• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI HASIL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BAGI PENDIDIK PAUD TINGKAT PEMULA DALAM PROSES PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI :Studi Kasus Pada Kelompok Bermain SKB Kota Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI HASIL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BAGI PENDIDIK PAUD TINGKAT PEMULA DALAM PROSES PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI :Studi Kasus Pada Kelompok Bermain SKB Kota Bandung."

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

HALAMAN

LEMBAR PERSETUJUAN... i

PERNYATAAN... ii

KATAPENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

ABSTRAK... vi

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR BAGAN ... ix

DAFTAR TABEL... BAB I. PENDAHULUAN... A. Latar Belakang... 1

B. Identifikasi Masalah... 8

C. Rumusan Masalah... 9

D. Definisi Oprasional... 10

E. Tujuan Penelitian... 12

F. Manfaat Penelitian... 12

G. Kerangka Berpikir... 13

BAB II. LANDASAN TEORI... 16

A Konsep Belajar dan Pembelajaran... 16

B. Konsep Pembelajaran Anak Usia Dini... 20

C. Hakikat Anak Usia Dini... 30

D. Hakikat Pendidik Anak Usia Dini... 49

E. Hakikat Bermain Anak Usia Dini... 60

F. Konsep Pelatihan... 67

G. Penelitian Yang Relevan... 75

BAB. III. METODE PENELITIAN... 79

A. Pendekatan dan Metode Penelitian... 79

B. Subjek Penelitian... 82

C. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data... 83

(2)

E. Pengecekan Keabsahan Data... 92

BAB. IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 96

A. Deskripsi Umum Kelompok Bermain SKB Kota Bandung..… 96

B. Deskripsi dan Analisis Pembelajaran... ..……… 103

C. Pembahasan Hasil Penelitian………..….……. 149

BAB. V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI... A. Kesimpulan... 166

B. Rekomendasi... 169

DAETAR PUSTAKA... 171

LAMPIRAN-LAMPIRAN... 174

RIWAYAT HIDUP... 197

(3)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Era globalisasi yang ditandai dengan persaingan kualitas atau mutu, menuntut semua pihak dalam berbagai bidang dan sektor pembangunan untuk senantiasa meningkatkan kompetensinya. Hal tersebut mendudukkan pentingnya upaya peningkatan kualitas pendidikan baik secara kualitatif maupun kuntitatif yang harus dilakukan terus menerus, sehingga pendidikan dapat digunakan sebagai wahana dalam membangun watak bangsa (nation character building). Untuk itu guru atau pendidik sebagai salah satu penentu keberhasilan dibidang pendidikan maka, harus ditingkatkan kompetensinya sesuai dengan pekerjaan yang diembangnya.

Pendidikan formal maupun nonformal merupakan lembaga vital yang berperan utama sebagai kunci untuk mempersiapkan kebutuhan masa depan bangsa berdasarkan aspek intelektual, dan memadukan aspek keterampilan dengan kepribadian. Dalam rangka pendidikan, pendidik merupakan sosok utama yang mengemban tugas mempersiapkan masa depan anak.

(4)

learning to do, leraning to be). Guna mewujudkan hal tersebut maka pendidikan

di Indonesia sangat membutuhkan dukungan tenaga pendidik yang memadai, berkualitas dan profesional serta mampu bersaing baik di forum regional, nasional maupun internasional.

Kebijakan Internasional Komitmen Education for All di Johmtien Tailan 1999, pendidikan untuk semua (PUS) yang menyepakati perlunya pendidikan untuk semua orang sejak lahir sampai menjelang ajal (suara merdeka, Ciber news) dalam Yuliani Nurani (2007 : 42). Dari pernyataan pendidikan untuk semua seharusnya manusia mengambil dan mendapatkan pendidikan dari sejak dia lahir sampai kematian menjemput, karena dengan pendidikan manusia dapat melakukan segala sesuatu dan dapat berkehendak sesuai dengan keinginan. Pendidikan tidaklah harus dibatasi oleh orang perorangan, status sosial jenis kelamin, maupun kemampuan individu. Semua orang berhak mendapatkan pendidikan, leh sebab itu, didalam merencanakan pendidikan, harus mecakup semua lapisan masyarakat.

Kebijakan internasional dalam pertemuan Forum Pendidikan Dunia tahun 2000 di Dakkar, Senegal, telah menghasilkan enam kesepakatan sebagai kerangka aksi pendidikan untuk semua (The Dakkar Framework for Action Education for All) sebagaimana disebutkan berikut ini: 1) memperluas dan memperbaiki

(5)

mereka yang termasuk suku minoritas, memiliki kesempatan mendapatkan pendidikan dasar yang lengkap, bebas dan wajib dengan kualitas yang baik; 3) menjamin bahwa kebutuhan belajar semua anak muda dan orang dewasa terpenuhi melalui akses yang adil pada program-program belajar dan keterampilan hidup yang sesuai, 4) mencapai perbaikan 50% pada tingkat keniraksaraan orang dewasa menjelang tahun 2015, terutama bagi kaum perempuan, dan kesempatan yang sama untuk pendidikan dasar dan berkelanjutan bagi semua orang dewasa, 5) menghapus perbedaan jender pada pendidikan dasar dan menengah menjelang tahun 2005, dan mencapai persamaan jender dalam pendidikan menjelang tahun 2005 dengan satu fokus yang menjamin kesempatan yang menyeliruh dan sama, prestasi dalam pendidikan dasar dengan kualitas yang baik, dan (6) Memperbaiki semua aspek kualitas pendidikan dan menjamin keunggulannya, agar hasil-hasil belajar yang diakui dan terukur dapat diraih oleh semua, terutama dalam keaksaraan, kemampuan berhitung dan keterampilan hidup yang penting (UNESCO, www. Unesco.org). 12 Agustus 2008

(6)

diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar, dan PAUD dapat diselenggarakan dalam jalur pendididkan formal, nonformal dan informal.Dalam hal ini Kelompok Bermain merupakan salah satu Satuan PAUD jalur pendidikan nonformal (Pasal 28 ayat (4)).

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 31 Tahun 2007, PAUD Nonformal berada dibawah pembinaan Direktorat PAUD, Direktorat Jenderal Pendidikan Non Formal dan In Formal (Ditjen PNFI). Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Direktorat PAUD), Direktorat PAUD berkewajiban menyiapkan berbagai pedoman yang bisa dijadikan acuan oleh masyarakat yang akan menyelenggarakan PAUD non formal dalam berbentuk Kelompok Bermain. Pedoman tersebut tentunya didasarkan pada kebijakan Pemerintah di bidang PAUD, baik yang telah dijabarkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) maupun Rencana Strategi (Renstra) Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas).

(7)

keterampilan dan sikap agar dapat memperbaiki kompetensi dan kinerjanya dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik. Pendidik merupakan salah satu penentu keberhasilan yang tugasnya sebagai perencana, pelaksana, fasilitator, evaluator yang memberikan ransangan untuk mengembangkan 9 kecerdasan anak. Oleh karena itu seorang pendidik harus memiliki kompetensi seasuai dengan bidangnya.

Agar stimulasi yang diberikan bersifat positf maka seharusnya pendidik PAUD menguasai dan terampil melakukan tugasnya sebagai pendidik. Ada 10 hal yang seharusnya diketahui, dipahami, dan dikuasai oleh pendidik PAUD yaitu 1) hakikat pendidikan anak usia dini, 2) hakikat pelayanan pendidikan anak usia dini, 3) hakikat anak usia dini, 4) perkembangan anak usia dini, 5) hal-hal yang harus dihindarkan anak usia dini, 6) hal-hal yang harus dimiliki pendidik anak usia dini, 7) kata dan kalimat yang dianjurkan menjadi pembiasaan sehari-hari, 8) manajemen PAUD, 9) Metode pembelajaran PAUD, dan 10) kurikulum PAUD, Netti Herawati (2005 : 6).

(8)

mempengaruhi kinerja pendidik secara individual, yakni faktor dari dalam (internal) dan fakrtor dari luar (eksternal).

Menurut Mulyasa (2008:37) bahwa: pendidik sebagai agen pembelajaran (learning agent) peran pendidik sebagai fasilitator, motivator, pemberi inspirasi

belajar bagi anak, pengajar, pembimbing, sebagai pelatih, penasehat, sebagai inovator, sebagai pribadi, sebagai pendorong kreativitas, sebagai pekerja rutin, sebagai pemindah kemah, sebagai pembawa cerita, sebagai aktor, evaluator dan lain-lain. Pembelajaran merupakan satu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu, untuk menciptakan pembelajaran yang kreatif dan menyenagkan diperlukan berbagai keterampilan. Diantaranya adalah keterampilan membelajarka atau keterampilan mengajar.

Keterampilan mengajar merupakan kompetensi profesional yang cukup kompleks, sebagai integrasi dari berbagai kompetensi guru secara menyeluruh. Turney (1973) dalam at.al 69 mengungkapkan delapan (8) ketrampilan mengajar yang sangat berperan dan menentukan kualitas pembelajaran, yaitu 1) ketrampilan bertanya, 2) memberi penguatan, 4) mengadakan fariasi, 5) menjelaskan, membuka dan menutup pelajaran, 6) membimbing diskusi kelompok kecil, 7) mengelola kelas, 8} serta mengajar kelompok kecil dan perorangan. Penguasaan terhadap ketrampilan mengajar tersebut harus utu dan terintegrasi, sehingga diperlukan latihan yang sistematis.

(9)

proses, 3) pendekatan lingkungan, 4) pendekatan kontekstual dan 5) pendekatan tematik. Pada program pendidikan anak usia dini pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah pendekatan tematik (Thematic Approach) karena pendekatan tersebut merupakan sala satu pendekatan pembelajaran yang cocok untuk pendidikan anak usia dini. Pendekatan tematik digunakan dalam implementasi kurikulum 2004, terutama di Taman Kanak-Kanak dan Rudatul Athfal (TK dan RA) serta pada kelas rendah di SD dan Mi.

Mulyasa (2008:104) pendekatan tematik merupakan pendekatan pembelajaran untuk mengadakan hubungan yang erat dan serasi antara berbagai aspek yang mempengaruhi anak dalam proses belajar. Melalui proses pembelajaran dengan kegiatan yang menyenangkan bagi anak yaitu melalui bermain anak belajar, dengan harapan dapat merangsang aspek motorik, sosial, kognitif, seni, bahasa, moral dan nilai agama secara komprehensif sesuai dengan tahapan perkembangan anak. sesuai dengan potensi yang dimilikinya untuk pengembangan diri sejak usia dini

(10)

Pelaksanaan program pembelajaran seyogianya ditangani oleh pendidik yang memiliki keterampilan dan keahlian di bidang pendidikan anak usia dini, tersedianya sarana dan prasarana belajar yang mendukung proses pembelajaran dan melibatkan orang tua dalam melaksanakan program pembelajaran sesuai dengan rambu-rambu yang telah disepakati antara orang tua dengan pendidik. Pada masa usia dini anak mengalami masa keemasan (the golden age) yang merupakan masa dimana anak mulai sensitif untuk menerima berbagai rangsangan. Masa peka pada masing-masing anak berbeda, seiring dengan laju pertumbuhan dan perkembangan anak secara individual. Masa peka adalah masa terjadinya kematangan fungsi motorik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungan. Masa ini juga merupakan masa peletak dasar untuk mengembangkan kemampuan kognitif, motorik, bahasa, sosial emosional, nilai agama dan moral.

Kelompok bermain adalah salah satu bentuk layanan pendidikan bagi anak usia dini sebelum memasuki pendidikan dasar. Proses pembelajaran dalam kelompok bermain memegang peranan penting dalam mengembangkan potensi yang dimiliki anak, dirangsang dan dieksplorasi melalui proses pembelajaran dengan menggunakan metode dan pendekatan pembelajaran, yang sesuai dengan kebutuhan anak, dengan cara melalui bermain anak belajar.

(11)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat di identifikasi beberapa permasalahan yang berhubungan pembelajaran anak usia dini. Implementasi hasil pelatihan pendidik pendidikan anak usia dini perlu diamati melalui kegiatan: 1. Bimbingan pendidik kepada anak usia dini pada waktu membuka,

melaksanakan dan menutup kegiatan.

2. Adanya pengelola setting permainan anak usia dini yang belum tertata dengan cara yang tepat, sehingga mempengaruhi minat anak untuk bermain .

3. Masih terbatasnya pengunaan multi media yang mendukung dalam pelaksanaan pembelajaran yang diperlukan untuk memberikan stimulasi yang sesuai dengan tumbuh kembang anak di lembaga-lembaga pendidikan

4. Pola bimbingan pendidik kepada anak usia dini yang belum jelas pada saat anak menggunakan alat permainan eduaktif.

5. Masih langkahnya informasi hasil evaluasi yang dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan untuk penilaian kompetensi pendidik PAUD.

C. Rumusan Masalah

(12)

menujukkan adanya peningkatan hasil pembelajaran pada program pendidikan anak usia dini. Untuk menjawab rumusan masalah tersesbut secara khusus penelitian berpedoman pada butir-butir permasalahan dibawa ini:

1. Bagaimana perencanaan pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik PAUD sebagai implementasi hasil pelatihan yang diperolehnya.

2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik PAUD sebagai implementasi hasil pelatihan yang diperolehnya.

3. Bagaimana evaluasi pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik PAUD sebagai implementasi hasil pelatihan yang diperolehnya.

D. Definisi Operasional

1. Implementasi program adalah proses perencanaan suatu program menjadi suatu kegiatan praktek diantaranya akan melibatkan anak dengan pendidik baik perorangan maupun kelompok yang mendukung keseluruhan kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

2. Pendidik PAUD adalah seseorang yang memiliki kemampuan, keterampilan dan wewenang untuk memberikan bimbingan kepada anak usia dini, dan telah memiliki kualifikasi akademik.

3. Pendidik PAUD tingkat pemula adadah pendidik yang baru memulai karirnya sebagai pendidik anak usia dini kurang lebih satu tahun.

(13)

5. Lembaga pendidikan anak usia dini adalah institusi yang memberikan layanan pengasuhan, pendidikan dan pengembangan bagi anak yang berumur nol sampai enam tahun baik yang diselenggarakan oleh instansi pemerintah maupun non pemerintah.

6. Pendidikan anak usia dini adalah upaya pembinaan yang ditujukan pada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun atau sebelum masuk sekolah dasar yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar memiliki kesiapan dalam memasuki jenjang pendidikan lebih lanjut.

7. Proses pembelajaran adalah proses interaksi yang terjadi antara pendidik dengan anak usia dini yang berkaitan dengan pengembangan aspek kemampuan yang dimiliki oleh anak yaitu, aspek kognitif, aspek psikomotor, aspek afektif, aspek moral, aspek bahasa, aspek seni dan aspek sosial. Aspek tersebut dikembamgkan oleh pendidik melalui proses pembelajaran dengan cara melalui bermain anak belajar.

8. Kompetensi pendidik Paud adadah kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang pendidik yang meliputi: kompetensi paedagogi, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional dan kompetensi sosial. Kompetensi pendidik paud mempunyai kedudukan dan posisi yang sangat penting untuk meningkatkan kenerja pendidik dalam pengembangan aspek kemampuan yang dimiliki oleh anak.

(14)

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hasil implementasi pelatihan berbasis kompetensi bagi penddik PAUD tingkat pemula dengan uraian sebagai berikut:

1. Menskripsikan perencanaan pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik PAUD sebagai implementasi hasil pelatihan yang diperolehnya.

2. Mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik PAUD sebagai implementasi hasil pelatihan yang diperolehnya.

3. Mendeskripsikan evaluasi pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik PAUD sebagai implementasi hasil pelatihan yang diperolehnya.

F. Manfaat Penelitian 1. Secara teori

a. Mendukung teori dan konsep yang telah ada dalam program pelatihan khususnya konsep pembelajaran yang berhubungan dengan pendidikan anak usia dini, pada kelompok bermain.

b. Sebagai salah satu informasi bagi peneliti lain yang menggeluti bidang pendidikan anak usia dini. Sebagai pendukung maupun penemuan terbaru hasil-hasil penelitian yang telah ada.

2. Secara praktis

(15)

b. Manfaat bagi penentu kebijakan sebagai bahan kajian dalam perumusan program pendidikan anak usia dini.

c. Manfaat bagi penyelenggara pendidik anak usia dini, sebagai bahan pedoman pengembangan program pendidikan anak usia dini.

d. Manfaat bagi pendidik anak usia dini, sebagai bahan pedoman dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dalam pembelajaran pendidikan anak usia dini (PAUD).

G. Kerangka Berpikir

Sumberdaya manusia yang berkualitas merupakan salah satu aspek pembangunan yang sebagai penentu keberhasilan suatu program pembangunan. Pembentukan sumberdaya manusia yang berkualitas harus dilakukan sejak dini mengingat masa emas anak menjadi dasar perkembangan anak usia dini. Pendidikan anak usia dini tidak hanya berfungsi untuk mempersiapkan anak untuk melanjutkan jenjang pendidikan selanjutnya, tetapi bagaimana mengoptimalkan potensi dan bakat anak serta fungsi otak pada masa rawan secara optimal sehingga tumbu kembang anak pada masa emas dapat dirangsang dengan metode dan media pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan anak.

(16)

terpenting adalah bagaimana mengoptimalkan potensi dan bakat anak serta fungsi otak pada masa rawan secara optimal sehingga tumbuh kembang anak pada masa emas ini dapat dirangsang dengan metode dan media yang tepat sesuai dengan kebutuhan anak.

Dalam mengimplementasikan hasil pelatihan pendidik PAUD tingkat pemula, menggunakan konsep pembelajaran calistum sebagai ciri khas pada kelompok bermain SKB kota Bandung, sedangkan metode sentra dan lingkaran sebagai metode pelengkap Prosesnya berawal dari Perencanaan yang dibuat oleh pendidik mulai dari rencana kegiatan belajar mingguan dan harian. Pelaksanaan pembelajaran dilakukan dengan empat tahap 1) kegiatan tahap pembukaan, 2) kegiatan tahap inti, 3) kegiatan tahap istirahat, dan 4) kegiatan tahap penutup. Sedangkan evaluasi hasil belajar meliputi aspek pengembangan aspek kognitif, pengembangan aspek afektif, pengembangan aspek psikomotorik, pengembangan aspek sosial emosional, pengembangan aspek seni, pengembangan aspek motorik dan agama dan moral.

(17)

Bagan 1 Kerangka pemikiran

Potret anak usia dini berdasarkan perkembangan: • moral dan

nilai-nilai agama • kognitif • afektif • psikomotorik • sosial

emosional • kreativitas • motorik • bahasa • seni Implementasi Hasil

Pelatihan Dalam Proses Pembelajaran

Anak Usia Dini

Lingkungan pembelajaran yang mendukung proses pendidikan

anak usia dini Kurikulum Pelatihan Pendidik PAUD Pendidik PAUD Yang profesional

- Kurikulum/Tema - Sarana dan prasarana - Psikologis anak

- Pendekatan dan metode pembelajaran

(18)

1

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekata kualitatif, dimana peneliti mengadakan pengamatan dan mencari data deskriktif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari responden yang diamati. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Fokus penyajian data adalah dalam bentuk narasi; dan tidak akan ditemukan analisis statistik Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi hasil pelatihan berbasis kompetensi bagi pendidik PAUD tingkat pemula dalam proses pembelajaran anak usia dini dan analis secara deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif.

Menurut Sugyono (2008:1) metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek alamiah, sebagai lawannya adalah eksprimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan pada makna dari pada generalisasi.

(19)

2

Sejalan dengan pendapat Sugyono, Nana Syaodih (2007:94) mengemukakan bahwa "Penelitian kualitatif (qualitative research) bertolak dari filsafat konstruktivisme yang berasumsi bahwa kenyataan itu berasumsi jamak interaktif dan suatu pertukaran pengalaman sosial (a shared social experience) yang dinterpretasikan oleh individu-individu. Penelitian kualitatif ditujukan untuk fenomena-fenomena sosial dari sudut partisipatif, partisipan adalah orang-orang yang diajak berwancara, diobsrvasi, diminta memberikan data, pendapat, pemikiran, persepsinya.

(20)

3

Karakteristik di atas menjadi acuan bagi penulis dalam melaksanakan penelitian sehingga terhindar dari penggunaan metode yang tidak sejalan yang dapat mempengaruhi kelancaran pelaksanaan penelitian.

Dengan demikian, pada proses penelitian ini digunakan pendekatan penelitian kualitatif yang prosesnya berlangsung secara alamiah dimana peneliti sebagai instrumen utamanya. Penggunaan metode dan pendekatan ini berpijak pada tujuan pokok penelitian, yaitu mendeskripsikan dan menganalisis data dan informasi lapangan sesuai dengan kondisi yang sebenarnya terhadap implementasi hasil pelatihan pelatihan berbasis kompetensi bagi pendidik PAUD tingkat pemula dalam proses pembelajaran anak usia dini di kelompok Bermain SKB Kota Bandung.

2. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Ciri-ciri penelitian studi kasus adalah peneliti menggambarkan subyek penelitian didalam keseluruhan tingkah laku dengan riwayat timbulnya tingkah laku, dan hal-hal lain yang berhubungan dengan tingkah laku.

(21)

4

lingkungannya. Konsekwensi dari studi kasus yang dilakukan dengan baik adalah bahwa studi tersebut harus dilakukan dalam waktu relatif lama

B. Subjek Penelitian

Subyek penelitian merupakan komponen utama yang memiliki kedudukan penting dalam suatu penelitian, karena di dalam subyek penelitian inilah terdapat variabel-variabel yang menjadi kajian untuk diteliti. Dalam penelitian ini subyek yang akan diteliti terdiri dari tiga bagian, pertama, sebagai “sumber informasi”, yaitu responden pendidik PAUD yang dapat memberikan data tentang dirinya serta bagaimana pengalamannya yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran. Kedua, “sumber informan”, yaitu sumber data lain yang dapat memberikan informasi pelengkap tentang hal-hal yang tidak terungkap dari subyek penelitian, dan sekaligus sebagai triangulasi untuk menjamin akurasi data.

Subyek penelitian adalah pendidik PAUD yang telah mengikuti pelatihan pendidik PAUD tingkat pemula, orang tua anak dan anak usia dini yang menjadi anak pada Kelompok Bermain binaan SKB kota Bandung. Dengan demikian penelitian ini mendeskripsikan implementasi hasil pelatihan pendidik PAUD tingkat pemula dalam proses pembelajaran anak usia dini.

(22)

5

menggunakan sampling random atau acak dan tidak menggunakan populasi dan sampel yang banyak. Sampel biasanya sedikit dipilih menurut tujuan penelitian.

C. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

[image:22.595.116.511.359.714.2]

Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, dan data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Sedangkan instrumen yang digunakan dalam rencana data adalah pedoman observasi, pedoman wawancara, dokumentasi (foto) dan data lainnya.

Tabel 1

Kisis-kisi Pedoman Wawancara dan Observasi

Variabel Sub Variabel Responden

1. Perencanaan a. Mengidentifikasi kebutuhan belajar anak

b. Membuat rencana kegiatan belajar c. Mengembangkan rencana

pembelajaran

Pendidik

2. Pelaksanaan a. Penataan lingkungan b. Penyambutan anak c. Proses pembelajaran a). Tahap persiapan

b). Tahap istirahat/bermain c). Tahap inti

d). Tahap penutup

(23)

6

3. Evaluasi a. Proses tahapan evaluasi b. Evaluasi proses pembelajaran c. Evaluasi hasil pembelajaran

Pendidik

1. Observasi

Observasi meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh indra. Pengamatan berperan sebagai penelitian yang bercirikan interaksi sosial yang memakan waktu cukup lama antara peneliti dengan subjek dalam lingkungan subjek, dan selama itu data dalam bentuk catatan lapangan dikumpulkan secara sistematis dan berlaku tanpa gangguan.

Penelitian ini menggunakan cara observasi non eksperimental, sistemik dan non partisipan. Artinya peneliti mengamati gejala yang sudah ada dan dalam mengumpulkan datanya menggunakan pedoman observasi yang disusun secara sistematis. Dan dalam hal ini peneliti tidak melibatkan diri dalam situasi dan kondisi subjek yang sedang diteliti. Observasi ini akan menjaring data tentang dokumen-dokumen yang berkaitan dengan pendidik mengenai berbagai hal diantaranya tentang proses pembuatan perencanaan, pelaksanaan belajar mengajar, proses evaluasi dalam mengimplementasikan hasil pelatihan,

(24)

7

observasi. Data itu dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai alat yang sangat canggih, sehingga berbeda-beda yang sangat kecil (proton dan elektron) maupun yang sangat jauh (benda ruang angkasa) dapat diobservasi dengan jelas.

Teknik observasi dilakukan pada saat awal kegiatan penelitian di lapangan dengan pengamatan (1) bagaimana implementasi perencanaan pembelajaran anak usia dini, (2) bagaimana implementasi pelaksanaan pembelajaran anak usia dini, (3) bagaimana implementasi evaluasi pembelajaran anak usia dini

2. Wawancara

(25)

8

Data yang ingin diperoleh dari pendidik, anak, dan orangtua adalah (a) perencanaan dan tujuan pembelajaran, (b) materi pembelajaran, (c) penetapan jadwal dan pelaksanaan pembelajaran, (d) penyajian materi pembelajaran, (e) metode pembelajaran, (f) evaluasi, (g) sikap dan strategi mengajar pendidik, (h) pengaturan ruang/motorik, (i) sarana pembelajaran, (j) sikap teman, dan (k) sikap orangtua.

3. Studi Dokumentasi

Dokumentasi merupakan benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya". Studi dokumentasi digunakan untuk melacak berbagai hal yang berkaitan dengan fokus penelitian yang meliputi: a). materi pelatihan pendidik anak usia dini diperoleh melalui sertikifkat, b). potofolio perkembangan anak usia dini, c) jadwal kegiatan harian, dan mingguan, d). hasil pengamatan terhadap perkembangan anak usia dini.

Studi dokumentasi sangat penting sebagai gambaran lebih jelas tentang implementasi hasil pelatihan pendidik anak usia dini, yang berfungsi sebagai sebagai bahan triangulasi terhadap kebenaran dari keterangan informan.. Teknik pengumpulan data yang lain juga digunakan untuk melengkapi teknik observasi dan wawancara, yaitu berupa studi dokumentasi.

(26)

9

melalui observasi dan wawancara. Akan tetapi terdapat pula sumber data yang merupakan “non-human resources” berupa dokumentasi yang mana bahannya telah ada, telah tersedia dan siap pakai serta tidak memerlukan biaya.

Studi dokumentasi berguna karena dapat memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai pokok penelitian berupa proses pembelajaran, Data yang ingin didapatkan melalui studi dokumentasi adalah informasi mengenai (a) perencanaan pembelajaran, (b) tujuan pembelajaran, (c) pelaksanaan pembelajaran, (d) dokumen hasil evaluasi, dan (e) catatan perkembangan anak, dan (f).kurikulum pembelajaran.

Peneliti dalam mengumpulkan data penelitian, melakukan pengamatan (observasi) dan wawancara kepada responden di lapangan. Dalam mengumpulkan data tersebut peneliti perlu menghimpun informasi yang akurat dan mencatat data selama penelitian berlangsung dari awal memasuki lapangan sampai penelitian berakhir. Catatan-catatan itu disebut catatan lapangan. Menurut Bogdan dan Biklen (Moleong, 2004: 209), catatan lapangan adalah catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif.

(27)

10

dokumentasi ini adalah : Perencanaan pembelajaran, proses pembelajaran, evaluasi pembelajaran, dan pengembangannnya. Peneliti dalam melakukan penelitian mengandalkan pengamatan, wawancara dan catatan lapangan. Catatan lapangan adalah catatan tertulis tentang apa yang dilihat, dialami dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap dab dalam penelitian kualitatif.

Catatan terdiri atas dua bagian, yakni (1) deskripsi yaitu tentang apa yang sesungguhnya diamati, yang benar-benar terjadi menurut apa yang peneliti lihat, dengar atau amati dengan alat, tanpa diwarnai oleh pandangan atau tafsiran peneliti, dan (2) komentar, tafsiran, refleksi, pemikiran atau pandangan peneliti tentang apa yang diamatinya.

Menurut Sugiyono (2008 : 61) menjelaskan bahwa dalam penelitian kualitatif instrumen utamanya adalah peneliti sendiri, namun selanjutnya setelah terfokus penelitian menjadi jelas, maka kemungkinan akan dikembangkan instrumen penelitian sederhana, yang diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data yang telah ditemukan melalui observasi dan wawancara.

D. Teknik Analisis Data

(28)

11

data dalam penelitian kualitatif umumnya berupa narasi deskriptif kualitatif kalaupun ada data dokumen yang bersifat kuantitatif juga bersifat deskriptif. Tidak ada analisis data secara statistik dalam penelitian kualitatif. Analisisnya bersifat naratif kualitatif, mencari kesamaan dan perbedaan informasi. Analisis data dalam penelitian kualitatif tidak dinantikan sampai semua data terkumpul, tetapi dilakukan secara berangsur setelah selesai mendapatkan sekumpulan data dari hasil wawancara, observasi dan dokumen. Penafsiran diarahkan pada menemukan esensi atau hal-hal mendasar dari kenyataan.

Menurut Bogdan dalam Sugiyono (2008 : 88) menyatakan bahwa analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan lain, sehingga dapat mudah difahami, dan temuannya dapat dinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain.

(29)

12

Dalam sebuah penelitian, data tidak mempunyai banyak makna jika tidak dilakukan analisis terhadap data tersebut. Itulah sebabnya, tahap analisis data merupakan tahap yang sangat penting dalam proses penelitian. Analisis data, sebagaimana dijelaskan oleh Bogdan dan Biklen (1982) dalam Moleong (2007: 248) analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Tahap ini adalah suatu tahap dimana peneliti berusaha untuk memberikan arti dan makna terhadap data berdasarkan pada variabel penelitian.

Menurut Miles dan Huberman (1984), dalam Sugiyono, (2008 : 91), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Ada tiga aktivitas analisis data dalam penelitian kualitatif menurut Miles dan Huberman, yaitu reduksi data, display data dan penarikan kesimpulan/verivikasi.

1. Reduksi Data

(30)

13

analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data menurut Sugiyono (2008: 92) berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan reduksi ini data tersebut akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. 2. Display Data

Setelah reduksi data dilakukan, langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data tersebut. Display data adalah upaya menyajikan data untuk melihat gambaran secara keseluruhan data atau bagian-bagian tertentu dari penelitian. Menurut Miles dan Huberman (Sugiyono, 2008: 95) dalam penelitian kualitatif penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar katagori, flowchart dan sejenisnya.

3. Kesimpulan dan Verifikasi

(31)

14

datanya jenuh, maka kesimpulan ini akan semakin grounded dan akan menjadi kesimpulan akhir.

Dalam proses mencari dan menemukan kesimpulan hingga kesimpulan tersebut menjadi kesimpulan akhir memerlukan pembuktian bahwa data yang menjadi landasan dalam penarikan kesimpulan itu betul-betul merupakan data yang valid. Itulah sebabnya, dalam penelitian kualitatif, sebelum peneliti sampai pada kesimpulan akhir harus melakukan pengujian terhadap keabsahan data yang digunakan untuk mendukung keabsahan penelitian secara keseluruhan.

E. Pengecekan Keabsahan Data

Dalam pengecekan keabsahan data dalam penelitian ini mengacu pada pendapat Moleong (2007: 327) mencakup (1) kriteria kredibilitas dengan teknik pemeriksaan: (a) perpanjangan keikutsertaan di lapangan, (b) ketekunan pengamatan, (c) triangulasi, (d) pengecekan sejawat, (e) kecukupan referensi, (f) kajian kasus negatif, (g) pengecakan anggota, (2) kriteria keterangan dengan menggunakan teknik keterangan uraian rinci, (3) kriteria kebergantungan dengan teknik pemeriksaan kebergantungan, (4) kriteria kepastian dengan menggunakan teknik audit kepastian.

1. Kredibilitas Data

a. Perpanjangan keikutsertaan di lapangan

(32)

15

memungkinkan peningkatan derajat kepercayaan yang terhadap data dan informasi yang dikumpulkan.

b. Ketekunan pengamata

Perpanjangan waktu pengamatan akan memperoleh keadaan dan informasi yang sebenarnya dan bukan merupakan hal yang semu, sehingga jika perpanjangan waktu pengamatan akan semakin nampak keadaan yang sebenarnya tentang keaslian situs atau obyek penelitian.

Untuk melaksanakan keikutsertaan dalam situs penelitian maka peneliti memerlukan ketekunan pengamatan untuk melihat secara langsung fenomena yang terjadi pada kelompok bermain Nusantara. Ketekunan pengamatan bermaksud untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari, kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.

c. Triangulasi

(33)

16

Menurut Patton 1987:331 dalam Moleong (2008: 330) trianggulasi dilakukan dengan cara : (1) membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara, (2) membandingkan apa yang dikatakan di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi, (3) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu, (4) membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan, (5) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

d. Pengecekan Sejawat Melalui Diskusi

Melakukan diskusi dengan teman sejawat yang mengetahui situs penelitian dan juga dengan nara sumber yang berperan dalam kegaiatan sehari-hari tentang situs penelitian. Hal ini bertujuan agar dalam penelitian tetap mempertahankan kejujuran dan sikap terbuka untuk menerima masukan-masukan sehingga tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda antara peneliti dengan sumber informasi. Selain itu pemeriksaan data melalui diskusi berfungsi untuk memantapkan peneliti dalam mengungkapkan data dan informasi yang berkaitan dengan situs penelitian.

(34)

17

Analisis menggunakan referensi berfungsi sebagai pembanding teoritis terhadap kebenaran data dan informasi yang diperoleh dalam situs penelitian. Hal ini dilakukan melalui penyajian data dan informasi yang dilakukan oleh pendidik paud dalam proses pembelajaran.

f. Kajian Kasus Negatif

Teknik analisis kasus negatif dilakukan dengan cara mengumpulkan informasi implementasi pelatihan pendidik anak usia dini dan kecenderungan-kecendungan negatif yang berkaitan dengan perkembangan anak usia dini. Hal ini bertujuan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan serta peluang-peluang yang akan ditempuh oleh pendidik anak usia dini untuk mengembangkan potensi kecerdasan anak usia dini.

g. Pengecakan Anggota

Dalam penelitian ini peneliti sebagai instrumen kunci, tetap bermitra dengan pendidik anak usia dini, dan pengelola kelompok bermain untuk memperoleh data perkembangan anak usia dini. Oleh karena itu pengecekan anggota yang terlibat sangat menentukan kebenaran data dan informasi implementasi pelatihan pendidik anak usia dini.

2. Kriteria Keterangan

(35)

18

3. Kriteria Kebergantungan

Kriteria kebergantungan, auditor berusaha memenuhi patokan, apakah keputusan inkuiri dan metodologinya ditemukan, diperiksa dan ditunjang Kemencengan peneliti juga ditelah untuk menerapkan sejauh manakah peneliti terlalu cepat mengakhiri suatu kegiatan pengumpulan data.

4. Kritria Kepastian.

(36)

1

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan dan analisis data, maka kesimpulan implementasi hasil pelatihan berbasis kompetensi bagi pendidik PAUD tingkat pemula, dalam mengembangkan kemampuan dasar dan pengetahuan agama (moral) anak pada. Kelompok Bermain SKB kota Bandung dapat digambarkan sebagai berikut:

1. Perencanaan Pembelajaran

Proses perencanaan berawal dari rapat bulanan yang pada hakikatnya menjaring kebutuhan belajar peserta didik serta merumuskan tujuan pembelajaran memberikan indikasi bahwa proses pembelajaran pendidikan anak usia dini. Pembuatan rencana pembelajaran diaplikasikan dengan membuat rencana kegiatan pembelajaran bulanan, mingguan dan harian. Adanya proses pembuatan rencana pembelajaran melalui forum rapat pendidik, dimana teknik diskusi dan dialog yang digunakan untuk memberikan kesempatan kepada semua pendidik dalam memberikan partisipasi ide, materi maupun keterampilan yang dimilikinya.

2. Pengornisasian Materi

(37)

2

pengembangan yang dimiliki anak usia dini, (3) penentuan media pembelajaran, (4) perencanaan evaluasi pembelajaran.

3. Pelaksanaan Pembelajaran

Pendidik dalam melaksanakan pembelajaran dilakukan dengan empat tahap kegiatan yaitu a) Tahap persiapan, b) Tahap pembukaan, c) Tahap inti, d).Tahap penutup. Melalui tahapan-tahapan tersebut pendidik mengembangkan kemampuan dasar anak pada saat pendidik membimbing anak bermain anak sambil belajar. Pengembangan kemampuan dasar yang meliputi kemampuan berbahasa, kognitif, afektif, psikomotor, motorik, seni, dan agama (moral) anak melalui materi pelajaran. Materi pembelajaran mencakup semua aspek perkembangan anak secara holistik yang mencakup pembentukan perilaku melalui pembiasaan. Pendidik dalam melaksanakan kegiatan belajar setiap harinya menggunakan metode pemberian tugas, demonstrasi, bercerita, karya wisata, pembiasaan, bernyanyi, dan bercakap-cakap, dan lain-lainnya semua metode tersebut dapat menunjang pengembangan kemampuan dasar anak. Jenis kegiatan yang dilakukan anak seperti menggambar bebas, mencap, mencocok, mewarnai, menggunting, dan menjahit sebab dalam kegiatan tersebut mengandung lebih banyak nilai eksperimen dan eksplorasinya dan anak lebih bisa mengekspresikan dengan bebas.

(38)

3

Pendidik melakukan evaluasi selama proses pembelajaran berlangsung secara berkesinambungan dan menilai semua aspek pengembangan yaitu hasil belajar yang meliputi, pengembangan aspek kognitif, pengembangan aspek afektif, pengembangan aspek psikomotorik, pengembangan aspek sosial emosional, pengembangan aspek seni, pengembangan aspek motorik dan agama, dengan menggunakan teknik pengamatan dan portofolio sehingga anak bebas dari tekanan bahwa dia sedang dievaluasi. Pada aspek kognitif, perangsangan lebih sering terjadi pada kemampuan berpikir anak, pada aspek afektif, sifat percaya diri anak, pada aspek psikomotor bagaimana anak terampil dalam melakukan sesuatu kegiatan, aspek seni bagaimana anak melakukan karya seni, aspek sosial emosional bagaimana anak bergaul dan bermasyarakat, sedangkan aspek agama dan moral bagaiman anak melaksanakan kebiasaan yang sesuai dengan ajaran agama dan kebiasaan yang baik. Evaluasi dilakukan melalui evaluasi kegiatan berupa hasil observasi yang berupa data checklist dan catatan anekdot yang dijadikan bahan penilaian pada akhir semester yang berbentuk portofolio.

(39)

4

(40)

5

B. Rekomendasi

Dengan berdasarkan pada hasil penelitian maka berikut ini peneliti mengemukakan beberapa rekomendasi kepada berbagai pihak yang berkepentingan, untuk pengembangan program pendidikan anak usia dini terutama dalam implementasi hasil pelatihan pendidik PAUD tingkat pemula:

1. Diharapkan adanya tidak lanjut dari pihak penyelenggara pelatihan, untuk mengadakan evaluasi terhadap kenerja pendidk terhadap implementasi hasil pelatihan pendidik PAUD Tingkat Pemula dalam proses pembelajaran, dari pihak yang berwenang, agar kinerja pendidik dalam melaksanakan proses pembelajaran dapat diketahui.

2. Bagi penyelenggara program PAUD diharapkan adanya penambahan jumlah alat permainan edukatif yang baru, dan alat permainan edukatif yang suda ada, pemanfaatannya lebih optimalkan karena alat permainan edukatif merupakan salah satu sarana yang dapat mempengaruhi pengembangan kemampuan dasar anak, karena melalui bermain anak belajar, pada waktu bermain anak mengembangkan semua potensi yang dimilikinya.

(41)

6

(42)

DAFTAR PUSTAKA

Abdulhak, I. (2000) Metodologi Pembelajaran Orang Dewasa. Bandung: Andira, ____, (2006). Bahan Ajar Pelatihn Tenaga Pendidik Pendidikan Anak Usia Dini,

Laboratorium PAUD UPI Bandung.

____. (2006). Prinsip-Prinsip Pendidikan Anak Usia Dini, Laboratorium PAUD UPI Bandung.

____. (2006). Bermain Bagi Anak, Laboratorium PAUD UPI Bandung.

____.(2006). Metode Pembelajaran Untuk Anak Usia Dini, Laboratorium PAUD UPI Bandung.

Arikunto, S. (2004). Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Direktorat PAUD. (2005). Jurnal Ilmiah Pembelajaran Holistik Usia Dini, Jakarta. Direktorat PADU. (2002). Acuan Menu Pembelajaran pada Pendidikan Anak Dini

Usia (Menu Pembelajaran Generik). Jakarta: Direktorat PADU - Ditjen PLSP Depdiknas.

_____. (2002) Pelatihan Pengelolaan dan Tenaga Pendidik, Kelompok Bermain , Jakarta

Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah Depdiknas, (2006) Bahan Ajar Pelatihan Tenaga Pendidik PAUD, Jakarta.

Eva L Essa, (2003) Introduktion to Early Childhood Education. USA: University of Nevada.

Florida Departemen of Education, (2005). Florida Voluntary Prekindergarten Education Standars. Florida : Florida Departemen of Education

Florida Departemen of Education, (2005). Florida Birth to Three Learning and Developmental Standars. Florida : Departemen of Education

(43)

Hurlock, E.B. (1999). Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.

Herawati, N. (2005). Pendidik Pendidikan Anak Usia Dini Pekanbaru: Medio Aksara

Jalal, F. (2002). “Meningkatkan Kesadaran Masyarakat Akan Pentingnya PADU”. Buletin PADU Jurnal Ilmiah Anak Dini Usia. 03. 9 – 18.

_______. (2003). “Perluasan Layanan Pendidikan Anak Usia Dini”. Buletin PADU Jurnal Ilmiah Anak Dini Usia. 03. 9 – 18.

Juarsa. (2000). Efektifitas Model Pembelajaran Dalam Mengembangkan Kreativitas Anak Aspek Kemampuan Berpikir Kreatif. Tesis. Bandung: PPS UPI.

Linda, C, (2006). Metode Praktis Pembelajaran Berbasis Multiple IntelliGences . Jakarta Intuisi Pres.

Mallory, and Rebecca, (1994) Diversity and Developmentally Appropriate Practices Chaallenges for Early Childhood Eduacation, Teacher College Press, New York-London.

Moleong, L. J. (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

_____. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakary

Mulyasa, E. (2005). Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

_____. (2008). Menjadi guru Profesional, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Munandar, S.C.U (1999). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah Petunjuk bagi Orangtua dan GPuru. Jakarta: PT. Gramedia

____. (2004). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: PT Rineka Cipta. Musfiroh , T, (2008). Memilih, Menyusun, dan Menyajikan Cerita Untuk Anak.

Yogyakarta: Tiara Wacana.

(44)

Nasution, S. (2003). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: PT. Tarsito. Nuraini, Y. (2007). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Universitas Negeri

Jakarta.

Naeyc, (2002). Developmentally Apropriate Praktice in Early Chilhood Programs,

Wasinton DC National Assosiation for the Education of young children.

Olivia N. Suracho dkk, (1998) Multiple Perspectives on Play in Earli Childhood Education. State University of New Yourk Prees

Patmonodewo, S. (2003). Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta. Rusdiana. (2005). Pengembangan Kreatifitas Anak Melalui Proses Pembelajran

Pada Kelompok Bermain. Tesis. Bandung: PPS UPI.

Sugiyono, (2008). Memahami Penelitian Kuali tatif. Bandung Alfabeta.

Sudjana, D. (2005). Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif. Bandung: Penerbit Falah Production.

____. (2001). Pendidikan Luar Sekolah. Wawasan, Sejarah Perkembangan, Falsafah, Teori Pendukung, Asas. Bandung: Penerbit Falah Production.

____. (2007). Sistem dan Manajemen Pelatihan. Bandung, Penerbit Falah Production. Syodih, S, (2007). Metode Penelitian Pendidikan. Kerjasama Pogram Pascasarjana

UPI Bandung, Remaja Rosdakarya

Suyanto, S, (2005). Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta, Penerbit Hikayat Publihsing

Spradley, J. (1980). Participant observ observation. Rinehartand Wasinton, United States of America

Sugeng, S. (2002). Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Citra Pendidikan.

Sedarmayati. (2001). Sumber Daya Manusia dan Produktifitas Kerja.Bandung: Man dar Maju.

Trisnamansyah, S, (2007), Metode Penelitian, Handout Perkuliahan Progran Studi Pendidikan Luar Sekolah, Bandung Sekolah Pasca Sarjana UPI.

(45)

Gambar

Tabel 1 Kisis-kisi Pedoman Wawancara dan Observasi

Referensi

Dokumen terkait

Kajian Awal Pembuatan Bioetanol Dari Buah Pepaya Afkir Menggunakan Bakteri Zymomonas Mobilis dan. Saccharomyces Cerevisiae

Metode wawancara yang akan penulis lakukan untuk memperoleh data dan informasi tentang respon elit muslim Makamhaji terhadap konsep catur pusat pendidikan.. Metode ini

Staf Medik Fungsional adalah kelompok dokter dan dokter gigi yang telah disetujui dan diterima sesuai dengan aturan yang berlaku untuk menjalankan profesi masing-masing di Rumah

dengan hasil penelitian yang diperoleh Rusdyi dan Martani (2014), bahwa di Indonesia perusahaan keluarga memiliki aggresive tax avoidanceyang lebih kecil dari perusahaan

Akan tetapi penulis belum menemukan penelitian yang membahas secara spesifik tentang aspek yuridis klaim “stand by rate” pada kontrak penyediaan bahan peledak dan jasa

Anak yang pendiam dan penurut akan cenderung memilih ternan yang sesuai dengan konsep dirt yang sudah terbentuk dalam dirinya. Konsep diri ini berkembang melalui

Dan Penelitian yang dilakukan oleh Putra dan Amar (2013) dengan judul Pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia, Penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, dan

Bahkan beberapa literature menyebutkan bahwa tujuan pengukuran kinerja tidak hanya untuk melihat bagaimana kinerja perusahaan ini berjalan, tetapi juga dapat membuat