1 PENDAHULUAN
Hakikat suatu pembelajaran adalah membekali siswa agar setelah dewasa dapat hidup dengan keputusan yang telah dibuat sendiri dan tidak mengandalkan orang lain, serta telah mantap dalam hidup (Suherman, 2008). Artinya adalah siswa yang sedang dan telah mengikuti pembelajaran adalah manusia yang mandiri dan memiliki ilmu. Syarat manusia yang berkualitas harus sesuai dengan Sistem Pendidikan Nasional. Berdasarkan Undang- Undang No. 20 Thn 2003 Mengenai sistem Pendidikan Nasional, manusia yang terdidik ialah makhluk yang bertakwa serta beriman kepada Tuhan, memiliki akhlak yang baik, cerdas secara akademik maupun nonakademik, memiliki jiwa demokratis dan rasa tanggung jawab (Gazali, 2016).
Pembelajaran yang diberikan pada tiap mata pelajaran memiliki inti yang sama yaitu memberikan hal yang bermanfaat dalam bidang akademik maupun nonakademik, termasuk juga pada pembelajaran matematika. Karakteristik matematika yang bersifat abstrak masih sulit dipelajari siswa, sehingga hal ini menjadi tugas guru dalam mengartikan sesuatu yang abstrak menjadi jelas dapat dipahami oleh siswa, dengan melakukan berbagai penerapan melalui media pembelajaran (Indaryati, 2015). Guru mengerahkan usaha yang cukup besar dalam mengembangkan media yang dapat digunakan oleh siswa. Bahan ajar matematika merupakan media dalam pembelajaran yang memiliki manfaat untuk mendeskripsikan matematika yang bersifat abstrak, untuk objek yang terlalu kompleks (sesuatu yang susah dijabarkan dalam pikiran) dibuat lebih praktis dengan menggunakan media untuk menjelaskan sesuatu yang abstrak tersebut menjadi lebih mudah dengan menggunakan gambar, bentuk dan lain sebagainya.
Pembuatan media pembelajaran ini memungkinkan siswa dalam belajar mandiri dan memahami pembelajaran yang diberikan.
Dasar pemikiran pengembangan adalah banyaknya media yang telah dikembangkan namun bagaimana media tersebut dapat dijadikan suatu faktor keberhasilan dalam membantu proses pembelajaran. Seperti yang dikatakan oleh Falahudin (2014) Media pembelajaran adalah alat bantu, sebagai komunikasi,
2
penyalur pesan ataupun untuk menyampaikan suatu informasi yang digunakan untuk belajar, sehingga mencapai suatu tujuan dalam belajar. Alat bantu yang dimaksud adalah berupa gambar, media dan lain sebagainya. Media pembelajaran dapat dijadikan sebagai sarana dalam menunjang pelajaran, dibanding dengan buku cetak yang telah sangat lama digunakan dalam menyampaikan suatu infomasi.
Namun media yang dikembangkan harus dengan kemasan yang menarik serta isi yang berbobot sehingga dapat diterima oleh kalangan siswa. Salah satunya dengan menerapkan bilingual pada siswa dalam media komik tersebut. Bahasa digunakan karena, media pembelajaran merupakan media yang dimanfaatkan sebagai sarana komunikasi antara guru dan siswa (Haryoko, 2009).
Selain isi media yang menarik, Bahasa juga menjadi salah satu hal penting dalam pembelajaran menggunakan media. Seperti yang dikatakan oleh Wicaksono (2016) bahwa ada beberapa faktor yang berpengaruh pada pembelajaran salah satunya adalah kondisi sosial budaya, pada hal ini materi ataupun bahasa ajar yang disampaikan hendaknya sesuai dengan kondisi sosial dan budaya setempat sehingga pembelajaran yang diberikan menjadi realistis dimana materi yang dibahas sesuai dengan lingkungan sekeliling pelajar. Pembelajaran yang realistis akan lebih menarik serta lebih mudah dipahami, termasuk didalamnya adalah pengggunaan bahasa. Bahasa yang digunakan pada media komik ini adalah kombinasi antara bahasa Jawa serta bahasa Indonesia. Pembelajaran yang digunakan yaitu mengkombinasikan dua bahasa sekaligus yaitu bahasa Indonesia serta bahasa Jawa.
Penggunaan bahasa Jawa Media bergambar dengan bentuk visual menjadikan Bahasa sebagai komunikasi terpenting, Dwi Waluyanto (2005) mengatakan bahwa dilihat dari sudut pandang kehidupan sehari hari bahwa komunikasi visual yaitu suatu penghubung yang menggunakan indra pengelihatan ketika memberi serta menerima informasi, dimana unsur pokok visual yaitu cara yang dapat dilihat dan digunakan dalam memberikan arti dan maksud dari pesan yang disampaikan.
Komunikasi dengan Bahasa yang tepat, itu penting dalam menyampaikan makna dari suatu materi pembelajaran. Dua Bahasa dalam pembelajaran matematika pada media komik masih belum banyak menjadi perhatian oleh peneliti. Indikasinya adalah belum banyak hasil penelitian yang menjelaskan tentang media komik dua
3
Bahasa tersebut. Penggunaan dua Bahasa ditujukan kepada siswa agar makna di dalam media tersampaikan dengan tepat. Bahasa Jawa dahulu digunakan sebagai Bahasa pokok di sekolah, serta sebagai Bahasa komunikasi sehari-hari antiar keluarga dan masyarakat (Supriyono, Sudarmilah, Fadlilah, Rahayu, &
Purwohartono, 2015). Bahasa Jawa memiliki banyak macamnya, Faktanya hingga sekarang sebagian orang masih menggunakan Bahasa Jawa dalam bahasa sehari hari. Bahasa daerah dan Bahasa Indonesia digunakan juga dalam bentuk pelestarian budaya agar budaya semakin berkembang. Sudah semakin sedikit masyarakat menggunakan Bahasa daerah karena adanya Bahasa asing yang dapat digunakan untuk berkomunikasi dengan orang dari negara lain dan Bahasa gaul yang lebih kekinian. Bahasa Indonesia sendiri digunakan karena Bahasa Indonesia adalah Bahasa pemersatu budaya. Bahasa bilingual menjadi paduan yang baik jika dijadikan sebagai Bahasa dalam buku bacaan, agar siswa dapat berekspresi dengan Bahasa yang digunakan.
Komik merupakan cerita bergambar yang terdiri dari tokoh tokoh yang memiliki karakter kuat, yang ceritanya disusun untuk menghibur para pembaca (Ratnawuri, 2016). Komik dari dulu sangat dilarang oleh sekolah, pada umunya dianggap sebagai musuh siswa (Toh, Cheng, Ho, Jiang, & Lim, 2017). Siswa lebih memilih komik yang memiliki gambar yang menarik dibanding dengan pelajaran yang dominan memiliki tulisan, sehingga dapat mengakibatkan tidak fokusnya siswa dalam suatu pelajaran. Komik dapat diaplikasikan dengan tepat sehingga komik yang berupa bentuk media visual yang dapat digunakan sebagai penyampaian informasi yang disenangi banyak orang dan mudah dimengerti (Widyastuti, Rasiman, & Setyowati, 2016). Komik dapat digunakan sebagai alat bantu pembelajaran matematika. Komik mampu digunakan sebagai media jika dikemas sedemikian rupa sehingga memiliki potensi lebih disukai oleh siswa karena banyaknya ilustrasi gambar dalam komik yang dapat menghidupkan tulisan komik (Indaryati, 2015). Komik yang digunakan sebagai media pembelajaran harus edukatif, sederhana, jelas, mudah dan bersifat personal, media komik harus memiliki isi cerita yang memenuhi unsur pembelajaran, dan memenuhi tujuan
4
pembelajaran dari setiap materi yang diceritakan sesuai dengan pokok bahasan materi, sehingga komik tidak hanya bersifat menghibur (Ratnawuri, 2016).
Fakta yang banyak ditemui di sekolah adalah penggunaan metode ceramah serta media buku cetak masih saja di gunakan ketika melakukan pembelajaran, serta pembelajaran yang masih saja berpusat pada guru, memang metode tersebut merupakan salah satu cara agar dapat terjalin komunikasi antara guru dan siswa, namun hal tersebut menyebabkan sifat pasif yang tumbuh pada diri siswa. Media merupakan instrument yang dapat diterapkan dalam pembelajaran matematika untuk menemukan informasi yang baru, dan membantu guru dalam menyampaikan materi yang diajarkan (Nugraheni, 2017). Ternyata penggunaan media sebagai sarana mengajar menjadikan siswa sangat antusias dan menjadi lebih aktif saat pembelajaran berlangsung. Sejak diberlakukannya K2013, siswa sangat didorong agar memiliki partisipasi tinggi ketika melakukan aktivitas dalam pembelajaran matematika, seperti kegiatan menumbuhkan kreativitas, dan nalar dalam mengembangkan pengalaman belajar yang menyenangkan dengan belajar berdasarkan berbuat (learning by doing), serta menyesuaikan potensi siswa yang sejalan dengan K2013, yaitu meningkatkan proses berpikir yang tidak hanya menghafalkan hal tersebut namun memaknai unsur yang terkandung di dalamnya, namun para pendidik masih saja mengalami kesulitan dalam menerapkan kurikulum 2013, apalagi memberikan fasilitas kepada siswa dalam meningkatkan pemikiran ke taraf yang lebih tinggi (Murtianto & Harun, 2014). Minat membaca siswa yang tinggi sangat diperlukan di era sekarang ini untuk meningkatkan pemikiran siswa serta melatih siswa untuk belajar secara mandiri.
Beberapa penelitian yang relevan tentang media komik berdasarkan materi yang diambil diantaranya adalah penelitan yang dilakukan oleh (Ariastutik, Kusmayadi, & Sujadi, 2016) yang menjelaskan tentang pengembangan modul matematika dengan ilustrasi gambar. Penelitian yang menggunakan model pengembangan Borg dan Gall mempunyai kesimpulan yang diukur pada peningkatan hasil belajar siswa, bahan ajar menggunakan modul matematika ya ng memiliki ilustrasi komik, menjadi efisien dibandingkan dengan menggunakan
5
pembelajaran langsung tanpa komik. Menurut Aji & Mampouw (2019) pada penelitiannya yang menjabarakan tentang pengembangan komik pada materi aljabar ini menggunakan metode ADDIE dengan menghasilkan pembelajaran komik PETUALANGAN ALJA berisi materi aljabar yang ditujukan untuk kelas VII SMP. Media Komik telah melewati tahapan validasi konten dan media, dan dinyatakan valid, sehingga media tersebut dapat digunakan oleh siswa sesuai dengan penilaian yang telah diperoleh.
Penelitian yang dilakukan oleh (Zeila, Hobri, & Suharto, 2014) mengenai pengembangan bahan ajar matematika menggunakan Komik Pop Up materi kubus dan balok ini mengunakan model pengembangan (4-D) dengan hasil penelitian komik Pop Up mempunyai hasil tingkat kevalidan, kepraktisan serta keefektifan yang signifikan sehingga perangkat tersebut dapat dipakai guru dalam mengajar siswa SMP secara luas. Penelitian yang dibuat oleh (Septy, Hartono, & Putri, 2015) berjudul “Pengembangan Media pembelajaran Komik pada Materi Peluang di Kelas VIII”. Penelitian yang menggunakan tahap prelimitary serta tahap prototyping dengan aturan formative evaluation dalam mengembangkan media komik pada materi peluang ini menghasilkan media komik yang memiliki efek potensial dalam membuat siswa termotivasi dan memperbaiki kemampuan pengetahuan. Dari beberapa penelitian tersebut, media pembelajaran komik dapat meningkatkan kinerja siswa dalam disiplin ilmu, mandiri, dan mendorong siswa lebih efektif ketika melakukan pembelajaran. Sehingga dalam hal ini peneliti ingin mengembangkan kembali media komik yang pernah dibuat sebelumnya dengan menggunakan dua bahasa dalam media pembelajaran komik tersebut, dengan Judul
“Pengembangan Media Komik Dua Bahasa Materi Segitiga Dan Segiempat”.
Ada beberapa rumusan masalah yang peneliti ambil dari latar belakang yang telah ada, diantaranya kelayakan komik dua Bahasa (Bahasa jawa dan Indonesia) sebagai alat bantu dalam meningkatkan siswa pada pembelajaran matematika yang berkarakter, aktivitas siswa belajar siswa ketika menggunakan media komik dua Bahasa, serta bentuk pengembangan media komik yang praktis serta mudah ketika digunakan.
6
Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan media komik dua Bahasa pada materi segiempat dan segitiga yang valid, praktis dan efektif. Mampu mengetahui kevalidan, kepraktisan serta keefektifan media komik yang digunakan untuk pembelajaran matematika pada segitiga dan segiempat, sehingga siswa mampu memahami dan menggunakan media komik dua bahasa. Manfaat media bagi siswa, yaitu dapat menerapkan nilai karakteristik dalam pembelajaran matematika menggunakan media komik tersebut, serta dapat belajar dengan ekspresif dan melestarikan Bahasa daerah. Adapun manfaat media pembelajaran komik bagi guru adalah sebagai media tambahan dalam pembelajaran.