PEMBINAAN KEPATUHAN PESERTA DIDIK
PADA NORMA SEKOLAH
( Studi Kualitatif Penggunaan Alat Pendidikan Oleh Guru Daiam Membina Kepatuhan Peserta Didik
Pada Norma Sekolah di SMU KORPRI
Kotamadya Banjarmasin)
TESIS
Diajukan Kepada Panitia Ujian Tesis
Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bandung
Untuk Memenuhi Sebagian SyaratProgram Pasca Sar jana Bidang Studi Pendidikan Umum
Oleh SARBAINI
9332056
PROGRAM PASCA SAR JANA I K I P BANDUNG
TESIS INI TELAH DISETUJUI DAN DISAHKAN
UNTUK DIAJUKAN PADA UJIAN TAHAP I
PEMBIMBING I
DR.H.M.I. SOELAEMAN
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI iii
BAB I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah. 1
B. Fokus dan Pertanyaan Penelitian 13
C. Definisi Operasional 17
D. Tuduan dan Manfaat Penelitian 18
BAB II. LANDASAN KONSEPTUAL DALAM MENELAAH GURU MEMBINA KEPATUHAN PESERTA DIDIK PADA NORMA
SEKOLAH DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN UMUM.. 22
A. Telaah Konseptual Pendidikan Umum 22
1. Pengertian Pendidikan Umum 22
2. Tuduan Pendidikan Umum 28
B. Telaah Konseptual Landasan Guru Daiam Membina Kepatuhan Peserta Didik Pada
Norma Sekolah 34
1. Sekolah dan Norma-Norma 34
a. Pengertian Sekolah 34
b. Sekolah dan Sosialisasi Norma.... 35
c. Norma-Norma Sekolah. 43
2. Kepatuhan Peserta Didik Pada Norma
Sekolah. 49
a. Pengertian Kepatuhan 49
b. Latar Belakang Kepatuhan Peserta
Didik Pada Norma Sekolah 50
c. Dinamika Perkembangan Kepatuhan
Peserta Didik Pada Norma Sekolah 57
3. Kewibawaan Guru 62
4. Penggunaan Alat Pendidikan Oleh Guru Daiam Membina Kepatuhan Peserta Didik
Pada Norma Sekolah 69
a. Teori dan Pendekatan Acuan Bagi Penggunaan Alat Pendidikan Daiam Kepatuhan Peserta Didik Pada Norma
Sekolah 69
b. Alat Pendidikan yang Digunakan Da-lam Membina Kepatuhan Peserta Didik
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 90
A. Metode Penelitian 90
B. Lokasi dan Subdek Penelitian 92
C. Sumber dan Jenis Data 95
D. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen
Penelitian 96
E. Pemeriksaan Keabsahan Data 102
F. Tahap-Tahap Penelitian 106
BAB IV. HASIL PENELITIAN 113
A. Profil Lokasi Penelitian 115
B. Deskripsi, Interpretasi dan Analisis
Ha-sil Penelitian 119
1. Pandangan Guru Terhadap Peserta Didik
yang Patuh Pada Norma Sekolah 119
2. Penataan Situasi Pendidikan Untuk
Membina Kepatuhan Peserta Didik Pada
Norma Sekolah 134
3. Alasan Guru Menata Situasi Pendidikan
Untuk Membina Kepatuhan Peserta Didik
Pada Norma Sekolah 150
4. Landasan Kebijakan yang Mendadi Acuan
Guru Daiam Menata Situasi Pendidikan
Untuk Membina Kepatuhan Peserta Didik
Pada Norma Sekolah . 161
5. Tindakan Pendidikan Sebagai Alat Pen didikan yang Digunakan Guru Daiam Membina Kepatuhan Peserta Didik Pada
Norma Sekolah 172
6. Saat Tindakan Sebagai Alat Pendidikan Digunakan Guru Untuk Membina Kepatuh
an Peserta Didik Pada Norma Sekolah.. 187
7. Latar Belakang Tindakan Sebagai Alat Pendidikan yang Digunakan Guru Daiam Membina Kepatuhan Peserta Didik Pada
Norma Sekolah 195
BAB V. PEMBAHASAN, KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 205
A. Pembahasan 205
B. Keterbatasan Penelitian 214
C. kesimpulan 215
D. Rekomendasi 218
KEPUSTAKAAN 218
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia dan pendidikan, tidaklah dapat
dipisahkan.
sebab pendidikan merupakan upaya manusia untuk
memanusia-wikan
manuBia. Oleh karena itu pendidikan
bukan
sekedar
kemungkinan,
melainkan merupakan suatu
keharusan,
untuk
dapat
hidup, lebih tepat lagi, untuk dapat hidup
sebagai
manusia (M.I. Soelaeman : 1994 : 166 ). Bilamana manusia,
tidak
mendapat pendidikan, sulit dibayangkan dapat
hidup
terus, apalagi mendadi manusia yang mampu
melaksanakannya
dengan penuh tanggung jawab daiam dunia yang kompleks.
Ja-di manusia daiam konteksnya dengan penJa-diJa-dikan adalah manu
sia
yang harus dididik, dapat dididik dan akhirnya
diha-rapkan mampu mendidik dirinya sendlri. Itulah
manifestasi
manusia sebagai insan pendidikan.
Sekaitan
dengan manusia sebagai
insan
pendidikan
yang membutuhkan pendidikan sebagai upaya pe'nlngkatan
kua-litas hidupnya sebagai manusia.Ada beberapa persoalan yang
perlu
digarisbawahi, seperti yang dikemukakan
oleh
M.I.
Soelaeman ( 1994 : 164 ) :
PfiT'tama: bahwa pendidikan itu pada dasarnya merupa
kan suatu perbuatan atau tindakan, mengundang
pertanya-an,
apa yang dimaksud dengan perbuatan
atau
tindakan
itu;
apakah
tindakan tersebut bersifat
sepihak
atau
timbal
ballk, apakah tindakan itu bersifat
menentukan
sepenuhnya atau masih ada hal-hal lain yang turut
mem-pengaruhi
berhasil-tidaknya tindakan
pendidikan
itu,
dan selanjutnya; untuk maksud atau tujuan apa
tindakan
itu dilaksanakan.
Ketiga: Untuk mencapai tuduan pendidikan itu, apa sada-kah, bahan pendidikan apakah, pengetahuan dan
kemahir-an apakah, sifat, sikap dkemahir-an karateristik apakah, gam-baran pribadi yang bagaimanakah yang diharapkan
dimi-liki terdidik kelak?
Keempat: Bahwa tindakan yang dilakukan oleh seseorang
terhadap seseorang menyiratkan suatu pertanyaan menge-nai siapa orangnya yang mendidik dan yang dididik itu
dan lebih landut apa sebenarnya dan bagaimana
karakter-istik dan slfat orang yang dimaksud; pertanyaan ini
cu-kup mendasar dan lebih merupakan persoalan antropologi.
Lima: Di mana dan daiam keadaan atau situasi bagaimana tindakan pendidikan itu diambil.
Kelima persoalan di atas, muatan maknanya daiam suatu
pe-laksanaan pendidikan amat dipengaruhi oleh pandangan
filo-sofis yang dianut oleh seseorang, pengelola, lembaga,
ma-syarakat dan bangsa yang melaksanakan pendidikan itu. Demikian pula dengan pelaksanaan pendidikan di In
donesia adalah berdasarkan pada pandangan filosofisnya,
yaitu Pancasila dan UUD 1945. Dengan berdasarkan pada
Pan-casila dan UUD 1945, pelaksanaan pendidikan Indonesia
ber-upaya membantu perkembangan kemampuan dan meningkatkan
ke-hidupan dan martabat manusia Indonesia, mendadi sosok ma
nusia yang diharapkan, yakni seperti yang dikehendaki oleh
Tuduan Pendidikan Nasional daiam UU RI NO.2 Tahun 1989 dan
GBHN Tahun 1993.
Ada pun sosok manusia Indonesia yang diharapkan
tersebut menurut UU RI No.2 tahun 1989 adalah :
...manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan
Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan dan keterampilan, kesehatan dasmanI dan ro-hani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung dawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Sedangkan daiam Ketetapan MPR No.II/MPR/1993 Tentang GBHN,
Pendidikan adalah :
..-manusia yang beriman dan bertaqwa tehadap Tuhan
Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur,
berkepribadian,
berdisiplin, bekerda keras, tangguh, bertanggungdawab,
mandiri,
cerdas dan terampil serta sehat dasmani
dan
rohani, cinta Tanah Air, tebal semangat kebangsaan dan
kesetiakawanan sosial, percaya kepada diri sendiri,
serta sikap dan perilaku inovatif, kreatif, manusia
pembangunan yang membangun diri sendiri serta
bersama-sama bertanggungdawab atas pembangunan bangsa.
Manakala dikadi telik, rumusan sosok manusia yang diha
rapkan daiam UU RI No.2 Tahun 1989 dan GBHN 1993, maka so
sok manusia tersebut meliputi dirinya < Soeprapto, 1993 :
50 ) sebagai "pribadi, sebagai warga masyarakat dan bangsa
dan sebagai tenaga pembangunan ".
Dengan demikian, daiam konteksnya pada
pelaksanaan
pendidikan, maka manusia Indonesia daiam posisinya sebagai
pribadi,
baik sebagai pendidik maupun peserta didik
hen-daknya secara bersama-sama dapat meningkatkan kemampuannya
daiam membawa diri, daiam hubungannya dengan Tuhan Yang
Maha Esa, hingga mendadi manusia yang beriman dan bertaqwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, serta mendadi manusia yang
sehat dasmani dan rohani.
Sebagai warga masyarakat dan warga bangsanya, pen didik dan peserta didik diharapkan meningkatkan kemampuan
nya daiam menanggapi segala persoalan daiam lingkungannya
dan mampu mengkomunikasikan dengan baik, untuk itu diha
rapkan berbudi pekerti luhur, berkepribadian, bertanggung
dawab. cinta Tanah Air, tebal semangat kebangsaan dan rasa
kesetiakawanan sosial. Sebagai tenaga pembangunan, pendi
dik
dan peserta didik diharapkan bekerda keras,
tangguh,
rumusan tuduan ini mencakup ( Soeprapto, 1993 : 52 ) :
1. Kemampuan pengungkapan diri ( self realization) 2. Kemampuan hubungan sesama ( human relationship)
3. Kemampuan bersikap
ekonomis ( economic efficien
cy )4. Kemampuan bertanggungdawab kewarnegaraan (
civic-responbility ).
Oleh karena itu, daiam suatu pelaksanaan pendidik
an,
peserta didik sebagai manusia yang sedang
"mendadi"
dan sebagai aset nasional yang potensial haruslah mendapat
bimbingan, pengembangan dan peningkatan sesuai dengan
Tu
duan Pendidikan Nasional.
Salah satu aspek sosok manusia yang diharapkan dan
dikehendaki daiam Tuduan Pendidikan Nasional adalah sosok
manusia yang berdisiplin. Berarti daiam diri sosok manusia
Indonesia diharapkan dan dikehendaki tumbuh, berkembang
dan
meningkatkan nilai disiplin daiam
perilakunya.
Oleh
karena itu, aspek sosok manusia yang berdisiplin
mendadi
salah satu sasaran daiam pelaksanaan pendidikan nasional.
Daiam rangka mencapai sosok manusia yang berdisip
lin,
maka
sekolah dengan segala upaya,
hendaknya
mampu
menciptakan lingkungan yang kondusif bagi tumbuh,
berkem
bang,
dan meningkatnya nilai disiplin,
sehingga
mendadi
disiplin
diri ( self-discipline ) daiam perilaku
peserta
didik.
Dapat dikatakan sebagai suatu indikasi bahwa suatu
sekolah telah tumbuh dan berkembang nilai disiplin daiam
perilaku peserta didiknya, antara lain terdapatnya perila
sendiri ( Darddi Darmodiharddo, 1982 : 8-9 ) adalah "
si-kap mental yang mengandung kerelaan untuk mematuhi keten-tuan, peraturan dan norma yang berlaku daiam menunaikan tugas dan tanggung dawab ", atau pun menurut Utami
Mu-nandar ( Ashar, S.M, 1982 : 2 ) sebagai " kesadaran diri
untuk mentaati nilai, norma dan aturan yang berlaku daiam
lingkungannya". Dengan adanya kepatuhan peserta didik pada
norma sekolah, akan mewududkan lingkungan sekolah yang
tertib, teratur, tentram, efektif dan efisien daiam
menca-pai tuduannya. Sebagaimana dikemukakan oleh M. Ddawad
Dahlan ( 1982 : 62 ) bahwa :" Disiplin lebih merupakan as
pek kepribadian. Disiplin itu sendiri merupakan motif un
tuk dapat hidup teratur ( need for order ), berprestasi
( need for achievement ), tekun, ulet dan tabah ( need
for endurance)".
Lingkungan sekolah dengan indikator kedisiplinan
yang dikemukakan tersebut, akan membentuk kehidupan ter
tib, teratur,tentram, efektif dan efisien daiam lingkungan
sekolah dan lingkungan masyarakat. Demikian pula
sebalik-nya, bilamana kehidupan daiam sekolah kurang tertib,
ku-rang teratur, dan kurang tentram, maka akan melahirkan
ke-resahan daiam lingkungan sekolah itu sendiri, dan duga
akan mendalar ke lingkungan masyarakat, khususnya ling
kungan masyarakat yang berdekatan dengan lingkungan seko
lah. Demikian pula halnya di lingkungan sekolah tingkat
Masalah pembinaan disiplin, terutama agar
menumbuh-kembangkan kepatuhan peserta didik pada norma sekolah men
dadi lebih penting lagi, apalagi di lingkungan sekolah pa
da tingkat SMA, di mana peserta didik umumnya berada pada
taraf transisi, baik segi fisik, sosial dan maupun
emosi-onal. Sebagaimana dinyatakan oleh Alexander ( 1981 : 8 )
bahwa masa transisi ini membuat "the middle school years a
periode of emotional turmoil". Selain itu peserta didik di
tingkat SMA lazimnya berusia remada ( adolescence ), yang
menurut Ralp L.Mosher ( 1986, A.Kosasih Ddahiri,1992 :10 )
bahwa masa adolesence adalah " masa khusus untuk penentuan
peringkat nilai masa ini adalah masa idealisme,
exlusive selfishness, hedonisme, bertendensi untuk selalu
berekspresi dan gedolak ke arah 'erosion of conventional
moral". Oleh karena itu, masalah disiplin, daiam hal ini
kepatuhan peserta didik pada norma sekolah pada tingkat
SMA ini,dipandang sebagai sesuatu yang rawan bagi
tumbuh-kembangnya perilaku peserta didik yang tidak patuh pada
norma sekolah.
Sehubungan dengan itu, hasil laporan PPL BP
Maha-siswa Jurusan PPB FIP IKIP Bandung di beberapa SMA
Kotama-dya Bandung ( 1988 ) telah menundukkan adanya bentuk peri
laku peserta didik yang kurang disiplin di daiam lingkung
an sekolah, seperti membolos dari sekolah, malas beladar,
senang menyontek, sering tidak memperhatikan peladaran,
sering tidak mengerdakan tugas dan sering tidak mengikuti peladaran tertentu. Perilaku yang kurang disiplin tersebut
menundukkan bahwa sebagian peserta didiknya tidak patuh
pada norma yang berlaku di sekolah.
Bahkan Saiful Bahri ( 1994 : 6 ) dari hasil
peneli-tiannya di SMA menundukkan bahwa kecendrungan siswa SMA
yang dikeluhkan pihak pendidik dan orang tua adalah mun-culnya perilaku-perilaku siswa yang dapat mengganggu ke-pentingan orang lain. Perilaku tersebut berbentuk
perkela-hian, mengucapkan kata-kata yang tidak sopan, corat-coret
dengan kata-kata gambar-gambar yang tidak senonoh,
membo-los dari sekolah, merusak fasilitas beladar ( bangku, meda
dan buku peladaran ) bahkan sampai tindakan melawan guru
atau orang tua.
Berbagai ketidakpatuhan peserta didik daiam perila
kunya di lingkungan sekolah, sebagaimana yang diungkapkan
dari hasil penelitian di atas, telah menegaskan apa yang
dikemukakan oleh Crow dan Crow ( 1953 : 173, 1960 : 313 )
tentang perilaku yang dianggap para guru sebagai "types of
disciplinary problems" dan " behavior difficulties related
to school experiences" ( Crow and Crow, 1956 : 178 ) atau
menurut Henry Clay Lindgren ( 1956 : 170 ) sebagai "child
ren's behavior problems " dan "misbehavior" sebagaimana
dikemukakan oleh Yelon dan Weintein ( 1977 : 379 ).
Namun dari kasus seperti dikemukakan oleh M.A
Liwo-so ( 1989 :2 ) daiam hasil penelitiannya, menundukkan bah
raya dan diamankan di kantor polisi,
dan kebanyakannya
adalah siswa SLTA yang berumur antara 16 sampai 17
tahun.
Selain itu terdapatnya kasus-kasus kenakalan para
peserta
didik, meningkatnya korban dari kenakalan para peserta di
dik, perkelahian massal antar peserta didik, peserta didik
yang bergerombol pada jam belajar di luar lingkungan seko
lah, seperti di tempat-tempat umum, sebagaimana
dipublika-sikan media massa, menundukkan adanya perilaku kurang
di
siplin dari peserta didik di luar lingkungan sekolah.
Mi-salnya berita pemerasan yang dilakukan oleh siswa
meresah-kan wali murid ( Pikiran Rakyat, 27 Desember 1994, halaman
4 ). Kejadian-kejadian itu menggambarkan bahwa peserta di
dik, bukan saSa tidak patuh pada norma sekolah, tetapi
su-dah
melangkah lebih jauh lagi, yakni melanggar norma
ma-syarakat.
Adanya perilaku peserta didik yang tidak patuh pada
norma yang berlaku, tidak hanya di daiam lingkungan seko
lah,
bahkan juga di luar sekolah,
menimbulkan keresahan
dan pertanyaan. Pertama, mengakibatkan masyarakat
sering-kali
mengkaitkannya dengan kredibilitas sekolah/guru
da-lanf membina kepatuhan peserta didik pada
norma
sekolah.
Seperti munculnya beberapa anggapan yang menyatakan bahwa
"sekolah-sekolah kita dewasa ini, sangat mengabaikan fung
al
sosialisasi" ( Harsya Bahtiar, daiam Media
Indonesia,
10 April 1993 ),
demikian pula terhadap anggapan bahwa
"alasan-alasan pembangunan telah memaksa sekolah dan
di mana mengadar dipandang lebih krusial dari mendidik ".
( Tim pengkadi IKIP Jakarta, 1990 : 26-27 ). Kedua,
menimbulkan pertanyaan, mengapa perilaku peserta didik
sampai sedemikian itu ? Padahal peserta didik dikehendaki
mematuhi semua peraturan yang berlaku. Apa sebenarnya yang
bergedolak daiam diri peserta didik ?. Adanya berbagai
ke-reasahan dan pertanyaan demikian, tidaklah mendadikan se
kolah, daiam hal ini guru melepaskan diri dari
tanggungda-wabnya untuk melakukan pembinaan terhadap kepatuhan peser
ta didik pada norma sekolah.
Secara konseptual dan berbagai hasil penelitian,
memang menundukkan bahwa sekolah mempunyai kontribusi
da-lam mengenalkan, menumbuhkan, memelihara dan meningkatkan
nilai-nilai disiplin peserta didik, termasuk antara lain
kepatuhan peserta didik pada norma-norma di sekolah.
Sekolah dianggap sebagai salah satu institusi yang
tepat dan memiliki tanggung dawab bagi transfer nilai-ni
lai , sistem keyakinan, pengetahuan-pengetahuan,
sentimen-sentimen, pola-pola perilaku dari satu generasi ke
genera-si berikutnya. Selaras dengan fungsi semacam itu, maka se
kolah, menurut Wuraddi, ( 1988 : 31 ), adalah : " memiliki
fungsi sosialisasi, daiam mana pola perilaku generasi muda
tidak boleh menyimpang dari pola perilaku serta nilai-ni
lai dan norma-norma yang berlaku daiam masyarakat ". Untuk
itu daiam diri peserta didik perlu dipelihara dan
diting-katkan kepatuhan pada nilai-nilai dan norma-norma yang
berlaku, demikian pula nilai-nilai dan norma-norma di
sekolah.
Penumbuhan kepatuhan peserta didik pada nilai-nilai
dan
norma-norma, oleh sekolah di mulai dengan
pengenalan
pada peraturan-peraturan dan tata tertib yang harus
dita-ati oleh peserta didik. Kepatuhan daiam mematuhi peraturan
dan tata tertib semacam itu menurut Wuraddi ( 1988: 92-93)
adalah " sangat diperlukan bagi anak, karena kelak apabila
anak telah terdun berperan daiam lingkungan sosial yang
lebih luas, penuh dengan masalah otoritas dan
kedisiplin-an.
Upaya
sekolah daiam menumbuhkan kepatuhan
peserta
didik
pada norma sekolah atas dasar kesadaran daiam
diri
sendiri, dikemukakan dari hasil penelitian dari Syamsu
Yu-suf
( 1989 : 99 ). Hasil penelitian tersebut
mengungkap-kan bahwa sekolah termasuk di dalamnya guru, besar
andil-nya daiam menumbuhkan disiplin diri kepada peserta
didik.
Dengan
demikian penting sekali peranan sekolah,
demikian
duga
guru untuk selain menumbuhkan, duga
memelihara
dan
meningkatkan
kepatuhan pada norma sekolah daiam
perilaku
peserta didik.
Adanya perilaku yang kurang patuh pada norma se
kolah dari peserta didik, yang tidak hanya
di daiam ling
kungan
sekolah, tetapi sudah mendalar ke luar
lingkungan
sekolah,
dan
anggapan bahwa sekolah
telah
mengabaikan
fungsi sosialisasi dan mendidiknya, menimbulkan
pertanya
an
apa sebenarnya yang dilakukan oleh sekolah/guru
daiam
melaksanakan fungsi sosialisasi,bahkan daiam hal mendidik?
yang dilakukan sekolah/guru daiam melaksanakan sosialisasi
norma atau mendidikkan norma, yakni upaya yang dilakukan
sekolah/guru membina kepatuhan peserta didik pada norma di
sekolah.
Adanya perilaku ketidakpatuhan peserta didik pada
norma sekolah dan adanya anggapan minor bahwa sekolah/guru
mengabaikan fungsi sosialisasi ataupun fungsi mendidikkan
norma, tentu berhubungan dengan upaya-upaya yang dilakukan
sekolah/guru daiam membina kepatuhan peserta didik pada
norma sekolah. Salah satu upaya yang dilakukan sekolah/gu
ru adalah dengan menggunakan alat pendidikan,yakni melalui
penataan situasi yang dan tindakan yang dilakukan.
Penataan situasi dan tindakan yang dilakukan guru
yang semula didasari oleh tanggung dawab untuk membina
kepatuhan, bukan menghasilkan kepatuhan seperti diha
rapkan, dustru malah menimbulkan ketidakpatuhan. Sebagai
mana dinyatakan oleh Crow dan Crow ( 1956 : 180, 1960 :
318 ) bahwa penyebab dari "behavior difficulties" adalah
antara lain berhubungan dengan elemen-elemen dari situasi
di mana behavior difficulties ditundukkan. Demikian pula
oleh Yelon dan Weinstein ( 1977 : 380-381 ) yang
mende-laskan bahwa penyebab dari "misbehavior" adalah berhubung
an dengan berbagai hal dengan situasi kelas. Sedangkan
tindakan yang digunakan guru, malah menimbulkan pula keti
dakpatuhan peserta didik, seperti yang dikemukakan Henry
Direct treatment of behavior problem seldom gets at its source; it is seldom based on any genuine attempt to understand the motivation and behavior children. Futhermore, it usually increases the fear that children have for adults and, with preadolescents and adoles cents, may aggravate the aggresive, rebellious behavior that is so common during theses stages of development.
Berarti bahwa perilaku guru dapat mendadi salah satu
vari-abel yang dapat menimbulkan menyimpangnya perilaku peserta
didik ( Cole and Chan : 1987, Biggs and Telfer : 1987 ).
Sekaitan dengan upaya sekolah/guru, yang walaupun
didasari tanggung dawab untuk membina kepatuhan peserta
pada norma sekolah, namun adakalanya daiam penggunaan alat
pendidikan, yakni daiam menata situasi dan tindakan yang
dilakukan, malah menimbulkan ketidakkepatuhan, maka atas
dasar hal demikian timbul suatu permasalahan: " Alat
pendidikan apa sebenarnya yang di gunakan guru daiam mem
bina kepatuhan peserta didik pada norma sekolah ?".
Kon-sekuensi dari pertanyaan itu menghendaki bahwa upaya guru
daiam membina kepatuhan peserta didik pada norma sekolah
dengan menggunakan alat pendidikan patut diteliti dan
di-telaah, karena guru, khususnya para guru yang bergerak
da-lam bidang Pendidikan Umum,mempunyai peran dan andil yang
penting daiam upaya membina kepatuhan peserta didik pada
norma yang berlaku di sekolah, sebagai bagian dari
pemben-tukan pribadi yang disiplin.
Selain itu penting untuk menggambarkan upaya yang
dilakukan guru daiam membina kepatuhan peserta didik pada
norma yang berlaku daiam lingkungan sekolah, baik di
lain
daiam upaya memelihara dan
meningkatkan
kepatuhan
peserta
didik pada norma sekolah peserta, hingga
mendadi
perilaku yang dimilikinya sendiri.
Upaya
guru
membina kepatuhan peserta
didik
pada
norma
sekolah adalah sebagai upaya pemeliharaan
dan
pe-ningkatan kepatuhan peserta didik
pada norma sekolah yang
didasarkan atas kesadaran diri pribadi atau sebagai priba
di yang berdisiplin atas dasar self-disiplin. Hal ini
se-suai
dengan
rumusan tuduan Pendidikan Umum
dari
Philip
H.Phenix ( 1964:8) yaitu :
A
complete
person should be skilled in the
use
of
speech symbol and gesture, factually well informed, ca
pable of creating and appreciating
objects of esthetic
significance, endowed with a rich and disciplined
life
in" relation
to
self and others, able
to
make
wise
decision and dudge
between
right and wrong and
posse-sed of an integral out look.
B. Fokus dan Pertanyaan Penelitian
Upaya
guru
membina
kepatuhan
peserta didik pada
norma sekolah dengan menggunakan alat pendidikan di
ling
kungan sekolah adalah amat penting,karena guru dan peserta
didik
mempunyai peranan yang saling
melengkapi.
Peranan
guru dan peranan peserta didik memang tidak dapat
ditentu-kan atau dilaksanaditentu-kan, kecuali daiam hubungannya satu sama
lain.
Sebagaimana dikemukakan oleh J.W, Getzels dan
H.A.
Thelen
(
1960, A.Morrison dan D.McIntyre, ed,1972 : 18 ) :
Roles
are complementary. The are
interdependent
in
that
each
role
derives its meaning
from
the
other
related
roles. In sense, a role is a prescription
not
only
for
the given role-incumbent but
also
for
the
incumbents of other roles within the institutions
and
for related outside the institutions.Thus, for example,
the role of teacher and the role of pupil cannot be de
Dengan demikian peranan yang diharapkan terhadap guru, ti
dak hanya ditudukan pada peranan peserta didik untuk patuh
pada norma yang berlaku di sekolah, tetapi guru diharapkan
dirinya sendiri patuh pada norma sekolah yang berlaku. Ka
rena kepatuhan guru pada norma sekolah adalah sudah menda
di kewadiban dan tanggung dawabnya, demikian pula harapan
guru
agar peserta didik patuh pada norma
sekolah
adalah
haknya. Jadi pada peranan guru tersebut melekat hak, kewa
diban, dan tanggung dawab. Demikian pula peranan peserta
didik, maka peserta didik wadib untuk patuh pada norma se
kolah, dan bertanggungdawab terhadap peranannya,
lebih-le-bih kalau melanggar norma sekolah.
Oleh karenanya daiam membina kepatuhan peserta di
dik terhadap norma yang berlaku di lingkungan sekolah, di
kehendaki sekolah/guru mampu menata situasi dan tindakan
yang dilakukan guru mencerminkan figur guru yang berwibawa
dan patut mendadi teladan bagi peserta didik, sehingga
baik situasi dan tindakan yang dilakukan guru mendukung
bagi terwududnya kepatuhan peserta didik pada norma
seko
lah. Daiam hal ini, Emile Durkheim ( daiam Cheppy, 1988 :
114 ) menyatakan:
bahwa guru harus mendadi suara, simbol dan contoh da ri disiplin dan sanksi, baik daiam upaya mendadi
lam-bang anak, sebagai tahap kunci dari kehidupan moral dan
sosial, maupun untuk memungkinkan guru dan kelas meme-nuhi tugas sehari-hari mereka dengan mewududkan
keter-tiban dan efisiensi.
Upaya guru daiam membina kepatuhan peserta didik
pada
norma
sekolah dengan menggunakan
alat
pendidikan,
agar mendadi sadar norma atau self-discipline, sehingga
dari situasi yang dltata dan tindakan dari alat pendidikan
yang digunakan akan membantu tahap kepatuhan peserta didik
dari tahap menganggap kepatuhan sebagai keharusan, mendadi
kelayakan, bahkan diharapkan mendadi keyakinan.
Demi mempertegas masalah penelitian yang dikemuka
kan, maka perlu ditentukan fokus yang akan diteliti.
Ada-pun yang dimaksud fokus, menurut Lincoln dan Guba ( 1985 :
226 ) adalah "masalah daiam penelitian
kualitatif".Sedang-kan maksud yang ingin dicapai daiam penetapan fokus pene
litian menurut Lexy. J. Moleong ( 1985 : 54 ), adalah un
tuk " (1) membatasi studi dan (2) memenuhi kriteria
mema-sukkan-mengeluarkan sesuatu informasi yang baru diperoleh
di lapangan. Atas dasar hal demikian, maka fokus daiam pe
nelitian ini adalah penataan situasi dan tindakan guru se
bagai alat pendidikan yang digunakan guru daiam membina
kepatuhan peserta didik pada norma sekolah. Penetapan fo
kus tersebut didasari alasan bahwa meskipun terdapat upaya
daiam membina kepatuhan peserta didik pada norma sekolah,
namun kalau penataan situasi maupun tindakan guru daiam
pembinaan kepatuhan itu tidak menumbuh-kembangkan
self-disc iplin bahkan menekan need of self-self-discipline, maka bu
kanlah menghasilkan kepatuhan, tetapi ketidakpatuhan pe
serta didik pada norma sekolah.
Penataan situasi dan tindakan yang dilakukan guru
adalah sebagai upaya untuk menumbuhkan, memelihara dan me
ningkatkan self-discipline peserta didik, sehingga
terben-tuk sosok pibadi berdisiplin, baik dilihat prinsip
sosial-itas, individualitas maupun norma yang berlaku. Namun upa
ya tersebut daiam perspektif Pendidikan Umum adalah bagian
dari berbagai upaya pendidikan untuk menumbuhkan,
memeli
hara, mengembangkan dan meningkatkan
potensi
yang ada pada
manusia,
secara terintegrasi, menudu pribadi
yang
utuh,
atas dasar dan sebagai manifestasi nilai iman dan taqwa.
Salah
satu
potensi tersebut antara lain
adalah
potensi
kepatuhan yang merupakan dasar dari perilaku disiplin.
Dengan
demikian salah satu potensi yang harus
di-tumbuh-kembangkan oleh Pendidikan Umum daiam membina
pri
badi
yang
utuh adalah membina pribadi
yang
berdisiplin
yang
bersumber pada nilai iman dan taqwa. Dari
pembinaan
itu, diharapkan terwudud pribadi yang secara ridho
meneri-rima, mengakui dan mematuhi norma-norma yang mengatur
ke
hidupan manusia, baik daiam kehidupan pribadi maupun kehi
dupan sosial, sebagai pancaran norma Ilahi.
Guna
menggali lebih daiam fokus
penelitian,
maka
diadukan pertanyaan-pertanyaan pokok penelitian :
1. Apa yang dilakukan guru daiam menata situasi pendidikan
untuk membina kepatuhan peserta didik pada norma
sekolah ?
2. Apakah alasan guru menata situasi pendidikan sedemikian
3. Apa landasan kebidakan yang mendadi acuan guru daiam
menata situasi pendidikan untuk membina kepatuhan pe
serta didik pada norma sekolah ?
4. Tindakan apa sada dari alat pendidikan yang digunakan
guru daiam membina kepatuhan peserta didik pada norma
sekolah ?
5. Kapan tindakan sebagai alat
pendidikan itu,
digunakan
guru daiam membina kepatuhan peserta didik pada norma
sekolah ?
6. Apakah latar belakang tindakan yang digunakan guru se
bagai alat pendidikan daiam membina kepatuhan peserta
didik pada norma sekolah ?
C. Definisi Operasional
Demi untuk mempertegas rumusan masalah dan
memper-tadam kegiatan penelitian, maka istilah-istilah yang digu
nakan perlu dibuat definisi operasionalnya, antara lain :
1. Membina Kepatuhan
Di daiam penelitian ini, istilah membina kepatuhan
digunakan daiam arti upaya yang dilakukan guru daiam
meng-gunakan alat pendidikan, yaitu melalui penataan situasi dan tindakan yang dilakukan, agar peserta didik
melaksana-kan dan tidak melanggar norma sekolah. Dari upaya membina
kepatuhan ini diharapkan dapat tumbuh, terpelihara dan me-ningkat self-dicipline daiam mematuhi norma sekolah.
Istilah kepatuhan daiam penelitian ini digunakan
daiam arti kepatuhan peserta didik yang didasari oleh
ke-percayaan, kesadaran, kerelaan dan keihlasan daiam
guru di sekolah, melalui penggunaan alat pendidikan.
2. Peserta Didik
Peserta didik adalah siswa yang terdaftar di seko
lah yang mendadi lapangan penelitian.
3. Norma Sekolah
Yang dimaksud dengan norma sekolah adalah ketentu-an-ketentuan tertulis yang mengatur tugas dan kewadiban
peserta didik di lingkungan ( tata tertib sekolah )
seko
lah dan ketentuan-ketentuan yang tidak tertulis yang meng
atur cara-cara bergaul ( tata krama ) di lingkungan seko
lah.
4. Penggunaan Alat Pendidikan
Maksud penggunaan alat pendidikan daiam penelitian ini diartikan sebagai tindakan-tindakan dan penataan situ
asi yang dilakukan guru, agar peserta didik melaksanakan
dan tidak melanggar norma sekolah. Tindakan yang dilakukan
guru antara lain daiam bentuk teladan, anduran,
pemberita-huan, pembiasaan, gandaran dan hukuman, sedangkan penataan situasi meliputi penataan situasi fisik, sosial dan
psiko-logis di lingkungan sekolah.
D. Tuduan Dan Manfaat Penelitian
1. Tuduan Penelitian, adalah :
a. Memperoleh gambaran tentang upaya yang dilakukan gu
ru daiam menata situasi pendidikan guna membina
kepatuhan peserta didik pada norma sekolah.
peserta didik pada norma sekolah.
c. Menggali landasan kebidakan yang mendadi acuan guru
daiam menata situasi pendidikan daiam membina kepa
tuhan peserta didik pada norma sekolah.
d. Memperoleh deskripsi mengenai bentuk-bentuk tindakan
dari alat pendidikan yang digunakan guru daiam mem
bina kepatuhan peserta didik pada norma sekolah.
e. Mengetahui kapan guru menggunakan bentuk-bentuk tin
dakan dari alat pendidikan daiam membina kepatuhan
peserta didik pada norma sekolah.
f. Menggali latar belakang digunakannya alat pendidikan
oleh guru daiam bentuk-bentuk tindakan guna membina
kepatuhan peserta didik pada norma sekolah.
Dari tuduan penelitian ini diharapkan akan
menemu-kan suatu pola yang dapat digunamenemu-kan bagi pengembangan
kon-sep atau prinsip acuan daiam pembinaan kepatuhan peserta
didik pada norma sekolah. Konsep atau prinsip demikian da
pat didadikan sebagai satu pola alternatif bagi sekolah
maupun lembaga-lembaga pendidikan lainnya, terutama daiam
membina kepatuhan pada norma-norma daiam perspektif Pendi
dikan Umum. Selain itu pola pembinaan kepatuhan peserta
didik dengan konsep atau prinsip acuannya diharapkan dapat
mendadi pola pembinaan awal dari rangkaian pembinaan Di
siplin Nasional.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
dilakukan guru daiam perilaku disiplin,khususnya kepatuhan
peserta didik pada norma sekolah, baik daiam penataan si
tuasi dan tindakan dari alat pendidikan. Penelitian ini
diharapkan duga mendadi rintisan awal untuk lebih menelaah
berbagai upaya sekolah daiam menata situasi dan
mengguna-kan alat pendidimengguna-kan daiam melakumengguna-kan sosialisasi dan indi
vidual isasi norma bagi pengembangan pribadi peserta didik
yang berdisiplin.
b. Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat pula
member! sumbangan daiam hal-hal penataan situasi dan peng
gunaan alat pendidikan yang bersifat praktis dan nyata, umumnya daiam upaya membina perilaku disiplin, khususnya
kepatuhan peserta didik pada norma sekolah, yang menudu
pada perilaku "self-discipline". Dengan demikian hal-hal tersebut melahirkan bahan-bahan pemikiran yang berguna ba gi pengembangan kebidakan-kebidakan maupun program-program Pendidikan Umum di sekolah, daiam membina pribadi peserta
didik.
c. Manfaat Bagi Sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran
yang utuh tentang upaya guru daiam membina peserta didik
agar patuh pada norma sekolah, melalui cara-cara penataan situasi dan penggunaan alat pendidikan. Sekolah memperoleh bahan masukan atau bahan banding serta bahan kadian daiam
upaya lebih mengembangkan dan meningkatkan pembinaan yang
dilakukan guru daiam perilaku disiplin,khususnya kepatuhan
peserta didik pada norma sekolah, baik daiam penataan
si
tuasi
dan tindakan dari alat pendidikan.
Penelitian
in!
diharapkan duga mendadi rintisan awal untuk lebih menelaah
berbagai upaya sekolah daiam menata, situasi dan
mengguna-kan alat pendidimengguna-kan daiam melakumengguna-kan sosialisasi dan
indi-viduasi norma bagi pengembangan pribadi peserta didik yang
berdisiplin.b. Manfaat Prakt i s
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat pula
memberi sumbangan daiam hal-hal penataan situasi dan peng
gunaan
alat pendidikan yang bersifat praktis
dan
nyata,
umumnya
daiam upaya membina perilaku disiplin,
khususnya
kepatuhan
peserta didik pada norma sekolah,
yang
menudu
pada
perilaku "self-discipline". Dengan demikian
hal-hal
tersebut melahirkan bahan-bahan pemikiran yang berguna ba
gi pengembangan kebidakan-kebidakan maupun program-program
Pendidikan Umum di sekolah, daiam membina pribadi
peserta
didik.
c. Manfaat Bagi Sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran
yang
utuh tentang upaya guru daiam membina peserta
didik
agar patuh pada norma sekolah, melalui cara-cara
penataan
situasi dan penggunaan alat pendidikan. Sekolah memperoleh
bahan masukan atau bahan banding serta bahan kadian
daiam
norma sekolah.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan
dan memperkaya maupun sebagai umpan balik bagi guru maupun
daiam upaya membina kepatuhan pada norma sekolah, sehlngga
dapat
lebih memperluas wawasan dan meningkatkan lagi
im-plementasi
kegiatan dan cara-cara pembinaan yang
dilaku
kan.
e. Manfaat Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan lebih memotivasl peneli
tian berikutnya, khususnya peneliti pribadi, baik sebagai
bahan masukan, memperluas wawasan dan mendalami kadian
pe-nerapan prinsip sosialltas dan individualltas nilai, moral
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
pende
katan
kualitatif. Pendekatan ini dilakukan
pada
situasi
lapangan
penelitian
yang bersifat
alamiah,
sebagaimana
adanya,
tanpa dimanipulasi, terutama terhadap
data
yang
dikumpulkan. Sebab pendekatan kualitatif merupakan
cermi-nan
filsafat post-positivisme atau filsafat
fenomenologi
yang
menekankan pada pemahaman ( verstehen ) dan
pengha-yatan
terhadap perilaku manusia daiam
kehidupan
sehari-hari. Oleh karena itu,penggunaan pendekatan kualitatif
da-lam
meneliti
suatu
masalah adalah
tepat,
kalau
untuk
mengetahui dan memahami apa yang sebenarnya terdadi
daiam
situasi dan proses yang alami.
Berdasarkan pandangan di atas, maka penggunaan pen
dekatan
kualitatif dipandang sesuai dengan fokus
masalah
penelitian, dengan beberapa alasan, antara lain : (1)
pe
nelitian ini mengambil latar di daiam dan di luar kelas di
mana alat pendidikan digunakan guru daiam membina kepatuh
an peserta didik pada norma sekolah. Untuk memahami bagai
mana guru menggunakan alat pendidikan itu, pendekatan kua
litatif dipandang sangat tepat,karena pendekatan ini lebih
memberi
penekanan pada proses guna
mendawab
pertanyaan penelitian tentang apa yang dilakukan, mengapa
hal itu dilakukan,dan bagaimana cara melakukannya; (2)
melalui pendekatan kualitatif yang menekankan perlunya
menciptakan hubungan yang harmonis ( rapport ) antara peneliti dengan subdek penelitian, serta dengan keberadaan
peneliti di daiam dan di luar kelas saat pergaulan antara
guru dan peserta didik akan teramati penggunaan alat pendidikan yang dilaksanakan guru secara wadar; dan (3) penelitian ini duga ingin mengungkap kebidakan guru ten tang penggunaan alat pendidikan daiam membina kepatuhan
peserta didik pada norma sekolah. Untuk memahami bagaimana
kebidakan guru tentang penggunaan alat pendidikan daiam
membina kepatuhan peserta didik pada norma sekolah. perlu
digunakan pendekatan kualitatif, karena pendekatan ini
mengutamakan pandangan menurut pendirian masing-masing.
Daiam pelaksanaan penelitian kualitatif terdapat
tiga tipe studi kasus ( Bogdan dan Biklen, 1982 : 59-51 )
yaitu : (1) historical organizational case studies, (2)
observational case studies, dan (3) life history. Histo
rical organizational case studies ( studi kasus historis
keorganisasian ) yang memusatkan perhatiannya pada organi
sasi tertentu daiam waktu yang lama, menelusuri suatu or
ganisasi atau peristiwa sejak awal pertumbuhannya. Obser
vational case studies ( studi kasus yang bersifat
penga-matan ) yang memusatkan perhatiannya pada organisasi ter
tentu atau pada aspek tertentu dari organisasi, antara la
< sebuah kelas,ruang dewan guru, kafetaria ), (b) satu ke
lompok orang khusus ( tim basket, tim guru ) dan (c) kegi
atan sekolah ( perencanaan kurikulum, kegiatan ekstra ).
Life history ( riwayat hidup ) yang memusatkan perhatian
nya
pada peristiwa yang menyangkut riwayat hidup
seorang
tokoh.
Tipe studi kasus yang diterapkan daiam penelitian
ini ialah observational case studies, karena yang mendadi
fokus studinya adalah penggunaan alat pendidikan, daiam
hal ini penataan situasi sekolah dan tindakan yang dilaku
kan
oleh guru daiam membina kepatuhan peserta didik
pada
norma sekolah. Daiam arti yang tidak ketat, maka apa
yang
mendadi fokus studi daiam penelitian ini adalah menyangkut
organisasi sekolah, dengan bagian yang mendadi fokusnya
adalah penggunaan alat pendidikan oleh guru sebagai
kegi
atan sekolah. Para guru dipandang sebagai bagian organisa
si sekolah daiam bentuk satu kelompok orang khusus,sedang
kan penggunaan alat pendidikan di luar kelas dan di daiam kelas adalah sebagai bentuk dari tempat tertentu di daiam
organisasi sekolah.
B. Lokasi dan Subdek Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Untuk meneliti penggunaan alat pendidikan oleh
guru
daiam
membina kepatuhan peserta didik pada norma
sekolah
di seluruh SMU Swasta Kotamadya Bandarmasin, dengan
meng
gunakan pendekatan kualitatif bukanlah hal yang mudah
un
keterbatasan, antara lain waktu studi,biaya dan kemampuan.
Oleh karena itu mengingat keterbatasan waktu studi,
biaya dan kemampuan serta agar penelitian yang dilakukan
lebih
mendalam dan menyeluruh, maka
penelitian
terhadap
penggunaan alat pendidikan oleh guru daiam membina kepa
tuhan peserta didik pada norma sekolah di SMU Swasta,
ha
nya dilaksanakan pada sebuah sekolah sada, dan yang
dipi-lih adalah SMU KORPRI Kotamadya Bandarmasin.
Adapun penentuan sekolah yang mendadi lokasi
pene-nelitian itu ditentukan melalui berbagai pertimbangan
an
tara lain :
1. Menurut Kepala Kantor Depdikbud Kotamadya Bandarmasin
termasuk sebagai sekolah yang dipandang baik daiam mem bina kepatuhan peserta didik pada norma sekolah.
2. Dipimpin oleh seorang kepala sekolah yang telah
menda-bat
sedak sekolah didirikan hingga
sekarang.
Berarti
kepala sekolah itu telah begitu mengetahixi seluk beluk
penggunaan alat pendidikan yang digunakan di sekolahnya
daiam membina kepatuhan peserta didik pada norma
seko-kolah.
3. Sekolah
itu
terletak
di daerah pinggiran dan peserta
didiknya sebagian besar berasal dari kalangan bawah
da-lam kategori sosial ekonomi, namun dapat
menyedajarkan
diri daiam mencapai prestasi pada kegiatan intra dan
kegiatan ekstra kurikuler, antara lain prestasi bela
dar, pramuka, paskibraka, ksenian dan olah raga.
memberikan
informasi dan
kesediaan untuk langsung
di-amati serta memungkinkan peneliti sesering mungkin ber
ada di lapangan.
5. Menurut masyarakat
di lingkungan
sekolah itu, sekolah
ini
termasuk kategori sekolah yang berdisiplin
tinggi
daiam menanamkan kepatuhan pada norma sekolah.
Jadi pemilihan sekolah yang menjadi lokasi penelitian ada
lah didasari pertimbangan repxitasi sekolah di antara seko
lah swasta yang ada di Kotamadya Banjarmasin,terutama yang
seusianya.
Selain itu pendapat masyarakat
di
lingkungan
sekolah itu dan kemudahan serta keramahan yang
diberikan.
Sebagaimana
yang
dilakukan oleh Sara Lawrence
Lighfoot
( 1983 : 11 ) daiam menentukan sekolah yang menjadi lokasi
penelitian, yakni :
Our
selection not scientific. Mo random
sample
was
taken, no large-scale opinions survey were sent out
in
order
to have identify good schools. They were
chosen
because
ol their reputation among school
people
the
high
opinion
of them shared by their
inhabitans
and
surrounding
comunities, and because the
offered
ea-.v
and generous entry. 2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian penelitian ditentukan secara
pur
posive,
yakni subjek yang ditentukan langsung oleh
pene
liti, karena bertalian dengan masalah dan tujuan peneliti
an.
Spradley
( daiam Sanapiah Faisal, 1990 :
57-58
)
mengemukakan beberapa kriteria yang perlu
dipertimbangkan
daiam memilih subjek penelitian, antara lain :
1- Subjek yang telah cukup lama dan intensif "
menya-tu
dengan suatu kegiatan atau "medan aktivitas "
yang menjadi sasaran perhatian peneliti
lingkungan/kegiatan yang mendadi sasaran atau
per-hatian peneliti.
3. Subdek yang mempunyai cukup banyak waktu atau
ke-sempatan untuk dimintai informasinya.
4. Subdek yang sebelumnya tergolong masih "asing" de
ngan peneliti sehingga peneliti dapat merasa lebih
tertantang
untuk "beladar" sebanyak mungkin
dari
subdek yang semacam "guru baru" bagi dirinya.
Berdasarkan hal demikian dan pengamatan selama di
lapang-an, maka subdek penelitian dipilih adalah kepala
sekolah,
guru yang relatif senior dan aktif-terlibat daiam
membina
kepatuhan peserta didik pada norma sekolah, bersedia serta
mempunyai waktu untuk memberi informasi. C. Sumber dan Jenis Data
Menurut Lofland dan Lofland ( 1984 : 47, L.J.
Mole-ong,1988 : 95 - 96 ) bahwa sumber dan denis data yang uta
ma daiam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindak
an,
selebihnya adalah data tambahan, seperti dokumen
dan
Iain-lain.
Sumber
data yang diperlukan daiam
penelitian
ini
terdiri dari dua bagian :
a. Sumber
data
primer
yaitu kata-kata dan tindakan yang
diperoleh
dari : ( 1 ) situasi alami ( wadar
)
yang
terdadi di lingkungan sekolah yang mendadi tempat pene
litian, baik situasi fisik, sosial maupun psikolologis,
( 2 ) Pimpinan sekolah dan para guru senior serta
para
peserta didik.
b. Sumber data sekunder adalah segala data yang diperlukan
dan dipandang menundang data primer, meliputi
Sedangkan data penelitian diperoleh dari (1) hasil
penga-matan
langsung peneliti sendiri terhadap penggunaan
alat
pendidikan oleh guru daiam membina kepatuhan peserta didik
pada norma sekolah baik di daiam kelas atau di luar kelas,
(2) hasil wawancara dengan Pimpinan sekolah, para guru dan
peserta didik yang dimintai keterangannya tentang
penggu
naan alat pendidikan di daiam dan di luar kelas daiam sua
sana yang wadar, dan (3) hasil studi dokumentasi
terhadap
dokumen-dokumen
dan
foto-foto
yang
berhubungan
dengan
penggunaan alat pendidikan oleh guru pada peserta didik
daiam membina kepatuhan pada norma sekolah.
D.
Teknik Pengumpulan Data Dan Instrumen Penelitian
1. Observasi
Teknik ini digunakan oleh peneliti agar dapat
ber-hubtingan secara langsung dengan dengan subdek
penelitian,
sehingga
dapat melihat langsung apa yang terdadi
di
la-pangan. Patton ( daiam S.Nasution, 1988 : 59-60 )
mengemu-kakan beberapa manfaat penggunaan observasi daiam
pengum
pulan data, sebagai berikut :
1. Dengan berada di lapangan peneliti lebih mampu me
mahami konteks data daiam keseluruhan situasi.
2. Pengalaman langsung memungkinkan peneliti
menggu
nakan pendekatan induktif, dadi tidak
dipengaruhi
oleh konsep-konsep atau pandangan sebelumnya.
3. Peneliti
dapat
melihat
hal-hal yang kurang atau
tidak diamati orang lain,khususnya orang yang ber
ada
daiam lingkungan itu, karena
telah
dianggap
"biasa" dan karena itu tidak akan terungkap
daiam
wawancara.
4. Peneliti dapat menemukan hal-hal yang sedianya ti
dak akan terungkap oleh responden daiam
wawancara
karena bersifat sensitif atau ingin ditutupi kare
na dapat merugikan nama lembaga.6. Daiam lapangan penelitian tidak hanya dapat
menga-adakan pengamatan akan tetapi duga memperoleh
ke-san-kesan pribadi.
Adapun hal-hal yang diobservasi daiam penelitian
ini adalah :
1. Situasi fisik sekolah, daiam hal ini tataan keadaan fi
sik sekolah.
2. Situasi sosiologis dan psikologis sekolah, daiam hal
ini latar belakang pendidikan guru dan pergaulan kepala
sekolah, guru dengan siswa.
3. Tindakan guru daiam membina kepatuhan peserta didik pa
da norma sekolah di luar kelas dan di daiam kelas.
Daiam
penelitian ini teknik
observasi
dilakukan,
selain observasi partisipasi pasif,kadang-kadang duga ikut
serta secara wadar melalui berbagai kegiatan, misalnya
ra-pat bulanan sekolah dan upacara pengibaran bendera.
Observasi partisipasi pasif dilakukan terhadap
pe-ristiwa-peristiwa yang berlangsung, khususnya yang
berka-itan dengan data-data yang diperlukan, misalnya di luar
kelas pada waktu sebelum dam peladaran dimulai, saat
upa
cara hari Senin, saat pelaksanaan senam kesegaran jasmani,
saat
dam istirahat dan pulang sekolah, meliputi
berbagai
tindakan guru terhadap peserta didik yang terlambat datang
ke
sekolah, tidak lengkap pakaian seragam,
merokok,
dan
membolos,
maupun terhadap peserta didik yang aktif
daiam
kegiatan sekolah, daiam hal ini yang aktif di paskibra se
kolah,
olah raga. Observasi duga dilakukan di ruang
guru
dan terhadap tindakan guru di daiam kelas, daiam hal dila
antara lain guru yang mengadar mata peladaran Pendidikan
Agama Islam, Sedarah, Kimia, Biologi,Bahasa Indonesia.
2. Wawancara
Wawancara digunakan utuk memperoleh data-data me
lalui percakapan antara pewawancara dengan yang
diwawan-carai daiam nuansa hubungan yang bersifat pribadi, sehing
ga pewawancara dapat mengetahui persepsi tentang dunia
ke-nyataan dan memasuki dunia pikiran dan perasaan yang
diwa-wancarai. Maksud diadakannya wawancara, menurut Lincoln
dan Guba ( 1985 : 266 ) antara lain; " mengkonstruksi
mengenai orang, kedadlan, kegiatan, organisasi, perasaan,
motivasi, tuntutan, keperdulian, dan lain sebagainya.
Adapun tuduan dari dilakukannya wawancara ( A.
Son-haddi, 1994 : 63 ) adalah untuk memperoleh konstruksi yang terdadi sekarang tentang orang, kedadian, aktivitas, orga
nisasi, perasaan, motivasi, pengakuan, kerisauan dan seba
gainya; rekonstruksi keadaan tersebut berdasarkan penga
laman masa lalu; proyeksi keadaan tersebut yang diharapkan terdadi pada masa yang akan datang; dan verifikasi, penge-cekan dan pegembangan informasi.
Daiam penelitian ini wawancara dilakukan bervariasi
dan melihat momen, dimana akan melakukan wawancara secara
Informal, atau wawancara dengan menggunakan petunduk umum
wawancara, dan wawancara baku terbuka. Daiam pelaksanaan
dan wawancara baku terbuka ( S.Nasution, 1988 :" 74 ).
Adapun masalah-masalah yang digali daiam penelitian ini dengan menggunakan teknik wawancara adalah :
1. Latar belakang tataan situasi fisik, sosiologis dan
psiklogis sekolah.
2. Pandangan terhadap peserta didik yang patuh dan tidak
patuh pada norma sekolah.
3. Tindakan-tindakan yang dilakukan guru sebagai alat pen
didikan daiam membina kepatuhan peserta didik pada nor
ma sekolah.
4. Latar belakang tindakan-tindakan yang digunakan guru
sebagai alat pendidikan daiam membina kepatuhan peserta
didik pada norma sekolah.
Daiam pelaksanaan wawancara ini, dibantu oleh alat perekam
dan catatan kecil, untuk membantu lebih melengkapi data
yang digali.
Subdek penelitian yang diwawancarai adalah Kepala
sekolah, guru senior, aktif terlibat dan bersedia
diwawan-rai yakni Wakasek Kurikulum dan Humas merangkap sebagai
guru PPKN dan Tata Negara, Wakasek Kesiswaan sekaligus gu
ru Olahraga, Wakasek Sarana merangkap guru Bahasa Indone
sia, guru Bahasa Inggeris sekaligus sebagai Bendahara Se
kolah, petugas BP dan Guru Kimia sekaligus wali kelas IIIA2
serta peserta didik yang patuh dan siswa yang sering ter™
lambat sekolah, duga orang tua siswa yang patuh.
3. Studi Dokumenter
Tehnik pengumpulan data ini digunakan sebagaimana
menyatakan bahwa sumber informasi yang berupa dokumen dan
rekaman cukup bermanfaat, karena, antara lain: (1) merupa
kan sumber data yang stabil, kaya, dan mendorong, (2)
ber-guna sebagai bukti pengudian,(3) sifatnya alamiah, (4) re
latif murah dan tidak sukar diperoleh, dan (5) tidak
reaktif.
Data yang akan dikumpulkan melalui studi
dokumen-ter adalah dokumen-dokumen dokumen-tertulis dan photo-photo.
Doku-mentasi tertulis adalah (1) Laporan penyelenggaraan pene
rimaan murid baru dan penataran P4 tahun 1995/1996,(2) Ta
ta tertib sekolah, (3) Buku Kasus, (4) Buku Jurnal Pelak
sanaan Program Bimbingan dan Konseling, dan Iain-lain se
perti contoh surat keterangan terlambat, alat penilaian
lomba kegiatan 7 K Caturwulan I, lampiran doa yang
dibaca-kan setiap upacara di hari Senin, pernyataan siswa baru
untuk mentaati dan mematuhi semua peraturan dan tata ter
tib sekolah, surat pemberitahuan dan pemanggilan terhadap
orang tua siswa tentang putera/puteri mereka telah mela
kukan pelanggaran dan untuk membicarakan dalan
pemecahan-nya.
Sedangkan foto-foto yang dikumpulkan adalah
foto-foto yang menggambarkan (1) bentuk dan tataan bangunan se
kolah,^) reputasi yang dicapai sekolah, (3) taman-taman
kelas, (4) suasana siswa dan guru melakukan aksi kebersih
an pada hari Jum'at, (5) saat siswa istirahat dan beladar,
(6) suasana upacara dan pemberian hadiah pada kelas dan
dasma-ni,(8)
suasana paskibra sedang melaksanakan
latihan
dan
siswa
yang
berlatih menaikkan bendera saat
jam
sekolah
usai, (9) siswa dan hasil kaligrafinya, (10 ) tata
tertib
praktikum, (11) tindakan-tindakan guru terhadap siswa yang
terlambat datang ke sekolah, membolos,dan siswa yang
naik
bersyarat.
4. Peneliti Sebagai Pengumpul Data Penelitian
Ketiga teknik pengumpulan data yang diuraikan
ada
lah
teknik untuk menjaring data, sedang yang
mengunakan-nya
adalah peneliti sendiri. Hal ini merupakan ciri
dari
penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif,
dimana
yang mengumpulkan data penelitian adalah peneliti sendiri.
Hal ini didukung oleh pernyataan Subino ( 1988 : 10 ) yang
mengemukakan
bahwa
: " Alat pengumpul data
yang
paling
tepat digunakan daiam penelitian kualitatif ialah manusia,
karena
perilaku manusia paling tepat direkam dengan
alat
manusia jxiga ".
Daiam peranannya sebagai pengumpul data
penelitian
yang utama, maka pada peneliti, melekat ciri-ciri
sebagai
berikut ( S. Nasu-tion, 1992 : 55-56 ) :
a. Peka
dan
dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari
lingkungan yang harus diperkirakan bermakna atau
tidak
bagi penelitian.
b. Dapat
menyesuaikan
diri
terhadap semua aspek keadaan
dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus.
c
Dapat memahami situasi daiam segala seluk-beluknya
se
d. Mampu
menghayati situasi yang melibatkan interaksi ma
nusia.
e. Dapat segera menganalisis data yang diperoleh.
f. Dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data yang dikum
pulkan maupun sebagai balikan untuk memperoleh
penegas-an, perubahpenegas-an, perbaikan atau penolakan.
Ciri-ciri
umum yang hampir tidak berbeda
mengenai
manusia sebagai instrumen penelitian dikemukakan oleh L.J.
Moleong
(
1988 : 103 ) yang mengutip pendapat
Cuba
dan
Lincoln
( 1981 : 128 - 150 ), yaitu responsif, dapat
me-nyesuaikan,
menekankan
keutuhan, mendasarkan
diri
pada
pengetahuan, memproeses data secepatnya, dan
memanfaatkan
kesempatan untuk mengklasifikasi dan mengikhtisarkan,
dan
memanfaatkan kesempatan mencari respon yang tidak lazim.
E. Pemeriksaan Keabsahan Data
Pemeriksaan keabsahan data pada dasarnya
memperso-alkan seberapa meyakinkan keterpercayaan hasil
penelitian
dapat memenuhi suatu kriteria. Untuk menetapkan
keabsahan
data diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pe
meriksaan
tersebut
didasarkan
pada
4
kriteria
guna
memeriksa keterpercayaan suatu hasil penelitian (
Lincoln
dan Guba, 1985 : 290 ) yaitu : nilai kebenaran ( truth va
lue ),kemamputerapan ( applicability ),ketaatasasan ( con
sistency
) dan kenetralan ( neutrality ). Sedangkan
Lexy
J. Moleong ( 1988 : 147 ) mengemukakan 4 kriteria yang di
gunakan untuk memeriksa keabsahan data yakni: deradat
ke
ketergantungan ( dependability ) dan kepastian (
confirma-bility ).
Dengan mengacu pada kriteria-kriteria yang
dikemu-kan baik oleh Guba dan Lincoln dan Lexy J.Moleong, maka
teknik pemeriksaan yang dilakukan untuk menetapkan keab
sahan hasil penelitian didasarkan atas kriteria-kriteria
sebagai berikut :
1. Kredibilitas
Kriteria kredibilitas ini berfungsi, (1) melaksana
kan Inkuiri sedemikian rupa, sehingga tingkat keterperca
yaan penemuannya dapatlah dicapai, (2) menundukkan deradat
kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan dalan pembuktian
oeh peneliti pada kenyataan-kenyataan yang sedang
diteli-ti.
Daiam melaksanakan kriteria kredibilitas ini untuk
memeriksa keabsahan data hasil penelitian dilakukan member
check dan triangulasi.
Member check adalah kegiatan di mana responden me
meriksa kembali catatan lapangan yang peneliti berikan,ba
ik itu hasil observasi dan wawancara, agar data yang dibe
rikan mendadi lebih sesuai dengan apa yang dimaksud oleh
responden, setelah diperiksa, diperbaiki maupun ditambah
dan dikurangi, setelah itu responden menandatangani dan
diketahui oleh Kepala sekolah.
( 1988 :112 ) menyatakan bahwa " data itu harus diakui dan
diterima kebenarannya oleh sumber informasi, dan
selandut-nya data tersebut duga harus dibenarkan oleh sumber atau
informan lain ".
Triangulasi adalah proses untuk mencek kebenaran
suatu
informasi dengan menggali informasi
dari
berbagai
pihak, agar hasil penelitian dapat dipercaya. Dengan demi
kian tuduan dari triangulasi ini adalah untuk
memverifika-si atau mengkonfirmamemverifika-si informasi.
Triangulasi yang dilaksanakan daiam penelitian ini
dilakukan daiam dua bentuk, yaitu triangulasi sumber dan
triangulasi metode. Triangulasi sumber dilaksanakan dengan
cara menggali data yang sama dari beberapa sumber. Sedang
kan
triangulasi
metode dikerdakan dengan
menggali
data
yang sama melalui metode obersevasi, wawancara dan studi
dokumentasi.
2. Transferabilitas
Transferabilitas adalah berhubungan dengan
sedauh-mana hasil penelitian dapat dialihkan pada situasi lain.
Suatu
temuan penelitian berpeluang untuk
dialihkan
pada
konteks lain manakala ada kesamaan karakteristik antara
situasi penelitian dengan situasi penerapan. Karenanya un
tuk
melakukan pengalihan tersebut, seorang peneliti
hen
daknya
mencari dan mengumpulkan kedadian empirik
tentang
kesamaan konteks.
Dengan demikian peneliti bertanggung dawab untuk
yang dllakukannya secara utuh, menyeluruh, lengkap,
menda-lam dan rinci,dika ingin membuat keputusan pengalihan itu.
Pada
gilirannya akan diterapkan oleh para pemakai,
kalau
dipandang ada terdapat kesamaan konteks antara situasi pe
nelitian dengan situasi penerapan.
Oleh karenanya daiam penelitian ini situasi empirik
dari masalah yang diteliti dlupayakan akan
dideskripsikan
secara utuh, agar hasil penelitiannya dapat memberikan
pe-luang
bagi
keteralihannya guna diterapkan
pada
situasi
yang lain.
3. Dependabilitas dan Konfirmabilitas
Dependabilitas dan Konfirmabilitas daiam pelaksana
an penelitian kualitatif berhubungan dengan konsistensi
dan kenetralan.
Daiam penelitian naturalistik, konsistensi dilihat
dari
arti yang lebih luas dengan memperhitungkan
faktor-faktor yang mungkin mengalami perubahan. Karena daiam
pe
nelitian
naturalistik
terdapat duga
faktor-faktor
yang
mengganggu konsistensi, karena manusia sebagai instrumen
dapat
menurun perhatian dan ketadaman
pengamatannya
dan
dapat membuat kekhilafan dan kesalahan.
Netralitas daiam penelitian naturalistik mengandung
aspek kuantitas ( S. Nasution, 1992 : 113 ), yakni
bergan-tung pada dumlah orang yang membenarkan atau
mengkonfirma-sikannya. Jadi Netralitas daiam penelitian kualitatif
suatu kesesuaian inter-subdektif. Dengan demikian
obdekti-fitas ( S. Nasution, 1992 : 114 ) duga mengandung aspek kualitatif, karena kebenaran suatu data, dapat duga dibe
narkan atau dikonfirmasi oleh orang lain.
Untuk dapat memenuhi kriteria dependablitas dan
konfirmabilitas ini dapat ditempuh melalui pr.oses audit trail. Audit trail adalah proses untuk memeriksa
ketergan-tungan dan kepastian data. Untuk kepentingan proses audit
trail dilakukan dengan cara menyediakan bahan-bahan :
1. Data mentah meliputi material rekaman, catatan lapangan
yang telah dimember chekck responden, dokumen dan foto.
2. Reduksi data meliputi ringkasan daiam bentuk rangkuman
dan konsep.
3. Catatan proses yang digunakan,yakni tentang metodologi, disain dan strategi agar penelitian dapat dipercaya.
F. Tahap-Tahap Penelitian
Penelitian yang dilakukan guna mendawab permasalah-an penelitipermasalah-an ditempuh melalui tahappermasalah-an pra-lappermasalah-angpermasalah-an,
ope-asional di lapangan dan analisis data.
1. Tahap Pra-Lapangan
Daiam tahapan pra-lapangan ini dilakukan tiga kegi
atan, yaitu :
a. Kegiatan menyusun disain penelitian
Penyusunan disain penelitian diilhami oleh
tugas-tugas yang diberikan daiam mata kuliah studi individual,di
antaranya adalah survai terhadap pembinaan kepatuhan pe
survai di lapangan menghasilkan beberapa temuan yang
mena-rik untuk digali lebih landut, terutama upaya sekolah
da-lam
membina kepatuhan peserta didik pada
norma
sekolah,
melalui alat pendidikan yang digunakan guru, yaitu penata
an situasi dan tindakan yang dilakukan. b. Memilih lokasi penelitian
Pemilihan lokasi penelitian bertuduan untuk menemu
kan
kesesuaian dengan masalah yang diteliti. Dengan
kata
lain,
lokasi penelitian yang dipilih harus dapat
memberi
data yang diperlukan guna memecahkan masalah yang
diteli
ti.
Guna
memilih lokasi penelitian
dilakukan
tahapan
sebagai berikut, pertama, mencari informasi tentang
seko
lah
menengah umum swasta yang dianggap baik kualitas
ke
patuhan
peserta didik pada norma sekolah
melalui
Kepala
Kandepdikbud
Kotamadya Bandarmasin. Kedua,
sekolah
yang
mendadi lokasi penelitian hendaknya memiliki reputasi yang
baik, meskipun sumber daya manusianya terbatas, daiam arti
peserta didiknya sebagian besar dari kalangan bawah
daiam
status sosial ekonomi, terletak di daerah marginal.
Keti
ga,
sekolah itu dipimpin oleh Kepala sekolah daiam
waktu
yang
lama, paling tidak sudah 5 tahunan.
Berarti
Kepala
sekolah telah begitu mengenal seluk beluk pembinaan
kepa
tuhan di sekolahnya. Keempat, sekolah yang mendadi
lokasi
penelitian memberikan kemudahan, keramahan dan keterbukaan
untuk
dilakukan
penelitian. Atas dasar
pertimbangan
di
c. Mengurus izin penelitin
Daiam
mengurus
perizinan
terdadi kesalah-pahaman
prosedxar. Pertama, pihak Kanwil daiam hal ini bidang
Dik-menum
menyatakan
karena penelitian dilaksanakan
di
SMU
Swasta
Kotamadya sada, maka tidak diperlukan
izin
dari
Kanwil Depdikbud Propinsi Kalimantan Selatan, cukup
minta
pada pihak Kandepdikbud Kotamadya sada, kecuali kalau
pe-nelitiannya adalah SMU Swasta di wilayah Propinsi.
Kedua,
karena
pihak Kandepdikbud Kotamadya Bandarmasin
menghen
daki
surat
permohonan izin penelitian dari
Rektor
IKIP
Bandung dan Surat Rekomendasi Ditsospol Pemda Dati I
Jawa
Barat,tidak daiam bentuk tembusan,tetapi bentuk surat yang
ditxidukan langsung pada Kepala Kandepdikbud Kotamadya Ban
darmasin. Tetapi melalui musyawarah, ditemukan dalan kelu
ar, peneliti diminta mengadukan surat permohonan izin
pe
nelitian yang ditudukan pada Kepala Kandepdikbud Kotamadya
Bandarmasin dari Dekan FKIP UNLAM.
Dengan demikian prosedur yang ditempuh meliputi :
- Surat
permohonan
izin penelitian dari Rektor IKIP Ban
dung,
u.b Pembantu Rektor I, No.2017/ PT25.H1/N/
1995,
tanggal 12 April 1995, ditudukan kepada Kepala Ditsospol
Propinsi Dati I Jawa Barat.
- Surat Rekomendasi Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat, Direktorat Sosial Politik, No. 070.2 / 1950,
tanggal 30 Mei 1995, ditudukan pada Gubernur KDH Kal-sel
up.Kepala Direktorat Sospol.
- Melaporkan
diri
kepada
Kadit Sospol Pemda Tk.I Kalsel
Kalsel, daiam hal ini bidang Dikmenum, setelah membubuhi
tanda
mengetahui pada tanggal 4 Jul! 1995
daiam
surat
rekomendasi
Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat
I
Jawa
Barat,
Direktorat Sospol No.070.2/1950 tanggal
30
Mel
1995.
- Sesampai
di bidang<