• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KINERJA MEREK DAN TINGKAT KEPUASAN MEREK TERHADAP PERPINDAHAN MEREK PADA PRODUK KECAP ABC DI SURABAYA SELATAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH KINERJA MEREK DAN TINGKAT KEPUASAN MEREK TERHADAP PERPINDAHAN MEREK PADA PRODUK KECAP ABC DI SURABAYA SELATAN."

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

PRODUK KECAP ABC DI SURABAYA SELATAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Manajemen

Diajukan Oleh :

Masni Propa Septianedhi

0412010341 / FE / EM

Kepada

FAKULTAS EKONOMI

(2)

Dengan mengucap rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

proposal penelitian dengan judul “Pengaruh Kinerja Merek Dan Tingkat

Kepuasan Merek Pada Produk Kecap ABC Di Surabaya Selatan”.

Penulisan proposal ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu

persyaratan dalam rangka menyelesaikan studi dan untuk memperoleh gelar

Sarjana S1 Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Menyadari sepenuhnya bahwa penelitian ini tidak akan terselesaikan tanpa

dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis

menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP., Rektor Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin N, MM., Dekan Fakultas Ekonomi Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Dr. Muhadjir Anwar, MM., Ketua Program Studi Manajemen

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Bapak Dr. Muhadjir Anwar, MM. dan Bapak Drs. Ec. Bowo Santoso, MM.,

yang telah banyak meluangkan waktu guna membantu, mengarahkan dan

(3)

memberikan ilmunya.

6. Semua pihak yang telah membantu dan tidak bisa penulis sebutkan satu

persatu, terimakasih.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa proposal ini jauh dari sempurna.

Oleh karena itu kritik dan saran yang menbangun akan penulis terima dengan

senang hati demi sempurnanya proposal ini.

Surabaya, Juni 2011

(4)

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

ABSTRAKSI ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1. Penelitian Terdahulu ... 10

2.2. Landasan Teori ... 12

2.2.1. Arti Pasar Bagi Perusahaan ... 12

2.2.2. Perilaku Konsumen ... 12

2.2.3. Keputusan Pembelian ... 15

2.2.4. Merek ... 16

2.2.5. Perpindahan Merek ... 17

2.2.6. Kinerja Merek ... 19

2.2.7. Kepuasan Merek... 19

(5)

2.2.9. Pengaruh Kinerja Merek Terhadap Tingkat

Kepuasan Merek... 20

2.2.10.Pengaruh Tingkat Kepuasan Terhadap Perpindahan Merek ... 21

2.3. Kerangka Konseptual ... 22

2.4. Hipotesis... 23

BAB III METODE PENELITIAN ... 24

3.1. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel .... 24

3.2. Pengukuran Variabel ... 26

3.3. Teknik Penentuan Sampel ... 27

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 28

3.5. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 29

3.5.1. Teknik Analisis ... 29

3.5.2. Asumsi SEM (Structural Equation Modeling) ... 29

3.5.2.1. Uji Normalitas Sebaran dan Linearitas... 29

3.5.2.2. Evaluasi Atas Outliers ... 30

3.5.2.3. Evaluasi Multicoliencarity dan Singularity 30 3.5.3. Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal ... 31

3.5.4. Pengujian model dengan Two-Step Approach ... 36

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 37

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ... 37

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian ... 39

(6)

v

4.2.3. Deskripsi Variabel Kepuasan Merek (X2)... 41

4.2.4. Deskripsi Variabel Perpindahan Merek (Y)... 42

4.3 Deskripsi Hasil Analisis Dan Uji Hipotesis ... 44

4.3.1 Uji Normalitas ... 44

4.3.2 Evaluasi atas Outlier ... 45

4.3.3 Deteksi Multicollinierity dan Singularity... 46

4.3.4 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 46

4.3.5 Pengujian Model Dengan One-Step Approach ... 50

4.3.6 Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal ... 51

4.4 Pembahasan ... 52

4.4.1 Pengaruh Kinerja Merek Terhadap Perpindahan Merek ... 53

4.4.2 Pengaruh Kepuasan Merek Terhadap Perpindahan Merek ... 54

4.4.3 Pengaruh Kinerja Merek Terhadap Kepuasan Merek ... 55

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 56

5.1. Kesimpulan ... 56

5.2. Sarana ... 57

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Top Brand Indeks Kecap ... 3

Tabel 1.2. Market Share ... 4

Tabel 1.3. Brand Value Kecap ABC ... 4

Tabel 3.1. Goodness of Fit Index ... 34

Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 39

Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 40

Tabel 4.3. Hasil Jawaban Responden untuk Pernyataan Kinerja Merek (X1) ... 41

Tabel 4.4. Hasil Jawaban Responden untuk Pernyataan Variabel Kepuasan Merek (X2) ... 42

Tabel 4.5. Hasil Jawaban Responden untuk Pernyataan Variabel Perpindahan Merek (Y) ... 43

Tabel 4.6. Hasil Pengujian Normalitas ... 44

Tabel 4.7 Hasil Pengujian Outlier Multivariate ... 45

Tabel 4.8 Faktor Loading dan Konstruk dengan Confirmatory Factor Analysis ... 47

Tabel 4.9 Pengujian Reliability Consistency Internal ... 48

Tabel 4.10 Construct Reliability & Variance Extrated ... 49

Tabel 4.11 Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices ... 51

(8)

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Model sederhana perilaku konsumen... 16

Gambar 2.2. Tipe-tipe perilaku konsumen... 19

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner

Lampiran 2 Hasil Jawaban Responden

Lampiran 3 Hasil Uji Normalitas

Lampiran 4 Hasil Pengujian Outlier Multivariate

Lampiran 5 Faktor Loading dan Konstruk dengan Confirmatory Factor

Analysis

Lampiran 6 Pengujian Reliability Consistency Internal

Lampiran 7 Construct Reliability & Variance Extrated

(10)

PRODUK KECAP ABC DI SURABAYA SELATAN

MASNI PROPA. S

Abstraksi

Kecap merupakan salah satu produk industri pangan yang digunakan sebagai bahan tambahan makanan ataupun sebagai salah satu bumbu masakan. Saat ini terdapat berbagai macam merek kecap di Indonesia dengan variasi rasanya. Hal ini menyebabkan persaingan yang terjadi di industri kecap manis semakin ketat dan masing-masing produsen menawarkan berbagai kelebihan dibandingkan kompetitornya. Industri kecap di Indonesia tidak hanya diramaikan oleh industri-industri besar namun juga oleh home industri atau industri rumah tangga yang tersebar di berbagai pelosok Indonesia. Merek-merek kecap manis yang dihasilkan oleh industri-industri besar antara lain kecap manis merek ABC, Bango, Indofood, Nasional, Maya, Orang Jual Sate dan Kokita. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh kinerja merek terhadap perpindahan merek pada produk kecap Cap ABC, pengaruh kepuasan merek terhadap perpindahan merek pada produk kecap Cap ABC dan pengaruh kinerja merek terhadap kepuasan merek pada produk kecap Cap ABC.

Variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah Kinerja Merek (X1),

Kepuasan Merek (X2) dan Perpindahan Merek (Y). Skala pengukuran variabel

menggunakan skala semantic differensial. Populasi dalam penelitian ini adalah wanita berusia 20 tahun keatas yang telah berkeluarga yang masih mengkonsumsi atau pernah mengkonsumsi kecap Cap ABC di Surabaya Selatan. Jenis data penelitian adalah data primer dan data sekunder yang diperoleh sebagai tanggapan dari kuesioner yang disebarkan kepada responden dan juga hasil dari wawancara dengan pihak-pihak yang mendukung penelitian ini. Model yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah Structural Equation Modeling (SEM).

Dari hasil penelitian dan pengolahan data yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin baik kinerja merek semakin enggan konsumen berpindah ke merek lain, dibuktikan dengan hasil penelitian bahwasannya mereka cukup puas atas style dan desain dari Kemasan kecap ABC, semakin baik kepuasan merek semakin konsumen tidak mau berpindah ke merek lain, dibuktikan dengan hasil penelitian bahwasannya mereka cukup puas dengan manfaat kecap ABC sebagai pelezat masakan dan Semakin baik kinerja merek semakin konsumen merasa terpuaskan oleh merek tersebut, dibuktikan dengan banyaknya responden yang cukup puas dengan Style dan desain kemasan serta manfaat (sebagai pelezat makanan) dari kecap ABC tersebut.

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini berdampak pada

persaingan dunia usaha yang semakin meningkat, baik perusahaan yang bergerak di

bidang industri, perdagangan maupun jasa. Kesuksesan dalam persaingan akan dapat

dipenuhi apabila perusahaan bisa menciptakan dan mempertahankan pelanggan

(Tjiptono, 1997: 19). Untuk mencapai tujuan tersebut maka perusahaan memerlukan

berbagai usaha agar tujuan yang telah direncanakan dapat tercapai.

Semakin banyak dan beragam produk yang di tawarkan oleh perusahaan pada

industri yang sama, akan menuntut perusahaan – perusahaan untuk terus menerus

membuat produk berkualitas yang dapat meningkatkan manajemen merek. Dalam

masa globalisasi seperti sekarang ini dimana perubahan teknologi dan arus informasi

semakin maju dan cepat mendorong timbulnya laju persaingan dalam dunia usaha.

Melihat banyaknya produk yang ditawarkan maka konsumen akan mulai melihat

mana yang memenuhi kebutuhannya. Jadi kebutuhan konsumen tidak terbatas pada

fungsi utama yang bias diberikan pada suatu produk ( primary demand ), tetapi

berkembang menjadi kebutuhan sekunder ( secondary demand ) yaitu keinginan pada

suatu merek. Reicheld ( 1996 ) mengemukakan bukti bahwa dari para pelanggan yang

puas atau sangat puas, antara 65% sampai 85% akan berpindah kepada produk lain (

meraih loyalitas pelanggan, pdf article ). Berdasarkan hasil studi ini dapat

disimpulkan bahwa hanya dengan dapat memuaskan pelanggan tidak cukup menjaga

(12)

Produk yang berkualitas dengan harga bersaing merupakan kunci utama dalam

memenangkan persaingan, yang pada akhirnya akan dapat memberikan nilai kepuasan

yang lebih tinggi kepada pelanggan. Pelanggan kini memiliki tuntutan nilai yang jauh

lebih besar dan beragam karena pelanggan dihadapkan pada berbagai pilihan berupa

barang maupun jasa yang dapat mereka beli. Dalam hal ini penjual harus memberikan

kualitas produk yang dapat diterima, karena bila tidak, pelanggan akan segera beralih

kepada pesaing.

Kecap merupakan salah satu produk industri pangan yang digunakan sebagai

bahan tambahan makanan ataupun sebagai salah satu bumbu masakan. Saat ini

terdapat berbagai macam merek kecap di Indonesia dengan variasi rasanya. Hal ini

menyebabkan persaingan yang terjadi di industri kecap manis semakin ketat dan

masing-masing produsen menawarkan berbagai kelebihan dibandingkan

kompetitornya. Industri kecap di Indonesia tidak hanya diramaikan oleh

industri-industri besar namun juga oleh home industri-industri atau industri-industri rumah tangga yang

tersebar di berbagai pelosok Indonesia. Merek-merek kecap manis yang dihasilkan

oleh industri-industri besar antara lain kecap manis merek ABC, Bango, Indofood,

Nasional, Maya, Orang Jual Sate dan Kokita.

Kecap merupakan salah satu produk awal perusahaan yang dirintis Chu Sok

Sam (alm.), pada 1975 dengan nama PT ABC Central Food Industry (ABC-CFI) ini.

Chu mengawali kiprah bisnis perusahaan ini dengan skala produksi kecil-kecilan di

pabriknya di Daan Mogot, Jakarta Barat. Tiga tahun kemudian, perusahaan ini mulai

memproduksi sirup dan setahun berikutnya (1979) membuat sambal dan dilanjutkan

tahun 1980 memproduksi saus. Lalu, 1982, mulai diproduksi teh dan sari buah dalam

(13)

Sejak Februari 1999 saham nmayoritas pendiri kecap yag terdiri atas 7 varian

ini dibeli oleh Hj. HEINZ Co, perusahaan yang berada di pittsburg, Amerika Serikat.

HJ Heinz merogoh kocek sebesar US$ 70 juta. HJ Heinz yang masuk lewat tangan

Asia Pasific Investment Corporation dari AS dan Wheller Resources Limited dari

British Virgin Island. Tidak lama kemudian, nama perusahaanpun berubah menjadi

PT. HEINZ ABC Indonesia. (www.swa.co.id).

Data Single Source Survey dari lembaga riset pasar asal Australia, Roy

Morgan Reaserch. Sepanjang April 2006 hingga Maret 2007, pembelian Kecap ABC

partai besar mengalami penurunan dari 51 persen menjadi 41 persern.

Tabel 1: Top Brand Indeks Kecap

TOP BRAND INDEKS

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

ABC Cap Bango Indofood Piring Lombok Angsa

Hasil Top Brand Indeks (TBI) ini diluncurkan oleh Majalah Maketing dan Frontier Consulting Group.

Tabel diatas menunjukan adanya tren penurunan Top Brand Indeks kecap ABC

secara terus menerus. Pada tahun 2004 kecap ABC masih berada pada posisi 61,1%

sebagai kecap nomer satu, namun mulai tahun 2006 kecap ABC mengalami

penurunan menjadi 55,2% dan terus menurun hingga pada tahun 2010 kecap ABC

(14)

Tabel 2: Market Share Kecap ABC

Sumber: Majalah SWA 06/XXII/23 Maret – 5 April 2006

Menurut tabel 2 di atas dalam kurun waktu selama 4 tahun market share kecap

ABC terus menerus mengalami penurunan, pada tahun 2003 market share kecap ABC

sebesar 64,4%, lalu pada tahun 2004 turun menjadi 54,7%, kemudian pada tahun 2005

turun menjadi 54,2%, dan sekarang pada tahun 2006 market share kecap ABC turun

lagi menjadi 52,8%. Penurunan market share tersebut menggambarkan turunnya

penjualan kecap ABC atau turunnya Kinerja Merek kecap ABC.

Tabel 3: Brand Value Kecap ABC

2008 2009 2010

Bango 47,4 76,9 68,4

ABC 43,8 73,3 65,1

Sedaap 1,1 59,1 41,3

Indofood 2,2 60,0 40,6

Nasional * 57,2 40,3

Sumber: Majalah SWA 15/XXVI/15 – 28 JULI 2010

Menurut tabel 3 di atas, pada tahun 2008 Brand Value kecap ABC masih pada

posisi 43,8%. pada tahun 2009 brand value kecap ABC mengalami kenaikan hingga

mencapai angka 73,3%. Namun berbeda dengan tahun 2010, kecap ABC justru

mengalami penurunan yang cukup drastis menjadi 65,1%.

Berdasarkan data diatas, maka penelitian ini dilakukan di Surabaya Selatan

karena Surabaya Selatan merupakan salah satu wilayah di Surabaya yang banyak

(15)

perdagangan. Surabaya juga mempunyai jumlah penduduk yang relatif besar dan

tingkat konsumtif yang tinggi.

Penilaian konsumen terhadap kinerja merek terkait dengan pengalaman

langsung terhadap produk, sedangkan penilaian secara emosional menunjukan tingkat

kepuasan terhadap merek tersebut Keller dalam Darmawan (2005). Dengan demikian,

semakin baik kinerja merek semakin rendah tingkat perpindahan merek. Kinerja

merek memiliki pengaruh yang positif terhadap tingkat kepuasan merek, karena

semakin baik kinerja merek, maka semakin tinggi tigkat kepuasan yang dirasakan

oleh konsumen terhadap suatu merek dalam Kotler (2003). Hasil yang dirasakan

konsumen berupa tingkat kepuasan yang tinggi atau rendah akan mempengaruhi

evaluasi alternative berdasarkan pengalaman konsumsi untuk proses keputusan

pelmilihan merek selanjutnya Hal ini sesuai dengan pernyataan Engel dan

kawan-kawan (1993) dalam Darmawan (2005)

Para pemasar harus mencermati perilaku konsumen untuk memahami situasi

pasar. Produk yang didasari oleh hasil pemahaman ini akan selalu diterima oleh pasar.

Itupun setelah melalui persaingan yang ketat antar sesama produsen dalam satu

kategori produk yang sama ( Ferrinadewi dan Darmawan, 2004 ). Pertarungan

kemudian berlanjut kearah pertarungan antar merek. Merek – merek dengan ekuitas

merek yang kuat akan berpotensial memenangkan pertarungan antar merek pelanggan

yang loyal. Ekuitas merek dibentuk dari tingkat kesadaran tinggi dan citra merek

yang baik, dan memiliki untuk yang dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan

konsumen adalah prasyarat untuk keberhasilan pemasaran, tanpa memperhatikan

produk tersebut yaitu barang, jasa, organisasi ataupun orang. Untuk membentuk

(16)

Kinerja merek berhubungan dengan cara dari suatu produk atau jasa

memenuhi kebutuhan konsumen secara fungsional. Kinerja merek mengarah kepada

apa yang melekat pada suatu produk dan dimiliki oleh suatu merek yang mencirikan

berbeda dengan produk lain. Kinerja merek menunjukan seberapa baik peringkat

merek menurut penilaian konsumen secara obyektif (Keller 2003). Kepuasan merek

diartikan sebagai hasil pengalaman langsung konsumen terhadap kinerja merek. Pada

umumnya, kepuasan merek menyatakan seberapa terpuaskan konsumen terhadap

manfaat yang diberikan merek secara daya guna, estetika, dan ekonomis. Kepuasan

merek mengindikasikan untuk niat menggunakan suatu merek dan menunjukan

pengetahuan konsumen tentang merek semakin baik dan kemudian berpengaruh

terhadap evaluasi pasca konsumsi dan keputusan lanjutan (Didit Darmawan, 2005 ).

Definisi dari Perpindahan Merek adalah Peralihan merek yang dilakukan oleh

pelanggan untuk setiap waktu penggunaan ( Sumarketer, Senior Business Analyst,

MarkPlus & Co). Pemasar dapat melakukan strategi seperti menjaga agar jangan

sampai kehabisan stok. Sekali kehabisan stok, konsumen akan beralih ke merek lain.

Apalagi para pesaing sudah menawarkan barang dengan harga yang lebih rendah,

kupon, sample yang terus mengajak konsumen untuk mencoba sesuatu yang baru. Ini

jelas harus dicermati dengan baik oleh pemasar agar perusahaan dapat

mempertahankan dan meningkatkan pasar guna mengungguli para pesaing dengan

produk atau merek yang ditawarkan.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan

judul “Pengaruh kinerja merek dan tingkat kepuasan merek terhadap perpindahan

(17)

1.2. Perumusan Masalah

Setelah membaca latar belakang diatas terdapat permasalahan tentang

produk kecap Cap ABC. Dilihat dari penelitian permasalahan tersebut,

persoalan penelitian yang ingin dikaji adalah :

1. Apakah kinerja merek berpengaruh terhadap perpindahan merek pada

produk kecap Cap ABC ?

2. Apakah kinerja merek berpengaruh terhadap tingkat kepuasan merek pada

kecap Cap ABC ?

3. Apakah tingkat kepuasan merek berpengaruh terhadap perpindahan merek

(18)

1.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh kinerja merek terhadap perpindahan merek

pada produk kecap Cap ABC.

2. Untuk mengetahui pengaruh kinerja merek terhadap kepuasan merek

produk kecap Cap ABC.

3. Untuk mengetahui pengaruh kepuasan merek terhadap perpindahan merek

(19)

1.4.Manfaat Penelitian

a. Pengembangan Ilmu

Mendapatkan pemahaman yang lebih baik atas teori – teori yang

digunakan selama kuliah, khususnya mengenai manajemen dan untuk

mengetahui praktek yang sebenarnya dihadapan perusahaan.

b. Bagi Perusahaan :

Sebagai tambahan informasi kepada perusahaan dalam menentukan

kebijaksanaan penetapan harga, input atau masukan kepada perusahaan

dalam menentukan standart kualitas produknya. Semoga hasil penelitaan

dan analisis yang diberikan dapat memberi masukan sebagai bahan

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. PENELITIAN TERDAHULU

Dari data yang telah terkumpul maka saya bisa memberikan judul pada

proposhasil penelitian terdahulu tersebut berasal dari berbagai sumber, antara lain :

1. Dalam penelitian yang dilakukan Didit Darmawan dalan jurnal

Ekonomi dan Binis ( 2005 ) dengan judul “Pengaruh Kinerja Merek dan

Kepuasan Merek Terhadap Perpindahan Merek” diperoleh hasil analisis data

yang menunjukan nilai R square sebesar 47,1 % variasai dari perpindahan

merek dapat dijelaskna oleh variasi dari variabel kinerja merek dan kepuasan

merek. Sedangkan sisanya 52,9 % dijelaskan oleh sebab - sebab yang lain.

Nilai Standard Error of the Estimate sebesar 0,764 menunjukan bahwa model

regresi semakin tepat digunakan untuk meramalkan variabel perpindahan

merek.

Dari hasil uji ANOVA diperoleh F hitung sebesar 43,209 dengan

signifikansi 0,000. Hal ini menunjuukan bahwa variable bebas kinerja merek

dam kepuasan merek secara bersama – sama berpengaruh terhadap

perpindahan merek. Dari penelitian tersebut diperoleh hipoteis pertama yang

menyatakan bahwa kinerja merek berpengaruh secara signifikan terhadap

perpindahan merek dengan nilai CR memenuhi syarat yaitu – 6,453 dan nilai

(21)

Hipotesis kedua dari penelitian tersebut adalah kepuasan merek

berpengaruh secara signifikan terhadap perpindahan merek dengan nilai CR

sebesar – 2,331 dan nilai probabilitas sebesar 0,020 dengan demikian dapat

diterima.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kinerja merek

berpengaruh lebih kuat terhadap perpindahan merek dibandingkan dengan

kepuasan merek. Semakin baik kinerja suatu merek dan semakin tinggi tingkat

kepuasan merek maka akan emakin rendah tingkat perpindahan kemerek –

merek lain. Antara kinerja suatu merek dan kepuasan pengguna merek,

terhadap hubungan yang signifikan dan cukup kuat. Semakin baik kinerja

merek, semakin tinggi tingkat kepuasan terhadap merek yang dirasakan

konumen

2. Menurut Kotler (2003), jika kinerja merek berada dibawah harapan,

maka pelanggan tidak puas, tetapi jika kinerja merek memenuhi harapan,

pelanggan akan puas. Dan jika kinerja merek melebihi harapan, maka

pelanggan akan amat puas atau senang. Kinerja merek memiliki pengaruh

yang positif terhadap tingkat kepuasan merek, karena semakin baik kinerja

merek, maka semakin tinggi tigkat kepuasan yang dirasakan oleh konsumen

(22)

2.2. LANDASAN TEORI

2.2.1 Pasar dan Segmentasinya 2.2.1 Arti Pasar Bagi Perusahaan

Bagi perusahaan pasar adalah konsumen sasaran mereka yaitu yang

membutuhkan barang atau jasa yang diproduksi perusahaan yang mempunyai tenaga

beli untuk membeli produk tersebut. Konsumen sasaran dapat berupa perorangan atau

badan usaha. Yang disebut terakhir disebut pembeli institutisional ( instutisional

buyers ). Hanya untuk dan kepada konsumen sasaranlah kebijaksaan terpadu,

termasuk strategi harga disusun dan diarahkan. Hal itu disebabkan karena hanya

konsumen sasaranlah dapat diharapkan membeli barang atau jasanya yang diproduksi

perusahaan dan apabila terpuaskan dapat menjadi pelanggan.

2.2.2. Perilaku Konsumen

Definisi Perilaku Konsumen

Menurut Mowen dan Minor ( 2002 : 6 ), perilaku konsumen didefinisikan

sebagai studi tentang unit pembelian dan proses pertukaran yang melibatkan

perolehan, konsumsi, dan pembuangan barang, jasa, pengalaman, serta ide – ide.

Sukses atau gagalnya aktivitas pemasaran sangat tergantung pada reaksi pembeli –

pembeli individual dan pola pembelian mereka ( buying patterns ).

Menurut Setiadi ( 2003 : 10 ), perilaku konsumen dapat dipengaruhi oleh

beberapa factor adalah sebagai berikut :

1. Faktor Kebudayaan

 Kebudayaan

Kebudayaan merupakan faktor penentu yang paling dasar dari keinginan dan

(23)

 Sub – budaya

Setiap kebudayaan terdiri dari sub-budaya – sub-budaya yang lebih kecil yang

memberikan identitas dan sosialisasi yang lebih spesifik untuk para

anggotanya.

 Kelas Sosial

Kelompok – kelompok sosial adalah kelompok – kelompok yang relatif

homogen dan bertahan lama dalam suatu masyarakat, yang tersusun secara

hierarki dan keanggotaannya mempunyai nilai, minat dan perilaku yang

serupa.

2. Faktor Sosial

 Kelompok Refensi

Kelompok referensi seseorang terdiri dari seluruh kelompok yang mempunyai

pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap sikap atau perilaku

seseorang.

 Keluarga

Kita dapat membedakan antara dua keluarga dalam kehidupan pembeli, yaitu

keluarga orientasi yang merupakan orang tua seseorang dan keluarga prokreasi

yaitu pasangan hidup anak – anak seorang keluarga.

 Peran dan Status

 Seseorang pada umumnya berpartisipasi dalam kelompok selama hidupnya;

(24)

3. Faktor Pribadi

 Umur dan tahadap dalam siklus hidup

Konsumsi seseorang juga dibentuk oleh tahapan siklus hidup keluarga.

 Pekerjaan

Para pemasar berusaha mengidentifikasi kelompok – kelompok kerja yang

mempunyai minat diatas rata – rata terhadap produk dan jasa tertentu.

 Keadaaan Ekonomi

Yang dimaksud denngan keadaan ekonomi seseorang adalah terdiri dari

pendapatan yang dapat dibelanjakan, tabungan dan hartanya dan kemampuan

untuk meminjam serta sikap terhadap mengeluarkan lawan menabung.

 Gaya Hidup

Gaya hidup seseorang adalah pola hidup di dunia yang diekspresikan oleh

kegiatan, minat dan pendapat seseorang.

 Kepribadian dan konsep diri

Yang dimaksud kepribadian adalah karakterisrik psikologi yang berbeda dari

setiap orang yang memandang responnya terhadap lingkungan yang relatif

konsisten.

4. Faktor Psikologis

 Motivasi

Motivasi adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan dan mendukung

perilaku konsumen.

 Persepsi

Persepsi didefinisikan sebagai proses dimana seseorang memilih,

mengorganisasikan, mangartikan masukkan informasi untuk menciptakaan

(25)

 Proses Belajar

Proses belajar menjelaskan perubahan dalam perilaku seseorang yang timbul

dari pengalaman.

 Kepercayaan dan Sikap

Kepercayaan adalah suatu gagasan yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu

2.2.3. Keputusan Pembelian

Salah satu kegiatan pemasaran adalah mempengaruhi konsumen untuk

bersedia membeli barang dan jasa perusahaan pada saat mereka membutuhkan.

Hal itu sangat penting bagi manajer pemasaran atau mereka yang berkecimbung

dalam bidang pemasaran untuk memahami tentang perilaku konsumen.

Dengan memahami perilaku konsumen, maka perusahaan dapat

mengembangkan produk, menentukan harga, menentukan tempat / lokasi,

kegiatan pelayanan dan mempromosikan produknya secara baik. Disamping itu

pula perusahaan akan dapat memahami tentang adanya peluang yang baru untuk

pemenuhan kebutuhan dari konsumen yang merasa belum terpenuhi, yang

selanjutnya mermudahkan pihak perusahaan untuk mengidentifikasi mengenai

cara untuk mengadakan segmentasi.

Pengertian perilaku konsumen dapat dikemukakan sebagai tindakan - tindakan

individu, baik secara langsung maupun secara tidak langsung terlibat dalam usaha

memperoleh, menggunakan, dan menentukan produk dan jasa termasuk proses

pengamblan keputusan yang mengikuti tindakan – tindakan tersebut (Kotler,

(26)

Gambar 1 : Model sederhana perilaku konsumen

Umpan Balik Kepada Konsumen

( Evaluasi Pasca Pembelian )

Umpan Balik Kepada Pemasar

( Pengembangan Strategi Pemasaran )

Sumber : Sutisna 2002

Dari model diatas dapat dilihat bahwa dalam mempelajari keputusan

konsumen haruslah dalihat dari beberapa aspek yang mempengaruhi baik tentang

sesuatu yang digagas, karakteristik, linngkungan maupun rangsangan marketing yang

ditawarkan.

2.2.4. Merek

Merek menurut Kotler (1997 : 63 ) mengungkapkan bahwa merek adalah

nama, tanda, symbol / desain / kombinasi diantaranya yang ditujuakan untuk

mengidentifikasi barang / jasa dari penjual untuk menbedakan barang / jasa milik

pesaing.

Merek menurut Alma ( 2000 : 105 ) adalah suatu tanda atau simbol yang

memberikan identitas suatu barang atau jasa tertentu yang dapat beupa kata – kata,

gambar atau kombinasi keduanya.

(27)

Menurut Kotler dan Susanto ( 2000 ), bahwa merek adalah nama, istilah,

simbol, atau rancangan atau kombinasi hal – hal tersebut, yang dimaksudkan untuk

mengidentifikasi barang atau jasa dari seseorang atau jasa dari sekelompok penjual

untuk membedakan dari produk pesaing. Merek dalam hal kekuatan dan nilai yang

dimilikinya dipasar. Pada satu tingkat ekstrem adalah merek yang diketahui oleh

sebagaian besar pembeli dipasar dan adapula merek yang terhadap pembeliannya

memiliki tingkat kesadaran merek yang tinggi.

2.2.5. Perpindahan Merek

“ Perpindahan merek terjadi ketika konsumen beralih kesetiaan dari merek

tertentu ke merek yang lain ( Sticky-Marketing.com monthly magazine ). “

Berdasarkan definisi tersebut dapat dijelaskan bahwa brand switching adalah alat

dimana seorang pelanggan atau sekelompok pelanggan berpindah kesetian dari suatu

merek produk tertentu ke produk yang lainnya. Definisi dari brand switching lainnya

adalah perpindahan merek yang dilakukan oleh pengguna setiap waktu penggunaan,

tingkat brand switching itu juga menunjukan sejauh mana sebuah merek memiliki

pelanggan yang loyal ( Sumaketer, Senior Business Analyst, Markplus & Co ).

Menurut David A Aaker Dalam Ribhan ( 2006 : 98 ) :

“ Ada resiko dimana kesetiaan konsumen bisa dipengaruhi pesaing jika kinerja

produk atau pelayanan tidak meningkat “

Berdasarkan pernyataan tersebut, mungkin saja konsumen memindahkan

(28)

Konsumen yang hanya mengaktifkan kognitifnya dapat dihipotesiskan sebagai

konsumen yang paling rentan terhadap perpindahan merek akibat adanya rangsangan

pemasaran ( Junaedi dan dharmestha, 2002 )

Konsumen yang seringkali melakukan perpindahan merek dalam

pembeliannya termasuk tipe perilaku pembelian yang mencari keragaman ( Variety

Seeking Buying Behavior ). Hal ini dpat dilihat pada gambar dibawah ini :

Gambar 2 : Tipe-tipe perilaku konsumen

Keterlibatan

Tinggi Rendah

Banyak

Complex Buying Behavior Variety Seeking Buying Behavior

Berdasarkan Gambar diatas dapat dijelaskan bahwa perpindahan merek ditandai

dengan adanya perbedaan signifikan antar merek. Konsumen dalam hal ini tidak

mengetahui banyak tentang kategori produk yang ada. Para pemasar dengan demikian

perlu mendiferensiasikan keistimewaan mereknya untuk menjelaskan merek tersebut.

Peralihan merek juga ditandai dengan keterlibatan yang rendah. Konsumen

tidak melalui tahap- tahap keyakinan, sikap dan perilaku yang normal. Konsumen

secara tidak ekstensif mencari informasi tentang merek, melainkan merupakan

penerima informasi pasif. Konsumen tidak membentuk keyakinan merek, tetapi

(29)

Indikator yang membentuk perpindahan merek (Menurut Didit Darmawan,

2005)

a. Ketersedian produk lain

b. Ketertarikan pada produk lain

c. Rasa Bosan

2.2.6. Kinerja Merek

Kinerja merek berhubungan dengan cara dari suatu produk atau jasa yang

memenuhi kebutuhan konsumen secara fungsional. Kinerja produk mengarah kepada

apa yang melekat pada suatu produk dan dimiliki oleh suatu merek yang mencirikan

berbeda dengan produk lain. Kinerja merek menunjukan seberapa baik peringkat

merek menurut penilaian konsumen secara objektif. terhadap kualitas merek.

Penilaian konsumen terhadap kinerja merek terkait dengan pengalaman langsung

terhadap produk, sedangkan penilaian secara emosional menunjukan tingkat kepuasan

terhadap merek tersebut (Keller, 2003).

Indikator yang membentuk kinerja merek ( Menurut Keller, 2003 )

a. Harga

b. Style dan Desain

c. Daya tahan

2.2.7. Kepuasan Merek

Kepuasan merek diartikan sebagai hasil pengalaman langsung konsumen

terhadap kinerja merek. Pada umumnya, kepuasan merek menyatakan seberapa

terpuaskan konsumen terhadap manfaat yang diberikan merek secara daya guna,

(30)

dari evaluasi subyektif pada saat merek alternatif terpilih sesuai atau bahkan melebihi

harapan konsumen ( Engel dan kawan-kawan dalam Didit Darmawan 2005 ).

Spreng, Mackenzie, dan Olshvskhy (1996) dalam Dhamayanti (2006;37)

menyatakan bahwa perilaku setelah pembelian akan menimbulkan sikap puas atau

tidak puas pada konsumen, maka kepuasan konsumen merupakan fungsi dari harapan

pembeli atas produk atau jasa dengan kinerja yang dirasakan

Indikator yang membentuk kepuasan merek ( menurut engel dan

kawan-kawan dalam Didit Darmawan 2005 )

a. Kualitas Produk

b. Manfaat

c. Ekonomis

2.2.8. Pengaruh Kinerja Merek terhadap Perpindahan Merek

Menurut Keller dalam Darmawan (2005). Penilaian konsumen terhadap

kinerja merek terkait dengan pengalaman langsung terhadap produk, sedangkan

penilaian secara emosional menunjukan tingkat kepuasan terhadap merek tersebut.

Dengan demikian, semakin baik kinerja merek semakin rendah tingkat perpindahan

merek. Konsumen tidak akan berpindah pada merek lain bila kinerja merek yang

meliputi harga, style dan desain kemasan serta daya tahan dapat menarik konsumen

untuk tetap membeli merek tertentu.

2.2.9. Pengaruh Kinerja Merek Terhadap Tingkat Kepuasan Merek

jika kinerja merek berada dibawah harapan, maka pelanggan tidak puas, tetapi

jika kinerja merek memenuhi harapan, pelanggan akan puas. Dan jika kinerja merek

(31)

memiliki pengaruh yang positif terhadap tingkat kepuasan merek, karena semakin

baik kinerja merek, maka semakin tinggi tigkat kepuasan yang dirasakan oleh

konsumen terhadap suatu merek. Dalam Kotler (2003)

2.2.10.Pengaruh Tingkat Kepuasan Terhadap Perpindahan Merek.

Hasil yang dirasakan konsumen berupa kepuasan atau ketidakpuasan akan

mempengaruhi evaluasi alternative berdasarkan pengalaman konsumsi untuk proses

keputusan pelmilihan merek selanjutnya Tingkat kepuasan merek yang meliputi

kualitas produk dan manfaat produk menjadi pertimbangan konsumen sebagai proses

pengalaman konsumsi untuk pemilihan merek selanjutnya. Oleh karena itu jika

tingkat kepuasan merek tinggi maka konsumen tidak akan berpindah pada merek lain.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Engel dan kawan-kawan (1993) dalam Darmawan

(32)
(33)

2.4. HIPOTESIS

1. Kinerja merek berpengaruh negatif terhadap perpindahan merek.

2. Kinerja merek berpengaruh positif terhadap kepuasan merek.

3. Kepuasan merek berpengaruh negatif terhadap perpindahan merek.

(34)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional adalah pernyataan tentang definisi batasan dan pengertian

variabel – variabel dalam penelitian secara operasional baik berdasarkan teori yang ada

maupun pengalaman – pengalaman empiris. Penelitian ini menggunakan tiga variabel yang

mempunyai hubungan sebab akibat atau kausal. Kinerja merek ( Brand Performance ) dan kepuasaan merek ( Brand Satisfaction ) sebagai peubah bebas atau independent sedangkan variabel perpindahan merek ( Brand Switching ) sebagai peubah tidak bebas atau dependent. Didalam penelitian ini batas operasional dan definisi operasional dan pengukuran variabel

dalam penelitian ini terdiri dari :

a. Perpindahan Merek ( Y )

“Perpindahan merek yang terjadi ketika seseorang atau kelompok konsumen memutuskan

untuk menggunakan merek lain“

Menurut ( Didit Darmawan, 2005 ) Indikatornya meliputi :

 Ketersediaan produk lain ( Y1 ) perpindahan merek pada umumnya tidak akan

terjadi tanpa terlebih dahulu mempertimbangkan ketersediaan merek lain.

 Ketertarikan pada produk lain ( Y2 ) konsumen cenderung mempertimbangkan

merek kecap lain dengan hadirnya para pesaing membuat konsumen banyak

pilihan.

(35)

b. Kinerja Merek ( X )

kemampuan suatu merek untuk menarik perhatian konsumen “

Menurut ( Keller, 2003 ) Indikatornya meliputi :

 Harga ( X1.1 ) adalah salah satu faktor yang penting yang dipertimbangkan konsumen dalam memilih suatu produk.

 Style dan Desain kemasan ( X1.2 ) adalah salah satu inovasi yang harus dilakukan produsen guna menarik perhatian para pelanggan.

 Daya tahan ( X1.3 ) adalah masa produk yang aman untuk dikonsumsi.

.c Kepuasan Merek ( X2 )

Kepuasan yang didapat konsumen setelah menggunakan merek tersebut “

Menurut ( Engel dan kawan-kawan dalam Didit Darmawan 2005 ) Indikatornya meliputi :

 Kualitas produk ( X2.1 ) adalah mutu dan semua komponen – komponen yang membentuk produk.

 Manfaat ( X2.2 ) adalah suatu nilai (kegunaan) yang diperoleh dari sebuah produk.

 Ekonomis ( X2.3 ) adalah bagaimana konsumen bisa lebih hemat dengan menggunakan produk ini dibanding dengan produk lain.

3.2.Pengukuran Variabel

Pengukuran variabel pada penelitian ini menggunakan jenjang selisih semantik.

Analisis ini dilakukan dengan meminta responden untuk menyatakan pendapatnya

(36)

setiap pernyataan masing – masing diukur dalam lima skala dan ujung – ujungnya ditutup

dengan kata sifat, Kelima skala yang dipakai dalam penelitian ini mengikuti pola sebagai

berikut misalnya. Hal ini tergantung pada persepsi responden kepada yang dinilai.

1 5

Sangat Tidak Setuju Sangat Setuju

 Jawaban dengan nilai satu berarti sangat tidak membenarkan pernyataan

yang diberikan.

 Jawaban dengan nilai lima berarti sangat membenarkan pernyataan yang

diberikan.

3.3.Teknik Penentuan Sampel

a. Populasi

Populasi merupakan individu atau kelompok yang mempunyai ciri atau

karakteristik yang sama dan menjadi obyek atau sasaran dalam penelitian (Ibnu

Subiyanto 1998). Sedangkan yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah

wanita berusia 20 tahun keatas yang telah berkeluarga yang masih mengkonsumsi

atau pernah mengkonsumsi kecap Cap ABC di Surabaya Selatan.

b. Sampel

Teknik yang digunakan yaitu nonprobability sampling dimana teknik ini tidak memberikan peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi

untuk dipilih menjadi sampel. Sedang metode pengambilan sampel dilakukan

(37)

meningkatkan ketepatan sampel. Setelah melakukan penelitian skala kecil Menurut

Peneliti Kriterianya yang menjadi tujuan penelitian adalah:

1. Wanita yang telah berkeluarga yang pernah mengkonsumsi atau masih

mengkonsumsi kecap Cap ABC di Surabaya Selatan.

2. Wanita berusia 20 tahun ke atas

Pedoman pengukuran sampel menurut Ferdinand ( 2002 : 48 ) :

1) 100 – 200 sampel untuk maksimum Likelihood Estimation.

2) Tergantung pada jumlah parameter yang diestimasi. Pedomannya adalah 5 - 10

kali jumlah parameter yang diestimasi.

3) Tergantung pada jumlah indikator yang digunakan dalam seluruh variabel laten.

Jumlah sampel adalah jumlah indikator yang digunakan dikali 5 – 10 kali. Bila

terdapat 20 indikator, maka besarnya sampel adalah 100 – 200.

4) Sedangkan jenis pengambilan sampel didasari oleh analisis Structural Equation

Modeling ( SEM ) bahwa besarnya sampel 5 – 10 kali parameter yang diestimasi.

Pada penelitian ini terdapat 6 parameter yang diestimasi sehingga besarnya

sampel yang harus diperoleh adalah 6 X 10 = 60 dibulatkan menjadi 110.

Berdasarkan hal tersebut, peneliti mengambil sampel sebanyak 110 responden.

3.4.Teknik Pengumpulan Data

Jenis data :

Data Primer

Data primer diambil langsung dari responden dari suatu tempat yang menjadi objek

(38)

. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan dari sumber yang telah ada

misalnya catatan atau dokumentasi perusahaan, publikasi, analisis industri oleh media,

situs Web, Internet dan sebagainya

Sumber Data :

Sumber data diperoleh dari jawaban responden

Teknik pengumpulan data

Pengumpulan data dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa cara, yaitu sebagai

berikut :

a. Wawancara

Yaitu metode yang dilakukan dalam upaya mencari tanggapan responden atas

berbagai permasalahan yang diangkat.

b. Kuisioner

Yaitu pengumpulan data dilakukan dengan cara menyampaikan daftar pertanyaan

kepada responden.

3.5. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis

3.1.1. Teknik analisis

Model yang digunakan untuk menganalisa data dalam penelitian ini adalah SEM (

Structural Equation Modeling ) adalah sekumpulan teknik – teknik statistial yang

memungkinkan pengukuran sebuah rangkaian hubungan yang relative “ rumit “ secara

simultan. Hubungan yang rumit tersebut dibangun antara satu atau beberapa variabel

dependen dengan satu atau beberapa variabel indenpenden. Masing – masing variabel

dependen dan indenpenden dapat terbentuk konstruk yang dibangun dari beberapa variabel

(39)

3.1.2. Asumsi Model SEM ( Structural Equation Model )

3.1.2.1.Uji Normalitas Sebaran dan Linearitas :

a. Normalitas dapat diuji dengan melihat gambar distrogram dapat atau dapat diuji

dengan metode – metode statistic

b. Menggunakan Critical Ratio yang diperoleh dengan membagi koefisien sampel

dengan standar errornya dan Skewnes Value yang biasanya disajikan dalam

statistik deskriptif dimana nilai statistic untuk menguji normalitas itu Z – Value

pada tingkat signifikasi 1 %, jika nilai Z lebih besar dari nilai kritis, maka dapat

diduga bahwa distribusi data adalah tidak normal.

c. Normal Probability Plot ( SPSS 10.1 )

d. Linearitas dengan mengamati scatterplot dari data yaitu dengan memilih

pasangan data dan dapat dilihat pola penyebarannya untuk menduga ada

tidaknya linearitas.

3.1.2.2. Evaluasi Atas Outliers :

Outliers adalah observasi yang muncul dengan nilai – nilai ekstrim baik secara

univariat maupun multivariate. Dapat diadakan perlakuaan khusus terhadap

outliers ini asal diketahui bagaimana munculnya di empat kemungkinan yaitu :

karena kesalahan prosedur, karena keadaan yang benar – benar khusus yang

memungkinkan frofil datanya lain daripada yang lain, karena adanya sesuatu

alas an tetapi tidak dapat mengetahui apa penyebabnya atau tidak ada

(40)

yang lain, kombinasinya tidak lagi lazim atau sangat ekstrim. Inilah yang

sebut multivariate outliers.

3.1.2.3. Evaluasi Multicoliencarity dan Singularity :

Multicoliencarity dapat dideteksi dari determinan matriks kovarians. Dengan

ketentuan apabila determinan sample matrix mendekati angka 0 ( kecil ), maka

terjadi multikolinieritas dan singularitas ( Tabachnick & Fidell, 1998 ).

Program – program komputer SEM pada umumnya menyediakan fasilitas “

warning “ setiap kali terdapat indikasi Multicoliencarity dan Singularity. Bila

muncul pesan itu, telitilah kembali data yang digunakan untuk mengetahui

adanya kombinasi lineir dari variabel – variabel yang dianilisis. Bila

singularitas dan multicolenieritas ditemukan, salah satu perlakuaan adalah

mentransformasikan data dalam bentuk compositc variable.

3.1.3. Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal

Pengaruh langsung ( koefisien jalur ) diamati dari bobot regresi standart,

dengan pengujian signifikansi, perbandingan nilai CR ( Critical Ratio ) atau p (

probability ) yang sama dengan nilai t hitung. Apabila t hitung lebih besar dari t table

berarti signifikan.

Dalam SEM tidak ada alat uji statistic tunggal yang mengukur atau menguji

hipotesis mengenai model. Beberapa indeks kesesuaian dan cut off value untuk

(41)

1. X²CHI SQUARE STATISTIK

Alat uji paling fundamental untuk mengukur overall fit adalah likehood ratio

chi-quare ini sifatnya sangat sensitif terhadap besarnya sampel yang digunakan. Karena

bila jumlah sampel cukup besar ( lebih dari 200 ), statistic chi-square ini harus

didampingi oleh alat uji lain. Model yang akan diuji akan dipandang baik atau

memuaskan bila nilai chi-squarenya rendah. Semakin kecil nilai X² semakin baik

model itu. Karena tujuan analisis adalah mengembangkan dan menguji sebuah model

yang sesuai dengan data atau yang fit terhadap data, maka yang dibutuhkan justru

sebuah nilai X² yang kecil dan signifikan.

X² bersifat sangat sensitif terhadap besarnya sample yaitu terhadap sample yang

telalu kecil maupun terlalu besar. Penggunaan chi-square hanya sesuai bila ukuran

sampel antara 100 – 200. Bila ukuran luar tentang itu, uji signifikansi akan menjadi

kurang reable. Oleh karena itu pengujian ini perlu dilengkapi dengan uji yang lain.

2. RMSEA_THE ROOT MEAN SQUARE ERROR OF APPROXIMATION

RMSEA adalah sebuah indeks yang dapat digunakan mengkompensasi chi-square

statistik dalam sampel yang besar. Nilai RMSEA menunjukan goodness-of-fit yang

dapat diharapkan bila model diestimasi dalam populasi. Nilai RMSEA yang lebih

kecil atau sama dengan 0,08 merupakan indeks untuk dapat diterimanya degress of

freedom.

3. GFI-GOODNES of FIT INDEKS

GFI adalah analog dari R dalam regresi berganda. Indeks kesesuaian ini akan

(42)

statistika yang renatan akan nilai antara 0 ( poor fit ) sampai 1,0 ( perfect fit ). Nilai

yang tertinggi dalam indeks ini menunjukan “better fit”.

4. AGFI – ADJUST GOODNESS of FIT INDEKS

AGFI = GFI / df tingkat penerimaan yang direkomendasikan adalah bila AGFI

mempunyai nilai yang sama atau lebih besar dari 0,09. GFI maupun AGFI adalah

kreteria yang memperhitungkan proposi tertimbang dari varians dalam sebuah matriks

kovarians sampel. Nilai terbesar dapat diinterprestasiakan sebagai tindakan baik (

good overall model fit ) sedangkan besarnya nilai antara 0,09 – 0,95 menunjukan

tingkatan cukup ( adequate fit ).

5. CMIN / DF

Sebagai salah satu indikator untuk mengukur tingkat fitnya sebuah model. Dalam

hal ini CMNI / DF tidak lain adalah statistic chi-square, X² dibagi DF – nya sehingga

disebut X² relatif. Nilai X² relatif kurang dari 2,0 atau bahkan kurang dari 3,0 adalah

indikasi dari acceptabel fit antara model dan data. Nilai X² relative yang tinggi

menandakan adanya perbedaan yang signifikan antara matriks kovarians yang

diobservasikan dan diestimasi.

6. TLI – TUCKER LEWIS INDEKS

TLI adalah sebuah model yang diuji terhadap sebuah baseline model. Nilai yang

direkomendasikan sebagai acuan untuk diterima sebuah model adalah penerimaan ≥

(43)

7. CFI – COMPERATIF FIT INDEKS

Besaran indeks ini adalah pada rentang nilai sebesar 0 – 1, dimana semakin

mendekati 1, mengidentifiaksikan tingkat fit yang paling tinggi ( a very good fit ).

Nilai yang direkomendasi adalah CFI > 0,95 keunggulan dari indeks ini besarnya

tidak dipengaruhi oleh ukuran sempel oleh karena itu sangat baik untuk mengukur

tingkat penerimaan sebuah model. Indeks CFI adalah identik dengan relatif Non

Certrality ( RNI ).

Tabel 3.1 : Goodness of Fit Index

GOODNESS OF FIT INDEKS

KETERANGAN CUT – OFF

VALUE

X² - Chi – square Menguji apakah covariance populasi yang di estimasi sama dengan covariance sampel ( apakah model sesuai dengan data )

Diharapkan kecil 1 – 5 atau paling Baik antara 1 - 3

Probabilitas

Uji signifikansi terhadap perbedaan matriks covariance data dan matriks covariance yang diestimasi

Minimum 0,1 atau 0,2 atau ≥ 0,05

RMSEA Mengkompensasi kelemahan Chi-Square pada sampel besar

≤ 0,08

GFI

Menghitung proporsi tertimbang variance dalam matriks sampel yang dijelaskan oleh matriks covariance populasi yang diestimasi ( analog dengan R² dalam regresi berganda )

≥ 0,90

AGFI GFI yang disesuakan terhadap DP ≥ 0,90 CMIN / DF Kesesuaian antara data dan model ≤ 2,00 TLI Pembanding antara model ytang diuji

terhadap baseline model

≥ 0,95

CFI

Uji kelayakan model yang tidak sensitive terhadap besarnya sample dan kerumitan model

≥ 0,94

(44)

Uji Reabilitas

Reabilitas adalah ukuran mengenai konsitensi internal – internal dari sebuah indikator

– indikator sebuah konstruk yang menunjukan sampai dimana masing – masing indikator itu

mengidentifikasi sebuah konstruk atau faktor latent umum. Dengan kata lain bagaimana hal –

hal yang spesifik saling membantu dalam menjelaskan sebuah fenomena yang umum

Composite Reability diperoleh melalui rumus :

{ ∑ Std Loading }²

Construk Reability =

{ Std Loading }² + ∑

Є

i

Ket:

 Standart modeling didapat langsung dari standardized loading dari tiap – tiap

indikator.

 Єi adalah meansurement error dari tiap – tiap indikator.

Uji Varience Extracted

Ukuran reabilitas yang menunjukan jumlah varians dari indikato – indicator yang

diektraksi oleh konstruk latent yang dikembangkan. Nilai variance extracted ini

direkomendasikan pada tingkat ≥ 0,05.

∑ Std Loading ²

Variance Extracted =

Std Loading ² + ∑

Є

j

Ket :

 Standar loading dapat diperoleh langsung dari standardized loading untuk tiap – tiap indikator

(45)

Hair et.al, 1998 menjelaskan bahwa pola “ confirmatory “ menunjukan prosedur yang

dirancang untuk mengevaluasi utilitas hipotesis – hipotesis dengan pengujian fit antara

model teoritis dan data empiris. Jika model teoritis menyatakan “good fit” dengan data,

maka model dianggap sebagai yang diperkuat, Sabaliknya suatu model teoritis tidak

diperkuat apabila teori tersebut mempunyai suatu “poor fit” dengan data. Amos dapat

menguji apakah model “good fit” atau “poor fit. Jadi, “good fit” model yang diuji sangat

penting dalam penggunaan structural equation modeling. Pengujian terhadap model yang

dikembangkan dengan berbagai kreteria Goodness of Fit, yakni Chi-Square, Probabilitas, RMSEA, GFI, TLI, CFI, AGFI, CMIN / DF. Apabila model awal tidak goodfit dengan

data maka model dikembangkan dengan pendekatan Two-Step Approach to Goodness of Fit Indices.

3.1.3. Pengujian model dengan Two-Step Approach

Two-Step Approach to Strucural Equation Modeling ( SEM ) digunakan untuk

menguji model. Two-step Approach digunakan untuk mengatasi masalah sampel dan data

yang kecil dibandingkan dengan jumlah butir instrumentasi yang digunakan ( Hartline &

Ferrel,1996 ), dan keakuratan realibilitas indikator – indikator tebaik dapat dicapai dalam

Two-Step Approach ini. Two-Step Approach bertujuan untuk menghindari interaksi antar

model pengukuran dan model struktural pada One-Step Approach.

Yang dilakukan Two-Step Approach to SEM adalah : estemasi terhadap measurement

model dan estimasi terhadap structural model ( Anderson & Gerbin, 1988 ). Cara yang

digunakan dalam menganalisis SEM dengan Two-Step Approach adalah sebagai berikut :

(46)

indikator tersebut distandardisasi ( Z-score ) dengan mean = 0, devisiasi standart =

1, yang tujuannya adalah untuk mengeliminasi pengaruh – pengaruh skala yang

berbeda – beda tersebut ( Hair. al , 1998 ).

b Menetapkan error ( ε ) dan lamda ( λ ) terms, error terms dapat dihitung dengan

rumus 0,1 kali σ² dan lambda terms dengan rumus 0,95 kali σ ( Anderson &

Gerbing, 1998 ). Perhitungan construct reablitity ( σ ) telah dijelaskan pada bagian

sebelumnya dan deviasi standart ( σ ) dapat dihitung dengan bantuan program

aplikasi statistic SPSS. Setelah error ( ε ) dan lambda ( λ ) terms diketahui, skor –

skor tersebut dimasukkan sebagai parameter fix pada analisis model pengukuran

(47)

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian

Pada tahun 1975, ABC Central food didirikan oleh keluarga choo.

Langkah awal bisnis perusahaan ini dengan skala produksi kecil-kecilan di

pabriknya di Daan Mogot,Jakarta Barat.Tiga tahun kemudian, perusahaan ini

mulai memproduksi sirup dan setahun berikutnya (1979) membuat sambal dan di

lanjutkan tahun 1080 memproduksi saus.Mulai 1980-an, pasar yang di bidik

perusahaan ini makin meluas, dari semula Jabotabek, terus merambah ke pasar

nasional, bahkan beberapa produk tersebut sempat di ekspor, antara lain ke AS,

Kanada, Singapura, Hong Kong, Jepang, Arab Saudi,Belanda dan Inggris. Porsi

produk yang diekspor 5% - 8% dari total produksi.

Ketika perusahaan ini berkembang, Chu Sok Sam meninggal dunia tahun

1986.Tampuk pimpinan di serahkan pada Kogan Mandala , generasi

kedua.Ditangan Kogan, Perusahaan ini kian ekspansif dan kini mengoperasikan

tiga pabrik, yaitu di jalan Daan Mogot Km 12,Jakarta barat (sejak 1975), di

Karawang , Jawa Barat (sejak oktober 1995) dan di Pasuruan, Jawa Timur

(beroperasi 1998). Total area ketiga pabrik tersebut sekitar 450 ribu m2. Total

Investasinya sekitar US$ 38 juta, dengan modal perusahaan sekitar US$ 28 juta,

(48)

varian ini dibeli oleh Hj. HEINZ Co, perusahaan yang berada di pittsburg,

Amerika Serikat. HJ Heinz merogoh kocek sebesar US$ 70 juta. HJ Heinz yang

masuk lewat tangan Asia Pasific Investment Corporation dari AS dan Wheller

Resources Limited dari British Virgin Island. Menurut Rayendra manajemen

Heinz ABC, alasan penjualan saham pendiri bukanlah karena kesulitan keuangan,

melainkan agar produsen saus, kecap, dan sirup terbesar di Indonesia ini bisa

semakin berkembang dan dapat mempertahankan posisinya selaku pemimpin

pasar. Dengan masuknya Heinz, menurut Rayendra, terjadi perubahan terutama

dalam hal teknologi informasi, proses manufaktur, dan jaringan pasar

internasional.

Tidak lama kemudian, nama perusahaanpun berubah menjadi PT. HEINZ

(49)

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian

4.2.1. Gambaran Umum Keadaan Responden

Responden dalam penelitian ini adalah wanita berusia 20 tahun keatas

yang telah berkeluarga yang masih mengkonsumsi atau pernah mengkonsumsi

kecap Cap ABC di Surabaya Selatan dengan jumlah sebanyak 110 orang.

1. Deskripsi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner kepada 110 orang

responden diperoleh gambaran responden berdasarkan usia adalah sebagai

berikut :

Tabel 4.1.

Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

No Usia Jumlah Prosentase (%)

1 20-30 tahun 26 23,64

2 31-40 tahun 40 36,36

3 41-50 tahun 28 25,45

4 Diatas 51 tahun 16 14,55

Total 110 100 Sumber : Hasil penyebaran kuesioner

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa sebagian besar responden

dalam penelitian ini yakni wanita berusia 20 tahun keatas yang telah

berkeluarga yang masih mengkonsumsi atau pernah mengkonsumsi kecap

Cap ABC di Surabaya Selatan yaitu 60% wanita yang berusia dibawah 40

(50)

2. Deskripsi Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner kepada 110 orang

responden diperoleh gambaran responden berdasarkan pekerjaan adalah

sebagai berikut :

Tabel 4.2.

Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

No Pekerjaan Jumlah Prosentase (%)

1 PNS 21 19,09

2 Pegawai Swasta 24 21,82

3 Ibu Rumah Tangga 38 34,55

4 Lain-lain 27 24,55

Total 110 100 Sumber : Hasil penyebaran kuesioner

Tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden dalam

penelitian ini adalah konsumen yang memiliki aktivitas sebagai ibu rumah

tangga, hal tersebut ditunjukkan dengan jumlah sebanyak 38 orang atau

sebesar 34,55%, kemudian untuk konsumen yang memiliki pekerjaan selain

yang disebutkan diatas seperti pedagang, penjahit, buruh cuci dll berjumlah

27 orang atau sebesar 24,55%. Sisanya terbagi atas responden yang bekerja

sebagai pegawai swasta dan PNS sebesar 40,91%

4.2.2. Deskripsi Variabel Kinerja Merek (X1)

Kinerja merek merupakan kemampuan suatu merek untuk menarik

perhatian konsumen. Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner yang

dilakukan kepada para responden yang berjumlah 110 orang, diperoleh

(51)

Tabel 4.3.

Hasil Jawaban Responden untuk Pernyataan Kinerja Merek (X1)

Skor Jawaban No Pernyataan

1 2 3 4 5 Total

1 Harga kecap ABC Sesuai

dengan keinginan anda. 0 3 36 56 15 110

2 Kemasan kecap ABC cukup

menarik. 0 1 43 56 10 110

3

Tingkat daya tahan kecap ABC (rasa berubah setelah beberapa lama tidak dikonsumsi).

0 1 48 45 16 110

total 0 5 127 157 41

Sumber: Hasil Penyebaran Kuesioner (Lampiran 2)

Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner diketahui bahwa jawaban

yang diberikan oleh reseponden dapat dikatakan setuju terhadap

pernyataan yang diajukan mengenai kinerja merek. Hal tersebut

ditunjukkan dengan banyaknya responden yang memberikan jawaban pada

skor 4 dengan total sebanyak 157 jawaban. Situasi ini memberikan

gambaran bahwa harga kecap ABC Sesuai dengan keinginan konsumen.

Selain itu, kemasan kecap ABC cukup menarik dan tingkat daya tahan

kecap ABC (rasa berubah setelah beberapa lama tidak dikonsumsi).

4.2.3. Deskripsi Variabel Kepuasan Merek (X2)

Kepuasan yang didapat konsumen setelah menggunakan merek

tersebut. Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner yang dilakukan kepada

para responden yang berjumlah 110 orang, diperoleh jawaban dan dapat

(52)

Tabel 4.4.

Hasil Jawaban Responden untuk Pernyataan Kepuasan Merek (X2)

Skor Jawaban No Pernyataan

1 2 3 4 5 Total

1

Kualitas (mutu dan bahan baku) dari kecap ABC Telah sesuai dengan selera anda.

0 1 45 53 11 110

2

Menurut anda manfaat kecap ABC (sebagai pelezat masakan) telah sesuai dengan yang ditawarkan (sebagai pelezat masakan).

0 2 49 48 11 110

3

Dengan kecap ABC anda bisa lebih menghemat pemakaian dibandingkan dengan kecap lain.

0 1 39 61 9 110

total 0 4 133 162 31

Sumber: Hasil Penyebaran Kuesioner (Lampiran 2)

Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner diketahui bahwa jawaban

yang diberikan oleh reseponden dapat dikatakan setuju terhadap

pernyataan yang diajukan mengenai kepuasan merek. Hal tersebut

ditunjukkan dengan banyaknya responden yang memberikan jawaban pada

skor 4 dengan total sebanyak 162 jawaban. Ini menunjukkan bahwa

kualitas (mutu dan bahan baku) dari kecap ABC telah sesuai dengan selera

konsumen dan menurut konsumen manfaat kecap ABC (sebagai pelezat

masakan) telah sesuai dengan yang ditawarkan (sebagai pelezat masakan)

serta dengan kecap ABC responden bisa lebih menghemat pemakaian

dibandingkan dengan kecap lain.

4.2.4. Deskripsi Variabel Perpindahan Merek (Y)

Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner yang dilakukan kepada

para responden yang berjumlah 110 orang, diperoleh jawaban dan dapat

(53)

Tabel 4.5.

Hasil Jawaban Responden untuk Pernyataan Perpindahan Merek (Y) Skor Jawaban No Pernyataan

1 2 3 4 5 Total

1

Sebagai konsumen kecap, Anda sering mencoba kecap selain ABC jika kecap ABC tidak tersedia.

0 1 36 58 15 110

2

Dengan banyaknya merek kecap yang ada, sebagai konsumen, anda sering tertarik untuk mencoba kecap selain ABC.

0 5 39 54 12 110

3

Seiring pemakaian kecap, sebagai konsumen anda sering merasa bosan pada kecap ABC.

0 4 47 46 13 110

total 0 10 122 158 40

Sumber: Hasil Penyebaran Kuesioner (Lampiran 2)

Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner diketahui bahwa jawaban

yang diberikan oleh reseponden dapat dikatakan setuju terhadap

pernyataan yang diajukan mengenai perpindahan merek. Hal tersebut

ditunjukkan dengan banyaknya responden yang memberikan jawaban pada

skor 4 dengan total sebanyak 158 jawaban. Kondisi ini menggambarkan

bahwa sebagai konsumen kecap, sering mencoba kecap selain ABC jika

kecap ABC tidak tersedia dan dengan banyaknya merek kecap yang ada,

konsumen juga sering tertarik untuk mencoba kecap selain ABC meskipun

merasa puas atas kinerja kecap ABC karena terdorong oleh keinginan untk

mencoba. Seiring pemakaian kecap, sebagai konsumen responden acap

kali merasa bosan pada kecap ABC dan ingin mencoba variasi rasa yang

(54)

4.3. Deskripsi Hasil Analisis Dan Uji Hipotesis

4.3.1. Uji Normalitas

Uji normalitas sebaran dilakukan dengan Kurtosis Value dari data yang digunakan yang biasanya disajikan dalam statistik deskriptif. Nilai

statistik untuk menguji normalitas itu disebut Z-value. Bila nilai-Z lebih besar dari nilai kritis maka dapat diduga bahwa distribusi data adalah tidak

normal. Nilai kritis dapat ditentukan berdasarkan tingkat signifikansi 0,01

(1%) yaitu sebesar ± 2,58.

Hasil pengujian Normalitas pada penelitian ini akan ditampilkan

pada tabel berikut :

Tabel 4.6. Hasil Uji Normalitas

Variable min max kurtosis c.r.

y3 2,000 5,000 -,471 -1,009

y2 2,000 5,000 -,278 -,596

y1 2,000 5,000 -,531 -1,137

x21 2,000 5,000 -,550 -1,177

x22 2,000 5,000 -,475 -1,016

x23 2,000 5,000 -,355 -,760

x11 2,000 5,000 -,356 -,761

x12 2,000 5,000 -,487 -1,042

x13 2,000 5,000 -,786 -1,684

Multivariate -6,944 -2,706

Sumber : lampiran 3

Hasil uji menunjukkan bahwa nilai c.r. mutivariate tidak berada di

antara ± 2,58 itu berarti asumsi normalitas tidak terpenuhi, namun hal

tersebut bukan merupakan harga mati bila terdapat alasan empirik yang

menunjang.Adapun sebagian konsumen yang berpindah hanya karena coba

(55)

4.3.2. Evaluasi atas Outlier

Outlier adalah observasi atau data yang memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya dan

muncul dalam bentuk nilai ekstrim untuk sebuah variabel tunggal atau

variabel kombinasi (Hair,1998).

Multivariate outlier diuji dengan kriteria jarak Mahalanobis pada tingkat p < 0,001. Jarak diuji dengan Chi-Square [2] pada df sebesar jumlah variabel bebasnya (df = 9). Ketentuan : bila Mahalanobis > dari nilai 2 adalah multivariate outlier. Pada penelitian ini terdapat outlier

apabila nilai Mahalanobis distancenya > 27,887.

Untuk lebih memperjelas uraian mengenai evaluasi outlier multivariate berikut ini akan disajikan tabel Uji Outlier Multivariate :

Tabel 4.7.

Hasil Pengujian Outlier Multivariate

Residuals Statisticsa

25,54 97,11 55,50 17,681 110

-1,694 2,353 ,000 1,000 110

5,775 11,049 8,292 1,049 110

24,41 100,31 55,46 17,851 110

-57,332 55,268 ,000 26,550 110

-2,068 1,994 ,000 ,958 110

-2,150 2,080 ,001 1,004 110

-61,951 60,116 ,041 29,154 110

-2,191 2,115 ,001 1,010 110

3,741 16,328 8,918 2,493 110

,000 ,042 ,010 ,011 110

,034 ,150 ,082 ,023 110

Predicted Value

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Dependent Variable: No a.

Sumber : lampiran 4

Berdasarkan tabel di atas, setelah dilakukan pengujian diketahui

(56)

diputuskan dalam penelitian tidak terdapat outlier multivariate (antar variabel).

4.3.3. Deteksi Multicollinierity dan Singularity

Dengan mengamati Determinant matriks covarians. Dengan ketentuan apabila determinant sample matrix mendekati angka 0 (kecil), maka terjadi multikolinieritas dan singularitas (Tabachnick & Fidell,

1998).

Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan program AMOS

7.0 diperoleh hasil Determinant of Sample Covariance Matrix adalah > 0 yaitu sebesar 7.166 mengindikasikan tidak terjadi multikolinieritas dan

singularitas dalam data ini sehingga asumsi terpenuhi.

4.3.4. Uji Validitas dan Reliabilitas

Validitas menyangkut tingkat akurasi yang dicapai oleh sebuah

indikator dalam menilai sesuatu atau akuratnya pengukuran atas apa yang

seharusnya diukur. Sedangkan reliabilitas adalah ukuran mengenai

konsistensi internal dari indikator-indikator sebuah konstruk yang

menunjukkan derajat sampai dimana masing-masing indikator itu

mengindikasikan sebuah konstruk yang umum.

(57)

Tabel 4.8.

Faktor Loading dan Konstruk dengan Confirmatory Factor Analysis

Faktor Loading

Berdasarkan hasil confirmatory factor analysis terlihat bahwa

factor loadings masing masing butir pernyataan yang membentuk setiap

construct sebagian besar > 0.5, sehingga butir-butir instrumentasi setiap konstruk tersebut dapat dikatakan validitasnya cukup baik dan dapat diterima. Koefisien Cronbach’s Alpha dihitung untuk mengestimasi reliabilitas setiap skala (variabel atau indikator observarian).

Sementara itu item to total correlation digunakan untuk memperbaiki ukuran-ukuran dan mengeliminasi butir-butir yang

kehadirannya akan memperkecil koefisien Cronbach’s Alpha yang dihasilkan.

(58)

Tabel 4.9.

Pengujian Reliability Consistency Internal

Konstrak Indikator Item to Total Correlation

Hasil pengujian reliabilitas konsistensi internal untuk setiap

construct di atas menunjukkan hasil yang baik dimana koefisien koefisien

Cronbach’s Alpha yang diperoleh sebagian besar memenuhi rules of thumb yang disyaratkan yaitu > 0.7 (Hair et.al.,1998).

Selain melakukan pengujian konsistensi internal Cronbach’s Alpha, perlu juga dilakukan pengujian construct reliability dan

variance extracted. Kedua pengujian tersebut masih dalam koridor uji konsistensi internal yang akan memberikan peneliti kepercayaan diri yang

lebih besar bahwa indikator-indikator individual mengukur suatu

pengukuran yang sama. Construct reliability dan Variance-extracted

dihitung dengan rumus sebagai berikut:

[ StandardizeLoading]

Construct Reliability =

[ Standardize Loading] + j]

[Standardize Loading2]

Variance Extracted =

(59)

Sementara j dapat dihitung dengan formula j = 1 – [ Standardize loading ] secara umum, nilai construct reliability yang dapat diterima adalah  0,5 (Hair at, 1998). Standardize loading dapat diperoleh dari output AMOS 7, dengan melihat estimasi setiap construct standardize regression weight terhadap setiap butir sebagai indikatornya.

j = 1 - [Standardize Loading]2

Hasil pengujan Construct Reliability dan Variance Extraced dalam penelitian ini akan ditampilkan pada tabel berikut:

Tabel 4.10.

Construct Reliability & Variance Extrated

Konstrak Indikator

Hasil pengujian reliabilitas instrumen dengan construct reliability

dan variance extracted menunjukkan instrumen reliabel, yang ditunjukkan dengan nilai construct reliability sebagian besar  0,7, dan variance extracted yang diperoleh sebagian besar menunjukkan nilai diatas 0,50. Yang artinya seluruh instrumen yang digunakan pada penelitian ini telah

Gambar

Gambar 4.1. Model Pengukuran Kausalitas One Step Approach .............  50
Tabel 1: Top Brand Indeks Kecap
Tabel 2: Market Share Kecap ABC
Gambar 1 : Model sederhana perilaku konsumen
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hal tersebutlah yang membuat Dana Pihak Ketiga dari bank hanya tersimpan dan tidak tersalurkan secara maksimum, dalam data yang didapatkan penyaluran kredit yang

Untuk itu perlu dikaji mengenai efektifitas iklan yang berkaitan dengan peringatan dan persuasi dapat diketahui melalui riset tentang dampek komunikasi. (Durianto, 2003 :

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengaruh job satisfaction terhadap turnover intention dengan continuance commitment sebagai variabel intervening

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa kegiatan pembelajaran menggunakan hypnoteaching berjalan dengan baik dan lancar meskipun

Teknik Bentuk Instrumen Contoh Instrumen Alokasi Waktu Sumber Belajar 2.1 Menganalisis besaran fisika pada gerak dengan kecepatan dan percepatan konstan Gerak Lurus

Seluruh staf tata usaha dan non-edukatif Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata: Mbak Ike, Mbak Tatik, Mas Inang, Mas Gandhi dan Mas Supriyadi yang telah

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi: (1) kesiapan pelaksanaan micro teaching pada program studi Pendidikan Teknik Mesin; (2) penyiapan kelompok

Tindakan yang seyogyanya dilakukan direksi bank BJB dalam pengelolaan perbankan dikaitkan dengan penerapan prinsip kolektif kolegial adalah selain tugas-tugas atau