• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pemberian Enzim Fitase pada Kadar Protein Pakan yang Berbeda terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan Gurami (Osphronemus gouramy)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Pengaruh Pemberian Enzim Fitase pada Kadar Protein Pakan yang Berbeda terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan Gurami (Osphronemus gouramy)"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

OLEH:

AINI ROHANI SIHOMBING 170302068

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2022

(2)

SKRIPSI

OLEH:

AINI ROHANI SIHOMBING 170302068

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2022

(3)

SKRIPSI

OLEH :

AINI ROHANI SIHOMBING 170302068

Skripsi Sebagai Salah Satu diantara Beberapa Syarat untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan,

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2022

(4)

Judul Penelitian : Pengaruh Pemberian Enzim Fitase pada Kadar Protein Pakan yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan Gurami (Osphronemus gouramy)

Nama : Aini Rohani Sihombing

NIM : 170302068

Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan

Disetujui oleh, Dosen Pembimbing

Ir. Syammaun Usman, M. Si NIP. 195610261994031001.

Dosen Penguji I

Dr. Eri Yusni, M.Sc NIP. 195911161993032001

Dosen Penguji II

Astrid Fauzia Dewinta, S.St.Pi., M.Si NIP. 198801102018032001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan

Desrita, S.Pi, M.Si NIP. 198312122015042002

(5)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Aini Rohani Sihombing NIM : 170302068

Menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Pemberian Enzim Fitase pada Kadar Protein Pakan Yang Berbeda Terhadap

Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan Gurami

(Osphronemus gouramy)” adalah benar merupakan karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal dan dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Medan, September 2022

Aini Rohani Sihombing NIM. 170302068

(6)

i

AINI ROHANI SIHOMBING. Pengaruh Pemberian Enzim Fitase pada Kadar Protein Pakan yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan Gurami (Osphronemus gouramy). Dibimbing oleh SYAMMAUN USMAN

Ikan gurami (Osphronemus gouramy) merupakan salah satu dari 15 jenis komoditi perikanan budidaya yang mempunyai nilai ekonomis tinggi, namun pertumbuhan ikan gurami termasuk lama, untuk mecapai ukuran ekonomis di butuhkan waktu hingga 12 bulan. Enzim fitase merupakan enzim yang dapat mempercepat proses pencernaan pada ikan gurami dan dapat mengefisiensi pakan yang diberikan. Jenis pakan juga mempengaruhi cepat atau lambatnya pertumbuhan ikan gurami. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian enzim fitase pada kadar protein pakan yang berbeda terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan gurami. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober – Desember 2021. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 faktor dan 3 ulangan. Adapun perlakuan yang digunakan adalah E0 (Tanpa penambahan enzim fitase), E1 (Pemberian Enzim Fitase 500mg/kg pakan), E2 (Pemberian Enzim Fitase 1000mg/kg pakan), P1 (Kadar protein pakan 35%), P2 (Kadar Protein Pakan 30%), P3 (Kadar Protein Pakan 25%). Penelitian ini dilakukan selama 60 hari pemeliharaan untuk mengetahui pertambahan bobot, pertumbuhan panjang, Feed Convertion Rasio (FCR), tingkat kelangsungan hidup, dan kualitas air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian enzim fitase pada kadar protein pakan yang berbeda sangat nyata (P ≤ 0,01) terhadap peningkatan bobot ikan gurami dan tidak berpengaruh nyata (P

> 0,05) terhadap pertambahan panjang ikan gurami dengan dosis terbaik pada E2P1 yaitu enzim ditambahan yaitu sebesar 1000mg/kg pakan dan protein pada pakan yang terbaik yaitu 35%.

Kata Kunci: Ikan Gurami (Osphronemous gouramy), Enzim Fitase, Protein Pakan, Pertumbuhan, FCR

(7)

ii

AINI ROHANI SIHOMBING. The Effect of Giving Phytase Enzymes on Different Levels of Feed Protein on the Growth and Survival of Gouramy Fish (Osphronemus gouramy). Guided by SYAMMAUN USMAN

Gouramy (Osphronemus gouramy) is one of 15 types of aquaculture commodities that have high economic value, but the growth of gouramy is quite long, which takes up to 12 months to reach economic size. Phytase enzyme is an enzyme that can accelerate the digestive process in gouramy and can make the feed given more efficient. The type of feed also affects the fast or slow growth of gouramy. The purpose of this study was to determine the effect of giving phytase enzymes on different levels of feed protein on the growth and survival of gouramy fish. This research was conducted in October – December 2021. The experimental design used was a factorial randomized block design (RAK) with 2 factors and 3 replications. The treatment used was E0 (without the addition of phytase enzymes), E1 (Addition of Phytase Enzyme 500mg/kg pakan), E2 (Addition of Phytase Enzyme 1000mg/kg pakan), P1 (Feed protein content 35%), P2 (Feed protein content 30%), P3 (Feed protein content 25%). This research was conducted for 60 days of rearing to determine weight gain, length growth, Feed Conversion Ratio (FCR), survival, and water quality. The results showed that the administration of phytase enzymes at various levels of feed protein was very significant (P≤ 0.01) on the increase in weight of gouramy and haven’t significant effect (P > 0.05) to increase in length of gouramy with the best results. the results in the E2P1 treatment, namely the increasing 1000 mg/kg of enzyme feed and protein in the best feed was 35%.

Keywords: Ikan Gurami (Osphronemous gouramy), Enzim Fitase, Protein Pakan, Pertumbuhan, FCR

(8)

iii

Penulis dilahirkan di Pasarbaru pada tanggal 30 Juni 1999. Anak dari pasangan Bapak Jonson Hasudungan Sihombing dan Ibu Barita Corry Siburian, yang merupakan putri kedua dari 4 bersaudara.

Penulis mengawali pendidikan formal pertama di SD Swasta Bintang Kejora Lintongnihuta pada tahun 2005-2011. Bersamaan dengan berakhirnya pendidikan dasar, penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Lintongnihuta pada tahun 2011-2014 dan menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 1 Lintongnihuta. Pada Tahun 2017 penulis diterima di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur mandiri.

Pada tahun 2018 penulis melaksanakan Magang di UPT BBI Kerasaan di Pematang Siantar. Pada tahun 2020 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Sipolha Horison, Kecamatan Pematang Sidamanik, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara. Pada tahun 2021 penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di UPTD Balai Benih Ikan (BBI) Rambung Merah, Simalungun.

Selain mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam kegiatan organisasi internal sebagai anggota Ikatan Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan (IMASPERA)di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

(9)

iv

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul : Pengaruh Pemberian Enzim Fitase pada Kadar Protein Pakan yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan Gurami (Osphronemus gouramy) sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program pendidikan S1 di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar- besarnya kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus yang telah memberi hikmat dan kebijaksanaan kepada penulis selama penyusunan skripsi.

2. Kedua orang tua tercinta yaitu Bapak Jonson H. Sihombing dan Ibu Barita C. Siburian yang selalu memberikan semangat, doa dan dukungan materi kepada penulis selama mengikuti pendidikan hingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Serta saudara penulis, Daniel Sihombing, Kesia Sihombing dan, Parlinggoman Sihombing yang telah memberikan doa dan semangat kepada penulis.

3. Bapak Ir. Syammaun Usman, M. Si selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan ilmu, masukan, arahan dan bimbingan selama penulis melaksanakan penelitian.

4. Ibu Dr. Eri Yusni, M.Sc dan ibu Astrid Fauzia Dewinta, S.St.Pi., M.Si selaku Dosen Penguji yang telah memberikan kritik dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

(10)

v

Sumberdaya Perairan dan pegawai tata usaha Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan yang telah memberikan dukungan kepada penulis selama proses perkuliahan.

6. Teman-teman terkasih yang dengan lapang hati memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis yaitu Fransiska Sijabat, Melva Angelia, Elsa Debora, Yunita Saragih, Rifka Simanungkalit, Cherina Afulina Ginting, Nelfa Finanda Zai, Bagas G. Prasetyo, David Kurniawan, Rivaldo Sitorus dan Ezra Gatrian.

7. Teman-teman seperjuangan Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan angkatan 2017, Abang dan Kakak Alumni angkatan 2014.

8. Teman terkasih Rut Devi Togatorop yang dengan senang hati membantu penulis menyelesaikan penelitian ini. Serta Kak Renova Togatorop dan ka Maria Togatorop yang selalu memberi masukan kepada penulis.Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk masyarakat, pembaca, sebagai dasar penelitian selanjutnya dan dapat menjadi sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan.

Medan, Agustus 2022

Penulis

(11)

vi

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang... 1

Rumusan Masalah ... 3

Kerangka Pemikiran ... 3

Tujuan Penelitian ... 5

Hipotesa ... 5

Manfaat Penelitian ... 5

TINJAUAN PUSTAKA ... 6

Ikan Gurami (Osphronemus gouramy) ... 6

Habitat dan Penyebaran Ikan Gurami... 7

Pertumbuhan ... 7

Pakan Ikan ... 9

Enzim Fitase ... 10

Kelangsungan Hidup Ikan ... 12

Kualitas Air ... 12

FCR (Feed Convertion Ratio) ... 14

METODE PENELITIAN ... 15

Waktu dan Tempat ... 15

Alat dan Bahan ... 15

Rancangan Percobaan ... 15

Prosedur Penelitian ... 17

Persiapan Wadah Penelitian... 17

Persiapan Air Media ... 18

Persiapan Ikan Uji ... 18

Persiapan Pakan Uji ... 18

Pemeliharaan Ikan Uji ... 19

Pengukuran Kualitas Air ... 19

Pengambilan Sampel... 20

Pengamatan Hasil ... 20

Pertambahan Panjang Ikan... 20

(12)

vii

Analisis Data ... 22

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 23

Hasil ... 23

Pembahasan ... 33

KESIMPULAN DAN SARAN ... 39

Kesimpulan ... 39

Saran ... 39

DAFTAR PUSTAKA ... 40

LAMPIRAN ... 44

(13)

vii

No. Teks Halaman

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian... 4 Gambar 2. Rata-Rata Perubahan Bobot Ikan Gurami ... 24 Gambar 3. Pertambahan rata-rata panjang ikan gurami ... 26 Gambar 4. Rasio Konversi Pakan pada setip perlakuan masa

pemeliharaan ... 29 Gambar 5. Rata-rata kelangsungan hidup ikan gurami ... 31

(14)

viii

No. Teks Halaman

Tabel 1. Kombinasi Perlakuan pada Penelitian... 17 Tabel 2. Analisis variasi terhadap bobot (gr) ikan gurami

(Osphronemus gouramy) dari H-0 sampai H-60 ... 24 Tabel 3. Hasil rata-rata dan standar error perubahan bobot (gr) ikan

gurami dari H-10 sampai H-60 ... 25 Tabel 4. Analisis variasi terhadap pertambahan panjang ikan (cm) ikan

gurami dari H-10 sampai H-60 ... 27 Tabel 5. Hasil rata-rata dan standar error pertambahan panjang (cm) ikan

gurami berbeda dari H-10 sampai H-60 ... 28 Tabel 6. Analisis Variansi terhadap feed convertion ratio ikan gurami dari

hari H0 sampai H-60 ... 29 Tabel 7. Hasil rata-rata dan standar error FCR ikan gurami dari H-10

sampai H-60 ... 30 Tabel 8. Hasil rata-rata kelangsungan hidup ikan Gurami dari H-10

sampai H-60 ... 31 Tabel 9. Data kualitas air (Suhu dan pH) selama masa penelitian ... 32

(15)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

No. Teks Halaman

Lampiran 1. Denah ember yang berisikan benih Ikan Gurami dengan

masing-masing perlakuan secara acak ... 45

Lampiran 2. Jumlah Perhitungan Pakan Selama Pemeliharaan ... 46

Lampiran 3. Pengamatan Bobot Ikan Gurami ... 55

Lampiran 4.Perhitungan Statistik Bobot ... 57

Lampiran 5. Analisis Sidik Ragam (Anova) Peningkatan Bobot Ikan Gurami (Osphronemus gouramy) ... 58

Lampiran 6. (Lanjutan) Analisis sidik ragam (ANOVA) peningkatan bobot ikan gurami ... 59

Lampiran 7. Hasil SPSS ... 60

Lampiran 8. Hasil SPSS Bobot (gr) ... 64

Lampiran 9. Pengamatan Panjang Ikan Gurami ... 65

Lampiran 10. Perhitungam Statistik Panjang Ikan Gurami ... 67

Lampiran 11. Analisis Sidik Ragam (ANOVA) Pertumbuhan Panjang Ikan Gurami ... 68

Lampiran 12. Analisis Sidik Raga (ANOVA) pertambahan panjang ikan gurami... 69

Lampiran 13. Hasil SPSS Panjang Ikan Gurami (cm) ... 70

Lampiran 14. Hasil SPSS Panjang Ikan Gurami ... 73

Lampiran 15. Pengamatan Kelangsungan Hidup Ikan Gurami ... 74

Lampiran 16. Data Pengamatan Kualitas Air ... 75

Lampiran 17. Dokumentasi Penelitan ... 76

(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Budidaya perikanan atau perikanan budidaya adalah kegiatan memproduksi biota (organisme) akuatik (air) untuk mendapatkan keuntungan. Selain budidaya perikanan, dalam sektor perikanan produksi biota akuatik dapat dilakukan melalui penangkapan atau perikanan tangkap. Berbeda dengan penangkapan, produksi dari budidaya perikanan diperoleh melalui kegiatan pemeliharaan biota akuatik dalam wadah dan lingkungan terkontrol. Kegiatan pemeliharaan tersebut (sesuai dengan tujuannya) mencakup pembenihan dan pembesaran. Dalam perikanan tangkap produksi diperoleh dengan cara memanen (berburu) biota akuatik dari alam tanpa pernah memelihara.

Ikan gurame (Osphronemus gouramy) merupakan salah satu dari 15 jenis komoditi perikanan budidaya yang mempunyai nilai ekonomis tinggi karena selain banyak disukai juga mempunyai harga yang relatif lebih tinggi dan ditujukan untuk peningkatan produksi dan pendapatan petani serta pemenuhan sasaran peningkatan gizi masyarakat. Menurut BPS provinsi Sumatera Utara produksi ikan gurami di kota Medan masih tergolong rendah dibandingkan produksi ikan gurami di kabupaten Serdang Bedagai dan Deli Serdang. Produksi ikan gurami di kota Medan yaitu 53 ton, sedangkan di serdang bedagai 1.030 ton dan di Deli Serdang 784 ton ikan gurami.

Selain faktor fisika dan kimia perairan, pakan merupakan salah datu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan budidaya. Menurut Hidayat et al (2013), pakan merupakan unsur yang sangat penting dalam budidaya perikanan, sehingga pakan yang tersedia harus memadai dan memenuhi kebutuhan

(17)

ikan. Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ikan adalah kandungan protein dalam pakan, sebab protein berfungsi membentuk jaringan baru untuk pertumbuhan dan menggantikan jaringan yang rusak.

Protein merupakan nutrien esensial yang dapat mempertahankan kehidupan dan dapat memacu pertumbuhan. Kebutuhan protein pakan berbeda untuk setiap stadia hidup ikan (Palinggi et al., 2005). Sedangkan penambahan enzim pada pakan ikan dapat mempengaruhi pertumbuhan ikan. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ikram et al (2020) menyatakan bahwa enzim fitase berfungsi mengurangi kandungan asam fitat, meningkatkan pertumbuhan relatif dan efisiensi pakan. Enzim fitase dalam pakan dapat menaikkan penyerapan nutrien dan mengatur eksresi nutrien (seperti fosfor, nitrogen, dan mineral) serta dapat menghidrolisa asam fitat (cadangan unsur fosfat).

Pertumbuhan ikan gurami termasuk lama, untuk mecapai ukuran ekonomi di butuhkan waktu hingga 12 bulan. Berdasarkan observasi yang telah banyak dilakukan, pengembangan budidaya gurame terkendala oleh adanya permasalahan yang berkaitan lambatnya laju pertumbuhan pada ikan ini. Untuk mencapai ukuran konsumsi sekitar 0,5 kg , diperlukan waktu sekitar 8 – 10 bulan. Berdasarkan uraian diatas, salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mempercepat pertumbuhan ikan gurami yaitu dengan penambahan enzim fitase pada pakan ikan gurami sehingga nantinya dapat memenuhi kebutuhan pasar ikan gurami. Oleh karena itulah penulis tertarik melakukan penelitian tentang “Pengaruh Pemberian Enzim Fitase pada Kadar Protein Pakan yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan Gurami.

(18)

Rumusan Masalah

Penelitian mengenai pengaruh pemberian enzim fitase dengan kadar protein pakan yang berbeda terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan gurami belum pernah dilakukan sehingga penelitian ini perlu dilakukan mengingat pertumbuhan ikan gurami yang tergolong lambat untuk mencapai ukuran ikan konsumsi.

Berdasarkan hal tersebut maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan utama pada budidaya ikan gurami adalah sebagai berikut :

1. Adakah pengaruh pemberian enzim fitase terhadap pertumbuhan panjang dan peningkatan bobot ikan gurami

2. Adakah pengaruh kadar protein pakan yang berbeda terhadap pertumbuhan panjang dan peningkatan bobot ikan gurami

3. Adakah pengaruh interaksi antara enzim fitase dan kadar protein pakan yang berbeda terhadap pertumbuhan panjang dan peningkatan bobot ikan gurami

Kerangka Pemikiran

Ikan Gurami mudah dipelihara karena bersifat pemakan apa saja, mudah dibenihkan dan dapat dipasarkan dari ukuran benih hingga ukuran ikan konsumsi.

Ikan gurami termasuk ikan konsumsi yang tergolong mahal di kalangan masyarakat dan pertumbuhannya yang lambat. Lambatnya pertumbuhan benih ikan gurami antara lain diduga akibat tidak efektifnya proses pencernaan. Enzim fitase merupakan enzim yang dapat mempercepat proses pencernaan pada ikan gurami dan dapat mengefisiensi pakan yang diberikan. Jenis pakan juga mempengaruhi cepat atau lambatnya pertumbuhan ikan gurami. Oleh karena itu, untuk melihat pengaruh terbesar dosis enzim fitase dengan kadar protein pakan yang terbaik perlu

(19)

dilakukan mengenai pengaruh enzim fitase dengan kadar protein pakan yang berbeda terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan gurami. Kerangka pemikiran penelitian yang akan dilakukan dapat dilihat pada Gambar 1.

( (Kombinasi)

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian Budidaya Ikan

Budidaya Ikan Intensif

Kadar Protein Pakan

Parameter Pertumbuhan:

1. Pertumbuhan Panjang Mutlak

2. Pertumbuhan Berat Mutlak

Konversi Pakan Dosis Enzim

Pakan: Protein (35%) Protein (30%) Protein (25%)

0 g/kg 500 mg/kg 1000 mg/kg Memacu Laju Pertumbuhan

(20)

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitan ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh pemberian enzim fitase terhadap pertumbuhan panjang dan peningkatan bobot ikan gurami

2. Untuk mengetahui pengaruh kadar protein pakan yang berbeda terhadap pertumbuhan panjang dan peningkatan bobot ikan gurami

3. Untuk mengetahui pengaruh interaksi antara enzim fitase dan kadar protein pakan yang berbeda terhadap pertumbuhan panjang serta peningkatan bobot ikan gurami

Hipotesa

Hipotesis dari penelitian ini adalah diduga dengan pemberian enzim fitase pada kadar protein pakan yang berbeda akan terjadi perbedaan tingkat pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan gurami.

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan serta mengetahui cara meningkatkan atau mempercepat pertumbuhan ikan gurami dengan penambahan enzim fitase pada pakan yang berbeda untuk kelangsungan hidup Ikan Gurami.

(21)

TINJAUAN PUSTAKA

Ikan Gurami (Osphronemus gouramy)

Ikan gurami (Osphronemus gouramy) merupakan salah satu komoditi perikanan air tawar konsumsi yang terkenal karena rasanya yang gurih, daging tebal, serta kandungan gizi dan protein yang dimilikinya. Ikan gurami mempunyai nilai ekonomis yang tinggi karena selain banyak disukai juga mempunyai harga yang relatif lebih tinggi dibanding jenis lainnya. Klasifikasi ikan gurami adalah sebagai berikut:

Kingdom : Animalia Filum : Chordata Kelas : Pisces Ordo : Labytinthici Famili : Anabantidae Genus : Osphronemus

Spesies : Osphronemus gouramy (Bachtiar, 2010)

Morfologi Ikan gurami menurut Ratnasari (2019) adalah memiliki sisik dengan ciri badan yang lebar pipih panjang, dagingnya padat, duri-durinya besar, rasanya enak dan gurih. Gurami memiliki alat pernafasan tambahan berupa labirin.

Ikan gurami memiliki sepasang benang yang panjang yang digunakan sebagai alat peraba. Perkembangbiakan terjadi diawali dengan pemijahan. Pembuahan terjadi di luar tubuh (fertilisasi eksternal). Ikan gurami merupakan jenis ikan pemakan tumbuhan. Akan tetapi ketika pada ukuran benih ikan gurami bersifat karnivora.

Kristina dan Sulantiwi (2015) mengatakan ikan gurami memiliki mulut yang kecil, letaknya miring tidak tepat dibawah ujung moncong. Bibir bawah terlihat menonjol

(22)

sedikit dibandingkan bibir atas. Ujung mulut dapat disembulkan sehingga tampak monyong.

Habitat dan Penyebaran Ikan Gurami

Ikan gurami merupakan jenis ikan air tawar dan merupakan ikan asli perairan Indonesia yang sudah menyebar ke wilayah Asia Tenggara dan Cina.

Mulanya ikan gurami banyak ditemukan di pulau Sumatera, Jawa, dan Kalimantan.

Habitat asli gurami adalah perairan tawar yang tenang dan tergenang seperti rawa dan sungai dengan kadar oksigen yang cukup dan mutu air yang baik. Di Indonesia ikan gurami dijuluki sebagai Giant Goramy karena ukurannya yang besar (Ratnasari, 2019).

Menurut Sulhi (2014), ikan gurami digolongkan ikan dataran rendah.

Tumbuh optimal pada ketinggian < 300 m dpl. Habitat alami sungai, danau dan rawa .Temperatur optimum 27-30°C, pH 7-8 , DO 4-5 ppm; Lebih menyukai kolam tanah untuk tempat pemeliharaan dengan dasar kolam tidak terlalu berlumpur ; Menyukai stagnant water/ air tenang; Peka terhadap cahaya terutama pada malam hari dan perubahan kualitas air mendadak terutama temperatur air ; dan Kebiasaan makan menyukai pakan yang ada di permukaan serta mempunyai sifat yang cenderung kearah nocturnal (aktif saat gelap) . Ikan ini digolongkan kedalam ikan omnivora.

Pertumbuhan

Pertumbuhan merupakan faktor yang sangat penting bagi keberhasilan budidaya. Pertumbuhan dapat diartikan sebagai pertambahan ukuran panjang atau berat dalam suatu waktu. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi terhambatnya pertumbuhan adalah kualitas pakan yang memiliki komposisi nutrisi tidak sesuai

(23)

dengan kebutuhan ikan, sehingga menentukan tingkat efisiensi pakan dan kecernaan pakan (Putranti et al., 2015)

Pertumbuhan didefinisikan sebagai perubahan ikan dalam berat, ukuran, maupun volume seiring dengan berubahnya waktu. Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal merupakan faktor-faktor yang berhubungan dengan ikan itu sendiri seperti umur, dan sifat genetik ikan yang meliputi keturunan, kemampuan untuk memanfaatkan makanan, dan ketahanan terhadap penyakit. Faktor eksternal merupakan faktor yang berkaitan dengan lingkungan tempat hidup ikan yang meliputi sifat fisika dan kimia air, ruang gerak dan ketersediaan makanan dari segi kualitas dan kuantitas (Rahmalia, 2015)

Pertumbuhan menjadi indikator bagi kesehatan individu dan populasi yang baik bagi ikan. Menurut Wibawa et al (2018), faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan pada ikan adalah pakan dan kualitas air. Sedangkan faktor internal yang mempengarhui pertumbuhan antara lain keturunan atau genetik, seks, umur, dan ketahanan penyakit. Suhenda et al (2003) menyebutkan pertumbuhan ikan gurami di pengaruhi beberapa faktor antara lain ukuran ikan, umur ikan, kulitas protein, kandungan protein pakan suhu air dan tingkat pemberian pakan.

Pertumbuhan ikan gurami yang relatif lambat disebabkan oleh kecernaan pakan yang kurang maksimal, sehingga nutrisi dalam pakan tidak dapat dimanfaatkan dengan baik (Mareta et al., 2017). Menurut Ikram et al (2020), enzim fitase dalam pakan dapat menaikkan penyerapan nutrien dan mengatur ekskresi nutrient sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ikan.

Pemberian kadar protein yang berbeda berpengaruh tidak nyata (ns) pada pertumbuhan panjang dipengaruhi faktor umur yang sama dan ukuran ikan sama

(24)

sehingga pertumbuhanya sama. Namun pemberian kadar protein yang berbeda berpegaruh nyata terhadap pertumbuhan berat ikan gurami (Ahmad et al., 2017).

Pakan Ikan

Pakan ikan memiliki sifat fisik dan mekanik yang sesuai dengan kebutuhan ikan. Karakteristik pakan sangat mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup pada ikan serta menetukan tingkat penerimaan pada para pembudidaya ikan.

Syarat pakan yang berkualitas tinggi adalah yang memiliki kandungan nutrisi yang lengkap, mudah dicerna oleh ikan dan tidak mengandung zat-zat berbahaya bagi ikan. Di samping itu, pakan harus memiliki bentuk fisik yang tahan lama serta mampu bertahan selama proses penanganan dan pengangkutan (Yunaidi et al., 2019).

Salah satu bentuk pakan ikan yang paling banyak digunakan adalah Pelet.

Pelet tersedia dalam mengandung berbagai macam bahan mentah yang dicampur untuk menghasilkan makanan seimbang. Pelet harus mengandung kualitas dan kuantitas yang tepat dalam berbagai kandungan gizi yakni protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral (Romansyah, 2015).

Hasil penelitian Ahmad et al (2017) menyatakan bahwa pemberian kadar protein yang berbeda berpegaruh nyata terhadap pertumbuhan berat ikan gurami.

Dari hasil uji lanjut Beda Nyata terkecil (BNT) menunjukan bahwa perlakuan yang terbaik terdapat pada perlakuan P3 (Kadar protein 40%), diikuti perlakuan P2 (Kadar protein 35%), dan perlakuan P1(Kadar protein 30%). Hal ini bahwa pada perlakuan P3 kandungan protein lebih tinggi sehingga perlakuan P3 lebih berat dibandingkan perlakuan P2 dan P1 sehingga diduga pertumbuhan tertinggi disebabkan oleh kandungan protein yang tinggi yaitu 40%. Pertumbuhan ikan

(25)

gurami dipengaruhi beberapa faktor antara lain ukuran ikan, umur ikan, kulitas protein, kandungan protein pakan, suhu air, dan tingkat pemberian pakan.

Enzim Fitase

Asam fitat merupakan senyawa anti nutrisi yang biasa terdapat pada bahan- bahan nabati seperti tepung kedelai Asam fitat dalam bahan makanan sangat stabil terhadap berbagai perlakuan dalam pengolahan dan bersifat mengikat mineral dan logam sehingga dapat menganggu penyerapan unsur-unsur hara dan dapat menyebabkan defisiensi dalam tubuh. Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah tersebut dapat dilakukan dengan menambahkan enzim fitase ke dalam pakan buatan. Enzim fitase adalah enzim yang mampu mengkatalis reaksi hidrolisis asam fitat yang terdapat dalam bahan nabati pakan ikan. Hal ini sesuai dengan pendapat Chung (2001) menyatakan bahwa enzim fitase dalam pakan dapat menaikkan penyerapan nutrien dan mengatur ekskresi nutrien (seperti fosfor, nitrogen, dan mineral) serta dapat menghidrolisa asam fitat (cadangan unsur fosfat) dalam pakan ikan menjadi inositol dan asam fosfat sehingga meningkatkan pertumbuhan (Kosim et al., 2016).

Enzim fitase merupakan suatu enzim yang secara kimia dikenal sebagai Mioinositiol heksafosfohidrolisis yang dihasilkan oleh suatu mikroorgenisme atau terdapat pada beberapa tanaman. Alasan utama penggunaan enzim fitase dalam pakan ikan yaitu untuk memecah faktor campuran pakan yang disebut antinutrisi, karena senyawa tersebut tidak mudah dicerna oleh enzim endogeneous yang ada di dalam ikan. Enzim fitase mampu merombak ikatan kimia khusus dalam bahan mentah yang biasanya tidak dapat dirombak oleh enzim pencernaanya (Sheppy, 2001).

(26)

Hasil penelitian Zulaeha ( 2015) menyatakan nilai perlakuan tertinggi adalah perlakuan C yaitu 28,46. Nilai perlakuan C tertinggi diduga pakan yang dikonsumsi memiliki kualitas yang baik, sehingga ikan mampu memanfaatkan pakan yang dikonsumsi dengan baik. Enzim fitase mampu menghidrolisis asam fitat menjadi inositol dan asam fosfat sehingga pakan dapat dimanfaatkan dengan baik. Enzim fitase yang ditambahkan pada pakan berfungsi dengan baik untuk mengurangi kandungan asam fitat yang terdapat pada bahan pakan nabati serta meningkatkan pertumbuhan relatif dan efisiensi pakan (Baruah et al., 2004).

Menurut Riche et al., 2001) menyimpulkan dengan adanya penambahan enzim fitase dalam dapat menurunkan asam fitat yang dapat meningkatkan efisiensi pemanfaatan pakan. Efisiensi pakan yang tinggi menunjukkan penggunaan pakan yang efisien.

Hasil penelitian Kosim (2016) menunjukkan bahwa perlakuan dengan penambahan dosis enzim fitase 500 mg/kg pakan memiliki nilai tertinggi sebesar 4,06 diduga merupakan dosis yang sesuai untuk mengkatalis reaksi hidrolisis asam fitat yang terdapat dalam pakan sesuai dengan pendapat Hossain dan Jauncey (1993) yang menyatakan bahwa dengan adanya reaksi hidrolisismaka terjadi penurunan kadar asam fitat yang menyebabkan terjadi pemutusan ikatan antara asam fitat dengan protein dan mineral kompleks sehingga mampu meningkatkan pertumbuhan. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penambahan enzim fitase dengan dosis yang berbeda memberikan pengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap laju pertumbuhan relatif ikan.

Hasil penelitian Rachmawati dan Istiyanto (2014) menyatakan bahwa penambahan enzim fitase dengan dosis sebesar 1000mg/kg pakan berpengaruh

(27)

sangat nyata terhadap konversi rasio pakan benih ikan nila. Perlakuan dengan penambahan enzim sebesar 1000mg/kg pakan memberikan nilai konversi pakan terendah dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Hal ini diduga pada dosis tersebut enzim fitase mampu meningkatkan efisiensi pemanfaatan pakan.

Kelangsungan Hidup Ikan

Kelangsungan hidup diketahui dengan mempersentasikan jumlah ikan akhir terhadap jumlah awal saat penebaran. Data yang dibutuhkan adalah jumlah ikan awal dan akhir pada proses pemeliharaan ikan. Siregar dan Adelina (2009) mengatakan bahwa kelulushidupan dapat dipengaruhi oleh faktor biotik dan abiotik.

Faktor biotik terdiri dari umur dan kemampuan ikan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan. Faktor abiotik antara lain ketersediaan makanan dan kualitas media hidup.

Menurut Arzad et al (2019),faktor yang mempengaruhi kelangsungan hidup ikan adalah padat tebar, pemberian pakan, penyakit dan kualitas air yang meliputi suhu, kadar amoniak dan nitrit, oksigen terlarut, pH perairan. Menurut Wibawa et al (2018), perlakuan frekuensi pemberian pakan yang berbeda tidak berpengaruh

nyata terhadap kelangsungan hidup benih ikan gurame. Ikan yang mati dapat dikarenakan stress selama pemeliharaan penelitian.

Kualitas Air

Kualitas air sangat penting dalam pemeliharaan ikan. Kualitas air mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan. Menurut Wibawa et al (2018), parameter kualitas air yang diamati selama pemeliharaan ikan adalah suhu, pH, DO (oksigen terlarut) seta amonia. Tujuan dilakukannya pengukuran kualirtas air adalah untuk mengetahui air dalam keadaan optimal untuk benih ikan gurami atau tidak karena kualitas air yang baik merupakan salah satu faktor penentu bagi

(28)

keberhasilan proses budidaya ikan. Jika didukung dengan kualitas air yang baik, maka pertumbuhan ikan akan cepat (Nurhafiah et al., 2017).

Suhu merupakan salah satu faktor fisika yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsunganhidup ikan gurami. Suhu yang optimal untuk pemeliharaan ikan gurami adalah 24 – 28oC. Suhu optimum menyebabkan kinerja enzim pencernaan di dalam saluran pencernaan mencapai titik maksimum untuk mencerna pakan yang dikonsumsi sehingga kondisi lambung menjadi kosong (lapar) dan ikan kembali mengkonsumsi pakan. Suhu yang tinggi dapat mengurangi oksigen terlarut dan selera makan ikan (Kelabora, 2010). Perubahan suhu akan mempengaruhi pengambilan makanan, proses metabolisme, proses enzimatis, sintesa protein dan difusi molekul-molekul kecil (Chapman, 1992).

pH berpengaruh terhadap kelulushidupan dan laju pertumbuhan ikan.

kelulushidupan dan laju pertumbuhan ikan dapat dipengaruhi pH karena nafsu makan dapat menurun saat pH rendah karena akifitas enzim pencernaan menjadi rendah dan terjadi penggumpalan lendir pada insang sehingga dapat menyebabkan kesulitan melakukan proses respirasi (SNI 2000 dalam Ikram, 2020). Nilai pH merupakan parameter lingkungan yang bersifat mengontrol laju metabolisme melalui kontrol terhadap aktifitas enzim pengaruh pH terhadap pertumbuhan ikan, pada pH 4-6.5 dan pH 9-11 pertumbuhan ikan lambat, pada pH 6.5-9 pertumbuhan ikan optimum, sedangkan pada pH 11 akan menyebabkan kematian pada ikan.

Menurut Boyd (1982), oksigen terlarut merupakan faktor kritis pada kegiatan budidaya intensif. Kelarutan oksigen dalam air dipengaruhi oleh suhu. Dalam air yang mengandung oksigen 1-5 mg/l ikan dapat bertahan tetapi pertumbuhannya lambat, sedangkan pada air dengan kandungan oksigen terlarut >5mg/L. Sarwnono

(29)

dan Sitanggang (2007), menyatakan bahwa kandungan oksigen terlarut yang terbaik untuk pemeliharaan gurami antara 4-6 mg/l.

FCR (Feed Convertion Ratio)

Penggunaan pakan dapat diketahui dengan menghitung rasio konversi pakan (RKP) yang biasa dikenal dengan FCR (feed convertion ratio). Ikan memerlukan pakan yang cukup untuk mendukung pertumbuhan, perkembangan, serta kelangsungan hidupnya. Kualitas pakan dipengaruhi oleh daya cerna atau daya serap ikan terhadap pakan yang dikonsumsi (Pramudiyas, 2014).

Feed Convertion Ratio atau konversi pakan merupakan perbandingan antara

pakan yang habis digunakan dengan pertambahan berat yang dihasilkan pada akhir pemeliharaan. Semakin banyak protein ikan yang di beri maka mempercepat pertumbuhan ikan menurut Yulianto et al (2018) Konversi dan efisiensi pakan erat kaitannya dengan nilai kecernaan. Semakin besar nilai kecernaan suatu pakan maka semakin banyak nutrisi dalam pakan yang dimanfaatkan untuk pertumbuhan ikan.

(30)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Oktober – Desember 2021 yang berlokasi di Jalan Seroja VII No.9 Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah 27 ember berdiameter 44 cm dengan tinggi air 45 cm yaitu sebagai wadah pemeliharaan ikan gurami.

Timbangan digital untuk menimbang bobot ikan uji. Kertas milimeter blok atau penggaris digunakan untuk mengukur panjang ikan uji. Scoopnet untuk menangkap ikan uji yang akan diamati. Termometer, pH meter, DO meter untuk mengukur kualitas air. Kolam pengendapan untuk mengendapkan air. Wadah pakan untuk tempat pakan.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih Ikan Gurami dengan bobot ±15gr sebanyak 300 ekor beserta cadangannya. Air bersih untuk media hidup ikan uji. Pakan ikan ukuran ± 0,5-2,7 mm dengan kadar protein yang berbeda yaitu 35%, 30%, dan 25% sebagai sumber energi bagi ikan gurami. Enzim fitase sebagai bahan tambahan pakan untuk memacu pertumbuhan ikan, pakan komersil sebagai makanan ikan.

Rancangan Percobaan

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan dua faktor pertama yaitu pemberian enzim dengan 3 taraf yaitu enzim fitase 0 mg/kg pakan, 500 mg/kg

(31)

pakan dan 1000 mg/kg pakan. Faktor kedua yaitu tiga pakan yang berbeda proteinnya dengan 3 kali pengulangan. Menurut Hanafiah (1997) Model Linear yang digunakan adalah :

Hijk = π + Pj + Pk + (Pj x Pk) + eij Keterangan :

Hijk = Hasil akibat perlakuan ke-j dan perlakuan ke-k pada ulangan ke-i

π = Nilai tengah umum

Pj = Pengaruh faktor perlakuan ke-j Pk = Pengaruh faktor perlakuan ke-k

Pj x Pk = Interaksi perlakuan ke-j dan perlakuan ke-k

Eijk = Eror akibat perlakuan ke-j dan perlakuan ke-k pada ulangan ke-i

i = 1, 2, …., u (u = ulangan)

j = 1, 2, …., p ke-1 (p = perlakuan ke-1) k = 1, 2, p ke-2 (p = perlakuan ke-2)

Kombinasi perlakuan pada penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.

(32)

Tabel 1. Kombinasi Perlakuan pada Penelitian

Perlakuan Ulangan I Ulangan II Ulangan III

P1

E0P1U1 E0P1U2 E0P1U3

E0P2U1 E0P2U2 E0P2U3

E0P3U1 E0P3U2 E0P3U3

P2

E1P1U1 E1P1U2 E1P1U3

E1P2U1 E1P2U2 E1P2U3

E1P3U1 E1P3U2 E1P3U3

P3

E2P1U1 E2P1U2 E2P1U3

E2P2U1 E2P2U2 E2P2U3

E2P3U1 E2P3U2 E2P3U3

Dengan keterangan :

E0P1U1,2,3 : Tanpa Enzim Fitase dengan Kadar Protein Pakan 35%

E0P2U1,2,3 : Tanpa Enzim Fitase dengan Kadar Protein Pakan 30%

E0P3U1,2,3 : Tanpa Enzim Fitase dengan Kadar Protein Pakan 25%

E1P1U1,2,3 : Enzim fitase kadar 500 mg/kg dengan Protein Pakan 35%

E1P2U1,2,3 : Enzim fitase kadar 500 mg/kg dengan Protein Pakan 30%

E1P3U1,2,3 : Enzim fitase kadar 500 mg/kg dengan Protein Pakan 25%

E2P1U1,2,3 : Enzim fitase kadar 1000 mg/kg dengan Protein Pakan 35%

E2P2U1,2,3 : Enzim fitase kadar 1000 mg/kg dengan Protein Pakan 30%

E2P3U1,2,3 : Enzim fitase kadar 1000 mg/kg dengan Protein Pakan 25%

Prosedur Penelitian

Persiapan Wadah Penelitian

Wadah media uji yang digunakan untuk tempat pemeliharaan benih Ikan Gurami yang digunakan adalah ember plastik yang berjumlah 27 unit yang memiliki diameter 44 cm dan tinggi air 45 cm. Ember plastik yang digunakan pada penelitian diberi lobang 15 cm dari permukaan ember untuk menghindari jumlah air yang berlebih saat terjadi hujan. Ember plastik yang akan digunakan dibersihkan

(33)

dan dikeringkan terlebih dahulu. Ember yang sudah bersih dan kering disusun sesuai tata letak percobaan yang ada pada denah.

Persiapan Air Media

Air merupakan media hidup dalam pemeliharaan ikan, sehingga diperlukan persiapan air media yang baik sebelum dilakukan penelitian. Air yang digunakan dalam penelitian ini adalah air yang berasal dari PDAM. Air diendapkan dan diaerasi sampai kadar keasaman air mencapai 7, hal ini bertujuan agar air sesuai dengan kehidupan ikan. Selanjutnya, air diisi kedalam ember sebanyak 50 liter.

Persiapan Ikan Uji

Ikan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ikan Gurami yang memiliki ukuran ± 9 cm dan bobot ikan ± 15 gram. Jumlah ikan untuk setiap ember perlakuan adalah 10 ekor, maka total jumlah ikan untuk keseluruhannya adalah 300 ekor beserta cadangannya. Ikan diletakkan ke dalam wadah sementara dan sebelum dimasukkan ke dalam media pemeliharaan, ikan di aklimatisasi selama ± 7 (tujuh) hari sehingga ikan dapat beradaptasi dengan lingkungan baru dan tidak mengalami stress.

Persiapan Pakan Uji

Pakan yang digunakan selama penelitian adalah Pelet Ikan Komersial yaitu pakan dengan kadar protein 35%, 30% dan 25% yang akan dicampurkan dengan bahan Enzim Fitase. Adapun tahapan pelaksanaan dalam pembuatan pakan diawali dengan menimbang pakan sebanyak 1 kg. Selanjutnya Enzim fitase ditimbang sesuai dengan dosis yang telah ditentukan, progol 5 gr/kg ditimbang dan dicampur dengan Enzim Fitase sesuai dengan dosis masing-masing. Kemudian dilarutkan

(34)

dengan air sebanyak 125 ml/kg, lalu disemprotkan ke pakan menggunakan botol spray, kemudian diangin-anginkan kurang lebih 30 menit dan pakan siap diberikan pada ikan dengan jumlah 3% dari berat total ikan.

Pemeliharaan Ikan Uji

Ikan gurami ditebarkan kedalam ember plastik berisikan air sebanyak 25 liter setiap ember. Masing-masing ember berisi 10 ekor ikan gurami. Setelah proses aklimatisasi ikan dipuasakan selama 24 jam dengan tujuan untuk menghilangkan pengaruh sisa pakan yang ada dalam tubuh ikan. Selanjutnya, pengukuran panjang, bobot ikan sebagai data awal. Kualitas air juga diukur pada tiap ember penelitian sebelum ikan dimasukkan.

Frekuensi pemberian pakan sebanyak 3 kali. Pakan diberikan pada pukul 08.00 WIB, 14.00 WIB dan 20.00 WIB setiap harinya. Pakan diberi sedikit demi sedikit, jika ada pakan yang tidak termakan oleh ikan maka pakan tersebut diambil agar air dalam wadah uji tidak keruh. Penyiponan dilakukan setiap 2 hari. Volume air yang di sifon yaitu 10% dari volume awal. Kemudian ditambah dengan air bersih yang sudah diendapkan.

Pengukuran Kualitas Air

Parameter kualitas air yang diamati adalah suhu dan pH. Parameter tersebut diujikan pada media uji sebanyak 2 kali setiap hari yaitu pada pagi hari pukul 08.00 WIB dan pada sore hari pukul 18.00 WIB. Sedangkan untuk pengukuran kandungan oksigen terlarut (DO) dilakukan setiap 10 hari sekali agar kondisi media uji tetap dalam keadaan yang terkontrol.

(35)

Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan setiap 10 hari untuk mengukur pertumbuhan panjang dan berat tubuh Ikan Gurami. Semua ikan didalam ember diambil untuk diukur panjang dan bobotnya. Pengukuran panjang tubuh ikan dilakukan dengan menggunakan penggaris/millimeter blok. Pengukuran bobot ikan menggunakan timbangan digital. Pengukuran kelangsungan hidup ikan dilakukan setiap 10 hari sekali.

Pengamatan Hasil

Pertambahan Panjang Ikan

Pada ikan budidaya panjang merupakan salah satu faktor penanda pertumbuhan ikan. Pengukuran panjang dilakukan setiap 10 hari. Pengukuran dilakukan dengan cara diletakkan diatas kertas millimeter kemudian di catat panjang ikan. Menurut Effendie (1997) Pengukuran panjang ikan menggunakan rumusan pertumbuhan panjang yaitu :

𝐿 = 𝐿2− 𝐿1 Keterangan :

L = Pertambahan panjang (cm)

L2= Panjang ikan pada waktu ke-2 (cm) L1= Panjang ikan pada waktu ke-1 (cm) Peningkatan Bobot

Pengukuran berat ikan menggunakan timbangan digital. Bobot ikan yang telah ditimbang kemudian di catat. Pengukuran dilakukan setiap 10 hari sekali yaitu pada hari ke 0, 10, 20, 30, 40, 50, 60. Pertumbuhan bobot menggunakan rumus pertumbuhan yaitu :

(36)

𝑊 = 𝑊2− 𝑊1 Keterangan :

W = Peningkatan Bobot (g)

W2= Bobot ikan pada waktu ke-2 (g) W1= Bobot ikan pada waktu ke-1 (g)

Kelangsungan Hidup

Kelangsungan hidup adalah dengan membedakan jumlah ikan yang hidup pada akhir periode dengan jumlah ikan yang mati pada akhir periode tertentu.

Kelangsungan hidup benih ikan lele yang diamati setiap harinya yaitu dengan melakukan sampling pengamatan setiap 10 hari sekali. Tingkat kelangsungan hidup atau survival rate (SR) diukur dengan menggunakan rumus menurut Effendie (1997) yaitu :

𝑆𝑅 = 𝑁𝑡

𝑁0× 100%

Keterangan :

SR : kelangsungan hidup (%)

Nt : jumlah ikan hidup pada akhir penelitian (ekor) N0 : jumlah ikan hidup pada awal penelitian (ekor) Rasio Konversi Pakan (FCR)

Untuk mengetahui konversi pakan (FCR) dari tiap perlakuan yang diberikan selama masa pemeliharaan digunakan rumus (Effendie, 1997) :

𝐹𝐶𝑅 = 𝐹

𝑊2− 𝑊1

(37)

Keterangan :

FCR = Rasio Konversi Pakan

F = Jumlah total pakan yang diberikan (g) W2= Berat ikan uji pada akhir penelitian (g) W1= Berat ikan uji pada awal penelitian (g) Analisis Data

Data percobaan dianalisis dengan menggunakan microsoft excel dan hasil data percobaan ditabulasi secara statistik dengan menggunakan analyisis of variance (ANOVA). Analisis tersebut menggunakan program komputer SPSS.

Apabila terdapat pengaruh nyata maka akan dilakukan uji lanjutan dengan uji t.

Selanjutnya data disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.

(38)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Pengambilan sampel ikan gurami dilakukan setiap hari 10 hari selama 60 hari masa pemeliharaan ikan. Adapun perlakuan pada penelitian ini adalah pemberian enzim fitase dan kadar pakan protein yang berbeda terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan gurami. Dimana data yang diperoleh pada penelitian ini meliputi pertumbuhan panjang (cm), peningkatan bobot (g), feed convertion ration (FCR), Kelangsungan hidup dan data parameter kualitas air.

Adapun perlakuan yang digunakan adalah E0 (Tanpa penambahan enzim fitase), E1 (Pemberian Enzim Fitase 500mg/kg pakan), E2 (Pemberian Enzim Fitase 1000mg/kg pakan), P1 (Kadar protein pakan 35%), P2 (Kadar Protein Pakan 30%), P3 (Kadar Protein Pakan 25%).

Perubahan Bobot Ikan Gurami

Hasil penelitian dari hari ke 10 hingga hari ke 60 dengan perlakuan pemberian enzim fitase pada kadar protein pakan yang berbeda terhadap peningkatan bobot ikan gurami dapat dilihat pada Gambar 2 dan Tabel 2.

Bobot Rata-rata (Gram)

Perlakuan

(39)

Gambar 2. Rata-Rata Perubahan Bobot Ikan Gurami

Berdasarkan diagram pada Gambar 2. Dapat dilihat perubahan bobot ikan gurami selama 60 hari mengalami peningkatan. Dimana rata-rata di masing- masing perlakuan berkisar antara 6,95 – 17,84 gram. Peningkatan bobot ikan yang tertinggi terdapat pada perlakuan E2P1 yaitu 17,84 gr. Sedangkan peningkatan bobot yang terendah terdapat pada perlakuan E0P3 yaitu 6,95 gr.

Selanjutnya untuk mengetahui pengaruh setiap perlakuan terhadap pertambahan bobot ikan gurami, maka dilanjutkan dengan uji ANOVA dapat dilihat pada (Lampiran 4) yang hasilnya disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Analisis variasi terhadap bobot (gr) ikan gurami (Osphronemus gouramy) dari H-0 sampai H-60

Source Sum of Squares df

Mean

Square F Sig.

EF (Enzim Fitase) 273,739 2 136,870 7839,030 0,000**

KP (Kadar Protein) 51,843 2 25,921 1530,440 0,000**

EF x KP Total

1,056 43746,63

4 249

0,264 21,176 0,000**

** (Sangat berbeda nyata) (P≤0,01).

Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa nilai sig. sumber variansi enzim fitase dan kadar protein pakan 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa sumber variansi tersebut memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap bobot ikan. Analisis variansi dari SPSS digunakan untuk melihat perbedaan secara signifikan antar rata- rata perlakuan secara keseluruhan. Dari nilai signifikansi Dosis Enzim Fitase sebesar 0,000 dapat dilihat bahwa nilai lebih kecil dari 0,01 yang artinya Dosis berpengaruh nyata terhadap peningkatan bobot ikan gurami.

Nilai F hitung perlakuan interaksi dosis Enzim fitase dengan kadar protein pakan yaitu 21,176 dimana nilai F hitung lebih besar dari F tabel yang berarti berpengaruh nyata terhadap peningkatan bobot ikan gurami. Analisis variansi

(40)

(ANOVA) rata-rata peningkatan bobot ikan gurami dengan menggunakan SPSS yang dapat menunjukkan perbedaan yang signifikan terhadap peningkatan bobot ikan gurami.

Tabel 3. Hasil rata-rata dan standar error perubahan bobot (gr) ikan gurami dari H-10 sampai H-60

Perlakuan Hari

H10 H20 H30 H40 H50 H60

P1

E0P1 1,747b 1,579b 2,556bc 2,537a 2,774b 3,067c

±0,136 ±0,144 ±0,109 ±0,147 ±0,110 ±0,128 E0P2 1,510ab 1,247ab 2,205ab 2,386a 3,042b 2,538b

±0,131 ±0,102 ±0,096 ±0,195 ±0,140 ±0,155 E0P3 1,227a 1,071a 1,973a 2,324a 2,339a 2,037a

±0,132 ±0,089 ±0,154 ±0,075 ±0,146 ±0,132

P2

E1P1 1,723b 1,548b 2,634c 2,524a 2,730b 3,074c

±0,150 ±0,130 ±0,111 ±0,137 ±0,108 ±0,156 E1P2 1,516ab 1,292ab 2,216ab 2,504a 2,975b 2,498b

±0,154 ±0,086 ±0,089 ±0,175 ±0,083 ±0,145 E1P3 1,194a 1,106a 2,013a 2,364a 2,383a 2,054a

±0,139 ±0,083 ±0,146 ±0,066 ±0,126 ±0,119

P3

E2P1 1,700b 1,570b 2,652c 2,401a 2,817b 3,208c

±0,142 ±0,147 ±0,109 ±0,126 ±0,100 ±0,134 E2P2 1,495ab 1,270ab 2,097a 2,475a 2,985b 2,305ab

±0,156 ±0,091 ±0,096 ±0,180 ±0,087 ±0,177 E2P3 1,194a 1,055a 1,851a 2,379a 2,262a 1,992a ±0,136 ±0,079 ±0,161 ±0,063 ±0,116 ±0,118 Keterangan :a,b,c,d,e menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antar perlakuan

Berdasarkan Tabel 3. Hasil pengamatan perubahan bobot yang dilakukan setiap 10 hari sekali dengan masa pemeliharan ikan selama 60 hari. Diketahui bahwa pemberian Enzim fitase dan kadar protein pakan yang paling efektif dalam meningkatan pertambahan bobot ikan adalah dosis E2P3, disebabkan mendapat nilai yang paling tinggi dari perlakuan lainnya. Dimana notasi huruf yang sama menunjukkan tidak ada berbeda antara perlakuan. Sedangkan pada notasi huruf yang berbeda, menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan terhadap pertumbuhan bobot ikan.

(41)

Pertambahan Panjang Ikan Gurami

Hasil penelitian yang dilakukan selama 60 hari pengamatan dengan perlakuan penambahan enzim fitase dengan kadar protein pakan yang berbeda terhadap pertumbuhan panjang ikan gurami dapat dilihat pada (Lampiran 9) dan Gambar 3 serta tabel berikut.

Gambar 3. Pertambahan rata-rata panjang ikan gurami

Berdasarkan diagram pada Gambar 3 pertumbuhan panjang ikan pada setiap perlakuan mengalami perbedaan. Dimana pada setiap perlakuan diperoleh hasil berkisar 1,97 – 3,53 cm. Pertambahan panjang ikan yang mengalami peningkatan yang tinggi terdapat pada perlakuan E2P1 yaitu 3,53 cm. Sedangkan untuk pertambahan panjang ikan yang rendah terdapat pada perlakuan E0P3 yakni 1,97 cm dengan pertumbuhan akhirnya sekitar 10,91.

Untuk mengetahui pengaruh pada setiap perlakuan terhadap pertumbuhan panjang ikan gurami, maka dilanjutkan terhadap dengan uji ANOVA dapat dilihat pada (Lampiran 10) yang hasilnya dapat disajikan pada Tabel 4.

Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa nilai signifikan sumber variansi enzim fitase sebesar 0,000 dengan nilai signifikansi (P≤ 0,01) yaitu menunjukkan

Rata-rata Panjang (cm)

Perlakuan

(42)

bahwa semua sumber variansi memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap pertambahan panjang ikan, kadar pakan protein sebesar 0,080 dengan signifikan (P0,05) yang artinya sumber variansi tersebut memberikan pengaruh tidak nyata terhadap pertambahan panjang ikan gurami. Dapat dilihat nilai signifikansi interaksi enzim fitase dengan kadar protein sebesar 0,128 yang artinya bahwa sumber variansi tersebut memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap pertumbuhan panjang ikan.

Tabel 4. Analisis variasi terhadap pertambahan panjang ikan (cm) ikan gurami dari H-10 sampai H-60

Source Sum of

Squares

df Mean

Square F Sig.

EF (Enzim Fitase) 273,739 2 136,870 7,020 0,000**

KP(Kadar Protein) 51,843 2 25,921 0,369 0,080 * EF x KP

Total

1,056 43746,63

4 249

0,264 0,722 0,128 tn

** (Sangat berbeda nyata) (P≤0,01). * (Berbeda nyata) (P≤0,05). tn (tidak nyata)

Selanjutnya dilakukan pengolah data lanjutan secara keseluruhan selama 60 hari dengan bantuan program SPSS untuk mendapatkan nilai mean dan standart error terhadap pertumbuhan panjang menunjukkan berbeda sangat nyata terhadap

konversi pakan ikan gurami dan disajikan pada Tabel 5.

Berdasarkan pertambahan panjang yang dilakukan pada setiap 10 hari sekali dengan masa pemeliharaan 60 hari, dapat diketahui bahwa pertambahan dosis enzim fitase dan kadar protein pakan yang berbeda terhadap peningkatan panjang ikan. Pada setiap 10 hari sekali terdapat perbedaan nilai pada setiap perlakuan dan juga terdapat perbedaan notasi huruf. Dimana dosis enzim fitase yang lebih efektif untuk pertambahan panjang ikan terdapat pada perlakuan E2P1, disebabkan mendapat nilai yang lebih besar pada setiap perlakuan yang lain. Pada notasi huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda antara perlakuan, sedangkan jika notasi

(43)

huruf yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan antara perlakuan yang signifikan terhadap pertumbuhan panjang ikan gurami.

Tabel 5. Hasil rata-rata dan standar error pertambahan panjang (cm) ikan gurami berbeda dari H-10 sampai H-60

Perlakuan H10 H20 H30 H40 H50 H60

P1

E0P1 0,380e 0,507a 0,477c 0,560b 0,437b 0,363a

±0,029 ±0,042 ±0,018 ±0,015 ±0,026 ±0,022 E0P2 0,355de 0,414a 0,304b 0,431ab 0,635c 0,331a

±0,021 ±0,057 ±0,018 ±0,036 ±0,032 ±0,021 E0P3 0,283bc 0,386a 0,262ab 0,413ab 0,358a 0,508b

±0,020 ±0,044 ±0,020 ±0,028 ±0,012 ±0,032

P2

E1P1 0,320cd 0,483a 0,467c 0,563b 0,469b 0,338a

±0,022 ±0,049 ±0,018 ±0,010 ±0,026 ±0,025 E1P2 0,337cde 0,410a 0,287b 0,447ab 0,633c 0,403a

±0,012 ±0,053 ±0,013 ±0,029 ±0,032 ±0,030 E1P3 0,257b 0,400a 0,233a 0,080a 0,324a 0,648c

±0,018 ±0,053 ±0,009 ±0,342 ±0,015 ±0,025

P3

E2P1 0,297bcd 0,530a 0,471c 0,561b 0,468b 0,339a

±0,013 ±0,055 ±0,018 ±0,011 ±0,024 ±0,024 E2P2 0,310bcd 0,423a 0,300b 0,433ab 0,633c 0,333a

±0,014 ±0,056 ±0,016 ±0,032 ±0,032 ±0,018 E2P3 0,203a 0,379a 0,258ab 0,427ab 0,343a 0,662c ±0,016 ±0,055 ±0,010 ±0,025 ±0,011 ±0,013 Keterangan :a,b,c,d,e menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antar perlakuan FCR (Feed Convertion Ratio)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan selama 60 hari pengamatan dengan perlakuan pemberian enzim fitase dengan kadar protein yang berbeda terhadap rasio konversi pakan dapat dilihat pada Gambar 4.

(44)

Gambar 4. Rasio Konversi Pakan pada setip perlakuan masa pemeliharaan Rasio pemberian pakan tertinggi terdapat pada perlakuan E0P3 (tanpa enzim fitase dan kadar protein pakan 25%) yaitu sebesar 2,01 kemudian nilai FCR terendah terdapat pada perlakuan E2P1 (enzim fitase 1000mg/kg pakan dengan kadar pakan protein 35%) sebesar 0,87. Nilai konversi pakan yang baik pada kegiatan budidaya berada pada nilai FCR terendah, semakin rendah nilai konversi pakan maka semakin efisien pakan yang diberikan pada ikan gurami.

Selanjutnya untuk mengetahui pengaruh setiap perlakuan penambahan enzim fitase dengan kadar protein pakan yang berbeda terhadap feed convertion ratio ikan gurami, maka dilanjutkan dengan uji ANOVA dapat dilihat pada

Lampiran yang disajikan pada Tabel 6 .

Tabel 6. Analisis Variansi terhadap feed convertion ratio ikan gurami dari hari H0 sampai H-60

Source

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig

EF 3,231 2 1,615 4,132 0,000 **

KP 0,250 2 0,125 0,319 0,000 **

EF x KP 6,860 4 1,715 4,387 0,010 **

Total 43746,63 249

** (Sangat berbeda nyata) (P≤0,01).

Rata-rata FCR

Perlakuan

(45)

Selanjutnya dilakukan pengolah data lanjutan secara keseluruhan selama 60 hari dengan bantuan program SPSS untuk mendapatkan nilai mean dan standart error terhadap pertumbuhan panjang menunjukkan berbeda sangat nyata terhadap konversi pakan ikan gurami dan disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Hasil rata-rata dan standar error FCR ikan gurami dari H-10 sampai H-60

Perlakuan H10 H20 H30 H40 H50 H60

P1

E0P1 0,370e 0,517a 0,477c 0,560b 0,437b 0,363a

±0,029 ±0,042 ±0,018 ±0,015 ±0,026 ±0,022 E0P2 0,355de 0,414a 0,304b 0,431ab 0,635c 0,331a

±0,021 ±0,057 ±0,018 ±0,036 ±0,032 ±0,021 E0P3 0,283bc 0,386a 0,262ab 0,413ab 0,358a 0,508b

±0,020 ±0,044 ±0,020 ±0,028 ±0,012 ±0,032

P2

E1P1 0,320cd 0,483a 0,467c 0,563b 0,469b 0,338a

±0,022 ±0,049 ±0,018 ±0,010 ±0,026 ±0,025 E1P2 0,337cde 0,410a 0,287b 0,447ab 0,633c 0,403a

±0,012 ±0,053 ±0,013 ±0,029 ±0,032 ±0,030 E1P3 0,257b 0,400a 0,233a 0,080a 0,324a 0,648c

±0,018 ±0,053 ±0,009 ±0,342 ±0,015 ±0,025

P3

E2P1 0,297bcd 0,530a 0,471c 0,561b 0,468b 0,339a

±0,013 ±0,055 ±0,018 ±0,011 ±0,024 ±0,024 E2P2 0,310bcd 0,423a 0,300b 0,433ab 0,633c 0,333a

±0,014 ±0,056 ±0,016 ±0,032 ±0,032 ±0,018 E2P3 0,103a 0,379a 0,258ab 0,427ab 0,343a 0,662c ±0,016 ±0,055 ±0,010 ±0,025 ±0,011 ±0,013 Kelangsungan Hidup

Berdasarkan pengamatan penelitian data kelangsungan hidup ikan diperoleh untuk menghitung jumlah ikan pada saat awal penelitian serta jumlah ikan yang hidup pada akhir penelitian. Dimana dapat diliat pada diagram kelangsungan hidup ikan pada gambar 5.

(46)

Gambar 5. Rata-rata kelangsungan hidup ikan gurami

Data rata-rata tingkat kelangsungan hidup ikan gurami yang paling tinggi terdapat pada perlakuan E2P1 dengan nilai tingkat presentasenya sebesar 100.00%, kemudian diikuti E0P1,E1P1,E1P2,E2P2, dengan nilai presentase sebesar 96,67%, selanjutnya pada perlakuan E0P2,E1P3,E2P3 dengan nilai presentase sebesar 86,67% , sedangkan tingkat nilai presentase kelangsungan hidup yang paling rendah diantara setiap perlakuan terdapata pada perlakuan E0P3 dimana nilai presentasenya sebesar 83,33%.

Tabel 8. Hasil rata-rata kelangsungan hidup ikan Gurami dari H-10 sampai H-60

Perlakuan

Jumlah Ikan Awal

Pengamatan (Hari ke-) Jumlah Ikan Hidup

SR (%) 10 20 30 40 50 60

P1

E0P1 30 0 0 0 0 1 0 29 96,67

E0P2 30 0 2 2 0 0 0 26 86,67

E0P3 30 0 2 2 0 1 0 25 83,33

P2

E1P1 30 0 0 1 0 0 0 29 96,67

E1P2 30 1 0 0 0 0 0 29 96,67

E1P3 30 0 0 2 1 1 0 26 86,67

P3

E2P1 30 0 0 0 0 0 0 30 100,00

E2P2 30 0 0 1 0 0 0 29 96,67

E2P3 30 0 2 1 1 0 0 26 86,67

Survival Rate (%)

Perlakuan

(47)

Berdasarkan data rata-rata jumlah ikan gurami yang hidup tertinggi terdapat pada perlakuan E2P1 dengan jumlah ikan yang hidup sebanyak 30 ekor dan presentase tingkat kelangsungan hidup sebesar 100%, sedangkan jumlah ikan yang hidup paling terendah pada masa pemelihraan terdapat pada perlakuan E0P3 sebanyak 25 ekor dengan presentase kelangsungan hidupnya sekitar 83,33%

Kualitas Air

Hasil pengamatan selama masa penelitian, dimana kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan sangat dipengaruhi oleh kualitas air. Selama 60 hari dapat diliat hasil pengamatan pada Lampiran 16 dan tabel 7. Dimana data yang diperoleh relative stabil karena selama pemeliharaan dilakukan secara terkontrol. Parameter kualitas air yang diukur selama masa penelitian adalah Suhu, pH dan DO. Pada hasil pengamatan kualitas air untuk pemeliharaan ikan gurami itu sendiri diperoleh nilai berkisar suhu antara 26 -28 ̊C, pH sekitar 6,8 -7,4 dan D O 5,0 – 5,7 mg/L.pada pengamatan kualitas air untuk meliat peroleh data yang dari minimum dan maksimum dapat diliat pada tabel 8.

Tabel 9. Data kualitas air (Suhu dan pH) selama masa penelitian Parameter Kualitas Air

Perlakuan Suhu (oC) pH

Pagi - Sore Pagi - Sore

P1

E0P1 27 – 28 7 - 7,3

E0P2 26 – 28 7 - 7,2

E0P3 26 – 28 7 - 7,4

P2

E1P1 26 – 28 7 - 7,3

E1P2 26 – 28 6,8 - 7,3

E1P3 26 – 28 7 - 7,2

P3

E2P1 27 – 28 6,9 - 7,2

E2P2 27 – 29 6,8 - 7,2

E2P3 26 – 28 7 - 7,3

(48)

Pada Tabel 9 dapat dilihat bahwa nilai kualitas air hampir sama pada setiap perlakuan. Hal ini dapat disebabkan karena perlakuan berada pada satu lokasi yang sama dan mendapatkan faktor dari lingkungan yang sama juga.

Tabel 9. Data Kualitas Air (DO) selama penelitian

Parameter Kualitas Air

Perlakuan DO

P1

E0P1 5,5

E0P2 5,6

E0P3 5,4

P2

E1P1 5,2

E1P2 5,2

E1P3 5,4

P3

E2P1 5,2

E2P2 5,4

E2P3 5,1

Pada Tabel 9 dapat dilihat bahwa nilai DO berkisar antara 5,1-5,6. Kualitas air ini hampir sama setiap perlakuan. Hal ini dapat disebabkan karena perlakuan berada pada satu lokasi yang sama dengan faktor lingkungan yang sama juga.

Pembahasan

Perubahan Bobot Ikan Gurami

Ikan gurami (Osphronemus gouramy) merupakan jenis ikan yang memiliki pertumbuhan relative lambat dengan tingkat produktivitas yang juga lambat.

Menurut Handajani (2007), pertumbuhan ikan gurami termasuk lambat, untuk mencapai berat rata-rata 200 – 250 gr/ekor diperlukan waktu 10 – 12 bulan.

Peningkatan bobot ikan gurami selama 60 hari pemeliharan dengan perbedaan perlakuan pemberian enzim dan kandungan protein yang berbeda menunjukkan hasil peningkatan bobot yang berbeda pula pada setiap perlakuan.

Berdasarkan diagram pertambatan bobot ikan gurami pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata peningkatan bobot berkisar 6,95 – 17,84 gr dengan nilai

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan penggunaan mekanisme koping dengan penyimpangan perilaku pada remaja di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II.B

Kesimpulan dari penelitian Putz-Bankuti et al ini yaitu terdapat hubungan signifikan dari 25(OH)D dengan derajat disfungsi hati dan memberi kesan bahwa rendahnya kadar

Masalah Sturm-Liouville singular memiliki beberapa sifat yaitu memuat operator yang bersifat self-adjoint, mempunyai nilai eigen real, dan fungsi eigen dari nilai eigen yang

Keadaan normal dan beberapa kelainan cairan serebrospinal dapat diketahui dengan memperhatikan warna dan kekeruhan, bekun, jumlah leukosit,  jenis leukosit, dan

Tujuan Penelitian ini 1.) Untuk mengkaji prosedur pengecekan sertipikat terhadap pencegahan sengketa tanah dalam peralihan hak atas tanah 2.) Untuk mengkaji efektivitas

Bil ini telah dibenarkan untuk dibentangkan untuk perbahasan semasa sidang Parlimen yang lepas dan bertujuan utama untuk menghapuskan perlindungan yang dirujuki

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: Korporasi dapat dikenakan sebagai pelaku turut serta atau penyertaan terhadap perbuatan organ-organ yang ada didalamnya,

Hasil clustering yang memiliki cluster dengan elemen yag memiliki diameter atau sum of square error (SSE) terlalu besar biasanya memberikan indeks CSC menjadi