• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. minimum menghasilkan pengaruh negatif signifikan kepada tingkat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. minimum menghasilkan pengaruh negatif signifikan kepada tingkat"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Penelitian Terdahulu

Menurut (Putri & Subroto, 2014) dalam penelitiannya dengan variabel tingkat pertumbuhan ekonomi, upah minimum provinsi dan inflasi. Hasil analisis tersebut yakni menjelaskan jika a) Inflasi menghasilkan pengaruh positif signifikan kepada tingkat pengangguran terbuka pada Jawa Timur periode 2003- 2014 dilengkapi simbol positif atau satu arah; (b) Upah minimum menghasilkan pengaruh negatif signifikan kepada tingkat pengangguran terbuka pada Jawa Timur periode 2003-2014 dilengkapi simbol negatif atau tidak satu arah; dan (c) Pertumbuhan ekonomi menghasilkan pengaruh positif tidak signifikan kepada tingkat pengangguran terbuka pada Jawa Timur periode 2003-2014 dilengkapi simbol positif atau satu arah.

Perbedaan penelitian ini dengan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Putri & Subroto, 2014) terletak pada jangka periode sumber data yang diambil yaitu pada penelitian ini menggunakan data dari tahun 2000 – 2019. Selain itu juga penambahan metode korelasi berganda pada penelitian tersebut dan penambahan metode uji asumsi klasik yang terdiri dari uji mulitikolinearitas, uji heteroskedestisitas, uji normalitas, uji autokorelasi, dan uji linearitas.

Menurut Imsar (2018) dalam penelitiannya yang menggunakan inflasi dan PDB. Hasil analisis menjelaskan jika koefisien determinasi (R square) variabel independen kepada variabel dependen yakni senilai 0.847 atau 82,8%.

Kondisi tersebut menjelaskan jika variabel Inflasi, Pertumbuhan Ekonomi dan

(2)

Pengangguran tahun sebelumnya. Bisa menerangkan tingkat Pengangguran pada Indonesia senilai 82,8% lalu lainnya 7,2% diterangkan oleh unsur-unsur yang lain yang tidak masuk dalam pengujian.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Imsar (2018) yaitu terletak pada uji analisis data yang dilakukan yaitu pada penelitian ini juga menggunakan analisis uji t, dan uji F sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Imsar (2018) hanya menguji pada koefisien determinasi. Selain itu jug terdapat pada variabel yang digunakan yaitu pada penelitian ini terdapat variabel inflasi, pertumbuhan ekonomi, dan upah minimum provinsi.

Menurut Setiawan, dkk (2017) dalam penelitiannya dengan menggunakan variabel PDRB, Jumlah Penduduk, Upah Minimum. Hasil uji regresi data panel menerapkan bentuk FEM menjelaskan jika PDRB dan total masyarakat menghasilkan pengaruh negatif signifikan kepada tingkat pengangguran pada provinsi Jawa Timur. Lalu UMK tidak menghasilkan pengaruh signifikan kepada tingkat pengangguran pada provinsi Jawa Timur.

Pada analisis tersebut dapat menjelaskan jika PDRB, Jumlah Penduduk, dan UMK begitu menghasilkan pengaruh kepada Tingkat Pengangguran Terbuka pada Provinsi Jawa Timur.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Setiawan, dkk (2017) yaitu tidak terdapat variabel inflasi pada penelitian diatas. Selain itu, perbedaan lainnya adalah pada metode analisis data yang dalam penelitian ini menggunakan analisis linear berganda sedangkan penelitian diatas menggunakan analisis FEM.

(3)

B. Landasan Teori 1. Tenaga Kerja a. Pengertian

Tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja yang siap melakukan pekerjaan, antara lain mereka yang sudah bekerja, mereka yang sedang mencari pekerjaan, mereka yang bersekolah, dan mereka yang mengurus rumah tangga. (MT Rionga & Yoga Firdaus, 2007:2)

Menurut Sumitro Djojohadikusumo (1987) tenaga kerja adalah semua orang yang bersedia dan sanggup bekerja, termasuk mereka yang menganggur meskipun bersedia dan sanggup bekerja dan mereka yang menganggur terpaksa akibat tidak ada kesempatan kerja.

b. Keseimbangan Tenaga Kerja

Menurut Nur Feriyanto (2014) pasar tenaga kerja adalah seluruh kebutuhan (permintaan) dan persediaan (penawaran) tenaga kerja dengan semua jalan yang memungkinkan penjual jasa tenaga kerja (tenaga kerja) dan pembeli jasa tenaga kerja (perusahaan) bertemu dan melakukan transaksi.Permintaan dan penawaran tenaga kerja tersebut secara bersama menentukan tingkat upah dan penggunaan tenaga kerja keseimbangan.

(Mankiw N. G., 2007) menjelaskan bahwa upah dan jumlah tenaga kerja telah menyesuaikan pada keseimbangan penawaran dan permintaan.

Ketika pasar berada pada titik keseimbangan, setiap perusahaan telah membeli tenaga kerja sebanyak mungkin selama masih memberikan keuntungan pada keseimbangan upah, yakni setiap perusahaan telah

(4)

mengikuti kaidah untuk memaksimalkan laba dengan cara perusahaan menyewa para pekerja sampai nilai produk marginal tenaga kerja setara dengan upah. Oleh karena itu, upah harus seimbang dengan nilai marginal produk tenaga kerja ketika perusahaan menyeimbangkan penawaran dan permintaan.

Sumber : Mankiw (2000)

Gambar 2.1 Kurva Keseimbangan Pasar Tenaga Kerja

Gambar diatas menjelaskan tentang kurva keseimbangan pasar tenaga kerja, di mana W yaitu upah, L yaitu tenaga kerja, D yaitu permintaan tenaga kerja, S yaitu penawaran tenaga kerja, dan E yaitu titik keseimbangan. Keseimbangan (E) terjadi saat kurva permintaan (D) memotong kurva penawaran (S).

(5)

Gambar 2.2 Kurva Ketidakseimbangan antara Permintaan dan Penawaran Terhadap Tenaga Kerja

Sumber : Subri (2003)

Berdasarkan Gambar 2.3 terlihat adanya excess demand for labor. Padatingkat upah W2 permintaan akan tenaga kerja (DL) lebih besar daripada penawarantenaga kerja (SL). Jumlah orang yang menawarkan dirinya, untuk bekerja padatingkat upah W2 adalah sebanyak N3 orang, sedangkan yang diminta adalahsebanyak N4orang.Menurut pandangan klasik dalam Case and Fair (2007) tentang pasar tenagakerja berasumsi bahwa tingkat upah menyesuaikan diri untuk menyamakankuantitas tenaga kerja yang diminta dengan kuantitas tenaga kerja yang ditawarkan.Jika kuantitas tenagakerja yang ditawarkan mencapai ekuilibrium denganmeningkatkan dan menurunkan tingkat upah, seharusnya tidak ada pengangguran.

Penyebab terjadinya kelebihan dan kekurangan tenaga kerja adalah pada suatu kondisi terdapat kecenderungan banyak dibuka Perguruan Tinggi baru secara massif dan lebih berorientasi profit tanpa diikuti

W

W

N N N

Supply Labour

Deman d Labour Excess

Deman

(6)

dengan penyediaan sarana prasarana yang memadai dan berkualitas, sehingga menghasilkan jumlah lulusan yang terus meningkat. Di sisi lain, kesempatan kerja produktif di Indonesia juga terbatas, sehingga penganggur terdidik relatif tinggi. Indonesia diperkirakan akan mengalami kekurangan tenaga kerja terdidik dan terampil, tetapi kelebihan tenaga kerja non terampil. Adanya kesenjangan antara permintaan dan ketersediaan tenaga kerja berpendidikan juga didukung data ILO (2015) tentang tenaga kerja yang tidak memenuhi kualifikasi pendidikan dan ketrampilan yang proporsinya mencapai lebih dari separuhnya.

2. Pengangguran a. Pengertian

Pengangguran (unemployment) diartikan sebuah kondisi yang mana masyarakat dimasukkan dalam jenis angkatan kerja (labor force) tidak mempunyai lapangan kerja dan dengan aktif yang mendapatkan lapangan kerja (Nanga, 2001, p. 253).

Seseorang yang tidak bekerja bisa diartikan orang yang tidak memiliki lapangan pekerjaan dan dengan aktif memperoleh kerja dalam kurun waktu empat minggu sebelumnya, sedang menanti panggilan dalam sebuah lapangan kerja sesudah dihentikan atau sedang menunggu pelaporan atas kerja yang terbaru pada periode empat minggu (Sandy, 1998, p. 45).

Berdasarkan gagasan (Afrida, 2003, p. 134) menjelaskan jika dalam landasannya orang menyebutkan jika alasan dari pengangguran

(7)

yakni ketidaksesuaian pada tawaran tenaga kerja dalam negara tenaga kerja. Beberapa tenaga kerja yang memberikan tenaganya untuk mendapatkan kerja dan sukses memperolehnya (employ) lainnya yang belum berhasil atau tidak layak memperoleh kerja bisa disebut dengan pengangguran, dengan syarat dia masih bekerja. Makna pengangguran yakni penjelasan dari unemployed, tetapi suapaya bisa dijelaskan pengangguran kepada kriteria yang wajib dicukupi. Kriteria tersebut yakni ia wajib aktif mendapatkan pekerjaan jadi lebih sering dimasukkan sebagai pencari pekerjaan.

Lalu pada ilmu kependudukan (demografi), seseorang yang sedang mencari pekerjaan disebut pada masyarakat yang dikatakan angkatan kerja. Sesuai jenis umur, umur angkatan kerja yakni 15-64 tahun. Namun tidak seluruh masyarakat yang berumur 15-64 tahun dinilai dalam angkatan kerja. Yang dinilai dengan angkatan kerja yakni masyarakat berumur 15-64 tahun yang sedang kerja dan sedang mendapatkan pencarian pekerjaan. Jumlah pengangguran yakni persentase angkatan kerja yang tidak atau belum memperoleh lapangan kerja (Rahardja &

Manurung, 2008).

Terdapat dua landasan yang penting sebagai kriteria pengangguran, yakni pendekatan angkatan kerja (labour force approach) dan pendekatan dalam memanfaatkan tenaga kerja (labour utiliztion approach) (Rahardja

& Manurung, 2008)

(8)

1) Pendekatan angkatan kerja (labour force approach) kondisi tersebut mengartikan penganggur dengan angkatan kerja yang belum melaksanakan pekerjaan.

2) Pendekatan dalam memanfaatkan tenaga kerja (labour utilization approach) pada kondisi tersebut, angkatan kerja dikategorikan dalam tiga jenis yakni :

a) Menganggur (Unemployed) yakni seseorang yang benar-benar tidak mempunyai pekerjaan atau sedang berusaha mendapatkan kerja. Jenis tersebut selalu dikatakan juga dengan sebutan pengangguran terbuka (Open Employment).

b) Setengah menganggur (Underemployed) yakni masyarakat yang sedang kerja, namun belum dimaksimalkan dengan full time, maknanya jam kerja seseorang pada seminggu tidak lebih dari 35 jam.

c) Bekerja penuh (Employed) yakni masyarakat yang melakukan pekerjaan full atau jam pekerjaannya lebih dari 35 jam tiap minggu.

b. Klasifikasi Pengangguran

Ada banyak macam-macam pengangguran. Berdasarkan gagasan (Sukirno, 2004) ada dua teknik dalam melakukan penggolongan macam- macam pengangguran yakni sesuai pada sumber/penyebab yang menghasilkan pengangguran dan kriteria pengangguran tersebut. Dibawah ini macam-macam pengangguran sesuai alasannya.

(9)

1) Pengangguran Normal atau Friksional yakni macam pengangguran yang diakibatkan penganggur berkeinginan mendapatkan lapangan kerja yang selalu sesuai lagi.

2) Pengangguran Siklikal yakni macam pengangguran yang diakibatkan turunnya aktivitas perekonomian atau sebab terlampau rendahnya permintaan agregat pada kegiatan ekonomi daripada tawaran agregatnya.

3) Penganguran Struktural yakni macam pengangguran yang diakibatkan terdapatnya berubahnya struktur aktivitas perekonomiam.

4) Pengangguran Teknologi yakni macam pengangguran yang diakibatkan terdapatnya pergantian SDM pada teknologi/mesin di mekanisme produksi.

Selanjutnya berdasarkan pernyataan (Sukirno, 2004), pengklasifikasian macam pengangguran sesuai kriterianya adalah seperti dibawah ini :

1) Pengangguran terbuka yakni pengangguran tersebut terjadi sebagai sebab bertambahnya kesempatan kerja yang lebih sedikit dari bertambahnya tenaga kerja.

2) Pengangguran tersembunyi yakni pengangguran tersebut terjadi sebagai sebab total karyawan pada sebuah aktivitas perekonomian lebih besar daripada 8 yang sebetulnya itu dibutuhkan.

(10)

3) Pengangguran bermusim yakni pengangguran yang terjadi dari sebab musim yang terjadi, umumnya pengangguran tersebut terjadi pada sektor tani dan sektor ikan.

4) Setengah menganggur yakni pengangguran yang terjadi dari sebab tenaga kerja yang melaksanakan pekerjaan tidak penuh dan jam kerja masyarakat yakni relatif sedikit dari jam normal.

Penangguhan terlaksananya gaji terendah untuk entitas yang tidak bisa diartikan dalam melakukan pembebasan entitas yang bersangkutan melakukan gaji terendah yang berlaku pada periode khusus. Saat penangguhan tersebut habis, jadi entitas yang bersangkutan harus menetapkan gaji terendah yang terjadi masa tersebut, namun tidak harus melunasi pencukupan kebijakan gaji terendah yang berlaku dalam periode dihasilkan penangguhan.

c. Pengangguran Terbuka

Tingkat pengangguran terbuka ialah jumlah pengangguran terhadap jumlah angkatan kerja. Angkatan Kerja merupakan penduduk usia kerja (15 tahun ke atas) yang bekerja atau punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja, dan penggangguran. Sedangkan yang dimaksud Pengangguran yaitu: (1) penduduk yang aktif mencari pekerjaan, (2) penduduk yang sedang mempersiapkan usaha/pekerjaan baru, (3) penduduk yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapat pekerjaan, (4) kelompok penduduk yang tidak aktif mencari pekerjaan dengan alasan sudah mempunyai pekerjaan tetapi belum mulai

(11)

bekerja. Berikut adalah rumus perhitungan Tingkat Pengangguran Terbuka (BPS, 2017).

Keterangan :

TPT : Tingkat pengangguran terbuka PP : Jumlah pengangguran (orang) PAK : Jumlah angkatan kerja (orang)

Semakin pesatnya laju pertumbuhan penduduk mengakibatkan persaingan untuk mendapatkan pekerjaan semakin ketat. Ini menyebabkan tidak semua angkatan kerja dapat diserap oleh lapangan kerja. Sebagai akibatnya yakni terjadi pengangguran yang tidak terelakan lagi.

Pengangguran terjadi karena jumlah angkatan kerja yang tidak sebanding dengan kesempatan kerja. Semakin tinggi laju pertumbuhan penduduk, maka menyebabkan angka pengangguran semakin meningkat. (Ningtias, 2017, p. 21).

3. Inflasi a. Pengertian

Berdasarkan (Boediono, 1999) inflasi yakni kecenderungan dari harga-harga yang mengalami peningkatan dengan keseluruhan dan berkelanjutan. Peningkatan harga dari sebuah atau beberapa barang saja belum dikatakan inflasi, kecuali saat peningkatan tersebut mengalami perluasan atau menyebabkan peningkatan dalam semua harga barang- barang lainnya yakni harga makanan, harga makanan jadi, minuman,

TPT = PP

PAK 𝑥 100%

x 100%

(12)

rokok, dan tembakau, harga pakaian, harga kesehatan, harga pendidikan, rekreasi, dan olahraga, harga transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan.

Pada penjelasan itu, terdapat tiga unsur yang wajib dicukupi supaya bisa disebutkan dalam permasalahan inflasi, yakni:

1) Peningkatan harga, yakni jika harga sebuah komoditas menjadi lebih besar dibandingkan harga tahun sebelumnya.

2) Sifatnya globalnya, yakni peningkatan harga komoditas dengan umum yang digunakan penduduk bukan disebut peningkatan sebuah komoditas yang tidak mengakibatkan harga mengalami peningkatan.

3) Terjadi secara berkelanjutan, peningkatan harga yang sifatnya umum juga belum menghasilkan inflasi, saat muncul sesaat contohnya peningkatan harga dalam waktu hari raya atau tahun baru bukan disebut sebagai inflasi.

Lawan dari inflasi yakni deflasi. Deflasi yakni sebuah kondisi di mana total barang yang ada lebih dari total uang yang ada jadi harga barang-barang mengalami penurunan, dan nilai uang mengalami kenaikan.

b. Penyebab Inflasi

Inflasi terjadi dikarenakan adanya ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran. Berikut adalah penjelasan mengenai kurva permintaan dan Penawaran bisa dilihat ada gambar dibawah ini :

(13)

Sumber: Mankiw (2000) Gambar 2.3 Kurva Permintaan

Berdasarkan gambar kurva permintaan, pergerakan kurva tersebut dipengaruhi oleh jumlah permintaan barang atau jasa. Artinya apabila pendapatan masyarakat meningkat maka kurva akan bergeser ke kanan dikarenakan jumlah permintaan yang meningkat. Begitu juga sebaliknya kurva akan bergeser ke kiri apabila pendapatan masyarakat menurun.

Salah satu ciri kurva permintaan adalah harga barang dengan jumlah barang berbanding terbalik. Artinya apabila harga barang naik, maka permintaan akan barang akan menurun. Sebaliknya jika harga barang turun maka permintaan akan meningkat.

Pri

Q0

Quantity Demanded P

D

(14)

Sumber : Mankiw (2000) Gambar 2.4 Kurva Penawaran

Gambar diatas menunjukkan Kurva Penawaran yang menggambarkan hubungan antara harga barang dengan jumlah barang yang ditawarkan pada periode tertentu. Kurva penawaran bersifat positif, yang bisa dilihat dari hubungan antara harga dan jumlah barang. Apabila harga naik maka jumlah barang atau jasa juga akan naik. Jika kurva bergerak ke kanan hal ini menandakan terjadinya peningkatan penawaran terhadap suatu barang atau jasa. Harga dan jumlah barang pada kurva ini berbanding lurus yang artinya jika harga barang naik, jumlah komoditas yang ditawarkan akan meningkat. Sebaliknya jika harga turun, jumlah komoditas yang ditawarkan juga akan menurun.

Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya inlfasi dalam perekonomian suatu negara salah satunya ialah Demand Pull Inflation dan Cost Push l Inflation. Berikut ada penjelasan dari hal tersebut :

1) Demand Pull Inflation

Price

Q0

Quantity Supplied P0

S

(15)

Demand Pull Inflation adalah inflasi yang disebabkan adanya kenaikan permintaan Agregat (AD) yang terlalu besar atau pesat dibandingkan dengan penawaran atau produksi agregat. Secara grafik, Demand Pull Inflation dapat dijelaskan dengan grafik dibawah ini. Dari gambar tersebut, ditunjukkan bahwa perekonomian mula-mula berada pada titik E0. Dengan kenaikan permintaan agregat (AD) dari AD0 ke AD1, yang menyebabkan tingkat harga naik dari P0 ke P1 dan pada saat yang sama perekonomian akan bergerak sepanjang kurva penawaran agregat jangka pendek (SRAS) dari titik E0 ke E1. Dalam jangka pendek output naik dari Y0 ke Y1 (Sopiana, 2021).

Sumber : Sadono (2006)

Gambar 2.5 Kurva Demand Pull Inflation

Inflasi ini biasa terjadi pada masa pererkonomian yang tunbuh dengan cepat. Adanya kesempatan kerja yang tinggi menimbulkan tingkat pengeluaran yang melebihi kemampuan ekonomi dalam

Y0 Y1

P0

P1

E0

E1

SRAS

AD0

AD1

Tingkat Harga (P)

Output (Y)

(16)

memproduksi barang dan jasa. Pengerluaran yang berlebihan pada akhirnya menyebabkan terjadinya inflasi. Dengan kata lain barang dan jasa yang diminta relatif lebih tinggi daripada ketersediaan barang dan jasa yang diminta. Dalam makro ekonomi inflasi ini digambarkan dengan output rill yang melebihi output potensial, atau permintaan total lebih besar daripada kapasitas perekonomian.

2) Cost Push Inflation

Cost Push Inflastion adalah inflasi yang terjadi sebagai akibat dari adanya kenaikan biaya barang produksi yang pesat dibandingkan dengan produktivitas dan efisiensi, yang menyebabkan perusahaan mengurangi supply barang dan jasa mereka di pasar. Secara grafik cost push inflation dapat dijelaskan pada grafik 2. Pada grafik ditunjukkan bahwa kondisi perekonomian mula-mula berada di titik E0, kemudian dengan adanya kenaikan biaya produksi yang menyebabkan kurva penawaran agregat jangka pendek (SRAS) bergeser sepanjang kurva permintaan agregat (AD), yaitu dari SRAS0 ke SRAS1 telah mendorong perekonomian bergerak dari titik E0 ke E1. Akibatnya harga naik dari P0 ke P1dan sebaliknya output turun dari Y0 ke Y1 (Sopiana, 2021).

(17)

Sumber : Sadono (2006)

Gambar 2.6 Kurva Cost Push Inflation

Cost Push Inflation adalah inflasi yang timbul akibat dari biaya produksi barang dan jasa. Seperti halnya harga bahan bakar naik akibat krisis minyak atau Upah buruh naik. Jika proses ini berlangsung lama maka akan timbul cost push inflation

Berdasarkan penyebab diatas, terdapat hubungan antara inflasi dengan pengangguran. Karena sebagian besar pelaku-pelaku kegiatan ekonomi terdiri dari pekerja-pekerja yang bergaji tetap. Inflasi biasanya berlaku lebih cepat dari kenaikan upah para pekerja. Oleh sebab itu upah rill para pekerja akan merosot yang disebabkan oleh inflasi dan keadaan ini berarti tingkat kemakmuran segolongan besar masyarakat mengalami kemerosotan. Dan tentunya perusahaan juga akan melakukan pemberhentian kerja dikarenakan tuntutan kenaikan upah yang terlalu tinggi, sehingga hal tersebut sangat berdampak pada tingkat pengangguran.

Y1 Y0

P1

P0

E0

E1

SRAS0

AD Tingkat Harga (P)

Output (Y) SRAS1

(18)

c. Efek Inflasi

Berdasarkan pernyataan (Nopirin, 2010) inflasi bisa menyebabkan dampak untuk pemerintahan ataupun aktivitas politik. Dampak-dampak inflasi yakni seperti dibawah ini:

1) Dampak terhadap penghasillan

Masyarakat yang mendapatkan penghasilan tetap bisa dibuat kerugian oleh terjadinya inflasi, sama halnya juga seseorang yang memupuk kekayaan pada model uang kas akan menderita dalam rugi yang dialami sebab terjadinya inflasi. Kebalikannya pihak-pihak yang memperoleh laba dengan muculnya inflasi yakni yang mendapatkan peningkatan penghasilan pada persentase yang lebih tinggi dari proses inflasi, atau masyarakat yang memiliki kekayaan bukan uang yang mana jumlahnya meningkat pada persentase lebih tinggi dari proses inflasi. Contohnya, masyarakat yang bekerja dengan PNS pada upah tetap Rp 3.000.000 bisa berbelanja macam-macam barang dan jasa, tetapi jika terdapat inflasi upah tersebut hanya bisa dilakukan pembelian sedikit barang dan jasa.

2) Dampak kepada efisiensi

Permintaan kepada barang khusus membuat peningkatan yang lebih tinggi dari barang lain sebab inflasi, lalu membuat peningkatan pembuatan barang tersebut. Inflasi bisa menyebabkan pengalokasian unsur produksi menjadi tidak efektif. Contohnya masyarakat yang bekerja sebagai penghasil roti, sebelum terdapat inflasi jika membuat

(19)

1 roti hanya memerlukan dana sebesar Rp 5000, tetapi setelah terdapat inflasi yang menyebabkan harga bahan baku roti meningkat jadi dana sebesar Rp 5000 sudah tidak memenuhi jika akan menghasilkan 1 roti.

3) Dampak kepada output

Inflasi bisa mengakibatkan adanya peningkatan produksi. Umumnya peningkatan harga barang mengawali peningkatan gaji jadi laba pebisnis mengalami peningkatan. Peningkatan laba tersebut akan membuat peningkatan produksi. Tetapi jika proses inflasi cukup besar bisa memiliki dampak kebalikannya, yaitu menurunnya output.

d. Kebijakan mengatasi Inflasi

Berdasarkan pernyataan (Sadono, 2011, p. 354) macam-macam ketentuan dalam menghadapi inflasi yakni seperti dibawah ini :

1) Ketentuan fiskal yakni pada penambahan pajak dan mengurangkan pengeluaran dalam pemerintah.

2) Ketentuan moneter yakni melalui peningkatan suku bunga dan dibatasi adanya kredit.

3) Landasan bidang penawaran, yakni yang melaksanakan tahapan- tahapan yang bisa mengurangkan biaya produksi dan membuat kesetabilan harga misalnya pengurangan pajak impor, melaksanakan ketetapan harga, menetapkan penambahan produksi dan menetapkan pertumbuhan teknologi.

(20)

4. Tingkat Pertumbuhan Ekonomi a. Pengertian

Berdasarkan pernyataan (Sukirno, 2012, p. 29) pertumbuhan perekonomian yakni pertumbuhan aktivitas perekonomian yang terjadi pada masa ke masa dan mengakibatkan pemasukan nasional riil makin mengalami perkembangan. Jumlah perkembangan perekonomian menjelaskan persentasi peningkatan pemasukan nasional riil dalam sebuah periode khusus jika dilakukan perbandingan pada pemasukan nasional riil dalam periode sebelumnya.

Perkembangan perekonomian bisa dinilai melalui penerapan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas landasan harga konstan (ADHK).

Persamaan Pertumbuhan Ekonomi:

Yang mana :

𝐺 : Pertumbuhan Ekonomi

𝑃𝐷𝑅𝐵1 : PDRB ADHK periode sekarang 𝑃𝐷𝑅𝐵0 :PDRB ADHK periode sebelumnya b. Ukuran Pertumbuhan Ekonomi

Jumlah perkembangan perekonomian dibuat oleh penambahan yang sebenarnya pada barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan dalam

𝐺 =𝑃𝐷𝑅𝐵1− 𝑃𝐷𝑅𝐵0

𝑃𝐷𝑅𝐵0 𝑥100%

(21)

sebuah kegiatan ekonomi. Maka dari itu dalam menentukan jumlah perkembangan perekonomian yang dihasilkan oleh sebuah pemerintah wajib dinilai penghasilan nasional riil, yakni Produk Domestik Bruto atau Produk Nasional Bruto.

1) Produk Domestik Bruto

Untuk bangsa-bangsa yang sedang melakukan pengembangan, teori Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic Bruto (GDP) yakni sebuah teori yang begitu dasar saat dilakukan perbandingan pada teori penghasilan nasional yang lain. Produk Domestik Bruto (PDB), bisa dijelaskan dengan nilai barang dan jasa yang dihasilkan pada bangsa tersebut pada satu periode khusus. Pada sebuah kegiatan ekonomi, barang dan jasa yang dihasilkan bukan hanya dari entitas dari masyarakat bangsa tersebut namun juga entitas milik masyarakat negara lainnya. Secara umum, hasil produksi nasional juga bersumber dari unsur-unsur produksi luar negeri. Output yang didapatkan yakni unsur yang begitu berguna pada aktivitas perekonomian sebuah bangsa. Oleh karena itu, nilai produksi yang diberikan harus dinilai pada penghasilan nasional.

2) Produk Domestik Regional Bruto

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) bisa dimanfaatkan dengan alat pengukuran perkembangan yang lebih optimal yang menggambarkan kemakmuran rakyat. Kondisi tersebut diakibatkan oleh penilaian PDRB yang lebih kecil dari penilaian PDB. PDRB

(22)

hanya menilai perkembangan ekonomi pada suatu daerah, secara umum pada provinsi dan kabupaten.

c. Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi

Berdasarkan pernyataan (Samuelson & Nordhaus, Ilmu Makro Ekonomi, 2004) terdapat empat roda atau unsur yang bisa membuat pengaruh perkembangan perekonomian berupa :

1) Sumber Daya Manusia

Input tenaga kerja sendiri dari jumlah tenaga kerja dan terampilnya angkatan kerja. Pakar ekonomi percaya jika mutu tenaga kerja yang terdiri dari terampil, pengetahuan, dan kedisiplinan angkatan kerja disebut faktor paling penting pada perkembangan perekonomian. Tanpa terdapat tenaga kerja yang mempunyai keterampilan dan pelatihan yang cukup, barang-barang modal yang ada tidak akan bisa dimanfaatkan dengan efisien.

Meningkatnya total tenaga kerja untuk mekanisme produksi tersebut bisa dilihat dengan optimal dari total tenaga kerja yang maknanya seseorang maupun pada total hari kerja seseorang (mandays) ataupu jam kerja seseorang (manhours). Bisa saja terdapat total perorangan yang melakukan pekerjaan tetap namun total hari kerja seseorang atau jam kerja seseorang mengalami peningkatan.

Maka dari itu wajib diinformasikan jika adanya jam kerja pada mekanisme produksi tersebut dibuat pengaruh oleh keinginan dan kekuatan dalam melakukan pekerjaan.

(23)

Teori perekonomian sudah terdapat jika keingininan masyarakat dalam melakukan pekerjaan lebih banyak dibuat pengaruh pada jumlah gaji yang telah ada. Pada sebutan lain, makin banyak banyak jumlah gaji jadi makin banyak keinginan masyarakat dalam melakukan pekerjaan. Selain itu, keinginan dalam melakukan pekerjaan masyarakat didasari oleh kesehatan, kecakapan, terampil, dan ahlinya. Lebih dalam lagi, tingkat kecakapan, keterampilan, dan keahlian masyarakat didasari oleh jumlah pendidikan dimana formal atapun nonformal misalnya pelatihan dalam bekerja.

2) Sumberdaya Alam

Yang bisa diklasifikasikan dengan sumber daya alam tersebut berupa tanah yang berkualitas dalam dilakukan penanaman, minyak dan gas, hutan, air, dan bahan-bahan mineral. Pada masing-masing bangsa sudah terjadi perkembangan khususnya sesuai dasaran sumber daya yang begitu banyak dengan output tinggi pada sektor tani, sektor ikan, dan sektor hutan. Tetapi, pemilik sumbedaya alam tidak dikatakan kewajiban dalam kesuksesan perekonomian dunia modern.

Terdapat bangsa-bangsa yang mengalami kemajuan dalam menuju kesejahteraan dalam sektor perindustrian. Kondisi tersebut disebabkan terdapat diputusnya perhatian dalam bidang-bidang yang lebih menggantungkan dalam tenaga kerja dan modal dalam membentuk modal bersih.

3) Pembentukan Modal

(24)

Akumulasi modal selalu terjadi pengorbanan konsumsi dalam masa kini di beberapa periode selanjutnya. Bangsa-bangsa yang berkembang dengan cepat selalu berinvestasi sangat tinggi pada barang modal terbaru. Dalam bangsa-bangsa yang perkembangan nya paling cepat. Sepuluh sampai 20% hasil bisa dikategorikan dan terbentuknya modal bersih.

4) Perubahan Teknologi dan Inovasi

Perkembangan teknologi sudah termasuk unsur vital ke empat dari perkembangan standar kehidupan yang cepat. Sejauh ini, terdapat kemunculan teknologi terbaru, termasuk pada informasi, komputasi, komunikasi, dan sains kehidupan. Berubahnya teknologi menjelaskan berubahnya mekanisme produksi atau perkenalan produk dan jasa terbaru. Perlunya dalam menaikkan gaya kehidupan menjadikan pakar ekonomi sejak lama membuat pertimbangan teknik memotivasi perkembangan teknologi. Makin lama makin nyata jika berubahnya teknologi bukan hanya sebatas tata cara mekanis dalam membuat penentuan produk dan mekanisme yang lebih optimal. Kebalikannya, inovasi yang selalu membutuhkan pemupukan semangat berbisnis.

5. Upah Minimum Provinsi a. Kajian Upah Secara Umum

1) Pengertian

Gaji disebut uang dan sebagainya yang dilunasi sebagai pembalasan jasa atau dengan membayar tenaga yang telah diberikan dalam

(25)

melaksanakan kegiatan, gaji, imbalan, hasil sebab (dari sebuah aktivitas), resiko (Depdikbud, 2002)

Gaji yakni hak pegawai/karyawan yang didapatkan dan disebut pada berupa uang sebagai bayaran dari perusahaan atau penyumbang pekerjaan untuk pegawai/karyawan yang dirumuskan dan dikeluarkan berdasarkan sebuah kontrak pekerjaan, kata sepakat, atau aturan undang-undang, khususnya tunjangan untuk pegawai/karyawan dan sanak keluarga atas sebuah aktivitas dan/atau jasa yang sudah atau bisa dilaksanakan (Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, 2003)

2) Perhitungan UMP

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan maka rumus perhitungan UMP (Upah Minimum Provinsi) adalah sebagai berikut :

Keterangan :

UMn : Upah minimum yang akan ditetapkan UMt : Upah minimum tahun berjalan

Inflasit : Inflasi yang dihitung dari September tahun sebelumnya hingga September tahun berjalan

ΔPDBt : Pertumbuhan Produk Domestik Bruto pada periode kuartal III dan IV tahun sebelumnya dan kuartal I dan II tahun berjalan

UMn = UMt + {UMt x (Inflasit + % ΔPDBt}

(26)

3) Upah Kaku dan Fleksibel

Asumsi yang berperan penting dalam pembahasan ekonomi makro adalah asumsi yang terkait dengan kecepatan penyesuaian upah dan harga. Asumsi keseimbangan pasar (market clearing) terjadi jika diasumsikan bahwa pasar bergerak ke arah keseimbangan permintaan dan penawaran, di mana terjadi pergerakan harga barang dan jasa dengan cepat untuk menyeimbangkan jumlah yang ditawarkan dan jumlah yang diminta. Walaupun model keseimbangan pasar mengasumsikan seluruh upah dan harga fleksibel, namun realita yang terjadi umumnya upah dan harga bersifat kaku atau sulit untuk berubah (sticky). Meskipun demikian, asumsi fleksibilitas harga dan upah tetap valid karena harga tidak bersifat kaku selamanya, secara perlahan-lahan harga akan menyesuaikan diri terhadap perubahan penawaran dan permintaan.

Asumsi keseimbangan pasar menggambarkan bagaimana perekonomian meskipun secara lambat akan tetap menuju ke arah keseimbangan sehingga baik untuk mengidentifikasi isu-isu jangka sangat panjang, seperti pertumbuhan PDB riil dari dekade ke dekade.

Sebaliknya asumsi kekakuan harga lebih representatif untuk diaplikasikan pada perekonomian jangka pendek, seperti fluktuasi tahun ke tahun dalam PDB riil dan tingkat pengangguran (Prof. Dr.

Rina Oktaviani & Dr. Tanti Novianti, 2013).

4) Macam-macam Upah

(27)

Macam-macam gaji pada semua kepustakaan Hukum Ketenagakerjaan Bidang Hubungan Kerja berdasarkan (Zaeni, 2007) bisa dijelaskan seperti dibawah ini:

a) Upah Nominal

Gaji nominal yakni beberapa nominal uang yang diberikan dengan tunai untuk pegawai/karyawan yang mempunyai hak sebagai imbalan atas pemberian jasa-jasa atau layanannya berdasarkan pada peraturan-peraturan yang ada pada kontrak pekerjaan.

b) Upah Nyata

Gaji nyata yakni uang nyata, yang wajib didapatkan masyarakat pegawai/karyawan yang memiliki haknya. Gaji nyata tersebut akan sesuai pada aturan:

1. tinggi atau rendahnya nominal uang yang dihasilkan;

2. tinggi atau rendahnya dana kehidupan yang dibutuhkan c) Upah Hidup

Gaji hidup, yakni gaji yang didapatkan pegawai/karyawan relatif cukup dalam mengatasi kebutuhan sehari-hari yang meluas, yang bukan hanya kebutuhan intinya, namun juga kebutuhan sosial sanak keluarga, misalnya pendidikan, asuransi, rekreasi, dan sebagainya.

d) Upah Minimum

(28)

Gaji rendah yakni gaji paling rendah yang akan disebut sebagai standar, oleh perusahaan dalam memberikan gaji yang nyata dari pegawai/karyawan yang melaksanakan pekerjaan di entitasnya.

Gaji terendah tersebut secara umum diatur oleh negera. Gubernur yang mempertimbangkan rekomendasi dari dewan penggajian provinsi dan/atau bupati/walikota), dan tiap periode terkadang mengalami perubahan berdasarkan pada tujuan dirumuskannya gaji minimum, yakni :

1. Guna menjelaskan makna dan kegunaan pegawai/karyawan sebagai subsistem pada suatu keterkaitan pekerjaan;

2. Guna membuat perlindungan pada sekelompok pekerjaan dari terdapatnya mekanisme penggajian yang begitu kecil dan yang secara materiil belum menghasilkan kepuasan.

3. Guna memotivasi kemungkinan dihasilkannya gaji yang selalu bedasarkan nilai kerja yang dilaksanakan;

4. Guna memaksimalkan penjaminan ketenangan dan kedamaian pekerjaan pada sebuah entitas;

5. Memaksimalkan terdapatnya motivasi dalam meningkatkan standar kehidupan yang normal.

e) Upah Wajar

Gaji wajar yakni gaji yang dengan relatif dikatakan selalu wajar oleh perusahaan dan pegawai/karyawan sebagai bayaran atas jasa- jasanya dalam entitasnya. Gaji wajar tersebut begitu bermacam-

(29)

macam dan terus mengalami perubahan pada gaji terendah dan gaji hidup berdasarkan pada unsur-unsur yang mempengaruhinya.

Unsur-unsur itu yakni seperti dibawah ini : 1. Keadaan kegiatan ekonomi pada pemerintah;

2. Nilai gaji rata-rata di suatu wilayah entitas tersebut berdiri;

3. Aturan perpajakan;

4. Standar kehidupan pegawai/karyawan tersebut;

5. Posisi entitas dilihat dari struktur ekonomi pada pemerintah b. Tinjauan umum mengenai upah minimum

Pada Pasal 97 Undang-Undang Nomor 13 periode 2003 menjelaskan jika negara pada kondisi tersebut Gubernur dengan melihat rekomendasi dari Dewan Pengupahan Propinsi dan/atau bupati/walikota, menjelaskan gaji terendah sesuai KHL dan dengan melihat produktivitas dan perkembangan perekonomian. Lalu kebijakan tentang pendapatan yang layak, ketentuan penggajian, kebutuhan kehidupan layak dan perlindungan penggajian, ditetapkannya gaji terendah dan pengenaan sanksi kepada pegawai/karyawan yang melaksanakan penyimpangan sebab kesengajaan atau lalainya pegawai disebutkan pada aturan pemerintah (Rusli, 2011).

Gaji terendah ditujukan dalam mencapai KHL yakni tiap ditetapkannya gaji terendah wajib didasari pada mekanisme dalam mencapai perbandingan gaji terendah pada kebutuhan kehidupan layak yang jumlahnya dibuatkan Menaker (Menteri Tenaga Kerja). Dalam

(30)

mencapai KHL wajib dilaksanakan dengan memperhatikan tahapan sebab kebutuhan kehidupan terendah yang selalu dibuat ketentuan oleh kekuatan dunia bisnis (Rusli, 2011, p. 19).Gaji terendah bisa berupa; (1) gaji terendah sesuai daerah provinsi atau kabupaten/kota; (2) gaji terendah sesuai bidang dalam daerah provinsi atau kabupaten/kota.

(Rusli, 2011, p. 92).

Gaji terendah sektoral bisa diberikan kepada sekumpulan lapangan kerja serta pembagiannya berdasarkan kategori lapangan kerja Indonesia dalam kabupaten/kota, provinsi, macam-macam provinsi atau nasional, dan tidak boleh sedikit dari gaji terendah regional wilayah yang terkait. Ditetapkannya gaji terendah wajib melakukan pertimbangan macam-macam hal dengan komprehensif. Landasan pertimbangan berdasarkan Pasal 6 Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor PER01/MEN/1999 seperti dibawah ini :

1) Ditetapkannya Gaji Terendah Provinsi (UMP) dan Gaji Terendah Kabupaten/Kota (UMK) yang melakukan pertimbangan :

a) Kebutuhan Hidup Minimum (KHM) b) Indeks Harga Konsumen (IHK)

c) Kekuatan, pertumbuhan, dan operasional entitas

d) Gaji secara umum yang terdapat di wilayah khusus dan antar wilayah

e) Keadaan pasar kerja

f) Jumlah pertumbuhan ekonomi dan penghasilan perkapita.

(31)

2) Dalam menetapkan Upah Minimum Sektoral Provinsi (UMSP) dan Upah Minimum Sektoral Kabupaten/Kota (UMSK), selain melakukan pertimbangan butir 1 tersebut juga melakukan pertimbangan kekuatan entitas dengan sektoral.

Kepada entitas yang belum bisa melakukan penetapan gaji terendah, Kebijakan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor. KEP-226/MEN/2000 juga diatur pada Pasal 19 ayat (2) yang menjelaskan jika “Permohonan penangguhan terlaksananya gaji terendah dilakukan pengajuan untuk Gubernur dengan Kepala Kantor Daerah Departemen Tenaga Kerja/Entitas Negara yang bertanggung jawab di sektor ketenagakerjaan pada Propinsi.

Permohonan penangguhan terlaksananya gaji terendah ditujukan dan bisa disetujui oleh Gubernur terdapat dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Nomor 7 Tahun 2013 Tentang Upah minimum. Pada sebutan lain, untuk perusahaan yang tidak bisa melunasi gaji terendah bisa melaksanakan penangguhan yang mekanismenya diatur pada kebijakan Menaker. Penangguhan terlaksananya gaji terendah untuk entitas yang tidak bisa diartikan dalam melakukan pembebasan entitas yang bersangkutan melakukan gaji terendah yang berlaku pada periode khusus. Saat penangguhan tersebut habis, jadi entitas yang bersangkutan harus menetapkan gaji terendah yang terjadi masa tersebut, namun tidak harus melunasi pencukupan kebijakan gaji terendah yang berlaku dalam periode dihasilkan penangguhan.

(32)

6. Hubungan Antar Variabel

a. Hubungan Inflasi Terhadap Tingkat Pengangguran Terbuka

Salah satu faktor penyebab pengangguran adalah inflasi, Inflasi merupakan kenaikan harga-harga secara umum. Jenis inflasi menurut sebab terjadinya terdiri dari Demand Pull Inflation dan Cost Push Inflation.

Menurut (Nopirin, 2010) demand pull inflation adalah inflasi yang bermula dari adanya kenaikan permintaan total (agregate demand), sedangkan produksi telah berada pada keadaan kesempatan kerja penuh atau hampir mendekati kesempatan kerja penuh. Ketika kondisi hampir kesempatan kerja penuh, kenaikan permintaan total disamping kenaikan harga dapat juga menaikkan hasil produksi (output). Namun apabila kondisi pada kesempatan kerja penuh (full-employment) telah tercapai, penambahan permintaan selanjutnya hanya akan menaikkan harga saja (inflasi murni). Menurut (Nopirin, 2010) cost Push Inflation pada dasarnya ditandai dengan kenaikan harga serta turunnya produksi. Jadi, inflasi yang dibarengi dengan reseri. Cost Push Inflation ini timbul dimulai dengan adanya penurunan dalam penawaran total (agregate supply) sebagai akibat kenaikan biaya produksi.

Secara teoritis, terdapat hubungan antara pengangguran dan inflasi, yaitu tingkat inflasi yang terjadi setiap tahun akan menambah tingkat pengangguran yang tinggi, dan akan berpengaruh terhadap taraf dan kesejahteraan hidup masyarakat. Bagi daerah yang perekonomiannya baik, tentu tingkat inflasi daerah tersebut rendah, namun ada juga yang mengalami tingkat inflasi yang sangat tinggi, yang disebut hiper inflasi (hyperinflation).

(33)

Jika suatu daerah mengalami hiperinflasi, bisa dipastikan jumlah pengangguran di daerah tersebut akan bertambah secara drastis, karena dengan kenaikan harga-harga di semua sektor, maka perusahaan-perusahaan juga akan mengambil kebijakan dengan mengurangi tenaga kerja. Akibatnya angka pengangguran yang tinggi tidak dapat dihindari dan perekonomian mengalami kemunduran. Hal ini dikarenakan dengan teori ada keterkaitan positif sebab saat muncul inflasi jadi muncul peningkatan harga – harga secara umum dan ini membuat biaya naiknya biaya produksi dan dampak tersebut bisa membuat pengaruh kepada jumlah pengangguran terbuka sebab lowongan kerja yang bisa terbatas.

b. Hubungan Upah Minimum Terhadap Tingkat Pengangguran Terbuka Selain inflasi, upah minimum juga menjadi salah satu penyebab peningkatan dan penurunan pengangguran terbuka. Adapun hubungan antara upah minimum dengan tingkat pengangguran adalah semakin tinggi besaran upah yang ditetapkan oleh pemerintah maka hal tersebut akan berakibat pada penurunan jumlah orang yang bekerja pada negara tersebut (Hotchkiss &

Kaufman, 1999). Selain itu, (Mankiw, 2000) juga mengemukakan bahwa faktor yang mempengaruhi adanya pengangguran adalah kekakuan upah (wage rigidity) atau gagalnya upah melakukan penyesuaian sampai penawaran tenaga kerja sama dengan permintaannya. Penetapan upah minimum yang lebih rendah mendorong perusahaan menggunakan lebih banyak tenaga kerja sehingga dapat mengurangi pengangguran. Keynes

(34)

menulis dalam “The General Theory” bahwa kenaikan dalam kesempatan kerja hanya bisa terjadi bila tingkat upah turun (Mankiw, 2000, p. 343).

Munculnya peningkatan upah minimum mengakibatkan penurunan biaya produksi. Penurunan biaya produksi inilah yang mengakibatkan meningkatnya pengangguran karena terjadi ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran atas barang dan jasa.

Hubungan upah yang berpengaruh terhadap tingkat pengangguran yaitu tenaga kerja yang menetapkan tingkat upah minimumnya pada tingkat upah tertentu, jika seluruh upah yang ditawarkan besarnya di bawah tingkat upah tersebut, seseorang akan menolak menerima upah tersebut dan tidak menerima pekerjaan yang ditawarkan, dengan akibatnya menyebabkan pengangguran. Jika upah yang ditetapkan pada suatu daerah lebih rendah dan pada tingkat upah minimalnya, maka akan berakibat pada meningkatnya jumlah pengangguran yang terjadi pada daerah tersebut. Kondisi tersebut akan menyebabkan terjadinya peningkatan pengangguran. (Mulyadi, 2003) menjelaskan para pekerja memiliki semacam serikat tenaga kerja (Labor union) yang akan berusaha memperjuangkan kepentingan buruh dari penurunan tingkat upah. Kalaupun tingkat upah diturunkan (tetapi kemungkinan ini dinilai kecil sekali), tingkat pendapatan masyarakat tersebut dapat menyebabkan jumlah permintaan akan turun. Turunnya pendapatan sebagai anggota masyarakat akan menyebabkan turunnya daya beli masyarakat, yang pada gilirannya akan menyebabkan konsumsi secara keseluruhan berkurang.

(35)

c. Hubungan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Tingkat Pengangguran Terbuka

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang amat penting dalam menilai kinerja suatu perekonomian, terutama untuk melakukan analisis tentang hasil pembangunan ekonomi yang telah dilaksanakan suatu negara atau suatu daerah. Ekonomi dikatakan mengalami pertumbuhan apabila produksi barang dan jasa meningkat dari tahun sebelumnya. Perusahaan akan membutuhkan lebih banyak pekerja ketika produksi meningkat sehingga kesempatan kerja juga akan meningkat dan pengangguran akan terserap.

Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi mempengaruhi tingkat pengangguran di suatu daerah. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi di suatu daerah maka akan semakin tinggi pula kesempatan berkembang bagi perusahaan dan penciptaan kesempatan kerja bagi masyarakat daerah tertentu.

Di samping itu pertumbuhan ekonomi melalui PDRB yang meningkat, diharapkan dapat menyerap tenaga kerja di wilayah tersebut, karena dengan kenaikan PDRB kemungkinan dapat meningkatkan kapasitas produksi. Hal tersebut mengindikasikan bahwa penurunan PDRB suatu daerah dapat dikaitkan dengan tingginya jumlah pengangguran pada daerah tersebut.

Angka pengangguran yang rendah dapat mencerminkan pertumbuhan ekonomi yang baik.

Hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan pengangguran dapat dijelaskan dengan hukum Okun (Okun’s law), diambil dari nama Arthur

(36)

Okun, ekonom yang pertama kali mempelajarinya. Yang menyatakan adanya pengaruh empiris antara pengangguran dengan output dalam siklus bisnis.

Hasil studi empirisnya menunjukan bahwa penambahan 1 (satu) point pengangguran akan mengurangi GDP (Gross Domestic Product) sebesar 2 persen. Ini berarti terdapat pengaruh yangnegatif antara pertumbuhan ekonomi dengan pengangguran dan juga sebaliknya pengangguran terhadap pertumbuhan ekonomi. Penurunan pengangguran memperlihatkan ketidak merataan. Pengangguran Berhubungan juga dengan ketersediaan lapangan pekerjaan, ketersediaan lapangan kerja berhubungan dengan investasi, sedangkan investasi didapat dari akumulasi tabungan, tabungan adalah sisa dari pendapatan yang tidak dikonsumsi. Semakin tinggi pendapatan nasional, maka semakin besarlah harapan untuk pembukaan kapasitas produksi baru yang tentu saja akan menyerap tenaga kerja baru.

7. Hipotesis Penelitian

Pada analisis tersebut ada tiga variabel bebas (Inflasi, UMP, dan Pertumbuhan Ekonomi), satu variabel terikat (Tingkat Pengangguran Terbuka).

• H1 : Inflasi, UMP, dan Pertumbuhan ekonomi berpengaruh dengan Bersama-sama kepada tingkat pengangguran terbuka jawa timur tahun

2000 – 2019.

• H1a : Inflasi berpengaruh secara parsial kepada tingkat pengangguran terbuka jawa timur periode 2000 – 2019.

(37)

• H1b : Upah Minimum Provinsi menghasilkan pengaruh dengan parsial kepada tingkat pengangguran terbuka jawa timur periode 2000 – 2019.

• H1c : Tingkat Pertumbuhan Ekonomi menghasilkan pengaruh dengan parsial kepada tingkat pengangguran terbuka jawa timur periode 2000 - 2019.

(38)

8. Kerangka Pemikiran

Sumber : Data Diolah Peneliti Gambar 2.7 Kerangka Berpikir

Hipotesis

Uji Hipotesis

Hasil Studi Teoritik

1. Inflasi: (Boediono, 1999:81)

2. Pengangguran (Nanga, 2001: 253).

3. Tingkat Pertumbuhan Ekonomi (Sukirno, 2012:29)

4. Gaji Terendah Provinsi (Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.PER-

01/MEN/1999

Masalah

Studi Empirik

1. Putri, dkk (2014) Analisis beberapa Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengangguran Terbuka pada Jawa Timur periode 2003-2014 inflasi berpengaruh signifikan, gaji terendah tidak signifikan, dan perkembangan

menghasilkan pengaruh positif tidak signifikan kepada tingkat penggungaran terbuka pada jawa timur periode 2003-2014

2. Astuti, dkk (2017) pengujian unsur yang menghasilkan pengaruh kepada jumlah

pengangguran terbuka pada Provinsi Jawa Timur menerapkan Regresi Data Panel

3. Imsar, 2018, Pengujian unsur-unsur Yang membuat pengaruh jumlah Pengangguran Terbuka Di Indonesia Periode 1989-2016. Hasil analisis menjelaskan jika koefisien determinasi (R square) variabel

independen kepada variabel dependen yakni senilai 0.847 atau 82,8%.

(39)

Pengangguran terbuka yakni pengangguran tersebut dihasilkan sebagai sebab bertambahnya lapangan kerja yang lebih sedikit dari bertambahnya tenaga kerja (Sukirno, 2004).

Inflasi yakni kecenderungan pada harga-harga mengalami peningkatan dan berkelanjutan. Peningkatan harga dari satu atau dua barang saja belum dikatakan inflasi, kecuali saat menaiknya tersebut mengalami perluasan atau menyebabkan peningkatan dalam bagian besar harga barang-barang lain yakni harga makanan, harga makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau, harga pakaian, harga kesehatan, harga pendidikan, rekreasi, dan olahraga, harga transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan (Boediono, 1999). Berdasarkan pengertian diatas variabel inflasi pada analisis tersebut mempengaruhi jumlah pengangguran terbuka pada Jawa Timur dikarenakan secara teori terdapat keterkaitan positif sebab jika muncul inflasi artinya terjadi peningkatan harga – harga secara umum dan ini membuat biaya naiknya biaya produksi dan dampak tersebut akan menghasilkan pengaruh kepada tingkat pengangguran terbuka sebeb peluang kerja yang akan terbatas.

Pengangguran yang diakibatkan ketatnya gaji sebab adanya penyesuaian antara total pekerja yang mencari kerja dan total kerja yang ada. Tetapi, peningkatan jumlah gaji menghasilkan penawaran tenaga kerja mengalami penambahan, jadi menghasilkan permintaan tenaga kerja mengalami pengurangan.

Berakibat munculnya surplus tenaga kerja atau pengangguran. Alasan ketatnya gaji berupa : ketentuan gaji terendah, serikat pekerja dan efektivitas gaji (Panjawa, 2014).

(40)

Saat pasar terdapat dalam titik keseimbangan, tiap entitas sudah membeli tenaga kerja sebesar mungkin selama masih menghasilkan laba dalam keseimbangan gaji. Yaitu, tiap entitas sudah mentaati aturan guna memaksimalkan keuntungan: entitas menyewa semua karyawan hingga nilai produk marginal tenaga kerja sama pada gaji. Oleh sebab itu, gaji wajib seimbang dengan marginal produk tenaga kerja saat entitas melakukan penyeimbangan penawaran dan permintaan (Mankiw, 2000)

Perkembangan perekonomian yakni perkembangan aktivitas perekonomian yang ada dari masa ke masa dan mengakibatkan penghasilan nasional riil makin meningkat (Sukirno, 2012). Jumlah perkembangan perekonomian menjelaskan persentasi peningkatan penghasilan nasional riil dalam sebuah periode khusus jika dilakukan perbandingan pada penghasilan nasional riil dalam periode sebelumnya.

Sesuai hasil analisis dari Setiawan, dkk (2017) dijelaskan jika variabel perkembangan perekonomian menjelaskan pengaruh yang signifikan negatif kepada jumlah pengangguran terbuka pada Jawa Timur.

Hasil tersebut dapat disimpulkan jika perkembangan perekonomian dan pengangguran memiliki hubungan yang dimana jumlah seluruh nilai produksi baik berupa barang dan jasa yang didapatkan oleh semua bidang ekonomi disuatu wilayah dan periode tertentu. Kondisi tersebut artinya jika perembangan perekonomian wilayah secara langsung ataupun tidak bisa menghasilkan lowongan pekerjaan (Arsyad, 2000).

Gambar

Gambar 2.1 Kurva Keseimbangan Pasar Tenaga Kerja
Gambar 2.2  Kurva Ketidakseimbangan antara Permintaan dan  Penawaran Terhadap Tenaga Kerja
Gambar  diatas  menunjukkan  Kurva  Penawaran  yang  menggambarkan  hubungan  antara  harga  barang  dengan  jumlah  barang  yang  ditawarkan  pada  periode  tertentu
Gambar 2.5 Kurva Demand Pull Inflation
+2

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Penggunaan Jerami Jagung Sebagai Pengganti Rumput Lapangan Dalam Ransum Ruminansia Terhadap Kecernaan Bahan Kering, Bahan Organik, dan Protein Kasar Secara

Kegiatan wisata dimaksudkan agar para siswa dan guru dapat refreshing sejenak dengan mengunjungi tempat-tempat wisata yang ada disekitar  industri tempat melaksanakan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan self efficacy siswa terhadap kelompok peminatan pada siswa

Berdasarkan hasil review HAZOP yang dilakukan pada hydrofinishing plant high pressure , potensi bahaya yang memiliki risiko tertinggi yaitu berupa pelepasan gas

Suirta (2009) melakukan pembuatan metil ester dari 200 mL minyak jelantah kelapa sawit dengan menggunakan metanol dan katalis asam pada tahap esterifikasi,

Ekstrak metanol daun nangka (Artocarpus heterophyllus Lam.) dosis 150 mg/kgbb memiliki aktivitas antiinflamasi yang lebih baik dibandingkan dengan dosis 75 mg/kgbb

Indikasi terapi bedah sendiri dikerjakan bila secara klinis maupun neurologis tidak ada perbaikan atau cenderung memburuk dengan pemberian medikamentosa OAT fase

[r]