PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN RECIPROCAL TEACHING TERHADAP HASILBELAJAR IPA
SISWA KELAS V SD NEGERI 1 TULAMBEN
I Gd. Ariyasa
1, Ni Ngh. Madri Antari
2, Ni Md. Sulastri
31
Jurusan PGSD,
2,Bimbingan konseling,
3PGPAUD FIP Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail: {ariyasagede91
1, flower_bali
2, sulastri_made
3}@yahoo.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran Reciprocal teahing dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V semester I di SD Negeri 1Tulamben tahun pelajaran 2013/2014 Kecamatan kubu.
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V semester I di SD Negeri 1 tulamben Kecamatan Kubu yang berjumlah 54 orang. Sampel penelitian ini yaitu siswa kelas VA SD Negeri 1 Tulamben yang berjumlah 27 orang dan siswa kelas VB SD Negeri 1 Tulamben yang berjumlah 27 orang. Data hasil belajar IPA siswa dikumpulkan dengan instrumen tes berbentuk objektif.
Data yang dikumpulkan dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial (uji-t).
Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Reciprocal teahing dan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional. Dilihat dari hasil perhitungan rata-rata hasil belajar IPA kelompok eksperimen adalah 84,94 lebih besar dari rata-rata hasil belajar IPA kelompok kontrol adalah 68,38, sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Reciprocal teahing berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa kelas VA di SD Negeri 1 Tulamben Kecamatan Kubu.
Kata Kunci: model pembelajaran Reciprocal teaching, Hasil belajar IPA
Abstract
This research was aimed to know the differences of the result of studying science between students who got Reciprocal Teaching learning model and the students who got the conventional teaching learning model for grade V semester I at SD Negeri 1 Tulamben, Kubu Sub-district, in academic year 2013/2014.
This research is a quasi-experimental research. The population of this research was 54 students of grade V semester I at SD Negeri 1 Tulamben, Kubu Sub-district. The sample of this research was 27 students from class VA and 27 students from class VB of grade V semester I at SD Negeri 1 Tulamben, Kubu Sub-district. The data was collected by using objective test instrument and was being analyzed by using the analysis of Descriptive Statistic and Inferential Statistic Test (t-test).
This research showed that there was a significant between students who got Reciprocal Teaching learning model and the students who got the conventional teaching learning model. It was seen from the average score of experimental group which was 84.94. It was higher than the average of control group which was 68.38. It can be concluded that the implementation of Reciprocal Teaching learning model influenced the result of studying science for grade V semester I at SD Negeri 1 Tulamben, Kubu Sub-district, in academic year 2013/2014.
Keywords: Reciprocal Teaching learning model, the result of studying science.
PENDAHULUAN
Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam era global ditandai dengan dunia yang seolah-olah semakin kecil. Kecanggihan teknologi membuat jarak yang jauh bukan lagi menjadi penghalang dalam mengakses segala informasi dari berbagai negara di dunia.
Banyaknya informasi yang diperoleh bergantung pada kemampuan dalam memanfaatkan kecanggihan teknologi itu sendiri. Selain itu, perkembangan IPTEK juga menyebabkan perubahan yang sangat cepat dan dramatis dalam berbagai bidang kehidupan. Individu yang mampu bersaing dan menyesuaikan diri dengan perubahan yang ada di era globlisasi adalah individu yang memiliki prestasi dalam berbagai bidang sesuai dengan minat, bakat, dan kemampuan. Untuk menciptakan individu yang berprestasi dapat dipengaruhi oleh hasil belajar yang tinggi. Hal ini tentunya harus dimulai dari dunia pendidikan sedini mungkin, yaitu melalui pendidikan prasekolah dan pendidikan dasar.
Pada pendidikan dasar, khususnya di sekolah dasar (SD), telah dirancang berbagai mata pelajaran yang wajib diberikan kepada siswa seperti yang telah diatur dalam Permendiknas No 22 Tahun 2006 dimana disebutkan bahwa kurikulum SD/MI memuat 8 mata pelajaran inti. Salah satu mata pelajaran tersebut adalah pendidikan IPA.
Pendidikan IPA menekankan pada
pemberian pengalaman untuk
mengembangkan kemampuan siswa agar mampu menjelajahi dan memahami lingkungan alam sekitar secara ilmiah.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) disekolah umumnya memiliki peran penting dalam peningkatan mutu pendidikan khususnya dalam menghasilkan peserta didik yang berkualitas. Hal ini dikarenakan IPA di sekolah merupakan program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan sikap, dan nilai ilmiah pada siswa. Dengan demikian, dapat diartikan bahwa IPA di sekolah tidak hanya betujuan menguasai kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip.
Tetapi dapat dijadikan tempat bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri, alam sekitar, serta dapat berkembang lebih lanjut dalam menerapkannya di kehidupan sehari-hari.
Menyadari pentingnya pendidikan sains tersebut, pemerintah telah banyak melakukan upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan khususnya pendidikan di bidang sains, di antaranya: (1) melakukan perubahan dan perbaikan kurikulum 1994 menjadi kurikulum 2004 (KBK) kemudian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (2) meningkatkan anggaran pendidikan melalui alokasi APBN (20%), (3) peningkatan kompetensi guru melalui sertifikasi, (4) pengadaan serta perbaikan sarana dan prasarana sekolah melalui dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS).
Seyogyanya apa yang telah dilakukan oleh pemerintah dapat meningkatkan kualitas pendidikan sains di Indonesia.
Namun kenyataannya, kualitas pendidikan sains di Indonesia belum bisa dikatakan mengalami peningkatan.
Pengetahuan dan pemahaman sains siswa di Indonesia ternyata sangat terbatas sehingga sangat sedikit yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Rendahnya kualitas pendidikan sains diperkirakan disebabkan oleh proses pembelajaran yang berlangsung sekarang ini masih berlaku sistem pembelajaran konvensional, yang mana masih terjadi transfer ilmu pengetahuan dari guru kepada siswa secara penuh (teacher centered). Di dalam kelas pembelajaran tersebut akan mendorong anak untuk menghafal informasi, otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk menghubungkannya dengan kehidupan mereka sehari-hari. Maka dari itu, guru diharapkan dapat mengembangkan model pembelajaran, sehingga pemahaman siswa terhadap suatu mata pelajaran menjadi relatif lebih baik. Guru dituntut untuk menggunakan berbagai model pembelajaran yang lebih inovatif, untuk memacu motivasi siswa dalam belajar.
Pemilihan model dan metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan
kurikulum dan potensi siswa merupakan kemampuan dan keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru. Hal ini didasari oleh asumsi bahwa ketepatan guru dalam memilih model dan metode pembelajaran akan berpengaruh terhadap keberhasilan dan hasil belajar siswa. Karena cara mengajar dan proses pembelajaran yang digunakan oleh guru berpengaruh terhadap kualitas proses belajar mengajar yang dilakukannya, kondisi proses belajar mengajar yang baik adalah mengacu pada keterlibatan siswa dalam proses belajar itu sendiri. Melihat begitu pentingnya proses pembelajaran tersebut, maka untuk mencapai hasil belajar yang maksimal tentunya hal tersebut tidak bisa dibiarkan begitu saja.
Proses pembelajaran yang baik tentunya diharapkan mencapai hasil belajar yang baik pula atau sesuai dengan harapan yang diinginkan. Namun demikian, masih kerap ditemui dalam proses belajar mengajar khususnya mata pelajaran IPA guru menggunakan pembelajaran konvensional.
Pembelajaran lebih mengandalkan metode ceramah sehingga siswa menjadi bosan dan kurang aktif. Sedangkan IPA di sekolah dasar merupakan program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan sikap, dan nilai ilmiah pada siswa. Tujuan IPA secara umum adalah membantu agar siswa memahami konsep IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari.
Kenyataannya di SD Negeri 1 Tulamben, tujuan pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar IPA belum tercapai. Melalui observasi awal yang dilakukan menunjukan bahwa dari 54 siswa hanya 24 siswa yang memenuhi KKM. Selain itu tingkat keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran IPA masih kurang. Ini tercermin dari kurangnya keberanian siswa dalam mewujudkan minatnya, masih banyak siswa yang enggan atau takut untuk mengemukakan pendapat, rendahnya rasa ingin tahu, dan kurangnya kreatifitas pada siswa.
Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu dengan cara menggunakan model
pembelajaran inovatif yang bisa membuat siswa berminat dalam belajar IPA. Salah satu peran penting guru selain memberikan pengetahuan kepada siswa adalah membantu siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri melalui pengalaman belajar.
Strategi pembelajaran IPA di sekolah memungkinkan siswa menemukan tujuan pendidikan IPA. Hal itu memungkinkan siswa untuk mengamati lingkungan alam mereka dan mengembangkan keahlian yang dibutuhkan untuk memahami dan menjelaskan diri mereka sendiri dan lingkungannya. Salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat diterapkan dalam permasalahan tersebut adalah model pembelajaran Reciprocal Teaching .
Karena model pembelajaran reciprocal teaching merupakan suatu model pembelajaran yang mengacu pada kemandirian siswa serta memberikan siswa empat strategi membaca spesifik yang secara aktif dan sadar digunakan sebagai teks yaitu meringkas, menghasilkan pertanyaan, memprediksi, dan menjelaskan.
Strategi ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman sementara dan pada saat yang sama, memberi siswa kesempatan untuk memeriksa pemahaman mereka. Menurut Brown (dalam Agustini 2007:5), ada beberapa keunggulan dari model ini yaitu’’ 1) melatih kemampuan siswa dalam mengemukakkan pendapat, ide, dan gagasan, 2) meningkatkan kemampuan bernalar siswa, dan 3) meningkatkan kemampuan siswa dalam pemahaman konsep dan pemecahan masalah.’’ Dengan kata lain, Reciprocal Teaching memberikan lebih banyak kesempatan pada siswa untuk mengawasi pembelajaran dan pemikirannya sendiri.’’ Dilihat dari penelititian tentang model pembelajaran Reciprocal teaching yang telah dilalaksanakan oleh Gede Sumardana. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas IV SD Negeri 2 Dukuh. Dalam penelitiannya diperoleh bahwa hasil belajar IPA setelah diterapkan model pembelajaran Reciprocal teaching mengalami peningkatan yang signifikan
Berdasarkan penjelasan di atas, sangat menarik untuk dilakukan penelitian eksperimen dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Reciprocal Teaching terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V Semester ganjil SD Negeri 1 Tulamben. Dengan melakukan penelitian ini, diharapkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA dapat ditingkatkan
METODE
Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen semu (quasi experiment) karena tidak semua variabel yang muncul dalam kondisi eksperimen dapat diatur dan dikontrol secara ketat.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa Kelas V SD Negeri 1 Tulamben Kecamatan Kubu yang berjumlah 54 siswa.
Tabel 1. Daftar Jumlah Siswa per Kelas
No Kelas Jumlah siswa
1 VA 27
2 VB 27
Jumlah 54
Sampel dalam penelitian ini adalah keseluruhan dari populasi yaitu siswa kelas VA dan kelas VB.
Dan sebagian dari populasi yang diambil, yang dianggap mewakili seluruh populasi dan diambil menggunakan teknik tertentu.’’ (Agung, 2011:45). Sedangkan menurut Sukardi (2003:54), sampel adalah ’’sebagian dari jumlah populasi yang dipilih untuk sumber data.’’
Untuk mendapatkan sampel yang setara, maka dilakukan uji kesetaraan berdasarkan nilai ulangan umum siswa kelas IV semester II dari populasi yang ada dengan menggunakan rumus uji t.
Berdasarkan hasil perhitungan uji kesetaraan, diperoleh thitung= 0,61 dan ttabel=2,000. Ini berarti thitung lebih kecil dari ttabel, sehingga sampel penelitian setara
.
Dua kelas V Sekolah Dasar Negeri 1tulamben yaitu kelas VA dan VB kemudian dirandom untuk menetapkan satu kelas sebagai kelompok eksperimen (kelas yang akan belajar menggunakan model pembelajaran reciprocal teaching) dan satu kelas sebagai kelompok kontrol (kelas yang akan belajar dengan menggunakan model pembelajaran konvensional). Berdasarkan teknik tersebut, kelas VA mendapat perlakuan model pembelajaran reciprocal teaching dan kelas VB mendapat perlakuan model pembelajaran konvensional.Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang meneliti
hubungan sebab akibat dengan memanipulasi satu atau lebih variabel pada satu atau lebih kelompok eksperimental.
Hasil yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan kelompok kontrol (yang tidak dimanipulasi). Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen semu (quasi experiment) karena tidak semua variabel yang muncul dalam kondisi eksperimen dapat diatur dan dikontrol secara ketat.
Menurut Arikunto (2002:67), quasi eksperimen atau eksperimen semu adalah penelitian eksperimen yang dilaksanakan tanpa adanya kelas pembanding atau kelas kontrol. Dalam penelitian ini yang diuji keefektifannya adalah pengaruh pembelajaran dengan model Raciprocal teaching dan pembelajaran dengan model konvensional terhadap hasil belajar IPA.
Penelitian ini menggunakan rancangan post-test only control group design, yang secara prosedural mengikuti pola seperti yang ditunjukkan pada Tabel design 2.
Tabel 2. Post-test Only Control Group Design
Kelas Treatment Post-test
Eksperimen X O1
Kontrol - O2
(Sarwono, 2006:87) Keterangan:
E = kelompok eksperimen K = kelompok kontrol
O1 = post-test terhadap kelompok eksperimen O2 = post-test terhadap kelompok kontrol
X = ada treatment (model pembelajaran kontekstual) – = tidak menerima treatment
Menurut Sarwono (2006:87) menyatakan, maksud dari desain tersebut ialah ada dua kelompok yang dipilih secara random. Kelompok pertama diberi perlakuan sedangkan kelompok dua tidak. Kelompok pertama diberi perlakuan oleh peneliti kemudian dilakukan pengukuran; sedangkan kelompok kedua yang digunakan sebagai kelompok pengontrol tidak diberi perlakuan tetapi hanya dilakukan pengukuran saja.
Dalam penelitian ini diselidiki dua variabel bebas (independent) terhadap satu variabel terikat (dependent). Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu model pembelajaran Reciprocal teaching dan model pembelajaran konvensional. Sedangkan untuk variabel terikat adalah prestasi belajar IPA siswa.
Data yang diperlukan adalah data hasil belajar IPA siswa. Untuk mengumpulkan data hasil belajar tersebut, dalam penelitian ini digunakan metode tes. Tes adalah “alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan” (Arikunto, 2005: 53).
Metode tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah cara memperoleh data berbentuk suatu tugas yang dilakukan atau dikerjakan oleh seseorang atau kelompok yang dites (testee) dan menghasilkan suatu data berupa skor (interval).
Setelah menentukan kelas yang akan diperlakukan baik sebagai kelas kontrol dan kelas eksperimen, maka proses
pembelajaran dengan model Reciprocal teaching mulai diterapkan. Kedua kelas ini diberikan materi yang sama tetapi dengan model pembelajaran yang berbeda. Untuk kelas kontrol diberikan materi dengan model konvensional, sedangkan kelas eksperimen diberikan model pembelajaran Reciprocal teaching
Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data tentang hasil belajar IPA dalam penelitian ini berupa tes obyektif yang berjumlah 30 butir soal. Sebanyak 30 butir soal tersebut diberikan kepada siswa kelas V dengan tujuan validasi butir tes. Hasil validasi tes sebanyak 30 butir diberikan kepada siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol sebagai post-test.
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial.
Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui deskripsi hasil belajar IPA dengan mencari nilai mean (M), median (Md), modus (Mo), varian, dan standar deviasi.
Selanjutnya, statistik inferensial digunakan untuk melakukan uji hipotesis. Sebelum uji hipotesis, dilakukan beberapa uji prasyarat berupa uji normalitas dan uji homogenitas, sedangkan metode analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah analisis statistik uji-t dengan rumus polled varians.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data penelitian ini adalah skor hasil belajar IPA siswa sebagai akibat dari penerapan model pembelajaran reciprocal teaching pada kelompok eksperimen dan
model pembelajaran konvensional pada kelompok kontrol. Rekapitulasi perhitungan data hasil penelitian tentang hasil belajar IPA siswa dapat dilihat pada Tabel 3.
.
Tabel 3. Deskripsi Data Hasil Belajar Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Data
Statistik
Hasilbelajar IPA siswa Kelompok
Eksperimen
Kelompok Kontrol
Mean 84,94 68,38
Median 87,75 67,5
Modus 88,92 67,2
Varians 69,01646 88,88103
Standar deviasi 8,307615 9,427673
Nilai minimum 68,8 53,1
Nilai maxsimum 96,9 90,6
Rentangan 28,1 37,5
Berdasarkan Tabel 3. rata-rata Hasil Belajar IPA siswa kelompok eksperimen berada pada interval 86-91 dengan frekuensi absolut 9. Hal ini menunjukkan bahwa sebanyak 33,33% siswa memperoleh skor di sekitar rata-rata, sebanyak 22,22% siswa memperoleh skor di atas rata-rata, dan sebanyak 44,45% siswa memperoleh skor di bawah rata-rata.
Data hasil Belajar IPA siswa kelompok eksperimen dapat disajikan ke dalam bentuk poligon seperti pada Gambar 1.
Gambar 1. Kurva Poligon Data Hasil Post- test Kelompok Eksperimen
Skor Mean (M), Median (Md), Modus (Mo) digambarkan dalam grafik poligon tampak bahwa kurve sebaran data kelompok
siswa yang mengikuti model pembelajaran Reciprocal teachingmerupakan Kurva Juling Negatif karena Mo > Md> M (88,92>87,75>84,94). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar skor siswa kelompok eksperimen cenderung tinggi. Untuk mengetahui tinggi rendahnya variabel hasil belajarsiswa, skor rata-rata hasil belajar siswa dikonversikan dengan menggunakan kriteria rata-rata ideal (Xi) dan standar deviasi ideal (SDi).
0 2 4 6 8 10
53-58 65-70 77-82 89-94
Frekuensi
Gambar 2. Kurva Poligon Data Hasil Post- test Kelompok Kontrol
pada kelompok kontrol dapat Skor mean (M), Median (Md), Modus (Mo) digambarkan dalam grafik poligon tampak bahwa kurve sebaran data kelompok siswa yang mengikuti stategi pembelajaran
konvensional merupakan juling positif karenaMo < Md< M (67,2<67,5<68,38). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar skor siswa kelompok kontrol cenderung rendah.
Untuk mengetahui tinggi rendahnya variabel hasil belajar IPA siswa, nilai rata-rata hasil belajar IPAsiswa dikonversikan dengan menggunakan kriteria rata-rata ideal (Xi) dan standar deviasi ideal (SDi).
Sebelum uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan pengujian prasyarat terhadap sebaran data yang meliputi uji normalitas terhadap kelompok data tes hasil belajar IPA yang dibelajarkan dengan model Reciprocal teaching dengan kelompok yang dibelajarkan dengan model konvensional, sehingga terdapat dua buah kelompok data yang diuji. Uji normalitas sebaran data dimaksudkan untuk meyakinkan bahwa
sampel benar-benar berasal dari populasi yang berdistribusi normal sehingga uji hipotesis dapat dilakukan. Uji normalitas data hasil belajar digunakan analisis Chi Square Adapun hasil perhitungan dari uji normalitas dapat di sajikan pada tabel 4 berikut ini.
Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas Distribusi Data No Kelompok Data
χ
2hit Nilai Kritis dengan TarafSignifikansi 5% Status 1 Skor Post-test pada Kelompok
Eksperimen
4,938868 5,591
Normal2 Skor Post-test pada Kelompok
Kontrol
3,186029 9,488
NormalKriteria pengujian, jika
2hitung
2tabeldengan taraf signifikasi 5% (dk = jumlah kelas dikurangi parameter, dikurangi 1), maka data berdistribusi normal. Sedangkan, jika
2hitung
2tabel, maka data tidak berdistribusi normal. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus chi-kuadrat, diperoleh seluruh
2hitung lebih kecil dari
2tabel (
2hitung
2tabel), sehingga seluruh kelompok data berdistribusi normal.Setelah melakukan uji prasyarat yang pertama yaitu uji normalitas, selanjutnya dilakuka uji prasyarat yang ke dua yaitu uji
homogenitas. Dalam penelitian ini uji homogenitas dilakukan terhadap varians pasangan antar kelompok eksperimen dan kontrol. Uji homogenitas varian digunakan untuk meyakinkan bahwa perbedaan yang terjadi pada uji hipotesis benar-benar terjadi akibat adanya perbedaan perlakuan dalam kelompok. Uji yang digunakan adalah uji-F dengan kriteria data homogen jika Fhitung<
Ftabel. Hasil uji homogenitas varians data skor hasil belajar IPA dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini.
Tabel 5. Rekapitulasi Hasil Uji Homogenitas Varians antar Kelompok Eksperimen dan kontrol
Sumber Data Fhitung Ftabel Status
hasli Belajar
Kelompok Eksperimen
1,236418 2,01
HomogenKelompok Kontrol
Berdasarkan tabel di atas, diketahui Fhitung hasil post-test kelompok eksperimen dan kontrol adalah 1,236418. Sedangkan Ftabel dengan db pembilang = 26, dbpenyebut = 26, dan taraf signifikansi 5%
adalah 2,01. Hal ini berarti, varians data hasil post-test kelompok eksperimen dan kontrol adalah homogen.
Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui pengaruh model Reciprocal teaching terhadap hasil belajar IPA, pengujian dilakukan terhadap hipotesis nol (H0).
Berdasarkan uji prasyarat analisis data, diperoleh bahwa data hasil belajar kelompok eksperimen dan kontrol adalah normal dan homogen. Setelah diperoleh hasil dari uji
prasyarat analisis data, dilanjutkan dengan pengujian hipotesis penelitian (H1) dan hipotesis nol (H0). Untuk menguji hipotesis penelitian digunakan independent sample t- test dengan polled varians. Polled varians digunakan dalam uji hipotesis penelitian ini karena jumlah anggota sampel pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol t sama. Pengujian hipotesis tersebut dilakukan dengan menggunakan rumus polled varians dengan kriteria tolak H0 jika thitung > ttabel dan terima H0 jika thitung < ttabel. Rangkuman hasil perhitungan uji-t antar kelompok eksperimen dan kontrol disajikan pada tabel 6 di bawah ini.
Tabel 6. Rangkuman Hasil Perhitungan Uji-t hasil Belajar IPA Data Kelompok N X s2 thitung ttabel (t.s. 5%) Presatsi
Belajar
Eksperimen 27
84,94 69,01646
6,85 2,021
Kontrol 2768,38 88,88103
Berdasarkan tabel hasil perhitungan uji- t di atas, diperoleh thitung sebesar 6,85.
Sedangkan, ttabel dengan db = n1 + n2 - 2 = 27+ 27 - 2 = 52 dan taraf signifikansi 5%
adalah 2,021. Hal ini berarti, thitung lebih besar dari ttabel (thitung> ttabel), sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Dengan demikan, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan mengikuti model pembelajaran Reciprocal teaching dengan siswa yang dibelajarkan mengikuti model pembelajaran konvensional.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa hasil belajar siswa yang dicapai dengan menggunakan model pembelajaran Reciprocal teaching berbeda dengan siswa yang belajar menggunakan model
pembelajaran konvensional. Secara deskriptif, kelompok yang belajar menggunakan model pembelajaran Reciprocal teaching memiliki nilai rata-rata hasil belajar84,94 sedangkan kelompok yang belajar menggunakan model pembelajaran konvensional memiliki nilai rata-rata hasil belajar sebesar 68,38. Hal ini menunjukan bahwa hasil belajar siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran Reciprocal teaching lebih tinggi daripada siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran konvensional
Selanjutnya untuk membuktikan hipotesis dilakukan dengan uji T. Hasil uji T terhadap hipotesis penelitian yang diajukan menunjukan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar siswa antara kelompok yang belajar
menggunakan model pembelajaran Reciprocal teachingdengan kelompok yang belajar menggunakan model pembelajaran konvensional. Hal tersebut terlihat berdasarkan hasil analisis uji T dengan rumus Polled Varians yang telah dilakukan, pengaruh model pembelajaran Reciprocal teaching terhadap hasil belajar ipa siswa mempunyai nilai statistik thitung adalah 6,85 dan nilai statistik ttabel adalah 2,021.Nilai statistik tersebut menunjukkan bahwa thitung
lebih besar dari ttabel. Angka signifikan tersebut lebih kecil dari pada taraf signifikan 5%. Secara statistik hasil penelitian ini menunjukan bahwa model pembelajaran Reciprocal teaching dan model pembelajaran konvensional berbeda secara signifikan dalam pencapaian hasil belajar siswa pada taraf signifikan 5%
Secara teoretis, Model pembelajaran reciprocal teaching merupakan suatu model pembelajaran yang mengacu pada suatu kegiatan mandiri siswa melalui merangkum materi, membuat pertanyaan, menjawab sendiri pertanyaan tersebut serta menjelaskan kembali isi materi tersebut kepada pihak lain.model pembelajaran
”reciprocal teaching” diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar IPA siswa. Model pembelajaran ini sangat sesuai dengan karakteristik anak usia sekolah dasar yang mulai bekerja dalam sebuah kelompok dan sangat cocok diterapkan dalam pembelajaran IPAuntuk sekolah dasar.
Berbeda dengan model pembelajaran konvensional, model pembelajaran konvensional menekankan pada aktivitas guru. Langkah pembelajaran dengan menggunakanmodel pembelajaran
konvensional ini meliputi
apersepsi,penjelasan konsep, ilustrasi, latihan soal dan umpan balik. Siswa hanya menunggu penjelasan guru dan hanya bertanggung jawab atas segala sesuatu dalam kelompoknya. Meskipun dalam pembelajaran konvensional digunakan metode selain ceramah seperti tanya jawab dan dikusi, penekanannya tetap pada proses penerimaan pengetahuan bukan pada prosespencarian dan kontruksi pengetahuan.
Berdasarkan landasan teoretik tersebut maka model pembelajaran Reciprocal teaching memberikan peluang lebih tinggi dalam meningkatkan hasil belajar siswa dari pada model pembelajaran konvensional.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat di tarik simpulan yaitu terdapat perbedaan hasilbelajar IPA siswa antara siswa yang belajar dengan model pembelajaran reciprocal teaching dan siswa yang belajar dengan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD N 1 Tulamben tahun pelajaran 2013/2014. Rata- rata nilai kelompok eksperimen lebih besar dari pada nilai kelompok control (X1
84 , 94 :
X2 68 , 35 )
. Rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen berada pada kategori sangat tinggi dan sebagian skor cenderung tinggi, sedangkan rata-rata kelompok kontrol berada pada kategori tinggi dan sebagian besar skor cenderung rendah.
Adanya perbedaan yang signifikan ini menunjukkan bahwa pengaruh model
pembelajran reciprocal
teachingsangatberpengaruhterhadaphasilbel ajarsiswa dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional.
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disampaikan beberapa saran sebagai berikut.
1. Penelitian ini menunjukkan bahwa haasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran reciprocal teaching lebih baik daripada siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional. Oleh karena itu, disarankan kepada SD Negeri 1 Tulamben kecamatan kubu kabupaten karangasem untuk menerapkan model pembelajaran Reciprocal teaching demi peningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran sehingga pembelajaran berlangsung lebih efektif.
2. Disarankan bagi guru-guru di sekolah dasar agar lebih berinovasi dalam pembelajaran dengan menerapkan suatu model pembelajaran yang inovatif
khususnya model pembelajaran reciprocal teaching dan didukung suatu teknik belajar yang relevan untuk dapat meningkatkan hasilbelajarsiswa.
3. Disarankan bagi peneliti lain yang berminat untuk mengadakan penelitian lebih lanjut tentangmodel pembelajaran Reciprocal teaching dalam bidang IPA maupun bidang ilmu lainnya, agar memperhatikan kendala-kendala yang dialami dalam penelitian ini sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan dan penyempurnaan penelitian yang akan dilaksanakan.
DAFTAR RUJUKAN
Agung, A. A. Gede. 2011. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja:
Universitas Pendidikan Ganesha Arikunto, dkk. 2006. Prosedur Penelitian;
Suatu Pendekatan Praktik (edisi revisi VI). Jakarta: Pt Rineka Cipta.
Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan; Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara.