• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Praktikum Kimia Klinis Cairan Serebrospinalis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Praktikum Kimia Klinis Cairan Serebrospinalis"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIK

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KLINIK IUM KIMIA KLINIK III

PEMERIKSAAN KIMIA KLINIS CAIRAN SEREBROSPINALIS PEMERIKSAAN KIMIA KLINIS CAIRAN SEREBROSPINALIS

Dosen Pengampu Mata Kuliah Praktikum Kimia Klinik II Dosen Pengampu Mata Kuliah Praktikum Kimia Klinik II

 A’yunil Hi

 A’yunil Hisbiyah, S.Si., M.Sisbiyah, S.Si., M.Si

Penyusun : Penyusun : 1.

1. Ike Ike Yuyun Yuyun Winarsih Winarsih (150101000(15010100005)05) 2.

2. Susi Susi HartiningHartiningsih sih (15010102012)(15010102012)

PROGRAM STUDI DIII

PROGRAM STUDI DIII ANALIS KESEHATANANALIS KESEHATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RS ANWAR MEDIKA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RS ANWAR MEDIKA

SIDOARJO SIDOARJO

2017 2017

(2)

BAB I BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada praktikum ini adalah Rumusan masalah pada praktikum ini adalah a.

a. Bagaimana Bagaimana cara menecara menentukan pementukan pemeriksaan kuriksaan kualitatif proteialitatif protein urine n urine ?? b.

b. Bagaimana Bagaimana cara menencara menentukan pemetukan pemeriksaan semi riksaan semi kuantitatif proteikuantitatif protein urine ?n urine ? c.

c. Bagaimana cara Bagaimana cara menentukan pemeriksaan menentukan pemeriksaan protein protein Bence Bence Jones Jones ?? d.

d. Bagaimana cara menBagaimana cara menentukanpemeentukanpemeriksaan semi kuantitatiriksaan semi kuantitatifglukosa padafglukosa pada urine?

urine?

1.3 Tujuan Percobaan 1.3 Tujuan Percobaan

Tujuan pada percobaan ini adalah : Tujuan pada percobaan ini adalah : a.

a. Mahasiswa Mahasiswa dapat menedapat menentukan pentukan pemeriksaan meriksaan kualitatif pkualitatif protein urirotein urine.ne. b.

b. Mahasiswa Mahasiswa dapat menendapat menentukan pemeritukan pemeriksaan semi ksaan semi kuantitatif proteikuantitatif protein urine.n urine. c.

c. Mahasiswa Mahasiswa dapat dapat menentukan menentukan pemeriksaan pemeriksaan protein protein Bence Bence Jones.Jones. d.

d. Mahasiswa dapat Mahasiswa dapat menentukan pemeriksaan menentukan pemeriksaan semi semi kuantitatkuantitatif if glukosa padaglukosa pada urine

(3)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cairan Serebrospinalis

(4)

BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN 3.1 Alat

Peralatan yang dipergunakan dalam praktikum ini adalah tabung reaksi, pipet Thoma leukosit, kamar hitung, mikroskop, gelas objek/cover glass, pipet tetes, dan sentrifuge.

3.2 Bahan

Bahan yang dipergunakan dalam dipergunakan dalam ini adalah cairan serebrospinalis, larutan Trunk, reagen Giemsa/Wright, larutan amonim sulfat  jenuh, larutan asam asetat 10%, reagen Pandy (10mL fenol dalam 100mL

aquades), dan aquades. 3.3 Prosedur Kerja

a. Pemeriksaan makroskopis cairan serebrospinalis 1. Warna dan kejernihan

- Dituang ke dalam tabung reaksi

- Diamati warna dan kejernihan cairan secara visual dengan latar belakang putih dan terang

- Dibandingkan warna cairan LCS dengan aquades.

2. Bekuan

- Dituang ke dalam tabung reaksi

- Diperhatikan terjadinya bekuan dan diterangkan sifatnya (renggang, berkeping, sangat halus, dll).

b. Pemeriksaan mikroskopis (menghitung jumlah leukosit) 1. Mengisi pipet leukosit

- Diisap dengan pipet leukosit sampai tanda 1

- Dihapus kelebihan sampel diujung pipet dengan tisu

- Dimasukkan pipet kedalam larutan Turk sambil menahan sampel pada garis tadi, pipet dipegang dengan sudut 45o

- Diisaplah larutan Turk sampai tanda 11 Sampel

Sampel

Hasil Sampel

(5)

- Dikocok pipet selama 15 – 30 detik

- Diletakkan pipet secara horizontal, jika tidak segera akan dihitung.

2. Mengisi kamar hitung

- Diletakkan yang bersih dengan kaca penutupnya terpasang mendatar diatas meja

- Dikocok pipet yang diisi tadi selama 3 menit terus-menerus,  jangan sampai ada caira terbuang dari dalam pipet sewaktu

mengocok

- Dibuang cairan yang ada dibatang kapiler pipet (3  – 4 tetes), segera sentuhkan ujung pipet dengan sudut 30o  pada permukaan kamar hitung dengan menyinggung pinggir kaca penutup

- Dibiarkan kamar hitung selama 5 menit supaya leukositnya mengendap.

3. Menghitung jumlah leukosit

- Disiapkan dan digunakan lensa objektif 10x

- Dihitung semua leukosit dalam 4 bidang besar yang ada pada sudut-sudut

- Dihitung sel yang menyinggung garis batas kiri dan garis batas atas, sedangkan sel yang menyinggung garis batas kanan dan garis batas bawah tidak boleh dihitung.

c. Pemeriksaan mikroskopis (menghitung jenis sel leukosit) 1. Membuat sediaan apus

- Disentrifuge terlebih dahulu untuk cairan yang jernih, dengan kecepatan sedang 1500  –  2000 rpm selama 10 menit. Cairan bagian atas dibuang dan sedimen dipakai untuk membuat sediaan apus

- Disiapkan kaca objek bersih, kering, dan bebas lemak, diletakkan diatas meja

- Diteteskan satu tetes LCS yang telah disentrifuge pada sebelah kanan kaca objek

Hasil Kamar hitung Hasil Mikroskop Hasil Sampel

(6)

- Diambil cover glass dengan tangan kanan dan diletakkan disebelah kiri tetesan LCS

- Digeser cover glass ke kanan setelah cairan menyebar geser kearah kiri dengan satu gerakan yang cepat sehingga terbentuk apusan yang tipis.

2. Mengecat sediaan apus dengan Giemsa

- Diletakkan diatas bak pengecatan dengan apusan berda diatas - Diteteskan methanol sampai memenuhi seluruh hapusan,

dibiarkan mongering selama 5 menit

- Dituang kelebihan methanol dari kaca ke dalam bak pengecatan - Diteteskan larutan Giemsa yang telah diencerkan dengan larutan

penyangga. Jmlah tetesan larutan Giemsa sebanyak jumlah tetesan methanol

- Dibiarkan selama 20 menit - Dibilas dengan aquades

- Diletakkan sediaan dalam sikap vertical dan dibiarkan mongering di udara.

3. Mengecat sediaan apus dengan Wright stain

- Diletakkan diatas bak pengecatan dengan apusan LCS berada diatas

- Diteteskan 20 tetes larutan Wright (untuk sediaan diatas kaca penutup 5 tetes)

- Diteteskan larutan penyangga pH 6,4 sejumlah sama dengan tetesan Wright dan dibiarkan selama 5 – 12 menit

- Disiram sediaan tersebut dengan aquades, pertam siram dengan perlahan (untuk membuang zat warna yang terapung diatas) kemudian siram dengan cepat ntuk membersihkan sedian tersebut dari kotoran

- Diletakan sediaan dengan sikap vertical dan dibiarkan mengering - Dihitung jenis sel leukosit dibawah mikroskop.

d. Pemeriksaan protein total

- Dimasukkan dalam tabung reaksi Hasil Sampel Hasil  Apusan Hasil Sampel

(7)

- Dikocok cairan dalam tabung dengan kuat - Diamati terbentuknya busa dan hilangnya busa - Dicatat waktunya.

e. Pemeriksaan globulin metode None Apelt

- Dituang kedalam tabung reaksi larutan ammonium sulfat jernih sebanyak 1 mL

- Ditambahkan secara hati-hati cairan otak sebanyak 1  –  2 mL melalui dinding tabung reaksi, sehingga terbentuk dua lapisan - Didiamkan selama 3 menit, diamati batas kedua lapisan.

f. Pemeriksaan untuk albumin

- Dimasukkan dalam tabung reaksi, dikocok dengan kuat, dan disaring

- Ditambahkan satu tetes asam asetat 10% dalam filtrate

- Dididihkan, adanya presipitasi pada sampel menandakan terdapat albumin pada cairan serebrospinalis.

g. Pemeriksaan albumin dan globulin metode Pandy

-- Diteteskan sebanyak 3 tetes kedalam tabung reaksi yang berisi 1 mL reagen Pandy, setetes demi setetes menggunaka pipet tetes, dan diletakkan tabung pada papan kartu hitam

- Diamati perubahan reagen setiap penambahan satu tetes cairan otak, dibaca hasil dengan cepat.

Sampel Hasil Hasil Reagen Hasil Sampel Hasil

(8)

BAB IV

DATA HASIL PERCOBAAN

Nama Pasien : Tn. Agus Kode sampel : LCS (A)

Umur : 46 tahun

Tanggal pemeriksaan :

1. Pemeriksaan makroskopis

Parameter Hasil Keterangan

Warna dan

kejernihan Merah dan keruh

Menandakan adanya darah didalam cairan serebrospinalis

Bekuan Tidak mengandung

bekuan Normal

2. Pemeriksaan mikroskopis a. Hitung jumlah sel leukosit

53 44

48 43

b. Hitung jenis sel leukosit

Jenis leukosit 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 % Limfosit 9 8 7 9 8 7 9 7 7 7 78% Monosit Basofil Eusinofil Neutrofil batang 1 1 2 2 3 1 10% Neutrofil segmen 1 2 2 1 1 1 1 1 2 12% Perhitungan : Σ = 188 N = X . t. P A N = 188 .  ,. 10 4 N =18800 4 N = 4700 sel/µL

(9)

c. Pemeriksaan protein cairan serebrospinalis Nama sampel : LCS (B)

No Parameter Hasil Keterangan

1 Protein total Positif

Timbul sedikit busa yang belum hilang setelah didimkan sampai 5 menit.

2 Globulin metodeNonne Apelt Positif (4+)

Cincin putih yang bila dikocok menyebabkan cairan menjadi sangat keruh.

3  Albumin Positif (3+)

Kekeruhan seperti awan dengan flokulasi banyak.

4

Globulin dan albumin metode Pandy

Positif

Terbentuk kabut putih saat tetesan cairan otak tercampur reagen atau terdapat sedikit kekeruhan yang kemudian hilang.

(10)

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Prinsip Percobaan

5.1.1 Pemeriksaan makroskopis cairan serebrospinalis a. Warna dan kekeruhan

Prinsip : Membandingkan warna dan kekeruhan cairan otak dengan larutan  jernih (aquades) dengan latar belakang berwarna putih dan terang. b. Bekuan

Prinsip : Mengamati adanya bekuan dalam LCS dan diterangkan sifatnya (renggang, berkeping, sangat halus, dll).

5.1.2 Pemeriksaan mikroskopis cairan serebrospinalis a. Menghitung jumlah leukosit

Prinsip : Cairan otak diencerkan dengan larutan Turk, selanjutnya sel leukosit dihitung secara mikroskopis dalam kamar hitung.

b. Menghitung jenis sel leukosit - Metode : Apusan

- Prinsip : setetes cairan serebrospinalis dibuat apusan pada kaca objek, kemudian dicat dan dilihat dibawah mikroskop.

5.1.3 Pemeriksaan protein cairan serebrospinalis a. Protein total

Prinsip : Merupakan tes kasar untuk menilai kadar protein. LCS normal hanya berbusa sedikit dan hilang setelah 1 – 2 menit.

b. Globulin metode Nonne Apelt - Metode : Nonne Apelt

- Prinsip : Cairan serebrospinalis yang ditambahkan dalam larutan ammonium sulfat dan didiamkan selama 3 menit, diamati ada tidaknya cincin putih pada perbatasan larutan.

c. Albumin

- Metode : Asam asetat 10%

- Prinsip : Keberadaan albumin dalam sampel LCS yang ditunjukkan dengan timbulnya kekeruhan. Percobaan ini dilakukan dengan cara menambahkan suatu asam yang akan lebih mendekatkan ke titik isoelektrik protein. Selanjutnya, dilakukan pemanasan yang bertujuan mendenaturasi protein sehingga terbentuk presipitat yang dapat dinilai secara kuantitatif.

d. Globulin dan albumin metode Pandy - Metode : Pandy

- Prinsip : LCS yang ditambahkan dalam reagen Pandy akan terjadi kekeruhan/kabut putih ketika cairan serebrospinalis tercampur dengan reagen. Hasil dibaca dengan cepat.

(11)

5.2 Analisa Prosedur

1. Pemeriksaan makroskopis cairan serebrospinalis

Pemeriksaan makroskopis cairan serebrospinalis yang dilakukan oleh praktikan meliputi pemeriksaan warna dan kekeruhan, serta bekuan. Pemeriksaan warna dan bekuan dilakukan dengan membandingkan warna dan kekeruhan sampel dengan aquades. Sampel dituang dalam tabung reaksi dan diamati secara visual dengan latar belakang putih dan terang. Hal ini dilakukan agar pengamtan secara visual tidak mengalami ganguan. Warna cairan LCS dibandingkan dengan aquades. Warna merah pada cairan LCS menandakan bahwa adanya darah di dalam sampel, warna coklat menandakan ada pendarahan kronik karena eritrosit yang hemolisis dan jika diendapkan akan berwarna kuning, warna kuning menandakan adanya ikterus atau kadar protein yang tinggi, keabu-abuan menandakan adanya leukosit dalam jumlah banyak. Cairan LCS yang normal tidak berwarna dan jernih ( _ ).

Pemeriksaan bekuan dilakukan dengan menuangkan sampel ke dalam tabung reaksi dan diamati adanya bekuan, dan diterangkan sifatnya seperti renggang, berkeping, sangat halus, dan lain sebagainya. Cairan LCS normal tidak mengandung bekuan. Pada Meningitis tuberculosa dapat dilihat terbentuknya bekuan yang sangat halus dan sangat renggang yang mulai dibentuk pada permukaan cairan dan tumbuh sampai ke pertengahan cairan. Meningitis purulenta dapat terlihat adanya bekuan yang besar atau kasar. Pada sinroma froin dan pada pendarahan besar terdapat bekuan en masse, yaitu cairan otak yang membeku seluruhnya. Pada encephalitis dan  poliomyelitis biasanya tidak terjadi bekuan.

2. Pemeriksaan mikroskopis cairan serebrospinalis

Pemeriksaan mikroskopis cairan serebrospinalis yang dilakukan oleh praktikan meliputi pemeriksaan jumlah sel leukosit dan pemeriksaan jenis sel leukosit. Pada pemeriksaan hitung jumlah sel leukosit dalam cairan LCS dilakukan dengan mengencerkan cairan LCS dengan pipet Thoma leukosit, kemudian dimasukkan ke dalam kamar hitung. Larutan pengencer yang digunakan adalah larutan Turk. Cairan LCS diisap hingga tanda 1 pada pipet Thoma leukosit, dan selanjutnya dengan menahan cairan LCS pada tanda 1 diisap larutan turk hingga tanda 11. Dihomogenkan sampel yang ada dalam pipet Thoma selama 15-30 detik. Sampel cairan yang ada dibatang kapiler pipet dibuang 3 tetes, hal ini dilakukan untuk membuang laruan pengencer agar cairan LCS yang diteteskan diatas kamar hitung hasilnya representatif. Setelah sampel di buang 3 tetes, segara disentuhkan ujung pipet Thoma pada sudut 30o pada permukaan kamar hitung dengan menyinggung pinggir kaca penutup. Sebelum dilakukan perhitungan kamr hitung yang berisi sampel dimasukkan ke dalam cawan Petri yang berisi tisu basah, ditutup cawan Petri selama 2-3 menit. Hal tersebut dilakukan agar leukosit dalam cairan LCS mengendap, sehingga akan mudah diamati. Leukosit dihitung pada semua 4 bidang besar yang ada pada sudut-sudut kamar hitung. Sel yang menyinggung garis batas kiri dan garis batas kanan boleh dihitung sedangkan sel yang menyinggung garis batas kanan dan garis bawah tidak

(12)

boleh dihitung. Prosedur yang dilakukan praktikan adalh untuk cairan otak  jernih yang jumlah selnya sedikit. Untuk cairan otak yang keruh maka pilihlah

pengenceran yang sesuai dengan kekeruhan tersebut, misalnya dengan pengenceran yang digunakan untuk menghitung jumlah leukosit dalam darah ( _ ). Dalam keadaan normal jumlah leukosit 0  – 5 sel/µL cairan otak dan 0 – 20 sel/µL cairan otak (untuk balita). Ambang batas normal, jumlah leukosit 6 – 10 sel/µL cairan otak. Abnormal, jumlah leukosit 6  – 10 sel/ µL cairan otak. Poliomyelitis, enchephalitis, meningitis tuberculosa, dan neurosyphilis disertai pleiositosis ringan sampai 200sel/ µL cairan otak (Bakti, 2015).

Pemeriksaan hitung jenis sel leukosit dilakukan dengan meneteskan cairan LCS diatas kaca objek, dibuat apusan tipis, untuk selanj utnya diwarnai menggunakan pewarna Giemsa atau Wright, dan diamati dibawah mikroskop. Membuat sediaan apus cairan pleura harus dilakukan setipis mungkin, hal ini dilakukan agar sel leukosit tidak menggerombol sehingga akan mudah untuk diamati. Kecepatan penggeseran ketika membuat sediaan apus berpengaruh terhadap hasil apusan. Semakin cepat penggeseran akan menghasilkan sediaan apus yang lebih panjang. Sudut antara kaca objek daengan cover glass diusahakan antara 30o dan 45o, hal ini dilakukan agar sediaan apus yang dihasilkan tipis. Sediaan apus dikering anginkan sebelum dilakukan pewarnaan. Pewarnaan sediaan apus dengan pewarna Giemsa. Sediaan apus difiksasi dengan larutan metanol selama 5 menit. Hal tersebut dilakukan agar apusan cairan pleura tidak hilang pada saat proses pewarnaan. Larutan Giemsa diteteskan sebanyak larutan metanol dan didiamkan selama 20 menit. Kelebihan pewarna dibuang dengan membilas sediaan apus menggunakan aquades. Pewarnaan sediaan apus dengan menggunakan pewarna Wright. Sediaan apus cairan pleura ditetesi 20 tetes larutan Wright dan dibiarkan selama 2 menit. Ditambahkan larutan buffer pH 6,4 sejumlah pewarna yang ditambahkan. Penambahan buffer dilakukan bertujuan untuk mempertahankan konsistensi sel leukosit. Dalam keadaan normal cairan LCS terlihat limfosit saja ( Bakti, 2015 ).

3. Pemeriksaan protein cairan serebrospinalis

Pemeriksaan protein cairan serebrospinalis yang dilakukan oleh praktikan meliputi pemeriksaan protein total, globulin metode Nonne Apelt, albumin, dan pemeriksaan globulin dan albumin metode Pandy. Pemeriksaan protein total merupakan test kasar terhadap kadar protein yang meningkat. Hal ini dilakukan dengan sampel LCS dituang dalam tabung reaksi dan dikocok dengan kuat. Hasil ditunjukkan dengan adanya busa yang mudah hilang atau hilangnya lama. Dalam keadaan normal setelah dikocok sampel LCS timbul sedikit busa dan mudah hilang setelah 1  – 2 menit. Sampel LCS yang positif mengandung protein timbul banyak busa yang tidak hilang setelah didiamkan sampai 5 menit.

Pemeriksaan globulin metode Nonne Apelt bertujuan untuk menguji kadar globulin, menggunakan larutan ammonium sulfat jenuh. Hal ini dilakukan dengan ammonium sulfat jenuh dituang kedalam tabung reaksi

(13)

sebanyak 1 mL, dan ditambahkan dengan hati-hati cairan LCS sebanyak 1-2 mL melalui dinding tabung sehingga terbentuk 1-2 lapisan. Larutan sampel didiamkan selama 3 menit, dan diamati batas kedua lapisan. Semakin tinggi kadar globulin semakin tebal cincin keruh yang terjadi ( _ ). Hasil uji dituliskan negatif bila tidak terbentuk cincin. Positif apabila terbentuk cincin putih pada perbatasan kedua lapisan cairan. Hasil dilaporakan dalam 1+ apabila cincin putih yang terbentuk ketika dikocok menghilang dan cairan jernih. 2+ apabila cincin putih yang terbentuk ketika dikocok menyebabkan cairan menjadi sedikit keruh. 3+ apabila cincin putih yang terbentuk ketika dikocok menyebabkan cairan tampak seperti awan. 4+ apabila cincin putih yang terbentuk ketika dikocok menyebabkan cairan menjadi sangat keruh ( _ ).

Pemeriksaan albumin dilakukan dengan metode asam asetat 10%. Hal ini dilakukan dengan sampel dimasukkan dalam tabung reaksi dan ditambahkan satu tetes asam asetat 10% ke dalam filtrat cairan LCS, kemudian didihkan menggunakan api bunsen secara langsung. Penambahan asam bertujuan untuk mendekatkan albumin dalam sampel LCS ke titik isoelektrik protein. Pemanasan dilakukan bertujuan untuk mendenaturasi protein sehingga terbentuk presipitat yang dapat dinilai secara kuantitatif ( _ ). Hasil uji dinyatakan negatif apabila tidak timbul kekeruhan/keruh sedikit. Hasil uji 1+ jika kekeruhan seperti awan dengan sedikit endapan, 2+ jika kekeruhan seperti awan dengan flokulasi, dan 3+  jika kekeruhan seperti awan dengan flokulasi banyak ( _ ).

Pemeriksaan globulin dan albumin metode Pandy dilakukan bertujuan untuk menyatakan adanya globulin dan albumin. Reagen yang digunkan adalah reagen Pandy yang terbuat dari 0,0415 gr dalam 5 mL aquades ( _ ). Pemeriksaan globulin dan albumin metode Pandy dilakukan dengan dimasukkan 1 mL reagen Pandy pada tabung reaksi dan ditambahkan 3 tetes sampel cairan LCS secara perlahan, setetes demi setetes menggunakan pipet tetes. Perubahan larutan diamati dengan cepat setiap penambahan satu tetes cairan LCS. Hasil uji dibaca dengan cepat. Hasil pemeriksaan dinyatakan negatif jika tidak ada kekeruhann/sedikit keruh. Uji positif jika terbentuk kabut putih saat tetesan cairan otak tercampur reagen atau terdapat sedikit kekeruhan yang kemudian hilang. Hasil dinyatakan 1+  jika kekeruhan jelas (kurang lebih 50 – 100 mg%), 2+ jika kekeruhan seperti awan (kurang lebih 100 – 300 mg%), 3+ jika kekeruhan seperti awan besar-besar (kurang lebih 300-500 mg%), dan 4+ jika larutan menjadi sangat keruh (>500 mg%) ( _ ).

5.3 Analisa Hasil

Cairan serebrospinal merupakan cairan yang berada di ruang subarakhnoid merupakan salah satu proteksi untuk melindungi jaringan otak dan medula spinalis terhadap trauma atau gangguan dari luar. Cairan serebrospinalis diproduksi dari aliran darah arterial oleh pleksus koroideus ventrikel ke-4 dan ke-3 otak melalui proses difusi, pinositosis, dan transpor aktif. Sebagian kecil cairan LCS diproduksi oleh sel ependim. Pada orang dewasa volume intrakranial kurang lebih 1700 mL, volume otak sekitar 1400 mL, volume cairan serebrospinal 52-162

(14)

mL (rata-rata 104 mL) dan darah sekitar 150 mL. 80% dari jaringan otak terdiri dari cairan, baik ekstra sel maupun intra sel. Rata-rata cairan serebrospinal dibentuk sebanyak 0,35 mL/menit atau 500 mL/hari, sedangkan total volume cairan serebrospinal berkisar 75-150 mL dalam sewaktu. Ini merupakan suatu kegiatan dinamis, berupa pembentukan, sirkulasi dan absorpsi. Untuk mempertahankan  jumlah cairan serebrospinal tetap dalam sewaktu, maka cairan serebrospinal diganti 4  –  5 kali dalam sehari. Perubahan dalam cairan serebrospinal dapat merupakan proses dasar patologi suatu kelainan klinik.

Pemeriksaan cairan serebrospinal sangat membantu dalam mendiagnosa penyakit-penyakit neurologi. Selain itu juga untuk evaluasi pengobatan dan perjalanan penyakit, serta menentukan prognosa penyakit. Pemeriksaan cairan serebrospinal adalah suatu tindakan yang aman, tidak mahal dan cepat untuk menetapkan diagnosa, mengidentifikasi organisme penyebab serta dapat untuk melakukan test sensitivitas antibiotika. Cairan serebrospinal dibentuk dari kombinasi filtrasi kapiler dan sekresi aktif dari epitel. CSS hampir meyerupai ultrafiltrat dari plasma darah tapi berisi konsentrasi Na, K, bikarbonat, Cairan, glukosa yang lebih kecil dan konsentrasi Mg dan klorida yang lebih tinggi. Ph CSS lebihrendah dari darah.

1. Pemeriksaan makroskopis cairan serebrospinalis

Keadaan normal dan beberapa kelainan cairan serebrospinal dapat diketahui dengan memperhatikan warna dan kekeruhan, bekun, jumlah leukosit,  jenis leukosit, dan beberapa pemeriksaan protein (protein total, globulin metode Nonne Apelt, albumin, dan globulin, albumin metode Pandy). Keadaan normal cairan serebrospinal warnamya jernih dan patologis bila berwarna kuning, santokhrom, cucian daging, purulenta atau keruh. Warna kuning muncul dari protein ( _ ). Peningkatan protein yang penting dan bermakna dalam perubahan warna adalah bila lebih dari 1 g/L. Cairan serebrospinal berwarna pink berasal dari darah dengan jumlah sel darah merah lebih dari 500 sdm/cm3. Sel darah merah yang utuh akan memberikan warna merah segar. Eritrosit akan lisis dalam satu  jam dan akan memberikan warna cucian daging di dalam cairan serebrospinal, hal ini sesuai dengan hasil praktikum yang dilakukan pada sampel cairan serebrospinal. Hasil uji pemeriksaan warna dan kekeruhan, cairan LCS yang diperiksa praktikan berwarna merah daan keruh. Hal ini menandakan adanya darah didalam sampel LCS yang diperiksa. Cairan serebrospinal tampak purulenta bila jumlah leukosit lebih dari 1000 sel/mL ( _ ).

Cairan otak normal tidak memperlihatkan adanya bekuan karena tidak mengandung fibrinogen jika pada sampel cairan pleura terjadi bekuan maka dapat dilaporkan bentuk bekuan seperti halus, sangat halus, menyusn keping  – keping, menyusun serat – serat berupa selaput atau bekuan yang kasar dan besar ( _ ). Berdasarkan percobaan yang dilakukan oleh praktikan didapatkan hasil bahwa sampel cairan LCS yang diperiksa tidak mengandung bekuan, sehingga dilihat dari segi pemeriksaan makroskopis bekuan sampel LCS diasumsikan normal. Hal ini sesuai dengan literatur Bakti (2015) yang menyatakan bahwa cairan serebrospinalis normal tidak mengandung bekuan.

(15)

2. Pemeriksaan mikroskopis cairan serebrospinalis

Pemeriksaan mikroskopis hitung jumlah leukosit dilakukan <1jam setelah pengambilan sampel karena leukosit cepat rusak, selain itu penyebaran sel dalam cairan membentuk bekuan sehingga sulit untuk dihomogenkan ( _ ). Cairan serebrospinal normal hanya mengandung 0  –  5 leukosit/mm3. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan praktikan pemeriksaan hitung jumlah leukosit didapatkan hasil 4700 sel/mm3  cairan otak. Hal ini menunjukkan bahwa sampel cairan serebrospinal yang diperiksa melebihi nilai normal cairan serebrospinal menurut ( _ ). Pada pasien meningitis purulen atau bakterial dapat ditemukan  jumlah sel lebih dari 100 – 1000 sel lukosit/mm3. Jumlah sel lebih dari normal dan kurang dari 100 dapat ditemukan pada miningitis viral. Penyebab jumlah sel di cairan serebrospinal meningkat selain infeksi antara lain penyakit keganansan, perdarahan intaserebral, dan setelah serangan kejang. Dominasi sel neutrofil atau sel polimorfonuklear (PMN) dapat ditemukan pada meningitis bakterial stadium awal. Dominasi eusinofil cukup sering berkaitan dengan meningitis atau encephalitis oleh parasit. Sedangkan dominasi limfosit  – monosit (mononuklear) ditemukan meningitis viral, tuberculosis, atau fungal ( _ ). Berdasarkan pemeriksaan hitung jenis leukosit didapatkan hasil limfosit 78%, neutrofil batang 10%, dan neutrofil segmen 12%. Hal ini menunjukkan bahwa cairan serebrospinal yang diperiksa tidak normal, karena dalam keadaan normal cairan serebrospinal hanya mengandung limfosit saja ( _ ).

3. Pemeriksaan protein cairan serebrospinalis

Kadar protein normal cairan serebrospinal pada ventrikel adalah 5-15 mg%. pada sisterna 10-25 mg% dan pada daerah lumbal adalah 15-45 ,g%. Kadar gamma globulin normal 5-15 mg% dari total protein. Kadar protein lebih dari 150 mg% akan menyebabkan cairan serebrospinal berwarna xantokrom, pada peningkatan kadar protein yang ekstrim lebih dari 1,5 gr% akan menyebabkan pada permukaan tampak sarang laba-laba (pellicle) atau bekuan yang menunjukkan tingginya kadar fibrinogen. Kadar protein cairan serebrospinal akan meningkat oleh karena hilangnya sawar darah otak (blood barin barrier), reabsorbsi yang lambat atau peningkatan sintesis immunoglobulin loka. Sawar darah otak hilang biasanya terjadi pada keadaan peradangan,iskemia baktrial trauma atau neovaskularisasi tumor, reabsorsi yang lambat dapat terjadi pada situasi yang berhubungan dengan tingginya kadar protein cairan serebrospinal, misalnya pada meningitis atau perdarahan subarakhnoid. Peningkatan kadar immunoglobulin cairan serebrospinal ditemukan pada multiple sklerosis, acut inflamatory polyradikulopati, juga ditemukan pada tumor intra kranial dan penyakit infeksi susunan saraf pusat lainnya, termasuk ensefalitis, meningitis, neurosipilis, arakhnoiditis dan SSPE (sub acut sclerosing panensefalitis). Perubahan kadar protein di cairan serebrospinal bersifat umum tapi bermakna sedikit, bila dinilai sendirian akan memberikan sedikit nilai diagnostik pada infeksi susunan saraf pusat ( _ )

Pemeriksaan cairan serebrospinalis selanjutnya yakni pemeriksan protein yang meliputi pemeriksaan protein total, pemeriksaan globulin metode Nonne  Apelt, pemeriksaan untuk albumin dengan metode asam asetat 10%, dan

(16)

Pemeriksaan globulin metode Nonne Apelt dilakukan bertujun untuk menguji kadar globulin dalam sampel cairan serebrospinal. Pemeriksaan ini menggunkan reagen larutan amonium sulfat jenuh. Larutan amonium sulfat akan memberikan reaksi terhadap protein globulin yang ada dalam sampel dalam bentuk kekeruhan yang berupa cincin. Ketebalan cincin yang terbentuk berbanding lurus dengan kadar globulin, semakin tinggi kadar globulin maka cincin yang terbentuk semakin tebal ( _ ). Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan oleh praktikan didapatkan hasil stelah diinkubasi selama 3 menit terbentuk cincin putih yang bila dikocok menyebabkan cairan sangat keruh, hasil pengamatan tersebut dilaporkan sebagai positif (++++). Hal ini menandakan bahwa kadar globulin dalam sampel LCS yang diperiksa dapat diasumsikan tinggi berdasarkan cincin putih yang terbentuk dalam reaksi amonium sulfat dengan sampel LCS ( _ ). Adanya peningkatan globulin pada cairan LCS menandakan terdapat keadaan patologis seperti multipel sklerosis, ensefalitis, poliomielitis, dan meningitis ( _ ).

Pemeriksaan globulin dan albumin metode Pandy. Reagen Pandy memberikan reaksi terhadap protein (albumin dan globulin) dalam bentuk kekeruhan. Pemeriksaan metode Pandy inu mudah dilakukan pada waktu melakukan fungsi dan sering dilakukan sebagai bedside test. Pada keadaan normal tidak terjadi kekeruhan atau kekeruhan yang ringan seperti kabut. Semakin tinggi kadar protein (globulin dan albumin), maka hasil reaksi akan semakin keruh ( _ ). Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan didapatkan hasil pemeriksaan cairan LCS metode Pandy yakni terbentuk kabut putih saat tetesan cairan otak tercampur reagen atau terdapat sedikit kekeruhan yang kemudian hilang. Hal ini menandakan bahwa tidak ada peningkatan kadar globulin dan albumin dalam cairan serebrospinal yang diperiksa. Adanya globulin dan albumin dalam cairan LCS menandakan terdapat keadaan patologis seperti multipel sklerosis, ensefalitis, poliomielitis, dan meningitis ( _ ).

Sumber kesalah dalam pemeriksaan laboratorium cairan LCS menurut Gandasoebrata ( 2009) yakni :

1. Wadah sampel yang tidak steril menyebabkan sampel terkontaminasi oleh mikroorganisme sehingga memberikan hasil positif palsu.

2. Penundandaan pemeriksaan sampel tanpa ada perlakuan tertentu menyebakan berbagaisel cepat lisis, glukosa cepat rusak sehingga memberikan hasil negatif palsu.

3. Penyimpanan sampel di dalam lemari es yang menyebabkan bakteri yang tidak tahan pada suhu redah, sehingga memerikan hasil negatif palsu.

4. Cairan serebrospinal yang purulent, dalam waktu 24 jam setelah pemberian antibiotik seringkali sudah tidak mengandung bakteri penyebab, misalkan haemophilus influenza, sehingga memberikan hasil yang negatif palsu.

5. Cedera pembulu darah yang diakibat karena tindakan lumbal fungsi menyebabkanterdapatnya darah pada sampel sehingga memberikan hasil pemeriksaan yang positif palsu.

(17)
(18)

BAB VI KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan pada uji makroskopis, mikroskopis, dan pemeriksaan cairan serebrospinal dapat disimpulkan bahwa :

1. Pengamatan makroskpis sampel A warna yang dihasilkan merah dan keruh. Hal ini dapat dikatakan bahwa warna merah menandakan adanya darah didalam sampel. Sehingga dapat dikatakan cairan serebrospinal tidak normal 2. Pengamatan mikroskopis sampel A pada pemeriksaan jumlah sel leukosit diperoleh hasil 4.700 sel/µL, sedangakan nilai normal dari cairan serebrospinal 0-5 sel/µL. Hal ini dapat diduga bahwa pasien mengalami kelainan yang berat terhadap cairan serebrospinal. Pada pemeriksaan jenis sel leukosit ditemukan 78% limfosit, 10% neutrofil batang, dan 2% neurofil segmen. Hal ini dapat dikatakan bahwa cairan serebrospinal tidak normal. 3. Pengamatan uji protein cairan serebrospinal pada sampel B mengandung

protein total positif (+) dengan indikasi timbulnya busa yang belum hilang setelah didiamkan sampai 5 menit. Pemeriksaan globulin dengan metode Nonne Apelt positif (4+), hal ini dapat ditunjukka dengan terbentuknya cincin putih yang bila dikocok menyebabkan cairan menjadi sangat keruh. Pada pemeriksaan albumin positif (3+), hal ini dapat dtunjukkan dengan timbulnya kekeruhan saeperti awan dengan flokulasi banyak. Pada pemeriksaan albumin dan globulin metode pandy hasil positif dengan terbentuknya kabut putih saa tetesan cairan otak tercampur dengan reagen atau terdapat sedikit kekeruhan yang kemudian hilang.

(19)

DAFTAR PUSTAKA

 Adams R.D. 2007. Disturbances of cerebrospinal fluid circulation, including hydrocephalus and meningeal reaction, infection of the nervous system, in  principal of neurology. 6th ed . New York:McGraw Hill.

 Albertus M. 2011. Pedoman Teknik Dasar Untuk Laboratorium Kesehatan. Jakarta : EGC.

 Arnold and Matthews. 2009. Lumbal puncsture and examination of cerebro spinalis fluid in diagnosti test in neurology.1st ed . USA.

Bakti F.K. 2015. Kimia Klinik Praktikum Analisis Kesehatan. Jakarta : EGC Buku Kedokteran

Chusid JG. Corelatif neuroanatomy and functional neurology. 2nd ed . New York:Lange Medical Publication.

Duus P. 2007. Meninges, Ventriceles and cerebro spinal fluid in topical diagnosis in neurology.3rd ed . New York : Theime Verlay.

Gandasoebrata R. 2007. Penuntun Laboratorium Klinik . Jakarta : Dian Rakyat Gilroy J. 2010. Infectious disease in basic neurology. 2nd ed . New York: Mc Graw

Hil.

Guyton A.C. 2012. The special fluid systems of the Body in textbook of medical  phsyilogy.Philadelphia : WB Sounders.

Ranson and Clark. 2010. The Anatomy of the nervous system, its development and function. 10th ed. Philadelphia: WB Sounders.

Ravel R. 2008. Clinical laboratory medicine. 4th ed. Chicago: Year Book. Medical. Scheld M.W. 2010. Infection of the central nervous system. New York : Raven

Press.

Sid Gilman M.D. 2007. The cerebrospinal fluid in Manter and Gat’z Essentials of clinicalneuroanatomy and neurophysiology. 8th ed. Philadelphia: Davis press.

(20)

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Bengen (2000), FR adalah perbandingan antara frekuensi jenis ke 1 dengan jumlah frekuensi seluruh jenis. Dari hasil analisis, diketahui bahwa spesies Hyptis capitata

Proses adsorpsi dalam larutan, jumlah zat teradsorpsi tergantung pada beberapa faktor, seperti : jenis adsorben, jenis adsorbat, luas permukaan adsorben,

Pilih Playlist Font Untuk mengubah jenis huruf , normal text adalah untuk mengubah warna file di playlist yang sedang tidak dimainkan, current text adalah untuk

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,

Penambahan jenis bahan dan jumlah penstabil dalam produk es krim yang ditambahkan memiliki variasi tergantung dari komposisi adonan, waktu pembentukan, suhu dan tekanan.Jumlah Penstabil