• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SUKU BUNGA BANK INDONESIA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SUKU BUNGA BANK INDONESIA."

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

J ur usan Ekonomi Pembangunan

Oleh :

Disusun Oleh : M.ALI SYAFUDDIN.A

0611010075/FE/IE

Kepada :

J URUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

J AWA TIMUR

(2)

DAFTAR ISI ………... iv

DAFTAR GAMBAR... vi

DAFTAR ABSTRAKSI... vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah………... 1

1.2. Perumusan Masalah………... 8

1.3. Tujuan Penelitian………... 8

1.4. Manfaat Penelitian………... 9

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu………... 10

2.2. Landasan Teori………... 11

2.2.1. kebijaksanaan Moneter... 11

2.2.1.1.pengertian Kebijaksanaan moneter... 11

2.2.1.2.Tujuan.kebijaksanaan.moneter... 11

2.2.1.3.Sifat dari kebijaksanaan Moneter...12

2.2.1.4.Ketidakstabilan yang ditimbulkan kebijaksanaan Moneter...14

2.2.1.5.Instrumen Kebijaksanaan Moneter...15

2.2.2. Investasi... .17

2.2.2.1.Pengertian Investasi...17

(3)

2.2.3. Tingkat suku bunga...24

2.2.3.1.Pengertian tingkat suku bunga... 24

2.2.3.2.Unsur-unsur tingkat suku bunga...28

2.2.3.3.Tingkat suku bunga...29

2.2.3.4.Penentuan suku bunga di indonesia...30

2.2.3.5.Tingkat suku bunga Amerika serikat (Fed Rate)...31

2.2.3.6.Pengaruh Fed Rate terhadap tingkat suku bunga SBI (BI Rate)...31

2.2.4. Sertifikat bank indonesia...33

2.2.4.1. Pengertian Sertifikat Bank Indonesia...33

2.2.4.2. kebijaksanaan Moneter tentang SBI...41

2.2.4.3. Manfaat Sertifikat bank Indonesia Melalui Operasi Pasar Terbuka...43

2.2.5. Inflasi... 44

2.2.5.1. Pengertian Inflasi... 44

2.2.5.2. Macam-macam Inflasi... 45

2.2.5.3. Akibat-akibat buruk inflasi... 47

2.2.5.4. Teori Iflasi... 49

2.2.6. Pendapatan Nasional dan GDP... 50

2.2.6.1. Pengertian Pendapatan Nasional... 50

(4)

2.3. Kerangka Pikir... 59

2.4. Hipotesis... 61

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Definisi operasional dan pengukuran variable ………... 61

3.2. Teknik Penentuan Sampel………... 62

3.3. Teknik Pengumpulan Data……….... 62

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis………... 63

3.4.1. Teknik Analisis………... ... 63

3.4.1.1. Teknik Analisis Penurunan Model Dasar... 63

3.4.1.2. Penurunan Model Dinamis... 65

3.4.2. Uji Hipotesis………... 69

3.4.2.1. Beberapa Aspek Dalam pengujian Model Dinamis... 69

3.4.2.2. Asumsi Klasik... 74

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian………... 78

4.1.1. Keadaan Perekonomian Indonesia ... 78

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian……… 79

4.2.1. Perkembangan Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia...79

4.2.2. Perkembangan Suku Bunga Amerika Serikat... 81

(5)

4.3. Analisis dan Pengujian Hipotesis……… 93

4.3.1. Analisis……….. 93

4.3.2. Ujian Hipotesis………93

4.3.2.1. Pengujian Model Dinamis………...93

4.3.2.2. Uji Kelayakan Model Error Corretion Model (ECM)……… 96

4.3.2.3. Asumsi Klasik...98

4.3.2.4. Uji Heterokedastisitas………...99

4.3.3. Analisis pengar uh Suku Bunga Amer ika Sertifikat, Inflasi, Gross Domestic Pr oduct dan J umlah uang Beredar terhadap Suku bunga Sertifikat Bank Indo Nesia………100

4.4. Pembahasan... 102

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan………. 105

5.2. Saran……… 106 DAFTAR PUSTAKA

(6)

M.ALI SYAFUDDIN.A ABSTRAKSI

Jumlah uang beredar adalah jumlah uang yang ada di tangan masyarakat yang dapat berupa uang kartal, uang giral, deposito berjangka, saldo tabungan dan uang kuasi atau biasa disebut dengan (M3). Setiap perubahan dalam jumlah uang beredar akan berpengaruh terhadap kegiatan perekonomian di berbagai sektor, dengan demikian pengelolaan terhadap jumlah uang beredar harus selalu dilakukan dengan hati – hati, dan mempertimbangkan pengaruh yang akan terjadi. Atas dasar pemikiran tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat suku bunga kredit, inflasi, investasi, dan pendapatan nasional terhadap Jumlah Uang Beredar di Indonesia.

Dalam penelitian ini data yang di analisis menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Surabaya. Sedangkan alat analisis program SPSS (Statistik Program For Social Science) serta menggunakan asumsi klasik BLUE (Best Linier Unbiased Estimator) yaitu untuk mengetahui pengaruh dan hubungan dari variabel – variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y). Hasil analisis tersebut di analisis dengan uji-F statistik.

Berdasarkan hasil analisis pengujian secara simultan menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara suku bunga kredit (X1), inflasi (X2), investasi (X3), pendapatan nasional (X4) terhadap jumlah uang beredar (JUB) (Y). Hal ini diketahui dari uji F yaitu diperoleh nilai Fhitung =10,189>Ftabel=3,48. Sedangkan secara parsial variabel

suku bunga kredit (X1), tidak berpengaruh secara nyata/signifikan terhadap Jumlah Uang Beredar (Y) dengan menggunakan uji t dimana thitung = 0,241< ttabel = 2,228, inflasi (X2),

tidak berpengaruh secara nyata/signifikan terhadap Jumlah Uang Beredar (Y) dengan menggunakan uji t dimana thitung = 0,151< ttabel = 2,228, sedangkan variabel investasi

(X3), tidak berpengaruh/signifikan terhadap jumlah uang beredar dimana thitung = 0,719<

ttabel = 2,228 dan variabel pendapatan nasional (X4) berpengaruh secara nyata/signifikan

terhadap Jumlah Uang Beredar (Y) dimana thitung = 3,172> ttabel = 2,228.

(7)

1.1. Latar Belakang

Berdasarkan GBHN RI tahun 1993-1998 bahwa pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara untuk melaksanakan tugas guna mewujudkan tujuan nasional yang termaksud dalam pembukaan UUD 1945 yaitu melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Dengan tujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam wadah negara kesatuan RI yang merdeka, berdaulat bersatu dalam suasana peri kehidupan bangsa yang aman, tentram, tertib dan dinamis dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib dan damai.

(8)

perekonomian kita, terlihat telah membuahkan hasil bagi tingkat perekonomian Indonesia yaitu diantaranya adalah kebijaksanaan moneter.

Kebijaksanan moneter mempunyai peranan yang sangat menentukan dalam pembangunan nasional bahwa sasaran pokok kebijaksanaan moneter adalah pemantapan stabilitas ekonomi yang senantiasa bertumpu pada trilogi pembangunan yaitu pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi serta stabilitas nasional yang sehat dan dinamis salah satu sektor moneter diantaranya adalah masalah pengendalian jumlah uang beredar dan laju inflasi dalam rangka stabilisasi kearah pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat.

Tujuan dari kebijaksanaan moneter adalah pertumbuhan ekonomi, pemerataan pembangunan, kesempatan kerja, kestabilan harga dan keseimbangan neraca pembangunan. Oleh sebab itu kebijaksanaan ekonomi makro merupakan kebijaksanaan yang penting diantara kebijaksanaan lain karena mempunyai pengaruh terhadap situasi makro yang dilaksanakan melalui pasar uang. Berdasarkan tujuan dan mengingat pentingnya kebijaksanaan moneter bagi perekonomian di Indonesia selalu mendapatkan pengawasan yang ketat dari bank sentral selaku otoritas moneter.

(9)

kestabilan terhadap mata uang negara lain yang diukur dengan pengembangan nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara lain.

Tingkat laju inflasi ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran yang mencerminkan perilaku para pelaku pasar atau masyarakat. Salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku masyarakat tersebut adalah ekspektasi mereka terhadap laju inflasi dimasa yang akan datang. Ekpektasi laju inflasi yang tinggi akan mendorong masyarakat untuk mengalihkan asset financial yang dimilikinya menjadi aset riil seperti tanah, rumah dan barang-barang konsumsi lainnya. Begitu juga sebaliknya, ekpektasi laju inflasi yang rendah akan memberikan insentif kepada masyarakat untuk menabung serta melakukan investasi pada sektor-sektor produktif.

Berbagai perubahan mendasar yang terjadi dalam perekonomian Indonesia telah menyebabakan efektivitas kebijakan moneter yang selama ini ditempuh menjadi kurang efektif (Sarwono dan warjiyo, 1998).sehubungan dengan hal tersebut, paradigma lama yang menyatakan bahwa otoritas moneter dapat mempengaruhi permintaan aggregat melalui pengendalian uang beredar (M1 dan M2) sebagai sasaran antara dan uang

primer (M0) sebagai sasaran operasional perlu dikaji ulang (Boediono,

(10)

konsumsi dan investasi masyarakat yang pada akhirnya berdampak pada pertumbuhan ekonomi, dalam hal ini pemahaman terhadap perilaku suku bunga menjadi bagian penting dalam upaya mempelajari pengaruh kebijakan moneter terhadap variable tujuan akhir (inflasi).

Selain itu bidang moneter Bank Indonesia juga telah mengambil langkah-langkah penting untuk mempengaruhi tingkat permintaan masyarakat melalui pengendalian uang beredar, secara lebih cermat antara lain dengan meningkatkan efektifitas operasi pasar terbuka dan menaikkan cadangan minimal bank-bank. Pelaksanaan operasi pasar terbuka dilaksanakan melalui penjualan dan pembelian surat-surat berharga dipasar uang oleh bank sentral dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Surat Berharga Pasar Uang (SBPU).

SBI adalah surat berharga dalam rupiah yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia dan digunakan sebagai piranti utama untuk menarik likuiditas dari masyarakat, khususnya dari bank-bank. SBI dalam prakteknya dianggap lebih mudah dikembangkan karena SBI adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia sehingga tingkat kepercayaan dunia perbankan dan masyarakat terhadap SBI tentu besar.

(11)

untuk SBI yang berjangka waktu 30, 90 dan 180 hari dapat dibeli oleh bank, lembaga keuangan bukan bank atau masyarakat dengan cara mengajukan penawaran lelang yaitu lelang harian maupun lelang tetap mingguan. (Anonim, 1989 : 50)

Dalam beberapa tahun terakhir, sebelum pecahnya krisis ekonomi, ekonomi tumbuh lebih dari 7 % pertahun dengan permintaan domestik (investasi dan konsumsi) sebagai pengerak utama pertumbuhan ekonomi. Tekanan-tekanan inflasi juga terus menurun dari 9,8 % pada tahun 2003 menjadi 6,5 % pada tahun 2006. Dalam paruh pertama 2009, lalu laju inflasi juga masih relatif rendah, hanya sebesar 2,5 %.

Berdasarkan tujuan dan mengingat pentingnya kebijaksanaan moneter bagi perekonomian maka kebijaksanaan moneter di Indonesia selalu mendapatkan pengawasan yang ketat dari bank sentral selaku otoritas moneter.

(12)

Kenaikan suku bunga SBI sebagai dampak dari kemungkinan kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (The Fed). Suku bunga SBI saat ini masih cukup tinggi dibandingkan suku bunga di Amerika Serikat dan negara lain sehingga masih cukup kompetitif untuk menarik investasi. Saat ini, tingkat suku bunga dalam negeri yang berkisar 7,3 % masih lebih tinggi dari Thailand yang berada dikisaran 0,2 %, Korea sekitar 2,05 %, Jepang sekitar minus 1,07 %, Taiwan hanya sekitar minus 0,34 % dan Singapura minus 1,74 %. Yang tingkat bunganya menyangi Indonesia hanyalah Filipina yang 7,05 %.

Kenaikan suku bunga Amerika Serikat lebih dari 25 basis poin membuat pelaku pasar dan perbankan menginginkan suku bunga SBI jangka satu bulan pada lelang tanggal 4 Mei 2009 tetap naik sekitar 5-10 basis poin. Sementara itu, SBI jangka waktu tiga bulan naik 30 basis poin menjadi 7,81 % dari sebelumnya 6,51 %. Lelang SBI tiga bulan tersebut menyerap dana sebesar Rp 0,32 trilliun atau 100 % dari jumlah lelang yang diterima BI.

(13)

menyangkut perilaku ukuran seperti output riil dan penggunaan tenaga. Sehingga dari uraian diatas dapat diketahui bahwa tujuan dari kebijaksanaan moneter adalah pertumbuhan ekonomi dimana dalam pembangunan Indonesia nampak senantiasa berusaha mencari alternatif-alternatif baru yang dapat meningkatkat GDP dengan mengadakan berbagai terobosan. Walaupun dalam melaksanakan pembangunan masih banyak tantangan yang harus dihadapi.

Untuk menghadapi masalah memelihara kestabilan dan masalah pertumbuhan ekonomi pemerintah telah menerapkan berbagai kebijaksanaan moneter memegang peranan yang sangat penting, sebab dengan kestabilan moneter yang semakin mantap dan terpadu akan menghasilkan pertumbuhan yang semakin besar pula.

(14)

1.2. Perumusan Masalah

Dengan melihat latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

a. Apakah tingkat suku bunga Amerika Serikat (Fed rate), inflasi, GDP dan jumlah uang beredar berpengaruh terhadap BI rate ?.

b. Seberapa besar pengaruh tingkat suku bunga Amerika Serikat (Fed rate), inflasi, GDP dan jumlah uang beredar terhadap BI rate ?.

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang hendak dicapai sesuia dengan latar belakang dan permasalahan diatas adalah:

a. Untuk mengetahui apakah tingkat suku bunga Amerika Serikat (Fed rate), inflasi, GDP dan jumlah uang beredar berpengaruh terhadap BI rate.

(15)

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:

a. Sebagai masukan untuk pertimbangan pengambilan keputusan dalam menentukan tingkat suku bunga BI (BI rate) untuk mencapai tujuan stabilitas ekonomi.

(16)

BAB II

TINJ AUAN PUSTAKA

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu

Dari hasil penelitian terdahulu yang bersifat deskriptif tentang tingkat suku bunga SBI dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

Dhina Silviarini (1995: 35)

Dengan judul penelitian “Pengaruh Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Surat Berharga Pasar Uang (SBPU) Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia”.

Berdasarkan penelitian tersebut diketahui beberapa variabel yang digunakan yaitu: variabel terikat (Y) yaitu pertumbuhan ekonomi sedangkan variabel bebas (X) meliputi Sertifikat Bank Indonesia (SBI) (X1) dan Surat Berharga Pasar Uang (SBPU) (X2). Hasil analisis dengan

menggunakan uji F menunjukkan bahwa secara simultan Sertifikat Bank Indonesia (X1) dan Surat Berharga Pasar Uang (X2) berpengaruh terhadap

pertumbuhan ekonomi (Y) dan hasil analisis uji t menunjukkan secara parsial Sertifikat Bank Indonesia (X1) dan Surat Berharga Pasar Uang (X2)

berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia (Y). Diantara variabel bebas yang disebut maka variabel yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap pertumbuhan ekonomi adalah Sertifikat Bank Indonesia (X1) dengan pengaruh sebesar 38,46 % dimana r² parsial

(17)

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Kebijaksanaan Moneter

2.2.1.1. Penger tian Kebijaksanaan Moneter

Bahwa kebijaksanaan moneter adalah tindakan otoritas moneter yang dapat mempengaruhi variabel moneter seperti jumlah uang beredar dan tingkat suku bunga. Dengan tujuan agar tercapai keseimbangan intern dan ekstern. Keseimbangan intern diwujudkan oleh terciptanya kesempatan kerja penuh, tercapainya laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan dipertahankannya laju inflasi yang rendah. Keseimbangan ektern adalah neraca pembayaran internasional.

2.2.1.2.Tujuan Kebijaksanaan Moneter

Adapun tujuan dari kebijaksanaan moneter meliputi: 1. Untuk menyesuaikan jumlah uang beredar dalam masyarakat.

2. Mengusahakan agar kebijaksanaan moneter dapat dilaksanakan tanpa memberatkan beban bagi keuangan negara maupun bagi masyarakat. 3. Mempertahankan tingkat employment yang telah ada selanjutnya

berusaha agar dapat menaikkan employment tertentu.

(18)

2.2.1.3. Sifat dar i Kebijaksanaan Moneter

Mempunyai sifat-sifat yang berkarakteristik yaitu:

a. Kebijaksanan Pengawasan Kuantitas (Quantity Control Policy)

Kebijaksanaan ini dimaksudkan sebagai kebijaksanaan yang ditekankan untuk membatasi jumlah uang beredar.

b. Kebijaksanaan Pengawasan Kualitas (Quality Control Policy)

Kebijaksanaan ini ditujukan untuk membantu kelancaran dari kebijaksanaan yang bersifat quantity, misalnya peringatan atau teguran langsung dari bank sentral kepada bank-bank umum yang melakukan penyelewengan agar mentaati dan melaksanakan kebijakan yang telah digariskan pemerintah.

Disamping itu kebijaksanaan moneter dalam mengatur perekonomian nasional mempunyai sifat yang longgar maupun ketat yaitu: 1. Kebijaksanaan Moneter yang longgar (Easy Monetary Policy)

Kebijaksanaan ini ditujukan untuk mengatasi kelesuan dalam negara, dengan bertambahnya jumlah uang beredar, diharapkan perekonomian nasional dapat berkembang akan tetapi kebijaksanaan ini mempunyai kelemahan yaitu suatu negara yang menggunakan sistem perekonomian terbuka dan sistem devisa bebas.

(19)

dalam negeri dengan produksi luar negeri baik daya saing diluar maupun dalam negeri. Akibat lain adalah neraca pembayaran yaitu adanya suku bunga riil yang rendah sehingga mengakibatkan terjadinya aliran modal keluar negeri yang selanjutnya memberikan tekanan pada neraca pembayaran.

2. Kebijaksanaan Moneter yang ketat (Tight Monetary Policy)

Kebijaksanaan ini ditujukan untuk menjaga kestabilan harga yaitu jika kebijaksanaan ketat ini mampu menekan inflasi sehingga dapat meningkatkan daya saing barang-barang import didalam negeri maupun eksport kepasaran internasional, sehingga dapat mengurangi tekanan pada neraca pembayaran disamping itu dengan adanya penurunan tingkat inflasi maka suku bunga akan meningkat sehingga dapat mencegah pelarian dana ke luar negeri.

(20)

2.2.1.4. Ketidakstabilan Yang Ditimbulkan Kebijaksanaan Moneter :

Dalam kebijaksanan moneter terdapat tenggang waktu antara implementasi kebijaksanaan dengan hasil dari kebijaksanaan, hal ini disebabkan adanya kesenjanggan waktu yang diperlukan, dalam hal ini dikenal adanya:

a. Kesenjangan pengenalan (Recognition Lag):

Yaitu jarak waktu yang diperlukan untuk mengetahui adanya sesuatu masalah ekonomi yang memerlukan suatu kebijaksanaan oleh pembuat kebijaksanaan kesenjangan ini pada umumnya berlangsung antara tiga hingga enam bulan.

b. Kesenjangan Implementasi(Implementation Lag):

Yaitu jarak waktu antara diketahuinya suatu masalah yang memerlukan suatu kebijaksanaan dengan implementasi kebijaksanaan yang dipilih. Kesenjangan ini pada umumnya berlangsung antara satu hingga dua bulan.

c. Kesenjangan Dampak (Impact Lag):

(21)

2.2.1.5 Instrumen Kebijaksanaan Moneter

Untuk dapat mengontrol dengan baik suku bunga maupun jumlah uang beredar sebagai sasaran antara bank sentral melakukan intervensi dengan menggunakan piranti-piranti moneter yaitu cadangan wajib atau minimum, operasi pasar terbuka, fasilitas diskonto dan himbauan:

1. Reserve Requirment ( cadangan minimum ):

Cadangan minimum adalah ketentuan bank sentral yang mewajibkan bank-bank untuk memelihara sejumlah alat likuid sebesar 2 % dari kewajiban lancarnya. Semakin kecil angka persentase tersebut semakin besar kemampuan bank untuk memberikan pinjaman dan sebaliknya. Berhubung pinjaman perbankan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi jumlah uang beredar, maka penentuan besar kecilnya cadangan minimum dapat dijadikan alat oleh bank sentral untuk menambah atau mengurangi jumlah uang beredar. Disamping itu besar kecilnya cadangan minimum juga mempunyai dampak terhadap suku bunga. Selanjutnya tingginya requirment juga akan menyebabkan deposit rate meningkat oleh karena itu persaingan bank-bank semakin tajam karena sumber dana yang digunakan semakin berkurang. Dengan demikian cadangan minimum dapat digunakan sehingga instrumen bagi bank sentral untuk mengendalikan jumlah uang beredar.

2. Operasi Pasar Terbuka:

(22)

surat berharga dipasar uang oleh Bank Indonesia. Untuk melaksanakan operasi pasar terbuka, Bank Indonesia menggunakan piranti SBI. Apabila Bank Indonesia ingin mengurangi jumlah uang beredar maka Bank Indonesia menjual SBI kepada masyarakat.

Bank dan lembaga keuangan bukan bank maupun pada dunia usaha lainnya, sistem ini disebut kontraksi. Sebaliknya bila bank menambah jumlah uang beredar maka Bank Indonesia akan membeli SBI (ekspansi). Adapun penjualan Bank Indonesia lelang harian dan diadakan sesuai dengan kebutuhan dalam rangka pengendalian moneter.

3. Fasilitas Diskonto

Fasilitas diskonto ini diberikan bank sentral kepada suatu bank atau lembaga keuangan bukan bank berupa fasilitas diskonto I untuk mengatasi likuiditas bank sehari-hari dan fasilitas diskonto II untuk menanggulanggi adanya ketidaksesuaian pendanaan atau kesalahan dalam pengolahan data.

4. Himbauan:

(23)

2.2.2. Investasi

2.2.2.1.Pengertian Investasi

Investasi berasal dari bahasa Inggris Invesment, apabila dalam bahasa Indonesia investasi ialah penanaman modal atau pembentukan modal. Bersama-sama dengan konsumsi maka, investasi telah membentuk sebuah atau sebentuk perekonomian dimana campur tangan pemerintah maupun hubungan luar negeri tidak ada. Investasi merupakan kegiatan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup suatu kelangsungan usaha, karena industri ini sangat dibutuhkan sebagai faktor penunjang dalam memperlancar proses produksi. (Rosyidi 1999: 166)

Penanaman modal merupakan langkah awal kegiatan produksi. Dengan posisi semacam itu, investasi pada hakekatnya juga merupakan awal kegiatan pembangunan ekonomi. Dinamika penanaman modal mempengaruhi tinggi rendahnya pertumbuhan ekonomi, mencerminkan marak lesunya pembangunan. Dalam upaya menumbuhkan perekonomian, setiap negara senantiasa berusaha menciptakan iklim yang dapat menggairahkan investasi. Sasaran yang dituju bukan hanya masyarakat atau kalangan swasta dalam negeri, tapi juga investor asing.

(24)

lama Indonesia sangat menentang kehadiran investasi dari luar negeri. Ketika itu tertanam keyakinan bahwa modal asing hanya akan menggerogoti kedaulatan negara. Kedua UU tersebut kemudian dilengkapi dan disempurnakan pada tahun 1970. UU No.1/1967, tentang PMA disempurnakan dengan UU No.1/1968, tentang PMDN disempurnakan dengan UU No.12/1970. (Anonim dalam Dumairy, 1999: 132)

Investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau pembelanjaan penanaman modal atau perusahaan mampu membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa yang tersedia dalam perekonomian. Pertambahan barang modal ini memungkinkan perekonomian tersebut menghasilkan lebih banyak barang-barang dan jasa-jasa dimasa yang akan datang. (Sukirno, 1994: 106)

Dalam prakteknya, pencatatan nilai penanaman modal yang dilakukan dalam suatu tahun yang digolongkan sebagai investasi meliputi pengeluaran-pengeluaran sebagai berikut: (Rusdiansyah, 1998: 73)

a. Pembagian berbagai jenis barang modal, yaitu mesin-mesin dan peralatan produksi lainnya untuk mendirikan berbagai jenis industri dan perusahaan.

b. Pengeluaran untuk rumah tempat tinggal, bangunan kantor, bangunan pabrik dan bangunan lainnya.

(25)

2.2.2.2. Macam-macam Investasi

Investasi menuut macamnya dibagi menjadi delapan macam yang terkelompok menjadi empat kelompok, sehingga macam-macam kelompok berisi dua. Yang perlu diperhatikan dalam hal ini adalah bahwa sesuatu produk barang investasi sekali memiliki atau menempati lebih dari satu macam. Jelasnya dibawah ini diuraikan pembagian macam-macam investasi:

1. Autonomous Invesment dan Induced Invesment

a. Autonomous Invesment (investasi otonom)

Adalah investasi yang besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh pendapatan tetapi dapat berubah oleh karena adanya perubahan faktor-faktor diluar pendapatan, seperti teknologi, kebijakan pemerintah, harapan para pengusaha dan sebagainya.

b. Induced Invesment (investasi terpengaruh)

Adalah investasi yang besar kecilnya sangat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan. Makin tinggi pendapatan maka makin tinggi pula investasi.

2. Public Invesment dan Private Invesment

a. Public Invesment

(26)

b. Private Invesment

Adalah investasi yang dilakukan oleh pihak swasta.

3. Domestic Invesment dan Foreign Invesment

a. Domestic Invesment

Adalah investasi atau modal dalam negeri.

b. Foreign Invesment

Adalah investasi atau penanaman modal asing. 4. Gross Invesment dan Net Invesment

a. Gross Invesment

Adalah total seluruh investasi yang diadakan atau dilaksanakan pada suatu negara atau daerah pada periode tertentu.

b. Net invesment

Adalah antara gross invesment dengan penyusutan.

2.2.2.3. Fungsi I nvestasi

Kurva yang menunjukkan hubungan diantara tingkat investasi dan tingkat pendapatan nasional dinamakan fungsi investasi.

(27)

1. Sejajar dengan sumbu datar

Fungsi investasi yang sejajar dengan sumbu datar dinamakan investasi otonom, yang berarti pembentukan modal yang tidak dipengaruhi oleh pendapatan.

2. Bentuknya naik keatas kesebelah kanan yang berarti makin tinggi pendapatan, makin tinggi investasi.

Fungsi investasi yang semakin tinggi jika pendapatan nasional meningkat, dinamakan investasi terpengaruh.

2.2.2.4.Faktor -faktor Yang Menentukan Tingkat Investasi

Berbeda dengan yang dilakukan oleh para konsumen (rumah tangga), yang membelanjakan sebagian besar pendapatannya untuk membeli barang dan jasa yang mereka butuhkan, para investor menanamkan modalnya untuk mencari keuntungan yang akan diperoleh, besar sekali peranannya dalam menentukan tingkat investasi dari para investor. Disamping faktor tersebut masih ada faktor-faktor utama misalkan saja tingkat bunga, secara lengkap faktor-faktor utama itu adalah: a. Tingkat keuntungan investasi yang diramalkan akan diperoleh

(28)

dilaksanakan, dan besarnya investasi yang harus dilakukan untuk mewujudkan tambahan barang-barang modal yang diperlukan.

b. Tingkat bunga

Tingkat bunga dapat mempengaruhi para pengusaha didalam memutuskan apakah harus melaksanakan investasi yang direncanakan atau membatalkannya ?. Maka tingkat bunga dapatlah digolongkan sebagai salah satu faktor penting yang akan menentukan besarnya investasi yang akan dilakukan para pengusaha dalam tahun tertentu. c. Ramalan mengenai keadaan ekonomi dimasa depan

Ramalan yang menentukan bahwa keadaan perekonomian akan menjadi lebih baik pada masa depan, yaitu diramalkan bahwa harga-harga akan tetap stabil dan pertumbuhan ekonomi maupun poertumbuhan pendapatan masyarakat akan berkembang dengan cepat, merupakan keadaan yang akan mendorong investasi. Makin baik keadaan masa depan, makin besar tingkat keuntungan yang diperoleh para pengusaha.

d. Kemajuan teknologi

(29)

e. Tingkat pendapatan nasional dan perubahannya

Tingkat pendapatan nasional yang tinggi akan memperbesar pendapatan masyarakat, dan selanjutnya pendapatan masyarakat tinggi tersebut akan memperbesar permintaan terhadap barang-barang dan jasa-jasa. Maka keuntungan pengusaha akan bertambah tinggi dan ini akan mendorong dilakukannya lebih banyak investasi, bisa dikatakan apabila pendapatan nasional bertambah tinggi, maka investasi akan bertambah tinggi pula.

f. Keuntungan yang diperoleh perusahaan-perusahaan

(30)

2.2.3. Tingkat Suku Bunga

2.2.3.1. Penger tian T ingkat Suku Bunga

Tingkat suku bunga sebagai instrumen moneter selalu digunakan dalam berbagai kebijaksanaan moneter yang diambil oleh otoritas moneter dalam hal ini Bank Sentral untuk menjaga stabilitas jumlah uang beredar yang beredar di masyarakat. Timbul pertanyaan apa sebenarnya tingkat suku bunga itu?. Beberapa definisi tentang tingkat suku bunga dikemukakan oleh beberapa ahli ekonomi adalah sebagai berikut:

a. Tingkat suku bunga adalah harga dari penggunaan uang atau dana untuk jangka waktu tertentu atau bisa juga dipandang sebagai sewa atas penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu.(Boediono, 1999: 40)

b. Tingkat suku bunga adalah harga dana yang dapat dipinjamkan, yang besarnya ditentukan oleh preferensi dan sumber pinjaman dan berbagai pelaku ekonomi di pasar. (Diulio, 1990: 40)

c. Tingkat suku bunga adalah balas jasa untuk melepaskan likuiditas selama kurun waktu tertentu. (Nopirin, 1992: 154)

(31)

Para ahli aliran ekonomi klasik berkeyakinan bahwa jumlah tabungan yang dilakukan masyarakat ditentukan oleh tingkat suku bunga.Semakin tinggi tingkat suku bunga, semakin tinggi atau besar minat dan jumlah tabungan yang dilakukan masyarakat.

Ada beberapa teori tentang tingkat suku bunga, diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Teori Tingkat Suku Bunga Menurut Kaum Klasik (Leonable Funds) Bunga adalah harga dari (penggunaan) leonable funds, atau dana yang tersedia untuk dipinjamkan (dana investasi). Menurut teori klasik, bunga adalah harga yang terjadi di pasar dana investasi yaitu dalam suatu periode ada anggota masyarakat yang menerima pendapatan melebihi apa yang mereka perlukan untuk kebutuhan konsumsinya (penabung), bersama-sama jumlah seluruh tabungan mereka membetuk suplai atau penawaran akan leonable funds.

Di lain pihak, dalam periode yang sama ada anggota masyarakat yang membutuhkan dana untuk konsumsi atau untuk investasi (pengusaha) atau investor dan jumlah seluruh kebutuhan mereka akan dana membentuk permintaan akan leonable funds.

Selanjutnya para penabung dan para investor ini akan bertemu di pasar

leonable funds dandari proses tawar-menawar antar mereka akhirnya

(32)

b. Aliran Keynes

Yaitu tingkat suku bunga yang tergantung pada jumlah uang yang beredar dari permintaan uang (preferensi liquiditas), yang mempunyai tiga motif sebagai berikut:

1. Motif Transaksi

Yaitu masyarakat meminta uang untuk membayar konsumsi yang dilakukan.

2. Motif berjaga-jaga

Yaitu untuk menghadapi masalah-masalah yang tidak dapat terduga, seperti kematian dan kehilangan pekerjaan.

3. Motif Spekulatif

(33)

Beberapa trasmisi kebijaksanaan moneter dengan menggunakan sasaran suku bunga:

1. Intemporal Substitution

Perubahan suku bunga akan mengubah biaya pinjaman atau pendapatan dari tabungan.

2. Exchange Rate Effect

Di dalam sistem nilai tukar mengambang, kenaikan suku bunga, ceteris paribus, biasanya akan dihubungkan dengan apresiasi nilai tukar dalam jangka pendek sehingga barang import relatif lebih murah dan laju inflasi akan menurun.

3. Cash Flow Effect

Dengan meningkatkan suku bunga nominal, pendapatan nominal, dibitur akan menurun. Jika debitur menghadapi kendala likuiditas akibat meningkatnya suku bunga dan tidak dapat meminjam lagi dalam jumlah besar untuk mempertahankan tingkat pengeluaran semula maka pengeluaran mereka terpaksa harus diturunkan.

4. Wealth Effect

(34)

5. Credit Rationing Effect

Peningkatan suku bunga dapat mendorong bank-bank untuk meningkatkan premi resiko yang mereka bebankan kepada debitur lama maupun calon debitur baru akibat kekawatiran akan turunnya kapastas para debitur dalam membayar hutang-hutangnya. Akibatnya suku bunga kredit meningkat dan suplay kredit menurun.(Perry Warjiyo, 1998: 32)

2.2.3.2 Unsur-unsur Tingkat Suku Bunga

Suku bunga sangatlah berbeda tergantung pada jenis pinjaman atau pemberi pinjaman yang didasarkan pada:

a. Syarat jatuh tempo

Surat-surat berharga jangka pendek biasanya mempunyai periode sampai dengan 1 tahun. Sedangkan surat-surat berharga berjangka panjang umumnya memberikan suku bunga yang lebih tinggi dibandingkan dangan jangka pendek, karena mensyaratkan mengorbankan lebih cepat dana-dana mereka hanya jika mereka dapat meningkatkan hasilnya.

b. Resiko

(35)

c. Likuiditas

Asset dapat juga dibedakan atas dasar besar kecilnya biaya dan kecepatan pemanfaatan oleh pemiliknya.

d. Biaya-biaya Administrasi

Waktu serta ketelitian yang diperlukan untuk administrasi berbagai pinjaman sangatlah berbeda. Beberapa pinjaman ada yang memerlukan pemeriksaan secara periodik, bahkan ada yang mengharuskan jaminan atas pinjaman dibayar secara tepat waktu. (Krugman, 1995: 199)

2.2.3.3. Tingkat Suku Bunga

Tingkat suku bunga dibedakan menjadi dua yaitu: a. Tingkat Bunga Nominal

Yaitu tingkat suku bunga yang digunakan sebagai ukuran untuk menentukan ukuran besarnya bunga yang harus dibayarkan oleh peminjam dana modal, misalnya tingkat bunga deposito berjangka satu tahunan di suatu bank 15 % per tahun.

b. Tingkat Bunga Riil

(36)

2.2.3.4.Penentuan Suku Bunga di Indonesia

Bond dan Kurniati (1994) yang melakukan penelitian pada periode 1984-1994 menemukan bahwa suku bunga domestik sangat terkait dengan suku bunga internasional. Hal tersebut disebabakan baiknya akses pasar keuangan domestik terhadap pasar keuangan internasional dan kebijakan nilai tukar yang tidak fleksibel (pada saat itu). Peningkatan akses tersebut telah memperbesar kendala manajemen moneter Bank Indonesia. Setiap upaya untuk mempengaruhi money supply dengan meningkatkan suku bunga di atas suku bunga internasional akan mendapat gangguan dari arus modal masuk berjangka pendek. Namun, Bank Indonesia terlihat dapat mempertahankan derajat kebebesan beberapa suku bunga domestik sehingga tetap dapat mempengaruhi suku bunga domestik tanpa merubah kebijakan nilai tukar.

(37)

2.2.3.5. Tingkat Suku Bunga Amerika Serikat (Fed Rate)

Adalah suatu bentuk nilai dan harga yang ditetapkan pihak yang mempunyai dana dalam hal ini yaitu Bank Sentral Amerika Serikat kepada pihak yang membutuhkan dana untuk digunakan dalam jangka waktu tertentu, atau dengan kata lain adalah tingkat suku bunga yang ditetapkan oleh Bank Sentral Amerika.

(38)

mempengaruhi suku bunga jangka pendek dalam satu siklus bisnis. Dengan kata lain, Fed Res acapkali mengikuti pasar. Dalam prakteknya, Fed Res tidak secara otomatis mengikuti suku bunga jangka panjang. Fed merubah suku bunga jangka pendek untuk menstabilkan inflasi dan pengangguran dengan mengacu pada beberapa indikator ekonomi lainnya. Penggunaan indikator suku bunga jangka panjang saja tanpa indikator yang lain dapat misleading. Peningkatan suku bunga jangka pnjang bisa disebabkan oleh peningkatan ekpektasi inflasi, sehingga perlu ditindak lanjuti dengan kontraksi moneter. Namun peningkatan suku bunga jangka panjang bisa disebabkan karena meningkatkan suku bunga riil akibat berkembangnya sector riil. Dalam hal ini, kontraksi moneter tidak dilakukan.

(39)

sebaiknya bereaksi dengan meningkatkan suku bunga riil jangka pendek untuk menjaga kredibilitas inflasi yang rendah.

2.2.4. Sertifikat Bank Indonesia

2.2.4.1. Penger tian Ser tifikat Bank I ndonesia

(40)

Penerbitan kembali Sertifikat Bank Indonesia ini merupakan tiga tujuan utama, yaitu:

1. Sebagai piranti kebijaksanaan moneter terutama untuk kontraksi moneter.

2. Sebagai piranti pasar uang.

3. Sebagai alternatif bagi perbankan dalam menanamkan kelebihan dana untuk sementara.

Sertifikat Bank Indonesia terutama dipakai sebagai alat kontraksi moneter artinya berpengaruh pada jumlah uang beredar akan berkurang sehingga terjadi stabilitas jumlah uang beredar, namun dapat juga sebagai alat ekspansi moneter apabila jumlah uang beredar telah cukup besar.

Adapun tujuan diterbitkannya SBI adalah untuk pertama kali SBI menjadi surat berharga yang diperjualbelikan (marketable) dan dapat dijadikan cadangan likuiditas sekunder baik bagi bank-bank, lembaga keuangan non bank, lembaga keuangan lain maupun dunia usaha pada umumnya dan SBI dapat menjadi media pinjam meminjam antar bank dalam arti:

a. Pinjam meminjam antar bank yang selama ini dilakukan dengan menggunakan promes dapat dilakukan dengan cara jual beli SBI. b. SBI dapat diperjualbelikan secara outright yaitu transaksi penjualan

(41)

penjualan atau perjanjian untuk membeli atau menjual di kemudian hari.

c. Penyesuaian jual beli SBI dapat dilakukan melalui kliring, baik bersamaan dengan kliring penyerahan maupun bersamaan dengan transaksi pinjam meminjam antar bank. (Siamat, 1995: 413)

SBI diterbitkan melalui penjualan dengan sistem lelang dan intervensi. Lelang SBI terdiri dari lelang tetap mingguan dan lelang harian. Lelang mingguan adalah lelang SBI yang dilaksanakan Bank Indinesia secara tetap setiap minggu, sedangkan lelang harian adalah lelang SBI yang dilakukan Bank Indonesia sesuai denagn kebutuhan dalam rangka kebijaksanaan pengendalian moneter.

Kedua jenis lelang tersebyt dilakukan dengan sistem target khusus kuantitas/Stop Out Rate (SOR). SOR adalah sistem yang menetapkan tingkat diskonto tertinggi SBI yang diterima oleh Bank Indonesia berdasarkan target kuantitas penjualan SBI yang ditetapkan sebelumnya dan sesuai dengan volume penawaran pembelian SBI untuk perbankan dan masyarakat pada umumnya. Dengan demikian SOR yang terjadi adalah tingkat diskonto yang dihasilkan dengan sistem SOR sehingga mencerminkan keinginan pasar. (Anonim, 1995: 648)

(42)

bank yang dutunjukkan oleh Bank Indonesia sebagai peserta lelang SBI. (Anonim, 1995: 648)

Lelang tetap mingguan SBI diadakan setiap hari Rabu atau pada hari kerja berikutnya apabila hari Rabu bertepatan dengan hari libur. Penyelesaian transaksi dilakukan pada hari kerja berikutnya setelah hari pelaksanaan lelang. Apabila dipandang perlu Bank Indonesia dapat menyesuaikan hari penyelesaian transaksi. Penyelesaian transaksi bagi pemenang lelang SBI dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Primary dealer yang berada di wilayah kliring Jakarta didebet

rekening gironya dikantor pusat Bank Indonesia sebesar nilai tunai. b. Primary dealer yang berada diluar wilayah kliring Jakarta akan

diselesaikan dikantor cabang Bank Indonesia setempat.

c. Penggumuman target lelang dan rinciannya menurut jangka waktu dilakukan 5 hari sebelum pelaksanaan lelang melalui sarana telerate, reuter dan PIPU (Pusat Informasi Pasar Uang) jangka waktu SBI pada lelang tetap minggu dapat terdiri dari jangka waktu 1, 3, 6, 12 bulan yang dinyatakan dalam jumlah hari. Apabila dipandang perlu Bank Indonesia dapat menyesuaikan jangka waktu SBI tersebut.

(43)

Primary dealer wajib mengikuti setiap lelang tetap mingguan SBI

dengan penawaran kuantitas sekurang-kurangnya sama dengan minimum

bidding commitment (perjanjian penawaran) yang telah disetujui. Pada hari

pelaksanaan lelang Primary dealer di Jakarta mengajukan penawaran kuantitas dan penawaran diskonto baik untuk kepentingan sendiri maupun pihak lain, kepada Bagian Pasar Uang dan Modal, Urusan Pasar Uang dan Giralisasi (UPG). Penawaran yang berasal dari kantor cabang primary

dealer di daerah dapat disampaikan kepada Bagian Pasar Uang dan Modal,

UPG, Bank Indonesia melalui kantor cabang Bank Indonesia di daerah yang bersangkutan. Pengajuan penawaran dan diskonto dilakukan melalui

Reuter Monitor Dealing Sytem (RMDS), telepon, faksimili dan teleks yang

kemudian ditegaskan dengan Surat Permohonan Pembelian SBI (SPPS). Penawaran kuantitas dan diskonto yang diajukan perlu disertai dengan rincian denominasi yang diinginkan serta rekening giro primary dealer pada Bank Indonesia yang akan dibebani.

(44)

commitment, serta dengan diskonto rata-rata tertimbang dari penawaran

diskonto yang menang pada lelang secara terbuka. (Anomim, 1995: 649)

Primary dealer yang dinyatakan menang dengan penawaran

diskonto lebih rendah dari SOR memperoleh 100 % dari penawaran kuantitas yang diajukan. Bagi penawaran kuantitas yang dinyatakan menang dengan penawaran diskonto sebesar SOR dan apabila penawaran tersebut menyebabkan target lelang secara terbuka (60 %) terlampaui maka masing-masing primary dealer memperoleh SBI dalam jumlah tertentu. Jumlah SBI tersebut dihitung secara proporsional menurut masing-masing penawaran kuantitas dengan SOR dikaitkan dengan sisa dari target kuantitas secara terbuka (60 %) setelah dikurangi penawaran lelang (40 %). Jumlah SBI yang harus diselesaikan adalah jumlah setelah dilakukan pembulatan karena penyesuaian terhadap besarnya denominasi SBI. (Anonim, 1995: 650)

(45)

Lelang harian SBI dilaksanakan setiap hari sesuai kebutuhan kecuali pada hari dilakukannya lelang tetap mingguan. Penyelenggaraan lelang harian SBI pada dasarnya diadakan sesuai kesimpulan dari Survey Keuangan Harian (SKH), bagian pasar uang dan modal, UPG BI. Penyelesaian transaksi dilakukan pada hari kerja berikutnya, apabila perlu Bank Indonesia dapat menyesuaikan transaksi.

Pengumuman target lelang dari rinciannya menurut jangka waktu dilakukan 1 hari kerja sebelum hari pelaksanaan lelang dan apabila terhadap Bank Indonesia dapat menyesuaikan.

Jangka waktu SBI lelang harian dapat 1 dan 2 minggu serta 1 bulan yang dinyatakan dalam hari dan apabila perlu dapat disesuaikan. Pada prinsipnya penawaran kuantitas tidak memakai minimum bidding

commitment. Namun apabila penawaran tidak mencapai target minimum

bidding commitment lelang tetap mingguan digunakan sebagai pedoman

untuk mencapai target lelang tersebut. Penetapan SOR dilakukan sesuai target lelang (100 %).

Fasilitas Back up Window disediakan oleh BI kepada primary dealer yang mengalami kekurangan dana untuk memenuhi kewajibannya membeli SBI hasil lelang tetap mingguan dan harian. Jumlah fasilitas yang diberikan maksimum 50 % dari jumlah SBI yang dimenangkan, dengan jangka waktu maksimum 14 hari.

(46)

SBI. Kuantitas serta tingkat diskonto ditetapkan BI. Intervensi akan dilaksanakan setelah pelaksanaan lelang, namun apabila perlu dapat disesuiakan. Dalam pelaksanaan intervensi yang dinyatakan memperoleh SBI didasarkan pada prinsip first come first serve sesuai urutan waktu penawaran. Penyelesaian transaksi intervensi dilakukan pada hari kerja yang sama dan dibebankan langsung pada rekening bank pembeli. (Anonim, 1995: 652)

Bank Indonesia dapat membeli kembali SBI beredar secara repo maupun secara outright. Rupurchase agreement (repo) adalah transaksi jual beli SBI atas dasar sisa jangka waktu SBI yang bersangkutan dan penjual wajib membeli kembali SBI yang bersangkutan sesuai dengan jangka waktu yang diperjanjikan. Outright adalah transaksi jual beli SBI atas dasar sisa jangka waktu SBI yang bersangkutan, dan tanpa kewajiban bagi penjual untuk membeli kembali sebelum jatuh waktu.

(47)

Bank Indonesia memberikan pelayanan atas penyimpanan warkat SBI dan pemindahan hak kepemilikan SBI sebagai akibat kegiatan perdagangan SBI pasar sekunder. (Anonim, 1995: 653)

2.2.4.2. Kebijaksanaan Moneter tentang SBI

Salah satu instrument kebijaksanaan moneter yang dapat dipergunakan untuk mengendalikan laju inflasi melalui kebijaksanaan operasi pasar terbuka (open market operation), yang dilakukan bank sentral dan berkaitan erat dengan masalah jumlah uang beredar, selain itu intrument lainnya yaitu antara lain fasilitas diskonto dan cadangan wajib (reserve requirement). Kebijaksanaan operasi pasar terbuka ini dilaksanakan oleh bank sentral dengan cara memperjualbelikan surat-surat berharga, yaitu sertifikat bank indonesia dan surat berharga pasar uang.

(48)

Mekanisme kerja Sertifikat Bank Indonesia adalah apabila jumlah uang berebar terlalu cepat, maka Bank Indonesia akan menjual surat berharga yang dikenal dengan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) kepada bank-bank umum maupun masyarakat atau disebut go public, dengan cara ini diharapkan akan lebih banyak lagi dana yang masuk ke Bank Indonesia dan jumlah uang beredar akan berkurang, sehingga bahaya inflasi akan dapat ditekan.

Pada bulan Februari 1985, dikeluarkan ketentuan mengenai penerbitan dan perdagangan surat berharga pasar uang. Berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 26/53/Kep/Dir dan Surat Edaran Bank Indonesia No. 21/30/UPG pada tanggal 27 Oktober 1988, ditetapkan jangka waktu surat berharga pasar uang minimalnya adalah 7 hari, 14 hari, 1 bulan yang dinyatakan dalam hari.

(49)

2.2.4.3. Manfaat Sertifikat Bank Indonesia Melalui Operasi Pasar Terbuka Operasi pasar terbuka sebagai kegiatan pembelian atau penjualan surat-surat berharga oleh Bank Sentral, bertujuan untuk:

1. Menjaga stabilitas harga surat-surat dengan jalan menstabilkan tingkat suku bunga, karena hubungan antara tingkat suku bunga dengan harga surat-surat berharga adalah kebalikan, dalam artian bahwa tinggi rendahnya tingkat suku bunga mencerminkan tinggi rendahnya harga surat-surat berharga.

2. Memperkuat pengaruh dari perubahan tingkat, dalam artian ikut mendorong naik turunnya tingkat bunga pinjaman.

3. Pengembangan dan penyelamatan hutang pemerintah, misalnya penjualan surat berharga pemerintah melalui operasi pasar terbuka oleh Bank Sentral sangat diperlukan pada saat penebusan hutang pemerintah tersebut.

(50)

beberapa bank dan lembaga keuangan bukan bank sebagai market

makers dan sebagai brokers.

2.2.5. Inflasi

2.2.5.1. Pengertian Inflasi

Salah satu peristiwa moneter yang sangat penting dari yang dijumpai dihampir semua negara didunia adalah inflasi yaitu proses kenaikan harga-harga umum barang-barang secara terus menerus.

Untuk mendefinisikan inflasi tercakup tiga aspek:

a. Adanya kecenderungan harga-harga untuk meningkat yang berarti mungkin saja tingkat harga yang terjadi aktual pada waktu tertentu turun atau naik dibandingkan dengan sebelumnya tetapi tetap menunjukkan kecenderungan untuk meningkat.

b. Peningkatan harga tersebut berlangsung terus menerus yang berarti tingkat harga meningkat itu bukan hanya pada suatu atau beberapa komoditi saja.

(51)

2.2.5.2. Macam-macam Inflasi

Inflasi terdiri dari beberapa macam antara lain: a. Inflasi menurut sifatnya

Inflasi menurut sifatnya ini ditinjau dari laju atau derasnya inflasi, dalam hal ini dapat dibagi menjadi:

1. Inflasi merayap (Creeping Inflation)

Dengan laju inflasi yang rendah dan ukurannya kurang dari 10 % per tahun sedang kenaikan harga berjalan lamban serta dalam jangka waktu yang lama.

2. Inflasi menengah (Galloping Inflation)

Dalam hal ini kenaikan harga cukup besar (biasanya dua digit) serta waktunya relatif pendek dan mempunyai sifat cepat artinya kenaikan harga minggu ini naiknya lebih cepat dibandingkan dengan harga minggu bulan yang lalu. Akibat pada kegiatan perekonomian akan lebih berat dibandingkan inflasi merayap.

3. Inflasi tinggi (Hyper Inflation)

(52)

b. Inflasi menurut sebabnya 1. Demand Pull Inflation

Inflasi ini bermula dari adanya kenaikan permintaan total sedangkan produksi berada pada kesempatan kerja penuh, sehingga kenaikan permintaan total akan menaikkan harga dan hasil produksi, namun bila kesempatan kerja penuh telah tercapai hanya akan menaikkan harga saja, sering disebut inflasi murni. Bila kenaikan permintaan berada diatas keseimbangan GNP pada kesempatan kerja penuh akan menimbulkan inflationary gap. Inilah yang akan menimbulkan inflasi.

2. Cost Push Inflation

Biasanya ditandai dengan kenaikan harga serta turunnya produksi dan inflasi terjadi dibarengi resesi. Hal ini terjadi karena adanya penurunan dalam penawaran total sebagai akibat kenaikan biaya produksi. (Boediono, 1999: 157)

c. Inflasi menurut asal usulnya

1. Inflasi dalam negeri (Domestic Inflation)

(53)

2. Inflasi luar negeri (Imported Inflation)

Adanya inflasi yang timbul karena harga-harga diluar negeri dan kenaikan tersebut mengakibatkan:

a. Secara langsung kenaikan indeks biaya hidup karena sebagian dari barang-barang tersebut berasal dari import.

b. Secara tidak langsung menaikkan indeks harga melalui kenaikan ongkos produksi dari berbagai barang yang menggunakan bahan mentah atau mesin-mesin yang harus diimport.

c. Secara tidak langsung menimbulkan kenaikan harga didalam negeri karena adanya kemungkinan kenaikan harga barang-barang import, mengakibatkan kenaikan pengeluaran pemerintah atau swasta dengan berusaha mengimbangi kenaikan harga import tersebut. (Boediono, 1999: 158)

2.2.5.3. Akibat-akibat Bur uk Inflasi

Akibat buruk inflasi dapat dibedakan menjadi dua aspek (Sukirno, 2003, 307-308) yaitu:

1. Akibat buruknya kepada perekonomian

(54)

menggalakkan investasi dimasa datang dan ini akan mewujudkan percepatan dalam pertumbuhan ekonomi. Tetapi apabila inflasi menjadi lebih serius keadaannya, perekonomian tidak akan berkembang seperti yang diinginkan. Pengalaman beberapa negara yang telah pernah mengalami inflasi hiper menunjukkan bahwa inflasi yang buruk akan menimbulkan ketidakstabilan sosial dan politik serta tidak mewujudkan pertumbuhan ekonomi. Terlebih dahulu ekonomi harus distabilkan dan ini termasuk usaha menstabilkan harga-harga, sebelum pertumbuhan ekonomi yang teguh dapat diwujudkan.

Ketiadaan pertumbuhan ekonomi sebagai akibat dari inflasi yang serius disebabkan oleh beberapa faktor penting, yaitu:

a. Inflasi menggalakkan penanaman modal spekulatif. b. Tingkat bunga meningkat dan akan mengurangi investasi.

c. Inflasi menimbulkan ketidakpastian mengenai keadaan ekonomi dimasa depan.

d. Menimbulkan masalah neraca pembayaran.

2. Akibat buruk atas individu dan masyarakat dapat dibedakan menjadi tiga aspek, yaitu:

a. Memperburuk distribusi pendapatan. b. Pendapatan riil merosot.

(55)

2.2.5.4. Teori Inflasi

Ada tiga teori utama mengenai inflasi: a. Teori Inflasi Menurut Keynes

Menurut teori ini inflasi terjadi karena masyarakat ingin hidup diluar batas kemampuan ekonominya. Proses inflasi menurut pandangan ini, tidak lain adalah proses perebutan bagian rezeki diantara kelompok-kelompok sosial, proses perebutan ini akhirnya diterjemahkan menjadi keadaan dimana permintaan masyarakat akan barang-barang selalu melebihi jumlah barang-barang yang tersedia. (Boediono, 1999: 103) b. Teori Inflasi Menurut Kuantitas

Didalam teori ini mengatakan bahwa penyebab utama dari inflasi adalah pertambahan jumlah uang beredar dan psikologi masyarakat mengenai kenaikkan harga-harga dimasa mendatang. Tambahan jumlah uang beredar sebesar X % bisa menimbulkan inflasi kurang dari X %, sama dengan X % atau lebih dari X %, tergantung kepada apakah masyarakat tidak mengharapkan harga naik lagi, akan tetapi tidak lebih buruk daripada saat ini atau masa lampau atau akan naik lebih cepat dari sekarang dan masa datang.

c. Teori Strukturalis

(56)

Karena sebab-sebab struktural pertambahan produksi barang-barang ini terlalu lambat dibanding dengan pertumbuhan kebutuhannya, sehingga menaikkan harga bahan makanan dan kelangkaan devisa.

Akibat selanjutnya adalah kenaikkan harga-harga lama, sehingga terjadi inflasi. Inflasi semacam ini tidak dapat diobati dengan misalnya mengurangi jumlah uang beredar, tetapi harus dengan perbaikan sektor bahan makanan dan ekspor. (Boediono, 1994: 17)

2.2.6 Pendapatan Nasional dan GDP

2.2.6.1 Pengertian Pendapatan Nasional

Pengertian pendapatan nasional merupakan salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi disuatu wilayah dalam suatu periode tertentu. Pendapatan nasional atau pendapatan perkapita sering kali digunakan sebagai indikator pembangunan untuk membedakan tingkat kemajuan ekonomi antar negara-negara maju dan negara sedang berkembang.

Pendapatan nasional dapat memberikan gambaran tentang laju pertumbuhan kesejahteraan masyarakat di dalam negeri dan diantara berbagai negara.

(57)

barang-barang jadi dan jasa-jasa yang diproduksi oleh suatu negara dalam satu tahun tertentu”. Dalam perhitungan pendapatan nasional terdapat tiga istilah yang memberikan gambaran tentang pendapatan nasional dari suatu negara, istilah tersebut adalah: Produk Nasional Bruto (PNB), Produk Domestik Bruto (PDB) dan Pendapatan Nasional.

Menurut Sardono Sukirno: Gross Domestic Product (GDP) didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah bruto dari semua sektor dan diperoleh dari sebagian selisih antara nilai bruto yang dinilai atas dasar harga konstan yang diterima oleh penolong yang dinilai atas dasar harga pembeli.

Produk Domestik Bruto sama dengan Gross Domestic Product (GDP). GDP berkaitan dengan GNP (Gross National Product) dengan ketentuan:

GNP + n = GDP

GDP – n = GNP

Dimana n adalah “net income payment to ab road” atau pembayaran netto terhadap luar negeri dari faktor produksi yang mana di dapat dari selisih antar faktor produksi yang mana di dapat dari selisih antar faktor income payment atau paid to ab road dengan faktor income

(58)

Salah satu cara pengukuran GDP, dengan menghitung seluruh pengeluaran untuk pembelian barang dan jasa yang dihasilkan negara bersangkutan yaitu:

a. Penguluaran konsumsi perorangan dan rumah tangga (personal

consumption expenditure) yang terdiri dari pengeluaran untuk

barang-barang yang tahan lama dan yang tidak (C).

b. Penguluaran konsumsi pemerintah (government expenditure) (G).

c. Investasi swasta dan pemerintah (I).

d. Eksport barang dan jasa (X).

e. Import barang dan jasa (M).

Jadi Gross Domestic Product (GDP):

GDP = C + I + G + (X-M) (Rosyidi,1987: 342)

2.2.6.2 Metode Perhitungan Pendapatan Nasional

Pendapatan nasional merupakan nilai produksi barang-barang dan jasa yang dihasilkan suatu perekonomian negara dalam waktu satu tahun.ada tiga metode perhitungan pendapatan nasional: (Arsyad, 1997: 12)

1. Metode Produksi

(59)

produktif dalam suatu negara dalam waktu satu tahun. Sektor produktif dibagi dalam 11 sektor, yaitu: pertanian, industri pengolahan, pertambangan dan galian, listrik, air dan gas, bangunan, pengangkutan dan komunikasi, perdagangan, bank dan lembaga keuangan, sewa rumah, pertahanan, dan jasa-jasa lainnya. Jumlah nilai produksi barang dan jasa akhir yang dihasilkan sektor-sektor tersebut selama satu tahun disebut Gross Domestic Product (GDP) atau Gross National Product (GNP).

2. Metode Pendapatan

Menurut metode ini, pendapatan nasional dihitung dengan cara menjumlahkan pendapatan faktor-faktor produksi yang digunakan dalam memproduksi barang-barang dan jasa-jasa. Faktor-faktor produksi terdiri dari tanah, modal, tenaga kerja dan keterampilan (skill) yang digunakan tersebut diberi balas jasa yang masing-masing bernama sewa, bunga upah dan gaji, dan laba. Karena faktor-faktor produksi tersebut dimiliki oleh seorang atau seelompok orang dalam masyarakat, maka balas jasanya kembali pada masyarakat sebagai pendapatan nasional.

3. Metode Pengeluaran

(60)

masyarakat akan dibelanjakan pada berbagai barang dan jasa atau ditabung.

2.2.7. J umlah Uang Beredar

2.2.7.1. Penger tian J umlah Uang Ber edar

Pengertian mengenai uang dalam arti sempit adalah semua uang kartal yang berupa uang kertas dan logam yang berada ditangan masyarakat umum yang siap untuk dapat dipakai untuk transaksi atau dapat dibelanjakan untuk keperluan barang dan jasa secara riil. Para ekonom (namun tidak semuanya) condong untuk mengartikan uang beredar sebagai currency karena uang inilah yang benar-benar merupakan daya beli yang langsung dapat digunakan atau dibelanjakan.

(61)

sama dengan uang kartak (currency), ini yang harus dimasukkan dalam pengertian uang beredar. Sedang saldo rekeninfg koran atau rekening giro yang dimiliki masyarakat umum yang disimpan di bank disebut uang giral (demand deposit). (Boediono, 1990: 3)

Pengertian uang beredar dalam arti sempit atau narrow money adalah penjualan uang kartal (currency) dan uang giral (demand deposits) yang biasanya diberi simbol M1.

Secara matematis konsep uang dalam arti sempit adalah sebagai berikut:

M = C + DD (Boediono, 2001: 4) Dimana:

C = Currency (uang kartal) DD = Demand Deposit (uang giral)

Pengertian uang dalam arti sempit (M1) mengalami perluasan

misalnya yang mencakup alat pembayaran yang mendekati uang (M2),

yaitu deposito berjangka (time deposits) dan simpanan tabungan (saving

deposits) pada bank-bank. Uang yang disimpan dalam bentuk deposito

berjangka dan simpanan tabungan, ini sebenarnya juga merupakan daya beli potensial meskipun tidak semudah uang tunai atau cek. (Boediono, 1990: 5)

Pengertian kedua tentang jumlah uang beredar adalah arti luas (M2)

(62)

mempunyai ciri mendekati uang tunai atau near money, artinya bisa diuangkan bila jangka waktunya telah tercapai atau dapat diuangkan sewaktu-waktu meskipun telah kehilangan bunga tertentu.

Secara matematis konsep uang adalah sebagai berikut:

M2 = M1 + TD +SD (Boediono, 2001: 5)

Dimana:

M1 = uang dalam arti sempit

TD = Time Deposit (Deposito Berjangka) SD = Saving Deposito (saldo tabungan)

Orang menempatkan uangnya dalam time deposit atau saving depisit karena simpanan ini memberikan bunga. M2 juga disebut uang

beredar dalam arti luas atau broad money.

Definisi uang beredar berikutnya yang lebih luas lagi adalah M3

yang mencakup semua deposito berjangka dan semua tabungan dalam bentuk rupiah dan dollar pada semua bank-bank dan lembaga keuangan bukan bank (LKBB). Hal itu disebut uang kuasi atau Quasi money.

Dimana secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut: M3 = M1 + QM (Boediono, 2001: 6)

Dimana:

M3 = uang beredar dalam arti luas

(63)

Komponen-komponenm dalam definisi uang antara lain:

1. Semua harus memenuhi kedua persyaratan dari uang, yaitu harganya tetap dan diterima secara umum.

2. Bentuk “non bank public“adalah termasuk seluruh anggota masyarakat selain bank-bank umum dan bank-bank tabungan. (Iswardono, 1984: 77)

Ada beberapa teori yang menjelaskan mengenai jumlah uang beredar antara lain sebagai berikut:

1. Teori Kuantitas Irving Fisher

Menurut Manullang (1983: 83), fisher merumuskan teorinya sebagai berikut:

MV = PT Dimana:

M = Jumlah uang beredar V = Perputaran uang P = Harga barang

T = Jumlah barang yang diperdagangkan

Dari rumus diatas P (harga barang) dipengaruhi atau tergantung oleh M, V dan T. Menurut Boediono (1985: 3), faktor-faktor yang termasuk dalam M adalah sebagai berikut:

(64)

Menurut Sinungan (1987: 23), faktor-faktor yang termasuk dalam V adalah sebagai berikut:

a. Perkembangan badan-badan kredit dan keuangan dan peran serta masyarakat dalam memanfaatkan lembaga-lembaga keuangan tersebut.

b. Keinginan masyarakat dalam menabung.

c. Perbandingan pengeluaran dan pemasukkan dimasyarakat. d. Peraturan pengeluaran dan pemasukkan.

e. Kecepatan dalam perpindahan uang dari satu tempat ketempat lainnya.

f. Pengharapan masyarakat terhadap pendapatan.

Dari faktor-faktor yang termasuk dalam T adalah sebagai berikut; a. Besarnya barang-barang yang diproduksi oleh produsen, ada

hubungannya dengan sosial ekonomi, jumlah penduduk, teknologi dan administrasi produksi.

b. Ketergantungan produksi terhadap faktor-faktor produksi, struktur dunia usaha dan lembaga-lembaga terkait pada akhirnya mempengaruhi jumlah barang yang diproduksi.

2. Teori Alfred Marshall atau Cash Balance Equation atau Cambrige

Equation

(65)

hubungan antara jumlah uang dengan harga dan dikaitkan dengan Pendapatan Nasional. (Sinungan, 1987: 26)

M = kY Dimana:

M = Jumlah uang

Y = Pendapatan Nasional

k = Besar kecilnya keinginan masyarakat untuk memegang bagian dari pendapatan dalam bentuk uang kas (Iswandono, 1988: 89)

Hubungannya dengan teori Irving Fisher adalah teori Marshall tidak menitikberatkan pada perputaran uang dan perumusan Y dapat diganti dengan rumus Po dimana o adalah hasil produksi.

2.3 Kerangka Pikir

(66)

Keterangan Kerangka Pikir:

1. Naiknya tingkat suku bunga Amerika Serikat (Fed rate) akan mendorong pengusaha untuk melakukan investasi sehingga secara langsung akan meningkatkan investasi

.

hal ini akan cenderung mendorong kenaikkan tingkat suku bunga BI (BI rate).

2. Dengan turunnya inflasi akan mendorong pengusaha untuk melakukan investasi sehingga akan meningkat maka tingkat suku bunga BI (BI rate) akan mengalami peningkatan.

3. Dan jika Gross Domestic Product (GDP) mengalami kenaikkan, juga akan mempengaruhi naiknya investasi sehingga tingkat suku bunga BI (BI rate) mengalami kenaikkan.

(67)

2.4. Hipotesis

(68)

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional dari variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Variabel terikat

Yaitu Sertifikat Bank Indonesia (SBI) (Y) merupakan suku bunga yang ditetapkan untuk surat berharga dalam jangka pendek.

b. Variabel bebas (X)

Adapun yang merupakan variable bebas adalah sebagai berikut: 1. Tingkat suku bunga Amerika Serikat (Fed rate) (X1)

Tingkat suku bunga Amerika serikat (Fed rate) yaitu merupakan tingkat suku bunga yang ditetapkan oleh Bank Sentral Amerika. 2. Inflasi (X3)

Inflasi merupakan suatu gejala ekonomi yang berupa naiknya tingkat harga. Dinyatakan dalam persen per bulan dan cara pengukurannya dengan menggunakan skala rasio.

3. GDP (X4)

GDP merupakan pendapatan nasional yang merupakan satu

(69)

wilayah dalam suatu periode tertentu. Dinyatakan dalam satuan miliar rupiah (Rp miliar).

4. Jumlah uang beredar (X2)

Jumlah uang beredar adalah uang dalam arti luas (M2) dimana

terdiri dari M1 (unag kartal dan uang giral yang tersedia untuk

digunakan oleh masyarakat) ditambah dengan uang kuasi yang meliputi deposito berjangka, tabungan dan rekening valuta asing milik masyarakat pada perbankan. Variabel ini dinyatakan dalam satuan miliar rupiah(Rpmiliar).

3.2. Teknik Penentuan Sampel

Penelitian yang dilakukan menggunakan data berkala (Time Series Data) dalam periode waktu triwulan sejak awal tahun 1990 sampai dengan 2010 selama 21 tahun.

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan: a. Studi Kepustakaan

(70)

b. Studi Lapangan

Mengumpulkan data secara langsung dari instansi terkait yaitu Biro Pusat Statistik (BPS) cabang Surabaya dan Bank Indonesia cabang Surabaya.

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis

3.4.1. Teknik Analisis

3.4.1.1. Teknik Analisis Penur unan Model Dasar

Merupakan analisis yang menggunakan beberapa alat perhitungan, tabel statistik juga ekonometrik. Dalam hal ini untuk menganalisa data konkrit digunakan analisa regresi berganda yang bentuk model dasarnya adalah:

Y = F (X1, X2, X3,…,Xn)

(Sudrajat, 1988: 79)

Untuk melihat hubungan spesifik antara variabel bebas dan variabel terikat yang bentuk persamaannya:

Y = β0 + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3

Berangkat dari bentuk umum diatas, diasumsikan bentuk persamaan regresi linier berganda yaitu:

Y = β0 + β1 X1 + β2 X2 +β3 X3 + β4 X4 + ℮

(Sudrajat, 1988: 79)

(71)

Y = Tingkat suku bunga SBI (BI rate)

X1 = Tingkat suku bunga Amerika Serikat (Fed rate)

X2 = Inflasi

X3 = GDP

X4 = Jumlah uang beredar

β = Konstanta

β1, β2, β3, β4 = Konstanta regresi

℮ = Varibel pengganggu

Tetapi salah satu dari variabel bebas yaitu X4 menggunakan

metode time lag sehingga dalam metode analisis memakai model distribusi lag, sehingga ada penambahan dari metode regresi linier berganda menjadi:

Y = β0 + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + β4 Y (t-1) + ℮

Dimana:

Y = Tingkat suku bunga SBI (BI rate)

X1 = Tingkat suku bunga Amerika Serikat (Fed rate)

X2 = Inlasi

X3 = GDP

X4 = Jumlah uang beredar

Y(t-1) = Dependent Lag (Ekspektasi)

β0 = Konstanta

β1, β2, β3, β4 = Koefisien regresi

(72)

3.4.1.2. Penurunan Model Dinamis

Dalam penelitian ini menggunakan model analisa dinamik yang meliputi penjabaran variabel-variabel endogen sebagai fungsi dari sejumlah variabel endogen sebelumnya dan atau variabel eksogen. Dalam analisa runtun waktu variabel periode berlaku tidak hanya dipengaruhi oleh variabel pada periode yang sama, tetapi juga oleh variabel-variabel sebelumnya dan yang akan datang. Sehingga model dinamis adalah model yang tepat untuk menganalisa.

Namun dalam penelitian ini hanya menurunkan satu model dinamis yaitu model ECM (Error Correction Model). Penggunaan model ECM ini dianggap layak untuk diterapkan di negara berkembang oleh para pakar. Berikut ini penurunan model dinamis ECM yang akan di estimasi:

DY =β0 +β1 X1 +β2 X2 +β3 X3 +β4 X4 +β5 BX1 +β6 BX2 +β7BX3

+ β8 BX4 +β9 BY

(Kustituanto B, 1995: 5)

Dimana:

Y = Tingkat suku bunga SBI (BI rate) β0 = Konstanta

β1,.., β9 = Nilai koefisien-koefisien parameter yang diestimasi

BX1 = Kelambanan kebelakang tingkat suku bunga

Amerika Serikat (Fed rate) pada periode ke- t BX2 = Kelambanan kebelakang inflasi pada

Gambar

Tabel.2. Perkembangan Suku Bunga Kredit Tahun 1994 - 2008
tabel F 3,48
Tabel 9 : Hasil Analisis Variabel Tingkat Suku Bunga Kredit (X1), Tingkat
Gambar.15.
+3

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisa data menunjukan bahwa kelelawar pemakan buah yang tertangkap di kawasan Gua Thang Raya terdapat 2 jenis dengan jumlah individu 31 ekor dan individu

Desa Karangbolong merupakan desa yang terletak di pesisir pantai selatan Kebumen. Karangbolong terkenal dengan wisata pantainya, pantai di Karangbolong mempunyai keunikan tersendiri

Dari susunan Rencana Kerja Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Bogor pada Tahun 2019 dengan Program sebanyak Program dan kegiatan sebanyak 27 Kegiatan,

Objek yang akan diteliti dalam penulisan ini adalah strategi Public Relations PT Pertamina (Persero) Marketing Operation Region V Surabaya dalam mempertahankan

Jika adik menonton televisi, pada saat atau pada waktu yang bagai mana. Pada jam yang

Demikian Berita Acara ini dibuat untuk digunakan sesuai keperluan dan bagi yang berkepentingan.. Penilaian persyaratan evaluasi dilakukan terhadap pemenuhan

Menurut pandangan peneliti mengenai judul skripsi “Analisis Berpikir Reflektif Siswa dalam Memecahkan Masalah Matematika Materi Garis Singgung Lingkaran Kelas VIII A

Dan tak lupa shalawat serta salam semoga dilimpahkan kepada junjunan kita Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa iman dan islam kepada kita semua yang telah