• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Mengenai Mother's Caretaking Pada Ibu Bekerja Yang Memiliki Bayi Berusia 3-18 Bulan di Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Mengenai Mother's Caretaking Pada Ibu Bekerja Yang Memiliki Bayi Berusia 3-18 Bulan di Bandung."

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Penelitian ini dilaksanakan untuk memperoleh gambaran mengenai mother’s caretaking pada ibu bekerja yang memiliki bayi berusia 3-18 bulan di Bandung. Sampel pada penelitian ini adalah 21 orang ibu yang bekerja pada beberapa bidang pekerjaan di Bandung, yaitu guru, pekerja gereja, pekerja salon, karyawan bank swasta, fisioterapis, staf administrasi rumah sakit serta staf administrasi perusahaan swasta.

Penelitian ini dilakukan dengan metode survei. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kuesioner Mother’s Caretaking yang dikembangkan oleh peneliti berdasarkan teori mother’s caretaking dari John Bowlby (1970). Data yang diperoleh selanjutnya diolah dengan menggunakan distribusi frekuensi dan tabulasi silang antara data utama dengan data penunjang yang diperoleh dengan teknik wawancara, yaitu, usia ibu, usia bayi, jumlah anak, pendidikan terakhir, jenis pekerjaan, waktu kerja, persepsi ibu tentang kehadiran bayi, stabilitas emosi ibu, penghayatan ibu dalam pengasuhan bayi, pengalaman ibu selama menjadi anak, pengasuh utama bayi, perasaan bersalah ibu karena meninggalkan bayi untuk bekerja, kesulitan ibu untuk membagi waktu, kepuasan terhadap pekerjaan, tingkat ekonomi, alasan ibu bekerja serta pengasuh tambahan bayi.

Dari hasil penelitian, diperoleh data bahwa sebagian besar responden menunjukkan derajat mother’s caretaking yang tergolong tinggi (81%), sementara sisanya menunjukkan derajat mother’s caretaking yang tergolong cenderung tinggi (19%).

(2)

ABSTRACK

The purpose of this research is to give an overview regarding working Mother’s caretaking of their three-to-eighteen-months' infants. Twenty-one mothers living in Bandung have been selected as samples and their occupation varies into seven kinds. They are teachers, church staff, beauty salon assistants, private bank employees, physiotherapists, hospital administration staff and private firm administration staff.

The data are collected on a survey techniques; and the measuring tool is the Questionnaire of Mother's Caretaking developed by the researcher based on John Bowlby's theory on mother's caretaking (1970). The obtained data are then processed by using distribution frequency and cross-tabulation between the main data and the supporting one, collected by using interview techniques. The latter consists of mother's age, infant's age, number of children, latest education, job, working hours, mother's perception of infant's presence, mother's emotional stability, mothers' sensible involvement in infant caretaking, mother's own childhood experience, infant's main caretaker, mother's guilty feeling due to her absence, mother's struggle in time management, level of economic condition, mother's motivation to work and infant's co-caretaker.

The results show that most of the respondents have high degree of mother's caretaking (81%); whereas the rest belongs to the fairly high degree group (19%).

(3)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Judul

Lembar Pengesahan

ABSTRAK ...i

ABSTRACT...ii

KATA PENGANTAR ...iii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL...viii

DAFTAR BAGAN ...ix

DAFTAR LAMPIRAN... x

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 10

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian ... 11

1.3.1. Maksud Penelitian ... 11

1.3.2. Tujuan Penelitian... 11

1.4. Kegunaan Teoritis dan Praktis ... 11

1.4.1. Kegunaan Teoritis ... 11

1.4.2. Kegunaan Praktis ... 11

(4)

1.6. Asumsi... 22

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 23

2.1. Tinjauan Mengenai Bayi ... 23

2.1.1. Tahap Perkembangan Bayi (Infancy)... 23

2.1.2. Kebutuhan Bayi... 31

2.2. Tinjauan mengenai Mother’s Caretaking………34

2.2.1. Pengertian dan Aspek-Aspek Mother’s Caretaking………..34

2.2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mother’s Caretaking ... 35

2.2.3. Mother’s Caretaking pada Bayi ... 40

2.2.4. Mother’s Caretaking Ibu Bekerja ... 43

2.3. Tahap Perkembangan Dewasa Awal ... 51

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 52

3.1. Rancangan dan Prosedur Penelitian ... 52

3.2. Bagan Rancangan Penelitian ... 52

3.3. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ...52

3.3.1. Variabel Penelitian ... 52

3.3.2. Definisi Operasional... 53

3.4. Alat Ukur……… 53

3.4.1. Kuesioner ... 53

3.4.2.. Data Penunjang ... ...57

3.4.3. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 57

(5)

3.4.3.2. Reliabilitas Alat Ukur... 57

3.5. Populasi dan penarikan Sampel... ...58

3.5.1. Sasaran Populasi... 58

3.5.2. Karakteristik Populasi ... 58

3.5.3. Teknik Pengambilan Sampel... 58

3.5.4. Ukuran Sampel ... 58

3.6. Teknik Analisis... 59

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 60

4.1. Gambaran Sampel ... 60

4.2. Hasil Penelitian... 63

4.3. Pembahasan Hasil Penelitian... 64

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 73

5.1. Kesimpulan... 73

5.2. Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA

(6)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1. Tabel Alat Ukur...54

Tabel 3.2. Tabel Penilaian Alat Ukur...56

Tabel 4.1.1. Tabel Jumlah Usia Responden ... 60

Tabel 4.1.2. Tabel Junlah Usia Bayi Responden ... 61

Tabel 4.1.3. Tabel Jumlah Anak Responden... 61

Tabel 4.1.4. Tabel Jumlah Pendidikan Responden ... 62

Tabel 4.1.5. Tabel Jumlah Jenis Pekerjaan Responden ... 62

Tabel 4.1.6. Tabel Jumlah Waktu Kerja Responden Perhari ... 63

(7)

DAFTAR BAGAN

Halaman

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Mother’s Caretaking

Lampiran 2 Pedoman Wawancara

Lampiran 3 Jawaban Kuesioner Mother’s Caretaking

Lampiran 4 Derajat Aspek-aspek mother’s caretaking

Lampiran 5 Tabulasi silang antara derajat mother’s caretaking dengan data

penunjang

Lampiran 6 Rekapitulasi Hasil Wawancara

Lampiran 7 Hasil Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur

(9)

Lampiran 1

Kuesioner Mother’s Caretaking

Dengan hormat,

Saya mahasiswi fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha, saat ini sedang melakukan penelitian dalam bidang Psikologi Perkembangan mengenai interaksi antara ibu yang bekerja dengan bayinya. Penelitian ini dilakukan sebagai prasyarat kelulusan untuk program sarjana S1 Psikologi.

Pada kesempatan ini, saya mengharapkan kesediaan Ibu untuk mengisi angket berupa pertanyaan-pertanyaan seputar interaksi ibu dengan bayi. Jawaban yang diberikan dalam angket ini tidak akan dinilai benar atau salah. Oleh karena itu, Ibu dimohon untuk mengisi pertanyaan-pertanyaan dengan jujur, sesuai dengan kenyataan yang ada pada diri Ibu. Jawaban-jawaban yang Ibu berikan akan saya pergunakan sebaik-baiknya untuk tercapainya tujuan penelitian ini. Perlu diketahui pula bahwa data yang Ibu berikan akan saya jaga kerahasiaannya.

Atas kesediaan dan kerjasama Ibu, saya mengucapkan terima kasih.

Hormat saya,

(10)

Data Responden

Data Diri

Nama (inisial) :

Tempat/ tanggal lahir :

Alamat :

Pendidikan terakhir :

Pekerjaan :

Waktu Kerja : Pukul …. - …. WIB

Data Bayi

Nama (inisial) :

Tempat/ tanggal lahir :

Jenis kelamin :

Anak ke/ berapa bersaudara :

Bagian I

Petunjuk pengisian:

Di bawah ini terdapat pertanyaan-pertanyaan mengenai diri Ibu. Ibu diminta untuk menjawab pertanyaan tersebut sesuai dengan diri Ibu. Berilah tanda silang (X) pada huruf di depan pilihan jawaban yang Ibu pilih. Pastikan Ibu mengisi semua pertanyaan yang tersedia.

• Siapa saja yang mengasuh bayi anda di rumah (boleh lebih dari satu):

a. diri sendiri c. anak yang lain e. orang lain, yaitu ….. b. suami d. pengasuh/ pembantu

• Selain suami dan anak, siapa saja yang tinggal di rumah anda (boleh lebih dari satu):

a. ayah/ ibu

b. kakak/ adik kandung c. pembantu

d. orang lain, yaitu ……

Sewaktu anda kanak-kanak, dengan siapa anda tinggal: a. kedua orangtua c. saudara

(11)

• Menurut anda, siapakah di antara kedua orangtua yang paling banyak mengasuh anda:

a. ayah b. ibu c. orang lain, yaitu…

• Apa hukuman yang sering diberikan orangtua kepada anda saat anda melakukan kesalahan:

a. dipukul c. dimaki e. yang lain, yaitu ….. b. dicubit d. dinasihati

Siapa yang paling sering memberi hukuman pada anda:

a. ayah c. pengasuh

b. ibu d. orang lain, yaitu …… • Di bawah ini, kata yang paling menggambarkan ibu anda:

a. cerewet c. acuh tak acuh e. yang lain, yaitu….

b. sabar d. pemarah

• Apakah anda bisa menceritakan keinginan anda kepada ibu:

a. ya b. tidak

• Apabila anda menyampaikan keinginan anda, seberapa sering ibu anda memahami seperti yang anda maksudkan:

a. sangat sering c. jarang b. sering d. sangat jarang • Pada usia berapa anda menikah:

a. 15-20 tahun c. 26-30 tahun b. 21-25 tahun d. 30 ke atas • Riwayat pernikahan anda adalah:

a. dipaksakan/ dipilihkan orangtua b. pilihan sendiri

c. yang lain, yaitu …...

• Apakah kelahiran bayi ini memang anda nantikan:

a. ya b. tidak

• Kata apakah di bawah ini yang paling menggambarkan diri anda:

a. pemarah c. acuh tak acuh e. yang lain, yaitu ……

(12)

• Apakah anda seorang yang sabar ketika mengasuh anak:

a. ya c. kadang-kadang

b. tidak d. yang lain, yaitu …… • Pada saat anda marah, seringkali anda:

a. melampiaskan langsung pada subjek/ objek yang membuat anda marah b. memendamnya sendiri

c. membanting barang d. yang lain, yaitu ……

Bagian II

Petunjuk Pengisian:

Di bawah ini terdapat pernyataan-pernyataan yang menggambarkan perilaku ibu ketika berinteraksi dengan bayi. Di belakang setiap pernyataan akan terdapat lima kemungkinan pilihan jawaban. Ibu diminta untuk memberi tanda silang (X) pada salah satu pilihan jawaban yang paling menggambarkan diri Ibu. Jawaban Ibu tidak dinilai benar atau salah, oleh karena itu berilah jawaban sesuai dengan kenyataan yang ada pada diri Ibu dan bukan berdasarkan apa yang Ibu anggap baik.

Pilihan jawaban akan meliputi:

Sering Sekali (SS)

Perilaku yang sering sekali dilakukan oleh ibu.

Sering (SR)

Perilaku yang sering dilakukan oleh ibu.

Kadang-kadang (K)

Perilaku yang kadang-kadang dilakukan oleh ibu.

Jarang (JR)

Perilaku yang jarang dilakukan oleh ibu.

Jarang Sekali (JS)

(13)

Contoh 1:

Keterangan: apabila Ibu sering bermain musik, maka berilah tanda silang (X) pada pilihan jawaban SR (sering).

Contoh 2:

Keterangan: apabila Ibu jarang menghabiskan waktu luang dengan menonton TV, maka berilah tanda silang (X) pada pilihan jawaban JR (jarang).

No Item SS SR K JR JS

1. Saya senang bermain musik X

No Item SS SR K JR JS

2. Saya menghabiskan waktu luang dengan menonton TV. X

No Item SS SR K JR JS

1. Saya memperhatikan bayi sementara melakukan kegiatan lain (contoh: memasak, telepon, bercakap-cakap dengan orang lain).

2. Saya spontan akan menghentikan aktivitas menonton TV, membaca atau melakukan hobi ketika bayi terlihat rewel. 3. Saya memberikan pelukan dan belaian selama berbicara

dengan bayi.

4. Saya dapat membedakan penyebab bayi menangis saat sedang lapar atau sakit dengan mendengar jenis tangisnya (ritme dan intensitas suara tangisnya).

5. Saya segera menghampiri bayi ketika mendengarkan tangisannya.

(14)

No Item SS SR K JR JS lain sehingga saya tidak terganggu oleh suara tangisnya. 10. Saya tidak mampu membedakan tangisan bayi pada saat untuk melihat keadaan bayi ketika mendengarnya menangis.

15. Saya menyadari penyebab di lingkungan yang membuat bayi rewel.

16. Saya menggendong bayi ketika ia rewel.

17. Saya menyertakan bayi ketika pergi berbelanja atau berjalan-jalan.

18. Saya mengabaikan tangisan bayi jika sedang mengerjakan tugas rumah tangga (menyapu, memasak, mencuci).

19. Saya menunjukkan kasih sayang kepada bayi dengan menyentuh dan mengusapnya.

(15)

No Item SS SR K JR JS

21. Saya baru menghampiri bayi jika bayi menangis terus-menerus.

22. Saya menunjukkan perasaan senang selama menghabiskan waktu dengan bayi.

23. Saya meminta keluarga atau pengasuh untuk mengasuh bayi ketika saya sedang menonton tv.

24. Saya menyerahkan bayi kepada keluarga, pengasuh atau pembantu jika ia terus menangis tanpa bisa saya tenangkan.

25. Saya lebih senang memberikan mainan daripada pelukan atau ciuman kepada bayi.

26. Saya terbangun ketika mendengar tangisan bayi di tengah malam.

27. Saya segera mengetahui saat bayi mulai demam.

28. Dari gerak-geriknya, Saya dapat mengetahui ketika bayi mengajak bermain. (contoh: bermain cilukba, bermain balok berwarna, boneka).

32. Saya melindungi bayi dari tindakan yang membahayakan keselamatannya (contoh: menggigit benda yang kotor, mendekati benda tajam atau api).

33. Saya memperkenalkan bayi kepada keluarga dan teman-teman.

(16)

No Item SS SR K JR JS

35. Saya memeluk bayi ketika ia merasa takut berhadapan dengan orang yang baru dikenalnya.

36. Saya tidak membiarkan bayi bermain sendirian, tanpa ada keluarga atau pengasuh yang mengawasi.

37. Saya bersedia jika teman-teman menggendong bayi saya. 38. Saya mengetahui gerak-gerik bayi saat ia sudah merasa

lelah atau mengantuk.

39. Saya memberi respon berupa senyuman, pelukan, atau ciuman saat bayi berhasil belajar sesuatu (contoh: berjalan, berbicara).

40. Saya mengetahui saat bayi sudah merasa kenyang.

41. Saya dapat menerima tangisan atau kegelisahan bayi tanpa merasa kesal.

42. Saya memberikan mainan yang sesuai dengan usia bayi (contoh: boneka, hiasan gantung, mainan karet, balok berwarna dll)

43. Selama dalam perjalanan pulang kerja, saya sudah tidak sabar untuk bertemu dengan bayi.

44. Saya mengenali gerak-gerik bayi ketika ia merasa takut terhadap orang yang baru dikenalnya.

45. Saya merasa kesal jika bayi tidak dapat melakukan apa yang saya ajarkan (contoh: berbicara, bersalaman).

46. Saya menyediakan tempat tidur yang sesuai dengan kebutuhan bayi (box bayi atau tempat tidur yang diberi teralis/pagar/pengaman di sekelilingnya).

47. Saya tidak mengizinkan orang yang baru saya kenal (contoh: orang yang berpapasan di jalan) memberikan sesuatu kepada bayi.

(17)

No Item SS SR K JR JS

49. Saya tidak menanggapi ocehan bayi ketika sedang memikirkan pekerjaan di kantor.

50. Saya mengatur rumah menjadi tempat yang aman bagi bayi (contoh: memberi pagar, melapisi sudut-sudut ruangan yang keras, menjauhkan barang pecah belah). 51. Saya membiarkan bayi memegang benda-benda di

(18)

Lampiran 2

Pedoman Wawancara

Tujuan umum: untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi mother’s

caretaking pada ibu yang memiliki bayi berusia 3-18 bulan yang bekerja di Bandung. Tujuan khusus:

a. Pengalaman ibu selama menjadi anak

- Dengan siapa anda tinggal sewaktu kecil? Siapa anggota keluarga yang paling dekat dengan anda? Siapa yang paling menyayangi anda?

- Siapa saja yang mengasuh anda? Siapa yang paling banyak mengasuh anda?

- Apa pekerjaan orangtua anda? Seberapa sering anda menghabiskan waktu dengan orangtua?

- Kegiatan apa yang biasanya anda lakukan dengan orangtua?

- Apakah orangtua senang mengungkapkan perasaan sayangnya kepada anda? Bagaimana cara mengungkapkannya?

- Apa orangtua anda senang bercanda? Apa anda sering bercakap-cakap dengan orangtua? Apa saja yang biasanya anda ceritakan pada orangtua?

- Apakah anda pernah berselisih dengan orangtua? Bagaimana penyelesaiannya? - Siapa yang sering memberikan hukuman bagi anda? Hukuman apa yang biasanya

anda terima? Bagaimana perasaan anda terhadap hal tersebut?

- Apakah anda diberikan kesempatan untuk mengungkapkan pendapat kepada orangtua? Bagaimana perasaan anda terhadap hal tersebut?

- Apakah anda merasa mendapatkan perhatian yang cukup dari orangtua anda?

b. Penerimaan terhadap kehadiran anak (diinginkan/tidak diinginkan)

(19)

- Ceritakanlah tentang proses pernikahan anda dahulu? Apakah pernikahan anda karena di jodohkan atau kehendak anda sendiri?

- Apakah anda dan suami telah merencanakan kehadiran bayi? Berapa lama anda menunggu kehadiran bayi?

- Bagaimana perasaan anda dan suami terhadap kehadiran bayi? - Hal apa yang anda sukai dan tidak sukai dari bayi anda?

c. Emosi Ibu

- Apa yang anda rasakan selama menghabiskan waktu dengan bayi?

- Menurut anda, siapakah yang seharusnya menjadi pengasuh utama bagi bayi? - Bagaimana pengaruh tingkah laku bayi terhadap perasaan anda? Apakah bayi anda

mudah diasuh?

- Apakah suasana hati anda mempengaruhi perilaku anda selama mengasuh bayi? Seberapa sering?

- Apakah anda sering memikirkan masalah pekerjaan, masalah rumah tangga atau masalah lain selama berinteraksi dengan bayi? Bagaimana pengaruhnya terhadap pengasuhan bayi anda?

- Apa alasan anda memilih untuk bekerja di tempat ini? - Bagaimana perasaan anda terhadap pekerjaan ini?

- Apakah anda sering merasa stres karena masalah pekerjaan? Hal apa yang membuat anda stres?

- Bagaimana pengaruh pekerjaan terhadap pengasuhan bayi anda?

(20)

- Apakah anda merasa bersalah karena meninggalkan bayi untuk bekerja? Apa alasannya?

(21)

Jawaban kuesioner

Lampiran 3

Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27

1 4 5 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 1 5 3 5 3 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5

2 4 4 4 3 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 3

3 5 5 5 3 5 5 5 5 5 5 5 5 3 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5

4 4 5 5 4 5 4 4 5 5 4 5 5 2 4 4 3 4 5 5 4 5 5 5 5 4 5 3

5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 4 5 5 4 5 4 4 5 5 5 4 5 4 4 5 5

6 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 5 3 4 3 5 5 4 4 5 5 4 5 5 5

7 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

8 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5

9 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5

10 5 4 4 5 3 3 4 4 4 5 3 3 3 4 5 4 4 5 4 5 4 4 3 3 3 5 5

11 5 5 5 4 4 5 5 5 5 2 2 5 5 5 5 5 1 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

12 4 5 4 3 5 4 4 5 5 4 4 4 4 5 4 4 5 5 5 4 5 5 2 4 4 5 5

13 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5

14 3 5 5 3 5 5 5 5 5 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 3 4 5 5

15 5 5 5 3 5 5 5 5 5 3 5 5 5 5 2 3 3 5 4 3 1 5 5 5 5 5 5

16 5 5 4 3 5 5 4 4 5 3 5 5 5 5 4 5 5 5 5 3 5 5 3 4 5 5 4

17 4 5 5 5 5 4 4 4 5 5 4 5 4 5 3 4 3 4 5 4 4 4 5 3 5 5 4

18 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5

19 3 4 3 3 3 4 3 4 4 3 4 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4 4 3 4 3 3 4

20 5 5 5 4 5 4 1 1 3 3 3 4 3 4 4 3 4 2 4 3 3 4 4 2 2 4 3

(22)

Responden 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51

1 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3 5 5 2 4 5 5 3 5 3 4 4 5 4 4

2 3 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 2 3 3 3 3 4

3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 2 5 5 5 4 5 5 5 5 3 5

4 4 5 5 4 4 5 5 4 3 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 3 4 3 4 2

5 5 5 5 5 4 5 5 5 4 3 4 5 5 5 4 4 5 5 5 5 4 3 5 5

6 3 4 5 5 5 5 5 4 5 3 4 4 4 4 5 5 3 4 2 5 3 5 3 4

7 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

8 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 4 5 5 5 4 5 5

9 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3

10 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 3 3 4 4 4 5 5 5 4 4 4 5

11 5 1 3 3 5 3 5 5 5 3 4 5 3 4 4 4 5 4 5 4 5 5 5 5

12 4 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 4 4 3 4 5 5 2 4

13 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5

14 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3 5 5 5 4 3 5 5 5 5 4

15 5 5 5 5 5 5 4 5 5 3 5 5 3 5 3 4 3 5 5 1 3 5 5 2

16 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 4 4 5 2 5 5 5 5

17 4 4 5 4 5 4 5 4 5 4 5 4 4 4 5 5 4 4 1 2 4 4 4 3

18 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

19 4 4 4 3 4 5 5 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 2 3 3 4 4 4

20 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 2 4 4 4 2 4 4

(23)

Lampiran 4

Lampiran 4.1. Derajat Aspek-aspek mother’s caretaking

Responden Total Aspek 1 Aspek 2 Aspek 3

1 Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi

2 Cenderung Tinggi Cenderung Tinggi Cenderung Tinggi Cenderung Tinggi

3 Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi

4 Tinggi Tinggi Tinggi Cenderung Tinggi

5 Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi

6 Tinggi Tinggi Cenderung Tinggi Tinggi

7 Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi

8 Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi

9 Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi

10 Tinggi Cenderung Tinggi Tinggi Tinggi

11 Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi

12 Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi

13 Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi

14 Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi

15 Tinggi Tinggi Cenderung Tinggi Tinggi

16 Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi

17 Tinggi Tinggi Tinggi Cenderung Tinggi

18 Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi

19 Cenderung Tinggi Cenderung Tinggi Cenderung Tinggi Cenderung Tinggi

20 Cenderung Tinggi Cenderung Tinggi Cenderung Tinggi Cenderung Tinggi

(24)

Lampiran 4.2. Aspek 1 Menjaga Bayi agar Berada di Dekat Ibu

Aspek 1 Derajat Mother’s Caretaking

Tinggi Cenderung Tinggi

Total

Tinggi 16 (94,1%) 1 (5,9%) 17 (100%)

Cenderung Tinggi 1 (25%) 3 (75%) 4 (100%)

Total 17 (80,9%) 4 (19%) 21 (100%)

Lampiran 4.3. Aspek 2 Waspada akan Respon-Respon yang Diberikan Bayi

Aspek 1 Derajat Mother’s Caretaking

Tinggi Cenderung Tinggi

Total

Tinggi 15 (88,2%) 2 (11,8%) 17 (100%)

Cenderung Tinggi 0 (0%) 4 (100%) 4 (100%)

Total 15 (71,4%) 6 (28,6%) 21 (100%)

Lampiran 4.4. Aspek 3 Berusaha Menciptakan Suasana yang Menyenangkan agar Bayi Bebas Mengeksplorasi Lingkungan

Aspek 1 Derajat Mother’s Caretaking

Tinggi Cenderung Tinggi

Total

Tinggi 15 (88,2%) 2 (11,8%) 17 (100%)

Cenderung Tinggi 0 (0%) 4 (100%) 4 (100%)

(25)

Lampiran 5

Tabulasi Silang antara derajat mother’s caretaking dengan Data Penunjang

Lampiran 5.1. Persepsi Responden tentang Kehadiran Bayi

Persepsi tentang kehadiran bayi Derajat Mother’s Caretaking

Dinantikan Tidak dinantikan

Total

Tinggi 16 (94.1%) 1 (5.9%) 17 (100%)

Cenderung Tinggi 3 (75%) 1 (25%) 4 (100%)

Total 19 (90.5%) 2 (9.5%) 21 (100%)

Lampiran 5.2. Persepsi Responden tentang Pengasuhan Bayi

Persepsi Derajat Mother’s Caretaking

Mudah Sulit

Total

Tinggi 15 (88.2%) 2 (11.8%) 17 (100%) Cenderung Tinggi 3 (75%) 1 (25%) 4 (100%)

(26)

Lampiran 5.3. Stabilitas Emosi Responden

Stabilitas Emosi Derajat Mother’s Caretaking

Stabil Bergejolak

Total

Tinggi 12 (70.6%) 5 (29.4%) 17 (100%)

Cenderung Tinggi 1 (25%) 3 (75%) 4 (100%)

Total 13 (61,9%) 8 (38,1%) 21 (100%)

Lampiran 5.4. Penghayatan Responden dalam Mengasuh Bayi

Penghayatan dalam Mengasuh Derajat Mother’s Caretaking

Sabar Kadang-kadang sabar Tidak Sabar

Total

Tinggi 10 (58.8%) 6 (35.3%) 1 (5.9%) 17 (100%)

Cenderung Tinggi 0 (0%) 4 (100%) 0 (0%) 4 (100%)

Total 10 (47.6%) 10 (47.6%) 1 (4.8%) 21 (100%)

Lampiran 5.5. Sikap Responden terhadap Orangtua

Sikap responden terhadap orangtua Derajat Mother’s Caretaking

Positif Negatif

Total

Tinggi 13 (76.5%) 4 (23.5%) 17 (100%)

Cenderung Tinggi 3 (75%) 1 (25%) 4 (100%)

(27)

Lampiran 5.6. Pengasuh utama Bayi

Pengasuh Utama Bayi Derajat Mother’s Caretaking

Ibu Ayah dan Ibu

Total

Tinggi 12 (70.6%) 5 (29.4%) 17 (100%)

Cenderung Tinggi 1 (25%) 3 (75%) 4 (100%)

Total 13 (61.9%) 8 (38.1%) 21 (100%)

Lampiran 5.7. Perasaan Bersalah karena Meninggalkan Bayi

Perasaan Bersalah Derajat Mother’s Caretaking

Ada Tidak ada

Total

Tinggi 13 (76.5%) 4 (23.5%) 17 (100%)

Cenderung Tinggi 1 (25%) 3 (75%) 4 (100%)

Total 14 (66,7%) 7 (33,3%) 21 (100%)

Lampiran 5.8. Kesulitan Membagi Waktu

Kesulitan Membagi Waktu Derajat Mother’s Caretaking

Sulit Tidak Sulit

Total

Tinggi 4 (23.5%) 13 (76.5%) 17 (100%)

Cenderung Tinggi 1 (25%) 3 (75%) 4 (100%)

(28)

Lampiran 5.9. Usia Responden

Lampiran 5.11. Jenis Pekerjaan Responden

Jenis Pekerjaan Derajat Mother’s

Caretaking Guru Salon Fisioterapis Swasta Gereja Bank Rumah Sakit

(29)

Lampiran 5.12. Jumlah Anak

Jumlah Anak Derajat Mother’s Caretaking

1 orang 2 orang 3 orang

Total

Tinggi 9 (52.9%) 4 (23.5%) 4 (23.5%) 17 (100%)

Cenderung Tinggi 3 (75%) 1 (25%) 0 (0%) 4 (100%)

Total 12 (57.1%) 5 (23.8%) 4 (19.0%) 21 (100%)

Lampiran 5.13. Pendidikan Terakhir Responden

Pendidikan Terakhir Derajat Mother’s Caretaking

SMU D3 S1

Total

Tinggi 4 (23.5%) 5 (29.4%) 8 (47.1%) 17 (100%)

Cenderung Tinggi 1 (25%) 2 (50%) 1 (25%) 4 (100%)

Total 5 (23.8%) 7 (33.3%) 9 (42.9%) 21 (100%)

Lampiran 5.14. Waktu Kerja responden

Waktu Kerja Derajat Mother’s Caretaking

5 -6 jam 7 – 8 jam 9 – 10 jam

Total

Tinggi 3 (17.6%) 7 (41.2%) 7 (41.2%) 17 (100%)

Cenderung Tinggi 2 (50.0%) 2 (50.0%) 0 (0%) 4 (100%)

(30)

Lampiran 5.15. Sikap Responden terhadap Ibu

Sikap terhadap Ibu Derajat Mother’s Caretaking

Positif Negatif

Total

Tinggi 10 (58.8%) 7 (41.2%) 17 (100%)

Cenderung Tinggi 2 (50%) 2 (50%) 4 (100%)

Total 12 (57.1%) 9 (42.9%) 21 (100%)

Lampiran 5.16. Tingkat Ekonomi Responden

Tingkat Ekonomi Derajat Mother’s Caretaking

Menengah

bawah

Menengah Menengah

Atas

Total

Tinggi 3 (17.6%) 9 (52.9%) 5 (29.4%) 17 (100%)

Cenderung Tinggi 1 (25.0%) 1 (25.0%) 2 (50%) 4 (100%)

Total 4 (19.0%) 10 (47.6%) 7 (33.3%) 21 (100%)

Lampiran 5.17. Pengasuh Tambahan Responden

Pengasuh Tambahan Derajat Mother’s Caretaking

Pengasuh Keluarga Pengasuh dan Keluarga

Total

Tinggi 5 (29.4%) 5 (29.4%) 7 (41.2%) 17 (100%)

(31)

Lampiran 5.18. Alasan Utama Bekerja

Alasan Utama Bekerja Derajat Mother’s

Caretaking Kebutuhan Keinginan Kebutuhan dan

Keinginan

Bosan di

rumah

Total

Tinggi 9 (52.9%) 2 (11.8%) 3 (17.6%) 3 (17.6%) 17 (100%) Cenderung Tinggi 1 (25%) 2 (50%) 1 (25%) 0 (0%) 4 (100%)

Total 10 (47.6%) 4 (19.0%) 4 (19.0%) 3 (14.3%) 21 (100%)

Lampiran 5.19. Kepuasan Kerja

Kepuasan Kerja Derajat Mother’s Caretaking

Puas Cukup Puas Tidak Puas

Total

Tinggi 9 (52.9%) 7 (41.2%) 1 (5.9%) 17 (100%)

Cenderung Tinggi 4 (100.0%) 0 (0%) 0 0%) 4 (100%)

(32)
(33)

Responden Skor

info alasan utama kerja

waktu

19 cend tinggi 6 jam 3 kadang-kadang keinginan+kebutuhan 7 jam kel+pengasuh

20 cend tinggi 8 jam 3 ya keinginan aktualisasi 7 jam kel+pengasuh

(34)
(35)
(36)

Lampiran 7

Validitas Alat Ukur

No Item Validitas Kesimpulan

(37)
(38)

61 .692 Dipakai

62 .420 Dipakai

63 .567 Dipakai

64 .060 Tidak dipakai

65 .532 Dipakai

66 .161 Tidak dipakai

67 .231 Tidak dipakai

68 .727 Dipakai

69 -.053 Tidak dipakai

70 .538 Dipakai

71 .387 Dipakai

72 .379 Dipakai

Relibilitas Alat ukur

(39)

Lampiran 8

Kisi-Kisi Alat Ukur

ASPEK INDIKATOR ITEM

6 Saya menghabiskan waktu dengan bayi daripada melakukan kegiatan lain yang saya sukai (contoh: menonton TV, membaca, jalan-jalan).

12 Saya menghabiskan waktu dengan bayi setelah pulang bekerja. • Senang berada di dekat bayi

daripada sibuk bekerja.

22 Saya menunjukkan perasaan senang selama menghabiskan waktu dengan bayi.

1 Saya memperhatikan bayi sementara melakukan kegiatan lain (contoh: memasak, telepon, bercakap-cakap dengan orang lain).

13 Ketika sedang mengobrol atau menonton TV, saya menempatkan bayi di samping saya, sehingga dapat memperhatikannya.

17 Saya menyertakan bayi ketika pergi berbelanja atau berjalan-jalan.

(7) Selama bercakap-cakap dengan orang lain, saya kurang memperhatikan keadaan bayi.

b. Menjaga bayi agar

berada di dekat ibu

(secara fisik)

• Tetap memperhatikan bayi, meskipun ibu sedang

melakukan kegiatan lain.

(40)

2 Saya spontan akan menghentikan aktivitas menonton TV, membaca atau melakukan hobi ketika bayi terlihat rewel.

14 Saya meninggalkan kegiatan yang sedang saya lakukan untuk melihat keadaan bayi ketika mendengarnya menangis.

(8) Saya merasa kesal ketika mendengarkan tangisan bayi di dekat saya.

(9) Saya menempatkan bayi yang sedang menangis di ruang lain sehingga saya tidak terganggu oleh suara tangisnya.

(18) Saya mengabaikan tangisan bayi jika sedang mengerjakan tugas rumah tangga (menyapu, memasak, mencuci).

• Berada di dekat bayi dan tahu apa yang harus dilakukan saat

bayi menangis, rewel.

(24) Saya menyerahkan bayi kepada keluarga, pengasuh atau pembantu jika ia terus menangis tanpa bisa saya tenangkan.

3 Saya memberikan pelukan dan belaian selama berbicara dengan bayi.

19 Saya menunjukkan kasih sayang kepada bayi dengan menyentuh dan mengusapnya. • Memenuhi kebutuhan bayi

akan ekspresi kasih sayang dari

ibu seperti menggendong,

mengelus, mencium dan

memeluk.

(25) Saya lebih senang memberikan mainan daripada pelukan atau ciuman kepada bayi.

4 Saya dapat membedakan penyebab bayi menangis saat sedang lapar atau sakit dengan mendengar jenis tangisnya (ritme dan intensitas suara tangisnya).

15 Saya menyadari penyebab di lingkungan yang membuat bayi rewel. 26 Saya terbangun ketika mendengar tangisan bayi di tengah malam. (10) Saya tidak mampu membedakan tangisan bayi pada saat lapar atau sakit. c. Waspada akan

sinyal-sinyal

kebutuhan bayi

• Mengetahui ketika bayi sedang menangis, rewel.

(41)

5 Saya segera menghampiri bayi ketika mendengarkan tangisannya. 16 Saya menggendong bayi ketika ia rewel.

27 Saya segera mengetahui saat bayi mulai demam.

(11) Saya mengabaikan tangisan bayi ketika sedang merasa lelah. • Menghampiri bayi dan

memberi respon yang tepat

(sesuai dengan sinyal yang

diberikan bayi).

(21) Saya baru menghampiri bayi jika bayi menangis terus-menerus.

28 Dari gerak-geriknya, Saya dapat mengetahui ketika bayi mengajak bermain. 34 Saya membalas senyuman bayi ketika bayi tersenyum atau tertawa.

38 Saya mengetahui gerak-gerik bayi saat ia sudah merasa lelah atau mengantuk. 40 Saya mengetahui saat bayi sudah merasa kenyang.

• Peka terhadap gerak-gerik atau sinyal yang diberikan bayi

terhadap ibu atau lingkungan

(mengetahui hal-hal yang

disukai dan tidak disukai bayi).

44 Saya mengenali gerak-gerik bayi ketika ia merasa takut terhadap orang yang baru

41 Saya dapat menerima tangisan atau kegelisahan bayi tanpa merasa kesal.

48 Saya memperhatikan keadaan bayi (suasana hati, kesehatan), ketika akan mengajaknya bermain.

• Menerima kondisi bayi dan menghargai kemajuan yang

dicapai bayi.

(42)

(45) Saya merasa kesal jika bayi tidak dapat melakukan apa yang saya ajarkan (contoh: berbicara, bersalaman).

30 Saya menyediakan pakaian ganti yang bersih bagi bayi jika ia mengompol.

42 Saya memberikan mainan yang sesuai dengan usia bayi (contoh: boneka, hiasan gantung, mainan karet, balok berwarna dll)

• Memenuhi kebutuhan bayi akan makan, minum, pakaian,

tempat istirahat, mainan.

46 Saya menyediakan tempat tidur yang sesuai dengan kebutuhan bayi (box bayi atau tempat tidur yang diberi teralis/pagar/pengaman di sekelilingnya).

31 Saya melakukan permainan yang sesuai dengan usia bayi (contoh: bermain cilukba, bermain balok berwarna, boneka).

(49) Saya tidak menanggapi ocehan bayi ketika sedang memikirkan pekerjaan di kantor. 32 Saya melindungi bayi dari tindakan yang membahayakan keselamatannya (contoh:

menggigit benda yang kotor, mendekati benda tajam atau api).

(43)

50 Saya mengatur rumah menjadi tempat yang aman bagi bayi (contoh: memberi pagar, melapisi sudut-sudut ruangan yang keras, menjauhkan barang pecah belah). 33 Saya memperkenalkan bayi kepada keluarga dan teman-teman.

37 Saya bersedia jika teman-teman menggendong bayi saya. • Mendukung dan mendidik bayi

untuk berinteraksi dengan

(44)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Masa bayi adalah periode dalam hidup yang dimulai setelah kelahiran dan berakhir dengan berkembangnya penggunaan bahasa. Masa bayi berlangsung sekitar 18 bulan. Masa bayi akan berakhir bila bayi telah belajar berbicara, dapat berjalan dengan kedua kakinya, dan terus mengembangkan kemampuan motoriknya (Bower, 1977).

Husaini Mahdin Anwar, ahli peneliti utama departemen kesehatan Republik Indonesia mengatakan bahwa usia di bawah 18 bulan merupakan masa perkembangan otak yang cepat. Peranan keluarga, terutama ibu dalam mengasuh anak akan sangat menentukan tumbuh kembang anak selanjutnya. Pengasuhan anak dalam hal perilaku yang diberikan ibu pada tahun pertama kehidupan seperti memberikan makanan, pemeliharaan kesehatan, serta dukungan emosional dan kasih sayang akan memberikan kontribusi yang nyata terhadap perkembangan anak (Seminar Sehari YKAI, 2000). Perilaku pengasuhan ibu tersebut menurut Bowlby (1970), disebut sebagai mother’s caretaking. Mother’s caretaking adalah perilaku ibu untuk melindungi dan memenuhi segala kebutuhan hidup anak.

(45)

2

Pandangan ini seringkali menimbulkan perasaan bersalah pada ibu yang harus meninggalkan bayinya di rumah sepanjang hari (www.e-psikologi.com).

Banyak ibu di Indonesia yang memutuskan bekerja di luar rumah untuk membantu suami mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga atau alasan lainnya. Kenyataan ini menyebabkan ibu harus meninggalkan bayinya di rumah selama waktu kerja, sehingga tidak memungkinkan baginya untuk senantiasa memperhatikan kebutuhan bayi (www.MediaIndonesia-online.com). Berdasarkan hasil pemutakhiran dan pemeliharaan data base penduduk dan keluarga tahun 2005, ditemukan dari 471.749 ibu di kota Bandung, terdata 151.264 ibu (32,06%) bekerja, sedangkan sebanyak 320.485 (67,94%) tidak bekerja.

Adanya tuntutan kebutuhan hidup yang semakin meningkat bukan merupakan satu-satunya alasan bagi ibu untuk bekerja di luar rumah. Dalam masyarakat Indonesia saat ini, perempuan juga memiliki kesempatan untuk mendapatkan pendidikan yang sama dengan pria. Adanya kesempatan yang terbuka luas dalam pendidikan, menyebabkan kaum perempuan Indonesia berkesempatan bekerja dalam berbagai bidang yang diminatinya. Oleh sebab itu, banyak juga ibu yang memilih bekerja karena adanya keinginan untuk mengaktualisasikan diri dalam bidang yang diminatinya (www.e-psikologi.com).

(46)

3

Ibu W dan Ibu I bekerja di luar rumah karena merasa jenuh jika hanya berada di dalam rumah seharian untuk mengurus anak, selain untuk membantu penghasilan suami.

Dari empat orang ibu tersebut, terdapat tiga orang ibu, yaitu Ibu D, Ibu W dan Ibu I yang seringkali merasa bersalah karena meninggalkan bayinya di rumah sepanjang hari, terutama jika bayinya sedang sakit. Perasaan bersalah ini disebabkan karena ibu berpendapat sebagai pengasuh utama, ibu perlu terus-menerus berada di sisi bayinya. Ibu D akan terus memikirkan keadaan bayinya ketika berada di kantor sehingga setiap ada kesempatan, Ibu D akan menelepon pengasuh bayinya agar dapat terus memantau keadaan bayi di rumah. Sedangkan Ibu W sedapat mungkin berusaha untuk terus menggendong bayinya ketika berada di rumah. Berbeda dengan Ibu D dan Ibu W, perasaan bersalah yang dirasakan Ibu I sering membuatnya merasa menjadi ibu yang kurang baik, sehingga Ibu I lebih banyak menyerahkan urusan pengasuhan bayi kepada suami, yang dianggap lebih baik dalam mengasuh anak-anak.

(47)

4

hingga akhirnya timbul persoalan dalam menjalani kehidupannya (www.e-psikologi.com).

Salah satu persoalan yang timbul dengan adanya peran ganda perempuan adalah waktu interaksi antara ibu yang bekerja dengan bayi mereka yang masih berusia 3-18 bulan menjadi terbatas. Padahal selama berada di rumah, ibu juga perlu mengerjakan tugas-tugas rumah tangganya, beristirahat serta membagi waktu untuk suami dan anak-anaknya yang lain. Beberapa dampak yang timbul dari berkurangnya waktu interaksi yang dihabiskan ibu yang bekerja dengan bayinya tersebut adalah berkurangnya kesempatan ibu untuk menyusui bayinya selama ibu bekerja di luar rumah, berkurangnya waktu untuk bermain serta merawat bayinya. Padahal dalam proses menyusui, bermain, dan merawat bayi, bayi akan mendapat kontak fisik dengan tubuh ibunya. Kedekatan fisik bayi dengan ibunya tersebut merupakan salah satu faktor yang berperan dalam membangun ikatan emosional antara keduanya, yang akan diperlukan bayi untuk mendapat perasaan nyaman terhadap ibu.

(48)

5

Dalam artikel tersebut disebutkan juga beberapa contoh ibu bekerja yang mendapatkan bantuan untuk mengasuh bayinya selama ibu berada di kantor. Misalnya, N (33 tahun) yang bekerja di perusahaan sekuritas di Jakarta memilih menitipkan bayinya pada pengasuh karena harus bekerja sejak pukul 07.00 dan baru sampai ke rumah pukul 20.00 WIB. N memilih menitipkan bayinya pada pengasuh, tetapi tetap berhati-hati karena sebelumnya mendapat pengasuh yang kurang baik, sehingga harus mencari pengasuh baru. L (36 tahun) yang bekerja sebagai editor sebuah majalah juga mengganggap penggunaan jasa pengasuh adalah solusi yang tepat agar kebutuhan orangtua sebagai pekerja dan kebutuhan tumbuh kembang bayi sama-sama terpenuhi. L memilih menitipkan bayinya yang berusia 18 bulan pada pengasuh daripada kepada pembantu karena pengasuh lebih terlatih, bisa meracik menu makanan yang sehat untuk bayinya. Lain halnya dengan V, seorang konsultan kehumasan yang memilih menitipkan anaknya yang berusia 2 tahun dan bayinya kepada orangtuanya. V lebih memilih repot mengantar dan menjemput anak-anaknya dari rumah orangtuanya setiap hari daripada menggunakan jasa pengasuh. Menurutnya, khusus untuk urusan anak, mesti mendapat sentuhan langsung dari orangtua. (Kompas, 13 November 2005).

(49)

6

di rumah, ibu tetap dapat menjalankan mother’s caretaking sewaktu berinteraksi dengan bayinya (Schaffer, 1977).

Persoalan lain yang dialami oleh ibu bekerja selain adanya keterbatasan waktu interaksi dan kesulitan untuk memenuhi kebutuhan bayinya secara langsung selama ibu bekerja di luar rumah, juga dapat berasal dari pekerjaan itu sendiri. Pekerjaan bisa menimbulkan stress bagi ibu bekerja, mulai dari peraturan kerja yang harus dipatuhi, atasan yang kurang kooperatif, beban kerja yang berat, ketidakadilan di tempat kerja, rekan-rekan yang sulit bekerjasama, atau pun waktu kerja yang terbilang panjang. Situasi demikian akan membuat ibu menjadi sangat lelah dan terkuras energinya sehingga malas beraktivitas dan ingin segera beristirahat sesampainya di rumah, padahal kehadirannya masih sangat dinantikan oleh keluarga. Kelelahan psikis dan fisik itu seringkali membuat ibu menjadi sensitif, sehingga dapat mempengaruhi interaksinya dengan bayi (www.e – psikologi.com).

(50)

7

bayi ketika sedang melakukan kegiatan lain atau tidak sedang memiliki keinginan untuk mengasuh bayi. Ibu juga terkadang memaksa bayi makan ketika bayi sudah merasa kenyang atau sudah cukup makan (Seminar Sehari YKAI, 2000). Perilaku ibu dalam merespon kebutuhan bayinya yang berbeda-beda tersebut, menyebabkan mother’s caretaking pada ibu yang bekerja juga dapat berbeda satu dengan lainnya.

(51)

8

berada di rumah, Ibu R dan Ibu D juga tidak perlu lagi memikirkan masalah pekerjaan. Berinteraksi dengan bayi setelah pulang bekerja menjadi penghiburan untuk ibu setelah lelah bekerja seharian.

Selama berada di rumah, Ibu R dan Ibu D berusaha untuk terus menjaga kedekatan dengan bayinya. Ibu R dan Ibu D menghabiskan sebagian besar waktunya di rumah untuk bermain dan merawat seluruh keperluan bayinya, mulai dari memandikan hingga memberi makan. Ibu R dan Ibu D juga selalu peka terhadap kebutuhan-kebutuhan bayinya. Ibu R dan Ibu D segera menanggapi ketika bayinya menangis. Ibu R dan Ibu D juga berusaha menciptakan suasana rumah yang menyenangkan bagi bayi dengan mengajak bayi bermain permainan-permainan yang menstimulasi perkembangan bayi, mengajak berbicara dan mengajak bayi berkenalan dengan orang-orang baru sehingga bayi dapat mengeksplorasi lingkungannya.

(52)

9

langsung menghampiri dan mengajak bermain bayinya begitu pulang bekerja. Namun terbatasnya waktu menyebabkan Ibu W tidak dapat terus bersama dengan bayinya karena Ibu W juga harus menemani suami dan anak pertamanya.

Ibu W juga merasa kurang mampu memahami respon-respon kebutuhan bayinya. Ibu W seringkali tidak dapat mengerti arti tangisan bayi sehingga ketika bayinya terus menerus menangis, Ibu W memilih meninggalkan bayinya dan menyerahkan pengasuhan pada pembantunya. Ibu W juga merasa kurang mampu menciptakan suasana yang menyenangkan bagi bayinya untuk mengeksplorasi lingkungan. Ibu W lebih banyak menyerahkan urusan merawat bayi kepada pembantunya.

Contoh-contoh perilaku yang mencerminkan derajat mother’s caretaking yang tergolong rendah dapat dilihat dari Ibu I. Berdasarkan wawancara dapat diketahui bahwa Ibu I bekerja selama tujuh jam perhari, enam hari perminggu sebagai fisioterapis. Ibu I memiliki waktu interaksi dengan bayi selama lima jam perhari. Ibu I sebenarnya merasa tidak mengalami kesulitan untuk membagi waktu antara bekerja dan mengasuh anak karena ada pembantu yang mengerjakan urusan rumah tangga sehari-hari. Meskipun demikian, Ibu I kurang berusaha menjaga kedekatan dengan bayinya karena beranggapan bayi lebih baik dekat dengan ayahnya. Ketika berada di rumah, Ibu I juga lebih banyak menghabiskan waktunya untuk beristirahat dan menenangkan diri karena lelah bekerja.

(53)

10

kurang berusaha menciptakan suasana yang menyenangkan bagi bayi untuk mengeksplorasi lingkungannya. Ibu I jarang menghabiskan waktu untuk bermain dengan bayinya karena Ibu I merasa dirinya bukan orang yang sabar ketika bermain dengan bayi. Ibu I juga sering merasa dirinya adalah orang ketiga bagi anak-anaknya setelah pengasuh dan suaminya.

Berdasarkan hasil wawancara, dapat diketahui bahwa mother’s caretaking pada ibu bekerja dapat berbeda satu dengan lainnya. Derajat mother’s caretaking pada ibu yang bekerja dapat semakin tinggi atau rendah dilihat dari seberapa sering ibu dapat menunjukkan perilaku yang tepat dengan kebutuhan bayinya selama waktu interaksi. Pada mother’s caretaking ibu bekerja, terdapat keterbatasan waktu interaksi antara ibu dengan bayi, adanya pengasuh tambahan selama ibu bekerja di luar rumah dan adanya kemungkinan faktor pekerjaan dapat menjadi sumber ketegangan pada ibu. Oleh karena persoalan-persoalan tersebut, mother’s caretaking pada ibu yang bekerja diukur saat ibu sedang berada di rumah. Berdasarkan hal-hal tersebut, peneliti ingin melihat bagaimana derajat mother’s caretaking pada ibu yang memiliki bayi berusia 3-18 bulan yang bekerja di Bandung.

1.2. Identifikasi Masalah

(54)

11

1.3. Maksud Dan Tujuan Penelitian

1.3.1. Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran secara umum mengenai mother’s caretaking pada ibu bekerja yang memiliki bayi berusia 3-18 bulan di Bandung.

1.3.2. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui derajat mother’s caretaking pada ibu bekerja yang memiliki bayi berusia 3-18 bulan di Bandung dan kaitannya dengan faktor-faktor lain.

1.4. Kegunaan Teoritis Dan Praktis

1.4.1. Kegunaan Teoritis

• Penelitian ini berguna untuk memberikan sumbangan pengetahuan bagi

Psikologi Perkembangan mengenai mother’s caretaking pada ibu yang bekerja.

• Penelitian ini juga berguna untuk memberikan informasi serta wawasan

yang bermanfaat bagi penelitian selanjutnya, yang khususnya berhubungan dengan mother’s caretaking pada ibu yang bekerja.

1.4.2. Kegunaan Praktis

• Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk memberikan informasi

(55)

12

• Penelitian ini juga dapat memberikan informasi bagi psikolog anak dan

konselor keluarga dalam melakukan konsultasi pada ibu bekerja, sehingga dapat mengembangkan perilaku mother’s caretaking yang efektif bagi bayinya.

1.5. Kerangka Pemikiran

Bayi pada dasarnya adalah seseorang yang belum dapat berbicara. Masa bayi dimulai setelah kelahiran dan berakhir dengan berkembangnya penggunaan bahasa. Masa bayi berlangsung sekitar 18 bulan. Pada akhir masa bayi, bayi telah belajar berbicara, dapat berjalan dengan kedua kakinya, dan telah memperhalus keahlian motoriknya (Bower, 1977).

(56)

13

adalah sebagai pengasuh, sedangkan ibu adalah orang yang dianggap memiliki posisi yang paling baik dan memungkinkan untuk menjadi pengasuh utama dalam kehidupan bayinya (Schaffer, 1977).

Menurut Bowlby (1970), perilaku ibu dalam perannya sebagai pengasuh bayi disebut sebagai mother’s caretaking. Mother’s caretaking adalah perilaku ibu untuk melindungi dan memenuhi segala kebutuhan anak. Menurut Bowlby, Mother’s caretaking akan tampak dari perilaku-perilaku ibu selama berinteraksi dengan bayinya. Mother’s caretaking diukur dari seberapa sering (frekuensi) ibu dapat menunjukkan perilaku yang tepat dengan kebutuhan bayi selama ibu berinteraksi dengan bayi. Perilaku ibu tersebut dapat digolongkan dalam tiga aspek, yaitu menjaga bayi agar berada di dekat ibu (secara fisik); waspada akan sinyal-sinyal kebutuhan bayi, apabila bayi tidak berada di dekat ibu dan menangis, maka ibu siap untuk menghadapi keadaan tersebut; serta berusaha menciptakan suasana yang menyenangkan agar bayi bebas mengeksplorasi lingkungan (Bowlby, 1970).

(57)

14

kebutuhan bayi selama berinteraksi, maka derajat mother’s caretaking ibu dikatakan semakin tinggi. Sebaliknya, semakin jarang ibu menunjukkan perilaku yang tepat dengan kebutuhan bayi, maka derajat mother’s caretaking ibu dikatakan semakin rendah.

Dalam penelitian ini, derajat mother’s caretaking dibagi ke dalam lima jenis, yaitu tinggi, cenderung tinggi, cukup, cenderung rendah dan rendah. Ibu yang menghayati dirinya sering sekali dan sering memberikan respon yang tepat dengan kebutuhan bayinya dalam ketiga aspek mother’s caretaking akan memiliki derajat mother’s caretaking yang tinggi. Ibu yang menghayati dirinya sering dan kadang-kadang memberikan respon yang tepat dengan kebutuhan bayinya dalam ketiga aspek mother’s caretaking akan memiliki derajat mother’s caretaking yang cenderung tinggi. Ibu yang menghayati dirinya sering, kadang-kadang dan jarang memberikan respon yang tepat dengan kebutuhan bayinya dalam ketiga aspek mother’s caretaking akan memiliki derajat mother’s caretaking yang cukup. Ibu menghayati dirinya kadang-kadang dan jarang memberikan respon yang tepat dengan kebutuhan bayinya dalam ketiga aspek mother’s caretaking akan memiliki derajat mother’s caretaking yang cenderung rendah. Ibu yang menghayati dirinya jarang dan jarang sekali memberikan respon yang tepat dengan kebutuhan bayinya dalam ketiga aspek mother’s caretaking akan memiliki derajat mother’s caretaking yang rendah.

(58)

15

caretaking ibu. Hal ini sudah tampak dari bulan pertama kehidupan bayi, seperti bagaimana respon ibu ketika bayi menangis, apakah ibu menunjukkan kasih sayang saat menggendong bayi, dan menyesuaikan responnya mengikuti kebutuhan bayinya. Dalam memberi makan misalnya, apakah ibu menggunakan sinyal dari bayi untuk menentukan kapan untuk memulai dan mengakhiri makan, memperhatikan makanan yang disukai bayi serta menyesuaikan kecepatan pemberian makan dengan kecepatan makan bayi (Bowlby, 1970).

Sebaliknya, ada ibu yang dalam pengasuhannya berespon berdasarkan keinginannya sendiri daripada memperhatikan kebutuhan bayinya. Sebagai contoh, ibu akan berespon terhadap tangisan bayi yang menginginkan perhatian ketika ibu merasa senang menggendong bayi, tetapi mengabaikan tangisan seperti itu di lain waktu. Ibu juga cenderung tidak konsisten dalam mengasuh bayi, terkadang berespon secara sensitif, terkadang acuh tak acuh terhadap kebutuhan bayi ketika merasa lapar dan butuh digendong. Namun di lain waktu, ibu justru mengganggu aktivitas bayi dengan menggendong atau mengajaknya bermain di saat yang tidak tepat (Stayton, 1973; dalam Atkinson, 1987).

(59)

16

perlu membagi waktunya antara melakukan pekerjaan dan melakukan kegiatan yang berhubungan dengan perannya dalam mengasuh bayi serta mengatur tugas-tugas rumah tangganya. Ibu bekerja di luar rumah pada waktu pagi dan siang hari, dimana waktu tersebut merupakan waktu bayi terjaga sehingga menjadi saat yang paling optimal untuk memberikan stimulasi kepada bayi. Waktu interaksi antara ibu bekerja dan bayinya lebih banyak terjadi di sore dan malam hari ketika ibu dan bayi dalam kondisi lelah setelah beraktivitas sepanjang hari.

Keterbatasan waktu ini juga mengakibatkan ibu bekerja tidak dapat mengasuh bayinya secara langsung selama bekerja, sehingga timbul rasa bersalah dalam diri ibu. Keterbatasan waktu ini mengakibatkan ibu perlu meminta bantuan dari anggota keluarga lain, baby sitter (pengasuh), atau pembantu rumah tangga untuk berperan sebagai pengasuh tambahan selama ibu bekerja. Sebenarnya adanya pengasuh tambahan selama ibu bekerja dapat memberikan keuntungan bagi ibu. Ketika bayi ditinggal ibunya, bayi menjadi tidak rewel ketika ibunya meninggalkannya karena bayi sudah membangun hubungan yang membuatnya merasa aman dengan pengasuhnya tersebut. Adanya pengasuh tambahan ini juga dapat membantu ibu dalam memenuhi kebutuhan bayi selama ibu bekerja, asalkan pengasuhnya adalah orang yang sama dari hari ke hari. Bayi membutuhkan dunia sebagai tempat yang dapat diperkirakan olehnya, jadi jika pengasuhnya berbeda dari hari ke hari, bayi justru akan merasa bingung (Schaffer, 1977).

(60)

17

peran ibu sebagai pengasuh utama bukan berarti digantikan dengan kehadiran pengasuh tambahan tersebut. Oleh karena itu, ibu yang bekerja dapat menitipkan bayinya untuk diasuh oleh orang lain selama ibu bekerja di luar rumah tetapi ketika ibu berada di rumah, ibu tetap perlu menjalankan mother’s caretaking. Mother’s caretaking tidak diukur dari seberapa banyak waktu interaksi yang dihabiskan ibu dengan bayinya, namun dari seberapa sering ibu dapat menunjukkan perilaku yang tepat dengan kebutuhan bayi selama waktu interaksi. Oleh karena itu, ibu-ibu yang bekerja di luar rumah tetap dapat menjalankan mother’s caretaking, jika dalam interaksinya yang terbatas oleh waktu tersebut, ibu tetap sering menunjukkan perilaku yang tepat dengan kebutuhan bayinya (Schaffer, 1977).

(61)

18

kasih sayang dan penerimaan juga memiliki peran yang sangat penting dalam mother’s caretaking karena dengan penerimaan dan kasih sayang ibu, bayi akan merasa aman untuk melakukan eksplorasi terhadap lingkungan dan juga mengembangkan potensi yang dimilikinya (Bowlby, 1970).

Persepsi ibu tentang kehadiran bayi juga dapat berbeda ketika ibu tidak menyukai salah satu perilaku atau kondisi bayi. Kondisi bayi yang dapat membuat ibu tidak menginginkan bayinya antara lain ketika bayi menderita cacat fisik atau mengalami gangguan perkembangan sehingga ibu menarik diri dari bayi dan tidak suka melakukan kontak dengan bayi (Bowlby, 1970).

(62)

19

pengasuhan ibu (Bowlby, 1970). Menurut Bowlby (1988), adanya dukungan dari suami, keluarga dan teman-teman juga akan membantu ibu menjadi lebih tenang dalam menjalankan mother’s caretaking, ketika ibu sedang berada dalam kondisi stress.

Ketiga, pengalaman ibu ketika berada pada fase perkembangan anak juga akan mempengaruhi mother’s caretaking pada ibu (Bowlby, 1970). Apabila ibu memiliki pengalaman yang kurang baik dengan figur ibu (pengasuhnya) di masa kanak-kanak, maka sikap yang sama akan dilakukan ketika dirinya mempunyai anak ( proses identifikasi). Pengalaman yang kurang baik ini bisa berupa merasa kurang diperhatikan atau diberi kasih sayang oleh figur ibu, karena figur ibunya yang jarang memberikan pelukan, cium, belaian atau sekedar mengajak anaknya mengobrol. Hal ini dapat terjadi karena figur ibu terlalu sibuk bekerja di luar rumah sehingga tidak memiliki banyak waktu untuk berinteraksi dengan anak, atau figur ibu yang terlalu sibuk dengan tugas-tugas rumah tangga yang lain (mengurus anak yang lain, mengurus suami, mencuci dan lain-lain). Bisa juga karena figur ibu memiliki kesulitan di dalam mengekspresikan kasih sayangnya kepada anak (kurang hangat). Sebaliknya, pengalaman dicintai oleh orangtua semasa kecil akan membuat ibu merasa pantas dicintai, sehingga selanjutnya memampukan ibu untuk balas mencintai dan membagi cintanya kepada orang lain.

(63)

20

Attachment adalah relasi yang aktif, timbal balik dan terus-menerus antara bayi dengan pengasuhnya, yang interaksinya ini akan terus berlanjut untuk memperkuat ikatan mereka (Bowlby, 1970).

(64)

21 •Pengalaman ibu saat masa

kanak-kanak •Persepsi ibu yang

mempengaruhi penerimaan terhadap kehadiran bayi •Emosi ibu

(65)

22

1.6. Asumsi

1. Derajat mother’s caretaking pada ibu yang bekerja dapat tinggi, cenderung tinggi, cukup, cenderung rendah atau rendah.

2. Semakin sering ibu yang bekerja menunjukkan perilaku yang tepat dengan kebutuhan bayi selama berinteraksi, maka derajat mother’s caretaking ibu akan semakin tinggi. Sebaliknya, semakin jarang ibu yang bekerja menunjukkan perilaku yang tepat dengan kebutuhan bayi, maka derajat mother’s caretaking ibu akan semakin rendah.

(66)

73

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 21 orang responden mengenai mother’s caretaking pada ibu bekerja yang memiliki bayi berusia 3-18 bulan di Bandung, didapatkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat dua derajat mother’s caretaking dalam penelitian ini. Sebagian besar ibu bekerja telah menunjukkan mother’s caretaking dalam derajat tinggi dan sebagian lainnya telah menunjukkan mother’s caretaking dalam derajat cenderung tinggi, walaupun ibu memiliki waktu yang terbatas untuk berinteraksi dengan bayinya.

2. Semakin tinggi tingkat persiapan ibu yang bekerja terhadap kehadiran bayinya, maka semakin siap ibu untuk memberikan kasih sayang dan penerimaan terhadap kehadiran bayi, meskipun ibu menghayati bahwa bayinya sulit untuk diasuh.

(67)

74

5.2. Saran

Berdasarkan pembahasan penelitian yang telah dikemukan sebelumnya, maka peneliti mengajukan beberapa saran, yaitu:

1. Saran Penelitian Lanjutan

Peneliti selanjutnya disarankan untuk menambahkan wawancara mendalam (deep interview) serta observasi untuk melengkapi data kuesioner mother’s caretaking, sehingga dapat mengurangi kemungkinan terjadinya social desirability dalam penelitian mother’s caretaking selanjutnya.

2. Saran Guna Laksana

• Bagi ibu bekerja, hasil ini diharapkan dapat memberikan informasi

bahwa adanya dukungan dari suami serta orang lain, khususnya secara emosional, akan memberikan manfaat bagi ibu bekerja dalam menjalankan mother’s caretaking yang efektif. Oleh karena itu, ibu diharapkan dapat meminta bantuan orang lain saat menghadapi kesulitan dalam menjalankan mother’s caretaking yang timbul akibat peran gandanya, tanpa perlu merasa bersalah. • Bagi Psikolog anak dan konselor keluarga, diharapkan hasil

(68)

DAFTAR PUSTAKA

Atkinson, Rita L., Atkinson, Richard C., Smith, Edward E., & Ben., Daryl J. 1987. Pengantar Psikologi Jilid Dua, Edisi kesebelas. Diterjemahkan oleh Widjaja Kusuma. Batam: Interaksa.

Bower, T.G.R. 1977. A Primer of Infant Development. San Fransisco: W.H. Freeman and Company.

Bowlby, John. 1970. Attachment, vol. 1 of Attachment and Loss. Harmondsworth: Penton Education Division.

Bowlby, John. 1988. A Secure Base: Parent-child Attachment and Healthy Human Development. New York: Basic Book, Inc.

Graciano, Anthony M., Michael L. Raulin. 2000. Research Methods: a process of inquirí, fourth edition. Needham Heights: Allyn & Bacon.

Hurlock, Elizabeth. 1991. Child Development, 6th ed. Auckland: McGraw-Hill Book Co.

Papalia, Diane & Olds, Sally W. 1998. Human Development, 7th ed. USA: The McGraw-Hill Companies, Inc.

Santrock, John W. 1995. Life Span Development: Perkembangan Masa Hidup Edisi 5, Jilid 1. Diterjemahkan oleh Achmad Chusairi. 2002. Jakarta:

Erlangga.

(69)

DAFTAR RUJUKAN

Cut Aida. 2003. Studi tentang Mother’s caretaking pada ibu yang memiliki anak autis di Bandung. Skripsi. Bandung: Universitas Kristen Maranatha.

Anwar, H Mahdin. 2000. Disajikan dalam Seminar sehari ”Kiat Menyiapkan Anak Berkualitas,”, YKAI, Jakarta, 4 November.

Pemuktahiran dan Pemeliharaan Data Base Penduduk dan Keluarga Bandung. 2005. (Online).

www. e-psikologi.com

www. kompas.com (13 November 2005)

Referensi

Dokumen terkait

[r]

bahwa dalam rangka menindaklanjuti Pasal 8 ayat (1) Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/jasa Pemerintah dan pelaksanaan Anggaran Pendapatan

pengaturan tindak pidana cyber dalam formulasi kebijakan hukum pidana di Amerika Serikat, Tiongkok dan Indonesia di masa sekarang ini (ius constitutum) dan untuk

Pada benih yang dikeringkan tanpa sarcotesta , perbedaan tingkat kadar air yang dicapai (K1 vs K2) tidak menyebabkan perbedaan pada viabilitas benih dengan tolok ukur

ini dibuat sebenar-benarnya agar dapat dipergunakan dengan Dengan ini menyatakan bahwa skripsi dengan judul '?engaruh Model Pembelajaran Treffinger Terhadap Motivasi dan

[r]

Dari kajian ini, disarankan beberapa hal sebagai berikut: (1) Perbaikan aspek-aspek GMP, antara lain: desain ruang pengolahan, fasilitas pabrik, peralatan produksi, dan

Sistem kegiatan yang dipengaruhi tingkat aksesibilitas tersebut akan mempengaruhi pola pergerakan dari penduduk Kota Semarang yang jumlahnya hampir 14 juta jiwa ini..