• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan. Konsep Akreditasi Pelayanan Kesehatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan. Konsep Akreditasi Pelayanan Kesehatan"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan

Konsep Akreditasi Pelayanan Kesehatan

1. Pengertian dan konsep akreditasi

a. Pengertian Umum

Akreditasi merupakan bentuk pengakuan yang diberikan oleh pemerintah untuk suatu lembaga/institusi. Akreditasi bertujuan secara umum untuk mengevaluasi dan menilai suatu institusi sesuai standard yang telah ditetapkan.

b. Akreditasi Pelayanan Kesehatan

Proses penilaian diri dan penilaian eksternal yang digunakan oleh organisasi kesehatan untuk menilai tingkat kinerja mereka dalam kaitannya dengan standar yang ditetapkan dan menerapkan cara-cara untuk peningkatan berkelanjutan (Spath, 2009).

c. Konsep Dasar Akreditasi Pelayanan Kesehatan

Akreditasi Pelayanan Kesehatan berfokus kepada tiga aspek utama yaitu berorientasi kepada pasien, mutu serta keselamatan pelayanan dan akses pelayanan

d. Akreditasi Rumah Sakit

Akreditasi Rumah Sakit yang selanjutnya disebut Akreditasi adalah pengakuan terhadap mutu pelayanan Rumah Sakit, setelah dilakukan penilaian bahwa Rumah Sakit telah memenuhi Standar Akreditasi. (PMK 34/2017)

e. Akreditasi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama

Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat Praktik Mandiri Dokter, dan Tempat Praktik Mandiri Dokter Gigi adalah Pengakuan yang diberikan oleh Lembaga Independen penyelenggara Akreditasi yang ditetapkan oleh Menteri setelah memenuhi standar Akreditasi.

(2)

2. Tujuan dan manfaat akreditasi

a. Tujuan Akreditasi Pelayanan Kesehatan :

Akreditasi adalah proses sukarela di mana kinerja organisasi diukur berdasarkan standar kinerja yang diterima secara nasional. Standar akreditasi didasarkan pada peraturan pemerintah dan masukan dari individu dan kelompok dalam industri pelayanan kesehatan. Organisasi pelayanan kesehatan mencari akreditasi karena :

 meningkatkan kepercayaan publik,

 evaluasi obyektif kinerja organisasi, dan

 merangsang upaya peningkatan kualitas organisasi. (Spath, 2009).

b. Tujuan Akreditasi Rumah Sakit

Berdasarkan PMK 34 tahun 2017 tentang Akreditasi RS, pengaturan Akreditasi Rumah Sakit bertujuan untuk:

a. meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit dan melindungi keselamatan pasien Rumah Sakit;

b. meningkatkan perlindungan bagi masyarakat, sumber daya manusia di Rumah Sakit dan Rumah Sakit sebagai institusi;

c. mendukung program Pemerintah di bidang kesehatan; dan

d. meningkatkan profesionalisme Rumah Sakit Indonesia di mata Internasional.

Hafizzurahman (2008) menyatakan beberapa tujuan akreditasi rumah sakit dan faktor pendorongnya sebagai berikut:

No Tujuan Faktor Pendorong

1 Meningkatkan pelayanan pasien Standar akreditasi merupakan kerangka yang membantu RS secara berkesinambungan meningkatkan kinerja & kualitas pelayanan 2 Meningkatkan kepercayaan

masyarakat

Status akreditasi memberikan kenyataan yang kuat kepada masyarakat tentang upaya-upaya RS memberikan pelayanan dengan kualitas terbaik

3 Perbaikan management Pelayanan Kesehatan

Memberikan kerangka komprehensif &

membimbing RS ke kinerja yg efektif

(3)

4 Meningkatkan rekrutmen staf membuat karyawan yg bermutu lebih suka bekerja di RS yg diakui mutunya

5 Meningkatkan pembayaran pelayanan kesehatan

Akreditasi digunakan untuk kelancaran pembayaran asuransi atau pembayar lain 6 Kepercayaan dari pihak

berkepentingan

Menyederhanakan & memfokuskan tugas-tugas pemantauan yg ditetapkan oleh pemerintah

c. Tujuan Akreditasi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama

Berdasarkan PMK 46/2015 tentang Akreditasi FKTP, pengaturan Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama, tempat praktik mandiri dokter, dan tempat praktik mandiri dokter gigi bertujuan untuk:

a. meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien;

b. meningkatkan perlindungan bagi sumber daya manusia kesehatan, masyarakat dan lingkungannya, serta Puskesmas, Klinik Pratama, tempat praktik mandiri dokter, dan tempat praktik mandiri dokter gigi

sebagai institusi; dan

c. meningkatkan kinerja Puskesmas, Klinik Pratama, tempat praktik mandiri dokter, dan tempat praktik mandiri dokter gigi dalam pelayanan kesehatan perseorangan dan/atau kesehatan masyarakat. Peningkatan dan pembinaan kinerja mutu FKTP tersebut dilakukan secara berkesinambungan melalui empat kegiatan yaitu sistem manajemen, sistem manajemen mutu, sistem manajemen resiko dan sistem penyelenggaraan pelayanan dan program.

(4)

Berikut ini adalah Tujuan Akreditasi FKTP

Bagi Dinkes Prov & Kab/Kota

Bagi BPJS Kesehatan

Bagi Masyarakat Bagi Fasyankes Sebagai WAHANA

PEMBINAAN

peningkatan mutu kinerja

melalui perbaikan yang

berkesinambungan terhadap

sistem manajemen, sistem

manajemen mutu dan sistem

penyelenggaraan pelayanan

klinis, serta penerapan

manajemen risiko.

Sebagai syarat recredensialing

1. Memperkuat kepercayaan masyarakat 2. Adanya Jaminan Kualitas pelayanan

1. Memberikan keunggulan

kompetitif

2. Menjamin pelayanan

kesehatan primer yang

berkualitas .

3. Meningkatkan pendidikan pada staf

4. Meningkatkan pengelolaan risiko dan

keselamatan pasien 5. Membangun dan meningkatkan kerja tim

antar staf

6. Meningkatkan reliabilitas dalam pelayanan,

ketertiban

pendokumentasian, dan

konsistensidalam bekerja

7. Meningkatkan keamanan dalam bekerja.

(5)

d. Nilai dari Akreditasi Pelayanan Kesehatan

1. Ciptakan budaya mutu dan keselamatan yang berfokus pada perbaikan terus- menerus (continuous quality improvement)

2. Dapatkan kepercayaan dan pengakuan publik

3. Libatkan pasien dan keluarga sebagai mitra dalam proses perawatan

4. Tingkatkan keamanan dan efisiensi di lingkungan kerja yang berkontribusi terhadap kepuasan staf

5. Negosiasi untuk pembayaran dengan menggunakan data berkualitas 6. Kepemimpinan kolaboratif yang berusaha untuk selalu menjadi yang terbaik

e. Manfaat Akreditasi Pelayanan Kesehatan

Proses akreditasi dirancang untuk meningkatkan budaya keselamatan dan budaya kualitas di pelayanan kesehatan, sehingga senantiasa berusaha meningkatkan mutu dan keamanan pelayanannya.

Melalui proses akreditasi pelayanan kesehatan dapat :

Meningkatkan kepercayaan masyarakat bahwa rumah sakit menitik beratkan sasarannya pada keselamatan pasien dan mutu pelayanan

Menyediakan lingkungan kerja yang aman dan efisien sehingga staf merasa puas

Mendengarkan pasien dan keluarga mereka, menghormati hak-hak mereka, dan melibatkan mereka sebagai mitra dalam proses pelayanan

Menciptakan budaya mau belajar dari laporan insiden keselamatan pasien

Membangun kepemimpinan yang mengutamakan kerja sama. Kepemimpinan ini menetapkan prioritas untuk dan demi terciptanya kepemimpinan yang berkelanjutan untuk meraih kualitas dan keselamatan pasien pada semua tingkatan.

Selain manfaat di atas, pelaksanaan akreditasi pelayanan kesehatan mempunyai manfaat sebagai berikut ini :

1.Peningkatan Pelayanan (diukur dengan clinical indicator) 2.Peningkatan Administrasi & Perencanaan

3.Peningkatan Koordinasi Asuhan Pasien 4.Peningkatan Koordinasi Pelayanan 5.Peningkatan Komunikasi Antara Staff

(6)

6.Peningkatan Sistem & Prosedur 7.Lingkungan Yang Lebih Aman 8.Minimalisasi Risiko

9.Penggunaan Sumber Daya Lebih Efisien 10.Kerjasama Organisasi Yang Lebih Baik 11.Penurunan Keluhan Pasien & Staf

12.Peningkatan Kesadaran Staf Akan Tanggung Jawabnya 13.Peningkatan Moril Dan Motivasi

14.Re-energized Organization 15.Kepuasan Stake Holder

3. Tahapan penyelenggaraan akreditasi a. Akreditasi Rumah Sakit

Penyelenggaraan Akreditasi Rumah Sakit meliputi kegiatan:

a. persiapan Akreditasi;

 Persiapan Akreditasi dilakukan oleh Rumah Sakit yang akan menjalani proses Akreditasi, meliputi kegiatan:

i. penilaian mandiri (self assesment);

ii. workshop; dan iii. bimbingan Akreditasi.

Penilaian mandiri (self assesment) bertujuan untuk mengukur kesiapan dan kemampuan Rumah Sakit untuk pemenuhan Standar Akreditasi dalam rangka survei Akreditasi. Penilaian mandiri (self assesment) dilakukan dengan menggunakan instrument Akreditasi. Instrumen Akreditasi

merupakan alat ukur yang dipakai oleh lembaga independen penyelenggara Akreditasi untuk menilai Rumah Sakit dalam memenuhi Standar Akreditasi.

 Workshop diselenggarakan untuk menunjang pemenuhan Standar Akreditasi Rumah Sakit.

 Bimbingan Akreditasi merupakan proses pembinaan terhadap Rumah Sakit untuk meningkatkan kinerja dalam mempersiapkan survei Akreditasi. Bimbingan Akreditasi dapat diberikan oleh lembaga independen penyelenggara Akreditasi dan/atau oleh tenaga pembimbing. Tenaga pembimbing dapat berasal dari

(7)

Kementerian Kesehatan dan/atau Rumah Sakit yang telah lulus Akreditasi. Tenaga pembimbing memberikan bimbingan Akreditasi berupa pendampingan.

b. pelaksanaan Akreditasi

 Pelaksanaan Akreditasi dilakukan oleh lembaga independen penyelenggara Akreditasi, meliputi kegiatan:

i. survei Akreditasi; dan ii. penetapan status Akreditasi.

 Survei Akreditasi merupakan penilaian untuk mengukur pencapaian dan cara penerapan Standar Akreditasi. Survei Akreditasi dilakukan oleh surveior dari lembaga independen penyelenggara Akreditasi sesuai dengan Standar Akreditasinya.

Surveior harus memberikan rekomendasi kepada lembaga independen penyelenggara Akreditasi terhadap Rumah Sakit yang dinilainya. Rekomendasi berupa rekomendasi Akreditasi dan/atau rekomendasi perbaikan yang harus dilakukan oleh Rumah Sakit untuk pemenuhan Standar Akreditasi.

 Penetapan status Akreditasi dilakukan oleh lembaga independen penyelenggara Akreditasi berdasarkan rekomendasi Akreditasi dari surveyor. Dalam hal Rumah Sakit mendapatkan rekomendasi perbaikan dari surveior sebagaimana dimaksud dalam, Rumah Sakit harus membuat perencanaan perbaikan strategis untuk memenuhi Standar Akreditasi yang belum tercapai. Rumah Sakit yang mendapatkan rekomendasi perbaikan dari surveior harus dilakukan survei Akreditasi kembali oleh surveior lembaga independen penyelenggaran Akreditasi penilai.

c. Pasca akreditasi.

Kegiatan pascaakreditasi dilakukan dalam bentuk survey verifikasi. Survei verifikasi bertujuan untuk mempertahankan dan/atau meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit sesuai dengan rekomendasi dari surveior. Survei verifikasi hanya dilakukan oleh lembaga independen penyelenggara Akreditasi yang telah melakukan penetapan status Akreditasi terhadap Rumah Sakit. Dalam hal Rumah Sakit telah mendapatkan penetapan status akreditasi, namun pada saat survei verifikasi tidak dapat mempertahankan dan/atau meningkatkan mutu pelayanan sesuai dengan rekomendasi

(8)

surveior, lembaga Independen Penyelenggara Akreditasi yang melakukan penetapan status Akreditasi dapat melakukan pencabutan Penetapan Status Akreditasinya.

Rumah Sakit yang telah memiliki status Akreditasi dan/atau lembaga independen penyelenggara Akreditasi yang melakukan akreditasi harus melaporkan status Akreditasi Rumah Sakit kepada Menteri. Rumah Sakit dapat mencantumkan kata “terakreditasi” di bawah atau di belakang nama Rumah Sakitnya dengan huruf lebih kecil dan mencantumkan nama lembaga independen penyelenggara Akreditasi yang melakukan Akreditasi, serta masa berlaku status Akreditasinya, Penulisan nama Rumah Sakit dengan status Akreditasi mengikuti PMK 34/2017

b. Akreditasi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama

Penyelenggaraan Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama, tempat praktik mandiri dokter, dan tempat praktik mandiri dokter gigi dilakukan melalui tahapan:

i. survei Akreditasi; dan ii. penetapan Akreditasi.

Dalam menyelenggarakan Akreditasi dapat dilakukan pendampingan dan penilaian praakreditasi. Puskesmas yang telah terakreditasi wajib mendapatkan pendampingan pascaakreditasi. Klinik Pratama, tempat praktik mandiri dokter, dan tempat praktik mandiri dokter gigi yang telah terakreditasi dapat mengajukan permohonan pendampingan pascaakreditasi kepada dinas kesehatan kabupaten/kota.

Survei Akreditasi merupakan kegiatan penilaian untuk mengukur tingkat kesesuaian terhadap standar Akreditasi. Survei Akreditasi dilakukan oleh surveior Akreditasi dari lembaga independen penyelenggara Akreditasi yang ditetapkan oleh Menteri.

Penetapan Akreditasi merupakan hasil akhir survei Akreditasi oleh surveior dan keputusan rapat lembaga independen penyelenggara Akreditasi. Penetapan Akreditasi dilakukan oleh lembaga independen penyelenggara Akreditasi yang ditetapkan oleh Menteri. Penetapan Akreditasi dibuktikan dengan sertifikat Akreditasi.

(9)

4. Standar Akreditasi

a. Standar Akreditasi Rumah Sakit

Akreditasi Rumah Sakit di Indonesia dilaksanakan untuk menilai kepatuhan rumah sakit terhadap standar akreditasi. Akreditasi rumah sakit yang sudah mulai dilaksanakan sejak tahun 1995 di Indonesia, selama ini menggunakan standar akreditasi berdasarkan tahun berapa standar tersebut mulai dipergunakan untuk penilaian, sehingga selama ini belum pernah ada Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit di Indonesia, sedangkan status akreditasi saat ini ada status akreditasi nasional dan status akreditasi internasional, maka di Indonesia perlu ada Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit. Berdasarkan hal tersebut maka standar akreditasi untuk rumah sakit yang mulai diberlakukan pada Januari 2018 ini diberi nama Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1 dan disingkat menjadi SNARS Edisi 1.

Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1, merupakan standar akreditasi baru yang bersifat nasional dan diberlakukan secara nasional di Indonesia. Disebut dengan edisi 1,

(10)

karena di Indonesia baru pertama kali ditetapkan standar nasional untuk akreditasi rumah sakit.

Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit edisi 1 berisi 16 bab. Dalam Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1 yang selanjutnya disebut SNARS Edisi 1 ini juga dijelaskan bagaimana proses penyusunan, penambahan bab penting pada SNARS Edisi 1 ini, referensi dari setiap bab dan juga glosarium istilah-istilah penting, termasuk juga kebijakan pelaksanaan akreditasi rumah sakit.

I. Pengelompokkan Standar dalam SNARS Edisi 1

Standar dikelompokkan menurut fungsi-fungsi penting yang umum dalam organisasi perumahsakitan. Pengelompokan berdasarkan fungsi, saat ini paling banyak digunakan di seluruh dunia.

Standar dikelompokkan menurut fungsi-fungsi yang terkait dengan penyediaan pelayanan bagi pasien; juga dengan upaya menciptakan organisasi rumah sakit yang aman, efektif, dan terkelola dengan baik. Fungsi-fungsi tersebut tidak hanya berlaku untuk rumah sakit secara keseluruhan tetapi juga untuk setiap unit, departemen, atau layanan yang ada dalam organisasi rumah sakit tersebut. Lewat proses survey dikumpulkan informasi sejauh mana seluruh organisasi mentaati pedoman yang ditentukan oleh standar. Keputusan pemberian akreditasinya didasarkan pada tingkat kepatuhan terhadap standar di seluruh organisasi rumah sakit yang bersangkutan.

Pengelompokan Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1 (SNARS Edisi 1) sebagai berikut:

(11)

II. Perbedaan SNARS Edisi 1 dengan Standar Akreditasi Tahun 2012

Adapun perbedaan Akreditasi SNARS (Versi 2017) dengan Akreditasi KARS Versi 2012 adalah untuk akreditasi rumah sakit yang berisi 16 bab sementara pada standar akreditasi versi 2012 terdapat 15 bab uraian elemen penilaian, pedoman serta standar lebih rinci dijelaskan melalui narasi, bukan berbentuk tabel atau kolom sebagaimana yang ada dalam buku Instrumen Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012, SNARS Edisi 1 yang baru diberlakukan bulan Januari 2018 kemarian, juga dijelaskan bagaimana proses penyusunan, penambahan bab, serta referensi dari setiap bab dan juga glosarium/alfabetis istilah-istilah penting.

Termasuk juga kebijakan pelaksanaan akreditasi rumah sakit. Sehingga lebih mudah dipahami dibanding instrumen akreditasi versi 2012.

Perubahan Nama Bab Dalam SNARS

1. Akses Pelayanan dan Kontinuitas (APK)  Akses ke Rumah Sakit dan Kontinuitas Pelayanan (ARK)

2. Pelayanan Pasien (PP)  Pelayanan Asuhan Pasien (PAP)

3. Manajemen Penggunaan Obat (MPO)  Pelayanan Kefarmasian dan Penggunaan Obat (PKPO)

(12)

4. Pendidikan Pasien dan Keluarga (PPK)  Manajemen Komunikasi dan Edukasi (MKE), dimana beberapa standar dari Manajemen Komunikasi dan Informasi (MKI)

standar versi 2012 yang terkait dengan komunikasi, dijadikan satu di Manajemen Komunikasi dan Edukasi ini.

5. Tata Kelola, Kepemimpinan dan Pengarahan (TKP)  Tata Kelola Rumah Sakit (TKRS)

6. Kualifikasi dan Pendidikan Staf (KPS)  Kompetensi dan Kewenangan Staf (KKS) 7. Manajemen Komunikasi dan Informasi (MKI)  Manajemen Informasi dan Rekam

Medis (MIRM)

8. Sasaran Milenium Development Goals (SMDGs)  Program Nasional dimana terdiri dari:

1. Program Menurunkan Angka Kematian Ibu dan Bayi.

2. Program Menurunan Angka Kesakitan HIV/AIDS.

3. Program Menurunan Angka Kesakitan TB

4. Penyelenggaraan Pengendalian Resistensi Antimikroba (PPRA) 5. Penyelenggaraan Pelayanan Geriatri

Hal Baru dalam SNARS :

• STANDAR PENGELOLAAN PENGENDALIAN RESISTENSI ANTIMIKROBA (PPRA)

• PELAYANAN GERIATRI

• INTEGRASI PENDIDIKAN KESEHATAN DALAM PELAYANAN (UNTUK RS YANG MENJADI WAHANA PENDIDIKAN )

b. Standar Akreditasi FKTP

Puskesmas, Klinik Pratama, tempat praktik mandiri dokter, dan tempat praktik mandiri dokter gigi wajib terakreditasi. (2) Akreditasi Puskesmas dan Klinik Pratama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan setiap 3 (tiga) tahun. (3) Akreditasi tempat praktik mandiri dokter dan tempat praktik mandiri dokter gigi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan setiap 5 (lima) tahun.

Pemerintah Daerah berkewajiban mendukung, memotivasi, mendorong, dan memperlancar proses pelaksanaan Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama, tempat praktik mandiri dokter, dan tempat praktik mandiri dokter gigi..

(13)

I. Standar Akreditasi Puskesmas

Akreditasi Puskesmas menilai tiga kelompok pelayanan di Puskesmas, yaitu kelompok administrasi manajemen, kelompok Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM), dan kelompok Upaya Kesehatan Perorangan atau Pelayanan Kesehatan.

Akreditasi Puskesmas menilai tiga kelompok pelayanan di Puskesmas, yaitu:

Kelompok Administrasi Manajemen, yang diuraikan dalam : 1. Bab I. Penyelenggaraan Pelayanan Puskesmas (PPP) 2. Bab II. Kepemimpinan dan Manajemen Puskesmas (KMP) 3. Bab III. Peningkatan Mutu Puskesmas (PMP)

Kelompok Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM), yang diuraikan dalam:

1. Bab IV. Upaya Kesehatan Masyarakat yang Berorientasi Sasaran (UKMBS)

2. Bab V. Kepemimpinan dan Manajemen Upaya Kesehatan Masyarakat (KMUKM)

3. Bab VI. Sasaran Kinerja Upaya Kesehatan Masyarakat Kelompok Upaya Kesehatan Perorangan, yang diuraikan dalam:

1. Bab VII. Layanan Klinis yang Berorientasi Pasien (LKBP) 2. Bab VIII. Manajemen Penunjang Layanan Klinis (MPLK)

3. Bab IX. Peningkatan Mutu Klinis dan Keselamatan Pasien (PMKP)

II. Standar Akreditasi Klinik Pratama

Standar akreditasi Klinik disusun dalam 4 Bab, yaitu:

Bab I. Kepemimpinan dan Manajemen Klinik (KMK) Bab II. Layanan Klinis yang Berorientasi Pasien (LKBP) Bab III. Manajemen Penunjang Layanan Klinis (MPLK)

Bab IV. Peningkatan Mutu Klinis dan Keselamatan Pasien (PMKP)

III. Standar Akreditasi Tempat Praktek Mandiri Dokter dan Dokter Gigi

Standar akreditasi tempat praktik mandiri dokter dan tempat praktik mandiri dokter gigi disusun dalam 2 Bab, yaitu:

Bab I. Kepemimpinan dan Manajemen Praktik Mandiri (KMPM)

Bab II. Layanan Klinis dan Peningkatan Mutu Klinis dan Keselamatan Pasien (LKPM)

(14)

c. Standar Akreditasi Pelayanan Kesehatan berskala Internasional

Dalam hal ini, Kementerian Kesehatan selaku regulator di bidang kesehatan memilih akreditasi dengan sistem Joint Commission International (JCI) karena lembaga akreditasi tersebut merupakan badan yang pertama kali terakreditasi oleh International Standart Quality (ISQua) selaku penilai lembaga akreditasi.

Adapun Standar Akreditasi Pelayanan Kesehatan berskala Internasional mengacu pada sumber-sumber a.l. sebagai berikut :

 Guidelines and Principles for the Development of Health and Social Care Standards, 4th Edition V1.2, 4th Edition September 2015, International Society for Quality in Health Care ( ISQua )

 Joint Commission International Accreditation Standards for Hospitals, 6th Edition, 2017

 Joint Commission International Accreditation Standards for Primary Care, 2nd Edition, 2017

5. Proses dan Hasil Penilaian Akreditasi

a. Hasil Penilaian Akreditasi RS Non Pendidikan

Tidak lulus akreditasi

 Rumah sakit tidak lulus akreditasi bila dari 15 bab yang disurvei, semua mendapat nilai kurang dari 60 %

 Bila rumah sakit tidak lulus akreditasi dapat mengajukan akreditasi ulang setelah rekomendasi dari surveior dilaksanakan.

Akreditasi tingkat dasar

 Rumah sakit mendapat sertifikat akreditasi tingkat dasar bila dari 15 bab yang di survei hanya 4 bab yang mendapat nilai minimal 80 % dan 12 bab lainnya tidak ada yang mendapat nilai dibawah 20 %

(15)

Akreditasi tingkat madya

Rumah sakit mendapat sertifikat akreditasi tingkat madya bila dari 15 bab yang di survei ada 8 bab yang mendapat nilai minimal 80 % dan 7 bab lainnya tidak ada yang mendapat nilai dibawah 20 %

Akreditasi tingkat utama

Rumah sakit mendapat sertifikat akreditasi tingkat utama bila dari 15 bab yang di survei ada 12 bab yang mendapat nilai minimal 80 % dan 3 bab lainnya tidak ada yang mendapat nilai dibawah 20 %

Akreditasi tingkat paripurna

Rumah sakit mendapat sertifikat akreditasi tingkat paripurna bila dari 15 bab yang di survei semua bab mendapat nilai minimal 80 %

b. Hasil Penilaian Akreditasi RS Pendidikan Tidak lulus akreditasi

Rumah sakit tidak lulus akreditasi bila dari 16 bab yang di survey mendapat nilai kurang dari 60 %

Bila rumah sakit tidak lulus akreditasi dapat mengajukan akreditasi ulang setelah rekomendasi dari surveior dilaksanakan.

Akreditasi tingkat dasar

Rumah sakit mendapat sertifikat akreditasi tingkat dasar bila dari 16 babyang di survei hanya 4 bab, dimana salah satu babnya adalah Institusi pendidikan pelayanan kesehatan, mendapat nilai minimal 80 % dan 12 bab lainnya tidak ada yang mendapat nilai dibawah 20

%

Akreditasi tingkat madya

Rumah sakit mendapat sertifikat akreditasi tingkat madya bila dari 16 bab yang di survei ada 8 bab, dimana salah satu babnya adalah Institusi pendidikan pelayanan kesehatan, mendapat nilai minimal 80 % dan 8 bab lainnya tidak ada yang mendapat nilai dibawah 20

%

(16)

Akreditasi tingkat utama

Rumah sakit mendapat sertifikat akreditasi tingkat utama bila dari 16 bab yang di survei ada 12 bab, dimana salah satu babnya adalah Institusi pendidikan pelayanan kesehatan mendapat nilai minimal 80 % dan 4 bab lainnya tidak ada yang mendapat nilai dibawah 20

%

Akreditasi tingkat paripurna

Rumah sakit mendapat sertifikat akreditasi tingkat paripurna bila dari 16 bab yang di survei semua bab mendapat nilai minimal 80 %

Bila Rumah Sakit tidak mendapat status akreditasi paripurna dan ada bab nilainya dibawah 80 % tetapi diatas 60 %, maka Rumah Sakit dapat mengajukan survey remedial untuk bab tersebut.

Penetapan status Akreditasi Puskesmas terdiri atas:

a. tidak terakreditasi;

b. terakreditasi dasar;

c. terakreditasi madya;

d. terakreditasi utama; atau e. terakreditasi paripurna.

Penetapan status Akreditasi Klinik Pratama terdiri atas:

a. tidak terakreditasi;

b. terakreditasi dasar;

c. terakreditasi madya; atau d. terakreditasi paripurna.

Penetapan status Akreditasi tempat praktik mandiri dokter dan tempat praktik mandiri dokter gigi terdiri atas:

a. tidak terakreditasi; atau b. terakreditasi.

Referensi

Dokumen terkait

Rumah sakit umum tipe B harus mempunyai fasilitas dan beberapa pelayanan medik paling sedikit 4 pelayanan medik spesialis dasar, antara lain : Pelayanan penyakit dalam, kesehatan

Tujuan umum akreditasi adalah mendapat gambaran seberapa jauh rumah sakit-rumah sakit di Indonesia telah memenuhi standar yang telah ditetapkan sehingga mutu pelayanan rumah

Dari kutipan yang diambil dari buku Strategi Terkini Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan: Konsep dan Implementasi; Pelayanan prima dimaknai sebagai pelayanan terbaik dan telah

Metode ini dilakukan untuk mendapatkan data atau informasi yang berkaitan dengan sistem informasi penilaian mutu pelayanan rumah sakit berdasarkan standar

Pada tahun 1993 standar pelayanan rumah sakit yang terdiri dari 20 kegiatan.. pelayanan dan standar pelayanan medik ditetapkan berlaku di seluruh rumah

• Bagi Puskesmas telah akreditasi akan dapat melihat keberlangsungan mutu pelayanan kesehatan, yang merupakan aspek dari akreditasi...

Menyiapkan bahan dan menyusun laporan kinerja pelaksanaan kegiatan pengembangan pelayanan kesehatan rujukan, peningkatan mutu dan akreditasi rumah sakit,

3 Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan [2023] Sistem manajemen mutu adalah suatu tatanan dalam system manajemen yang direncang dan ditetapkan untuk menjamin agar system atau pelayanan