• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOMUNIKASI PENYULUHAN UNTUK MENINGKATKAN PENGETAHUAN AGAMA LANSIA DI PSTW BUDI MULIA 1 CIPAYUNG JAKARTA TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KOMUNIKASI PENYULUHAN UNTUK MENINGKATKAN PENGETAHUAN AGAMA LANSIA DI PSTW BUDI MULIA 1 CIPAYUNG JAKARTA TIMUR"

Copied!
177
0
0

Teks penuh

(1)KOMUNIKASI PENYULUHAN UNTUK MENINGKATKAN PENGETAHUAN AGAMA LANSIA DI PSTW BUDI MULIA 1 CIPAYUNG JAKARTA TIMUR. Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos). Oleh Fitri Sulastri NIM:11150520000046. PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1442 H /2020 M.

(2) KOMUNIKASI PENYULUHAN UNTUK MENINGKATKAN PENGETAHUAN AGAMA LANSIA DI PSTW BUDI MULIA 1 CIPAYUNG JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos). Oleh Fitri Sulastri NIM 11150520000045. Pembimbing. Dra. Rini Laili Prihatini, M. Si NIP. 19690607 199503 2 003. PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1442 H /2020 M. i.

(3) LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “Komunikasi Penyuluhan Untuk Meningkatkan Pengetahuan Agama Lansia Di PSTW Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur” telah diajukan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 4 Februari 2021. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) pada program studi Bimbingan Penyuluhan Islam. Ciputat, 04 Februari 2021 SIDANG MUNAQASYAH Ketua Merangkap Anggota. Sekertaris Merangkap Aggota. Ir. Noor Bekti Negoro, SE, M.Si.. Artiarini Puspita Arwan, M. Psi.. NIP. 196503011999031001. NIP. 198611092011012016 Anggota,. Penguji I. Penguji II. Dr. Siti Napsiah, M. SW. Wati Nilamsari, M. Si. NIP. 1974010120011220031. NIP. 197105201999032002 Pembimbing,. Dra. Rini Laili Prihatini, M. Si NIP. 196906071995032003 ii.

(4) LEMBAR PERNYATAAN. Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Fitri Sulastri NIM. : 11150520000046. Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul KOMUNIKASI PENYULUHAN. UNTUK. MENINGKATKAN. PENGETAHUAN. AGAMA LANSIA DI PSTW BUDI MULIA 1 CIPAYUNG, JAKARTA TIMUR adalah benar merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunannya. Adapun kutipan yang ada dalam penyusunanan karya ini telah saya cantumkan sumber kutipannya dalam skripsi. Saya bersedia melakukan proses yang semestinya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku jika ternyata skripsi ini sebagian atau keseluruhan merupakan plagiat dari karya orang lain.. Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya.. Jakarta, 22 Desember 2020. Fitri Sulastri. iii.

(5) ABSTRAK Fitri Sulastri, NIM 11150520000046, Komunikasi Penyuluhan untuk Meningkatkan Pengetahuan Agama Lansia Di PSTW Budi Mulia 1 Cipayung, Jakarta Timur, di bawah Bimbingan Rini Laili Prihatini, M. Si Seiring penurunan kemampuan fisik yang dipengaruhi penuaan yang dialami lansia (Z. Nahayah, 2006), agama mungkin menjadi semakin penting saat mereka mendekati akhir kehidupan (Barna, 2002; Blazer & Palmore, 1976; Davie & Vincent, 1998; Moberg, 1999). Dalam 75 % penelitian, ditemukan hubungan positif antara agama dan kualitas hidup (G. A. Abdala, M. Kimura, H. Koenig & K. G. Reinert, 2015). Di sisi lain, bagi lansia, agama tampaknya menjadi sumber penting bagi orang-orang yang menghadapi stres dalam menghadapi penderitaan dan kematian (E. L. Idler, McLaughlin, & Kasl, 2009). Tujuan penelitian ini adalah menganalisis komunikasi penyuluhan yang dilakukan penyuluh untuk meningkatkan pengetahuan agama lansia sekaligus mengetahui sejauh mana penyuluhan tersebut berdampak bagi lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori komunikasi penyuluhan dari Zulkarimein Nasution dimana penyuluh memberi penerangan ataupun penjelasan kepada mereka yang disuluh, agar tidak lagi berada dalam kegelapan mengenai sesuatu masalah tertentu. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dan jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Peneliti akan mengumpulkan data narasi secara mendalam dimulai dari melakukan proses pengamatan dan eksplorasi fenomena yang terjadi di PSTW Budi Mulia 1 guna memperoleh pemahaman utuh dan terintegrasi dari objek yang diteliti berikut keberadaan kasus, aksi dan interaksi terhadap individu-individu di dalamnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa komunikasi penyuluhan oleh pembimbing agama dapat meningkatkan pengetahuan agama lansia di PSTWBM 1 Cipayung Jakarta timur, dibuktikan dari meningkatnya kualitas ibadah wajib maupun sunnah dan perilaku warga binaan sosial yang semakin baik semenjak mengikuti kegiatan rutin bimbingan agama. Kata Kunci: Komunikasi Penyuluhan, Pengetahuan Agama, Lansia.. iv.

(6) KATA PENGANTAR Assalamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan nikmat yang Allah berikan kepada kita semua, terlebih nikmat Iman dan Islam, karena dengan nikmat-nikmat itulah kita masih bisa beraktifitas sampai saat ini. Shalawat serta salam, semoga senantiasa tercurah kepada suri tauladan kita baginda Nabi Muhammad SAW, yang karena kemuliannya kita berharap syafaatnya di hari kiamat. Di samping itu shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan pula kepada keluarganya, sahabatnya serta para pengikutnya yang setia sampai akhir zaman. Tidak ada sesuatu yang paling membahagiakan bagi penulis melainkan telah terselesaikannya skripsi dengan judul Komunikasi Penyuluhan Untuk Meningkatkan Pengetahuan Agama Lansia Di PSTW Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur”. Bukan perjuangan yang mudah untuk menyelesaikan semua ini, akan tetapi buah kesabaran dan ketekunanlah yang mewujudkannya. Walaupun demikian penulis sadar, bahwa tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak tidak mungkin skripsi ini terselesaikan dengan baik. Oleh karenanya, tidak ada hal lain yang lebih utama melainkan penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini diantaranya kepada: 1.. Suparto, M.Ed, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr. Siti Napsiah, S.Ag., BSW, MSW. Selaku Wakil Dekan Bidang Akademik, Dr. Shihabudin Noor, M.A. Selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum, serta Drs. v.

(7) Cecep Castrawijaya, M.A. selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, Alumni dan Kerjasama. 2.. Ir. Noor Bekti Negoro, SE, M. Si. selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam. Yang telah membimbing dan memotivasi penulis selama pelaksanaan penelitian. 3.. Artiarini Puspita, M. Psi. selaku Sekretaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam yang telah banyak membantu kebutuhan akademis untuk mahasiswa, khususnya penulis.. 4.. Dra. Rini Laili Prihatini, M. Si. Selaku pembimbing skripsi penulis yang selalu membantu, membimbing dan sabar kepada penulis selama proses penyusunan skripsi. 5.. Artiarini Puspita, M. Psi. selaku Dosen Penasihat Akademik Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam Kelas B, angkatan 2015.. 6.. Kedua orang tua penulis, Papa Yasril Marlius dan Mama Nurma yang selalu memberikan kasih sayang, dukungan dan doa tiada henti untuk penulis serta kakak dan adik penulis yang selalu memberi support kepada penulis, ka Fitriatul Hidayah, Jefri Yasril Nur, dan Busyrol Kamil Ramadhan.. 7.. Kepada pihak Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur bapak Tarmijo Damanik selaku kepala Panti Jakarta Timur, ibu Ira Ayu Puspita selaku pembimbing lapangan, bapak Achmari Bisri Syamsyuri dan ibu Windanarum yang sangat baik membantu dan menerima penulis untuk melakukan penelitian di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur.. 8.. Kepada Ustdzh. Hj. Mawaddah beserta keluarga yang selalu memberikan nasehat, dukungan dan doa untuk penulis vi.

(8) menyelesaikan skripsi ini. 9.. Kepada Mohammad Irfan Loamena yang telah meluangkan waktunya untuk membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi, teman seperjuangan yang selalu memberikan support kepada penulis, Ahdani Samsul Anwar, Annisa Mufie Shabrina, Astri Amalia, Dwi Putri Julia, Eva Liana, Evan Rinaldi Karimulloh, Zulfahmi, Siti Nafisah Ahmad, dan Faizah Azizah.. 10. Kepada seluruh teman-teman BPI 2015 Terimakasih atas semua bantuan dan doanya. 11. Seluruh Dosen Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan berbagai pengetahuannya kepada para mahasiswa. 12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terima. kasih. telah. banyak. membantu. penulis. dalam. penyelesaian skripsi ini. Semoga Allah SWT memberikan balasan atas segala jasa yang telah diberikan. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini, oleh karena itu masukan dan saran untuk perbaikan skripsi ini sangat penulis harapkan. Dan semoga skripsi ini bisa bermanfaat. Wassalamuálaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Jakarta, 22 Desember 2020. Fitri Sulastri vii.

(9) DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN................................................................. i LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................. ii LEMBAR PERSETUJUAN PENGUJI ........................................... iii ABSTRAK. ...................................................................................... iv. KATA PENGANTAR ........................................................................ v DAFTAR ISI ...................................................................................... ix BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ................................................ 1 B. Identifikasi Masalah ...................................................... 7 C. Pembatasan dan Rumusan Masalah .............................. 8 1. Pembatasan Masalah ................................................ 8 2. Perumusan Masalah .................................................. 8 D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................... 9 1. Tujuan Penelitian ...................................................... 9 2. Manfaat Penelitian .................................................... 9 E. Metodologi Penelitian ................................................. 10 1. Pendekatan Penelitian ............................................. 10 2. Jenis Penelitian ....................................................... 10 3. Tempat dan Waktu Penelitian................................. 11 4. Subjek dan Objek Penelitian .................................. 11 F. Teknik Pengumpulan Data .......................................... 16 1. Observasi ................................................................ 16 2. Wawancara ............................................................. 16 3. Dokumentasi ........................................................... 17 G. Sumber Data ................................................................ 17 1. Data Primer ............................................................. 17 2. Data Sekunder ........................................................ 17 viii.

(10) H. Standar Validitas dan Kredebilitas Penelitian ............... 17 I. Kerangka Berfikir .......................................................... 18 J. Teknik Analisis Data ..................................................... 19 K. Sistematika Penulisan .................................................... 20 BAB II. LANDASAN TEORI A. Teori Komunikasi Penyuluhan ...................................... 22 1. Komunikasi Penyuluhan ........................................... 22 2. Metode Komunikasi Penyuluhan ............................. 27 3. Strategi Komunikasi Penyuluhan ............................. 28 B. Pengetahuan Agama ...................................................... 30 1. Pengertian Pengetahuan Agama ............................... 30 2. Aspek-aspek Pengetahuan Agama............................ 31 C. Lanjut Usia (Lansia) ...................................................... 34 1. Klasifikasi dan Karakteristik Lansia......................... 35 2. Masalah-masalah yang Dihadapi oleh Lansia .......... 37 3. Kebutuhan-kebutuhan Lansia ................................... 38. BAB III GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN A. Sejarah PSTW Budi Mulia 1 Cipayung ........................ 40 B. Letak Geografis ............................................................. 41 C. Tujuan, Visi dan Misi Lembaga .................................... 41 D. Tugas dan Fungsi .......................................................... 42 E. Sasaran dan Garapan ..................................................... 42 F. Falsafah Lembaga ......................................................... 43 G. Struktur Organisasi Lembaga ........................................ 44 H. Program Pembinaan ...................................................... 45 I. Jangkauan Layanan Pembinaan .................................... 48 J. Sumber Daya Manusia (SDM) ...................................... 50 K. Sarana dan Prasarana Lembaga ..................................... 51 ix.

(11) L. Kemitraan Dengan Pihak Luar ...................................... 54 BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Data Informan ............................................................... 56 B. Gambaran Bimbingan Agama Dalam Meningkatkan Pengetahuan Agama Lansia Di PSTW Budi Mulia 1 Cipayung ....................................................................... 60 C. Gambaran Bimbingan Agama Dalam Meningkatkan Pengetahuan Agama Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur .......................... 63 BAB V. PEMBAHASAN A. Materi Bimbingan Agama Dalam Meningkatkan Pengetahuan Agama Lansia Di PSTW Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur ................................................ 65 B. Metode Bimbingan Agama Untuk Meningkatkan Pengetahuan Agama Lansia Di PSTWBM 1 Cipayung, Jakarta Timur.................................................................... 71 C. Faktor Pendukung Dan Penghambat Proses Bimbingan Agama Untuk Meningkatkan Pengetahuan Agama Lansia Di PSTWBM 1 Cipayung Jakarta Timur ........................... 73. BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan.................................................................... 77 B. Implikasi ....................................................................... 77 C. Saran ............................................................................. 78 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................79 LAMPIRAN-LAMPIRAN. x.

(12) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fase lanjut usia (lansia) merupakan periode akhir di dalam rentang kehidupan manusia di dunia ini. Pada fase lanjut usia, seseorang lansia menghadapi perubahan fisik ke arah penurunan fungsi-fungsi organ yang terjadi karena proses penuaan. 1 Menua (aging) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita.2 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2004 Tentang Pelaksanaan Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia menetapkan bahwa lansia adalah seseorang yang telah mencapai umur 60 tahun ke atas. 3 Menurut dari hasil Susenas 2019, penduduk lanjut usia (lansia) di DKI Jakarta didominasi kategori lansia muda (60 - 69 tahun) sebesar 71%. Masih terdapat lansia pada kelompok umur diatas 70 tahun dan persentasenya cukup besar (29%). Hal tersebut memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan angka harapan hidup di DKI Jakarta. Persentase rumah tangga lansia di DKI Jakarta sebesar 21,18% pada tahun 2019. Menurut status keanggotaan rumah tangga, lansia yang masih berstatus sebagai kepala rumah tangga ada sekitar 71%. Seiring dengan bertambahnya usia, penduduk lansia memiliki ketentraman. 1. Zahrotun Nahayah, dkk., Psikologi Pengembangan: Tinjauan Psikologi Barat dan Psikologi Islam (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2006), Cet. 1, h. 126. 2 Hana Santoso dan Andar Ismail, Memahami Krisis Lanjut Usia: Uraian Medis dan Pedagogis Pastroral (Jakarta: Gunung Mulia, 2009), Cet. 1, h. 2. 3 Pusat Data dan Informasi: Kementerian Kesehatan RI, diakses pada tanggal 27 September 2019 dari www.kemkes.go.id. 1.

(13) 2. kesehatan, sosial maupun ekonomi yang lebh tinggi dibanding dengan penduduk yang lebih muda, sehingga perlu mendapatkan perlindungan dan perhatian khusus.4Oleh karenanya, semua orang perlu memperhatikan kebutuhan lansia tersebut agar mereka dapat tetap sehat, mandiri, aktif dan produktif. Depresi, kepasifan (banyak berdiam diri), dan masalah ingatan dapat muncul karena hilangnya aktivitas yang berarti bagi orang lanjut usia, hilangnya rangsangan intelektual, hilangnya tujuan yang dapat dicapai, dan kehilangan kendali terhadap kejadian-kejadian di sekitarnya. Kelemahan tubuh, kerentanan, dan bahkan penyakit yang dihubungkan dengan usia lanjut sering kali disebabkan oleh kondisi tidak aktif dan banyak berdiam diri.5 Adanya anggapan bahwa para lansia dapat dengan santai menikmati hidup, merasakan hasil kerja dan jerih payahnya di masa muda, ditambah anggapan bahwa berbagai guncangan kehidupan seakan-akan sudah berhasil dilewati, namun pada kenyataannya tidak semua lansia merasakan hal demikian. Sering kali kita temui lansia yang mengalami stres karena kemiskinan, pesimis karena merasa tidak berdaya, kehampaan dalam hidup dan berbagai keluhan serta penderitaan karena penyakit. Sosial emosi para lansia juga cenderung berubah seperti kembali pada masa kanak-kanak. Sikap manja dan selalu ingin diperhatikan, yang sering kali terlihat seperti anak kecil pada umumnya, sering membuat orangorang di sekitarnya merasa jengkel karena sikap tersebut. Maka permasalahan ini dapat ditinjau dari aspek kondisi lansia seperti kondisi lansia yang menderita gangguan psikis dan mental kejiwaan, di antaranya 4. Statistik Penduduk Lanjut Usia di DKI Jakarta Tahun 2019, diakses pada tanggal 22 Februari 2021 dari http://statistik.jakarta.go.id/statistik-penduduk-lanjut-usia-di-dkijakarta-tahun-2019/ 5 Carole Wade dan Carol Tavris, Psikologi (Jakarta: Erlangga, 2007), Ed. 9, Jil. 2, h. 275..

(14) 3. seperti sulit tidur, susah makan, sedih,. risau, cemas, stres, depresi,. menggunjing dan jenis gangguan psikis lainnya atau mental.6. Adapun masalah lain yang sering terjadi pada lansia meliputi: kesepian, terasingkan dari lingkungan dan keluarga, ketidakberdayaan, kurang percaya diri, dan ketergantungan. Masalah tersebut dapat menjadi alasan keluarga menitipkan lansia di panti jompo yang secara khusus menampung para lansia demi memenuhi kebutuhan mereka. Panti jompo (panti werdha [dalam bahasa Bali]) atau di negara Barat disebut dengan retirement home atau old people‟s home/old age home merupakan tempat tinggal bagi lansia yang lebih banyak dipilih karena tempat ini memungkinkan lansia untuk tetap hidup tanpa menggantungkan diri kepada anak/keluarga. Di Asia, termasuk di Indonesia, sebagian besar lansia hidup sendiri atau hidup bersama anak. Meskipun demikian, panti werdha tetap ada, dengan kepengelolaan yang secara umum dipegang oleh pemerintah.7 Keberadaan panti jompo hadir sebagai sarana tempat tinggal para lansia untuk memenuhi kebutuhan fisik/kesehatan, emosional dan sosial mereka. Kendati di Indonesia secara normatif perawatan lansia merupakan tanggung jawab pihak keluarga, namun atas beberapa alasan seperti: anak atau cucu memiliki waktu terbatas untuk merawat mereka, kebutuhan bersosialisasi lansia terhadap sebayanya, serta ketersediaan sarana-sarana perawatan bagi lansia, membuat panti jompo menjadi salah satu jawaban untuk memenuhi kebutuhan lansia.. 6. Kementerian Agama RI Komisi Nasional Lanjut Usia, Layanan dan Bimbingan Keagamaan Bagi Lansia (Jakarta, Cet. Ke-2. 2010), h. 15. 7 Dr. Kevin Adrian, Menimbang Panti Jompo untuk Lansia dan Alternatifnya, diakses pada tanggal 20 November 2019 pukul 13:04 dari https://www.alodokter.com/menimbang-panti-jompo-untuk-lansia-dan-alternatifnya/.

(15) 4. Kebutuhan lansia di antaranya adalah kebutuhan emosional; kasih sayang dari orang sekitarnya, kebutuhan dukungan mental maupun kebutuhan dukungan spiritual. Ketiga hal tersebut merupakan aspek yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia terutama dalam kehidupan lansia, terlebih mengenai kebutuhan spiritual dan/atau pengetahuan agama. Kehidupan keagamaan pada lansia yang diungkapkan oleh M. Argyle melalui hasil penelitian yang mempelajari 1.200 orang sampel berusia antara 60-100 tahun, menemukan secara jelas kecenderungan untuk menerima pendapat keagamaan yang semakin meningkat pada usia tersebut. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Robert pada tahun 1992 menjelaskan bahwa mayoritas lansia akan munculnya potensi realitas tentang kehidupan akhir setelah usia 90 tahun.8 Hal ini disinyalir bahwa ketika seseorang telah sampai kepada fase lanjut usia, selain mempersiapkan legacy sepeninggalnya mereka hidup di dunia, idealnya mereka juga perlu mempersiapkan bekal-bekal untuk kehidupan akhirat kelak di sisa-sisa umur mereka. Agama merupakan salah satu kebutuhan psikis dan rohani yang perlu dipenuhi oleh setiap manusia yang merindukan ketenteraman dan kebahagiaan. Agama adalah suatu sistem yang terpadu yang terdiri atas kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal yang suci dan sakral. Agama adalah salah satu pegangan bagi umat manusia, meyakini akan adanya tuhan yang menurunkan wahyu kepada para nabi-Nya untuk umat manusia demi kebahagiaannya di dunia dan akhirat. Dalam agama Islam terdapat aspek yang begitu melekat dengan kehidupan manusia sehari-hari yaitu ibadah. Ibadah merupakan kegiatan ritual dalam agama. Agama dalam ajaran Islam dijelaskan sebagai fitrah 8. Jalaluddin, Psikologi Agama (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), h. 97..

(16) 5. dari diri manusia,9 seperti pada firman Allah Swt dalam surat ar-Rum (30) ayat 30: ۡ ۚ ‫ك لِلدِّي ِه َحىِ ٗيف ۚب فِ ۡط َرتَ ه‬ ۚ‫ق ه‬ ‫ك ٱلدِّيهُ ۡٱلقَيِّ ُم َولَ ِك هه‬ َ ِ‫ٱَّللِ َذل‬ َ َ‫فَأَقِمۡ َو ۡجه‬ َ ‫ٱَّللِ ٱلهتِي فَطَ َر ٱلىه‬ ِ ‫بس َعلَ ۡيهَب ََل ت َۡب ِدي َل لِخَل‬ َ‫بس ََل يَ ۡعلَ ُمىن‬ ِ ‫أَ ۡكثَ َر ٱلىه‬ Artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada Agama (Islam); sesuai fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. (itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui (QS. Al-Rum: 30). Maksud dari ayat tersebut ialah fitrah Allah merupakan ciptaan Allah, manusia diciptakan Allah memiliki naluri beragama yaitu beragama tauhid (monoteisme). Maka dari itu, melalui agama seseorang terdorong untuk mencari cara untuk mengabdi terhadap perintah tuhan. Salah satu bentuk pengabdian dan rasa syukur seseorang yang beragama terhadap tuhannya yaitu dengan beribadah. Ibadah bukan saja sekedar salat, zakat dan puasa. Akan tetapi, seluruh aspek kehidupan merupakan ibadah. Dalam hal ini Allah Swt berfirman pada surat az-Zariyat (51) ayat 56 yaitu sebagai berikut: ُ ‫َو َمب َخلَ ۡق‬ ‫وس إِ هَل لِيَ ۡعبُدُو ِن‬ َ ‫ٱۡل‬ ِ ۡ ‫ت ۡٱل ِج هه َو‬ Artinya: “Aku (Allah) tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku”. (QS. Al-Zariyat (51): 56) Ayat di atas menjelaskan bahwa manusia diciptakan semata-mata hanya untuk beribadah dan menyembah Allah Swt. Ibadah merupakan sarana seseorang dalam beragama kepada Tuhannya. Ibadah juga merupakan sarana bagi seseorang untuk mendapatkan ketenangan hidup. Agama merupakan kebutuhan jiwa yang dapat menenteramkan agar diri. 9. M. Quraish Shihab, Wawasan Al Qur‟an: Tafsir Maudhu‟I Atas Berbagai Persoalan Umat (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2007), h. 375..

(17) 6. terus merasa nyaman. Sebagaimana diterangkan alquran dalam surat arRa‟d (13) ayat 28: ْ ُ‫ٱله ِريهَ َءا َمى‬ ‫ٱَّللِ أَ ََل بِ ِر ۡك ِر ه‬ ِۗ ‫ىا َوت َۡط َمئِ ُّه قُلُىبُهُم بِ ِر ۡك ِر ه‬ ُ‫ٱَّللِ ت َۡط َم ِئ ُّه ۡٱلقُلُىة‬ Artinya: “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah, ingatlah hanya dengan mengingat Allahlah hati menjadi tenteram”.10. Apabila ia selalu berzikir kepada Allah Swt, maka akan merasa bahwa ia dekat dengan Allah dan berada dalam lindungan dan penjagaan-Nya. Dengan demikian akan timbul di dalam dirinya perasaan teguh, tenang, tenteram, dan bahagia. Sejalan dengan hal itu, kebutuhan ibadah pada lansia yang berada di panti jompo dimaksudkan untuk memberi ketenangan hidup mereka dalam menjalani kesehariannya. Sesuai dengan cita-cita untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan lansia, Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 hadir sebagai tempat penampungan para lansia yang terlantar atau Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS). Pada pelaksanaannya, Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung juga memberikan program bimbingan rohani, bimbingan keterampilan, senam sehat lansia dan rekreasi ceria lansia. Program bimbingan rohani adalah suatu proses kegiatan yang bertujuan agar lansia lebih mengetahui, memahami, mengamalkan ajaran agama Islam dengan lebih baik. Contohnya kegiatan tadarus, ceramah, bersalawat, salat, zikir dan sebagainya. Dengan adanya bimbingan-bimbingan. tersebut. diharapkan. lansia. juga. menjalani. aktivitasnya sehari-hari lebih bermanfaat dan menggapai bahagia dunia-. 10. Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya Special for Woman (Bandung: PT. Sygma Examedia Arkanleema), h. 252..

(18) 7. akhirat selama tinggal di panti dibandingkan tinggal di keluarga yang sudah tidak memedulikan mereka.11 Dalam usaha memenuhi kebutuhan spiritual lansia yang berada di PSTW Budi Mulia 1, perlu diketahui bahwa tidak semua penyandang lansia di sana berasal dari kalangan yang pernah mengecap pendidikan agama sebelumnya. Berdasarkan pengamatan peneliti, penyandang lansia di PSTW Budi Mulia 1 belum ditekankan pengetahuan agama secara efektif sehingga dalam pelaksanaan ibadah para lansia pun belum terlihat maksimal. Oleh karenanya, dibutuhkan komunikasi aktif, bimbingan dan pengarahan yang berarti terhadap lansia PSTW Budi Mulia 1 guna mengefektifkan kebutuhan spiritual yang akan diberikan nantinya. Dengan realitas kondisi lansia PSTW Budi Mulia 1 yang mayoritas berasal dari jalanan (homeless) dan belum memiliki pengetahuan agama yang cukup, berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti mengenai “Komunikasi Penyuluhan untuk Meningkatkan Pengetahuan Agama Lansia di PSTW Budi Mulia 1 Cipayung, Jakarta Timur”. Guna memaparkan esensi pengetahuan agama terhadap kebutuhan spiritual lansia serta menguraikan hambatan-hambatan seputar komunikasi penyuluhan dan/atau bimbingan keagamaan terhadap lansia sebagai objek sehingga menghasilkan sebuah konklusi dan solusi. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, peneliti mengidentifikasi masalah yang terdapat di lokasi penelitian, antara lain: Kurangnya pengetahuan agama pada lansia yang ditandai dengan masih banyak lansia yang belum bisa mengaji, salat, tata cara wudu dan tidak tahu rukun iman dan Islam.. 11. 2012.. Lembaran Pedoman Panti Sosial Tresna Werdha Budhi Mulia 1 Cipayung tahun.

(19) 8. Pada saat peneliti melakukan praktikum mikro di lapangan, peneliti menemukan beberapa permasalahan yang ada di lansia seperti timbulnya rasa ketidaknyamanan karena pihak keluarga yang tidak bertanggung jawab dalam menjenguk lansia yang dititipkan di panti, ketidaktenteraman karena tidak mempunyai pekerjaan yang bisa dilakukan setiap harinya, pesimis dan selalu merasa takut dalam menjalani kehidupan karena tidak mempunyai bekal untuk akhirat. Oleh sebab itu penulis tertarik melakukan penelitian di Panti Sosial Tresna Werdha Mudi Mulia 1, Cipayung Jakarta Timur. C. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1.. Pembatasan Masalah. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis berusaha memfokuskan dan mempertegas ruang lingkup pembahasan penelitian dengan memberikan batasan masalah yang akan dibahas. Penelitian tentang komunikasi penyuluhan ini dibatasi pada aspek metode dan teknik yang dipakai oleh pembimbing rohani dalam menyampaikan materi bimbingan kepada lansia. Materi yang disampaikan tersebut meliputi materi salat, puasa dan hubungan antar lansia dengan pembimbing dan lansia dengan lansia. Pengetahuan agama lansia dibatasi pada aspek kemampuan lansia mengingat materi yang telah disampaikan oleh pembimbing rohani, pengetahuan tersebut meliputi pengetahuan tentang rukun iman dan rukun Islam. 2.. Perumusan Masalah. Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah: a. Bagaimana pengetahuan agama para lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1?.

(20) 9. b. Bagaimana. komunikasi. penyuluhan. yang. dilakukan. penyuluh untuk meningkatkan pengetahuan agama lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1? D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.. Tujuan Penelitian. Tujuan merupakan titik tolak dari setiap penelitian, sesuai dengan pembatasan dan perumusan masalah yang telah dikemukakan. Pada pokoknya penelitian ilmiah bertujuan untuk mengetahui sesuatu yang belum diketahui.12 Maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Untuk mengetahui dan menganalisis tingkat pengetahuan agama lansia di PSTW Budi Mulia 1, Cipayung. b. Untuk mengetahui dan menganalisis komunikasi penyuluhan yang dilakukan penyuluh untuk meningkatkan pengetahuan agama lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1. 2.. Manfaat Penelitian a. Penelitian. ini. diharapkan. dapat. menjadi. sumbangan. pemikiran ilmiah yang dapat menambah pengetahuan dalam ilmu tentang komunikasi penyuluhan, terkait permasalahan pengetahuan agama lansia dan bagaimana cara mengatasinya. b. Dapat dijadikan sebagai bahan rujukan bagi peneliti selanjutnya pada kajian yang sama tetapi pada ruang lingkup yang lebih luas dan mendalam di bidang Bimbingan Penyuluhan Islam. c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan model solusi sebagai pembimbing rohani dalam mengatasi persoalan lansia, khususnya pada pengetahuan agama lansia, dan dapat. 12. Bustanuddin Agus, Pengembangan Ilmu-Ilmu Sosial (Jakarta: Gema Insani Press, 1999), h. 73..

(21) 10. dijadikan pedoman dalam meningkatkan pengetahuan agama terhadaplansia. E. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan penelitian dengan pendekatan kualitatif. Penulis menggunakan penelitian kualitatif dalam mengumpulkan informasi demi memahami subjek yang akan diteliti seperti perilaku, motivasi, persepsi, tindakan dan lain-lain.13 Alasan penulis menggunakan metode kualitatif karena penulis ingin menjelaskan secara mendalam mengenai komunikasi penyuluhan untuk meningkatkan. pengetahuan. agama. bagi. lansia.. Penulis. akan. mengumpulkan data narasi secara mendalam (thick description) dan prosesnya dimulai dari melakukan pengamatan dan eksplorasi fenomena yang terjadi di PSTW Budi Mulia 1 mengenai teknik dan metode komunikasi yang dipakai oleh pembimbing dalam meningkatkan pengetahuan agama terhadap lansia. Dan hal mendasar inilah yang menjadi. acuan. bagi. penulis. untuk. menemukan. konklusi. dan. mengemukakan solusi terkait komunikasi penyuluhan yang baik dan efektif dalam meningkatkan pengetahuan agama terhadap lansia. 2. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian studi kasus. Pendekatan studi kasus membuat peneliti dapat memperoleh pemahaman utuh dan terintegrasi mengenai interelasi berbagai fakta dan dimensi dari kasus tertentu, beberapa tipe unit yang dapat diteliti dalam bentuk studi kasus adalah individu-individu, aksi dan interaksi, peninggalan atau artefak. 13. Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (jBandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), h. 6..

(22) 11. perilaku, setting, serta peristiwa atau insiden tertentu.. 14. Peneliti. menggunakan jenis penelitian ini bertujuan agar penelitian ini tidak sekedar untuk menjelaskan seperti apa objek yang diteliti, tetapi untuk secara mendalam menjelaskan bagaimana keberadaan kasus, serta aksi dan interaksi yang dilakukan. 3. Tempat dan waktu penelitian Adapun tempat yang dijadikan objek penelitian adalah Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 Cipayung, yang beralamat di Jalan Bina Marga N0. 58 7 6, RT.7/RW.5, Cipayung, Kec. Cipayung, Kota Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 13840. Waktu pelaksanaan penelitian lapangan dimulai pada bulan 18 September 2019 sampai bulan Maret 2020. Adapun yang dijadikan alasan dan pertimbangan penulis dalam memilih lokasi penelitian dengan pertimbangan bahwa Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 Cipayung adalah salah satu lembaga milik Pemerintah Daerah yang dikhususkan untuk orang yang telah memasuki fase lanjut usia (lansia) yang bertujuan untuk melindungi masyarakat yang terlantar dan memberikan pelayanan untuk menambah kesejahteraan individu. 4. Subjek dan Objek Penelitian a. Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah orang/individu atau kelompok yang dijadikan unit atau satuan yang diteliti. 15 Dalam penelitian kualitatif, sebelum studi dimulai, peneliti harus sudah memiliki bayangan mengenai isu-isu yang akan dilibatkan dalam topik, orang-orang yang akan 14. E. Kristi Poewardari, Penelitian Perilaku Manusia, (Depok: LPSP3 UI, 2011), h. 124-125. 15. Sanapiah Fisal. Format-format Penelitian Sosial .(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005). h. 109..

(23) 12. diwawancara baik itu responden maupun narasumber, yakni orang yang dianggap memiliki pengetahuan khusus atau dapat memberikan informasi mengenai topik yang diteliti, karakteristik yang diisyaratkan responden dan lain sebagainya. Pemilihan orang yang tepat dengan berbagai argumentasi kontekstualnya menjadi faktor penting. Adapun prosedur penentuan subyek dan/atau sumber data dalam penelitian kualitatif umumnya menampilkan karakteristik sebagai berikut: 1) Diarahkan tidak pada jumlah sampel yang besar, melainkan pada kasus-kasus tipikal sesuai kekhususan masalah penelitian. 2) Tidak ditentukan secara kaku sejak awal tetapi dapat berubah baik dalam hal jumlah maupun karakteristik sampelnya sesuai dengan pemahaman konseptual yang berkembang dalam penelitian. 3) Tidak diarahkan pada keterwakilan dalam arti jumlah atau peristiwa acak, melainkan pada kecocokan dan konteks. Berdasarkan karakteristik di atas, jumlah sampel dalam penelitian kualitatif tidak dapat ditentukan secara tegas di awal penelitian. Beberapa ahli menyarankan untuk lebih mementingkan tercapainya „titik jenuh‟ dalam penelitian. Penelitian kualitatif umumnya menggunakan pendekatan purposif, sampel tidak diambil secara acak, tetapi justru dipilih mengikuti kriteria tertentu. Beberapa prosedur yang ada memberikan pilihan-pilihan pada peneliti untuk mengambil prosedur yang dianggap sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian.16 Penulis menggunakan teknik purposif sampling untuk menentukan subyek penelitian, yaitu pengambilan sample yang didasari oleh pertimbangan khusus yang dipahami oleh peneliti sehingga peneliti. 16. E. Kristi Poerwandari, Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia , (Depok: LPSP3, 2011), h. 109..

(24) 13. memiliki kebebasan dalam memilih siapa saja yang mereka ingin teliti, di mana biasanya digunakan untuk meneliti sebuah gagasan.17 Dalam. penelitian. mengenai. Komunikasi. Penyuluhan. Untuk. Memningkatkan Pengetahuan Agama Lansia Di PSTWBM 1 Cipayung Jakarta Timur ini peneliti memilih orang-orang yang terlibat langsung dalam pelaksanaan bimbingan tersebut, yakni pembimbing agama, Pekerja Sosial, dan Warga Binaan Sosial yang bergabung dalam kegiatan bimbingan agama. Pada penelitian ini, peneliti akan melakukan wawancara kepada pembimbing agama, Pekerja Sosial dan Warga Binaan Sosial untuk mendapatkan informasi yang mendukung berjalannya penelitian ini. Pemilihan informan didasari oleh beberapa kriteria, antara lain:  Aktif dalam kegiatan bimbingan agama  Lansia yang masih mampu melakukan komunikasi dengan baik  Lansia yang sudah menetap di panti minimal selama 2 tahun karena menjadi tolak ukur kecukupan pemahaman  Terlibat dalam kegiatam bimingan agama di Panti Sosial Tresna Wherda Budi Mulia 1 Cipayung  Merasakan manfaat dari kegiatan bimbingan agama Adapun orang-orang yang akan menjadi informan adalah pembimbing agama Islam, Pekerja Sosial dan Warga Binaan Sosial. Dari Pekerja sosial, data yang diharapkan adalah mengenai sejarah pendirian Panti dan kegiatan bimbingan agama, bagaimana sistem yang berjalan dalam kegiatan bimbingan agama serta data-data panti dan lansia berupa dokumen pendirian serta data anggota. Peneliti memperoleh sample berdasarkan pada susunan tingkat jabatan. 17. Rully Indrawan, Poppy Yaniawati, Metodologi Penelitian, (Bandung: Refika Aditama, 2014), h. 105-106..

(25) 14. Kemudian dari Warga Binaan Sosial, data yang diharapkan adalah bagaimana proses bimbingan agama, sudah berapa lama keterlibatan dalam kegiatan bimbingan agama dan manfaat yang dirasakan dengan kegiatan bimbingan agama terhadap kehidupan pribadi mereka. Informan yang diwawancara sebanyak tiga orang. Peneliti memperoleh sampel berdasarkan keaktifan dalam kegiatan bimbingan agama, frekuensi kehadiran, tingkat pendidikan. Berdasarkan konteks tersebut, peneliti memilih subyek-subyek penelitian di antaranya Ibu Nur Azizah. Ibu Nur Azizah dipilih menjadi informan karena beliau masih aktif dalam berkomunikasi dengan baik, masih aktif dalam kegiatan bimbingan agama dan frekuensi kehadiran beliau di kegiatan bimbingan agama yang mana dalam sebulan terdapat empat kali pertemuan. Informan selanjutnya adalah Ibu Neng Nelly Ruslinah. Alasan memilih Nelly Ruslinah sebagai informan adalah karena ia merupakan Warga Binaan Sosial (WBS) yang aktif mengikuti kegiatan bimbingan agama di Masjid Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 Cipayung dan didukung oleh kepribadiannya yang mudah diajak untuk berkomunikasi sehingga memudahkan peneliti dalam pengumpulan informasi. Informan terakhir dari WBS yaitu Bapak Taufiq Alasan peneliti memilih Taufiq karena ia salah satu WBS yang aktif mengikuti kegiatan bimbingan agama di panti dan merasa mendapatkan kemantapan hati terhadap Allah SWT setelah mengikuti kegiatan bimbingan agama tersebut. Tabel 1.1 Kerangkang Informan Penelitian Komunikasi Penyuluhan Untuk Meningkatkan Pengetahuan agama Lansia Di PSTW Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur.

(26) 15. N Informasi yang O. Informan. Nama. Metode. dicari. J m l. 1. Sejarah berdirinya kegiatan bimbingan agama 2 Bagaimana system atau metode dalam melakukan bimbingan agama dan materi yang dipakai dalam kegiatan tersebut. 3Manfaat dari kegiatan bimbingan agama untuk meningkatkan ilmu pengetahuan lansia. Pekerja Sosial. Ibu Ira Ayu. Wawancara,. 1. dokumentasi. Pembimbing. Bapak. Wawancara,. Agama. Achmari. Observasi. Bisri. Dokumentasi. Ibu Nur Azizah Ibu Neng Nelly Bapak Taufiq. Wawancara,. Warga Binaan Sosial (WBS). Observasi,Do kumentasi,. Sumber : Data Primer b. Objek Penelitian Sedangkan objek dalam penelitian ini adalah komunikasi penyuluhan dalam konteks proses pembimbing rohani dalam memberikan materi agama kepada lansia dan pengetahuan agama lansia. Penulis mengambil sampel dengan dengan menggunakan cara pengambilan sampel kasus tipikal, yakni kasus yang diambil adalah kasus yang dianggap mewakili kelompok normal dari fenomena yang diteliti, dalam pendekatan ini suatu objek atau lokasi penelitian dipilih bukan karena ciri-cirinya yang ekstrim atau sangat berbeda, melainkan justru. 1. 3.

(27) 16. karena objek atau lokasi tersebut secara tipikal dapat mewakili fenomena yang diteliti.15 Dengan demikian, berdasarkan kriteria diatas, maka menggunakan kasus tipikal, yang menjadi subjek penelitian ini berjumlah 5 orang; 1 (satu) orang pembimbing agama, 1 (satu) orang satpel dan 3 (tiga) orang lansia. F. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam. penelitian,. karena. tujuan utama. dari. penelitian. adalah. mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. 18 1. Observasi Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselediki. Penelitian ini melaksanakan pengamatan langsung.19 Observasi dilakukan dengan cara peneliti melakukan pengamatan langsung terhadap pelaksanaan bimbingan rohani yang dilakukan selama dua kali setiap minggunya sesuai dengan jadwal pelaksanaan bimbingan rohani yang dilakukan pembimbing rohani di PSTW Budi Mulia 1 Cipayung. Penulis akan melakukan observasi sebanyak lima kali di PSTW Budi Mulia 1 Cipayung. 2. Wawancara Wawancara merupakan suatu kegiatan tanya jawab dengan tatap muka antara pewawancara (interviewer) dan yang diwawancarai (interviewee) tentang masalah yang diteliti, dimana pewawancara. 18 19. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2008), h. 62. Cholid Narbuko, dkk., Metodologi Penelitian (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), h. 70..

(28) 17. bermaksud memperoleh persepsi, sikap dan pola pikir dari yang diwawancarai yang relevan dengan masalah yang diteliti.20 3.. Dokumentasi. Metode dokumentasi merupakan suatu metode pengumpulan data kualitatif dengan melihat dan menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek sendiri atau orang lain tentang subjek tersebut dan dokumen-dokumen yang diperoleh di luar tempat penelitian.. G. Sumber Data Sumber data dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.. Data Primer Data yang diperoleh dari observasi langsung yang berperan sebagai pengamat dan proses wawancara yang dilakukan kepada pihak-pihak terkait yang berhubungan dengan penelitian ini.. 2.. Data Sekunder Data yang diperoleh dari catatan-catatan, dokumen-dokumen, buku, rekaman, majalah dan lain sebagainya.. H. Standar Validitas dan Kredibilitas Penelitian Sebagaimana penelitian kualitatif yang sering digunakan oleh peneliti adalah kredibilitas. Kredibilitas menjadi istilah yang paling banyak dipilih untuk mengganti konsep validitas, dimaksudkan untuk merangkum bahasan menyangkut kualitas penelitian kualitatif. 21 Adapun standar validitas dan kredibilitas penelitian ini adalah yaitu dengan melakukan triangulasi, baik triangulasi metode (menggunakan lintas metode pengumpulan data), dan triangulasi sumber data (memilih berbagai 20. Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), h. 162. 21 E. Kristi Poewardari, Penelitian Perilaku Manusia, (Depok: LPSP3 UI, 2011), h. 207.

(29) 18. sumber data yang sesuai). 22 Sumber data terdiri dari proses observasi, wawancara dan dokumentasi dari berbagai sumber data. I.. Kerangka Berpikir Menurut Undang-Undang Dasar No 13 tahun 1998 Tentang. Kesejahteraan. Lansia. menyatakan. bahwa. Kementerian. Sosial. menyediakan berbagai program perlindungan sosial, bantuan sosial, rehabilitas sosial dan layanan sosial berbasis keluarga bagi warga lansia.23 Maka UUD tersebut telah menyepakati tentang Kesejahteraan Lansia baik lansia yang terlantar ataupun lansia yang masih memiliki keluarga, dengan itu Kementerian Sosial membuat sebuah Panti yang menampung semua Lansia yang terlantar atau lansia yang sudah tidak memiliki keluarga untuk diberikan perlindungan dan hak-hak yang akan mereka dapatkan, salah satunya yaitu hak mendapatkan bimbingan agama di panti, maka realita yang ada masih banyak lansia yang belum mengetahui tentang pengetahuan agama, seperti mengaji, salat, tata cara wudu dan tidak tahu rukun iman dan Islam.24. 22. Ibid, h. 223 Koesworo Setiawan, Menimbang Panti Jompo untuk Lansia dan Alternatifnya, diakses pada tanggal 20 November 2019 pukul 13:04 dari https://www.kemsos.org/ar/mensos-usulkan-batasan-usia-lansia-jadi-65-tahun 24 Hasil observasi lapangan di PSTW Budi Mulia 1 Cipayung pada tanggal 21 Januari 2020. 23.

(30) 19. Tindakan. Komunikasi Penyuluhan Dalam Konteks Bimbingan Agama Lansia tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang agama Islam Lansia belum mengetahui dengan baik panduan pelaksanaan salat •Lansia memiliki ketidakjelasan terhadap agama yang mereka anut. Pembimbing rohani memberikan materi tentang syari‟at/keagamaan Pembimbing mengajarkan dan memandu praktek keagaaman •Pembimbing secara aktif mengajak lansia untuk melakukan ritual ibadah. Kondisi Awal. • Hasil dari kegiatan yang dilakukan pembimbing agama • Fase I: Pembimbing menggunakan strategi, metode dan teknik komunikasi penyuluhan dalam proses bimbingan. • Fase II: Pembimbing mengukur tingkat keberhasilan strategi, metode dan teknik komunikasi penyuluhan terhadap lansia. • Fase III: Setelah pembimbing rohani menggunakan strategi, metode dan teknik komunikasi penyuluhan, lansia dapat mengetahui pengetahuan agama dengan baik.. Kondisi akhir Table 1.2 Kerangka Berfikir. J.. Teknik Analisis Data Patton menjelaskan bahwa proses analisis dapat melibatkan konsep-. konsep yang muncul dari jawaban atau kata-kata responden sendiri maupun konsep-konsep yang dikembangkan atau dipilih peneliti untuk menjelaskan fenomena yang dianalisis, yang harus selalu diingat peneliti adalah bagaimanapun analisis dilakukan, peneliti wajib memonitor dan melaporkan proses dan prosedur-prosedur analisisnya sejujur dan.

(31) 20. selengkap mungkin.25 Oleh karena itu, dalam menganalisis data, peneliti memerhatikan kepekaan teoritis atau meminimalkan bias, interpretasi, dan terakhir penulisan laporan. Seiddel dalam buku E. Kristi Poewardari mengatakan analisis data kualitatif prosesnya berjalan sebagai berikut:26 a.. Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu diberikan kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri;. b.. Mengumpulkan, menyintesiskan,. memilah-milah, membuat. mengklasifikasikan,. ikhtisar,. dan. membuat. indeksnya; c.. Berpikir, dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai makna, mencari dan menemukan pola, dan hubungan-hubungan; dan. d.. Membuat temuan-temuan umum.. K. Sistematika Penulisan Dalam Penulisan skripsi ini, penulis berpedoman dan mengacu kepada buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2019”. BAB I PENDAHULUAN Merupakan bagian yang menjelaskan latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan dan perumusan masalah, tujuan dan mafaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan. 25. E. Kristi Poewardari, Penelitian Perilaku Manusia (Depok: LPSP3 UI, 2011), h.. 164. 26. S. Herlinda, dkk., dalam Jurnal Metodologi Penelitian, Vol. 1, Analisis Pengumpulan Data Kualitatif. (Palembang: Lembaga Penelitian Universitas Sriwijaya, 2010) h. 70..

(32) 21. BAB II KAJIAN PUSTAKA Landasan Teori merupakan bagian yang menjelaskan landasan teori yang berhubungan dengan penelitian serta hasil penelitian terdahulu tentang komunikasi penyuluhan. BAB III GAMBARAN UMUM PANTI SOSIAL TRESNA WHERDA (PSTW) BUDI MULIA 1 CIPAYUNG, JAKARTA TIMUR Pada bagian ini peneliti akan memaparkan informasi gambaran umum mengenai PSTW Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur, yang terdapat informasi seperti sejarah berdirinya, visi dan misi, program-program, tujuan, serta ruang mediasi yang dimiliki oleh PSTW Budi Mulia 1 Cipayung, Jakarta Timur. BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN Meliputi Data deskripsi Informan, dan temuan hasil penelitian. BAB V PEMBAHASAN Bagian ini berisi uraian yang mengaitkan teori dan hasil penelitian. Teori digambarkan sebagai pisau analisis yang akan membedah data dari temuan penelitian. BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN Berisi kesimpulan dan saran-saran berkaitan dengan pelaksanaan mediasi dan perannya dalam memberikan solusi kepada para lansia yang sudah lupa akan pengetahuan agama agar bisa mempertahankan pengetahuan agama mereka..

(33) BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Teori Komunikasi Penyuluhan 1. Komunikasi Penyuluhan Komunikasi penyuluhan merupakan salah satu bentuk komunikasi yang dilakukan dalam konteks penyuluhan. Penyuluhan itu sendiri merupakan upaya menjelaskan kepada masyarakat agar mereka menjadi lebih baik lagi, akar kata dari penyuluhan adalah suluh yang berarti obor ataupun alat untuk menerangi keadaan yang gelap. Dari asal perkataan tersebut dapat diartikan bahwa penyuluhan dimaksudkan untuk memberi penerangan ataupun penjelasan kepada mereka yang disuluhi, agar tidak lagi berada dalam kegelapan mengenai sesuatu masalah tertentu.27 Penyuluhan juga mengandung usaha menyebarserapkan hal-hal yang baru (paling tidak, dianggap atau dirasakan baru) dianggap agar masyarakat berminat dan bersedia melaksanakannya dalam kehidupan nyata sehari-hari.28 Pada hakekatnya penyuluhan adalah suatu kegiatan komunikasi. Proses yang dialami mereka yang disuluh sejak mengetahui, memahami, meminati, dan kemudian menerapkan dalam kehidupan yang nyata adalah suatu proses komunikasi. Dengan demikian kelihatanlah bagaiman pentingnya. memenuhi. persyaratan. komunikasi. yang. baik. untuk. tercapainya hasil penyuluhan yang baik. Seperti suatu komunikasi baru berhasil apabila kedua belah pihak sama-sama siap untuk itu, demikian pula dengan penyuluhan. Ini berarti, kegiatan penyuluhan menuntut suatu. 27. Zulkarimein Nasution, Prinsip-prinsip Komunikasi Untuk Penyuluhan (Jakarta: Lembaga Penerbit Fak. Ekonomi UI, 1990), h. 7. 28 Ibid, h. 8.. 22.

(34) 23. persiapan. Perlu suatu perencaan yang matang, dan bukan dilakukan secara asal-asalan saja.29 Dalam. melakukan. penyuluhan,. faktor. penyampaian. (baca:. pengkomunikasian) hal-hal yang disuluhkan adalah amat penting. Karena itu penyuluhan menuntut dipersiapkannya lebih dahulu suatu desain yang secara terperinci dan spesifik menggambarkan hal-hal pokok dalam penyuluhan, seperti:30 a. Masalah yang dihadapi b. Siapa yang akan disuluh c. Apa tujuan yang hendak dicapai dari setiap kegiatan penyuluhan d. Pendekatan yang dipakai e. Pengembangan pesan f. Metode atau saluran yang digunakan g. System evaluasi yang “telah terpasang”, atau “built-in” Dengan meninjau pengertian dan pemaparan di atas, maka dapat dipahami. bahwa. komunikasi. penyuluhan. adalah. suatu. proses. penyampaian pesan-pesan penyuluhan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau mengubah sikap, pendapat atau perilaku baik langsung secara lisan maupun tidak langsung melalui media.31 Dengan adanya penyuluh sebagai seorang individu yang memiliki urgensi dalam tugas yang diembannya, maka seorang penyuluh diharapkan dapat membekali dirinya serta menguasai pengetahuan tentang: 29. Zulkarimein Nasution, Prinsip-prinsip Komunikasi Untuk Penyuluhan, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fak. Ekonomi UI, 1990), h. 10. 30 Ibid, h. 11. 31 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya, 2017), cet. 28, h. 79..

(35) 24. a. Komunikasi antar pribadi, hal yang amat sangat dibutuhkan ketika melakukan komunikasi penyuluhan sebab menurut pengalaman para penyuluh yang menyebarserapkan inovasi, agar bisa menjalin komunikasi antar pribadi dengan masyarakat seperti yang semestinya, seorang penyuluh dituntut untuk memperhatikan hal sebagai berikut: 1) Kemampuan empati, yaitu kemampuan penyuluh untuk menempatkan dirinya pada posisi warga masyarakat yang di binanya. 2) Menciptakan suasana homopily dengan khalayak, yaitu membangun suasana dengan penuh keakraban sehingga khalayak merasa nyaman ketika mendapatkan penyuluhan. 3) Menyesuaikan dengan program yang dijalankan dengan kebudayaan khalayak setempat.32 b. Komunikasi kelompok, merupakan suatu disiplin ilmu yang harus dikuasai oleh seorang penyuluh/komunikan, karena sekalipun kelompok dalam masyarakat terdiri dari pribadi-pribadi yang bersifat individual, kelompok ini bermacam-macam bentuk dan tujuannya, ada kelompok yang mempunyai latar belakang budaya, ideologi atau agama, dalam hal ini ada beberapa prinsip pokok yang perlu difahami oleh seseorang penyuluh yaitu: 1) Komunikasi kelompok merupakan suatu proses sistematik, proses yang terjadi dalam satu sistem, komponen-komponen yang dimaksud adalah: konteks situasional, penyuluh, pesan, penerima dan perlu interaksi yang muncul ketika suatu kelompok berkomunikasi. 32. Zulkarimein Nasution, Prinsip-prinsip Komunikasi Untuk Penyuluhan, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekomoni Universitas Indonesia, 1990), h.22..

(36) 25. 2) Komunikasi kelompok bersifat kompleks, kompleks itu disebabkan dimensi sistem yang mempengaruhi komunikasi kelompok berfungsi secara simultan. 3) Komunikasi kelompok bersifat dinamik. Penting untuk diingat bahwa komunikasi kelompok terjadi dalam satu jangka waktu tertentu. Kemampuan kita untuk saling tergantung. ditentukan. oleh. pertukaran. pesan. yang. bersinambungan.33 c. Komunikasi Massa merupakan suatu proses yang membedakan dari bentuk komunikasi lainnya adalah bahwa komunikasi massa merupakan proses penyampaian pesan dari satu sumber kepada khalayak yang berjumlah besar, dengan menggunakan saluran media massa. Terdapat 4 unsur komunikasi massa yang diungkapkan oleh Blake dan Haroldsen (1975) yang diungkapkan oleh Zulkarimein Nasution di dalam bukunya, yang kiranya meski dipahami oleh seorang penyuluh adalah: 1) Komunikator, dikarenakan sifat komunikasi massa, maka komunikator di sini biasanya adalah pekerja profesional dari suatu organisasi komunikasi (seperti penerbit, stasiun radio, televisi, ataupun perusahaan film) yang secara sosiologis memang merupakan suatu lembaga sosial (social institution). Artinya organisasi itu sendiri tentulah mempunyai tujuan, aturan-aturan, birokrasi dan sebagainya, yang merupakan batasan-batasan perilaku bagi para anggotanya dalam menjalankan tugas negara. 2) Saluran, 33. untuk. berlangsungnya. komunikasi. massa. Zulkarimein Nasution, Prinsip-prinsip Komunikasi Untuk Penyuluhan, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekomoni Universitas Indonesia, 1990), h.22..

(37) 26. diperlukan saluran yang memungkinkan disampaikannya pesan kepada khalayak yang dituju. Saluran tersebut adalah media massa, yaitu sarana teknis yang memungkinkan terlaksananya proses komunikasi massa tertentu. Saluran media massa ini, melihat bentuknya dapat dikelompokkan atas: a). Media cetakan (printed media), yang mencakup surat kabar, majalah, buku, pamflet, brosur dan sebaginya.. b) Media elektronik, seperti radio, televisi, film, slide, video, dan lain-lain. 3) Pesan, berbeda dengan pesan-pesan yang disampaikan melalui bentuk komunikasi antar pribadi, dalam komunikasi massa ditujukan untuk semua orang yang terjangkau oleh peristiwa komunikasi tersebut. Siapa saja yang dapat menangkap. pesan. tersebut,. dapat. menafsirkan. dan. menggunakannya untuk kepentingan masing-masing. Secara umum, pesan-pesan tersebut data dikelompokkan menjadi pesan-pesan yang informatif, edukatif, dan persuasif. 4) Khalayak, setiap komunikasi tentulah ditujukan kepada pihak tertentu sebagai penerima pesan yang disampaikan. Dalam komunikasi massa, penerima ini adalah mereka yang menjadi khalayak dari media massa yang bersangkutan. Khalayak komunikasi massa bersifat luas, heterogen, dan anonim. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan komunikasi penyuluhan adalah menyampaikan atau memberitahu kepada khalayak.

(38) 27. agar dapat merubah sikap, pendapat, dan perilaku. Yang dilaksanakan secara kontinu atau berkelanjutan.34 2.. Metode Komunikasi Penyuluhan Adapun metode komunikasi penyuluhan yang digunakan oleh sipenyuluh yaitu: a.. Metode Berdasarkan Perorangan. Metode berdasarkan pendekatan perorangan ini dalam kegiatan penyuluhan dilaksanakan dengan menggunakan metode penyuluhan sistem latihan dan kunjungan atau sering disebut dengan sistem LAKU, di mana metode pendekatan. perorangan. secara. kontak. informal. penerapannya. b.. Metode berdasarkan pendekatan kelompok. Metode ini efektif dibandingkan dari metode lainnya karena dibimbing dan diarahkan secara berkelompok untuk melakukan sesuatu kegiatan yang lebih produktivitas atas dasar kerja sama. Metode dengan pendekatan kelompok lebih menguntungkan karena memungkinkan adanya umpan balik dan interaksi kelompok yang memberi kesempatan. bertukar. pengalaman. maupun. pengaruh. terhadap anggotanya. c.. Metode berdasarkan pendekatan massal. Metode pendekatan massal ini memakan waktu lebih banyak, biaya lebih besar, namun metode ini langsung dapat dirasakan oleh khalayak sasaran. Ditinjau dari efesiensinya penyampaian pesan atau informasi melalui. 34. Zulkarimein Nasution, Prinsip-prinsip Komunikasi Untuk Penyuluhan, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekomoni Universitas Indonesia, 1990), h.22..

(39) 28. media memang sangat tepat karena dapat menjangkau seluruh wilayah panti, umpan balik yang diterima dalam metode pendekatan massal ini menggunakan media elektronik.35 3.. Strategi Komunikasi Penyuluhan Terdapat beberapa strategi komunikasi penyuluhan yaitu: a. Rencana/Program. Oengembangan dari ide dasar, konsep, strategi sampai pada pelaksanaan dalam suatu program penyuluhan, merupakan rangkain tahapan dalam suatu program komunikasi penyuluhan. Jenis rencana/program terdiri dari: penyuluhan langsung, peran serta masyarakat dan usaha kesehatan sekolah. Dalam rencana/program kegiatan penyuluhan lebih ditekankan pada isi pesan, dan strategi media sebagai kegiatan utama, media yang digunakan dalam penyuluhan ini adalah media cetak berupa brosur dan media visual yaitu Over Head Projector. Pada dasarnya program penyuluhan tersebut berupa dokumen tertulis yang menggambarkan seluruh program dan strategi yang dikembangkan oleh suatu organisasi atau lembaga berupa fakta-fakta tentang sasaran, lingkungan, harapan dan sejenisnya. b. Komunikator.. Untuk. berhasilnya. sutau. komunikasi. penyuluhan, tidak saja ditentukan oleh kemampuan berkomunikasi,. tetapi. juga. oleh. diri. komunikator. (penyuluh) karena fungsi komunikator adalah sebagai pengutaraan pikiran dan perasaannya dalam bentuk pesan 35. Anuar Rasyid, dalam Jurnal Ilmu Komunikasi, Vol. 1 No. 1, Metode Komunikasi Penyuluhan Pada Petani Sawah. (Jurnal Ilmu Komunikasi, 2012), h. 33-35..

(40) 29. untuk membuat komunikan (yang disuluh) menjadi tau, mengubah sikap, pendapat dan perilakunya. c. Media yang digunakan. Memilih media yang digunakan dalam penyuluhan merupakan keputusan yang sangat penting. Media yang dipilih tentu yang diharapkan adalah media yang benar-benar efektif mencapai sasaran yang dibutuhkan. Pemilihan media hendaklah benar-benar didasarkan pada pertimbangan yang matang karena pilihan yang diambil paling tidak menyangkut masalah biaya, tenaga dan waktu yang disediakan unttuk penyuluahn tersebut. d. Pesan yang disampaikan. Cara penyampaian pesan di dalam komunikasi penyuluhan merupakan suatu hal dalam penentuan. efektivitas. program.. Penyuluh. atau. komunikator harus mempertimbangkan tidak hanya isis yang akan disampaikan, tetapi juga bagaimana informasi tersebut disusun untuk dipresentasikan dan apa tipe serta daya Tarik pesan yang akan disampaikan. 5) Sasaran penyuluhan. Sasaran adalah salah satu bagian. atau. faktor. penentu. keberhasialan. suatu. komunikasi penyuluhan. Karena bagi penyuluh atau komunikator, patokan berhasilnya upaya penyuluhan adalah apabila pesan-pesan yang disampaikan melalui berbagai saluran dapat sampai pada sasaran dan dimengerti serta ada tanggapan sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh komunikator atau penyuluh.36 36. Sitti Murni Kaddi, dalam Jurnal Academica, Vol.06, No.01, Strategi Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Dalam Menanggulangi Bahaya Narkoba di Kabupaten Bone. (Jurnal Academica Fisip Untad, 2014).

(41) 30. Dengan demikian unsur-unsur komunikasi penyuluhan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dan teknik yang dipakai oleh pembimbing rohani dalam menyampaikan materi bimbingan kepada lansia. Materi yang disampaikan tersebut meliputi materi salat, puasa dan hubungan antar lansia dengan pembimbing dan lansia dengan lansia. B. Pengetahuan Agama 1.. Pengertian Pengetahuan Agama. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui, berkenaan dengan hal materi pelajaran. Agama diucapkan oleh orang Barat dengan Religios (bahasa Latin), Religion (bahasa Inggris, Prancis, Jerman) dan Rligie (bahasa Belanda). Istilah ini bukannya tidak mengandung arti yang dalam melainkan mempunyai latar belakang pengertian yang lebih mendalam dari pada penelitian “agama” yang telah disebutkan di atas.37 Agama adalah risalah yang disampaikan Tuhan kepada Nabi sebagai petunjuk bagi manusia dan hukum-hukum sempurna untuk dipergunakan manusia dalam menyelenggarakan tata cara hidup yang nyata serta mengatur hubungan dengan dan tanggung jawab kepada Allah, kepada masyarakat serta kepada alam sekitarnya. Agama sebagai sumber sistem nilai, merupakan petunjuk pedoman dan pendorong bagi manusia untuk memecahkan berbagai masalah hidupnya seperti dalam ilmu agama, politik, ekomomi, sosial, budaya, dan militer sehingga terbentuk pola motivasi, tujuan hidup dan perilaku manusia yang menuju kepada rida Allah (akhlak).. 37. Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 1377..

(42) 31. 2.. Aspek-aspek pengetahuan agama Menurut Anderson ada empat kategori dalam dimensi. pengetahuan agama yaitu:. 1.. Pengetahuan faktual (factual knowledge) Pengetahuan faktual adalah pengetahuan dasar yang harus. diketahui perserta didik sehingga peserta didik mampu memahami suatu masalah atau memecahkan masalah tersebut. Pengetahuan ini meliputi semua informasi yang mendetail dan psesifik, seperti tanggal terjadinya sebuah peristiwa. Fakta-fakta yang spesifik adalah fakta-fakta yang dapat disendirikan sebagai elemen-elemen yang terpisah dan berdiri sendiri. Setiap bidang kajian mengandung peristiwa, lokasi orang, tanggal, dan detaildetail lain yang mempresebtasikan pengetahuan penting tentang bidang itu.38 2.. Pengetahuan konseptual (conceptual knowledge) Pengetahuan konseptual adalah pengetahuan-pengetahuan. dasar yang saling berhubungan dan struktur yang lebih besar sehingga dapat digunakan secara bersama-sama dan mencakup pengelaman tentang kategori.39 3. Pengetahuan prosedural (procedural knowledge) Pengetahuan prosedural adalah pengetahuan mengetahui bagaimana untuk melakukan sesuatu metode untuk mencara sesuatu, suatu pengetahuan yang mengutamakan kemampuan, 38. Shofiya Khaidaroh dan Sukiman, dalam Jurnal Kajian Pendidikan Islam dan Studi Islam, Vol. 1, No. 2, Pengembangan Tujuan Pembelajaran PAI Aspek Kognitif dalam Teori Anderson dan Krathwohl. (Jurnal Al Ghazali, 2018). 39 Shofiya Khaidaroh dan Sukiman, dalam Jurnal Kajian Pendidikan Islam dan Studi Islam, Vol. 1, No. 2, Pengembangan Tujuan Pembelajaran PAI Aspek Kognitif dalam Teori Anderson dan Krathwohl. (Jurnal Al Ghazali, 2018)..

(43) 32. algoritma, teknik dan metode.40 Jika pengetahuan faktual dan pengetahuan konseptual mewakili petanyaan-pertanyaan “apa”, maka pengetahuan procedural. bergulat. dengan. pertanyaan-pertanyaan. “bagaimana”. 4. Pengetahuan metakognisi (metacognitive knowledge) Pengetahuan metakognisi pengetahuan yang melibatkan pengetahuan kognitif secara umum. Metakognisi juga dapat diartikan sebagai suatu kesadaran tentang kognitif diri sendiri, bagaimana kognitif dalam diri kita itu bisa berjalan serta bagaimana kita mengaturnya.41 Agama Islam adalah agama Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad, untuk diteruskan kepada seluruh umat manusia yang mengandung ketentuan-ketentuan keimanan (aqidah) dan ketentuanketentuan ibadah dan mua‟amalah (syari‟ah), yang menentukan proses terbentuknya kata hati.42 Berdasarkan penjelasan di atas pengetahuan agama Islam itu mengandung tiga unsur, yaitu:43 a. Iman: keyakinan kepada Allah 1) Allah 2) Malaikat-Nya 3) Kitab-Nya 4) Rasul-Nya 5) Hari Akhir dan 40. Shofiya Khaidaroh dan Sukiman, dalam Jurnal Kajian Pendidikan Islam dan Studi Islam, Vol. 1, No. 2, Pengembangan Tujuan Pembelajaran PAI Aspek Kognitif dalam Teori Anderson dan Krathwohl. (Jurnal Al Ghazali, 2018). 41 Ibid. 42 Drs. H. Abu Ahmadi dan Noor Salimi, Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Bumi Aksara), Ed. 1, Cet. 2, h. 4. 43 Ibid, h. 4-5..

(44) 33. 6) Qadha dan Qadar b. Islam: Penyerahan diri sepenuhnya kepada ketentuan Allah, yaitu: 1) Syahadatain 2) Shalat 3) Zakat 4) Puasa 5) Haji c. Ihsan: berakhlak serta mengerjakan ibadah kepada Allah dan bermu‟amalah dengan sesama makhluk dengan penuh keikhlasan seakan-akan disaksikan oleh Allah, meskipun dia tidak melihat Allah. Adapun mu‟amalah dengan sesama makhluk, terdiri dari: 1) Bermu‟amalah dengan manusia: 2) Hubungan dengan Rasul–menaati 3) Menyantuni/membina diri–meniru 4) Hubungan dengan keluarga–mencintai 5) Hubungan dengan masyarakat 6) Hubungan dengan bangsa 7) Hubungan antar bangsa 8) Hubungan dengan tumbuh-tumbuhan 9) Hubungan dengan hewan 10) Hubungan. dengan. benda,. baik. organik. maupun. anorganik. Dengan demikian, oleh karena pengetahuan agama Islam itu membawa peraturan-peraturan Allah yang dipatuhi, maka orang Islam itu bukan saja menjauhkan diri dari kemungkaran dan selalu berbuat kebijakan, melainkan juga mengajak kepada kebaikan dan mencegah.

(45) 34. kemungkaran itu. 44 Setelah mengetahui pengertian pengetahuan, agama, dan Islam. Penulis menarik kesimpulan bahwa pengetahuan agama Islam adalah kemampuan untuk mengingat materi yang sudah pernah diajarkan tentang ajaran agama Islam yang berisi aturan-aturan atau norma-norma yang mengatur hubungan manusia dengan Allah, manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam. Dengan demikian pengetahuan agama yang di maksud dalam penelitian ini adalah aspek kemampuan lansia mengingat materi yang telah disampaikan oleh pembimbing rohani, pengetahuan tersebut meliputi pengetahuan tentang rukun iman dan rukun Islam. C. Lanjut Usia (Lansia) Casseli dan Lopez mengemukakan bahwa proses menua merupakan suatu proses yang terjadi secara biologis secara terus-menerus yang dialami oleh manusia pada semua tingkat umur dan waktu. Lanjut usia merupakan sebutan atau sitilah yang menggambarkan tahapan akhir dari proses penuaan tersebut.45 Semua akhir hidup memiliki siklus kehidupan menua yang diawali dari kelahiran kemudian tumbuh dewasa dan berkembang, selanjutnya menjadi tua dan akhirnya meninggal dunia. Pada Undang-Undang Republik Indonesia tentang Kesejahteraan Lansia No. 13 Tahun 1998 pasal 5 ayat 1 disebutkan bahwa seorang lansia memiliki hak yang sama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Lanjut usia atau lansia merupakan fase dari tahap terakhir kehidupan manusia. Definisi lansia pada negara berkembang yaitu seorang individu yang berumur 60 tahun ke atas, sedangkan pada negara maju yaitu. 44. Prof. Dr. Zakiah Daradjat, dkk., Dasar-dasar Agama Islam (Universitas Terbuka, 1986), h. 45 Siti Partini Suardiman, Psikologi Usia Lanjut (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2011), h. 3..

(46) 35. seseorang indvidu yang telah berumur 65 tahun ke atas.46 Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2004 tentang pelaksanaan upaya peningkatan kesejahteraan sosial lansia, lansia ialah individu atau seorang yang berusia 60 tahun ke atas. Secara biologis lansia merupakan individu yang mengalami proses penuaan secara terus menerus yang ditandai dengan penurunan fisik dimana individu tersebut sangat rentan terhadap penyakit. Undang-Undang tentang Kesehatan No. 36 tahun 2014 menyebutkan lansia sebagai seseorang yang disebabkan usianya mengalami perubahan fisik dan psikologis tertentu. Efek-efek yang menentukan, sampai sejauh mana pria maupun wanita yang lansia melakukan penyusuaian diri secara baik maupun buruk.47 1.. Klasifikasi dan Karakteristik Lansia. Dalam perkembangannya manusia mengalami perubahan, mulai dari anak-anak, remaja, dewasa hingga lansia. Lansia merupakan periode penutup dalam rentang kehidupan manusia. Sama halnya dengan setiap tahapan perkembangan hidup seseorang. Menurut Eizabeth B. Hurlock karakteristik Lansia meliputi perubahan fisik dan perubahan mental (psikologi). Adapun. perubahan. fisik. termasuk. di. dalamnya. perubahan. penampilan, perubahan pada sistem organ serta perubahan motorik. Sementara itu perubahan kemampuan mental dalam membedakan kondisi tertentu serta perubahan dalam hal minat dan ketertarikan yang disebabkan. 46. Mochammad Affandi, Dalam Journal of Indonesia Applied Economics, Vol. 3, No. 2, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penduduk Lansia Memilih Untuk Bekerja. (Malang: Universitas Brawijaya, 2009) 47 Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Kehidupan (Jakarta: Erlangga, 1980), h. 380..

(47) 36. memburuknya kondisi kesehatan, ingatan belajar serta dalam memberi argumentasi, ekonomi dan nilai.48 Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menjelaskan lansia dibagi ke dalam empat klasifikasi dalam batasan umur. Pertama, usia pertengahan (middle aged) yaitu seseorang yang telah mencapai umur 45 sampai 59 tahun. Kedua, usia lanjut (elderly) ialah seseorang yang telah mencapai umur 60 tahun sampai 75 tahun. Ketiga, lansia tua (old) yaitu individu yang berumur 75 tahun sampai 90 tahun. Keempat, usia sangat tua (very old) yaitu seseorang yang telah berumur di atas 90 tahun. Departemen Kesehatan Republik Indonesia juga membagi klasifikasi lansia menjadi empat kelompok. Pertama, pertengahan umur usia lanjut (virtilitas) yaitu masa persiapan lansia yang menampakkan keperkasaan fisik dan kematangan jiwa antara 45-54 tahun. Kedua, usia lanjut dini (prasenium) yaitu kelompok yang mulai memasuki usia lanjut antara 5564 tahun. Ketiga, kelompok usia lanjut (senium) usia 65 tahun ke atas. Keempat, usia dengan resiko tinggi yaitu kelompok yang berusia lebih dari 70 tahun. 49 Berdasarkan pembahasan tentang lansia tersebut dapat disimpulkan bahwa klasifikasi lansia dimulai dari umur 60 tahun ke atas. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menjelaskan lansia dibagi ke dalam empat klasifikasi dalam batasan umur. Pertama, usia pertengahan (middle aged) yaitu seseorang yang telah mencapai umur 45 sampai 59 tahun. Kedua, usia lanjut (elderly) ialah seseorang yang telah mencapai umur 60 tahun sampai 75 tahun. Ketiga, lansia tua (old) yaitu. 48. Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Kehidupan (Jakarta: Erlangga, 1980), h. 318. 49 Olivia Fensia Puahadi, Gambaran Kesejahteraan Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Madago Desa Tendeadongi Kecamatan Pamona Utara Kabupaten Sulawesi Selatan (Skripsi S1 Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, 2015), h.13..

(48) 37. individu yang berumur 75 tahun sampai 90 tahun. Keempat, usia sangat tua (very old) yaitu seseorang yang telah berumur di atas 90 tahun. 2.. Masalah-masalah yang Dihadapi Oleh Lansia. Masalah. yang. umumnya. dihadapi. oleh. para. lansia. dapat. dikelompokkan ke dalam empat kategori yaitu: a. Masalah ekonomi Lansia ditandai dengan menurunnya produktivitas dalam bekerja karena telah memasuki masa pensiun. Hal tersebut berakibat pada menurunnya pendapatan yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Pada sisi lain lansia dihadapkan oleh berbagai kebutuhan yang juga meningkat, seperti kebutuhan akan persediaan makanan yang bergizi dan seimbang, pemeriksaan kesehatan secara rutin, perawatan bagi yang menderita penyakit, kebutuhan sosial dan rekreasi. Penghasilan lansia pada umumnya berasal dari pensiun, bantuan dari anak atau anggota keluarga lainnya. Bagi lansia yang penghasilannya mencukupi tidak menjadi masalah. Namun bagi yang tidak memiliki penghasilan yang mencukupi akan menghadapi masalah.50 b. Masalah Sosial Memasuki. masa. lansia. biasanya. ditandai. dengan. berkurangnya kontak sosial, baik dengan anggota keluarga, anggota masyarakat maupun teman kerja sebagai akibat terputusnya hubungan profesi atau pensiun. Selain itu telah terjadi perubahan nilai sosial masyarakat yang mengarah pada. 50. Siti Suardiman, Psikologi Usia Lanjut, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Presshal, 2011), h. 9-16..

(49) 38. tatanan masyarakat individualistik. Berpengaruh bagi para lansia yang kurang mendapat perhatian, sehingga tersisih dari kehidupan masyarakat dan terlantar. Kurangnya kontak sosial ini menimbulkan perasaan kesepian dan juga murung. c. Masalah kesehatan Peningkatan jumlah penduduk lansia akan diikuti dengan meningkatnya. permasalahan. kesehatan,. seperti. masalah. penurunan fungsi indera pendengaran dan penglihatan. Masa tua ditandai oleh penurunan fisik dan rentan terhadap penyakit. Pada lansia terjadi kemunduran sel-sel karena proses penuaan yang berakibat pada kelemahan organ, kemunduran fisik, serta timbulnya. berbagai. macam. penyakit. terutama. penyakit. degenerative. Hal ini akan menimbulkan masalah kesehatan, sosial dan membebani perekonomian pada lansia karena penyakit yang mereka derita memerlukan dukungan dana. d. Masalah Psikologis Masalah psikologis yang dihadapi lansia pada umumnya meliputi kesepian, terasing dari lingkungan, ketidakberdayaan, perasaan tidak berguna, kurang percaya diri, ketergantungan, keterlantaran terutama bagi lansia yang miskin, post power syndrome dan sebagainya. 3.. Kebutuhan-kebutuhan Lansia. Lanjut usia memiliki kebutuhan sebagaimana pada umumnya yaitu kebutuhan biologis/fisiologis, psikologis, sosial, dan spiritual. Dalam pemenuhan kebutuhannya, lanjut usia menggunakan kemampuan diri sendiri atau dengan bantuan dan dukungan keluarga atau lingkungan lainnya..

(50) 39. Kebutuhan-kebutuhan. tersebut. diantaranya. kebutuhan. biologis/fisiologis seperti kebutuhan pelayanan kesehatan, makanan yang bergizi, seksual/intimasi, pakaian, rumah atau tempat tinggal. Kebutuhan psikologis seperti kasih sayang, menyayangi, mendapat tanggapan dari orang lain, perasaan tentram, merasa berguna, memiliki jati diri serta status yang jelas. Kebutuhan spiritual seperti melaksanakan ibadah, memperdalam keimanan, melaksanakan kegiatan kerohanian, menerima keadaan dirinya, menerima hakikat hidup dan puas akan kehidupannya, dan optimis terhadap masa depan.51 Dengan demikian lansia yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mereka yang berusia 60-70 tahun, yang tinggal di panti selama 2 tahun, baik yang dititipkan keluarga maupun lansia yang ditampung dari jalanan.. 51. Direktorat Pelayanan Sosial Lanjut Usia, Pedoman Pelayanan Harian Lanjut Usia, 2014, h 9..

(51) BAB III GAMBARAN UMUM PANTI SOSIAL TRESNA WHERDA (PSTW) BUDI MULIA 1 CIPAYUNG, JAKARTA TIMUR A. Sejarah lembaga PSTW Budi Mulia 1 Cipayung Sejarah lembaga dalam brosur profil panti mengatakan, keberhasilan pembangunan. meningkat derajat kesehatan dan. gizi. masyarakat. berpengaruh terhadap meningkatnya tuntunan kehidupan kebutuhan ekonomi. khususnya. di. kota-kota. besar. menyebabkan. terjadinya. pergeseran nilai dalam keluarga. Kondisi ini mengarah kepada semakin kurangnya perhatian keluarga terhadap lansia karena keterbatasan waktu yang tersedia. Akibatnya banyak lansia yang terlantar dan harus hidup sendiri tanpa perhatian serta pendampingan keluarga serta tidak dapat melakukan aktifitas yang bermakna dalam mengisi hari tuanya. Selanjutnya keberadaan lansia menjadi beban bagi keluarga. Kondisi ini menurut Pemerintah Daerah untuk memberikan pelayanan sosial kepada lansia sehingga dapat menghindarkan mereka dari keterlantaran dari berbagi aspek. PSTW Budi Mulia 1 Cipayung merupakan salah satu unit pelaksanaan teknis Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta dalam pelaksanaan kegiatan pelayanan kesejahteraan social lanjut usia terlantar. PSTW (Panti Sosial Tresna Wherda) Budi Mulia 1 yaitu dibangun pada tahun 1968 di atas lahan seluas 9.999 m2 yang dikukuhkan menjadi PANTI WHERDA 1 CIPAYUNG melalui SK Gubernur DKI Jakarta No. CA11/29/1/1972. Selanjutnya mengalami pergantian nama menjadi PANTI SOSIAL TRESNA WHERDA (PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung melalui SK Gubernur DKI Jakarta No. 736 Tahun 1996.. 40.

Referensi

Dokumen terkait

Riska Utami Astuti. Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2013. Tujuan dari penelitian ini

Electricity Company of Government Persero (PLN) – UPJ Surakarta (Solo). The purposes of this study are: 1) to analyze the characteristics of employees motivation

Sampai batas akhir pemasukan/pengunduhan dokumen penawaran pada tanggal 14 Juni 2012 pukul 10.00 WIB yang memasukan /mengunduh file dokumen penawaran sebanyak 6

Dengan demikian terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kompetensi pedagogik dengan motivasi dan hasil belajar siswa kelas XII pada mata pelajaran fikih di MAN

Menjelaskan tanda-tanda beriman kepada Malaikat Disajikan narasi tentang perilaku manusia dalam kehidupan sehari-hari, peserta didik dapat menunjukkan tanda tanda beriman

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat- Nya, dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Peningkatan Self Care Pada Pasien Prolanis

Foto peneliti sedang melakukan wawancara dengan guru seni budaya yang menjadi koordinator

rautan/ dan tanda peserta test/ Bagi mereka yang datang 15 menit seterusnya setelah dimulainya. tes maka tidak diperbolehkan mengikuti ujian dan