• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN AKHIR Rencana Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN AKHIR Rencana Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP)"

Copied!
214
0
0

Teks penuh

(1)LAPORAN AKHIR Rencana Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP). 1.1. LATAR BELAKANG Perkembangan permukiman kota rentan terhadap perkembangan yang tidak terkendali yang menyebabkan munculnya permukiman kumuh. Pemukiman kumuh merupakan masalah yang dihadapi oleh hampir semua kota- kota besar di Indonesia bahkan kota-kota besar di negara berkembang lainnya. Pengkajian tentang permukiman kumuh (slum), pada umumnya mencakup tiga segi, pertama kondisi fisiknya, kedua kondisi sosial ekonomi budaya komunitas yang bermukim di pemukiman tersebut, dan ketiga dampak oleh kedua kondisi tersebut. Kondisi fisik tersebut antara lain tampak dari kondisi bangunannya yang sangat rapat dengan kualitas konstruksi rendah, jaringan jalan tidak berpola dan tidak diperkeras, sanitasi umum dan drainase tidak berfungsi serta limbah yang belum dikelola dengan baik. Menurut undang-undang no 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Permukiman mengamanatkan kepada Pemerintah pusat maupun Pemerintah Kabupaten/Kota tentang kewajiban atas pembinaan dan penyelenggaraan Perumahan dan penyelenggaraan kawasan permukiman. Selain itu, Pemerintah juga berkewajiban untuk memelihara, memperbaiki, mencegah penurunan kualitas dan bahkan meningkatkan kualitas pada kawasan pemukiman kumuh. 1 -1.

(2) LAPORAN AKHIR Rencana Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP). Kota Bekasi menjadi salah satu kota metropolitan dan letaknya berdekatan dengan Ibu Kota DKI Jakarta. Namun, masih ada 443 hektare kawasan kumuh di Kota Bekasi. Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman, dan Pertanahan (Disperkimtan) Kota Bekasi mencatat, dari 12 kecamatan dan 56 kelurahan yang ada di Kota Bekasi, 280,65 hektare (64%) di antaranya belum tertangani. Untuk mencapainya, Kota Bekasi terus melakukan pengembangkan Program Kotaku dari pemerintah pusat. Bantuan yang diberikan itu dimanfaatkan untuk melakukan penataan drainase, penyediaan air bersih, penataan lingkungan, dan bedah rumah. Dua tahun berjalan Program Kotaku belum sepenuhnya merata di setiap lingkungan yang ada di setiap kelurahan. Hanya beberapa kelurahan saja. Tahun 2017 lalu, 56 kelurahan mendapat bantuan APBD masing-masing Rp 1 miliar dari Program Kotaku. Untuk mengintegrasikan penanganan kawasan kumuh yang ada di Kota Bekasi maka pemerintah wajib mempunyai rencana yang teritegrasi dengan seluruh kegiatan yang bertujuan mengurangi kawasan kumuh di kota/kabupaten. Rencana ini tertuang dalam rencana pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh perkotaan (RP2KPKP). RP2KPKP merupakan amanat undang – undang no 1 tahun 2011 tentang perumahan dan kawasan permukiman yang mempunyai tujuan pencegahan terhadai munculnya kawasan permukiman kumuh serta peningkatan kualitas permukiman kumuh.. 1.2. MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN Maksud Maksud dari penyusunan RP2KPKP Kota Bekasi yaitu : • peningkatan kualitas lingkungan permukiman bagi kawasan permukiman kumuh perkotaan, • pendampingan pemerintah dalam penanganan kawasan kumuh secara berkelanjutan, • aksi sinergitas antar pemangku kepentingan Tujuan Mengindetifikasi potensi dan permasalahan kawasan permukiman dalam suatu profil kawasan kumuh berdasarkan SK Kumuh, menyusun rencana kegiatan aksi komunitas sebagai bentuk perkuatan kapasitas pemerintah kabupaten/kota dengan kelompok masyarakat, menyusun dokumen perancangan berupa rencana aksi penanganan kawasan kumuh dan DED kegiatan tahun pertama peta perencanaan. Sasaran Teridentifikasinya potensi dan permasalahan kawasan permukiman berdasarkan SK kumuh, teridentifikasinya program strategis kawasan permukiman prioritas, tersusunnya dokumen rencana penanganan kawasan kumuh, tersusunnya rencana detail desain pembangunan kawasan permukiman prioritas pada tahun pertama.. 1 -2.

(3) LAPORAN AKHIR Rencana Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP). 1.3. RUANG LINGKUP. 1.3.1. Ruang Lingkup Pekerjaan Secara garis besar lingkup kegiatan penyusunan RP2KPKP terdiri dari 4 (empat) tahapan, yaitu ; 1. Persiapan, 2. Verifikasi lokasi serta perumusan konsep dan strategi; 3. Perumusan Rencana Penanganan dan 4. Penyusunan Desain Teknis. Secara rinci, lingkup kegiatan dari tiap kegiatan besar dan capaian kegiatan. Untuk lebih jelasnya mengenai lingkup pekerjaan RP2KPKP dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1.1 Keterkaitan Lingkup Kegiatan dengan Capaian dalam Kegiatan Penyusunan RP2KPKP Lingkup Kegiatan. Persiapan • Mengikuti kegiatan sosialisasi tingkat nasional •. Melakukan persiapan dan pemantapan rencana kerja. • •. Menyusun Desain Survey dan format kegiatan Menyiapkan data profil perm ukim an kumuh yang terdiri dari bas eline data kum uh atau data s tatis tik terkait Bersama dengan pemangku kepentingan melakukan verifikasi readines kriteria RP2KPKP yang meliputi  SK dan permukiman kumuh  SK Pokjanis  Surat Pernyataan Minat Kabupaten/Kota  Peta Dasar Overview kebijakan daerah dan identifikasi kesesuaian permukiman terhadap rencana tata ruang kota. •. • •. •. Melakukan kegiatan Konsolidasi Tingkat Provinsi (KTP) • Melakukan kegiatan penyiapan kelembagaan • masyarakat di tingkat kota Verifikasi Lokasi Serta Perumusan Konsep Dan Strategi • Bers ama dengan pemangku kepentingan melaks anakan koordinasi dan s inkronisasi data kumuh baik data primer maupun data sekunder • Melaks anakan s urvei dan mengolah data permukiman kumuh •. Verifikasi lokasi dan penyusunan profil permukiman kumuh. •. Melakukan pros es pem utakhiran profil kum uh yang dilaksanakan memalui Focus Group Discussion (FGD) 1 untuk verifikasi lokasi permukiman kumuh Menilai klasifikasi kekumuhan kawasan berdasarkan kriteria, indikator dan parameter kekumuhan Merumuskan arahan dis tribusi pola kolaborasi. • • • •. Capaian Kegiatan • Kesepahaman tahapan dan prosedur • penyusunan RP2KPKP • Rencana Kerja • Pendekatan dan metodologi pelaksanaan kegiatan • Desain survey dan format kegiatan • Data awal profil permukiman kumuh • Dasar SK Kumuh, SK Pokjanis, Surat Minat dan Peta • Peta Dasar Skala 1 : 25.000 untuk Kota dan 1 : 50.000 untuk Kabupaten • Peta skala 1 : 5.000 untuk skala kawas an • Peta skala 1 : 1.000 untuk skala kawas an prioritas • Hasil overview dokumen perencanaan dan kebijakan daerah • Peta kesesuaian permukiman terhadap rencana pola ruang kota/kabupaten (guna lahan permukiman • Berita acara hasil Konsolidasi Tingkat provinsi (KTP) • Terbentuknya/tersiapkannya kelem bagaan masyarakat (BKM/KSM) • hasil sinkronisasi data kumuh (primer dan sekunder) • Hasil survei berupa gambaran permukiman kumuh kabuapten/kota dan hasil pengolahan data permukiman kumuh • data hasil verifikasi lokasi (delineasi, luasan, layanan hunian dan infrastruktur) • Profil permukiman kumuh yang telah teverifikasi • Berita acara penyelanggaraan FGD 1 (verifikasi lokasi kumuh dan kawasan prioritas) • Daftar peringkat permukiman kumuh berdasarkan kriteria, indikator dan parameter kekumuhan • Menghasilkan arahan pola kolaborasi dalam 1 -3.

(4) LAPORAN AKHIR Rencana Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP). Lingkup Kegiatan. Capaian Kegiatan. penanganan permukiman kumuh penanganan permukiman kumuh Bersama dengan pemangku kepentingan • Pembagian peran dalam penanganan permukiman mengkoordinasikan peran m asyarakat dalam kumuh penanganan permukiman kum uh • Merumuskan kebutuhan penanganan kawasan • Kebutuhan penanganan kawasan permukiman permukiman kumuh • Merumuskan konsep dan strategi pencegahan dan • konsep dan strategi pencegahan dan peningkatan peningkatan kualitas kumuh kualitas permukiman kumuh • Melaksanakan Focus Group Discussion (FGD) 2 untuk • Berita acara penyelenggaraan FGD 2 (konsep dan penyepakatan konsep dan strategi strategi) Perumusan Rencana Penanganan • Merumuskan s kenario pentahapan pencapaian 0% • Desain kawasan dan skenario pentahapan kumuh dan de ain kawasan pencapaian 0% kumuh • Merumuskan rencana aksi dan memorandum • Rencana aksi pencegahan dan peningkatan kualitas keterpaduan program untuk skala kota dan s kala permukiman kumuh untuk skala kota dan skala kawasan kawasan • Rencana Inves tasi dan pembiayaan permukiman kumuh prioritas • Memorandum keterpaduan program pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh • Menentukan skala prioritas penanganan permukim an • skala prioritas penanganan permukiman kumuh kumuh berdasarkan readiness criteria dan pertim bangan lain • Mermuskan kons ep tematik & skenario pencegahan • Konsep tematik dan skenario pencegahan dan dan peningkatan kualitas kawasan kumuh prioritas peningkatan kualitas kawasan permukiman • kumuh prioritas • Menyusun Rencana Inves tasi & Pembiayaan kawasan • Rencana Inves tasi dan pembiayaan kawasan kumuh prioritas permukiman kumuh prioritas • Bersama Pemangku Kepentingan perencanaan • Terselenggaranya perencanaan partisipatif partisipatif di kawasan prioritas meliputi (pelaksanaan RKM dan penyepakatan komponen • Pelaksanaan Rencana Kerja Masyarakat (RKM) DED) di kawasan permukiman kumuh prioritas • Penyepakan Komponen DED • Melaksanakan focus group discussion (FGD) • Berita acara FGD 3 ( rencana aksi, program dan • Penyepakatan rencana aksi, program dan kegiatan kegiatan) Penyusunan Desain Teknis • Menyusun Desain Teknis, meliputi : • Peta rinci/ siteplan • Visualisasi pendukung perancangan (dokumentasi  Penyusunan peta rinci/siteplan  Penyusunan visualisasi Pendukung drone, animasi 3D)  Perancangan • Menyusun Daftar Rencana & Pengukuran Detail • Daftar rencana komponen infrastruktur Komponen Infrastruktur pembangunan tahap 1 • Data hasil pengukuran detail komponen infras truktur pembangunan tahap 1 • Menyusun Detailed Engineering Design / DED • DED (Gambar kerja, RAB, RKS) komponen (GAMBAR KERJA, RAB, RKS) infrastruktur pembangunan tahap 1 • Dokumen lelang • Melaksanakan pembahasan pleno • Menyusun dokumen RP2KPKP • Dokumen RP2KPKP • Melakukan legalisasi hasil RP2KPKP • Draft ranperwal/ranperbup RP2KPKP • •. Sumber : Buku Pedoman Penyusunan RP2KPKP, 2016. 1.3.2. Ruang Lingkup Wilayah Kegiatan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP) dilakukan pada kawasan prioritas penanganan di Kota Bekasi. Untuk lebih jelasnya dapat dlihat pada gambar di bawah ini.. 1 -4.

(5) LAPORAN AKHIR Rencana Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP). Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP) Gambar 1.1 Peta Adminstrasi Kota Bekasi. 1 -5.

(6) LAPORAN AKHIR Rencana Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP). 1.4. LANDASAN HUKUM Dasar-dasar hukum yang menjadi perhatian dalam Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP) adalah : 1. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah; 2. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun; 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 01 Tahun 2011 tentang Perumahan dan. Permukiman; 4. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan. dan Pengelolaan Lingkungan Hidup; 5. Undang - Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang; 6. Undang - Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan. Nasional 7. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung; 8. Keputusan Presiden RI No 22 Tahun 2006 tentang Tim Koordinasi Percepatan. Pembangunan Rumah Susun di Kawasan Perkotaan; 9. Peraturan Pemerintah Nomor 15 tahun 2010 tentang penyelenggaraaan penataan. ruang; 10. Peraturan pemerintah republik Indonesia Nomor 88 tahun 2004 tentang. pembinaan penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman 11. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah.. (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 45, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4385); 12. Peraturan Meneri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional. Nomor 5 Tahun 2015 tentang Izin Lokasi; 13. Inpres No.5 tahun 1990 tentang Pedoman Pelaksanaan Peremajaan Permukiman. Kumuh diatas tanah negara dan Peraturan perundangan terkait lainnya. 14. Panduan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh. Perkotaan Tahun 2016.. 1.5. INDIKATOR DAN KELUARAN 1. Indikator Keluaran Indikator Keluaran kegiatan penyusunan RPKPP ini adalah tersusunnya dokumen RP2KPKP yang mampu diimplementasikan dalam penanganan kawasan prioritas yang sudah ditentukan sehingga tercipta kawasan yang layak dan sehat. 2. Keluaran : Keluaran dari kegiatan Penyusunan RP2KPKP adalah meliputi dokumen master plan dan dokumen DED, RAB penataan kawasan kumuh yang meliputi infrastruktur dan utilitas kawasan RPKPP yang telah ditentukan. 1 -6.

(7) LAPORAN AKHIR Rencana Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP). 1.6. SISTEMATIKA LAPORAN Laporan Akhir ini disusun menurut tata urutan pemahaman dan pendalaman materi yang terkandung dalam kerangka acuan kerja serta kaidah - kaidah penyusunan laporan. Isi dokumen terdiri dari beberapa pembahasan, dimana masing-masing pembahasan menggambarkan tingkatan kedalaman materi bahasan yang saling terkait. Adapun sistemtika laporan akhir ini mencakup: Bab 1 Pendahuluan Pada bab ini berisi uraian latar belakang, maksud, tujuan, fungsi, landasan hukum, ruang lingkup, serta sistematika pembahasan laporan pendahuluan RP2KPKP Kota Bekasi Bab 2 Kajian Kebijakan Pembangunan Permukiman Perkotaan Pada bab ini akan menjelaskan mengenai kebijakan Rencana Tata Ruang Makro yangmeliputi Kebijakan Pembangunan Kota Bekasi dan gambaran umum kawasan prioritas dilihat dari berbagai aspek, meliputi aspek fisik, sarana pelayanan umum, kependudukan, mata pencaharian. Bab 3 Profil Permukiman Kumuh Kota Bekasi Pada bab ini akan menjelaskan mengenai review SK Kumuh (kolaborasi dengan rencana kerja Disperkimtan, Kotaku, P3BK, APBD serta kawasan kumuh yang sudah ditangani), identifikasi gambaran umum kawasan kumuh (kondisi fisik bangunan hunian, aksesibilitas lingkungan, kondisi saluran drainase, kondisi persampahan, kondisi air bersih, kondisi air limbah, sarana proteksi kebakaran, keterbatasan lahan untuk penanganan) dan kondisi kekumuhan Kota Bekasi. Bab 4 Identifikasi Kekumuhan dan Kebutuhan Penanganan Pada bab ini akan menjelaskan mengenai indikator dan kriteria permukiman kumuh (penetapan lokasi permukiman kumuh perkotaan, asperk penilaian kawasan kumuh) identifiksi dan analisis penilaian kondisi kumuh (identifikasi kawasan kumuh kelurahan Sumur Batu, identifikasi kawasan kumuh kelurahan Kaliabang Tengah dan penilaian kawasan kumuh) Bab 5 Konsep dan Strategi Pencegahan dan Peningkatan Permikiman Kumuh Pada bab ini akan menjelaskan mengenai konsep pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh skala kota, konsep dan strategi pencegahan dan peningkatan permukiman skalan kawasan Sumur Batu dan Kaliabang Tengah serta usulan penanganannya. Bab 6 Rencana Aksi Program Penanganan Permukiman Kumuh Perkotaan Pada bab ini akan menjelaskan mengenai rencana aksi program penangan permukiman kumuh, berupa rencana program dan rencana investasi pada lingkup penanganan skala lingkungan, kawasan dan kota.. 1 -7.

(8) LAPORAN AKHIR Rencana Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP). Pada latar belakang dijelaskan mengenai dasar pertimbangan mengapa diperlukanya RP2KPKP, dilihat dari peraturan dan undang-undang yang berlaku, yaitu UU N0 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Permukiman yang mengamanatkan kepada Pemerintah pusat maupun Pemerintah Kabupaten/ Kota tentang kewajiban atas pembinaan dan penyelenggaraan Perumahan dan penyelenggaraan kawasan permukiman. Selain itu dengan adanya Program nasional yang mendasari program penataan kawasan pemukiman prioritas adalah program kota sehat, program 100-0-100, dan program MDG’s yang salah satunya adalah memastikan kelestarian lingkungan hidup yaitu pada tahun 2019 diharapkan dapat mencapai pengembangan yang signifikan dalam kehidupan untuk sedikitnya 100 juta orang yang tinggal di daerah kumuh, dalam latar belakang juga dijelaskan adanya peningkatan jumlah penduduk Kota Bekasi yang mencapai 3 % serta Kota Bekasi memiliki 12 kawasan penanganan dan kawasan prioritas yang tersebar di 56 kelurahan. Kota Bekasi sebagai Kota metropolitan saat ini lahan yang sudah terbangun lebih dari 70%, dengan kepadatan yang terus meningkat sehingga perlu dilakukan penataan kawasan pemukiman. Penyediaan infrastruktur untuk kawasan pemukiman padat dan kawasan prioritas seringkali berbenturan dengan berbagai hal, oleh karena itu perencanaan harus dilakukan dengan cermat dan tepat.. 2 -1.

(9) LAPORAN AKHIR Rencana Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP). 2.1. ISU STRATEGIS PEMBANGUNAN PERMUKIMAN PERKOTAAN Kota Bekasi merupakan salah satu Kota terbesar dalam kawasan Jabodetabek dengan posisi strategis karena berdekatan dengan Ibukota Jakarta. Kondisi ini membuat Bekasi memiliki potensi, peluang sekaligus tantangan yang cukup besar dalam melaksanakan pembangunan perumahan dan kawasan permukiman Kota Bekasi. Pengembangan permukiman baik di perkotaan maupun pedesaan pada hakekatnya untuk mewujudkan kondisi perkotaan dan pedesaan yang layak huni (livible), aman, nyaman, damai dan sejahtera serta berkelanjutan. Permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Pemerintah wajib memberikan akses kepada masyarakat untuk dapat memperoleh permukiman yang layak huni, sejahtera, berbudaya, dan berkeadilan sosial. Pengembangan permukiman ini meliputi pengembangan prasarana dan sarana dasar perkotaan, pengembangan permukiman yang terjangkau, khususnya bagi masyarakat berpenghasilan rendah, proses penyelenggaraan lahan, pengembangan ekonomi kota, serta penciptaan sosial budaya di perkotaan. Perumahan sebagai salah satu kebutuhan dasar, sampai dengan saat ini sebagian besar disediakan secara mandiri oleh masyarakat baik membangun sendiri maupun sewa kepada pihak lain. Kendala utama yang dihadapi masyarakat pada umumnya keterjangkauan pembiayaan rumah. Di lain pihak, kredit pemilikan rumah dari perbankan memerlukan berbagai persyaratan yang tidak setiap pihak dapat memperolehnya dengan mudah serta suku bunga yang tidak murah. Berdasarkan hasil analisis & pemahaman fakta lapangan dapat diformulasikan isue yang dibedakan berdasarkan katagori lingkungan, tata ruang dan katagori perumahan dan permukiman Pemaparan akan dilengkapi dengan analisis kecenderungan dan faktor kritisnya pada masa datang serta lokasi permasalahan secara indikatif. a. Isu perumahan dan permukiman terkait lingkungan dan tata ruang. Tabel 2.1 Isue, Kecenderungan Dan Faktor Kritis Masa Datang Dan Lokasi Indikatif Isu Perumahan Dan Permukiman Terkait Lingkungan Dan Tata Ruang Isue. Kecenderungan & Faktor Kritis Masa Datang. Lokasi Indikatif. Pertumbuhan perumahan permukiman yang tinggi akibat limpahan & demand penduduk dari kota Jakarta dan Kabupaten Bekasi. Perkembangan wilayah batas kota Jakarta dan Kabupaten Bekasi dengan Kota Bekasi membentuk pola pemadatan wilayah pada batas batasnya yang melahirkan persoalan tekanan kebutuhan pembangunan rumah sehingga tumbuh perumahan dengan skala kecil oleh developer.. Kawasan pinggiran kota pada wilayah perbatasan dengan Kota Jakarta, Kabupaten Bekasi dan Kabupaten Bogor dan Kota Depok. Perkembangan perumahan permukiman pada pemanfaatan ruang bukan peruntukannya seperti kawasan lindung, , sempadan sungai yang. Sejalan dengan lemahnya pengendalian& penegakan aturan tata ruang dan tingginya kebutuhan rumah maka akan semakin membentuk kawasan perumahan permukiman yang merambah pada kawasan negative list. Perkembangan Perumahan permukiman pada wilayah yang berbatasan dengan Kota Jakarta dan Kabupaten Bekasi, Kota Depok dan Kabupaten Bogor dengan Kota Bekasi. 2 -2.

(10) LAPORAN AKHIR Rencana Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP). dinyatakan sebagi negative list (larangan) pembangunan perumahan permukiman. yang didominasi kawasan konservasi atau pada kawasan sempadan sungai. Perkembangan perumahan permukiman yang berpotensi & telah mengalami bencana banjir akibat keberadaan sungai pada wilayah dataran rendah di Kota Bekasi. Akibat faktor penggundulan hutan, timbulnya lahan kritis dan perkembangan kawasan permukiman pada wilayah hulu karena tekanan kebutuhan pembangunan permukiman terutma di Kabupaten Bogor dan Kota Depok. Pada wilayah hilir dataran rendah DAS khususnya pada kawasan perkotaan Kabupaten dan Kota Bogor akan berpengaruh terhadap Kota Bekasi pada bagian selatan yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Bogor seperti Kecamatan Pondokge, Kecamatan Pondokmelati dan Kecamatan Jatisampurna. Pemadatan perumahan permukiman pada kawasan perkotaan pada pusat pertumbuhan Kota Bekasi yang didukung keberadaan kegiatan pabrik/industri, perdagangan & jasa dan akses pada poros jalan utama. Daya tarik kedekatan tempat kerja dan pelayanan perkotaan serta kemudahan akses transportasi akan meningkatkan daya tarik bermukim, dan akibat keterbatasan lahan akan memunculkan permukiman padat.. Pada pusat kegiatan perkotaan yaitu di Kecamatan Rawalumbu, Kecamatan Bekasi Selatan, Kecamatan Bekasi Timur, Kecamatan Bekasi Barat berdekatan kawasan perdagangan, industri ,pada bantaran sungai dekat kawasan perkotaan & poros jalan utama yang melewati kawasan perkotaan. Lemahnya dukungan infrastruktur dan pelayanan pengembangan perumahan permukiman terutama pada kawasan transisi kota dalam membentuk pusat pertumbuhan wilayah. Sebagian besar wilayah selatan Kota Bekasi ditetapkan sebagai kawasan resapan air yang berarti menjadi yang sanagt dibatasi perkembangan untuk kawasan perumahan permukiman namun demikian, perkembangan perumahan komersial mengarah ke wilayah selatan, artinya tetap dibutuhkan dukungan pelayanan infrastruktur Perumahan permukiman namun hanya bersifat melayani kebutuhan lokal secara terbatas dan pembangunan perumahan dan permukiman dengan batasan-batasan yang mempertahankan sebagai kawasan resapan untuk Kota Bekasi. Pada wilayah di Kecamatan Mustikajaya, Kecamatan Pondokgede, Kecamatan Pondokmelati , Kecamatan Bantargebang dan Kecamatan Jatisampurna. Lemahnya implementasi dalam pengendalian arah pemanfaatan ruang secara umum dan khususnya pemanfaatan perumahan permukiman sebagai pemanfaatan ruang paling dominan yang pada gilirannya berpengaruh terhadap persoalan pembangunan sektor perumahan permukiman. Sektor perumahan permukiman dengan dominasi ruang yang paling dominan pada di Kota Bekasi memberi tekanan permasalahan sektoral dan ketataruangan yang saling terkait sehingga membutuhkan pendekatan penanganan sektoral & spasial untuk mengantisipasi permasalahan perumahan permukiman masa datang. Keterhubungan SKPD pendukung pembangunan sektoral & spasial secara horizontal atau vertikal (kabupaten, kota, propinsi & nasional). 2 -3.

(11) LAPORAN AKHIR Rencana Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP). b. Isu Perumahan Dan Permukiman. Tabel 2.2 Isue, Kecenderungan Dan Faktor Kritis Masa Datang Dan Lokasi Indikatif Isu Perumahan Dan Permukiman Isue Lemahnya akses pemenuhan kebutuhan rumah bagi MBR marginal karena keterbatasan daya beli rumah yang berkorelasi dengan kantong-kantong kemiskinan.. Keterbatasan lahan pembangunan perumahan relatif berdasarkan batasan lingkungan (negative list) dan ketentuan RTRW namun disisi lain kebutuhan lahan baru semakin meningkat yang berimplikasi pada perluasan & pemadatan kawasan Perumahan permukiman yang berpotensi mengokupansi kawasan negatif list. Keterbatasan infrastruktur pendukung Perumahan permukiman secara umum khususnya perumahan swadaya akibat luasnya cakupan kawasan Perumahan permukiman swadaya eksisting. Penurunan kualitas lingkungan Perumahan permukiman swadaya yang membentuk permukiman padat kumuh, minim dalam dukungan infrastruktur dan memunculkan keberadaan rumah tidak layak huni. Kecendrungan & Faktor Kritis Jumlah MBR marginal berkorelasi pada faktor sosio ekonomi lokal & kondisi makro ekonomi sehingga nilainya cenderung bertambah dan sehingga pemenuhan kebutuhan dasar rumah bagi MBR menjadi isu penting pembangunan perumahan permukiman Kota Bekasi Jumlah agregat cadangan lahan yang dapat dikembangkan untuk pengembangan Perumahan permukiman akan semakin berkurang secara eksponensial sejalan dengan pertumbuhan kawasan perumahan & permukiman baru, baik karena perkembangan perumahan swadaya eksisting dan pertambahan perumahan komersial Ketersediaan fasilitas sosial, fasilitas umum & PSU dapat terdukung pada perumahan formal atas penyediaan swasta namun keterbatasan pelayanan infrastruktur berkorelasi pada luasnya cakupan pelayanan karena perkembangan luasan perumahan swadaya Berkorelasi terhadap faktor keberadaan/ peningkatan MBR dengan faktor keterbatasan lahan dan kurangnya dukungan fasilitas & infrastruktur lingkungan.. Lokasi Indikatif Tercirikan pada perkembangan kawasan Perumahan permukiman kumuh di wilayah perkotaan di Kota Bekasi yang tersebar di 122 titik kumuh. Tercirikan pada perkembangan kawasan Perumahan permukiman secara umum di Kota Bekasi yang pesat terutma di Kecamatan Rawalumbu, Kecamatan Bekasi Utara, Kecamatan Bekasi Barat, Kecamatan Bekasi Selatan dan Kecamatan Bekasi Timur.. Tercirikan pada perkembangan kawasan Perumahan permukiman swadaya secara umum di 12 kecamatan yang ada di Kota Bekasi.. Tercirikan pada perkembangan kawasan perumahan permukiman kumuh pada 122 lokasi kawasan kumuh yang tersebar di Kota Bekasi. Sumber : Hasil Analisis, 2016. 2 -4.

(12) LAPORAN AKHIR Rencana Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP). 2.2 UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH Dalam penyelenggaraannya, pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman dilakukan secara terdesentralisasi oleh Pemerintah dan pemerintah daerah dengan melibatkan peran masyarakat. Pemerintah (baik pusat maupun daerah) akan lebih berperan sebagai pembina, pengarah, dan pengatur, agar terus dapat tercipta suasana yang semakin kondusif. Antara pemerintah dengan pemerintah daerah, juga terdapat pembagian peran dalam pengaturan, pembinaan, pelaksanaan dan pengendalian mengacu pada peraturan perundangan yang berlaku. Disamping itu agar terjadi efisiensi dan efektivitas dalam pembangunan perumahan dan permukiman, baik di kawasan perkotaan maupun di kawasan perdesaan, pelaksanaannya harus dilakukan secara terpadu (baik sektornya, pembiayaannya, maupun pelakunya) dan dilakukan berdasarkan dokumen perencanaan pembangunan dan penataan ruang yang berlaku. Pembagian peran dan kewenangan dalam pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman secara luas. Terkait penanganan permukiman kumuh, undang-undang ini mengamanatkan bahwa pemerintah pusat dapat turun langsung dalam upaya pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh perkotaan dengan beberapa prasyarat, antara lain: a. Kawasan permukiman Nasional (KSN); dan. kumuh berada. pada lingkup Kawasan Strategis. b. Kawasan permukiman kumuh memiliki luas minimal 15 Ha.. Secara rinci pembagian urusan antara pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota untuk sub urusan kawasan permukiman serta perumahan dan kawasan permukiman kumuh dapat dilihat pada tabel di bawah ini.. 2 -5.

(13) LAPORAN AKHIR Rencana Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP). Tabel 2 .3 Pembagian Urusan Pemerintah Terkait Penanganan Permukiman Kumuh No. Sub Urusan. 1. Kawasan permukiman. 2. Perumahan dan kawasan permukiman kumuh. Pemerintah Pusat a. Penetapan sistem kawasan permukiman b. Penataan dan peningkatan kualitas kawasan permukiman kumuh dengan luas 15 ha atau lebih. Pemerintah Provinsi Penataan dan peningkatan kualitas kawasan permukiman kumuh dengan luas 10 (Sepuluh) ha sampai dengan di bawah 15 (lima belas) ha. Pemerintah Kab/Kota a. Penerbitan izin pemabngunan dan pengembangan kawasan permukiman b. Panataan dan peningkatan kualitas kawasan kukuh dengan luas di bawah 10 (sepuluh) ha Pencegahan perumahan dan kawasan permukiman kumuh pada daerah kabupaten/kota. Sumber : Lampiran UU No. 23 Tahun 2014. 2.3 PERMEN PUPR NO.2/PRT/M/2016 TENTANG PENINGKATAN KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH Dalam permen PU PR ini dijelaskan mengenai kriteria-kriteria perumahan dan permukiman kumuh dilihat dari : a. Kriteria Kekumuhan Ditinjau dari Bangunan Gedung b. Kriteria Kekumuhan Ditinjau dari Jalan Lingkungan c. Kriteria Kekumuhan Ditinjau dari Penyediaan Air Minum d. Kriteria Kekumuhan Ditinjau dari Drainase Lingkungan e. Kriteria Kekumuhan Ditinjau dari Pengelolaan Air Limbah f. Kriteria Kekumuhan Ditinjau dari Pengelolaan Persampahan g. Kriteria Kekumuhan Ditinjau dari Proteksi Kebakaran h. Kriteria Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh disesuaikan dengan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan. Menjelaskan mengenai Tipologi Kawasan Kumuh, yang terdiri dari : Tipologi perumahan kumuh dan permukiman kumuh merupakan pengelompokan perumahan kumuh dan permukiman kumuh berdasarkan letak lokasi secara geografis. Tipologi perumahan kumuh dan permukiman kumuh terdiri dari perumahan kumuh dan permukiman kumuh: a. di atas a ir; b. di tepi air; c. di dataran rendah; d. di perbukitan; dan e. di daerah rawan bencana.. 2 -6.

(14) LAPORAN AKHIR Rencana Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP). Tabel 2.4 Tipologi Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh No 1. Tipologi Perumahan kumuh dan permukiman kumuh di atas air. Lokasi Perumahan kumuh dan permukiman kumuh yang berada dia tas air, baik daerah pasang surut, rawa, sungai ataupun laut. 2. Perumahan kumuh dan permukiman kumuh di tepi air. Perumahan kumuh dan permukiman kumuh yang berada tepi badan air (sungai, pantai, danau, waduk dan sebagainya) namun berada di luar garis sempadan badan air. 3. Perumahn kumuh dan permukiman kumuh di daratan rendah. Perumahan kumuh dan permukiman kumuh yang berada di daerah dataran rendah dengan kemiringan lereng < 10%. 4. Perumahan kumuh dan permukiman kumuh di perbukitan. Perumahan kumuh dan permukiman kumuh yang berada di daerah dataran tinggi dengan kemiringan lereng > 10 % dan > 40 %. 5. Perumahan kumuh dan permukiman kumuh di daerah rawan bencana. Perumahan kumuh dan permukiman kumuh yang terletak di daerah rawan bencana alam, khususnya bencana alam tanah longsor, gempa bumi dan banjir. 2.4. Keterangan. PERMEN PU NO.1/PRT/M/2014 STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.1 tahun 2014 tentang standar pelayanan minimal bidang pekerjaan umum dan penataan ruang, diamanatkan bahwa pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah dan pemerintah daerah, dimana dalam hal ini pemerintah daerah bertanggung jawab atas penurunan kawasan permukiman kumuh sebanyak 10%. Perumahan dan kawasan permukiman adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas pembinaan, penyelenggaraan perumahan, penyelenggaraan kawasan permukiman, pemeliharaan dan perbaikan, pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh, penyediaan tanah, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat. Pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh guna meningkatkan mutu kehidupan dan penghidupan masyarakat penghuni dilakukan untuk mencegah tumbuh dan berkembangnya perumahan kumuh dan permukiman kumuh baru serta untuk menjaga dan meningkatkan kualitas dan fungsi perumahan dan. 2 -7.

(15) LAPORAN AKHIR Rencana Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP). permukiman. Pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh wajib dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau setiap orang. Pencegahan Pencegahan terhadap tumbuh dan berkembangnya perumahan kumuh dan permukiman kumuh baru mencakup :. Pencegahan dilaksanakan melalui : Pengawasan dan pengendalian. a. Ketidakteraturan dan kepadatan bangunan yang tinggi b. Ketidaklengapan prasrana, sarana dan utilitas umum c. Penurunan kualitas rumah, pemumahan dan permukiman serta prasarana, sarana dan utilitas umum d. Pembangunan rumah, perumahan dan permukiman yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah a. Pengawasan dan pengendalian b. Pemberdayaan masyarakat Dilakukan atas kesesuaian terhadap perizinan, standar teknis dan kelaikan fungsi melalui pemeriksaan secara berkala sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pemberdayaan masyarakat Dilakukan terhadap pemangku kepentingan bidang perumahan dan kawasan permukiman melalui pendampingan dan pelayanan informasi Peningkatan Kualitas Peningkatan kualitas terhadap perumahAn kumuh dan permukiman kumuh didahului dengan penetapan lokasi perumahan kumuh dan permukiman kumuh dengan pola-pola penanganan :. a. Pemugaran b. Peremajaan c. Pemukiman kembali. • Penetapan lokasi. Penetapan lokasi perumahan dan permukiman kumuh wajib memenuhi persyaratan “ a. Kesesuaian dengen rencana tata ruang wilayah nasional, rencana tata ruang wilayah provinsi dan rencana tata ruang wilayah Kab/Kota b. Kesesuaian dengan rencana tata bangunan dan lingkungan c. Kondisi dan kualitas prasarana, sarana dan utilitas umum yang memenuhi persyaratan dan tidak membahayakan penghuni\ d. Tingkat keteraturan dan kepadatan bangunan e. Kualitas bangunan f. Kondisi sosial ekonomi masyarakta setempat.. 2 -8.

(16) LAPORAN AKHIR Rencana Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP). Tabel 2.5 Standar Minimal Pelayanan Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang sub bidang Keciptakaryaan No. Jenis Pelayanan Dasar. Sasaran. Indikator. Satuan. Target Cara mengukur Tahun 2019 SPM Provinsi 60 Pengukuran kondisi jalan untuk memperoleh nilai (IRI) dapat dilakukan menggunakan : a. Alat b. Metode visual dengan cara menakar nilai road condition index (RCI) yang kemudian dikonversikan ke nilai International Roughnexx Index (IRI) yang di lakukan pada kondisi tertentu )* 100 Pusat-pusat kegiatan dan pusat produksi sesuai yang tercantum pada RTRW provinis telah terhubung oleh jaringan jalan. 1. Penyediaan jalan untuk melayani kebutuhan masyarakat. Meningkatkan kualitas layanan jalan Provinsi. Persentase tingkat kondisi jalan provinsi baik dan sedang. %. 2. Penyediaan jalan untuk melayani kebutuhan masyarakat Penyediaan jalan untuk melayani kebutuhan masyarakat. Tersedianya konektivitas wilayah provinsi. Presentasi terhubungnya pusatpusat kegiatan dan pusat-pusat produksi (konektivitas) di wilayah provinsi. %. Meningkat mya kualitas layanan jalan kab/kota. Persentase tingkat kondisi jalan kabupaten/kota baik dan sedang. %. 60. Pengukuran kondisi jalan untuk memperoleh nilai IRI dapat dilakukan menggunakan alat –visual dengan cara menaksir nilai Road Condition Indeks (RCI) yang kemudian di konversikan ke nilai internasional Roughness Indeks (IRI( yang dilkaukan pada kondisi tertentu. Penyediaan jalan untuk melayani kebutuhan masyarakat Penyediaan air minum. Tersedianya konektivitas wilayah kab/kota. Presentase terhubungnya pusatpusat kegiatan dan pusat produksi di wilayah kab/kota. %. 100. Pusat-pusat kegiatan dan pusat produksi sesuai yang tercantum pada RTRW Kab/Kota telah terhubung oleh jaringan jalan. Meningkatakan kualitas layanan air minum. Persentase penduduk yang mendapatkan akses air minum yang aman. % penduduk. 81,77 %. 1. 2. 1. Contoh survey, kuesioner, dll. 2 -9. Upaya Pencapaian. Setiap pemerintah provinsi memiliki alat pengukur untuk menentukan nilai IRI Membina dan menyediakan sumber daya manusia yang dapat : a. Melakukan survei kondisi jalan menggunakan alat b. Menginterpretasikan kondisi jalan ke nilai RCI yang selanjutnya di konversikan nilai IRI (untuk mengukur menggunakan metoda visual) Melakukan pemeliharaan rutin dan pemeliharaan berkala untuk mencapai dan mempertahankan kondisi jalan baik dan sedang berdasrakan nilai IRI Setiap pemerintah provinsi melakukan pembangunan/penambahan ruas jalan yang menghungkan pusat-pusat kegiatan dan pusat-pusat roduksi yang masih belum terhubung dengan jaringan jalan Percepatan penyelesaian Peda tentang RTRW Propinsi Setiap pemerintah kabupaten/kota memiliki alat pengukur untuk menentukan nilai IRI Membina dan menyediakan sumber daya manusia yang dapat : a. Melakukan survei kondisi jalan menggunakan alat Rougometer (untuk mengukur menggunakan alat) b. Menginterpretasikan kondisi jalan ke nila RCI yang selanjutnya di konversikan nilai IRI (untuk pengukuran menggunakan metode visual) Melakukan pemeliharaan rutin dan pemeliharaan berkala untuk mencapai dan mempertahankan kondisi jalan baik dan sedang berdasrakan nilai IRI Setiap Pemerintah Kab/Kota melakukan pembangunan penambahan ruas jalan yang menghubungkan pusat-pusat kegiatan dan pusat produksi yang sasih belum terhubung dengan jaringan jalan Percepatan penyelesaian Perda tentang RTRW Kab/Kota.

(17) LAPORAN AKHIR Rencana Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP) No. 2. Jenis Pelayanan Dasar. Penyediaan sanitasi. 3. Penataan bangunan dan lingkungan. 4. Penanganan permukiman kumuh perkotaan Penyediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Publik. 5. Sasaran. permukiman perkotaan Meningkatnya kualitas sanitasi (air limbah, persampahan dan drainse). Meningkatnya tertib pembangunan bangunan gedung Berkurangnya permukiman kumuh di perkotaan Meningkatnya ketersediaan RTH. Indikator. Satuan. Target Tahun 2019. Persentase penduduk yang terlayani sistem air limbah yang memadai Persentase pengurnagan sampah di perkotaan Persentase pengangkutan sampah Persentase pengoprasian TPA. % penduduk. 60 %. Contoh survey, kuesioner, dll. % penduduk. 30 %. Contoh survey, kuesioner, dll. % penduduk. 70 %. Contoh survey, kuesioner, dll. % Pengoperasian TPA % penduduk % pengurangan genangan. 70 %. Contoh survey, kuesioner, dll. 50 % 50 %. Contoh survey, kuesioner, dll Contoh survey, kuesioner, dll. IMB. 60 %. pendataan. Persentase berkurangnya luasan permukiman kumuh di kawasan perkotaan. Ha. 10 %. Contoh survey, kuesioner, dll. Persentase tersedianya luasan RTH publik sebesar 20 % dari luas wilayah kota kawasan perkotaan. %. 50. Persentase penduduk yang terlayani sistem jaringan drainase skala kota sehingga tidak terjadi genangan (lebih dari 30 cm, selama 2 jam) lebih dari 2 kali setahun Persentase jumlah ijin mendirikan bangunan (IMB) yang di tertibkan. Cara mengukur. suevey. Upaya Pencapaian. Penertiban ares yang direncanakan menjadi RTH, penganggaran penyediaan dan pengelolaan RTH publik. Ket a. Apabila mengunakan alat pengukur ketidakrataan permukaan jalan(Nasara/Kondax/Roughometer) hasilnya sudah tidak fisable (nilai count BI >400) b. Apabila situasi lapangan tidak memungkinkan menggunakan kendaraan survei, maka menggunakan metode visual (RCI) c. Apabila tidak mempunyai kendaraan da lat survei, maka di sarankan menggunakan metode visual (RCI). 2 -10.

(18) LAPORAN AKHIR Rencana Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP). • pemugaran. • Peremajaan. • Permukiman kembali. Merupakan upaya perbaikan atau dapat pula dilakukan melalui pembangunan kembali kawasan permukiman agar menjadi layak huni Merupakan upaya untuk mewujudkan kondisi rumah perumahan, permukiman dan lingkungan hunian yang lebih baik dengan tujuan untuk melindungi keselamatan dan keamanan penghuni dan masyarakat sekitar. Untuk meremajakan suatu kawasan, terlebih dahulu perlu menyediakan tempat tinggal bagi masyarakat yang terkena dampak Peremajaan harus menghasilkan rumah, perumahan dan permukiman dengan kualitas yang lebih baik dari sebelumnya Dilakukan apablia lokasi kumuh eksisting adalah lokasi yang tidak diperuntukan bagi kawasan permukiman menurut RTRW atau merupakan lokasi yang rawan bencana serta dapat menimbulkan bahaya bagi orang yang mendiami kawasan/lokasi tersebut. Permukiman kembali merupakan upaya memindahkan masyarakat dari lokasi eksisting yang dilakukan oleh dukungan Pemerintah dan Pemerintah daerah yang juga menetapkan lokasi untuk permukiman kembali dengan turut melibatkan peran masyarakat.. Mengacu pada Undang – Undang No.1 Tahun 2011, upaya peningkatan kualitas permukiman kumuh pada dasarnya meliputi 4 (empat) tahapan utama yakni pendataan, penetapan lokasi, pelaksanaan dan pengelolaan sebagaimana yang ditunjukkan pada gambar berikut. Gambar 2.1 Proses Peningkatan Kualitas Perumahan dan Permukiman Kumuh Menurut UU No. 1/ 2011. Selain itu, UU No.1/2011 juga mengamanatkan bahwa penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman dilakukan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah dengan melibatkan peran masyarakat. Terkait hal ini, masing-masing stakeholder memiliki peran, tugas dan fungsi sesuai dengan kapasitasnya dalam penyelenggaraan kawasan permukiman, termasuk di dalamnya terkait upaya pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh, sebagaimana yang dapat dilihat pada gambar di bawah ini.. 2 -11.

(19) LAPORAN AKHIR Rencana Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP). Gambar 2.2 Struktur Pembagian Peran Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Masyarakat. 2.5 TINJAUAN KEBIJAKAN BERDASARKAN HASIL REVIEW KEBIJAKAN BERDASARKAN SPIPP Beberapa produk kebijakan spatial plan dan development plan terkait dengan hasil review yang dilakukan Tim SPPIP yang terkait dengan pengembangan sektor permukiman dan infrastruktur adalah : 1. Kesenjangan instrumen pembangunan dengan instrumen perencanaan spatial. Untuk perumusan Review Kebijakan Pengembangan Kota Bekasi, akan didahului dengan fenomena yang menjadi bagian dari kenyataan pembangunan kota secara nasional bahwa terdapat kesenjangan atau gap antara instrumen perencanaan pembangunan (development plan) dan instrumen rencana penataan ruang (spatial plan). Gap yang terjadi antara 2 instrumen utama ini, antara lain dari instrumen pembangunan terwakili oleh RPJP, RPJM beserta RPIJM serta RKP dan ditingkat daerah diwaikili oleh RPJPD, RPJMD dan juga Renstrada yang sering kondisi maupun pengaturannya tidak akomodatif instrumen perencanaan kota seperti tersebut pada RTRW Kota Bekasi, RP3KP maupun pada rencana detail lainnya beserta rencana sektor terkait yang berupa masterplan air minum, masterplan sanitasi dan lain sebagainya. Dalam konteks SPPIP Kota Bekasi, dibawah ini akan disajikan instrumen RPIJM dalam menentukan komponen investasi yang diatur untuk diterjemahkan secara lebih operasional pada instrumen perencaaan spatial, adalah sebagai berikut :. 2 -12.

(20) LAPORAN AKHIR Rencana Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP). DASAR PENETAPAN KOMPONEN YANG DIATUR (UNTUK DITERJEMAHKAN PADA INSTRUMEN PERENCANAAN SPATIAL SECARA LEBIH OPERASIONAL) P r o s e s RPIJM • MENGENALI MASALAH DAN POTENSI DAERAH. • •. IDENTIFIKASI JEJARING PROSPEK PERKEMBANGAN PERKIM DI DAERAH. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN DUKUNGAN SISTEM PSDPU - PSU. IDENTIFIKASI PROSPEK DAN TANTANGAN LEGALISASI DAN OPERASIONALISASI. • • •. Arahan prioritas pembangunan wilayah (perkotaan, perdesaan, khusus, ekonomi spesifik), Masalah kewilayahan (bencana, masalah sektoral, masalah sosial spesifik) Demografi (Target masyarakat miskin, Kawasan Kumuh, Mobilitas Tinggi) Ekonomi (Potensi ekonomi produktif, Ekonomi produktif unggulan, Target ekonomi produktif unggulan). Identifikasi Simpul Dan Jejaring (Titik-Titik Simpul Jejaring – Hulu - Hilir). Identifikasi Skala Ekonomi Dan Jumlah KK Yang Terpengaruh Simpul Identifikasi Dampak Perbaikan Perkim Pada Jejaring Ekonomi Prioritas. • • • •. Lokasi Perkotaan Lokasi Perdesaan Lokasi Khusus Lokasi Regional. • •. Periode Kepala Daerah Prioritas Perkim di Daerah (Data-data anggaran tahun sebelumnya, Ketersediaan regulasi pendukung, kesiapan dinas teknis) Dampak Investasi Bidang Perkim pada pembangunan daerah. •. Dari sumber yang didapat di kalangan pemerintah Kota Bekasi, sebagaimana tersebut pada bagan diatas, komponen yang perlu dilakukan penyepakatan dengan tim teknis (Pokjanis SPPIP) pada instrumen RPJM dan diterjemahkan dalam program investasi pada RPIJM, adalah sebagaimana tersebut pada komponen dibawah ini :  Mengenali masalah dan potensi daerah  Identifikasi jejaring prospek perkembangan perkim di daerah  Identifikasi kebutuhan dukungan sistem PSDPU - PSU  Identifikasi prospek dan tantangan legalisasi dan operasionalisasi Komponen diatas akan menjadi arahan dalam melakukan kajian secara lebih terinci agar perumusan SPPIP Bekasi mampu menjembatani kesenjangan antara instrumen pembangunan dengan instrumen perencanaan spatial. Sebagai bentuk review, komponen diatas terkandung filosofi yang terkait dengan aspek-aspek yang terkait dengan kegiatan ke Cipta Karya-an sebagai berikut : . Aspek ekonomi :  bermanfaat bagi pertumbuhan ekonomi daerah  menunjang ekonomi nasional (termasuk berupaya mendukung pencapaian sasaran RPJMN dan MDGs yang akan datang) 2 -13.

(21) LAPORAN AKHIR Rencana Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP). . Aspek lingkungan :  pemerataan pembangunan,  penciptaan stabilitas dan  keseimbangan lingkungan. Terkandung didalamnya, pada review diatas, adalah bahwa dalam mengalokasikan kegiatan ke Cipta Karya-an termasuk infrastrukturnya adalah mengakomodasikan kepentingan aspek ekonomi dan aspek lingkungan sebagai dasar filosofi dalam memenuhi kebutuhan akan perkembangan wilayah perkotaannya. Secara lebih rinci, arahan dari RPIJM sebagai salah satu instrumen perencanaan pembangunan bagi instrumen perencanaan spatial adalah sebagaimana tersebut pada komponen yang perlu diatur menyangkut hal-hal : . Gambaran Kondisi Wilayah :  Gambaran Umum (geografis, demografis, perekonomian daerah, serta kondisi sosial dan budaya);  Gambaran Prasarana (kondisi seluruh sektor yang ada dalam lingkup infrastruktur bidang PU/Cipta Karya). . Rencana / Strategi Pembangunan Kawasan :  Skenario pengembangan wilayah kota  Skenario pembangunan sektor bidang CK/PU. . Rencana Program Investasi Jangka Menengah Infrastruktur  Rencana Pengembangan permukiman  Rencana Penataan bangunan dan lingkungan  Rencana Penyehatan Lingkungan Permukiman (PLP)  Rencana Penyediaan dan pengelolaan Air Minum. . Aspek Safeguard Sosial dan Lingkungan. . Aspek Keuangan Daerah dan Rencana Peningkatan Pendapatan. . Aspek Kelembagaan Daerah dan Rencana Peningkatan Kapasitas Kelembagaan. . Rencana Kesepakatan (Memorandum) Program Investasi dan Aspek Legalitas. Dari komponen yang diatur diatas, diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi perumusan SPPIP Kota Bekasi yang diharapkan mampu menjembatani gap yang selama ini terjadi antara RPIJM atau RPJM dengan RTRW Kota Bekasi. Dalam konteks pengembangan permukiman, upaya pengaturan RPIJM yang menganalisasi materi RPJM kedalam bentuk investasi, hal-hal yang perlu digaris bawahi adalah tentang spirit dari RPIJM itu sendiri yang menekankan pada 2 komponen yang memerlukan jembatan berupa RPIJM supaya dapat dipenuhi kebutuhankebutuhannya. Terkandung didalamnya adalah mengetahui kondisi eksisting dari perumahan dan permukiman di Kota Bekasi, pada satu sisi, dan upaya memberi target pada akhir perencanaan (sesuai goal nasional maupun daerah) pada sisi lainnya sebagai bentuk pengaturan/”intervensi berupa program ataupun kebijakan untuk menetapkan 2 -14.

(22) LAPORAN AKHIR Rencana Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP). pencapaian. Dalam konteks penetapan strategi pencapaian inilah peran SPPIP Kota Bekasi akan sangat menentukan bagi berhasilnya cakupan pelayanan dapat ditingkatkan dalam memenuhi target. Dalam perumusan SPPIP Kota Bekasi, langkah lanjutan yang penting adalah menindaklanjutinya kedalam bentuk opersional pada instrumen perencanaan spatial yaitu RTRW Kota Bekasi. Dari ke 2 kajian diatas inilah yang akan mengantar pada perumusan SPK (Strategi Pengebangan Kota) atau dikenal sebagai City Development Strategy yang pada intinya akan mengkanalisasi semua proses dalam rangka mencapai hasil yang optimal dengan tanpa mengorbankan karakteristik kondisi perkim dan sekaligus mampu mengatur ritme pertumbuhan kotanya. 2. Visi dan Misi SPPIP Kota Bekasi Dalam penyusunan SPPIP Kota Bekasi terdapat arahan Visi SPPIP Kota Bekasi yaitu : “Bebas Permukiman Kumuh Dan Tidak Layak Huni Di Tahun 2030” Dengan Misi SPPIP Kota Bekasi. Dalam penyusunan SPPIP Kota Bekasi terdapat arahan mengenai penjelasan Misi SPPIP Kota Bekasi: 1. MISI 1, dilakukan melalui kebijakan : Melakukan perencanaan dan penyediaan regulasi khusus penataan dan pengembangan kawasan permukiman sebelum adanya tindakan pemanfaatan lahan; 2. MISI 2, dilakukan melalui kebijakan : a. Melakukan pengembangan hunian vertikal di kawasan padat penduduk sebagai antisipasi ketersediaan lahan yang terbatas dan penataan kawasan kumuh; b. Meningkatkan kualitas permukiman horisontal dan merehabilitasi kawasan kumuh 3. MISI 3, dilakukan melalui kebijakan : a. Mengembangkan pelayanan lingkungan berupa infrastruktur dan fasos fasum yang memadai dan terintegrasi dengan pelayanan skala kota dan struktur ruangnya; b. Mengembangkan ruang terbuka hijau dan ruang terbuka publik di lingkungan permukiman; 4. MISI 4, dilakukan melalui kebijakan : a. Meningkatkan kapasitas kelembagaan di tingkat pemerintah daerah dalam pengelolaan dan penataan permukiman; b. Melakukan pembinaan dan pemberdayaan komunitas permukiman serta pemberian akses yang lebih terbuka luas; Lokasi ke 12 Kawasan Penanganan ini menjadi input pemilihan Kawasan Prioritas. Dalam hal ini 12 Kawasan Prioritas diposisikan sebagai alternatif Kawasan Priorias yang akan dinilai dengan kriteria dan sistem skoring yang menghasilkan Kawasan Penanganan. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada gambar di bawah ini. KAWASAN PENANGANAN II : Kel. Harapan Jaya Kel. Kalibaru Kel. Perwira Kel. Harapan Mulya. KAWASAN PENANGANAN I : Kel. Medan Satria Kel. Pejuang Kel. Kaliabang Tengah. 2 -15.

(23) LAPORAN AKHIR Rencana Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP). I KAWASAN PENANGANAN III Kel. Teluk Pucung Kel. Harapan Baru Kel. Marga Mulya II. III IV. KAWASAN PENANGANAN V : Kel. Kayuringin Jaya Kel. Jaka Sampurna Kel. Marga Jaya. V. VI KAWASAN PENANGANAN VI : Kel. Duren Jaya Kel. Aren Jaya Kel. Margahayu Kel. Bekasi Jaya. VII. KAWASAN PENANGANAN IX : Kel. Jati Cempaka Kel. Jatibening Kel. Jatibening Baru Kel. Jati Waring Kel. Jati Makmur Kel. Jati Kramat Kel. Jati Rahayu Kel. Jati Warna Kel. Jati Mekar Kel. Jati Asih Kel. Jati Rasa. IX KAWASAN PENANGANAN VII : Kel. Pekayon Jaya Kel. Jaka Setia Kel. Jaka Mulya. VIII. KAWASAN PENANGANAN VIII: Kel. Sepanjang Jaya Kel. Pengasinan Kel. Bojong Rawalumbu Kel. Bojong Menteng. KAWASAN PENANGANAN XII : Kel. Bantar Gebang Kel. Pedurenan Kel. Cimuning Kel. Cikiwul Kel. Sumur Batu Kel. Ciketing Udik Kel. Mustika Jaya Kel. Mustika Sari. KAWASAN PENANGANAN X : Kel. Jati Melati Kel. Jati Luhur Kel. Jati Murni Kel. Jati Sari Kel. Jati Ranggon. KAWASAN PENANGANAN XI : Kel. Jati Raden Kel. Jati Rangga Kel. Jati Sampurna Kel. Jati Karya. Keterangan : Area Perumahan Masalah Banjir Masalah Limbah Masalah Kumuh. Gambar 2.3 Lokasi 12 Kawasan Penanganan. Kriteria penilaian : 1. Terdapat permasalahan dari aspek :  banjir,. 2 -16.

(24) LAPORAN AKHIR Rencana Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP).  kumuh dan  Limbah 2. Terdapat dukungan rencana pengembangan infrastruktur :  air bersih,  air limbah,  drainase,  persampahan dan  RTH. 3. Jumlah penduduk yang dilayani 4. Vitalitas ekonomi Penilaian didasarkan pada sistim skoring sebagaimana tersebut dibawah ini : Tabel 2.6 Matriks Skoring Penentuan Kawasan Prioritas Interaksi Permasalahan, Rencana Tata Ruang dan Kependudukan PERMASALAHAN. KAWASAN PENANGAN AN. SKORING RENCANA INFRASTRUKTUR TOTAL SKORING AIR AIR PERSAMP KUMUH BANJIR LIMBAH PERMASAL DRAINASE RTH AHAN AHAN BERSIH LIMBAH. KELURAHAN. Medan Satria. I. II. III. IV. Pejuang. 3. Kaliabang Tengah. 2. Harapan Jaya. 2. VI. VII. 2. 3. 3. 10. 1. 2. 13. 1. 1. 3. 5. 3. 1. 4. 1. 1. 2. 4. 3. 2. 12 13. 4. 1. 1. 1. 3. 3. 3. 13. 1. 7 7 8 14 11 11 17 19 14 12. 2. 1. 4. 2. 1. 4. 1. 2. 1 2 1 1 1 1 1. 5 7 8 6 8 6 7 5. 1. 2. 1. 2 3 3 3 3 2 2 2 3. 3. 10. 3 1 1 3 3 2 2 3. 2 2 2 2 2 3 2 3. 1. 2. 6. 3. 3. 1. 3. 2 1. 9 6 4 9 8. 3 3 3 2. 3 2 3 3. 13 13 18 15 17 15. 2. 1. 6. 2. 2. 19. 2. 1. 6. 2. 1. 2. 1. 6. 1. 3. 11 10. 2. 2. 7. 1. 3. 13. 3. 3. 9. 2. 2. 15. 1. 3. 3. 8. 3. 3. 1. 3. 3. 7. 1. 2. 18 10. 0. 1. 0 2 0 2 4 8 2 3. 1. 4. 1 2 2 2 3 3 3 3 3. 1. 3. 0 6 6 2 2. 3. 3. 3 1 3 3. 3 3 3 3. 9. 3. 2. 3. 0. 3. Harapan Mulya Teluk Pucung Harapan Baru Marga Mulya Kota Baru Bintara Kranji Bintara Jaya. 2 2 1 3. 3 2 2 3 3. 1. 3. 1. Jaka Sampurna Marga Jaya Duren Jaya Aren Jaya Margahayu Bekasi Jaya. 3 3 1 2. 3 3 1. Pekayon Jaya. 3. 3. 3. 2. Jaka Setia. 1. Sepanjang Jaya. 2. 2. 2. Pengasinan. 2. 2. 3. 4. 1. 2. 2. 1. Jati Cempaka. 1. Jatibening 3. Jatibening Baru Jati Waringin. 1 1. 1 1. 1. 0. Bojong Menteng. 1. Jati Makmur. 3. 2. 0. Bojong Rawalumbu. IX. 1. 3. Perwira. Jaka Mulya. VIII. 0. Kalibaru. Kayuringin Jaya. V. 2. TOTAL SKORING SKORING JUMLAH PEMERINGKATA JUMLAH SKORING JUMLAH VITALITAS TOTAL N KELURAHAN KELURAHAN DUKUNGAN PENDUDUK EKONOMI SKORING PRIORITAS PRIORITAS PROGRAM. 2. 3. 20. 1. 1. 1. 2. 2. 2. 7. 1. 2. 3. 5. 2. 1. 9. 3. 7. 2. 3. 15. 2. 2. 2. 7. 2. 7. 2. 2. 11. 1. 4. 2. 3. 12. 3. 2. 3. 10. 3. 1. 3. 1. 1. 1. 0. 1. 2. 2. 3. 1. 2. Jati Rahayu. 2. 2. 1. 2. Jati Warna. 1. 1. 2. 1. 3. 1. 2. 7. 3. 1. 2. 3. 2. 2. 10. 2. 2. 3. 5. 3. 10. Jati Kramat. 2. Jati Mekar. 1. Jati Asih. 1. 1. 2 1. 3 2 3 3 1 1 2 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2. 1 2 3 1 2 2 2 1 2 2. JUSTIFIKASI PEMERINGKATAN KAWASAN PENANGANAN. 2 1 1 3 3 4. MENJADI KAWASAN PRIORITAS III (KARENA BERBATASAN DENGAN JAKARTA) MENJADI KAWASAN PRIORITAS II (KARENA BERSEBELAHAN DENGAN PUSAT JASA & PERDAGANGAN) MENJADI KAWASAN PRIORITAS I. 1 3. MENJADI KAWASAN PRIORITAS IV. 2 2 -17.

(25) LAPORAN AKHIR Rencana Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP). Sumber : Dokumen SPPIP Kota Bekasi 2010. 4.4. TINJAUAN KEBIJAKAN RENCANA PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN (RP2KPKP) TERHADAP REVISI RTRW KOTA BEKASI. 2.6 TINJAUAN KEBIJAKAN BERDASARKAN HASIL REVISI RTRW KOTA BEKASI Yang diperlukan untuk mampu menjembatani dengan instrumen perencanaan pembangunan (Development Plan) adalah dengan mengakomodasikan komponen utama dari Revisi RTRW Kota Bekasi, adalah: 1) Tujuan Penataan Ruang Kota Bekasi (RTRW Kota Bekasi ) :. Tujuan penataan ruang wilayah Kota Bekasi untuk 20 (dua puluh) tahun kedepan, dirumuskan sebagai berikut : “Terwujudnya Tata Ruang Wilayah Kota Bekasi Sebagai Tempat Hunian Dan Usaha Kreatif Yang Nyaman Dengan Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup Yang Berkelanjutan” Kebijakan Penataan Ruang Wilayah Kota Bekasi adalah: a. pengembangan sistem pusat pelayanan kota yang mendukung perwujudan fungsi Kota Bekasi sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN); b. pengembangan sistem transportasi darat dan sungai yang terintegrasi dengan sistem transportasi Jabodetabek; c. pengembangan sistem jaringan air bersih yang mencakup pelayanan seluruh Kota Bekasi; d. pengembangan sistem persampahan dan jaringan air limbah berbasis teknologi terkini yang mencakup pelayanan seluruh Kota Bekasi dan regional;. 2 -18.

(26) LAPORAN AKHIR Rencana Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP). e. pengembangan sistem jaringan drainase dan pengendalian bahaya banjir di seluruh Kota Bekasi; f. pengembangan sistem jaringan energi gas dan jaringan telekomunikasi secara terpadu; g. pengembangan kawasan lindung sebagai upaya konservasi alam dan budaya lokal; h. perwujudan ruang terbuka hijau kota sebesar 30% dari luas wilayah Kota Bekasi; i. pengembangan kawasan peruntukan permukiman yang terstruktur melalui pendekatan kawasan siap bangun dan pola hunian vertikal; j. pengembangan kawasan peruntukan industri berwawasan lingkungan di wilayah selatan Kota Bekasi; k. pengembangan kawasan peruntukan perdagangan dan jasa yang terpadu dan terstruktur dengan berlandaskan kearifan alamiah dan kearifan lokal; l. pengembangan kawasan wisata edukasi, olahraga dan budaya religi dan prasarana dan sarana pendukungnya; m. pengembangan kawasan pertambangan gas di Kecamatan Jatisampurna dan wilayah lainnya n. penetapan kawasan strategis kota yang memiliki fungsi-fungsi khusus tertentu Strategi Penataan Ruang Wilayah Kota Bekasi (terkait perumahan), adalah: a. mengembangkan kawasan peruntukan perumahan berdasarkan kepadatan tinggi, sedang dan rendah. b. mengarahkan kawasan peruntukan perumahan kepadatan tinggi pada pengembangan pola-pola hunian vertikal; c. menyediakan dan mengalokasikan lahan untuk pemenuhan kebutuhan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah; d. meremajakan kawasan padat dan kumuh dengan kombinasi program pembangunan perumahan vertikal, seperti rusun dan komersial untuk efisiensi lahan, menciptakan RTH, dan pembukaan akses kawasan; e. mengatur intensitas bangunan perumahan dengan pengawasan yang ketat terhadap ijin pembangunan perumahan; f. mengembangkan permukiman baru melalui konsep Kawasan Siap Bangun (Kasiba) dan Lingkungan Siap Bangun Berdiri Sendiri (Lisiba BS) yang dapat dikoordinasikan dengan pihak swasta dan antar sektor dalam penyediaan infrastruktur; dan g. mewajibkan pengembang kawasan perumahan untuk mengelola lingkungan secara terpadu dengan membuat Sewerage Treatment Plant (STP) komunal, mengelola sampah komunal secara Reduce, Reuse, Recycle, Replace dan Repair (5R), dan menyediakan RTH minimal 10%.. 2) Rencana Pola Ruang Wilayah Kota Bekasi terkait dengan Perumahan Rencana pengembangan kawasan peruntukan perumahan, meliputi : a. kawasan perumahan dan permukiman, dikembangkan berdasarkan kepadatannya meliputi perumahan kepadatan tinggi, sedang dan rendah. 2 -19.

(27) LAPORAN AKHIR Rencana Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP). b. rencana pengembangan perumahan kepadatan rendah sebagaimana dimaksud huruf a diarahkan pada Kecamatan Jatisampurna, Pondok Melati, dan Jatiasih; c. rencana pengembangan perumahan kepadatan sedang diarahkan di Kecamatan Bantar Gebang, Mustikajaya, Jatisampurna, Pondok Melati, dan Jatiasih; d. rencana pengembangan perumahan kepadatan tinggi sebagaimana dimaksud huruf adiarahkan di Kecamatan Bekasi Timur, Bekasi Barat, Bekasi utara, Rawalumbu. Bekasi Selatan, Medan Satria, Pondok Gede dan Jatisampurna; e. pengembangan perumahan skala besar (Kasiba/Lisiba) pada lahan yang telah dikeluarkan izinnya di arahkan di Kecamatan Jatiasih, Kecamatan Mustikajaya dan Kecamatan Jatisampurna; f. sebaran kawasan peruntukan perumahan termasuk didalamnya peruntukan RTH. g. upaya pengembangan kawasan perumahan dan permukiman dilakukan dengan: • mengembangkan kawasan perumahan dan permukiman kepadatan tinggi, sedang dan rendah yang dilakukan secara proporsional/dengan komposisi hunian berimbang 1:2;3; • Pengembangan perumahan harus mengikuti Peraturan-peraturan yang mengikuti perkembangan perumahan antara lain Garis Sempadan Bangunan (GSB), KDB, dan KLB dan yang disertai dengan pengawasan dilapangan, • mengembangkan perumahan dan permukiman baru yang dilengkapi dengan penyediaan prasarana, sarana dan utilitas umum yang sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah; • Penataan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh dengan arahan lokasi yang telah di tetapkan dalam Surat Keputusan Walikota tentang kawasan Kumuh; • mengembangkan hunian vertikal (apartemen, rusunawa, rusunami) yang dilakukan secara terpadu dengan lingkungan sekitarnya pada kawasan perumahan baru, kawasan hunian dan pusat – pusat pelayanan kota, pengembangan kawasan berorientasi transit dan pengaturannya ditetapkan oleh pemerintah daerah; • meningkatkan peran masyarakat/pengembang untuk memenuhi kewajiban dalam penyediaan dan/atau penyerahan prasarana, sarana dan utilitas umum kepada Pemerintah Daerah. Untuk lebih jelasnya mengenai rencana pola ruang (kawasan Perumahan) Kota Bekasi dapat di lihat pada gambar di bawah ini.. .. 2 -20.

(28) LAPORAN AKHIR Rencana Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP). Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP) Gambar 2.4 Peta Rencana Kawasan Perumahan Kota Bekasi. 2.7. TINJAUAN KEBIJAKAN BERDASARKAN RDTR KOTA BEKASI TAHUN 2015-2035 Zona perumahan pada rencana pola ruang RDTR Kota Bekasi, meliputi :. 2 -21.

(29) LAPORAN AKHIR Rencana Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP). a. zona perumahan BWP Pusat Kota Pengembangan zona perumahan dengan luas kurang lebih 3.160,51 (tiga ribu seratus enam puluh koma lima puluh satu) Ha, meliputi : • pengembangan perumahan kepadatan tinggi (R2) dengan luas kurang lebih 3.150,09 (tiga ribu seratus lima puluh koma nol sembilan) Ha, kepadatan sedang (R3) dengan luas kurang lebih 0,78 (nol koma tujuh puluh delapan) Ha, dan kepadatan rendah (R4) dengan luas kurang lebih 9,72 (Sembilan koma tujuh puluh dua) Ha; • pengembangan perumahan skala besar (Kasiba atau Lisiba) yang dilakukan oleh pengembang diprioritaskan pada lahan yang telah dikeluarkan izinnya; • tipe atau jenis rumah yang dapat dikembangkan di BWP Pusat Kota meliputi Rumah Tunggal, Rumah Kopel, Rumah Deret,dan Rumah Susun; • hunian vertikal, dengan arahan lokasi di Kelurahan Margahayu Sub Blok MGH.001, MGH.002, MGH.003, dan MGH.004, Kelurahan Bekasi Jaya Sub Bok BKJ.004, BKJ.005, Kelurahan Aren Jaya Sub Blok ARJ.003, ARJ.004, ARJ.005, ARJ.006, Kelurahan Bojong Rawalumbu Sub Blok BRL.001, Duren Jaya, Marga Jaya, Pekayon Jaya, Kayuringin Jaya, Kranji dan Kota Baru, Sepanjang Jaya dan Pengasinan dan pembangunan rusunawa atau rusunami atau apartemen rakyat Kecamatan Bojong Menteng Sub Blok BMT.002. b. zona perumahan BWP Bekasi Utara Zona perumahan, dengan luas kurang lebih 1.529,17 (seribu lima ratus dua puluh sembilan koma tujuh belas) Ha, meliputi : • pengembangan perumahan kepadatan tinggi (R2) dengan luas kurang lebih 1.514,72 (seribu lima ratus empat belas koma tujuh puluh dua) Ha, dan kepadatan rendah (R4) dengan luas kurang lebih 14,45 (empat belas koma empat puluh lima) Ha; • pengembangan perumahan oleh pengembang meliputi tiga tipe (jenis) perumahan dengan komposisi perbandingan 1:2:3 dan di Kelurahan Harapan Mulya pada Sub Blok HPM 001 dan Kelurahan Marga Mulya pada Sub Blok MRM.002 dan MRM.003; • tipe atau jenis rumah yang dapat dikembangkan di BWP Bekasi Utara meliputi: Rumah Tunggal, Rumah Kopel, Rumah deret, dan Rumah susun; • pengembangan hunian secara vertikal diarahkan di Kelurahan Harapan Jaya Sub Blok HPJ.005, untuk mendukung kegiatan industry. c. zona perumahan BWP Pondok Gede Zona perumahan, dengan luas kurang lebih 2.362,29 (dua ribu tiga ratus enam puluh dua koma dua puluh sembilan) Ha, meliputi: • pengembangan perumahan kepadatan tinggi (R2) dengan luas kurang lebih 1.850 (seribu delapan ratus enam puluh) Ha, dengan arahan lokasi di Sub Blok Kelurahan Jatiwangin (JTW), Jati Cempaka (JTC), Kelurahan Jati Bening Baru (JBB), Kelurahan Jati Bening (JTB), Kelurahan Jati Makmur (JTM), Kelurahan Jatimekar (JMR), Kelurahan Jatikramat (JTK), Kelurahan Jati Asih. 2 -22.

(30) LAPORAN AKHIR Rencana Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP). (JTA), Kelurahan Jatirasa (JTR), Kelurahan Jati Rahayu (JRH), dan Kelurahan Jati Warna (JTN), kepadatan sedang (R3) dengan luas kurang lebih 512,32 (lima ratus dua belas koma tiga puluh dua) Ha, dengan arahan lokasi di Sub Blok atau Kelurahan Jatimekar (JMR), Kelurahan Jati Bening Baru (JBB), Kelurahan Jatimakmur (JTM), Kelurahan Jati Asih (JTA), Kelurahan Jatirasa (JTR), dan kepadatan rendah (R4) dengan luas kurang lebih 0,03 (nol koma nol tiga) Ha, dengan arahan lokasi di Kelurahan Jatimekar (JMR) • tipe atau jenis rumah yang dapat dikembangkan di BWP Pondok Gede meliputi : Rumah Tunggal, Rumah Kopel, Rumah Deret, dan Rumah Susun; • hunian vertikal dengan arahan lokasi di Blok Jatibening Sub Blok JTB.001 dan JTB.002, Jatirahayu Sub Blok JRH.001 dan JRH.002; • Apartemen swasta diarahkan di Kelurahan Jatiwaringin Sub Blok JTW.002, JTW.003, Kelurahan Jaticempaka Sub Blok JTC.001, JTC.002, JTC.003, JTC.004 dan JTC.005; d. zona perumahan BP Mustikajaya Zona perumahan dengan luas kurang lebih 2.262,54 (dua ribu dua ratus enam puluh dua koma lima puluh empat) Ha, meliputi : • pengembangan perumahan kepadatan sedang (R3) dengan luas kurang lebih 2.186 (dua ribu seratus delapan puluh enam) Ha, dan hunian kepadatan tinggi (R2) dengan luas kurang lebih 76,55 (tujuh puluh enam koma lima puluh lima) Ha; • Rumah vertikal dengan arahan lokasi di Kelurahan Bantargebang (BTG) Sub Blok BTG.001, BTG.002, BTG.003, dan BTG.004 dan Cikiwul (CKW) Sub Blok CKW.001, CKW.002, dan CKW.003. e. zona perumahan BWP Jatisampurna Zona perumahan dengan luas kurang lebih 2.504,35 (dua ribu lima ratus empat koma tiga puluh lima) Ha, meliputi : • pengembangan perumahan kepadatan rendah (R4) dengan luas kurang lebih 1.366,68 (seribu tiga ratus enam puluh enam koma enam puluh delapan) Ha, kepadatan sedang (R3) dengan luas kurang lebih 822,24 (delapan ratus dua puluh dua koma dua puluh empat) Ha, kepadatan tinggi (R2) dengan luas kurang lebih 315.42 (tiga ratus lima belas koma empat puluh dua) Ha. • hunian vertikal dengan arahan lokasi di Kelurahan Jatikarya (JKY) Sub Blok JKY.001 dan JKY.004, Kelurahan Jatisampurna (JSP) Sub Blok JSP.002 dan JSP.003, Kelurahan Jatimelati (JMT) Sub Blok JMT.001, JMT.002, dan JMT.003, dan Kelurahan Jatiluhur (JLH) Sub Blok JLH.001 dan JLH.003; • tipe perumahan yang dapat dikembangkan di BWP Jatisampurna meliputi Rumah Renggang, Rumah Deret, dan Rumah Susun.. 2.8 TINJAUAN KEBIJAKAN BERDASARKAN PERATURAN MENTERI PERKERJAAN UMUM NOMOR 19/PRM/M/2012 2.8.1 Kawasan Sekitar TPA Sampah. 2 -23.

(31) LAPORAN AKHIR Rencana Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP). Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum N0 20/PRT/M/2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peratuan Zonasi Kabupaten/Kota, Zona TPA sampah di kategorikan sebagai zona khusus dalam zona budidaya. Zona TPA sampah meliputi: a. subzona inti yang terdiri atas lahan urug dan penyangga b. subzona penyangga c. subzona budidaya terbatas Penetapan kawasan sekitar TPA sampah di pengaruhi oleh tipologi sampah dan sistem pengelolaan sampah yang di gunakan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 2.7 Penetapan Kawasan Sekitar TPA Sampah Tipologi Sampah. TPA Sampah Baru. TPA Sampah Lama. TPA Sampah Pasca Layan. TPA Sampah yng sedang di rencanakan TPA Sampah yang berlum beroperasi TPA Sampah lama yang belum memiliki penyangga TPA sampah lama yang sudah memiliki penyangga. Sistem Pengelolaan LUT LUS. Kawasan Sekitar Tpa Sampah Subzona Subzona Budidaya Penyangga Tebatas Diperlukan Diperlukan Diperlukan Tidak Diperlukan. LUT LUS LUT LUS. Diperlukan Diperlukan Diperlukan Diperlukan. Diperlukan Tidak Diperlukan Diperlukan Tidak Diperlukan. LUT LUS. Diperlukan Diperlukan. Diperlukan Tidak Diperlukan. LUT LUS. Diperlukan Diperlukan. Diperlukan Tidak Diperlukan. Sumber : Peraturan Menteri Perkerjaan Umum Nomor 19/PRM/M/2012. TPA dengan sistem pengelolaan LUT memerlukan subzona budi daya terbatas karena masih terdapat potensi bahaya sampah di luar subzona penyangga. TPA dengan sistem pengelolaan LUS hanya memerlukan subzona penyangga, namun disarankan untuk tetap memiliki subzona budi daya terbatas Penetapan kawasan sekitar TPA sampah berdasarkan sistem pengelolaan sampah dapat digambarkan sebagai berikut: a. Untuk TPA sampah dengan sistem pengelolaan LUT, maka kawasan sekitar TPA sampah terdiri atas subzona penyangga dan subzona budi daya terbatas .. 2 -24.

(32) LAPORAN AKHIR Rencana Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP). Penetapan Kawasan Sekitar TPA Sampah pada TPA Sampah dengan Sistem Pengelolaan LUT. b. Untuk TPA sampah dengan sistem pengelolaan LUS, maka kawasan sekitar TPA sampah hanya berupa subzona penyangga, karena subzona budi daya terbatas tidak diperlukan.. Penetapan Kawasan Sekitar TPA Sampah pada TPA Sampah dengan Sistem Pengelolaan LUS. 2 -25.

(33) LAPORAN AKHIR Rencana Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP). Subzona penyangga berfungsi untuk : a. b. c. d.. mencegah dampak lindi terhadap kesehatan masyarakat; mencegah binatang-binatang vektor, seperti lalat dan tikus yang merambah kawasan permukiman; menyaring debu yang beterbangan karena tiupan angin; dan mencegah dampak kebisingan dan pencemaran udara oleh pembakaran dalam pengolahan sampah. Subzona budi daya terbatas berada di luar subzona penyangga.. Subzona ini berfungsi untuk memberikan ruang untuk kegiatan budidaya terbatas, terutama kegiatan yang berkaitan dengan TPA sampah.. 2.8.2 Penentuan Jarak Sub Zona di Kawasan Sekitar TPA Sampah a.. Subzona Penyangga Penentuan jarak subzona penyangga ditentukan dengan pertimbangan jarak yang telah aman dari pengaruh dampak TPA sampah yang berupa: • bahaya meresapnya lindi ke dalam mata air dan badan air lainnya yang dipakai penduduk untuk kehidupan sehari-hari; • bahaya ledakan gas metan; dan • bahaya penyebaran penyakit melalui binatang vektor, misalnya lalat. Penentuan jarak aman dari pengaruh dampak TPA sampah tersebut dapat dilihat pada Gambar di bawah ini.. Pertimbangan Penentuan Jarak Subzona di Kawasan Sekitar TPA Sampah. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas, maka subzona penyangga ditetapkan dengan radius 500 meter dihitung dari batas terluar TPA sampah.. 2 -26.

(34) LAPORAN AKHIR Rencana Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP). b.. Subzona Budidaya Terbatas Jarak subzona budi daya terbatas ditentukan dengan mempertimbangkan: • sistem pengelolaan sampah, yaitu LUT atau LUS; • mekanisme penimbunan sampah eksisting, yaitu melalui pemilahan atau tanpa pemilahan; • karakteristik sampah yang masuk ke TPA sampah, yaitu organik, non organik, atau B3 (bahan berbahaya dan beracun); • jarak rembesan lindi; • kondisi gas dalam sampah, antara lain metana, dan amonia; • jarak jangkauan binatang vektor; • kondisi geologi, geohidrologi, dan jenis tanah; • iklim mikro; dan • pemanfaatan ruang yang telah ada di sekitar zona TPA sampah sesuai dengan peraturan zonasi. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas, maka subzona budi daya terbatas ditetapkan dengan radius 500 meter dihitung dari batas terluar subzona penyangga. Penentuan jarak subzona penyangga dan subzona budi daya terbatas dibedakan sesuai sistem pengelolaan sampah yang digunakan, sebagaimana dapat dilihat pada Tabel di bawah ini Tabel 2.8 Tipologi TPA Sampah dan Penentuan Jarak Subzon Pada Kawasan Sekitar TPA Sampah Tipologi Sampah. TPA Sampah Baru. TPA Sampah Lama. TPA Sampah Pasca Layan. TPA Sampah yng sedang di rencanakan TPA Sampah yang berlum beroperasi TPA Sampah lama yang belum memiliki penyangga TPA sampah lama yang sudah memiliki penyangga. Sistem Pengelolaan. LUT LUS. Kawasan Sekitar Tpa Sampah Subzona Subzona Budidaya Penyangga Tebatas (meter) (meter)*) **) 0 - < 500 500-1000 0 - < 500 Tidak Diperlukan. LUT LUS LUT LUS. 0 - < 500 0 - < 500 0 - < 500 0 - < 500. 500-1000 Tidak Diperlukan 500-1000 500-1000. LUT LUS. 0 - < 500 0 - < 500. 500-1000 Tidak Diperlukan. LUT LUS. 0 - < 500 0 - < 500. 500-1000 Tidak Diperlukan. Sumber : Peraturan Menteri Perkerjaan Umum Nomor 19/PRM/M/2012 Ket : *) jarak ukur dari batas terluar TPA sampah; **) Jarak ukur dari batas terluar subzona penyangga. Kawasan sekitar TPA sampah yang dengan sistem LUT terdiri atas subzona penyangga dan subzona budi daya terbatas. Ketentuan jarak pada masing-masing subzona, yakni subzona penyangga dengan radius 500 meter dari batas terluar TPA sampah, dan. 2 -27.

(35) LAPORAN AKHIR Rencana Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP). subzona budi daya terbatas ditetapkan dengan radius 500 meter dari batas terluar subzona penyangga sebagaimana dapat dilihat pada Gambar di bawah ini.. Jarak Subzona di Kawasan Sekitar TPA Sampah dengan Sistem LUT. Sedangkan kawasan sekitar TPA sampah dengan sistem LUS hanya berupa subzona penyangga. Ketentuan jarak pada subzona penyangga ditetapkan dengan radius 500 meter dari batas terluar TPA sampah sebagaimana dapat dilihat pada Gambar di bawah ini.. Jarak subzona di Kawasan Sekitar TPA Sampah dengan Sistem LUS. 2 -28.

(36) LAPORAN AKHIR Rencana Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP). 2.8.3 Ketentuan Teknis Penataan Ruang Kawasan Sekitar TPA Sampah a. ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan; Ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan adalah ketentuan yang berisi kegiatan dan penggunaan lahan yang diperbolehkan, kegiatan dan penggunaan lahan yang bersyarat secara terbatas, kegiatan dan penggunaan lahan yang bersyarat tertentu, dan kegiatan dan penggunaan lahan yang tidak diperbolehkan. Ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan dirumuskan berdasarkan ketentuan maupun standar yang terkait dengan pemanfaatan ruang, ketentuan dalam peraturan bangunan setempat, dan ketentuan khusus bagi unsur bangunan atau komponen yang dikembangkan. Ketentuan teknis zonasi terdiri atas pemanfaatan diperbolehkan/diizinkan (I), pemanfaatan bersyarat secara terbatas (T), pemanfaatan bersyarat tertentu (B), dan pemanfaatan yang tidak diperbolehkan (X). • Klasifikasi I = pemanfaatan diperbolehkan/diizinkan Kegiatan dan penggunaan lahan yang diperbolehkan di subzona penyangga ditetapkan dengan kriteria: ⁻ tidak mengganggu kegiatan penanganan sampah di TPA sampah; ⁻ dari pertimbangan kesehatan, keselamatan, dan kenyamanan dianggap sesuai untuk dialokasikan di kawasan sekitar TPA sampah; ⁻ sesuai dengan fungsi zona; dan/atau ⁻ terkait langsung dengan kegiatan penanganan sampah. Kegiatan yang terkait langsung dengan kegiatan penanganan sampah adalah:  kegiatan pemilahan sampah, yaitu pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah; dan  kegiatan pengolahan sampah, yaitu industri yang melakukan pengubahan karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah dengan hasil misalnya berupa kompos, pupuk, biogas, potensi energi (seperti Pembangkit Listrik Tenaga Sampah), dan hasil daur ulang lainnya. Selain kriteria di atas, kegiatan dan penggunaan lahan yang diperbolehkan di subzona budi daya terbatas memiliki kriteria tambahan yaitu dapat mendukung upaya pengurangan dampak negatif keberadaan TPA sampah, dengan pertimbangan bahwa masih terdapat potensi bahaya TPA sampah di luar zona penyangga akibat praktik pengelolaan sampah yang tidak berkelanjutan. • Klasifikasi T = pemanfaatan bersyarat secara terbatas Kegiatan dan penggunaan lahan yang bersyarat secara terbatas di subzona penyangga adalah berbagai jenis kegiatan dan penggunaan lahan yang dibatasi dalam hal jenis kegiatan yang mendukung operasionalisasi TPA sampah, termasuk prasarana dan utilitas. Kegiatan dan penggunaan lahan yang bersyarat secara terbatas di subzona budi daya terbatas ditetapkan dengan kriteria: ⁻ Jenis kegiatan dan penggunaan lahan yang hanya diperbolehkan terletak di hulu TPA sampah, misalnya untuk berbagai jenis hunian yang digunakan. 2 -29.

(37) LAPORAN AKHIR Rencana Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP). sebagai tempat tinggal dan kegiatan pendukungnya, termasuk prasarana umum. ⁻ Jenis kegiatan dan penggunaan lahan yang dimungkinkan untuk berlokasi baik di hulu maupun di hilir TPA sampah adalah kegiatan dan penggunaan lahan yang tidak terpengaruh oleh adanya dampak negatif TPA sampah secara langsung, dimana tidak ada aktivitas manusia selama sehari penuh pada kegiatan tersebut, misalnya kegiatan peternakan (lapangan pengembalaan, pemerahan susu, dan kandang ternak), kegiatan transportasi (terminal dan lapangan parkir). • Klasifikasi B = pemanfaatan bersyarat tertentu Kegiatan dan penggunaan lahan yang bersyarat tertentu di subzona penyangga dan subzona budi daya terbatas adalah kegiatan yang diperbolehkan apabila memenuhi syarat sesuai dengan perencanaan dan perijinan dari dinas atau instansi terkait. • Klasifikasi X = pemanfaatan yang tidak diperbolehkan Kegiatan dan penggunaan lahan yang tidak diperbolehkan di subzona penyangga dan subzona budi daya terbatas adalah kegiatan dan penggunaan lahan selain yang telah disebutkan sebagai pemanfaatan diperbolehkan/diizinkan, pemanfaatan bersyarat secara terbatas, dan pemanfaatan bersyarat tertent Ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan di kawasan sekitar TPA sampah dalam bentuk Matrix ITBX dapat dilihat pada Tabel di bawah ini. Tabel 2.9 Matriks I,T,B dan X Ketentuan Kegiatan dan Penggunaan Lahan pada Kawasan Sekitar TPA Sampah. 2 -30.

Referensi

Dokumen terkait

Permukiman kumuh ada di lingkungan daerah mewah dan bagian luar kota besar karena secara ekonomi memiliki daya. Namun, peningkatan kawasan kumuh menjadi masalah yang menantang bagi

Laporan Akhir ini berisikan materi Latar Belakang, Kajian Kebijakan Pembangunan Permukiman Perkotaan, Profil Permukiman Kumuh Kota, Identifikasi Kekumuhan dan

 Keempat bagian dalam Panduan Teknis Pelaksanaan Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) dan Rencana Pembangunan Kawasan

Output dari hasil analisis ini adalah berupa Indeks Keberlanjutan Tingkat Penghidupan (sosial ekonomi masyarakat) tipologi permukiman kumuh perkotaan (squatter

Dalam rangka pelaksanaan kegiatan Bantuan Stimulan Peningkatan Kualitas Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh (BSPK) yang dilaksanakan oleh Kementerian Perumahan

PEREKAMAN ANALISA MASING-MASING HARGA SATUAN KEGIATAN : SATKER PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PROVINSI MALUKU PEKERJAAN : PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH

Tujuan Penelitian Karakteristik Kekumuhan dan Rencana Penanganan Perumahan dan Permukiman Kumuh Di Kota Gorontalo (Studi Kasus Kawasan Kumuh Kelurahan Limba B) ini

Ketidaksesuaian antara kondisi prasyarat kampung sasaran dengan kondisi nyata kampung terapan, mengindikasikan bahwa pola penanganan/perbaikan permukiman kumuh atau kampung