• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PERBEDAAN SUHU AIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP IKAN NILA (Oreochromis niloticus)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH PERBEDAAN SUHU AIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP IKAN NILA (Oreochromis niloticus)"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

(Oreochromis niloticus)

PUTRI CLARITA SIHOMBING 140302076

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2018

(2)

PENGARUH PERBEDAAN SUHU AIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP IKAN NILA

(Oreochromis niloticus)

SKRIPSI

PUTRI CLARITA SIHOMBING 140302076

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2018

(3)

(Oreochromis niloticus)

SKRIPSI

PUTRI CLARITA SIHOMBING 140302076

Skripsi sebagai Satu Diantara Beberapa Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan,

Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2018

(4)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Nama : Putri Clarita Sihombing NIM : 140302076

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh Perbedaan Suhu Air terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan Nila (Oreochromis niloticus)” adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir skripsi ini.

Medan, Juli 2018

Putri Clarita Sihombing NIM. 140302076

(5)
(6)

ABSTRAK

PUTRI CLARITA SIHOMBING. Pengaruh Perbedaan Suhu Air Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan Nila (Oreochromis niloticus).

Dibimbing oleh SYAMMAUN USMAN.

Ikan nila merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang populer di kalangan masyarakat. Namun salah satu masalah yang sering dihadapi dalam budidaya ikan nila adalah suhu yang bisa mempengaruhi pertumbuhan kelangsungan hidup serta munculnya berbagai penyakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh suhu terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan nila dan mengetahui suhu yang baik untuk pertumbuhan ikan nila. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan dan tiga ulangan, yaitu T1 (270C), T2 (290C) dan T3 (310C). Hasil penelitian menunjukkan pertumbuhan tertinggi terdapat pada perlakuan T2 dengan pertambahan panjang sebesar 5,1 cm dan peningkatan berat sebesar 21,15 g, kemudian diikuti perlakuan T2 dengan pertambahan panjang sebesar 3,7 cm dan peningkatan berat sebesar 17,27 g dan pertumbuhan terendah terdapat pada perlakuan T3 dengan pertambahan panjang sebesar 2,6 cm dan peningkatan berat sebesar 15,27 g. Nilai kelangsungan hidup tertinggi selama pemeliharaan terdapat pada perlakuan T1 sebesar 76,67%.

Parameter pendukung kualitas air yang diperoleh adalah pH berkisar 6,6 – 7,4 dan DO berkisar 4,0 - 5,2 mg/l. suhu kisaran normal untuk pemeliharaan ikan nila berkisar antara 25-280C, namun suhu yang terbaik untuk pertumbuhan ikan nila yaitu 270C. Perbedaan suhu memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan.

Kata kunci: Suhu, Ikan Nila, Pertumbuhan, Kelangsungan Hidup.

(7)

PUTRI CLARITA SIHOMBING. The Effect of Water Temperature Differences on Growth and Survival Rate of Tilapia (Oreochromis niloticus). Under academic supervision by SYAMMAUN USMAN

Tilapila is one of freshwater fish popular among the socienty. But one of the problems that often faced in the cultivation of tilapia is the temperature that can affect the growth of survival rate and the emergency of various diseases. This study aims to determine how much influence the temperature on the growth and survival rate of tilapia and to know the good temperature for the growth of tilapia.

The method used in this study is the Completely Randomized Design (RAL), with four treatments and tree replications, that is T2 (270C), T2 (290C) and T3 (310C).

the results showed the highest growth was in the T2 treatment with length increase of 5,1 cm and a weight increase of 21,15 , followed by T2 treatment with a length increase of 3,7 cm and a weight increase 17,27 g and the lowest growth was in T3

treatment with a length increase 2,6 cm and weight increase 15,27 g. the highest survival rate value during maintenance was in T1 treatmen of 67,76%. Water quality support parameters obtained were pH ranged from 6,6 - 7,4 and DO ranged from 4,0 - 5,2 mg/l, the normal range temperature for tilapia cultivation ranged from 25-280C, but the best temperature for growth of tilapia is 270C.

Temperature differences have a significant effect on fish growth and survival rate.

Keywords: Temperature, Tilapia, Growth, Survival Rate

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Tarutung tanggal 04 Juni 1996. Penulis merupakan putri kelima dari lima bersaudara dari Ayah Derajat Sihombing dan Ibu Esminar Simanungkalit.

Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) pada tahun 2002, Swasta Santa Maria Tarutung, Sekolah Dasar (SD) Swasta Santa Maria Tarutung pada tahun 2008, Sekolah Menengah Pertama (SMP)Swasta Santa Maria Tarutung pada tahun 2011, Sekolah Menegah Atas (SMA) Negri 2 Tarutung pada tahun 2014. Penulis diterima di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara Melalui jalur Mandiri.

Selain mengikuti kegiatan perkuliahan, penulis aktif dalam kegiatan organisasi sebagai anggota Ikatan Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan (IMASPERA) pada tahun 2017-2018 dan terdaftar sebagai Asisten Laboratorium Mikrobiologi Akuatik dan Asisten Fisiologi Hewan Air di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Penulis telah menyelesaikan Kegiatan Praktek Kerja Lapangan di UPT Pembinaan Penangkapan Ikan di jalan K. L. Yos Sudarso No. 64, Medan Belawan, Sumatera Utara tanggal 24 juli sampai 21 Agustus 2017

(9)

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat, rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Perbedaan Suhu Air terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Benih Hidup Ikan Nila (Oreochromis niloticus)”, yang merupakan sebagai tugas akhir dalam menyelesaikan studi pada Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada:

1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah menyertai penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

2. Bapak dan Ibu tercinta, D. Sihombing dan E. simanungkalit yag senantiasa memberikan dukungan baik dari segi moral maupun material kepada penulis serta doa yang tidak pernah putus bagi penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Ir. Syammaun Usman, MP sebagai dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dan memberikan bimbingan, dukungan, nasihat dan arahan dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Ibu Dr. Eri Yusni, M. Sc selaku ketua Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak/Ibu dosen Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan dan pegawai tata usaha Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan.

(10)

6. UPTD Balai Benih Ikan Tuntungan yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian ditempat tersebut sehingga penelitian dapat berjalan dengan lancar.

7. Saudara-saudara saya Daniel Ryanto Juanda Sihombing, S.P, Frederick Michael Gustava Sihombing, S.Pd, Janter Clinton Sihombing, S.Pd, Yessica Sihombing, S.Keb dan saudara-saudara saya yang lainnya yang telah memberikan dukungan dan semangat dalam penyelesaian skripsi ini.

8. Sahabat-sahabat tercinta Agnes Denni Simanullang, Agnes Kartika Silaban, Putri Cristy Simbolon, Beby Aulia dan teman-teman seperjuangan MSP 2014 serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang selalu memberikan semangat dan dukungan kepada penulis.

9. Kakak senior Emaliana yang telah memberikan semangat dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

10.Tim Penelitian Tiurma Yulita Sihombing, Afniyanti Sianturi, Yohanna Tobing, Fera Lingga dan Armando Oscar Simbolon yang telah bekerjasama dengan baik sehingga penelitian dapat berjalan dengan baik.

Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam penulisan skripsi ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam penyempurnaan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua terutama untuk kemajuan ilmu pengetahuan. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Juni 2018

Penulis

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Rumusan Masalah ... 2

Kerangka Pemikiran ... 3

Tujuan Penelitian ... 4

Hipotesis ... 4

Manfaat Penelitian ... 4

TINJAUAN PUSTAKA Ikan Nila (Oreochromis niloticus) ... 5

Pertumbuhan ... 7

Kelangsungan Hidup ... 8

Kualitas Air ... 9

Suhu ... 10

Oksigen Terlarut (DO) ... 11

Derajat Keasaman (pH). ... 13

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat ... 14

Alat dan Bahan ... 14

Prosedur Penelitian ... 15

Rancangan Percobaan ... 15

Menyiapan Wadah ... 15

Menyiapkan Air Media ... 16

Menyiapkan Ikan Uji... 16

Menebar Ikan ... 16

Memelihara Ikan ... 17

Pengamatan Hasil ... 17

(12)

Pertumbuhan Panjang ... 17

Pertumbuhan Berat ... 18

Kelangsungan Hidup ... 18

Analisis Data ... 19

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 20

Pertambahan Panjang Ikan Nila ... 20

Peningkatan Berat Ikan Nila ... 22

Kelangsungan Hidup Ikan Nila ... 24

Kualitas Air ... 25

Pembahasan ... 25

Pertambahan Panjang Ikan Nila ... 25

Peningkatan Berat Ikan Nila ... 27

Kelangsungan Hidup Ikan Nila ... 29

Kualitas Air ... 30

HASIL DAN PEMBAHASAN Kesimpulan ... 32

Saran ... 32 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(13)

No. Teks Halaman 1. Kerangka Pemikiran ... 3 2. Ikan Nila Pemikiran ... 3 3. Hasil Pertambahan Panjang Ikan Nila Hari Ke-1 sampai Hari ke-56 21 4. Hasil Pertambahan Panjang Rata-rata Ikan Nila dengan Perlakuan

T1, T2 dan T3 selama 56 Hari Pemeliharaan ... 22 5. Hasil Peningkatan Berat Ikan Nila Hari ke-1 sampai Hari ke- 56 .... 23 6. Hasil Rata-rata Panjang Ikan Nila dengan Perlakuan T1, T2 dan T3

selama 56 Hari Pemeliharaan ... 24 7. Kelangsungan Hdiup Ikan Nila ... 25

(14)

DAFTAR TABEL

No. Teks Halaman

1. Persyaratan Media Air untuk Ikan Nila ... 7 2. Analisis Variansi (ANOVA) terhadap Panjang Ikan Nila pada

Perlakuan T1, T2 dan T3 selama 56 Hari Pemeliharaan ... 21 3. Hasil Rata-rata Panjang Ikan Nila dengan Perlakuan T1, T2 dan T3

pada Hari ke 7, 28, 42 dan 56... 22 4. Analisis Variansi (ANOVA) terhadap Berat Ikan Nila pada

Perlakuan T1, T2 dan T3 pada Hari ke 7, 28, 42 dan 5 ... 23 5. Hasil Rata-rata Panjang Ikan Nila dengan Perlakuan T1, T2 dan T3

pada Hari ke 7, 28, 42 dan 56... 24 6. Data Kualitas Air Wadah Pemeliharaan ikan Nila... 25

(15)

No. Teks Halaman

1. Bagan Percobaan Rancangan Acak Lengkap... 36

2. Data Panjang Ikan Nila selama Penelitian ... 37

3. Hasil Rata-rata Panjang Ikan Nila dengan Perlakuan ... 40

4. Data Hasil SPSS Panjang Ikan Nila ... 41

5. Data Berat Rata-rata Ikan Nila selama Penelitian ... 46

6. Hasil Rata-rata Berat Ikan Nila dengan Perlakuan ... 49

7. Data Hasil SPSS Berat Ikan Nila ... 50

8. Tingkat Kelangsungan Hidup ikan Nila ... 53

9. Data Kualitas Air ... 56

10. Dokumentasi Penelitian ... 57

(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ikan nila merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang populer di kalangan masyarakat. Oleh karena kepopulerannya itu membuat ikan nila memiliki prospek usaha yang cukup menjanjikan. Apabila ditinjau dari segi pertumbuhan, ikan nila merupakan jenis ikan yang memiliki laju pertumbuhan yang cepat dan dapat mencapai bobot tubuh yang jauh lebih besar dengan tingkat produktivitas yang cukup tinggi. Faktor lain yang memegang peranan penting atas prospek ikan nila adalah rasa dagingnya yang khas, warna dagingnya yang putih bersih dan tidak berduri dengan kandungan gizi yang cukup tinggi, sehingga sering dijadikan sebagai sumber protein yang murah dan mudah didapat, serta memiliki harga jual yang terjangkau oleh masyarakat (Alyas dkk., 2007).

Salah satu faktor pendukung dalam keberhasilan budidaya ikan nila adalah ketersediaan pakana. Pakan merupakan faktor pendukung dalam budidaya ikan, yakni salah satu unsur penting untuk mendukung pertumbuhan ikan. Pakan yang diberikan pada ikan haruslah mengandung cukup nutrisi yang lengkap untuk menunjang pertumbuhan ikan. Namun kendala dalam budidaya ikan adalah biaya produksi pakan yang terlalu mahal sehingga untuk mengurangi biaya produksi pada budidaya ikan secara intensif sebaiknya dengan penggunaan pakan yang efisien sehingga pakan yang diberikan pada ikan tepat. Penggunaan pakan secara efisien berarti jumlah pakan, jadwal pemberian dan cara pemberian pakan sesuai dengan kebutuhan dan kebiasaan makan ikan.

Faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup

(17)

mempengaruhi pertumbuhan dan nafsu makan ikan. Suhu dapat mempengaruhi aktivitas penting ikan seperti pernapasan, pertumbuhan dan reproduksi. Suhu yang tinggi dapat mengurangi oksigen terlarut dan mempengaruhi selera makan ikan.

Meskipun ikan dapat beraklimatisasi pada suhu yang relatif tinggi, tetapi pada suatu derajat tertentu kenaikan suhu dapat menyebabkan kematian ikan (Kelabora, 2010).

Salah satu masalah dalam budidaya ikan Nila adalah pertumbuhan ikan yang lambat apabila terjadi perubahan kualitas air. Salah satunya adalah perubahan suhu yang tidak stabil mempengaruhi aktivitas ikan. Dalam kondisi suhu air yang terlalu rendah dan terlalu tinggi menyebabkan ikan mudah terserang penyakit, nafsu makan berkurang dan laju metabolisme menurun. Hal tersebut merupakan penyebab lambatnya pertumbuhan serta tingginya mortalitas ikan.

Oleh karena itu penyebaran organisme pada air tawar sangat dipengaruhi oleh suhu.

Dalam rangka meningkatkan kelangsungan hidup dan mempercepat proses pertumbuhan serta kelangsungan hidup ikan Nila, maka perlu dilakukan penelitian mengenai suhu terbaik untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan Nila.

Perumusan Masalah

1. Berapa besar pengaruh suhu untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan Nila ?

2. Apakah perbedaan suhu berpengaruh langsung terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan Nila ?

(18)

Kerangka Pemikiran

Ikan Nila merupakan jenis ikan air tawar yang terbilang cukup terfavorit di kalangan masyarakat luas. Selain mengandung protein yang baik untuk tubuh ikan nila juga mudah dibudidayakan pada kolam intensif serta dapat bertahan dalam kondisi lingkungan yang berubah-ubah.

Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan nila adalah selain pakan, faktor kualitas air seperti suhu merupakan faktor utama yang berpengaruh terhadap tingkah laku dan pertumbuhan ikan. Kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Peneliti Budidaya Intensif

Pakan Suhu Padat Tebar

Pelet

Budidaya Ikan Nila

Laju Pertumbuhan Kelangsungan Hidup

3

(19)

Tujuan Penelitian

1. Mengetahui seberapa besar pengaruh suhu terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan Nila

2. Mengetahui suhu yang baik dalam pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan Nila.

Hipotesis

Diduga pemberian suhu yang berbeda akan terjadi perbedaan pada pertumbuhan dan ikan Nila.

Manfaat Penelitian

1. Sebagai informasi bagi petani budidaya ikan nila guna untuk meningkatkan pertumbuhan dan nilai jual ikan nila sebagai ikan konsumsi.

2. Mengaplikasikan penggunaan heater sebagai pengatur suhu untuk ikan Nila

(20)

TINJAUAN PUSTAKA

Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Menurut Ningrum (2012), ikan nila (Oreochromis niloticus) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Class : Osteichthyes Subclass : Actinopterygii Ordo : Percomorphi Subordo : Percoidea Family : Cichlidae Genus : Oreochromis

Spesies : Oreochromis niloticus

Gambar 2. Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Ikan nila memiliki ciri garis vertikal berwarna gelap pada sirip-sirip ekor, punggung, dan dubur. Bentuk tubuh pipih ke arah vertikal (kompres), mata sedikit menonjol dan cukup besar dengan bagian tepi tubuh berwarna putih, bibir tebal

(21)

dan biasa disembulkan. Ikan ini memiliki sirip yang lengkap. Posisi sirip ventral terhadap pektoral adalah torasik. Garis linear terputus menjadi dua yaitu atas dan bawah. Dapat dilihat pada Gambar 2. (Sinaga, 2015).

Ikan nila (Oreochromis sp.) dikenal sebagai organisme sexual dimorphism, yaitu ikan jantan menunjukkan pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan ikan betina dan kemampuan mengkonversi pakan yang lebih baik, sehingga pada umur yang sama ukuran tubuh jantan lebih besar dari pada ikan betina. budidaya ikan nila jantan tunggal kelamin dipandang lebih menguntungkan dari segi efisiensi biaya produksi dan peningkatan profit, karena dapat mengatasi penurunan biomas saat panen hingga 30-50% yang disebabkan oleh maturasi dini pada populasi mixed-sex (Soelistyowati et. al., 2010).

Ikan nila dapat hidup di perairan yang dalam dan luas maupun di kolam yang sempit dan dangkal. Nila juga dapat hidup di danau, waduk, rawa, sawah, tambak air payau, dan keramba umum. Nilai pH optimal air untuk memelihara ikan nila adalah 6,5-8,5. Sedangkan, kadar oksigen terlarutnya minimal 3 ppm.

Salinitas optimal untuk budidaya ikan nila merah adalah 0-10 ppt. Suhu kolam atau perairan yang bisa ditolerir ikan nila adalah 15-370C. Suhu optimum untuk pertumbuhan nila adalah 25-300C. Oleh karena itu ikan nila dapat dipelihara di daratan rendah hingga ketinggian 800 meter di atas permukaan laut . nila mudah untuk dibudidayakan dan tergolong ikan pemakan segala (omnivora). Benih ikan dapat memakan alga/lumut yang menempel di bebatuan tempat hidupnya. Nila juga dapat memakan tumbuhan di kolam budidaya dan juga diberi berbagai pakan tambahan seperti pellet ketika dibudidayakan (Ningrum, 2012).

(22)

Ikan nila merupakan hewan yang hidup di daerah beriklim sedang dan hidup pada daerah perairan tawar. Menurut SNI 7550 (2009) persyaratan media air untuk ikan nila sesuai Tabel 1.

Jenis Uji Satuan Persyaratan a. Fisika

Suhu (0C) 0C 25-32

Kecerahan Cm 30-40

b. Kimia

pH - 6,5-8,5

Oksigen terlarut mg/L ≥ 3 mg

Amoniak mg/L < 0,02

Sumber: SNI 7550 Pertumbuhan

Pertumbuhan dalam suatu individu disebabkan oleh pertambahan jaringan akibat pembelahan sel secara mitosis. Hal ini terjadi apabila ada kelebihan input energi dan asam amino (protein) yang berasal dari makanan. Makanan tersebut akan digunakan oleh tubuh untuk metabolisme dasar, pergerakan, produksi organ seksual dan perawatan bagian tubuh atau mengganti sel-sel yang rusak (Effendie 1997).

Pertumbuhan adalah pertambahan berat atau isi sesuai dengan perubahan waktu. Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor eksternal antara lain ketersediaaan makanan bagi ikan dan kondisi lingkungan perairan. Pengaturan kualitas air dan manipulasi pakan dapat meningkatkan pertumbuhan ikan selanjutnya disebutkan bahwa faktor lingkungan yang mempengaruhi laju pertumbuhan dan konsumsi pakan ikan adalah suhu, oksigen terkarut, salinitas dan kadar ammonia terlarut. Pertumbuhan terjadi apabila jumlah 7

(23)

makanan yang dikonsumsi ikan lebih dari pada yang diperlukan untuk pemeliharaan tubuhnya (Bestian, 1996).

Pertumbuhan dapat dianggap sebagai hasil dari suatu proses metabolisme pakan yang diakhiri dengan penyususnan unsur-unsur tubuh. Tidak semua pakan yang dimakan oleh ikan digunakan untuk pertumbuhan. Sebagian besar energy dari pakan digunakan untuk pemeliharaan tubuh. Sisanya digunakan untuk aktivitas, pertumbuhan dan reproduksi (Fujaya, 2008). Pertumbuhan ikan erat kaitannya dengan ketersediaan protein dan pakan. Kandungan nutrisi akan berpegaruh pada tingkah laku, kesehatan, fungsi fisiologi, reproduksi, dan pertumbuhan ikan (Pramudyas, 2014).

Faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan selain pakan adalah kualitas air terutama suhu. Karena suhu dapat mempengaruhi pertumbuhan dan nafsu makan ikan. Suhu dapat mempengaruhi aktivitas penting ikan seperti pernapasan, pertumbuhan dan reproduksi. Suhu yang tinggi dapat mengurangi oksigen terlarut dan mempengaruhi selera makan ikan.

Ikan mempunyai suhu optimum tertentu untuk selera makannya. Kenaikan suhu perairan diikuti oleh derajat metabolisme dan kebutuhan oksigen organisme akan naik pula. setiap perubahan kimiawi, kecepatan reaksinya naik 2–3 kali lipat setiap kenaikan suhu sebesar 10°C (Kelabora, 2010).

Kelangsungan Hidup

Kelangsungan hidup atau disebut juga dengan survival rate (SR) merupakan persentase ikan uji yang hidup pada akhir pemeliharaan dari jumlah ikan uji yang ditebar pada saat pemeliharaan dalam suatu wadah. Effendie (1979), bahwa tingkat kelangsungan hidup merupakan nilai persentase jumlah ikan yang

(24)

hidup selama periode pemeliharaan. Kelangsungan hidup ikan nila sangat ditentukan oleh pakan dan kondisi lingkungan sekitar. Pemberian pakan dengan kualitas dan kuantitas yang cukup serta kondisi lingkungan yang baik, maka dapat (Iskandar dan Elrifadah, 2015).

Tingkat kelangsungan hidup dapat digunakan untuk mengetahui toleransi dan kemampuan ikan untuk hidup. Dalam usaha budidaya, faktor kematian yang mempengaruhi kelangsungan hidup larva atau benih. Mortalitas ikan disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam tubuh ikan yang mempengaruhi mortalitas adalah perbedaan umur dan kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan. Faktor luar meliputi kondisi abiotik, kompetisi antar spesies, meningkatnya predator, parasit, kurang makanan, penanganan, penangkapan dan penambahan jumlah populasi ikan dalam ruang gerak yang sama. Kematian ikan dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain adalah oleh kondisi abiotik, ketuaan, predator, parasit, penangkapan dan kekurangan makanan (Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2010).

Tingkat kelangsungan ≥ 50% tergolong baik, kelangsungan hidup 30-50%

sedang dan kurang dari 30% tidak baik. kelangsungan hidup ikan sangat bergantung pada daya adaptasi ikan terhadap makanan dan lingkungan, status kesehatan ikan, padat tebar, dan kualitas air yang cukup mendukung pertumbuhan (Mulyani et. al., 2014).

Kualitas Air

Dalam budidaya ikan, beberapa parameter/indikator kualitas air perlu diketahui karena sangat berpengaruh terhadap ikan budidaya. Sekalipun ikan yang dibudidayakan adalah ikan-ikan yang tahan pada kualitas air yang ekstrim.

9

(25)

Suhu

Perubahan suhu air yang drastis dapat mematikan biota air karena terjadi perubahan daya angkut darah. Suhu berkaitan dengan konsentrasi oksigen terlarut dalam air dan konsumsi oksigen hewan air. Pertumbuhan dan kehidupan biota air sangat dipengaruhi suhu air. Kisaran suhu optimal bagi kehidupan di perairan tropis adalah antara 28−320C. Pada kisaran tersebut konsumsi oksigen mencapai 2,2 mg/l berat tubuh-jam. Dibawah suhu 250C, konsumsi oksigen mencapai 1,2 mg/l berat tubuh-jam. Pada suhu 18−250C, ikan masih dapat bertahan hidup tetapi nafsu makannya mulai nurun. Suhu air 12−180C mulai membahayakan ikan, sedangkan suhu dibawah 120C akan menyebabkan ikan tropis mati kedinginan (Kordi, 2010).

Suhu perairan memegang peran penting dalam kaitannya dengan pertumbuhan ikan Nila. Suhu air sangat berpengaruh terhadap sifat fisika kimia perairan maupun sifat fisiologi ikan. Selain itu pengaruh suhu terhadap pertumbuhan ikan juga bergantung kepada interaksi konsumsi pakan dan metabolisme. Kenaikan suhu dalam suatu perairan akan menaikkan laju metabolisme dalam tubuh sehingga kebutuhan oksigen lebih kritis dalam air yang bersuhu tinggi dibandingkan air yang suhunya relative rendah (Raharjo, 2004).

Pada Suhu yang turun mendadak akan terjadi degenarasi sel darah merah sehingga proses respirasi mengganggu. Selain itu, suhu rendah dapat menyebabkan ikan tidak aktif, bergerombol serta ikan tidak mau berenang dan makan sehingga imunitasnya terhadap penyakit berkurang. Sebaliknya pada suhu yang meningkat tinggi mengakibatkan ikan aktif bergerak, tidak mau berhenti makan dan metabolismenya cepat meningkat sehingga kotorannya menjadi lebih

(26)

banyak. Sementara kebutuhan oksigen menjadi naik, padahal ketersediaan oksigen pada air yang buruk akan berkurang sehingga ikan akan mengalami kekurangan oksigen dalam darah (Panjaitan, 2004).

Kecepatan reaksi akan meningkat seiring dengan meningkatnya suhu sampai batas suhu optimum dan apabila di atas suhu optimum enzim-enzim tersebut akan mengalami denaturasi sehingga tidak dapat menghasilkan produk.

Pertumbuhan akan terjadi apabila terdapat kelebihan energi setelah energi yang dihasilkan tersebut dikurangi dengan energi yang digunakan untuk seluruh aktivitas hidup termasuk energi yang hilang lewat feses dan urine. Kelebihan energi tersebut akan digunakan untuk membangun jaringan baru yang berakibat pada pertumbuhan (Taufik et. al., 2009).

Suhu memeberikan pengaruh yang nyata pada penggunaan energi untuk pertumbuhan. Peningkatan suhu akan meningkatkan kebutuhan pakan karena ikan akan bergerak lebih aktif. Meningkatnya jumlah pakan ikan akan menyebabkan meningkatnya laju pertumbuhan ikan. Selanjutnya suhu yang lebih tinggi konversi makanannya menjadi daging lebih efisien dibandingkan pada suhu yang lebih rendah (Zonneveld et, al., 1991).

Oksigen Terlarut (DO)

Oksigen terlarut (DO) merupakan parameter mutu air yang penting karena nilai oksigen terlarut dapat menunjukkan tingkat pencemaran atau tingkat pengolahan air limbah. Kelarutan oksigen dalam air dapat dipengaruhi oleh suhu.

Kelarutan oksigen berbanding terbalik dengan suhu (Nugroho, 2006).

Sebagaimana diketahui bahwa oksigen berperan sebagai pengoksidasi dan pereduksi bahan kimia beracun menjadi senyawa lain yang lebih sederhana dan 11

(27)

tidak beracun. Disamping itu, oksigen juga sangat dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk pernapasan. Organisme tertentu, seperti mikroorganisme, sangat berperan dalam menguraikan senyawa kimia beracun rnenjadi senyawa lain yang lebih sederhana dan tidak beracun. Karena peranannya yang penting ini, air buangan industri dan limbah sebelum dibuang ke lingkungan umum terlebih dahulu diperkaya kadar oksigennya (Salmin, 2005).

Jumlah oksigen yang diperlukan hewan-hewan perairan sangat bervariasi dan tergantung dari spesies, ukuran, jumlah pakan yang dimakan, aktifitas, suhu air, konsentrasi oksigen dan lain-lain. Kebutuhan oksigen bagi ikan mempunyai dua aspek yaitu kebutuham lingkungan bagi spesies tertentu dan kebutuhan konsumtif yang tergantung pada metabolisme ikan. Dan ikan membutuhkan oksigen guna pembakaran pakan dalam tubuh untuk menghasilkan aktivitas berenang, reproduksi dan pertumbuhan. Kebutuhan oksigen terlarut yang diperbolehkan untuk budidaya ikan nila adalah > 3 mg/l (Raharjo, 2004).

Kualitas air yang baik ini minimal mengandung oksigen terlarut sebanyak 5 ml/l. oksigen terlarut ini dapat ditingkatkan dengan menambah oksigen ke dalam air dengan menggunakan aerator atau air yang terus mengalir. Kelebihan plankton dapat menyebabkan kandungan oksigen didalam air menjadi berkurang . maka dengan itu plankton dalam air harus selalu dipantau (Nasution, 2008).

Di perairan tawar, kadar oksigen terlarut berkisar antara 15 mg/liter pada suhu 00 C dan 8 mg/liter pada suhu 250 C. kadar oksigen terlarut juga berfluktuasi secara harian (diurnal) dan musiman, tergantung pada percampuran (mixing) dan pergerakan (turbulence) massa air, aktivitas fotosintesis, respirasi, dan limbah (effeluent) yang masuk ke badan air, semakin besar suhu dan ketinggian (altitude)

(28)

serta semakin kecil tekanan atmosfer, kadar oksigen terlarut semakin kecil (Effendi, 2003).

Derajat Keasaman (pH)

pH air mempengaruhi tingkat kesuburan perairan karena memengaruhi kehidupan jasad renik. Perairan asam akan kurang produktif, malah dapat membunuh ikan budidaya. Pada pH rendah (keasaman yang tinggi), kandungan oksigen terlarut akan berkurang. Akibatnya, konsumsi oksigen menurun, aktivitas pernafasan naik, dan selera makan berkurang. Hal yang sebaliknya terjadi pada suasana basa. Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai pH sekitar 7- 8,5. Nilai pH sangat memengaruhi proses biokimiawi perairan, misalnya proses nitrifikasi akan berakhir jika pH rendah (Kordi, 2010).

Keadaan pH yang dapat mengganggu kehidupan ikan adalah pH yang terlalu rendah (sangat asam) atau sebaliknya terlalu tinggi (sangat basa). Setiap jenis ikan akan memperlihatkan respon yang berbeda terhadap perubahan pH dan dampak yang ditimbulkannya berbeda (Daelami, 2001).

Nilai pH merupakan indicator tingkat keasaman suatu perairan. Bebrapa faktor yang mempengaruhi pH perairan diantaranya aktivitas fotosintesis, suhu, dan terdapatnya anion dan kation. Nilai pH juga mempengaruhi toksisitas suatusenyawa kimia. Jika nilai pH berada dibawah 6,5 atau diatas 9-9,5 untuk jangka waktu yang cukup lama, maka laju reproduksi dan pertumbuhan organism akuatik akan menurun (Swigle, 1961). Nilai pH yang mampu ditoleransi oleh ikan nila berkisar antara 6-9, tetapi untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimal berada pada kisaran 7- 8 (Permatasari, 2012).

13

(29)

Waktu dan Tempat

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai dengan juni 2018 di Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Budidaya Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Medan, Jl. Bunga Ganyong, Kelurahan Ladang bambu, Kecamatan Medan Tuntungan.

Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah 12 unit akuarium ukuran 40 x 20 x 20 cm sebagai wadah pemeliharaan, aerator untuk menjaga kandungan oksigen dalam media, pH meter untuk melihat kadar asam dan basa media uji, DO meter untuk mengetahui kandungan oksigen, water heater untuk meyesuaikan suhu dalam media uji, timbangan digital untuk mengukur bobot ikan, selang sifon untuk membuang sisa metabolisme (menjaga kualitas air), tanggok untuk menangkap ikan, baskom untuk menampung air, termometer untuk mengukur suhu, kertas milimeter untuk mengukur panjang ikan, kamera digital, dan alat tulis (Lampiran 6).

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan nila berukuran ± 8-10 cm sebanyak 10 ekor/akuarium. Total ikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 120 ekor, air bersih yang bersumber dari air sumur dan pakan buatan berupa pelet komersil untuk ikan nila.

(30)

Prosedur Penelitian Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan, masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali ulangan. Menurut Gasperz (1991) model linear yang digunakan dari Rancangan Acak Lengkap adalah sebagai berikut :

Dimana : Xij : Hasil pengamatan pada perlakuan ke-I dan ulangaan ke-j μ : Rataan Umum

σi : Pengaruh perlakuan ke-i

ԑij : Pengaruh faktor random pada perlakuan ke-I dan ulangan ke-j Dengan perlakuan yang diterapkan seperti :

T1 : Tanpa pengaturan suhu T2 : Dengan suhu 27oC T3 : Dengan suhu 29oC T4 : Dengan suhu 31oC

Denah penempatan akuarium yang berisikan ikan Nila dengan masing masing perlakuan yang disusun secara acak.

1. Menyiapkan Wadah

Wadah yang digunakan berupa 12 buah akuarium dengan ukuran 40 x 20 x 20 cm. Sebelum dilakukan penelitian, wadah terlebih dahulu dibersihkan mengunakan sunlight kemudian dicuci lalu dikeringkan dibawah sinar matahari.

Xij = μ + σi + ԑij

15

(31)

2. Menyiapkan Air Media

Air yang digunakan sebagai media ikan adalah air yang berasal sumur gali, selanjutnya diberi aerasi selama 4 hari guna meningkatkan kadar oksigen serta melepas zat-zat yang berbahaya di dalam air sumur, Selanjutnya, aerator dimatikan untuk membei kesempatan agar air tersebut mengendap selama 24 jam.

Air yang telah terendap kemudian dipindahkan kedalam 12 akuarium yang telah bersih dan telah dikeringkan. Pada masing-masing akuarium diisi air setinggi 12 cm dengan volume air 10 liter.

3. Menyiapkan Ikan Uji

Ikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan nila yang berukutan

± 8-10 cm sebanyak 10 ekor/akuarium. Ikan nila yang digunakan homogen berasal dari induk (genetik) yang sama.

Sebelum ikan dimasukkan kedalam wadah uji, terlebih dahulu ikan diadaptasi selama 3 hari. Selama adaptasi ikan uji diberi perlakuan sama seperti pemberian pakan pelet. Setelah adaptasi, ikan dipuasakan selama 24 jam dengan tujuan untuk menghilangkan pengaruh sisa pakan dalam tubuh ikan.

4. Menebarkan Ikan

Setelah dilakukan penebaran ikan akuarium diberikan heater terlebih dahulu dan dilakukan pengaturan suhu sesuai dengan masing-masing perlakuan agar suhu sesuai dengan perlakuan yang diinginkan.

Ikan nila diukur panjang dan beratnya terlebih dahulu sebagai data awal penelitian. Kemudian ikan ditebarkan kedalam akuarium masing-masing berjumlah 10 ekor perakuarium.

(32)

5. Memelihara Ikan

Pemeliharaan ikan dilakukan selama 8 minggu dengan pemberian pakan sebanyak dua kali sehari yakni pada pukul 09.00 dan 15.00 WIB pada masing- masing perlakuan. Jumlah pakan yang diberikan per perlakuan sama yaitu 5% dari berat tubuh ikan, yang membedakannya hanyalah perlakuannya.

Sistem kontrol air dilakukan dengan melakukan penyiponan setiap 3 hari sekali. Jumlah volume air yang disifon sebanyak 10% pada wadah pemeliharaan.

Pengukuran kualitas air juga dilakukan untuk mengetahui kondisi air. Kualitas air yang diukur adalah suhu, pH dan oksigen terlarut (DO). Pengukuran kualitas air dilakukan setiap 7 hari sekali dengan mengatur aerator dan DO tetap konstan.

Pengamatan Hasil

Pengamatan dilakukan setiap 7 hari sekali selama 8 minggu pemeliharaan.

Pengamatan hasil meliputi:

1. Pertumbuhan Panjang

Mengukur panjang dilakukan sekali dalam 7 hari . Pengukuran dilakukan dengan mengukur panjang ikan mulai dari depan mulut hingga pangkal ekor yang diletakkan diatas kertas millimeter blok. Pengukuran panjang ikan menggunakan rumusan pertumbuhan panjang menurut Effendie (1997) yaitu :

Keterangan:

L = Pertumbuhan panjang (cm) Lt = Panjang akhir ikan (cm) L0 = Panjang awal ikan (cm)

L = = Lt-L0

17

(33)

2. Pertumbuhan Berat

Mengukur berat ikan menggunakan timbangan digital. Bobot ikan yang telah di timbang kemudian di catat. Pengukuran dilakukan setiap 7 hari.

Pertumbuhan bobot menggunakan rumus pertumbuhan menurut Effendie (1997) yaitu :

Keterangan:

ΔW = Pertumbuhan mutlak (g) Wt = Berat akhir (g)

W0 = berat awal (g)

3. Kelangsungan Hidup

Menghitung kelangsungan hidup adalah dengan membedakan jumlah ikan yang hidup pada akhir periode dengan jumlah ikan yang mati pada akhir periode tertentu. Kelangsungan Hidup ikan nila yang diamati setiap harinya yaitu dengan melakukan sampling pengamatan setiap 7 hari sekali. Tingkat kelangsungan hidup atau Survival Rate (SR) diukur dengan menggunakan rumus menurut Efendie (1997) sebagai berikut:

Keterangan :

SR = Kelangsungan hidup ikan (%)

No = Jumlah ikan pada awal penelitian (ekor) Nt = Jumlah benih pada akhir penelitian (ekor)

ΔW =Wt –W0

(34)

Analisis Data

Data pertumbuhan yang diperoleh (hasil selisih pengukuran pertumbuhan awal hingga akhir pada pengukur) dianalisis dengan analisis statistika menggunakan SPSS yang meliputi Analisis Ragam (ANOVA) uji F untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap parameter. Apabila berpengaruh nyata, untuk melihat perbedaan antar perlakuan (perbedaan suhu) akan diuji menggunakan Uji Beda Nyata Jujur atau Tukey. Selanjutnya data disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.

19

(35)

Hasil

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data berupa Laju pertumbuhan Panjang (cm), laju pertumbuhan berat (gram), kelangsungan hidup (%) serta data hasil pengamatan kualitas air selama pemeliharaan antar perlakuan T1 (270C), T2

(290C) dan T3 (310C)

Pertambahan Panjang Ikan Nila

Pertambahan panjang ikan Nila selama 8 minggu pemeliharaan laju pertambahan panjang tertinggi terdapat pada perlakuan T2 yaitu sebesar 14,8 cm dari 9,7 menjadi 14,8 cm. Kemudian diikuti dengan perlakuan T2 dari 9,8 menjadi 13,55 cm dan yang terendah terdapat pada perlakuan T3 dari 9,4 menjadi 12 cm.

Laju pertambahan panjang Ikan Nila dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Hasil Pertambahan Panjang Ikan Nila Hari ke-1 sampai Hari ke-56

(36)

Pada akhir percobaan yang dilakukan didapati hasil pertambahan panjang mutlak yaitu dari pertambahan akhir dikurangi dengan panjang awal. Dari data pertambahan panjang rata-rata yang didapat dari setiap perlakuan terdapat pertambahan panjang tertinggi yaitu pada perlakuan T2 sebesar 5,1 cm, perlakuan T2 sebesar 3,7 cm dan terendah pada perlakuan T3 sebesar 2,6 cm seperti pada Gambar 4. Analisi Variansi (ANOVA) panjang ikan Nila tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 2.

Gambar 4. Hasil Pertambahan Panjang Rata-rata Ikan Nila dengan Perlakuan T1, T2 dan T3 selama 56 Hari Pemeliharaan

Tabel 2. Analisis Variansi (ANOVA) terhadap Panjang Ikan Nila pada Perlakuan T1, T2 dan T3 selama 56 Hari

Perlakuan df Hari Ke-

7 14 21 28 35 42 49 56

T1 2 ** ** ** ** ** ** ** **

T2 2 ** ** ** ** ** ** ** **

T3 2 ** ** ** ** ** ** ** **

T4 2 ** ** ** ** ** ** ** **

Error 540 0,626 0,077 0,893 0,109 0,127 0,143 0,163 0,183 Keterangan: ** Significantly (p < 0,01)

21

(37)

Tabel 3. Hasil Rata-rata Panjang Ikan Nila dengan Perlakuan T1, T2 dan T3 pada Hari ke 7, 28, 42 dan 56

Hari Ke-

H7

H28

H42

Perlakuan H56

T3

9,527a 9,938a 9,938a 11,968a

(0,076) (0,084) (0,084) (0,108)

T2 10,041b 10,886b 10,886b 13,448b

(0,085) (0,145) (0,145) (0,230)

T1 9,986b 11,336c 11,336c 14,752c

(0,127) (0,171) (0,171) (0,164)

a,b,c

: Perbedaan notasi huruf menyatakan bahwa adanya perbedaan yang signifikan antara perlakuan

Peningkatan Berat Ikan Nila

Peningkatan Berat ikan Nila selama 8 minggu pemeliharaan menunjukkan laju peningkatan tertinggi terdapat pada perlakuan T1 yaitu sebesar 21,15 gram dari 13,64 menjadi 34,79 gram. Kemudian diikuti dengan perlakuan, perlakuan T2 dari 14,28 menjadi 31,55 gram dan yang terendah terdapat pada perlakuan T3 dari 14,16 menjadi 29,43 gram. Laju peningkatan berat Ikan Nila dapat dilihat pada Gambar 5.

(38)

Pada akhir percobaan yang dilakukan didapati hasil peningkatan berat mutlak yaitu dari pertumbuhan berat akhir dikurangi dengan berat awal. Dari data peningkatan berat rata-rata yang didapat dari setiap perlakuan terdapat peningkatan berat tertinggi yaitu pada perlakuan T1 sebesar 21,15 gram, kemudian diikuti perlakuan T2 sebesar 17,27 gram dan terendah pada perlakuan T3 sebesar 15,27 gram seperti pada Gambar 6. Analisi Variansi (ANOVA) berat ikan Nila tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 4.

Gambar 6. Hasil Peningkatan Berat Rata-rata Ikan Nila dengan Perlakuan T1, T2 dan T3 selama 56 hari Pemeliharaan

Tabel 4. Analisis Variansi (ANOVA) terhadap Berat Ikan Nila pada Perlakuan T1, T2 dan T3 selama 56 Hari

Perlakuan df Hari Ke-

1 14 21 28 35 42 49 56

T1 2 0,686 0,802 0,383 0,196 ** ** ** **

T2 2 0,687 0,803 0,384 0,197 ** ** ** **

T3 2 0,688 0,804 0,385 0,198 ** ** ** **

Error 540 0.334 0.365 0.398 0.414 0.417 0.441 0.416 0.429 Keterangan: **Significanly (p < 0,01)

23

(39)

Tabel 5. Hasil Rata-rata Berat Ikan Nila dengan Perlakuan T1, T2 dan T3 pada Hari ke 7, 28, 42 dan 56

Hari Ke-

H7 H28 H42 H56

Perlakuan

T3 15,112a 19,576a 23,963a 29,468a

(0,617) (0,912) (0,927) (0,830)

T2 15,722a 21,157a 25,205ab 31,552b

(0,603) (0,692) (0,740) (0,431)

T1 15,086a 21,220a 27,178b 34,735c

(0,536) (0,531) (0,496) (0,459)

a,b,c

: Perbedaan notasi huruf menyatakan bahwa adanya perbedaan yang signifikan antara perlakuan

Kelangsungan Hidup Ikan Nila

Tingkat kelangsungan hidup ikan Nila selama 8 minggu pemeliharaan pada setiap perlakuan T1, T2, T3 dan T4 masing-masing berkisar 83,33 - 63,33%.

Nilai tertinggi terdapat pada perlakuan T1 sebesar 83,33%, kemudian diikuti perlakuan T2 sebesar 76,67%, T3 sebesar 70% dan perlakuan T4 sebesar 63,33%

seperti pada Gambar 7

.

Data tingkat kelangsungan hidup ikan Nila pada masing- masing perlakuan dapat dilihat pada Lampiran 8.

Gambar 7. Hasil Kelangsungan Hidup Ikan Nila selama 56 Hari Pemeliharaan

(40)

Kualitas Air

Kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan Nila sangat dipengaruhi oleh kualitas air. Parameter kualitas air yang diukur selama penelitian adalah Suhu, pH dan DO. Hasil pengamatan kualitas air ikan Nila diperoleh dengan pH 6,6 - 7,4 dan DO yaitu 4,0 - 5,2 mg/l. Data kualitas air wadah pemeliharaan ikan nila selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Data Kualitas Air Wadah Pemeliharaan ikan Nila Selama Penelitian

Kualitas Air

Perlakuan Kisaran Normal

T1 T2 T3 Suyanto (2002)

Min Maks Min Maks Min Maks

Suhu 0C 27 27 29 29 31 31 25-28

pH 6.9 7.4 6.8 7.2 6.6 6.9 5-11

DO (mg/l) 4.7 5.2 4.3 4.8 4,0 4.3 4-9

Pembahasan

Pertambahan Panjang Ikan Nila

Menurut Pramudyas (2014) pertumbuhan dapat dianggap sebagai hasil dari suatu proses metabolisme pakan yang diakhiri dengan penyususnan unsur- unsur tubuh. Pertumbuhan ikan erat kaitannya dengan ketersediaan protein dan pakan. Kandungan nutrisi akan berpegaruh pada tingkah laku, kesehatan, fungsi fisiologi, reproduksi, dan pertumbuhan ikan. Pertumbuhan panjang mutlak (L) ikan Nila menunjukkan hasil tertinggi pada perlakuan T1 sebesar 5,1 cm dan terendah menunjukkan hasil sebesar 2,6 cm pada perlakuan T3. Dapat dilihat pada Lampiran 2.

Berdasarkan hasil analisis variansi (ANOVA) pada pertambahan panjang didapatkan F hitung sebesar 143,11, dimana F hitung lebih besar dari F tabel yang artinya antara perlakuan menunjukkan perbedaan yang sangat nyata.maka analisis 25

(41)

dilanjutkan dengan Uji Lanjut Beda Nyata Terkecil (BNT) (Lampiran 2) karena berbeda sangat nyata dengan koefisien keragaman (KK) yang dihasilkan 4,71%.

Pada uji lanjut BNT diketahui bahwa perlakuan berbeda sangat nyata terhadap pertumbuhan panjang ikan Nila (P>1%) pada setiap perlakuan.

Berdasarkan hasil pertambahan panjang ikan nila selama pemeliharaan diketahui bahwa pada perlakuan T1 menunjukkan pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap pertumbuhan ikan Nila dibandingkan dengan perlakuan T2 dan T3

yang hanya menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap pertumbuhan ikan Nila.

Pertambahan panjang T1 yaitu pada suhu 270C lebih cepat dibandingkan Perlakuan T2 dan T3 dikarenakan perlakuan T1 memiliki kisaran yang optimum untuk kehidupan ikan nila. Menurut Suyanto (2002) suhu yang optimum untuk pertumbuhan ikan Nila adalah 25-280C.

Terdapatnya perbedaan suhu air dengan tubuh ikan Nila selama penelitian mengakibatkan pertumbuhan ikan mengalami perbedaan panjang yang diakibatkan ketidakstabilan suhu yang sangat berpengaruh terhadap metabolisme ikan. Hal ini sesuai dengan Kelabora (2010) peneliti pendahulu yang dilakukan pada larva ikan Mas yang menyatakan bahwa suhu air yang tidak stabil dapat mengakibatkan sebagian besar energi yang tersimpan dalam tubuh ikan digunakan untuk penyesuaian diri terhadap lingkungan yang kurang mendukung, sehingga dapat merusak sistem metabolisme atau pertukaran zat. Selain itu, suhu optimum bagi ikan Nila akan meningkatkan pertumbuhan ikan yang baik.

Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal merupakan faktor-faktor yang berhubungan dengan ikan itu sendiri seperti umur, dan sifat genetik ikan yang meliputi keturunan, kemampuan untuk

(42)

memanfaatkan makanan dan ketahanan terhadap penyakit. Faktor ekstenal merupakan faktor yang berkaitan dengan lingkungan tempat hidup ikan yang meliputi sifat fisika dan kimia air, ruang gerak dan ketersedian makanan dari segi kualitas dan kuantitas (Sinaga, 2015).

Peningkatan Berat ikan Nila

Pertumbuhan Berat benih ikan Nila selama 8 minggu pemeliharaan mengalami tingkat pertumbuhan tertinggi pada perlakuan T1 yaitu sebesar 21,15 gram dan yang terendah pada perlakuan T3 sebesar 15,27 gram. Suhu yang semakin tinggi seharusnya laju konsumsi makanan lebih cepat, yang mengakibatkan pertumbuhannya lebih cepat. Tetapi hal ini tidak terjadi pada perlakuan T3 karena diduga ikan Nila menggunakan semua energinya untuk tetap bertahan hidup sehingga energi untuk tumbuh menjadii berkurang. Hal ini sesuai dengan peneliti pendahulu Stickney (1979) dalam Waruwu (2014) menyatakan bahwa pada sebagian besar spesies ikan, laju metabolisme diatas suhu optimum akan meningkat dan energi mulai dialihkan dari pertumbuhan untuk laju metabolisme yang tinggi sehingga laju pertumbuhan menjadi menurun

Berdasarkan hasil analisis variansi (ANOVA) pada peningkatan berat didapatkan F hitung sebesar 135,38, dimana F hitung lebih besar dari F tabel yang artinya antara perlakuan menunjukkan perbedaan yang sangat nyata maka analisis dilanjutkan dengan Uji Lanjut Beda Nyata Terkecil (BNT) (Lampiran 5) karena berbeda sangat nyata dengan koefisien keragaman (KK) yang dihasilkan 2,49%.

Pada uji lanjut BNT diketahui bahwa perlakuan berbeda sangat nyata terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan Nila (P>1%) pada setiap perlakuan

27

(43)

Berdasarkan hasil pertambahan Berat ikan nila selama pemeliharaan diketahui bahwa pada perlakuan T1 menunjukkan pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap pertumbuhan ikan Nila dibandingkan dengan perlakuan T2 dan T3 yang hanya menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap pertumbuhan ikan Nila.

Tingginya peningkatan berat ikan pada perlakuan T1 dibandingkan dengan perlakuan lainnya diakibatkan karena laju komsumsi pakan semakin meningkat hal ini mengakibatkan kinerja enzim pencernaan didalam saluran pencernaan mencapai titik maksimum untuk mencerna pakan yang dikonsumsi semakin banyak sampai pada suhu yang optimum. Menurut Djajasewaka dan Djajadireja (1990) suhu yang optimum untuk selera makan ikan adalah 25- 270C.

Suhu memberikan pengaruh yang nyata pada penggunaan energi untuk pertumbuhan. Peningkatan suhu akan meningkatkan kebutuhan pakan karena ikan akan bergerak lebih aktif. Meningkatnya jumlah pakan ini akan meningkatkan laju pertumbuhan ikan (Brown et. al., 1957) hal ini tidak terjadi dengan ikan Nila dikarenakan pada peningkatan suhu hingga 310C peningkatan berat ikan yang lambat diantara perlakuan suhu lainnya yaitu hanya mengalami peningkatan sebesar 15,27 gram. Diduga ikan Nila menggunakan energi pakan tersebut sebagai bentuk penyesuaian diri. Hal ini sesuai dengan (Irianto, 2005) yang menyatakan suhu tinggi yang masih dapat ditolerir oleh ikan tidak selalu berakibat mematikan pada ikan tetapi dapat menyebabkan gangguan status kesehatan untuk jangka panjang, misalnya stress yang menyebabkan tubuh ikan lemah, kurus, dan tingkah laku abnormal.

Suhu akan mempengaruhi aktivitas enzim dimana kenaikan suhu akan menyebabkan penurunan pH enzim dan pada pH rendah enzim-enzim pencernaan

(44)

akan lebih mudah menghancurkan materi-materi kasar yang berasal dari pakan yang dikonsumsi. Kecepatan reaksi akan meningkat seiring dengan meningkatnya suhu sampai batas suhu optimum (Taufik et. al., 2009).

Kelangsungan Hidup Ikan Nila

Berdasarkan hasil analisis variansi (ANOVA) pada kelangsungan hidup didapatkan F Hitung lebih besar dibandingkan F Tabel sehingga kelangusngan hidup berpengaruh nyata. Namun nilai Koefisien Korelasi (KK) 6,73% maka tidak dilanjutkan pada analisis Uji Lanjut Beda Nyata Terkecil (BNT) karena nilai KK diatas 5% .

Pada pemeliharaan ikan kematian ikan terjadi pada awal-awal minggu pemeliharaan. Hal ini diduga diakibatkan karena ikan Nila mengalami stress karena respon adaptasi terhadap lingkungan lama ke media pemeliharaan yang baru. Dari Gambar 4 Tingkat kelangsungan hidup ikan Nila selama pemeliharaan berkisar antara 63,33 – 86,67%. Menurut Mulyani (2014) menyatakan bahwa tingkat kelangsungan hidup ≥ 50% tergolong baik, kelangsungan hidup 30-50%

sedang dan kurang dari 30% tidak baik.

Rendahnya SR ikan Nila pada pelakuan T3 yaitu 63,33% diantara perlakuan lainnya selain stress faktor kualitas air terutama suhu diatas kirasan optimum nila mengakibatkan ikan mati. Hal ini sesuai dengan pendapat Wardoyo, (1975) diacu Waruwu et. al., (2014) menyatakan bahwa meskipun ikan beraklimatisasi pada suhu yang relatif tinggi, tetapi pada derajat tertentu kenaikan suhu dapat menyebabkan kematian pada ikan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelangsungan hidup (SR) ikan di akhir- akhir minggu penelitian semakin baik. Hal ini diakibatkan karena ikan nila 29

(45)

memiliki kemampuan adaptasi yang baik, serta kualitas air selama pemeliharaan yang diukur masih pada kisaran yang optimum untuk pertumbuhan ikan Nila.

Kualitas air baik dikarenakan media air dikontrol dengan baik dengan cara pembersihan kotoran ikan dengan cara penyiponan selama 3 hari sekali dan menggantikannya dengan air endapan sumur yang baru. Sehinngga ikan nila dalam wadah pemliharaan masih dapat berdaptasi dengan baik. Hal ini sesuai Cholik et. al., (1986) dalam Kelabora (2010) yang menyatakan bahwa kualitas air yang digunakan dalam budidaya merupakan (variabel) yang mempengaruhi kelangsungan hidup, perkembangbiakan, pertumbuhan atau produksi ikan.

Kualitas Air

Kualitas air merupakan faktor yang sangat penting dalam budidaya ikan karena diperlukan sebagai media hidup. Air sebagai lingkungan tempat hidup organism perairan harus mampu mendukung kehidupan dari organisme tersebut.

Hasil pengukuran kualitas air selama pemeliharaan benih ikan Nila (Oreochromis niloticus) menunjukkan bahwa kisaran yang diperoleh masih berada pada batas

yang baik bagi kehidupan ikan Nila. Data kualitas air dapat dilihat pada Tabel 7.

Suhu merupakan salah satu faktor fisika sangat penting karena bersama- sama dengan zat/unsur yang terkandung didalamnya akan menentukan massa jenis air, densitas air, kejenuhan air, mempercepat reaksi kimia dan mempengaruhi jumlah oksigen terlarut didalam air Aliza et al.,( 2013). Suhu juga merupakan salah satu parameter yang mentukan keberhasilan budidaya ikan Nila, hal ini disebakan karena ikan merupakan hewan berdarah dingin. Yang dimaksud dengan hewan berdarah dingin adalah hewan yang suhu tubuhnya dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Setiap jenis ikan mempunyai toleransi tertentu terhadap

(46)

perubahan kualitas air dan perubahan yang terjadi akan langsung mempengaruhi kehidupan ikan dan organisme yang ada (Kartamihardja, 2008)

Oksigen terlarut (DO) merupakan parameter mutu air yang penting karena nilai oksigen terlarut dapat menunjukkan tingkat pencemaran atau tingkat pengolahan air limbah. Kelarutan oksigen dalam air dapat dipengaruhi oleh suhu.

Kelarutan oksigen berbanding terbalik dengan suhu (Nugroho, 2006). Nilai oksigen terlarut selama pemeliharaan 8 minggu berkisar 4,8 – 5,2 mg/l. Kisaran nilai oksigen tersebut masih layak untuk menunjang kehidupan ikan Nila.

Menurut Suyanto (2002) kisaran oksigen terlarut untuk mendukung kehidupan ikan Nila adalah 4-9 mg/l.

Pada suhu suhu T3 oksigen terlarut cenderung lebih rendah dibandingkan dengan suhu pada perlakuan T1 dan T2 hal ini diakibatkan karena pada perlakuan T3 metabolisme ikan nila meningkat. Menurut Panjaitan (2004) oksigen berhubungan erat dengan perubahan suhu dan metabolisme. Suhu tinggi cenderung menyebabkan kandungan oksigen menurun, dilain pihak menyebabkan konsumsi oksigen meningkat. Hubungan oksigen dengan proses metabolisme terjadi pada proses respirasi sel didalam tubuh ikan, dimana dalam proses respirasi keberadaan oksigen sangat dibutuhkan.

Selama penelitian nilai pH pada perlakuan berkisar antar 6,9 - 7,14 nilai ini masih dapat ditolerir oleh ikan Nila sesuai dengan Gunadi et. al., (2016) pH terendah terdapat pada perlakuan T3 tetapi pH tersebut masih tergolong dalam batas keadaan normal. Panjaitan (2004) kisaran pH yang baik Untuk ikan adalah 6-9, sedangkan pH 4,5-5,0 merupakan batas terendah bagi kelangsungan hidup ikan.

31

(47)

Kesimpulan

1. Suhu mempengaruhi laju pertumbuhan ikan Nila selama 8 minggu penelitian.

Pertumbuhan tertinggi terdapat pada perlakuan suhu 270C (T1) dengan pertambahan panjang sebesar 5,1 cm dan peningkatan berat 21,15 gram, kemudian diikuti perlakuan suhu 290C (T2) dengan pertambahan panjang sebesar 3,7 cm dan peningkatan berat sebesar 17,27 gram, dan pertumbuhan terendah terdapat pada perlakuan suhu 310C (T3) dengan pertambahan panjang 2,6 cm dan peningkatan berat 15,27 gram. Tingkat Kelangsungan hidup tertinggi terdapat pada perlakuan suhu 270C (T1) sebesar 76,67%, kemudian perlakuan 290C (T2) 70% dan terendah dan perlakuan 310C (T3) sebesar 63,33%.

2. Suhu yang terbaik untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan yaitu suhu 270C (T1) dengan tingkat kelangsungan hidup 76,67%

Saran

Untuk meningkatkan pertumbuhan dan meningkatkan produksi ikan Nila disarankan dipelihara pada suhu 270C sehingga didapatkan pertumbuhan yang optimal baik panjang maupun beratnya. Sehingga mampu menghasilkan ikan Nila untuk menutupi kebutuhan pasar.

(48)

DAFTAR PUSTAKA

Afriansyah. I. Dewiyanti dan I. Hasri. 2016. Keragaan Nitrogen dan T-Phosfat pada Pemanfaatan Limbah Budidaya Ikan Lele (Clarias Gariepinus) oleh Ikan Peres(Osteochilus kappeni) dengan Sistem Resirkulasi. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah. ISSN: 2527-6395. Vol 1(2):

252-261.

Aliyas, S. Ndobe dan Z. R. Ya’la. 2007. Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan Nila (Oreochromis Sp.) yang Dipelihara Pada Media Bersalinitas.

Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako. ISSN: 2089-8630. Vol 5(1):19-27.

Aliza, D., Winaruddin dan L. W. Sipahutar. 2013. Efek Peningkatan Suhu Air Terhadap Perilaku, Patologi Anatomi, dan Hispatologi Insang Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Jurnal Medika Veterinaria. ISSN. 0853-1943.

Bestian, C. 1996. Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih Ikan Nila Merah (Oreochromis Sp). pada Kisaran Suhu Media 24±1oc dengan Salinitas yang Berbeda (0, 10 dan 20 0/00). Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Brown, M. E. 1957. The physiology of Fishes. Vol I. Academic Press Inc.

Publishor New York. 447p.

Daelami, D. 2001. Agar Ikan Sehat. Penerbit Swadaya. Cianjur.

Djajasewaka dan Djajadiredja, R. 1990. Budidaya Ikan di Indonesia. Cara Pengembangannya. Badan Litbang Pertanian. Lembaga Penelitian Perikanan Darat. Jakarta. 48 hal.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Effendie, M. I. 1997. Metoda Perancangan Percobaan. CV Armico. Bandung. 472 hal.

Effendie. 1979. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sari. Bogor.

Emaliana, 2016. Pengaruh Perbedaan Suhu terhadap Pertumbuhan Ikan Koi (Cyprinus carpio). Universitas Sumatera Utara, Medan.

Fujaya, Y. 2008. Fisiologi Ikan: dasar Pengembangan Teknik Perikanan. PT. Asdi Mahasatya, Jakarta.

Gaspersz, V. 1991. Metode Perancangan Percobaan. Armico. Bandung.

Gunadi, B., lamanto dan A. Robisalmi. 2016. Analisis Pertumbuhan Benih Ikan Srikandi (Oreochromis aureus x niloticus) pada Pemeliharaan di Kolam Tembok dan Kolam Tanah di Air Tawar. Balai Penelitian Pemuliaan Ikan.

Irianto, A. 2005. Patologi Ikan Teleostei. Gadjah Mada University Press.

Yogyakarta.

(49)

Jurnal Ziraa’ah. ISSN: 2355-3545. Vol 40(1):18-24.

Katamihardja, E. S. 2008. Perubahan komposisi komunitas Ikan dan Faktor-faktor pemnting yang Mempengaruhi selama 40 tahun Umur Waduk Djuanda.

Jurnal Ikhtiologi Indonesia. 8:67-68.

Kelabora, D. M. 2010. Pengaruh Suhu Terhadap Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Larva Ikan Mas (Cyprinus carpio). Jurnal Berkala Perikanan Terubuk. 38(1): 71 – 81.

Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2010. Teknologi Pembenihan ikan Patin (pangasius sp.) yang Dipelihara Secara Outdoor Dikolam yang Dipipuk.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan Perikanan.

Kordi, M. G. 2010. Panduan Lengkap Memelihara Ikan Tawar di Kolam Terpal.

ANDI, Yogyakarta.

Nasution, A. K. A. 2008. Pengaruh Tingkat Kekeruhan Perairan Terhadap KomposisiSpesies Makro Algae Kaitannya dengan Proses Upwelling PadaPerairan Rutong-Leahari. Universitas Sumatera Utara, Medan.

Ningrum, N. E. P. H. H. 2012. Keragaan Pertumbuhan Ikan Nila Best ((Oreochromis niloticus) Hasil Seleksi F3, F4, dan Nila Lokal. Skripsi.

Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Norjanna, F., E. Efendi dan Q. Hasani. 2015. Reduksi Amonia pada Sistem Resirkulasi dengan Penggunaan Filter yang Berbeda. Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan. ISSN: 2302-3600. Vol 4(1).

Nugroho, A. 2006. Bioindikator Kualitas Air. Penerbit Universitas Trisakti, Jakarta.

Mulyani, Y. S., Yulisman dan M. Fitrani. 2014. Pertumbuhan dan Efesiensi Pakan Ikan Nila (Oreochromis niloticus) yang Dipuasakan secara Periodik.

Jurnal AKuakultur Rawa Indonesia. ISSN: 2303-2960. Vol 2(1):1-12

Permatasari, D. W. 2012. Kualitas Air pada Pemeliharaan Ikan Nila (Oreochromis sp) Intensif di Kolam Departemen Budidaya Perairan

Institut Pertanian Bogor. Institut Pertanian Bogor.

Pramudiyas, D. R. 2014. Pengaruh Pemberian Enzim pada Pakan Komersil Terhadap Pertumbuhan dan Rasio Konversi Pakan (FCR) pada Ikan patin (Pangasius Sp.). Skripsi. Universitas Airlangga, Surabaya.

Raharjo, E. I. 2004. Pengaruh Daphnia sp yang diperkaya dengan kadar Ascorbic Acid- Ethyl Cellulose Berbeda Terhadap Kinerja Pertumbuhan dan Tingkat Kelangsungan Hidup Larva Ikan Nila (Oreochromis niloticus

(50)

Salmin. 2005. Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD) Sebagai Salah Satu Indikator untuk Menentukan Kualitas Perairan.

Oseana, Vol. xxx. No.3, 2005 : 21:26.

Sinaga, D. 2015. Tingkat Penggunaan Azolla Pinnata pada Pakan terhadap Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Skripsi. Universitas Sumatera Utara, Medan.

Soelistyowati, D. T., A. O. Sudrajat dan H. Arfah. 2010. Maskulinisasi pada Ikan Nila Merah (Oreochromis sp.) Menggunakan Bahan Alami Resin Lebah Melalui Pakan Buatan. Jurnal Akuakultur Indonesia. 9 (2) : 178-183.

Stickney, R. R. 1979. Principal of Warmwater Aquaculture. John Wiley& Sons, Inc. New York 375p.

Suyanto, S. R. 2002. Nila. Penevar Swadaya, Jakarta.

Taufik, I., Z. I. Azwar dan Sutrisno. Pengaruh Perbedaan Suhu Air Pada Pemeliharaan Benih Ikan Betutu (Oxyeleotris marmorata Blkr) dengan Sistem Resirkulasi. Jurnal Ris. Akuaklutur. 4(2): 319-325.

Waruwu, D. K., H. Syandri dan Azrita. 2014. Pengaruh Perbedaan Suhu terhadap kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih Ikan Bujuk (Channa Lucius Cuvier). Universitas Bung Hatta. Padang.

Zonneveld, N., E. A. Huisman & J. H. Boon. 1991. Prinsip-prinsip Budidaya Ikan.

Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 318 hal.

(51)

LAMPIRAN

(52)

Lampiran 1. Bagan Percobaan Rancangan Acak Lengkap

Keterangan

Perlakuan terdiri dari Suhu 270C, 290C dan 310C dengan simbol T1, T2 dan T3

T1U1 = Perlakuan T1 Ulangan ke 1 T1U2 = Perlakuan T1 Ulangan ke 2 T1U3 = Perlakuan T1 Ulangan ke 3 T2U1 = Perlakuan T2 Ulangan ke 1 T2U2 = Perlakuan T2 Ulangan ke 2 T2U3 = Perlakuan T2 Ulangan ke 3 T3U1 = Perlakuan T3 Ulangan ke 1 T3U2 = Perlakuan T3 Ulangan ke 2 T3U3 = Perlakuan T3 Ulangan ke 3

T2U1 T3U2

T1U3 T3U1

T1U2 T2U2

T1U1

T2U3

T3U3

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Peneliti Budidaya Intensif
Gambar 2.  Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Gambar 3. Hasil Pertambahan Panjang Ikan Nila Hari ke-1 sampai Hari ke-56
Gambar 4. Hasil Pertambahan Panjang Rata-rata Ikan Nila dengan                 Perlakuan T1, T2 dan T3 selama 56 Hari Pemeliharaan
+4

Referensi

Dokumen terkait

Tomando como punto de partida la problemática distinción entre “viejos” y “nuevos” femi- nismos, el artículo defiende la necesidad de evitar esta categorización y aboga por la

Jika B/C Ratio &gt; 0 maka usulan investasi layak dan menguntungkan, dari hasil perhitungan yang dilakukan untuk usaha docking kapal purse seine CV Putra Barokah di

Hasil uji ekstrak air buah F.inermis Roxb sebagai pengawet ikan kerapu, diperoleh data berupa hasil pengukuran nilai pH ikan kerapu tanpa perlakuan dan dengan

Kedua aktor ini yang paling terlihat perbedaannya yaitu PKJA menganggap ini sangat penting dengan tujuannya untuk kesehatan dan keberlangsungan usaha kerambah jaring apung yang

Kesimpulan dari penelitian Putz-Bankuti et al ini yaitu terdapat hubungan signifikan dari 25(OH)D dengan derajat disfungsi hati dan memberi kesan bahwa rendahnya kadar

Hasil: Diameter tubulus seminiferus kelompok K tidak berbeda bermakna dengan P1 (p=0,173). Simpulan: Pemberian ekstrak Eurycoma longifolia dengan dosis 5 mg/hari dan 10 mg/hari

Hasil penelitian adalah: (1) Adat istiadat terdiri atas tradisi wasiat, amanat, pantangan, dan akibat; (2) Dinamika masyarakat terdiri atas perubahan teknologi, mata

AC Split Duct tidak pernah terlepas dari sistem Ducting yang merupakan bagian penting dalam sistem AC sebagai alat penghantar udara yang telah dikondisikan dari