ABSTRAK
Scholastica Trisa Yualita (2016). Efektivitas Model Pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) Mengakomodasi Tugas Proyek dalam Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Datar Ditinjau dari Hasil Belajar dan Kreativitas Pembuatan Tugas Proyek Siswa Kelas VIII A di SMP Pangudi Luhur Ambarawa Tahun 2015/2016.Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika. Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pembelajaran model NHT (Numbered Heads Together) mengakomodasi tugas proyek pada materi bangun ruang sisi datar di kelas VIII A SMP Pangudi Luhur Ambarawa untuk meningkatkan hasil belajar dan kreativitas siswa. Penelitian ini merupakan penelitian VIII A yang dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2015/2016. Subjek penelitian adalah siswa-siswi kelas VIII A dengan model pembelajaran NHT mengakomodasi tugas proyek dan VIII E dengan model pembelajaran konvensional.
Instrumen pengumpulan data tes meliputi pretest dan posttest, untuk instrumen tes dilakukan validitas pakar dengan dosen pembimbing dan guru mata pelajaran, selanjutnya validitas butir soal dengan kelas yang sudah menerima materi itu. Untuk data nontes berupa lembar keterlaksanaan pembelajaran dan kuesioner kreativitas divalidasi oleh ahli yaitu dosen pembimbing. Setelah semua instrumen dinyatakan sudah memenuhi syarat yang ditetapkan dilanjutkan dengan pengambilan data. Pertama dilakukan ujian pretest di kelas VIII A dan VIII E untuk mengetahui rata-rata dari kedua kelas. Kelas VIII E menggunakan model pembelajaran ceramah sedangkan kelas VIII A menggunakan model NHT mengakomodasi tugas proyek dengan materi yang sama pada kedua kelas. Pada akhir pertemuan dilakukan ujian posttest di kedua kelas, sedangkan pengisian kuesioner dilakukan pada kelas VIII A saja. Setelah seluruh data terpenuhi dilakukan analisis data dari nilai hasil pretest, posttest, dan penilaian tugas proyek dilanjutkan analisis dari lembar keterlaksanaan pembelajaran dan kuesioner kreativitas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Persentase keterlaksanaan RPP dengan model NHT mencapai 86,355%.(2) Model pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) mengakomodasi tugas proyek efektif meningkatkan hasil belajar terbukti 76,31% siswa tuntas KKM dan ada perbedaan rata-rata serta dari setiap item soal yang menunjukkan kelas VIII A lebih baik. (3) Melalui tugas proyek yang dikerjakan dapat meningkatkan kreativitas siswa 85,71% kelompok mendapat nilai lebih atau sama dengan KKM. Dalam kuesioner kreativitas menunjukkan persentase keseluruhan sebesar 81,57% siswa berada pada kreativitas tinggi.
ABSTRACT
Scholastica Trisa Yualita (2016). The Effectiveness of Numbered Heads Together (NHT) Learning Model Accommodate the Project Assignments on Polyhedron Topic towards the Student’s Learning Achievements and Creativities in the Making Project Assignments in Class VIII A of Pangudi Luhur Ambarawa Junior High School Academic Year 2015/2016. Mathematics Education Study Program, Department of Mathematics Education and Science, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University Yogyakarta.
The aim of this research is to know the effectiveness of Numbered Heads Together (NHT) accommodate the project assignments on polyhedron topic to increase the students’ learning achievement and creativities in the making project assignment in Class VIII A of Pangudi Luhur Ambarawa Junior High School. This research is an experimental research which is conducted in the second semester. The subjects of this research are the students of Class VIII A with NHT learning model accomodate the project assignments and the students of Class VIII E with conventional learning model.
The instruments used to collect the test data consist of pretest and posttest. For the instruments of the test, expert validity is conducted then continued with item validity. For the non-test data, observation sheet of learning implementation and creativity questionnaire are validated by the experts. After all of the instruments are qualified, the next step is collecting the data. First, doing the pretest for VIII A and VIII E classes to find the same mean of each class. In the VIII E class, it uses speech method while in the VIII A class it uses NHT learning model accommodate the project assignment with the same topic. In the last meeting, there will be a posttest for both classes and filling questionnaire which is done by VIII A class. After all of the data are complete, the score of the pretest, posttest, and project assignments are analyzed as well as the observation sheet of learning implementation and creativity questionnaire.
The results of the research are:(1) The percentage of RPP using NHT method is 86,355%.(2) Accommodated with the project assignment, NHT learning model is effectively increase the students’ learning achievement. 76.31% students successfully fulfil the minimum achievement criteria and there is a difference on average and of each item exam indicate VIII A class is better.(3) From the project that is done, it is known that 85,71% students get higher or the same score with the minimum achievement criteria. From the creativity questionnaire, it shows that 81.57% students have some high creativities.
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN NHT (NUMBERED HEADS TOGETHER) MENGAKOMODASI TUGAS PROYEK DALAM POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI DATAR DITINJAU DARI HASIL BELAJAR DAN KREATIVITAS PEMBUATAN TUGAS PROYEK SISWA
KELAS VIII A DI SMP PANGUDI LUHUR AMBARAWA TAHUN 2015/2016
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
Disusun Oleh: Scholastica Trisa Yualita
121414127
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
i
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN NHT (NUMBERED HEADS TOGETHER) MENGAKOMODASI TUGAS PROYEK DALAM POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI DATAR DITINJAU DARI HASIL BELAJAR DAN KREATIVITAS PEMBUATAN TUGAS PROYEK SISWA
KELAS VIII A DI SMP PANGUDI LUHUR AMBARAWA TAHUN 2015/2016
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
Disusun Oleh: Scholastica Trisa Yualita
121414127
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iii
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
“Di dalam hidup ini, semua ada waktunya. Ada waktunya kita menabur, ada juga waktu menuai. Mungkin dalam hidupmu badai datang menyerbu, mungkin doamu
bagai tak terjawab! Namun yakinlah tetap. Tuhan tak’kan terlambat! Juga tak akan
lebih cepat. Semuanya, Dia jadikan indah tepat pada waktuNya. Tuhan selalu dengar doamu! Tuhan tak pernah tinggalkanmu! PertolonganNya pasti’kan tiba tepat pada waktu’Nya. Bagai kuncup mawar yang waktunya mekar. Percayalah, Tuhan jadikan semua indah pada waktuNya. Hendaklah kita s’lalu dalam
firmanNya. Percayalah pada Tuhan! Nantikan Dia bekerja pada waktuNya. Tuhan takkan terlambat, juga takakan lebih cepat. Ajarlah kami setia s’lalu menanti waktuMu Tuhan.” (1 Korintus 10:13 & Pengkotbah 3:11a)
Dengan penuh rasa syukur karya ini kupersembahkan kepada:
Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang telah membimbingku dan menopang
segala keluh kesahku
Orang tuaku Bapak Florentius Maryono dan Ibu Rina Maryati, yang menjadi
motivasi utama.
Serta sahabatku yang tidak dapat disebutkan satu persatu dan selalu ada dalam
kondisi apapun.
v
vi
vii ABSTRAK
Scholastica Trisa Yualita (2016). Efektivitas Model Pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) Mengakomodasi Tugas Proyek dalam Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Datar Ditinjau dari Hasil Belajar dan Kreativitas Pembuatan Tugas Proyek Siswa Kelas VIII A di SMP Pangudi Luhur Ambarawa Tahun 2015/2016.Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika. Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pembelajaran model NHT (Numbered Heads Together) mengakomodasi tugas proyek pada materi bangun ruang sisi datar di kelas VIII A SMP Pangudi Luhur Ambarawa untuk meningkatkan hasil belajar dan kreativitas siswa. Penelitian ini merupakan penelitian VIII A yang dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2015/2016. Subjek penelitian adalah siswa-siswi kelas VIII A dengan model pembelajaran NHT mengakomodasi tugas proyek dan VIII E dengan model pembelajaran konvensional.
Instrumen pengumpulan data tes meliputi pretest dan posttest, untuk instrumen tes dilakukan validitas pakar dengan dosen pembimbing dan guru mata pelajaran, selanjutnya validitas butir soal dengan kelas yang sudah menerima materi itu. Untuk data nontes berupa lembar keterlaksanaan pembelajaran dan kuesioner kreativitas divalidasi oleh ahli yaitu dosen pembimbing. Setelah semua instrumen dinyatakan sudah memenuhi syarat yang ditetapkan dilanjutkan dengan pengambilan data. Pertama dilakukan ujian pretest di kelas VIII A dan VIII E untuk mengetahui rata-rata dari kedua kelas. Kelas VIII E menggunakan model pembelajaran ceramah sedangkan kelas VIII A menggunakan model NHT mengakomodasi tugas proyek dengan materi yang sama pada kedua kelas. Pada akhir pertemuan dilakukan ujian posttest di kedua kelas, sedangkan pengisian kuesioner dilakukan pada kelas VIII A saja. Setelah seluruh data terpenuhi dilakukan analisis data dari nilai hasil pretest, posttest, dan penilaian tugas proyek dilanjutkan analisis dari lembar keterlaksanaan pembelajaran dan kuesioner kreativitas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Persentase keterlaksanaan RPP dengan model NHT mencapai 86,355%.(2) Model pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) mengakomodasi tugas proyek efektif meningkatkan hasil belajar terbukti 76,31% siswa tuntas KKM dan ada perbedaan rata-rata serta dari setiap item soal yang menunjukkan kelas VIII A lebih baik. (3) Melalui tugas proyek yang dikerjakan dapat meningkatkan kreativitas siswa 85,71% kelompok mendapat nilai lebih atau sama dengan KKM. Dalam kuesioner kreativitas menunjukkan persentase keseluruhan sebesar 81,57% siswa berada pada kreativitas tinggi.
viii ABSTRACT
Scholastica Trisa Yualita (2016). The Effectiveness of Numbered Heads Together (NHT) Learning Model Accommodate the Project Assignments on Polyhedron Topic towards the Student’s Learning Achievements and Creativities in the Making Project Assignments in Class VIII A of Pangudi Luhur Ambarawa Junior High School Academic Year 2015/2016. Mathematics Education Study Program, Department of Mathematics Education and Science, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University Yogyakarta.
The aim of this research is to know the effectiveness of Numbered Heads Together (NHT) accommodate the project assignments on polyhedron topic to increase the students’ learning achievement and creativities in the making project assignment in Class VIII A of Pangudi Luhur Ambarawa Junior High School. This research is an experimental research which is conducted in the second semester. The subjects of this research are the students of Class VIII A with NHT learning model accomodate the project assignments and the students of Class VIII E with conventional learning model.
The instruments used to collect the test data consist of pretest and posttest. For the instruments of the test, expert validity is conducted then continued with item validity. For the non-test data, observation sheet of learning implementation and creativity questionnaire are validated by the experts. After all of the instruments are qualified, the next step is collecting the data. First, doing the pretest for VIII A and VIII E classes to find the same mean of each class. In the VIII E class, it uses speech method while in the VIII A class it uses NHT learning model accommodate the project assignment with the same topic. In the last meeting, there will be a posttest for both classes and filling questionnaire which is done by VIII A class. After all of the data are complete, the score of the pretest, posttest, and project assignments are analyzed as well as the observation sheet of learning implementation and creativity questionnaire.
The results of the research are:(1) The percentage of RPP using NHT method is 86,355%.(2) Accommodated with the project assignment, NHT learning model is effectively increase the students’ learning achievement. 76.31% students successfully fulfil the minimum achievement criteria and there is a difference on average and of each item exam indicate VIII A class is better.(3) From the project that is done, it is known that 85,71% students get higher or the same score with the minimum achievement criteria. From the creativity questionnaire, it shows that 81.57% students have some high creativities.
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas bimbingan-Nya penyusunan
skripsi yang berjudul “Efektivitas Model Pembelajaran NHT (Numbered Heads
Together) Mengakomodasi Tugas Proyek dalam Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Datar Ditinjau dari Hasil Belajar dan Kreativitas Pembuatan Tugas Proyek
Siswa Kelas VIII A di SMP Pangudi Luhur Ambarawa Tahun 2015/2016” dapat
terselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Progam Studi Pendidikan
Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Penulis menyadari bahwa selama proses pembuatan skripsi tentunya banyak
pihak yang dengan sengaja ataupun tidak sengaja ikut serta membantu. Oleh karena
itu, penulis menyampaikan terimakasih kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma
2. Bapak Dr. Hongki Julie, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
3. Bapak Beni Utomo M.Sc. selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika, Universitas Sanata Dharma dan dosen pembimbing skripsi yang
selalu membimbing dan mendorong peneliti selama proses penyusunan
4. Bruder Antonius Paryanta, FIC, M.Pd. selaku kepala SMP Pangudi Luhur
Ambarawa yang memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian.
5. Ibu Agata Winasti, S.Pd. selaku guru bidang studi matematika SMP Pangudi
Luhur Ambarawa yang telah membimbing dan membantu penulis selama
proses penelitian.
6. Siswa-siswi SMP Pangudi Luhur Ambarawa terutama kelas VIII A dan VIII E
sebagai subjek penelitian yang bersedia membantu penulis selama proses
penelitian
7. Bapak Florentius Maryono dan Ibu Rina Maryati selaku orang tua yang selalu
xi DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 4
C. Rumusan Masalah ... 5
BAB III METODE PENELITIAN... 43
A. Jenis Penelitian ... 43
B. Subyek Penelitan ... 44
xii
D. Bentuk Data ... 44
E. Metode Pengumpulan Data ... 45
F. Instrumen Penelitian ... 46
G. Teknik Analisis Data ... 52
H. Prosedur Pengumpulan Data ... 57
BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN ... 60
A. Pelaksanaan Penelitian ... 60
B. Analisis Data ... 90
C. Pembahasan ... 104
D. Keterbatasan Penelitian ... 106
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 107
A. Kesimpulan ... 107
B. Saran ... 108
DAFTAR PUSTAKA ... 110
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Sintak Model Pembelajaran Kooperatif ... 15
Tabel 3.1 Kegiatan Kelas Kedua ... 46
Tabel 3.2 Kegiatan Kelas Pertama ... 47
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Soal ... 48
Tabel 3.4 Interpretasi Validitas ... 49
Tabel 3.5 Interpretasi Reliabilitas ... 50
Tabel 3.6 Kisi-kisi Kuesioner ... 51
Tabel 3.7 Penilaian Pretest dan Tes Hasil Belajar ... 52
Tabel 3.8 Interpretasi Penilaian... 52
Tabel 3.9 Pedoman Skor Tugas Proyek ... 53
Tabel 3.10 Pedoman Nilai Kuesioner ... 55
Tabel 3.11 Interpretasi Skor Total Kuesioner ... 56
Tabel 3.12 Kriteria Kreativitas Secara Keseluruhan ... 57
Tabel 4.1 Nilai Hasil Uji Coba Pretest ... 90
Tabel 4.2 Perhitungan Validitas Pretest... 91
Tabel 4.3 Nilai Hasil Uji coba Posttest ... 92
Tabel 4.4 Perhitungan Validitas Posttest ... 92
Tabel 4.5 Hasil Ujian Pretest ... 93
Tabel 4.6 Hasil Ujian Tes Hasil Belajar... 95
Tabel 4.7 Hasil Penilaian Tugas Proyek ... 98
Tabel 4.8 Pembagian Kriteria Siswa ... 99
Tabel 4.9 Penilaian Kuesioner ... 100
Tabel 4.10 Persentase Keterlaksanaan Pembelajaran ... 102
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Prisma Tegak Dan Prisma Miring ... 25
Gambar 2.2 Prisma Segi Enam ... 26
Gambar 2.3 Jaring-jaring Prisma ... 28
Gambar 2.4 Bentuk-bentuk Limas ... 29
Gambar 2.5 Limas Tegak Segi Enam ... 29
Gambar 2.6 Limas Tegak Segi Enam Dan Garis Tingginya ... 30
Gambar 2.7 Jenis-jenis Limas ... 31
Gambar 2.8 Limas Sembarang ... 32
Gambar 2.9 Limas Beraturan ... 32
Gambar 2.10 Luas Permukaan Prisma ... 33
Gambar 2.11 Luas Permukaan Limas ... 34
Gambar 4.1 Perbandingan Posttest Setiap Item Soal ... 96
Gambar 4.2 Rata-rata Posttest Kelas VIII A dan Kelas VIII E ... 97
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran A.1 Surat Ijin Penelitian dari Prodi ... 115
Lampiran A.2 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 116
Lampiran B.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 118
Lampiran B.2 Keterlaksanaan Pembelajaran ... 145
Lampiran B.3 Soal Pretest dan Posttest ... 146
Lampiran B.4 Kunci Jawaban Soal Pretest dan Posttest ... 150
Lampiran B.5 Pedoman Penilaian Pretest dan Posttest ... 157
Lampiran B.6 Pedoman Tugas Proyek ... 163
Lampiran B.7 Kuesioner Kreativitas... 166
Lampiran C.1 Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran ... 171
Lampiran C.2 Validasi Soal Pretest ... 175
Lampiran C.3 Validasi Soal Posttest ... 182
Lampiran C.4 Lembar Jawab Validasi Pretest ... 189
Lampiran C.5 Lembar Jawab Validasi Posttest ... 195
Lampiran C.6 Lembar Jawab Pretest Kelas VIII A ... 200
Lampiran C.7 Lembar Jawab Pretest Kelas VIII E ... 206
Lampiran C.8 Lembar Jawab Posttest Kelas VIII A... 211
Lampiran C.9 Lembar Jawab Posttest Kelas VIII E ... 217
Lampiran C.10 Lembar Jawab Kuesioner ... 222
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Semua manusia pasti akan mengalami proses belajar, baik belajar secara
langsung di bangku sekolah ataupun belajar melalui pengalaman yang ditemui
selama manusia hidup. Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis, yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan
sejumlah perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan, dan
nilai-sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas
(Winkel;2007;59). Hal ini menunjukan bahwa perubahan yang terjadi dalam
belajar tidak begitu saja timbul, belajar lebih banyak membutuhkan kegiatan
yang disadari dengan berbagai aktivitas dan latihan-latihan.
Selama belajar di bangku sekolah siswa menerima banyak materi
pelajaran, salah satunya adalah matematika. Matematika memiliki materi yang
begitu banyak, tetapi yang terlihat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari
adalah aritmatika sosial, aljabar dan ilmu geometri. Matematika dianggap
menjadi mata pelajaran yang sulit untuk sebagian siswa. Hal ini disebut dengan
ketakutan terhadap matematika (math phobia) (Boeree, 2010). Dari beberapa
masalah ini membuat pembelajaran matematika menjadi terhambat untuk
mencapai tujuan dari pembelajaran itu sendiri. Dinamika antara guru dan siswa
memiliki peran penting dalam pembelajaran. Antara kedua nya tidak ada yang
saling diutamakan karena dibutuhkan sistem pembelajaran dua arah untuk
mempermudah tercapainya tujuan pembelajaran.
Melalui pengalaman semasa kegiatan Program Pengalaman Lapangan
(PPL) dalam mata pelajaran matematika terdapat beberapa siswa yang
memiliki hasil belajar masih kurang baik, walaupun terdapat beberapa siswa
yang menjadi juara dalam bidang matematika bahkan sampai ajang
internasional. Masih kurang baiknya hasil belajar siswa dapat dipengaruhi
dengan faktor dari dalam diri siswa atau faktor di luar diri siswa Beberapa
siswa menjelaskan kesulitan mereka dalam pembelajaran matematika salah
satunya karena model pembelajaran dengan guru yang menjelaskan atau model
pembelajaran satu arah. Beberapa siswa juga ada yang menjawab bahwa
mereka sendiri tidak menyukai mata pelajaran matematika.
Selain pengalaman ketika PPL, berdasarkan pengalaman peneliti semasa
sekolah pada jenjang SMP dan SMA kebanyakan guru masih menggunakan
model pembelajaran yang konvensional atau ceramah. Pembelajaran dengan
ceramah sebagian besar berpusat pada guru yang aktif, membuat siswa hanya
mengandalkan pengetahuan dari guru tanpa ingin mencari tahu pengetahuan
dari luar pembelajaran di sekolah. Dengan pembelajaran ceramah, siswa lebih
tidak kreatif terlebih jika dihadapkan dengan masalah nyata yang berkaitan
dengan materi pembelajaran tertentu.
Melalui hasil wawancara dengan guru di SMP Pangudi Luhur Ambarawa
kebanyakan siswa kurang memperhatikan pembelajaran dikarenakan kurang
beberapa siswa mengenai pembelajaran matematika masih ada beberapa siswa
yang menganggap matematika itu sulit sehingga rasa tertarik pada
pembelajaran itu menjadi berkurang dan bosan dengan model pembelajaran
yang biasa dilakukan.
Beberapa materi matematika ada yang membutuhkan kemampuan dalam
menggambarkan atau membayangkan dalam pikiran. Sementara beberapa
siswa masih kesulitan dalam kemampuan menggambarkan dalam pikiran.
Misalnya bangun ruang sisi datar, merupakan salah satu materi yang
membutuhkan kemampuan dalam menggambarkan dalam pikiran suatu
bangun ruang. Bangun ruang sisi datar adalah salah satu materi pembelajaran
matematika pada jenjang SMP yang bersifat abstrak, dalam Kamus Bahasa
Indonesia pengertian abstrak adalah tidak berwujud atau tidak berbentuk
sehingga makna dari abstrak adalah tidak berwujud dalam bentuk konkret atau
hanya dapat dibayangkan dalam pikiran saja. Berdasarkan pengalaman peneliti
sewaktu SMP, peneliti kesulitan dalam menggambarkan bentuk bangun ruang
karena guru tidak memberi contoh langsung. Selain itu selama peneliti melatih
siswa SMP dalam bimbingan belajar, kebanyakan siswa kebingungan dengan
bagaimana bentuk bangun ruang dan rumus untuk volume atau rumus luas
selimut seperti apa. Dari pengalaman itu memang diperlukan model
pembelajaran atau cara pembelajaran yang lebih menarik supaya siswa paham
materi bangun ruang sisi datar.
Model pembelajaran dalam kelompok bukan hal yang baru dalam proses
pembelajaran kelompok diharapkan siswa dapat berdinamika, selain dalam
memperjelas materi juga untuk berdinamika dari segi sosial.
Dari berbagai masalah atau latar belakang yang sudah dijabarkan peneliti
memilih untuk menggunakan model pembelajaran NHT (Numbered Heads
Together) karena melihat dari beberapa permasalahan yang ada sebagian siswa bosan dengan model pembelajaran yang hanya menggunakan ceramah selain
itu guru juga memberi tahu bahwa keaktifan siswa dalam pembelajaran hanya
didominasi dengan siswa yang bisa saja. Melalui pembelajaran dengan NHT
(Numbered Heads Together) siswa diharapkan dapat lebih ikut serta dalam pembelajaran, karena model pembelajaran adalah cara yang sangat baik untuk
menambah tanggungjawab individual kepada diskusi kelompok
(Slavin;2015;255). Selain menggunakan NHT (Numbered Heads Together)
peneliti juga menggunakan tugas proyek untuk lebih memperjelas materi
bangun ruang sisi datar. Hingga akhirnya peneliti memutuskan untuk meneliti
mengenai seberapa efektif pembelajaran NHT (Numbered Heads Together)
mengakomodasi tugas proyek di SMP Pangudi Luhur Ambarawa.
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang yang sudah dijabarkan peneliti dapat diidentifikasi
masalah sebagai berikut:
1. Kemampuan siswa dalam menggambarkan atau memperkirakan bentuk
belum bisa menyerap pembelajaran dengan hanya menggambarkan atau
memperkirakan saja.
2. Model guru yang kurang menarik siswa untuk ikut serta dalam
pembelajaran sehingga siswa cenderung pasif untuk menyampaikan
pertanyaan atau pendapatnya.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah dijabarkan maka peneliti
merumuskan sebagai berikut:
1. Berapa persen keterlaksanaan pembelajaran dengan model NHT
(Numbered Heads Together) mengakomodasi tugas proyek pada pokok bahasan bangun ruang sisi datar yang digunakan?
2. Bagaimana efektivitas model pembelajaran NHT (Numbered Heads
Together) mengakomodasi tugas proyek pada pokok bahasan bangun ruang sisi datar ditinjau dari hasil belajar?
3. Bagaimana kreativitas siswa dalam pembelajaran dengan model NHT
yang mengakomodasi tugas proyek pada pokok bahasan bangun ruang sisi
datar?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui keterlaksanaan pembelajaran menggunakan model
NHT (Numbered Heads Together) mengakomodasi tugas proyek pada
2. Untuk mengetahui efektivitas pembelajaran NHT (Numbered Heads
Together) mengakomodasi tugas proyek dalam pembelajaran bangun ruang sisi datar.
3. Untuk mengetahui kreativitas siswa dalam model pembelajaran NHT yang
mengakomodasi tugas proyek pada materi bangun ruang sisi datar.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang didapat dari penelitian ini adalah:
1. Bagi Peneliti
Bagi peneliti melalui penelitian ini tentunya dapat menambah wawasan,
pengalaman, dan kreativitas dalam mengembangkan model pembelajaran
matematika. Selain itu juga untuk mengetahui model pembelajaran yang
digunakan lebih efektif terhadap hasil belajar siswa dan kreativitas siswa
dalam pembuatan tugas proyek.
2. Bagi Guru
Manfaat penelitian ini untuk guru dapat menjadi salah satu model
pembelajaran baru yang dapat diterapkan dalam pembelajaran matematika
atau dalam pembelajaran dengan materi lainnya.
3. Bagi Siswa
Manfaat penelitian ini untuk siswa yang diteliti tentunya mempermudah
dalam pemahaman bangun ruang sisi datar dan menumbuhkan kreativitas
F. Pembatasan Masalah
Agar cakupan masalah yang digunakan tidak terlalu luas maka peneliti
melakukan pembatasan masalah sebagai berikut.
1. Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi SMP Pangudi Luhur Ambarawa
kelas VIII A semester 2 sebagai kelas VIII A dan kelas VIII E semester 2
sebagai kelas VIII E.
2. Materi pembelajaran yang dijadikan penelitian adalah materi luas
permukaan prisma dan limas
3. Kuesioner kreativitas tidak ada kaitannya dengan model NHT (Numbered
Heads Together) yang digunakan dalam pembelajaran selama penelitian. Kuesioner kreativitas hanya untuk melihat kemampuan kreativitas siswa
dalam pembuatan tugas proyek.
G. Pembatasan Istilah 1. Efektivitas
Efektivitas adalah pengaruh yang timbul dari dilakukannya suatu model
atau proses pembelajaran baru untuk melihat hasil belajar dan berbagai
aspek yang akan diteliti. Keefektifan model atau model pembelajaran
tertentu diperoleh setelah proses pembelajaran.
2. Belajar
Belajar adalah proses dimana seseorang yang tidak tahu menjadi tahu
dalam suatu materi tidak hanya dalam pembelajaran tetapi juga dalam
3. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah salah satu model pembelajaran secara
kelompok, sehingga terjadi interaksi antar siswa dalam kelompok, tujuan
pembelajarannya diantaranya untuk meningkatkan kemampuan akademik
siswa dan kemampuan siswa dalam berinteraksi dengan siswa lain.
4. NHT (Numbered Heads Together)
NHT (Numbered Heads Together) adalah pembelajaran yang berbasis
kelompok dengan teknis seperti diskusi kelompok. Perbedaannya dalam
model ini siswa diberikan penomoran di tiap kelompok dan dalam
presentasi guru menyebutkan nomor tertentu tanpa siswa tau terlebih
dahulu.
5. Tugas Proyek
Tugas Proyek adalah penugasan terstruktur dengan tujuan untuk
meningkatkan kreativitas dan memperdalam pemahaman mengenai materi
yang saat itu sedang dipelajari.
6. Bangun Ruang Sisi Datar
Bangun ruang sisi datar adalah bangun ruang yang sisinya berbentuk datar
(tidak lengkung). Dalam materi ini biasanya peserta didik mencari luas
permukaan dan volume dari bangun ruang sisi datar.
7. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah pencapaian akhir dari suatu pembelajaran yang dapat
digunakan dalam mengevaluasi hasil dari model pembelajaran atau hasil
8. Kreativitas
Kreativitas adalah kemampuan siswa dalam membuat sesuatu hal yang
baru setelah mempelajari materi atau suatu pembelajaran tertentu.
H. Urgensi Penelitian
Bila penelitian ini berjalan sesuai rencana yang sudah dibuat maka baik
peneliti atau pihak guru akan mengetahui keefektifan dari model pembelajaran
ini terhadap hasil belajar siswa selain itu juga untuk mengembangkan kreativitas
siswa melalui pembuatan tugas proyek. Sehingga diharapkan dapat menjadi
salah satu solusi atau salah satu inovasi model pembelajaran dalam mata
10 BAB II
LANDASAN TEORI A. Kajian Teoritik
1. Pengertian Efektivitas
Efektivitas berasal dari kata dasar efektif. Menurut KBBI (1990;219),
kata efektif mempunyai arti efek, pengaruh, akibat atau dapat membawa hasil.
Efektivitas dapat diartikan sebagai efek, pengaruh atau akibat dari suatu
kegiatan atau tindakan yang dapat membawa hasil sesuai tujuan.
Keefektifan pembelajaran adalah hasil guna yang diperoleh setelah
pelaksanaan proses belajar mengajar (Sadiman,1987 dalam Trianto,2009:20).
Keefektivan proses pembelajaran berkenaan dengan jalan, upaya, teknik dan
strategi yang digunakan dalam mencapai tujuan secara optimal, tepat dan cepat
(Nana Sudjana,1990:50). Untuk mengetahui keefektivan mengajar bisa
dilakukan dengan memberi tes, sebab hasil tes dapat dipakai untuk
mengevaluasi berbagai aspek proses pengajaran (Trianto,2009).
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa efektivitas dalam
pembelajaran merupakan ketepatan pemilihan cara pembelajaran untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Keefektifan pembelajaran dapat dilihat dari
keaktivan siswa, tanggapan siswa dengan model yang digunakan, dan hasil
belajar dari siswa. Model pembelajaran yang digunakan juga sangat
berpengaruh untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Belajar
Belajar sudah menjadi suatu istilah yang tidak asing dan banyak orang
mengartikan istilah belajar. Beberapa ahli mendefinisikan belajar sebagai
berikut:
a. Lee J. Cronbach (Educational Psychology;1977;92)
“The term learning is ususally reserved for a relatively permanent change in behavior, interpretation, or emotional response as a result of experience”. (Istilah pembelajaran ditujukan untuk perubahan yang relatif permanen dalam perilaku, interpretasi, atau reaksi emosional
sebagai hasil dari pengalaman).
b. WS. Winkel (Psikologi Pengajaran; 2007; 59)
Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam
interakasi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan sejumlah
perubahan dalam pengetahuan–pemahaman, keterampilan, dan
nilai-sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas.
c. Reber (Kamus Psikologi; 2010;521)
“Learning is the process of acquiring knowledge”. Belajar adalah proses
mendapatkan pengetahuan.
d. Prof. Dr Oemar Hamalik (2013;29)
Belajar bukan suatu tujuan tetapi merupakan suatu proses untuk
mencapai tujuan. Jadi, merupakan langkah-langkah atau prosedur yang
Selanjutnya Agus Suprijono (2013; 4) mengemukakan prinsip-prinsip
belajar yaitu:
Pertama, prinsip belajar adalah perubahan perilaku. Perubahan perilaku
sebagai hasil belajar memiliki ciri-ciri:
1. Sebagai hasil tindakan rasional instrumental yaitu perubahan yang
disadari
2. Kontinu atau berkesinambungan dengan perilaku lainnya
3. Fungsional atau bermanfaat sebagai bekal hidup
4. Positif atau berakumulasi
5. Aktif atau sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan
6. Permanen atau tetap, sebagaimana dikatakan oleh Wittig, belajar
sebagai “any relatively permanent change in an organism’s behavioral
reperiore that occurs as a result of experience”. 7. Bertujuan dan terarah
8. Mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan.
Kedua, belajar merupakan proses. Belajar terjadi karena didorong
kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Belajar adalah proses sistemik yang
dinamis, konstruktif, dan organik. Belajar merupakan kesatuan fungsional dari
berbagai komponen belajar.
Ketiga, belajar merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada
dasarnya adalah hasil dari interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya.
learning situation consist of a rich and varied series of learning experiences unified around a vigorous purpose and carried on in interaction with a rich varied and propocative environtment”.
Menurut Agus Suprijono (2013;5), tujuan belajar sebenarnya sangat
banyak dan bervariasi. Tujuan belajar yang eksplisit diusahakan untuk dicapai
dengan tindakan instruktusional, lazim dinamakan instructional effects, yang
biasa berbentuk pengetahuan dan keterampilan, sementara tujuan belajar
sebagai hasil yang menyertai tujuan belajar instruksional lazim disebut
nurturant effects, bentuknya berupa kemampuan berpikir kritis dan kreatif, sikap terbuka dan demokratis, menerima orang lain, dan sebagainya. Tujuan
ini merupakan konsekuensi logis dari peserta didik “menghidupi” (live in)
suatu sistem lingkungan belajar tertentu.
3. Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil
penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang
berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada
tingkat operasional di kelas. Model pembelajaran dapat diartikan pula sebagai
pola yang digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi, dan
memberi petunjuk kepada guru dikelas (Agus Suprijono;2013;45).
Terdapat banyak sekali model pembelajaran tetapi pada masa sekarang
ini model pembelajaran yang sering digunakan adalah model pembelajaran
Suprijono (2013;54) yaitu pembelajaran kooperatif (cooperative learning) dan
pembelajaran kolaboratif.
Menurut Anita Lie (Cooperative Learning;2010;29) model pembelajaran
cooperative learning tidak sama dengan sekadar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran cooperative learning yang membedakannya
dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan
prosedur model cooperative learning dengan benar akan memungkinkan
pendidik mengelola kelas dengan lebih efektif.
Selanjutnya Robert E. Slavin (Cooperative Learning;2015;10)
mengatakan bahwa semua model pembelajaran kooperatif menyumbangkan
ide bahwa siswa yang bekerja sama dalam belajar dan bertanggungjawab
terhadap teman satu timnya mampu membuat diri mereka belajar sama
baiknya.
Berikut dijelaskan beberapa elemen-elemen dasar pembelajaran
kooperatif yaitu (Miftakul Huda;2014;46):
a. Interpretasi positif (positive interpedence)
b. Interaksi promotif (promotive interaction)
c. Akuntabilitas individu (individual accountability)
d. Keterampilan interpersonal dan kelompok kecil (interpersonal and
small-group skill)
Dibawah ini dijelaskan sintak atau hubungan model pembelajaran
kooperatif yang terdiri dari 6 (enam) fase (Agus Suprijono;2013;65).
Tabel 2.1 Sintak model pembelajaran kooperatif
FASE-FASE PERILAKU GURU
Fase 1 : Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik (Present goals and set)
Menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan peserta didik siap belajar
Fase 2 : Menyajikan informasi (Present information)
Mempresentasikan informasi kepada peserta didik secara verbal
Fase 3 : Mengorganisir peserta didik ke dalm tim-tim belajar (Organize students into learning team)
Memeberikan penjelasan kepada peserta didik tentang tata cara pembentukan tim belajar dan membantu kelompok melakukan transisi yang efisien
Fase 4 : Membantu kerja tim dan belajar (Assist team work and study)
Membantu tim-tim belajar selama peserta didik mengerjakan tugasnya Fase 5 : Mengevaluasi (Test on the
materials)
Menguji pengetahuan peserta didik mengenai berbagai materi
pembelajaran atau kelompok-kelompok mempresentasikan hasil kerjanya
Fase 6 : Memberikan pengakuan atau penghargaan (Provide recognition)
Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan prestasi individu maupun kelompok
Dalam suatu pembelajaran, lingkungan belajar dan sistem pengelolaan
pembelajaran kooperatif harus sesuai dengan berikut ini (Agus
Suprijono;2013;66):
a. Memberikan kesempatan terjadinya belajar berdemokrasi
b. Meningkatkan penghargaan peserta didik pada pembelajaran akademik
dan mengubah norma-norma yang terkait dengan prestasi.
c. Mempersiapkan peserta didik belajar mengenai kolaborasi dan
keterampilan sosial melalui peran aktif peserta didik dalam
d. Memberikan peluang terjadinya proses partisipasi aktif peserta didik
dalam belajar dan terjadinya dialog interaktif.
e. Menciptakan iklim sosio emosional yang positif
f. Memfasilitasi terjadinya learning to live together.
g. Menumbuhkan produktivitas dalam kelompok.
h. Mengubah peran guru dari center stage performance menjadi koreografer
kegiatan kelompok
i. Menumbuhkan kesadaran pada peserta didik arti penting aspek sosial
dalam individunya. Secara sosiologis pembelajaran kooperatif dapat
menumbuhkan kesadaran altruisme (kebalikan dari egois atau lebih
mementingkan kepentingan orang lain) dalam diri peserta didik.
Kehidupan sosial adalah sisi penting dari kehidupan individual.
4. Model Pembelajaran NHT (Numbered Heads Together)
Model pembelajaran kooperatif memiliki banyak sekali variasi, salah
satunya adalah model NHT (Numbered Heads Together). Menurut Miftakul
Huda (2014;138), NHT (Numbered Heads Together) dikembangkan oleh Russ
Frank seorang guru pada Chaparral Middle School di Diamond Bar, California.
Model ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk sharing atau berbagi
ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat dan meningkatkan
semangat kerja sama siswa.
Model pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) merupakan
variasi dari pembelajaran kelompok. Pembelajaran dengan menggunakan
kelas menjadi kelompok-kelompok kecil. Jumlah kelompok sebaiknya
mempertimbangkan jumlah konsep yang dipelajari. Misalkan jika jumlah
peserta didik dalam satu kelas terdiri dari 40 orang dan terbagi menjadi 5
kelompok sehingga setiap kelompok terdiri dari 8 orang. Setiap orang dalam
tiap-tiap kelompok diberi nomor 1-8. Setelah kelompok terbentuk guru
mengajukan beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh tiap-tiap kelompok.
Berikan kesempatan kepada tiap-tiap kelompok menemukan jawaban. Pada
kesempatan ini tiap-tiap kelompok menyatukan kepalanya atau menyatukan
pemikiran mereka “Heads Together” berdiskusi memikirkan jawaban atas
pertanyaan dari guru. Langkah berikutnya adalah guru memanggil peserta
didik yang memiliki nomor yang sama dari tiap-tiap kelompok. Mereka diberi
kesempatan memberi jawaban atas pertanyaan yang telah diterima dari guru.
Hal itu dilakukan terus hingga semua peserta didik dengan nomor yang sama
dari masing-masing kelompok mendapat giliran memaparkan jawaban atas
pertanyaan guru. Berdasarkan jawaban-jawaban itu guru dapat
mengembangkan diskusi lebih mendalam, sehingga peserta didik dapat
menemukan jawaban pertanyaan itu sebagai pengetahuan yang utuh (Agus
Suprijono;2013;92).
Selanjutnya Anita Lie (2010;59) menyebut NHT dengan istilah “kepala
bernomor”. Anita Lie menjelaskan teknik belajar mengajar kepala bernomor
(Numbered Heads) yang dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992). Teknik
mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu, teknik ini juga
mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka.
Robert E. Slavin (2015;255) menyebut NHT dengan “menomori orang
bersama”, dengan penjelasan bahwa setiap siswa dalam sebuah kelompok
mendapat satu nomor dan para siswa tersebut tahu bahwa hanya satu siswa
yang akan dipanggil untuk mewakili kelompoknya. Suara dengungan atau
penyampaian ide yang semarak dari diskusi adalah usaha pada siswa untuk
saling berbagi informasi supaya semua orang tahu jawabannya. Dengan cara
itu mereka akan menerima sebuah poin, tidak peduli nomor mana yang
dipanggil. Memberi penomoran dalam setiap kelompok pada dasarnya adalah
sebuah varian atau macam dari group discussion; perbedaannya yaitu pada
hanya ada satu siswa yang mewakili kelompoknya tetapi sebelumnya tidak
diberi tahu siapa yang akan menjadi wakil kelompok tersebut. Pembelajaran
dengan model tersebut memastikan keterlibatan total dari semua siswa. Model
Russ Frank ini adalah cara yang sangat baik untuk menambahkan
tanggungjawab individual kepada diskusi kelompok.
Penelitian ini tidak hanya menggunakan model NHT (Numbered Heads
Together) saja tetapi mengakomodasikan dengan tugas proyek yang akan dikerjakan dalam setiap kelompok NHT. Penugasan proyek berguna sebagai
5. Penugasan Proyek
Penugasan proyek adalah penugasan yang mendukung hasil kerja dari
suatu materi yang dipilih. Melalui penugasan proyek peserta diminta untuk
membuat suatu barang atau benda berdasarkan hasil pemahaman dan
kreativitas dari setiap siswa yang dilakukan dalam setiap kelompok. Penilaian
proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang meliputi:
pengumpulan, pengorganisasian, pengevaluasian, dan penyajian data yang
harus diselesaikan peserta didik (individu/kelompok) dalam waktu atau periode
tertentu (Kunandar;2014;286).
Tugas proyek bisa berupa investigasi atau penelitian sederhana tentang
suatu masalah yang berkaitan dengan materi (KD) tertentu mulai dari
perencanaan, pengumpulan data atau informasi, pengolahan data, penyajian
data dan menyusun laporan. Penilaian proyek dimaksudkan untuk mengetahui
pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan, dan
kemampuan menginformasikan dari peserta didik secara jelas
(Kunandar;2014;286).
Menurut Kunandar (2014;286), dalam penilaian proyek setidaknya ada
tiga hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu:
a. Kemampuan pengelolaan, yaitu kemampuan peserta didik dalam memilih
topik, mencari informasi, mengelola waktu pengumpulan data dan
b. Relevansi, yaitu tugas atau proyek yang diberikan pada peserta didik harus
sesuai dengan karakteristik materi, lingkungan sekolah dan karakteristik
peserta didik.
c. Keaslian, yaitu tugas atau proyek yang dikerjakan peserta didik
benar-benar hasil pekerjaan peserta didik dengan bimbingan guru.
Dalam penilaian tugas proyek tentunya terdapat kelemahan dan
kelebihan. Terdapat tujuh kelebihan dari penilaian proyek yaitu
(Kunandar;2014;287):
a. Peserta didik lebih bebas mengeluarkan ide
b. Banyak kesempatan untuk berekreasi
c. Mendidik peserta didik lebih mandiri dan bertanggungjawab
d. Meringankan guru dalam pemberian materi pelajaran
e. Dapat meningkatkan kreativitas peserta didik
f. Ada rasa tanggung jawab peserta didik terhadap tugas-tugas yang
diberikan, dan
g. Guru dan peserta didik lebih kreatif
Selanjutnya dijelaskan delapan kelemahan dari penilaian proyek yaitu
(Kunandar;2014;287):
a. Untuk kelompok peserta didik yang kurang bertanggung jawab hanya
titip nama (tidak terpantau)
b. Didominasi oleh peserta didik yang mampu bekerja (pandai)
d. Hasil yang dicapai kurang maksimal (karena sering menunda-nunda
pekerjaan)
e. Hasilnya kurang obyektif
f. Dalam proses belajar mengajar (PMB) akan banyak menghabiskan
waktu
g. Tugas yang dibuat belum tentu hasil pekerjaan peserta didik, dan
h. Berat (bagi peserta didik) apabila semua guru memberi tugas (harus ada
kolaborasi)
Dalam penilaian proyek tentunya terdapat langkah-langkah yang
digunakan. Berikut tujuh langkah yang harus dilakukan dalam penilaian proyek
yaitu (Kunandar;2014;289):
a. Identifikasi dan pemetaan materi (kompetensi dasar) yang mau dijadikan
proyek oleh peserta didik
b. Membuat rambu-rambu atau perintah untuk proyek atau penugasan
tersebut, seperti nama proyeknya, waktu penyelesaian, aspek yang dinilai,
sistematika laporannya dan hal-hal lain yang relevan dengan proyek
tersebut.
c. Menyusun lembar atau rubrik penilaian yang berisi aspek-aspek apa saja
akan dinilai dari proyek tersebut. Aspek-aspek yang mau diukur harus
jelas, operasional dan dapat diukur.
d. Melakukan penilaian terhadap laporan proyek atau penugasan peserta
didik dengan mengacu pada rubrik penskoran yang telah disusun.
f. Melakukan analisis hasil penilaian proyek dengan memetakan persentase
ketuntasan peserta didik (berapa persen yang sudah tuntas dan berapa
persen yang belum tuntas).
g. Memasukan nilai laporan proyek peserta didik ke buku nilai.
Dalam suatu pembelajaran tentunya perlu dilakukan penilaian untuk
menentukan pencapaian hasil belajar siswa. Berikut dijelaskan beberapa
langkah yang harus dipenuhi dalam merencanakan penilaian proyek yaitu
(Kunandar;2014;289):
a. Menentukan kompetensi yang sesuai untuk dinilai melalui proyek.
b. Penilaian proyek mencakup perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan
proyek.
c. Menyusun indikator proses dan hasil belajar berdasarkan kompetensi.
d. Menentukan kriteria yang menunjukan capaian indikator pada setiap
tahapan pengerjaan proyek.
e. Merencanakan apakah tugas bersifat kelompok atau individual
f. Merencanakan teknik-teknik dalam penilaian individual untuk tugas
yang dikerjakan secara kelompok.
g. Menyusun tugas sesuai dengan rubrik penilaian
Setelah merencanakan penilaian proyek selanjutnya dijelaskan beberapa
langkah yang harus dipenuhi dalam melaksanakan penilaian proyek yaitu
a. Menyampaikan rubrik penilaian sebelum pelaksanaan penilaian kepada
peserta didik
b. Memberikan pemahaman kepada peserta didik tentang kriteria penilaian
c. Menyampaikan tugas disampaikan kepada peserta didik
d. Memberikan pemahaman yang sama kepada peserta didik tentang tugas
yang harus dikerjakan
e. Melakukan penilaian selama perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan
proyek
f. Memonitor pengerjaan proyek peserta didik dan memberikan umpan
balik pada setiap tahapan pengerjaan proyek
g. Membandingkan kinerja peserta didik dengan rubrik penliaian
h. Memetakan kemampuan peserta didik terhadap pencapaian kompetensi
minimal
i. Mencatat hasil penilaian
j. Memberikan umpan balik terhadap laporan yang disusun peserta didik
Selain itu dalam penilaian proyek tentunya terdapat tugas. Tugas-tugas
untuk penilaian proyek harus memenuhi beberapa acuan kualitas berikut
(Kunandar;2014;290):
a. Tugas harus mengarah pada pencapaian indikator hasil belajar
b. Tugas dapat dikerjakan oleh peserta didik
c. Tugas dapat dikerjakan selama proses pembelajaran atau merupakan
bagian dari pembelajaran mandiri
e. Materi penugasan sesuai dengan cakupan kurikulum
f. Tugas bersifat adil (tidak bias gender dan latar belakang sosial ekonomi)
g. Tugas mencantumkan tentang waktu pengerjaan tugas
Untuk mempermudah dalam penilaian dijelaskan rubrik-rubrik untuk
penilaian proyek yang harus memenuhi beberapa kriteria berikut
(Kunandar;2014;291):
a. Rubrik dapat mengukur target kemampuan yang akan diukur (valid)
b. Rubrik sesuai dengan tujuan pembelajaran
c. Indikator menunjukkan kemampuan yang dapat diamati (observasi)
d. Indikator menunjukkan kemampuan yang dapat diukur
e. Rubrik dapat memetakan kemampuan peserta didik
f. Rubrik menilai aspek-aspek penting pada proyek peserta didik
Poin berikutnya akan dijelaskan materi yang digunakan pada penelitian
ini yaitu bangun ruang sisi datar tetapi diambil pada sub materi luas permukaan
prisma dan limas.
6. Bangun Ruang Sisi Datar
Bangun ruang sisi datar yang digunakan dalam penelitian ini adalah
unsur-unsur beserta luas permukaan prisma dan limas.
a. Unsur-unsur Prisma dan Limas
Prisma adalah bangun ruang yang dibatasi oleh dua bidang berhadapan
bidang-bidang lain yang berpotongan menurut rusuk-rusuk yang sejajar (Dewi
Nuraini dan Tri Wahyuni;2008;224). Pengertian lain prisma adalah benda
yang dibatasi oleh dua bidang yang sejajar dan beberapa bidang lain yang
dipotong memotong menurut garis-garis yang sejajar (Husein
Tampomas;2007;124). Sedangkan pengertian lain prisma merupakan
polihedron (bidang banyak) dengan dua sisi yang saling berhadapan dan
merupakan poligon yang identik (Arita Marini;2013;48).
Gambar 2.1 Prisma tegak dan prisma miring
Prisma tegak adalah prisma yang rusuk-rusuk tegaknya lurus pada bidang
atas dan bidang alas. Prisma miring atau prisma condong adalah prisma
yang rusuk-rusuk tegaknya tidak tegak lurus pada bidang alas atau bidang
atas (Dewi Nuraini dan Tri Wahyuni;2008;224).
Menurut Husein Tampomas (2007;125) suatu prisma dinamakan prisma
tegak jika rusuk tegaknya tegak lurus pada bidang alas. Jika tidak
demikian, maka prisma itu dimanakan prisma miring atau prisma condong
atau prisma saja. Suatu prisma dinamakan beraturan jika memenuhi dua
syarat berikut:
1) Prisma itu tegak.
2) Bidang alasnya segi banyak beraturan.
Selanjutnya, nama prisma bergantung pada bentuk bidang alas dan tegak
atau tidaknya rusuk terhadap bidang alas.
Gambar 2.2 Prisma segi enam
Unsur-unsur prisma segienam adalah (Nuniek Avianti Agus;2007;200):
1) Sisi/bidang : sisi alas (ABCDEF), sisi atas (GHIJKL), dan sisi
tegak (ABHG, BCIJ, CDJI, DEKJ, EFLK, FSGL).
2) Rusuk : rusuk alas (AB, BC, CD, DE, EF, FA), rusuk tegak
(AG, BH, CI, DJ, EK, FL), dan rusuk atas (AG, GH, HI, IJ, JK, KL,
LG).
3) Titik sudut : A, B, C, D, E, F, G, H, I, J, K, L.
4) Diagonal bidang : garis yang menghubungkan dua titik sudut
yang berhadapan (tidak terletak pada satu rusuk) dari satu bidang
prisma. Diagonal alas (AC, AD, AE, BF, BE, BD, CF, CE, DF),
diagonal atap (GI, GJ, GK, HL, HK, HJ, IL, IK, JL), dan diagonal
sisi tegak (GB, AH, HC, BI, ID, JC, KD, EJ, LE, FK, AL, FG)
5) Diagonal ruang : garis yang menghubungkan dua titik sudut,
masing-masing titik sudut bidang alas dan tidak satu bidang.
Contohnya: GD, HE, IF, dll.
6) Bidang diagonal : bidang yang memuat diagonal bidang alas
dan diagonal bidang atas serta keduanya sejajar, seperti: LHBF,
LHCE, GJCA, GJFD, dll.
Pada penjelasan diatas dijelaskan jika prisma dengan alas segi enam.
Tetapi bagaimana jika prisma memiliki alas dengan segi yang lebih dari
enam atau kurang dari enam. Dalam prisma segi-n (n adalah bentuk bidang
alasnya) berlaku hal-hal sebagai berikut (Husein Tampomas; 2007;125).
1) Banyak sisinya = + buah
2) Banyak bidang diagonalnya = − buah
3) Banyak diagonal ruangnya = − buah
4) Banyak diagonal sisi alasnya = − buah
Selanjutnya dijelaskan sifat-sifat dari prisma tegak (Nuniek Avianti
Agus;2007;200):
1) Prisma memiliki bentuk alas dan atap yang kongruen
2) Setiap sisi bagian samping prisma berbentuk persegi panjang
3) Prisma memiliki rusuk tegak dengan panjang yang sama
4) Setiap diagonal bidang pada sisi yang sama memiliki ukuran yang
sama
Tambahan sifat-sifat prisma (Husein Tampomas; 2007;125) bentuk bidang
diagonalnya adalah persegi panjang
Jaring-jaring prisma diperoleh dengan cara mengiris beberapa rusuk
prisma tersebut sedemikian sehingga seluruh permukaan prisma terlihat
Gambar 2.3 Jaring-jaring prisma
Menurut Steve Slavin dan Ginny Crisonino, limas adalah bangun ruang
sisi datar yang memiliki satu bidang segi banyak dan bidang lainnya
berbentuk segitiga yang bertemu pada satu titik. Limas adalah bangun
ruang yang alasnya berbentuk segi banyak (segitiga, segiempat, atau
segilima) dan bidang sisi tegaknya berbentuk segitiga yang berpotongan
pada satu titik puncak limas (Dewi Nuraini dan Tri Wahyuni;2008;225).
Definisi lain dari limas atau piramida adalah suatu bangun ruang yang
dibatasi oleh sebuah segi banyak atau segi-n dan segitiga-segitiga yang
mempunyai titik puncak persekutuan di luar bidang segi banyak itu,
sedangkan sisi-sisi segi banyak itu merupakan alas-alas segitiga-segitiga
itu. Bagian bidang yang membatasi limas dinamakan bidang batas (Husein
Tampomas;2007; 144). Selain itu limas merupakan polihedron yang
dibentuk daru poligon sebagai alas dan titik yang tidak terletak pada sisi
alas, yang disebut titik puncak, antara setiap titik sudut pada alas dan titik
(a) (b) (c)
puncak dihubungkan oleh segmen garis-segmen garis (Arita
Marini;2013;48).
Gambar 2.4 Bentuk-bentuk Limas
Limas diberi nama berdasarkan bentuk bidang alasnya (Dewi Nuraini dan
Tri Wahyuni;2008;225). Sehingga jika alas berbentuk segitiga maka
disebut dengan limas tegak segitiga, sedangkan jika alas berbentuk segi
delapan maka limas disebut dengan limas tegak segi delapan.
Gambar 2.5 Limas Tegak Segi enam
Berikut dijabarkan unsur-unsur limas segi enam dengan melihat gambar
bentuk-bentuk limas (c) (Nuniek Avianti Agus;2007;208).
1) Sisi/bidang : sisi alas (ABCDEF) dan sisi tegak (ABG, BCG,
CDG, DEG, EFG, FAG)
2) Rusuk : rusuk alas (AB, BC, CD, DE, EF) dan rusuk tegak
(AG, BG, CG, DG, EG, FG)
C D E F
B A
G
3) Titik sudut : titik sudut alas (A, B, C, D, E) dan titik puncak (T)
Gambar 2.6 Limas Tegak Segi Enam dan Garis Tingginya
Tambahan unsur-unsur limas (Husein Tampomas;2007;144).
1) Tinggi limas
Jika GG’ tegak lurus bidang alas ABCDEF (G’ pada bidang alas),
maka GG’ dinamakan garis tinggi limas. G’ adalah titik kaki garis
tinggi. Panjang ruas garis GG’ yang juga merupakan jarak antara
puncak dan bidang alas limas dinamakan tinggi limas.
2) Bidang diagonal limas
Bidang yang melalui sebuah diagonal alas dan rusuk tegak yang
memotongnya dinamakan bidang diagonal. Dengan demikian, bidang
GAD, GFC, GEB, GAC, GAE, GBF, GBD, GCE, dan GDF
dinamakan bidang-bidang diagonal limas segi-6 G.ABCDEF
Pada limas segi-n (n adalah bentuk bidang alasnya) berlaku hal berikut
(Husein Tampomas;2007;145)
1) Banyak sisinya = + buah
2) Banyak bidang diagonalnya = − buah
3) Banyak diagonal sisi alasnya = − buah
C D E F
B A
G
Selanjutnya dijelaskan beberapa sifat-sifat limas menurut gambar
jenis-jenis limas (Nuniek Avianti Agus;2007;209).
Gambar 2.7 Jenis-jenis Limas
Gambar limas (a) menunjukan sebuah limas segitiga D.ABC. Pada limas
segitiga D.ABC, semua sisi limas tersebut berbentuk segitiga. Jika limas
segitiga memiliki semua sisi yang berbentuk segitiga sama sisi, maka limas
tersebut disebut limas segitiga beraturan.
Dari gambar (b) terlihat bahwa limas segiempat memiliki alas berbentuk
persegi panjang. Sesuai dengan sifatnya, setiap diagonal persegi panjang
memiliki ukuran yang sama panjang. Jadi, limas segiempat memiliki
diagonal alas yang sama panjang.
Menurut penjelasan Husein Tampomas (2007;145) suatu limas dapat
dibedakan berdasarkan bentuk bidang alas dan kedudukan atau posisi titik
puncak terhadap bidang alasnya, sehingga dapat dinyatakan:
1) Limas sembarang jika bidang alasnya berbentuk segi banyak
sembarang dan titik puncaknya sembarang.
A B
C D
A B
C D
Gambar 2.8 Limas Sembarang
2) Limas beraturan jika bidang alasnya berbentuk segi banyak beraturan
dan titik kaki garis tinggi berimpit dengan pusat bidang alas (proyeksi
titik puncak berimpit dengan pusat bidang alas). Jadi dapat
disimpulkan bahwa rusuk-rusuk tegak limas mempunyai panjang
yang sama.
Gambar 2.9 Limas Beraturan
Jaring-jaring limas diperoleh dengan mengiris beberapa rusuknya,
kemudian direbahkan seperti pada bangun ruang lainnya Nuniek Avianti
Agus;2007;210).
b. Luas Permukaan
Menurut Dewi Nuraini dan Tri Wahyuni (2008;232) luas permukaan
bangun ruang adalah jumlah luas seluruh permukaan bangun ruang
tersebut. Untuk menentukan luas permukaan bangun ruang, perhatikan
bentuk dan banyak sisi bangun ruang tersebut.
1) Luas Permukaan Prisma
Gambar 2.10 Luas Permukaan Prisma
Gambar prisma (a) menunjukan prisma tegak segitiga ABC.DEF,
sedangkan Gambar prisma (b) menunjukkan jaring-jaring prisma
tersebut.
Dengan demikian, secara umum luas permukaan prisma
dinyatakan sebagai berikut.
2) Luas Permukaan Limas
Gambar 2.11 Luas Permukaan Limas
Gambar limas (a) menunjukan limas segi empat T.ABCD dengan
alas berbentuk persegi panjang, sedangkan Gambar (b)
menunjukan jaring-jaring limas segi empat tersebut.
Sama dengan menentukan luas permukaan prisma, untuk mencari
luas permukaan limas dengan mencari luas jaring-jaring limas
tersebut.
Luas permukaan limas
= luas segi empat ABCD + luas segitiga TAB +
luas segitiga TBC + luas segitiga TCD + luas segitiga TAD
= luas alas + jumlah luas seluruh sisi tegak
Jadi, secara umum luas permukaan limas sebagai berikut.
Luas permukaan limas = luas alas limas + jumlah luas seluruh sisi
tegak limas
A B
C D
T
T
D
A B
C
T
T T
(a)
7. Hasil Belajar
Agus Suprijono (2013;5) menyatakan bahwa hasil belajar adalah
pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan
keterampilan. Menurut Nana Sudjana (2010;22) hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman
belajarnya. Selanjutnya untuk mengetahui hasil belajar siswa digunakan
penilaian hasil belajar.
Selanjutnya menurut Kunandar (2014;61) penilaian hasil belajar peserta
didik merupakan sesuatu yang sangat penting dan strategis dalam kegiatan
belajar mengajar. Dengan penilaian hasil belajar maka dapat diketahui
seberapa besar keberhasilan peserta didik telah menguasai kompetensi atau
materi yang telah diajarkan oleh guru. Melalui penilaian juga dapat dijadikan
acuan untuk melihat tingkat keberhasilan atau efektivitas guru dalam
pembelajaran.
8. Kreativitas
Kreativitas merupakan salah satu istilah yang sering digunakan meskipun
merupakan istilah yang taksa (ambigous) dalam penelitian psikologi masa kini.
Terdapat banyak arti kreativitas yang populer, diantaranya delapan yang sering
digunakan (Elizabeth B. Hurlock;1995;2)
Pertama, salah satu arti kreativitas yang paling populer menekankan
pembuatan sesuatu yang baru dan berbeda. Kebanyakan orang menganggap
seseorang. Kreativitas harus dianggap sebagai suatu proses – suatu proses
adanya sesuatu yang baru, apakah itu gagasan atau benda dalam bentuk atau
rangkaian yang baru dihasilkan.
Kedua, kreativitas memandangnya sebagai kreasi sesuatu yang baru dan
orisinal secara kebetulan, sebagaimana seorang anak yang bermain dengan
balok-balok kayu membangun tumpukan yang menyerupai rumah dan
kemudian menyebutnya rumah.
Ketiga, kreativitas menyatakan bahwa apa saja yang diciptakan selalu
baru dan berbeda dari yang telah ada dan karenanya unik. Semua kreativitas
mencakup gabungan dari gagasan atau produk lama ke dalam bentuk baru,
tetapi yang lama merupakan dasar bagi yang baru.
Keempat, kreativitas adalah bahwa ia merupakan proses mental yang
unik, suatu proses yang semata-mata dilakukan untuk menghasilkan sesuatu
yang baru, berbeda, dan orisinil.
Kelima, kreativitas seringkali dianggap sinonim dengan kecerdasan
tinggi. Keyakinan ini telah diperkuat dengan kenyataan bahwa orang dengan
IQ yang sangat tinggi disebut “jenius”, istilah yang oleh orang awam
disamakan dengan kreativitas. Sebenarnya kreativitas hanyalah salah satu
aspek kecerdasan sebagaimana kolega ingatan atau penalaran.
Keenam, kreativitas yaitu sepercik kejeniusan yang diwariskan pada
seseorang dan tidak ada kaitannya dengan belajar atau lingkungan menyatakan,
Ketujuh, kreativitas umumnya dianggap sinonim dengan imajinasi dan
fantasi dan karenanya merupakan bentuk permainan mental. Goldner telah
menyatakan bahwa kreativitas merupakan “kegiatan otak yang teratur,
komprehensif, dan imajinatif menuju suatu hasil yang orisinil”. Jadi ia lebih
inovatif daripada reproduktif.
Kedelapan, kreativitas adalah bahwa semua orang umumnya terbagi
dalam dua kelompok besar: “penurut” dan “pencipta”. Penurut (comformers)
melakukan apa yang diharapkan dari mereka tanpa mengganggu atau
menyulitkan orang lain. Sebaliknya, pencipta (creators) menyatakan gagasan
orisinil, titik pandang yang berbeda, atau cara baru menangani masalah dan
menghadapinya.
Unsur karakteristik kreativitas (Elizabeth B. Hurlock;1995;5) yaitu:
a. Kreativitas merupakan proses, bukan hasil.
b. Proses itu mempunyai tujuan, yang mendatangkan keuntungan bagi
orang itu sendiri atau kelompok sosialnya.
c. Kreativitas mengarah ke penciptaan sesuatu yang baru, berbeda, dan
karenanya unik bagi orang itu, baik itu berbentuk lisan atau tulisan,
maupun konkret atau abstrak.
d. Kreativitas timbul dari pemikiran divergen, sedangkan konformitas dan
pemecahan masalah sehari-hari timbul dari pemikiran konvergen.
e. Kreativitas merupakan suatu cara berpikir; tidak sinonim dengan
f. Kemampuan untuk menciptakan bergantung pada perolehan
pengetahuan yang diterima
g. Kreativitas merupakan bentuk imajinasi yang dikendalikan yang
menjurus ke arah beberapa bentuk prestasi, misalnya melukis,
membangun dengan balok, atau melamun.
Sedangkan menurut Florence Betlestone dan Narulita Yusron (2013;2)
dijelaskan enam bagian dalam kreativitas diantaranya:
a. Kreativitas sebagai bentuk pembelajaran
Kreativitas sebagai bentuk pembelajaran dapat membantu menjelaskan
dan menginterprestasikan konsep-konsep abstrak dengan melibatkan
skil-skil seperti keingintahuan, kemampuan menemukan, eksplorasi,
pencarian kepastian dan antusiasme, yang semuanya merupakan
kualitas-kualitas yang sangat besar yang terdapat pada anak.
Aspek-aspek ini dapat diperkuat dengan memberikan penguasaan teknis dan visi
yang lebih luas kepada anak sehingga kreativitas dapat
menginformasikan berbagai pembelajaran lainnya.
b. Representasi
Kreativitas melibatkan pengungkapan atau pengekpresian gagasan dan
perasaan serta penggunaan berbagai macam cara untuk melakukannya,
misalnya melalui seni ekspresif. Gagasan ini merupakan cara sebagian
besar guru mempelajari kreativitas ketika dibangku kuliah sehingga
kreativitas meliputi unsur-unsur simbolisme, permainan peran atau