• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Pendahuluan. Muhammad Ridwan Aziz a,1,*

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "1. Pendahuluan. Muhammad Ridwan Aziz a,1,*"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Penerapan metode reward dan punishment dengan kombinasi STAD untuk meningkatkan motivasi belajar di masa pandemi covid-19 pada siswa kelas XI IPS MA Darul ‘Ulum

Muhammadiyah Galur

Muhammad Ridwan Aziz a,1,*

a MA Darul ‘Ulum Muhammadiyah Galur, Indonesia

1 [email protected] *

* corresponding author

1. Pendahuluan

Sejak Pandemi Covid-19 di bulan Maret tahun 2020 lalu aktivitas pembelajaran di MA Darul

‘Ulum Muhammadiyah Galur banyak dilakukan dari rumah secara online. Dibandingkan dengan pembelajaran tatap muka, pembelajaran secara online lebih banyak menimbulkan kendala. Kendala banyak dialami saat pembelajaran di kelas XI IPS. Keberadaan siswa Kelas XI IPS menjadi sulit dikontrol saat penerapan pembelajaran online. Banyak guru mengeluh siswa tidak hadir saat KBM dimulai dan tidak mengumpulkan tugas yang diberikan. Banyak kendala yang dihadapi siswa dalam pembelajaran daring seperti sinyal kurang kuat, banyak menghabiskan kuota, dan pemahaman siswa terhadap materi kurang maksimal diterima (Sulistiyawati & Yahya, 2020). Cahyani, dkk (2020) dalam penelitiannya tentang motivasi pelajar SMA pada pembelajaran daring di masa pandemi Covid-19 menjelaskan motivasi belajar pada siswa SMA/SMK/MA yang mengikuti pembelajaran daring atau Online di tengah situasi pandemik Covid-19 ini menurun (Cahyani et al., 2020). Permasalahan

A R T I C L E I N F O A B S T R A K

Kata Kunci Reward Punishment Motivasi belajar STAD

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa kelas XI IPS dalam kondisi darurat Covid-19 melalui penerapan reward dan punishment dengan kombinasi STAD pada pembelajaran Sosiologi di Madrasah Aliyah Darul ‘Ulum Muhammadiyah Galur. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Model penelitian yang digunakan adalah model Kemmis dan Tagart. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI IPS MA Darul ‘Ulum Muhammadiyah Galur, berjumlah 16 siswa.

Objek penelitian adalah reward, punishment, dan motivasi belajar siswa.

Teknik pengumpulan data menggunakan metode observasi, dokumentasi, dan wawancara. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif kuantitatif. Pemberian reward berupa pujian, emoticon WhatsApp, hadiah, dan penghargaan. Pemberian punishment berupa punishment preventif dan punishment represif. Rerata motivasi belajar siswa pada siklus I sebesar 59,38% dengan kategori motivasi belajar sedang dan pada akhir siklus II persentase motivasi belajar siswa 72,82% dengan kategori motivasi belajar baik. Peningkatan persentase motivasi belajar dari awal siklus I hingga akhir siklus II sebesar 16,88%. Hasil penelitian dari awal siklus I hingga akhir siklus II menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa meningkat 16,88% setelah diberikan tindakan pemberian reward dan punishment dengan kombinasi STAD.

This is an open access article under the CC–BY-SA license.

(2)

pembelajaran daring (online) juga dirasakan di SD Negeri Sugihan 03 Bendosari. Sari, dkk (2020) dalam penelitiannya menjelaskan proses pembelajaran selama pandemik guru menjadi kurang maksimal dalam memberikan materi pembelajaran, materi tidak tuntas, penggunaan media pembelajaran daring tidak maksimal, dan penilaian siswa sekedar penilaian kognitif (R. P. Sari et al., 2021). Secara spesifik masalah pembelajaran Online yang dialami siswa kelas XI IPS adalah menurunnya motivasi belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran. Penurunan motivasi terlihat pada penurunan keaktifan tanya jawab, kurangnya kehadiran siswa saat pembelajaran, dan kurangnya siswa mengumpulkan tugas. Akibatnya, prestasi belajar siswa turun. Katakanlah jumlah siswa kelas XI IPS ada 16 orang, dari jumlah tersebut sejumlah 5 siswa mengumpulkan tugas dan 11 siswa lain tidak mengumpulkan. Sudah banyak guru mencoba menghubungi siswa bermasalah namun beberapa siswa sulit dihubungi dan ada siswa yang beralasan mempunyai pekerjaan lain di rumah, seperti bekerja cari uang atau membantu orangtua. Untuk memulihkan motivasi belajar siswa dibutuhkan sebuah pemberian reinforcement (penguatan) berupa reward (hadiah) dan punishment (hukuman). Menurut Febianti (2018) penguatan dapat memunculkan konsekuensi yang menyenangkan dari perilaku belajar siswa yang diberikan guru (Febianti, 2018). Febianti menjelaskan agar pembelajaran di kelas lebih menyenangkan serta dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, maka reward dan punishment yang diberikan harus berdampak postif bagi siswa. Reward diberikan dapat berupa pujian, tepuk tangan, dan pemberian skor 100. Selanjutnya, pemberian punishment yang positif diberikan untuk menumbuhkan motivasi siswa untuk belajar, seperti bernyanyi atau berpuisi.

Sari (2019) menjelaskan bahwa metode reward dan punishment dapat memberikan pengaruh positif terhadap motivasi belajar siswa. Semakin tinggi motivasi belajar, semakin tinggi upaya siswa untuk mendapatkan hasil belajar yang baik (Permata Sari, 2019). Demikian juga ketakutan siswa terhadap punishment, akan mendorong siswa untuk menghindari melakukan kesalahan dan akan mendorong siswa berusaha mengikuti pembelajaran dengan baik. Sari dalam penelitiannya di SMAN 1 Mlati menjelaskan pemberian reward dan punishment dapat meningkatkan motivasi belajar yang semula sebesar 70,31% menjadi 88,12%. Ini menjelaskan pemberian reward dan punishment dapat merubah motivasi belajar yang sudah baik menjadi kategori sangat baik (I. F. Sari, 2017). Lebih lanjut, Febianti (2014) menjelaskan melalui reward dan punishment siswa akan menjadi lebih percaya diri dan bertanggung jawab dengan tugas yang diberikan (Febrianti, 2014). Meskipun reward dan punishment merupakan dua kata yang memiliki makna berbeda, namun kedua hal tersebut saling berkaitan dan memacu siswa untuk meningkatkan kualitas kerja. Untuk itu, Melinda (2018) menyarankan kepada pendidik sebaiknya untuk menerapkan pemberian reward dan punishment dengan intensitas teratur dan bertujuan, serta diatur dengan baik dan benar sehingga motivasi belajar siswa dapat tumbuh dan meningkat, semangat, lebih giat, dan antusias dalam pembelajaran (Melinda, 2018). Betapa penting reward dan punishment untuk meningkatkan motivasi belajar bagi siswa.

Terlihat jelas pada penjelasan di atas bahwa reward dan punishment efektif meningkatkan motivasi belajar siswa. Meskipun di masa pandemi Covid-19 segala aktifitas tatap muka sangat terbatas, banyak respons positif yang ditunjukkan oleh siswa setelah menerima reward dan punishment dari pendidik.

Ada siswa yang menjadi semangat belajar, perubahan sikap sosial menjadi baik, dan pengaruh positif lainnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Qoyumi (2020) jika strategi pemberian reward dan punishment efektif untuk meningkatkan motivasi belajar (Al Qoyumi, 2020). Di samping itu, Innafingah (2015) menambahkan terdapat hubungan yang positif dari penerapan reward dan punishment terhadap motivasi belajar (Innafingah, 2015). Menurut Innafingah (2015) reward dan punishment merupakan salah satu alat pendamping belajar yang dapat meningkatkan semangat belajar untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal (Innafingah, 2015). Hal serupa disampaikan Rosyid, dkk, pemberian reward ditujukan kepada siswa sebagai bentuk penghargaan dan penguatan (reinsforcement) agar mereka senang dan ingin melakukannya lagi (Rofiqi, 2021). Sementara, punishment ditujukan agar siswa tidak melakukan pelanggaran kembali dengan cara memberikan stimulus yang tidak menyenangkan. Berangkat dari permasalahan tersebut di atas, penulis menawarkan sebuah solusi untuk menumbuhkan motivasi belajar dan memperbaiki proses belajar di masa darurat Covid-19 pada kelas XI IPS dengan melakukan penelitian tindakan kelas (PTK). Penulis akan menggunakan metode pemberian reward dan punishment. Penulis optimis dengan tindakan tersebut motivasi belajar siswa kelas XI IPS akan meningkat. Penulis merasa optimis dikarenakan sebelumnya metode pemberian reward dan punishment pernah dilakukan Putra, dkk (2018) pada kelas X Administrasi Perkantoran SMK Wikarya Karanganyar untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar, hasilnya motivasi dan prestasi belajar siswa mengalami peningkatan (Putra et al., 2018).

Selanjutnya, pemberian reward dan punishment pernah diterapkan Heryanto (2020) di SMK Negeri 1

(3)

Mojosongo, Boyolali untuk meningkatkan kinerja guru dalam pembelajaran di tahun pelajaran 2018/2019, hasilnya kinerja guru meningkat hingga 86% dari data kondisi awal 36% (Heryanto, 2020).

2. Metode

Penelitian ini dilaksanakan adalah penelitian tindakan kelas. Adapun prosedur yang dipakai adalah model spiral Kemmis dan Tagart (Kemmis et al., 2014). Penelitian tindakan kelas model spiral Kemmis dan Tagart setiap siklusnya terdiri 4 langkah, yaitu perencanaan (plan), tindakan (act), pengamatan (observe), dan refleksi (reflect) (Wiriaatmadja, 2005). Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2020/2021 pada bulan April hingga Mei 2021 dengan materi Konfik Sosial dan Kekerasan. Lokasi penelitian secara kombinasi online melalui chatting WhatsApp dan tatap muka di Masjid MA Darul ‘Ulum Muhammadiyah Galur. Subjek penelitian siswa kelas XI IPS yang berjumlah 16 siswa. Penelitian dilaksanakan 2 siklus. Teknik pengumpulan data adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Setiap siklus terdiri dari 4 langkah, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Analisis motivasi belajar siswa dilaksanakan pada setiap pertemuan.

Motivasi belajar siswa dihitung berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa ketika pembelajaran berlangsung. Apabila siswa melakukan kegiatan yang dikehendaki (sesuai kisi-kisi) maka akan diberi skor 1, dan skor 0 apabila siswa teramati tidak melakukan tindakan yang dikehendaki. Sari mengklasifikasikan motivasi belajar siswa sebagaimana terlihat pada Tabel 1 (I. F. Sari, 2017).

Tabel 1. Klasifikasi Motivasi Belajar Siswa

Skor Kategori

0-19% Kurang

20%-39% Cukup

40%-59% Sedang

60%-79% Baik

80%-100% Baik Sekali

Peneliti selanjutnya memberikan standar peningkatan motivasi belajar siswa minimal mencapai rentang skor 60% - 79% dengan kategori baik. Untuk menentukan persentase motivasi belajar setiap pertemuan dan rerata persentase motivasi belajar setiap siklus, Sari menjelaskan rumus sebagai berikut (I. F. Sari, 2017). Persentase motivasi belajar siswa setiap pertemuan.

∑ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑛𝑑𝑖𝑘𝑎𝑡𝑜𝑟

∑ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 x 100 (1)

Rerata persentase motivasi belajar setiap siklus

∑ 𝑃𝑟𝑒𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑏𝑒𝑙𝑎𝑗𝑎𝑟 𝑝𝑒𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑒𝑚𝑢𝑎𝑛

∑ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑘𝑎𝑡𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑎𝑛𝑡𝑖 ()

3. Hasil dan Pembahasan

3.1. Diskripsi Situasi dan Tempat Penelitian

Sejak masa darurat Covid-19 kegiatan belajar-mengajar di MA DU Muhammadiyah Galur berlangsung secara daring (online). Masing-masing wali kelas membuat grup kelas menggunakan Platform WhatsApp Messenger. Banyak guru memanfaatkan grup kelas tersebut sebagai media penyampaian pembelajaran. Namun, ada juga guru yang membuat grup khusus mata pelajaran, seperti halnya mata pelajaran Sosiologi. Kegiatan belajar mengajar selama masa darurat Covid-19 dimulai pukul 08.00 sampai 12.00 WIB dengan alokasi waktu masing-masing mata pelajaran 45 menit.

Kegiatan pembelajaran yang berlangsung setiap harinya adalah pemberian materi, penugasan, absensi, dan pendampingan. Kegiatan pendampingan belajar dan pengontrolan tugas berlangsung di grup khusus mata pelajaran atau menghubungi secara pribadi antara guru dengan siswa.

3.2. Hasil Penelitian Siklus I 1) Pertemuan Pertama

Pada pertemuan pertama pendidik memasukkan siswa kelas XI IPS ke Grup WhatsApp mata pelajaran. Di dalam grup, pendidik menyampaikan akan memberikan hadiah (reward) bagi siswa yang

(4)

berbahasa sopan ketika bekomunikasi, aktif dalam berdiskusi, mengumpulkan tugas tepat waktu, dan mematuhi peraturan. Sementara, bagi siswa yang melanggar aturan akan diberikan hukuman (punishment). Setelah seluruh siswa memahami, pendidik melanjutkan membagi seluruh siswa menjadi 3 kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari 5-6 orang dengan kemampuan yang berbeda-beda. Pendidik memberikan tugas kepada ketiga kelompok tersebut untuk membuat makalah dengan materi konflik sosial. Dalam pembuatan makalah, pendidik memberikan batas waktu satu (1) minggu. Selama proses pembuatan makalah pendidik melakukan pendampingan dan menanyakan progres pengerjaan di grup WhatsApp mata pelajaran atau menghubungi masing-masing kelompok secara pribadi.

Secara umum diskusi pada pertemuan pertama siklus satu (1) belum berjalan secara optimal. Hal ini terlihat ketika guru menanyakan progres pengerjaan makalah, ada siswa yang sulit dihubungi karena kesibukkan di rumah dan beralasan banyak tugas dari mata pelajaran lain yang belum selesai.

Setelah batas waktu pembuatan makalah secara kelompok selesai, semua kelompok diminta mengumpulkan makalah ke email yang telah dibuat oleh pendidik. Namun, dari waktu yang diberikan masih ada dua (2) kelompok yang belum mengirimkan makalah. Pendidik mencatat nama kelompok tersebut dan memberikan punishment secara lisan berupa peringatan berikut “Bapak beri waktu tiga (3) hari, apabila tidak mengumpulkan pada waktu yang ditentukan, akan mendapat pengurangan nilai”. Setelah semua kelompok mengirimkan makalah, pendidik melakukan penskoran pembuatan makalah. Pedoman penskoran terdapat pada masing-masing RPP yang dapat dilihat pada lampiran.

Adapun daftar skor kelompok pada pertemuan pertama dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Skor kelompok Pembuatan Makalah Siklus I Pertemuan ke-1

Nama Kelompok Waktu Pengumpulan Skor

Grup A 9 April 2021 70

Grup B 4 April 2021 85

Grup C 10 April 2021 65

Reward atau penghargaan pada pertemuan pertama diberikan kepada kelompok yang mendapat skor tertinggi. Pada pertemuan pertama kelompok yang berhasil mendapat skor tertinggi adalah Grup B. Penghargaan kelompok pada pertemuan pertama adalah memberikan pujian dan menampilkan nama kelompok di grup WhatsApp mata pelajaran. Punishment berupa pengurangan skor karena tidak membantu mengerjakan makalah adalah siswa dengan nomor absen 1, 2, 6, 7, 8, 9, 13, 15, dan 16.

2) Pertemuan Kedua

Pada pertemuan kedua pendidik memberikan reward kepada Grup B karena mendapat skor tertinggi, dan memberikan kesempatan kepada Grup B giliran pertama mempresentasikan makalahnya di grup khusus mata pelajaran, dilanjutkan Grup C, dan terakhir Grup A. Agar presentasi dan diskusi tanya jawab berjalan lancar, pendidik memasukkan leaader masing-masing kelompok ke dalam grup WhatsApp khusus diskusi. Di dalam grup tersebut pendidik memberikan arahan mengenai kriteria penskoran, pembuatan power point, dan pembagian tugas, kepada masing-masing leader dan meminta para leader untuk menyampaikannya ke anggota masing-masing. Sesuai dengan arahan dari pendidik di grup WhatsApp khusus diskusi, kegiatan presentasi berjalan sesuai yang direncanakan. Presentasi dibuka oleh pendidik dengan salam, dan dilanjutkan penyampaian pengantar seputar materi yang akan disampaikan oleh masing-masing kelompok. Setelah pendidik selesai membuka acara, dilanjutkan moderator dari Grup B untuk menyampaikan sambutan. Selanjutnya, pamateri Grup B memaparkan materi yang pertama, sebelum perpindahan ke pemaparan materi kelompok selanjutnya, moderator Grup B memandu kelompok lain untuk memberikan 2 pertanyaan, dan begitu seterusnya tindakan yang sama tersebut akan diikuti oleh Grup C, dan Grup A.

Pada kegiatan ini hanya grup A yang mendapat respons pertanyaan, sementara grup lainnya tidak.

Setelah kegiatan pemaparan materi dan bertanya, moderator Grup C memandu kegiatan diskusi tanya jawab dengan meminta kepada masing-masing petugas penjawab pertanyaan menjawab pertanyaan yang telah diajukan oleh masing-masing kelompok di sesi sebelumnya. Kegiatan diskusi tanya-jawab selesai, moderator Grup A memandu kegiatan penutup dan meminta masing-masing notulis untuk menyampaikan hasil diskusi. Moderator Grup A juga bertugas menutup kegiatan presentasi dan diskusi tanya-jawab. Pendidik mencatat kelompok yang aktif dan tidak aktif. Pendidik memberikan reward berupa pujian kepada kelompok yang presentasi dan kelompok yang aktif bertanya. Pendidik memberikan masukkan kepada grup yang presentasi seputar penampilan yang ditunjukkan dan

(5)

meminta grup yang belum bisa bertanya untuk aktif bertanya di pertemuan selanjutnya. Untuk perolehan skor, Grup A mendapat skor tertinggi untuk presentasi dan diskusi tanya jawab karena mendapat respons dari kelompok lain, sementara grup lain tidak mendapatkan skor. Sementara, Grup B mendapat skor keaktifan karena memberikan respons pertanyaan kepada Grup A. Adapun rincian skor presentasi dan diskusi tanya jawab dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Skor Presentasi dan Diskusi Pertemuan Kedua

Nama Kelompok Perolehan Skor

Rerata Kelompok Presentasi Bertanya

Grup A 85 0 42,5

Grup B 75 70 72,5

Grup C 75 0 37,5

Ucapan pujian sebagai reward disampaikan pendidik kepada kelompok yang presentasi dan siswa yang bertanya. Selanjutnya, ucapan ancaman ditujukan kepada seluruh siswa yang tidak aktif atau tidak bertanya. Grup B mendapat pujian dari pendidik dikarenakan aktif bertanya. Punishment berupa peringatan dan pengungaran skor kepada siswa yang tidak aktif dengan nomor absen 7, 11, dan 16.

Berdasarkan kegiatan pembelajaran di atas, melalui hasil observasi yang dilakukan peneliti, pendidik telah memberikan reward berupa pujian “Bagus”, emoticon pujian pada WhatsApp (tepuk tangan, acungan jempol), dan menunjukkan nama gurp terbaik di Grup WhatsApp. Namun, pendidik belum memberikan reward berupa hadiah dan tanda penghargaan berupa sertifikat.

Pendidik sudah memberikan punishment preventif (menakut-nakuti dengan kata-kata, memberikan larangan) dan punishment represif (pengurangan nilai). Selanjutnya, berdasarkan hasil observasi pertemuan pertama persentase motivasi belajar siswa 58,13 % dan pada pertemuan kedua 60,63 % dengan peningkatan motivasi belajar siswa sebesar 2,50%. Dari hasil tersebut dapat dihitung rerata persentase motivasi belajar pada siklus I sebesar 59,38%. Hasil motivasi belajar siswa pada siklus I dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Hasil Motivasi Belajar Siswa pada Siklus I

Jumlah Siswa Persentase (%)

Persentase Rerata (%) Pertemuan 1 Pertemuan 2

16 58,13 60,63 59,38

Jika dilihat dari rerata persentase motivasi belajar siswa pada siklus I kriteria motivasi belajar siswa masih dalam kategori sedang dan belum mencapai rentang skor yang ditentukan oleh peneliti.

3.3. Hasil Penelitian Siklus II 1) Pertemuan Pertama

Pada pertemuan pertama siklus II, pendidik meminta siswa berkumpul di masjid MA DU Muhammadiyah Galur, di sana pendidik membagikan reward berupa pujian kepada kelompok yang memperoleh skor tertinggi di pertemuan sebelumnya dan memberikan punishment berupa pengurangan nilai bagi siswa yang tidak aktif membantu kelompok belajarnya. Selanjutnya, pendidik mengingatkan kembali peraturan yang digunakan selama pembelajaran. Pendidik meminta kepada seluruh siswa untuk fokus mengikuti pembelajaran agar waktu yang tersedia dapat dimaksimalkan dalam pembelajaran. Pada pertemuan ini, pendidik memberikan penugasan membuat makalah dengan materi kekerasan. Sebelum meninggalkan tempat, pendidik memberikan kuis kepada seluruh siswa berupa 10 butir pertanyaan yang dituangkan dalam Google Form.

Hasilnya ada 3 siswa yang mendapatkan skor tertinggi dan mendapatkan reward berupa gelas (mug) kustom. Ketiga siswa tersebut adalah nomor absen 5, 10, dan 12. Pada siklus II, ada perubahan sikap yang ditunjukkan oleh seluruh kelompok. Hal ini terlihat masing-masing kelompok telah mengumpulkan makalah tepat waktu. Apabila dibandingkan dengan skor makalah pada siklus I, pada siklus II terlihat ada peningkatan skor makalah yang ditunjukan oleh masing-masing kelompok. Hasil peningkatan skor pada pertemuan pertama siklus II dapat dilihat pada Tabel 5. Apabila di siklus I pertemuan pertama ditemukan ada 9 siswa yang tidak ikut membantu pembuatan makalah, pada siklus II ditemukan ada 2 siswa, yaitu siswa dengan nomor absen 8 dan 16. Ini menjelaskan bahwa perlakuan pendidik pada siklus II telah meningkatkan motivasi belajar siswa

(6)

Tabel 5. Peningkatan Skor Makalah Pertemuan Pertama Siklus II

Nama Kelompok

Perbandingan Waktu Pengumpulan

Makalah tiap Siklus pada Pertemuan ke-1

Skor Makalah tiap Siklus pada Pertemuan ke-1

Siklus I Siklus II Siklus I Siklus II

Grup A 9 April 2021 29 April 2021 70 75

Grup B 4 April 2021 29 April 2021 85 75

Grup C 10 April 2021 29 April 2021 65 85

2) Siklus Kedua

Pada pertemuan kedua, siswa diminta untuk mempresentasikan makalah yang dibuat secara kelompok. Sebelum presentasi, masing-masing leader kelompok dimasukkan di grup WhatsApp khusus diskusi untuk menerima arahan dari pendidik. Setelah leader menerima arahan dari pendidik, semua leader kembali menuju grup masing-masing dan menyampaikan arahan dari pendidik. Sesuai dengan arahan dari pendidik di grup WhatsApp khusus diskusi, kegiatan presentasi dan diskusi tanya jawab berjalan sesuai rencana. Ada peningkatan skor kelompok hasil presentasi diskusi tanya jawab jika membandingkan skor pertemuan pertama siklus I dan siklus II. Hasil peningkatan skor dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Peningkatan Skor Kelompok Presentasi Diskusi Tanya Jawab Siklus II Pertemuan ke-2

Nama Kelompok

Skor Siklus I Pertemuan ke-2

Skor Siklus II Pertemuan ke-2

Total Skor Rerata Siklus I

dan II Presentasi Bertanya Rerata Presentasi Bertanya Rerata

Grup A 85 0 42,5 80 70 75 58,75

Grup B 75 70 72,5 80 70 75 72,5

Grup C 75 0 37,5 85 70 77,5 57,5

Apabila di siklus I pertemuan kedua ketika presentasi makalah ditemukan ada 3 siswa yang tidak aktif saat presentasi, pada siklus II ditemukan ada 1 siswa, yaitu siswa dengan nomor absen 6.

Berdasarkan kegiatan pada pertemuan kedua, pendidik sudah memberikan reward berupa pujian (Bagus, Mantap), emoticon pujian pada WhatsApp (tepuk tangan, acungan jempol, semangat).

Pendidik juga telah memberikan reward penghormatan dengan menunjukkan nama grup terbaik di Grup WhatsApp, membuatkan sertifikat, pemberian hadiah berupa gelas (mug) kustom bagi peraih siswa skor tertinggi 1, 2, dan 3. Pendidik sudah memberikan punishment preventif (menakut-nakuti dengan kata-kata, memberikan larangan) dan punishment represif (pengurangan nilai). Hasil motivasi belajar siswa pada siklus II, pada pertemuan pertama persentase motivasi belajar siswa 70,63% dan pada pertemuan kedua 75%. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar siswa mengalami peningkatan sebesar 4,38% dan rata-rata persentase motivasi belajar siswa pada siklus II adalah 72,81%. Dari rata-rata tersebut sudah sesuai dengan kriteria keberhasilan yang ditentukan oleh peneliti. Hasil motivasi belajar siswa pada siklus II dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Hasil Motivasi Belajar Siswa pada Siklus II

Jumlah Siswa Persentase (%)

Persentase Rerata (%) Pertemuan 1 Pertemuan 2

16 70,63 75 72,82

Ketika penerapan model pembelajaran STAD, pemberian reward dan punishment mendorong meningkatnya perubahan motivasi belajar siswa pada setiap siklusnya, hal ini terlihat ketika pendidik memberikan tugas kepada siswa membuat makalah secara kelompok. Pendidik pada siklus I memberikan reward berupa pujian (bagus), emoticon WhatsApp (tepuk tangan, acungan jempol, dan semangat), menunjukkan nama grup terbaik di grup kelas, dan punishment preventif dan represif, belum mendorong motivasi belajar siswa karena hanya satu kelompok (Grup B) yang mengumpulkan makalah tepat waktu dan aktif bertanya pada sesi tanya jawab, serta 11 siswa menerima punishment pengurangan nilai. Setelah melakukan refleksi di siklus I dan memperbaiki penerapan reward dan punishment pada siklus II, motivasi belajar siswa meningkat ketiga kelompok (Grup A, B, dan C)

(7)

mengumpulkan tepat waktu, keaktifan diskusi meningkat (ketiga grup bertanya), dan jumlah siswa yang menerima punishment menurun menjadi 4 siswa. Menurut Rosyid, dkk, reward diberikan untuk apresiasi atas pencapaian individu atau kelompok dalam suatu kegiatan (Rofiqi, 2021). Seorang siswa bernama If kepada peneliti menyampaikan jika motivasi belajarnya meningkat ketika mendapatkan reward berupa pujian lisan. Ini menjelaskan reward diberikan sebagai bentuk penghargaan dan memberikan penguatan (reinforcement) kepada siswa agar mereka merasa senang dan ingin melakukannya lagi. Selain memberikan reward, menurut Sardiman (2018) pemberian hukuman yang tepat dan bijak dapat menjadi alat motivasi (Sardiman, 2018). Menurut siswa bernama Rs kepada peneliti menyampaikan bahwa dirinya termotivasi kembali untuk semangat belajar dan tidak melanggar aturan. Penjelasan Rs menjelaskan bahwa meskipun punishment menjadi suatu perbuatan yang tidak menyenangkan, namun dengan adanya punishment siswa cenderung tidak akan mengulangi perbuatan melanggar aturan. Ini tepat sesuai dengan pendapat Sari, dengan adanya punishment seseorang yang melanggar aturan akan sadar dan memperbaiki sikapnya serta tidak mengulangi perbuatannya (I. F. Sari, 2017). Adapun hasil peningkatan motivasi belajar siswa siklus I dan siklus II dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Rekapitulasi Motivasi Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II

Aspek yang Diamati

Siklus 1 Siklus 2

Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan I Pertemuan II

Jumlah Jumlah

Siswa % Siswa % Siswa % Siswa %

Ketekunan dalam belajar 10 62,5 10 62,5 11 68,75 13 81,25

Kuatnya kemauan dalam berbuat 10 62,5 9 56,25 11 68,75 13 81,25

Keaktifan 9 56,25 9 56,25 10 62,5 12 75

Adanya hasrat dan keinginan berhasil 9 56,25 10 62,5 10 62,5 10 62,5 Jumlah waktu yang disediakan untuk

belajar 10 62,5 11 68,75 12 75 12 75

Semangat belajar 8 50 9 56,25 10 62,5 12 75

Senang mencari dan memecahkan

masalah/soal-soal 9 56,25 9 56,25 11 68,75 10 62,5

Menunjukkan minat belajar 9 56,25 10 62,5 12 75 12 75

Keuletan 10 62,5 10 62,5 13 81,25 13 81,25

Kehadiran 9 56,25 10 62,5 13 81,25 13 81,25

Persentase Motivasi belajar tiap

pertemuan 58,13 60,63 70,63 75

Rerata persentase motivasi belajar tiap

siklus 59,38 72,82

Secara keseluruhan penerapan metode reward dan punishment dengan kombinasi STAD pada pembelajaran sosiologi di kelas XI IPS MA DU Muhammadiyah Galur siklus I dan siklus II sudah berjalan dengan tahapan-tahapan yang sudah disusun peneliti. Berdasarkan hasil observasi, pada siklus I persentase motivasi belajar siswa pada pertemuan pertama 58,13% dan pertemuan kedua 60,63%. Terdapat peningkatan motivasi belajar siswa pada siklus I sebesar 2,50% dengan rerata persentase motivasi belajar 59,38%. Apabila kembali melihat pada Tabel 4, skor persentase motivasi belajar siswa masih dalam kategori Sedang dan belum masuk kategori Baik. Setelah dilakukan perbaikan, motivasi belajar siswa pada siklus II mengalami peningkatan. Hal ini terlihat pada pertemuan pertama siklus II persentase motivasi belajar siswa 70,63% dan pada pertemuan kedua di siklus II persentase motivasi belajar siswa 75%. Dari hasil tersebut terlihat peningkatan motivasi siswa pada siklus II sebesar 5,63% dengan rerata persentase motivasi belajar 72,82%. Berdasarkan hasil motivasi belajar yang dibuat oleh peneliti pada Tabel 6, persentase motivasi belajar 72,82% telah meningkat dan masuk ke dalam kategori Baik. Melihat hasil observasi tersebut di atas menjelaskan bahwa siswa telah mengalami perubahan tingkah laku yang sesuai dengan indikator motivasi belajar yang ditetapkan oleh Sardiman (Sardiman, 2018, p. 83), yaitu; (1) tekun dalam menghadapi tugas; (2) ulet menghadapi kesulitan; (3) memiliki minat terhadap berbagai masalah; (4) senang bekerja secara mandiri; (5) tidak cepat bosan pada tugas rutin; (6) teguh mempertahankan pendapat; (7) tidak mudah melepaskan hal yang diyakini; dan (8) senang memecahkan masalah.

(8)

4. Kesimpulan

Penerapan metode reward dan punishment dengan kombinasi STAD pada pembelajaran IPS di MA Darul ‘Ulum Muhammadiyah Galur dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas XI IPS di masa darurat Covid-19. Pendidik menerapkan model pembelajaran STAD dengan membagi seluruh siswa menjadi 3 kelompok yang terdiri dari 5-6 siswa tiap kelompoknya. Pendidik memberikan reward dan punishment untuk mendukung penerapan model pembelajaran STAD. Dengan pemberian reward dan punishment motivasi belajar siswa meningkat. Ini dibuktikan dengan pengumpulan tugas tepat waktu, kelompok yang aktif diskusi meningkat, dan jumlah siswa yang semula 11 siswa menerima punishment, menurun menjadi 4 siswa. Pada siklus I persentase motivasi belajar siswa pada pertemuan pertama 58,13% dan pertemuan kedua 60,63% dengan rerata persentase motivasi belajar 59,38%. Skor persentase motivasi belajar siswa masih dalam kategori Sedang, belum masuk kategori Baik. Pada pertemuan pertama siklus II persentase motivasi belajar siswa 70,63% dan pada pertemuan kedua di siklus II persentase motivasi belajar siswa 75% dengan rerata persentase motivasi belajar 72,82%. Berdasarkan hasil tersebut persentase motivasi belajar 72,82% telah meningkat dan masuk ke dalam kategori Baik.

Referensi

Al Qoyumi, S. (2020). Efektifitas penggunaan strategi reward and punishment dalam pembelajaran bahasa arab untuk meningkatkan motivasi belajar siswa di Madrasah Aliyah Himmatul Ummah Tapung Kampar.

Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

Cahyani, A., Listiana, I. D., & Larasati, S. P. D. (2020). Motivasi belajar siswa SMA pada pembelajaran daring di masa pandemi covid-19. IQ (Ilmu Al-Qur’an): Jurnal Pendidikan Islam, 3(01), 123–140.

Febianti, Y. N. (2018). Peningkatan motivasi belajar dengan pemberian reward and punishment yang positif.

Edunomic: Jurnal Ilmiah Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, 6(2), 93–102.

Febrianti, S. (2014). Pengaruh Reward dan Punishment Terhadap Motivasi Kerja Serta Dampaknya Terhadap Kinerja (studi pada karyawan PT. Panin Bank Tbk. Area Mikro Jombang). Brawijaya University.

Heryanto. (2020). Upaya Meningkatkan Kinerja Guru dalam Pembelajaran melalui Penerapan Reward And Punishment di SMK Negeri 1 Mojosongo Tahun Pelajaran 2018/2019. Jurnal Pendidikan Cerdik Cendikia, 2(1), 83–96.

Innafingah, N. (2015). Hubungan pemberian reward dan punishment dengan hasil belajar fiqih siswa kelas X Madrasah Aliyah Negeri Purworejo tahun pelajaran 2014/2015. IAIN Salatiga.

Kemmis, S., McTaggart, R., & Nixon, R. (2014). Introducing critical participatory action research. In The action research planner (pp. 1–31). Springer.

Melinda, I. (2018). Pengaruh reward dan punishment terhadap motivasi belajar siswa kelas IV A SDN Merak I pada mata pelajaran IPS. International Journal of Elementary Education, 2(2), 81–86.

Permata Sari, A. (2019). pengaruh metode reward dan punishment terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Tahfidz di SDIT Al-Qalam Bengkulu Selatan. IAIN Bengkulu.

Putra, R. P., Ninghardjanti, P., & Rapih, S. (2018). Pemberian Reward Dan Punishment Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Kearsipan Kelas X Administrasi Perkantoran SMK Wikarya Karanganyar. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Administrasi Perkantoran.

Rofiqi, M. Z. R. U. R. (2021). Reward dan punishment: konsep dan aplikasi. CV Literasi Nusantara Abadi.

Sardiman. (2018). Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar. Rajawali Pers.

Sari, I. F. (2017). Pemberian Reward dan Punishment dengan Kombinasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Peserta Didik Kelas X pada Mata Pelajaran Ekonomi di SMA Negeri 1 Mlati. Jurnal Pendidikan Dan Ekonomi, 6(1), 1–8.

Sari, R. P., Tusyantari, N. B., & Suswandari, M. (2021). Dampak pembelajaran daring bagi siswa sekolah dasar selama covid-19. Prima Magistra: Jurnal Ilmiah Kependidikan, 2(1), 9–15.

Sulistiyawati, E., & Yahya, M. (2020). Persepsi Siswa Terhadap Pembelajaran Daring Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Di Madrasah Aliyah Negeri 2 Surakarta. IAIN Surakarta.

Wiriaatmadja, R. (2005). Metode penelitian tindakan kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya, 3(3.20), 3–40.

Gambar

Tabel 1. Klasifikasi Motivasi Belajar Siswa
Tabel 2. Skor kelompok Pembuatan Makalah Siklus I Pertemuan ke-1
Tabel 3. Skor Presentasi dan Diskusi Pertemuan Kedua
Tabel 6. Peningkatan Skor Kelompok Presentasi Diskusi Tanya Jawab Siklus II Pertemuan ke-2
+2

Referensi

Dokumen terkait

mengajar terhadap prestasi belajar ilmu pengetahuan sosial siswa kelas VII. Sekolah Menengah Pertama Muhammadiyah 4 Surakarta tahun

Pada saat pembelajaran berlangsung situasi dan suasana kelas, cara guru mengajar, hubungan guru dengan siswa, dan hubungan siswa dengan siswa diamati dan dianalisis

Berdasarkan asumsi di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah “Terdapat perbedaan peningkatan penguasaan konsep siswa yang signifikan antara kelas yang

Fasilitas dan media kegiatan belajar mengajar yang ada di SMP N 3 Wonosari dapat dikatakan sudah cukup menunjang. Ruang kelas tertata rapi dan

Kepatuhan siswa kelas X dalam melaksanakan peraturan sekolah di SMK Muhammadiyah 3 dipengaruhi oleh faktor internal yang berasal dari dalam diri siswa terutama

Ada tiga tipe interaksi yang dibangun oleh guru dan siswa dalam proses belajar mengajar bahasa Inggris untuk kelas delapan SMP Muhammadiyah 1 Kudus tahun pelajaran

Selama ini proses pembelajaran PKn di Kelas V kebanyakan masih menggunakan paradigma lama dimana guru memberikan pengetahuan kepada siswa yang pasif. Guru mengajar

melakukan observasi pembelajaran di kelas, yaitu melihat secara langsung proses belajar mengajar di kelas yang dilakukan oleh guru mata pelajaran. Observasi yang