• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

6 BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang digunakan dalam penelitian ini yang pertama Adela penelitian yang dilakukan oleh Sanistasya et al. (2019) yang mengungkapkan bahwa variabel literasi keuangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja usaha. Dimana pengaruh positif literasi keuangan tersebut dapat memberikan pengetahuan keuangan dan keterampilan yang diperlukan dalam membuat rencana bisnis, rencana keuangan, membuat keputusan investasi strategis sehingga mampu meningkatkan profitabilitas, produktivitas dan keunggulan yang kompetitif juga keterampilan dan kompetensi keuangan pada usaha kecil di Kalimantan Timur.

Chepngetich (2016) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa literasi keuangan penganggaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja usaha disebabkan dengan ditambah keahlian menyediakan rencana pengeluaran keuangan maka akan meningkatkan pertumbuhan kinerja usaha di masa depan, juga memberi peluang yang lebih baik untuk memanfaatkan dana pinjaman secara efisien dan merealisaikan keuntungan. Sehingga wawasan yang harus dipertimbangkan dalam meningkatkan kinerja UKM yaitu literasi keuangan anggaran dan pelaporan keuangan peminjaman.

Seperti pada penilitian Sari (2019) mengungkapkan bahwa literasi keuangan berdasarkan financial knowledge, financial skills, financial behaviour, dan financial attitude berpengaruh positif terhadap kinerja usaha. Dimana hal tersebut merupakan faktor yang berperan penting dalam menentukan kriteria tingkat literasi keuangan yaitu dikutip dari Chen dan Volpe (1998) bahwa kriteria tingkat literasi keuangan dibagi menjadi 3 yaitu:

a. Tinggi, untuk tingkat literasi > 70%

(2)

b. Menengah, untuk tingkat literasi 60% hingga 79%

c. Rendah, untuk tingkat literasi < 60%

Hasil dari masing-masing faktor tersebut untuk financial knowledge sebesar 52%, financial skills 66%, financial behaviour sebesar 59%, dan financial attitude sebesar 58%, untuk literasi keuangan berdasarkan kinerja usahanya sebesar 61%. Sehingga dapat dilihat bahwa hasil tersebut berada di posisi menengah dan rendah, maka diperlukannya literasi keuangan untuk dapat meningkatkan kinerja usaha. Dimana semakin rendah tingkat literasi keuangan, maka semakin rendah pula kinerja usaha.

Pada penelitian Chauvet dan Jacolin (2017) mengungkapkan bahwa inklusi keuangan memiliki dampak positif pada pertumbuhan perusahaan dan bank. Interaksi positif antara inklusi keuangan dan bank kompetisi menunjukkan bahwa mereka mungkin saling melengkapi. Pada penelitian ini juga menemukan bahwa konsentrasi bank dapat mendukung kinerja perusahaan di negara berkembang.

Hasil penelitian Riwayati (2017) mengungkapkan bahwa faktor internal dan eksternal memiliki efek positif signifikan terhadap keberhasilan UKM pengrajin batu permata di Kabupaten Magelang. UKM inklusi keuangan secara langsung dipengaruhi oleh faktor internal, inklusi keuangan juga berpengaruh secara signifikan dan positif oleh faktor eksternal. Penelitian ini juga memperoleh hasil bahwa keuangan masuknya pelaku usaha mampu memediasi pengaruh faktor internal dan faktor eksternal terhadap keberhasilan UKM.

Begitu pula pada penelitian Nurohman et al. (2021) menunjukkan bahwa hasil penelitian ini terdapat hubungan yang signifikan antara inklusi keuangan dengan keberlanjutan UKM. Inklusi keuangan merupakan faktor fundamental untuk membantu UKM bertahan untuk waktu yang lama.

Ketika UKM tidak bisa mendapatkan produk keuangan, mereka akan ditutup karena kurangnya modal sehingga mempengaruhi kinerja pada UKM tersebut.

(3)

Dalam penelitian Buchdadi et al. (2020) juga mengungkapkan bahwa hasil penelitian mengenai literasi keuangan berpengaruh positif terhadap kinerja UMKM di Kabupaten Brebes. Diperkuat bahwa penelitian tersebut menemukan beberapa UMKM memiliki kelemahan dalam pinjaman dari bank, sehingga perlu menemukan cara untuk meningkatkan kemampuan manajer dalam pengetahuan ini sesuai kebutuhan untuk membiayai perusahaan. Selain itu, dari indikator kinerja UKM juga ditemukan bahwa pengelola mengalami kesulitan dalam mengelola biaya. Sehingga perlu dilakukannya meningkatkan keterampilan dan pengetahuan pengelolaan biaya tersebut.

Penelitian Hilmawati dan Kusumaningtias (2021) mengungkapkan bahwa literasi keuangan berpengaruh positif terhadap kinerja usaha dimana membuktikan bahwa memiliki kontribusi besar dalam mendukung peningkatan kinerja UMKM. Perencanaan keuangan yang baik, inovasi penggunaan informasi dan teknologi juga pembukuan yang sangat membantu pelaku UMKM dalam meningkatkan kinerja usahanya.

Sedangkan inklusi keuangan tidak berpengaruh terhadap kinerja usaha, disebabkan telah adanya Financial Technology (Fintech) yang telah menggantikan posisi sistem kerja lembaga keuangan tradisional. Dimana kemampuan fintech mempengaruhi pengembangan strategi perusahaan, sehingga melalui proses adaptasi terhadap fintech tersebut sangat diperlukan untuk dapat menghilangkan kendala inklusi keuangan sehingga tidak lagi memperlambat kinerja usaha UMKM sekaligus mengembangkan pola pikir para pelaku usaha lebih jangka panjang dan tidak terbatas pada akses keuangan secara tradisional. Begitu pula pada penelitian (Dermawan, 2019) mengungkapkan bahwa inklusi keuangan tidak berpengaruh terhadap kinerja usaha disebabkan oleh pelaku usaha biasanya menggunakan modal yang didapatkan dari uang pribadi, iuran bersama antara pemilik bisnis ataupun didukung dana dari keluarga.

Penyebab lain yang menghambat pelaku usaha dalam memanfaatkan

(4)

pinjaman modal melalui lembaga keuangan ialah kurangnya pengetahuan mengenai resiko dari produk atau layanan yang ditawarkan, sehingga pelaku usaha belum berani menggunakannya.

Pada penelitian Alfulailah dan Soehari (2020) mengungkapkan bahwa kemampuan inovasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja usaha dikarenakan pelaku usaha di pasar glodok memberikan diskon kepada pelanggan sebagai bentuk inovasi proses sehingga dapat mempertahankan pelanggan dan meningkatkan kinerja usahanya, baik inovasi produk maupun inovasi proses.

Berdasarkan hasil penelitian Farida et al. (2019) bahwa kemampuan inovasi memiliki efek langsung yang signifikan pada keunggulan kompetitif, yang berarti bahwa tinggi atau rendahnya kemampuan inovasi dari UMKM kreatif di Jember berpengaruh signifikan terhadap keunggulan kompetitif. Generasi muda milenial yang mendominasi UMKM kreatif di Jember membuat mereka terampil dalam menjelajahi media sosial untuk mendukung bisnis mereka. Inovasi yang sukses membuat produk dan jasa yang dihasilkan sulit untuk ditiru dan dimungkinkan UMKM untuk mempertahankan keunggulan kompetitifnya.

Hasil penelitian (Farida et al., 2019) juga mendukung penelitian oleh Distanont dan Khongmalai (2020) yang menemukan bahwa inovasi adalah strategi alat untuk mengungguli persaingan bisnis yang akan meningkat Kinerja bisnis UMKM di Thailand. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemimpin UKM perlu menyesuaikan diri dan siap menghadapi perubahan ekonomi yang terjadi secara global, regional, dan lokal.

Pada penelitian Mustikowati dan Tysari (2014) juga mengungkapkan bahwa inovasi berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan. Hasil ini memberi makna bahwa semakin baik inovasi yang dimiliki oleh UKM Sentra maka pencapaian kinerja perusahaan juga akan semakin baik. Dengan inovasi yang kuat maka akan membantu perusahaan dalam pengembangan ide tentang produk baru,

(5)

fokus pada upaya untuk menghasilkan produk serta selalu berupaya untuk memasarkan produk yang variatif di pasar.

B. Teori dan Kajian Pustaka

1. Resource Based View Theory (RBV)

Grand Theory dalam penelitian ini yaitu menggunakan Resource Based View, gagasan utama dalam teori Resource Based View Theory (RBV) ini menyebutkan bahwa suatu perusahaan dapat menuju suatu keunggulan kinerja dan keunggulan kompetitif yang berkelanjutan apabila memperoleh sumber daya yang bernilai. Perusahaan mampu memiliki kemampuan berharga yang tidak ada substansinya dan tidak dapat ditiru, serta perusahaan harus bisa memiliki kemampuan dalam menyerap dan menerapkannya. RBV ini mengemukakan adanya sumber daya berwujud maupun sumber daya yang tak berwujud dalam perusahaan maupun organisasi untuk mendorong suatu perusahaan maupun organisasi dalam menyusun strategi untuk mewujudkan keunggulan bersaing (Hilmawati dan Kusumaningtias, 2021).

Karakter sumberdaya perusahaan maupun organisasi yang dimaksud adalah sumberdaya yang Valuable, Rare, Inimitable and Not Subsituable (VRIN). Valuable merupakan sumberdaya yang bernilai lebih dibandingkan dengan pesaing. Rare berarti sumberdaya yang sukar diperoleh di pasar dan hanya dimiliki oleh beberapa perusahaan tertentu atau langka. Inimitable dimana sebuah perusahaan melakukan pengembangan hingga sumberdayanya tidak dapat ditiru. Non-substituable dimana sumberdaya tersebut tidak dapat digantikan. Maka dari itu, sumberdaya yang ada harus dapat ditransformasikan oleh perusahaan agar mendapatkan keuntungan yang sangat kompetitif. Hal tersebut menjadi dasar pembentukan dari model strategi perusahaan yang disebut RBV (Rengkung, 2015).

(6)

2. Kinerja Perusahaan

Saat ini sangat ditekankan pada kinerja perusahaan dalam mengelola bisnis atau usaha. Namun, masih banyak kriteria yang digunakan untuk mempelajari dan menentukan kinerja. Kinerja Perusahaan bisa diukur dengan indikator keuangan dan operasional (non keuangan). Ukuran keuangan terkait dengan faktor ekonomi seperti profitabilitas dan pertumbuhan penjualan (misalnya laba atas investasi, laba atas penjualan, dan laba atas ekuitas). Sedangkan, ukuran operasional terkait dengan faktor keberhasilan non-finansial seperti kualitas, pangsa pasar, kepuasan, produk baru pengembangan dan efektivitas pasar.

Perusahaan mengklasifikasikan data kinerja dalam dua dimensi; primer atau data sekunder. Data primer dikumpulkan langsung dari organisasi dan data sekunder dikumpulkan dari publik sumber yang tersedia. Klasifikasi lain dalam ukuran kinerja mencakup ukuran objektif dan subjektif. Ukuran kinerja obyektif mengacu pada indikator terukur. Pada umumnya, indikator keuangan diperoleh dari organisasi. Dan ukuran subjektif tergantung pada penilaian penilaian responden dan indikator dapat mencakup indikator keuangan dan non keuangan (Zehir et al., 2015).

3. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) 3.1 Pengertian UMKM

Menurut Peraturan Pemerintah (PP) No. 7 tahun 2021 mengenai Kemudahan, Perlindungan dan Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (peraturan.bpk.go.id, 2021) bahwa:

a. Usaha Mikro merupakan usaha produktif milik perseorangan atau badan usaha perseorangan yang telah memenuhi kriteria Usaha Mikro.

b. Usaha Kecil merupakan usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh perorangan atau badan usaha. Dan yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak

(7)

langsung dari Usaha Menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil.

c. Usaha Menengah merupakan usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan oleh perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Menengah.

Terdapat kriteria UMKM menurut PP No. 7 tahun 2021:

a. Usaha Mikro memiliki hasil penjualan tahunan sampai dengan paling banyak Rp 2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah);

b. Usaha Kecil memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah) sampai dengan paling banyak

Rp 15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah); dan

c. Usaha Menengah memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah).

3.2 Usaha Kecil

Menurut PP No. 7 tahun 2021, Usaha Kecil merupakan usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil. Kriteria Usaha Kecil sendiri memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.000.000.000 (peraturan.bpk.go.id, 2021). Contoh Usaha Kecil menurut Hasanah et al.

(2020) yaitu usaha tani sebagai pemilik tanah perorangan, pedagang dipasar grosir (agen) dan pengumpul lainnya. Selain itu pengrajin industri makanan dan minuman, industri meubelair, kayu dan rotan, industri alat- alat rumah tangga, industri pakaian jadi, industri kerajian tangan, peternak ayam, itik dan perikanan.

(8)

4. Literasi Keuangan

4.1 Pengertian Literasi Keuangan

Literasi keuangan merupakan pengetahuan, keterampilan dan keyakinan yang mempengaruhi sikap dan perilaku untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan pengelolaan keuangan dengan tujuan untuk mencapai kesejahteraan (OJK, 2020). Dalam penelitian lain mengartikan literasi keuangan merupakan bentuk peningkatan kualitas dalam mengambil keputusan juga mengelola keuangan dengan menggunakan keterampilan, keyakinan, pengetahuan yang diterapkan dalam individu dalam mencapai kesejahteraan (Aribawa, 2016).

Berdasarkan survey yang dilakukan (OJK, 2017), tingkat literasi masyarakat Indonesia dibagi menjadi 4 bagian yaitu:

a. Well literate (21,84 %) yaitu memiliki pengetahuan dan kepercayaan terhadap lembaga keuangan serta produk jasa keuangan yang meliputi fitur, manfaat, risiko, hak dan kewajiban tentang poduk dan jasa keuangan dan memiliki ketrampilan dan mampu menggunakan produk dan jasa keuangan.

b. Sufficient literate (75,69%), yakni memiliki pengetahuan dan keyakinan tehadap lembaga jasa keuangan serta produk dan jasa keuangan, termasuk fitur, maanfaat, risiko serta hak dan kewajiban tentang lembaga jasa keuangan.

c. Less literate (2,06%), hanya mempunyai pengetahuan tentang lembaga jasa keuangan serta produk dan jasanya saja

d. Not literate (0,41%) tidak memiliki pengetahuan dan kepercayaan tehadap lembaga jasa keuangan, produk dan jasanya serta tidak memiliki kemampuan untuk menggunakan produk dan jasa keuangan.

4.2 Dimensi Literasi Keuangan

Dalam penelitian (Akmal dan Saputra, 2016) mengungkapkan bahwa literasi keuangan dalam 4 dimensi yaitu :

(9)

a. Personal Finance, yaitu proses perencanaan dan pengendalian keuangan dari unit individu atau keluarga. Dengan kata lain personal finance adalah kemampuan seseorang untuk membaca, menganalisis, mengelola dan berkomunikasi tentang kondisi keuangan pribadi yang dapat mempengaruhi kesejahteraan seseorang (Novandriani et al., 2017).

b. Saving and Borrowing, kemampuan untuk memahami hal hal yang berkaitan dengan tabungan dan pinjaman. Bentuk simpanan di bank yang berupa tabungan, deposito bejangka, giro dan sertifikat deposito.

c. Insurance, pemahaman yang mendasar mengenai pengertian asuransi dan produk-produk asuransi sepeti asuransi jiwa dan asuransi kesehatan.

d. Investment,pemahaman dasar yang berkaitan dengan investasi seperti suku bunga, risiko investasi, pasar modal, reksadana dan deposito.

Dalam penelitian Nababan dan Sadalia (2012) menjelaskan terdapat beberapa aspek dari literasi keuangan yaitu:

a. Basic Personal Finance, yang berarti pengetahuan dasar mengenai keuangan yang harus dimiliki oleh setiap individu. Pengetahuan ini meliputi inflasi, suku bunga, likuiditas aset dan lain lain.

b. Cash Management (manajemen keuangan), kemampuan seseorang dalam mengelola keuanganya dengan baik dan tepat. Bila seorang individu telah mengelola keuangan dengan baik, dapat diartikan bahwa tingkat literasi keuangan orang tersebut baik.

c. Credit and Debt Management (manajemen hutang), pengelolaan pinjaman yang diteima meliputi penggunaan dana, jenis pinjaman, jangka waktu, bunga dan cara pelunasanya.

d. Saving (Tabungan), Bagian dari penghasilan seseorang yang tidak digunakan untuk kebutuhan konsumsi, namun dialokasikan sebagai opsi untuk kebutuhan yang mendesak.

(10)

e. Investasment (Investasi), meliputi pengetahuan seseorang dalam mengalokasikan dana yang dimiliki untuk kegiatan yang menghasilkan manfaat ekonomis yang lebih di masa yang akan datang.

f. Risk Management (Manjemen Risiko), suatu proses yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengendalian guna mencapai tujuan.

5. Inklusi Keuangan

5.1 Pengertian Inklusi Keuangan

Inklusi keuangan merupakan ketersediaan akses pada berbagai lembaga, produk dan layanan jasa keuangan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan masyarakat dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat (OJK, 2020). Menurut Hilmawati dan Kusumaningtias (2021) inklusi keuangan merupakan kajian yang berguna menghilangkan berbagai hambatan terkait penggunaan dan pemanfaatan layanan jasa lembaga keuangan oleh masyarakat. Dalam Peraturan Presiden (PERPRES) Nomor 82 Tahun 2016 tentang Strategi Nasional Keuangan Inklusif (SNKI) mengungkapkan bahwa SNKI merupakan strategi nasional yang dituangkan dalam dokumen yang memuat visi, misi sasaran dan kebijakan keuangan inklusif dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi, percepatan penanggulangan kemiskinan, pengurangan kesenjangan antar individu dan antar daerah dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat Indonesia (peraturan.bpk.go.id, 2016).

5.2 Pendekatan dan Pinsip Keuangan Inklusif

Dalam Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2016 tentang Strategi Nasional Keungan Inklusif (peraturan.bpk.go.id, 2016) terdapat 2 pendekatan dari keuangan inklusif:

a. Pendekatan Keungan Inklusif:

1) Mendorong pertumbuhan ekonomi, menciptkan stabilitas sistem keuangan, mendukung program penanggulangan kemiskinan, sert mengurangi kesenjangan antar individu dan antar daerah yang

(11)

merupakan kombinasi dari empat konsep utama yang saling menguatkan.

2) Identifikasi penyelesaian permasalahan yang menghambat perluasan akses kepada semua lapisan masyarakat terhadap layanan keuangan dan peluang kegiatan ekonomi produktif dengan mempertimbangkan best practices dan lesson learned dari domestik dan internasional.

3) Upaya yang selaras dan terkoordinasi dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan dalam sektor publik, swasta dan masyarakat.

b. Prinsip Keuangan Inklusif

1) Kepemimpinan (leadership), adalah menumbuhkan komitmen pemerintah dan otoritas keuangan terhadap peningkatan keuangan inklusif.

2) Keragaman (diversity), adalah mendorong ketersediaan berbagai layanan keuangan oleh penyedia layanan keuangan yang beragam.

3) Inovasi (innovation), adalah mendorong inovasi teknologi dan kelembagaan sebagai sarana untuk memperluas akses dan penggunaan sistem keuangan.

4) Perlindungan (protection), adalah mendorong pendekatan yang komprehensif bagi perlindungan konsumen yyang melibatkan peran seluruh pemangku kepentingan pada sektor publik, swasta dan masyarakat.

5) Pemberdayaan (empowerment), adalah mengembangkan literasi keuangan masyarakat dan kemampuan keuangan masyarakat.

6) Kerja sama (cooperation), adalah memperkuat koordinasi dan mendorong kemitraan antara seluruh pemangku kepentingan pada sektor publik, swasta dan masyarakat.

7) Pengetahuan (knowledge), adalah menggunakan data dan informasi dalam penyusunan dan pengembangan kebijakan, serta pengukuran

(12)

keberhasilan yang dilaksanakan oleh regulator dan penyedia layanan keuangan.

8) Proporsionalitas (proportionality), adalah membentuk kerangka kebijakan dan peraturan yang secara proporsional mempertimbangan aspek risiko dan manfaat dari inovasi produk dan jasa keuangan.

9) Kerangka kerja (framework), adalah mempertimbangan kerangka kerja peraturan yang mencerminkan standar internasional, kondisi nasional dan dukungan bagi sistem keuangan yang kompetitif.

5.3 Sasaran Inklusi Keuangan

Inklusi keuangan memberikan layanan keuangan berdasarkan kebutuhan dari setiap lapisan masyarakat. Namun kegiatan ini difokuskan kepada kelompok yang belum tersentuh layanan keuangan formal yaitu masyarakat berpenghasilan rendah, pelaku usaha mikro dan kecil, masyarakat penerima bantuan sosial dan wirausaha yang mengalami keterbatasan dana usaha. SNLKI sendiri menitikberatkan sasaran kegiatannya pada kelompok kelompok tertentu, salah satunya pada UMKM (OJK, 2017).

Sedangkan menurut undang-undang No. 82 tahun 2016 sasaran inklusi keuangan mencakup masyarakat lintas kelompok, yang terdiri dari:

a. Pekerja Migran, yaitu kelompok yang memiliki keterbatasan dalam layanan keuangan formal untuk mendukung proses migrasi.

b. Wanita, menurut data Gliba; findex (2014), hanya 37,5% wanita Indonesia yang memiliki akses terhadap rekening layanan keuangan formal.

c. Kelompok masyarakat penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS), yaitu kelompok yang terdiri dari anak terlantar, penyandang disbilitas berat, lanjut usia, mantan narapidana dan mantan tunawisma.

(13)

d. Mayarakat di daerah tertinggal, perbatasan dan pulau-pulau terluar, yaitu masyarakat yang tinggal di wilayah relative kurang berkembang, yang dilihat dari faktor ekonomi masyarakat, sumber daya manusia, infrastruktur, aksesibilitas dan karakterisitik daerah.

e. Kelompok pelajar, mahasiswa dan pemuda, melihat pesatnya jumlah kelompok tersebut yaitu pada tahun 2015 mencapai 206,8 juta atau 441,87% dari jumlah penduduk Indonesia, menjadikan kelompok pemuda memiliki peran primer dalam peningkatan angka inklusi keuangan di Indonesia.

6. Kemampuan Inovasi 6.1 Inovasi

Inovasi merupakan elemen penting untuk bisnis dapat tumbuh dan berkembang, terutama dalam pasar yang kompetitif saat ini. Menurut Hadiyati (2011) inovasi adalah keterampilan dalam melakukan sesuatu yang berbeda dalam rangka pemecahan masalah dan menemukan peluang.

Banyak sekali perbedaan dari definisi inovasi, tetapi terdapat karakteristik umum bahwa inovasi mencakup perubahan, perubahan harus memperkenalkan perbaikan, perubahan harus membuat nilai tambah bagi pengguna, dan inovasi lebih dari sekedar pengenalan ide ke dalam pelaksanaan dan realisasi nilai tambah (Haddad, Williams, Hammoud &

Dwyer, 2019). Menurut (Tutar et al., 2015) bahwa terdapat tiga jenis kemampuan inovasi yaitu inovasi produk, inovasi proses dan inovasi pemasaran.

6.2 Inovasi Produk (Product Innovation)

Menurut The Oslo Manual, inovasi produk didefinisikan sebagai pembuatan barang maupun jasa dalam bentuk yang baru atau meningkatkan maupun melakukan perubahan dari produk yang sudah ada sehubungan dengan tujuan penggunaan (OECD, 2005). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Kahn (2018) terdapat tujuh bentuk inovasi produk yang diakui, yaitu pengurangan biaya, perbaikan produk, memperluas lini produk, pasar baru, penggunaan baru, kategori baru dan pengenalan

(14)

produk baru kedunia. Inovasi produk sangat mudah dikenali oleh stakeholders suatu perusahaan, selain itu inovasi produk biasanya memerlukan penelitian berkelanjuatan dan pengembangan untuk bisa bersaing di pasar (Karabulut, 2015).

Disaat pandemi Covid-19 saat ini, pelaku UMKM harus menyesuaikan produk yang ditawarkannya agar sesuai dengan kebutuhan para konsumen dengan melakukan inovasi terhadap produknya baik produk baru maupun yang sudah ada. Menurut Kotler (1987) ada tiga cara untuk menghasilkan produk yang inovatif, yaitu dengan mengembangkan atribut produk baru, mengembangkan beragam mutu dan mengembangkan model dan ukuran produk atau yang disebut dengan profilerasi produk dalam (Soleh, 2008).

6.3 Inovasi Proses (Process Innovation)

Inovasi proses adalah implementasi yang baru atau peningkatan produksi yang signifikan maupun saat didistribusikan, selain itu inovasi proses dapat menurunkan biaya produksi perunit atau biaya pengiriman untuk meningkatkan kualitas yang biasanya bisa berupa menggunakan teknologi baru, membeli peralatan-peralatan baru, melakukan pelatihan terhadap karyawan dan reorganisasi untuk menciptakan inovasi proses (Karabulut, 2015).

Menurut Leonard-Barton (1991) Inovasi proses terjadi saat produk akan dibuat dan dalam proses pengiriman, juga inovasi berfokus pada sistem proses yang baru, menggunakan teknologi dan mesin baru maupun mengembangkan kemampuan orang-orang di dalam perusahaan dengan tujuan untuk efisiensi biaya dan meningkatkan produktivitas perusahaan.

6.4 Inovasi Pemasaran (Marketing Innovation)

Inovasi pemasaran adalah implementasi metode pemasaran baru yang melibatkan perubahan dalam desain atau kemasaran poduk, penempatan produk, promosi produk dan penetapan harga (OECD, 2005).

Inovasi pemasaran lebih mudah dari jenis inovasi yang lainnya, dengan

(15)

inovasi pemasaran diharapkan perusahaan dapat memperluas jangkauan pasarnya juga meningkatkan kinerja keuangan (Karabulut, 2015).

Berdasarkan hasil survei Badan Pusat Statistik (2020) menyatakan bahwa 56% responden mengalami peningkatan pengeluaran dan 31%

responden mengalami peningkatan aktivitas belanja online, hal ini dikarenakan perubahan aktivitas masyarakat yang lebih banyak melakukan kegiatan di dalam rumah dan adanya kebijakan pemerintah yang membatasi mobilitas masyarakat. Maka dari itu, hal ini harus dipertimbangkan oleh para pelaku UMKM untuk melakukan inovasi pemasaran yang dapat disesuaikan di masa pandemi Covid-19 ini untuk dapat tetap bertahan dan juga dapat meningkatkan kinerja keuangan usahanya.

C. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan grand theory pada penelitian ini yaitu RBV menyatakan bahwa suatu perusahaan dapat mencapai keunggulan kinerja dan keunggulan kompetitif apabila memperoleh sumberdaya yang bernilai baik sumberdaya berwujud atau tidak berwujud yang dapat mendorong suatu perusahaan unggul dalam bersaing dan mencapai peningkatan kinerja usaha. Karakter sumberdaya perusahaan ini merupakan sumberdaya yang valuable atau memiliki nilai lebih dibandingkan pesaing, rare atau sumberdaya yang hanya dimiliki perusahaan tersebut (langka), inimitable atau sumberdayanya tidak dapat ditiru dan non-subtitutable atau sumberdaya yang dimiliki tidak bisa digantikan. Literasi keuangan ini merupakan sumberdaya tidak berwujud yang berupa pengetahuan mengenai keuangan, dimana karakternya memenuhi karakter sumberdaya pada teori diatas dan tujuannya dapat meningkatkan kinerja perusahaan.

Dalam Penelitian yang dilakukan oleh Sanistasya et al. (2019) dan Chepngetich (2016) mengungkapkan bahwa variabel literasi keuangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan, dimana pengaruh positif literasi keuangan tersebut dapat memberikan pengetahuan keuangan dan keterampilan yang diperlukan dalam membuat rencana

(16)

bisnis, rencana keuangan, membuat keputusan investasi strategis sehingga mampu meningkatkan profitabilitas, produktivitas dan keunggulan yang kompetitif pada usaha kecil juga diperlukannya literasi keuangan pinjaman untuk memberi peluang yang lebih baik untuk memanfaatkan dana pinjaman secara efisien dan merealisaikan keuntungan.

Penelitian Hilmawati dan Kusumaningtias (2021), Buchdadi et al.

(2020) dan Sari (2019) juga mengungkapkan bahwa literasi keuangan berpengaruh positif terhadap kinerja usaha dimana membuktikan bahwa memiliki kontribusi besar dalam mendukung peningkatan kinerja UMKM.

Perencanaan keuangan yang baik, inovasi penggunaan informasi dan teknologi juga pembukuan yang sangat membantu pelaku UMKM dalam meningkatkan kinerja usahanya.

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu tersebut bahwa literasi keuangan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Sehingga hipotesis pertama dalam penelitian ini:

H1: Literasi Keuangan berpengaruh terhadap Kinerja Perusahaan Berdasarkan grand theory pada penelitian ini yaitu RBV menyatakan bahwa suatu perusahaan dapat mencapai keunggulan kinerja dan keunggulan kompetitif apabila memperoleh sumberdaya yang bernilai baik sumberdaya berwujud atau tidak berwujud yang dapat mendorong suatu perusahaan unggul dalam bersaing dan mencapai peningkatan kinerja usaha. Karakter sumberdaya perusahaan ini merupakan sumberdaya yang valuable atau memiliki nilai lebih dibandingkan pesaing, rare atau sumberdaya yang hanya dimiliki perusahaan tersebut (langka), inimitable atau sumberdayanya tidak dapat ditiru dan non-subtitutable atau sumberdaya yang dimiliki tidak bisa digantikan. Inklusi keuangan ini merupakan sumberdaya berwujud yang berupa ketersediaan akses produk dan layanan jasa keuangan pada lembaga keuangan tradisional, dimana karakternya memenuhi karakter sumberdaya pada teori diatas dan tujuannya dapat meningkatkan kinerja perusahaan.

(17)

Penelitian yang dilakukan oleh Sanistasya et al. (2019) mengungkapkan bahwa inklusi keuangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja usaha sebab berpengaruh dalam keterampilan dan kompetensi keuangan yang menunjang inklusi keuangan para pelaku usaha kecil. Pada penelitian Chauvet dan Jacolin (2017) dan Buchdadi et al. (2020) juga mengungkapkan bahwa inklusi keuangan memiliki dampak positif pada pertumbuhan perusahaan dan bank. Interaksi positif antara inklusi keuangan usaha dan bank menunjukkan bahwa saling melengkapi., sehingga keuangan akan meningkatkan kinerja UMKM.

Hasil penelitian Riwayati (2017) dan Nurohman et al. (2021) mengungkapkan bahwa inklusi keuangan memiliki efek positif signifikan terhadap keberlanjutan dan keberhasilan UMKM. Dimana ketika UKM tidak bisa mendapatkan produk keuangan, mereka akan ditutup karena kurangnya ekuitas sehingga pastinya mempengaruhi kinerja pada UKM tersebut. Namun ditemukan penelitian yang tidak sejalan dengan penelitian-penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya, yaitu pada penelitian Hilmawati dan Kusumaningtias (2021) bahwa inklusi keuangan tidak berpengaruh terhadap kinerja usaha, disebabkan telah adanya Financial Technology (Fintech) yang telah menggantikan posisi sistem kerja lembaga keuangan tradisional. Juga penelitian (Dermawan, 2019) yang menyatakan bahwa inklusi keuangan tidak berpengaruh disebabkan oleh pelaku usaha biasanya menggunakan modal yang didapatkan dari uang pribadi, iuran bersama antara pemilik bisnis ataupun didukung dana dari keluarga.

Berdasarkan hasil dari beberapa penelitian terdahulu tersebut bahwa satu penelitian literasi keuangan tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan dan penelitian lainnya dengan hasil literasi keuangan berpengaruh terhadap kinerja usaha. Sehingga hipotesis kedua dalam penelitian ini:

H2: Inklusi Keuangan berpengaruh terhadap Kinerja Perusahaan

(18)

Berdasarkan grand theory pada penelitian ini yaitu RBV menyatakan bahwa suatu perusahaan dapat mencapai keunggulan kinerja dan keunggulan kompetitif apabila memperoleh sumberdaya yang bernilai baik sumberdaya berwujud atau tidak berwujud yang dapat mendorong suatu perusahaan unggul dalam bersaing dan mencapai peningkatan kinerja usaha. Karakter sumberdaya perusahaan ini merupakan sumberdaya yang valuable atau memiliki nilai lebih dibandingkan pesaing, rare atau sumberdaya yang hanya dimiliki perusahaan tersebut (langka), inimitable atau sumberdayanya tidak dapat ditiru dan non-subtitutable atau sumberdaya yang dimiliki tidak bisa digantikan. Kemampuan Inovasi ini merupakan sumberdaya tidak berwujud yang berupa pengetahuan mengenai keterampilan atau kemampuan dalam berinovasi dimana karakternya memenuhi karakter sumberdaya pada teori diatas dan tujuannya dapat meningkatkan kinerja perusahaan.

Pada penelitian Alfulailah dan Soehari (2020) mengungkapkan bahwa kemampuan inovasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja usaha dikarenakan pelaku usaha di pasar glodok memberikan diskon kepada pelanggan sebagai bentuk inovasi proses sehingga dapat mempertahankan pelanggan dan meningkatkan kinerja usahanya, baik inovasi produk maupun inovasi proses. Begitu pula pada penelitian Soto- Acosta et al. (2015) juga mengungkapkan bahwa inovasi organisasi berhubungan antara pengguna e-bisnis dan kinerja perusahaan. Dimana kemampuan untuk menciptakan pengetahuan baru melalui web, dapat meningkatkan kinerja perusahaan melalui inovasi sehingga inovasi organisasi dapat mempengaruhi kinerja perusahaan.

Berdasarkan hasil penelitian Farida et al. (2019), Mustikowati dan Tysari (2014) dan Distanont dan Khongmalai (2020) mengungkapkan bahwa kemampuan inovasi memiliki efek langsung yang signifikan pada UMKM kreatif di Jember, Kabupaten Malang dan inovasi menjadi strategi alat untuk mengungguli persaingan bisnis yang akan meningkatkan dan memperkuat kinerja usaha UMKM.

(19)

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu tersebut bahwa kemampuan inovasi berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Sehingga hipotesis ketiga dalam penelitian ini:

H3: Kemampuan Inovasi berpengaruh terhadap Kinerja Perusahaan D. Kerangka Pemikiran

Di dalam penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh literasi keuangan, inklusi keuangan dan kemampuan inovasi terhadap kinerja perusahaan di masa pandemi Covid-19 Studi Empiris pada Usaha Kecil di Mojokerto.

Sehingga berdasarkan hal tersebut kerangka pemikiran di dalam penelitian ini adalah

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Literasi Keuangan

(X1)

Inklusi Keuangan (X2)

Kemampuan Inovasi (X3)

Kinerja Perusahaan (Y)

H1

H2

H3

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematika antara siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif

Dalam pelayananya, masyarakat selaku pelanggan sangatlah heterogen yaitu tingkat pendidikannya maupun perilakunya. Setiap pelayanan publik memang diperlakukan

H2 : Celebrity endorser berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat beli.Berdasarkan penelitian terdahulu menunjukkan bahwa brand image berpengaruh terhadap

Namun setakat ini, penggunaan yang paling banyak adalah kata 之 sebagai partikel yang maknanya sama dengan partikel struktural 的 ; pronomina penunjuk (demonstrativa) yang

Standar yang berlaku untuk Interpretasi hasil pengujian merupakan tanggung jawab dari &#34;Komite Teknis terkait&#34; atau &#34;standar ini&#34;.. Tanpa saluran - lubang dan

Setelah mengetahui bahwa persepsi siswa ter- hadap perilaku interpersonal guru memberikan perbedaan kepada tingkat student well-being, selanjutnya penulis ingin mengetahui perilaku

Beberapa ketentuan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Karanganyar Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Bank Daerah Karanganyar (Lembaran

Darurat Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1955 Tentang Pengusutan, Penuntutan dan Peradilan Tindak Pidana Ekonomi jo Pasal 4 ayat (1) huruf a Perpu 8/1962 Tentang