• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi penilaian dan proses pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013 ditinjau dari status kepegawaian dan masa kerja : studi kasus pada SMK bidang keahlian bisnis dan manajemen se-Kabupaten Sleman.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Implementasi penilaian dan proses pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013 ditinjau dari status kepegawaian dan masa kerja : studi kasus pada SMK bidang keahlian bisnis dan manajemen se-Kabupaten Sleman."

Copied!
245
0
0

Teks penuh

(1)

viii ABSTRAK

IMPLEMENTASI PENILAIAN DAN PROSES PEMBELAJARAN BERDASARKAN KURIKULUM 2013 DITINJAU

DARI STATUS KEPEGAWAIAN DAN MASA KERJA Studi Kasus Pada SMK Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen

se-Kabupaten Sleman

Sirilus Christianto Universitas Sanata Dharma

2016

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan: (1) implementasi penilaian berdasarkan kurikulum 2013 ditinjau dari status kepegawaian; (2) implementasi penilaian berdasarkan kurikulum 2013 ditinjau dari masa kerja; (3) implementasi proses pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013 ditinjau dari status kepegawaian; (4) implementasi proses pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013 ditinjau dari masa kerja.

Penelitian ini dilakukan di SMK Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen se-Kabupaten Sleman dengan populasi sebanyak 677 orang. Penelitian ini dilaksanakan di SMK N 1 Depok, SMK N 1 Godean, SMK N 1 Tempel, SMK YPKK 2 Sleman, SMK YPKK 1 Sleman, SMK Muhammadiyah 2 Moyudan, SMK Ma’arif 1 Sleman, SMK Muhammadiyah 1 Tempel, SMK Muhammadiyah Cangkringan, SMK YPKK 3 Sleman, dan SMK YAPEMDA. Sampel yang diambil sebanyak 63 guru. Ditarik dengan teknik purposive sampling. Data diambil dengan kuesioner menggunakan statistik deskriptif, one way anova.

(2)

ix ABSTRACT

THE IMPLEMENTATION OF ASSESMENT AND LEARNING PROCESS BASED ON THE CURRICULUM OF 2013 PERCEIVED FROM THE

EMPLOYMENT STATUS AND YEARS OF SERVICE A Case Study in the Vocational High School

in the Expertise of Management and Business Skills in Sleman Regency

Sirilus Christianto Sanata Dharma University

2016

The objective of this research is to find out the difference: (1) the implementation of assesment based on the curriculum of 2013 perceived from the employment status; (2) the implementation of assesment based on the curriculum of 2013 perceived from the years of service; (3) the implementation of learning process based on the curriculum of 2013 perceived from the employment status; (4) the implementation of learning process based on the curriculum of 2013 perceived from the years of service.

This research was conducted in some Vocational High Schools majoring in Management and Business Skills in Sleman Regency with a population of 677 people. This research was conducted in SMK N 1 Depok, SMK N 1 Godean, SMK N 1 Tempel, SMK YPKK 2 Sleman, SMK YPKK 1 Sleman, SMK Muhammadiyah 2 Moyudan, SMK Ma’arif 1 Sleman, SMK Muhammadiyah 1 Tempel, SMK Muhammadiyah Cangkringan, SMK YPKK 3 Sleman, and SMK YAPEMDA. The samples were as many as 63 teachers. The samples were taking by the technique of purposive sampling. The data was taken with a questionnaire using descriptive statistics, one-way ANOVA.

(3)

i

IMPLEMENTASI PENILAIAN DAN PROSES

PEMBELAJARAN BERDASARKAN KURIKULUM 2013

DITINJAU DARI STATUS KEPEGAWAIAN DAN MASA

KERJA

Studi Kasus Pada SMK Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen se-Kabupaten Sleman

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Oleh:

Sirilus Christianto

NIM: 111334020

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

iv

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini untuk:

(7)

v

MOTTO

Kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda

Hal yang paling indah adalah bisa melakukan sesuatu

dengan kemampuan sendiri

(8)
(9)
(10)

viii ABSTRAK

IMPLEMENTASI PENILAIAN DAN PROSES PEMBELAJARAN BERDASARKAN KURIKULUM 2013 DITINJAU

DARI STATUS KEPEGAWAIAN DAN MASA KERJA Studi Kasus Pada SMK Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen

se-Kabupaten Sleman

Sirilus Christianto Universitas Sanata Dharma

2016

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan: (1) implementasi penilaian berdasarkan kurikulum 2013 ditinjau dari status kepegawaian; (2) implementasi penilaian berdasarkan kurikulum 2013 ditinjau dari masa kerja; (3) implementasi proses pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013 ditinjau dari status kepegawaian; (4) implementasi proses pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013 ditinjau dari masa kerja.

Penelitian ini dilakukan di SMK Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen se-Kabupaten Sleman dengan populasi sebanyak 677 orang. Penelitian ini dilaksanakan di SMK N 1 Depok, SMK N 1 Godean, SMK N 1 Tempel, SMK YPKK 2 Sleman, SMK YPKK 1 Sleman, SMK Muhammadiyah 2 Moyudan, SMK Ma’arif 1 Sleman, SMK Muhammadiyah 1 Tempel, SMK Muhammadiyah Cangkringan, SMK YPKK 3 Sleman, dan SMK YAPEMDA. Sampel yang diambil sebanyak 63 guru. Ditarik dengan teknik purposive sampling. Data diambil dengan kuesioner menggunakan statistik deskriptif, one way anova.

(11)

ix ABSTRACT

THE IMPLEMENTATION OF ASSESMENT AND LEARNING PROCESS BASED ON THE CURRICULUM OF 2013 PERCEIVED FROM THE

EMPLOYMENT STATUS AND YEARS OF SERVICE A Case Study in the Vocational High School

in the Expertise of Management and Business Skills in Sleman Regency

Sirilus Christianto Sanata Dharma University

2016

The objective of this research is to find out the difference: (1) the implementation of assesment based on the curriculum of 2013 perceived from the employment status; (2) the implementation of assesment based on the curriculum of 2013 perceived from the years of service; (3) the implementation of learning process based on the curriculum of 2013 perceived from the employment status; (4) the implementation of learning process based on the curriculum of 2013 perceived from the years of service.

This research was conducted in some Vocational High Schools majoring in Management and Business Skills in Sleman Regency with a population of 677 people. This research was conducted in SMK N 1 Depok, SMK N 1 Godean, SMK N 1 Tempel, SMK YPKK 2 Sleman, SMK YPKK 1 Sleman, SMK Muhammadiyah 2 Moyudan, SMK Ma’arif 1 Sleman, SMK Muhammadiyah 1 Tempel, SMK Muhammadiyah Cangkringan, SMK YPKK 3 Sleman, and SMK YAPEMDA. The samples were as many as 63 teachers. The samples were taking by the technique of purposive sampling. The data was taken with a questionnaire using descriptive statistics, one-way ANOVA.

(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus, yang telah

melimpahkan berkat dan kasih-Nya, sehingga melalui kehendak-Nya penulis

dapat menyelesaikan skripsi dengan lancar. Penulis menyadari bahwa dalam

menyelesaikan skripsi ini penulis mendapatkan bantuan dan bimbingan serta

dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan

banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D., selaku Rektor Universitas

Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk belajar di

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

2. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

3. Bapak Ig. Bondan Suratno, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan

Ilmu Pengetahuan Sosial dan Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi

BKK Pendidikan Akuntansi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

4. Bapak Drs. F.X. Muhadi, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing yang telah

banyak meluangkan waktu dalam memberikan arahan, saran bahkan

masukan disaat penulis sedang kesusahan sehingga dapat menyelesaikan

skripsi ini;

5. Untuk semua dosen dan karyawan Program Studi Pendidikan Ekonomi

BKK Pendidikan Akuntansi, terimakasih untuk ilmu dan pengetahuan

serta bantuan yang telah penulis dapatkan selama belajar di Universitas

Sanata Dharma;

6. Untuk kedua orangtuaku yang selalu memberikan dukungan doa maupun

(13)

xi

7. Untuk teman-teman HIMAPENSI terimakasih telah berdinamika selama

kuliah di Universitas Sanata Dharma;

8. Untuk Dina, Alfon, Mega, Elin, Resa, dan Vriska terimakasih banyak

selalu mengingatkan saya untuk dikerjakan skripsinya;

9. Untuk teman-teman kost grinjing yang sekarang sudah menyebar entah

kemana terimakasih untuk tempat tidur saat istirahat menunggu kuliah;

10. Untuk teman-temanku semua Pendidikan Akuntansi Angkatan 2011 baik

yang sudah lulus maupun yang belum terima kasih atas waktu yang telah

kita jalani bersama selama kuliah di Sanata Dharma;

11. Untuk Astrid, terimakasih ya selalu mengingatkan untuk terus ketemu pak

muhadi;

12. Untuk Mbak Agnes, Mas Anto, dan Mas Agus yang selalu ga pernah henti

mengingatkan skripsi untuk dikerjakan.

13. Dan untuk semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu

yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini memiliki berbagai kekurangan,

sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk skripsi

ini. Semoga skripsi juga dapat memberikan manfaat bagi pihak yang

membutuhkan maupun yang berkepentingan. Demikian skripsi dibuat agar dapat

digunakan dengan sebaik-baiknya.

Yogyakarta, 12 April 2016

(14)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xxii

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 7

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Manfaat Penelitian... 8

BAB II : KAJIAN TEORITIK... 10

(15)

xiii

1. Pengertian Kurikulum ... 10

2. Komponen Kurikulum ... 13

3. Perkembangan Kurikulum Di Indonesia ... 15

4. Peranan Kurikulum ... 20

5. Fungsi Kurikulum ... 21

B. Kurikulum 2013 ... 24

1. Konsep Dasar Kurikulum 2013 ... 24

2. Rasional Pengembangan Kurikulum 2013 ... 26

3. Karakteristik Kurikulum 2013 ... 29

4. Tujuan Kurikulum 2013 ... 30

5. Keunggulan Kurikulum 2013 ... 31

C. Penilaian Dalam Kurikulum 2013 ... 32

1. Pengertian Penilaian ... 32

2. Jenis-jenis Penilaian ... 33

3. Prinsip dan Pendekatan Penilaian ... 34

4. Teknik Penilaian ... 37

D. Proses Pembelajaran Dalam Kurikulum 2013 ... 44

1. Pengertian Belajar ... 44

2. Karakteristik Pembelajaran ... 44

3. Perencanaan Pembelajaran Dalam Kurikulum 2013 ... 46

4. Pelaksanaan Pembelajaran Dalam Kurikulum 2013 ... 49

E. Status Kepegawaian dan Implementasi Kurikulum... 53

F. Masa Kerja dan Implementasi Kurikulum... 55

G. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan ... 56

H. Kerangka Berpikir ... 57

I. Perumusan Hipotesis ... 59

(16)

xiv

A. Jenis Penelitian ... 61

B. Tempat dan Waktu Penelitian... 61

C. Subjek dan Objek Penelitian... 62

D. Populasi dan Sampel ... 62

E. Variabel Penelitian dan Pengukuran... 65

F. Teknik Pengumpulan Data ... 67

G. Teknik Pengujian Instrumen ... 72

H. Teknik Analisis Data ... 80

BAB IV : ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 88

A. Deskripsi Data ... 88

B. Analisis Data... 135

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 145

BAB V : PENUTUP ... 154

A. Kesimpulan ... 154

B. Keterbatasan Penelitian ... 155

C. Saran ... 156

DAFTAR PUSTAKA ... 157

(17)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Jenis-jenis Penilaian Yang Dilakukan Oleh Pendidik, Satuan

Pendidikan dan Pemerintah ... 33

Tabel 2.2. Kompetensi Inti Sikap Spritual (KI 1) Dan Sikap Sosial (KI 2) Sekolah Menengah Kejuruan/ Madrasah Aliyah Kejuruan... 39

Tabel 2.3. Kompetensi Inti Pengetahuan (KI 3) Kelas X, XI, XII Sekolah Menegah Kejuruan/ Madrasah Aliyah Kejuruan ... 41

Tabel 2.4. Kompetensi Inti Keterampilan (KI 4) Sekolah Menengah Kejuruan/ Madrasah Aliyah Kejuruan ... 43

Tabel 2.5. Rincian Gradasi Sikap, Pengetahuan, Dan Keterampilan ... 45

Tabel 3.1. Data SMK se-Kabupaten Sleman ... 63

Tabel 3.2. Data SMK Negeri dan Swasta Sebagai Sampel Penelitian ... 65

Tabel 3.3. Skoring Variabel Status Kepegawaian ... 66

Tabel 3.4. Skoring Variabel Masa Kerja ... 66

Tabel 3.5. Skala likert unruk pertanyaan bersifat positif dan negatif... 67

Tabel 3.6. Daftar Kisi-kisi Kuesioner ... 68

Tabel 3.7. Ringkasan Hasil Pengujian Validitas Variabel Implementasi Penilaian Berdasarkan Kurikulum 2013 ... 74

Tabel 3.8. Ringkasan Hasil Pengujian Validitas Variabel Implementasi Proses Pembelajaran Berdasarkan Kurikulum 2013 (Pertama) 75 Tabel 3.9. Ringkasan Hasil Pengujian Validitas Variabel Implementasi Proses Pembelajaran Berdasarkan Kurikulum 2013 (Kedua) .. 76

Tabel 3.10. Reliability Statistics Tabel 3.7 ... 79

Tabel 3.11. Reliability Statistics Tabel 3.9 ... 79

(18)

xvi

Tabel 3.13. Rumus Unsur Tabel Persiapan ANOVA ... 85

Tabel 4.1. Data Responden Penelitian... 89

Tabel 4.2. Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 89

Tabel 4.3. Data Responden Berdasarkan Status Kepegawaian ... 90

Tabel 4.4. Data Responden Berdasarkan Status Sekolah ... 90

Tabel 4.5. Data Responden Berdasarkan Penerima Sertifikasi Guru ... 91

Tabel 4.6. Data Responden Berdasarkan Frekuensi Masa Kerja ... 91

Tabel 4.7. Deskripsi Implementasi Penilaian Berdasarkan Kurikulum 2013 di SMK Negeri dan Swasta Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen se-Kabupaten Sleman ... 93

Tabel 4.8. Nilai-nilai Statistik Implementasi Penilaian berdasarkan Kurikulum 2013 di SMK Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen Akuntansi se-Kabupaten Sleman ... 94

Tabel 4.9. Deskripsi Implementasi Penilaian Berdasarkan Kurikulum 2013 di SMK N 1 Depok... 95

Tabel 4.10. Nilai-Nilai Statistik Implementasi Penilaian berdasarkan Kurikulum 2013 di SMK N 1 Depok ... 96

Tabel 4.11. Deskripsi Implementasi Penilaian Berdasarkan Kurikulum 2013 di SMK N 1 Godean ... 97

Tabel 4.12. Nilai-Nilai Statistik Implementasi Penilaian berdasarkan Kurikulum 2013 di SMK N 1 Godean ... 98

Tabel 4.13. Deskripsi Implementasi Penilaian Berdasarkan Kurikulum 2013 di SMK N 1 Tempel ... 99

(19)

xvii

Tabel 4.15. Deskripsi Implementasi Penilaian Berdasarkan Kurikulum

2013 di SMK YPKK 2 Sleman ... 101

Tabel 4.16. Nilai-Nilai Statistik Implementasi Penilaian berdasarkan

Kurikulum 2013 di SMK YPKK 2 Sleman ... 101

Tabel 4.17. Deskripsi Implementasi Penilaian Berdasarkan Kurikulum

2013 di SMK YPKK 1 Sleman ... 102

Tabel 4.18. Nilai-Nilai Statistik Implementasi Penilaian berdasarkan

Kurikulum 2013 di SMK YPKK 1 Sleman ... 103

Tabel 4.19. Deskripsi Implementasi Penilaian Berdasarkan Kurikulum

2013 di SMK Muhammadiyah 2 Moyudan... 104

Tabel 4.20. Nilai-Nilai Statistik Implementasi Penilaian berdasarkan

Kurikulum 2013 di SMK Muhammadiyah 2 Moyudan ... 105

Tabel 4.21. Deskripsi Implementasi Penilaian Berdasarkan Kurikulum

2013 di SMK Ma’arif 1 Sleman ... 106

Tabel 4.22. Nilai-Nilai Statistik Implementasi Penilaian berdasarkan

Kurikulum 2013 di SMK Ma’arif 1 Sleman ... 107

Tabel 4.23. Deskripsi Implementasi Penilaian Berdasarkan Kurikulum

2013 di SMK Muhammadiyah 1 Tempel ... 108

Tabel 4.24. Nilai-Nilai Statistik Implementasi Penilaian berdasarkan

Kurikulum 2013 di SMK Muhammadiyah 1 Tempel ... 108

Tabel 4.25. Deskripsi Implementasi Penilaian Berdasarkan Kurikulum

2013 di SMK Muhammadiyah Cangkringan ... 109

Tabel 4.26. Nilai-Nilai Statistik Implementasi Penilaian berdasarkan

Kurikulum 2013 di SMK Muhammadiyah Cangkringan ... 110

(20)

xviii

2013 di SMK YPKK 3 Sleman ... 111

Tabel 4.28. Nilai-Nilai Statistik Implementasi Penilaian berdasarkan

Kurikulum 2013 di SMK YPKK 3 Sleman ... 112

Tabel 4.29. Deskripsi Implementasi Penilaian Berdasarkan Kurikulum

2013 di SMK YAPEMDA ... 113

Tabel 4.30. Nilai-Nilai Statistik Implementasi Penilaian berdasarkan

Kurikulum 2013 di SMK YAPEMDA ... 113

Tabel 4.31. Deskripsi Implementasi Proses Pembelajaran Berdasarkan

Kurikulum 2013 di SMK Negeri dan Swasta Bidang Keahlian

Bisnis dan Manajemen se-Kabupaten Sleman ... 115

Tabel 4.32. Nilai-nilai Statistik Implementasi Proses Pembelajaran

Berdasarkan Kurikulum 2013 di SMK Bidang Keahlian

Bisnis dan Manajemen se-Kabupaten Sleman ... 116

Tabel 4.33. Deskripsi Implementasi Proses Pembelajaran Berdasarkan

Kurikulum 2013 di SMK N 1 Depok ... 117

Tabel 4.34. Nilai-Nilai Statistik Implementasi Proses Pembelajaran

Berdasarkan Kurikulum 2013 di SMK N 1 Depok ... 118

Tabel 4.35. Deskripsi Implementasi Proses Pembelajaran Berdasarkan

Kurikulum 2013 di SMK N 1 Godean ... 119

Tabel 4.36. Nilai-Nilai Statistik Implementasi Proses Pembelajaran

Berdasarkan Kurikulum 2013 di SMK N 1 Godean ... 119

Tabel 4.37. Deskripsi Implementasi Proses Pembelajaran Berdasarkan

Kurikulum 2013 di SMK N 1 Tempel ... 120

Tabel 4.38. Nilai-Nilai Statistik Implementasi Proses Pembelajaran

(21)

xix

Tabel 4.39. Deskripsi Implementasi Proses Pembelajaran Berdasarkan

Kurikulum 2013 di SMK YPKK 2 Sleman ... 122

Tabel 4.40. Nilai-Nilai Statistik Implementasi Proses Pembelajaran

Berdasarkan Kurikulum 2013 di SMK YPKK 2 Sleman ... 122

Tabel 4.41. Deskripsi Implementasi Proses Pembelajaran Berdasarkan

Kurikulum 2013 di SMK YPKK 1 Sleman ... 123

Tabel 4.42. Nilai-Nilai Statistik Implementasi Proses Pembelajaran

Berdasarkan Kurikulum 2013 di SMK YPKK 1 Sleman ... 124

Tabel 4.43. Deskripsi Implementasi Proses Pembelajaran Berdasarkan

Kurikulum 2013 di SMK Muhammadiyah 2 Moyudan ... 125

Tabel 4.44. Nilai-Nilai Statistik Implementasi Proses Pembelajaran

Berdasarkan Kurikulum 2013 di SMK Muhammadiyah 2

Moyudan... 126

Tabel 4.45. Deskripsi Implementasi Proses Pembelajaran Berdasarkan

Kurikulum 2013 di SMK Ma’arif 1 Sleman ... 127

Tabel 4.46. Nilai-Nilai Statistik Implementasi Proses Pembelajaran

Berdasarkan Kurikulum 2013 di SMK Ma’arif 1 Sleman ... 127

Tabel 4.47. Deskripsi Implementasi Proses Pembelajaran Berdasarkan

Kurikulum 2013 di SMK Muhammadiyah 1 Tempel ... 128

Tabel 4.48. Nilai-Nilai Statistik Implementasi Proses Pembelajaran

Berdasarkan Kurikulum 2013 di SMK Muhammadiyah 1

Tempel ... 129

Tabel 4.49. Deskripsi Implementasi Proses Pembelajaran Berdasarkan

Kurikulum 2013 di SMK Muhammadiyah Cangkringan ... 130

(22)

xx

Berdasarkan Kurikulum 2013 di SMK Muhammadiyah

Cangkringan ... 131

Tabel 4.51. Deskripsi Implementasi Proses Pembelajaran Berdasarkan

Kurikulum 2013 di SMK YPKK 3 Sleman ... 132

Tabel 4.52. Nilai-Nilai Statistik Implementasi Proses Pembelajaran

Berdasarkan Kurikulum 2013 di SMK YPKK 3 Sleman ... 132

Tabel 4.53. Deskripsi Implementasi Proses Pembelajaran Berdasarkan

Kurikulum 2013 di SMK YAPEMDA ... 133

Tabel 4.54. Nilai-Nilai Statistik Implementasi Proses Pembelajaran

Berdasarkan Kurikulum 2013 di SMK YAPEMDA ... 134

Tabel 4.55. Rangkuman Hasil Pengujian Normalitas Variabel

Implementasi Penilaian Berdasarkan Kurikulum 2013

Ditinjau dari Status Kepegawaian Guru ... 135

Tabel 4.56. Rangkuman Hasil Pengujian Normalitas Variabel

Implementasi Penilaian Berdasarkan Kurikulum 2013

Ditinjau dari Masa Kerja ... 136

Tabel 4.57. Rangkuman Hasil Pengujian Normalitas Variabel

Implementasi Proses Pembelajaran Berdasarkan Kurikulum

2013 Ditinjau dari Status Kepegawaian Guru ... 137

Tabel 4.58. Rangkuman Hasil Pengujian Normalitas Variabel

Implementasi Proses Pembelajaran Berdasarkan Kurikulum

2013 Ditinjau dari Masa Kerja ... 138

Tabel 4.59. Rangkuman Hasil Pengujian Homogenitas ... 139

Tabel 4.60. Hasil Uji Beda Data Implementasi Penilaian Berdasarkan

(23)

xxi

Tabel 4.61. Hasil Uji Beda Data Implementasi Penilaian Berdasarkan

Masa Kerja ... 142

Tabel 4.62. Hasil Uji Beda Data Implementasi Proses Pembelajaran

Berdasarkan Status Kepegawaian Guru ... 143

Tabel 4.63. Hasil Uji Beda Data Implementasi Proses Pembelajaran

(24)

xxii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Instrumen Penelitian (Kuesioner dan Lembar Jawab) ... 161

Lampiran 2 Data Induk Penelitian ... 170

Lampiran 3 Validitas dan Reliabilitas ... 181

Lampiran 4 Analisis Data Penelitian... 190

Lampiran 5 tabel t, r, dan F ... 214

(25)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 menetapkan pendidikan

merupakan suatu usaha sadar dan terencana yang mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa dan

negara. Prinsip-prinsip penyelenggaraan pendidikan harus sesuai dengan

tujuan pendidikan. Pendidikan nasional didasarkan pada Pancasila dan

UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dimana pendidikan

nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak

serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik

agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan

menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Pada era modern saat ini dimana semua sistem berkembang dengan

pesatnya khususnya dalam pendidikan, setidaknya terdapat tiga aspek

yang memiliki peranan cukup signifikan dalam dunia pendidikan yaitu

(26)

kebijakan pendidikan nasional pengertian kurikulum dapat dilihat dalam

undang-undang No. 20 Tahun 2001 (SISDIKNAS) pasal 1 ayat (9), ialah

“seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan

pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan

kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”

(Hidayat, 2013:22). Rustaman mengatakan proses pembelajaran adalah

proses yang di dalamnya terdapat kegiatan interaksi antara guru-siswa dan

komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk

mencapai tujuan belajar (Hidayat, 2013:118). Sedangkan, penilaian

(assesment) adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa

memberikan gambaran perkembangan belajar siswa (Kunandar, 2013:35).

Keberhasilan proses pembelajaran di sekolah merupakan suatu hal

yang seharusnya dicapai oleh guru. Guru memiliki peran yang cukup

signifikan dalam perkembangan peserta didik. Sebagai pelaksana

kurikulum guru harus mampu membimbing dan mendampingi siswa mulai

dari proses pembelajarannya di kelas sampai kepada proses penilaian.

Hidayat juga menekankan bahwa penilaian harus menyeluruh

dengan menggunakan beragam cara dan alat untuk menilai beragam

kompetensi atau kemampuan peserta didik, sehingga tergambar profil

kemampuan peserta didik. Penilaian yang mengarah pada kesesuaian

teknik penilaian dengan kompetensi, serta penjenjangan penilaian.

Penilaian bertujuan memberikan masukan informasi secara komprehensif

(27)

berlangsung maupun dilihat dari hasil akhirnya. Penilaian dilakukan

dengan menggunakan berbagai cara sesuai dengan kompetensi yang

diharapkan dapat dicapai peserta didik (2013:119).

Sejak Indonesia merdeka pada zaman orde baru sampai era

reformasi saat ini, kurikulum telah mengalami perubahan yaitu pada tahun

1947, tahun 1952, tahun 1964, tahun 1968, tahun 1975, tahun 1984, tahun

1994, tahun 2004, dan tahun 2006, serta yang terbaru kurikulum tahun

2013. Dalam perkembangan dunia pendidikan, kurikulum memang

mengalami banyak perubahan maupun perkembangan. Perubahan

kurikulum ini dimaksudkan untuk memperbaiki kinerja dalam dunia

pendidikan. Kurikulum 2013 berorientasi pada peningkatan dan

keseimbangan antara kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan.

Sejalan dengan UU No. 20 Tahun 2003, bagian umum: antara lain

ditegaskan bahwa salah satu strategi pembangunan pendidikan nasional

adalah pengembangan dan pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi.

Secara konseptual kurikulum 2013 dicita-citakan untuk menghasilkan

generasi masa depan yang cerdas komprehensif yakni tidak hanya cerdas

intelektualnya, tetapi juga cerdas emosi, sosial, dan spiritualnya.

Implementasi kurikulum 2013 menuntut kerjasama yang optimal

diantara para guru, sehingga memerlukan pembelajaran berbentuk tim, dan

menuntut kerjasama yang kompak diantara para anggota tim. Kerjasama

antara para guru sangat penting dalam proses pendidikan yang akhir-akhir

(28)

2013 akan dilaksanakan secara terbatas dan bertahap, mulai tahun ajaran

2013 (Juli 2013) pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, dimulai di

kelas I dan IV untuk SD, kelas VII SMP, dan kelas X SMA. Semula,

kurikulum 2013 akan diimplementasikan pada 30% SD, dan 100% SMP,

SMA, dan SMK, sehingga tahun 2016 semua sekolah diharapkan sudah

menggunakan dan mengembangkan kurikulum baru, baik negeri maupun

swasta (Mulyasa, 2013:9).

Dalam pelaksanaannya banyak permasalahan yang timbul akibat

penerapan kurikulum 2013. Kurikulum yang konon kabarnya akan lebih

memanusiakan anak didik itu pada kenyataannya justru memberikan beban

kepada banyak pihak guru, siswa, orang tua dan juga sekolah. Semua

terjadi karena ketidaksiapan, sebagaimana telah banyak dikritisi para pakar

pendidikan. Pun saya merasakan sendiri selama lebih kurang enam hari

mengikuti pelatihan guru pendamping kurikulum 2013, beragam

pertanyaan dari para peserta di antaranya sistem penilaian yang ada dalam

kurikulum itu. Setelah mengamati dan mendalami dalam bentuk diskusi

kelompok, hampir semua peserta pelatihan merasa kesulitan

mengapilkasikan sistem penilaian yang ada dalam kurikulum ini, terutama

begitu banyaknya lembaran isian yang harus dikerjakan guru. Sebagai

contoh untuk penilaian sikap spiritual dan sikap sosial, akan menyita tidak

sedikit waktu guru. Ditambah lagi penilaian pengetahuan dan keterampilan

yang juga membutuhkan waktu tidak sedikit, tentunya akan menjadi beban

(29)

wajib 24 jam, perinciannya misalnya pelajaran bahasa Inggris untuk 24

mengampu enam rombongan belajar dikalikan setiap rombongan belajar

ada 30 siswa, maka akan ada 180 siswa yang menjadi tugas guru tersebut.

Dengan empat aspek penilaian, kita tinggal kalikan saja 180 siswa kali

empat. Pertanyaannya, akankah guru mampu melakukan itu secara

maksimal. Ditambah lagi tugas tambahan guru yang menjadi wali kelas

misalnya, penilaiannya akan semakin banyak terutama adanya penilaiaan

deskriptif pada rapor. Tentu ini akan semakin sulit.

Lain lagi masalah, misalnya digunakan sistem aplikasi dalam penilaian

rapor, tidak semua wali kelas melek komputer. Jadi, intinya hal ini akan

jadi masalah utama selain masalah-masalah lain yang dikeluhkan guru.

(http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2014/10/14/123153/kurikul

um-2013-kebingungan-guru-dan-beban-siswa/#.VrCCBUDz8SI)

Melihat permasalahan diatas, dapat kita lihat bahwa tidak semua

guru mampu mengimplementasikan Kurikulum 2013. Seperti halnya

berikut ini, Selain itu, lanjutnya, kurikulum 2013 juga memiliki sisi positif

lainnya. Misalnya sisi paradigma karena mengemas mata pelajaran

menjadi lebih maknawi dalam kehidupan sehari-hari dengan model

pembelajaran tematik integratif dan pendekatan saintifik. "Kemudian,

dalam kurikulum 2013 proses pembelajaran murid aktif, guru sebagai

fasilitator maupun motivator, semua aspek kehidupan bisa menjadi sumber

pembelajaran, serta melahirkan manusia pembelajar," paparnya. Meski

(30)

kurikulum 2013 penuh kontradiksi. Mau melahirkan manusia yang kreatif,

kritis, inovatif, tapi penuh materi yang normatif karena ada penambahan

jam belajar agama. "Kedua, berharap proses pembelajaran lebih leluasa

tapi ada penambahan jam pelajaran. Ketiga, kurikulum 2013 cocok untuk

sekolah yang sudah maju dan gurunya punya semangat belajar tinggi,

masyarakat yang sudah terdidik, muridnya memiliki kemampuan dan

fasilitas setara, serta infrastruktur telekomunikasi dan transportasi sudah

merata sehingga tidak menghambat proses," urai Tyas.

(http://news.okezone.com/read/2014/11/08/65/1062782/kelebihan-kekurangan-kurikulum-2013)

Melihat status kepegawaian guru yang mana terdiri dari guru PNS,

guru yayasan serta guru tidak tetap. Tidak semua guru dalam status

tersebut mampu untuk menerapkan implementasi kurikulum 2013. Bahkan

hanya sedikit guru yang paham bagaimana cara untuk menerapkan

Kurikulum 2013 tersebut. Selain status kepegawaian menjadi sudut

pandang, kita juga dapat melihat bahwa tidak semua guru yang masa

kerjanya lama paham akan Kurikulum 2013, dan juga mungkin guru yang

masa kerjanya lebih sedikit lebih cepat mampu memahami Kurikulum

2013 tersebut.

Berdasarkan fakta-fakta tersebut penulis merasa tertarik untuk

melakukan penelitian mengenai proses pembelajaran dan penilaian yang

diimplementasikan lewat kurikulum 2013. Dalam implementasi kurikulum

(31)

PEMBELAJARAN BERDASARKAN KURIKULUM 2013

DITINJAU DARI STATUS KEPEGAWAIAN DAN MASA KERJA” .

B. Batasan Masalah

Untuk lebih mengarahkan penelitian mengenai Kurikulum 2013,

maka penelitian ini hanya membatasi ruang lingkup mengenai penilaian

dan proses pembelajaran ditinjau dari sudut pandang status kepegawaian

dan masa kerja guru di sekolah.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah di atas, peneliti

merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah ada perbedaan implementasi penilaian berdasarkan

kurikulum 2013 ditinjau dari status kepegawaian?

2. Apakah ada perbedaan implementasi penilaian berdasarkan

kurikulum 2013 ditinjau dari masa kerja?

3. Apakah ada perbedaan implementasi proses pembelajaran

berdasarkan kurikulum 2013 ditinjau dari status kepegawaian?

4. Apakah ada perbedaan implementasi proses pembelajaran

(32)

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, dapat

dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan implementasi penilaian

berdasarkan kurikulum 2013 ditinjau dari status kepegawaian

2. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan implementasi penilaian

berdasarkan kurikulum 2013 ditinjau dari masa kerja

3. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan implementasi proses

pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013 ditinjau dari status

kepegawaian

4. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan implementasi proses

pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013 ditinjau dari masa

kerja

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Guru

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai evaluasi oleh guru

tentang pelaksanaan penilaian dan proses pembelajaran. Hasil

penelitian dapat memberikan gambaran yang nyata sejauh mana

penilaian dan proses pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013 telah

dilaksanakan. Hal ini dapat digunakan sebagai bahan refleksi untuk

(33)

2. Bagi Sekolah

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan

bagi sekolah untuk merumuskan bahan kebijakan sekolah yang

berkaitan atau berhubungan dengan upaya mengoptimalkan kinerja

guru, khususnya dalam penilaian dan proses pembelajaran berdasarkan

kurikulum 2013.

3. Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan tambahan informasi

bagi penelitian selanjutnya serta dapat menambah kepustakaan yang

berguna bagi mahasiswa atau pihak lain yang membutuhkan.

4. Bagi Instansi Pemerintah (DIKPORA Kab. Sleman)

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan mutu dan

(34)

10 BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. Tinjauan Umum Kurikulum

1. Pengertian Kurikulum

Arifin (2011:2-3) berpendapat bahwa secara etimologis, istilah

kurikulum (curriculum) berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir yang artinya

“pelari” dan curere yang berarti “tempat berpacu”. Dalam bahasa Perancis,

istilah kurikulum berasal dari kata courier yang berarti berlari (to run).

Kurikulum berarti suatu jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari dari

garis start sampai dengan garis finish untuk memperoleh medali atau

penghargaan. Jarak yng harus ditempuh tersebut kemudian diubah menjadi

program sekolah dan semua orang yang terlibat didalamnya. Curriculum is the

entire school program and all the people involved in. Program tersebut berisi

mata pelajaran-mata pelajaran (courses) yang harus ditempuh oleh peserta

didik selama kurun waktu tertentu, seperti SD/MI (enam tahun), SMP/MTs

(tiga tahun), SMA/SMK/MA (tiga tahun) dan seterusnya. Dengan demikian

secara terminologis istilah kurikulum (dalam pendidikan) adalah sejumlah mata

pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan peserta didik di sekolah untuk

memperoleh ijazah. The curriculum has mean the subject taught in school or

the course of study (Ragan, 1966).

Arifin (2011:3) menjelaskan bahwa ada beberapa implikasi dari

(35)

pelajaran adalah warisan budaya dan pengalaman-pengalaman masa lampau

yang mengandung nilai-nilai positif untuk disampaikan kepada generasi muda.

Mata pelajaran tersebut harus mewakili semua aspek kehidupan dan sesuai

dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan, (b)

peserta didik harus mempelajari dan menguasai seluruh mata pelajaran, (c)

mata pelajaran hanya dipelajari di sekolah secara terpisah-pisah, (d) tujuan

akhir kurikulum adalah untuk memperoleh ijazah.

Menurut A. Ferry T. Indratno kurikulum adalah program dan isi dari

suatu sistem pendidikan yang berupaya melaksanakan proses akumulasi

pengetahuan antar generasi dalam masyarakat. Bila ditarik benang merah maka

kurikulum dapat dipahami sebagai alat sentral bagi keberhasilan pendidikan

(Yamin, 2012:15).

Gerakan kurikulum modern sebenarnya sudah ada di Amerika sejak

tahun 1950-an. Pada saat itu B. Othanel Smith, W.O. Stanley dan J. Harlan

Shores memandang kurikulum sebagai a sequence of potential experiences set

up in the school for the purpose of disciplining children and youth in group

ways of thinking and acting. Pengertian ini menunjukkan kurikulum bukan

hanya mata pelajaran, tetapi juga pengalaman-pengalaman potensial yang

dapat diberikan kepada peserta didik. Selanjutnya, J. Galen Saylor dan William

M. Alexander mengemukakan the curriculum is the sum total of school’s

efforts to influence learning, whether in the classroom, on the playground or

out of school. Pengertian ini lebih luas lagi dari pengertian sebelumnya,

(36)

sekolah untuk memengaruhi peserta didik belajar, baik di kelas, di halaman

sekolah atau di luar sekolah. Akhirnya, Harold B.Alberty et.al. juga memahami

kurikulum sebagai all of the activities that are provided for the students by the

school (Arifin, 2011:3-4).

Pengertian kurikulum secara modern adalah semua kegiatan dan

pengalaman potensial (isi/ materi) yang telah disusun secara ilmiah, baik yang

terjadi di dalam kelas, di halaman sekolah maupun di luar sekolah atas

tanggung jawab sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan. Ada juga

pengertian kurikulum yang lebih luas yaitu semua kegiatan dan pengalaman

belajar serta segala sesuatu yang berpengaruh terhadap pembentukan pribadi

peserta didik, baik di sekolah maupun di luar sekolah atas tanggung jawab

sekolah untuk mencapai pendidikan. Segala sesuatu yang dimaksud disini

merupakan hidden curriculum, misalnya fasilitas sekolah, lingkungan yang

aman, bersih, indah dan berbunga, suasana keakraban, kerja sama yang

harmonis dan saling mendorong dalam proses pembelajaran, serta media dan

sumber belajar yang memadai (Arifin, 2011:4-5).

Sedangkan menurut undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah

seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran

serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan

(37)

2. Komponen Kurikulum

Arifin (2011:82-94) mengembangkan komponen kurikulum menjadi

komponen tujuan, komponen isi/ materi, komponen proses, dan komponen

evaluasi.

Tujuan mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis, karena

akan mengarahkan dan memengaruhi komponen-komponen kurikulum lainnya.

Dalam penyusunan suatu kurikulum, perumusan tujuan ditetapkan terlebih

dahulu sebelum menetapkan komponen yang lainnya. Tujuan pendidikan suatu

negara tidak bisa dipisahkan dan merupakan penjabaran dari tujuan negara atau

falsafah negara, karena pendidikan merupakan alat untuk mencapai tujuan

negara. Tujuan pendidikan nasional dirumuskan langsung oleh pemerintah

sebagai pedoman bagi pengembangan tujuan-tujuan pendidikan yang lebih

khusus. Tujuan institusional adalah tujuan yang ingin dicapai oleh setiap

lembaga pendidikan, baik pendidikan formal (TK/ RA, SD/ MI, SMP/ MTs,

SMA/ MA) maupun pendidikan nonformal (lembaga kursus, pesantren).

Tujuan kurikuler adalah tujuan yang ingin dicapai oleh setiap bidang studi atau

mata pelajaran, seperti bidang studi Pendidikan Agama Islam, IPA, IPS,

Matematika, Bahasa Indonesia, dan sebagainya. Tujuan pembelajaran umum

adalah tujuan yang ingin dicapai pada setiap pokok bahasan, sedangkan tujuan

pembelajaran khusus (instructional objective) adalah tujuan dari setiap

subpokok bahasan.

Isi/ materi kurikulum pada hakikatnya adalah semua kegiatan dan

(38)

pendidikan. Secara umum, isi kurikulum itu dapat dikelompokkan menjadi tiga

bagian, yaitu: (a) logika, yaitu pengetahuan tentang benar-salah, berdasarkan

prosedur keilmuan, (b) etika, yaitu pengetahuan tentang baik-buruk, nilai, dan

moral, dan (c) estetika, yaitu pengetahuan tentang indah-jelek, yang ada nilai

seni. Berdasarkan pengelompokan isi kurikulum tersebut, maka pengembangan

isi kurikulum harus disusun berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut: (a)

mengandung bahan kajian atau topik-topik yang dapat dipelajari peserta didik

dalam proses pembelajaran, dan (b) berorientasi pada standar kompetensi

lulusan, standar kompetensi mata pelajaran, dan kompetensi dasar yang telah

ditetapkan. Pemilihan isi kurikulum dapat juga mempertimbangkan kriteria

sebagai berikut: (a) sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, (b) sesuai dengan

tingkat perkembangan peserta didik, (c) bermanfaat bagi peserta didik,

masyarakat, dunia kerja, bangsa dan negara, baik untuk masa sekarang maupun

masa yang akan datang, dan (d) sesuai dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi.

Proses pelaksanaan kurikulum harus menunjukkan adanya kegiatan

pembelajaran, yaitu upaya guru untuk membelajarkan peserta didik, baik di

sekolah melalui kegiatan tatap muka, maupun di luar sekolah melalui kegiatan

terstruktur dan mandiri. Dalam konteks inilah, guru dituntut untuk

menggunakan berbagai strategi pembelajaran, metode mengajar, media

pembelajaran, dan sumber-sumber belajar. Pemilihan strategi pembelajaran

harus disesuaikan dengan tujuan kurikulum (SK/ KD), karakteristik materi

(39)

menyampaikan isi kurikulum, antara lain: (a) strategi ekspositori klasikal, yaitu

guru lebih banyak menjelaskan materi yang sebelumnya telah diolah sendiri,

sementara siswa lebih banyak menerima materi yang telah jadi, (b) strategi

pembelajaran heuristik (discovery dan inquiry), (c) strategi pembelajaran

kelompok kecil: kerja kelompok dan diskusi kelompok, dan (d) strategi

pembelajaran individual.

Untuk mengetahui efektifitas kurikulum dan dalam upaya memperbaiki

serta menyempurnakan kurikulum, maka diperlukan evaluasi kurikulum.

Evaluasi kurikulum merupakan usaha yang sulit dan kompleks, karena banyak

aspek yang harus dievaluasi, banyak orang yang terlibat, dan luasnya

kurikulum yang harus diperhatikan. Evaluasi kurikulum dan luasnya kurikulum

yang harus diperhatikan. Evaluasi kurikulum memerlukan ahli-ahli yang

mengembangkannya menjadi suatu disiplin ilmu. Evaluasi kurikulum juga erat

hubungannya dengan definisi kurikulum itu sendiri, apakah sebagai kumpulan

mata pelajaran atau meliputi semua kegiatan dan pengalaman anak di dalam

maupun di luar sekolah.

3. Perkembangan Kurikulum Di Indonesia

Hidayat (2013:1-18) menjabarkan bahwa semenjak Indonesia merdeka

sejak tahun 1945 telah mengalami perubahan kurikulum, yaitu pada tahun

1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994,2004, dan 2006.

Kurikulum pertama yang lahir setelah Indonesia merdeka adalah

merupakan rencana pelajaran atau dalam bahasa Belanda disebut leer plan.

(40)

dan pendidikan lebih menekankan pada pembentukan karakter. Setelah rencana

pelajaran 1947. Rencana Pelajaran 1947 merupakan pengganti sistem

pendidikan kolonial Belanda dengan mengurangi pendidikan kecerdasan

intelektual. Kurikulum 1947 dilandasi semangat zaman dan suasana kehidupan

berbangsa dengan spirit merebut kemerdekaan maka pendidikan lebih

menekankan pada pembentukan karakter manusia Indonesia yang merdeka dan

berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain, kesadaran bernegara dan masyarakat.

Setelah Rencana Pelajaran 1947, pada tahun 1952 kurikulum di

Indonesia mengalami penyempurnaan. Pada tahun 1952 ini, pemerintah

Indonesia melalui Kementrian Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan

menerbitkan buku Pedoman Kurikulum SD yang lebih merinci setiap mata

pelajaran kemudian diberi nama Rencana Pelajaran Terurai 1952 yang

berfungsi membimbing para guru dalam kegiatan mengajar di Sekolah Dasar.

Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan nasional. Yang

menjadi ciri dari kurikulum 1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran

sehari-hari, silabus mata pelajarannya jelas, seorang guru mengajar satu mata

pelajaran.

Menjelang tahun 1964 pemerintah kembali menyempurnakan sistem

kurikulum di Indonesia. Kurikulum ini diberi nama Rencana Pendidikan 1964

atau kurikulum 1964. Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964 yang menjadi ciri

dari kurikulum ini adalah bahwa pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat

(41)

pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana yaitu; daya cipta, rasa,

karsa, karya dan moral.

Kurikulum 1964 masih mengalami perubahan yaitu menjadi kurikulum

1968, hal ini dipengaruhi oleh perubahan sistem politik dari pemerintahan

rezim Orde Lama ke rezim pemerintahan Orde Baru. Kurikulum ini menjadi

citra sebagai produk Orde Lama. Kurikulum 1968 menekankan pada

pendekatan organisasi materi pelajaran menjadi kelompok pembinaan jiwa

Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Jumlah jam pelajarannya

9 mata pelajaran. Titik berat kurikulum ini terletak pada materi apa saja yang

tepat diberikan kepada siswa di setiap jenjang pendidikan. Dari segi tujuan

pendidikan, Kurikulum 1968 diarahkan pada upaya untuk membentuk manusia

Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan

keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama.

Pembaruan kelima terjadi dengan diterbitkannya Kurikulum 1975/ 1976.

Kurikulum 1975 untuk SD/ SMP dan SMA sedangkan Kurikulum 1976 untuk

Sekolah Keguruan yaitu SPG dan Sekolah Menengah Kejuruan (STM, SMEA).

Komponen yang terkandung dalam Kurikulum 1975 memuat: (a) tujuan

institusional baik SD, SMP, dan SMA/ SPG/ SMEA/ STM, yaitu tujuan yang

hendak dicapai lembaga pendidikan dalam melaksanakan program

pendidikannya, (b) struktur program kurikulum, yaitu kerangka umum program

pengajaran yang akan diberikan pada tiap sekolah, (c) garis-garis besar

program pengajaran, yang didalamnya terdapat hal-hal yang berhubungan

(42)

Dalam perkembangannya Kurikulum 1975 dianggap sudah tidak relevan

lagi dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dan tuntutan ilmu pengetahuan

dan teknologi. Kurikulum 1984 lahir sebagai perbaikan atau revisi terhadap

Kurikulum 1975. Kurikulum 1984 memiliki ciri sebagai berikut: (1)

berorientasi kepada tujuan pembelajaran (instruksional), (2) pendekatan

pembelajarannya berpusat pada anak didik melalui cara belajar siswa aktif

(CBSA), (3) materi pelajaran dikemas dengan menggunakan pendekatan spiral,

(4) menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan, (5)

materi disajikan berdasarkan tingkat kesiapan atau kematangan siswa, (6)

menggunakan pendekatan keterampilan proses.

Pada kurikulum sebelumnya, yaitu Kurikulum 1984, proses pembelajaran

menekankan pada pola pembelajaran yang berorientasi pada teori belajar

mengajar, kurang memperhatikan muatan (isi) pelajaran. Kurikulum 1994

dibuat sebagai penyempurnaan Kurikulum 1984 dan dilaksanakan sesuai

dengan Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan

Nasional. Terdapat ciri-ciri yang menonjol dalam Kurikulum 1994, antara lain

sebagai berikut: (1) pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem

caturwulan, (2) pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran

yang cukup padat (berorientasi kepada materi pelajaran/ isi), (3) Kurikulum

1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu sistem kurikulum untuk

semua siswa di seluruh Indonesia, (4) dalam pelaksanaan kegiatan, guru

hendaknya memilih dan menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif

(43)

mata pelajaran hendaknya disesuaikan dengan kekhasan konsep/ pokok

bahasan dan perkembangan berpikir siswa, (6) pengajaran dari hal yang

konkret ke hal yang abstrak, dari hal yang mudah ke hal yang sulit dan dari hal

yang sederhana ke hal yang kompleks, dan (7) pengulangan-pengulangan

materi yang dianggap sulit perlu dilakukan untuk pemantapan pemahaman

siswa.

Usaha pihak pemerintah maupun pihak swasta dalam rangka

meningkatkan mutu pendidikan terutama meningkatkan hasil belajar siswa

dalam berbagai mata pelajaran terus-menerus dilakukan, seperti

penyempurnaan kurikulum, materi pelajaran, dan proses pembelajaran.

Kurikulum 1994 perlu disempurnakan lagi menjadi Kurikulum 2002 sebagai

respon terhadap perubahan struktural dalam pemerintahan dari sentralistik

menjadi desentralistik sebagai konsekuensi logis dilaksanakannya UU No. 23

dan 25 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Pertimbangan Keuangan

antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Kurikulum saat ini diberi nama

Kurikulum Berbasis Kompetensi, yang menitikberatkan pada pengembangan

kemampuan untuk melakukan (kompetensi) tugas-tugas tertentu sesuai dengan

standar kinerja yang telah ditetapkan. Kurikulum Berbasis Kompetensi

memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) menekankan pada ketercapaian

kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal, (2) berorientasi pada

hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman, (3) penyampaian dalam

pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi, (4)

(44)

memenuhi unsur edukatif, dan (5) penilaian menekankan pada proses dan hasil

belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.

Kurikulum dipahami sebagai seperangkat rencana dan pengaturan

mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai

pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan

pendidikan tertentu. Dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun

2005, pemerintah telah mendorong penyelenggara pendidikan untuk

mengimplementasikan kurikulum dalam bentuk Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan, yaitu kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan

di setiap satuan pendidikan. Esensi isi dan arah pengembangan pembelajaran

dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan masih bercirikan tercapainya

paket-paket kompetensi.

4. Peranan Kurikulum

Prof. Dr. Soedijarto, M.A. mengatakan bahwa sekolah merupakan

lembaga sosial yang keberadaannya merupakan bagian dari sistem sosial

negara bangsa. Ia bertujuan untuk mencetak manusia susila yang cakap,

demokratis, bertanggung jawab, beriman, bertakwa, sehat jasmani dan rohani,

memiliki pengetahuan dan keterampilan, berkepribadian yang mantap dan

mandiri. Soedijarto lebih jauh mengatakan bahwa pencapaian itu akan bisa

diraih ketika ada suatu proses yang terencana dengan efisien, efektif, dan

relevan. Agar tujuan tersebut tercapai maka dibutuhkan kurikulum yang kuat,

(45)

Menurut Hamalik (2007:11-13) terdapat tiga peranan kurikulum yang

dinilai sangat penting, yakni peranan konservatif, peranan kritis dan evaluatif,

dan peranan kreatif. Peranan konservatif dalam kurikulum memiliki suatu

tanggung jawab yaitu mentransmisikan dan menafsirkan warisan sosial pada

generasi muda. Peranan kritis dan evaluatif, memiliki peranan dalam

kebudayaan yang senantiasa berubah dan bertambah. Sekolah tidak hanya

mewariskan kebudayaan yang ada, melainkan juga menilai dan memilih

berbagai unsur kebudayaan yang akan diwariskan. Dalam kurikulum peranan

kreatif dinilai berperan dalam melakukan berbagai kegiatan kreatif dan

konstruktif, dalam artian menciptakan dan menyusun suatu hal yang baru

sesuai dengan kebutuhan masyarakat di masa sekarang dan masa mendatang.

5. Fungsi Kurikulum

Dilihat dari sisi pengembang kurikulum (guru), kurikulum mempunyai

fungsi sebagai berikut: (a) fungsi preventif, yaitu mencegah kesalahan para

pengembang kurikulum terutama dalam melakukan hal-hal yang tidak sesuai

dengan rencana kurikulum, (b) fungsi korektif, yaitu mengoreksi dan

membetulkan kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh pengembang

kurikulum dalam melaksanakan kurikulum, dan (c) fungsi konstruktif, yaitu

memberikan arah yang jelas bagi para pelaksana dan pengembang kurikulum

untuk membangun kurikulum yang lebih baik lagi pada masa yang akan

datang. Sementara, Hilda Taba (1962) mengemukakan terdapat tiga fungsi

(46)

kebudayaan, (b) sebagai transformasi, yaitu melakukan perubahan atau

rekonstruksi sosial, dan (c) sebagai pengembangan individu (Arifin, 2011:12).

Arifin (2011:13-16) mengatakan bahwa fungsi kurikulum dapat juga

ditinjau dalam berbagai perspektif, antara lain sebagai berikut: (a) fungsi

kurikulum dalam mencapai tujuan pendidikan, (b) fungsi kurikulum bagi

kepala sekolah, (c) fungsi kurikulum bagi setiap jenjang pendidikan, (d) fungsi

kurikulum bagi guru, (e) fungsi kurikulum bagi pengawas, (f) fungsi kurikulum

bagi masyarakat, (g) fungsi kurikulum bagi pemakai lulusan.

Fungsi kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan,

yaitu alat untuk membentuk manusia seutuhnya sesuai dengan visi, misi dan

tujuan pendidikan nasional, termasuk berbagai tingkatan tujuan pendidikan

yang ada dibawahnya. Kurikulum sebagai alat dapat diwujudkan dalam bentuk

program, yaitu kegiatan dan pengalaman belajar yang harus dilaksanakan oleh

guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran.

Fungsi kurikulum merupakan pedoman untuk mengatur dan

membimbing kegiatan sehari-hari di sekolah, baik kegiatan intrakurikuler,

ekstrakurikuler maupun kokurikuler. Pengaturan kegiatan ini penting agar tidak

terjadi tumpang tindih, seperti jenis program pendidikan apa yang sedang dan

akan dilaksanakan.

Fungsi kurikulum bagi setiap jenjang pendidikan meliputi: (a) fungsi

kesinambungan, yaitu sekolah pada tingkat yang lebih atas harus mengetahui

dan memahami kurikulum sekolah yang dibawahnya, sehingga dapat dilakukan

(47)

tertentu diberi wewenang mempersiapkan tenaga-tenaga terampil, maka

sekolah tersebut perlu mempelajari apa yang diperlukan oleh tenaga terampil,

baik mengenai kemampuan akademik, kecakapan atau keterampilan,

kepribadian maupun hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan sosial.

Dalam praktik, guru merupakan ujung tombak pengembangan kurikulum

sekaligus sebagai pelaksana kurikulum di lapangan. Guru juga sebagai faktor

kunci (key factor) dalam keberhasilan suatu kurikulum. Efektivitas suatu

kurikulum tidak akan tercapai, jika guru tidak dapat memahami dan

melaksanakan kurikulum dengan baik sebagai pedoman dalam proses

pembelajaran. Artinya, guru tidak hanya berfungsi sebagai pengembang

kurikulum, tetapi juga sebagai pelaksana kurikulum. Guru dituntut untuk selalu

meningkatkan kompetensinya sesuai dengan perkembangan kurikulum itu

sendiri, perkembangan IPTEK, perkembangan masyarakat, perkembangan

psikologi belajar, dan perkembangan ilmu pendidikan.

Bagi pengawas, fungsi kurikulum dapat dijadikan sebagai pedoman,

patokan, atau ukuran dalam membimbing kegiatan guru di sekolah. Kurikulum

dapat digunakan pengawas untuk menetapkan hal-hal apa saja yang

memerlukan penyempurnaan atau perbaikan dalam usaha pengembangan

kurikulum dan peningkatan mutu pendidikan. Pengawas juga perlu mencari

data dan informasi mengenai faktor pendukung dan penghambat implementasi

kurikulum dalam hubungannya dengan peningkatan mutu guru, kelengkapan

(48)

keefektifan penggunaan perpustakaan, dan lain-lain. Implikasinya pengawas

harus menguasai kurikulum yang berlaku.

Melalui kurikulum, masyarakat dapat mengetahui apakah pengetahuan,

keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang dibutuhkannya relevan atau tidak

dengan kurikulum suatu sekolah. Masyarakat yang cerdas dan humanis akan

selalu (a) memberikan bantuan, baik moril maupun materil dalam pelaksanaan

kurikulum, (b) memberikan saran-saran dan pendapat sesuai dengan keperluan

(c) berperan secara aktif, baik langsung maupun tidak langsung.

Instansi atau perusahaan manapun yang mempergunakan tenaga kerja

lulusan suatu lembaga pendidikan tentu menginginkan tenaga kerja yang

bermutu tinggi dan mampu berkompetisi agar dapat meningkatkan

produktivitasnya. Biasanya para pemakai kurikulum melakukan seleksi yang

ketat dalam penerimaan calon tenaga kerja. Studi kurikulum akan banyak

membantu pemakai lulusan dalam menyeleksi calon tenaga kerja yang andal,

energik, disiplin, bertanggung jawab, jujur, ulet, tepat, dan berkualitas.

B. Kurikulum 2013

1. Konsep Dasar Kurikulum 2013

Mulyasa (2013:66-68) menjelaskan dalam rangka mempersiapkan

lulusan pendidikan memasuki era globalisasi yang penuh tantangan dan

ketidakpastian, diperlukan pendidikan yang dirancang berdasarkan kebutuhan

nyata dilapangan. Untuk kepentingan tersebut pemerintah melakukan penataan

(49)

2013 berbasis kompetensi. Kurikulum 2013 merupakan tindak lanjut dari

kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang pernah diuji cobakan pada tahun

2004. KBK atau (competency based curriculum) dijadikan acuan dan pedoman

bagi pelaksanaan pendidikan untuk pengembangan berbagai ranah pendidikan

(pengetahuan, keterampilan, dan sikap) dalam sebuah jenjang dan jalur

pendidikan, khususnya pada jalur pendidikan sekolah.

Pada hakikatnya kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan,

keterampilan, nilai dan sikap yang merefleksikan dalam kebiasaan berfikir dan

bertindak. Beberapa aspek atau ranah yang terkandung dalam konsep

kompetensi dapat diuraikan sebagai berikut: (a) pengetahuan (knowledge);

yaitu kesadaran dalam bidang kognitif, (b) pemahaman (understanding); yaitu

kedalaman kognitif, dan afektif yang dimiliki oleh individu. (c) kemampuan

(skill); adalah sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk melakukan tugas atau

pekerjaan yang dibebankan kepadanya. (d) nilai (value); adalah suatu standar

perilaku yang telah diyakini dan secara psikologis telah menyatu dalam diri

seseorang. (e) sikap (attitude); yaitu perasaan (senang- tidak senang, suka-

tidak suka) atau reaksi terhadap suatu rangsangan dari luar. (f) minat (interest);

adalah kecenderungan seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan.

Berdasarkan analisis kompetensi diatas, kurikulum 2013 berbasis

kompetensi dapat dimaknai suatu konsep kurikulum yang menekankan pada

pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan

standar performansi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan peserta didik,

(50)

2. Rasional Pengembangan Kurikulum 2013

Dalam Permendikbud No. 70 Tahun 2013 tentang Kurikulum Sekolah

Menengah Kejuruan/ Madrasah Aliyah Kejuruan, Kurikulum 2013

dikembangkan berdasarkan faktor-faktor sebagai berikut: (a) tantangan

internal, (b) tantangan eksternal, (c) penyempurnaan pola pikir, (d) penguatan

tata kelola kurikulum, (e) penguatan materi.

Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan

dikaitkan dengan tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8 (delapan)

Standar Nasional Pendidikan yang meliputi standar isi, standar proses, standar

kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana

dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian

pendidikan. Tantangan internal lainnya terkait dengan perkembangan

penduduk Indonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk usia produktif. Saat ini

jumlah penduduk Indonesia usia produktif (15-64 tahun) lebih banyak dari usia

tidak produktif (anak-anak berusia 0-14 tahun dan orang tua berusia 65 tahun

ke atas). Jumlah penduduk usia produktif ini akan mencapai puncaknya pada

tahun 2020-2035 pada saat angkanya mencapai 70%. Oleh sebab itu tantangan

besar yang dihadapi adalah bagaimana mengupayakan agar sumber daya

manusia usia produktif yang melimpah ini dapat ditransformasikan menjadi

sumber daya manusia yang memiliki kompetensi dan keterampilan melalui

pendidikan agar tidak menjadi beban.

Tantangan eksternal antara lain terkait dengan arus globalisasi dan

(51)

teknologi dan informasi, kebangkitan industri kreatif dan budaya, dan

perkembangan pendidikan di tingkat internasional. Arus globalisasi akan

menggeser pola hidup masyarakat dari agraris dan perniagaan tradisional

menjadi masyarakat industri dan perdagangan modern seperti dapat terlihat di

World Trade Organization (WTO), Association of Southeast Asian Nations

(ASEAN) Community, Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC), dan

ASEAN Free Trade Area (AFTA). Tantangan eksternal juga terkait dengan

pergeseran kekuatan ekonomi dunia, pengaruh dan imbas teknosains serta

mutu, investasi, dan transformasi bidang pendidikan. Keikutsertaan Indonesia

di dalam studi International Trends in International Mathematics and Science

Study (TIMSS) dan Program for International Student Assessment (PISA)

sejak tahun 1999 juga menunjukkan bahwa capaian anak-anak Indonesia tidak

menggembirakan dalam beberapa kali laporan yang dikeluarkan TIMSS dan

PISA. Hal ini disebabkan antara lain banyaknya materi uji yang ditanyakan di

TIMSS dan PISA tidak terdapat dalam kurikulum Indonesia.

Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir

sebagai berikut: (1) pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi

pembelajaran berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus memiliki

pilihan-pilihan terhadap materi yang dipelajari untuk memiliki kompetensi yang sama;

(2) pola pembelajaran satu arah (interaksi guru-peserta didik) menjadi

pembelajaran interaktif (interaktif guru-peserta didik-masyarakat-lingkungan

alam, sumber/ media lainnya); (3) pola pembelajaran terisolasi menjadi

(52)

dan dari mana saja yang dapat dihubungi serta diperoleh melalui internet); (4)

pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif-mencari (pembelajaran

siswa aktif mencari semakin diperkuat dengan model pembelajaran pendekatan

sains); (5) pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok (berbasis tim); (6)

pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis alat multimedia;

(7) pola pembelajaran berbasis massal menjadi kebutuhan pelanggan (users)

dengan memperkuat pengembangan potensi khusus yang dimiliki setiap peserta

didik; (8) pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal (monodiscipline)

menjadi pembelajaran ilmu pengetahuan jamak (multidisciplines); dan (9) pola

pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis.

Pelaksanaan kurikulum selama ini telah menempatkan kurikulum sebagai

daftar Mata Pelajaran. Pendekatan Kurikulum 2013 untuk Sekolah Menegah

Kejuruan/ Madrasah Aliyah Kejuruan diubah sesuai dengan kurikulum satuan

pendidikan. Oleh karena itu dalam Kurikulum 2013 dilakukan penguatan tata

kelola sebagai berikut: (1) tata kerja guru yang bersifat individual diubah

menjadi tata kerja yang bersifat kolaboratif; (2) penguatan manajemen sekolah

melalui penguatan kemampuan manajemen kepala sekolah sebagai pimpinan

kependidikan (educational leader); dan (3) penguatan sarana dan prasarana

untuk kepentingan manajemen dan proses pembelajaran.

Penguatan materi dilakukan dengan cara pengurangan materi yang tidak

(53)

3. Karakteristik Kurikulum 2013

Menurut Permendikbud No. 70 Tahun 2013 tentang Kurikulum Sekolah

Menengah Kejuruan/ Madrasah Aliyah Kejuruan, Kurikulum 2013 dirancang

dengan karakteristik sebagai berikut: (a) mengembangkan keseimbangan antara

pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja

sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik; (b) sekolah merupakan

bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar terencana

dimana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat

dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar; (c) mengembangkan

sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya dalam berbagai

situasi di sekolah dan masyarakat; (d) memberi waktu yang cukup leluasa

untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan; (e)

kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih

lanjut dalam kompetensi dasar Mata Pelajaran; (f) kompetensi inti kelas

menjadi unsur pengorganisasi (organizing

elements) kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses

pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan

dalam kompetensi inti; (g) kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada

prinsip akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya

(enriched) antar mata pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal

(54)

4. Tujuan Kurikulum 2013

Mengacu pada penjelasan UU No. 20 tahun 2003, bagian umum

dikatakan bahwa: “Strategi pembangunan pendidikan nasional dalam undang-

undang ini meliputi:…, 2. Pengembangan dan pelaksanaan kurikulum berbasis

kompetensi,…” dan pada penjelasan Pasal 35, bahwa “Kompetensi lulusan

merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap,

pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah

disepakati.” maka diadakan perubahan kurikulum dengan tujuan untuk

“Melanjutkan Pengembangan Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada

tahun 2004 dengan mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan

keterampilan secara terpadu” (Mulyasa, 2013:65).

Dalam tujuannya, Permendikbud No. 70 Tahun 2013 tentang Kurikulum

Sekolah Menengah Kejuruan/ Madrasah Aliyah Kejuruan menjelaskan bahwa

kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar

memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman,

produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada

kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.

Untuk mencapai tujuan tersebut menuntut perubahan pada berbagai

aspek lain, terutama dalam implementasinya di lapangan. Pada proses

pembelajaran, dari siswa diberi tahu menjadi siswa mencari tahu, sedangkan

pada proses penilaian, dari berfokus pada pengetahuan melalui penilaian output

(55)

penilaian output secara utuh dan menyeluruh, sehingga memerlukan

penambahan jam pelajaran (Mulyasa, 2013:66).

5. Keunggulan Kurikulum 2013

Mulyasa (2013:163-164) mengharapkan implementasi Kurikulum 2013

dapat menghasilkan insan yang produktif, kreatif, dan inovatif. Hal ini

dimungkinkan karena Kurikulum 2013 yang secara konseptual memiliki

beberapa keunggulan.

Pertama, Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan yang bersifat

alamiah (konstektual), karena berangkat, berfokus, dan bermuara pada hakekat

peserta didik untuk mengembangkan berbagai kompetensi sesuai dengan

Gambar

Tabel 2.1 Jenis-jenis Penilaian Yang Dilakukan Oleh Pendidik, Satuan Pendidikan Dan
Tabel 2.2 Kompetensi Inti Sikap Spritual (KI 1) Dan Sikap Sosial (KI 2) Sekolah
Tabel 2.3 Kompetensi Inti Pengetahuan (KI 3) Kelas X, XI, XII Sekolah Menengah
Tabel 2.4 Kompetensi Inti Keterampilan (KI 4)
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Pada kasus yang khas, maka secara klinis SHLM ditandai dengan adanya pembesaran kelenjar limfe leher bilateral yang massif tanpa rasa nyeri.. Keadaan ini disertai dengan

mampu mengembangkan pemikiran logis, kritis, sistematis, dan kreatif melalui penelitian ilmiah, penciptaan desain atau karya seni dalam bidang ilmu pengetahuan dan

Fana adalah sifat mustahil bagi Allah yang artinya ialah ………….. Berbilang atau lebih dari

Indeks pertanaman merupakan salah satu upaya yang dapat digunakan untuk meningkatkan produksi beras secara nasional di Sulawesi Tengah. Hal ini menggambarkan bahwa

Faktor-faktor yang mempengaruhi pelepasan obat dari basis pada dasarnya sama dengan faktor-faktor yang mempengaruhi absorbsi pada saluran cerna dengan laju difusi yang

RST merupakan pengembangan dari lokasi Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC) Dompet Dhuafa yang berlokasi di Ciputat, dan untuk selanjutnya LKC akan dioperasikan menjadi Layanan

Yaitu ligamentum yang menahan tuba falopi berjalan dari arah infidibulum ke dinding pelvis. Di dalamnya terdapat urat-urat saraf, saluran-saluran limfe, arteri dan vena