranya merupakan sisa belanja pegawai, transito dan efisiensi pemanfaatan anggaran.
1.1. Latar Belakang
Dalam rangka memenuhi amanah dari Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang dijabarkan dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, bahwa setiap instansi pemerintah wajib secara berjenjang untuk menyusun Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, sebagai
wujud pertanggungjawaban atas seluruh tugas dan kewajiban yang diamanatkan, tidak
terkecuali Sekretariat Jenderal Kementerian Perhubungan sebagai salah satu Unit Kerja Eselon I di lingkungan Kementerian Perhubungan, mengingat disamping bertanggungjawab dalam penyelenggaraan kegiatan dan pengelolaan sumber daya untuk mendukung peningkatan kinerja Kementerian Perhubungan, Sekretariat Jenderal memiliki peran dan tanggungjawab dalam penyelenggaraan administrasi untuk mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi Kementerian Perhubungan secara efektif, efisien, transparan dan akuntabel yang dilayani oleh sumber daya manusia yang profesional.
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2016 merupakan salah satu perwujudan tekad untuk senantiasa bersungguh-sungguh mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan di
lingkungan Sekretariat Jenderal dengan berdasarkan pada prinsip Good Governance yang
sekaligus merupakan tolok ukur keberhasilan Sekretariat Jenderal dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya selama kurun waktu tahun 2016, yang secara transparan menggambarkan sejauh mana pencapaian kinerja melalui upaya-upaya strategis dan operasional yang telah dilakukan dalam mencapai tujuan dan sasaran strategisnya jika dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan di awal tahun dalam kerangka pemenuhan visi dan misi yang telah ditetapkan, yang pada gilirannya penyajian Laporan Kinerja ini bertujuan untuk memberikan informasi kinerja yang terukur kepada Menteri
Perhubungan atas kinerja yang telah dan seharusnya dicapai, dan sebagai upaya perbaikan berkesinambungan bagi Sekretariat Jenderal untuk meningkatkan kinerjanya.
1.2. Kedudukan, Tugas dan Fungsi
Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 189 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan, Sekretariat Jenderal adalah unit organisasi yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Perhubungan dan mempunyai tugas melaksanakan serta menyelenggaraan koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit organisasi di lingkungan Kementerian Perhubungan.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Sekretariat Jenderal menyelenggarakan fungsi:
a. Koordinasi kegiatan Kementerian Perhubungan;
b. Koordinasi dan penyusunan rencana, program dan anggaran Kementerian
Perhubungan;
c. Pembinaan dan pemberian dukungan administrasi yang meliputi ketatausahaan,
kepegawaian, keuangan, kerumahtanggaan, kerja sama, hubungan masyarakat, arsip, dan dokumentasi Kementerian Perhubungan;
d. Pembinaan dan penyelenggaraan organisasi dan tata laksana;
e. Koordinasi dan penyusunan peraturan perundang-undangan serta pelaksanaan
advokasi hukum;
f. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara dan layanan pengadaan barang/jasa
pemerintah;
g. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
1.2.1. Struktur Organisasi
Untuk melaksanakan tugas dan fungsi tersebut, sesuai dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 189 tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan, struktur organisasi Sekretariat Jenderal, terdiri dari :
rencana, program, dan anggaran Kementerian Perhubungan;
b. Biro Kepegawaian dan Organisasi, mempunyai tugas melaksanakan pembinaan
dan pemberian dukungan administrasi kepegawaian, penataan organisasi dan tata laksana, serta administrasi reformasi birokrasi di lingkungan Kementerian Perhubungan;
c. Biro Keuangan dan Perlengkapan, mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan
dan pembinaan administrasi dan pelaporan keuangan serta
perlengkapan/barang milik negara di lingkungan Kementerian Perhubungan;
d. Biro Hukum, mempunyai tugas melaksanakan koordinasi dan penyusunan
peraturan perundang-undangan serta pelaksanaan advokasi hukum;
e. Biro Kerja Sama, mempunyai tugas melaksanakan koordinasi dan pembinaan
pelaksanaan kerja sama dan kemitraan/investasi dalam negeri, kerja sama luar negeri, serta ratifikasi konvensi dan perjanjian internasional di bidang transportasi;
f. Biro Umum, mempunyai tugas melaksanakan pembinaan dan pemberian
dukungan urusan keprotokolan, ketatausahaan, arsip, kerumahtanggaan, serta penyiapan perencanaan dan keuangan Sekretariat Jenderal; dan
g. Biro Komunikasi dan Informasi Publik, mempunyai tugas melaksanakan
pembinaan dan pemberian dukungan pelaksanaan komunikasi dan informasi publik.
Selanjutnya dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi, Sekretariat Jenderal dilengkapi pula dengan unsur-unsur unit kerja penunjang setingkat eselon II dan bertanggungjawab ke Menteri Perhubungan, dan dalam menjalankan kegiatan operasional berada di bawah Sekretariat Jenderal, yaitu:
a. Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Perhubungan (Pustikom
Perhubungan), mempunyai tugas melaksanakan penyusunan rencana strategis dan kebijakan, pengembangan sistem, serta pengelolaan data dan layanan operasional sistem teknologi informasi dan komunikasi; dan
b. Pusat Pengelolaan Transportasi Berkelanjutan (PPTB), mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan kebijakan lingkungan hidup, peningkatan sistem dan inovasi pelayanan transportasi yang berkelanjutan.
Selain itu, terdapat juga unsur-unsur penunjang lainnya yang ada saat ini adalah:
a. Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), mempunyai tugas
melaksanakan investigasi kecelakaan transportasi, memberikan rekomendasi hasil investigasi kecelakaan transportasi kepada pihak terkait dan memberikan saran dan pertimbangan kepada Presiden berdasarkan hasil investigasi kecelakaan transportasi dalam rangka mewujudkan keselamatan transportasi; dan
b. Mahkamah Pelayaran (Mahpel), mempunyai tugas melaksanakan pemeriksaan
lanjutan kecelakaan kapal.
Struktur organisasi Sekretariat Jenderal Kementerian Perhubungan dan keberadaan kedua pusat sebagai unsur penunjang Sekretariat Jenderal Kementerian Perhubungan sesuai Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 189 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan tertera pada Gambar I.1 dan Gambar I.2
Gambar I.1 Bagan Struktur Organisasi Sekretariat Jenderal Kementerian Perhubungan BAGIAN PERENCANAAN KEPEGAWAIAN BAGIAN PENGEMBANGAN KEPEGAWAIAN BAGIAN ORGANISASI TATALAKSANA
BIRO KOMUNIKASI & INFORMASI PUBLIK BIRO
PERENCANAAN
SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERHUBUNGAN BIRO KEPEGAWAIAN & ORGANISASI BIRO KEUANGAN & PERLENGKAPAN BIRO HUKUM BIRO UMUM BIRO
KERJASAMA KOMUNIKASI DAN BIRO
INFORMASI PUBLIK BAGIAN PROGRAM BAGIAN RENCANA BAGIAN PENTARIFAN & PELAPORAN BAGIAN ANALISA & EVALUASI BAGIAN MUTASI, KESEJAHTERAAN, & DISIPLIN PEGAWAI BAGIAN PERAT. TRANS. LAUT BAGIAN PERAT. TRANS. UDARA &
MULTIMODA BAGIAN PERAT. TRANS. DARAT & PERKERETAAPIAN
BAGIAN PERJANJIAN & ADVOKASI HUKUM
BAGIAN KERJASAMA DALAM NEGERI BAGIAN KERJASAMA BILATERBBAGIAN KERJASAMA BILATERAL BAGIAN KERJASAMA MULTILATERAL BAGIAN AKUNTANSI BAGIAN PERBENDAHARAAN & PNBP BAGIAN PELAKSANAAN ANGGARAN BAGIAN PERLENGKAPAN & LAYANAN PENGADAAN BAGIAN TU KEMENTERIAN BAGIAN TU PIMPINAN& KEPROTOKOLAN BAGIAN RUMAH TANGGA BAGIAN PERENCAAN & KEUANGAN BAGIAN PERENCANAAN STRATEGI EKOMUNIKASI DAN EVALUASI
BAGIAN MEDIA MASSA & OPINI PUBLIK
BAGIAN PUBLIKASI & PELAYANAN INFORMASI
Gambar I.2 Kedudukan Pustikom dan PPTB dalam Struktur Organisasi Kementerian Perhubungan MAHKAMAH PELAYARAN BAGIAN TATA USAHA DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA INSPEKTORAT
JENDERAL SEKRETARIAT JENDERAL
DIREKTORAT JEBDERAL PERHUBUNGAN DARAT DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN PERKERETAAPIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
PERHUBUNGAN
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
PERHUBUNGAN
PUSAT TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI PERHUBUNGAN
PUSAT PENGELOAAN TRANSPORTASI BERKELANJUTAN
MENTERI PERHUBUNGAN
1. Bidang Teknologi, Lingkungan danEnergi Perhubungan;
2. Bidang Hukum dan Reformasi Birokrasi Perhubungan; 3. Bidang Logistik, Multimoda dan
Keselamatan Perhubungan; 4. Bidang Ekonomi Kawasan dan
Kemitraan Perhubungan.
STAF AHLI
7
1.3. Sumber Daya
1.3.1. Sumber Daya Manusia
Jumlah sumber daya manusia yang dimiliki Unit Kerja Eselon I Sekretariat Jenderal posisi 31 Desember 2016 berdasarkan data yang diperoleh dari Biro Kepegawaian dan Organisasi sebanyak 826 (delapan ratus dua puluh enam) orang yang dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin, dengan komposisi perbandingan laki-laki dan perempuan sebagaimana tabel berikut :
Tabel I. 1
Jumlah SDM Sekretariat Jenderal Berdasarkan Jenis Kelamin
No UNIT KERJA LAKI-LAKI % PEREMPUAN % JUMLAH
1 Biro Perencanaan 40 58 29 42 69
2 Biro Kepegawaian dan Organisasi 44 58 32 42 76
3 Biro Keuangan dan Perlengkapan 50 67 25 33 75
4 Biro Hukum 42 64 24 36 66
6 Biro Kerja Sama 9 47 10 53 19
5 Biro Umum 167 68 77 32 244
7 Biro Komunikasi dan Informasi Publik 32 53 28 47 60
8 Pusat Pengelolaan Transportasi
Berkelanjutan
34 68 16 32 50
9 Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Perhubungan
36 71 15 29 51
10 Mahkamah Pelayaran 37 70 16 30 53
11 Sekretariat Komite Nasional
Keselamatan Transportasi
40 73 15 27 55
12 Sekretariat Pengurus Unit Nasional KORPRI
4 50 4 50 8
JUMLAH 535 65 291 35 826
8
Tabel I. 2
Jumlah SDM Sekretariat Jenderal Berdasarkan Golongan
Gambar I.3 Komposisi SDM Sekretariat Jenderal Berdasarkan Golongan Tahun 2016
Sumber : Biro Kepegawaian & Organisasi (Desember 2016)
IV 14% III 65% II 21% I 0%
Jumlah
IV III II INO. GOLONGAN JUMLAH
1. IV 115
2. III 537
3. II 172
4 I 2
9
Tabel I. 3
Jumlah SDM Sekretariat Jenderal Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Gambar I. 4 Komposisi SDM Sekretariat Jenderal Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2016
Sumber : Biro Kepegawaian & Organisasi (Desember 2016)
Dalam rangka meningkatkan profesionalitas pegawai dalam mendorong terwujudnya sistem pemerintahan yang baik, bersih, dan akuntabel, selain proses rekruitmen yang baik dan benar dan program pendidikan dan pelatihan (diklat) untuk pengembangan kapasitas pegawai, juga diperlukan sistem pemberian
0 50 100 150 200 250 300 350 Jumlah 7 9 252 0 3 78 6 309 1 155 6 SD/SR SLTP SLTA D 1 D 2 D 3 D 4 S 1 Spesialis S 2 S 3
NO. PENDIDIKAN JUMLAH
1 SD/SR 7 2 SLTP 9 3 SLTA 252 4 D 1 0 5 D 2 3 6 D 3 78 7 D 4 6 8 S 1 309 9 Spesialis 1 10 S 2 155 11 S 3 6
10
reward and punishment yang tepat dan efektif atas kinerja pegawai. Selama
tahun 2016, reward and punishment yang telah dilaksanakan di lingkungan
Sekretariat Jenderal berdasarkan data yang diperoleh dari Biro Kepegawaian dan Organisasi adalah sebagai berikut :
a. Pemberian reward berupa kenaikan pangkat/jabatan diantaranya 31 orang
dilantik untuk menduduki jabatan administrator, 2 orang dilantik untuk menduduki jabatan pengawas;
b. Pemberian punishment pada kasus pelanggaran disiplin yaitu 8 orang
dengan rincian penurunan pangkat/pemecatan sebanyak 5 orang dan pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai PNS sebanyak 3 orang.
1.3.2. Sumber Daya Keuangan
Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, Sekretariat Jenderal didukung pula dengan sumber daya keuangan yang berasal dari DIPA Tahun 2016, dengan alokasi anggaran sebesar Rp. 884.289.420.000,- (delapan ratus delapan puluh empat milyar dua ratus delapan puluh sembilan juta empat ratus dua puluh ribu rupiah).
Namun dalam perkembangannya di tahun berjalan terdapat perubahan anggaran yang semula sebesar Rp. 884.289.420.000,- (delapan ratus delapan puluh empat milyar dua ratus delapan puluh sembilan juta empat ratus dua puluh ribu
rupiah) menjadi Rp. 709.863.102.000,- (tujuh ratus sembilan miliar delapan ratus
enam puluh tiga juta seratus dua ribu rupiah) dikarenakan adanya penghematan tahap 5 sebesar Rp. 174.426.318.000,- (seratus tujuh puluh empat miliar empat ratus dua puluh enam juta tiga ratus delapan belas ribu rupiah) dan revisi/realokasi anggaran dari Kantor Pusat Sekretariat Jenderal (Biro Umum) ke Ditjen Perkeretaapian dan Ditjen Perhubungan Darat untuk kenaikan Belanja Pegawai di lingkungan Ditjen Perkeretaapian dan Ditjen Perhubungan Darat sehingga mengakibatkan berkurangnya alokasi anggaran Sekretariat Jenderal yang secara total sebesar Rp. 35.525.413.000,- (tiga puluh lima milyar lima ratus
11
dua puluh lima juta empat ratus tiga belas ribu rupiah), dengan rincian alokasi anggaran per unit kerja Eselon II sebagai berikut :
Tabel I. 4
Alokasi Anggaran Per Unit Kerja Eselon II Sekretariat Jenderal TA. 2016
No Unit Kerja Alokasi Anggaran (Rp.) Total
Belj. Pegawai Belj. Barang Belj. Modal
1 Biro Perencanaan - 17.581.737.000 6.763.442.000 24.345.179.000 2 Biro Kepegawaian
dan Organisasi - 41.423.944.000 339.250.000 41.763.194.000 3 Biro Keuangan dan Perlengkapan
- 24.025.399.000 2.448.895.000 26.474.294.000 4 Biro Hukum - 21.586.474.000 902.325.000 22.488.799.000 5 Biro Kerjasama - 8.026.855.000 151.226.000 8.178.081.000 6 Biro Umum 121.953.789.000 160.065.350.000 71.329.333.000 353.348.472.000 7 Biro KIP 767.465.000 51.604.198.000 107.770.000 52.479.433.000 8 PPTB 3.361.281.000 14.488.286.000 5.165.307.000 23.014.874.000 9 PUSTIKOM 3.604.027.000 38.592.730.000 43.841.109.000 86.037.866.000 10 KNKT - 30.948.168.000 2.773.897.000 33.722.065.000 11 Mahkamah Pelayaran 4.135.366.000 13.110.444.000 1.748.000.000 19.029.810.000 12 Atase Perhubungan - 18.981.035.000 - 18.981.035.000 Total 133.821.928.000 440.434.620.000 135.606.554.000 709.863.102.000 Sumber : e-Monitoring Kemenhub, 23 Januari 2017
1.4. Isu Strategis dan Permasalahan
Dalam menyelenggarakan tujuan dan sasarannya, terdapat beberapa isu strategis dan permasalahan yang dihadapi oleh Sekretariat Jenderal, yaitu sebagaimana yang dijabarkan dalam sub bab berikut:
1.4.1. Isu Strategis
Isu strategis merupakan kondisi yang harus diperhatikan/dikedepankan dalam perbaikan organisasi di masa datang. Pada unit organisasi Sekretariat Jenderal, beberapa isu strategis yang menjadi perhatian, antara lain terkait dengan :
a. Aspek perencanaan, yaitu penerapan e-Planning dalam sistem perencanaan dan
penganggaran termasuk optimalisasi pemanfaatan e-Performance untuk
12
b. Aspek organisasi, tata laksana dan kepegawaian, yaitu restrukturisasi organisasi
dan penguatan profesionalisme SDM aparatur;
c. Aspek pengelolaan administrasi keuangan dan perlengkapan/barang milik
negara di lingkungan Kemenmhub, yaitu peningkatan monitoring dan evaluasi pelaksanaan dan pertanggungjawaban anggaran percepatan penyelesaian tindak lanjut Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) oleh BPK;
d. Aspek perundang-undangan dan legalitas hukum di lingkungan Kementerian
Perhubungan, yaitu percepatan penyelesaian penyusunan peraturan perundang-undangan yang terkait peningkatan keselamatan, keamanan, dan pelayanan transportasi serta mendukung dunia usaha/perekonomian nasional, serta mendukung iklim kemudahan investasi di sektor transportasi;
e. Aspek kerja sama, dengan isu strategis peningkatan monitoring dan evaluasi
pelaksanaan kerja sama kemitraan/investasi dalam dan luar negeri dan peningkatan peran serta Indonesia dalam sidang nasional dan internasional;
f. Aspek administrasi dan pengelolaan pelayanan penunjang di lingkungan
Kemenhub yaitu peningkatan layanan sarana dan prasarana kantor pusat Kemenhub dan peningkatan layanan administrasi perkantoran Kemenhub;
g. Aspek Pengelolaan Data dan Informasi Perhubungan adalah pelaksanaan
e-Government yang menawarkan layanan kepada pihak-pihak terkait
(stakeholders) dengan Pemerintah;
h. Aspek komunikasi publik dan pemberian informasi di bidang perhubungan
adalah peningkatan layanan dan kualitas informasi publik dengan melakukan
pemberian informasi langsung pada ruang layanan informasi secara online
pada ppid.dephub.go.id;
i. Aspek dukungan manajemen pengelolaan kebijakan lingkungan hidup, penataan
sistem, dan inovasi pelayanan transportasi yang berkelanjutan, yaitu penataan sistem dan inovasi pelayanan sarana prasarana transportasi yang handal, berdaya saing dan memberikan nilai tambah yang memperhatikan aspek sosial, ekonomi dan lingkungan;
13
j. Aspek penegakan hukum di bidang keselamatan pelayaran, yaitu menyusun
regulasi dan pedoman dalam pelaksanaan tugas Hakim/anggota Mahkamah Pelayaran dalam kapasitasnya sebagai tim majelis dalam sidang pemeriksaan lanjutan kecelakaan kapal;
k. Aspek pemeriksaan lanjutan kecelakaan moda transportasi, yaitu penambahan
dan peningkatan SDM investigator kecelakaan dan peningkatan kebutuhan sarana dan prasarana investigasi kecelakaan transportasi.
1.4.2. Permasalahan
Keberhasilan suatu organisasi akan sangat ditentukan oleh kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan, baik secara internal maupun eksternal. Untuk dapat selalu beradaptasi dengan perubahan lingkungan yang cepat dan sulit diprediksi, setiap organisasi perlu memperhatikan lingkungan internal dan eksternal terkait permasalahan yang mempengaruhi organisasi dalam suatu proses perencanaan. Pemetaan terhadap permasalahan Sekretariat Jenderal tersebut dapat dilihat dari aspek-aspek berikut :
a. Aspek Perencanaan
Salah satu permasalahan yang cukup mendasar saat ini adalah belum ada indikator yang jelas untuk mengukur efektifitas pengelolaan anggaran dalam beberapa program/kegiatan, terutama terkait dengan tingkat korelasi dan konsistensi antara tugas fungsi dengan kegiatan yang dilaksanakan. Hal ini di indikasikan dari beberapa permasalahan yang sudah berlangsung cukup lama namun belum sepenuhnya dapat ditangani dan diselesaikan secara baik, seperti lemahnya koordinasi perencanaan antara unit kerja di lingkungan Kementerian Perhubungan dengan pemerintah provinsi/kabupaten/kota dan belum optimalnya pemanfaaatan tata ruang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Reformasi kebijakan Pemerintah di bidang perencanaan dan penganggaran memerlukan sinkronisasi dan penyesuaian terhadap mekanisme perencanaan program dan anggaran dalam lingkup internal Kementerian Perhubungan. Hal
14
ini berimplikasi pada berubahnya struktur program dan anggaran yang lebih berorientasi pada efisiensi dan capaian kinerja di setiap unit kerja lingkup Kementerian Perhubungan. Di sisi lain, masih diperlukan upaya-upaya yang lebih terarah dalam rangka mewujudkan efisiensi perencanaan anggaran lingkup Kementerian Perhubungan.
Monitoring dan evaluasi lingkup perencanaan program dan anggaran yang dilaksanakan saat ini umumnya belum berjalan efektif, sehingga kendala dan permasalahan yang ditemukan belum sepenuhnya dapat ditindaklanjuti penyelesaiannya.
b. Aspek organisasi, tatalaksana, dan kepegawaian
Besarnya organisasi Kementerian Perhubungan menjadi tantangan utama dalam penataan kelembagaan yang baik (baik fungsi organisasi Kantor Pusat dan kelembagaan UPT daerah), khususnya untuk kelembagaan Unit Pelaksana Teknis di daerah. Belum optimalnya Ketersediaan dan tuntutan SDM transportasi yang memenuhi standar kompetensi menjadi masalah yang dihadapi selain kebijakan moratorium penerimaan PNS karena menjadi kebijakan yang bertolak belakang. Selanjutnya adanya kebijakan tuntutan peningkatan pelayanan kepada publik dibidang transportasi melalui pembentukan BLU juga menjadi permasalahan karena terdapat kriteria pokok untuk pembentukannya. Bentuk dan struktur serta susunan organisasi belum disesuaikan untuk semua fungsi, terutama dikaitkan dengan penyesuaian kewenangan terkait Undang-undang nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Fungsi pada Unit Pelaksana Teknis (UPT) perlu dipertajam agar beban kerja dapat tepat dan proporsional, mengingat belum optimalnya pelaksanaan tugas dan fungsi pada sejumlah UPT.
15
c. Aspek Pengelolaan Administrasi Keuangan dan Perlengkapan/Barang Milik
Negara di Lingkungan Kementerian Perhubungan
Diperlukan komitmen seluruh jajaran mulai dari pimpinan sampai staf untuk mempertahankan Laporan Keuangan Kementerian Perhubungan dengan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Dalam mewujudkan target dimaksud terdapat tantangan yang berkenaan dengan kualitas Laporan Keuangan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) di dalam Penyusunan, Penyajian dan Pengungkapan secara memadai terhadap temuan dan rekomendasi BPK yang masih mendapat status dalam proses atau belum ditindaklanjuti atas Laporan Keuangan pada tahun-tahun sebelumnya, penatausahaan Aset Tak Berwujud di lingkungan Kemenhub dalam rangka memenuhi kriteria Aset Tak Berwujud dengan Standar Akuntansi Pemerintah termasuk tata cara penghapusannya, serta masih terdapatnya tanah-tanah yang belum bersertifikat.
d. Aspek Perundang-undangan dan Legalitas Hukum di Lingkungan Kementerian
Perhubungan
Masih terdapat beberapa permasalahan terkait Perundang-undangan dan legalitas hukum di lingkungan Kementerian Perhubungan antara lain :
1) Belum optimalnya pelaksanaan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 69
Tahun 2016 tentang Perubahan atas PM 82 Tahun 2013 tentang Tata Cara Tetap Pelaksanaan Penyusunan Peraturan Perundang-undangan, Kesepakatan Bersama dan Perjanjian Kerjasama di Lingkungan Kementerian Perhubungan, terutama dalam proses perencanaan dan koordinasi dengan unit kerja terkait;
2) Terbatasnya SDM perancang peraturan perundang-undangan dan diklat
jabatan fungsional perancang peraturan perundang-undangan;
3) Belum optimalnya sosialisasi peraturan perundang-undangan kepada
16
4) Belum optimalnya koordinasi dengan unit kerja terkait dalam proses
deregulasi dalam rangka simplifikasi peratuan perundang-undangan di bidang transportasi.
e. Aspek Kerja Sama
Permasalahan yang dihadapi Biro Kerja Sama,diantaranya :
1. Kerja Sama Dalam Negeri
a) Terbatasnya jumlah SDM untuk melaksanakan tugas fungsi kegiatan Kerja
Sama Dalam Negeri;
b) Belum adanya kesamaan pemahaman pada semua stakeholder untuk
dapat mengimplementasikan pelaksanaan kerjasama kemitraan/investasi pemerintah dengan Badan Usaha bersadarkan peraturan yang berlaku;
c) Terdapat kesulitan dalam berkoordinasi untuk memperoleh data
proyek-proyek kegiatan yang potensial untuk dikerjasamakan dari unit teknis;
d) Belum tersedianya Peraturan Menteri Perhubungan terkait adanya
perubahan PP No. 67 Tahun 2005 menjadi PP No. 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur;
e) Belum maksimalnya fungsi Biro Kerja Sama sebagai koordinator dalam
proses pelaksanan kerja sama kemitraan/investasi dalam negeri dikarenakan belum ada upaya melakukan revisi atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 90 Tahun 2010 tentang Pembentukan simpul Kerja Sama Pemerintah Swasta (KPS) Kementerian Perhubungan) disebutkan bahwa ketua harian pelaksanaan KPS adalah Kepala Pusat Kajian Kemitraan dan Pelayanan Jasa Transportasi dimana unit tersebut saat ini telah dihapus dan saat ini tugas ketua harian dimaksud seharusnya menjadi tugas Biro Kerja Sama sesuai Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 189 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan.
17
a) Keterbatasan SDM dari segi kuantitas dan kompetensi mengingat SDM
yang ada tidak sebanding dengan beban kerja yang cukup tinggi;
b) Terdapat kesulitan dalam berkoordinasi untuk memperoleh data kerja
sama bilateral, sub regional dan multi lateral dari unit teknis dan instansi terkait.
f. Aspek Administrasi dan Pengelolaan Pelayanan Penunjang di Lingkungan
Kementerian Perhubungan
1. Kapasitas ruang perkantoran yang tidak sesuai kebutuhan :
a) Gedung Cipta dibangun pada tahun 1978 sehingga dilihat dari usia teknis
dan ekonomis sudah terjadi penurunan kualitas;
b) Sejak Gedung Cipta dibangun, telah terjadi beberapa kali pengembangan
organisasi di Kementerian Perhubungan, hal ini terkait langsung dengan meningkatnya kebutuhkan ruang kerja bagi kegiatan harian. Selain itu, terdapat beberapa kebutuhan ruangan layanan seperti kantor pelayanan satu atap serta adanya kebutuhan fasilitas penunjang yaitu ruang untuk kebutuhan khusus, dan pelayanan informasi publik.
2. Dengan adanya perubahan nomenklatur di Kementerian Perhubungan
sebagaimana tercantum dalam PM 189 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan serta beberapa perkembangan, baik dari lingkungan internal maupun eksternal di Kementerian Perhubungan, antara lain berubahnya Struktur Organisasi maupun dengan telah diberlakukannya Keputusan Menteri PAN dan RB Nomor 80 tahun 2012 tentang Pedoman Tata Naskah Dinas berdampak pada perubahan-perubahan pada Sistem Administrasi Perkantoran Kementerian Perhubungan, yang terakhir berupa Keputusan Menteri Perhubungan Nomor PM 95 Tahun 2016 tentang Sistem Administrasi Perkantoran (SAP) Kementerian Perhubungan.
18
g. Aspek Pengelolaan Data dan Informasi Perhubungan
Beberapa permasalahan dalam Pengelolaan Data dan Informasi antara lain :
1) Masih lemahnya penerapan alur data dan informasi di lingkungan
Kementerian Perhubungan melalui efisiensi, efektifitas dan kesinambungan pelaporan data dan informasi perhubungan oleh Direktorat Jenderal, Badan dan Penunjang, sehingga di dalam penyediaan data masih mengalami penundaan dari masing-masing sumber data (Direktorat Jenderal, Badan dan Penunjang) karena belum berjalannya pertukaran data dan informasi secara
real time;
2) Masih terbatasnya SDM yang menguasai teknologi informasi dan komunikasi
pada masing-masing unit Eselon I serta UPT, sehingga belum menciptakan kesadaran akan pentingnya penerapan teknologi informasi dan komunikasi pada seluruh sektor pekerjaan dimasing-masing unit kerja.
h. Aspek Pemberian Informasi di Bidang Perhubungan
Beberapa permasalahan tergambar sebagai berikut :
1) Sumber daya manusia
Belum seluruh pegawai Kementerian Perhubungan memahami mengenai materi undang-undang keterbukaan informasi publik sehingga kewajiban badan publik sebagaimana yang diatur dalam undang-undang keterbukaan informasi publik belum dapat terlaksana dengan baik. Pelayanan informasi yang bersifat desentralisasi memerlukan pemahaman yang sama akan pemberian pelayanan informasi secara cepat dan tepat waktu, biaya ringan, dan cara sederhana serta kesiapan masing masing unit kerja terhadap mekanisme yang berlaku, sehingga pemenuhan permohonan informasi dapat dilakukan secara efisien. Dengan demikian, masing masing unit kerja di lingkungan Kementerian Perhubungan dapat menyelenggarakan sistem informasi dan dokumentasi dalam rangka informasi publik secara bertingkat dan sesuai dengan tugas dan fungsinya.
19
2) Prosedur pelayanan informasi
Sistem pengelolaan dokumen yang merupakan bahan informasi publik yang belum terintegrasi sehingga menyulitkan pelayanan informasi yang dilakukan oleh Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID). Pemutakhiran informasi publik secara tepat waktu, untuk pelayanan informasi yang lebih baik kepada publik dan revisi PM Nomor 72 tahun 2010 tentang Standar Prosedur Operasional Layanan Informasi Publik di Lingkungan Kementerian Perhubungan.
3) Belum optimalnya integrasi perencanaan dan pelaksanaan publikasi dan
komunikasi publik dengan sub sektor dan badan.
i. Aspek Dukungan Manajemen Pengelolaan Kebijakan Lingkungan Hidup,
Penataan Sistem dan Inovasi Pelayanan Transportasi yang Berkelanjutan
Isu lingkungan hidup termasuk dalam prioritas pembangunan nasional. Namun tingkat kepedulian dan pemenuhan ketentuan pengelolaan lingkungan hidup di lingkup sektor transportasi masih belum optimal, hal tersebut mengakibatkan kurang terintegrasinya perencanaan pembangunan karena perbedaan prioritas kegiatan yang ditetapkan. Disamping hal tersebut perkembangan isu strategis yang sangat dinamis serta koordinasi yang belum optimal mempengaruhi
outcome dari program kegiatan dan evaluasi kebijakan yang telah
dilaksanakan.
j. Aspek Penegakan Hukum di Bidang Keselamatan Pelayaran
Beberapa permasalahan dalam bidang penegakan hukum di bidang keselamatan pelayaran yaitu lain :
1) Belum ada upaya maksimal yang dilakukan Ditjen Perhubungan Laut untuk
menindaklanjuti putusan Mahkamah Pelayaran dengan memerintahkan secara tertulis kepada UPT untuk melaksanakan eksekusi putusan Mahkamah Pelayaran kepada Tersangkut (nahkoda atau pemimpin kapal dan atau perwira kapal);
20
2) Jadwal waktu proses penyelesaian pemeriksaan lanjutan kecelakaan kapal
oleh Mahkamah Pelayaran sebagaimana yang ditetapkan oleh PP No 1 Tahun 1998 tentang Pemeriksaan Kecelakaan Kapal selama 180 (seratus delapan puluh) hari dinilai kurang efektif dan efisien sehingga rekomendasi putusan Mahkamah Pelayaran terhadap pengenaan sanksi administrasi berupa pencabutan sementara sertifikat kepelautan kepada Tersangkut tidak ditindaklanjuti secara optimal;
3) Tidak terpenuhinya kuota komposisi Hakim/anggota Mahkamah Pelayaran
disebabkan karena promosi dan pensiun yang dipersyaratkan memiliki kualifikasi pendidikan tertentu sehingga proses rekrutmen Hakim/anggota Mahkamah Pelayaran tersebut memerlukan waktu yang lama.
k. Aspek Pemeriksaan Awal dan Pemeriksaan Lanjutan Kecelakaan Moda
Transportasi.
Beberapa permasalahan terkait pemeriksaan lanjutan kecelakaan moda transportasi antara lain :
1. Belum terpenuhinya kuota 10 (sepuluh) investigator untuk masing-masing
moda transportasi sehingga menyebabkan terhambatnya pembuatan laporan akhir investigasi kecelakaan transportasi;
2. Belum adanya suatu pedoman tentang penataan sistem pemberian hak
keuangan dan fasilitas lainnya bagi anggota KNKT dan investigator terkait dengan pencapaian kinerja serta pedoman tentang tingkatan kelas jabatan Investigator;
3. Masih banyaknya pihak terkait yang tidak secara penuh melaksanakan
rekomendasi yang telah diterbitkan oleh KNKT, untuk melaksanakan peningkatan keselamatan;
4. Sebagai hasil tindak lanjut ratifikasi Organisasi Penerbangan Sipil
Internasional (ICAO) secara otomatis KNKT patuh terhadap hasil audit yang mereka keluarkan guna pengembangan organisasi ke depannya, hasil audit
21
ICAO terhadap Corrective Action Plan (CAP) area ORG pada Protocol
Question (PQ) 2.205 adalah sebagai berikut :
a) CAP yang disusun tidak menjelaskan bahwa KNKT akan mengalokasikan
gedung untuk mengakomodir para investigator dalam melaksanakan investigasi kecelakaan secara efektif;
b) ICAO beranggapan bahwa ruangan bagi investigator tetap (full time
investigator) tidak kondusif untuk bekerja secara efisien dan tidak dapat
menjaga privasi dalam diskusi-diskusi yang bersifat rahasia/tertutup.
5. Mengupayakan peningkatan legalisasi KNKT menjadi Peraturan Pemerintah
yang pada saat ini hanya diatur dengan Peraturan Presiden;
6. Seiring dengan kemajuan teknologi di bidang sarana dan prasarana serta
fasilitas moda transportasi akan menuntut peningkatan kemampuan analisa investigator;
7. Jumlah PNS selaku staf pendukung tugas dan fungsi KNKT baik secara
teknis maupun administratif masih kurang.
1.5. Sistematika Laporan
Sistematika penyajian Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal tahun 2016 mengacu pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kementerian PAN & RB) Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, dengan susunan sebagai berikut :
1. BAB I PENDAHULUAN
Penjelasan umum organisasi, dengan penekanan kepada aspek strategis
organisasi serta permasalahan utama (strategic issues)
2. BAB II PERENCANAAN KINERJA
22
3. BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
a. Capaian Kinerja Organisasi
Disajikan sesuai dengan hasil pengukuran kinerja organisasi dan dilakukan analisis capaian kinerja untuk setiap pernyataan kinerja.
b. Realisasi Anggaran
Diuraikan realisasi anggaran yang digunakan untuk mewujudkan kinerja organisasi sesuai dengan dokumen perjanjian kinerja.
4. BAB IV PENUTUP
Kesimpulan umum atas capaian kinerja organisasi serta langkah di masa mendatang yang akan dilakukan organisasi untuk meningkatkan kinerjanya. LAMPIRAN :
Perjanjian Kinerja
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BIRO PERENCANAAN 2014
1
2.1. Perencanaan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2016
Perencanaan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2016 merupakan penjabaran lebih lanjut dari perencanaan strategis jangka menengah tahun 2015-2019, yang didalamnya memuat seluruh sasaran program dan target kinerja yang hendak dicapai dalam satu tahun mendatang dengan menunjukkan sejumlah
Indikator Kinerja Utama (Key Performance Indicators) yang relevan. Indikator
dimaksud meliputi indikator–indikator pencapaian sasaran dan Indikator Kinerja Utama (IKU).
Perencanaan Kinerja tersebut dijelaskan dalam dokumen Rencana Kinerja Tahunan dan Penetapan/Perjanjian Kinerja.
Perjanjian Kinerja dimaksudkan untuk lebih merinci dan memperjelas target-target dan program kegiatan yang akan dicapai dalam waktu satu tahun agar dapat dilaksanakan dengan lebih terencana dan terarah.
Penetapan/Perjanjian Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2016 memberi informasi mengenai :
1. Sasaran Program (SP), Indikator Kinerja Utama (IKU) dan target yang akan
dicapai pada periode Tahun 2016;
2. Program yang akan dilaksanakan selama 1 (satu) tahun ke depan;
3. Total alokasi anggaran dalam DIPA Sekretariat Jenderal Tahun 2016.
Sasaran Program, Indikator Kinerja Utama beserta Satuan Ukur yang tercantum dalam Perjanjian Kinerja Sekretariat Jenderal tahun 2016 adalah standar sebagaimana telah ditetapkan melalui Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : PM. 68 Tahun 2012 tentang Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Kementerian Perhubungan, dimana di dalamnya dijelaskan bahwa Unit Kerja Sekretariat Jenderal memiliki 13 (tiga belas) butir SP dengan 28 (dua puluh delapan) butir IKU. Sedangkan target yang tercantum merupakan bentuk
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BIRO PERENCANAAN 2014
2
komitmen perjanjian kinerja yang akan diupayakan untuk dicapai dalam periode tahun 2016.
Untuk mencapai Sasaran Program (SP), Indikator Kinerja Utama (IKU) dan target yang telah ditetapkan pada periode tahun 2016, kegiatan dan alokasi anggaran Sekretariat Jenderal yang tertuang dalam Rencana Kinerja Tahunan Sekretariat Jenderal Tahun 2016, sebagai berikut :
Tabel II.1
Rencana Kinerja Tahunan Sekretariat Jenderal Tahun 2016
No Kegiatan Alokasi (Rp. 000)
Awal Revisi
1. Penyusunan Dokumen Rencana, Program, Evaluasi serta Penetapan Kebijakan Pentarifan di sektor Perhubungan
Rp. 30.021.813 Rp. 24.345.179
2. Pembinaan dan Pengelolaan kepegawaian Rp. 56.876.345 Rp. 41.763.194
3. Pembinaan dan Pengelolaan Administrasi
Keuangan dan Perlengkapan di Lingkungan Kementerian Perhubungan
Rp. 35.121.6089 Rp. 26.474.294
4. Pembinaan dan Koordinasi Penyusunan Produk
dan Pelayanan Hukum Rp. 36.075.269 Rp. 22.488.799
5. Peningkatan Kerjasama Kemitraan/Investasi
Dalam Negeri dan Kerjasama Luar Negeri dalam Kerangka Regional/Sub Regional, Bilateral dan Multilateral di Bidang Transportasi
Rp. 11.698.328 Rp. 8.178.081
6. Pembinaan Administrasi dan Pengelolaan
Pelayanan Penunjang Pelaksanaan Tugas Rp. 392.923.454 Rp. 353.348.472
7. Pengelolaan Komunikasi Publik dan Pemberian
Informasi di Bidang Perhubungan Rp. 73.928.371 Rp. 52.479.433
8. Pengelolaan Data dan Informasi Perhubungan Rp. 118.015.448 Rp. 86.037.866
9. Terselenggaranya Dukungan Kebijakan Tata Kelola Lingkungan Hidup, Penataan Sistem, dan
Inovasi Pelayanan Transportasi yang
Berkelanjutan
Rp. 27.690.933 Rp. 23.014.874
10. Penegakan Hukum di Bidang Keselamatan
Pelayaran Rp. 21.565.484 Rp. 19.029.810
11. Investigasi Pemeriksaan Lanjutan Kecelakaan
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BIRO PERENCANAAN 2014
3
2.2. Perjanjian Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2016
Perjanjian Kinerja (sebelumnya disebut dengan Penetapan Kinerja) sebagaimana dijelaskan dalam Peraturan PAN & RB Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, merupakan lembar/dokumen yang berisikan penugasan dari pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi yang lebih rendah untuk melaksanakan program/kegiatan yang capaiannya ditunjukkan oleh indikator kinerja dan target.
Dengan adanya reshuffle kabinet Jokowi-JK dan pemotongan anggaran maka
Perjanjian Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2016 mengalami revisi pada Biro Kepegawaian dan Organisasasi dengan penambahan Indikator Kinerja Utama dan perubahan target, sedangkan Pustikom mengalami perubahan target.
Perjanjian Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2016, ditampilkan dalam tabel berikut :
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BIRO PERENCANAAN 2014
4
Tabel II. 2
Matriks Penetapan Perjanjian Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2016
NO SASARAN STRATEGIS (SS) INDIKATOR KINERJA UTAMA
SEBELUM REVISI SETELAH REVISI
UNIT KERJA PELAKSANA SATUAN TARGET SATUAN TARGET
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Peningkatan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Jenderal Kementerian Perhubungan melalui tersedianya dokumen perencanaan,
pemrograman, keebijakan pentarifan, dan dokumen analisa dan evaluasi sebagai acuan dalam
penyelenggaraan perhubungan.
1) Nilai akuntabilitas kinerja Kementerian Perhubungan berdasarkan hasil evaluasi Kemenpan dan Reformasi Birokrasi Nilai BB (71,00) Nilai BB (71,00) Biro Perencanaan 2) Nilai akuntabilitas kinerja
Sekretariat Jenderal berdasarkan hasil evaluasi Inspektorat Jenderal
Nilai AA (93,50)
Nilai AA (93,50) 2 Terwujudnya pengelolaan SDM
Aparatur Perhubungan yang berintegritas, netral, capable, profesional, berkinerja tinggi dan sejahtera serta beretika
3) Jumlah aparatur Kementerian Perhubungan yang ditingkatkan kualitas dan kompetensinya
Orang 355 Orang 355
Biro Kepegawaian 4) Tersusunnya dokumen kebijakan
terkait SDM aparatur di lingkungan Kementerian Perhubungan Dokumen Kebijakan 3 Dokumen Kebijakan 3
3 Terwujudnya organisasi yang tepat fungsi dan tepat sasaran melalui sistem, proses dan tata laksana yang rasional, jelas, efektif, efisien,
5) Penataan organisasi/
kelembagaan dan tata laksana di lingkungan Kementerian Perhubungan Dokumen Kebijakan 3 Dokumen Kebijakan 3
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BIRO PERENCANAAN 2014
5
NO SASARAN STRATEGIS (SS) INDIKATOR KINERJA UTAMA
SEBELUM REVISI SETELAH REVISI
UNIT KERJA PELAKSANA SATUAN TARGET SATUAN TARGET
1 2 3 4 5 6 7 8
terukur, dan sesuai dengan visi
Reformasi Birokrasi 6) Jumlah laporan pelaksanaan program Reformasi Birokrasi di lingkungan Kementerian Jenderal
- - Laporan 1
4 Terwujudnya laporan keuangan Kementerian dengan penilaian opini WTP
7) Opini BPK atas pengelolaan keuangan Kementerian Perhubungan
Opini WTP Opini WTP Biro Keuangan dan Perlengkapan 8) Jumlah aset BMN/Kekayaan
Negara Sekretariat Jenderal yang terinventarisasi
Rp 1.216.415.694.513 Rp 1.216.415.694.513
9) Tingkat penyerapan anggaran di lingkungan Sekretariat Jenderal
% 90 % 90
5 Peningkatan kerjasama
kemitraan/investasi dalam negeri dan kerjasama luar negeri dalam kerangka regional/sub regional, bilateral dan multilateral di bidang transportasi
10)Jumlah Kerjasama
Kemitraan/Investasi Dalam Negeri yang ditindaklanjuti
Proyek 3 Proyek 3
Biro Kerja Sama 11)Jumlah perjanjian internasional
yang ditindaklanjuti dalam kerangka regional/sub regional, bilateral dan multilateral
Proyek 4 Proyek 4
6 Peningkatan penetapan dan kualitas regulasi dalam implementasi
kebijakan sektoral
12)Jumlah peraturan perundang-undangan di sektor transportasi
Peraturan 50 Peraturan 50
Biro Hukum 13)Jumlah peraturan
perundang-undangan terkait pelaksanaan tugas Sekretariat Jenderal
Peraturan 10 Peraturan 10
7
Peningkatan dalam pelayanan dan penyelesaian masalah hukum
14)Persentase penyelesaian perkara hukum
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BIRO PERENCANAAN 2014
6
NO SASARAN STRATEGIS (SS) INDIKATOR KINERJA UTAMA
SEBELUM REVISI SETELAH REVISI
UNIT KERJA PELAKSANA SATUAN TARGET SATUAN TARGET
1 2 3 4 5 6 7 8
8 Peningkatan kinerja layanan administrasi serta sarana dan prasarana di lingkungan Kantor Pusat Kementerian Perhubungan
15)Tingkat ketepatan waktu pelayanan administrasi perkantoran
% 100 % 100
Biro Umum 16)Penghematan konsumsi listrik, air
dan biaya telepon di lingkungan kantor pusat Kementerian Perhubungan
% 10 % 10
17)Tingkat kecukupan sarana dan prasarana kantor pusat Kementerian Perhubungan
% 100 % 100
18)Jumlah pengunjung museum transportasi
Orang 205.000 Orang 205.000 9 Terselenggaranya tata kelola
teknologi dan komunikasi di Kementerian Perhubungan
19)Persentase kehandalan sistem informasi % 96 % 96 Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi 20)Jumlah sistem aplikasi yang
dibangun, diintegrasikan dan dipelihara
Aplikasi 50 Aplikasi 50
21)Jumlah dokumen perencanaan dan tata kelola TIK
Dokumen 7 Dokumen 9 22)Jumlah laporan pengelolaan data
dan layanan operasional TIK
Laporan 7 Laporan 19 10 Terselenggaranya manajemen
pengelolaan kebijakan lingkungan hidup, penataan sistem dan inovasi
23)Prosentase pemenuhan dokumen lingkungan proyek pembangunan infrastruktur transportasi
% 70 % 70
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BIRO PERENCANAAN 2014
7
NO SASARAN STRATEGIS (SS) INDIKATOR KINERJA UTAMA
SEBELUM REVISI SETELAH REVISI
UNIT KERJA PELAKSANA SATUAN TARGET SATUAN TARGET
1 2 3 4 5 6 7 8
pelayanan transportasi yang
berkelanjutan 24)Jumlah unit pelayanan publik sektor transportasi yang dinilai dan dievaluasi telah memenuhi standar kriteria pelayanan prima
unit kerja 163 unit kerja 163
11 Terwujudnya Komunikasi dan Pelayanan Informasi sektor transportasi kepada publik yang didukung SDM aparatur perhubungan dengan kompetensi kehumasan untuk meningkatkan citra positif Kementerian Perhubungan
25)Keterbukaan Informasi Publik Nilai KIP 97 Nilai KIP 97
Biro KIP 26)Jumlah dokumen rekomendasi
hasil analisis informasi untuk penyempurnaan kebijakan sektor transportasi Dokumen Rekomendasi 75 Dokumen Rekomendasi 75 12 Terselenggaranya persidangan Pemeriksaan Lanjutan Kecelakaan Kapal sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
27)Data kecelakaan kapal yang ditindaklanjuti, disidangkan dan diputus tepat waktu
Sidang 30 Sidang 30
Mahkamah Pelayaran 13 Peningkatan kinerja pelaksanaan
investigasi kecelakaan transportasi
28)Ketepatan waktu pelaksanaan investigasi kecelakaan sampai dengan pemyusunan laporan akhir/final
% 100 % 100 KNKT
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BIRO PERENCANAAN 2014
8
Untuk mencapai output sebagaimana yang telah dituangkan ke dalam
Perjanjian Kinerja Tahun 2016 dialokasikan anggaran total untuk Unit Kerja Eselon I Sekretariat Jenderal Tahun Anggaran 2016 yang semula sebesar Rp. 804.757.664.000,- (delapan ratus empat milyar tujuh ratus lima puluh tujuh juta enam ratus enam puluh empat ribu) menjadi sebesar Rp. 709.863.102.000,- (tujuh ratus sembilan milyar delapan ratus enam puluh tiga juta seratus dua ribu).
Akuntabilitas kinerja merupakan pencapaian kinerja suatu organisasi melalui upaya-upaya strategis dan operasional yang dilakukan untuk mencapai sasaran dan tujuan tertentu dalam rangka pemenuhan visi dan misi, serta merupakan tolok ukur keberhasilan atau kegagalan suatu organisasi. Hal ini merupakan suatu perwujudan kewajiban untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
Kinerja operasional merupakan performance organisasi dalam perwujudan visi dan misi
organisasi yang dimanifestasikan dalam bentuk pelaksanaan program kerja sesuai dengan perencanaan strategis untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
3.1. Capaian Kinerja
Tingkat capaian kinerja Unit Kerja Sekretariat Jenderal dapat diketahui setelah dilakukan pengukuran kinerja terhadap setiap Indikator Kinerja Utama (IKU). Pengukuran Kinerja didefinisikan sebagai proses sistematis untuk menginventarisir, menganalisis dan menggunakan informasi untuk menentukan efisiensi dan efektifitas suatu instansi/organisasi pemerintah dalam melaksanakan program-programnya sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang dibebankan. Hasil pengukuran kinerja yang dibandingkan dengan target kinerja selanjutnya disebut pencapaian kinerja. Pencapaian kinerja umumnya dipergunakan sebagai dasar untuk mengetahui tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi untuk mewujudkan tujuan dan sasaran dalam kerangka pemenuhan visi dan misi yang telah ditetapkan. Pencapaian kinerja setiap uraian sasaran ditunjukkan melalui pencapaian setiap indikator kinerja utama pada
sasaran tersebut yang berorientasi pada outcome atau output penting lainnya
sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.
Capaian kinerja Sasaran Program (SP) unit kerja Sekretariat Jenderal dicapai melalui :
a. Identifikasi IKU pada setiap SP, dimana setiap SP minimal memiliki satu IKU;
b. Setiap IKU dilakukan pengukuran capaian kinerjanya (dalam %) melalui
pembandingan realisasi dengan targetnya; dan
c. Nilai capaian kinerja setiap IKU dihitung berdasarkan capaian kinerja setiap
kelompok kegiatan yang telah dilakukan guna mencapai SP dimaksud.
Tingkat capaian kinerja setiap SP merupakan nilai rata-rata capaian dari kelompok IKU yang menunjukkan kinerja SP dimaksud, sama halnya dengan nilai/tingkat capaian kinerja suatu IKU merupakan nilai rata-rata capaian dari kelompok kegiatan yang mendukung IKU dimaksud.
Pada dokumen Laporan Kinerja Tahun 2016 ini tidak hanya menampilkan capaian kinerja pada tahun 2016, dengan tetap mengacu pada Permen PAN & RB Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, dokumen laporan ini membandingkan kinerja tahun 2015 dengan tahun 2016.
3.1.1. Tahapan Pengukuran Kinerja
Idealnya pengukuran kinerja tahun berjalan akan menjadi lebih efektif jika dilakukan
tiap bulan atau triwulan, dengan demikian informasi yang up to date mengenai hasil
realisasi kinerja dari setiap IKU organisasi dapat diperoleh dengan lebih mudah. Dengan kata lain semakin sering dilakukan pengukuran kinerja terhadap setiap IKU akan diperoleh informasi lebih awal terkait capaian dan selanjutnya akan dilakukan tindakan yang nyata dalam rangka peningkatan kinerja yang akan dipertanggungjawabkan setelah tahun anggaran berakhir.
Penggunaan aplikasi e-Performance untuk memudahkan pelaksanaan monitoring agar
seluruh unit kerja eselon II di lingkungan Sekretariat Jenderal telah memanfaatkan
sistem aplikasi tersebut ini secara optimal, dan pada awal tahun 2017 aplikasi
e-Performance mengalami penyempurnaan sehingga dapat mengakomodir seluruh
kepentingan unit kerja di lingkungan Kementerian Perhubungan.
3.1.2. Pengukuran Capaian Kinerja
Rumus yang digunakan dalam pengukuran dan perhitungan persentase capaian kinerja sebagai berikut :
1) Apabila realisasi pencapaian semakin tinggi menunjukkan kinerja yang semakin
baik, maka perhitungan pengukuran kinerja menggunakan rumus sebagai berikut:
2) Apabila realisasi pencapaian semakin tinggi menunjukkan kinerja yang semakin
buruk, maka perhitungan pengukuran kinerja menggunakan rumus sebagai berikut:
Tahapan yang dilakukan dalam pengukuran capaian kinerja adalah :
a) Perbandingan realisasi kinerja tahun 2016 terhadap target kinerja tahun 2016;
b) Perbandingan realisasi serta Capaian Kinerja Tahun 2015 dengan Capaian Kinerja
Tahun 2016;
c) Perbandingan realisasi kinerja tahun 2016 terhadap target kinerja pada dokumen
Renstra Sekretariat Jenderal;
d) Analisis penyebab ketercapaian/ketidaktercapaian kinerja;
e) Analisis efisiensi penggunaan sumber daya;
Realisasi = x 100 % Target PK Capaian Kinerja (Target - (Realisasi-Target)) = x 100 % Target Capaian Kinerja