viii ABSTRAK
IMPLEMENTASI PENILAIAN DAN PROSES PEMBELAJARAN BERDASARKAN KURIKULUM 2013 DITINJAU
DARI STATUS KEPEGAWAIAN DAN MASA KERJA Studi Kasus Pada SMK Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen
se-Kabupaten Sleman
Sirilus Christianto Universitas Sanata Dharma
2016
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan: (1) implementasi penilaian berdasarkan kurikulum 2013 ditinjau dari status kepegawaian; (2) implementasi penilaian berdasarkan kurikulum 2013 ditinjau dari masa kerja; (3) implementasi proses pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013 ditinjau dari status kepegawaian; (4) implementasi proses pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013 ditinjau dari masa kerja.
Penelitian ini dilakukan di SMK Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen se-Kabupaten Sleman dengan populasi sebanyak 677 orang. Penelitian ini dilaksanakan di SMK N 1 Depok, SMK N 1 Godean, SMK N 1 Tempel, SMK YPKK 2 Sleman, SMK YPKK 1 Sleman, SMK Muhammadiyah 2 Moyudan, SMK Ma’arif 1 Sleman, SMK Muhammadiyah 1 Tempel, SMK Muhammadiyah Cangkringan, SMK YPKK 3 Sleman, dan SMK YAPEMDA. Sampel yang diambil sebanyak 63 guru. Ditarik dengan teknik purposive sampling. Data diambil dengan kuesioner menggunakan statistik deskriptif, one way anova.
ix ABSTRACT
THE IMPLEMENTATION OF ASSESMENT AND LEARNING PROCESS BASED ON THE CURRICULUM OF 2013 PERCEIVED FROM THE
EMPLOYMENT STATUS AND YEARS OF SERVICE A Case Study in the Vocational High School
in the Expertise of Management and Business Skills in Sleman Regency
Sirilus Christianto Sanata Dharma University
2016
The objective of this research is to find out the difference: (1) the implementation of assesment based on the curriculum of 2013 perceived from the employment status; (2) the implementation of assesment based on the curriculum of 2013 perceived from the years of service; (3) the implementation of learning process based on the curriculum of 2013 perceived from the employment status; (4) the implementation of learning process based on the curriculum of 2013 perceived from the years of service.
This research was conducted in some Vocational High Schools majoring in Management and Business Skills in Sleman Regency with a population of 677 people. This research was conducted in SMK N 1 Depok, SMK N 1 Godean, SMK N 1 Tempel, SMK YPKK 2 Sleman, SMK YPKK 1 Sleman, SMK Muhammadiyah 2 Moyudan, SMK Ma’arif 1 Sleman, SMK Muhammadiyah 1 Tempel, SMK Muhammadiyah Cangkringan, SMK YPKK 3 Sleman, and SMK YAPEMDA. The samples were as many as 63 teachers. The samples were taking by the technique of purposive sampling. The data was taken with a questionnaire using descriptive statistics, one-way ANOVA.
i
IMPLEMENTASI PENILAIAN DAN PROSES
PEMBELAJARAN BERDASARKAN KURIKULUM 2013
DITINJAU DARI STATUS KEPEGAWAIAN DAN MASA
KERJA
Studi Kasus Pada SMK Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen se-Kabupaten Sleman
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi
Oleh:
Sirilus Christianto
NIM: 111334020
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya ini untuk:
v
MOTTO
Kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda
Hal yang paling indah adalah bisa melakukan sesuatu
dengan kemampuan sendiri
viii ABSTRAK
IMPLEMENTASI PENILAIAN DAN PROSES PEMBELAJARAN BERDASARKAN KURIKULUM 2013 DITINJAU
DARI STATUS KEPEGAWAIAN DAN MASA KERJA Studi Kasus Pada SMK Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen
se-Kabupaten Sleman
Sirilus Christianto Universitas Sanata Dharma
2016
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan: (1) implementasi penilaian berdasarkan kurikulum 2013 ditinjau dari status kepegawaian; (2) implementasi penilaian berdasarkan kurikulum 2013 ditinjau dari masa kerja; (3) implementasi proses pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013 ditinjau dari status kepegawaian; (4) implementasi proses pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013 ditinjau dari masa kerja.
Penelitian ini dilakukan di SMK Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen se-Kabupaten Sleman dengan populasi sebanyak 677 orang. Penelitian ini dilaksanakan di SMK N 1 Depok, SMK N 1 Godean, SMK N 1 Tempel, SMK YPKK 2 Sleman, SMK YPKK 1 Sleman, SMK Muhammadiyah 2 Moyudan, SMK Ma’arif 1 Sleman, SMK Muhammadiyah 1 Tempel, SMK Muhammadiyah Cangkringan, SMK YPKK 3 Sleman, dan SMK YAPEMDA. Sampel yang diambil sebanyak 63 guru. Ditarik dengan teknik purposive sampling. Data diambil dengan kuesioner menggunakan statistik deskriptif, one way anova.
ix ABSTRACT
THE IMPLEMENTATION OF ASSESMENT AND LEARNING PROCESS BASED ON THE CURRICULUM OF 2013 PERCEIVED FROM THE
EMPLOYMENT STATUS AND YEARS OF SERVICE A Case Study in the Vocational High School
in the Expertise of Management and Business Skills in Sleman Regency
Sirilus Christianto Sanata Dharma University
2016
The objective of this research is to find out the difference: (1) the implementation of assesment based on the curriculum of 2013 perceived from the employment status; (2) the implementation of assesment based on the curriculum of 2013 perceived from the years of service; (3) the implementation of learning process based on the curriculum of 2013 perceived from the employment status; (4) the implementation of learning process based on the curriculum of 2013 perceived from the years of service.
This research was conducted in some Vocational High Schools majoring in Management and Business Skills in Sleman Regency with a population of 677 people. This research was conducted in SMK N 1 Depok, SMK N 1 Godean, SMK N 1 Tempel, SMK YPKK 2 Sleman, SMK YPKK 1 Sleman, SMK Muhammadiyah 2 Moyudan, SMK Ma’arif 1 Sleman, SMK Muhammadiyah 1 Tempel, SMK Muhammadiyah Cangkringan, SMK YPKK 3 Sleman, and SMK YAPEMDA. The samples were as many as 63 teachers. The samples were taking by the technique of purposive sampling. The data was taken with a questionnaire using descriptive statistics, one-way ANOVA.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus, yang telah
melimpahkan berkat dan kasih-Nya, sehingga melalui kehendak-Nya penulis
dapat menyelesaikan skripsi dengan lancar. Penulis menyadari bahwa dalam
menyelesaikan skripsi ini penulis mendapatkan bantuan dan bimbingan serta
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan
banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D., selaku Rektor Universitas
Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk belajar di
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;
2. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;
3. Bapak Ig. Bondan Suratno, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Sosial dan Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi
BKK Pendidikan Akuntansi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;
4. Bapak Drs. F.X. Muhadi, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing yang telah
banyak meluangkan waktu dalam memberikan arahan, saran bahkan
masukan disaat penulis sedang kesusahan sehingga dapat menyelesaikan
skripsi ini;
5. Untuk semua dosen dan karyawan Program Studi Pendidikan Ekonomi
BKK Pendidikan Akuntansi, terimakasih untuk ilmu dan pengetahuan
serta bantuan yang telah penulis dapatkan selama belajar di Universitas
Sanata Dharma;
6. Untuk kedua orangtuaku yang selalu memberikan dukungan doa maupun
xi
7. Untuk teman-teman HIMAPENSI terimakasih telah berdinamika selama
kuliah di Universitas Sanata Dharma;
8. Untuk Dina, Alfon, Mega, Elin, Resa, dan Vriska terimakasih banyak
selalu mengingatkan saya untuk dikerjakan skripsinya;
9. Untuk teman-teman kost grinjing yang sekarang sudah menyebar entah
kemana terimakasih untuk tempat tidur saat istirahat menunggu kuliah;
10. Untuk teman-temanku semua Pendidikan Akuntansi Angkatan 2011 baik
yang sudah lulus maupun yang belum terima kasih atas waktu yang telah
kita jalani bersama selama kuliah di Sanata Dharma;
11. Untuk Astrid, terimakasih ya selalu mengingatkan untuk terus ketemu pak
muhadi;
12. Untuk Mbak Agnes, Mas Anto, dan Mas Agus yang selalu ga pernah henti
mengingatkan skripsi untuk dikerjakan.
13. Dan untuk semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini memiliki berbagai kekurangan,
sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk skripsi
ini. Semoga skripsi juga dapat memberikan manfaat bagi pihak yang
membutuhkan maupun yang berkepentingan. Demikian skripsi dibuat agar dapat
digunakan dengan sebaik-baiknya.
Yogyakarta, 12 April 2016
xii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN... iv
MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xxii
BAB I : PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Batasan Masalah ... 7
C. Rumusan Masalah ... 7
D. Tujuan Penelitian ... 8
E. Manfaat Penelitian... 8
BAB II : KAJIAN TEORITIK... 10
xiii
1. Pengertian Kurikulum ... 10
2. Komponen Kurikulum ... 13
3. Perkembangan Kurikulum Di Indonesia ... 15
4. Peranan Kurikulum ... 20
5. Fungsi Kurikulum ... 21
B. Kurikulum 2013 ... 24
1. Konsep Dasar Kurikulum 2013 ... 24
2. Rasional Pengembangan Kurikulum 2013 ... 26
3. Karakteristik Kurikulum 2013 ... 29
4. Tujuan Kurikulum 2013 ... 30
5. Keunggulan Kurikulum 2013 ... 31
C. Penilaian Dalam Kurikulum 2013 ... 32
1. Pengertian Penilaian ... 32
2. Jenis-jenis Penilaian ... 33
3. Prinsip dan Pendekatan Penilaian ... 34
4. Teknik Penilaian ... 37
D. Proses Pembelajaran Dalam Kurikulum 2013 ... 44
1. Pengertian Belajar ... 44
2. Karakteristik Pembelajaran ... 44
3. Perencanaan Pembelajaran Dalam Kurikulum 2013 ... 46
4. Pelaksanaan Pembelajaran Dalam Kurikulum 2013 ... 49
E. Status Kepegawaian dan Implementasi Kurikulum... 53
F. Masa Kerja dan Implementasi Kurikulum... 55
G. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan ... 56
H. Kerangka Berpikir ... 57
I. Perumusan Hipotesis ... 59
xiv
A. Jenis Penelitian ... 61
B. Tempat dan Waktu Penelitian... 61
C. Subjek dan Objek Penelitian... 62
D. Populasi dan Sampel ... 62
E. Variabel Penelitian dan Pengukuran... 65
F. Teknik Pengumpulan Data ... 67
G. Teknik Pengujian Instrumen ... 72
H. Teknik Analisis Data ... 80
BAB IV : ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 88
A. Deskripsi Data ... 88
B. Analisis Data... 135
C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 145
BAB V : PENUTUP ... 154
A. Kesimpulan ... 154
B. Keterbatasan Penelitian ... 155
C. Saran ... 156
DAFTAR PUSTAKA ... 157
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Jenis-jenis Penilaian Yang Dilakukan Oleh Pendidik, Satuan
Pendidikan dan Pemerintah ... 33
Tabel 2.2. Kompetensi Inti Sikap Spritual (KI 1) Dan Sikap Sosial (KI 2) Sekolah Menengah Kejuruan/ Madrasah Aliyah Kejuruan... 39
Tabel 2.3. Kompetensi Inti Pengetahuan (KI 3) Kelas X, XI, XII Sekolah Menegah Kejuruan/ Madrasah Aliyah Kejuruan ... 41
Tabel 2.4. Kompetensi Inti Keterampilan (KI 4) Sekolah Menengah Kejuruan/ Madrasah Aliyah Kejuruan ... 43
Tabel 2.5. Rincian Gradasi Sikap, Pengetahuan, Dan Keterampilan ... 45
Tabel 3.1. Data SMK se-Kabupaten Sleman ... 63
Tabel 3.2. Data SMK Negeri dan Swasta Sebagai Sampel Penelitian ... 65
Tabel 3.3. Skoring Variabel Status Kepegawaian ... 66
Tabel 3.4. Skoring Variabel Masa Kerja ... 66
Tabel 3.5. Skala likert unruk pertanyaan bersifat positif dan negatif... 67
Tabel 3.6. Daftar Kisi-kisi Kuesioner ... 68
Tabel 3.7. Ringkasan Hasil Pengujian Validitas Variabel Implementasi Penilaian Berdasarkan Kurikulum 2013 ... 74
Tabel 3.8. Ringkasan Hasil Pengujian Validitas Variabel Implementasi Proses Pembelajaran Berdasarkan Kurikulum 2013 (Pertama) 75 Tabel 3.9. Ringkasan Hasil Pengujian Validitas Variabel Implementasi Proses Pembelajaran Berdasarkan Kurikulum 2013 (Kedua) .. 76
Tabel 3.10. Reliability Statistics Tabel 3.7 ... 79
Tabel 3.11. Reliability Statistics Tabel 3.9 ... 79
xvi
Tabel 3.13. Rumus Unsur Tabel Persiapan ANOVA ... 85
Tabel 4.1. Data Responden Penelitian... 89
Tabel 4.2. Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 89
Tabel 4.3. Data Responden Berdasarkan Status Kepegawaian ... 90
Tabel 4.4. Data Responden Berdasarkan Status Sekolah ... 90
Tabel 4.5. Data Responden Berdasarkan Penerima Sertifikasi Guru ... 91
Tabel 4.6. Data Responden Berdasarkan Frekuensi Masa Kerja ... 91
Tabel 4.7. Deskripsi Implementasi Penilaian Berdasarkan Kurikulum 2013 di SMK Negeri dan Swasta Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen se-Kabupaten Sleman ... 93
Tabel 4.8. Nilai-nilai Statistik Implementasi Penilaian berdasarkan Kurikulum 2013 di SMK Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen Akuntansi se-Kabupaten Sleman ... 94
Tabel 4.9. Deskripsi Implementasi Penilaian Berdasarkan Kurikulum 2013 di SMK N 1 Depok... 95
Tabel 4.10. Nilai-Nilai Statistik Implementasi Penilaian berdasarkan Kurikulum 2013 di SMK N 1 Depok ... 96
Tabel 4.11. Deskripsi Implementasi Penilaian Berdasarkan Kurikulum 2013 di SMK N 1 Godean ... 97
Tabel 4.12. Nilai-Nilai Statistik Implementasi Penilaian berdasarkan Kurikulum 2013 di SMK N 1 Godean ... 98
Tabel 4.13. Deskripsi Implementasi Penilaian Berdasarkan Kurikulum 2013 di SMK N 1 Tempel ... 99
xvii
Tabel 4.15. Deskripsi Implementasi Penilaian Berdasarkan Kurikulum
2013 di SMK YPKK 2 Sleman ... 101
Tabel 4.16. Nilai-Nilai Statistik Implementasi Penilaian berdasarkan
Kurikulum 2013 di SMK YPKK 2 Sleman ... 101
Tabel 4.17. Deskripsi Implementasi Penilaian Berdasarkan Kurikulum
2013 di SMK YPKK 1 Sleman ... 102
Tabel 4.18. Nilai-Nilai Statistik Implementasi Penilaian berdasarkan
Kurikulum 2013 di SMK YPKK 1 Sleman ... 103
Tabel 4.19. Deskripsi Implementasi Penilaian Berdasarkan Kurikulum
2013 di SMK Muhammadiyah 2 Moyudan... 104
Tabel 4.20. Nilai-Nilai Statistik Implementasi Penilaian berdasarkan
Kurikulum 2013 di SMK Muhammadiyah 2 Moyudan ... 105
Tabel 4.21. Deskripsi Implementasi Penilaian Berdasarkan Kurikulum
2013 di SMK Ma’arif 1 Sleman ... 106
Tabel 4.22. Nilai-Nilai Statistik Implementasi Penilaian berdasarkan
Kurikulum 2013 di SMK Ma’arif 1 Sleman ... 107
Tabel 4.23. Deskripsi Implementasi Penilaian Berdasarkan Kurikulum
2013 di SMK Muhammadiyah 1 Tempel ... 108
Tabel 4.24. Nilai-Nilai Statistik Implementasi Penilaian berdasarkan
Kurikulum 2013 di SMK Muhammadiyah 1 Tempel ... 108
Tabel 4.25. Deskripsi Implementasi Penilaian Berdasarkan Kurikulum
2013 di SMK Muhammadiyah Cangkringan ... 109
Tabel 4.26. Nilai-Nilai Statistik Implementasi Penilaian berdasarkan
Kurikulum 2013 di SMK Muhammadiyah Cangkringan ... 110
xviii
2013 di SMK YPKK 3 Sleman ... 111
Tabel 4.28. Nilai-Nilai Statistik Implementasi Penilaian berdasarkan
Kurikulum 2013 di SMK YPKK 3 Sleman ... 112
Tabel 4.29. Deskripsi Implementasi Penilaian Berdasarkan Kurikulum
2013 di SMK YAPEMDA ... 113
Tabel 4.30. Nilai-Nilai Statistik Implementasi Penilaian berdasarkan
Kurikulum 2013 di SMK YAPEMDA ... 113
Tabel 4.31. Deskripsi Implementasi Proses Pembelajaran Berdasarkan
Kurikulum 2013 di SMK Negeri dan Swasta Bidang Keahlian
Bisnis dan Manajemen se-Kabupaten Sleman ... 115
Tabel 4.32. Nilai-nilai Statistik Implementasi Proses Pembelajaran
Berdasarkan Kurikulum 2013 di SMK Bidang Keahlian
Bisnis dan Manajemen se-Kabupaten Sleman ... 116
Tabel 4.33. Deskripsi Implementasi Proses Pembelajaran Berdasarkan
Kurikulum 2013 di SMK N 1 Depok ... 117
Tabel 4.34. Nilai-Nilai Statistik Implementasi Proses Pembelajaran
Berdasarkan Kurikulum 2013 di SMK N 1 Depok ... 118
Tabel 4.35. Deskripsi Implementasi Proses Pembelajaran Berdasarkan
Kurikulum 2013 di SMK N 1 Godean ... 119
Tabel 4.36. Nilai-Nilai Statistik Implementasi Proses Pembelajaran
Berdasarkan Kurikulum 2013 di SMK N 1 Godean ... 119
Tabel 4.37. Deskripsi Implementasi Proses Pembelajaran Berdasarkan
Kurikulum 2013 di SMK N 1 Tempel ... 120
Tabel 4.38. Nilai-Nilai Statistik Implementasi Proses Pembelajaran
xix
Tabel 4.39. Deskripsi Implementasi Proses Pembelajaran Berdasarkan
Kurikulum 2013 di SMK YPKK 2 Sleman ... 122
Tabel 4.40. Nilai-Nilai Statistik Implementasi Proses Pembelajaran
Berdasarkan Kurikulum 2013 di SMK YPKK 2 Sleman ... 122
Tabel 4.41. Deskripsi Implementasi Proses Pembelajaran Berdasarkan
Kurikulum 2013 di SMK YPKK 1 Sleman ... 123
Tabel 4.42. Nilai-Nilai Statistik Implementasi Proses Pembelajaran
Berdasarkan Kurikulum 2013 di SMK YPKK 1 Sleman ... 124
Tabel 4.43. Deskripsi Implementasi Proses Pembelajaran Berdasarkan
Kurikulum 2013 di SMK Muhammadiyah 2 Moyudan ... 125
Tabel 4.44. Nilai-Nilai Statistik Implementasi Proses Pembelajaran
Berdasarkan Kurikulum 2013 di SMK Muhammadiyah 2
Moyudan... 126
Tabel 4.45. Deskripsi Implementasi Proses Pembelajaran Berdasarkan
Kurikulum 2013 di SMK Ma’arif 1 Sleman ... 127
Tabel 4.46. Nilai-Nilai Statistik Implementasi Proses Pembelajaran
Berdasarkan Kurikulum 2013 di SMK Ma’arif 1 Sleman ... 127
Tabel 4.47. Deskripsi Implementasi Proses Pembelajaran Berdasarkan
Kurikulum 2013 di SMK Muhammadiyah 1 Tempel ... 128
Tabel 4.48. Nilai-Nilai Statistik Implementasi Proses Pembelajaran
Berdasarkan Kurikulum 2013 di SMK Muhammadiyah 1
Tempel ... 129
Tabel 4.49. Deskripsi Implementasi Proses Pembelajaran Berdasarkan
Kurikulum 2013 di SMK Muhammadiyah Cangkringan ... 130
xx
Berdasarkan Kurikulum 2013 di SMK Muhammadiyah
Cangkringan ... 131
Tabel 4.51. Deskripsi Implementasi Proses Pembelajaran Berdasarkan
Kurikulum 2013 di SMK YPKK 3 Sleman ... 132
Tabel 4.52. Nilai-Nilai Statistik Implementasi Proses Pembelajaran
Berdasarkan Kurikulum 2013 di SMK YPKK 3 Sleman ... 132
Tabel 4.53. Deskripsi Implementasi Proses Pembelajaran Berdasarkan
Kurikulum 2013 di SMK YAPEMDA ... 133
Tabel 4.54. Nilai-Nilai Statistik Implementasi Proses Pembelajaran
Berdasarkan Kurikulum 2013 di SMK YAPEMDA ... 134
Tabel 4.55. Rangkuman Hasil Pengujian Normalitas Variabel
Implementasi Penilaian Berdasarkan Kurikulum 2013
Ditinjau dari Status Kepegawaian Guru ... 135
Tabel 4.56. Rangkuman Hasil Pengujian Normalitas Variabel
Implementasi Penilaian Berdasarkan Kurikulum 2013
Ditinjau dari Masa Kerja ... 136
Tabel 4.57. Rangkuman Hasil Pengujian Normalitas Variabel
Implementasi Proses Pembelajaran Berdasarkan Kurikulum
2013 Ditinjau dari Status Kepegawaian Guru ... 137
Tabel 4.58. Rangkuman Hasil Pengujian Normalitas Variabel
Implementasi Proses Pembelajaran Berdasarkan Kurikulum
2013 Ditinjau dari Masa Kerja ... 138
Tabel 4.59. Rangkuman Hasil Pengujian Homogenitas ... 139
Tabel 4.60. Hasil Uji Beda Data Implementasi Penilaian Berdasarkan
xxi
Tabel 4.61. Hasil Uji Beda Data Implementasi Penilaian Berdasarkan
Masa Kerja ... 142
Tabel 4.62. Hasil Uji Beda Data Implementasi Proses Pembelajaran
Berdasarkan Status Kepegawaian Guru ... 143
Tabel 4.63. Hasil Uji Beda Data Implementasi Proses Pembelajaran
xxii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Instrumen Penelitian (Kuesioner dan Lembar Jawab) ... 161
Lampiran 2 Data Induk Penelitian ... 170
Lampiran 3 Validitas dan Reliabilitas ... 181
Lampiran 4 Analisis Data Penelitian... 190
Lampiran 5 tabel t, r, dan F ... 214
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 menetapkan pendidikan
merupakan suatu usaha sadar dan terencana yang mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara. Prinsip-prinsip penyelenggaraan pendidikan harus sesuai dengan
tujuan pendidikan. Pendidikan nasional didasarkan pada Pancasila dan
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dimana pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Pada era modern saat ini dimana semua sistem berkembang dengan
pesatnya khususnya dalam pendidikan, setidaknya terdapat tiga aspek
yang memiliki peranan cukup signifikan dalam dunia pendidikan yaitu
kebijakan pendidikan nasional pengertian kurikulum dapat dilihat dalam
undang-undang No. 20 Tahun 2001 (SISDIKNAS) pasal 1 ayat (9), ialah
“seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”
(Hidayat, 2013:22). Rustaman mengatakan proses pembelajaran adalah
proses yang di dalamnya terdapat kegiatan interaksi antara guru-siswa dan
komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk
mencapai tujuan belajar (Hidayat, 2013:118). Sedangkan, penilaian
(assesment) adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa
memberikan gambaran perkembangan belajar siswa (Kunandar, 2013:35).
Keberhasilan proses pembelajaran di sekolah merupakan suatu hal
yang seharusnya dicapai oleh guru. Guru memiliki peran yang cukup
signifikan dalam perkembangan peserta didik. Sebagai pelaksana
kurikulum guru harus mampu membimbing dan mendampingi siswa mulai
dari proses pembelajarannya di kelas sampai kepada proses penilaian.
Hidayat juga menekankan bahwa penilaian harus menyeluruh
dengan menggunakan beragam cara dan alat untuk menilai beragam
kompetensi atau kemampuan peserta didik, sehingga tergambar profil
kemampuan peserta didik. Penilaian yang mengarah pada kesesuaian
teknik penilaian dengan kompetensi, serta penjenjangan penilaian.
Penilaian bertujuan memberikan masukan informasi secara komprehensif
berlangsung maupun dilihat dari hasil akhirnya. Penilaian dilakukan
dengan menggunakan berbagai cara sesuai dengan kompetensi yang
diharapkan dapat dicapai peserta didik (2013:119).
Sejak Indonesia merdeka pada zaman orde baru sampai era
reformasi saat ini, kurikulum telah mengalami perubahan yaitu pada tahun
1947, tahun 1952, tahun 1964, tahun 1968, tahun 1975, tahun 1984, tahun
1994, tahun 2004, dan tahun 2006, serta yang terbaru kurikulum tahun
2013. Dalam perkembangan dunia pendidikan, kurikulum memang
mengalami banyak perubahan maupun perkembangan. Perubahan
kurikulum ini dimaksudkan untuk memperbaiki kinerja dalam dunia
pendidikan. Kurikulum 2013 berorientasi pada peningkatan dan
keseimbangan antara kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan.
Sejalan dengan UU No. 20 Tahun 2003, bagian umum: antara lain
ditegaskan bahwa salah satu strategi pembangunan pendidikan nasional
adalah pengembangan dan pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi.
Secara konseptual kurikulum 2013 dicita-citakan untuk menghasilkan
generasi masa depan yang cerdas komprehensif yakni tidak hanya cerdas
intelektualnya, tetapi juga cerdas emosi, sosial, dan spiritualnya.
Implementasi kurikulum 2013 menuntut kerjasama yang optimal
diantara para guru, sehingga memerlukan pembelajaran berbentuk tim, dan
menuntut kerjasama yang kompak diantara para anggota tim. Kerjasama
antara para guru sangat penting dalam proses pendidikan yang akhir-akhir
2013 akan dilaksanakan secara terbatas dan bertahap, mulai tahun ajaran
2013 (Juli 2013) pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, dimulai di
kelas I dan IV untuk SD, kelas VII SMP, dan kelas X SMA. Semula,
kurikulum 2013 akan diimplementasikan pada 30% SD, dan 100% SMP,
SMA, dan SMK, sehingga tahun 2016 semua sekolah diharapkan sudah
menggunakan dan mengembangkan kurikulum baru, baik negeri maupun
swasta (Mulyasa, 2013:9).
Dalam pelaksanaannya banyak permasalahan yang timbul akibat
penerapan kurikulum 2013. Kurikulum yang konon kabarnya akan lebih
memanusiakan anak didik itu pada kenyataannya justru memberikan beban
kepada banyak pihak guru, siswa, orang tua dan juga sekolah. Semua
terjadi karena ketidaksiapan, sebagaimana telah banyak dikritisi para pakar
pendidikan. Pun saya merasakan sendiri selama lebih kurang enam hari
mengikuti pelatihan guru pendamping kurikulum 2013, beragam
pertanyaan dari para peserta di antaranya sistem penilaian yang ada dalam
kurikulum itu. Setelah mengamati dan mendalami dalam bentuk diskusi
kelompok, hampir semua peserta pelatihan merasa kesulitan
mengapilkasikan sistem penilaian yang ada dalam kurikulum ini, terutama
begitu banyaknya lembaran isian yang harus dikerjakan guru. Sebagai
contoh untuk penilaian sikap spiritual dan sikap sosial, akan menyita tidak
sedikit waktu guru. Ditambah lagi penilaian pengetahuan dan keterampilan
yang juga membutuhkan waktu tidak sedikit, tentunya akan menjadi beban
wajib 24 jam, perinciannya misalnya pelajaran bahasa Inggris untuk 24
mengampu enam rombongan belajar dikalikan setiap rombongan belajar
ada 30 siswa, maka akan ada 180 siswa yang menjadi tugas guru tersebut.
Dengan empat aspek penilaian, kita tinggal kalikan saja 180 siswa kali
empat. Pertanyaannya, akankah guru mampu melakukan itu secara
maksimal. Ditambah lagi tugas tambahan guru yang menjadi wali kelas
misalnya, penilaiannya akan semakin banyak terutama adanya penilaiaan
deskriptif pada rapor. Tentu ini akan semakin sulit.
Lain lagi masalah, misalnya digunakan sistem aplikasi dalam penilaian
rapor, tidak semua wali kelas melek komputer. Jadi, intinya hal ini akan
jadi masalah utama selain masalah-masalah lain yang dikeluhkan guru.
(http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2014/10/14/123153/kurikul
um-2013-kebingungan-guru-dan-beban-siswa/#.VrCCBUDz8SI)
Melihat permasalahan diatas, dapat kita lihat bahwa tidak semua
guru mampu mengimplementasikan Kurikulum 2013. Seperti halnya
berikut ini, Selain itu, lanjutnya, kurikulum 2013 juga memiliki sisi positif
lainnya. Misalnya sisi paradigma karena mengemas mata pelajaran
menjadi lebih maknawi dalam kehidupan sehari-hari dengan model
pembelajaran tematik integratif dan pendekatan saintifik. "Kemudian,
dalam kurikulum 2013 proses pembelajaran murid aktif, guru sebagai
fasilitator maupun motivator, semua aspek kehidupan bisa menjadi sumber
pembelajaran, serta melahirkan manusia pembelajar," paparnya. Meski
kurikulum 2013 penuh kontradiksi. Mau melahirkan manusia yang kreatif,
kritis, inovatif, tapi penuh materi yang normatif karena ada penambahan
jam belajar agama. "Kedua, berharap proses pembelajaran lebih leluasa
tapi ada penambahan jam pelajaran. Ketiga, kurikulum 2013 cocok untuk
sekolah yang sudah maju dan gurunya punya semangat belajar tinggi,
masyarakat yang sudah terdidik, muridnya memiliki kemampuan dan
fasilitas setara, serta infrastruktur telekomunikasi dan transportasi sudah
merata sehingga tidak menghambat proses," urai Tyas.
(http://news.okezone.com/read/2014/11/08/65/1062782/kelebihan-kekurangan-kurikulum-2013)
Melihat status kepegawaian guru yang mana terdiri dari guru PNS,
guru yayasan serta guru tidak tetap. Tidak semua guru dalam status
tersebut mampu untuk menerapkan implementasi kurikulum 2013. Bahkan
hanya sedikit guru yang paham bagaimana cara untuk menerapkan
Kurikulum 2013 tersebut. Selain status kepegawaian menjadi sudut
pandang, kita juga dapat melihat bahwa tidak semua guru yang masa
kerjanya lama paham akan Kurikulum 2013, dan juga mungkin guru yang
masa kerjanya lebih sedikit lebih cepat mampu memahami Kurikulum
2013 tersebut.
Berdasarkan fakta-fakta tersebut penulis merasa tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai proses pembelajaran dan penilaian yang
diimplementasikan lewat kurikulum 2013. Dalam implementasi kurikulum
PEMBELAJARAN BERDASARKAN KURIKULUM 2013
DITINJAU DARI STATUS KEPEGAWAIAN DAN MASA KERJA” .
B. Batasan Masalah
Untuk lebih mengarahkan penelitian mengenai Kurikulum 2013,
maka penelitian ini hanya membatasi ruang lingkup mengenai penilaian
dan proses pembelajaran ditinjau dari sudut pandang status kepegawaian
dan masa kerja guru di sekolah.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah di atas, peneliti
merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah ada perbedaan implementasi penilaian berdasarkan
kurikulum 2013 ditinjau dari status kepegawaian?
2. Apakah ada perbedaan implementasi penilaian berdasarkan
kurikulum 2013 ditinjau dari masa kerja?
3. Apakah ada perbedaan implementasi proses pembelajaran
berdasarkan kurikulum 2013 ditinjau dari status kepegawaian?
4. Apakah ada perbedaan implementasi proses pembelajaran
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, dapat
dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan implementasi penilaian
berdasarkan kurikulum 2013 ditinjau dari status kepegawaian
2. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan implementasi penilaian
berdasarkan kurikulum 2013 ditinjau dari masa kerja
3. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan implementasi proses
pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013 ditinjau dari status
kepegawaian
4. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan implementasi proses
pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013 ditinjau dari masa
kerja
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Guru
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai evaluasi oleh guru
tentang pelaksanaan penilaian dan proses pembelajaran. Hasil
penelitian dapat memberikan gambaran yang nyata sejauh mana
penilaian dan proses pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013 telah
dilaksanakan. Hal ini dapat digunakan sebagai bahan refleksi untuk
2. Bagi Sekolah
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
bagi sekolah untuk merumuskan bahan kebijakan sekolah yang
berkaitan atau berhubungan dengan upaya mengoptimalkan kinerja
guru, khususnya dalam penilaian dan proses pembelajaran berdasarkan
kurikulum 2013.
3. Bagi Universitas Sanata Dharma
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan tambahan informasi
bagi penelitian selanjutnya serta dapat menambah kepustakaan yang
berguna bagi mahasiswa atau pihak lain yang membutuhkan.
4. Bagi Instansi Pemerintah (DIKPORA Kab. Sleman)
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan mutu dan
10 BAB II
KAJIAN TEORITIK
A. Tinjauan Umum Kurikulum
1. Pengertian Kurikulum
Arifin (2011:2-3) berpendapat bahwa secara etimologis, istilah
kurikulum (curriculum) berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir yang artinya
“pelari” dan curere yang berarti “tempat berpacu”. Dalam bahasa Perancis,
istilah kurikulum berasal dari kata courier yang berarti berlari (to run).
Kurikulum berarti suatu jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari dari
garis start sampai dengan garis finish untuk memperoleh medali atau
penghargaan. Jarak yng harus ditempuh tersebut kemudian diubah menjadi
program sekolah dan semua orang yang terlibat didalamnya. Curriculum is the
entire school program and all the people involved in. Program tersebut berisi
mata pelajaran-mata pelajaran (courses) yang harus ditempuh oleh peserta
didik selama kurun waktu tertentu, seperti SD/MI (enam tahun), SMP/MTs
(tiga tahun), SMA/SMK/MA (tiga tahun) dan seterusnya. Dengan demikian
secara terminologis istilah kurikulum (dalam pendidikan) adalah sejumlah mata
pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan peserta didik di sekolah untuk
memperoleh ijazah. The curriculum has mean the subject taught in school or
the course of study (Ragan, 1966).
Arifin (2011:3) menjelaskan bahwa ada beberapa implikasi dari
pelajaran adalah warisan budaya dan pengalaman-pengalaman masa lampau
yang mengandung nilai-nilai positif untuk disampaikan kepada generasi muda.
Mata pelajaran tersebut harus mewakili semua aspek kehidupan dan sesuai
dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan, (b)
peserta didik harus mempelajari dan menguasai seluruh mata pelajaran, (c)
mata pelajaran hanya dipelajari di sekolah secara terpisah-pisah, (d) tujuan
akhir kurikulum adalah untuk memperoleh ijazah.
Menurut A. Ferry T. Indratno kurikulum adalah program dan isi dari
suatu sistem pendidikan yang berupaya melaksanakan proses akumulasi
pengetahuan antar generasi dalam masyarakat. Bila ditarik benang merah maka
kurikulum dapat dipahami sebagai alat sentral bagi keberhasilan pendidikan
(Yamin, 2012:15).
Gerakan kurikulum modern sebenarnya sudah ada di Amerika sejak
tahun 1950-an. Pada saat itu B. Othanel Smith, W.O. Stanley dan J. Harlan
Shores memandang kurikulum sebagai a sequence of potential experiences set
up in the school for the purpose of disciplining children and youth in group
ways of thinking and acting. Pengertian ini menunjukkan kurikulum bukan
hanya mata pelajaran, tetapi juga pengalaman-pengalaman potensial yang
dapat diberikan kepada peserta didik. Selanjutnya, J. Galen Saylor dan William
M. Alexander mengemukakan the curriculum is the sum total of school’s
efforts to influence learning, whether in the classroom, on the playground or
out of school. Pengertian ini lebih luas lagi dari pengertian sebelumnya,
sekolah untuk memengaruhi peserta didik belajar, baik di kelas, di halaman
sekolah atau di luar sekolah. Akhirnya, Harold B.Alberty et.al. juga memahami
kurikulum sebagai all of the activities that are provided for the students by the
school (Arifin, 2011:3-4).
Pengertian kurikulum secara modern adalah semua kegiatan dan
pengalaman potensial (isi/ materi) yang telah disusun secara ilmiah, baik yang
terjadi di dalam kelas, di halaman sekolah maupun di luar sekolah atas
tanggung jawab sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan. Ada juga
pengertian kurikulum yang lebih luas yaitu semua kegiatan dan pengalaman
belajar serta segala sesuatu yang berpengaruh terhadap pembentukan pribadi
peserta didik, baik di sekolah maupun di luar sekolah atas tanggung jawab
sekolah untuk mencapai pendidikan. Segala sesuatu yang dimaksud disini
merupakan hidden curriculum, misalnya fasilitas sekolah, lingkungan yang
aman, bersih, indah dan berbunga, suasana keakraban, kerja sama yang
harmonis dan saling mendorong dalam proses pembelajaran, serta media dan
sumber belajar yang memadai (Arifin, 2011:4-5).
Sedangkan menurut undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
2. Komponen Kurikulum
Arifin (2011:82-94) mengembangkan komponen kurikulum menjadi
komponen tujuan, komponen isi/ materi, komponen proses, dan komponen
evaluasi.
Tujuan mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis, karena
akan mengarahkan dan memengaruhi komponen-komponen kurikulum lainnya.
Dalam penyusunan suatu kurikulum, perumusan tujuan ditetapkan terlebih
dahulu sebelum menetapkan komponen yang lainnya. Tujuan pendidikan suatu
negara tidak bisa dipisahkan dan merupakan penjabaran dari tujuan negara atau
falsafah negara, karena pendidikan merupakan alat untuk mencapai tujuan
negara. Tujuan pendidikan nasional dirumuskan langsung oleh pemerintah
sebagai pedoman bagi pengembangan tujuan-tujuan pendidikan yang lebih
khusus. Tujuan institusional adalah tujuan yang ingin dicapai oleh setiap
lembaga pendidikan, baik pendidikan formal (TK/ RA, SD/ MI, SMP/ MTs,
SMA/ MA) maupun pendidikan nonformal (lembaga kursus, pesantren).
Tujuan kurikuler adalah tujuan yang ingin dicapai oleh setiap bidang studi atau
mata pelajaran, seperti bidang studi Pendidikan Agama Islam, IPA, IPS,
Matematika, Bahasa Indonesia, dan sebagainya. Tujuan pembelajaran umum
adalah tujuan yang ingin dicapai pada setiap pokok bahasan, sedangkan tujuan
pembelajaran khusus (instructional objective) adalah tujuan dari setiap
subpokok bahasan.
Isi/ materi kurikulum pada hakikatnya adalah semua kegiatan dan
pendidikan. Secara umum, isi kurikulum itu dapat dikelompokkan menjadi tiga
bagian, yaitu: (a) logika, yaitu pengetahuan tentang benar-salah, berdasarkan
prosedur keilmuan, (b) etika, yaitu pengetahuan tentang baik-buruk, nilai, dan
moral, dan (c) estetika, yaitu pengetahuan tentang indah-jelek, yang ada nilai
seni. Berdasarkan pengelompokan isi kurikulum tersebut, maka pengembangan
isi kurikulum harus disusun berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut: (a)
mengandung bahan kajian atau topik-topik yang dapat dipelajari peserta didik
dalam proses pembelajaran, dan (b) berorientasi pada standar kompetensi
lulusan, standar kompetensi mata pelajaran, dan kompetensi dasar yang telah
ditetapkan. Pemilihan isi kurikulum dapat juga mempertimbangkan kriteria
sebagai berikut: (a) sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, (b) sesuai dengan
tingkat perkembangan peserta didik, (c) bermanfaat bagi peserta didik,
masyarakat, dunia kerja, bangsa dan negara, baik untuk masa sekarang maupun
masa yang akan datang, dan (d) sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Proses pelaksanaan kurikulum harus menunjukkan adanya kegiatan
pembelajaran, yaitu upaya guru untuk membelajarkan peserta didik, baik di
sekolah melalui kegiatan tatap muka, maupun di luar sekolah melalui kegiatan
terstruktur dan mandiri. Dalam konteks inilah, guru dituntut untuk
menggunakan berbagai strategi pembelajaran, metode mengajar, media
pembelajaran, dan sumber-sumber belajar. Pemilihan strategi pembelajaran
harus disesuaikan dengan tujuan kurikulum (SK/ KD), karakteristik materi
menyampaikan isi kurikulum, antara lain: (a) strategi ekspositori klasikal, yaitu
guru lebih banyak menjelaskan materi yang sebelumnya telah diolah sendiri,
sementara siswa lebih banyak menerima materi yang telah jadi, (b) strategi
pembelajaran heuristik (discovery dan inquiry), (c) strategi pembelajaran
kelompok kecil: kerja kelompok dan diskusi kelompok, dan (d) strategi
pembelajaran individual.
Untuk mengetahui efektifitas kurikulum dan dalam upaya memperbaiki
serta menyempurnakan kurikulum, maka diperlukan evaluasi kurikulum.
Evaluasi kurikulum merupakan usaha yang sulit dan kompleks, karena banyak
aspek yang harus dievaluasi, banyak orang yang terlibat, dan luasnya
kurikulum yang harus diperhatikan. Evaluasi kurikulum dan luasnya kurikulum
yang harus diperhatikan. Evaluasi kurikulum memerlukan ahli-ahli yang
mengembangkannya menjadi suatu disiplin ilmu. Evaluasi kurikulum juga erat
hubungannya dengan definisi kurikulum itu sendiri, apakah sebagai kumpulan
mata pelajaran atau meliputi semua kegiatan dan pengalaman anak di dalam
maupun di luar sekolah.
3. Perkembangan Kurikulum Di Indonesia
Hidayat (2013:1-18) menjabarkan bahwa semenjak Indonesia merdeka
sejak tahun 1945 telah mengalami perubahan kurikulum, yaitu pada tahun
1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994,2004, dan 2006.
Kurikulum pertama yang lahir setelah Indonesia merdeka adalah
merupakan rencana pelajaran atau dalam bahasa Belanda disebut leer plan.
dan pendidikan lebih menekankan pada pembentukan karakter. Setelah rencana
pelajaran 1947. Rencana Pelajaran 1947 merupakan pengganti sistem
pendidikan kolonial Belanda dengan mengurangi pendidikan kecerdasan
intelektual. Kurikulum 1947 dilandasi semangat zaman dan suasana kehidupan
berbangsa dengan spirit merebut kemerdekaan maka pendidikan lebih
menekankan pada pembentukan karakter manusia Indonesia yang merdeka dan
berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain, kesadaran bernegara dan masyarakat.
Setelah Rencana Pelajaran 1947, pada tahun 1952 kurikulum di
Indonesia mengalami penyempurnaan. Pada tahun 1952 ini, pemerintah
Indonesia melalui Kementrian Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan
menerbitkan buku Pedoman Kurikulum SD yang lebih merinci setiap mata
pelajaran kemudian diberi nama Rencana Pelajaran Terurai 1952 yang
berfungsi membimbing para guru dalam kegiatan mengajar di Sekolah Dasar.
Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan nasional. Yang
menjadi ciri dari kurikulum 1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran
sehari-hari, silabus mata pelajarannya jelas, seorang guru mengajar satu mata
pelajaran.
Menjelang tahun 1964 pemerintah kembali menyempurnakan sistem
kurikulum di Indonesia. Kurikulum ini diberi nama Rencana Pendidikan 1964
atau kurikulum 1964. Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964 yang menjadi ciri
dari kurikulum ini adalah bahwa pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat
pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana yaitu; daya cipta, rasa,
karsa, karya dan moral.
Kurikulum 1964 masih mengalami perubahan yaitu menjadi kurikulum
1968, hal ini dipengaruhi oleh perubahan sistem politik dari pemerintahan
rezim Orde Lama ke rezim pemerintahan Orde Baru. Kurikulum ini menjadi
citra sebagai produk Orde Lama. Kurikulum 1968 menekankan pada
pendekatan organisasi materi pelajaran menjadi kelompok pembinaan jiwa
Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Jumlah jam pelajarannya
9 mata pelajaran. Titik berat kurikulum ini terletak pada materi apa saja yang
tepat diberikan kepada siswa di setiap jenjang pendidikan. Dari segi tujuan
pendidikan, Kurikulum 1968 diarahkan pada upaya untuk membentuk manusia
Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan
keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama.
Pembaruan kelima terjadi dengan diterbitkannya Kurikulum 1975/ 1976.
Kurikulum 1975 untuk SD/ SMP dan SMA sedangkan Kurikulum 1976 untuk
Sekolah Keguruan yaitu SPG dan Sekolah Menengah Kejuruan (STM, SMEA).
Komponen yang terkandung dalam Kurikulum 1975 memuat: (a) tujuan
institusional baik SD, SMP, dan SMA/ SPG/ SMEA/ STM, yaitu tujuan yang
hendak dicapai lembaga pendidikan dalam melaksanakan program
pendidikannya, (b) struktur program kurikulum, yaitu kerangka umum program
pengajaran yang akan diberikan pada tiap sekolah, (c) garis-garis besar
program pengajaran, yang didalamnya terdapat hal-hal yang berhubungan
Dalam perkembangannya Kurikulum 1975 dianggap sudah tidak relevan
lagi dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dan tuntutan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Kurikulum 1984 lahir sebagai perbaikan atau revisi terhadap
Kurikulum 1975. Kurikulum 1984 memiliki ciri sebagai berikut: (1)
berorientasi kepada tujuan pembelajaran (instruksional), (2) pendekatan
pembelajarannya berpusat pada anak didik melalui cara belajar siswa aktif
(CBSA), (3) materi pelajaran dikemas dengan menggunakan pendekatan spiral,
(4) menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan, (5)
materi disajikan berdasarkan tingkat kesiapan atau kematangan siswa, (6)
menggunakan pendekatan keterampilan proses.
Pada kurikulum sebelumnya, yaitu Kurikulum 1984, proses pembelajaran
menekankan pada pola pembelajaran yang berorientasi pada teori belajar
mengajar, kurang memperhatikan muatan (isi) pelajaran. Kurikulum 1994
dibuat sebagai penyempurnaan Kurikulum 1984 dan dilaksanakan sesuai
dengan Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Terdapat ciri-ciri yang menonjol dalam Kurikulum 1994, antara lain
sebagai berikut: (1) pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem
caturwulan, (2) pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran
yang cukup padat (berorientasi kepada materi pelajaran/ isi), (3) Kurikulum
1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu sistem kurikulum untuk
semua siswa di seluruh Indonesia, (4) dalam pelaksanaan kegiatan, guru
hendaknya memilih dan menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif
mata pelajaran hendaknya disesuaikan dengan kekhasan konsep/ pokok
bahasan dan perkembangan berpikir siswa, (6) pengajaran dari hal yang
konkret ke hal yang abstrak, dari hal yang mudah ke hal yang sulit dan dari hal
yang sederhana ke hal yang kompleks, dan (7) pengulangan-pengulangan
materi yang dianggap sulit perlu dilakukan untuk pemantapan pemahaman
siswa.
Usaha pihak pemerintah maupun pihak swasta dalam rangka
meningkatkan mutu pendidikan terutama meningkatkan hasil belajar siswa
dalam berbagai mata pelajaran terus-menerus dilakukan, seperti
penyempurnaan kurikulum, materi pelajaran, dan proses pembelajaran.
Kurikulum 1994 perlu disempurnakan lagi menjadi Kurikulum 2002 sebagai
respon terhadap perubahan struktural dalam pemerintahan dari sentralistik
menjadi desentralistik sebagai konsekuensi logis dilaksanakannya UU No. 23
dan 25 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Pertimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Kurikulum saat ini diberi nama
Kurikulum Berbasis Kompetensi, yang menitikberatkan pada pengembangan
kemampuan untuk melakukan (kompetensi) tugas-tugas tertentu sesuai dengan
standar kinerja yang telah ditetapkan. Kurikulum Berbasis Kompetensi
memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) menekankan pada ketercapaian
kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal, (2) berorientasi pada
hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman, (3) penyampaian dalam
pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi, (4)
memenuhi unsur edukatif, dan (5) penilaian menekankan pada proses dan hasil
belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.
Kurikulum dipahami sebagai seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu. Dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005, pemerintah telah mendorong penyelenggara pendidikan untuk
mengimplementasikan kurikulum dalam bentuk Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan, yaitu kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan
di setiap satuan pendidikan. Esensi isi dan arah pengembangan pembelajaran
dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan masih bercirikan tercapainya
paket-paket kompetensi.
4. Peranan Kurikulum
Prof. Dr. Soedijarto, M.A. mengatakan bahwa sekolah merupakan
lembaga sosial yang keberadaannya merupakan bagian dari sistem sosial
negara bangsa. Ia bertujuan untuk mencetak manusia susila yang cakap,
demokratis, bertanggung jawab, beriman, bertakwa, sehat jasmani dan rohani,
memiliki pengetahuan dan keterampilan, berkepribadian yang mantap dan
mandiri. Soedijarto lebih jauh mengatakan bahwa pencapaian itu akan bisa
diraih ketika ada suatu proses yang terencana dengan efisien, efektif, dan
relevan. Agar tujuan tersebut tercapai maka dibutuhkan kurikulum yang kuat,
Menurut Hamalik (2007:11-13) terdapat tiga peranan kurikulum yang
dinilai sangat penting, yakni peranan konservatif, peranan kritis dan evaluatif,
dan peranan kreatif. Peranan konservatif dalam kurikulum memiliki suatu
tanggung jawab yaitu mentransmisikan dan menafsirkan warisan sosial pada
generasi muda. Peranan kritis dan evaluatif, memiliki peranan dalam
kebudayaan yang senantiasa berubah dan bertambah. Sekolah tidak hanya
mewariskan kebudayaan yang ada, melainkan juga menilai dan memilih
berbagai unsur kebudayaan yang akan diwariskan. Dalam kurikulum peranan
kreatif dinilai berperan dalam melakukan berbagai kegiatan kreatif dan
konstruktif, dalam artian menciptakan dan menyusun suatu hal yang baru
sesuai dengan kebutuhan masyarakat di masa sekarang dan masa mendatang.
5. Fungsi Kurikulum
Dilihat dari sisi pengembang kurikulum (guru), kurikulum mempunyai
fungsi sebagai berikut: (a) fungsi preventif, yaitu mencegah kesalahan para
pengembang kurikulum terutama dalam melakukan hal-hal yang tidak sesuai
dengan rencana kurikulum, (b) fungsi korektif, yaitu mengoreksi dan
membetulkan kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh pengembang
kurikulum dalam melaksanakan kurikulum, dan (c) fungsi konstruktif, yaitu
memberikan arah yang jelas bagi para pelaksana dan pengembang kurikulum
untuk membangun kurikulum yang lebih baik lagi pada masa yang akan
datang. Sementara, Hilda Taba (1962) mengemukakan terdapat tiga fungsi
kebudayaan, (b) sebagai transformasi, yaitu melakukan perubahan atau
rekonstruksi sosial, dan (c) sebagai pengembangan individu (Arifin, 2011:12).
Arifin (2011:13-16) mengatakan bahwa fungsi kurikulum dapat juga
ditinjau dalam berbagai perspektif, antara lain sebagai berikut: (a) fungsi
kurikulum dalam mencapai tujuan pendidikan, (b) fungsi kurikulum bagi
kepala sekolah, (c) fungsi kurikulum bagi setiap jenjang pendidikan, (d) fungsi
kurikulum bagi guru, (e) fungsi kurikulum bagi pengawas, (f) fungsi kurikulum
bagi masyarakat, (g) fungsi kurikulum bagi pemakai lulusan.
Fungsi kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan,
yaitu alat untuk membentuk manusia seutuhnya sesuai dengan visi, misi dan
tujuan pendidikan nasional, termasuk berbagai tingkatan tujuan pendidikan
yang ada dibawahnya. Kurikulum sebagai alat dapat diwujudkan dalam bentuk
program, yaitu kegiatan dan pengalaman belajar yang harus dilaksanakan oleh
guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran.
Fungsi kurikulum merupakan pedoman untuk mengatur dan
membimbing kegiatan sehari-hari di sekolah, baik kegiatan intrakurikuler,
ekstrakurikuler maupun kokurikuler. Pengaturan kegiatan ini penting agar tidak
terjadi tumpang tindih, seperti jenis program pendidikan apa yang sedang dan
akan dilaksanakan.
Fungsi kurikulum bagi setiap jenjang pendidikan meliputi: (a) fungsi
kesinambungan, yaitu sekolah pada tingkat yang lebih atas harus mengetahui
dan memahami kurikulum sekolah yang dibawahnya, sehingga dapat dilakukan
tertentu diberi wewenang mempersiapkan tenaga-tenaga terampil, maka
sekolah tersebut perlu mempelajari apa yang diperlukan oleh tenaga terampil,
baik mengenai kemampuan akademik, kecakapan atau keterampilan,
kepribadian maupun hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan sosial.
Dalam praktik, guru merupakan ujung tombak pengembangan kurikulum
sekaligus sebagai pelaksana kurikulum di lapangan. Guru juga sebagai faktor
kunci (key factor) dalam keberhasilan suatu kurikulum. Efektivitas suatu
kurikulum tidak akan tercapai, jika guru tidak dapat memahami dan
melaksanakan kurikulum dengan baik sebagai pedoman dalam proses
pembelajaran. Artinya, guru tidak hanya berfungsi sebagai pengembang
kurikulum, tetapi juga sebagai pelaksana kurikulum. Guru dituntut untuk selalu
meningkatkan kompetensinya sesuai dengan perkembangan kurikulum itu
sendiri, perkembangan IPTEK, perkembangan masyarakat, perkembangan
psikologi belajar, dan perkembangan ilmu pendidikan.
Bagi pengawas, fungsi kurikulum dapat dijadikan sebagai pedoman,
patokan, atau ukuran dalam membimbing kegiatan guru di sekolah. Kurikulum
dapat digunakan pengawas untuk menetapkan hal-hal apa saja yang
memerlukan penyempurnaan atau perbaikan dalam usaha pengembangan
kurikulum dan peningkatan mutu pendidikan. Pengawas juga perlu mencari
data dan informasi mengenai faktor pendukung dan penghambat implementasi
kurikulum dalam hubungannya dengan peningkatan mutu guru, kelengkapan
keefektifan penggunaan perpustakaan, dan lain-lain. Implikasinya pengawas
harus menguasai kurikulum yang berlaku.
Melalui kurikulum, masyarakat dapat mengetahui apakah pengetahuan,
keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang dibutuhkannya relevan atau tidak
dengan kurikulum suatu sekolah. Masyarakat yang cerdas dan humanis akan
selalu (a) memberikan bantuan, baik moril maupun materil dalam pelaksanaan
kurikulum, (b) memberikan saran-saran dan pendapat sesuai dengan keperluan
(c) berperan secara aktif, baik langsung maupun tidak langsung.
Instansi atau perusahaan manapun yang mempergunakan tenaga kerja
lulusan suatu lembaga pendidikan tentu menginginkan tenaga kerja yang
bermutu tinggi dan mampu berkompetisi agar dapat meningkatkan
produktivitasnya. Biasanya para pemakai kurikulum melakukan seleksi yang
ketat dalam penerimaan calon tenaga kerja. Studi kurikulum akan banyak
membantu pemakai lulusan dalam menyeleksi calon tenaga kerja yang andal,
energik, disiplin, bertanggung jawab, jujur, ulet, tepat, dan berkualitas.
B. Kurikulum 2013
1. Konsep Dasar Kurikulum 2013
Mulyasa (2013:66-68) menjelaskan dalam rangka mempersiapkan
lulusan pendidikan memasuki era globalisasi yang penuh tantangan dan
ketidakpastian, diperlukan pendidikan yang dirancang berdasarkan kebutuhan
nyata dilapangan. Untuk kepentingan tersebut pemerintah melakukan penataan
2013 berbasis kompetensi. Kurikulum 2013 merupakan tindak lanjut dari
kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang pernah diuji cobakan pada tahun
2004. KBK atau (competency based curriculum) dijadikan acuan dan pedoman
bagi pelaksanaan pendidikan untuk pengembangan berbagai ranah pendidikan
(pengetahuan, keterampilan, dan sikap) dalam sebuah jenjang dan jalur
pendidikan, khususnya pada jalur pendidikan sekolah.
Pada hakikatnya kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan,
keterampilan, nilai dan sikap yang merefleksikan dalam kebiasaan berfikir dan
bertindak. Beberapa aspek atau ranah yang terkandung dalam konsep
kompetensi dapat diuraikan sebagai berikut: (a) pengetahuan (knowledge);
yaitu kesadaran dalam bidang kognitif, (b) pemahaman (understanding); yaitu
kedalaman kognitif, dan afektif yang dimiliki oleh individu. (c) kemampuan
(skill); adalah sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk melakukan tugas atau
pekerjaan yang dibebankan kepadanya. (d) nilai (value); adalah suatu standar
perilaku yang telah diyakini dan secara psikologis telah menyatu dalam diri
seseorang. (e) sikap (attitude); yaitu perasaan (senang- tidak senang, suka-
tidak suka) atau reaksi terhadap suatu rangsangan dari luar. (f) minat (interest);
adalah kecenderungan seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan.
Berdasarkan analisis kompetensi diatas, kurikulum 2013 berbasis
kompetensi dapat dimaknai suatu konsep kurikulum yang menekankan pada
pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan
standar performansi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan peserta didik,
2. Rasional Pengembangan Kurikulum 2013
Dalam Permendikbud No. 70 Tahun 2013 tentang Kurikulum Sekolah
Menengah Kejuruan/ Madrasah Aliyah Kejuruan, Kurikulum 2013
dikembangkan berdasarkan faktor-faktor sebagai berikut: (a) tantangan
internal, (b) tantangan eksternal, (c) penyempurnaan pola pikir, (d) penguatan
tata kelola kurikulum, (e) penguatan materi.
Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan
dikaitkan dengan tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8 (delapan)
Standar Nasional Pendidikan yang meliputi standar isi, standar proses, standar
kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana
dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian
pendidikan. Tantangan internal lainnya terkait dengan perkembangan
penduduk Indonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk usia produktif. Saat ini
jumlah penduduk Indonesia usia produktif (15-64 tahun) lebih banyak dari usia
tidak produktif (anak-anak berusia 0-14 tahun dan orang tua berusia 65 tahun
ke atas). Jumlah penduduk usia produktif ini akan mencapai puncaknya pada
tahun 2020-2035 pada saat angkanya mencapai 70%. Oleh sebab itu tantangan
besar yang dihadapi adalah bagaimana mengupayakan agar sumber daya
manusia usia produktif yang melimpah ini dapat ditransformasikan menjadi
sumber daya manusia yang memiliki kompetensi dan keterampilan melalui
pendidikan agar tidak menjadi beban.
Tantangan eksternal antara lain terkait dengan arus globalisasi dan
teknologi dan informasi, kebangkitan industri kreatif dan budaya, dan
perkembangan pendidikan di tingkat internasional. Arus globalisasi akan
menggeser pola hidup masyarakat dari agraris dan perniagaan tradisional
menjadi masyarakat industri dan perdagangan modern seperti dapat terlihat di
World Trade Organization (WTO), Association of Southeast Asian Nations
(ASEAN) Community, Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC), dan
ASEAN Free Trade Area (AFTA). Tantangan eksternal juga terkait dengan
pergeseran kekuatan ekonomi dunia, pengaruh dan imbas teknosains serta
mutu, investasi, dan transformasi bidang pendidikan. Keikutsertaan Indonesia
di dalam studi International Trends in International Mathematics and Science
Study (TIMSS) dan Program for International Student Assessment (PISA)
sejak tahun 1999 juga menunjukkan bahwa capaian anak-anak Indonesia tidak
menggembirakan dalam beberapa kali laporan yang dikeluarkan TIMSS dan
PISA. Hal ini disebabkan antara lain banyaknya materi uji yang ditanyakan di
TIMSS dan PISA tidak terdapat dalam kurikulum Indonesia.
Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir
sebagai berikut: (1) pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi
pembelajaran berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus memiliki
pilihan-pilihan terhadap materi yang dipelajari untuk memiliki kompetensi yang sama;
(2) pola pembelajaran satu arah (interaksi guru-peserta didik) menjadi
pembelajaran interaktif (interaktif guru-peserta didik-masyarakat-lingkungan
alam, sumber/ media lainnya); (3) pola pembelajaran terisolasi menjadi
dan dari mana saja yang dapat dihubungi serta diperoleh melalui internet); (4)
pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif-mencari (pembelajaran
siswa aktif mencari semakin diperkuat dengan model pembelajaran pendekatan
sains); (5) pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok (berbasis tim); (6)
pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis alat multimedia;
(7) pola pembelajaran berbasis massal menjadi kebutuhan pelanggan (users)
dengan memperkuat pengembangan potensi khusus yang dimiliki setiap peserta
didik; (8) pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal (monodiscipline)
menjadi pembelajaran ilmu pengetahuan jamak (multidisciplines); dan (9) pola
pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis.
Pelaksanaan kurikulum selama ini telah menempatkan kurikulum sebagai
daftar Mata Pelajaran. Pendekatan Kurikulum 2013 untuk Sekolah Menegah
Kejuruan/ Madrasah Aliyah Kejuruan diubah sesuai dengan kurikulum satuan
pendidikan. Oleh karena itu dalam Kurikulum 2013 dilakukan penguatan tata
kelola sebagai berikut: (1) tata kerja guru yang bersifat individual diubah
menjadi tata kerja yang bersifat kolaboratif; (2) penguatan manajemen sekolah
melalui penguatan kemampuan manajemen kepala sekolah sebagai pimpinan
kependidikan (educational leader); dan (3) penguatan sarana dan prasarana
untuk kepentingan manajemen dan proses pembelajaran.
Penguatan materi dilakukan dengan cara pengurangan materi yang tidak
3. Karakteristik Kurikulum 2013
Menurut Permendikbud No. 70 Tahun 2013 tentang Kurikulum Sekolah
Menengah Kejuruan/ Madrasah Aliyah Kejuruan, Kurikulum 2013 dirancang
dengan karakteristik sebagai berikut: (a) mengembangkan keseimbangan antara
pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja
sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik; (b) sekolah merupakan
bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar terencana
dimana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat
dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar; (c) mengembangkan
sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya dalam berbagai
situasi di sekolah dan masyarakat; (d) memberi waktu yang cukup leluasa
untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan; (e)
kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih
lanjut dalam kompetensi dasar Mata Pelajaran; (f) kompetensi inti kelas
menjadi unsur pengorganisasi (organizing
elements) kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses
pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan
dalam kompetensi inti; (g) kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada
prinsip akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya
(enriched) antar mata pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal
4. Tujuan Kurikulum 2013
Mengacu pada penjelasan UU No. 20 tahun 2003, bagian umum
dikatakan bahwa: “Strategi pembangunan pendidikan nasional dalam undang-
undang ini meliputi:…, 2. Pengembangan dan pelaksanaan kurikulum berbasis
kompetensi,…” dan pada penjelasan Pasal 35, bahwa “Kompetensi lulusan
merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah
disepakati.” maka diadakan perubahan kurikulum dengan tujuan untuk
“Melanjutkan Pengembangan Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada
tahun 2004 dengan mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan
keterampilan secara terpadu” (Mulyasa, 2013:65).
Dalam tujuannya, Permendikbud No. 70 Tahun 2013 tentang Kurikulum
Sekolah Menengah Kejuruan/ Madrasah Aliyah Kejuruan menjelaskan bahwa
kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar
memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman,
produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.
Untuk mencapai tujuan tersebut menuntut perubahan pada berbagai
aspek lain, terutama dalam implementasinya di lapangan. Pada proses
pembelajaran, dari siswa diberi tahu menjadi siswa mencari tahu, sedangkan
pada proses penilaian, dari berfokus pada pengetahuan melalui penilaian output
penilaian output secara utuh dan menyeluruh, sehingga memerlukan
penambahan jam pelajaran (Mulyasa, 2013:66).
5. Keunggulan Kurikulum 2013
Mulyasa (2013:163-164) mengharapkan implementasi Kurikulum 2013
dapat menghasilkan insan yang produktif, kreatif, dan inovatif. Hal ini
dimungkinkan karena Kurikulum 2013 yang secara konseptual memiliki
beberapa keunggulan.
Pertama, Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan yang bersifat
alamiah (konstektual), karena berangkat, berfokus, dan bermuara pada hakekat
peserta didik untuk mengembangkan berbagai kompetensi sesuai dengan