• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR PENYEBAB CERAI GUGAT BERDASARKAN USIA PERKAWINAN DI PENGADILAN AGAMA KELAS 1A MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "FAKTOR PENYEBAB CERAI GUGAT BERDASARKAN USIA PERKAWINAN DI PENGADILAN AGAMA KELAS 1A MAKASSAR"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

USIA PERKAWINAN DI PENGADILAN AGAMA KELAS 1A MAKASSAR

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H) Program Studi Ahwal Syakhsiyah Fakultas Agama Islam Universitas

Muhammadiyah Makassar

SUPRIADI THALIB 105261101517

PRODI HUKUM KELUARGA (AHWAL SYAKHSHIYAH) FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1442 H / 2020 M

(2)

ii

(3)

iii

(4)

iv FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

Kantor:Jl. Sultan Alauddin No.259 Gedung Iqra lt. IV telp. (0411) 851914 Makassar 90222

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Saya yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Supriadi Thalib

NIM : 105261101517

Fakultas :Agama Islam

Prodi : Ahwal Syakhshiyah Dengan ini menyatakan sebagai berikut:

1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi ini, saya menyusun sendiri skripsi saya( tidak dibuat oleh siapapun ) 2. Saya tidak melakukan penjiplakan ( plagiat) dalam menyusun skripsi 3. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada nomor 1, 2, dan 3 , saya

bersedia menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.

Makassar,29 Zulkaidah 1442 M.

10 Juli 2021 H.

Yang membuat pernyataan

Supriadi Thalib

NIM : 105261101517

(5)

v ABSTRAK

SUPRIADI THALIB. 2021. Faktor Penyebab Cerai Gugat Berdasarkan Usia Perkawinan di Pengadilan Agama Kelas I A Makassar. Skripsi. Program Studi Hukum Keluarga (Ahwal Syakhshiyah) Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Pembimbing I Abbas Baco Miro, dan Pembimbing II M. Chiar Hijaz

Pokok masalah penelitian ini sebagai berikut: (1) Faktor apa saja yang menjadi penyebab cerai gugat berdasarkan usia perkawinan di Pengadilan Agama Makassar?, (2) Bagaimana cara agar faktor penyebab tingginya cerai gugat berdasarkan usia perkawinan di Pengadilan Agama Makassar terkendali ?

Jenis penelitan ini adalah kuantitatif, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan yuridis. Data yang diperoleh dari putusan Pengadilan Agama kelas I A Makassar, dokumentasi, dan penelusuran refrensi. Teknik pengelolaan data dan analisis data dilakukan dengan melalui dua tahapan, yaitu: Editing dan Tabulasi data.

Hasil penelitian ini menujukkan bahwa Faktor Penyebab cerai gugat berdasarkan usia perkawinan di Pengadilan Agama kelas I A Makassar sebagai berikut: a. Penyebab Meninggalkan Kewajiban Nafkah Ekonomi, b. Tidak Ada Tanggung jawab, c. Kawin di Bawah umur, d. Penyebab Menyakiti Jasmani, e.

Dihukum, f. Cacat Biologis, g. Terus menerus berselisih.

Implikasi penelitian ini adalah: (1) Menjadi rujukan bagi para pengambil kebijakan ataupun pemerintah dalam mengurangi jumlah angka perceraian atau setidaknya dapat mencari solusi yang konkret bagi permasalahan perceraian yang semakin tahun menujukkan kenaikan yang signifikan. (2) Menjadi rujukan bagi tokoh agama dan tokoh masyarakat dalam mengurangi angka perceraian yang terjadi di lingkungan mereka. (3) Menjadi sumber ilmu terhadap orang yang menggunakannya.

(6)

vi ABSTRACT

SUPRIADI THALIB. 2021. Factors Causing Divorce Lawsuits Based on Age of Marriage in the Religious Courts Class IA Makassar. Thesis. Family Law Study Program (Ahwal Syakhshiyah) Faculty of Islamic Religion, University of Muhammadiyah Makassar. Supervised by Supervisor I Abbas Baco Miro, and Supervisor II M. Chiar Hijaz

The principal problem of this research are: (1) What are the factors that cause the high divorce to sue based on the age of marriage in the Religious Makassar ?, ( 2) How can the factors causing the high level of divorce based on the age of marriage in the Makassar Religious Court be controlled?

This type of research is quantitative, the approach used is a juridical approach. Data obtained from the decision of the Religious Court class IA Makassar, documentation, and reference searches. Data management techniques and data analysis are carried out through two stages, namely: Editing and Tabulating data.

The results of this study indicate that the factors causing divorce based on age of marriage in the Religious Courts class IA Makassar are as follows: a.

Causes of Leaving the Obligation of Economic Livelihood, and No Responsibility, c. Underage marriage, d. Causes of Physical Hurt, e. punished, f.

Biological Disability, g. constantly at odds.

The implications of this study are: (1) To become a reference for policy makers or the government in reducing the number of divorce rates or at least being able to find concrete solutions to the problem of divorce which is increasingly showing a significant increase. (2) Become a reference for religious leaders and community leaders in reducing the divorce rate that occurs in their environment. (3) Become a source of knowledge for people who use it.

(7)

vii PRAKATA

Bismillahirrohmanirraohiim

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhana Wata’ala. demikian pula salam dan shalawat penulis peruntukkan. Kepada Nabi Muhammad Sallalahu alahi wassalam, sahabat-sahabat dan seluruh ahlul bait di dunia dan akhirat.

Penyusunan Skripsi yang berjudul “FAKTOR PENYEBAB CERAI GUGAT BERDASARKAN USIA PERKAWINAN DI PENGADILAN AGAMA KELAS I A MAKASSAR”, telah selesai.

Banyak Yang dihadapi penulis dalam rangka penyusunan skripsi ini, tetapi berkat bantuan berbagai pihak maka skripsi dapat penulis selesaikan pada waktu yang telah ditetapkan. Dalam Hal ini penulis menyampaikan terima kasih yang tulus dan ikhlas kepada yang terhormat.

1. Kedua Orangtua Penulis yang telah membimbing dan memberikan dukungan baik moril maupun materil sejak kecil sampai sekarang sehingga penulis mampu meneyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah senantiasa mengasihi dan melindungi mereka sebagaimana mereka mengasihi penulis sejak masih dalam kandungan hingga sekarang ini.

2. Ayahanda Prof. Dr. H. Ambo Asse sebagai Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah menyediakan fasilitas kampus yang memadai seperti : ruang kuliah, perpustakaan, laboratorium, ruang micro teaching dan sebagainya, meskipun masih membutuhkan perbaikan untuk pengembangan pendidikan

3. Ibunda Dr. Amirah Mawardi, S.Ag., M.Si sebagai Dekan Fakultas Agama Islam beserta seluruh staf yang telah mengembangkan Fakultas dan memberikan bantuan dalam pengembangan kemampuan dan keterampilan kepemimpinan kepada penulis.

4. Ayahanda Dr. Ilham Muchtar, MA sebagai ketua prodi dan Hasan Bin Juhanis, LC. M.S sebagai sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam yang senantiasa membantu penulis dalam persoalan akademik.

5. Ayahanda Dr. Abbas baco Miro, Lc, MA dan M . Chiar Hijaz, Lc, MA

(8)

viii

pembimbing yang senantiasa sabar dalam mendampingi dan membimbing penulis dalam menyelesaikn skripsi ini.

6. Nur Ismi Sri Suryanti S.Pd.I istriku tercinta yang senantiasa memberikan nasehat kepada saya agar selalu semanagat dalam mengerjakan skripsi.

Semoga Allah Subhana wata’ala senantiasa memberikan hidayah dan kesehatan.

7. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada teman–teman yang senantiasa berbagi ilmu dan pengalamannya selama ini. Semoga apa yang kita lakukan selama ini bermanfaat bagi kehidupan kita dan ilmu yang kita peroleh diridhoi Allah subhana wata’ala.

Akhirnya, Kepada Allah Subhana wata’ala kami memohon semoga semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingannya senantiasa memperoleh balasan disisi-Nya dan semoga skripsi ini dapat berguna bagi para pembaca umumnya dan lebih lagi pribadi penulis, Aamiin Yaa Robbal Alamiin

Makassar, 07 Ramadhan 1442 H 19 April 2021 M

SUPRIADI THALIB NIM 105261101

(9)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

BERITA ACARA MUNAQASYAH ... iv

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

PRAKATA ... viii

DAFTAR ISI ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Pengertian Perceraian dan Cerai Gugat... 8

B. Faktor-faktor dan Alasan Terjadinya cerai Gugat ... 11

C. Dasar Hukum Perceraian Menurut Islam ... 13

D. Akibat Hukum Cerai Gugat ... 17

BAB III METODE PENELITIAN... 21

A. Desain Penelitian ... 21

(10)

x

1. Jenis Penelitian ... 21

2. Pendekatan Penelitian ... 21

B. Lokasi dan Objek Penelitian ... 22

C. Fokus Penelitian ... 22

D. Deskripsi Penelitian ... 22

E. Sumber Data ... 23

F. Instrumen Penelitian... 23

G. Teknik Pengumpulan Data ... 24

H. Teknik Analisis Data ... 25

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 26

A. Gambaran Umum Pengadilan Agama Kelas 1A Makassar ... 26

B. Faktor Penyebab Terjadinya Perceraian pada Pengadilan Agama Kelas 1A Makassar... 30

C. Peran Pengadilan Agama Kelas 1A makassar Dalam Mengantisispasi cerai Gugat Berdasarkan Usia Perkawinan ... 34

BAB V PENUTUP ... 38

A. Kesimpulan ... 38

B. Saran ... 39

DAFTAR PUSTAKA ... 41

(11)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Demi kelangsungan kehidupan agar menjaga amanah Allah SWT, Perkawinan atau pernikahan merupakan sunnatullah (hukum alam) mencangkup makhluk hidup. Seperti manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan.

Sebagaimana firman Allah SWT dalam AL-Qur’an Surah Yasin: 36

ُضْرَْلْا ُتِبنُت اَِّمِ اَهَّلُك َجاَوْزَْلْا َقَلَخ يِذَّلا َناَحْبُس ِه ِسُفنَأ ْنِمَو

َنوُمَلْعَ ي َلَ اَِّمَِو ْم

Terjemahannya;

Maha suci Allah yang telah menciptakan pasangan – pasangan semuanya, baik dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.1

Perkawinan dapat dikatakan sebagai suatu perjanjian pertalian antara dua manusia.Yakni, laki-laki dan perempuan yang berisi persetujuan hubungan dengan maksud secara bersama-sama menyelenggarakan kehidupan yang lebih akrab menurut syarat-syarat dan hukum susila yang dibenarkan oleh Tuhan Pencipta Alam di mata orang yang memeluk agama, titik berat pengesahan hubungan itu diukur dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan Tuhan sebagai syarat mutlak2.

Menurut M. Yahya Harahap seperti dikutip oleh Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan dalam bukunya Hukum Perdata Islam di Indonesia

1 Kementrian Agama RI, Al Qur’an Tajwid dan Terjemahnya Jabal Raudatul Jannah ( Jakarta: 2009 ), h. 442

2 Amiur Nuruddin dan Azhar Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia (Studi kritis perkembangan Hukum Islam dan Fikih,UU No.1/1974 sampai KHI),cet.ke-1 Jakarta :Kencana, 2006),hal.128

(12)

berpendapat bahwa membangun keluarga dengan penuh cinta agar kokoh merupakan tujuan perkawinan. Dapat disimpulkan tujuan perkawinan mencangkup tiga hal: Pertama: Urusan Rumah Tangga menjadi tanggung jawab bersama maka diharapkan suami istri saling tolong menolong serta saling lengkap-melengkapi. Kedua: Berupaya sebisah mungkin mengembangkan kepribadian masing - masing dengan saling mendukung satu sama lain. Ketiga: Tujuan terakhir yang harus dicapai oleh sebuah keluarga demi kelangsungan sebuah keluarga harmonis harus memiliki bekal baik dari segi spiritual dan material agar terwujudnya keluarga ideal.3

Agama Islam menganjurkan supaya orang yang kuasa dan mampu untuk menikah. Anjuran ini nyata dalam al-Qur’an : Surah An-Nisa : 3

نِاَو فِخ ۡ ُت ۡ قُت َّلََا ۡ وُطِس ۡ

لا ِفِ ا ۡ وُحِكْناَف ىٰمٰتَ ي ۡ

مُك َل َباَط اَم ا ۡ اَسِّنلا َنِّم ۡ

ِء ۡ

ثَم َعٰبُرَو َثٰلُ ثَو ٰنٰ ۡ

نِاَف ۡ فِخ ۡ ُت ۡ عَت َّلََا ۡ وُلِد ۡ

وَا ًةَدِحاَوَ ف ا ۡ تَك َلَم اَم ۡ

ۡ

يَا مُكُناَم ۡ ۡ دَا َكِل ٰذ ۡ ٰن ۡ

َّلََا ى ۡ وُعَ ت وُل ۡ ا ۡ

Terjemahannya :

Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak - hak ) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita – wanita (lain) yang kamu senangi:dua,tiga,empat.

Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.4

Ayat tersebut menjelaskan tentang perintah bagi pemuda yang

3 Amiur Nuruddin dan Azhar Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia (Studi kritis perkembangan Hukum Islam dan Fikih,UU No.1/1974 sampai KHI),cet.ke-1 Jakarta :Kencana, 2006), hlm. 51

4 Kementrian Agama RI, Al Qur’an Tajwid dan Terjemahnya Jabal Raudatul Jannah An- nisa (4):3.

(13)

mampu hendaklah berkawin, karena sesungguhnya berkawin itu lebih merendahkan pandangan mata dan memelihara kehormatan.5 Salah satu prinsip perkawinan Islam adalah menguatkan ikatan perkawinan agar berlangsung selama-lamanya. Oleh sebab itu, berbagai upaya harus ditempuh agar persekutuan itu tidak terjadi terus menerus. Tetapi jika perseturuan yang tak kunjung redah, bahkan hilangnya harapan dan kasih sayang telah memudar sehingga mempertahankan perkawinan dapat membahayakan kedua belah pihak, maka perceraian boleh dilakukan. Islam adalah agama yang mengatur dan menganjurkan untuk memepertahankan dan menguatkan ikatan perkawinan, bukan berarti langkah perceraian yang ditempuh dilarang, jika memang ada kemaslahatan yang besar maka hal ini tidak mengapa.

Bila mempertahankan perkawinan akan menimbulkan kemudharatan berkepanjangan yang dikhawatirkan akan melampaui ketentuan-ketentuan Allah, maka ikatan janji suci sehidup semati harus dikorbankan.6 Sesuatu yang tidak diinginkan terjadi karena bertentangan dengan asas-asas hukum Islam, sebagaimana yang dinyatakan oleh Rasulullah Saw, dari Umar, ia berkata bahwa Rasulullah Saw besabda:

ُق َلََّطلا َلَاَعَ ت ِهَّللا َلَِإ ِل َلََْلْا ُضَغْ ب أ

7

Artinya: “Sesuatu Yang halal tapi dibenci Allah adalah

5Mahmud Yunus, Hukum Perkawinan Dalam Islam menurut Mahzab Syafii, Hanafi, Hambali. cet ke-1 (Jakarta:AL-Hidayah, 1956), hlm. 5.

6Rahmat Hakim, Hukum Perkawinan Islam (Bandung: Pustaka Setia. 2000) h.15.

7 Abi Daud, Sunan Abi Daud, (Beirut : Dar al-Kutub al Ilmiah, 1996), h. 34

(14)

perceraian”(H.R Abu Daud)

Islam memahami dan menyadari hal ini, karena itu Islam membuka kemungkinan perceraian baik dengan jalan talak maupun dengan jalan fasakh demi menjunjung tinggi prinsip kebebasan dan kemerdekaan manusia. Islam anti paksaan sekalipun untuk memeluk dan menganut agama Islam itu sendiri.

Hukum Islam membenarkan dan mengizinkan perceraian kalau perceraian itu lebih memberikan kemaslahatan dari pada tetap berada dalam ikatan perkawinan itu. Walaupun yang dimaksud dari perkawinan itu untuk mencapai kebahagiaan dan kerukunan hati masing-masing, tentulah kebahagiaan itu tidak akan tercapai dalam hal-hal yang tidak dapat disesuaikan, karena kebahagiaan itu tidak bisa dipaksakan. Memaksakan kebahagiaan bukanlah kebahagiaan tetapi penderitaan. Karena itulah Islam tidak mengikat mati perkawinan tetapi tidak pula mempermudah perceraian.8 Maraknya perceraian di masyarakat karena banyaknya persoalan rumah tangga yang tidak terselesaikan dengan bijak seringkali menjadi acuan dan alasan perceraian itu sendiri, mereka yang telah melakukan perceraian merupakan pelanggar norma sosial yang sering kali dianggap telah gagal dalam menarungi bahtera rumah tangga di tengah masyarakat.9 Jika pada masa lalu proses perceraian dalam pernikahan merupakan suatu momok yang tabu dan aib untuk dilakukan, kini persepsi bahwa bercerai sudah menjadi suatu fenomena yang umum di masyarakat. Pada dasarnya terjadinya suatu perceraian tidak lepas dari

8 M. Djamil Latif, Aneka Hukum Perceraian di Indonesia (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985), hlm. 30.

9 makalah-psikologisosialmasalahhtml?m=1, diakses pada 13 Agustus 2016

(15)

berbagai macam faktor penyebab yang mempengaruhi keutuhan ikatan perkawinan. Berbagai faktor menjadi alasan bagi istri, sehingga mengajukan cerai gugat terhadap suaminya, baik itu faktor eksternal dalam rumah tangganya maupun faktor internal. Undang-undang perkawinan membedakan antara perceraian atas kehendak suami disebut cerai talak dan perceraian atas kehendak istri disebut cerai gugat.10 Islam menetapkan hak talak berada ditangan suami. Karena itu suami memiliki hak talak yakni,hak untuk mentalak istrinya sebanyak tiga talak. Namun demikian hak itu tidak dapat dipergunakan oleh suami begitu saja dengan sewenang-wenangnya. Demikian pula istri yang minta agar suaminya mempergunakan hak talaknya, yakni minta diceraikan (ditalak) oleh suaminya. Pengunaan hak talak oleh suami dengan sewenang – wenang adalah suatu kerja yang dimurkai Tuhan, demikian juga istri yang mendesak agar suaminya menceraikannya tanpa sebab. sehingga walaupun hak talak itu berada ditangan suami saja yang boleh menjatuhkan talak kepada istrinya dimana seorangpun tidak mempengaruhinya, namun istri berhak karena ada sebab membolehkan cerai, minta cerai dari suaminya atau melalui pengadilan. Di Indonesia disamping suami dapat menggunakan hak talaknya untuk menceraikan istrinya tetapi tidak sedikit istri telah mempergunakan haknya untuk memperoleh cerai dari suaminya melalui lembaga ta’lik talak di depan Pengadilan Agama.11 Pengadilan Agama Kelas 1A Makassar adalah Pengadilan Agama yang

10A. Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama, cet.

ke-2 (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), hlm. 202.

11M. DJamil Latif, Aneka Hukum Perceraian di Indonesia…, hlm. 30.

(16)

merupakan Pengadilan Tingkat Pertama sebagai instansi yang memproses dan memutuskan perkara bagi masyarakat guna mendapatkan keadilan, khususnya yang beragama Islam di wilayah hukum Kota Makassar. Setiap tahunnya, di Pengadilan Agama Makassar perkara cerai gugat (permohonan cerai diajukan istri) selalu berada dalam puncak kasus yang mendominasi dari perkara cerai talak (permohonan cerai diajukan suami). Dengan adanya kemajuan kehidupan berumah tangga pada zaman sekarang ini, sering terjadi berbagai macam kasus perceraian yang dijumpai di lingkungan masyarakat ataupun di lingkungan Pengadilan Agama yang mana cerai gugat lebih Tinggi dibanding dengan cerai talak walaupun yang sebenarnya adalah suami memiliki hak prerogatif untuk menceraikan istrinya. Melihat kondisi yang terjadi di Pengadilan Agama Makassar pada Tahun 2020-2021 perkara cerai gugat menjadi perkara tertinggi dan mendominasi daripada perkara cerai talak, maka penulis tertarik untuk meneliti dan mengkaji faktor-faktor apa yang mempengaruhi istri menggugat cerai suaminya. Berangkat dari latar belakang masalah di atas, maka peneliti ingin mengadakan penelitian dan menuliskannya dalam bentuk skripsi dengan judul tentang Faktor Penyebab Cerai Gugat Beradasarkan Usia Perkawinan Di Pengadilan Agama Makassar.

B. Rumusan Masalah

Penyusun mengidentifikasi dari uraian latar belakang di atas maka pokok masalah pembahasan skripsi ini lebih terarah. Adapun pokok masalah tersebut yakni sebagai berikut:

(17)

1. Faktor apa saja yang menjadi penyebab tingginya cerai gugat berdasarkan usia perkawinan di Pengadilan Agama Kelas 1A Makassar ?

2. Bagaimana cara agar penyebab cerai gugat berdasarkan usia perkawinan di Pengadilan Agama Kelas 1A Makassar terkendali.?

C. Tujuan Penilitian

Adapun tujuan dan kegunaan dari penyusunan skripsi ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana faktor apa saja yang menjadi penyebab tingginya cerai gugat berdasarkan usia perkawinan.

2. Untuk mengetahui bagaimana cara dan upaya Pengadilan Agama Makassar agar penyebab tingginya cerai gugat berdasarkan usia perkawinan tidak terjadi.

D. Manfaat Penelitian

Selain mempunyai tujuan seperti yang telah disebutkan, penelitian ini mempunyai kegunaan sebagai berikut:

1. Memberikan kontribusi penelitian Hukum Islam dan dapat menjadi alternatif dalam memberikan pandangan masyarakat terkait agar menjaga ikatan perkawinan sekuat mungkin untuk tidak melakukan perceraian, terlebih cerai gugat yang dengan bertambahnya tahun semakin meningkat.

2. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan persoalan seputar rumah tangga, khususnya dalam Hukum Keluarga Islam.

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Perceraian dan Cerai Gugat

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia “bercerai” artinya

“menjatuhkan talak atau memutuskan hubungan sebagai suami isteri.”

Menurut Pasal 207 KUH Perdata, perceraian mengacu pada keputusan untuk membatalkan perkawinan oleh hakim atas permintaan salah satu pihak dalam perkawinan berdasarkan alasan yang diberikan oleh undang-undang. Makna perceraian tidak ada dalam undang-undang perkawinan, juga tidak dalam penafsiran dan aturan pelaksanaanya.

Meskipun tidak ada pengertian perceraian yang sebenarnya, namun bukan berarti Undang-Undang Perkawinan tidak mengatur tentang perceraian sama sekali. padahal yang terjadi justru sebaliknya, penyelesaian masalah perceraian menempati posisi terbesar. Dilihat dari aturan pelaksanaannya, menjadi lebih jelas. Adapun definisi dari perceraian itu sendiri dikemukakan beberapa sarjana, antara lain:

1. Menurut Subekti, perceraian adalah batalnya suatu perkawinan berdasarkan keputusan hakim atau permintaan salah satu pihak dalam perkawinan.12

2. Menurut R. Soetojo Prawiroharmidjojo dan Aziz Saefuddin, perceraian

12Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, (Jakarta: Intermasa, 1985), hlm. 23.

(19)

berbeda dengan pemutusan pernikahan setelah meninggalkan meja dan meninggalkan tempat tidur, tidak ada perselisihan di antara kedua belah pihak, bahkan tidak ada pasangan yang memiliki keinginan untuk mengakhiri perkawinan. Perceraian selalu didasarkan pada perselisihan antara keduanya.13

3. Menurut P.N.H. Simanjuntak, perceraian adalah ketika hakim mengakhiri perkawinan karena karena alasan apapun atas permintaan salah satu atau kedua belah pihak.14

Islam telah memberikan penjelasan dan definisi, menurut ahli para fuqaha, perceraian disebut talak atau furqoh. Perceraian diambil dari kata قلاطا(Itlak), yang artinya menyerah atau pergi. Dalam hal syara', talak adalah pembebasan dari satu hubungan perkawinan atau putusnya suatu hubungan perkawinan.15 Perceraian mendapatkan awalan “per” dan akhiran “an”

sebagai penyebab kata benda abstrak, kemudian menjadi penyebab perceraian yang signifikan, hasil dari tindakan perceraian. Berikut ini adalah beberapa rumusan yang diberikan oleh para fuqaha tentang pengertian talak, diantaranya sebagai berikut:

1. Dahlan Ihdami, memberi pengertian sebagai berikut: Lafadz talaq berarti melepaskan belenggu, yaitu menggunakan kata-kata lafadz khusus seperti

13R. Soetojo Prawirohamidjojo dan Azis Safioedin, Hukum Orang Dan Keluarga, (Bandung: Alumni, 1986), hlm. 109.

14 P.N.H.Simanjuntak, Pokok-Pokok Hukum Perdata Indonesia, (Jakarta: Pustaka Djambatan, 2007), hlm. 53.

15 Soemiyati, Hukum Perkawinan Islam Dan Undang-Undang Perkawinan, hlm. 81-83.

(20)

talaq, kinayah (tersirat) untuk memutuskan akad nikah dalam arti talak..16 2. Sayyid Sabiq, memberikan pengertian sebagai berikut: Lafadz talak

diambil dari kata itlak yang artinya melepaskan atau menjauhi. Sedangkan secara syara', talak berarti memutuskan atau mengakhiri hubungan perkawinan. 17

Al-Qur'an adalah sumber hukum Islam yang pertama. Dalam banyak kesempatan, selalu disarankan agar pasangan rukun dan tidak menceraikan istri mereka karena alasan yang tidak berprinsip. Jika terjadi perselisihan sengit antara suami dan istri, disarankan untuk bersabar, melakukan pekerjaan kerukunan keluarga dengan baik, tidak membubarkan pernikahan Anda, tetapi kirimkan dulu tunik dan tunik dari keluarga suami untuk memperjuangkan kerukunan. Dapatkan persetujuan dari keluarga istri. Jika upaya ini tidak berhasil, Anda bisa bercerai lagi.

Pengertian talak sendiri dalam KHI secara tegas ditegaskan dalam pasal 117 yang mengatur bahwa talak adalah janji yang dibuat oleh suami di hadapan sidang pengadilan agama, yang menjadi salah satu penyebab putusnya perkawinan.

Berdasarkan uraian tersebut dapat dipahami bahwa perceraian adalah penggunaan lafadz talak atau sejenisnya untuk menghancurkan hubungan perkawinan yang sah antara suami dan istri. Dua orang dengan kepribadian yang sangat berbeda disatukan dalam sebuah hubungan pernikahan, dan

16Dahlan Ihdami, Asas-asas Fiqih Munakahat Hukum Keluarga Islam, (Surabaya: Al- Ikhlas, t.t, 2003), hlm. 64.

17 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, Muhammad Sayyid Sabiq (Pengajar Universitas Al- Azhar, Kairo dan Ummul Qura, Mekah), (Jakarta: Pena Publishing, 2011), hlm. 9.

(21)

tentunya tidak akan berjalan mulus. Harus ada waktu antara suami dan istri, akan ada masalah, baik yang disebabkan oleh istri atau suami.

Karena masalah di antara mereka belum menemukan solusi yang baik, salah satu pihak dapat mengajukan gugatan cerai. Undang-undang Perkawinan menegaskan prinsip bahwa perceraian sulit dilakukan, karena perceraian akan membawa akibat yang buruk bagi para pihak. Agar perceraian sulit terjadi, harus ada alasan perceraian yang cukup untuk mencegah pasangan suami istri, begitu juga suami istri.18

B. Faktor-Faktor Dan Alasan Penyebab Terjadinya Cerai Gugat

Pada dasarnya, hukum Syariah menetapkan bahwa hanya ada satu alasan perceraian, yaitu perselisihan yang sangat sengit dan membahayakan keselamatan jiwa, yang disebut "syiqaq" dalam ayat 35 Surat an-Nisa Al- Qur'an sebagaimana firman Allah SWT.19

ًامَكَح ْاوُثَعْ باَف اَمِهِنْيَ ب َقاَقِش ْمُتْفِخ ْنِإَو ُهّللا ِقِّفَوُ ي ًاحَلَْصِإ اَديِرُي نِإ اَهِلْهَأ ْنِّم ًامَكَحَو ِهِلْهَأ ْنِّم

﴿ ًايرِبَخ ًاميِلَع َناَك َهّللا َّنِإ اَمُهَ نْ يَ ب

ٖ٣

Terjemahannya;

Dan jika kamu khawatir terjadi persengketaan antara keduanya, maka kirimlah seorang juru damai dari keluarga laki-laki dan seorang juru damai dari keluarga perempuan. Jika keduanya (juru damai itu) bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami-istri itu. Sungguh, Allah Maha Mengetaui, Maha Mengenal20.

18Sudarsono, Lampiran UUP Dengan Penjelasannya, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), hlm.

307.

19 Taufiq, Peradilan Keluarga Indonesia, (Mahkamah Agung RI, Jakarta, 2000), hlm.80.

20 Kementrian Agama RI, Al Qur’an Tajwid dan Terjemahnya Jabal Raudatul Jannah

(22)

Sebelum perceraian, biasanya banyak terjadi konflik dan perselisihan.

Akhir-akhir ini banyak sekali masalah keluarga, termasuk perceraian. Kasus perceraian pasangan suami istri sudah mencapai angka yang sangat mengkhawatirkan, sehingga bisa dibayangkan berapa banyak keluarga yang benar-benar melewati tahap kehidupan yang sangat tidak terduga.

Perceraian selalu memberikan dampak yang mendalam bagi anggota keluarga, meskipun tidak semua perceraian akan berdampak negatif.

Perceraian adalah cara terbaik bagi kedua belah pihak untuk melanjutkan kehidupan yang lebih baik. Perceraian tidak hanya berdampak negatif bagi para pihak, tetapi juga berdampak positif.21

Menurut hasil pengamatan dan penyelidikan sementara, diketahui bahwa jumlah perceraian pasangan menikah di seluruh dunia telah meningkat akhir-akhir ini. Anehnya, ternyata alasan perceraian mereka bukan karena tidak lagi saling mencintai. Namun, perceraian ditemukan lebih banyak disebabkan oleh beberapa faktor pendorong lainnya. Meningkatnya perceraian diduga menjadi pemicu perceraian, antara lain::22

1. Alasan untuk peningkatan kemungkinan perceraian di masyarakat adalah pertama-tama "status sosial-ekonomi." Pasangan dengan pendapatan rendah dan pendidikan rendah lebih mungkin untuk bercerai. wanita bahkan yang telah menerima pendidikan lebih (lima tahun atau lebih di perguruan tinggi) daripada suami mereka memiliki tingkat perceraian Surat An-nisa (4:35) hal, 82.

21H.M. Djamil Latif, Aneka Hukum Perceraian di Indonesia, (Jakarta: Ghalia Indonesia, Cet. 3, 1985), hlm. 87-88.

22 Yos. 12 April 2005. Tiga Bulan, Tujuh PNS Ajukan Gugatan Cerai. Jawa Pos, hlm. 42.

(23)

rata-rata lebih tinggi dari perempuan miskin dan tingkat pendidikan yang lebih rendah.Penyebab kemungkinan meningkatnya tingkat perceraian yang kedua adalah “Usia mereka saat Menikah.” Usia saat menikah adalah salah satu prediksi yang sangat kuat kemungkinan bercerai. Telah diperlihatkan melaui berbagai penelitian bahwa Pasangan yang menikah pada usia 20 atau di usia yang lebih muda memiliki kemungkinan perceraian lebih tinggi terutama selama 5 tahun pertama usia pernikahan.

2. Kemungkinan alasan untuk perceraian lebih lanjut adalah: "tidak ada anak/keturunan" Tidak adanya keturunan atau anak-anak adalah alasan perceraian. Hal ini karena anak berkontribusi pada keutuhan dan kesatuan keluarga..

3. Alasan meningkatnya kemungkinan perceraian adalah perceraian sekarang telah menjadi hal yang sangat umum, dan mudah dipahami dan diterima di masyarakat. Berbeda dengan beberapa dekade lalu, perceraian merupakan hal yang sangat tabu dan patut dihindari, namun kini zaman telah berubah. Fakta seperti ini mendorong banyak orang untuk dengan mudah menyelesaikan perselisihan perceraian..

4. Alasan meningkatnya kemungkinan perceraian akhir-akhir ini adalah masalah perbedaan keyakinan antara suami dan istri, dan pada dasarnya mudah untuk bercerai..

C. Dasar Hukum Perceraian Menurut Islam

Islam menetapkan bahwa pernikahan harus berlangsung selamanya dan berdasarkan kasih sayang keluarga dan cinta timbal balik. Islam juga

(24)

melarang pernikahan untuk jangka waktu tertentu, hanya untuk melepaskan keinginan. 23 Dalam perkembangan kehidupan keluarga, jika akan terjadi kesalahpahaman antara suami istri, salah satu atau kedua belah pihak tidak memenuhi kewajibannya, tidak percaya satu sama lain, dll, menyebabkan ketidakharmonisan keluarga, karena konsep dan visi kedua belah pihak tidak sesuai. mustahil. Keduanya tidak bisa lagi menyatu menjadi satu, situasi seperti itu terkadang bisa diatasi dan diselesaikan, dan hubungan antara suami dan istri bisa menjadi lebih baik lagi. Tapi terkadang tidak bisa diselesaikan atau didamaikan. Bahkan, terkadang menimbulkan dendam dan pertengkaran yang berkepanjangan. Ketika hubungan pernikahan tidak dapat dipertahankan, keluarga yang mereka bangun tidak lagi memberikan rasa damai kepada pasangan, dan kemudian Islam mengatur prosedur untuk menyelesaikan situasi ini yang disebut talak atau perceraian. Aturan perceraian didasarkan pada Al-Qur'an dan Sunnah sebagai berikut:

َو ِهِتَعَس نِّم ِّلَُك ُهّللا ِنْغُ ي اَقَّرَفَ تَ ي نِإ

﴿ ًاميِكَح ًاعِساَو ُهّللا َناَكَو

ٖٔٓ

Terjemahannya;

Jika keduanya bercerai, maka Allah akan memberi kecukupan kepada masing-masingnya dari limpahan karunia-Nya. dan adalah Allah maha luas (karunia-Nya) lagi maha bijaksana. (An-Nisa, ayat 130).24

Ayat di atas menjelaskan jika memang perceraian harus ditempuh sebagai alternatif atau jalan terakhir, maka Allah akan mencukupkan

23 Kamal Mukhtar, Azas-azas Hukum Islam Tentang Perkawinan, (Yogyakarta: Bulan Bintang, 1993), hlm. 157.

24Kementrian Agama RI, Al Qur’an Tajwid dan Terjemahnya Jabal Raudatul Jannah, hlm.144.

(25)

karunianya kepada masing-masing suami dan istri. Walaupun hubungan suami-istri sudah diakhiri dengan perceraian, namun Islam tetap memberikan jalan kembali bila kedua belah pihak menghendakinya, dengan catatan talak yang di lakukan bukan ba‟in kubro, sebagaimana firman Allah dalam surat al- Baqarah ayat 229, dibawah:

ٌحيِرْسَت ْوَأ ٍفوُرْعَِبِ ٌكاَسْمِإَف ِناَتَّرَم ُقَلََّطلا ْاوُذُخْأَت نَأ ْمُكَل ُّلَِيَ َلََو ٍناَسْحِإِب

ًائْيَش َّنُهوُمُتْيَ تآ اَِّمِ

ِف اَمِهْيَلَع َحاَنُج َلََف ِهّللا َدوُدُح اَميِقُي َّلََأ ْمُتْفِخ ْنِإَف ِهّللا َدوُدُح اَميِقُي َّلََأ اَفاََيَ نَأ َّلَِإ ْتَدَتْ فا اَمي

َ ت َلََف ِهّللا ُدوُدُح َكْلِت ِهِب

﴿ َنوُمِلاَّظلا ُمُه َكِئ َلْوُأَف ِهّللا َدوُدُح َّدَعَ تَ ي نَمَو اَهوُدَتْع

ٕٕ٢

Terjemahannya;

Talak (yang dapat dirujuk) itu dua kali. (Setelah itu suami dapat) menahan dengan baik, atau melepaskan dengan baik. Tidak halal bagi kamu mengambil kembali sesuatu yang telah kamu berikan kepada mereka, kecuali keduanya (suami dan istri) khawatir tidak mampu menjalankan hukum-hukum Allah. Jika kamu (wali) khawatir bahwa keduanya tidak mampu menjalankan hukum-hukum Allah, maka keduanya tidak berdosa atas bayaran yang (harus) diberikan (oleh istri) untuk menebus dirinya. Itulah hukum-hukum Allah,25 maka janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa melanggar hukum- hukum Allah, mereka itulah orang-orang zalim.

Ayat di atas menjelaskan bahwa hukum talak yang masih boleh dirujuk oleh suami adalah dua kali, jadi jika suami bercerai lagi (ketiga kalinya), maka dia (suami) mengacu kepada istrinya lagi dan tidak halal lagi, kecuali bekasnya. istri menikah lagi dan bercerai.26 Sebagaimana Allah berfirman pada bagian 1 Surat AtThalaq, menjelaskan bagaimana hukum waktu talak diberikan kepada istri dalam keadaan suci, dan tidak dicampur

25Kementrian Agama RI, Al Qur’an Tajwid dan Terjemahnya Jabal Raudatul Jannah, hlm. 55.

26 M. Ali al-Sabuni, Rawa‟I al-Bayan Tafsir Ayat al-Ahkam, (Beirut: Dar al-Fikr, 2001), hlm. 321.

(26)

dengan talak sunni atau disebut talak sunni..27

َٰي قَّلَط اَذِإ ُِّبَِّنلٱ اَهُّ يَأ ۡ اَسِّنلٱ ُُت ۡ

حَأَو َّنِِتَِّدِعِل َّنُهوُقِّلَطَف َء ۡ لٱ ْاوُص ۡ

ِع ۡ َةَّد َهَّللٱ ْاوُقَّ تٱَو ۡ

مُكَّبَر ۡ خُت َلَ ۡ نِم َّنُهوُجِر ۡ خَي َلََو َّنِِتِوُيُ ب ۡ

جُر ۡ َّلَِإ َن ۡ أَي نَأ ۡ

ٍةَنِّ يَ بُّم ٍةَشِحَٰفِب َينِت ۡ ۡ

لِتَو ِهَّللٱ ُدوُدُح َك ۡ دَقَ ف ِهَّللٱ َدوُدُح َّدَعَ تَ ي نَمَو ۡ

فَن َمَلَظ ۡ ُهَسۥ ۡ

دَت َلَ ۡ َهَّللٱ َّلَعَل ىِر ۡ

حُي عَب ُثِد ۡ مَأ َكِلَٰذ َد ۡ

اًر ۡ

Terjemahannya;

Wahai Nabi! Apabila kamu menceraikan istri-istrimu maka hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) idahnya (yang wajar),28 dan hitunglah waktu idah itu, serta bertakwalah kepada Allah Tuhanmu. Janganlah kamu keluarkan mereka dari rumahnya dan janganlah (diizinkan) keluar kecuali jika mereka mengerjakan perbuatan keji yang jelas. Itulah hukum-hukum Allah, dan barangsiapa melanggar hukum-hukum Allah, maka sungguh, dia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri. Kamu tidak mengetahui barangkali setelah itu Allah mengadakan suatu ketentuan yang baru.

Hadits Nabi SAW semakin menguatkan dalil perceraian dalam Al- Qur'an. Selanjutnya hadits tersebut dijadikan hadits sebagai dasar hukum perceraian. Ini adalah salah satu hadits paling terkenal yang diriwayatkan oleh Imam Abu Daud:

قلَطلا للها لَا للَلْا ضغبأ

Artinya:“Sesuatu Yang halal tapi dibenci Allah adalah perceraian”(H.R Abu Daud). dari Ibnu Umar dari Rasulullah SAW yang bersabda:”Perkara halal

27Talak Sunni: talak yang dijatuhkan suami pada istrinya dan istri dalam keadaan suci atau tidak bermasalah secara hukum syara', seperti haidh, dan selainnya.

28 Kementrian Agama RI, Al Qur’an Tajwid dan Terjemahnya Jabal Raudatul Jannah, hlm. 655

(27)

yang paling dibenci Allah adalah perceraian.”29

Menurut riwayat yang paling efektif, Asbab alWurud berkaitan dengan pernikahan Abdullah bin Umar dengan wanita yang dicintainya.

Namun, Umar Ibnu alKhatab tidak suka putranya menikahi wanita ini.

Abdullah pun mengadu kepada Rasulullah SAW. Rasulullah SAW kemudian berdoa untuk Abdullah, dan kemudian berkata, "Ya, Abdullah, ceraikan istrimu!" Akhirnya, Abdullah menceraikan istrinya.

Menurut alAsqallani dari Fath alBari, Syarah Hadis, juz 10, hal. 447, Perceraian yang Tidak Disukai Menggambarkan perceraian yang terjadi tanpa alasan yang jelas. Menurut alKhattabi, “Aunul al Ma`bud Syarh Sunan Abi Daud, juz 6, hlm. 226 menjelaskan niat untuk membenci perceraian karena sesuatu yang menyebabkannya, termasuk perlakuan buruk dan kurangnya persatuan. bukanlah perceraian itu yang dibenci, akan tapi hal-hal lain yang menyebabkan sampai terjadi perceraian. Bahkan Rasulullah juga pernah menceraikan beberapa istri beliau, meski ada yang beliau rujuk kembali. Allah sendiri membolehkan perceraian.

D. Akibat Hukum Cerai Gugat

Hukum dan perundang-undangan Islam Indonesia menetapkan bahwa perceraian antara suami dan istri tidak hanya merusak hubungan perkawinan, tetapi juga menimbulkan berbagai akibat, seperti terjadinya pembagian harta bersama (gemenshap) dan hak mengurus anak (hadlonah).

1. Harta Bersama

29 Imam Abu Daud, „Aun al-Ma‟bud Syarh Sunan Abi Daud, Juz 6, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2005), hlm. 226.

(28)

Perceraian antara suami dan istri memiliki akibat, termasuk pembagian harta bersama. Dalam bahasa Belanda disebut gemenschap.

Padahal, dalam Nash yang secara jelas menyebutkan hukum harta bersama baik dalam Al-Qur'an maupun As-Sunnah, tidak ditemukan konsep harta bersama dalam hukum Islam. Oleh karena itu, bagi ulama yang mampu melakukan ijtihad atau yang disebut dengan mujtahid, inilah yang disebut ranah ijtihad. Satria Effendi M. Zein mengatakan bahwa dalam budaya masyarakat muslim ada dua budaya utama mengenai harta yang diperoleh dalam perkawinan, pertama adalah budaya masyarakat yang memisahkan harta suami dengan harta istri di rumah. Dalam masyarakat Muslim seperti itu, tidak ada klausul kepemilikan bersama. Kedua; masyarakat muslim yang tidak memisahkan harta kekayaan yang diperoleh pasangan suami istri dalam perkawinannya. Komunitas Muslim ini mengakui dan mengakui adanya harta bersama. Di Indonesia, sesuai dengan kebiasaan masyarakat muslim untuk mengakui adanya harta bersama setelah perceraian, telah diperkuat dan mempunyai akibat hukum positif karena telah diatur dan disetujui sebagaimana dimaksud dalam pasal 35 (1) dan Pasal 35 (1). dan Pasal 1974. Pasal (2) UU No. 1 bahwa: 30

Pasal 35

a. Adanya harta benda yang diperoleh selama masa pernikahan diklaim harta bersama.

30Satria Effendi, Problematika Hukum Keluarga Islam Kontemporer, (Jakarta:

Kencana. Cet.2), hlm. 60-61.

(29)

b. Harta benda yang diperoleh sebelum adanya ikatan pernikahan dari masing-masing suami dan isteri disebut harta bawaan, di mana harta ini di bawah penguasaan masing-masing sepanjang para pihak tidak menentukannya, dan harta benda ini bisa dialihkan sebagai hadiah atau warisan dalam pernikahan.

Dalam undang-undang Belanda yang termuat dalam pasal 119 dan pasal 126 Burgerlijk Wetboek disebutkan bahwa sejak tanggal perkawinan menurut undang-undang terdapat percampuran harta antara suami dan istri, yang disebut dengan kepemilikan bersama. Hal ini akan terjadi selama tidak ada ketentuan lain dalam perjanjian perkawinan.

Karena kematian salah satu pihak, perceraian, pemisahan meja dan tempat tidur, dan pemisahan harta benda yang diatur dalam perjanjian pranikah, maka harta bersama itu bubar atau putus menurut hukum. Dalam pasal 127 Burgerlijk Wetboek, setelah pembubaran harta bersama, kekayaan mereka dibagi antara suami dan istri atau antara ahli waris mereka, tanpa mempersoalkan dari bagian mana harta itu berasal.

2. Pengurusan Anak

Perceraian menyebabkan masalah tidak hanya dalam pembagian harta bersama yang disebutkan di atas, tetapi juga dalam pengelolaan anak-anak. Dikenal sebagai pengasuhan anak (Hadlonah). Hukum Islam mengatur bahwa dalam kasus perceraian suami istri, selama anaknya tidak mumayyiz, seorang wanita berhak mendidik dan mengasuh anaknya. Hal ini sejalan dengan Sabda Rasulullah SAW kepada seorang isteri yang

(30)

mengadukan pengurusan anaknya setelah ia bercerai dari suaminya.

Rasulullah SAW bersabda: ”Kaulah yang lebih berhak mendidik anakmu selama kamu belum kawin dengan orang lain”. (Hadits riwayat Abu Dawud dan al- Hakim)31.”

Selain kedua akibat dari perceraian sebelumnya, karena putusnya perkawinan karena perceraian, UU Perkawinan No. 1 Tahun 1974 mengatur tentang pengelolaan anak, terdapat pada:

Pasal 41

a. Kedua orang tua berkewajiban mengasuh dan mendidik anak-anaknya, apabila terjadi sengketa penguasaan anak, pengadilan akan menjatuhkan putusan hanya berdasarkan kepentingan anak.

b. Pengadilan dapat meminta mantan suami untuk menutupi biaya hidup dan/atau menetapkan kewajiban mantan istri.

31 Satria Effendi, Problematika Hukum Keluarga Islam Kontemporer, (Jakarta: Gramedia, 2004) hlm. 62.

(31)

21 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian skripsi ini adalah penelitian lapangan (field research). Penelitian lapangan adalah penelitian yang dilakukan di kancah

atau medan terjadinya peristiwa yang diteliti.32 Yaitu dengan kata lain penelitian lapangan merupakan salah satu jenis penelitian yang dilakukan dengan terjun langsung ke daerah obyek penelitian, guna memperoleh data yang diperlukan dalam penyusunan skripsi. Dalam hal ini penyusun mengkaji dan menelusuri data- data yang berkaitan denga putusan berkas perkara cerai gugat di Pengadilan Agama Kelas 1A Makassar, sebagai obyek penelitian.

2. Pendekata Penelitian

Pada penelitian ini penyusun akan menggunakan pendekatan Yuridis Sosiologis yaitu dalam menjawab permasalahan digunakan sudut pandang hukum dimana pembahasan didasarkan berbagai peraturan perundangan yang berlaku dan kesesuainya dengan kenyataan atau fenomena yang terjadi dalam lingkup masyarakat.33 Penelitian ini

32M. Iqbal Hasan, Pokok-pokok Materi Metologi Penelitian dan Aplikasinya (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002), hlm. 11.

33Burhan Bungin, Metode Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif dan Kualitatif- cet.1 (Surabaya: Airlangga University Press, 2001), hlm. 133.

(32)

dilakukan dengan cara meneliti dan menganalisa alasan-alasan yang menjadi penyebab cerai gugat dan faktor yang menyebabkan tingginya tingkat cerai gugat di Pengadilan Agama Makassar.

B. Lokasi dan Objek Analisis Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Pengadilan Agama Makassar. Peneliti melaksanakan di tempat tersebut dengan alasan karena lokasi tersebut strategis untuk peneliti. Sedangkan yang menajadi objek penelitian yaitu sebagai perkara cerai gugat.

C. Fokus Penelitian

Dalam penelitian ini dapat memfokuskan masalah terlebih dahulu supaya tidak terjadi perluasan permasalahan yang nantinya tidak sesuai dengan tujuan penelitian ini. Maka peneliti memfokuskan untuk meneliti :

1. Faktor penyebab terjadinya cerai gugat berdasarkan usia perkawinan di Pengadilan Agama Makassar.

2. Cerai gugat berdasarkan 0-5 tahun usia perkawinan

D. Deskripsi Penelitian

Penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif deskriptif dengan metode survey. Peneliti melakukan penelitian terhadap perkara cerai gugat berdasarkan usia perkawinan 0 sampai 5 tahun di Pengadilan Agama Makassar. Tujuanya untuk mengetahui faktor apa saja yang menjadi penyebab terjadinya cerai gugat berdasarkan usia perkawinan dan menimalisir agar tidak terjadi perceraian guna mewujudkan keluarga sakinah, mawaddah, warahmah.

(33)

E. Sumber Data

Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Penelitian ini menggunakan dua jenis sumber data, yaitu:

1. Sumber Data Primer

Sumber data utama adalah data yang diperoleh langsung dari objek penelitian melalui penggunaan langsung alat ukur atau alat pengambilan data pada objek, sebagai sumber informasi yang dicari.

2. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen- dokumen atau laporan yang telah tersedia diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh dari peneliti dari subyek penelitian. Data ini.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Dalam penelitian ini di butuhkan manusia sebagai peneliti karena manusia dapat menyusuaikan sesuai dengan keadaan lingkungan. Adapun instrumen yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Panduan observasi

Pedoman observasi yang diberikan berupa observasi langsung oleh peneliti, mengenai keadaan, kondisi dan fakta faktor-faktor yang menyebabkan tingginya angka perceraian berdasarkan usia perkawinan di Pengadilan Agama Kelas 1A Makassar.

2. Pedoman wawancara

Pedoman wawancara yang berisi sejumlah pertanyaan yang

(34)

tentunya berkaitan dengan faktor penyebab cerai gugat berdasarkan usia perkawinan di Pengadilan Agama Kelas 1A Makassar.

3. Acuan Dokumentasi

Acuan Dokumentasi berupa catatan tambahan khususnya dokumentasi yang berkaitan dengan proses pengambilan data dan wawancara di Pengadilan Agama Kelas 1A Makassar.

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan digunakan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian adalah:

1. Wawancara (Interview)

Metode wawancara adalah suatu proses di mana pewawancara dan orang yang diwawancarai atau yang diwawancarai memperoleh informasi untuk tujuan penelitian melalui tanya jawab tatap muka.34 Dalam penelitian ini yang dijadikan sebagai responden adalah Hakim Pengadilan Agama Kelas 1A Makassar sebagai orang yang pernah memutus perkara cerai gugat.

2. Dokumentasi

Metode dokumenter adalah salah satu metode pengumpulan data yang digunakan dalam metodologi penelitian sosial. Pada intinya metode ini digunakan untuk menelusuri data historis. Yaitu berbentuk surat-surat,

34Burhan Bungin, Metode Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif dan Kualitatif- cet.1 (Surabaya: Airlangga University Press, 2001), hlm. 133.

(35)

catatan harian, kenang-kenangan, laporan dan sebagainya.35 Dalam penelitian ini penulis mencari data dengan mempelajari dan menelusuri dokumen-dokumen berkas perkara cerai gugat di Pengadilan Agama Kelas 1A Makassar tahun 2020, dalam hal ini penyusun mengambil sampel putusan perkara cerai gugat yang dianalisa sebagai perwakilan dari seluruh perkara cerai gugat yang diputuskan Hakim Pengadilan Agama Kelas 1A Makassar serta sumber-sumber lain yang dianggap perlu dan sejalan dengan penelitian yang peneliti lakukan.

H. Teknik Analisis Data

Data diperoleh secara kualitatif, yaitu suatu metode dalam menganalisis data yang ditunjukan terhadap data-data yang berkualitas mutu dan sifat fakta atau gejala yang benar-benar berlaku.36 Yakni mendeskripsikan dan memaparkan berbagai persoalan yang terkait dengan kasus cerai gugat, terutama terkait dengan faktor-faktor penyebab cerai gugat.

Pola yang digunakan dalam menganalisis data adalah dengan deduktif, yakni memaparkan data partikular Pengadilan Agama Makassar mengenai alasan cerai gugat pada tahun 2020, serta faktor cerai gugat untuk kemudian dianalisis dengan perspektif hukum Islam.

35 Burhan Bungin, Metode Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif dan Kualitatif- cet.1 (Surabaya: Airlangga University Press, 2001), hlm. 134

36Hilman Hadikusuma, Metode Pembuatan Kertas Kerja atau Skripsi Ilmu Hukum (Bandung: Mandar Maju, 1995), hlm. 99.

(36)

26 BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Pengadilan Agama Makassar Kelas 1 A 1. Riwayat Singkat Pendirian Dan Perkembangannya

a. SK Pembentukan Pengadilan Agama

1). PP 45 Tahun 1957 Tentang Pembentukan Pengadilan Agama 2). Tentang Peradilan Agama UU No 7 Tahun 1989

b. Sebelum PP. No. 45 Tahun 1957

Sejarah keberadaan Pengadilan Agama Kelas 1 A Makassar.

Pada zaman dahulu dimulai pada masa kerajaan atau masa penjajahan Belanda, namun tidak seperti sekarang. Di masa lalu, kekuasaan raja untuk mengangkat hakim disebut hakim, tetapi setelah pengenalan hukum Syariah, raja mengangkat kembali seorang qadhi. Kekuasaan hakim diminimalkan dan dialihkan kepada qadhi atau hal-hal yang berhubungan dengan syariah.37

Pada masa penjajahan Belanda, wilayah kekuasaan Kadi dibagi menjadi Makassar dan Gowa. Qadhi pertama di Makassar adalah Maknun Dg. Manranoka tinggal di kota Laras. Qadhi terkenal lainnya adalah K.H. Abduk dan Insmo. Sholeh dan Ince Moh. Sholeh adalah Qadhi terakhir, Ince Moh. Sholeh dikenal sebagai Acting Qadhi.

Pengadilan Agama/Pengadilan Syariah Makassar didirikan pada tahun

37 Acong, “Sejarah Pengadilan Agama Kelas 1A Makassar,” 4 April 2020 https://pa- makassar.go.id/tentang-pengadilan/profile-pengadilan/sejarah-pengadilan

(37)

1960 meliputi wilayah Maros, Takalar, gowa. Saat itu belum terbentuk di ketiga wilayah tersebut, karena terintegrasi dengan wilayah Makassar.

Sebelum berdirinya Peradilan Syari'ah, yang kemudian menjadi Peradilan Syari'ah/Pengadilan Syari'ah, kekuasaan Peradilan Syari'ah dahulu dijalankan oleh Qadhi, yang pada saat itu berkantor di rumahnya sendiri.. Kerajaan yang berkuasa di Makassar pada masa itu ada dua yaitu kerajaan Tallo dan Kerajaan Gowa dan pada saat itu pula Qadhi diberi gelar Daengta Syeh kemudian gelar itu berganti menjadi Daengta Kalia.38

c. Sesudah PP. No. 45 Tahun 1957

Maka pada tahun 1960 setelah keluarnya PP. No. 45 Tahun 1957, terbentuklah Pengadilan Agama Makassar yang pada saat itu disebut “Pengadilan Mahkamah Syariah” adapun wilayah Yurisdiksi dan keadaan gedungnya lebih jelasnya sebagai berikut:

1) Wilayah Yurisdiksi

Untuk mengetahui Wilayah Yurisdiksi Pengadilan Agama / Mahkamah Syariah Kota Makassar yang mana mempunyai cangkupan batas-batas seperti berikut:

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Maros;

- Sebelah Barat berbatasan dengan selat Makassar;

- Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bone;

38 Acong, “Sejarah Pengadilan Agama Kelas 1A Makassar,” diakses 4 April 2021 https://pa- makassar.go.id/tentang-pengadilan/profile-pengadilan/sejarah-pengadilan

(38)

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Gowa.

Wilayah hukum Peradilan Agama/Pengadilan Syariah Makassar sebelumnya hanya memiliki 9 (sembilan) kecamatan, kemudian berkembang menjadi 14 (empat belas) kecamatan dan selanjutnya berkembang menjadi 15 (lima belas) kecamatan.

2) Keadaan Gedung

Sejak berdirinya hingga 1999, Pengadilan Agama Kelas A Makassar telah berpindah gedung sebanyak enam kali. Pada tahun 1976 diperoleh bangunan permanen seluas 150 meter persegi untuk rencana pembangunan lima tahun, namun dengan perkembangan zaman, jumlah kasus semakin meningkat, dan diperlukan personel dan sumber daya manusia yang memadai. Hal ini juga membantu untuk meningkatkan kebutuhan untuk memperluas dan meningkatkan fasilitas dan fasilitas.Keadaan infrastruktur kantor.

(39)

Dukungan dan dukungan yang memadai Kemudian pada tahun 1999, Tribun Makassar pindah gedung baru lagi dan pindah ke gedung baru yang terletak di Jalan Perintis Kemerdekaan Km. 14 Daya Makassar dengan luas tanah 2.297 meter persegi dan luas bangunan 1.887,5 Meter persegi. .

Gambar : Gedung Baru Pengadilan Agama Makassar Klas IA d. Keadaan Pegawai dari Masa ke masa

Berikut susunan Ketua Pengadilan Agama Makassar menurut masa kepemimpinannya dari masa ke masa:

No. Nama Ketua Periode

1. K.H. Chalid Husain Tahun 1960 s/d Tahun 1962 2. K.H. Syekh Alwi Al Ahdal Tahun 1962 s/d Tahun 1964 3. K.H. Haruna Rasyid Tahun 1964 s/d Tahun 1976 4. K.H. Chalid Husain Tahun 1976 s/d Tahun 1986 5. Drs. H. Jusmi Hakim, S.H Tahun 1986 s/d Tahun 1996 6. Drs. H. Abd. Razak Ahmad, S.H., M.H Tahun 1996 s/d Tahun 1998 7. Drs. H. M. Djufri Ahmad, S.H., M.H Tahun 1998 s/d Tahun 2004 8. Drs. H. M. Tahir R, S.H. Tahun 2004 s/d Tahun 2005 9. Drs. Anwar Rahmad, M.H. Tahun 2005 s/d Tahun 2008 10. Drs. Khaeril R, M.H. Tahun 2008 s/d Tahun 2010 11. Drs. H. M. Nahiruddin Malle, S.H., M.H Tahun 2010 s/d Tahun 2013 12. Drs. H. Usman S,SH Tahun 2013 s/d Tahun 2014

(40)

13. Drs. Moh. Yasya', SH.,MH. Tahun 2014 s/d Tahun 2016 14. Drs. H. Damsir, SH.,MH. Tahun 2016 s/d Tahun 2019 15 Drs. H. M Yusuf, SH.,MH. Tahun 2019 s/d Tahun 2020

B. Faktor Penyebab Cerai Gugat Berdasarkan Usia Perkawinan Pengadilan Agama kelas I A Makassar

Suami istri yang tidak sanggup lagi untuk mempertahankan bahtera rumah tangganya yang berujung pada perceraian, yang pada akhirnya anaklah menjadi korban atas apa yang dialami orang tuanya. Pada hakekatnya kodifikasi hukum perkawinan dan hukum Islam telah mengatur larangan- larangan untuk mempersulit terjadinya perceraian, harus disertai dengan alasan dan bukti yang cukup, serta harus melalui pengadilan, pengadilan agama dan pengadilan negri. Pada masa sekarang ini dimana pandemi Covid-19, khususnya bulan Agustus-Desember 2020, Pengadilan Agama Kelas 1A Makassar telah menerima perkara perceraian sebanyak 1.341 kasus, yakni 300 perkara cerai talak dan 1.041 perkara cerai gugat39 dengan usia perkawinan 0-5 tahun.

Ada banyak penyebab rusaknya hubungan suami istri dalam kehidupan keluarga. Menurut data yang diperoleh dari Pengadilan Agama Kelas 1A Makassar dan wawancara orang dalam dalam penelitian ini, faktor yang menyebabkan perceraian Pengadilan Agama Kelas 1A Makassar yang disertai pandemi COVID-19 adalah perselisihan dan percekcokan yang sering terjadi berkesinambungan dan tidak ada harapan untuk hidup rukun Kembali dalam mempertahankan keluarga, seperti yang dijelaskan dalam tabel berikut.:40

39 Data Pengadilan Agama Makassar, didokumentasikan pada 4 April 2021.

40 Data Pengadilan Agama Makassar, didokumentasikan pada 4 April 2021.

(41)

Tabel I

No. Faktor Penyebab Cerai Gugat Dengan Usia Perkawinan 0-5

Tahun

Tahun 2020 Ag

ust us

Septe mber

Okt obe r

Nov emb er

Desemb er

1. Poligami - - - 1 -

2. Mabuk 1 1 - - -

3. Pertengkaran terus menerus

68 214 143 189 159

4. Cacat Badan - 1 - - -

5. Meninggalkan Salah Satu Pihak

32 23 11 18 28

6. Dihukum Penjara - - 2 - -

7. Zina - 1 - - -

8. Murtad - - - 1 -

9. Kawin Paksa 2 - - - 1

10 KDRT 5 4 4 13 18

11 Ekonomi 8 21 11 14 5

Jumlah 128 247 174 217 221

Usia Pernikahan 0- 5 Tahun

87 187 102 180 191

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwasanya pada bulan Agustus- Desember 2020 terdapat 1.041 perkara cerai gugat yang diselesaikan oleh Pengadilan Agama Kelas 1A Makassar, dengan usia pernikahan 0-5 tahun dengan jumlah 747 kasus.41 Dari jumlah keseluruhan perkara yang diputuskan hakim sampai pada tahap penyelesaian kasus ini, 773 perkara cerai gugat terjadi karena pertengkaran yang berkelanjutan. Dengan kata lain, sekitar 74%

perkara cerai gugat terjadi terhitung mulai bulan agustus sampai desember 2020 yang diselesaikan di Pengadilan Agama Makassar karena pertengkaran yang terus menerus dengan usia pernikahan tergolong muda dimana presentasinya

41 Data Pengadilan Agama Makassar, didokumentasikan pada 5 April 2021.

(42)

mencapai 71%.

Menurut Bapak Idris faktor pemicu terjadinya pertengkaran yang terus menerus pada pasangan ialah persoalan ekonomi.

Faktor terbesar yang mendorong perceraian pada tingkat tertinggi adalah pertengkaran yang terjadi berkesinambungan. Setelah ditelusuri mengapa pertengkaran ini terjadi, alasannya karena faktor ekonomi. Karena merasa suami tidak memenuhi biaya nafkah yang seharusnya menjadi tanggung jawabnya sebagai kepala rumah tangga. Bahkan ada kasus ditinggal selama beberapa bulan hingga sampai dua tahun, jadi memang faktor pendorong pertengkaran ini saling berkaitan. Apesnya lagi sang suami telah kehilangan mata pencahariannya (PHK) sehingga istri mengajukan cerai di Pengadilan Agama Makassar.42

Problematika ekonomi ini juga beragam, khususnya pada masa sekarang dimana pandemi covid-19 melanda seluruh dunia yang merusak segala aspek, terutama masalah ekonomi. Tidak sedikit pula masalah perceraian entah itu cerai talak maupun cerai gugat diselesaikan oleh beliau selaku Mediator di Pengadilan Agama Makassar perceraian terjadi karena problematika ekonomi yang diakibatkan oleh kehadiran pihak ketiga, yang turut diberikan nafkah, yakni disingkat WIL (Wanita Idaman Lain). Faktor penyebab perceraian pada dasarnya dapat dilihat pada data laporan di Pengadilan Agama Makassar, seperti pada tabel 1 di atas faktor ekonomi pada Agustus-Desember 2021 memiliki 67 kasus atau sekitar 6,4% kasus cerai gugat di Pengadilan Agama Makassar dengan usia perkawinan 0-5 Tahun. Walaupun faktor ekonomi ini diposisi ke tiga faktor cerai gugat dengan 10,7% meninggalkan salah satu pihak dengan 112 kasus, dan posisi ke empat dengan 40 kasus atau sekitar 3,8% kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).

42 Drs. Idris, wawancara, (4 April 2021)

(43)

Dari hasil penelusuran, ternyata semua faktor di atas saling berkaitan.

Pertengkaran yang terus menerus menjadi faktor utama terjadinya cerai gugat di Pengadilan Agama Makassar itu didorong oleh bebearapa faktor, karena ditinjau dari usia pernikahan yang begitu muda sehingga cara berfikir yang belum matang.

Tidak hanya sampai hal itu, faktor cemburu karena adanya orang ketiga (WIL) Wanita Idaman Lain, sehingga pertengkaran tidak terbendung yang mengakibatkan (KDRT) Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Problematika perceraian yang terjadi di Pengadilan Agama Kelas 1A Makassar ini menurut pandangan Islam dikenal juga sebagai Syiqaq. Syiqaq mengandung makna pertengkaran, yang berkaitan dengan suami istri. Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa shiqaq adalah perkelahian antara suami dan istri, karena salah satu atau kedua belah pihak tidak memenuhi kewajibannya atau melakukan perilaku kejam dan menganiaya.43

Hakim pengadilan agama memiliki tanggung jawab dan kekuasaan untuk memutus perkara. Khususnya dalam penelitian ini, Narasumber harus mampu membedakan penyebab perceraian yang sebebakan oleh perselisihan dan pertengkaran secara terus menerus ataupun karena Syiqaq. Jika salah satu pihak mengajukan perkara perceraian dikarenakan Syiqaq, tidak diperkenankan untuk mengganti alasan perceraian menjadi perselisihan dan pertengkaran secara terus menerus begitupun sebaliknya. Sebagaimana yang diatur dalam PP No. 9 Tahun 1975 dan KHI Pasal 116.44

43 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, (Jakarta:Kencana, 2009), 194.

44 Mahkamah Agung RI, Buku II (Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Peradilan Agama), 2011, 165.

(44)

Tabel 2

Presentase Penyebab terjadinya cerai gugat di Pengadilan Agama kelas I A Tahun 2020

NO BULAN MASUK JUMLAH PUTUS JUMLAH

CT CG CT CG

1 2 3 4 5 6 7 8

1 JAN 303 403 138 185

2 FEB 158 242 202 282

3 MARET 146 188 168 236

4 APRIL 30 39 81 112

5 MEI 50 72 46 63

6 JUNI 285 368 162 212

7 JULI 208 295 254 341

8 AGUST 182 249 154 213

9 SEPT 247 331 226 312

10 OKT 174 237 214 290

11 NOP 217 266 206 272

12 DES 221 258 132 176

Sisa 68 179

C. Peran Pengadilan Agama kelas 1a Makassar dalam mengantisipasi cerai gugat berdasarkan usia perkawinan.

Pengadilan Agama merupakan pengadilan tingkat pertama yang bertugas dan berwenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan perkara- perkara ditingkat pertama antara orang –orang beragama islam dibidang

(45)

perkawinan, kewarisan, wasiat dan hibah yang dilakukan berdasarkan hukum islam serta wakaf dan sedekah yang telah diatur berdasarkan ketentuan perundang-undangan.

Pengadilan Agama adalah lembaga yang menampung dan memproses perkara perceraian yang diajukan oleh suami istri yang berperkara untuk mendapatkan titik terang status rumah tangga dan mendapatkan legalitas hukum dimata Negara. Jadi Pengadilan Agama tidak memiliki tanggung jawab untuk melarang orang untuk bercerai atau berperkara. Adapun pengajuan cerai gugat atau talak yang telah diajukan dan diproses di Pengadilan Agama, maka ada jalur mediasi untuk penyelesaian sengketa melalui proses perundingan untuk memperoleh kesepakatan para pihak dengan dibantu oleh mediator. Begitulah pernyataan bapak Drs. A.M Idris Abdir SH,MH selaku mediator di Pengadilan Agama kelas 1a Makassar.45

Mengenai tugas mediator dalam Peraturan Mahkamah Agung No.1 Tahun 2016 dalam Pasal 15 yang dirangkum dalam 4 Pasal yaitu:

a. Mediator wajib mempersiapkan usulan jadwal pertemuan mediasi kepada para pihak untuk dibahas dan disepakati

b. Mediator wajib mendorong para pihak untuk secara langsung berperan dalam proses mediasi.

c. Apabila dianggap perlu, mediator dapat melakukan kaukus.

d. Mediator wajib mendorong para pihak untuk menelusuri dan menggali kepentingan mereka dan mencari berbagai pilihan penyelesaian yang

45 Drs. Idris Abdir, Wawancara, 04 April 2021

Referensi

Dokumen terkait

Pendapat Nothofer tersebut kemudian diperkuat oleh Brandes dalam Mahsun (210:185) yang mengatakan bahwa bahasa Jawa dan bahasa Indonesia termasuk kedalam rumpun

Hal ini sesuai dengan penelitian Maliya dan Anita (2011) yang mengatakan ada pengaruh hipnotis lima jari terhadap penurunan ansietas, penelitian Golden, W.L (2012) hipnotis

Pengujian hipotesis bertujuan untuk melihat apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol, dimana hipotesis yang diajukan

Perencanaan Jaringan Sistem Jaringan Pipa Distribusi Air Bersih di Kelurahan Lebung Gajah Kecamatan Sematang Borang Palembang.. Kelurahan Lebung Gajah merupakan kawasan pemukiman

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat konsumsi ikan teri ( Stolephorus sp. ) warga Warung I (RT 01/RW 03), Warung II (RT 03/RW 03), dan Warung III (RT 02/RW

Detectio n R ed uced Sp eed L o ss Lingkungan Lingkungan yang panas Kinerja operator berkurang Operator tidak konsentrasi 8 Uap panas hasil proses produksi dengan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembiayaan murabahah mikro express yang dilakukan BPRS Mandiri Mitra Sukses telah berhasil memberikan dampak

Bagaimanapun, perakaunan zakat terhadap semua kekayaan baharu perlulah diqiyaskan kepada salah satu daripada lima jenis harta yang telah ditentukan oleh para fuqaha, iaitu emas