• Tidak ada hasil yang ditemukan

KANDUNGAN LOGAM BERAT KADMIUM (Cd) DAN CHROMIUM (Cr) SERTA PROTEIN KERANG AIR TAWAR (Anodonta woodiana Lea.) DI SATKER PBIAT JANTI, KLATEN SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KANDUNGAN LOGAM BERAT KADMIUM (Cd) DAN CHROMIUM (Cr) SERTA PROTEIN KERANG AIR TAWAR (Anodonta woodiana Lea.) DI SATKER PBIAT JANTI, KLATEN SKRIPSI"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

KANDUNGAN LOGAM BERAT KADMIUM (Cd) DAN CHROMIUM (Cr) SERTA PROTEIN KERANG AIR TAWAR (Anodonta woodiana Lea.)

DI SATKER PBIAT JANTI, KLATEN

SKRIPSI

Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Sains

Oleh : Umu Kulsum

M0407067

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2012

(2)

PENGESAHAN SKRIPSI

KANDUNGAN LOGAM BERAT KADMIUM (Cd) DAN CHROMIUM (Cr) SERTA PROTEIN KERANG AIR TAWAR (Anodonta woodiana Lea.)

DI SATKER PBIAT JANTI, KLATEN

Oleh Umu Kulsum NIM. M0407067

Telah dipertahankan di depan Tim Penguji pada tanggal 3 Februari 2012 dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Surakarta, Februari 2012 Penguji I

Dr. Edwi Mahajoeno, M.Si. NIP. 19601025 199702 1 001

Penguji II

Dra. Noor Soesanti Handajani, M.Si. NIP. 19540326 198103 2 001 Penguji III

Dr. Sunarto, M.S. NIP. 19540605 199103 1 002

Penguji IV

Dr. Prabang Setyono, M.Si.

NIP. 19720524 199903 1 002 Mengesahkan

Dekan FMIPA UNS

Ir. Ari Handono Ramelan, M. Sc.,(Hons)Ph.D. NIP. 19610223 198601 1 001

Mengetahui Ketua Jurusan Biologi

Dr. Agung Budiharjo, M.Si. NIP. 19680823 200003 1 001

(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil penelitian saya sendiri dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari dapat ditemukan adanya unsur penjiplakan maka gelar kesarjanaan yang telah diperoleh dapat ditinjau dan/atau dicabut.

Surakarta, 17 Januari 2012

Umu Kulsum M0407067

(4)

KANDUNGAN LOGAM BERAT KADMIUM (Cd) DAN CHROMIUM (Cr) SERTA PROTEIN KERANG AIR TAWAR (Anodonta woodiana Lea.)

DI SATKER PBIAT JANTI, KLATEN Umu Kulsum

Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret, Surakarta

ABSTRAK

Air merupakan sumber daya alam utama bagi makhluk hidup. Logam berat Cadmium (Cd) dan Chromium (Cr) masuk ke dalam perairan sebagai pencemar, dan jika masuk ke tubuh organisme akan mengganggu metabolisme sel dan mendenaturasi protein. Satker PBIAT Janti berpotensi mengalami pencemaran karena sumber air yang masuk ke kolam ikan sudah bercampur dengan air limbah yang berasal dari limbah industri, rumah tangga, rumah makan, dan pertanian.

Anodonta woodiana Lea. merupakan hewan air jenis kerang yang digunakan

sebagai indikator pencemaran logam berat dalam perairan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kadar logam berat Cd dan Cr dalam air, sedimen, dan daging kerang A. woodiana di PBIAT Janti, Klaten serta korelasi antara kadar logam berat dengan kandungan protein dalam daging kerang.

Pengambilan sampel dilakukan pada stasiun inlet, kolam pendederan, dan kolam pembesaran ikan nila dengan 3 kali ulangan tiap stasiun. Kadar logam berat Cd dan Cr diukur dengan FAAS, kandungan protein total diukur dengan metode Kjeldahl. Data suhu, pH, DO, dan kadar Cd dan Cr dalam air dibandingkan dengan PPRI No.82 Tahun 2001, Cd dan Cr dalam daging dibandingkan dengan keputusan Dirjen POM No. 03725/B/VII/89, sedangkan Cd dan Cr dalam sedimen dibandingkan dengan Canadian Council of Ministers of The Environment Th.2001.

Hasil menunjukkan bahwa pada inlet, suhu (27,560C) kurang memenuhi baku mutu, pH (7,71), DO (7,76 mg/l) masih sesuai dengan baku mutu, konsentrasi Cd dalam air (0,011 ppm) dan Cd sedimen (0,78 mg/kg) telah melebihi baku mutu. Pada kolam pembesaran, suhu (28,050C), pH (7,76), DO (10,61 mg/l) masih sesuai dengan baku mutu, konsentrasi Cd dalam air (0,082 ppm) dan Cd daging (0,624 mg/kg) di bawah baku mutu, sedangkan Cd sedimen (0,9 mg/kg) telah melebihi baku mutu. Pada kolam pendederan, suhu (28,540C), pH (8,27), DO (8,4 mg/l) masih sesuai dengan baku mutu, konsentrasi Cd dalam air (0,011 ppm) dan Cd daging (0,665 mg/kg) di bawah baku mutu, sedangkan Cd sedimen (0,78 mg/kg) telah melebihi baku mutu. Sedangkan logam Cr dalam daging di kolam pendederan sebesar 0,435 mg/kg dan pada kolam pembesaran sebesar 0,969 mg/kg, sedangkan Cr dalam air dan sedimen pada ketiga stasiun masih berada di bawah baku mutu. Keberadaan Cd dalam daging diikuti dengan penurunan kandungan protein. Sedangkan keberadaan Cr dalam daging diikuti dengan kenaikan kandungan protein.

(5)

HEAVY METAL CONTENT OF CADMIUM (Cd) AND CHROMIUM (Cr) WITH FRESHWATER MUSSELS PROTEIN (Anodonta woodiana Lea.)

AT PBIAT JANTI, KLATEN Umu Kulsum

Biology Department of Mathematics and Natural Sciences Faculty, Sebelas Maret University, Surakarta.

ABSTRACT

Water is the main natural resource for living. Cadmium (Cd) and Chromium (Cr) heavy metal enter into the water as a pollutant, if it goes into organism body will be effect cell metabolism and denaturize protein. PBIAT potential / possibility to be polluted from the water which enters to the fish tank because it was mixed with water waste which came from industrial, home, restaurant, and agriculture. Anodonta woodiana Lea. is a kind of water animal specific shell which used as heavy metal indicator in the water. This research purpose to know value of Cd and Cr heavy metal in the water, sediment, and A.

woodiana shell meat at PBIAT Janti, Klaten with correlation between heavy metal

value and protein value in the shell meat.

Sample was taken from inlet station, germination tank, and the nila expansion tank with 3 times sampling each station. Cd and Cr heavy metal value measure with FAAS, protein value measure with Kjeldahl method. Temperature data, pH, DO, Cd and Cr value in the water compares with the PPRI No. 82 Year 2001, Cd and Cr in the meat compares with the Council of Dirjen POM No. 03725/B/VII/89, while Cd and Cr in the sediment compares with the Canadian

Council of Ministers of The Environment Year 2001.

Result show that in the inlet, temperature (27,56 °C) did not being under standard quality, pH (7,71), DO (7,76 mg/l) still appropriate with the standard quality, Cd concentration in the water (0,011 ppm) and Cd in the sediment (0,78 mg/kg) exceed standard quality. In the expansion tank, temperature (29,05 °C), pH (7,76), DO (10,61 mg/l) still appropriate with the standard quality, Cd concentration in the water (0,082 ppm) and Cd in the meat (0,624 mg/kg) under standard quality, while Cd in the sediment (0,9 mg/kg) exceed standard quality. In the germination tank, temperature (28,54 °C), pH (8,27), DO (8,4 mg/l) still appropriate with the standard quality, Cd concentration in the water (0,011 ppm) and Cd in the meat (0,665 mg/kg) under standard quality, while Cd in the sediment (0,78 mg/kg) exceed standard quality. While Cr in the meat in germination tank 0,435 mg/kg and expansion nila tank 0,969 mg/kg, and the water and sediment for all station still under standard quality. Existence of Cd in the meat followed by decrease of protein. While existence of Cr in the meat followed by increase of protein.

(6)

MOTTO

Sesungguhnya dibalik kesulitan pasti ada kemudahan (Q. S. Al-Insyirah :5)

Parents do believe in their children (Minato)

Hidup tidak akan menghadiahkan apa-apa kepada orang yang malas (Wwx)

(7)

PERSEMBAHAN

Sebuah karya kecil ini Penulis persembahkan untuk

Ibu, Bapak, dan Kakak-kakakku tercinta

Guru yang telah mendidikku

Sahabat-sahabatku terbaikku

Seseorang penyemangat hidupku

(8)

KATA PENGANTAR

ur atas kehadirat Alloh SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi ini sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana sains Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Selama penyusunan skripsi ini, penulis menyadari banyak menemui hambatan dan masalah. Namun atas kritikan, saran dan dorongan serta semangat dari berbagai pihak penulis menyadari bahwa semua ini merupakan proses membekali diri menuju masa yang lebih indah. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis, yaitu sebagai berikut :

Ir. Ari Handono Ramelan, M.Sc., (Hons) Ph.D., selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin penelitian skripsi.

Dr. Agung Budiharjo, M.Si., selaku Ketua Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam yang telah memberikan ijin penelitian untuk keperluan skripsi.

Estu Retnaningtyas N, S.TP., M.Si., selaku pembimbing akademik yang dengan sabar selalu membimbing, mengarahkan, dan memotivasi penulis.

Dr. Sunarto, M.S., selaku pembimbing I, yang dengan kesabaran dan ketulusan membimbing dan memotivasi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

(9)

Dr. Prabang Setyono, M.Si., selaku pembimbing II, yang dengan kesabaran dan ketulusan membimbing serta mendorong penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

Dr. Edwi Mahajoeno, M.Si., selaku dosen penelaah I yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi.

Dra. Noor Soesanti Handajani, M.Si., selaku dosen penelaah II yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi.

Seluruh dosen dan staff di Jurusan Biologi yang dengan sabar memberikan ilmu serta dukungan baik spiritual maupun materiil sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan dalam penyelesaian skripsi ini.

Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa dalam melakukan penelitian dan penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu masukan baik berupa saran dan kritikan yang membangun dari pembaca akan sangat membantu. Semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi kita semua dan pihak-pihak terkait.

Surakarta, Januari 2012

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv ABSTRAK ... v ABSTRACT ... vi MOTTO ... vii PERSEMBAHAN ... viii KATA PENGANTAR ... ix DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

DAFTAR SINGKATAN ... xvii

BAB I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Perumusan Masalah... 2

C. Tujuan Penelitian... 3

D. Manfaat Penelitian... 4

BAB II. LANDASAN TEORI... 5

A. Tinjauan Pustaka... 5 1. Pencemaran Perairan... 5 2. Logam Berat... 6 a. Kadmium (Cd)... 7 b. Chromium (Cr)... 9 3. FAAS... 10 4. Kandungan Protein... 12

(11)

B. Kerangka Pemikiran... 17

BAB III. METODE PENELITIAN... 19

A. Waktu dan Tempat... 19

B. Alat dan Bahan... 19

C. Cara Kerja... 20 D. Analisis Data...

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... A. Kualitas Air di Satker PBIAT Janti, Klaten Berdasarkan Parameter

Suhu, pH, DO serta Kandungan Logam Berat Kadmium (Cd) dan Kromium (Cr)... B. Konsentrasi Logam Berat Kadmium (Cd) dan Kromium (Cr) dalam Air, Sedimen, dan Daging Kerang (Anodonta woodiana Lea.) di Satker PBIAT Janti, Klaten... C. Hubungan antara Faktor Lingkungan (Suhu, pH, DO) terhadap

Kandungan Kadmium (Cd) dan Kromium (Cr) dalam Air, Daging, dan Sedimen... D. Analisis Regresi antara Kandungan Kadmium (Cd) dan Kromium

(Cr) dalam daging kerang (A. woodiana Lea.) dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (Cd dan Cr dalam air dan sedimen, suhu, pH, dan DO)... E. Analisis Korelasi-Regresi antara kandungan Logam Berat

Kadmium (Cd) dan Chromium (Cr) terhadap kandungan Protein dalam daging kerang A. woodiana Lea... BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN...

A. Kesimpulan... B. Saran... 25 27 27 30 41 44 47 54 54 55 DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN... UCAPAN TERIMAKASIH... RIWAYAT HIDUP PENULIS...

56 61 89 90

(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Hasil Pengukuran Rata-rata Suhu, pH, DO, serta

Konsentrasi Logam Berat Kadmium (Cd) dan Kromium

(Cr) di Inlet... 27

Tabel 2. Hasil Pengukuran Rata-rata Suhu, pH, DO, serta

kandungan logam berat Kadmium (Cd) dan Kromium (Cr)

di Kolam Pendederan... 28

Tabel 3. Hasil Pengukuran Rata-rata Suhu, pH, DO, serta

kandungan logam berat Kadmium (Cd) dan Kromium (Cr)

di Kolam Pembesaran... 29 Tabel 4. Konsentrasi Logam Cd rata-rata dalam air, sedimen, dan

daging kerang (A. woodiana Lea.) pada kolam

Pendederan... 31 Tabel 5. Kisaran Umum Konsentrasi Logam Berat Pada Pupuk,

Pupuk Kandang, Kapur, dan Kompos (mg/kg)... 32 Tabel 6. Konsentrasi Logam Cd rata-rata dalam air, sedimen, dan

daging kerang (A. woodiana Lea.) pada kolam

Pembesaran... 34 Tabel 7. Konsentrasi Logam Cr rata-rata dalam air, sedimen, dan

daging kerang (A. woodiana Lea.) pada kolam

Pendederan... 37 Tabel 8. Konsentrasi Logam Cr rata-rata dalam air, sedimen, dan

daging kerang (A. woodiana Lea.) pada kolam

Pembesaran... 39

Tabel 9. Hubungan antara Faktor Lingkungan (Suhu, pH, DO)

terhadap Kandungan Kadmium (Cd) dan Kromium (Cr)

(13)

Tabel 10. Persamaan Regresi antara Kadar Cd dalam daging dengan Kadar Cd dalam Air, Kadar Cd Sedimen, suhu, pH, dan

DO... 44 Tabel 11. Persamaan Regresi antara Kadar Cr dalam daging dengan

Kadar Cr dalam Air, Kadar Cr Sedimen, suhu, pH, dan

DO... 45

Tabel 12. Kandungan Protein Sampel Daging Kerang A. woodiana

Lea... 47 Tabel 13. Korelasi antara Kandungan Logam Berat Cd dengan

Kandungan Protein Daging Kerang... 48 Tabel 14. Hasil Analisis Regresi antara konsentrasi Cd terhadap

kandungan Protein dalam daging kerang... 49 Tabel 15. Hasil Analisis Regresi antara Kandungan Logam Berat Cr

(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Cangkang Kerang Anodonta woodiana Lea... 14 Gambar 2. Alur Kerangka Pemikiran... 26 Gambar 3. Histogram rata-rata Kandungan Cd dalam air, daging

kerang dan sedimen pada stasiun Kolam Pendederan... 31 Gambar 4. Histogram rata-rata Kandungan Cd dalam air, daging

kerang dan sedimen pada stasiun Kolam Pembesaran... 35 Gambar 5. Histogram rata-rata Kandungan Cr dalam air, daging

kerang dan sedimen pada stasiun Kolam Pendederan... 38 Gambar 6. Histogram rata-rata Kandungan Cr dalam air, daging

kerang dan sedimen pada stasiun Kolam Pembesaran... 39 Gambar 7. Grafik Regresi antara Kadar Cd dalam daging dengan

Kadar Cd dalam Air, Kadar Cd Sedimen, suhu, pH, dan

DO... 44 Gambar 8. Grafik Regresi antara kadar Cr dalam daging kadar Cr

sedimen, suhu, pH, dan DO... 46 Gambar 9. Grafik Regresi antara kandungan Cd dengan kandungan

protein dalam daging kerang... 49 Gambar 10. Grafik Regresi antara kandungan Cr dengan kandungan

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Data Faktor Lingkungan (suhu, pH, DO) pada

masing-masing stasiun di PBIAT Janti, Klaten... 61 Lampiran 2. Hasil Kandungan Cd dan Cr dalam air, sedimen, dan

daging kerang (A. woodiana Lea) pada masing-masing

stasiun di PBIAT Janti, Klaten... 61 Lampiran 3 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82

Tahun 2001...

62

Lampiran 4. Analisis Data... 64 Lampiran 5. Dokumentasi Penelitian... 88

(16)

DAFTAR SINGKATAN Singkatan Kepanjangan ppm Cd Cr DO pH HNO3 HClO4 H2SO4 K2SO4 mg/kg mg/l mm cm g kg nm l v

part per milion

kadmium kromium Dissolved Oxygen puisance de Hidrogen asam nitrat asam perklorat asam sulfat kalium sulfat miligram per kilogram

miligram per liter milimeter sentimeter gram kilogram nanometer liter volume

(17)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan ekonomi di Indonesia menitikberatkan pada pembangunan sektor industri. Di satu sisi, pembangunan industri akan meningkatkan kualitas hidup manusia dengan terpenuhinya kebutuhan manusia dan meningkatnya pendapatan masyarakat. Namun di sisi lain, pembangunan industri juga dapat menurunkan kesehatan masyarakat dikarenakan pergeseran keseimbangan tatanan lingkungan yang cenderung menimbulkan pencemaran lingkungan (Widowati, 2008).

Sumber pencemaran lingkungan oleh logam berat selain berasal dari limbah industri juga bisa berasal dari berbagai aktifitas yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup, antara lain aktifitas rumah tangga, peternakan, pertanian, penggunaan pestisida, dan insektisida (Palar, 1995).

Logam Cd dan Cr merupakan jenis bahan kimia pencemar yang sering terdapat dalam limbah B3. Limbah B3 didefinisikan sebagai setiap limbah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun yang karena sifat dan konsentrasinya baik secara langsung maupun secara tidak langsung dapat merusak atau mencemarkan lingkungan hidup dan membahayakan manusia (PP No.12/1995).

Logam berat Cd dan Cr termasuk golongan logam berat tidak esensial, yakni logam yang keberadaannya dalam tubuh masih belum diketahui manfaatnya bahkan bersifat toksik, sehingga bila masuk ke dalam tubuh dalam jumlah berlebihan akan menimbulkan pengaruh-pengaruh buruk terhadap fungsi

(18)

fisiologis tubuh. Logam berat dapat menimbulkan gangguan terhadap kesehatan karena mampu menghalangi kerja enzim sehingga mengganggu metabolisme tubuh, menyebabkan alergi, bersifat mutagen, teratogen atau karsinogen bagi manusia, hewan maupun tumbuhan (Widowati, 2008).

Protein merupakan makromolekul yang paling berlimpah di dalam sel dan berfungsi sebagai unsur penyusun atau sebagai enzim yang mengkatalis reaksi kimia khusus di dalam organisme. Logam berat yang masuk ke dalam jaringan tubuh hewan akan menyebabkan perubahan metabolisme sel dan pada toksisitas lanjut dapat menyebabkan denaturasi protein (Lehninger, 1990).

Anodonta woodiana Lea. merupakan hewan air jenis kerang yang

mempunyai sifat sessil yaitu hidup menetap di dasar air dengan pergerakan yang lambat. Selain itu hewan ini tergolong filter feeder, artinya jenis hewan yang mendapatkan makanan dengan menyaring air yang masuk ke dalam tubuhnya. Oleh karena itu, kerang merupakan indikator yang sangat baik untuk memonitor suatu pencemaran logam dalam lingkungan perairan karena mampu bertahan dalam kondisi lingkungan yang tercemar termasuk logam berat yang tersuspensi dalam perairan (Darmono, 1995; Min et al., 2011).

Satker PBIAT Janti merupakan ekosistem air tawar pembudidayaan ikan di desa Janti, Klaten. Sumber air yang digunakan berasal dari air Umbul Nilo yang berjarak kurang lebih 1,8 km. Di dasar kolam terdapat kerang A. woodiana Lea. yang terbawa oleh aliran air yang masuk ke kolam dan menetap di dasar kolam. Kolam budidaya ikan dari PBIAT Janti diduga berpotensi mengalami pencemaran karena sumber air yang masuk ke kolam ikan sudah mendapat tambahan air

(19)

limbah yang berasal dari limbah industri, limbah rumah tangga, limbah rumah makan, limbah pertanian, penggunaan bahan pemberantasan trisipan, dan penggunaan pupuk pada waktu persiapan kolam juga dimungkinkan sebagai penyebab pencemaran logam berat Kadmium dan Chromium.

Irmawati (2010) menyatakan bahwa konsentrasi logam berat Pb dalam air, serta konsentrasi logam berat Cu pada air, sedimen, dan benih ikan nila (Oreochromis niloticus) pada fase pendederan ukuran 1-3 cm dan 4-6 cm di PBIAT Janti telah melebihi baku mutu yang telah ditetapkan. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa perairan di PBIAT Janti telah mengalami pencemaran logam berat yakni Pb dan Cu.

Golongan logam berat yang membahayakan kesehatan tubuh selain Pb dan Cu yaitu Cd dan Cr. Penelitian ini dilakukan sebagai tindak lanjut dalam pendugaan kandungan logam berat pada kerang hijau dengan dua jenis logam berat yang berbeda yaitu Cd dan Cr sehingga diharapkan dapat memberikan informasi yang baru dan melengkapi hasil penelitian-penelitian terdahulu mengenai pencemaran logam berat yang terjadi di PBIAT Janti dan mengetahui kualitas sumber air untuk budidaya di PBIAT Janti, Klaten.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dibuat suatu rumusan masalah sebagai berikut :

1. Berapa kadar logam berat Kadmium (Cd) dan Chromium (Cr) dalam air, sedimen, dan daging kerang Anodonta woodiana Lea. pada inlet, kolam pendederan dan kolam pembesaran ikan nila di PBIAT Janti, Klaten?

(20)

2. Bagaimana korelasi antara kadar logam berat dengan kandungan protein dalam daging kerang Anodonta woodiana Lea.?

C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui besarnya kadar logam berat Kadmium (Cd) dan Chromium (Cr) dalam air, sedimen, dan daging kerang Anodonta woodiana Lea. pada inlet, kolam pendederan dan kolam pembesaran ikan nila di PBIAT Janti, Klaten. 2. Mengetahui korelasi antara kadar logam berat dengan kandungan protein

dalam daging kerang Anodonta woodiana Lea. D. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan :

1. Secara teoritis dapat memberikan informasi tentang kadar logam berat Kadmium (Cd) dan Chromium (Cr) dalam air, sedimen, dan daging kerang

Anodonta woodiana Lea. pada inlet, kolam pendederan dan kolam pembesaran

ikan nila di PBIAT Janti, Klaten.

2. Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan khususnya dalam bidang biologi tentang pencemaran lingkungan oleh logam berat serta pemanfaatan kerang

Anodonta woodiana Lea. sebagai bioindikator pencemaran lingkungan.

3. Dapat menumbuhkan sikap kehati-hatian masyarakat yang biasa

mengkonsumsi ikan yang dibudidayakan di PBIAT Janti.

4. Dapat memberikan solusi untuk mencari sumber air alternatif maupun melakukan remediasi jika ternyata terdapat kandungan logam berat yang melebihi ambang batas di perairan PBIAT Janti.

(21)

BAB II

LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pencemaran Perairan

Air merupakan zat yang penting dalam kehidupan makhluk hidup, dari hewan tingkat rendah sampai tertinggi, juga manusia dan tanaman. Apabila air sudah tercemar bahan pencemar akan mengakibatkan hal buruk bagi kehidupan. Pencemaran air sangat berhubungan dengan pencemaran udara serta penggunaan lahan tanah dan daratan. Pada saat udara yang tercemar jatuh ke bumi bersama air hujan, maka air tersebut sudah tercemar (Darmono, 2001).

Menurut Palar (1995), pencemaran adalah suatu kondisi yang telah berubah dari kondisi asal ke kondisi yang lebih buruk sebagai akibat masukan bahan-bahan pencemar atau polutan. Suatu lingkungan dikatakan tercemar apabila telah terjadi perubahan-perubahan dalam tatanan lingkungan sehingga tidak sama lagi dengan bentuk asalnya, sebagai akibat masuk dan atau dimasukkannya suatu zat atau benda asing ke dalam tatanan lingkungan.

2. Logam Berat

Berdasarkan sifatnya, logam terbagi ke dalam logam berat dan ringan. Logam berat adalah unsur kimia yang mempunyai bobot jenis lebih besar dari 5 gram/cm3. Di dalam sistem periodik, logam berat mempunyai nomor atom antara 22-92 serta terletak pada periode 4 hingga 7. Sedangkan logam ringan adalah logam yang mempunyai bobot jenis kurang dari 5 gram/cm3 (Connel, 1995).

(22)

Di perairan, logam umumnya ditemukan dalam bentuk ion, baik berupa ion bebas, pasangan ion organik, maupun ion-ion kompleks. Logam berat seperti Hg, Pb, Cd, Zn, Fe, Cr adalah logam yang keterlibatannya dalam tubuh makhluk hidup menyangkut proses reaksi enzimatik. Logam-logam tersebut dapat masuk ke dalam tubuh makhluk hidup melalui cara berikatan dengan protein (Connel, 1995).

a. Kadmium (Cd)

Kadmium merupakan logam yang bersumber dari aktifitas alamiah dan antropogenik. Secara alamiah Cd didapat dari letusan gunung berapi, jatuhan atmosferik, pelapukan bebatuan, dan jasad organik yang membusuk. Logam Cd juga didapat dari kegiatan manusia yaitu industri kimia, pabrik tekstil, pabrik semen, tumpahan minyak, pertambangan, pengolahan logam, pembakaran bahan bakar dan pembuatan serta penggunaan pupuk fosfat (Connel, 1995).

Kadmium merupakan kontaminan lingkungan yang dapat menimbulkan efek membahayakan fungsi-fungsi biologis. Cd telah jelas bersifat karsinogenik pada hewan, dan dimasukkan pada golongan 2A kategori IARC (International Agency for Research on Cancer) yang bersifat karsinogenik (Stoeppler, 1992).

Gejala yang ditimbulkan akibat keracunan Cd antara lain :

a. Iritasi usus, diare, muntah-muntah setelah mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengandung Cd.

b. Iritasi paru-paru, merusak sistem organ paru-paru (emfisema dan bronkhitis).

(23)

d. Rendahnya berat badan bayi bagi yang dilahirkan dari ibu yang

terpapar Cd di luar ambang batas. (Haas, 1984)

b. Chromium (Cr)

Chromium merupakan salah satu elemen kimia yang dalam tabel periodik yang diberi simbol Cr dengan nomor atom 24, berat atom 52, 01; berat jenis 7,14; titik lebur 18,400C; dan titik didih 22000C. Chromium merupakan logam berat dengan kenampakan seperti baja berwarna abu-abu, berkilau, tidak bewarna dan berasa (Waldichuk, 1974).

Chromium merupakan salah satu logam berat yang terpenting dalam industri logam. Secara alami, senyawa Cr terdapat di dalam tanah dan bebatuan dengan konsentrasi yang rendah. Senyawa kromat adalah substansi utama untuk memproduksi semua bahan kimia yang mengandung Cr. (Frank, 1995).

Logam berat Cr di perairan akan berdampak buruk bagi organisme yang hidup di perairan tersebut karena daya racun yang dimiliki oleh bahan aktif dari logam berat akan bekerja sebagai penghalang kerja enzim dalam proses fisiologis dan metabolisme tubuh sehingga enzim tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Di samping itu, logam Cr juga dapat terakumulasi dalam tubuh dan masuk dalam rantai makanan, sehingga pada tingkat trofik yang lebih tinggi akumulasi logam berat tersebut sangat tinggi, akibatnya timbul keracunan pada tingkat kronis dapat mengakibatkan kematian (Palar, 1995).

Penelitian terhadap efek Cr dalam organisme akuatik telah banyak dilakukan. Heksavalen kromium bersifat lebih toksik untuk organisme akuatik daripada kromium dengan valensi tiga. Mineral krom yang utama adalah

(24)

chromitte (FeCr2O4). Industri logam membuang krom dengan valensi tiga

sedangkan limbah cair industri mengandung krom dengan valensi enam yang berasal dari proses pewarnaan (Frank, 1995).

3. FAAS (Flame Atomic Absorbtion Spectrophotometry)

Metode AAS berprinsip pada absorbsi cahaya oleh atom. Atom-atom menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Setiap alat AAS terdiri atas tiga komponen yaitu unit atomisasi, sumber radiasi, sistem pengukur fotometerik (Sunarto, 2006).

Sumber cahaya pada AAS adalah sumber cahaya dari lampu katoda yang berasal dari elemen yang sedang diukur kemudian dilewatkan ke dalam nyala api yang berisi sampel yang telah teratomisasi, kemudian radiasi tersebut diteruskan ke detektor melalui monokromator. Detektor akan menolak arah yang searah arus (DC) dari emisi nyala dan hanya mengukur arus bolak-balik dari sumber radiasi atau sampel (Sudarmadji, 1996).

4. Kandungan Protein

Protein merupakan makromolekul yang paling berlimpah di dalam sel, menyusun lebih dari setengah berat kering sel. Sel mengandung ratusan atau ribuan jenis protein masing-masing dengan fungsi atau aktivitas biologi yang berbeda. Protein disusun oleh 20 macam asam amino yang sama, tetapi berbeda dalam deret asam aminonya, kemudian disatukan oleh ikatan peptida (Lehninger, 1990).

Peneraan jumlah protein dilakukan dengan menentukan jumlah nitrogen yang dikandung suatu bahan. Kandungan Nitrogen per total bahan diukur

(25)

dengan menggunakan metode mikro-Kjeldahl. Prinsip metode ini adalah oksidasi senyawa organik oleh asam sulfat untuk membentuk CO2 dan H2O serta

pelepasan nitrogen dalam bentuk ammonia yaitu penentuan protein berdasarkan jumlah N. Kadar protein yang ditentukan dengan cara ini biasa disebut sebagai protein kasar/crude protein (Sudarmadji, 1996).

5. Kerang Hijau (Anodonta woodiana L.)

Wardhana (1990) menempatkan Anodonta woodiana Lea ke dalam klasifikasi sebagai berikut :

Divisi : Animalia Filum : Mollusca Kelas : Bivalvia/Palecypoda/Lamellibranchiata Ordo : Unoionoida Famili : Unoionoidae Genus : Anodonta

Spesies : Anodonta woodiana Lea.

Gambar 1. Cangkang kerang Anodonta woodiana Lea.

Kerang merupakan indikator yang baik dalam memonitor suatu pencemaran lingkungan oleh logam. Berbagai logam berat akan terendapkan ke

(26)

sedimen dan dasar perairan bersama-sama dengan partikel-partikel halus yang bersifat flocculation, sehingga keberadaan logam-logam berat di sedimen akan berada terus menerus di dasar perairan (Dahuri, 1996).

Kerang hidup menetap di dasar perairan (sessil) sehingga mudah menyerap bahan pencemar termasuk logam berat yang tersuspensi di dalam perairan (filter

feeder). Di samping itu kerang mempunyai ketahanan hidup yang relatif lebih

tinggi terhadap bahan pencemar dibanding ikan (Miller, 1975). 6. Profil Satker PBIAT Janti

Menurut Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah No.6 Tahun 2008 disebutkan bahwa Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah membawahi Balai Pembenihan dan Budidaya Ikan Air Tawar Muntilan yang memiliki tiga satuan kerja, salah satunya adalah Satuan Kerja Pusat Pembenihan dan Budidaya Ikan Air Tawar (PBIAT) Janti, Klaten.

Satker PBIAT Janti, Klaten dibangun pada tahun 1979 di desa Janti, Kecamatan Polanharjo, yang memiliki luas 2,89 Ha dengan rincian kolam 1,7 Ha, bangunan dan ruang terbuka 0,98 Ha, serta saluran 0,21 Ha. Sumber air berasal dari umbul Nilo yang berjarak 1,8 km dengan debit 40 liter/detik. Tugas utama dari Satker ini adalah memperbaiki mutu genetik ikan nila baik untuk induk maupun benihnya melalui selective breeding.

(27)

B. Kerangka Pemikiran

Dalam suatu kegiatan manusia, baik kegiatan industri, rumah tangga, pariwisata dan pertanian akan menghasilkan produk utama yang dapat menunjang kebutuhan manusia, namun selain itu juga dihasilkan produk samping berupa limbah yang dapat mencemari lingkungan.

Anodonta woodiana Lea. merupakan salah satu jenis kerang sebagai

organisme yang hidup di dasar perairan, bersifat sessil dan filter feeder sehingga dapat dijadikan sebagai bioindikator pencemaran perairan. Logam berat yang masuk ke dalam tubuh hewan umumnya tidak dikeluarkan lagi sehingga cenderung menumpuk di dalam tubuhnya. Toksisitas logam berat Kadmium dan Chromium mampu menghalangi kerja enzim dalam metabolisme tubuh sehingga dapat mempengaruhi kandungan protein pada daging kerang air tawar.

Satker PBIAT Janti merupakan salah satu ekosistem air tawar yang dimanfaatkan sebagai tempat budidaya ikan nila. Sumber air budidaya berasal dari aliran umbul Nilo berjarak 1,8 km. Di dasar kolam terdapat kerang A.

woodiana Lea. yang terbawa oleh aliran air yang masuk ke kolam dan

mengendap di dasar kolam. Di sekitar umbul Nilo terdapat pemukiman,

persawahan dan kawasan industri yang menghasilkan limbah yang

mengakibatkan pencemaran air. Selain itu pemupukan dalam persiapan kolam budidaya ikan juga dimungkinkan dapat menyebabkan pencemaran logam berat. Hal tersebut perlu adanya kajian tentang Kandungan Logam Berat Kadmium (Cd) dan Chromium (Cr) serta Protein Kerang Air Tawar (Anodonta woodiana Lea.) di Satker PBIAT Janti, Klaten.

(28)

Gambar 2. Alur Kerangka Pemikiran

Limbah industri, rumah tangga, pariwisata, dan pertanian

Air Sedimen Biota

Pencemaran air oleh Kadmium (Cd) dan Chromium (Cr)

Saluran masuk air (inlet)

Kolam pendederan dan pembesaran ikan air tawar PBIAT Janti

Air : PPRI No. 82 Th. 2001.

Sedimen : Canadian Council of Ministers of The Environment Th.2001.

Biota : Keputusan Dirjen POM No. 03725/B/VII/89

Kandungan Kadmium (Cd)

dan Chromium (Cr) Daging Anodonta woodiana Lea.

Kandungan protein

Korelasi kandungan logam berat dengan kandungan

(29)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-Oktober 2011. Sampling air, sedimen dan A. woodiana Lea. dilakukan pada masing-masing stasiun yakni inlet, kolam pendederan, dan kolam pembesaran ikan nila di Satuan Kerja PBIAT Janti, Klaten. Analisis logam berat Cd dan Cr serta kandungan protein dilakukan di Sub Laboratorium Kimia Laboratorium Pusat dan Laboratorium Biologi Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta.

B. Alat dan Bahan 1. Alat

a. Pengambilan sampel : Water sampler (air), Eickman grab (sedimen), ember plastik, plastik, karet dan spidol.

b. Pengukuran suhu : Termometer digital c. Pengukuran pH : pHmeter

d. Pengukuran Oksigen Terlarut (DO) : DOmeter.

e. Pengukuran kadar logam berat Kadmium (Cd) dan Chromium (Cr) : FAAS merk SHIMADZU AA-6050F, lemari asam, oven, hotplate, labu ukur (1L, 100 ml), Erlenmeyer 250 ml, gelas ukur 5, 50, dan 100 ml, cawan porselin dan penggerus, neraca analitik, botol flakon.

f. Pengukuran kandungan protein : Tabung Kjeldahl, destruktor, destilator, tabung destilasi, erlenmeyer 50 ml, gelas ukur, buret.

(30)

2. Bahan

a. Jenis sampel : air, sedimen, dan kerang air tawar (A. woodiana Lea). b. Pengukuran kadar logam berat Kadmium (Cd) : HNO3 pekat, asam

perklorat (HClO4), aquades, dan larutan standar Cd.

c. Pengukuran kadar logam berat Chromium (Cr) : HNO3 pekat, asam

perklorat (HClO4), aquades, dan larutan standar Cr.

d. Pengukuran kandungan protein : daging A. woodiana Lea, H2SO4 pekat,

campuran garam K2SO4, HCl 0,1 N, butir Zn.

C. Cara Kerja 1. Pengambilan sampel

Pengambilan sampel komponen perairan berupa air, sedimen, serta kerang air tawar (Anodonta woodiana Lea.) dilakukan pada masing-masing stasiun yaitu kolam pendederan dan kolam pembesaran ikan nila di PBIAT Janti, Klaten. Masing-masing stasiun dibagi menjadi 3 bagian yakni input kolam, tengah kolam, dan output kolam. Masing-masing bagian dilakukan 3 kali ulangan. Suhu, pH, DO diukur langsung di lokasi pengambilan sampel di tiap-tiap stasiun, sedangkan logam berat Cd dan Cr serta kandungan protein total dianalisis di laboratorium.

a. Pengambilan sampel air

Pengambilan sampel air dilakukan dengan menggunakan water

sampler, pertama membuka penutup water sampler kemudian

memasukkannya ke dalam perairan sampai menyentuh dasar perairan, melepaskan pemberat yang nantinya akan menyebabkan tutup water

(31)

sampler tersebut menutup sendiri dengan air sudah berada di bagian dalam water sampler, menariknya ke atas permukaan air dan membuka penutupnya serta mengambil airnya.

b. Pengambilan sampel sedimen

Pengambilan sampel sedimen menggunakan Eickman grab,

kemudian sampel dimasukkan ke dalam plastik dan selanjutnya dianalisis di laboratorium sebagai sampel.

2. Pengukuran faktor fisika kimia air

a. Oksigen terlarut (DO=Dissolved oxygen) menggunakan DO meter dengan cara mencelupkan ujung elektrodanya pada kedalaman ± 5cm di bawah permukaan air, pembacaan skala DOmeter dilakukan setelah elektroda tercelup air selama ± 5 menit.

b. Pengukuran pH menggunakan pHmeter elektrik mencelupkan ujung elektrodanya ke dalam air tersebut, pembacaan skala pHmeter dilakukan setelah elektroda tercelup air selama ± 5 menit.

c. Pengukuran suhu menggunakan thermometer digital dengan mencelupkan ujung elektrodanya ke dalam air pada kedalaman ± 5 cm dibawah permukaan air. Pembacaan skala termometer dilakukan setelah elektroda tercelup ke dalam air ± 5 menit.

3. Analisis kandungan logam berat Kadmium (Cd) dan Chromium (Cr). a. Persiapan Sampel

Cuplikan daging kerang dicuci, dikeringanginkan ± 5 hari sampai kadar air kurang dari 2 %, kemudian dikeringkan dengan oven dan

(32)

ditumbuk dengan menggunakan mortar kemudian diayak sampai lolos 60 mesh dan dihomogenkan. Sedangkan pada sedimen, sampel sedimen dikeringkan sampai kadar air kurang dari 2 %, kemudian diayak sampai lolos 60 mesh dan dihomogenkan.

b. Pembuatan Larutan Baku Cd dan Cr

Larutan baku dibuat dengan menimbang 1 gram logam Cd dan 1 gram logam Cr kemudian masing-masing dimasukkan dalam gelas piala 250 ml dan dilarutkan dengan lebih kurang 10 ml HNO3, dipanaskan sampai larut,

diencerkan dengan akuades sampai volume lebih kurang 1000 ml, kemudian larutan standar Cd dan Cr 1000 ppm masing-masing diambil 100 ml diencerkan lagi sampai 1000 ml. Kemudian dari larutan standar 100 ppm diambil 0,2 ml; 0,5 ml; 1 ml; 2 ml; dan 5 ml untuk dibuat konsentrasi 0,2 ppm; 0,5ppm; 1 ppm; 2 ppm; dan 5 ppm.

c. Analisis kandungan Cd dan Cr dalam air 1. Analisis kandungan Cd dalam air

Sebanyak 50 ml sampel air yang telah ditambah 5 ml HNO3 pekat

dipanaskan menggunakan hotplate di dalam lemari asam sampai larutan contoh hampir kering. Sampel kemudian ditambahkan 50 ml air suling dan dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml melalui kertas saring dan ditempatkan hingga tanda batas. Sampel air kemudian diukur kandungan Cd menggunakan FAAS panjang gelombang 228, 49 nm.

(33)

2. Analisis kandungan Cr dalam air

Sebanyak 50 ml sampel air yang telah ditambah 5 ml HNO3 pekat

dipanaskan menggunakan hotplate di dalam lemari asam sampai larutan contoh tersisa 15-20 ml. ditambahkan 5ml HNO3 kemudian dipanaskan

hingga terbentuk endapan putih. Ditambahkan 2 ml HNO3 pekat ke dalam

labu ukur dan dipanaskan kira-kira 10 menit kemudian ditambah aquades hingga tepat tanda tera. Diukur kandungan Cr dengan FAAS panjang gelombang 357, 54 nm.

d. Analisis kandungan logam Cd dan Cr dalam sedimen dan daging kerang (A.

woodiana Lea)

1. Analisis kandungan Cd dalam sedimen dan daging

Sedimen dan daging kerang merupakan sampel padat sehingga preparasinya sama yaitu menimbang 3 gram sampel kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer ditambah 5 ml asam nitrat pekat dan 25 ml akuades dan diaduk hingga bercampur rata serta menambahkan 3 butir batu didih dan menutup dengan kaca arloji. Selanjutnya dipanaskan sampai volume 10 ml, diangkat dan didinginkan. Kemudian ditambahkan 5 ml asam nitrat pekat dan 1-3 ml asam perklorat, selanjutnya dipanaskan, larutan sampel disaring menggunakan kertas saring Whatman 42 dan diukur volumenya. Sampel larutan yang telah dipreparasi kemudian diukur kandungan Cd menggunakan FAAS panjang gelombang 228, 49 nm.

(34)

2. Analisis kandungan Cr dalam sedimen dan daging

Sedimen dan daging kerang merupakan sampel padat sehingga preparasinya sama yaitu menimbang 3 gram sampel kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan dibasahkan dengan sedikit aquades. Ditambahkan 5ml HNO3 dan 3 ml HClO4 kemudian

dipanaskan di atas hotplate sampai hampir kering kemudian didinginkan. Larutan diencerkan sampai volume 50 ml, disaring menggunakan kertas Whatman 42 dan diukur volumenya. Sampel yang telah dipreparasi kemudian diukur kandungan Cr dengan FAAS panjang gelombang 357, 54 nm.

4. Analisis Kandungan Protein pada daging Analisis kandungan protein metode Kjeldahl a. Destruksi

1. Bahan ditimbang sebanyak 0,2 gram dan dimasukkan ke dalam tabung Kjeldahl.

2. Campuran NaCl sebanyak 1 gram dan 3 ml H2SO4 pekat ditambahkan

ke dalam larutan (1).

3. Larutan dipanaskan hingga berwarna hijau dan ditambahkan aquades sebanyak 30 ml.

4. Dibuat larutan blanko untuk koreksi adanya senyawa N yang berasal dari reagensia yang digunakan.

b. Destilasi

(35)

2. NaOH 45 % 10ml dan 2 butir Zn ditambahkan.

3. Larutan tersebut dipanaskan dengan penampung H3BO3 4 % dan 2 tetes

indicator campuran hingga volumenya 40 ml. c. Titrasi

1. Titrasi dilakukan dengan HCl 0,1 N hingga terjadi perubahan warna dari biru kehijauan kuning.

2. Perhitungan

Keterangan : % N = Kadar nitrogen

a = volume larutan sampel

b = volume larutan blanko

Untuk memperoleh kandungan protein sampel maka hasil perhitungan % N dikalikan 6, 25 yang merupakan faktor koreksi dari

(36)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kualitas Air di Satker PBIAT Janti, Klaten Berdasarkan Parameter Suhu, pH, DO serta Kandungan Logam Berat Kadmium (Cd) dan Kromium (Cr).

Dari hasil penelitian didapatkan data tentang suhu, pH, DO yang tertulis dalam Tabel 1. Data yang didapat selanjutnya dibandingkan dengan Baku Mutu yang diperbolehkan sesuai dengan Peraturan Pemerintah.

pH dan DO yang terukur di stasiun Inlet PBIAT Janti, Klaten masih berada dalam batas yang diperbolehkan. Namun dari data suhu terlihat bahwa suhu air inlet berada di bawah ambang batas yakni 27,56 C. Hal ini dapat dimungkinkan karena air inlet tersebut mengalir dan memiliki luas permukaan yang sempit sehingga cahaya matahari tidak dapat masuk ke dalam air secara merata.

Dari Tabel 1 dapat dilihat kandungan logam berat kadmium (Cd) rata-rata pada air sebesar 0,011 ppm. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi pencemaran logam berat Cd terhadap aliran air yang masuk ke dalam PBIAT Janti. Sumber air masuk (inlet) dapat dimungkinkan sudah mendapat tambahan air limbah yang berasal dari limbah industri, limbah rumah tangga, limbah rumah makan, limbah pertanian yang berada disekitar aliran sumber air sehingga dapat menyebabkan terjadinya pencemaran logam berat kadmium pada sumber air yang masuk ke kolam PBIAT Janti.

Hasil analisis kandungan logam berat kromium (Cr) rata-rata menunjukkan angka 0,00 yang berarti bahwa tidak terdeteksinya kandungan

(37)

logam berat Cr dalam air. Hal ini bisa dimungkinkan karena limbah industri, limbah rumah tangga maupun limbah pertanian yang masuk ke dalam badan air inlet mengandung logam Cr dengan konsentrasi sangat kecil sehingga akan terjadi pengenceran ketika masuk ke dalam aliran sumber air yang masuk ke kolam PBIAT Janti.

suhu, pH, dan DO yang terukur di stasiun kolam Pendederan PBIAT Janti, Klaten masih berada dalam batas yang diperbolehkan menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 Th. 2001. Hal ini menunjukkan bahwa berdasarkan parameter suhu, pH, dan DO pada air yang terdapat dalam kolam pendederan PBIAT Janti masih memenuhi baku mutu air kelas 3 (tiga).

Dari Tabel 2 dapat dilihat kandungan logam berat kadmium (Cd) rata-rata pada air sebesar 0,0117 ppm. Kandungan tersebut melebihi ambang batas yang diperbolehkan berdasarkan PPRI No. 82 Th. 2001. Hal ini dikarenakan adanya pengaruh air yang masuk dan keluar dari kolam. Air yang masuk ke dalam kolam berasal dari sumber air/inlet yang sebelumnya telah mengandung logam Cd dengan konsentrasi yang sejajar dengan baku mutu. Selain itu sumber Cd juga dimungkinkan berasal dari pupuk dan pestisida yang digunakan pada proses persiapan sebelum pembudidayaan sehingga terjadi akumulasi logam Cd dalam perairan di kolam pendederan. Hasil analisis kandungan logam berat kromium (Cr) rata-rata pada air kolam pendederan menunjukkan angka 0,00 yang berati bahwa tidak terdeteksinya kandungan logam berat Cr dalam air pada kolam pendederan.

(38)

suhu, pH, dan DO yang terukur di stasiun kolam Pembesaran PBIAT Janti, Klaten masih berada dalam batas yang diperbolehkan menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 Th. 2001 sehingga masih memenuhi baku mutu air kelas 3.

Dari Tabel 3 dapat dilihat kandungan logam berat kadmium (Cd) rata-rata pada air sebesar 0,0082. Kandungan tersebut di bawah ambang batas yang diperbolehkan berdasarkan PPRI No. 82 Th. 2001 yaitu sebesar 0,01 ppm. Hal ini dikarenakan tidak ada debit air yang masuk ke dalam kolam pembesaran dan air dalam kondisi tenang sehingga kandungan Cd dalam air akan mengendap ke dasar kolam. Hasil analisis kandungan logam berat kromium (Cr) rata-rata pada air menunjukkan angka 0,0 yang artinya air di dalam kolam pembesaran juga tidak terdeteksi adanya logam berat kromium seperti pada analisis kandungan kromium pada air kolam pendederan maupun air masuk/inlet.

B. Konsentrasi Logam Berat Kadmium (Cd) dan Kromium (Cr) dalam Air, Sedimen, dan Daging Kerang (Anodonta woodiana Lea.) di Satker PBIAT Janti, Klaten

Pada penelitian kali ini, kandungan logam yang diukur yaitu kandungan kadmium (Cd) dan kromium (Cr) yang terdapat dalam air, sedimen, dan daging kerang (Anodonta woodiana Lea.) di Satker PBIAT Janti, Klaten. Hasil analisis kandungan logam berat kadmium (Cd) dan kromium (Cr) dalam air, sedimen, dan daging kerang dapat dilihat pada Tabel 4 dan Tabel 5.

(39)

Tabel 4 menunjukkan bahwa kandungan Cd dalam air sebesar 0,017 mg/L. Kandungan Cd tersebut telah melebihi ambang batas maksimum kandungan Cd dalam air. Hal ini disebabkan adanya pengaruh air yang masuk dan keluar dari kolam pendederan. Air yang masuk ke dalam kolam berasal dari sumber air/inlet yang sebelumnya telah mengandung logam Cd dengan konsentrasi yang sejajar dengan baku mutu, sehingga terjadi akumulasi logam Cd dalam perairan di kolam pendederan.

Kandungan Cd dalam sedimen menunjukkan angka 0,834 mg/kg. Kandungan Cd yang tinggi pada sedimen kolam pendederan dapat disebabkan karena kondisi kolam selama 2 bulan tidak dilakukan pengurasan sehingga terjadi akumulasi logam berat Cd dalam sedimen.

Kadar kadmium (Cd) dalam daging kerang menunjukkan angka sebesar 0,710 mg/kg. Hal ini dimungkinkan karena faktor umur kerang yang masih muda untuk mengalami kontak dengan perairan yang tercemar logam. Selain itu juga bisa dimungkinkan karena kerang yang terambil merupakan kerang yang baru menetap di kolam tersebut.

Kadar Cd dalam daging kerang dibandingkan dengan kadar Cd dalam makanan khususnya kelas Bivalvia karena daging kerang merupakan bagian tubuh kerang yang dikonsumsi oleh manusia meskipun kerang yang terdapat di kolam PBIAT Janti tidak dibudidayakan untuk dikonsumsi. Dalam mengkonsumsi kerang perlu diperhatikan karena kerang termasuk hewan yang hidup di dasar perairan sehingga dimungkinkan terjadi akumulasi logam berat yang berasal dari makanan di sekitarnya.

(40)

Tabel 5 menunjukkan bahwa kandungan Cd dalam air sebesar 0,0082 mg/L. Kandungan Cd tersebut berada di bawah ambang batas maksimum kandungan Cd dalam air yakni sebesar 0,01 mg/L. Hal ini disebabkan tidak adanya debit air yang masuk ke dalam kolam dan air dalam kondisi tenang sehingga kandungan logam berat yang berikatan dengan air cenderung akan mengendap di dasar perairan.

Analisis Anova pada variasi kandungan logam berat Cd dalam air dari stasiun inlet/air masuk, kolam pendederan dan kolam pembesaran menunjukkan p<0,05 (0,000). Hal ini berarti kandungan logam berat dalam air berbeda nyata pada stasiun kolam pembesaran.

Kandungan Cd dalam sedimen menunjukkan angka 0,902 mg/kg. Hal ini disebabkan karena pada kolam pembesaran tidak dilakukan pengurasan kolam selama 6 bulan sehingga terjadi pengendapan logam berat di dasar perairan.

Analisis statistik menunjukkan variasi kandungan logam berat pada masing-masing stasiun inlet/air masuk, kolam pendederan dan kolam pembesaran menunjukkan p<0,05 (0,000). Hal ini berarti kandungan logam berat Cd dalam sedimen berbeda nyata pada tiap-tiap stasiun.

Sedangkan kandungan logam berat pada daging kerang menunjukkan angka 0,624 mg/kg. Rendahnya kandungan logam berat pada daging kerang dapat disebabkan karena umur kerang yang masih muda. Meskipun kandungan Cd dalam daging kerang rendah, namun perlu diwaspadai karena logam berat bersifat akumulatif.

(41)

Kerang yang berada di dalam kolam ikan berasal dari luar kolam yang terbawa masuk ke dalam kolam dan hidup mengendap di dasar kolam. Namun pada stasiun Inlet/air masuk tidak ditemukan adanya kerang karena arus yang mengalir cukup deras sehingga kerang langsung terbawa masuk ke dalam kolam.

Logam-logam berat yang terlarut dalam badan perairan pada konsentrasi tertentu akan berubah fungsi menjadi sumber racun bagi kehidupan perairan. Meskipun daya racun yang ditimbulkan oleh satu logam berat terhadap semua biota perairan tidak sama, namun hilangnya sekelompok organisme tertentu dapat menjadikan terputusnya satu mata rantai kehidupan. Pada tingkat lanjutan, keadaan tersebut tentu saja dapat menghancurkan satu tatanan ekosistem perairan ( Palar, 1995).

Tabel 6 menunjukkan bahwa kandungan Cr dalam air kolam pendederan adalah sebesar 0,00 ppm, artinya konsentrasi kandungan Cr dalam air di kolam pendederan sangat rendah atau bahkan tidak terdeteksi. Sedangkan kandungan Cr dalam sedimen masih berada di bawah ambang batas yaitu sebesar 2,233 mg/kg. Rendahnya kandungan Cr dalam sedimen disebabkan adanya kandungan Cr dalam air juga sangat rendah sehingga kandungan Cr yang mengendap ke dasar perairan pun juga sedikit. Sedangkan kandungan Cr dalam daging kerang menunjukkan angka sebesar 0,435 mg/kg. Dari data dapat terlihat bahwa pada air, daging kerang maupun sedimen di kolam Pendederan memiliki kandungan logam berat Cr di bawah ambang batas normal. Hal ini menunjukkan bahwa pada kolam pendederan

(42)

tidak terjadi pencemaran logam Cr baik dari air, daging kerang, maupun sedimen.

Tabel 7 menunjukkan bahwa kandungan Cr dalam air kolam pembesaran adalah sebesar 0,00 ppm, artinya konsentrasi kandungan Cr dalam air di kolam pendederan sangat rendah atau bahkan tidak terdeteksi. Logam berat Cr biasanya sangat sedikit di dalam air secara ilmiah kurang dari 1g/L.

Sedangkan kandungan Cr dalam sedimen masih berada di bawah ambang batas yaitu sebesar 2,199 mg/kg.. Rendahnya kandungan Cr dalam sedimen disebabkan adanya kandungan Cr dalam air juga sangat rendah sehingga kandungan Cr yang mengendap ke dasar perairan pun juga sedikit. Analisis Anova pada variasi kandungan logam berat Cr dalam sedimen dari stasiun inlet, kolam pendederan dan kolam pembesaran menunjukkan p<0,05 (0,000). Hal ini berarti kandungan logam berat dalam sedimen berbeda nyata pada stasiun inlet.

Kandungan Cr dalam daging kerang juga menunjukkan angka sebesar 0,969 mg/kg. Hal ini perlu diperhatikan karena kadar kromium dapat terserap dengan baik oleh organisme termasuk kerang dan dapat terakumulasi sehingga apabila kerang berbahaya tersebut dikonsumsi manusia.

Dari data dapat terlihat bahwa pada air, daging kerang maupun sedimen di kolam Pembesaran juga memiliki kandungan logam berat Cr di bawah ambang batas normal. Hal ini menunjukkan bahwa pada kolam pembesaran tidak terjadi pencemaran logam Cr baik dari air, daging kerang, maupun sedimen.

(43)

C. Hubungan antara Faktor Lingkungan (Suhu, pH, DO) terhadap Kandungan Kadmium (Cd) dan Kromium (Cr) dalam Air, Daging, dan Sedimen.

Tabel 9. Hubungan antara Faktor Lingkungan (Suhu, pH, DO) terhadap Kandungan Kadmium (Cd) dan Kromium (Cr) dalam Air, Daging, dan Sedimen

Faktor Lingkungan

Korelasi Pearson (r)

Air Daging Sedimen

Cd Cr Cd Cr Cd Cr

Suhu (0C) 0,200 - 0,388 0,413 0,534 0,456

pH 0,358 - 0,297 0,379 0,301 0,296

DO 0,532 - 0,439 0,666 0,425 0,327

1. Suhu

Tabel 8 menunjukkan bahwa ada korelasi positif antara suhu air dengan kandungan Cd dalam air sebesar 0,200. Antara suhu air dengan Cd dalam daging sebesar 0,388. Antara suhu air dengan kandungan Cd dalam sedimen sebesar 0,534. Korelasi antara suhu dengan kandungan Cd dalam sedimen menunjukkan tingkat korelasi yang kuat karena nilai r terletak antara 0,41-0,70. Sedangkan korelasi antara suhu dengan kandungan Cd dalam air dan daging menunjukkan tingkat korelasi yang lemah karena nilai r terletak antara 0,21-0,40. Semakin tinggi suhu maka akan meningkatkan kandungan Cd dalam air meskipun korelasinya lemah. Nilai positif pada koefisien korelasi menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu, maka akan mampu meningkatkan kandungan Cd dalam air, daging dan sedimen (Hidayati, 2006).

Tabel 8 menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif antara suhu air dengan kandungan Cr dalam sedimen sebesar 0,456 dengan tingkat korelasi yang kuat. Sedangkan korelasi antara suhu air dengan Cr dalam daging sebesar 0,413 menunjukkan korelasi yang negatif dengan tingkat

(44)

korelasi yang kuat. Nilai negatif menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu air maka akan semakin rendah kandungan Cr dalam daging. Korelasi antara suhu air dengan kandungan Cr dalam air tidak dapat dilakukan analisis dikarenakan tidak terdeteksinya kandungan logam berat Cr pada air.

2. pH

Tabel 8 menunjukkan bahwa ada korelasi positif antara pH air dengan kandungan Cd dalam air sebesar 0,358. Antara pH air dengan Cd dalam daging sebesar 0,297. Antara pH air dengan kandungan Cd dalam sedimen juga menunjukkan korelasi yang positif sebesar 0,301. Nilai positif pada koefisien korelasi menunjukkan bahwa semakin tinggi pH, maka akan mampu meningkatkan kandungan Cd dalam air, daging dan sedimen. Korelasi antara pH dengan kandungan Cd dalam air, daging dan sedimen menunjukkan tingkat korelasi yang lemah karena nilai r terletak antara 0,21-0,40. Semakin tinggi pH maka akan meningkatkan kandungan Cd dalam air meskipun korelasinya lemah.

Berdasarkan Tabel 8, pada logam Cr terdapat korelasi positif antara pH air dengan kandungan Cr dalam sedimen sebesar 0,301 dengan tingkat korelasi yang lemah. Korelasi antara pH air dengan Cr dalam daging sebesar 0,397 menunjukkan korelasi yang negatif dengan tingkat korelasi yang lemah. Korelasi positif menunjukkan semakin tinggi pH air maka akan semakin tinggi kandungan Cr dalam sedimen. Dan korelasi negatif

(45)

menunjukkan semakin tinggi pH air maka kandungan Cr dalam daging akan semakin rendah meskipun korelasinya lemah.

3. DO

Tabel 8 menunjukkan bahwa ada korelasi negatif antara DO dengan kandungan Cd dalam air sebesar -0,532. Antara DO dengan Cd dalam daging sebesar -0,439. Antara DO dengan kandungan Cd dalam sedimen juga menunjukkan korelasi yang negatif sebesar 0,425. Nilai negatif pada koefisien korelasi menunjukkan bahwa semakin tinggi DO, maka kandungan Cd dalam air dan daging akan semakin menurun. Korelasi antara DO dengan kandungan Cd dalam air, daging dan sedimen menunjukkan tingkat korelasi yang kuat karena nilai r terletak antara 0,41-0,70.

D. Analisis Regresi antara Kandungan Kadmium (Cd) dan Kromium (Cr) dalam daging kerang (A. woodiana Lea.) dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (Cd dan Cr dalam air dan sedimen, suhu, pH, dan DO)

Tabel 10. Persamaan Regresi antara Kadar Cd dalam daging dengan Kadar Cd dalam Air, Kadar Cd Sedimen, suhu, pH, dan DO.

Faktor (Y, X) Persamaan Regresi R2

Kadar Cd daging dan Kadar Cd air Y= 0,001 + 0,017 (X) 0,494

Kadar Cd daging dan Kadar Cd sedimen Y= 0,932 0,096 (X) 0,057

Kadar Cd daging dan suhu Y= 27,164 + 1,708 (X) 0,151

Kadar Cd daging dan pH Y= 7,231 + 1,188 (X) 0,088

(46)

Gambar 7. Grafik Regresi antara Kadar Cd dalam daging dengan Kadar Cd dalam Air, Kadar Cd Sedimen, suhu, pH, dan DO.

(47)

Hasil analisis regresi antara Cd daging dengan konsentrasi Cd dalam air didapatkan nilai R square (R2) sebesar 0,494 yang berarti bahwa variasi yang terjadi terhadap konsentrasi Cd dalam daging sebesar 49,4 % dipengaruhi oleh kadar Cd dalam air. Analisis regresi antara Cd daging dengan kandungan Cd dalam sedimen menunjukkan R2 sebesar 0,057 yang artinya bahwa 5,7 % variasi kandungan Cd dalam daging dipengaruhi oleh Cd dalam sedimen. Analisis regresi antara suhu dengan kandungan Cd dalam sedimen menunjukkan R2 sebesar 0,151 yang artinya bahwa 15,1 % variasi kandungan Cd dalam daging dipengaruhi oleh suhu. Sedangkan regresi antara pH dan DO dengan kandungan Cd daging menunjukkan 8,8 % dan 19,3 % Cd dalam daging dipengaruhi oleh pH dan DO.

Tabel 11. Persamaan Regresi antara Kadar Cr dalam daging dengan Kadar Cr dalam Air, Kadar Cr Sedimen, suhu, pH, dan DO.

Faktor (Y, X) Persamaan Regresi R2

Kadar Cr daging dan Kadar Cr air

Kadar Cr daging dan Kadar Cr sedimen Y= 2,294 0,111 (X) 0,021

Kadar Cr daging dan suhu Y= 28,665 0,519 (X) 0,164

Kadar Cr daging dan pH Y= 8,326 0,434(X) 0,131

(48)

Gambar 8. Grafik Regresi antara kadar Cr dalam daging kadar Cr sedimen, suhu, pH, dan DO.

Hasil analisis regresi antara Cr daging dengan kandungan Cr dalam sedimen menunjukkan R2 sebesar 0,021 yang artinya bahwa 2,1 % variasi kandungan Cr dalam daging dipengaruhi oleh Cr dalam sedimen. Analisis regresi antara suhu dengan kandungan Cr dalam sedimen menunjukkan R2 sebesar 0,164 yang artinya bahwa 16,4 % variasi kandungan Cr dalam daging dipengaruhi oleh suhu. Sedangkan regresi antara pH dan DO dengan kandungan Cr daging menunjukkan 13,1 % dan 42,1 % Cr dalam daging dipengaruhi oleh pH dan DO. Untuk analisis regresi antara Cr dalam daging dan Cr dalam air tidak dapat dilakukan analisis korelasi regresi dikarenaan tidak terdeteksinya logam Cr dalam air.

E. Analisis Korelasi-Regresi antara kandungan Logam Berat Kadmium (Cd) dan Chromium (Cr) terhadap kandungan Protein dalam daging kerang A. woodiana Lea.

Peneraan jumlah protein dilakukan dengan menentukan jumlah nitrogen yang dikandung oleh suatu bahan. N total bahan diukur dengan

(49)

senyawa organik oleh asam sulfat untuk membentuk CO2 dan H2O serta

pelepasan nitrogen dalam bentuk ammonia yaitu penentuan protein berdasarkan jumlah N. Dalam penentuan protein seharusnya hanya nitrogen yang berasal dari protein saja yang ditentukan. Akan tetapi teknik ini sulit sekali dilakukan mengingat kandungan senyawaan N lain selain penyusun protein dalam bahan juga terikut dalam analisis ini. Jumlah senyawa N ini biasanya sangat kecil yang meliputi urea, asam nukleat, ammonia, nitrat, nitrit, asam amino, amida, purin, dan pirimidin. Oleh karena itu penentuan jumlah N total ini tetap dilakukan untuk mewakili jumlah protein yang ada. Kadar protein yang ditentukan dengan cara ini biasa disebut sebagai protein kadar/crude protein (Sudarmadji, 1996).

Tabel 12. Kandungan Protein (%) Sampel Daging Kerang A. woodiana Lea

Kolam Pendederan Kolam Pembesaran

50.31 50.31

49.22 53.59

49.44 56.88

Rata-rata 49.65 Rata-rata 53.59

Tabel 13. Korelasi antara Kandungan Logam Berat Kadmium dan Kromium dengan Kandungan Protein Daging Kerang

Kandungan Protein

Korelasi Pearson (r) kandungan Cd dalam daging 0,781

Korelasi Pearson (r) kandungan Cr dalam daging 0,631

1. Kadmium

Korelasi antara Kandungan Logam Berat Kadmium dengan Kandungan Protein Daging Kerang menggunakan Korelasi Pearson menunjukkan angka 0,781. Angka tersebut menunjukkan bahwa hubungan antara kandungan logam berat Cd dengan kandungan protein daging kerang

(50)

menunjukkan nilai r sebesar 0,781. Tanda negatif ( ) menunjukkan hubungan antara kedua variabel tersebut berlawanan arah. Nilai r menunjukkan adanya korelasi yang kuat karena nilai r diantara 0,71-0,90. Keberadaan logam berat Cd dalam daging kerang diikuti dengan adanya penurunan kandungan protein daging kerang dengan korelasi hubungan yang sangat kuat.

Untuk mengetahui adanya pengaruh kandungan Cd terhadap

kandungan protein dalam daging dilakukan uji regresi. Hasil analisis regresi dapat dilihat pada tabel 10.

Tabel 14. Hasil Analisis Regresi antara konsentrasi Cd terhadap kandungan Protein dalam daging kerang.

Faktor (X,Y) Persamaan Regresi R2

Konsentrasi Cd dengan kandungan protein dalam daging kerang

Y = 1,967 0,025(X) 0,610

Gambar 9. Grafik Regresi antara kandungan Cd dengan kandungan protein dalam daging kerang

Dari hasil analisis regresi antara kandungan Cd dengan kandungan protein dalam daging kerang didapatkan nilai R square (R2) sebesar 0,610 yang artinya bahwa variasi yang terjadi terhadap kandungan protein daging

(51)

2.Kromium

Korelasi antara kandungan logam berat kromium dengan kandungan protein daging kerang menggunakan korelasi pearson menunjukkan angka 0,631. Angka tersebut menunjukkan bahwa hubungan antara kandungan logam berat Cd dengan kandungan protein daging kerang menunjukkan nilai r sebesar 0,631. Tidak adanya tanda minus di depan angka menunjukkan bahwa hubungan antara kedua variabel tersebut positif yang berarti searah. Nilai r menunjukkan adanya korelasi yang kuat karena nilai r diantara 0,41-0,70. Keberadaan logam berat Cd dalam daging kerang diikuti dengan adanya kenaikan kandungan protein daging kerang dengan korelasi hubungan yang kuat.

Untuk mengetahui adanya pengaruh kandungan Cd terhadap kandungan protein dalam daging dilakukan uji regresi. Hasil analisis regresi dapat dilihat pada tabel 11.

Tabel 15. Hasil Analisis Regresi antara konsentrasi Cr terhadap kandungan Protein dalam daging kerang.

Faktor (X,Y) Persamaan Regresi R2

Konsentrasi Cr dengan kandungan protein dalam daging kerang

(52)

Gambar 10. Grafik Regresi antara kandungan Cr dengan kandungan protein dalam daging kerang

Dari hasil analisis regresi antara kandungan Cr dengan kandungan protein dalam daging kerang didapatkan nilai R square (R2) sebesar 0,398 yang artinya bahwa variasi yang terjadi terhadap kandungan protein daging sebesar 39,8 % dipengaruhi oleh variasi kandungan Cr dalam daging.

(53)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Pada stasiun Inlet, konsentrasi Cd dalam air menunjukkan angka 0,011

ppm dan Cd sedimen 0,611 mg/kg telah melebihi baku mutu. Pada kolam pembesaran konsentrasi Cd dalam air 0,0082 ppm dan Cd daging 0,624 mg/kg di bawah baku mutu, sedangkan Cd sedimen 0,9 mg/kg telah melebihi baku mutu. Dan pada kolam pendederan, konsentrasi Cd dalam air 0,011 ppm dan Cd daging 0,710 mg/kg di bawah baku mutu, sedangkan Cd sedimen 0,834 mg/kg telah melebihi baku mutu. Sedangkan logam Cr dalam daging di kolam pendederan sebesar 0,435 mg/kg dan pada kolam pembesaran sebesar 0,969 mg/kg, sedangkan Cr dalam air dan sedimen pada ketiga stasiun masih berada di bawah baku mutu.

2. Antara kandungan logam berat kadmium (Cd) dengan kandungan protein kerang A. woodiana terdapat hubungan yang sangat kuat dengan nilai korelasi (r) sebesar 0,781 dan bentuk hubungan linier dengan angka determinasi (R2) sebesar 0,610 yang berarti 61,0 % kandungan protein dipengaruhi oleh kandungan Cd. Sedangkan antara kandungan logam berat kromium (Cr) dengan kandungan protein kerang A. woodiana terdapat hubungan yang kuat dengan nilai korelasi (r) sebesar 0,631 dan bentuk hubungan linier dengan angka determinasi (R2) sebesar 0,398 yang berarti 39,8 % kandungan protein dipengaruhi oleh kandungan Cr.

(54)

B. SARAN

1. Untuk menjaga kualitas air sebagai sumber benih perikanan perlu diadakan uji kualitas air kolam secara kontinyu di Satker Pembenihan dan Budidaya Ikan Air Tawar, Janti, Klaten untuk mengetahui pencemaran logam berat dari waktu ke waktu.

2. Untuk menjaga mutu benih sebagai sumber benih perikanan, sebaiknya tidak menggunakan pestisida untuk membunuh keong yang dapat berakibat terakumulasinya kandungan logam berat dalam tubuh ikan dan kerang.

3. Perlu adanya penanganan dan penelitian lebih lanjut terhadap kualitas sumber air yang berasal dari sumber air Nilo untuk mengetahui kelayakan dari air Nilo sebagai sumber air budidaya perikanan.

4. Perlu adanya penelitian lebih lanjut terhadap korelasi antara kandungan logam berat Cr dalam organ target dengan kandungan protein dalam orgat target tersebut.

Gambar

Tabel 10.  Persamaan Regresi antara Kadar Cd dalam daging dengan  Kadar  Cd  dalam  Air,  Kadar  Cd  Sedimen,  suhu,  pH,  dan
Gambar 1. Cangkang kerang Anodonta woodiana Lea.
Gambar 2. Alur Kerangka Pemikiran
Tabel  4  menunjukkan  bahwa  kandungan  Cd  dalam  air  sebesar  0,017  mg/L.  Kandungan  Cd  tersebut  telah  melebihi  ambang  batas  maksimum  kandungan Cd dalam air
+7

Referensi

Dokumen terkait

6. Mengenai pokok pengaduan pengadu tentang “keberatan yang disampaikan Panwaslih Kabupaten Aceh Singkil” Panwaslih Aceh Singkil tidak pernah mengajukan keberatan,

Dalam menganalisis proses pembelajaran, ada beberapa komponen yang harus diperhatikan, yaitu (1) Konsistensi proses pembelajaran dengan kurikulum yang telah disusun;

Hasil daya beda butir soal ini juga didukung oleh penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa 80,1% dari jumlah soal tidak signifikan dalam membedakan kemampuan

Skripsi Euthanasia : Studi Sosiologi Kesehatan ..... ADLN - Perpustakaan

[r]

Dari hasil uji keragaman di dapat bahwa perlakuan varietas dan pupuk berpengaruh nyata terhadap peubah waktu terbentuk anakan, interaksi antara varietas dan pupuk

[r]

Salah satu pembelaajran berbasis komputer yang saat ini masih terus dikembangkan adalah Intelligent Tutoring System (ITS) yang dikembangkan untuk mengatasi kelemahan