• Tidak ada hasil yang ditemukan

SENJATA TRADISIONAL BUGIS BONE SULAWESI SELATAN STUDI ANALISIS JENIS, BENTUK DAN FUNGSI SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SENJATA TRADISIONAL BUGIS BONE SULAWESI SELATAN STUDI ANALISIS JENIS, BENTUK DAN FUNGSI SKRIPSI"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

ix

SENJATA TRADISIONAL BUGIS BONE SULAWESI

SELATAN STUDI ANALISIS JENIS, BENTUK DAN FUNGSI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Seni Rupa Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh :

A.MUH.KHUWAIS AL QARNI

1O5410036110

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA

2015

(2)
(3)
(4)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

iv

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : A.Muh.Khuwais Al Qarni Stambuk : 105410036110

Jurusan : Pendidikan Seni Rupa

Judul Skripsi : Senjata Tradisional Bugis Bone Sulawesi Selatan (Studi Analisi Jenis, Bentuk dan Fungsi).

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan di depan tim penguji adalah hasil karya saya sendiri dan bukan hasil ciptaan orang lain atau dibuatkan oleh siapapun.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan saya bersedia menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.

Makassar, Mei 2015 Yang Membuat Pernyataan

(5)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

v

SURAT PERJANJIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : A.Muh.Khuwais Al Qarni Stambuk : 105410036110

Jurusan : Pendidikan Seni Rupa Dengan ini menyatakan Perjanjian sebagai berikut:

1. Mulai dari penyusunan proposal penelitian sampai selesainya skripsi ini. Saya yang menyusunnya sendiri (tidak dibuat oleh siapapun). 2. Dalam penyusunan skripsi ini, saya selalu melakukan konsultasi dengan

pembimbing yang telah ditetapkan oleh pimpinan fakultas.

3. Saya tidak melakukan penjiplakan (plagiat) dalam penyusunan skripsi ini.

4. Apabila saya melanggar perjanjian seperti yang tertera pada butir 1, 2, dan 3, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.

Demikian surat perjanjian ini saya buat dengan sebanarnya dan penuh kesadaran.

Makassar, Mei 2015 Yang Membuat Perjanjian

(6)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Kegagalan dan kekalahan terbesar dalam hidup Ketika kamu merasa tidak sanggup

Sebelum mencoba dan berusaha sekuat tenaga

Jangan menganggap masalah itu adalah ketidak beruntungan Karena mungkin di dalam masalah itu terdapat kunci kesuksesanmu

Kupersembahkan karya ini Kepada orag tuaku tercinta Saudaraku Serta semua orang yang telah mendukungku

(7)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

vii

KATA PENGANTAR

Assalamu alaikum, Wr.Wb.

Tiada rasa syukur yang terucap selain rasa syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat serta hidayahnya pada semua umat manusia, shalawat serta salam tidak lupa kita haturkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, yang telah membebaskan kita dari belenggu-belenggu dari zaman jahiliyah.

Suka duka mewarnai proses-proses dalam menjalani penulisan skripsi ini. Walaupun demikian, sebuah kata yang mampu membuat bertahan yakni semangat sehingga segala tantangan mampu ditaklukan sampai akhir penyelesaian penulisan skripsi ini, sebagai salah satu syarat guna mengikuti ujian skripsi pada Program Studi Pendidikan Seni Rupa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar dengan judul “Senjata Tradisional Bugis Bone

Sulawesi Selatan (Studi Analisis Jenis, Bentuk dan Fungsi)”.

Dengan penuh kerendahan hati tidak lupa penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Dr. H. Irwan Akib, M.Pd. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar. 2. Dr. Andi Syukri Syamsuri, M.Hum. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. A. Baetal Mukaddas, S.Pd., M.Sn. Ketua Jurusan Pendidikan Seni Rupa Universitas Muhammadiyah Makassar.

(8)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

viii

4. Muhammad Thahir, S.Pd. Sekertaris Jurusan Pendidikan Seni Rupa Universitas Muhammadiyah Makassar.

5. Drs.H.A.Kahar Wahid Pembibing I 6. Meisar Ashari,S.Pd.,M.Sn. Pembibing II

7. Kedua orang tua yang dengan tulus dan penuh kasih sayang mendukung langkah kemajuan ananda.

8. Seluruh mahasiswa seni rupa yang telah mendukung kelancaran dan penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan- kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran untuk penyempurnaan skripsi ini senantiasa penulis harapkan sehingga dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Billahi Fisabilil Haq Fastabiqul Khaerat

Assalamu Alikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Makassar, Mei 2015 Penulis

(9)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

ix ABSTRAK

A.Muh.Kuwais Al Qarni 2015. Senjata Trdisional Bugis Bone Selawasi Selatan (studi analisis jenis, bentu dan fungsi). Skripsi. Program Studi Pendidikan Seni Rupa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Drs. H. A.Kahar Wahid pembimbing satu dan Maisar Ashari S.Pd., M.Sn. pembimbing dua. Permasalahan penelitian tersebut yang berjudul senjata trdisional Bugis Bone Selawasi Selatan (studi analisis jenis, bentu dan fungsi).. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan senjata trdisional Bugis Bone Selawasi Selatan (studi analisis jenis, bentu dan fungsi). Selain itu penelitian ini dimaksudkan untuk menginformasikan keberadaan senjata trdisional Bugis Bone Selawasi Selatan (studi analisis jenis, bentu dan fungsi). yang memiliki nilai seni. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan rancangan analisis kualitatif, yakni menggambarkan atau memaparkan secara langsung hasil penelitian yang diperoleh dilapangan apa adanya, sesuai dengan tujuan penelitian. Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data adalah untuk mendeskripsikan gambaran senjata trdisional Bugis Bone Selawasi Selatan (studi analisis jenis, bentu dan fungsi). dengan teknik wawancara, pengamatan (observasi) dan dokumentasi. Hasil penelitian ini dilihat dari

Jenis, bentuk dan fungsi adapu jenisnya tappi, kawali, tobo, bangkung, besssing, lamena dan kanna. Adapun bentuknya tappi ada dua yaitu lurus dan melekuk, kawali mempunyai bentuk lurus, runcing dan memiliki bilah yang lonjong, adapun fungsinya yaitu fungsi sebagai senjata, fungsi sebagai identitas diri, fungsi sebagai peralatan dalam upacara adat, fungsi sebagai benda pusaka, fungsi sebagai peralatan sehari-hari dan fungsi sebagai atsesoris ata cendramata.

(10)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

x DAFTAR ISI Halaman HALAMAN SAMPUL ... i LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

SURAT PERJANJIAN ... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR SKEMA ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ...xii

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang ...1

B. Rumusan Masalah ...4

C. Tujuan Penelitian...4

D. Manfaat Hasil Penelitian ...5

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR ...6

A. Kajian Pustaka ...6

B. Kerangka Pikir ...20

BAB III METODE PENELITIAN...21

(11)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

xi

B. Tujuan Penelitian……… ...21

C. Lokasi Penelitian ...21

D. Objek Penelitian ...22

E. Definisi Operasional Variabel ...22

F. Desai Penelitian ...24

G. Teknik Pengumpulan Data ...25

H. Teknik Analisis Data ...27

I. Jadwal Penelitian ...29

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……….. ...30

A. Penyajian Hasil Penelitian ……….. 30

B. Pembahasan ………..45

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………..56

A. Kesimpulan ... 56

B. Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP

(12)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

xii

DAFTAR SKEMA

Skema Uraian Halaman Skema 1. Kerangka Pikir ... 20 Skema 2. Desain Penelitian ... 24 Skema 3. Model Analisis Interaktif... 28

(13)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Uraian Halaman

Gambar 1. Kawali Cippa Cikedong 15

Gambar 2. kawali lagecong 16

Gambar 3 kawali raja 17

Gambar 4. Tappi’ atau keris todeceng 32

Gambar 5 Tappi’ sapukala 32

Gambar 6. Tappi’ atau keris la makkawa 33

Gambar 7 Kawali cippa cikadong 33

Gambar 8 Kawali malela 34

Gambar 9. Kawali madakapeng tungke 34

Gambar 10. Kawali la sabbara 35

Gambar 11. Kawali la bec’cu pong 35

Gambar 12. Kawali la lotong 36

Gambar 13. Kawali pesse/di pijat 36

Gambar 14. Tobo sari dan tobo sasa 37

Gambar 15. bangkung/parang 37

Gambar 16. Alameng tata rapeng 39

Gambar 17 . Kalewang 39

(14)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

xiv

Gambar 19. Bessing atau Tombak leco raja 40 Gambar 20. Bessing atau Tombak parambu 40 Gambar 21. Lamena atau Baju perang Bugis 41 Gambar 22. Kanna atau Tameng perang Bugis 41

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kebudayaan pada dasarnya a dalah ungkapan dari kreativitas dan berbagai aspek kehidupan manusia, baik yang bersifat batiniah maupun yang rohania. (Sastrio Haryanto, 2006;1). Dalam kehidupan perlu adanya keseimbangan antara kebutuhan batiniah dan rohaniah. Kedua sifat tersebut diharapkan dapat membentuk tatanan kehidupan yang harmonis jika kebutuhannya sama-sama terpenuhi.

Salah satu dari berbagai cara manusia membudayakan dirinya adalah dengan melestarikan nilai-nilai budaya dan memahami makna yang terkandung didalamnya. Kebudayaan berasal dari sansekerta, yaitu budhayah (jamak) dan budhi (tunggal) yang berarti akal, manusia berpikir dengan penuh kesadaran, mengenal keyakinan, logika, etika dan estetika. Dengan demikian pangkal manusia. Budaya dari tiap daerah perlu dilestarikan, dijaga dan dikembangkan melalui langkah-langkah nyata dengan mempelajari sejarah yang memeliki refrensi keilmuan, serta memelihara bukti fisik peninggalan leluhur beruapa situs-situs masa lalu, naskah-naskah, prasasti, perkakas dan benda cagar budaya, yang semua itu dapat memberikan informasi masa lalu.

Manusia masa kini menganggap dirinya dapat menaklukkan alam, yang dianggap komoditas kehidupan. Namun kenyataannya pengalaman membuktikan mereka hanyalah bagian dari alam itu sendiri. Menaklukkan alam berarti

(16)

memusnakan diri sendiri sebab alam bukan untuk para penghuninya, melainkan terdiri dari penghuninya.

Dalam suatu budaya khususnya kalangan masyarakat suku Bugis Bone hanya sedikit yang berminat untuk mengetahui budayanya, banyak elemen yang tidak mengetahui budaya dan sejarahnya sendiri, kalaupun ada diaplikasikan kedalam pemahaman-pemahaman yang tidak sesuai dengan fakta sejarah, bahkan banyak informasi yang diindikasikan menyesatkan.

Atas dasar uraian tersebut, penulis sangat tertarik dan merasa akan beruntung jika dapat melestarikan peninggalan-peninggalan budaya bangsa dengan mempelajarai dan memahami nilai sejarah serta mempertahankan hasil karyanya. Melestarikan budaya berarti kita harus mengakaji, mempelajari dan memahami nilai-nilai sejarah. Dari sekian banyak peninggalan karya budaya yang ada, penulis sangat tertarik untuk mengkaji salah satu peninggalan karya budaya Sulawesi Selatan, khusunya Bugis Bone yaitu; Senjata tradisional yang digunakan untuk mammusu (berperang) yang bersifat anonym dan berfungsi sebagai identitas kelompok masyarakat mereka. Karya seni tersebut memiliki karakter unik yang didalamnya memiliki nilai situs budaya sekaligus sebagai benda pusaka.

Jika senjata tradisional ini tidak diteliti, masyarakat Suku Bugis Bone akan kehilangan benda budaya peninggalan nenek moyang mereka, yang saat ini sudah tidak dipedulikan oleh sebagian masyarakat Suku Bugis Bone itu sendiri.

Ketertarikan penulis dalam meneliti senjata tradisional suku Bugis Bone karena hampir mayoritas generasi muda zaman sekarang dan termasuk saya

(17)

sebagai orang Bugis Bone memang sedikit mengetahui tentang latar belakang sejarah dan proses pembuatan, bentuk motif, dan fungsi dari senjata tradisional suku Bugis Bone.

Berdasarkan data yang diperoleh dari survey awal, senjata tradisional Bugis Bone memiliki keunikan tersendiri karena kajian kajiannya memerlukan metode tersendiri dan harus dapat membedah persoalan yang diungkap sesuai dengan rumusan masalah penelitian. Uraian ini menjadi penting, karena tidak banyak orang tahu bahwa pada senjata tradisional suku Bugis Bone memiliki nilai-nilai yang berangkat dari filosofinya yang tidak dapat dipisahkan dari lingkungan budaya setempat dimana senjata tradisional Bugis Bone hidup. Melalui disiplin ilmu seni rupa kiranya penelitian ini akan menarik untuk membuka tabir yang selama ini dianggap untuk diteliti dan dipublikasikan.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Studi Analisis Jenis, Bentuk dan fungsi Senjata Tradiosonal Bugis Bone Sulawesi Selatan” judul skripsi ini merupakan subjek

matter utama dalam penelitian ini, dengan mengambil lokasi penelitian di Kabupaten Bone Sulawesi Selatan. Dipilih lokasinya karena Kabupaten Bone merupakan suatu kerajaan besar yang ada di Sulawesi Selatan dengan peninggalan senjata tradisional.

(18)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dapat dibatasi dan dirumuskan masalah penelitian dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Jenis senjata apa saja yang menjadi senjata tradisional suku Bugis Bone Sulawesi Selatan.?

2. Bagaimana bentuk senjata tradisional Bugis Bone Sulawesi Selatan.? 3. Bagaimana Fungsi Senjata tradisional suku Bugis Bone Sulawesi

Selatan.? C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui ragam macam senjata tradisional suku Bugis Bone, yang ada di Kabupaten Bone Sulawesi Selatan.

2. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan bentuk senjata tradisional suku Bugis Bone yang berkembang di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan.

3. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan fungsi senjata tradisional suku Bugis Bone, Sulawesi Selatan.

(19)

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti

a. Peneliti ingin menambah pengetahuan dan wawasan tentang senjata tradisional Bugis Bone.

b. Peneliti dapat memberikan petunjuk adanya karakteristik tentang senjata tradisional Bugis Bone.

2. Bagi Mahasiswa

a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan dan refrensi di bidang seni.

b. Diharapkan hasil penelitian ini dijadikan sebagai data awal untuk melakukan penelitian yang lebih berkualitas tentang seni.

3. Bagi lembaga Universitas Muhammadiyah Makassar

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan dalam penelitian-penelitian selanjutnya.

b. Sebagai tolak ukur kemampuan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Makassar khususnya Program Studi Pendidikan Seni Rupa, dalam menentukan langkah kedepan mencapai tujuan yang diinginkan.

(20)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka

Pada bagian ini akan diketengahkan kerangka acuan teori yang akan digunakan sebagai landasan dalam melaksanakan penelitian. Pada dasarnya tinjauan pustaka dilakukan untuk mengetahui sasaran penelitian secara teoritis, dan pada bagian ini akan diuraikan landasan teoritis yang dapat menjadi kerangka acuan dalam melakukan penilitian. Landasan yang dimaksud ialah teori yang merupakan kajian kepustakaan dari berbagai literature yang relevan dengan masalah yang akan diteliti oleh penulis.

1. Pengertian Analisis

Analisis merupakan sebuah proses yang sisitematis, yang mempersyaratkan kedisiplinan serta keuletan. penganalisis, dalam hal ini peneliti, perlu memiliki sikap yang tekun dan tidak cepat bepurus asa, memiliki kesabaran yang cukup tangguh untuk memperhatikan, merekam, mencatat, mengelompokkan, dan memilah-milah data dengan teliti, serta mencoba mencari kaitannya satu dengan yang lain dalam keseluruhan fenomena yang diakuinya. Dalam cara kerjanya, penganalisis harus menekankan pada upaya merduksi kerumitan data yang diperoleh dalam setiap pendekatan yang digunakannya, dan mengarahkan pada interprestasi yang mantap untuk memilih mana data yang mantap untuk memilih mana data yang menjadi kasus dan mana data yang terkait dengan kasus

(21)

Analisis merupakan suatu kegiatan reflektif, bertujuan untuk bergerak dari data ke tahapan konseptual. Kegiatan ini sangat berguna bagi penelusuran refleksi tersebut (dengan menggunakan catatan lapangan/catatan harian yang terjadwal). Rekaman yang terkunci menjadi gambar besar, tetapi juga member penganalisis senantiasa harus membangun pemahamannya secara dialogis, mempertanyakan dan mencari jawaban secara reflektifndari teori, konsep, fakta, dan realitas dalam kaitannya secara timbale balik, dan dalam konteksnya secara menyeluruh. Tujuan luas dari analisis adalah mencari makna dan memahaminya.analisis bermula dengan meletakkan dan memperhitungkan semua data dalam rangka memperoleh pemahaman yang menyeluruh. Data kemudian di bagi ke dalam unik-unik kebermaknaan dengan cara dikelompokkan atau dikategorikan, namun tetap berkaitan secara menyeluruh perlu di pertahankan.

Dalam kegiatan analisis, data senantiasa perlu di kategorisasikan baik dalam kaitannya dengan beberapa system yang disusun, misalnya, kriteria yang berkaitan dengan pertanyaan penelitian dan/atau kerangka konseptual maupun “diinterogasi” melalui proses induktif yang memunculkan kategori-kategori sebagai hasilnya. Peneliti juga perlu memiliki pertimbangan yang jelas dan tersurat bagi kriteria yang digunakannya dalam analisis, sehingga criteria tersebut dapat diterapakan secara tetap dan tidak berubah-ubah.

Peralatan intelektual yang utama dalam melaksanakan analisis adalah perbandingan. Tujuan yang hendak dicapai dalam kegiatan ini yaitu, mencari dan menemukan kesamaan-kesamaan dan/atau perbedaan-perbedaan dengan cara melakukan upaya perbandingan dan pengembangan kontras. Cara ini akan

(22)

bergunadalam rangka membentuk kategori, menegaskan batas-batas, menemukan ketidak tetapan, mencari pola dan hubungan-hubungan, dan memberikan gambaran yang lebih besar di balik rincian-rincian khusus. Analisis merupakan suatu kegiatan yang bersifat eklektik. Peneliti harus bermain dengan data, dan kemudian ia harus membenamkan diri dan menghayati data itu dengan seksama. Keterlibatan kreatif seorang penelitidalam hal ini menjadi persyaratan penting, namun demikian semua upaya yang dilakukan itu harus ditulis bagi pertanggungjawaban analisis.

Terdapat berbagai sarana visual untuk memilih dan menyusun data ketika melaksanakan analisis, misalnya, sebuah matrik, peta pemikiran, diagram jejaring, dan lain-lain; bagi suatu teks dapat juga dilakukan dengan cara menandai, member pengodean dengan warna (berkaitan dengan kriteria), menambahkan catatan-catatan dan komentar, penyajian grafis, kartu tik (catatan-catatan). Untuk melaksanakan analisis, peneliti dapat mencoba sarana yang berbeda-beda. Pertimbangan penting untuk hal ini yaitu penyajian yang berpariasi itu bertujuan memberi informasi atau gambaran yang lebih jelas, mudah dipahami dan ringkas, tetapi dengan muatan informasi yang padat. Proses seperti ini bersifattentatifdan harus dipersiapkan sejak awal, tampa perlu jauh-jauhsebelumnya menguncinya jadi sebuah kesimpulan.

Dalam banyak wilayah penelitian (yang mencakup kajian tentang manusia, hasil penelitian perlu dinegosiasi antara peneliti dan pelaku yang menjadi sasaran kajiannya. Negosiasi perlu dilakukan dalam rangkah memperoleh makana yang dimiliki bersama dan masyarakat yang menjadi sasaran kajian.

(23)

Berkaitan dengan hal itu, disarangkan agar peneliti tetap berfikir skeptic dan waspada terhadap bukti-bukti yang terbatas. Jika bukti tidak memadai, maka peneliti harus mengakuinya.

Penganalisis perlu nsenantiasa mengembangkan strategi alternative, misalnya bekerja dengan dua cara; bergerak secara cepat dan imaginative untuk menciptakan wawasan di satu sisi, dan bekerja dengan hati-hati dan metodologis guna merapatkan pembacaan dan fefleksi pada sisi yang lain. Suatu interprestasi berkembang atau bergerak dengan perlahan baik secara visual maupun wacana. Berkaitan dengan hal ini, sangat penting bagi seorang penganalisis untuk melihat kembali data mentah hasil penelitian lapangan untuk meyakinkan bahwa sebuah “mata rantai bukti” dan rangkaian pemahamannya jelas serta dapat di pertanggungjawabkan.

Hasil analisis menunjukkan beberapa jenis sistesis dan interprestasi pada tahapan yang lebih tinggi. Walaupun ban yak analisis mengambil bagian di dalamnya, tujuan akhir analisis adalah memunculkan suatu gambaran menyeluruh yang lebih luas, misalnya sebuah ringkasan yang terpadu, deskripsi pola/tema, identifikasi struktur yang mendasar, konsep atau teori baru, dan makna baru/alternatif. Analisi tidak pernah tuntas dan benar-benar berakhir. Analisis merupakan suatu kegiatan yang melengkapi suatu tahapan ketika pertanyaan ataau butir khusus telah diarahkan. Dengan demikian menjadi penting bagi peneliti untuk menytakan ruang lingkup atau batas-batas analisisnya. Analisis berakhir hanya sesudah data baru tidak lagi menumbuhkan wawasan baru yang lebih dalam, (Rohidi, 2012 : 230-233).

(24)

Marshal dan Rossman Rohidi dalam, (2012 : 233) Merinci prosedur analitik secara khusus kedalam tujuh tahapan, yaitu: (a) mengorganisasi data, (b) masuk dan membenamkan diri dalam data, (c) mengembangkan kategori dan tema, (d) mengode data, (e) menawarkan interprestasi melalui memo-memo analitik; (f) mencari pemahaman alternative, dan (g) menulis laporan atau format lainnya untuk menunjukkan kajiannya, setiap tahapan analisis data memerlukan reduksi data, ketika tumpukan data yang dikumpulkan di susun kedalam satuan-satuan data yang teratur, dan interpretasi, ketika peneliti melekatkan makan dan pemahamannya pada karya seni, tindakan-tindakan pelaku, dan peristiwa dalam kajiannya.

2. Pengertian Bentuk

Bentuk adalah struktur artikulasi sebuah hasil kesatuan yang menyeluruh dari suatu hubungan yang saling terkait, istilah penyajian sering didefenisikan cara menyajikan, proses dan penampilan.

Bentuk adalah merupakan totalitas dari pada karya seni itu sendiri. Bentuk itu merupakan organisasi atau suatu kesatuan dari komposisi dengan unsur pendukung karya lainnya. Ini di jelaskan lebih lanjut oleh Dharsono, bahwa ada dua macam bentuk yaitu :

1. Bentuk Visual

Bentuk Visual sifatnya “arsitektural” yaitu bentuk fisik dari sebuah karya seni atau kesatuan dari unsur-unsur pendukung karya seni tersebut.

(25)

2. Bentuk Khusus

Bentuk khusus yaitu bentuk yang tercipta karena adanya hubungan timbal balik antara nilai-nilai yang di pancarkan oleh fenomena bentuk fisik terhadap tanggapan kesadaran emosional, atau yang disebut “arsitektonik, Darsono dalam Meisar Ashari (2014 : 4)

Sementara itu menurut Situmorang, (2008: 34) Bentuk adalah sebuah istilah inklusif yang memiliki beberapa makna. Ia dapat merujuk pada penampilan eksternal yang dapat dikenali, seperti kursi atau tubuh manusia yang mendudukinya. Ia juga secara bias secara tidak langsung merujuk pada suatu kondisi khusus dimana sesuatu bertindak atau memanifestasikan dirinya sendiri, misalnya ketika kita membicarakan tentang air didalam bentuk es atau uap.

Bentuk fisik sebuah karya dapat diartikan sebagai konkritisasi dari sabject matter tersebut dan bentuk psikis sebuah karya merupakan susunan dari kesan hasil tanggapan. Hasil tanggapan yang terorganisir dari kekuatan proses imajinasi seorang penghayat itulah, maka akan terjadilah sebuah bobot karya atau arti (ini) sebuah karya seni disebut juga makna, (Dharsono, 2007 : 33)

3. Pengertian Fungsi

a. Fungsi dan Nilai-nilai dalam senjata tradisional

Bagi orang, setidaknya ada tiga fungsi yang terkandung dalam senjata tradisional, Syakni fungsi artistik, fungsi spiritual, dan fungsi keamanan. Fungsi artistik berhubungan dengan seni yang terkandung pada senjata tradisional, di mana senjata tradisional di perlukan bukan hanya perkakas, melainkan selayaknya

(26)

perhiasan. Untuk menunjang penampilannya, senjata-senjata tradisional yang senantiasa dirawat dengan apik, oleh sang pemilik disematkan sedemikian rupa di tubuhnya, baik di pinggang sebelah kanan atau kiri, dengan derajat kecodongan tertentu.

b. Fungsi spiritual

Fungsi spiritual, juga mengandung arti bahwa si pemilik memakai senjata sebagai pusaka yang memiliki tuah, yang bisa mengirim energi tertentu kepadanya. Bahkan konon, dahulu adalah biasa bagi seorang ayah untuk memintakan seorang empu (panre besi) untuk membuat senjata tertentu untuk anaknya, agar pusaka itu bisa membangun kerakter si anak dan berhasil merai cita-citanya. Penyerahan senjata dari ayah pada anaknya juga berarti sebuah pengakuan akan kedewasaan si anak, yang dianggap telah mampu bertanggung jawab.

c. Fungsi keamanan

Fungsi keamana tidak lain adalah bahwa senjata merupakan sarana untuk membentengi si pemilik dari ancaman-ancaman yang bias mencelakakannya. Dalam bahasa sederhana, senjata merupakan untuk berjaga-jaga dan melindungi diri

(27)

4. Eksplantasi Badik / Kawali

a. Pengertian Badik / Kawali

Badik atau kawali adalah senjata tajam yang berasal dari Sulawesi dan paling banyak digunakan oleh masyarakat Bugis Bone. Badik diposisikan di bawah Keris, untuk itu banyak sekali masyarakat Bugis Bone yang memiliki Badik dengan tidak memandang strata sosial dari pemakai. Begitu umum dan kuatnya pemakaian Badik bagi suku Bugis Bone sehingga dikatakan bahwa Badik adalah teman setia lelaki Bugis Bone. Sama halnya dengan Keris, Badik juga didapat secara turun temurun dan terutama apabila si penerima ingin merantau atau beranjak dewasa. Hingga saat ini masih dapat dijumpai pande (Panre) Badik di daerah Sulawesi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Pekerjaan menempa senjata adalah pekerjaan yang sangat tua umurnya, Pekerjaan pembuatan senjata tajam oleh pandai besi (Panre besi) dalam masyarakat merupakan pekerjaan yang di pandang terkemuka di pandang tinggi bukan saja karna kepandaiannya menempah besi atau baja, akan tetapi karna keahliannya memberi watak tertentu kepada senjata yang dibuatnya untuk memberi pengaruh kepada pemesannya. Serta kesanggupannya berhubungan dengan dewa-dewa atau roh-roh gaib di daerah bugis dikenal macam macam Badik yang mereka Sebut “ Kawali ” seperti Kawali Gecong, Kawali Cippa Cikedong dan sebagainya.

Menurut pandangan orang Bugis Bone, setiap jenis badik memiliki kekuatan sakti (gaib). Kekuatan ini dapat mempengaruhi kondisi, keadaan, dan proses kehidupan pemiliknya. Sejalan dengan itu, terdapat kepercayaan bahwa

(28)

badik juga mampu menimbulkan ketenangan, kedamaian, kesejahteraan dan kemakmuran ataupun kemelaratan, kemiskinan dan penderitaan bagi yang menyimpannya. Untuk kekuatan yang ada pada badik adalah ditentukan oleh doa atau pembuatannya..

b. Jenis badik/kawali

Secara umum badik terdiri atas tiga bagian, yakni hulu (gagang) dan bilah (besi), serta sebagai pelengkap adalah warangka atau sarung badik. Disamping itu, terdapat pula pamor yang dipercaya dapat mepengaruhi kehidupan pemiliknya.

(29)

1. Kawali / Badik Cippa Cikedong

Gambar 1. Kawali Cippa Cikedong

(Sumber : http://iqbalxnrl.blogspot.com/2012/11/macam-macam-badiksenjata-khas-bugis.html#ixzz2zAf9b140)

Kawali ini merupakan salah satu dari jenis Kawali yang memiliki pamor yang sangat indah dan memiliki karakteristik tersendiri, jenis badik ini berasal dari tanah Luwu karena bentuk fisik dari Kawali ini agak membungkuk (hampir sama dengan jenis badik Luwu) keindahan yang dimiliki Kawali ini terdapat pada bilahnya yang memiliki retakan pada tengah bilah Badik dari punggung Badik/kawali. Tuahnya adalah membuat pemiliknya disenangi oleh siapa saja yang melihatnya.

(30)

2. Kawali / Badik Lagecong

Gambar 2. kawali lagecong

(Sumber : http://iqbalxnrl.blogspot.com/2012/11/macam-macam-badiksenjata-khas-bugis.html#ixzz2zAf9b140)

Kawali lagecong, Kawali bugis satu ini dikenal sebagai Kawali perang, banyak orang mencarinya karna sangat begitu terkenal dengan mosonya (racunnya), banyak orang percaya bahwa semua alat perang akan tunduk pada Kawali gecong tersebut. Panjang gecong biasanya sejengkalan orang dewasa, pamor lonjong, bentuknya lebih pipih, tipis tapi kuat. Dan dilihat dari gambar sebelumnya (gambar 2) Ragam Hias pada sarung Kawali lagecong ini lebih sederhana, karena kurangnya ukiran pada sarung Kawali ini kelihatan simpel dan sederhana.

(31)

3. Kawali / Badik Raja (gecong raja, bontoala)

Gambar 3. kawali raja

(Sumber : http://iqbalxnrl.blogspot.com/2012/11/macam-macam-badiksenjata-khas-bugis.html#ixzz2zAf9b140)

Kawali ini bilahnya agak besar ukurannya 20-25 cm, bentuk bilahnya agak membungkuk dari hulu agak kecil kemudian melebar kemudian meruncing. Ragam Hias pada sarung Kawali raja (lihat gambar 3) sangat jelas terlihat, hampir seluruh permukaan sarung badik dipenuhi dengan ukiran-ukiran yang bermotif.

(32)

Kawali ini bagaikan terpisah dari bagian kiri dan kanan dan juga pada bilah Kawali ada lubang kecil.

Pada bagian sarung badik (lihat gambar 5) terlihat hanya logam polos tanpa dihiasi ukiran atau pola-pola ragam hias,hanya ada sedikit ukiran pada kayu bagian atas sarung Kawali.

5. Motif Hias Senjata Tradisional.

Motif senjata tradisional beraneka ragam dari motif senjata tradisional itu yang menyebabkan perbedaan-perbedaan nama senjata tradisional. setiap motif itu mengandung makna dan fungsi tersendiri. bahkan tidak sedikit masyarakat mempercayai kagaiban di setiap motif senjata tradisional

Salah satu contoh motif senjata tradisional suku Bugis Bone. yaitu badik “kawali” yaitu Kawali Lagemme’ Silampa yang memiliki motif berupa urat (ure„) yang membujur dari pangkal ke ujung. Memiliki makna tersebut senantiasa akan memberikan keselamatan dan kesejahteraan dalam kehidupannya bersama dengan segenap kaum kerabatnya. Sedangkan Kawali Lasabbara memiliki makna untuk mendapatkan kesabaran

Bila dipercaya terdapat kawali yang mengandung kebaikan, demikian pun sebaliknya terdapat kawali yang mengandung kesialan. Kawali suke puli adalah kawali yang dianggap amat buruk bagi siapapun, Kawali Latemmewa merupakan badik yang sangat tidak baik, karena dipercaya badik ini tidak dapat menjaga wibawa dan kehormatan pemiliknya, bahkan kawali ini dapat membunuh orang yang memilikinya.

(33)

Sejalan dengan kepercayaan tersebut, terdapat Kawali Lamalomo Malaweng Tappi’enngi yang memiliki motif berupa guratan tanda panah pada bagian pangkalnya. Dipercaya, pemilik badik ini seringkali terlibat dalam perbuatan zina. Badik ini memiliki kepercayaan yang berlawanan dengan Kawali Lamalomo Rialawengeng. Konon kabarnya pemilik kawali seperti ini seringkali istrinya melakukan perzinahan dengan lelaki lain.

Kawali bagi masyarakat Sulawesi Selatan mempunyai kedudukan yang tinggi. Badik/kawali bukan hanya berfungsi sekedar sebagai senjata tikam, melainkan juga melambangkan status, pribadi dan karakter pembawanya. Kebiasaan membawa Badik/kawali di kalangan masyarakat terutama suku bugis Bone dan Makassar merupakan pemandangan yang lazim ditemui sampai saat ini. Kebiasaan tersebut bukanlah mencerminkan bahwa masyarakat Sulawesi Selatan khususnya suku bugis Bone dan Makassar adalah masyarakat yang gemar

berperang atau suka mencari keributan melainkan lebih menekankan pada makna simbolik yang terdapat pada badik/kawali tersebut.

(34)

B. Kerangka Pikir

Dengan melihat beberapa atau teori yang telah diuraikan pada kajian pustaka, maka dapat dibuat kerangka atau skema yang dapat dijadikan sebagai acuan konsep berpikir tentang Senjata Tradisional Bugis Bone Sulawesi Selatan (Studi analisi jenis, bentuk dan fungsi).

Adapun skema digambarkan sebagai berikut:

Gambar 0 1. Skema

Senjata Tradisional Bugis Bone Sulawesi Selatan (studi analisis bentuk dan fungsi)

Jenis Senjata tradisional Bentuk Fungsi

(35)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif-kualitatif, yakni berusaha memberikan gambaran objektif sesuai dengan kenyataan yang sesungguhnya dilapangan, mengenai jenis, bentuk dan fungsi senjata pada senjata tradisional Bugis Bone

B. Tujuan Penelitian

Penelitian dimaksudkan agar mengetahui bagaimana jenis, bentuk dan

fungsi senjata teradisional Bugis Bone, Sulawesi Selatan sampai hasil akhir yang di dapatkan.

C. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian di Kabupaten Bone Sulawesi Selatan. Alasan dipilihnya lokasi tersebut dikarenakan di daerah tersebut meruapakan daerah yang kaya akan senjata tradisional. Daerah ini merupakan tempat pembuat senjata tradisonal suku Bugis Bone salah satunya daerah Componge Desa Lappo Ase, Desa Paccing, Kecamatan Awangpone, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan.

(36)

D. Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan sasaran atau permasalahan yang akan diteliti. Objek dari penelitian ini adalah keseluruhan dari bentuk, fungsi dan jenis senjata Bugis Bone Objek dari penelitian ini adalah panre/pandi besi di Desa Lappo Ase, Desa Paccing dan Museum Arung Palakka, di Kabupaten Bone.

E. Definisi Operasional Variabel

Untuk memperjelas ruang lingkup variabel, pada penelitian ini mengemukakan defenisi sebagai acuan di dalam mengumpulkan data. Adapun defenisi yang dimaksud sebagaiberikut:

1. Jenis Senjata Tradisional

Variable ini meliputi jenis senjata tradisional pada dasarnya apa yang dimaksud dengan jenis senjata tradisional. Senjata tradisional adalah totalitas dari pada karya seni itu sendiri jenis merupakan satu kesatuan dari komposisi dengan unusur kepercayaan karya lainnya.

2. Eksplanasi Bentuk

Variabel ini meliputi gambaran tentang jenis-jenis bentuk senjata tradisional Bugis. Pada dasarnya apa yang dimaksud dengan bentuk adalah merupakan totalitas dari pada karya seni itu sendiri. Bentuk itu merupakan organisasi atau suatu kesatuan dari komposisi dengan unsur pendukung karya lainnya. Dharsono dalam Meisar (2014:4) mengemukakan dua macam bentuk dalam karya seni, yang pertama adalah bentuk visual sifatnya „arsitektural‟ yaitu bentuk fisik dari sebuah karya seni atau kesatuan dari unsur-unsur pendukung

(37)

karya seni tersebut. Selanjutnya adalah bentuk khusus yaitu bentuk yang tercipta karena adanya hubungan timbal balik antara nilai-nilai yang dipancarkan oleh fenomena bentuk fisik terhadap tanggapan kesadaran emosional, atau yang disebut „arsitektonik‟.

3. Tinjauan Fungsi

Variabel ini meliputi bagaimana menjelaskan fungsi senjata tradisional Bugis secara komprehensif. Pada dasarnya fungsi setiap gejala kultural juga berkaitan dengan tujuan, baik individual maupun sosial, sedangkan makna dihasilkan melalui tindakan bersama, tindakan yang diselaraskan satu dengan yang lain, diorganisasikan dari tindakan-tindakan yang berbeda dari partisipan yang juga berbeda-beda.

(38)

F. Desain Penelitian

Desain penelitian ini pada hakikatnya merupakan strategi mengatur penelitian dan dibuat sebagai kerangka acuan dalam melaksanakan penelitian. Agar penelitian ini dapat terlaksana dengan baik, maka desain penelitian disusun secara terencana seperti; dapat dilihat pada skema berikut:

Gambar skema 2 : Desain penelitian Perencanaan Penelitian Pelaksanaan Penelitian Pengumpulan Data 1. Observasi 2. Wawancara 3. Dokumentasi Analisis Data Kesimpulan

(39)

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik kepustakaan, observsi lapangan, dokumentasi, dan wawancara.

1. Teknik Kepustakaan

Penelitian kepustakaan digunakan untuk memperoleh data atau literatur sekunder seperti buku-buku dan berbagai referensi berupa teori-teori yang berkaitan dan berkenanan dengan judul penelitian

2. Teknik Lapangan.

Penelitian dengan teknik lapangan digunakan untuk memperoleh data primer pada penelitian ini.Teknik lapangan yang digunakan yaitu:

a. Observasi

Observasi dilakukan untuk memperjelas deskripsi dan analis data-data yang disajikan. Jenis observasi yang dilakukan peneliti adalah observasi berperan penuh. Peneliti tidak hanya mengamati tetapi juga dapat bertanya (Sutopo, 2006:80). Selain itu, juga mendokumentasikan melalui pemotretan berbagai bentuk jenis-jenis senjata tradisional Bugis Bone. Langkah selanjutnya dengan mengidentifikasikan berbagai jenis-jenis bentuk senjata tradisional Bugis Bone.Baik jenis-jenis berdasarkan bentuk maupun dengan jenis berdasarkan pamor atau ornamennya. Selanjutnya jika ada data yang tidak didapatkan di lokasi penelitian maka diadakan observasi di Museum Negeri Lagaligo dan Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Makassar, untuk mencari jenis koleksi senjata tradisional yang terkoleksi.

(40)

b. Wawancara

Wawancara dilakukan dengan cara mendalam dengan tujuan, cara ini memungkinkan pihak yang diwawancarai untuk mendefinisikan dirinya sendiri dan lingkungannya dengan menggunakan istilah-istilah mereka, sehingga fenomena-fenomena yang diteliti tidak sekedar menjawab pertanyaan. Peneliti lebih menggali kepada subjek penelitian agar jawabannya tidak hanya sekedar jujur tetapi juga cukup lengkap atau terjabarkan. Wawancara dilakukan dengan mereka yang memiliki pertanyaan pada pokok permasalahan yang terjalin dengan akrab, secara bebas dan fleksibel. Memungkinkan kejujuran, dan kedalaman dari narasumber yang memiliki kompetensi pada disiplin keilmuan yang dibutuhkan, sehinggaakan memberikan informasi holistik sesuai yang dibutuhkan. Wawancara dibantu dengan alat perekam dan dilakukan pencatatan untuk mengetahui pandangan mereka.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan metode yang sangat signifikan, hubungannya dengan dokumen memiliki relevansi yang berkaitan satu dengan yang lainnya, namun secara etimologi mempunyai pengertian yang berbeda. Untuk itu dokumentasi dibutuhkan dan digunakan pada penelitian ini agar dapat membantu dalam hal mengumpulkan dokumen-dokumen yang dibutuhkan seperti foto-foto dan gambar untuk menganalis jenis-jenis senjata tradisional Bugis Bone.

(41)

H. Teknik Analisis Data

Proses analisis data dilakukan sejak awal bersama proses pengumpulan

data. Proses analisis data dilakukan secara terus menerus dan berkelanjutan selama masa penelitian. Penelitian menggunakan sebuah teknik analisis interaktif dengan menggunakan tiga variabel. Terhadap data-data observasi, hasil wawancara, dan studi pustaka, yaitu penyajian data, data reduksi, dan gambaran kesimpulan. Prosedur kerja dari analisis interaktif adalah tidak linear dan cenderung merupakan lingkaran kerja. Reduksi data merupakan komponen pertama dalam analisis proses selektif, pemfokusan, penyederhanaan dan abstraksi data dari catatan lapangan. Reduksi data berlangsung secara terus menerus terhadap data-data wawancara, studi pustaka dan sepanjang penelitian membuat ringkasan dari data lapangan.Sajian data merupakan suatu analisis kedua dan rakitan organisasi informasi. Deskripsi dalam bentuk narasi lengkap disusun secara logis dan sistematis, jika dibaca mudah dipahami. Sajian data ini narasi mengenai berbagai hal yang terjadi ditemukan dilapangan sehingga memungkinkan peneliti untuk menganalisis berdasarkan pemahamannya.

Penarikan kesimpulan dan verifikasi dilakukan untuk memberi kesimpulan yang cukup matang dan benar-benar bisa dipertanggungjawabkan. Model analisis interaktif dapat digambarkan sebagai berikut.

(42)

Gambar.03. Skema Model Analisis Interaktif (Sutopo, 2006:120).

Langkah selanjutnya dari penarikan kesimpulan dilakukan interaksi analisis untuk membahas rumusan masalah kedua. Dalam membahas rumusan masalah pertama digunakan interpretasi analisis dengan menggunakan pendekatan visual. Untuk membahas dengan konteks bentuk dan fungsi yang ada pada senjata tradisional Bugis Bone digunakan interaksi analisis dengan menggunakan pendekatan kajian emik dan etik dengan memperhatikan nilai-nilai budaya Bugis Bone.

(43)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pada bab ini akan disajikan data hasil penelitian yang telah dilakukan di lapangan. Data tersebut meliputi:

1) Jenis senjata apa saja yang menjadi senjata tradisional Bugis Bone Sulawesi Selatan.

2) Bagaimana bentuk senjata tradisional Bugis Bone Sulawesi Selatan. 3) Bagaimana fungsi senjata tradisional Bugis Bone Sulawesi Selatan.

1. Jenis, Bentuk dan Fungsi Senjata Tradisional Bugis Bone

Berikut ini adalah perolehan data jenis, bentuk dan fungsi senjata tradisional Bugis Bone pada seorang panre atau pandai besi di desa Lappo Ase dan Desa Paccing Kecamatan Awangpone Kabupaten Bone dengan menggunakan teknik wawancara. data penelitian ini menggunakan dua informan yang diwawancarai yaitu: (1) panre Saing (2) panre Baco wawancara pada informan satu dilakukan pada tanggal 14 april 2015 untuk memperoleh data tentang jenis, bentuk dan fungsi senjata tradisional Bugis Bone. Wawancara pada informan dua dilakukan pada tanggal 15 april 2015 untuk memperoleh data tentang jenis, bentuk dan fungsi senjata tradisional Bugis Bone.

Menurut panre Saing (wawancara, 14 april 2014), jenis dan bentuk senjata tradisional Bugis Bone lumayan banyak yaitu:

(44)

a. Jenis-jenis Senjata Teradisional Bugis Bone antara lain:

1. Tappi’ atau keris 6. Bessing atau Tombak a) Tappi’ atau keris todeceng a) Bessing leco

b) Tappi’ atau sapukala b) Bessing la salaga c) Tappi’ atau keris la makkawa c) Bessing parambu

2. Kawali atau Badik 7. Lamena / Baju perang Bugis a) Kawali cippa cikadong 8. Kanna / Tameng perang Bugis b) Kawali malela

c) Kawali madakapeng tungke d) Kawali pesse/di pijat e) Kawali la sabbara f) Kawali la bolong g) Kawali lasukku ja’na h) Kawali latemmewa

i) Kawali lamolomo tappi’engi 3. Tobo

a) Tobo sari b) Tobo sasa

4. Alameng tata rapeng dan Kalewang 5. Bangkung atau parang

(45)

b. Bentuk Senjata Tradisional Bugis Bone

Berikut ini foto bentuk senjata tradisional Bugis Bone. untuk melengkapi data yang diperoleh menggunakan teknik wawancara, Adapun bentuk senjata tradisional Bugis Bone tersebut adalah:

1 Tappi’ atau keris

a). Tappi’ atau keris todeceng

Gambar 4. Tappi’ atau keris todeceng

(sumber: foto A.Muh.Khuwais Al Qarni, 14 april 2015) b). Tappi’ sapukala

Gambar 5. Tappi’ sapukala

(46)

c). Tappi’ atau keris la makkawa

Gambar 6. Tappi’ atau keris la makkawa

(sumber: http://lascar bugies.blogspot.com/2013/03/profil-benda-benda-pusaka bone html?m:1 )

2 Kawali

a). Kawali cippa cikadong

Gambar 7. Kawali cippa cikadong

(47)

b). kawali malela

Gambar 8. kawali malela

(sumber: foto A.Muh.Khuwais Al Qarni, 14 april 2015) c). Kawali madakapeng tungke

Gambar 9. Kawali madakapeng tungke (sumber:http://raysyifa

(48)

d). Kawali la sabbara

Gambar 10. Kawali la sabbara

(sumber: foto A.Muh.Khuwais Al Qarni, 14 april 2015) e). Kawali la bec’cu pong

Gambar 11. Kawali la bec’cu pong

(49)

f). Kawali la lotong

Gambar 12. Kawali la lotong

(sumber: foto A.Muh.Khuwais Al Qarni, 14 april 2015) g). Kawali pesse/di pijat

Gambar 13. Kawali pesse/di pijat

(sumber:http://raysyifa blogspot.com/2010/02/senjata-bugis.html?m:1)

(50)

3 Tobo sari dan tobo sasa

Gambar 14. tobo sari dan tobo sasa

(sumber: foto A.Muh.Khuwais Al Qarni, 14 april 2015)

4 Bangkung/parang

Gambar 15. bangkung/parang

(51)

Gambar 15. bangkung/parang

(sumber: foto A.Muh.Khuwais Al Qarni, 14 april 2015)

Gambar 15. bangkung/parang

(52)

5 Alameng tata rapeng

Gambar 16. Alameng tata rapeng

(sumber: http://lascar bugies.blogspot.com/2013/03/profil-benda-benda-pusaka bone html?m:1 )

6 Kalewang

Gambar 17. Kalewang

(sumber: http://lascar bugies.blogspot.com/2013/03/profil-benda-benda-pusaka bone html?m:1 )

7 Bessing/Tombak

a). Bessing atau Tombak leco

Gambar 18. Bessing atau Tombak leco

(sumber: foto A.Muh.Khuwais Al Qarni, 14 april 2015

(53)

b). Bessing atau Tombak leco raja

Gambar 19. Bessing atau Tombak leco raja (sumber: foto A.Muh.Khuwais Al Qarni, 14 april 2015

c). Bessing atau Tombak param’bu

Gambar 20. Bessing atau Tombak parambu (sumber: foto A.Muh.Khuwais Al Qarni, 14 april 2015)

(54)

8 Lamena atau Baju perang Bugis

Gambar 21. Lamena atau Baju perang Bugis

(sumber: C.A.Schroder Jr.En Nap Ellers,“Ethnograpische Atlas”, 1885) 9 Kanna atau Tameng perang Bugis

Gambar 21. Kanna atau Tameng perang Bugis

(55)

c. fungsi senjata tradisional Bugis Bone tersebut adalah: 1. Tappi‟ atau keris

a). Tappi‟ atau keris todeceng tappi ini berfungsi sebagai pengganti diri bagi pemiliknya. Hal ini, tercerminkan antara lain dalam unsur perkawinan. Apabila seorang laki-laki dari keturunan todeceng, tosama dan ata maka dapat saja laki-laki bersangkutan tidak menghadiri perkawinannya. Dalam hal ini cukup si mempelai laki-laki, mengirimkan tappi’/kerisnya untuk bersanding dengan mempelai wanita.

b). Tappi’ atau keris sapukala di pakai para raja-raja bugis bone yang berfungsi sebagai senjata untuk melindungi diri dari musuh dan bisa digunakan untuk tanda atau stempel dan surat saat tidak sempat menghadiri acara pernikahan kerabat, pertemuan dan lain-lain.

c). Tappi’ atau keris la makkawa senjatai ini digunakan oleh raja Bone ke 15 la Tenri tatta Arung Palakka dalam setiap pertempuran melawan musuh kerajaan, pusaka ini memiliki ketajaman serta sangat berbisa, sehingga sekali tergores (terluka) sekejab waktu akan meninggal atau dalam bahasa bugis disebut makkawa dan tappi‟ ini sering disebut tatarapeng pusaka ini juga merupakan salah satau perlengkapan resmi dalam upacar

(56)

2. Kawali

a). Kawali cippa cikadong memiliki bilah yang pecah dan mempunyai motif atau pamor yang indah senjata ini dipakai untuk mamusuh/berperang yang berfungsi untuk melindungi diri dari musuh dan orang dulu mempercayai bisa memperbaiki hubungan pasangan suomi istri yang lagi renggang. b). Kawali malela berfungsi sebagai senjata untuk melindungi diri dari

musuh, senjata ini dipercayai orang duluh bahwa bisa mendatangkan rejeki dan biasa juga di pakai berdagang.

c). Kawali madakapeng tungke berfungsi untuk melindungi diri dari musuh dan orang dahulu mempercayai kalau kawali ini bisa digunakan untuk memikat wanita yang kita sukai.

d). Kawali pesse/di pijat berfungsi sebagai senjata untuk membela diri dari musuh kawail ini sangat mausoh atau berbisah.

e). Kawali la sabbara berfungsi untuk melindungi diri dari musuh, kawali ini bisa meredahkan amarah pemiliknya dan orang duluh menggunakan kawali ini dalam pertarungan si gajang laleng lipa (bakutikam dalam 1 sarung).

f). Kawali la bolong atau besi hitam, berfungsi untuk melindungi diri dari musuh dan salah satu kawali la lotong, kawali ini adalah kawali yang diperuntukkan untuk mamusu atau perang, sampai-sampai tdk ada binatang mampu hidup radius 100 m disekelilingnya jika kita membawa kawali ini seekor ayam pasti akan berkokok dan tidak berhenti jika kawali tersebut tidak di pindahkan.

(57)

g). Kawali la becu’pong berpungsi untuk melindungi diri dari musuh dan di gunakan untuk menikam.

3. Tobo

a). Tobo sari berfungsi sebagai senjata untuk melindungi diri dari musuh dan orang juga biasa menggunakan Tobo sari ini untuk memotong ujung sari pohon lontar atau tala (laso tah) untuk membuat tuwa atau ballo

b). Tobo sasa berfungsi sebagai senjata untuk membelah diri dan Tobo sasa ini sangat mausoh atau berbisa.

4. Alameng tata rapeng senjata ini berfungsi untuk membelah diri dari musuh dan di pergunakan sebagai perlengkapan resmi dalam upacara pelantikan dan pengangkatan Raja-Rraja Bone

5. Kalewang senjata yang berfungsi sebagai senjatau untuk membelah diri dari musah dan senjata ini yang digunakan oleh Raja-Raja Bone.

6. Bangkung atau parang berfungsi untuk membelah diri dan orang biasa menggunakan bangkung/parang ini untuk memotong pepohonan, alang-alang dan lain-lain.

7. Bessing atau Tombak

a). Tombak parambu berfungsi untuk berburuh hewan dan tombak ini sangat mausoh atau berbisah dikatakan tombak parambu karena sekali kenah, hewan buruan langsung terambu atau terlepas dari mata tombak dari tongkatnya dan tombak parambu ini menggunakan tali.

b). Tombak leco berfungsi untuk melindungi diri dari musuh dan digunakan untuk berperang, di katakana tombak leco karena mata tombak ini sangat

(58)

mausoh atau berbisah kalau di tompah atau dibersikan dengan menggunakan air jeruk nipis, air jeruk tersebut berubah menjadi hitam. c). Tombak leco raja berfungsi sebagai senjata untuk melindungi diri dari

musuh dan digunakan oleh raja saat berperang.

8. Lamena atau Baju perang Bugis adalah baju besi yang biasanya digunakan sebagai pakaian berperang. Baju ini terbuat dari untaian cincin besi yang dikaitkan satu sama lain untuk melindungi diri dari serangan senjata musuh.

9. Kanna atau Tameng perang Bugis, kanna adalah senjata yang dipergunakan untuk membela diri dari senjata lawan (prisai).

Demikian data yang diperoleh mengenai senjata tradisional bugis Bone (studi analisis bentuk,fungsi dan jenis) pada panre/pandai besi di desa Lapo Ase dan Desa Paccing Kecamatan Awangpone Kabupaten Bone.

B. Pembahasan

Pada bagian ini peneliti menguraikan hasil penelitian yang telah dilakukan di lapangan dengan mengaitkan teori-teori yang telah dikemukakan terlebih dahulu berdasarkan kenyataan yang dihadapi:

1. Jenis-jenis Senjata Tradisional Bugis Bone

A. Tappi‟ atau keris

Tappi‟ adalah senjata tajam berupa keris yang terbuat dari besi. Senjata ini disebut pula “gajang”. Adapuan jenis-jenis tappi sebagai berikut:

a. Tappi’ atau keris

(59)

c. Tappi’ atau keris la makkawa B. Kawali atau Badik

Kawali adalah senjata tajam yang berupa badik. Senjata ini terbuat dari besi dengan ujung runcing. Badik terdapat pula di daerah Makassar dan Mandar, meskipun dengan nama yang agak berbeda.

Berdasarkan motif dan sugesti kegunaannya, senjata tradisional bugis bone terdiri beberapa jenis. Pengkategorian jenis-jenis senjata tradisional bugis bone dibagi kedalam dua golongan yakni senjata yang mendatangkan manfaat dan senjata yang bisa menimbulakan atau menandakan kerugian.

Berikut ini beberapa jenis senjata tradisional bugis bone yang mendatangkan manfata yang baik atau positif:

a. Kawali malela dipercayai mendatangkan rejeki

b. Kawali cippa cikadong diprecayai untuk menyatukan pasangan yang lagi renggang.

c. Kawali madakapeng tungke dipercayai bisa memikat wanita yang kita sukai

d. Kawali la sabbara dipercayai diberi kesabarang saat kesusahan

Sedangkan senjata tradisional bugis bone yang dipercayai mampu mendatangkan energi-energi positif, terdapat pula jenis-jenis senjata tradisional bugis bone yang diyakini dapat menimbulkan hal-hal yang buruk bagi pemiliknya atau mendatangkan perbuatan-perbuatan terancam yang pernah dilakuakan oleh si pemegangnya beberapa jenis senjata tradisional bugis bone yang mengandung unsur-unsur negatif itu antara lain:

(60)

a. Kawali lasokku ja’na

Jenis kawali atau badik bugis bone yang satu ini dianggap sebagai senjata jenis yang sangat buruk dan mengan dung kesialan yang dapat menimpa si pemiliknya.

b. Kawali latemmewa

Kawali ini juga dianggap sebagai salah satau jenis kawali bugis bone yang sengat tdk baik, kawali ini dinyakini tidak dapat menjaga wi bawa dan kehormatan pemilikany, kawali ini tidak akan melakukan perlawanan kendati, ditampar oleh orang lain atau dengan kata-kata dan kawali latemmewa tidak mampu menjaga harga diri si pemeiliknya.

c. Kawali lamalomo malaweng tappi’engi

Kawali ini dipercayai bahwa jika menyimpan kawali atau badik bugus bone jenis ini, istrinya sering akan terlibat dalam perbuatan zina dengan laki-laki lain. Kawali lamalomo malaweng tappi’engi ini memiliki motif atau pamor gurarat tanda panah pada bagian pangkalnya.

C. Tobo

Tobo adalah senjata tajam yang terbuat dari besi. Senjata ini disebut pula “sari”. Adapuan jenis-jenis tobo sebagai berikut:

a. Tobo sari b. Tobo sasa

(61)

D. Alameang

Alameang merupakan salah satau jenis senjata tradisional Bugis Bone yang tidak diproduksi lagi. Bayak anggota masyarakat Bugis Bone tidak menggenal, bahkan tidak mengetahui senjata seperti Alameang dan kalewang.

E. Bessing atau tombak

Bessing adalah salah satu jenis senjata tajam yang terbuat dari besi/logam. Kalau bessing terpasang atau sebagai gagang yang terbuat dari kayu berukurang cukup panjang maka penggunaannya mirip dengan lembing adapun jenis-jenis bessing atau tombak sebagai berikut:

a. Bessing atau tombak leco b. Bessing atau tombak leco raja c. Bessing atau tombak parambu F. Lamena atau baju perang

Lamena atau baju perang ialah baju besi yang biasanya digunakan sebagai pakaian perang. Baju ini terbuat dari untaian rantai cicin besi yang dikaitkan satu dan yang lainnya, sehingga tampak seperti rajutan.

(62)

G. Kanna atau perisai

Kanna atau perisai ialah senjata yang dipergunakan untuk membela diri dari serangan senjata lawan. Kanna atau perisai ini telah dikenal dikalangan masyarakat bugis saat zaman kejayaan kerajaan-kerajaan lokal, bahkan dalam cerita rakyat “pau-paunna sawerigading”, kanna tersebut sudah digunakan, baik oleh sawerigading dan laskarnya dari luwu

Maupun oleh laskar kerajaan cina yang berpusat di latanete. 2. Bentuk Senjata Tradisional Bugis Bone

a. Tappi atau keris Bugis Bone memiliki bentuk berdasarkan jenisnya. Sampai saat ini tappi dikenal dengan dua macam bentuk yang dapat didentifikasi berdasarkan namanya, kekhasan dari bentuk tappi Bugis Bone adalah motif atau pamornya yang pariatif, dan pada bagian bilah atau warangka umumnya bentuk lurus dan bermata dua mirip seperti keris, namun pada bilah malekko atau melekuk, jumblahnya selalu pada hitungan ganjil, mulai dari tiga, tujuh, sembilan dan seterusnya, .

1. Bentuk dari Tappi sapukala mirip dengan keris tapi senjata ini bilahnya hanya lurus dan bilahnya kasar, tidak mempunyai motif seperti gambar 5. 2. Bentuk dari Tappi/keris la makkawa memiliki lekukan dibilahnya

sejumblah 5 lekukan dan cirihasnya memiliki tempat atau wanuwang terlapisi dengan emas beserta dengan pangulu atau pegangannya lihat gambar 6.

(63)

b. Kawali atau badik memiliki bentuk berdasarkan jenisnya. Namun berbagai macam jenis bentuk Kawali didentifikasi berdasarkan namanya seperti antara lain:

1. Bentuk Kawali cippa cikadong memiliki motif atau pamor seperti dau padi dan bagian tengahnya males’se atau pecah seperti gambar 7.

2. Bentuk Kawali malela bagian dari bilahnya tidak mempunyai motif tapi kasar dan didekat pangulu/pemegang kawali bilahnya kecil seperi gambar 8.

3. Bentuk Kawali madakapeng tungke lurus, runcing dan bagian bilahnya tipis mempunyai motif atau pamor dibagian bawanya mempunyai pamor seperti alat kelamin wanita liat gambar 9.

4. Bentuk Kawali pesse/di pijat lurus, runcing dan bagian perutnya lonjong seperti gamabar 13.

5. Bentuk Kawali la sabbara memiliki motif yang berbentuk bojoh atau keyong didekat panguluh atau pegangannya dan bilahnya lurus, runcing seperti gambar 10.

6. Bentuk Kawali la becu’ pong memiliki moti atau pamor, lurus dan runcing dikatakana la becu’pong karna dibagian bawa bilahnya kecil liat gambar 11.

7. Bentuk Kawali la bolong lurus dan diujung bilahnya mempunyai dua lekukan sepertgambar 12.

(64)

c. Tobo memiliki bentuk runcing dan melonjong bagian bilahnya, seperti badik Makassar adapun dua macam bentuk yang dapat didentifikasi berdasarkan namanya antara lain:

1. Bentuk Tobo sari memiliki motif dan mirip dengan ibu hamil karena bilahnya kembung seperti gambar 14.

2. Bentuk Tobo sasa tidak memiliki motif dan mirip dengan usoh atau jantung pisang, bilahnya kasar seperti gambar 14.

d. Alameng Tata Rapeng dan Kalewang ini dikenal hampir seluru wilayah permukaan suku Bugis Alameng dan Kalewang temasuk salah satu jenis senjata tradisional yang selalu digunakan dalam pertempuran adapun bentuknya anatara lain:

1. Bentuk Alameng tata rapeng panjang, lurus, runcing dan memiliki wanuwang atau tempat terlapisi dengan emas seperti gambar 16.

2. Bentuk Kalewang panjang, lurus, rucing dan pangulu atau penegangnya mirip dengan senapan seperti gambar 17.

e. Bangkung atau parang senjata yang digunakan untuk berperang adapun bentuk parang atau bangkung sebagai berikut:

1. Bentuk Bangkung atau parang ada pendek dan ada pajang, runcing dan bilahnya sangat tajam seperti gambar 15.

f. Bessing atau Tombak yang terbuat dari besi. Gagangnya terbuat dari kayu yang panjangnya sekitar 1 meter lebih, Bessing atau Tombak termasuk salah satu jenis senjata yang digunakan, baik didalam pertempuran maupun berburh binatang adapun bentuk Bessing atau Tombak sebagai berikut:

(65)

1. Bentuk Tombak leco memiliki motif pada bilahnya dan mata tombak sangat kecil, luru, runcing dan mepuyai dua sisi yang tajam seperti gambar 18.

2. Tombak leco raja tidak memiliki motif dan mata tombak melebar kesamping, mempunyai duasisi yang sangat tajam seperti gambar 19. 3. Tombak parambu memiliki kanjai atau kail, lurus, runcing dan memiliki

motof atau pamor seperti gambar 20.

g. Lamena atau baju perang terbuat dari besi yang biasanya digunakan perlengkapan perang. Baju ini terbuat dari untaian cincin besi yang dikaitkan satu sama lain, sehingga tampak seperti rajutan yang berbentuk baju. (lihat gambar 21).

h. Kanna atau perisai paada umumnya berbentuk bundar terdiri atas logam dengan ragam hias dari emas dan perak. Tinggi atau rendahnya tingkat kebangkasaan pemakainya dapat dilihat melalui banyak atau sedikitnya bagian yang terbungkus emas dan perak. Contoh kanna dapat dilihat dalam gambar 22.

(66)

3. Fungsi Senjata Tradisional

Fungsi senjata tradisional bugis bone memiliki beberapa fungsi atau kegunaan sebagai berikut:

a. fungsi sebagi senjata

fungsi senjata tradisional Bugis Bone adalah sebagai senjata untuk membela diri atau untuk digunakan ketika menghadapi duel. kawali dan senjata lainnya yang dipakai biasa dilengkapi dengan racun yang dioleskan pada bilah senjata atau besihnya. Namun, kadar racun tersebut tergantung tujuan pengguna senjata itu sendiri, apakah untuk membunuh atau hanya untuk sekedar berduel dalam pertarungan senjata yang memeng sengaja akan digunakan untuk membunh lawan tentu saja kadar racunnya lebih tinggi dari pada senjata yang dipakai untuk berduel. Sedangkan senjata untuk digunakan berduel kadar racunnya lebih rendah atau terkadang tidak terkandung racun sama sekali jika tujuannya untuk melukai musuhnya. Sasaran utama pengguna senjata dalam pertarungan biasanya untuk menikam atau menebas pada bagian tengkuk lawan sehingga ujung senjata dibuat keras. Bentuk senjata didesai pula untuk mengiris dan oleh karena itulah bagian sisi senjata biasanya sangat tajam.

b. Fungsi sebagai identitas diri

Menurut pandangan orang Bugis Bone, setiap jenis senjatamemiliki kesaktian atau kekuatan gaib. Kekuatan ini dapat mempengaruhi kondisi, keadaan, dan proses kehidupan si pemilik senjata seperti kawali. Selaras dengan hal itu, terdapat kepercayaan dalam keyakinan pada masyarakat bugis

(67)

bone bahwa senjata atau kawali juga mampu mendatangkan ketenangan dan kedamaian lahir maupun batin, kesejatraan, sertah kemakmuran.

Sebagai senjata atau kawali dipercayai pula dapat mendatangkan kesusahan, kemalaratan, kemiskinan, atau kesensaraan bagi orang yang memilikinya namun tidak benar dalam penggunaanya. Dengan demikian senjata atau kawali tidak hanya difungsikan sebagai senjata untuk membela diri dari suatau komunitas etnis atau kelompok adat dan hal itu sedah berlangsung sejak berabad- abad yang telah lampau.

c. Fungsi sebagai benda pusaka

Senjata atau kawali Bugis Bone dapat juga berfungi sebagai benda pusaka namun biasanya berlaku bagi senjata yang berusia lama mengandung nilai historis tertentu. Senjata sebagai benda pusaka pada umumnya dikeramatkan dan disucikan. Akan tetapi senjata dalam kategori ini tidak boleh digunakan untuk bertaraung, apa lagai sampai membunuh lawan. Diyakini bahwa senjata pusaka dari sarungnya maka senjata tersebut akan meminta korban lagi sebagi “makanan”nya. Selain itu, senjata pusaka biasanya berwujud lebih indah dan lebih halus terkadang diberi tambahan ornament dari emas atau permata.

d. Fungsi sebagai peralatan sehari-hari

Fungsi senjata atau kawali, tobak dan parang bagai oanga Bugis Boen sebagai peralatan sehari-hari juga menjadi fungsi utama selain sebagai senjata, sejak zaman dulu orang-orang Bugis Bone menggunakan tombak sebagai alat

(68)

untuk berburuh hewan liar maupun mencari ikan dilaut serta di gunakan dalam kehidupan sehari-hari.

e. Fungsi sebagai peralatan dalam upacar adat Bugis Bone

Pada zaaman dahulu, senjata atau kawali juga menjadi salah satu peralatan yang dipakai dalam ritual pelaksanaan upacara adat, misanya digunakan pada saat proses benyembelihan hewan korban, oleh karena itu, kawali juga menjadi sebagai benda yang suci dan harus dibersikan pada saat-saat tertentu selain itu, kawali juga salah satu pelengkap dalam event-event adat bugis lainnya misalnaya pada saat pelaksanaan upacar pernikahan dan upacar pelantikan raja-raja Bone.

f. Fungsi sebagai asesoris atau cenderamata

Seiring dengan perkembangan zaman, kawali atau senjata Bugis Bone lainya salah satu senderamata yang banyak diminati oleh para wisatawan sebagai oleh-oleh khas dari tanah Bugis Bone, kawali sebagai komoditas wisatawan ini tentunya tidak mengandung unsur-unsur megis tentu dan diasanya di produksi dalam jumblah yang banyak dalam bentuk tiruan.

Gambar

Gambar 19.    Bessing atau Tombak leco raja  40
Gambar skema 2 : Desain penelitian Perencanaan Penelitian Pelaksanaan Penelitian Pengumpulan Data 1
Gambar 6. Tappi’ atau keris la makkawa
Gambar 9. Kawali madakapeng tungke                     (sumber:http://raysyifa
+3

Referensi

Dokumen terkait

triangulasi sumber data dan triangulasi teknik atau metode pengumpulan data. Metode penelitian menggunakan teknik analisis interaktif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1)

Analisis data pada penelitian ini menggunakan model analisis data interaktif yang meliputi reduksi data, penyajian data, dan teknik penarikan kesimpulan

Pada penjamin keabsahan data peneliti menggunakan triangulasi sumber dan teknik analisis data dilakukan secara interaktif dengan proses analisis data reduksi data,

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan analisis regresi linier berganda, yang digunakan untuk mengetahui pengaruh antara variabel

Pada penelitian ini analisis data yang diperlukan berkaitan dengan pengembangan model sistem drainase jalan raya yang berkelanjutan yaitu proses analisis data yang dilakukan secara

Teknik Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini menggunakan model interaktif yang telah dikembangkan oleh Miles dan Huberman, yaitu selama proses pengumpulan data dilakukan

Ditentukan sejak awal Berkembang selama proses penelitian 7 Analisis Analisis Setelah selesai pengumpulan data Terus menerus sejak awal sampai akhir penelitian Deduktif Induktif

intensif, yaitu sesudah memperoleh data di lapangan.5 Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis sebagai berikut: 3.6.1 Analisis deduktif Dalam menganalisis data yang menggunakan