• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PAJAK HIBURAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA MEDAN TAHUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH PAJAK HIBURAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA MEDAN TAHUN"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

i SKRIPSI

PENGARUH PAJAK HIBURAN TERHADAP

PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA MEDAN TAHUN 2009- 2016

OLEH

ANNISA MAULIDA ALYA AIDIN 140501021

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(4)
(5)

i ABSTRAK

PENGARUH PAJAK HIBURAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KOTA MEDAN TAHUN 2009-2016

Pajak hiburan merupakan salah satu sumber penerimaan daerah yang potensial bagi pertumbuhan ekonomi di Kota Medan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pajak hiburan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Medan tahun 2009-2016.

Penelitian ini menggunakan analisis linear berganda dengan data time series menggunakan e-views 8. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan menggunakan data sekunder.

Variabel dalam penelitian ini adalah penerimaan pajak hiburan, objek pajak hiburan dan PDRB sektor pariwisata sebagai variabel bebas, serta pertumbuhan ekonomi sebagaii variabel terikat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerimaan pajak hiburan, objek pajak hiburan dan PDRB sektor pariwisata memiliki pengaruh positif dan signifikn terhadap pertumbuhan eonomi di Kota Medan.

Kata Kunci : Pertumbuhan Ekonomi, Penerimaan Pajak Hiburan, Objek Pajak Hiburan, PDRB sektor pariwisata.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(6)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF ENTERTAINMENT TAX REVENUE ON ECONOMIC GROWTH IN THE CITY OF MEDAN PERIOD 2009-2016

Entertainment tax is one of potential receipts for the economic growth in the city of Medan. This study aims to determine the effect of entertainment tax on economic growth in the city of Medan period 2009-2016.

This study uses multiple linear analysis with time series data using e-views 8. This study uses a quantitative approach using secondary data.

Variable in this study are entertainment tax revenue, entertainment tax objects and GRDP tourism sector has a positive and signiicant influence on economic growth in the city of Medan.

Keywords : Economic Growth, Entertainment Tax Revenue, GRDP Tourism Sector.

(7)

iii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum. Wr. Wb

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat beriring salam juga senantiasa tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW.

Skripsi ini berjudul “Pengaruh Pajak Hiburan Terhadap pertumbuhan Ekonomi di Kota Medan Tahun 2009-2016”. Selama penulisan skripsi ini, Penulis telah banyak mendapatkan bimbingan, motivasi, saran, dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini Penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan, dan dorongan, yaitu kepada :

1. Kedua Orang Tua tercinta, ayahanda M. Zakiyuddin Subhi, SH dan ibunda Nuraini Pane. Adik tercinta saya, Adelyn Fabitha dan Tsalisya Reyhan, yang selalu memberikan motivasi, doa, dan kekuatan untuk keberhasilan Penulis.

2. Bapak Prof. Dr. Ramli,SE, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Coki Ahmad Syahwier, MP selaku ketua Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara serta selaku Dosen Penguji 1 (satu) yang telah memberikan kritik dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

4. Ibu Inggrita Gusti Sari Nasution, SE, Msi selaku sekretaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Drs. Murbanto Sinaga, MA selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu dalam memberikan masukan, saran, dan bimbingan yang baik mulai dari awal penulisan hingga selesainya skripsi ini.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(8)

6. Bapak Prof. Dr. Hasan Basri Tarmizi, SE, SU selaku dosen penguji 1 (satu) saya yang telah memberikan saran dan kritikan dalam penyempurnaan skripsi ini.

7. Bapak Drs. Coki Ahmad Syahwier, MP selaku Dosen Penguji 2 (dua) yang telah memberikan kritik dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

8. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis.

9. Seluruh staff administrasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara ysng telah membantu dalam mengurus segala keperluan administrasi.

10. Kepada sahabat saya Putri dan Nadya yang telah membantu dan memberi semangat kepada saya dalam menyelesaikan skripsi. Dan juga teman-teman saya Layla, Sartika, Rizka, Noni.

Akhir kata penulis menyadari akan keterbatasan yang dimiliki dan sangat mengharapkan kritik serta saran yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini. Dengan segala kerendahan hati, Peneliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya, khususnya kepada rekan-rekan mahasiswa Ekonomi Pembangunan.

Wassalamualaikum. Wr. Wb

Medan, Penulis

Annisa Maulida Alya Aidin 140501021

(9)

v DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.. ... 10

2.1 Tinjauan Teori ... 10

2.1.1 Pengertian Pertumbuhan Ekonomi ... 10

2.1.2 Pajak ... 12

2.1.2.1 Fungsi Pajak ... 13

2.1.2.2 Jenis Pajak ... 14

2.1.2.3 Pajak Daerah ... 16

2.1.3 Pajak Hiburan ... 17

2.1.3.1 Dasar Hukum Pemungutan Pajak Hiburan ... 18

2.1.3.2 Objek Pajak Hiburan ... 19

2.1.3.3 Subjek Pajak&Wajib Pajak Hiburan ... 20

2.1.3.4 Dasar Pengenaan Pajak Hiburan ... 20

2.1.3.5 Tarif Pajak Hiburan ... 21

2.1.3.6 Penghitungan Pajak Hiburan ... 23

2.1.3.7 Masa Pajak Hiburan ... 23

2.1.4 Faktor Penerimaan Pajak Hiburan ... 23

2.1.5 Pengaruh Pajak Hiburan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi ... 24

2.2 Penelitian Terdahulu ... 26

2.3 Kerangka Konseptual ... 29

2.4 Hipotesis ... 30

BAB III METODE PENELITIAN ... 32

3.1 Jenis Penelitian ... 32

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 32

3.3 Batasan Operasional ... 32

3.4 Defisini Operasional ... 32

3.5 Jenis Data ... 33

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(10)

3.6 Metode Pengumpulan Data ... 34

3.7 Pengolahan data ... 34

3.8 Teknik Analisis ... 34

3.8.1 Uji Asumsi Klasik ... 34

3.8.2 Analisis Regresi Linear Berganda ... 35

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 39

4.1 Gambaran Umum Kota Medan... 39

4.2 Gambaran Umum Variabel penelitian ... 40

4.2.1 Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan ... 40

4.2.2 Pajak Hiburan Kota Medan ... 42

4.2.3 PDRB sektor pariwisata ... 45

4.3 Hasil Penelitian ... 46

4.3.1 Interpretasi Model ... 46

4.3.2 Uji Kesesuaian ... 48

4.3.2.1 Koefisien Determinasi (R²) ... 48

4.3.2.2 Uji t ... 49

4.3.2.3 Uji F ... 51

4.3.3 Uji Asumsi Klasik ... 52

4.3.3.1 Uji Normalitas ... 52

4.3.3.2 Uji Moltikolonieritas ... 53

4.3.3.3 Uji Autokorelasi ... 53

4.3.3.4 Uji Heteroskedastisitas ... 54

4.4 Pembahasan ... 54

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ... 58

5.1 Kesimpulan ... 58

5.2 Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 60 LAMPIRAN

(11)

vii

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1 Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan ... 3

1.2 Penerimaan Pajak Hiburan ... 6

2.1 Penelitian terdahulu ... 28

4.1 PDRB Sektor Pariwisata... 45

4.2 Hasil Regresi Berganda ... 47

4.3 Uji Multikolonieritas ... 53

4.4 Uji Autokorelasi ... 54

4.5 Uji Heterokedastisitas ... 54

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

4.1 Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan ... 41

4.2 Penerimaan Pajak Hiburan ... 43

4.3 Objek Pajak Hiburan ... 44

4.4 Hasil Uji Normalitas ... 52

(13)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul

1 Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan 2009-2016 2 Penerimaan Pajak Hiburan Kota Medan 2009-2016 3 Objek Pajak Hiburan Kota Medan 2009-2016 4 PDRB Sektor Pariwisata kota Medan 2009-2016

5 Hasil Analisis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(14)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pada masa pemerintahan Orde Baru, pemerintah Indonesia menerapkan sistem pemerintahan yang bersifat sentralistik. Dengan demikian, sistem penyelenggaraan pemerintahan sepenuhnya diatur oleh pemerintah pusat. Hal ini meyebabkan pembangunan daerah-daerah di Indonesia lebih di dominasi oleh pusat sehingga terjadilah ketimpangan pembangunan antar pusat dan daerah di Indonesia. Oleh sebab itu, maka daerah-daerah di Indonesia menuntut di berlakukannya otonomi daerah yang memberikan kewenangan kepada daerah untuk mengatur dan mengurus daerahnya masing-masing. Yang dimaksud daerah otonomi adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas wilayah tertentu yang berhak, berwenang dan berkewajiban mengurus dan mengatur rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pemerintah daerah memiliki kewenangan untuk melakukan pemungutan terhadap pajak-pajak tertentu, dan melakukan usaha-usaha tertentu untuk mendapatkan sejumlah pemasukan untuk membiayai pengeluran daerahnya.

Kemampuan suatu bangsa untuk memberi standart kehidupan yang membaik bagi rakyatnya tergantung pada rata-rata jangka panjang terutama pertumbuhan ekonominya. Dalam periode yang lama bahkan perbedaan yang sangat kecil dalam tingkat pertumbuhan ekonomi dapat diterjemahkan ke dalam perbedaan besar pendapatan dari rata-rata orang atau pribadi. Pengeluaran suatu negara dilakukan oleh pemerintah untuk menopang pertumbuhan ekonomi.

(15)

2

Pertumbuhan ekonomi membutuhkan sumber pembiayaan yang tidak sedikit.

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan stabil (sustainable) merupakan kondisi utama kelangsungan pembangunan ekonomi di Indonesia (Nur, 2014). Stabilnya ekonomi suatu negara dapat dilihat dari sektor perpajakannya, meskipun sektor perpajakan bukan satu-satunya indikator penting dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara.

Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses yang mantap dimana kapasitas produksi dari suatu perekonomian meningkat sepanjang waktu untuk menghasilkan tingkat pendapatan nasional yang semakin besar (M.P.Todaro, 1997). Kota Medan lebih dari satu dasawarsa terakhir telah menjadi sebuah kota yang berkembang dengan pesat. Hal ini ditandai oleh pertumbuhan ekonomi maupun pertumbuhan fisik dengan berbagai aspek perkotaannya dengan tingkat pertumbuhan ekonominya sebesar 6.27% pada tahun 2016. Pertumbuhan ekonomi kota Medan juga menunjukkan pertumbuhan yang cukup pesat. Melalui penghitungan PDRB dengan tahun dasar 2010, diketahui laju pertumbuhan ekonomi Kota Medan periode 2009-2016 tetap tumbuh di atas 5 persen, yakni sebesar 6.89%, 6.56%, 7.16%, 7.69%, 5.36%, 6.07%, 5.75%, 6.27%. Dari tahun 2009-2016, pada tahun 2013 pertumbuhan ekonomi di Kota Medan yang paling rendah.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(16)

Tabel 1.1

Pertumbuhan Ekonomi kota Medan

Tahun Persen

2009 6.89%

2010 6.56%

2011 7.16%

2012 7.69%

2013 5.36%

2014 6.07%

2015 5.74%

2016 6.27%

Sumber: Bps.go.id

Jaya (1999) menyatakan bahwa sumber pembiayaan pembangunan yang penting untuk diperhatikan adalah penerimaan daerah sendiri, karena sumber inilah yang merupakan wujud partisipasi langsung masyarakat suatu daerah dalam mendukung proses pembangunan. Penerimaan daerah sendiri yang merupakan wujud partisipasi masyarakat dalam bentuk pembayaran pajak dan retribusi daerah, harus mampu mendorong pertumbuhan ekonomi daerah, yang pada akhirnya akan menaikkan pendapatan daerah. Secara umum pajak adalah pungutan dari masyarakat oleh negara (pemerintah) berdasarkan undang-undang yang bersifat dipaksakan dan terutang oleh yang wajib membayarnya dengan tidak mendapat prestasi kembali (kontra/balas jasa) secara langsung, yang hasilnya digunakan untuk membiayai pengeluaran negara dalam penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan. Penerimaan pemerintah daerah untuk membiayai

(17)

4

pembangunan dan segala kebutuhan rumah tangga daerahnya berasal dari berbagai sumber, salah satunya yaitu dari pajak.

Pajak merupakan suatu pungutan yang dipaksakan oleh pemerintah untuk berbagai tujuan, misalnya untuk membiayai penyediaan barang dan jasa publik, untuk mengatur perekonomian, dapat juga mengatur konsumsi masyarakat.

Karena sifatnya yang dipaksakan tersebut maka pajak akan mempengaruhi perilaku ekonomi masyarakat atau seseorang. Sekarang ini pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang paling diandalkan, hingga saat ini 70%

dari total penerimaan negara. Usaha yang dapat dilakukan untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang baik yaitu dengan cara menggali sumber-sumber dana yang berasal dari dalam negeri berupa pajak daerah dan retribusi daerah yang telah menjadi sumber penerimaan yang dapat diandalkan bagi daerah.

Pajak daerah adalah iuran wajib pajak yang dilakukan oleh daerah kepada orang pribadi atau badan tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah. Dalam konteks daerah, pajak daerah adalah pajak-pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah misalnya provinsi, kabupaten, kotamadya.

Sebagaimana diatur dalam undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 sebagai perubahan atas Undang-undang Nomor 34 tahun 2000 tentang pajak daerah dan retribusi daerah. Dimana pajak daerah terbagi menjadi 2 (dua) jenis, yaitu pajak provinsi dan pajak kabupaten/kota dimana pajak hiburan merupakan salah satu jenis dari pajak yang berwenang di pungut oleh kabupaten/kota.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(18)

Pajak Hiburan adalah salah satu sumber pendapatan daerah yang diandalkan pemerintah kota Medan untuk pembiayaan pembangunan. Kota Medan yang merupakan salah satu kota terbesar ketiga di Indonesia dimana terdapat banyaknya tempat hiburan seperti mall, tempat karaoke, bioskop, klub, gedung seni dan sebagainya. Dengan adanya fenomena ini seharusnya bisa menjadikan pajak hiburan sebagai salah satu sumber penerimaan daerah yang potensial bagi pertumbuhan ekonomi kota Medan. Kebijakan perpajakan yang baik ikut menentukan jalannya perekonomian di suatu Negara. Dijelaskan bahwa tarif pajak yang tinggi akan menurunkan investasi yang otomatis menekan pertumbuhan ekonomi dan berdampak mengecilnya penerimaan pajak. Tarif pajak yang relatif kecil akan berdampak sebaliknya, investasi melaju, pertumbuhan ekonomi membaik, dan penerimaan negara membesar.

Jika dilihat tarif pengenaan pajak berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pajak Daerah, tarif pajak hiburan paling tinggi mecapai 35% dibandingkan tarif pajak lain seperti tarif pajak hotel sebesar 10%, tarif pajak restoran 10 %, tarif pajak reklame 25%, tarif pajak parkir 20%, tarif penerangan jalan 10%. Dengan besaran tarif tersebut, pajak hiburan merupakan pajak daerah yang yang pengenaan tarifnya paling besar yaitu 35%, sehingga peranannya penting untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Berikut Tabel target dan penerimaan realisasi pajak hiburan di Kota Medan.

(19)

6

Tabel 1.2

Realisasi Penerimaan Pajak Hiburan Kota Medan 2009-2016

Tahun Target Realisasi (Rp) %

2009 9.556.580.000 10.025.066.544 104,90%

2010 15.051.561.000 12.944.719.326 86,00%

2011 25.308.417.400 15.612.200.659 61,69%

2012 33.308.417.000 21.262.060.747 63,83%

2013 35.308.417.000 26.404.053.135 74,78%

2014 35.308.417.000 29.504.654.723 83,56%

2015 35.308.417.000 31.162.476.865 88,26%

2016 38.308.417.000 33.103.004.155 86,41%

Sumber: Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan

Dapat dilihat pada tabel diatas, target penerimaan pajak hiburan belum mencapai target yang diinginkan. Pada tahun 2009 target yang ditetapkan adalah sebesar Rp 9.556.580.000,00 kenyataan dilapangan realisasi penerimaan mencapai target sebesar Rp 10.025.066.544 dengan persentase 104,59%. Namun pada tahun anggaran 2010 s/d 2012, realisasi penerimaan Pajak Hiburan tidak dapat mencapai target penerimaan yang telah ditetapkan dimana pada tahun Pada tahun 2010 target yang telah ditetapkan sebesar Rp 15.051.561.000,00 kenyataan dilapangan realisasi penerimaan mencapai target Rp 12.944.719.326 dengan persentase 86,00%. Penerimaan pajak Hiburan pada tahun 2011 jauh dari target yang ditetapkan dimana target yang ditetapkan yaitu sebesar Rp. 25.308.417.400,00

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(20)

sedangkan kenyataan dilapangan realisasi penerimaan sebesar Rp 15.612.200.659 dengan persentase 61,69%. Demikian juga pada tahun 2012 dimana target yang ditetapkan adalah Rp 33.308.417.000,00 sedangkan realisasi penerimaannya adalah Rp 21.262.060.747 dengan persentase 63,83%. Tetapi di tahun 2013 realisasi penerimaan pajak sudah melebihi dari target yang ditentukan, dimana target yang ditentukan sebesar Rp 35.308.417.000, realisasinya mencapai Rp 26.404.053.135.

Belum terealisasinya pajak hiburan dari target yang ditentukan diduga dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat dilihat dari tiga sisi yaitu sisi pertama dari sisi wajib pajak yang menyangkut aspek kesadaran, aspek pengertian tentang pajak dan kemampuan membayar pajak tersebut. Yang kedua dari sisi jumlah objek pajak yang terdaftar di Badan Pengelola Pajak Daerah Kota Medan dan yang ketiga dari sisi besarnya beban pajak hiburan yang ditetapkan oleh Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 7 Tahun 2011. Dewasa ini, terjadi pertumbuhan dan perkembangan pesat terhadap beragam tempat hiburan di Kota Medan, seperti tontonan film, pameran, sirkus/akrobat, pagelaran kesenian, pertandingan olahraga, kontes kecantikan, karaoke, dan pacuan kuda. Dengan adanya perkembangan perilaku konsumtif penduduk yang semakin membutuhkan adanya keberagaman tempat hiburan, dapat membuat terjadi pertumbuhan ekonomi terkait penyelenggaraan tempat yang marak. Berdasarkan keterangan dan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan membuat penulisan skripsi dengan judul, “Pengaruh Pajak Hiburan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan”.

(21)

8

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dirumuskan beberapa masalah yang akan di bahas dalam penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimana pengaruh realisasi penerimaan pajak hiburan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Medan tahun 2009-2016 ?

2. Bagaimana pengaruh jumlah objek pajak hiburan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Medan tahun 2009-2016?

3. Bagaimana pengaruh PDRB sector pariwisata terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Medan tahun 2009-2016?

4. Bagaimana pengaruh realisasi penerimaan pajak hiburan, objek pajak hiburan dan PDRB sektor pariwisata secara simultan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Medan tahun 2009-2016?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat ditentukan tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh realisasi penerimaan pajak hiburan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Medan tahun 2009-2016.

2. Untuk mengetahui pengaruh jumlah objek pajak hiburan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Medan tahun 2009-2016.

3. Untuk mengetahui pengaruh PDRB sektor pariwisata terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Medan tahun 2009-2016.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(22)

4. Untuk mengetahui apakah realisasi penerimaan pajak hiburan, objek pajak hiburan dan PDRB sektor pariwisata berpengaruh secara simultan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Medan tahun 2009-2016.

1.4 Manfaat Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, penulis berharap agar hasil yang diperoleh dari penelitian ini dapat memberikan manfaat antara lain :

1. Bagi penulis

 Hasil penelitian ini diharapkan menambah pemahaman dan wawasan

dalam bidang perpajakan, khususnya mengenai pengaruh Pajak Hiburan terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kota Medan.

 Untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan studi

program strata satu (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Sumatera Utara.

2. Bagi Pemerintah

Dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk merumuskan kebijakan strategis untuk meningkatkan realisasi pajak Hiburan di Kota Medan.

3. Bagi Masyarakat

Sebagai acuan kepada masyarakat, terutama wajib pajak untuk menyadari pentingnya membayar pajak.

(23)

10 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori

2.1.1 Pengertian Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi menurut Simone Kuznets (1996) adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari Negara yang bersangkutan untuk menyediakan barang ekonomi kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri ditentukan atau dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian- penyesuaian teknologi, institusional (kelembagaan) dan ideologi terhadap berbagai tuntutan keadaan yang ada. Sementara itu, Sukirno (2006) mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak barang kepada penduduknya, kemampuan ini bertambah sesuai dengan kemajuan teknologi dan penyesuaian kelembagaan dan ideologi yang diperlukan.

Defenisi tersebut mempunyai 3 (tiga) komponen: pertama, pertumbuhan ekonomi suatu bangsa terlihat dari meningkatnya persediaan barang suatu bangsa secara terus-menerus; kedua, teknologi maju merupakan faktor dalam penyediaan aneka macam barang kepada penduduk; ketiga, penggunaan teknologi secara luas dan efisien memerlukan adanya penyesuaian di bidang kelembagaan dan ideologi sehingga inovasi yang dihasilkan ilmu pengetahuan manusia dapat dimanfaatkan secara tepat.

Selanjutnya dijelaskan bahwa kenaikan output yang secara berkesinambungan yang terkandung dalam definisi tersebut adalah perwujudan dari apa yang disebut sebagai pertumbuhan ekonomi, sedangkan kemampuan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(24)

menyediakan berbagai jenis barang itu sendiri merupakan tanda kematangan ekonomi di suatu Negara yang bersangkutan. Menurut Harrod-Domar, setiap perekonomian dapat menyisihkan suatu proporsi tertentu dari pendapatan nasionalnya jika hanya untuk mengganti barang-barang modal yang rusak.

Namun demikian untuk menumbuhkan perekonomian tersebut, diperlukan investasi-investasi baru sebagai tambahan stok modal. Hubungan tersebut telah kita kenal dengan istilah rasio modal-output (COR).

Menurut Sadono (2000), alat untuk mengukur keberhasilan perekonomian suatu wilayah adalah pertumbuhan ekonomi wilayah itu sendiri. Perekonomian wiayah akan mengalami kenaikan dari tahun ketahun dikarenakan adanya penambahan pada faktor produksi. Ada beberapa alat pengukur dalam pertumbuhan ekonomi, yaitu :

1. Produk domestik Bruto (PDB)

Produk domestik Bruto/Produk domestik regional bruto apabila ditingkat nasional adalah jumlah barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu perekonomian dalam satu tahun dan dinyatakan dalam harga pasar.

2. Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita

Produk domestik bruto per kapita dapat digunakan sebagai alat ukur pertumbuhan yang lebih baik dalam mencerminkan kesejahteraan penduduk dalam skala daerah.

Pembangunan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi merupakan dua aspek yang tidak dapat dipisahkan. Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari pertumbuhan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut harga

(25)

12

konstan. Laju pertumbuhan ekonomi suatu bangsa dapat diukur dengan menggunakan laju pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK).

Berikut ini adalah rumus untuk menghitung tingkat pertumbuhan ekonomi (Sukirno, 2007):

Keterangan :

G : Laju pertumbuhan ekonomi PDRB1 : PDRB ADHK pada suatu tahun PDRB0 : PDRB ADHK pada tahun sebelumnya

Menurut pendapat lain pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang. Pengertian ini terdapat tiga aspek yang ditekankan yaitu pertama, pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses dan bukan suatu gambaran ekonomi pada suatu saat. Lebih lanjut dapat dijelaskan bahwa ada aspek dinamis dari suatu perekonomian, yang artinya yaitu suatu perekonomian berkembang atau berubah dari waktu ke waktu. Sedangkan aspek yang kedua yaitu pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan kenaikan output perkapita, disini jelas ada dua sisi yang perlu diperhatikan yaitu sisi output totalnya (GDP) dan sisi jumlah penduduknya. Kemudian aspek ketiga perspektif waktu jangka panjang. Suatu perekonomian tumbuh apabila dalam jangka waktu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(26)

yang cukup lama mengalami kenaikan output perkapita. Oleh karena itu proses pertumbuhan ekonomi harus bersifat self-generation yang berarti bahwa proses pertumbuhan itu menularkan kekuatan bagi timbulmya kelanjutan pertumbuhan tersebut dalam periode-periode selanjutnya (Boediono, 1993).

Berdasarkan pengertian-pengertian pertumbuhan ekonomi di atas dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi dapat terjadi jika suatu Negara atau suatu daerah mampu menyediakan barang ekonomi bagi penduduknya, akibat dari hasil penggunaan faktor-faktor produksi yang digunakan dalam jangka panjang dan pada akhirnya akan diikuti dengan peningkatan pendapatan perkapita.

2.1.2 Pajak

Definisi pajak menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang perubahan keempat atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pada pasal 1 ayat 1 berbunyi pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar- besarnya kemakmuran rakyat. Sementara itu pengertian pajak menurut para ahli adalah sebagai berikut:

1. Menurut Prof. Dr. A. Adriani menyatakan pajak adalah iuran masyarakat pada Negara (yang sifatnya dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (undang-undnag) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang dapat ditunjuk dan yang digunakan untuk membiayai pengeluaran-

(27)

14

pengeluaran umum berhubung tugas-tugas Negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.

2. Menurut Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro, S.H. menyatakan bahwa pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdarkan undang-undnag (yang sifatnya dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Berdasarkan definisi pajak yang telah dijelaskan, dapat diuraikan bahwa pajak adalah iuran wajib rakyat yang dibayarkan kepada Negara dalam bentuk uang yang bersifat dipaksakan dan tidak ada imbalan langsung dari pemerintah kepada wajib pajak. Pajak juga dapat dipandang dari berbagai aspek. Dari sudut pandang ekonomi, pajak merupakan penerimaan Negara yang digunakan untuk mengarahkan kehidupan masyarakat menuju kesejahteraan (Waluyo dan Wirawan, 2007:4). Menurut teori Peacock dan Wiserman, perkembangan ekonomi menyebabkan pemungutan pajak yang semakin meningkat walaupun tarif pajak tidak berubah. Meningkatnya penerimaan pajak menyebabkan pengeluaran pemerintah juga semakin meningkat. Oleh sebab itu dalam keadaan normal, meningkatnya GDP menyebabkan penerimaan pemerintah yang semakin besar, begitu juga dengan pengeluaran pemerintah menjadi semakin besar.

2.1.2.1 Fungsi Pajak

Fungsi pajak dalam Trisni dan Tarsis (2011):

a. Fungsi Anggaran (Budgetair)

Sebagai sumber pendapatan negara, pajak berfungsi untuk membiayai

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(28)

pengeluaran-pengeluaran negara. Untuk menjalankan tugas-tugas rutin negara dan melaksanakan pembangunan, negara membutuhkan biaya.

Biaya ini dapat diperoleh dari penerimaan pajak.

b. Fungsi Mengatur (Regulend)

Pemerintah bisa mengatur pertumbuhan ekonomi melalui kebijaksaan pajak. Dengan fungsi mengatur, pajak bisa digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan.

c. Fungsi Stabilitas

Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk menjalankan kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi dapat dikendalikan. Hal ini dapat dilakukan antara lain dengan cara mengatur peredaran uang di masyarakat.

d. Fungsi Redistribusi Pendapatan

Pajak yang sudah dipungut oleh negara akan digunakan untuk

membiayai semua kepentingan umum, termasu juga untuk membiayai pembangunan sehingga dapat membuka lapangan pekerjaan.

2.1.2.2 Jenis-jenis pajak

Pajak dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok yaitu menurut golongan atau penerimaan, menurut sifat, dan menurut lembaga pemungutnya.

Namun jika ditinjau dari segi lembaga pemungut pajak dapat di bagi menjadi dua jenis yaitu:

(29)

16

1. Pajak Pusat

Pajak Pusat adalah pajak yang dikelola oleh pemerintah pusat (Direktorat Jendral Pajak) dan hasilnya dipergunakan untuk membiayai pengeluaran rutin Negara dan pembangunan dalam bentuk Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Pajak pusat yang berlaku sampai saat ini adalah:

a. Pajak Penghasilan.

b. Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPn & PPn BM).

c. Bea Materai.

2. Pajak Daerah

Berikut jenis-jenis pajak daerah:

a. Pajak Provinsi terdiri dari:

 Pajak Kendaraan Bermotor;

 Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor;

 Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor;

 Pajak Air Permukaan;

 Pajak Rokok.

b. Pajak Kabupaten/Kota terdiri atas:

 Pajak Hotel;

 Pajak Restoran;

 Pajak Hiburan;

 Pajak Reklame;

 Pajak Penerangan Jalan;

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(30)

 Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan;

 Pajak Parkir;

 Pajak Air Tanah;

 Pajak Sarang Burung Walet;

 Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan;

 Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

2.1.2.3 Pajak Daerah

Menurut Peraturan Daerah Nomor 28 Tahun 2009, pajak daerah adalah kontribusi wajib pajak kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar- besarnya kemakmuran rakyat. Pajak daerah yang selanjutnya disebut pajak iuran wajib yang dilakukan oleh objek pajak atau Badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat dipaksakan berdasarkan Peraturan Daerah dan Pembangunan Daerah. Pajak daerah memiliki fungsi sebagai berikut (Sirojuzilam, 2015) :

1. Fungsi Anggaran (Budgeter), yaitu pajak berfungsi sebagai salah satu alat untuk mengisi kas yang digunakan untuk membiayai kegiatan pemerintahan dan pembangunan.

2. Fungsi Mengatur (Regulatory), yaitu pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi untuk mencapai tujuan.

(31)

18

2.1.3 Pajak Hiburan

Menurut Peraturan Daerah kota Medan Nomor 7 Tahun 2011 tentang Pajak Hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan. Sedangkan yang dimaksud hiburan adalah semua jenis tontonan, pertunjukan, permainan, dan/atau keramaian yang dinikmati dengan dipungut bayaran. Selain itu, pajak hiburan dapat pula diartikan sebagai pungutan atas penyelenggaraan hiburan (Siahaan, 2005). Untuk daerah yang masyarakatnya memiliki tingkat kesibukan dan stress yang tinggi, pajak hiburan memiliki andil yang signifikan atas penerimaan pajak daerahnya karena pajak hiburan dikenakan pada suatu hal yang bersifat menyenangkan dan diperlukan masyarakat daerah tersebut. Dalam pemungutan pajak hiburan terdapat beberapa terminologi yang perlu diketahui. Terminologi tersebut dapat dilihat berikut ini:

1. Hiburan adalah semua jenis tontonan, pertunjukan, permainan, dan/atau keramaian yang dinikmati dengan dipungut bayaran.

2. Penyelenggaraan hiburan adalah orang pribadi atau badan yang bertindak baik atas namanya sendiri atau unuk dan atas nama pihak lain yang menjadi tanggungannya dalam menyelenggarakan suatu hiburan.

3. Penonton atau pengunjung adalah setiap orang yang menghadiri suatu hiburan untuk melihat dan atau mendengar atau menikmatinya aau menggunakan fasilitas yang disediakan oleh penyelenggaraan hiburan, kecuali penyelenggara, karyawan, artis (para pemain), dan petugas yang menghadiri untuk melakukan tugas pengawasan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(32)

4. Pembayaran adalah jumlah yang diterima atau seharusnya diterima dalam bentuk apapun untuk harga pengganti yang diminta atau seharusnya diminta wajib pajak sebagai penukar atas pemakaian dan pembelian jasa hburan serta asilitas penunjangnya termasuk pula semua tambahan dengan nama apapun juga yang dilakukan oleh wajib pajak yang berkaitan langsung dengan penyelengaraan hiburan.

5. Tanda masuk adalah semua tanda atau alat atau cara yang sah dengan nama dan dalam bentuk apapun yang dapat digunakan untuk menonton, menggunakan fasilitas atau menikmati hiburan.

6. Harga tanda masuk, yang selanjutnya HTM, adalah nilai uang yang tercantum pada tanda masuk yang harus dibayar oleh penonton atau pengunjung.

2.1.3.1 Dasar Hukum Pemungutan Pajak Hiburan

Pemungutan Pajak Hiburan di Indonesia saat ini didasarkan pada dasar hukum yang jelas dan kuat, sehngga harus dipatuhi oleh masyarakat dan pihak yang terkait. Dasar hukum pemungutan Pajak Hiburan pada Kabupaten atau Kota adalah :

1. Undang-undang No.28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

2. Undang-undang No.34 Tahun 2000 yang merupakan perubahan atas Undang-undang No.18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

3. Peraturan Pemerintah No.65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah.

(33)

20

4. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota yang mengatur tentang Pajak Hiburan.

5. Keputusan Bupati/Walikota yang mengatur tentang pajak Pajak Hiburan sebagai aturan pelaksanaan Peraturan Daerah tentang Pajak Hiburan pada Kabupaten/Kota.

2.1.3.2 Objek Pajak Hiburan 1. Objek Pajak Hiburan

Objek pajak Hiburan adalah jasa penyelenggaraan hiburan dengan dipungut bayaran. Hiburan yang atas jasa penyelenggaraannya ditentukan menjadi objek adalah:

a. Tontonan film;

b. Pagelaran kesenian, musik, tari, dan atau busana;

c. Kontes kecantikan dan binaraga;

d. Pameran;

e. Diskotik, karaoke dan klab malam;

f. Sirkus, akrobat, dan sulap;

g. Permainan bilyar, golf, dan bowling;

h. Pacuan kuda, kendaraan bermotor, dan permainan ketangkasan;

i. Panti pijat, refleksi, mndi uap/spa, dan pusat kebugaran; dan j. Pertandingan olahraga.

2. Bukan Objek Pajak Hiburan

Pada Pajak Hiburan tidak semua penyelenggaraan hiburan dikenakan pajak berdasarkan peraturan daerah Kota Medan Nomor 8 Tahun

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(34)

2016, penyelenggaraan hiburan yang merupakan objek pajak hiburan dapat dikecualikan dengan peraturan daerah. Pengecualian ini misalnya saja dapat diberikan terhadap penyelenggaraan hiburan yang tidak dipungut bayaran, seperti hiburan yang diselenggarakan dalam rangka pernikahan, upacara adat, dan kegiatan agama.

2.1.3.3 Subjek Pajak dan Wajib Pajak Hiburan

Pada pajak hiburan yang menjadi subjek pajak adalah orang pribadi atau badan yang menikmati hiburan. Sementara itu, yang menjadi wajib pajak adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan hiburan (Peraturan daerah Kota Medan Nomor 7 Tahun 2011). Dengan demikian, pada pajak hiburan subjek pajak dan wajib pajak tidak sama, di mana konsumen yang menikmati hiburan merupakan subjek pajak yang membayar (menanggung) pajak sementara penyelenggaraan hiburan bertindak sebagai wajib pajak yang diberi kewenangan untuk memungut pajak dari konsumen (subjek pajak).

2.1.3.4 Dasar Pengenaan Pajak Hiburan

Menurut Peraturan Daerah kota Medan Nomor 7 Tahun 2011 dasar pengenaan Pajak Hiburan adalah jumlah pembayaran atau yang seharusnya dibayar untuk menonton dan atau menikmati liburan sebagaimana ditetapkan dalam HTM.

2.1.3.5 Tarif Pajak Hiburan

Menurut Peraturan daerah Kota Medan Nomor 8 Tahun 2016 sebagai perubahan atas peraturan daerah kota Medan Nomor 7 Tahun 2011 besarnya tarif pajak hiburan untuk setiap jenis hiburan yang ditetapkan adalah sebagai berikut :

(35)

22

a. Tontonan film dikenakan pajak 10% (sepuluh persen);

b. Pameran yang brsifat non komersial sebesar 0% (nol persen);

c. Pameran yang bersifat komersial sebesar 10% (sepuluh persen);

d. Sirkus, akrobat, dan sulap yang berkelas nasional dan internasional sebesar 0% (nol persen);

e. Sirkus, akrobat dan sulp yang berkelas nasional dan internasional sebesar 10% (sepuluh persen);

f. Permainan bilyar yang menggunakan Air Conditioner (AC) dikenakan pajak 20% (dua puluh persen) dan permainan bilyar yang tidak menggunakan Air Conditioner (AC) dienakan pajak 15% (lima belas persen);

g. Pagelaran kesenian, musik, tari dan/atau busana yang berkelas lokal/traditional sebesar 0% (nol persen);

h. Pagelaran kesenian, musik, tari dan/atau busana yang berkelas nasional sebesar 10% (sepuluh persen);

i. Pagelaran kesenian, musik, tari dan/atau busana yang berkelas internasional sebesar 10% (sepuluh persen);

j. Pertandingan olahraga yangberkelas lokal/tradisonal sebesar 0% (nol persen);

k. Pertandingan olahraga yang berkelas nasional sebesar 10% (sepuluh persen);

l. Pertandingan olahraga yang berkelas internasional sebesar 15% (lima belas persen);

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(36)

m. Kontes kecantian yang berkelas lokal/tradisional sebesar 0% (nol persen);

n. Kontes kecantikan yang berkelas nasional sebesar 10% (sepuluh persen);

o. Kontes kecantikan yang berkelas internasional sebesar 10% (sepuluh persen);

p. Panti pijat, refleksi, mandi uap/spa, dan pusat kebugaran (fitness centre) 30% (tiga puluh persen);

q. Diskotik, karaoke, klub malam, dan sejenisnya sebesar 30% (tiga puluh persen);

r. Pacuan kuda yang berkelas lokal/tradisional sebesar 0% (nol persen);

s. Pacuan kuda yang berkelas internasional sebesar 15% (lima belas persen);

t. Pacuan kendaraan bermotor dan permainan ketangkasan sebesar 20%

(dua puluh persen).

2.1.3.6 Penghitungan Pajak Hiburan

Besaran pokok pajak hiburan yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak dengan dasar pengenaan pajak. Secara umum perhitungan pajak hiburan adalah sesuai dengan rumus berikut :

Pajak Terutang = Tarif Pajak x Dasar Pengenaan Pajak

(37)

24

2.1.3.7 Masa Pajak Hiburan

Masa pajak hiburan adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu) bulan kalender. Pajak terutang dalam masa pajak terjadi pada saat pembayaran dan yang seharusnya dibayarkan oleh wajib pajak.

2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan Pajak Hiburan Menurut Musgraves (1998) pendapatan telah diterima secara luas sebagai ukuran untuk menentukan kemampuan membayar pajak. Demikian juga menurut Mangkoesoebroto (2001), bahwa ukuran yang umum untuk mengukur kemampuan seseorang membayar pajak adalah pendapatan. Adapun Sriyana (1999) menekankan bahwa besar kecilnya penerimaan pajak akan sangat ditentukan oleh pendapatan perkapita, jumlah penduduk dan kebijakan pemerintah, baik pusat maupun daerah. Selanjutnya Prakoso (2005) menambahkan bahwa dalam pemungutan pajak maka jumlah subjek dan objek pajak akan mempengaruhi penerimaan pajak dari hasil pungutan tersebut.

Berdasar pada uraian diatas, apabila diterapkan dalam pajak hiburan Kota Medan akan terlihat faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penerimaan pajak hiburan tersebut. Faktor-faktor tersebut antara lain :

1. Objek Pajak Hiburan / Jumlah Tempat Hiburan 2. Jumlah Pengunjung Hiburan

3. Insentif

4. Jumlah Penduduk 5. PDRB Sektor Pariwisata 6. Peraturan Daerah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(38)

7. Sistem Pemungutan Pajak

2.1.5 Pengaruh Pajak Hiburan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Percepatan pertumbuhan ekonomi saat ini masih bergantung pada besaran penerimaan pajak yang diterima guna membiayai kebutuhan pemerintah.

Indikator yang digunakan untuk pertumbuhan ekonomi daerah yaitu PDRB.

PDRB merupakan nilai tambah bruto seluruh barang dan jasa yang tercipta atau dihasilkan di wilayah domestik suatu negara yang timbul dari berbagai aktivitas ekonomi dalam satu periode tertentu (BPS, 2017). Oleh sebab itu dengan adanya penerimaan yang bersumber dari pajak hiburan akan menambah PDRB sektor pariwisata sehingga meningkatkan PDRB secara keseluruhan. Hubungan penerimaan pajak dengan pertumbuhan ekonomi dijelaskan dengan teori yang dikemukakan oleh Peacock & Wiseman yaitu bahwa perkembangan ekonomi menyebabkan pemungutan pajak yang semakin meningkat walaupun tarif pajak tidak berubah akan memberikan dampak pada meningkatnya penerimaan pajak sehingga menyebabkan PDRB meningkat ( Mangkoesoebroto, 2010). Maka dapat dikatakan bahwa untuk membangun perekonomian daerah Kota Medan melalui sektor pariwisata, maka dibutuhkan anggaran pendapatan dan belanja daerah yang tentunya diharapkan akan mampu membiayai infrastruktur/ prasarana dan fasilitas wisata sekaligus mampu mendorong masuknya investasi swasta sektor pariwisata, sehingga roda perekonomian dapat berjalan dengan baik.

Sektor pariwisata merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan sebagai salah satu sumber pendapatan daerah. Perkembangan pariwisata juga mendorong dan mempercepat pertumbuhan ekonomi. Dalam literatur, hubungan

(39)

26

sektor pariwisata dan pertumbuhan ekonomi dapat dikonfrontasi melalui dua pendekatan, yaitu : pertama, pendekatan Keynesian tentang pengganda (multiplier), yang memperlakukan pariwisata internasonal sebagai komponen eksogen dari permintaan agregat yang mempunyai pengaruh positif terhadap pendapatan, dan karena itu terhadap lapangan kerja melalui proses multiplier.

Namun pendekatan ini banyak menerima kritik karena terlalu statis dan tidak memungkinkan untuk menyimpulkan dampak pariwisata dalam jangka panjang.

Kedua, pendekatan model pertumbuhan endogen du sektor Lucas, yang

penggunaannya untuk sektor pariwisata dipelopori oleh Lanza dan Pigliaru (1995). Dalam model ini pariwisata dikaitkan dengan kondisi maksimisasi laju pertumbuhan. Apabila produktivitas menjadi elemen utama dari pertumbuhan, dengan asumsi kemajuan teknologi di sektor manufaktur lebih tinggi dibandingkan sektor pariwisata, maka spesialisasi pariwisata akan mendorong pertumbuhan. Hal ini bisa terjadi hanya apabila perubahan nilai tukar perdagangan antara pariwisata dan barang-barang manufaktur lebih dari sekedar menyeimbangkan kesenjangan teknologi sektor pariwisata. Akondisi tersebut berlaku apabila elastisitas substitusi antara pariwisata dan barang manufaktur lebih kecil dari satu (inelastis).

Saragih (2003), dalam konsep makro dapat dianalogikan bahwa semakin besar PDRB yang diperoleh maka akan semakin besar pula potensi penerimaan daerah. Beberapa argumen lain melihat keterkaitan antara sektor pariwisata dan pertumbuhan ekonomi dengan fokus pada dampak ekonomi makro dari pariwisata yaitu, pariwisata memiliki dampak langsung terhadap perekonomian, antara lain

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(40)

terhadap penciptaan lapangan kerja, sektor pemerintah, pajak dan penguatan neraca pembayaran.

2.2 Penelitian Terdahulu

Irianti Ratna Susanto (2016) dengan judul Analisis Faktor-Faktor Penerimaan Pajak Hiburan di Kota Batu. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui apa saja faktor yang mempengaruhi penerimaan pajak hiburan.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan pajak hiburan yaitu, objek pajak hiburan, jumlah pengunjung hiburan, PDRB sektor pariwisata, jumlah penduduk, insentif, peraturan daerah dan sistem pemungutan pajak. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif. Hasil dari penelitian disimpulkan bahwa variabel jumlah objek pajak hiburan, jumlah pengunjung hiburan, PDRB sektor pariwisata, jumlah penduduk dan insentif berpengaruh posotif dan signifikan terhadap penerimaan pajak hiburan di Kota Batu.

Roro Bella Ayu, Srikandi Kumadji dan Agung Darono (2014) dengan judul penelitian Analisi Penerimaan Pajak Hotel, Restoran dan Pajak Hiburan sebagai sumber PAD. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis setiap aspek-aspek yang dibutuhkan, yaitu kontribusi, tingkat efektivitas dan laju pertumbuhan Pajak Hotel, Pajak Restoran dan Pajak Hiburan terhadap PAD.

Hasil dari penelitian menunjukkan kontribusi pajak hotel, pajak restoran dan pajak hiburan mempunyai persentase rata-rata kontribusi penerimaan berada pada kriteria sangat kurang berkontribusi setiap tahunnya. Hal ini menggambarkan bahwa pemerintah Kota Malang belum mengoptimalkan potensi yang dimiliki

(41)

28

oleh pajak hotel, pajak restoran dan pajak hiburan sebagai salah satu sumber penerimaan pendapatan asli daerah selama periode 2006-2013. Sedangkan tingkat efektivitas dari pajak hotel, restoran dan pajak hiburan memiliki kriteria yang cenderung sangat efektif dimana realisasi selalu berada di atas target yang ditetapkan.

Zainul Fikri dan Ronni Malavia (2016) dengan judul pengaruh pajak hotel, restoran dan hiburan terhadap PAD di Kota Batu. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa apakah pajak hotel, pajak restoran dan pajak hiburan berpengaruh terhadap PAD di Kota Batu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistik deskriptif. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa variabel pajak restoran, pajak hotel dan pajak hiburan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap PAD di Kota Batu.

Dara Rizky Supriadi (2015) penelitian ini berjudul Analisis Kontribusi Pajak Hiburan Terhadap PAD pemerintah Kota Malang. Hasil dari penelitian ini adalah laju petumbuhan penerimaan pajak hiburan di Kota Malang mengalami fluktuatif, rata-rata kontribusi dalam waktu 4 tahun terakhir menunjukkan persentase yang sangat kurang dan rata-rata efektivitas PAD sangat efektif.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Nama Peneliti

Judul penelitian Variabel Penelitian

Metode Penelitian

Hasil Penelitian

Iranti Ratna Susanto 2016

Analisis Faktor- faktor

penerimaan pajak hiburan di Kota Batu.

Variabel dependen:

-penerimaan pajak hiburan

Variabel independen:

-jumlah penduduk -jumlah

pengunjung

Analisis linear berganda

jumlah objek pajak hiburan, jumlah pengunjung hiburan, PDRB sektor pariwisata, jumlah penduduk dan insentif berpengaruh posotif dan signifikan terhadap penerimaan pajak hiburan di Kota Batu.

.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(42)

-insentif

-PDRB sektor pariwisata

-Objek pajak -Peraturan daerah -Sistem

pemungutan pajak Roro Bella

Ayu, Srikandi Kumadji, Agung Darono (2014)

Analisis Penerimaan Pajak Hotel, Restoran dan Pajak Hiburan sebagai sumber PAD

Variabel dependen:

-PAD Variabel independen:

-Pajak Hotel -Pajak Restoran -Pajak Hiburan

-analisis laju pertumbuhan -kontribusi -efektivitas.

1. Rata-rata kontribusi penerimaan pajak hiburan terhadap pendapatan asli daerah adalah sebesar 1,77%.

Persentase rata-rata kontribusi penerimaan berada pada kriteria sangat kurang berkontribusi setiap tahunnya.

2. Rata-rata efektivitas pajak hiburan dari tahun 2006 hingga 2013 adalah sebesar 114,10%.

Persentase ini menunjukkan kriteria tingkat efektivitas pajak hiburan berada pada

kriteria sangat efektif dari tahun 2008-2013.

3. Rata-rata laju pertumbuhan pajak hiburan dari tahun 2006 hingga 2013 adalah sebesar 16,76%.

Zainul Fikri dan Ronni Malavia Mardani 2016

Pengaruh Pajak Hotel, Restoran dan Hiburan terhadap PAD di kota Batu.

Variabel dependen:

-PAD Variabel independen:

-Pajak Hotel -pajak restoran -pajak hiburan

Analisis linear berganda

Pajak Hotel, Pajak Restoran dan Pajak hiburan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap PAD di kota Batu.

Dara Rizky Supriadi 2015

Analisis

kontribusi pajak hiburan terhadap pendapatan asli daerah

pemerintah kota Malang

-target dan realisasi pajak hiburan.

-target dan realisasi pajak daerah.

-target dan realisasi PAD.

-analisis laju pertumbuhan -kontribusi -efektivitas

1. laju pertumbuhan penerimaan pajak hiburan di kota Malang mengalami fluktuatif.

2. rata-rata kontribusi dalam waktu 4 tahun terakhir menunjukkan persentase yang sangat kurang.

3. rata-rata efektivitas PAD sangat efektif.

Sumber: Hasil Pengolahan Penulis

Hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya ialah obyek yang diteliti, jenjang waktu yang diteliti, serta lokasi penelitiannya. Dalam

(43)

30

penelitian ini, peneliti akan akan mengetahui bagaimana pengaruh pajak hiburan terhadap pertumbuhan ekonomi di kota Medan.

2.3 Kerangka Konseptual

Berdasarkan gambar kerangka konseptual diatas, penelitian ini menguji apakah penerimaan pajak hiburan, jumlah objek pajak hiburan dan PDRB sektor pariwisata memiliki pengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi.

2.4 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap perumusan masalah penelitian, dapat dinyatakan pula sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian. Berdasarkan dari uraian latar belakang, tinjauan teori dan kerangka konseptual, berikut hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini:

1. Terdapat pengaruh positif realisasi penerimaan pajak hiburan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Medan tahun 2009-2016.

Objek Pajak Hiburan

X2

PDRB Sektor Pariwsata

X3 Realisai Penerimaan Pajak

Hiburan X1

Pertumbuhan Ekonomi Y

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(44)

2. Terdapat pengaruh positif objek pajak hiburan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Medan tahun 2009-2016.

3. Terdapat pengaruh positif PDRB sektor pariwisata terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Medan 2009-2016.

4. Terdapat pengaruh positif realisasi penerimaan pajak hiburan, objek pajak hiburan dan PDRB sektor pariwisata secara simultan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Medan tahun 2009-2016.

(45)

32 BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Sugiyono (2012: 13) penelitian deskriptif yaitu, penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel yang lain. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif karena data yang di dapat dinyatakan dengan angka dan dapat dianalisis tentang pajak hiburan dan pertumbuhan ekonomi.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Guna memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka penulis mengadakan penelitian pada Dinas Pendapatan Daerah (dispenda) kota Medan Jalan Jendral Besar H. Abdul Haris Nasution No. 32, Pangkalan Masyhur, Medan Johor, Kota Medan. Penelitian dilakukan mulai dari bulan April 2018.

3.3 Batasan Operasional

Penelitian ini membahas tentang pengaruh Pajak Hiburan terhadap Pertumbuhan Ekonomi di kota Medan.

3.4 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah memberikan pengertian terhadap variabel dengan menspesifikasikan kegiatan atau tindakan yang diperlukan peneliti untuk mengukur dan memanipulasinya. Variabel operasioanal dalam penelitian ini antara lain :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(46)

1. Pertumbuhan Ekonomi (PE) adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu Negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode waktu tertentu. Pertumbuhan ekonomi dalam penelitian ini adalah laju pertumbuhan ekonomi Kota Medan periode 2009-2016 dalam satuan persen.

2. Penerimaan Pajak Hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan di kota Medan dalam satuan rupiah periode 2009-2016.

3. Objek Pajak Hiburan adalah penyelenggaraan hiburan yang dipungut bayaran di kota Medan dalam satuan rupiah periode 2009-2016.

4. PDRB sektor pariwisata adalah data statistik yang merangkum perolehan nilai tambah dari kegiatan ekonomi dalam satuan rupiah periode 2009- 2016.

3.5 Jenis Data dan Sumber Data

Data penelitian yang digunakan adalah berupa data sekunder. Dalam penelitian ini, penelitian ini menggunakan Time Series, yaitu sekumpulan data untuk meneliti suatu fenomena tertentu yang dilakukan secara berulang-ulang dalam jangka waktu tertentu. Data realisasi pajak hiburan, jumlah objek pajak hiburan dan PDRB sektor pariwisata diperoleh dari Dinas Pendapatan Daerah kota Medan. Data pertumbuhan ekonomi diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) kota Medan. Data yang dibutuhkan adalah informasi yag berhubungan dengan variabel penelitian yaitu, penerimaan pajak hiburan, jumlah objek pajak hiburan, dan PDRB sektor pariwisata.

(47)

34

3.6 Metode Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data penelitian melakukan teknik dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data sekunder atau data yang diperoleh secara langsung melalui Dinas Pendapatan Daerah kota Medan dan Badan Pusat Statistik (BPS) kota Medan.

3.7 Pengolahan Data

Dalam penelitian skripsi ini, data diolah menggunakan program aplikasi E- views 8.0.

3.8 Teknik Analisis

Teknik analisis yang digunakan adalah metode analisis regresi linear berganda, yaitu untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel independen terhadap dependen.

3.8.1 Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variable terikat, variabel bebas atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau penyebaran data statistik pada sumbu diagonal dari grafik distribusi normal (Ghozali, 2001).

b. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen) (Ghozali, 2001:57). Multikolonieritas terjadi jika koefisien korelasi antar variabel

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(48)

bebas lebih besar dari 0.50. Dikatakan tidak terjadi multikolonieritas jika koefisien korelasi antar variabel bebas lebih kecil atau sama dengan 0.50 (r < 0.50).

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residul satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2001:69).

d. Uji Autokorelasi

Autokorelasi bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya), yang berarti kondisi saat ini dipengaruhi oleh kondisi dengan kata lain autokorelasi sering terjadi pada data time series.

3.8.2 Analisis Regresi Linear Berganda

Merupakan suatu metode analisa yang digunakan untuk menentukan ketepatan prediksi dari pengaruh yang terjadi antara variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y).

Formula untuk regresi berganda sebagai berikut : Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + ε

Dimana :

(49)

36

Y : Pertumbuhan Ekonomi (variabel dependen)

X1 : Variabel Penerimaan Pajak Hiburan (variabel independen) X2 :Variabel Jumlah Objek Pajak Hiburan (variabel

independen)

X3 : Variabel PDRB sektor pariwisata (variabel independen) β0 : Konstanta/ Intercept

b1,b2,b3 : Koefisien Regresi

ε : Error term (variabel pengganggu) a. Uji signifikansi parsial (uji t)

Uji t yaitu suatu uji untuk mengetahui signifikansi dari pengaruh variabel dependen secara individual dan menganggap dependen yang lain konstan. Dengan tingkat signifikansinya 0,05. Signifikansi pengaruh tersebut dapat diestimasi dengan membandingkan antara nilai t tabel dengan nilai t hitung. Apabila nilai t hitung lebih besar daripada t tabel maka variabel independen secara individual mempengaruhi variabel dependen, sebaliknya jika nilai t-hitung lebih kecil daripada t-tabel maka variabel independen secara individual tidak mempengaruhi variabel dependen.

Dengan kriteria pengujian :

T hitung ˃ t tabel berarti Ho ditolak dan menerima H1.

T hitung ˂ t tabel berarti Ho diterima dan menolak H1.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(50)

b. Koefisien determinasi ( )

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara 0 dan 1. Nilai yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati 1 berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Oleh karena itu banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai Adjusted R2 pada saat mengevaluasi mana model regresi terbaik.

c. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

Uji F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variable dependen/terikat. Pada pengujian ini juga menggunakan tingkat signifikansi sebesar 5% atau 0,05. Prosedur Uji F ini adalah sebagai berikut :

a. Menentukan hipotesis nol maupun hipotesis alternatifnya

1. Ho : b1= b2= b3= 0, berarti tidak ada pengaruh X1, X2, X3, terhadap Y

2. Ha : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ 0, berarti ada pengaruh X1, X2, X3, terhadap Y b. Membuat keputusan uji F

1. Jika nilai F lebih besar daripada 4 maka Ho ditolak pada derajat kepercayaan 5%, dengan kata lain hipotesis alternatif (Ha)

(51)

38

diterima, yang menyatakan bahwa semua variabel independen secara serentak dan signifikan mempengaruhi variabel dependen.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(52)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Kota Medan

Pada awalnya Kota Medan dikenal dengan nama Tanah Deli dengan luas 4000 Ha, namun sekarang Kota Medan memiliki luas 26.510 Ha (1265,10 km²) atau 3,6% dari keseluruhan luas wilayah Sumatera Utara. Kota Medan terbagi atas 21 kecamatan dan 151 kelurahan dengan jumlah penduduk. Secara geografis Kota Medan terletak antara 3°. 27’ - 3°. 47’ lintang utara dan 98° . 35’ - 98° . 44’

bujur timur dengan ketinggian 2,5 – 37,5 meter di atas permukaan laut. Kota Medan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang di sebelah Utara, Selatan, Barat dan Timur. Kota Medan merupakan salah satu dari 33 daerah tingkat II di Sumatera Utara dengan luas daerah sekitar 265,10 km². Kota ini merupakan pusat pemerintahan daerah tingkat I Sumatera Utara yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Deli Serdang.

Secara hampir keseluruhan wilayah Kota Medan berbatasan dengan Selat Malaka yang diketahui sebagai salah satu lau lintas laut paling sibuk di dunia.

Artinya Kota Medan berada pada pinggiran jalur pelayaran Selat Malaka dan memiliki posisi strategis sebagai gerbang (pintu masuk) kegiatan perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik maupun perdagangan luar negeri (ekspor-impor). Posisi geografis Kota Medan yang strategis ini telah mendorong pertumbuhan ekonomi kota. Salah satu faktor penting dalam pertumbuhan ekonomi adalah industri. Di Kota Medan banyak berdiri industri besar, sedang, kecil, dan juga industri rumah tangga.

(53)

40

4.2 Gambaran Umum Variabel Penelitian 4.2.1 Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan

Pembangunan ekonomi pada umumnya sebagai suatu proses yang menyebaban kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan. Pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu indikator terpenting untuk melihat keberhasilan pembangunan dalam bidang ekonomi. Bagi daerah, indikator ini sangatlah penting untuk mengetahui keberhasilan pembangunan yang telah dicapai untuk menentukan arah pembangunan pada masa yang akan datang. Oleh karena itu pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang dilakukan khususnya di bidang ekonomi. Pertumbuhan tersebut merupakan gambaran tingkat pertumbuhan ekonomi yang terjadi atau sebgai kenaikan PDB tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk, atau apakah terjadi pertumbuhan struktur ekonomi atau tidak. Suatu perekonomian dikatakan berkembang jika pendapatan per kapita dalam jangka panjang yang naik. Kondisi pertumbuhan ekonomi di Kota Medan mengalami perkembangan yang tidak stabil dari tahun ketahun. Berikut adalah gambaran perkembangan ekonomi di Kota Medan.

Dilihat dari gambar dibawah ini, laju pertumbuhan ekonomi di Kota Medan dari tahun ke tahun menunjukkan perkembangan yang tidak stabil.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Gambar

Tabel 2.1   Penelitian Terdahulu
Gambar 4.4  Hasil Uji Normalitas

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

The impact of different types of feed on fish gonad maturation cork, Channa striata Blkr in container cultivation.. Research Center for

Dari perbandingan antara hasil penelitian dengan dua model tersebut maka dapat dikonformasi adanya pengaruh mediasi kepercayaan antar organi- sasi pada hubungan

• El administrador de grupo necesita hacer un control final de las auditorías internas para saber si las auditores internos necesitan más capacitación o no. Criterios

Berdasarkan hasil penelitian pembiayaan zakat produktif yang diberikan oleh Baitul Mal Aceh memberikan pengaruh sebesar 57,7% terhadap tingkat pendapatan mustahik ,

Dikarenakan letak Indonesia yang rawan akan bencana inilah, mengisyaratkan kepada kita harus selalu untuk bersiap menghadapi gempa. Mengingat dampak yang luar biasa dari gempa bumi

While the symposium and this issue cover a wide range of subjects, they still fall short of covering the range of topics to which John Monteith made substantial contributions..

Fasa 2 dengan konsep Do-it-Yourself (DIY). • Setiap pasukan akan dibimbing oleh seorang mentor yang terdiri daripada pensyarah Universiti Malaya yang akan ditentukan

Keberhasilan proses daur ulang limbah aluminium dipengaruhi beberapa faktor seperti tempat penyuplai limbah aluminium, pembangunan infrastruktur untuk pengumpulan