• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas model pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) mengakomodasi tugas proyek dalam pokok bahasan bangun ruang sisi datar ditinjau dari hasil belajar dan kreativitas pembuatan tugas proyek siswa kelas VIII A di SMP Pangudi Luhur Ambarawa tahun 2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas model pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) mengakomodasi tugas proyek dalam pokok bahasan bangun ruang sisi datar ditinjau dari hasil belajar dan kreativitas pembuatan tugas proyek siswa kelas VIII A di SMP Pangudi Luhur Ambarawa tahun 2"

Copied!
249
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Scholastica Trisa Yualita (2016). Efektivitas Model Pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) Mengakomodasi Tugas Proyek dalam Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Datar Ditinjau dari Hasil Belajar dan Kreativitas Pembuatan Tugas Proyek Siswa Kelas VIII A di SMP Pangudi Luhur Ambarawa Tahun 2015/2016.Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika. Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pembelajaran model NHT (Numbered Heads Together) mengakomodasi tugas proyek pada materi bangun ruang sisi datar di kelas VIII A SMP Pangudi Luhur Ambarawa untuk meningkatkan hasil belajar dan kreativitas siswa. Penelitian ini merupakan penelitian VIII A yang dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2015/2016. Subjek penelitian adalah siswa-siswi kelas VIII A dengan model pembelajaran NHT mengakomodasi tugas proyek dan VIII E dengan model pembelajaran konvensional.

Instrumen pengumpulan data tes meliputi pretest dan posttest, untuk instrumen tes dilakukan validitas pakar dengan dosen pembimbing dan guru mata pelajaran, selanjutnya validitas butir soal dengan kelas yang sudah menerima materi itu. Untuk data nontes berupa lembar keterlaksanaan pembelajaran dan kuesioner kreativitas divalidasi oleh ahli yaitu dosen pembimbing. Setelah semua instrumen dinyatakan sudah memenuhi syarat yang ditetapkan dilanjutkan dengan pengambilan data. Pertama dilakukan ujian pretest di kelas VIII A dan VIII E untuk mengetahui rata-rata dari kedua kelas. Kelas VIII E menggunakan model pembelajaran ceramah sedangkan kelas VIII A menggunakan model NHT mengakomodasi tugas proyek dengan materi yang sama pada kedua kelas. Pada akhir pertemuan dilakukan ujian posttest di kedua kelas, sedangkan pengisian kuesioner dilakukan pada kelas VIII A saja. Setelah seluruh data terpenuhi dilakukan analisis data dari nilai hasil pretest, posttest, dan penilaian tugas proyek dilanjutkan analisis dari lembar keterlaksanaan pembelajaran dan kuesioner kreativitas.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Persentase keterlaksanaan RPP dengan model NHT mencapai 86,355%.(2) Model pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) mengakomodasi tugas proyek efektif meningkatkan hasil belajar terbukti 76,31% siswa tuntas KKM dan ada perbedaan rata-rata serta dari setiap item soal yang menunjukkan kelas VIII A lebih baik. (3) Melalui tugas proyek yang dikerjakan dapat meningkatkan kreativitas siswa 85,71% kelompok mendapat nilai lebih atau sama dengan KKM. Dalam kuesioner kreativitas menunjukkan persentase keseluruhan sebesar 81,57% siswa berada pada kreativitas tinggi.

(2)

ABSTRACT

Scholastica Trisa Yualita (2016). The Effectiveness of Numbered Heads Together (NHT) Learning Model Accommodate the Project Assignments on Polyhedron Topic towards the Student’s Learning Achievements and Creativities in the Making Project Assignments in Class VIII A of Pangudi Luhur Ambarawa Junior High School Academic Year 2015/2016. Mathematics Education Study Program, Department of Mathematics Education and Science, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University Yogyakarta.

The aim of this research is to know the effectiveness of Numbered Heads Together (NHT) accommodate the project assignments on polyhedron topic to increase the students’ learning achievement and creativities in the making project assignment in Class VIII A of Pangudi Luhur Ambarawa Junior High School. This research is an experimental research which is conducted in the second semester. The subjects of this research are the students of Class VIII A with NHT learning model accomodate the project assignments and the students of Class VIII E with conventional learning model.

The instruments used to collect the test data consist of pretest and posttest. For the instruments of the test, expert validity is conducted then continued with item validity. For the non-test data, observation sheet of learning implementation and creativity questionnaire are validated by the experts. After all of the instruments are qualified, the next step is collecting the data. First, doing the pretest for VIII A and VIII E classes to find the same mean of each class. In the VIII E class, it uses speech method while in the VIII A class it uses NHT learning model accommodate the project assignment with the same topic. In the last meeting, there will be a posttest for both classes and filling questionnaire which is done by VIII A class. After all of the data are complete, the score of the pretest, posttest, and project assignments are analyzed as well as the observation sheet of learning implementation and creativity questionnaire.

The results of the research are:(1) The percentage of RPP using NHT method is 86,355%.(2) Accommodated with the project assignment, NHT learning model is effectively increase the students’ learning achievement. 76.31% students successfully fulfil the minimum achievement criteria and there is a difference on average and of each item exam indicate VIII A class is better.(3) From the project that is done, it is known that 85,71% students get higher or the same score with the minimum achievement criteria. From the creativity questionnaire, it shows that 81.57% students have some high creativities.

(3)

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN NHT (NUMBERED HEADS TOGETHER) MENGAKOMODASI TUGAS PROYEK DALAM POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI DATAR DITINJAU DARI HASIL BELAJAR DAN KREATIVITAS PEMBUATAN TUGAS PROYEK SISWA

KELAS VIII A DI SMP PANGUDI LUHUR AMBARAWA TAHUN 2015/2016

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun Oleh: Scholastica Trisa Yualita

121414127

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)

i

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN NHT (NUMBERED HEADS TOGETHER) MENGAKOMODASI TUGAS PROYEK DALAM POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI DATAR DITINJAU DARI HASIL BELAJAR DAN KREATIVITAS PEMBUATAN TUGAS PROYEK SISWA

KELAS VIII A DI SMP PANGUDI LUHUR AMBARAWA TAHUN 2015/2016

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun Oleh: Scholastica Trisa Yualita

121414127

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(5)
(6)

iii

(7)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

“Di dalam hidup ini, semua ada waktunya. Ada waktunya kita menabur, ada juga waktu menuai. Mungkin dalam hidupmu badai datang menyerbu, mungkin doamu

bagai tak terjawab! Namun yakinlah tetap. Tuhan tak’kan terlambat! Juga tak akan

lebih cepat. Semuanya, Dia jadikan indah tepat pada waktuNya. Tuhan selalu dengar doamu! Tuhan tak pernah tinggalkanmu! PertolonganNya pasti’kan tiba tepat pada waktu’Nya. Bagai kuncup mawar yang waktunya mekar. Percayalah, Tuhan jadikan semua indah pada waktuNya. Hendaklah kita s’lalu dalam

firmanNya. Percayalah pada Tuhan! Nantikan Dia bekerja pada waktuNya. Tuhan takkan terlambat, juga takakan lebih cepat. Ajarlah kami setia s’lalu menanti waktuMu Tuhan.” (1 Korintus 10:13 & Pengkotbah 3:11a)

Dengan penuh rasa syukur karya ini kupersembahkan kepada:

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang telah membimbingku dan menopang

segala keluh kesahku

Orang tuaku Bapak Florentius Maryono dan Ibu Rina Maryati, yang menjadi

motivasi utama.

Serta sahabatku yang tidak dapat disebutkan satu persatu dan selalu ada dalam

kondisi apapun.

(8)

v

(9)

vi

(10)

vii ABSTRAK

Scholastica Trisa Yualita (2016). Efektivitas Model Pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) Mengakomodasi Tugas Proyek dalam Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Datar Ditinjau dari Hasil Belajar dan Kreativitas Pembuatan Tugas Proyek Siswa Kelas VIII A di SMP Pangudi Luhur Ambarawa Tahun 2015/2016.Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika. Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pembelajaran model NHT (Numbered Heads Together) mengakomodasi tugas proyek pada materi bangun ruang sisi datar di kelas VIII A SMP Pangudi Luhur Ambarawa untuk meningkatkan hasil belajar dan kreativitas siswa. Penelitian ini merupakan penelitian VIII A yang dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2015/2016. Subjek penelitian adalah siswa-siswi kelas VIII A dengan model pembelajaran NHT mengakomodasi tugas proyek dan VIII E dengan model pembelajaran konvensional.

Instrumen pengumpulan data tes meliputi pretest dan posttest, untuk instrumen tes dilakukan validitas pakar dengan dosen pembimbing dan guru mata pelajaran, selanjutnya validitas butir soal dengan kelas yang sudah menerima materi itu. Untuk data nontes berupa lembar keterlaksanaan pembelajaran dan kuesioner kreativitas divalidasi oleh ahli yaitu dosen pembimbing. Setelah semua instrumen dinyatakan sudah memenuhi syarat yang ditetapkan dilanjutkan dengan pengambilan data. Pertama dilakukan ujian pretest di kelas VIII A dan VIII E untuk mengetahui rata-rata dari kedua kelas. Kelas VIII E menggunakan model pembelajaran ceramah sedangkan kelas VIII A menggunakan model NHT mengakomodasi tugas proyek dengan materi yang sama pada kedua kelas. Pada akhir pertemuan dilakukan ujian posttest di kedua kelas, sedangkan pengisian kuesioner dilakukan pada kelas VIII A saja. Setelah seluruh data terpenuhi dilakukan analisis data dari nilai hasil pretest, posttest, dan penilaian tugas proyek dilanjutkan analisis dari lembar keterlaksanaan pembelajaran dan kuesioner kreativitas.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Persentase keterlaksanaan RPP dengan model NHT mencapai 86,355%.(2) Model pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) mengakomodasi tugas proyek efektif meningkatkan hasil belajar terbukti 76,31% siswa tuntas KKM dan ada perbedaan rata-rata serta dari setiap item soal yang menunjukkan kelas VIII A lebih baik. (3) Melalui tugas proyek yang dikerjakan dapat meningkatkan kreativitas siswa 85,71% kelompok mendapat nilai lebih atau sama dengan KKM. Dalam kuesioner kreativitas menunjukkan persentase keseluruhan sebesar 81,57% siswa berada pada kreativitas tinggi.

(11)

viii ABSTRACT

Scholastica Trisa Yualita (2016). The Effectiveness of Numbered Heads Together (NHT) Learning Model Accommodate the Project Assignments on Polyhedron Topic towards the Student’s Learning Achievements and Creativities in the Making Project Assignments in Class VIII A of Pangudi Luhur Ambarawa Junior High School Academic Year 2015/2016. Mathematics Education Study Program, Department of Mathematics Education and Science, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University Yogyakarta.

The aim of this research is to know the effectiveness of Numbered Heads Together (NHT) accommodate the project assignments on polyhedron topic to increase the students’ learning achievement and creativities in the making project assignment in Class VIII A of Pangudi Luhur Ambarawa Junior High School. This research is an experimental research which is conducted in the second semester. The subjects of this research are the students of Class VIII A with NHT learning model accomodate the project assignments and the students of Class VIII E with conventional learning model.

The instruments used to collect the test data consist of pretest and posttest. For the instruments of the test, expert validity is conducted then continued with item validity. For the non-test data, observation sheet of learning implementation and creativity questionnaire are validated by the experts. After all of the instruments are qualified, the next step is collecting the data. First, doing the pretest for VIII A and VIII E classes to find the same mean of each class. In the VIII E class, it uses speech method while in the VIII A class it uses NHT learning model accommodate the project assignment with the same topic. In the last meeting, there will be a posttest for both classes and filling questionnaire which is done by VIII A class. After all of the data are complete, the score of the pretest, posttest, and project assignments are analyzed as well as the observation sheet of learning implementation and creativity questionnaire.

The results of the research are:(1) The percentage of RPP using NHT method is 86,355%.(2) Accommodated with the project assignment, NHT learning model is effectively increase the students’ learning achievement. 76.31% students successfully fulfil the minimum achievement criteria and there is a difference on average and of each item exam indicate VIII A class is better.(3) From the project that is done, it is known that 85,71% students get higher or the same score with the minimum achievement criteria. From the creativity questionnaire, it shows that 81.57% students have some high creativities.

(12)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas bimbingan-Nya penyusunan

skripsi yang berjudul “Efektivitas Model Pembelajaran NHT (Numbered Heads

Together) Mengakomodasi Tugas Proyek dalam Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Datar Ditinjau dari Hasil Belajar dan Kreativitas Pembuatan Tugas Proyek

Siswa Kelas VIII A di SMP Pangudi Luhur Ambarawa Tahun 2015/2016” dapat

terselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Progam Studi Pendidikan

Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penulis menyadari bahwa selama proses pembuatan skripsi tentunya banyak

pihak yang dengan sengaja ataupun tidak sengaja ikut serta membantu. Oleh karena

itu, penulis menyampaikan terimakasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma

2. Bapak Dr. Hongki Julie, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Matematika, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

3. Bapak Beni Utomo M.Sc. selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan

Matematika, Universitas Sanata Dharma dan dosen pembimbing skripsi yang

selalu membimbing dan mendorong peneliti selama proses penyusunan

4. Bruder Antonius Paryanta, FIC, M.Pd. selaku kepala SMP Pangudi Luhur

Ambarawa yang memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian.

5. Ibu Agata Winasti, S.Pd. selaku guru bidang studi matematika SMP Pangudi

Luhur Ambarawa yang telah membimbing dan membantu penulis selama

proses penelitian.

6. Siswa-siswi SMP Pangudi Luhur Ambarawa terutama kelas VIII A dan VIII E

sebagai subjek penelitian yang bersedia membantu penulis selama proses

penelitian

7. Bapak Florentius Maryono dan Ibu Rina Maryati selaku orang tua yang selalu

(13)
(14)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Rumusan Masalah ... 5

BAB III METODE PENELITIAN... 43

A. Jenis Penelitian ... 43

B. Subyek Penelitan ... 44

(15)

xii

D. Bentuk Data ... 44

E. Metode Pengumpulan Data ... 45

F. Instrumen Penelitian ... 46

G. Teknik Analisis Data ... 52

H. Prosedur Pengumpulan Data ... 57

BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN ... 60

A. Pelaksanaan Penelitian ... 60

B. Analisis Data ... 90

C. Pembahasan ... 104

D. Keterbatasan Penelitian ... 106

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 107

A. Kesimpulan ... 107

B. Saran ... 108

DAFTAR PUSTAKA ... 110

(16)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Sintak Model Pembelajaran Kooperatif ... 15

Tabel 3.1 Kegiatan Kelas Kedua ... 46

Tabel 3.2 Kegiatan Kelas Pertama ... 47

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Soal ... 48

Tabel 3.4 Interpretasi Validitas ... 49

Tabel 3.5 Interpretasi Reliabilitas ... 50

Tabel 3.6 Kisi-kisi Kuesioner ... 51

Tabel 3.7 Penilaian Pretest dan Tes Hasil Belajar ... 52

Tabel 3.8 Interpretasi Penilaian... 52

Tabel 3.9 Pedoman Skor Tugas Proyek ... 53

Tabel 3.10 Pedoman Nilai Kuesioner ... 55

Tabel 3.11 Interpretasi Skor Total Kuesioner ... 56

Tabel 3.12 Kriteria Kreativitas Secara Keseluruhan ... 57

Tabel 4.1 Nilai Hasil Uji Coba Pretest ... 90

Tabel 4.2 Perhitungan Validitas Pretest... 91

Tabel 4.3 Nilai Hasil Uji coba Posttest ... 92

Tabel 4.4 Perhitungan Validitas Posttest ... 92

Tabel 4.5 Hasil Ujian Pretest ... 93

Tabel 4.6 Hasil Ujian Tes Hasil Belajar... 95

Tabel 4.7 Hasil Penilaian Tugas Proyek ... 98

Tabel 4.8 Pembagian Kriteria Siswa ... 99

Tabel 4.9 Penilaian Kuesioner ... 100

Tabel 4.10 Persentase Keterlaksanaan Pembelajaran ... 102

(17)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Prisma Tegak Dan Prisma Miring ... 25

Gambar 2.2 Prisma Segi Enam ... 26

Gambar 2.3 Jaring-jaring Prisma ... 28

Gambar 2.4 Bentuk-bentuk Limas ... 29

Gambar 2.5 Limas Tegak Segi Enam ... 29

Gambar 2.6 Limas Tegak Segi Enam Dan Garis Tingginya ... 30

Gambar 2.7 Jenis-jenis Limas ... 31

Gambar 2.8 Limas Sembarang ... 32

Gambar 2.9 Limas Beraturan ... 32

Gambar 2.10 Luas Permukaan Prisma ... 33

Gambar 2.11 Luas Permukaan Limas ... 34

Gambar 4.1 Perbandingan Posttest Setiap Item Soal ... 96

Gambar 4.2 Rata-rata Posttest Kelas VIII A dan Kelas VIII E ... 97

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran A.1 Surat Ijin Penelitian dari Prodi ... 115

Lampiran A.2 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 116

Lampiran B.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 118

Lampiran B.2 Keterlaksanaan Pembelajaran ... 145

Lampiran B.3 Soal Pretest dan Posttest ... 146

Lampiran B.4 Kunci Jawaban Soal Pretest dan Posttest ... 150

Lampiran B.5 Pedoman Penilaian Pretest dan Posttest ... 157

Lampiran B.6 Pedoman Tugas Proyek ... 163

Lampiran B.7 Kuesioner Kreativitas... 166

Lampiran C.1 Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran ... 171

Lampiran C.2 Validasi Soal Pretest ... 175

Lampiran C.3 Validasi Soal Posttest ... 182

Lampiran C.4 Lembar Jawab Validasi Pretest ... 189

Lampiran C.5 Lembar Jawab Validasi Posttest ... 195

Lampiran C.6 Lembar Jawab Pretest Kelas VIII A ... 200

Lampiran C.7 Lembar Jawab Pretest Kelas VIII E ... 206

Lampiran C.8 Lembar Jawab Posttest Kelas VIII A... 211

Lampiran C.9 Lembar Jawab Posttest Kelas VIII E ... 217

Lampiran C.10 Lembar Jawab Kuesioner ... 222

(18)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Semua manusia pasti akan mengalami proses belajar, baik belajar secara

langsung di bangku sekolah ataupun belajar melalui pengalaman yang ditemui

selama manusia hidup. Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis, yang

berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan

sejumlah perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan, dan

nilai-sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas

(Winkel;2007;59). Hal ini menunjukan bahwa perubahan yang terjadi dalam

belajar tidak begitu saja timbul, belajar lebih banyak membutuhkan kegiatan

yang disadari dengan berbagai aktivitas dan latihan-latihan.

Selama belajar di bangku sekolah siswa menerima banyak materi

pelajaran, salah satunya adalah matematika. Matematika memiliki materi yang

begitu banyak, tetapi yang terlihat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari

adalah aritmatika sosial, aljabar dan ilmu geometri. Matematika dianggap

menjadi mata pelajaran yang sulit untuk sebagian siswa. Hal ini disebut dengan

ketakutan terhadap matematika (math phobia) (Boeree, 2010). Dari beberapa

masalah ini membuat pembelajaran matematika menjadi terhambat untuk

mencapai tujuan dari pembelajaran itu sendiri. Dinamika antara guru dan siswa

memiliki peran penting dalam pembelajaran. Antara kedua nya tidak ada yang

saling diutamakan karena dibutuhkan sistem pembelajaran dua arah untuk

(19)

mempermudah tercapainya tujuan pembelajaran.

Melalui pengalaman semasa kegiatan Program Pengalaman Lapangan

(PPL) dalam mata pelajaran matematika terdapat beberapa siswa yang

memiliki hasil belajar masih kurang baik, walaupun terdapat beberapa siswa

yang menjadi juara dalam bidang matematika bahkan sampai ajang

internasional. Masih kurang baiknya hasil belajar siswa dapat dipengaruhi

dengan faktor dari dalam diri siswa atau faktor di luar diri siswa Beberapa

siswa menjelaskan kesulitan mereka dalam pembelajaran matematika salah

satunya karena model pembelajaran dengan guru yang menjelaskan atau model

pembelajaran satu arah. Beberapa siswa juga ada yang menjawab bahwa

mereka sendiri tidak menyukai mata pelajaran matematika.

Selain pengalaman ketika PPL, berdasarkan pengalaman peneliti semasa

sekolah pada jenjang SMP dan SMA kebanyakan guru masih menggunakan

model pembelajaran yang konvensional atau ceramah. Pembelajaran dengan

ceramah sebagian besar berpusat pada guru yang aktif, membuat siswa hanya

mengandalkan pengetahuan dari guru tanpa ingin mencari tahu pengetahuan

dari luar pembelajaran di sekolah. Dengan pembelajaran ceramah, siswa lebih

tidak kreatif terlebih jika dihadapkan dengan masalah nyata yang berkaitan

dengan materi pembelajaran tertentu.

Melalui hasil wawancara dengan guru di SMP Pangudi Luhur Ambarawa

kebanyakan siswa kurang memperhatikan pembelajaran dikarenakan kurang

(20)

beberapa siswa mengenai pembelajaran matematika masih ada beberapa siswa

yang menganggap matematika itu sulit sehingga rasa tertarik pada

pembelajaran itu menjadi berkurang dan bosan dengan model pembelajaran

yang biasa dilakukan.

Beberapa materi matematika ada yang membutuhkan kemampuan dalam

menggambarkan atau membayangkan dalam pikiran. Sementara beberapa

siswa masih kesulitan dalam kemampuan menggambarkan dalam pikiran.

Misalnya bangun ruang sisi datar, merupakan salah satu materi yang

membutuhkan kemampuan dalam menggambarkan dalam pikiran suatu

bangun ruang. Bangun ruang sisi datar adalah salah satu materi pembelajaran

matematika pada jenjang SMP yang bersifat abstrak, dalam Kamus Bahasa

Indonesia pengertian abstrak adalah tidak berwujud atau tidak berbentuk

sehingga makna dari abstrak adalah tidak berwujud dalam bentuk konkret atau

hanya dapat dibayangkan dalam pikiran saja. Berdasarkan pengalaman peneliti

sewaktu SMP, peneliti kesulitan dalam menggambarkan bentuk bangun ruang

karena guru tidak memberi contoh langsung. Selain itu selama peneliti melatih

siswa SMP dalam bimbingan belajar, kebanyakan siswa kebingungan dengan

bagaimana bentuk bangun ruang dan rumus untuk volume atau rumus luas

selimut seperti apa. Dari pengalaman itu memang diperlukan model

pembelajaran atau cara pembelajaran yang lebih menarik supaya siswa paham

materi bangun ruang sisi datar.

Model pembelajaran dalam kelompok bukan hal yang baru dalam proses

(21)

pembelajaran kelompok diharapkan siswa dapat berdinamika, selain dalam

memperjelas materi juga untuk berdinamika dari segi sosial.

Dari berbagai masalah atau latar belakang yang sudah dijabarkan peneliti

memilih untuk menggunakan model pembelajaran NHT (Numbered Heads

Together) karena melihat dari beberapa permasalahan yang ada sebagian siswa bosan dengan model pembelajaran yang hanya menggunakan ceramah selain

itu guru juga memberi tahu bahwa keaktifan siswa dalam pembelajaran hanya

didominasi dengan siswa yang bisa saja. Melalui pembelajaran dengan NHT

(Numbered Heads Together) siswa diharapkan dapat lebih ikut serta dalam pembelajaran, karena model pembelajaran adalah cara yang sangat baik untuk

menambah tanggungjawab individual kepada diskusi kelompok

(Slavin;2015;255). Selain menggunakan NHT (Numbered Heads Together)

peneliti juga menggunakan tugas proyek untuk lebih memperjelas materi

bangun ruang sisi datar. Hingga akhirnya peneliti memutuskan untuk meneliti

mengenai seberapa efektif pembelajaran NHT (Numbered Heads Together)

mengakomodasi tugas proyek di SMP Pangudi Luhur Ambarawa.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang yang sudah dijabarkan peneliti dapat diidentifikasi

masalah sebagai berikut:

1. Kemampuan siswa dalam menggambarkan atau memperkirakan bentuk

(22)

belum bisa menyerap pembelajaran dengan hanya menggambarkan atau

memperkirakan saja.

2. Model guru yang kurang menarik siswa untuk ikut serta dalam

pembelajaran sehingga siswa cenderung pasif untuk menyampaikan

pertanyaan atau pendapatnya.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah dijabarkan maka peneliti

merumuskan sebagai berikut:

1. Berapa persen keterlaksanaan pembelajaran dengan model NHT

(Numbered Heads Together) mengakomodasi tugas proyek pada pokok bahasan bangun ruang sisi datar yang digunakan?

2. Bagaimana efektivitas model pembelajaran NHT (Numbered Heads

Together) mengakomodasi tugas proyek pada pokok bahasan bangun ruang sisi datar ditinjau dari hasil belajar?

3. Bagaimana kreativitas siswa dalam pembelajaran dengan model NHT

yang mengakomodasi tugas proyek pada pokok bahasan bangun ruang sisi

datar?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui keterlaksanaan pembelajaran menggunakan model

NHT (Numbered Heads Together) mengakomodasi tugas proyek pada

(23)

2. Untuk mengetahui efektivitas pembelajaran NHT (Numbered Heads

Together) mengakomodasi tugas proyek dalam pembelajaran bangun ruang sisi datar.

3. Untuk mengetahui kreativitas siswa dalam model pembelajaran NHT yang

mengakomodasi tugas proyek pada materi bangun ruang sisi datar.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang didapat dari penelitian ini adalah:

1. Bagi Peneliti

Bagi peneliti melalui penelitian ini tentunya dapat menambah wawasan,

pengalaman, dan kreativitas dalam mengembangkan model pembelajaran

matematika. Selain itu juga untuk mengetahui model pembelajaran yang

digunakan lebih efektif terhadap hasil belajar siswa dan kreativitas siswa

dalam pembuatan tugas proyek.

2. Bagi Guru

Manfaat penelitian ini untuk guru dapat menjadi salah satu model

pembelajaran baru yang dapat diterapkan dalam pembelajaran matematika

atau dalam pembelajaran dengan materi lainnya.

3. Bagi Siswa

Manfaat penelitian ini untuk siswa yang diteliti tentunya mempermudah

dalam pemahaman bangun ruang sisi datar dan menumbuhkan kreativitas

(24)

F. Pembatasan Masalah

Agar cakupan masalah yang digunakan tidak terlalu luas maka peneliti

melakukan pembatasan masalah sebagai berikut.

1. Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi SMP Pangudi Luhur Ambarawa

kelas VIII A semester 2 sebagai kelas VIII A dan kelas VIII E semester 2

sebagai kelas VIII E.

2. Materi pembelajaran yang dijadikan penelitian adalah materi luas

permukaan prisma dan limas

3. Kuesioner kreativitas tidak ada kaitannya dengan model NHT (Numbered

Heads Together) yang digunakan dalam pembelajaran selama penelitian. Kuesioner kreativitas hanya untuk melihat kemampuan kreativitas siswa

dalam pembuatan tugas proyek.

G. Pembatasan Istilah 1. Efektivitas

Efektivitas adalah pengaruh yang timbul dari dilakukannya suatu model

atau proses pembelajaran baru untuk melihat hasil belajar dan berbagai

aspek yang akan diteliti. Keefektifan model atau model pembelajaran

tertentu diperoleh setelah proses pembelajaran.

2. Belajar

Belajar adalah proses dimana seseorang yang tidak tahu menjadi tahu

dalam suatu materi tidak hanya dalam pembelajaran tetapi juga dalam

(25)

3. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah salah satu model pembelajaran secara

kelompok, sehingga terjadi interaksi antar siswa dalam kelompok, tujuan

pembelajarannya diantaranya untuk meningkatkan kemampuan akademik

siswa dan kemampuan siswa dalam berinteraksi dengan siswa lain.

4. NHT (Numbered Heads Together)

NHT (Numbered Heads Together) adalah pembelajaran yang berbasis

kelompok dengan teknis seperti diskusi kelompok. Perbedaannya dalam

model ini siswa diberikan penomoran di tiap kelompok dan dalam

presentasi guru menyebutkan nomor tertentu tanpa siswa tau terlebih

dahulu.

5. Tugas Proyek

Tugas Proyek adalah penugasan terstruktur dengan tujuan untuk

meningkatkan kreativitas dan memperdalam pemahaman mengenai materi

yang saat itu sedang dipelajari.

6. Bangun Ruang Sisi Datar

Bangun ruang sisi datar adalah bangun ruang yang sisinya berbentuk datar

(tidak lengkung). Dalam materi ini biasanya peserta didik mencari luas

permukaan dan volume dari bangun ruang sisi datar.

7. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah pencapaian akhir dari suatu pembelajaran yang dapat

digunakan dalam mengevaluasi hasil dari model pembelajaran atau hasil

(26)

8. Kreativitas

Kreativitas adalah kemampuan siswa dalam membuat sesuatu hal yang

baru setelah mempelajari materi atau suatu pembelajaran tertentu.

H. Urgensi Penelitian

Bila penelitian ini berjalan sesuai rencana yang sudah dibuat maka baik

peneliti atau pihak guru akan mengetahui keefektifan dari model pembelajaran

ini terhadap hasil belajar siswa selain itu juga untuk mengembangkan kreativitas

siswa melalui pembuatan tugas proyek. Sehingga diharapkan dapat menjadi

salah satu solusi atau salah satu inovasi model pembelajaran dalam mata

(27)

10 BAB II

LANDASAN TEORI A. Kajian Teoritik

1. Pengertian Efektivitas

Efektivitas berasal dari kata dasar efektif. Menurut KBBI (1990;219),

kata efektif mempunyai arti efek, pengaruh, akibat atau dapat membawa hasil.

Efektivitas dapat diartikan sebagai efek, pengaruh atau akibat dari suatu

kegiatan atau tindakan yang dapat membawa hasil sesuai tujuan.

Keefektifan pembelajaran adalah hasil guna yang diperoleh setelah

pelaksanaan proses belajar mengajar (Sadiman,1987 dalam Trianto,2009:20).

Keefektivan proses pembelajaran berkenaan dengan jalan, upaya, teknik dan

strategi yang digunakan dalam mencapai tujuan secara optimal, tepat dan cepat

(Nana Sudjana,1990:50). Untuk mengetahui keefektivan mengajar bisa

dilakukan dengan memberi tes, sebab hasil tes dapat dipakai untuk

mengevaluasi berbagai aspek proses pengajaran (Trianto,2009).

Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa efektivitas dalam

pembelajaran merupakan ketepatan pemilihan cara pembelajaran untuk

mencapai tujuan pembelajaran. Keefektifan pembelajaran dapat dilihat dari

keaktivan siswa, tanggapan siswa dengan model yang digunakan, dan hasil

belajar dari siswa. Model pembelajaran yang digunakan juga sangat

berpengaruh untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

(28)

2. Belajar

Belajar sudah menjadi suatu istilah yang tidak asing dan banyak orang

mengartikan istilah belajar. Beberapa ahli mendefinisikan belajar sebagai

berikut:

a. Lee J. Cronbach (Educational Psychology;1977;92)

“The term learning is ususally reserved for a relatively permanent change in behavior, interpretation, or emotional response as a result of experience”. (Istilah pembelajaran ditujukan untuk perubahan yang relatif permanen dalam perilaku, interpretasi, atau reaksi emosional

sebagai hasil dari pengalaman).

b. WS. Winkel (Psikologi Pengajaran; 2007; 59)

Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam

interakasi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan sejumlah

perubahan dalam pengetahuan–pemahaman, keterampilan, dan

nilai-sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas.

c. Reber (Kamus Psikologi; 2010;521)

“Learning is the process of acquiring knowledge”. Belajar adalah proses

mendapatkan pengetahuan.

d. Prof. Dr Oemar Hamalik (2013;29)

Belajar bukan suatu tujuan tetapi merupakan suatu proses untuk

mencapai tujuan. Jadi, merupakan langkah-langkah atau prosedur yang

(29)

Selanjutnya Agus Suprijono (2013; 4) mengemukakan prinsip-prinsip

belajar yaitu:

Pertama, prinsip belajar adalah perubahan perilaku. Perubahan perilaku

sebagai hasil belajar memiliki ciri-ciri:

1. Sebagai hasil tindakan rasional instrumental yaitu perubahan yang

disadari

2. Kontinu atau berkesinambungan dengan perilaku lainnya

3. Fungsional atau bermanfaat sebagai bekal hidup

4. Positif atau berakumulasi

5. Aktif atau sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan

6. Permanen atau tetap, sebagaimana dikatakan oleh Wittig, belajar

sebagai “any relatively permanent change in an organism’s behavioral

reperiore that occurs as a result of experience”. 7. Bertujuan dan terarah

8. Mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan.

Kedua, belajar merupakan proses. Belajar terjadi karena didorong

kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Belajar adalah proses sistemik yang

dinamis, konstruktif, dan organik. Belajar merupakan kesatuan fungsional dari

berbagai komponen belajar.

Ketiga, belajar merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada

dasarnya adalah hasil dari interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya.

(30)

learning situation consist of a rich and varied series of learning experiences unified around a vigorous purpose and carried on in interaction with a rich varied and propocative environtment”.

Menurut Agus Suprijono (2013;5), tujuan belajar sebenarnya sangat

banyak dan bervariasi. Tujuan belajar yang eksplisit diusahakan untuk dicapai

dengan tindakan instruktusional, lazim dinamakan instructional effects, yang

biasa berbentuk pengetahuan dan keterampilan, sementara tujuan belajar

sebagai hasil yang menyertai tujuan belajar instruksional lazim disebut

nurturant effects, bentuknya berupa kemampuan berpikir kritis dan kreatif, sikap terbuka dan demokratis, menerima orang lain, dan sebagainya. Tujuan

ini merupakan konsekuensi logis dari peserta didik “menghidupi” (live in)

suatu sistem lingkungan belajar tertentu.

3. Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil

penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang

berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada

tingkat operasional di kelas. Model pembelajaran dapat diartikan pula sebagai

pola yang digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi, dan

memberi petunjuk kepada guru dikelas (Agus Suprijono;2013;45).

Terdapat banyak sekali model pembelajaran tetapi pada masa sekarang

ini model pembelajaran yang sering digunakan adalah model pembelajaran

(31)

Suprijono (2013;54) yaitu pembelajaran kooperatif (cooperative learning) dan

pembelajaran kolaboratif.

Menurut Anita Lie (Cooperative Learning;2010;29) model pembelajaran

cooperative learning tidak sama dengan sekadar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran cooperative learning yang membedakannya

dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan

prosedur model cooperative learning dengan benar akan memungkinkan

pendidik mengelola kelas dengan lebih efektif.

Selanjutnya Robert E. Slavin (Cooperative Learning;2015;10)

mengatakan bahwa semua model pembelajaran kooperatif menyumbangkan

ide bahwa siswa yang bekerja sama dalam belajar dan bertanggungjawab

terhadap teman satu timnya mampu membuat diri mereka belajar sama

baiknya.

Berikut dijelaskan beberapa elemen-elemen dasar pembelajaran

kooperatif yaitu (Miftakul Huda;2014;46):

a. Interpretasi positif (positive interpedence)

b. Interaksi promotif (promotive interaction)

c. Akuntabilitas individu (individual accountability)

d. Keterampilan interpersonal dan kelompok kecil (interpersonal and

small-group skill)

(32)

Dibawah ini dijelaskan sintak atau hubungan model pembelajaran

kooperatif yang terdiri dari 6 (enam) fase (Agus Suprijono;2013;65).

Tabel 2.1 Sintak model pembelajaran kooperatif

FASE-FASE PERILAKU GURU

Fase 1 : Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik (Present goals and set)

Menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan peserta didik siap belajar

Fase 2 : Menyajikan informasi (Present information)

Mempresentasikan informasi kepada peserta didik secara verbal

Fase 3 : Mengorganisir peserta didik ke dalm tim-tim belajar (Organize students into learning team)

Memeberikan penjelasan kepada peserta didik tentang tata cara pembentukan tim belajar dan membantu kelompok melakukan transisi yang efisien

Fase 4 : Membantu kerja tim dan belajar (Assist team work and study)

Membantu tim-tim belajar selama peserta didik mengerjakan tugasnya Fase 5 : Mengevaluasi (Test on the

materials)

Menguji pengetahuan peserta didik mengenai berbagai materi

pembelajaran atau kelompok-kelompok mempresentasikan hasil kerjanya

Fase 6 : Memberikan pengakuan atau penghargaan (Provide recognition)

Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan prestasi individu maupun kelompok

Dalam suatu pembelajaran, lingkungan belajar dan sistem pengelolaan

pembelajaran kooperatif harus sesuai dengan berikut ini (Agus

Suprijono;2013;66):

a. Memberikan kesempatan terjadinya belajar berdemokrasi

b. Meningkatkan penghargaan peserta didik pada pembelajaran akademik

dan mengubah norma-norma yang terkait dengan prestasi.

c. Mempersiapkan peserta didik belajar mengenai kolaborasi dan

keterampilan sosial melalui peran aktif peserta didik dalam

(33)

d. Memberikan peluang terjadinya proses partisipasi aktif peserta didik

dalam belajar dan terjadinya dialog interaktif.

e. Menciptakan iklim sosio emosional yang positif

f. Memfasilitasi terjadinya learning to live together.

g. Menumbuhkan produktivitas dalam kelompok.

h. Mengubah peran guru dari center stage performance menjadi koreografer

kegiatan kelompok

i. Menumbuhkan kesadaran pada peserta didik arti penting aspek sosial

dalam individunya. Secara sosiologis pembelajaran kooperatif dapat

menumbuhkan kesadaran altruisme (kebalikan dari egois atau lebih

mementingkan kepentingan orang lain) dalam diri peserta didik.

Kehidupan sosial adalah sisi penting dari kehidupan individual.

4. Model Pembelajaran NHT (Numbered Heads Together)

Model pembelajaran kooperatif memiliki banyak sekali variasi, salah

satunya adalah model NHT (Numbered Heads Together). Menurut Miftakul

Huda (2014;138), NHT (Numbered Heads Together) dikembangkan oleh Russ

Frank seorang guru pada Chaparral Middle School di Diamond Bar, California.

Model ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk sharing atau berbagi

ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat dan meningkatkan

semangat kerja sama siswa.

Model pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) merupakan

variasi dari pembelajaran kelompok. Pembelajaran dengan menggunakan

(34)

kelas menjadi kelompok-kelompok kecil. Jumlah kelompok sebaiknya

mempertimbangkan jumlah konsep yang dipelajari. Misalkan jika jumlah

peserta didik dalam satu kelas terdiri dari 40 orang dan terbagi menjadi 5

kelompok sehingga setiap kelompok terdiri dari 8 orang. Setiap orang dalam

tiap-tiap kelompok diberi nomor 1-8. Setelah kelompok terbentuk guru

mengajukan beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh tiap-tiap kelompok.

Berikan kesempatan kepada tiap-tiap kelompok menemukan jawaban. Pada

kesempatan ini tiap-tiap kelompok menyatukan kepalanya atau menyatukan

pemikiran mereka “Heads Together” berdiskusi memikirkan jawaban atas

pertanyaan dari guru. Langkah berikutnya adalah guru memanggil peserta

didik yang memiliki nomor yang sama dari tiap-tiap kelompok. Mereka diberi

kesempatan memberi jawaban atas pertanyaan yang telah diterima dari guru.

Hal itu dilakukan terus hingga semua peserta didik dengan nomor yang sama

dari masing-masing kelompok mendapat giliran memaparkan jawaban atas

pertanyaan guru. Berdasarkan jawaban-jawaban itu guru dapat

mengembangkan diskusi lebih mendalam, sehingga peserta didik dapat

menemukan jawaban pertanyaan itu sebagai pengetahuan yang utuh (Agus

Suprijono;2013;92).

Selanjutnya Anita Lie (2010;59) menyebut NHT dengan istilah “kepala

bernomor”. Anita Lie menjelaskan teknik belajar mengajar kepala bernomor

(Numbered Heads) yang dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992). Teknik

(35)

mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu, teknik ini juga

mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka.

Robert E. Slavin (2015;255) menyebut NHT dengan “menomori orang

bersama”, dengan penjelasan bahwa setiap siswa dalam sebuah kelompok

mendapat satu nomor dan para siswa tersebut tahu bahwa hanya satu siswa

yang akan dipanggil untuk mewakili kelompoknya. Suara dengungan atau

penyampaian ide yang semarak dari diskusi adalah usaha pada siswa untuk

saling berbagi informasi supaya semua orang tahu jawabannya. Dengan cara

itu mereka akan menerima sebuah poin, tidak peduli nomor mana yang

dipanggil. Memberi penomoran dalam setiap kelompok pada dasarnya adalah

sebuah varian atau macam dari group discussion; perbedaannya yaitu pada

hanya ada satu siswa yang mewakili kelompoknya tetapi sebelumnya tidak

diberi tahu siapa yang akan menjadi wakil kelompok tersebut. Pembelajaran

dengan model tersebut memastikan keterlibatan total dari semua siswa. Model

Russ Frank ini adalah cara yang sangat baik untuk menambahkan

tanggungjawab individual kepada diskusi kelompok.

Penelitian ini tidak hanya menggunakan model NHT (Numbered Heads

Together) saja tetapi mengakomodasikan dengan tugas proyek yang akan dikerjakan dalam setiap kelompok NHT. Penugasan proyek berguna sebagai

(36)

5. Penugasan Proyek

Penugasan proyek adalah penugasan yang mendukung hasil kerja dari

suatu materi yang dipilih. Melalui penugasan proyek peserta diminta untuk

membuat suatu barang atau benda berdasarkan hasil pemahaman dan

kreativitas dari setiap siswa yang dilakukan dalam setiap kelompok. Penilaian

proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang meliputi:

pengumpulan, pengorganisasian, pengevaluasian, dan penyajian data yang

harus diselesaikan peserta didik (individu/kelompok) dalam waktu atau periode

tertentu (Kunandar;2014;286).

Tugas proyek bisa berupa investigasi atau penelitian sederhana tentang

suatu masalah yang berkaitan dengan materi (KD) tertentu mulai dari

perencanaan, pengumpulan data atau informasi, pengolahan data, penyajian

data dan menyusun laporan. Penilaian proyek dimaksudkan untuk mengetahui

pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan, dan

kemampuan menginformasikan dari peserta didik secara jelas

(Kunandar;2014;286).

Menurut Kunandar (2014;286), dalam penilaian proyek setidaknya ada

tiga hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu:

a. Kemampuan pengelolaan, yaitu kemampuan peserta didik dalam memilih

topik, mencari informasi, mengelola waktu pengumpulan data dan

(37)

b. Relevansi, yaitu tugas atau proyek yang diberikan pada peserta didik harus

sesuai dengan karakteristik materi, lingkungan sekolah dan karakteristik

peserta didik.

c. Keaslian, yaitu tugas atau proyek yang dikerjakan peserta didik

benar-benar hasil pekerjaan peserta didik dengan bimbingan guru.

Dalam penilaian tugas proyek tentunya terdapat kelemahan dan

kelebihan. Terdapat tujuh kelebihan dari penilaian proyek yaitu

(Kunandar;2014;287):

a. Peserta didik lebih bebas mengeluarkan ide

b. Banyak kesempatan untuk berekreasi

c. Mendidik peserta didik lebih mandiri dan bertanggungjawab

d. Meringankan guru dalam pemberian materi pelajaran

e. Dapat meningkatkan kreativitas peserta didik

f. Ada rasa tanggung jawab peserta didik terhadap tugas-tugas yang

diberikan, dan

g. Guru dan peserta didik lebih kreatif

Selanjutnya dijelaskan delapan kelemahan dari penilaian proyek yaitu

(Kunandar;2014;287):

a. Untuk kelompok peserta didik yang kurang bertanggung jawab hanya

titip nama (tidak terpantau)

b. Didominasi oleh peserta didik yang mampu bekerja (pandai)

(38)

d. Hasil yang dicapai kurang maksimal (karena sering menunda-nunda

pekerjaan)

e. Hasilnya kurang obyektif

f. Dalam proses belajar mengajar (PMB) akan banyak menghabiskan

waktu

g. Tugas yang dibuat belum tentu hasil pekerjaan peserta didik, dan

h. Berat (bagi peserta didik) apabila semua guru memberi tugas (harus ada

kolaborasi)

Dalam penilaian proyek tentunya terdapat langkah-langkah yang

digunakan. Berikut tujuh langkah yang harus dilakukan dalam penilaian proyek

yaitu (Kunandar;2014;289):

a. Identifikasi dan pemetaan materi (kompetensi dasar) yang mau dijadikan

proyek oleh peserta didik

b. Membuat rambu-rambu atau perintah untuk proyek atau penugasan

tersebut, seperti nama proyeknya, waktu penyelesaian, aspek yang dinilai,

sistematika laporannya dan hal-hal lain yang relevan dengan proyek

tersebut.

c. Menyusun lembar atau rubrik penilaian yang berisi aspek-aspek apa saja

akan dinilai dari proyek tersebut. Aspek-aspek yang mau diukur harus

jelas, operasional dan dapat diukur.

d. Melakukan penilaian terhadap laporan proyek atau penugasan peserta

didik dengan mengacu pada rubrik penskoran yang telah disusun.

(39)

f. Melakukan analisis hasil penilaian proyek dengan memetakan persentase

ketuntasan peserta didik (berapa persen yang sudah tuntas dan berapa

persen yang belum tuntas).

g. Memasukan nilai laporan proyek peserta didik ke buku nilai.

Dalam suatu pembelajaran tentunya perlu dilakukan penilaian untuk

menentukan pencapaian hasil belajar siswa. Berikut dijelaskan beberapa

langkah yang harus dipenuhi dalam merencanakan penilaian proyek yaitu

(Kunandar;2014;289):

a. Menentukan kompetensi yang sesuai untuk dinilai melalui proyek.

b. Penilaian proyek mencakup perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan

proyek.

c. Menyusun indikator proses dan hasil belajar berdasarkan kompetensi.

d. Menentukan kriteria yang menunjukan capaian indikator pada setiap

tahapan pengerjaan proyek.

e. Merencanakan apakah tugas bersifat kelompok atau individual

f. Merencanakan teknik-teknik dalam penilaian individual untuk tugas

yang dikerjakan secara kelompok.

g. Menyusun tugas sesuai dengan rubrik penilaian

Setelah merencanakan penilaian proyek selanjutnya dijelaskan beberapa

langkah yang harus dipenuhi dalam melaksanakan penilaian proyek yaitu

(40)

a. Menyampaikan rubrik penilaian sebelum pelaksanaan penilaian kepada

peserta didik

b. Memberikan pemahaman kepada peserta didik tentang kriteria penilaian

c. Menyampaikan tugas disampaikan kepada peserta didik

d. Memberikan pemahaman yang sama kepada peserta didik tentang tugas

yang harus dikerjakan

e. Melakukan penilaian selama perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan

proyek

f. Memonitor pengerjaan proyek peserta didik dan memberikan umpan

balik pada setiap tahapan pengerjaan proyek

g. Membandingkan kinerja peserta didik dengan rubrik penliaian

h. Memetakan kemampuan peserta didik terhadap pencapaian kompetensi

minimal

i. Mencatat hasil penilaian

j. Memberikan umpan balik terhadap laporan yang disusun peserta didik

Selain itu dalam penilaian proyek tentunya terdapat tugas. Tugas-tugas

untuk penilaian proyek harus memenuhi beberapa acuan kualitas berikut

(Kunandar;2014;290):

a. Tugas harus mengarah pada pencapaian indikator hasil belajar

b. Tugas dapat dikerjakan oleh peserta didik

c. Tugas dapat dikerjakan selama proses pembelajaran atau merupakan

bagian dari pembelajaran mandiri

(41)

e. Materi penugasan sesuai dengan cakupan kurikulum

f. Tugas bersifat adil (tidak bias gender dan latar belakang sosial ekonomi)

g. Tugas mencantumkan tentang waktu pengerjaan tugas

Untuk mempermudah dalam penilaian dijelaskan rubrik-rubrik untuk

penilaian proyek yang harus memenuhi beberapa kriteria berikut

(Kunandar;2014;291):

a. Rubrik dapat mengukur target kemampuan yang akan diukur (valid)

b. Rubrik sesuai dengan tujuan pembelajaran

c. Indikator menunjukkan kemampuan yang dapat diamati (observasi)

d. Indikator menunjukkan kemampuan yang dapat diukur

e. Rubrik dapat memetakan kemampuan peserta didik

f. Rubrik menilai aspek-aspek penting pada proyek peserta didik

Poin berikutnya akan dijelaskan materi yang digunakan pada penelitian

ini yaitu bangun ruang sisi datar tetapi diambil pada sub materi luas permukaan

prisma dan limas.

6. Bangun Ruang Sisi Datar

Bangun ruang sisi datar yang digunakan dalam penelitian ini adalah

unsur-unsur beserta luas permukaan prisma dan limas.

a. Unsur-unsur Prisma dan Limas

Prisma adalah bangun ruang yang dibatasi oleh dua bidang berhadapan

(42)

bidang-bidang lain yang berpotongan menurut rusuk-rusuk yang sejajar (Dewi

Nuraini dan Tri Wahyuni;2008;224). Pengertian lain prisma adalah benda

yang dibatasi oleh dua bidang yang sejajar dan beberapa bidang lain yang

dipotong memotong menurut garis-garis yang sejajar (Husein

Tampomas;2007;124). Sedangkan pengertian lain prisma merupakan

polihedron (bidang banyak) dengan dua sisi yang saling berhadapan dan

merupakan poligon yang identik (Arita Marini;2013;48).

Gambar 2.1 Prisma tegak dan prisma miring

Prisma tegak adalah prisma yang rusuk-rusuk tegaknya lurus pada bidang

atas dan bidang alas. Prisma miring atau prisma condong adalah prisma

yang rusuk-rusuk tegaknya tidak tegak lurus pada bidang alas atau bidang

atas (Dewi Nuraini dan Tri Wahyuni;2008;224).

Menurut Husein Tampomas (2007;125) suatu prisma dinamakan prisma

tegak jika rusuk tegaknya tegak lurus pada bidang alas. Jika tidak

demikian, maka prisma itu dimanakan prisma miring atau prisma condong

atau prisma saja. Suatu prisma dinamakan beraturan jika memenuhi dua

syarat berikut:

1) Prisma itu tegak.

2) Bidang alasnya segi banyak beraturan.

(43)

Selanjutnya, nama prisma bergantung pada bentuk bidang alas dan tegak

atau tidaknya rusuk terhadap bidang alas.

Gambar 2.2 Prisma segi enam

Unsur-unsur prisma segienam adalah (Nuniek Avianti Agus;2007;200):

1) Sisi/bidang : sisi alas (ABCDEF), sisi atas (GHIJKL), dan sisi

tegak (ABHG, BCIJ, CDJI, DEKJ, EFLK, FSGL).

2) Rusuk : rusuk alas (AB, BC, CD, DE, EF, FA), rusuk tegak

(AG, BH, CI, DJ, EK, FL), dan rusuk atas (AG, GH, HI, IJ, JK, KL,

LG).

3) Titik sudut : A, B, C, D, E, F, G, H, I, J, K, L.

4) Diagonal bidang : garis yang menghubungkan dua titik sudut

yang berhadapan (tidak terletak pada satu rusuk) dari satu bidang

prisma. Diagonal alas (AC, AD, AE, BF, BE, BD, CF, CE, DF),

diagonal atap (GI, GJ, GK, HL, HK, HJ, IL, IK, JL), dan diagonal

sisi tegak (GB, AH, HC, BI, ID, JC, KD, EJ, LE, FK, AL, FG)

5) Diagonal ruang : garis yang menghubungkan dua titik sudut,

masing-masing titik sudut bidang alas dan tidak satu bidang.

Contohnya: GD, HE, IF, dll.

(44)

6) Bidang diagonal : bidang yang memuat diagonal bidang alas

dan diagonal bidang atas serta keduanya sejajar, seperti: LHBF,

LHCE, GJCA, GJFD, dll.

Pada penjelasan diatas dijelaskan jika prisma dengan alas segi enam.

Tetapi bagaimana jika prisma memiliki alas dengan segi yang lebih dari

enam atau kurang dari enam. Dalam prisma segi-n (n adalah bentuk bidang

alasnya) berlaku hal-hal sebagai berikut (Husein Tampomas; 2007;125).

1) Banyak sisinya = + buah

2) Banyak bidang diagonalnya = − buah

3) Banyak diagonal ruangnya = − buah

4) Banyak diagonal sisi alasnya = − buah

Selanjutnya dijelaskan sifat-sifat dari prisma tegak (Nuniek Avianti

Agus;2007;200):

1) Prisma memiliki bentuk alas dan atap yang kongruen

2) Setiap sisi bagian samping prisma berbentuk persegi panjang

3) Prisma memiliki rusuk tegak dengan panjang yang sama

4) Setiap diagonal bidang pada sisi yang sama memiliki ukuran yang

sama

Tambahan sifat-sifat prisma (Husein Tampomas; 2007;125) bentuk bidang

diagonalnya adalah persegi panjang

Jaring-jaring prisma diperoleh dengan cara mengiris beberapa rusuk

prisma tersebut sedemikian sehingga seluruh permukaan prisma terlihat

(45)

Gambar 2.3 Jaring-jaring prisma

Menurut Steve Slavin dan Ginny Crisonino, limas adalah bangun ruang

sisi datar yang memiliki satu bidang segi banyak dan bidang lainnya

berbentuk segitiga yang bertemu pada satu titik. Limas adalah bangun

ruang yang alasnya berbentuk segi banyak (segitiga, segiempat, atau

segilima) dan bidang sisi tegaknya berbentuk segitiga yang berpotongan

pada satu titik puncak limas (Dewi Nuraini dan Tri Wahyuni;2008;225).

Definisi lain dari limas atau piramida adalah suatu bangun ruang yang

dibatasi oleh sebuah segi banyak atau segi-n dan segitiga-segitiga yang

mempunyai titik puncak persekutuan di luar bidang segi banyak itu,

sedangkan sisi-sisi segi banyak itu merupakan alas-alas segitiga-segitiga

itu. Bagian bidang yang membatasi limas dinamakan bidang batas (Husein

Tampomas;2007; 144). Selain itu limas merupakan polihedron yang

dibentuk daru poligon sebagai alas dan titik yang tidak terletak pada sisi

alas, yang disebut titik puncak, antara setiap titik sudut pada alas dan titik

(a) (b) (c)

(46)

puncak dihubungkan oleh segmen garis-segmen garis (Arita

Marini;2013;48).

Gambar 2.4 Bentuk-bentuk Limas

Limas diberi nama berdasarkan bentuk bidang alasnya (Dewi Nuraini dan

Tri Wahyuni;2008;225). Sehingga jika alas berbentuk segitiga maka

disebut dengan limas tegak segitiga, sedangkan jika alas berbentuk segi

delapan maka limas disebut dengan limas tegak segi delapan.

Gambar 2.5 Limas Tegak Segi enam

Berikut dijabarkan unsur-unsur limas segi enam dengan melihat gambar

bentuk-bentuk limas (c) (Nuniek Avianti Agus;2007;208).

1) Sisi/bidang : sisi alas (ABCDEF) dan sisi tegak (ABG, BCG,

CDG, DEG, EFG, FAG)

2) Rusuk : rusuk alas (AB, BC, CD, DE, EF) dan rusuk tegak

(AG, BG, CG, DG, EG, FG)

C D E F

B A

G

(47)

3) Titik sudut : titik sudut alas (A, B, C, D, E) dan titik puncak (T)

Gambar 2.6 Limas Tegak Segi Enam dan Garis Tingginya

Tambahan unsur-unsur limas (Husein Tampomas;2007;144).

1) Tinggi limas

Jika GG’ tegak lurus bidang alas ABCDEF (G’ pada bidang alas),

maka GG’ dinamakan garis tinggi limas. G’ adalah titik kaki garis

tinggi. Panjang ruas garis GG’ yang juga merupakan jarak antara

puncak dan bidang alas limas dinamakan tinggi limas.

2) Bidang diagonal limas

Bidang yang melalui sebuah diagonal alas dan rusuk tegak yang

memotongnya dinamakan bidang diagonal. Dengan demikian, bidang

GAD, GFC, GEB, GAC, GAE, GBF, GBD, GCE, dan GDF

dinamakan bidang-bidang diagonal limas segi-6 G.ABCDEF

Pada limas segi-n (n adalah bentuk bidang alasnya) berlaku hal berikut

(Husein Tampomas;2007;145)

1) Banyak sisinya = + buah

2) Banyak bidang diagonalnya = − buah

3) Banyak diagonal sisi alasnya = − buah

C D E F

B A

G

(48)

Selanjutnya dijelaskan beberapa sifat-sifat limas menurut gambar

jenis-jenis limas (Nuniek Avianti Agus;2007;209).

Gambar 2.7 Jenis-jenis Limas

Gambar limas (a) menunjukan sebuah limas segitiga D.ABC. Pada limas

segitiga D.ABC, semua sisi limas tersebut berbentuk segitiga. Jika limas

segitiga memiliki semua sisi yang berbentuk segitiga sama sisi, maka limas

tersebut disebut limas segitiga beraturan.

Dari gambar (b) terlihat bahwa limas segiempat memiliki alas berbentuk

persegi panjang. Sesuai dengan sifatnya, setiap diagonal persegi panjang

memiliki ukuran yang sama panjang. Jadi, limas segiempat memiliki

diagonal alas yang sama panjang.

Menurut penjelasan Husein Tampomas (2007;145) suatu limas dapat

dibedakan berdasarkan bentuk bidang alas dan kedudukan atau posisi titik

puncak terhadap bidang alasnya, sehingga dapat dinyatakan:

1) Limas sembarang jika bidang alasnya berbentuk segi banyak

sembarang dan titik puncaknya sembarang.

A B

C D

A B

C D

(49)

Gambar 2.8 Limas Sembarang

2) Limas beraturan jika bidang alasnya berbentuk segi banyak beraturan

dan titik kaki garis tinggi berimpit dengan pusat bidang alas (proyeksi

titik puncak berimpit dengan pusat bidang alas). Jadi dapat

disimpulkan bahwa rusuk-rusuk tegak limas mempunyai panjang

yang sama.

Gambar 2.9 Limas Beraturan

Jaring-jaring limas diperoleh dengan mengiris beberapa rusuknya,

kemudian direbahkan seperti pada bangun ruang lainnya Nuniek Avianti

Agus;2007;210).

b. Luas Permukaan

Menurut Dewi Nuraini dan Tri Wahyuni (2008;232) luas permukaan

bangun ruang adalah jumlah luas seluruh permukaan bangun ruang

tersebut. Untuk menentukan luas permukaan bangun ruang, perhatikan

bentuk dan banyak sisi bangun ruang tersebut.

(50)

1) Luas Permukaan Prisma

Gambar 2.10 Luas Permukaan Prisma

Gambar prisma (a) menunjukan prisma tegak segitiga ABC.DEF,

sedangkan Gambar prisma (b) menunjukkan jaring-jaring prisma

tersebut.

Dengan demikian, secara umum luas permukaan prisma

dinyatakan sebagai berikut.

(51)

2) Luas Permukaan Limas

Gambar 2.11 Luas Permukaan Limas

Gambar limas (a) menunjukan limas segi empat T.ABCD dengan

alas berbentuk persegi panjang, sedangkan Gambar (b)

menunjukan jaring-jaring limas segi empat tersebut.

Sama dengan menentukan luas permukaan prisma, untuk mencari

luas permukaan limas dengan mencari luas jaring-jaring limas

tersebut.

Luas permukaan limas

= luas segi empat ABCD + luas segitiga TAB +

luas segitiga TBC + luas segitiga TCD + luas segitiga TAD

= luas alas + jumlah luas seluruh sisi tegak

Jadi, secara umum luas permukaan limas sebagai berikut.

Luas permukaan limas = luas alas limas + jumlah luas seluruh sisi

tegak limas

A B

C D

T

T

D

A B

C

T

T T

(a)

(52)

7. Hasil Belajar

Agus Suprijono (2013;5) menyatakan bahwa hasil belajar adalah

pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan

keterampilan. Menurut Nana Sudjana (2010;22) hasil belajar adalah

kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman

belajarnya. Selanjutnya untuk mengetahui hasil belajar siswa digunakan

penilaian hasil belajar.

Selanjutnya menurut Kunandar (2014;61) penilaian hasil belajar peserta

didik merupakan sesuatu yang sangat penting dan strategis dalam kegiatan

belajar mengajar. Dengan penilaian hasil belajar maka dapat diketahui

seberapa besar keberhasilan peserta didik telah menguasai kompetensi atau

materi yang telah diajarkan oleh guru. Melalui penilaian juga dapat dijadikan

acuan untuk melihat tingkat keberhasilan atau efektivitas guru dalam

pembelajaran.

8. Kreativitas

Kreativitas merupakan salah satu istilah yang sering digunakan meskipun

merupakan istilah yang taksa (ambigous) dalam penelitian psikologi masa kini.

Terdapat banyak arti kreativitas yang populer, diantaranya delapan yang sering

digunakan (Elizabeth B. Hurlock;1995;2)

Pertama, salah satu arti kreativitas yang paling populer menekankan

pembuatan sesuatu yang baru dan berbeda. Kebanyakan orang menganggap

(53)

seseorang. Kreativitas harus dianggap sebagai suatu proses – suatu proses

adanya sesuatu yang baru, apakah itu gagasan atau benda dalam bentuk atau

rangkaian yang baru dihasilkan.

Kedua, kreativitas memandangnya sebagai kreasi sesuatu yang baru dan

orisinal secara kebetulan, sebagaimana seorang anak yang bermain dengan

balok-balok kayu membangun tumpukan yang menyerupai rumah dan

kemudian menyebutnya rumah.

Ketiga, kreativitas menyatakan bahwa apa saja yang diciptakan selalu

baru dan berbeda dari yang telah ada dan karenanya unik. Semua kreativitas

mencakup gabungan dari gagasan atau produk lama ke dalam bentuk baru,

tetapi yang lama merupakan dasar bagi yang baru.

Keempat, kreativitas adalah bahwa ia merupakan proses mental yang

unik, suatu proses yang semata-mata dilakukan untuk menghasilkan sesuatu

yang baru, berbeda, dan orisinil.

Kelima, kreativitas seringkali dianggap sinonim dengan kecerdasan

tinggi. Keyakinan ini telah diperkuat dengan kenyataan bahwa orang dengan

IQ yang sangat tinggi disebut “jenius”, istilah yang oleh orang awam

disamakan dengan kreativitas. Sebenarnya kreativitas hanyalah salah satu

aspek kecerdasan sebagaimana kolega ingatan atau penalaran.

Keenam, kreativitas yaitu sepercik kejeniusan yang diwariskan pada

seseorang dan tidak ada kaitannya dengan belajar atau lingkungan menyatakan,

(54)

Ketujuh, kreativitas umumnya dianggap sinonim dengan imajinasi dan

fantasi dan karenanya merupakan bentuk permainan mental. Goldner telah

menyatakan bahwa kreativitas merupakan “kegiatan otak yang teratur,

komprehensif, dan imajinatif menuju suatu hasil yang orisinil”. Jadi ia lebih

inovatif daripada reproduktif.

Kedelapan, kreativitas adalah bahwa semua orang umumnya terbagi

dalam dua kelompok besar: “penurut” dan “pencipta”. Penurut (comformers)

melakukan apa yang diharapkan dari mereka tanpa mengganggu atau

menyulitkan orang lain. Sebaliknya, pencipta (creators) menyatakan gagasan

orisinil, titik pandang yang berbeda, atau cara baru menangani masalah dan

menghadapinya.

Unsur karakteristik kreativitas (Elizabeth B. Hurlock;1995;5) yaitu:

a. Kreativitas merupakan proses, bukan hasil.

b. Proses itu mempunyai tujuan, yang mendatangkan keuntungan bagi

orang itu sendiri atau kelompok sosialnya.

c. Kreativitas mengarah ke penciptaan sesuatu yang baru, berbeda, dan

karenanya unik bagi orang itu, baik itu berbentuk lisan atau tulisan,

maupun konkret atau abstrak.

d. Kreativitas timbul dari pemikiran divergen, sedangkan konformitas dan

pemecahan masalah sehari-hari timbul dari pemikiran konvergen.

e. Kreativitas merupakan suatu cara berpikir; tidak sinonim dengan

(55)

f. Kemampuan untuk menciptakan bergantung pada perolehan

pengetahuan yang diterima

g. Kreativitas merupakan bentuk imajinasi yang dikendalikan yang

menjurus ke arah beberapa bentuk prestasi, misalnya melukis,

membangun dengan balok, atau melamun.

Sedangkan menurut Florence Betlestone dan Narulita Yusron (2013;2)

dijelaskan enam bagian dalam kreativitas diantaranya:

a. Kreativitas sebagai bentuk pembelajaran

Kreativitas sebagai bentuk pembelajaran dapat membantu menjelaskan

dan menginterprestasikan konsep-konsep abstrak dengan melibatkan

skil-skil seperti keingintahuan, kemampuan menemukan, eksplorasi,

pencarian kepastian dan antusiasme, yang semuanya merupakan

kualitas-kualitas yang sangat besar yang terdapat pada anak.

Aspek-aspek ini dapat diperkuat dengan memberikan penguasaan teknis dan visi

yang lebih luas kepada anak sehingga kreativitas dapat

menginformasikan berbagai pembelajaran lainnya.

b. Representasi

Kreativitas melibatkan pengungkapan atau pengekpresian gagasan dan

perasaan serta penggunaan berbagai macam cara untuk melakukannya,

misalnya melalui seni ekspresif. Gagasan ini merupakan cara sebagian

besar guru mempelajari kreativitas ketika dibangku kuliah sehingga

kreativitas meliputi unsur-unsur simbolisme, permainan peran atau

Gambar

Tabel 2.1 Sintak model pembelajaran kooperatif PERILAKU GURU Menjelaskan tujuan pembelajaran
Gambar 2.1 Prisma tegak dan prisma miring
Gambar 2.2 Prisma segi enam
Gambar 2.3 Jaring-jaring prisma
+7

Referensi

Dokumen terkait

Undang-undangRepublik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003

Pengaruh Penerapan Pendekatan Problem Centered Learning (PCL) Terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Adaptif Siswa SMP.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Bahwa pemberian ganti rugi oleh Pemerintah kepada bekas pemilik tanah kelebihan maksimum dan absentee/guntai yang dikuasai Negara, berdasarkan perhitungan pasal 6

As the capabilities document is encoded as an XML instance document containing all the information for a calling client to bind to the service, this seems to be the natural place to

P : Apakah nilai-nilai kekeluargaan (Hibua Lamo) dapat dijadikan sebagai basis dalam merekonsiliasi kondisi masyarakat Desa Mamuya pasca perpecahan jemaat.. N : “kalau

Dalam perencanaan dan penyususnan Laporan Akhir yang berjudul “Implementasi IP Camera Untuk Monitoring Ruang Teori dan Lab Praktikum Berbasis Web Server di

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi administrasi, evaluasi teknis, evaluasi harga dan evaluasi kualifikasi serta formulir isian Dokumen Kualifikasi untuk penawaran

b) Izin - izin Usaha yang dipersyaratkan (TDP, SITU/SIGU/Domisili) c) SIUJK (Jasa Konstruksi Bidang Instalasi Mekanikal dan Elektrikal). d) SBU Sub Klasifikasi MK001 Jasa