• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBINAAN KEPATUHAN PESERTA DIDIK PADA NORMA SEKOLAH : Studi Kuantitatif Penggunaan Alat Pendidikan Oleh Guru Dalam Membina Kepatuhan Peserta Didik Pada Norma Sekolah di SMU KOPRI Kotamadya Banjarmasin.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBINAAN KEPATUHAN PESERTA DIDIK PADA NORMA SEKOLAH : Studi Kuantitatif Penggunaan Alat Pendidikan Oleh Guru Dalam Membina Kepatuhan Peserta Didik Pada Norma Sekolah di SMU KOPRI Kotamadya Banjarmasin."

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBINAAN KEPATUHAN PESERTA DIDIK

PADA NORMA SEKOLAH

( Studi Kualitatif Penggunaan Alat Pendidikan Oleh Guru Daiam Membina Kepatuhan Peserta Didik

Pada Norma Sekolah di SMU KORPRI

Kotamadya Banjarmasin)

TESIS

Diajukan Kepada Panitia Ujian Tesis

Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bandung

Untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Program Pasca Sar jana Bidang Studi Pendidikan Umum

Oleh SARBAINI

9332056

PROGRAM PASCA SAR JANA I K I P BANDUNG

(2)

TESIS INI TELAH DISETUJUI DAN DISAHKAN

UNTUK DIAJUKAN PADA UJIAN TAHAP I

PEMBIMBING I

DR.H.M.I. SOELAEMAN

(3)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI iii

BAB I. PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah. 1

B. Fokus dan Pertanyaan Penelitian 13

C. Definisi Operasional 17

D. Tuduan dan Manfaat Penelitian 18

BAB II. LANDASAN KONSEPTUAL DALAM MENELAAH GURU MEMBINA KEPATUHAN PESERTA DIDIK PADA NORMA

SEKOLAH DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN UMUM.. 22

A. Telaah Konseptual Pendidikan Umum 22

1. Pengertian Pendidikan Umum 22

2. Tuduan Pendidikan Umum 28

B. Telaah Konseptual Landasan Guru Daiam Membina Kepatuhan Peserta Didik Pada

Norma Sekolah 34

1. Sekolah dan Norma-Norma 34

a. Pengertian Sekolah 34

b. Sekolah dan Sosialisasi Norma.... 35

c. Norma-Norma Sekolah. 43

2. Kepatuhan Peserta Didik Pada Norma

Sekolah. 49

a. Pengertian Kepatuhan 49

b. Latar Belakang Kepatuhan Peserta

Didik Pada Norma Sekolah 50

c. Dinamika Perkembangan Kepatuhan

Peserta Didik Pada Norma Sekolah 57

3. Kewibawaan Guru 62

4. Penggunaan Alat Pendidikan Oleh Guru Daiam Membina Kepatuhan Peserta Didik

Pada Norma Sekolah 69

a. Teori dan Pendekatan Acuan Bagi Penggunaan Alat Pendidikan Daiam Kepatuhan Peserta Didik Pada Norma

Sekolah 69

b. Alat Pendidikan yang Digunakan Da-lam Membina Kepatuhan Peserta Didik

(4)

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 90

A. Metode Penelitian 90

B. Lokasi dan Subdek Penelitian 92

C. Sumber dan Jenis Data 95

D. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen

Penelitian 96

E. Pemeriksaan Keabsahan Data 102

F. Tahap-Tahap Penelitian 106

BAB IV. HASIL PENELITIAN 113

A. Profil Lokasi Penelitian 115

B. Deskripsi, Interpretasi dan Analisis

Ha-sil Penelitian 119

1. Pandangan Guru Terhadap Peserta Didik

yang Patuh Pada Norma Sekolah 119

2. Penataan Situasi Pendidikan Untuk

Membina Kepatuhan Peserta Didik Pada

Norma Sekolah 134

3. Alasan Guru Menata Situasi Pendidikan

Untuk Membina Kepatuhan Peserta Didik

Pada Norma Sekolah 150

4. Landasan Kebijakan yang Mendadi Acuan

Guru Daiam Menata Situasi Pendidikan

Untuk Membina Kepatuhan Peserta Didik

Pada Norma Sekolah . 161

5. Tindakan Pendidikan Sebagai Alat Pen didikan yang Digunakan Guru Daiam Membina Kepatuhan Peserta Didik Pada

Norma Sekolah 172

6. Saat Tindakan Sebagai Alat Pendidikan Digunakan Guru Untuk Membina Kepatuh

an Peserta Didik Pada Norma Sekolah.. 187

7. Latar Belakang Tindakan Sebagai Alat Pendidikan yang Digunakan Guru Daiam Membina Kepatuhan Peserta Didik Pada

Norma Sekolah 195

BAB V. PEMBAHASAN, KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 205

A. Pembahasan 205

B. Keterbatasan Penelitian 214

C. kesimpulan 215

D. Rekomendasi 218

KEPUSTAKAAN 218

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia dan pendidikan, tidaklah dapat

dipisahkan.

sebab pendidikan merupakan upaya manusia untuk

memanusia-wikan

manuBia. Oleh karena itu pendidikan

bukan

sekedar

kemungkinan,

melainkan merupakan suatu

keharusan,

untuk

dapat

hidup, lebih tepat lagi, untuk dapat hidup

sebagai

manusia (M.I. Soelaeman : 1994 : 166 ). Bilamana manusia,

tidak

mendapat pendidikan, sulit dibayangkan dapat

hidup

terus, apalagi mendadi manusia yang mampu

melaksanakannya

dengan penuh tanggung jawab daiam dunia yang kompleks.

Ja-di manusia daiam konteksnya dengan penJa-diJa-dikan adalah manu

sia

yang harus dididik, dapat dididik dan akhirnya

diha-rapkan mampu mendidik dirinya sendlri. Itulah

manifestasi

manusia sebagai insan pendidikan.

Sekaitan

dengan manusia sebagai

insan

pendidikan

yang membutuhkan pendidikan sebagai upaya pe'nlngkatan

kua-litas hidupnya sebagai manusia.Ada beberapa persoalan yang

perlu

digarisbawahi, seperti yang dikemukakan

oleh

M.I.

Soelaeman ( 1994 : 164 ) :

PfiT'tama: bahwa pendidikan itu pada dasarnya merupa

kan suatu perbuatan atau tindakan, mengundang

pertanya-an,

apa yang dimaksud dengan perbuatan

atau

tindakan

itu;

apakah

tindakan tersebut bersifat

sepihak

atau

timbal

ballk, apakah tindakan itu bersifat

menentukan

sepenuhnya atau masih ada hal-hal lain yang turut

mem-pengaruhi

berhasil-tidaknya tindakan

pendidikan

itu,

dan selanjutnya; untuk maksud atau tujuan apa

tindakan

itu dilaksanakan.

(6)

Ketiga: Untuk mencapai tuduan pendidikan itu, apa sada-kah, bahan pendidikan apakah, pengetahuan dan

kemahir-an apakah, sifat, sikap dkemahir-an karateristik apakah, gam-baran pribadi yang bagaimanakah yang diharapkan

dimi-liki terdidik kelak?

Keempat: Bahwa tindakan yang dilakukan oleh seseorang

terhadap seseorang menyiratkan suatu pertanyaan menge-nai siapa orangnya yang mendidik dan yang dididik itu

dan lebih landut apa sebenarnya dan bagaimana

karakter-istik dan slfat orang yang dimaksud; pertanyaan ini

cu-kup mendasar dan lebih merupakan persoalan antropologi.

Lima: Di mana dan daiam keadaan atau situasi bagaimana tindakan pendidikan itu diambil.

Kelima persoalan di atas, muatan maknanya daiam suatu

pe-laksanaan pendidikan amat dipengaruhi oleh pandangan

filo-sofis yang dianut oleh seseorang, pengelola, lembaga,

ma-syarakat dan bangsa yang melaksanakan pendidikan itu. Demikian pula dengan pelaksanaan pendidikan di In

donesia adalah berdasarkan pada pandangan filosofisnya,

yaitu Pancasila dan UUD 1945. Dengan berdasarkan pada

Pan-casila dan UUD 1945, pelaksanaan pendidikan Indonesia

ber-upaya membantu perkembangan kemampuan dan meningkatkan

ke-hidupan dan martabat manusia Indonesia, mendadi sosok ma

nusia yang diharapkan, yakni seperti yang dikehendaki oleh

Tuduan Pendidikan Nasional daiam UU RI NO.2 Tahun 1989 dan

GBHN Tahun 1993.

Ada pun sosok manusia Indonesia yang diharapkan

tersebut menurut UU RI No.2 tahun 1989 adalah :

...manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan

Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki

pengetahuan dan keterampilan, kesehatan dasmanI dan ro-hani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung dawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Sedangkan daiam Ketetapan MPR No.II/MPR/1993 Tentang GBHN,

(7)

Pendidikan adalah :

..-manusia yang beriman dan bertaqwa tehadap Tuhan

Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur,

berkepribadian,

berdisiplin, bekerda keras, tangguh, bertanggungdawab,

mandiri,

cerdas dan terampil serta sehat dasmani

dan

rohani, cinta Tanah Air, tebal semangat kebangsaan dan

kesetiakawanan sosial, percaya kepada diri sendiri,

serta sikap dan perilaku inovatif, kreatif, manusia

pembangunan yang membangun diri sendiri serta

bersama-sama bertanggungdawab atas pembangunan bangsa.

Manakala dikadi telik, rumusan sosok manusia yang diha

rapkan daiam UU RI No.2 Tahun 1989 dan GBHN 1993, maka so

sok manusia tersebut meliputi dirinya < Soeprapto, 1993 :

50 ) sebagai "pribadi, sebagai warga masyarakat dan bangsa

dan sebagai tenaga pembangunan ".

Dengan demikian, daiam konteksnya pada

pelaksanaan

pendidikan, maka manusia Indonesia daiam posisinya sebagai

pribadi,

baik sebagai pendidik maupun peserta didik

hen-daknya secara bersama-sama dapat meningkatkan kemampuannya

daiam membawa diri, daiam hubungannya dengan Tuhan Yang

Maha Esa, hingga mendadi manusia yang beriman dan bertaqwa

terhadap Tuhan Yang Maha Esa, serta mendadi manusia yang

sehat dasmani dan rohani.

Sebagai warga masyarakat dan warga bangsanya, pen didik dan peserta didik diharapkan meningkatkan kemampuan

nya daiam menanggapi segala persoalan daiam lingkungannya

dan mampu mengkomunikasikan dengan baik, untuk itu diha

rapkan berbudi pekerti luhur, berkepribadian, bertanggung

dawab. cinta Tanah Air, tebal semangat kebangsaan dan rasa

kesetiakawanan sosial. Sebagai tenaga pembangunan, pendi

dik

dan peserta didik diharapkan bekerda keras,

tangguh,

(8)

rumusan tuduan ini mencakup ( Soeprapto, 1993 : 52 ) :

1. Kemampuan pengungkapan diri ( self realization) 2. Kemampuan hubungan sesama ( human relationship)

3. Kemampuan bersikap

ekonomis ( economic efficien

cy )

4. Kemampuan bertanggungdawab kewarnegaraan (

civic-responbility ).

Oleh karena itu, daiam suatu pelaksanaan pendidik

an,

peserta didik sebagai manusia yang sedang

"mendadi"

dan sebagai aset nasional yang potensial haruslah mendapat

bimbingan, pengembangan dan peningkatan sesuai dengan

Tu

duan Pendidikan Nasional.

Salah satu aspek sosok manusia yang diharapkan dan

dikehendaki daiam Tuduan Pendidikan Nasional adalah sosok

manusia yang berdisiplin. Berarti daiam diri sosok manusia

Indonesia diharapkan dan dikehendaki tumbuh, berkembang

dan

meningkatkan nilai disiplin daiam

perilakunya.

Oleh

karena itu, aspek sosok manusia yang berdisiplin

mendadi

salah satu sasaran daiam pelaksanaan pendidikan nasional.

Daiam rangka mencapai sosok manusia yang berdisip

lin,

maka

sekolah dengan segala upaya,

hendaknya

mampu

menciptakan lingkungan yang kondusif bagi tumbuh,

berkem

bang,

dan meningkatnya nilai disiplin,

sehingga

mendadi

disiplin

diri ( self-discipline ) daiam perilaku

peserta

didik.

Dapat dikatakan sebagai suatu indikasi bahwa suatu

sekolah telah tumbuh dan berkembang nilai disiplin daiam

perilaku peserta didiknya, antara lain terdapatnya perila

(9)

sendiri ( Darddi Darmodiharddo, 1982 : 8-9 ) adalah "

si-kap mental yang mengandung kerelaan untuk mematuhi keten-tuan, peraturan dan norma yang berlaku daiam menunaikan tugas dan tanggung dawab ", atau pun menurut Utami

Mu-nandar ( Ashar, S.M, 1982 : 2 ) sebagai " kesadaran diri

untuk mentaati nilai, norma dan aturan yang berlaku daiam

lingkungannya". Dengan adanya kepatuhan peserta didik pada

norma sekolah, akan mewududkan lingkungan sekolah yang

tertib, teratur, tentram, efektif dan efisien daiam

menca-pai tuduannya. Sebagaimana dikemukakan oleh M. Ddawad

Dahlan ( 1982 : 62 ) bahwa :" Disiplin lebih merupakan as

pek kepribadian. Disiplin itu sendiri merupakan motif un

tuk dapat hidup teratur ( need for order ), berprestasi

( need for achievement ), tekun, ulet dan tabah ( need

for endurance)".

Lingkungan sekolah dengan indikator kedisiplinan

yang dikemukakan tersebut, akan membentuk kehidupan ter

tib, teratur,tentram, efektif dan efisien daiam lingkungan

sekolah dan lingkungan masyarakat. Demikian pula

sebalik-nya, bilamana kehidupan daiam sekolah kurang tertib,

ku-rang teratur, dan kurang tentram, maka akan melahirkan

ke-resahan daiam lingkungan sekolah itu sendiri, dan duga

akan mendalar ke lingkungan masyarakat, khususnya ling

kungan masyarakat yang berdekatan dengan lingkungan seko

lah. Demikian pula halnya di lingkungan sekolah tingkat

(10)

Masalah pembinaan disiplin, terutama agar

menumbuh-kembangkan kepatuhan peserta didik pada norma sekolah men

dadi lebih penting lagi, apalagi di lingkungan sekolah pa

da tingkat SMA, di mana peserta didik umumnya berada pada

taraf transisi, baik segi fisik, sosial dan maupun

emosi-onal. Sebagaimana dinyatakan oleh Alexander ( 1981 : 8 )

bahwa masa transisi ini membuat "the middle school years a

periode of emotional turmoil". Selain itu peserta didik di

tingkat SMA lazimnya berusia remada ( adolescence ), yang

menurut Ralp L.Mosher ( 1986, A.Kosasih Ddahiri,1992 :10 )

bahwa masa adolesence adalah " masa khusus untuk penentuan

peringkat nilai masa ini adalah masa idealisme,

exlusive selfishness, hedonisme, bertendensi untuk selalu

berekspresi dan gedolak ke arah 'erosion of conventional

moral". Oleh karena itu, masalah disiplin, daiam hal ini

kepatuhan peserta didik pada norma sekolah pada tingkat

SMA ini,dipandang sebagai sesuatu yang rawan bagi

tumbuh-kembangnya perilaku peserta didik yang tidak patuh pada

norma sekolah.

Sehubungan dengan itu, hasil laporan PPL BP

Maha-siswa Jurusan PPB FIP IKIP Bandung di beberapa SMA

Kotama-dya Bandung ( 1988 ) telah menundukkan adanya bentuk peri

laku peserta didik yang kurang disiplin di daiam lingkung

an sekolah, seperti membolos dari sekolah, malas beladar,

senang menyontek, sering tidak memperhatikan peladaran,

(11)

sering tidak mengerdakan tugas dan sering tidak mengikuti peladaran tertentu. Perilaku yang kurang disiplin tersebut

menundukkan bahwa sebagian peserta didiknya tidak patuh

pada norma yang berlaku di sekolah.

Bahkan Saiful Bahri ( 1994 : 6 ) dari hasil

peneli-tiannya di SMA menundukkan bahwa kecendrungan siswa SMA

yang dikeluhkan pihak pendidik dan orang tua adalah mun-culnya perilaku-perilaku siswa yang dapat mengganggu ke-pentingan orang lain. Perilaku tersebut berbentuk

perkela-hian, mengucapkan kata-kata yang tidak sopan, corat-coret

dengan kata-kata gambar-gambar yang tidak senonoh,

membo-los dari sekolah, merusak fasilitas beladar ( bangku, meda

dan buku peladaran ) bahkan sampai tindakan melawan guru

atau orang tua.

Berbagai ketidakpatuhan peserta didik daiam perila

kunya di lingkungan sekolah, sebagaimana yang diungkapkan

dari hasil penelitian di atas, telah menegaskan apa yang

dikemukakan oleh Crow dan Crow ( 1953 : 173, 1960 : 313 )

tentang perilaku yang dianggap para guru sebagai "types of

disciplinary problems" dan " behavior difficulties related

to school experiences" ( Crow and Crow, 1956 : 178 ) atau

menurut Henry Clay Lindgren ( 1956 : 170 ) sebagai "child

ren's behavior problems " dan "misbehavior" sebagaimana

dikemukakan oleh Yelon dan Weintein ( 1977 : 379 ).

Namun dari kasus seperti dikemukakan oleh M.A

Liwo-so ( 1989 :2 ) daiam hasil penelitiannya, menundukkan bah

(12)

raya dan diamankan di kantor polisi,

dan kebanyakannya

adalah siswa SLTA yang berumur antara 16 sampai 17

tahun.

Selain itu terdapatnya kasus-kasus kenakalan para

peserta

didik, meningkatnya korban dari kenakalan para peserta di

dik, perkelahian massal antar peserta didik, peserta didik

yang bergerombol pada jam belajar di luar lingkungan seko

lah, seperti di tempat-tempat umum, sebagaimana

dipublika-sikan media massa, menundukkan adanya perilaku kurang

di

siplin dari peserta didik di luar lingkungan sekolah.

Mi-salnya berita pemerasan yang dilakukan oleh siswa

meresah-kan wali murid ( Pikiran Rakyat, 27 Desember 1994, halaman

4 ). Kejadian-kejadian itu menggambarkan bahwa peserta di

dik, bukan saSa tidak patuh pada norma sekolah, tetapi

su-dah

melangkah lebih jauh lagi, yakni melanggar norma

ma-syarakat.

Adanya perilaku peserta didik yang tidak patuh pada

norma yang berlaku, tidak hanya di daiam lingkungan seko

lah,

bahkan juga di luar sekolah,

menimbulkan keresahan

dan pertanyaan. Pertama, mengakibatkan masyarakat

sering-kali

mengkaitkannya dengan kredibilitas sekolah/guru

da-lanf membina kepatuhan peserta didik pada

norma

sekolah.

Seperti munculnya beberapa anggapan yang menyatakan bahwa

"sekolah-sekolah kita dewasa ini, sangat mengabaikan fung

al

sosialisasi" ( Harsya Bahtiar, daiam Media

Indonesia,

10 April 1993 ),

demikian pula terhadap anggapan bahwa

"alasan-alasan pembangunan telah memaksa sekolah dan

(13)

di mana mengadar dipandang lebih krusial dari mendidik ".

( Tim pengkadi IKIP Jakarta, 1990 : 26-27 ). Kedua,

menimbulkan pertanyaan, mengapa perilaku peserta didik

sampai sedemikian itu ? Padahal peserta didik dikehendaki

mematuhi semua peraturan yang berlaku. Apa sebenarnya yang

bergedolak daiam diri peserta didik ?. Adanya berbagai

ke-reasahan dan pertanyaan demikian, tidaklah mendadikan se

kolah, daiam hal ini guru melepaskan diri dari

tanggungda-wabnya untuk melakukan pembinaan terhadap kepatuhan peser

ta didik pada norma sekolah.

Secara konseptual dan berbagai hasil penelitian,

memang menundukkan bahwa sekolah mempunyai kontribusi

da-lam mengenalkan, menumbuhkan, memelihara dan meningkatkan

nilai-nilai disiplin peserta didik, termasuk antara lain

kepatuhan peserta didik pada norma-norma di sekolah.

Sekolah dianggap sebagai salah satu institusi yang

tepat dan memiliki tanggung dawab bagi transfer nilai-ni

lai , sistem keyakinan, pengetahuan-pengetahuan,

sentimen-sentimen, pola-pola perilaku dari satu generasi ke

genera-si berikutnya. Selaras dengan fungsi semacam itu, maka se

kolah, menurut Wuraddi, ( 1988 : 31 ), adalah : " memiliki

fungsi sosialisasi, daiam mana pola perilaku generasi muda

tidak boleh menyimpang dari pola perilaku serta nilai-ni

lai dan norma-norma yang berlaku daiam masyarakat ". Untuk

itu daiam diri peserta didik perlu dipelihara dan

diting-katkan kepatuhan pada nilai-nilai dan norma-norma yang

berlaku, demikian pula nilai-nilai dan norma-norma di

(14)

sekolah.

Penumbuhan kepatuhan peserta didik pada nilai-nilai

dan

norma-norma, oleh sekolah di mulai dengan

pengenalan

pada peraturan-peraturan dan tata tertib yang harus

dita-ati oleh peserta didik. Kepatuhan daiam mematuhi peraturan

dan tata tertib semacam itu menurut Wuraddi ( 1988: 92-93)

adalah " sangat diperlukan bagi anak, karena kelak apabila

anak telah terdun berperan daiam lingkungan sosial yang

lebih luas, penuh dengan masalah otoritas dan

kedisiplin-an.

Upaya

sekolah daiam menumbuhkan kepatuhan

peserta

didik

pada norma sekolah atas dasar kesadaran daiam

diri

sendiri, dikemukakan dari hasil penelitian dari Syamsu

Yu-suf

( 1989 : 99 ). Hasil penelitian tersebut

mengungkap-kan bahwa sekolah termasuk di dalamnya guru, besar

andil-nya daiam menumbuhkan disiplin diri kepada peserta

didik.

Dengan

demikian penting sekali peranan sekolah,

demikian

duga

guru untuk selain menumbuhkan, duga

memelihara

dan

meningkatkan

kepatuhan pada norma sekolah daiam

perilaku

peserta didik.

Adanya perilaku yang kurang patuh pada norma se

kolah dari peserta didik, yang tidak hanya

di daiam ling

kungan

sekolah, tetapi sudah mendalar ke luar

lingkungan

sekolah,

dan

anggapan bahwa sekolah

telah

mengabaikan

fungsi sosialisasi dan mendidiknya, menimbulkan

pertanya

an

apa sebenarnya yang dilakukan oleh sekolah/guru

daiam

melaksanakan fungsi sosialisasi,bahkan daiam hal mendidik?

(15)

yang dilakukan sekolah/guru daiam melaksanakan sosialisasi

norma atau mendidikkan norma, yakni upaya yang dilakukan

sekolah/guru membina kepatuhan peserta didik pada norma di

sekolah.

Adanya perilaku ketidakpatuhan peserta didik pada

norma sekolah dan adanya anggapan minor bahwa sekolah/guru

mengabaikan fungsi sosialisasi ataupun fungsi mendidikkan

norma, tentu berhubungan dengan upaya-upaya yang dilakukan

sekolah/guru daiam membina kepatuhan peserta didik pada

norma sekolah. Salah satu upaya yang dilakukan sekolah/gu

ru adalah dengan menggunakan alat pendidikan,yakni melalui

penataan situasi yang dan tindakan yang dilakukan.

Penataan situasi dan tindakan yang dilakukan guru

yang semula didasari oleh tanggung dawab untuk membina

kepatuhan, bukan menghasilkan kepatuhan seperti diha

rapkan, dustru malah menimbulkan ketidakpatuhan. Sebagai

mana dinyatakan oleh Crow dan Crow ( 1956 : 180, 1960 :

318 ) bahwa penyebab dari "behavior difficulties" adalah

antara lain berhubungan dengan elemen-elemen dari situasi

di mana behavior difficulties ditundukkan. Demikian pula

oleh Yelon dan Weinstein ( 1977 : 380-381 ) yang

mende-laskan bahwa penyebab dari "misbehavior" adalah berhubung

an dengan berbagai hal dengan situasi kelas. Sedangkan

tindakan yang digunakan guru, malah menimbulkan pula keti

dakpatuhan peserta didik, seperti yang dikemukakan Henry

(16)

Direct treatment of behavior problem seldom gets at its source; it is seldom based on any genuine attempt to understand the motivation and behavior children. Futhermore, it usually increases the fear that children have for adults and, with preadolescents and adoles cents, may aggravate the aggresive, rebellious behavior that is so common during theses stages of development.

Berarti bahwa perilaku guru dapat mendadi salah satu

vari-abel yang dapat menimbulkan menyimpangnya perilaku peserta

didik ( Cole and Chan : 1987, Biggs and Telfer : 1987 ).

Sekaitan dengan upaya sekolah/guru, yang walaupun

didasari tanggung dawab untuk membina kepatuhan peserta

pada norma sekolah, namun adakalanya daiam penggunaan alat

pendidikan, yakni daiam menata situasi dan tindakan yang

dilakukan, malah menimbulkan ketidakkepatuhan, maka atas

dasar hal demikian timbul suatu permasalahan: " Alat

pendidikan apa sebenarnya yang di gunakan guru daiam mem

bina kepatuhan peserta didik pada norma sekolah ?".

Kon-sekuensi dari pertanyaan itu menghendaki bahwa upaya guru

daiam membina kepatuhan peserta didik pada norma sekolah

dengan menggunakan alat pendidikan patut diteliti dan

di-telaah, karena guru, khususnya para guru yang bergerak

da-lam bidang Pendidikan Umum,mempunyai peran dan andil yang

penting daiam upaya membina kepatuhan peserta didik pada

norma yang berlaku di sekolah, sebagai bagian dari

pemben-tukan pribadi yang disiplin.

Selain itu penting untuk menggambarkan upaya yang

dilakukan guru daiam membina kepatuhan peserta didik pada

norma yang berlaku daiam lingkungan sekolah, baik di

(17)

lain

daiam upaya memelihara dan

meningkatkan

kepatuhan

peserta

didik pada norma sekolah peserta, hingga

mendadi

perilaku yang dimilikinya sendiri.

Upaya

guru

membina kepatuhan peserta

didik

pada

norma

sekolah adalah sebagai upaya pemeliharaan

dan

pe-ningkatan kepatuhan peserta didik

pada norma sekolah yang

didasarkan atas kesadaran diri pribadi atau sebagai priba

di yang berdisiplin atas dasar self-disiplin. Hal ini

se-suai

dengan

rumusan tuduan Pendidikan Umum

dari

Philip

H.Phenix ( 1964:8) yaitu :

A

complete

person should be skilled in the

use

of

speech symbol and gesture, factually well informed, ca

pable of creating and appreciating

objects of esthetic

significance, endowed with a rich and disciplined

life

in" relation

to

self and others, able

to

make

wise

decision and dudge

between

right and wrong and

posse-sed of an integral out look.

B. Fokus dan Pertanyaan Penelitian

Upaya

guru

membina

kepatuhan

peserta didik pada

norma sekolah dengan menggunakan alat pendidikan di

ling

kungan sekolah adalah amat penting,karena guru dan peserta

didik

mempunyai peranan yang saling

melengkapi.

Peranan

guru dan peranan peserta didik memang tidak dapat

ditentu-kan atau dilaksanaditentu-kan, kecuali daiam hubungannya satu sama

lain.

Sebagaimana dikemukakan oleh J.W, Getzels dan

H.A.

Thelen

(

1960, A.Morrison dan D.McIntyre, ed,1972 : 18 ) :

Roles

are complementary. The are

interdependent

in

that

each

role

derives its meaning

from

the

other

related

roles. In sense, a role is a prescription

not

only

for

the given role-incumbent but

also

for

the

incumbents of other roles within the institutions

and

for related outside the institutions.Thus, for example,

the role of teacher and the role of pupil cannot be de

(18)

Dengan demikian peranan yang diharapkan terhadap guru, ti

dak hanya ditudukan pada peranan peserta didik untuk patuh

pada norma yang berlaku di sekolah, tetapi guru diharapkan

dirinya sendiri patuh pada norma sekolah yang berlaku. Ka

rena kepatuhan guru pada norma sekolah adalah sudah menda

di kewadiban dan tanggung dawabnya, demikian pula harapan

guru

agar peserta didik patuh pada norma

sekolah

adalah

haknya. Jadi pada peranan guru tersebut melekat hak, kewa

diban, dan tanggung dawab. Demikian pula peranan peserta

didik, maka peserta didik wadib untuk patuh pada norma se

kolah, dan bertanggungdawab terhadap peranannya,

lebih-le-bih kalau melanggar norma sekolah.

Oleh karenanya daiam membina kepatuhan peserta di

dik terhadap norma yang berlaku di lingkungan sekolah, di

kehendaki sekolah/guru mampu menata situasi dan tindakan

yang dilakukan guru mencerminkan figur guru yang berwibawa

dan patut mendadi teladan bagi peserta didik, sehingga

baik situasi dan tindakan yang dilakukan guru mendukung

bagi terwududnya kepatuhan peserta didik pada norma

seko

lah. Daiam hal ini, Emile Durkheim ( daiam Cheppy, 1988 :

114 ) menyatakan:

bahwa guru harus mendadi suara, simbol dan contoh da ri disiplin dan sanksi, baik daiam upaya mendadi

lam-bang anak, sebagai tahap kunci dari kehidupan moral dan

sosial, maupun untuk memungkinkan guru dan kelas meme-nuhi tugas sehari-hari mereka dengan mewududkan

keter-tiban dan efisiensi.

Upaya guru daiam membina kepatuhan peserta didik

pada

norma

sekolah dengan menggunakan

alat

pendidikan,

(19)

agar mendadi sadar norma atau self-discipline, sehingga

dari situasi yang dltata dan tindakan dari alat pendidikan

yang digunakan akan membantu tahap kepatuhan peserta didik

dari tahap menganggap kepatuhan sebagai keharusan, mendadi

kelayakan, bahkan diharapkan mendadi keyakinan.

Demi mempertegas masalah penelitian yang dikemuka

kan, maka perlu ditentukan fokus yang akan diteliti.

Ada-pun yang dimaksud fokus, menurut Lincoln dan Guba ( 1985 :

226 ) adalah "masalah daiam penelitian

kualitatif".Sedang-kan maksud yang ingin dicapai daiam penetapan fokus pene

litian menurut Lexy. J. Moleong ( 1985 : 54 ), adalah un

tuk " (1) membatasi studi dan (2) memenuhi kriteria

mema-sukkan-mengeluarkan sesuatu informasi yang baru diperoleh

di lapangan. Atas dasar hal demikian, maka fokus daiam pe

nelitian ini adalah penataan situasi dan tindakan guru se

bagai alat pendidikan yang digunakan guru daiam membina

kepatuhan peserta didik pada norma sekolah. Penetapan fo

kus tersebut didasari alasan bahwa meskipun terdapat upaya

daiam membina kepatuhan peserta didik pada norma sekolah,

namun kalau penataan situasi maupun tindakan guru daiam

pembinaan kepatuhan itu tidak menumbuh-kembangkan

self-disc iplin bahkan menekan need of self-self-discipline, maka bu

kanlah menghasilkan kepatuhan, tetapi ketidakpatuhan pe

serta didik pada norma sekolah.

Penataan situasi dan tindakan yang dilakukan guru

(20)

adalah sebagai upaya untuk menumbuhkan, memelihara dan me

ningkatkan self-discipline peserta didik, sehingga

terben-tuk sosok pibadi berdisiplin, baik dilihat prinsip

sosial-itas, individualitas maupun norma yang berlaku. Namun upa

ya tersebut daiam perspektif Pendidikan Umum adalah bagian

dari berbagai upaya pendidikan untuk menumbuhkan,

memeli

hara, mengembangkan dan meningkatkan

potensi

yang ada pada

manusia,

secara terintegrasi, menudu pribadi

yang

utuh,

atas dasar dan sebagai manifestasi nilai iman dan taqwa.

Salah

satu

potensi tersebut antara lain

adalah

potensi

kepatuhan yang merupakan dasar dari perilaku disiplin.

Dengan

demikian salah satu potensi yang harus

di-tumbuh-kembangkan oleh Pendidikan Umum daiam membina

pri

badi

yang

utuh adalah membina pribadi

yang

berdisiplin

yang

bersumber pada nilai iman dan taqwa. Dari

pembinaan

itu, diharapkan terwudud pribadi yang secara ridho

meneri-rima, mengakui dan mematuhi norma-norma yang mengatur

ke

hidupan manusia, baik daiam kehidupan pribadi maupun kehi

dupan sosial, sebagai pancaran norma Ilahi.

Guna

menggali lebih daiam fokus

penelitian,

maka

diadukan pertanyaan-pertanyaan pokok penelitian :

1. Apa yang dilakukan guru daiam menata situasi pendidikan

untuk membina kepatuhan peserta didik pada norma

sekolah ?

2. Apakah alasan guru menata situasi pendidikan sedemikian

(21)

3. Apa landasan kebidakan yang mendadi acuan guru daiam

menata situasi pendidikan untuk membina kepatuhan pe

serta didik pada norma sekolah ?

4. Tindakan apa sada dari alat pendidikan yang digunakan

guru daiam membina kepatuhan peserta didik pada norma

sekolah ?

5. Kapan tindakan sebagai alat

pendidikan itu,

digunakan

guru daiam membina kepatuhan peserta didik pada norma

sekolah ?

6. Apakah latar belakang tindakan yang digunakan guru se

bagai alat pendidikan daiam membina kepatuhan peserta

didik pada norma sekolah ?

C. Definisi Operasional

Demi untuk mempertegas rumusan masalah dan

memper-tadam kegiatan penelitian, maka istilah-istilah yang digu

nakan perlu dibuat definisi operasionalnya, antara lain :

1. Membina Kepatuhan

Di daiam penelitian ini, istilah membina kepatuhan

digunakan daiam arti upaya yang dilakukan guru daiam

meng-gunakan alat pendidikan, yaitu melalui penataan situasi dan tindakan yang dilakukan, agar peserta didik

melaksana-kan dan tidak melanggar norma sekolah. Dari upaya membina

kepatuhan ini diharapkan dapat tumbuh, terpelihara dan me-ningkat self-dicipline daiam mematuhi norma sekolah.

Istilah kepatuhan daiam penelitian ini digunakan

daiam arti kepatuhan peserta didik yang didasari oleh

ke-percayaan, kesadaran, kerelaan dan keihlasan daiam

(22)

guru di sekolah, melalui penggunaan alat pendidikan.

2. Peserta Didik

Peserta didik adalah siswa yang terdaftar di seko

lah yang mendadi lapangan penelitian.

3. Norma Sekolah

Yang dimaksud dengan norma sekolah adalah ketentu-an-ketentuan tertulis yang mengatur tugas dan kewadiban

peserta didik di lingkungan ( tata tertib sekolah )

seko

lah dan ketentuan-ketentuan yang tidak tertulis yang meng

atur cara-cara bergaul ( tata krama ) di lingkungan seko

lah.

4. Penggunaan Alat Pendidikan

Maksud penggunaan alat pendidikan daiam penelitian ini diartikan sebagai tindakan-tindakan dan penataan situ

asi yang dilakukan guru, agar peserta didik melaksanakan

dan tidak melanggar norma sekolah. Tindakan yang dilakukan

guru antara lain daiam bentuk teladan, anduran,

pemberita-huan, pembiasaan, gandaran dan hukuman, sedangkan penataan situasi meliputi penataan situasi fisik, sosial dan

psiko-logis di lingkungan sekolah.

D. Tuduan Dan Manfaat Penelitian

1. Tuduan Penelitian, adalah :

a. Memperoleh gambaran tentang upaya yang dilakukan gu

ru daiam menata situasi pendidikan guna membina

kepatuhan peserta didik pada norma sekolah.

(23)

peserta didik pada norma sekolah.

c. Menggali landasan kebidakan yang mendadi acuan guru

daiam menata situasi pendidikan daiam membina kepa

tuhan peserta didik pada norma sekolah.

d. Memperoleh deskripsi mengenai bentuk-bentuk tindakan

dari alat pendidikan yang digunakan guru daiam mem

bina kepatuhan peserta didik pada norma sekolah.

e. Mengetahui kapan guru menggunakan bentuk-bentuk tin

dakan dari alat pendidikan daiam membina kepatuhan

peserta didik pada norma sekolah.

f. Menggali latar belakang digunakannya alat pendidikan

oleh guru daiam bentuk-bentuk tindakan guna membina

kepatuhan peserta didik pada norma sekolah.

Dari tuduan penelitian ini diharapkan akan

menemu-kan suatu pola yang dapat digunamenemu-kan bagi pengembangan

kon-sep atau prinsip acuan daiam pembinaan kepatuhan peserta

didik pada norma sekolah. Konsep atau prinsip demikian da

pat didadikan sebagai satu pola alternatif bagi sekolah

maupun lembaga-lembaga pendidikan lainnya, terutama daiam

membina kepatuhan pada norma-norma daiam perspektif Pendi

dikan Umum. Selain itu pola pembinaan kepatuhan peserta

didik dengan konsep atau prinsip acuannya diharapkan dapat

mendadi pola pembinaan awal dari rangkaian pembinaan Di

siplin Nasional.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

(24)

dilakukan guru daiam perilaku disiplin,khususnya kepatuhan

peserta didik pada norma sekolah, baik daiam penataan si

tuasi dan tindakan dari alat pendidikan. Penelitian ini

diharapkan duga mendadi rintisan awal untuk lebih menelaah

berbagai upaya sekolah daiam menata situasi dan

mengguna-kan alat pendidimengguna-kan daiam melakumengguna-kan sosialisasi dan indi

vidual isasi norma bagi pengembangan pribadi peserta didik

yang berdisiplin.

b. Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat pula

member! sumbangan daiam hal-hal penataan situasi dan peng

gunaan alat pendidikan yang bersifat praktis dan nyata, umumnya daiam upaya membina perilaku disiplin, khususnya

kepatuhan peserta didik pada norma sekolah, yang menudu

pada perilaku "self-discipline". Dengan demikian hal-hal tersebut melahirkan bahan-bahan pemikiran yang berguna ba gi pengembangan kebidakan-kebidakan maupun program-program Pendidikan Umum di sekolah, daiam membina pribadi peserta

didik.

c. Manfaat Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran

yang utuh tentang upaya guru daiam membina peserta didik

agar patuh pada norma sekolah, melalui cara-cara penataan situasi dan penggunaan alat pendidikan. Sekolah memperoleh bahan masukan atau bahan banding serta bahan kadian daiam

upaya lebih mengembangkan dan meningkatkan pembinaan yang

(25)

dilakukan guru daiam perilaku disiplin,khususnya kepatuhan

peserta didik pada norma sekolah, baik daiam penataan

si

tuasi

dan tindakan dari alat pendidikan.

Penelitian

in!

diharapkan duga mendadi rintisan awal untuk lebih menelaah

berbagai upaya sekolah daiam menata, situasi dan

mengguna-kan alat pendidimengguna-kan daiam melakumengguna-kan sosialisasi dan

indi-viduasi norma bagi pengembangan pribadi peserta didik yang

berdisiplin.

b. Manfaat Prakt i s

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat pula

memberi sumbangan daiam hal-hal penataan situasi dan peng

gunaan

alat pendidikan yang bersifat praktis

dan

nyata,

umumnya

daiam upaya membina perilaku disiplin,

khususnya

kepatuhan

peserta didik pada norma sekolah,

yang

menudu

pada

perilaku "self-discipline". Dengan demikian

hal-hal

tersebut melahirkan bahan-bahan pemikiran yang berguna ba

gi pengembangan kebidakan-kebidakan maupun program-program

Pendidikan Umum di sekolah, daiam membina pribadi

peserta

didik.

c. Manfaat Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran

yang

utuh tentang upaya guru daiam membina peserta

didik

agar patuh pada norma sekolah, melalui cara-cara

penataan

situasi dan penggunaan alat pendidikan. Sekolah memperoleh

bahan masukan atau bahan banding serta bahan kadian

daiam

(26)

norma sekolah.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan

dan memperkaya maupun sebagai umpan balik bagi guru maupun

daiam upaya membina kepatuhan pada norma sekolah, sehlngga

dapat

lebih memperluas wawasan dan meningkatkan lagi

im-plementasi

kegiatan dan cara-cara pembinaan yang

dilaku

kan.

e. Manfaat Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan lebih memotivasl peneli

tian berikutnya, khususnya peneliti pribadi, baik sebagai

bahan masukan, memperluas wawasan dan mendalami kadian

pe-nerapan prinsip sosialltas dan individualltas nilai, moral

(27)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

pende

katan

kualitatif. Pendekatan ini dilakukan

pada

situasi

lapangan

penelitian

yang bersifat

alamiah,

sebagaimana

adanya,

tanpa dimanipulasi, terutama terhadap

data

yang

dikumpulkan. Sebab pendekatan kualitatif merupakan

cermi-nan

filsafat post-positivisme atau filsafat

fenomenologi

yang

menekankan pada pemahaman ( verstehen ) dan

pengha-yatan

terhadap perilaku manusia daiam

kehidupan

sehari-hari. Oleh karena itu,penggunaan pendekatan kualitatif

da-lam

meneliti

suatu

masalah adalah

tepat,

kalau

untuk

mengetahui dan memahami apa yang sebenarnya terdadi

daiam

situasi dan proses yang alami.

Berdasarkan pandangan di atas, maka penggunaan pen

dekatan

kualitatif dipandang sesuai dengan fokus

masalah

penelitian, dengan beberapa alasan, antara lain : (1)

pe

nelitian ini mengambil latar di daiam dan di luar kelas di

mana alat pendidikan digunakan guru daiam membina kepatuh

an peserta didik pada norma sekolah. Untuk memahami bagai

mana guru menggunakan alat pendidikan itu, pendekatan kua

litatif dipandang sangat tepat,karena pendekatan ini lebih

memberi

penekanan pada proses guna

mendawab

(28)

pertanyaan penelitian tentang apa yang dilakukan, mengapa

hal itu dilakukan,dan bagaimana cara melakukannya; (2)

melalui pendekatan kualitatif yang menekankan perlunya

menciptakan hubungan yang harmonis ( rapport ) antara peneliti dengan subdek penelitian, serta dengan keberadaan

peneliti di daiam dan di luar kelas saat pergaulan antara

guru dan peserta didik akan teramati penggunaan alat pendidikan yang dilaksanakan guru secara wadar; dan (3) penelitian ini duga ingin mengungkap kebidakan guru ten tang penggunaan alat pendidikan daiam membina kepatuhan

peserta didik pada norma sekolah. Untuk memahami bagaimana

kebidakan guru tentang penggunaan alat pendidikan daiam

membina kepatuhan peserta didik pada norma sekolah. perlu

digunakan pendekatan kualitatif, karena pendekatan ini

mengutamakan pandangan menurut pendirian masing-masing.

Daiam pelaksanaan penelitian kualitatif terdapat

tiga tipe studi kasus ( Bogdan dan Biklen, 1982 : 59-51 )

yaitu : (1) historical organizational case studies, (2)

observational case studies, dan (3) life history. Histo

rical organizational case studies ( studi kasus historis

keorganisasian ) yang memusatkan perhatiannya pada organi

sasi tertentu daiam waktu yang lama, menelusuri suatu or

ganisasi atau peristiwa sejak awal pertumbuhannya. Obser

vational case studies ( studi kasus yang bersifat

penga-matan ) yang memusatkan perhatiannya pada organisasi ter

tentu atau pada aspek tertentu dari organisasi, antara la

(29)

< sebuah kelas,ruang dewan guru, kafetaria ), (b) satu ke

lompok orang khusus ( tim basket, tim guru ) dan (c) kegi

atan sekolah ( perencanaan kurikulum, kegiatan ekstra ).

Life history ( riwayat hidup ) yang memusatkan perhatian

nya

pada peristiwa yang menyangkut riwayat hidup

seorang

tokoh.

Tipe studi kasus yang diterapkan daiam penelitian

ini ialah observational case studies, karena yang mendadi

fokus studinya adalah penggunaan alat pendidikan, daiam

hal ini penataan situasi sekolah dan tindakan yang dilaku

kan

oleh guru daiam membina kepatuhan peserta didik

pada

norma sekolah. Daiam arti yang tidak ketat, maka apa

yang

mendadi fokus studi daiam penelitian ini adalah menyangkut

organisasi sekolah, dengan bagian yang mendadi fokusnya

adalah penggunaan alat pendidikan oleh guru sebagai

kegi

atan sekolah. Para guru dipandang sebagai bagian organisa

si sekolah daiam bentuk satu kelompok orang khusus,sedang

kan penggunaan alat pendidikan di luar kelas dan di daiam kelas adalah sebagai bentuk dari tempat tertentu di daiam

organisasi sekolah.

B. Lokasi dan Subdek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Untuk meneliti penggunaan alat pendidikan oleh

guru

daiam

membina kepatuhan peserta didik pada norma

sekolah

di seluruh SMU Swasta Kotamadya Bandarmasin, dengan

meng

gunakan pendekatan kualitatif bukanlah hal yang mudah

un

(30)

keterbatasan, antara lain waktu studi,biaya dan kemampuan.

Oleh karena itu mengingat keterbatasan waktu studi,

biaya dan kemampuan serta agar penelitian yang dilakukan

lebih

mendalam dan menyeluruh, maka

penelitian

terhadap

penggunaan alat pendidikan oleh guru daiam membina kepa

tuhan peserta didik pada norma sekolah di SMU Swasta,

ha

nya dilaksanakan pada sebuah sekolah sada, dan yang

dipi-lih adalah SMU KORPRI Kotamadya Bandarmasin.

Adapun penentuan sekolah yang mendadi lokasi

pene-nelitian itu ditentukan melalui berbagai pertimbangan

an

tara lain :

1. Menurut Kepala Kantor Depdikbud Kotamadya Bandarmasin

termasuk sebagai sekolah yang dipandang baik daiam mem bina kepatuhan peserta didik pada norma sekolah.

2. Dipimpin oleh seorang kepala sekolah yang telah

menda-bat

sedak sekolah didirikan hingga

sekarang.

Berarti

kepala sekolah itu telah begitu mengetahixi seluk beluk

penggunaan alat pendidikan yang digunakan di sekolahnya

daiam membina kepatuhan peserta didik pada norma

seko-kolah.

3. Sekolah

itu

terletak

di daerah pinggiran dan peserta

didiknya sebagian besar berasal dari kalangan bawah

da-lam kategori sosial ekonomi, namun dapat

menyedajarkan

diri daiam mencapai prestasi pada kegiatan intra dan

kegiatan ekstra kurikuler, antara lain prestasi bela

dar, pramuka, paskibraka, ksenian dan olah raga.

(31)

memberikan

informasi dan

kesediaan untuk langsung

di-amati serta memungkinkan peneliti sesering mungkin ber

ada di lapangan.

5. Menurut masyarakat

di lingkungan

sekolah itu, sekolah

ini

termasuk kategori sekolah yang berdisiplin

tinggi

daiam menanamkan kepatuhan pada norma sekolah.

Jadi pemilihan sekolah yang menjadi lokasi penelitian ada

lah didasari pertimbangan repxitasi sekolah di antara seko

lah swasta yang ada di Kotamadya Banjarmasin,terutama yang

seusianya.

Selain itu pendapat masyarakat

di

lingkungan

sekolah itu dan kemudahan serta keramahan yang

diberikan.

Sebagaimana

yang

dilakukan oleh Sara Lawrence

Lighfoot

( 1983 : 11 ) daiam menentukan sekolah yang menjadi lokasi

penelitian, yakni :

Our

selection not scientific. Mo random

sample

was

taken, no large-scale opinions survey were sent out

in

order

to have identify good schools. They were

chosen

because

ol their reputation among school

people

the

high

opinion

of them shared by their

inhabitans

and

surrounding

comunities, and because the

offered

ea-.v

and generous entry. 2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian penelitian ditentukan secara

pur

posive,

yakni subjek yang ditentukan langsung oleh

pene

liti, karena bertalian dengan masalah dan tujuan peneliti

an.

Spradley

( daiam Sanapiah Faisal, 1990 :

57-58

)

mengemukakan beberapa kriteria yang perlu

dipertimbangkan

daiam memilih subjek penelitian, antara lain :

1- Subjek yang telah cukup lama dan intensif "

menya-tu

dengan suatu kegiatan atau "medan aktivitas "

yang menjadi sasaran perhatian peneliti

(32)

lingkungan/kegiatan yang mendadi sasaran atau

per-hatian peneliti.

3. Subdek yang mempunyai cukup banyak waktu atau

ke-sempatan untuk dimintai informasinya.

4. Subdek yang sebelumnya tergolong masih "asing" de

ngan peneliti sehingga peneliti dapat merasa lebih

tertantang

untuk "beladar" sebanyak mungkin

dari

subdek yang semacam "guru baru" bagi dirinya.

Berdasarkan hal demikian dan pengamatan selama di

lapang-an, maka subdek penelitian dipilih adalah kepala

sekolah,

guru yang relatif senior dan aktif-terlibat daiam

membina

kepatuhan peserta didik pada norma sekolah, bersedia serta

mempunyai waktu untuk memberi informasi. C. Sumber dan Jenis Data

Menurut Lofland dan Lofland ( 1984 : 47, L.J.

Mole-ong,1988 : 95 - 96 ) bahwa sumber dan denis data yang uta

ma daiam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindak

an,

selebihnya adalah data tambahan, seperti dokumen

dan

Iain-lain.

Sumber

data yang diperlukan daiam

penelitian

ini

terdiri dari dua bagian :

a. Sumber

data

primer

yaitu kata-kata dan tindakan yang

diperoleh

dari : ( 1 ) situasi alami ( wadar

)

yang

terdadi di lingkungan sekolah yang mendadi tempat pene

litian, baik situasi fisik, sosial maupun psikolologis,

( 2 ) Pimpinan sekolah dan para guru senior serta

para

peserta didik.

b. Sumber data sekunder adalah segala data yang diperlukan

dan dipandang menundang data primer, meliputi

(33)

Sedangkan data penelitian diperoleh dari (1) hasil

penga-matan

langsung peneliti sendiri terhadap penggunaan

alat

pendidikan oleh guru daiam membina kepatuhan peserta didik

pada norma sekolah baik di daiam kelas atau di luar kelas,

(2) hasil wawancara dengan Pimpinan sekolah, para guru dan

peserta didik yang dimintai keterangannya tentang

penggu

naan alat pendidikan di daiam dan di luar kelas daiam sua

sana yang wadar, dan (3) hasil studi dokumentasi

terhadap

dokumen-dokumen

dan

foto-foto

yang

berhubungan

dengan

penggunaan alat pendidikan oleh guru pada peserta didik

daiam membina kepatuhan pada norma sekolah.

D.

Teknik Pengumpulan Data Dan Instrumen Penelitian

1. Observasi

Teknik ini digunakan oleh peneliti agar dapat

ber-hubtingan secara langsung dengan dengan subdek

penelitian,

sehingga

dapat melihat langsung apa yang terdadi

di

la-pangan. Patton ( daiam S.Nasution, 1988 : 59-60 )

mengemu-kakan beberapa manfaat penggunaan observasi daiam

pengum

pulan data, sebagai berikut :

1. Dengan berada di lapangan peneliti lebih mampu me

mahami konteks data daiam keseluruhan situasi.

2. Pengalaman langsung memungkinkan peneliti

menggu

nakan pendekatan induktif, dadi tidak

dipengaruhi

oleh konsep-konsep atau pandangan sebelumnya.

3. Peneliti

dapat

melihat

hal-hal yang kurang atau

tidak diamati orang lain,khususnya orang yang ber

ada

daiam lingkungan itu, karena

telah

dianggap

"biasa" dan karena itu tidak akan terungkap

daiam

wawancara.

4. Peneliti dapat menemukan hal-hal yang sedianya ti

dak akan terungkap oleh responden daiam

wawancara

karena bersifat sensitif atau ingin ditutupi kare

na dapat merugikan nama lembaga.
(34)

6. Daiam lapangan penelitian tidak hanya dapat

menga-adakan pengamatan akan tetapi duga memperoleh

ke-san-kesan pribadi.

Adapun hal-hal yang diobservasi daiam penelitian

ini adalah :

1. Situasi fisik sekolah, daiam hal ini tataan keadaan fi

sik sekolah.

2. Situasi sosiologis dan psikologis sekolah, daiam hal

ini latar belakang pendidikan guru dan pergaulan kepala

sekolah, guru dengan siswa.

3. Tindakan guru daiam membina kepatuhan peserta didik pa

da norma sekolah di luar kelas dan di daiam kelas.

Daiam

penelitian ini teknik

observasi

dilakukan,

selain observasi partisipasi pasif,kadang-kadang duga ikut

serta secara wadar melalui berbagai kegiatan, misalnya

ra-pat bulanan sekolah dan upacara pengibaran bendera.

Observasi partisipasi pasif dilakukan terhadap

pe-ristiwa-peristiwa yang berlangsung, khususnya yang

berka-itan dengan data-data yang diperlukan, misalnya di luar

kelas pada waktu sebelum dam peladaran dimulai, saat

upa

cara hari Senin, saat pelaksanaan senam kesegaran jasmani,

saat

dam istirahat dan pulang sekolah, meliputi

berbagai

tindakan guru terhadap peserta didik yang terlambat datang

ke

sekolah, tidak lengkap pakaian seragam,

merokok,

dan

membolos,

maupun terhadap peserta didik yang aktif

daiam

kegiatan sekolah, daiam hal ini yang aktif di paskibra se

kolah,

olah raga. Observasi duga dilakukan di ruang

guru

dan terhadap tindakan guru di daiam kelas, daiam hal dila

(35)

antara lain guru yang mengadar mata peladaran Pendidikan

Agama Islam, Sedarah, Kimia, Biologi,Bahasa Indonesia.

2. Wawancara

Wawancara digunakan utuk memperoleh data-data me

lalui percakapan antara pewawancara dengan yang

diwawan-carai daiam nuansa hubungan yang bersifat pribadi, sehing

ga pewawancara dapat mengetahui persepsi tentang dunia

ke-nyataan dan memasuki dunia pikiran dan perasaan yang

diwa-wancarai. Maksud diadakannya wawancara, menurut Lincoln

dan Guba ( 1985 : 266 ) antara lain; " mengkonstruksi

mengenai orang, kedadlan, kegiatan, organisasi, perasaan,

motivasi, tuntutan, keperdulian, dan lain sebagainya.

Adapun tuduan dari dilakukannya wawancara ( A.

Son-haddi, 1994 : 63 ) adalah untuk memperoleh konstruksi yang terdadi sekarang tentang orang, kedadian, aktivitas, orga

nisasi, perasaan, motivasi, pengakuan, kerisauan dan seba

gainya; rekonstruksi keadaan tersebut berdasarkan penga

laman masa lalu; proyeksi keadaan tersebut yang diharapkan terdadi pada masa yang akan datang; dan verifikasi, penge-cekan dan pegembangan informasi.

Daiam penelitian ini wawancara dilakukan bervariasi

dan melihat momen, dimana akan melakukan wawancara secara

Informal, atau wawancara dengan menggunakan petunduk umum

wawancara, dan wawancara baku terbuka. Daiam pelaksanaan

(36)

dan wawancara baku terbuka ( S.Nasution, 1988 :" 74 ).

Adapun masalah-masalah yang digali daiam penelitian ini dengan menggunakan teknik wawancara adalah :

1. Latar belakang tataan situasi fisik, sosiologis dan

psiklogis sekolah.

2. Pandangan terhadap peserta didik yang patuh dan tidak

patuh pada norma sekolah.

3. Tindakan-tindakan yang dilakukan guru sebagai alat pen

didikan daiam membina kepatuhan peserta didik pada nor

ma sekolah.

4. Latar belakang tindakan-tindakan yang digunakan guru

sebagai alat pendidikan daiam membina kepatuhan peserta

didik pada norma sekolah.

Daiam pelaksanaan wawancara ini, dibantu oleh alat perekam

dan catatan kecil, untuk membantu lebih melengkapi data

yang digali.

Subdek penelitian yang diwawancarai adalah Kepala

sekolah, guru senior, aktif terlibat dan bersedia

diwawan-rai yakni Wakasek Kurikulum dan Humas merangkap sebagai

guru PPKN dan Tata Negara, Wakasek Kesiswaan sekaligus gu

ru Olahraga, Wakasek Sarana merangkap guru Bahasa Indone

sia, guru Bahasa Inggeris sekaligus sebagai Bendahara Se

kolah, petugas BP dan Guru Kimia sekaligus wali kelas IIIA2

serta peserta didik yang patuh dan siswa yang sering ter™

lambat sekolah, duga orang tua siswa yang patuh.

3. Studi Dokumenter

Tehnik pengumpulan data ini digunakan sebagaimana

(37)

menyatakan bahwa sumber informasi yang berupa dokumen dan

rekaman cukup bermanfaat, karena, antara lain: (1) merupa

kan sumber data yang stabil, kaya, dan mendorong, (2)

ber-guna sebagai bukti pengudian,(3) sifatnya alamiah, (4) re

latif murah dan tidak sukar diperoleh, dan (5) tidak

reaktif.

Data yang akan dikumpulkan melalui studi

dokumen-ter adalah dokumen-dokumen dokumen-tertulis dan photo-photo.

Doku-mentasi tertulis adalah (1) Laporan penyelenggaraan pene

rimaan murid baru dan penataran P4 tahun 1995/1996,(2) Ta

ta tertib sekolah, (3) Buku Kasus, (4) Buku Jurnal Pelak

sanaan Program Bimbingan dan Konseling, dan Iain-lain se

perti contoh surat keterangan terlambat, alat penilaian

lomba kegiatan 7 K Caturwulan I, lampiran doa yang

dibaca-kan setiap upacara di hari Senin, pernyataan siswa baru

untuk mentaati dan mematuhi semua peraturan dan tata ter

tib sekolah, surat pemberitahuan dan pemanggilan terhadap

orang tua siswa tentang putera/puteri mereka telah mela

kukan pelanggaran dan untuk membicarakan dalan

pemecahan-nya.

Sedangkan foto-foto yang dikumpulkan adalah

foto-foto yang menggambarkan (1) bentuk dan tataan bangunan se

kolah,^) reputasi yang dicapai sekolah, (3) taman-taman

kelas, (4) suasana siswa dan guru melakukan aksi kebersih

an pada hari Jum'at, (5) saat siswa istirahat dan beladar,

(6) suasana upacara dan pemberian hadiah pada kelas dan

(38)

dasma-ni,(8)

suasana paskibra sedang melaksanakan

latihan

dan

siswa

yang

berlatih menaikkan bendera saat

jam

sekolah

usai, (9) siswa dan hasil kaligrafinya, (10 ) tata

tertib

praktikum, (11) tindakan-tindakan guru terhadap siswa yang

terlambat datang ke sekolah, membolos,dan siswa yang

naik

bersyarat.

4. Peneliti Sebagai Pengumpul Data Penelitian

Ketiga teknik pengumpulan data yang diuraikan

ada

lah

teknik untuk menjaring data, sedang yang

mengunakan-nya

adalah peneliti sendiri. Hal ini merupakan ciri

dari

penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif,

dimana

yang mengumpulkan data penelitian adalah peneliti sendiri.

Hal ini didukung oleh pernyataan Subino ( 1988 : 10 ) yang

mengemukakan

bahwa

: " Alat pengumpul data

yang

paling

tepat digunakan daiam penelitian kualitatif ialah manusia,

karena

perilaku manusia paling tepat direkam dengan

alat

manusia jxiga ".

Daiam peranannya sebagai pengumpul data

penelitian

yang utama, maka pada peneliti, melekat ciri-ciri

sebagai

berikut ( S. Nasu-tion, 1992 : 55-56 ) :

a. Peka

dan

dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari

lingkungan yang harus diperkirakan bermakna atau

tidak

bagi penelitian.

b. Dapat

menyesuaikan

diri

terhadap semua aspek keadaan

dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus.

c

Dapat memahami situasi daiam segala seluk-beluknya

se

(39)

d. Mampu

menghayati situasi yang melibatkan interaksi ma

nusia.

e. Dapat segera menganalisis data yang diperoleh.

f. Dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data yang dikum

pulkan maupun sebagai balikan untuk memperoleh

penegas-an, perubahpenegas-an, perbaikan atau penolakan.

Ciri-ciri

umum yang hampir tidak berbeda

mengenai

manusia sebagai instrumen penelitian dikemukakan oleh L.J.

Moleong

(

1988 : 103 ) yang mengutip pendapat

Cuba

dan

Lincoln

( 1981 : 128 - 150 ), yaitu responsif, dapat

me-nyesuaikan,

menekankan

keutuhan, mendasarkan

diri

pada

pengetahuan, memproeses data secepatnya, dan

memanfaatkan

kesempatan untuk mengklasifikasi dan mengikhtisarkan,

dan

memanfaatkan kesempatan mencari respon yang tidak lazim.

E. Pemeriksaan Keabsahan Data

Pemeriksaan keabsahan data pada dasarnya

memperso-alkan seberapa meyakinkan keterpercayaan hasil

penelitian

dapat memenuhi suatu kriteria. Untuk menetapkan

keabsahan

data diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pe

meriksaan

tersebut

didasarkan

pada

4

kriteria

guna

memeriksa keterpercayaan suatu hasil penelitian (

Lincoln

dan Guba, 1985 : 290 ) yaitu : nilai kebenaran ( truth va

lue ),kemamputerapan ( applicability ),ketaatasasan ( con

sistency

) dan kenetralan ( neutrality ). Sedangkan

Lexy

J. Moleong ( 1988 : 147 ) mengemukakan 4 kriteria yang di

gunakan untuk memeriksa keabsahan data yakni: deradat

ke

(40)

ketergantungan ( dependability ) dan kepastian (

confirma-bility ).

Dengan mengacu pada kriteria-kriteria yang

dikemu-kan baik oleh Guba dan Lincoln dan Lexy J.Moleong, maka

teknik pemeriksaan yang dilakukan untuk menetapkan keab

sahan hasil penelitian didasarkan atas kriteria-kriteria

sebagai berikut :

1. Kredibilitas

Kriteria kredibilitas ini berfungsi, (1) melaksana

kan Inkuiri sedemikian rupa, sehingga tingkat keterperca

yaan penemuannya dapatlah dicapai, (2) menundukkan deradat

kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan dalan pembuktian

oeh peneliti pada kenyataan-kenyataan yang sedang

diteli-ti.

Daiam melaksanakan kriteria kredibilitas ini untuk

memeriksa keabsahan data hasil penelitian dilakukan member

check dan triangulasi.

Member check adalah kegiatan di mana responden me

meriksa kembali catatan lapangan yang peneliti berikan,ba

ik itu hasil observasi dan wawancara, agar data yang dibe

rikan mendadi lebih sesuai dengan apa yang dimaksud oleh

responden, setelah diperiksa, diperbaiki maupun ditambah

dan dikurangi, setelah itu responden menandatangani dan

diketahui oleh Kepala sekolah.

(41)

( 1988 :112 ) menyatakan bahwa " data itu harus diakui dan

diterima kebenarannya oleh sumber informasi, dan

selandut-nya data tersebut duga harus dibenarkan oleh sumber atau

informan lain ".

Triangulasi adalah proses untuk mencek kebenaran

suatu

informasi dengan menggali informasi

dari

berbagai

pihak, agar hasil penelitian dapat dipercaya. Dengan demi

kian tuduan dari triangulasi ini adalah untuk

memverifika-si atau mengkonfirmamemverifika-si informasi.

Triangulasi yang dilaksanakan daiam penelitian ini

dilakukan daiam dua bentuk, yaitu triangulasi sumber dan

triangulasi metode. Triangulasi sumber dilaksanakan dengan

cara menggali data yang sama dari beberapa sumber. Sedang

kan

triangulasi

metode dikerdakan dengan

menggali

data

yang sama melalui metode obersevasi, wawancara dan studi

dokumentasi.

2. Transferabilitas

Transferabilitas adalah berhubungan dengan

sedauh-mana hasil penelitian dapat dialihkan pada situasi lain.

Suatu

temuan penelitian berpeluang untuk

dialihkan

pada

konteks lain manakala ada kesamaan karakteristik antara

situasi penelitian dengan situasi penerapan. Karenanya un

tuk

melakukan pengalihan tersebut, seorang peneliti

hen

daknya

mencari dan mengumpulkan kedadian empirik

tentang

kesamaan konteks.

Dengan demikian peneliti bertanggung dawab untuk

(42)

yang dllakukannya secara utuh, menyeluruh, lengkap,

menda-lam dan rinci,dika ingin membuat keputusan pengalihan itu.

Pada

gilirannya akan diterapkan oleh para pemakai,

kalau

dipandang ada terdapat kesamaan konteks antara situasi pe

nelitian dengan situasi penerapan.

Oleh karenanya daiam penelitian ini situasi empirik

dari masalah yang diteliti dlupayakan akan

dideskripsikan

secara utuh, agar hasil penelitiannya dapat memberikan

pe-luang

bagi

keteralihannya guna diterapkan

pada

situasi

yang lain.

3. Dependabilitas dan Konfirmabilitas

Dependabilitas dan Konfirmabilitas daiam pelaksana

an penelitian kualitatif berhubungan dengan konsistensi

dan kenetralan.

Daiam penelitian naturalistik, konsistensi dilihat

dari

arti yang lebih luas dengan memperhitungkan

faktor-faktor yang mungkin mengalami perubahan. Karena daiam

pe

nelitian

naturalistik

terdapat duga

faktor-faktor

yang

mengganggu konsistensi, karena manusia sebagai instrumen

dapat

menurun perhatian dan ketadaman

pengamatannya

dan

dapat membuat kekhilafan dan kesalahan.

Netralitas daiam penelitian naturalistik mengandung

aspek kuantitas ( S. Nasution, 1992 : 113 ), yakni

bergan-tung pada dumlah orang yang membenarkan atau

mengkonfirma-sikannya. Jadi Netralitas daiam penelitian kualitatif

(43)

suatu kesesuaian inter-subdektif. Dengan demikian

obdekti-fitas ( S. Nasution, 1992 : 114 ) duga mengandung aspek kualitatif, karena kebenaran suatu data, dapat duga dibe

narkan atau dikonfirmasi oleh orang lain.

Untuk dapat memenuhi kriteria dependablitas dan

konfirmabilitas ini dapat ditempuh melalui pr.oses audit trail. Audit trail adalah proses untuk memeriksa

ketergan-tungan dan kepastian data. Untuk kepentingan proses audit

trail dilakukan dengan cara menyediakan bahan-bahan :

1. Data mentah meliputi material rekaman, catatan lapangan

yang telah dimember chekck responden, dokumen dan foto.

2. Reduksi data meliputi ringkasan daiam bentuk rangkuman

dan konsep.

3. Catatan proses yang digunakan,yakni tentang metodologi, disain dan strategi agar penelitian dapat dipercaya.

F. Tahap-Tahap Penelitian

Penelitian yang dilakukan guna mendawab permasalah-an penelitipermasalah-an ditempuh melalui tahappermasalah-an pra-lappermasalah-angpermasalah-an,

ope-asional di lapangan dan analisis data.

1. Tahap Pra-Lapangan

Daiam tahapan pra-lapangan ini dilakukan tiga kegi

atan, yaitu :

a. Kegiatan menyusun disain penelitian

Penyusunan disain penelitian diilhami oleh

tugas-tugas yang diberikan daiam mata kuliah studi individual,di

antaranya adalah survai terhadap pembinaan kepatuhan pe

(44)

survai di lapangan menghasilkan beberapa temuan yang

mena-rik untuk digali lebih landut, terutama upaya sekolah

da-lam

membina kepatuhan peserta didik pada

norma

sekolah,

melalui alat pendidikan yang digunakan guru, yaitu penata

an situasi dan tindakan yang dilakukan. b. Memilih lokasi penelitian

Pemilihan lokasi penelitian bertuduan untuk menemu

kan

kesesuaian dengan masalah yang diteliti. Dengan

kata

lain,

lokasi penelitian yang dipilih harus dapat

memberi

data yang diperlukan guna memecahkan masalah yang

diteli

ti.

Guna

memilih lokasi penelitian

dilakukan

tahapan

sebagai berikut, pertama, mencari informasi tentang

seko

lah

menengah umum swasta yang dianggap baik kualitas

ke

patuhan

peserta didik pada norma sekolah

melalui

Kepala

Kandepdikbud

Kotamadya Bandarmasin. Kedua,

sekolah

yang

mendadi lokasi penelitian hendaknya memiliki reputasi yang

baik, meskipun sumber daya manusianya terbatas, daiam arti

peserta didiknya sebagian besar dari kalangan bawah

daiam

status sosial ekonomi, terletak di daerah marginal.

Keti

ga,

sekolah itu dipimpin oleh Kepala sekolah daiam

waktu

yang

lama, paling tidak sudah 5 tahunan.

Berarti

Kepala

sekolah telah begitu mengenal seluk beluk pembinaan

kepa

tuhan di sekolahnya. Keempat, sekolah yang mendadi

lokasi

penelitian memberikan kemudahan, keramahan dan keterbukaan

untuk

dilakukan

penelitian. Atas dasar

pertimbangan

di

(45)

c. Mengurus izin penelitin

Daiam

mengurus

perizinan

terdadi kesalah-pahaman

prosedxar. Pertama, pihak Kanwil daiam hal ini bidang

Dik-menum

menyatakan

karena penelitian dilaksanakan

di

SMU

Swasta

Kotamadya sada, maka tidak diperlukan

izin

dari

Kanwil Depdikbud Propinsi Kalimantan Selatan, cukup

minta

pada pihak Kandepdikbud Kotamadya sada, kecuali kalau

pe-nelitiannya adalah SMU Swasta di wilayah Propinsi.

Kedua,

karena

pihak Kandepdikbud Kotamadya Bandarmasin

menghen

daki

surat

permohonan izin penelitian dari

Rektor

IKIP

Bandung dan Surat Rekomendasi Ditsospol Pemda Dati I

Jawa

Barat,tidak daiam bentuk tembusan,tetapi bentuk surat yang

ditxidukan langsung pada Kepala Kandepdikbud Kotamadya Ban

darmasin. Tetapi melalui musyawarah, ditemukan dalan kelu

ar, peneliti diminta mengadukan surat permohonan izin

pe

nelitian yang ditudukan pada Kepala Kandepdikbud Kotamadya

Bandarmasin dari Dekan FKIP UNLAM.

Dengan demikian prosedur yang ditempuh meliputi :

- Surat

permohonan

izin penelitian dari Rektor IKIP Ban

dung,

u.b Pembantu Rektor I, No.2017/ PT25.H1/N/

1995,

tanggal 12 April 1995, ditudukan kepada Kepala Ditsospol

Propinsi Dati I Jawa Barat.

- Surat Rekomendasi Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat, Direktorat Sosial Politik, No. 070.2 / 1950,

tanggal 30 Mei 1995, ditudukan pada Gubernur KDH Kal-sel

up.Kepala Direktorat Sospol.

- Melaporkan

diri

kepada

Kadit Sospol Pemda Tk.I Kalsel

(46)

Kalsel, daiam hal ini bidang Dikmenum, setelah membubuhi

tanda

mengetahui pada tanggal 4 Jul! 1995

daiam

surat

rekomendasi

Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat

I

Jawa

Barat,

Direktorat Sospol No.070.2/1950 tanggal

30

Mel

1995.

- Sesampai

di bidang<

Referensi

Dokumen terkait

Dengan ini pabrikan Honda telah membuat dan menyelesaikan suatu penelitian dan pengembangan suatu robot yang menyerupai manusia yang nyata dan dapat digunakan (Truly

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Ada tidaknya pengaruh lingkungan keluarga terhadap hasil belajar Kewirausahaan siswa kelas XI Administrasi

pada bulan Agustus 2017 melalui: 1) mengambil data karakteristik lansia; 2) mengambil data kualitas tidur dengan memori jangka pendek mengisi kuisioner oleh responden dan dibantu

Lisa Dewi Mayasari, S.Pd.I: Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Pembinaan Aqidah Peserta Didik Di Lingkungan Pluralistik (Studi Pada SMAN dan SMKN Tamiang Layang

Perhitungan parameter teras reaktor dengan menggunakan paket program IAFUEL dilakukan untuk menjaga teras dalam selalu dalam kondisi teras kerja setimbang (TWC,

Berkaitan dengan kompetensi pedagogik, seorang guru haruslah memiliki pengetahuan yang baik mengenai metode pembelajaran inovatif meliputi metode penyajian, strategi

City Branding adalah suatu pemasaran Kota yang dilakukan oleh Kota Ambon dengan pendekatan strategi branding hexagon untuk mempromosikan Kota Ambon dengan