PERBANDINGAN TINGKAT KESIAPSIAGAAN
PESERTA DIDIK SD, SMP, DAN SMA DALAM
MENGHADAPI BENCANA TSUNAMI DI KECAMATAN
PANGANDARAN KABUPATEN CIAMIS
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana S1 Pendidikan Geografi
Oleh
SETIO GALIH MARLYONO
0901162
JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI
Perbandingan Tingkat Kesiapsiagaan
Peserta Didik SD, SMP, dan SMA
dalam Menghadapi bencana
Tsunami di Kecamatan Pangandaran
Kabupaten Ciamis
Oleh
Setio Galih Marlyono
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
© Setio Galih Marlyono 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
September 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
SETIO GALIH MARLYONO
0901162
PERBANDINGAN TINGKAT KESIAPSIAGAAN PESERTA DIDIK SD, SMP, DAN SMA DALAM MENGHADAPI BENCANA TSUNAMI DI KECAMATAN
PANGANDARAN KABUPATEN CIAMIS
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH :
Pembimbing I
Prof. Dr. Hj. Enok Maryani, M.S NIP. 19600121 198503 2 001
Pembimbing II
Ir. Yakub Malik, M.Pd NIP. 19590101 198901 1 001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Geografi
PERBANDINGAN TINGKAT KESIAPSIAGAAN PESERTA DIDIK SD, SMP, DAN SMA DALAM MENGHADAPI BENCANA TSUNAMI DI KECAMATAN
PANGANDARAN KABUPATEN CIAMIS
(ABSTRAK)
Setio Galih Marlyono (0901162), 2013
Keadaan Pesisir Selatan Indonesia yang letaknya berdekatan dengan lempeng benua dan lempeng samudra yang saling bertumbukan mengakibatkan sangat rawan dilanda gempa bumi dan bencana tsunami. Salah-satu daerah yang mempunyai potensi dilanda bencana Tsunami adalah Kecamatan Pangandaran Kabupaten Ciamis. Pada tanggal 17 Juli 2006 pada pukul 15.19 WIB terjadi gempa bumi dengan kekuatan 6,8 skala richter yang terjadi di sebelah Barat Daya Kecamatan Pangandaran yang menyebabkan bencana tsunami dan menimbulkan 500 korban jiwa disepanjang Pantai Selatan Jawa. Kajian mengenai tingkat kesiapsiagaan mengenai bencana tsunami sangat dibutuhkan terutama pada Peserta Didik sekolah, karena apabila tsunami terjadi pada waktu jam pelajaran berlangsung dan para Peserta Didik tidak mengerti akan kesiapsiagaan menghadapi bencana tsunami, maka korban jiwa akan benyak berjatuhan, dan perbedaan tingkat kesiapsiagaan Peserta Didik SD, SMP dan SMA penting untuk diketahui untuk mengetahui tindakan apa yang cocok untuk meningkatkan tingkat kesiapsiagaan pertingkatan sekolah tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalalah deskriptif. Pelaksanaan penelitian ini menggunakan metode survey, dan tehnik pengumpulan data yang digunakan menggunakan data primer dan sekunder. Pengambilan data primer diperoleh dari penyebaran angket dan wawancara, kemudian data sekunder didapat melalui penelaahan berbagai dokumen, literatur dan intrepretasi peta untuk mendukung penelitian ini. Data tersebut di jelaskan secara deskriftif dan dianalisis melalui parameter yang dijabarkan oleh Carter kemudian LIPI dan UNESCO. Sampel mengambil seluruh sekolah SD, SMP, dan SMA di Kecamatan Pangandaran yang terdiri dari beberapa Peserta Didik per-sekolah, yang dibagi secara proposional dari jumlah keseluruhan Peserta Didik yang ada. Hasil penelitian, berdasarkan parameter dapat disimpulkan terdapat perbedaan tingkat kesiapsiagaan Peserta Didik SD, SMP, dan SMA dalam menghadapi bencana Tsunami, semua itu berdasarkan dari hasil Uji T yang telah dilakukan, yaitu Peserta Didik SD dan Peserta Didik SMP terdapat Perbedaan yang Berarti, Kemudian Peserta Didik SD dan Peserta Didik SMA terdapat Perbedaan yang Berarti, dan Peserta Didik SMP dan Peserta Didik SMA terdapat Perbedaan yang Tidak Berarti.
THE COMPARISON OF PREPAREDNESS LEVEL OF STUDENTS FROM ELEMENTARY SCHOOL, AND SECONDARY SCHOOL IN CONFRONT THE TSUNAMI DISASTER IN THE PANGANDARAN
SUBDISTRICT CIAMIS REGENCY
(ABSTRACT)
Setio Galih Marlyono (0901162), 2013
The situation of the coastal area in south of Indonesian which is located contiguous to the continental plates and oceanic plates are very prone to cause overlapping earthquake and tsunami disaster. One of the areas that have the potential tsunami disaster is Pangandaran subdistrict Ciamis regency. On July 17, 2006 at 15:19 p.m an earquake with magnitude 6.8 richter scale that occured in the north-west of Pangandaran subdistrict that caused the tsunami disaster and causing 500 casualties along the southern coast of Java. The study on tsunami preparedness level is needed, especially on school students, because when the tsunami occured during the hours of lessons and the students do not understand the tsunami disaster preparedness, then it will be a lot of casualties falling, and the different levels of preparedness of students from elementary school and secondary school is important to know what action is appropriate to the level of preparedness of the school levels. The methods that used in this research is descriptive method. This research uses survey method, and data collection techniques that are used in this research is primary and secondary data. The primary data obtained from questionnaires and interviews deployment, then the secondary data obtained through the review of various documents, literature and interpretation of maps to support this research. The data was described and analyzed descriptively through the parameters outlined by Carter, then LIPI and UNESCO. The writer taking the samples throughout elementary school, and secondary school in Pangandaran subdistrict that consisting of several students in every school, which divided proportionally than the total number of students. The research findings, based on the parameters it can be concluded that there are differences in the level of preparedness of students from elementary school, and secondary school in confront of the tsunami, all of it based on the results of the T-test that has been conducted, the elementary and junior high school students that is a difference, then the elementary and junior high school students there are significant differences, the last junior high school and senior high school students that there is not difference. The lack participation of the teachers and the Department of Education related to a lack of students maximum preparedness in confront of tsunami.
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR DIAGRAM ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DARFTAR TABEL ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masala ... 6
1.3 Tujuan Penelitian ... 7
1.4 Manfaat Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN TEORETIK ... 8
2.1Pengertian Bencana ... 8
2.2Mitigasi Bencana ... 10
2.3Kesiapsiagaan ... 12
2.3.1 Pengertian Kesiapsiagaan ... 12
2.3.2 Manfaat Kesiapsiagaan ... 13
2.3.3 Sifat Kesiapsiagaan ... 14
2.3.4 Usaha Peningkatan Kesiapsiagaan ... 15
2.3.5 Parameter Kesiapsiagaan ... 16
2.4Tsunami ... 17
2.4.3 Kesiapsiagaan Pada Saat Terjadiya Tsunami ... 19
2.5Peserta Didik ... 19
2.5.1 Pengertian Peserta Didik ... 19
2.5.2 Masa Perkembangan Peserta Didik ... 20
2.6Guru ... 22
BAB III PROSEDUR PENELITIAN ... 23
3.1 Lokasi, Populasi dan Sampel ... 23
3.1.1 Lokasi Penelitian ... 23
3.1.2 Populasi ... 23
3.1.3 Sampel Penelitian ... 24
3.2 Variabel Penelitian ... 34
3.3 Metode Penelitian ... 35
3.4 Definisi Operasional ... 36
3.4.1 Bencana ... 36
3.4.2 Kesiapsiagaan ... 37
3.4.3 Perbandingan Tingkat Kesiapsiagaan ... 37
3.4.4 Tsunami ... 38
3.4.5 Peserta Didik ... 38
3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 39
3.5.1 Observasi Lapangan ... 39
3.5.2 Wawancara ... 39
3.5.3 Angket ... 40
3.5.4 Studi Literatur ... 40
3.5.5 Studi Dokumentasi ... 40
3.6 Teknik Pengolahan Data ... 41
3.6.1 Editing Data ... 41
3.6.2 Pengkodean ... 41
3.6.3 Tabulasi Data ... 41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 43
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 43
4.1.1 Kondisi Fisik Daerah Penelitian ... 43
4.1.2 Kondisi Sosial Daerah Penelitian ... 53
4.2 Hasil Penelitian ... 59
4.2.1 Tingkat Kesiapsiagaan Peserta Didik Sekolah Dasar (SD) ... 59
4.2.2 Tingkat Kesiapsiagaan Peserta Didik Sekolah Menengah Pertama (SMP) ... 66
4.2.3 Tingkat Kesiapsiagaan Peserta Didik Sekolah Menengah Atas (SMA) ... 69
4.2.4 Uji T (T-Test) untuk Peserta Didik SD dan SMP ... 72
4.2.5 Uji T (T-Test) untuk Peserta Didik SD dan SMA ... 74
4.2.6 Uji T (T-Test) untuk Peserta Didik SMP dan SMA ... 76
4.3 Pembahasan ... 79
4.3.1 Tingkat Kesiapsiagaan Peserta Didik ... 79
4.3.2 Faktor Yang Menyebabkan Perbedaan Tingkat Kesiapsiagaan Peserta Didik Dalam Menghadapi Bencana Tsunami ... 84
4.3.3 Peran Serta Guru Dalam Tingkat Kesiapsiagaan Peserta Didik Dalam Menghadapi Bencana Tsunami ... 89
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 94
5.1 Kesimpulan ... 94
5.2 Rekomendasi ... 97
DAFTAR PUSTAKA ... 99
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan wilayah yang memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah. Kekayaan Indonesia tersebar sepanjang nusantara mulai ujung barat Pulau Sumatera sampai ujung timur Pulau Papua, yang berupa kekayaan barang tambang, potensi pertanian, kekayaan bawah laut, dan masih banyak lagi. Menurut Sukara dan Tobing (2008: 1):
Indonesia adalah negara maritim, ditaburi dengan lebih dari 17.500 pulau besar dan kecil. Negeri ini tepat berada di daerah khatulistiwa mempunyai lebih dari 42 tipe ekosistem daratan dan 5 (lima) tipe ekosistem laut yang sangat unik mulai dari hamparan es abadi di puncak gunung Jaya Wijaya Papua hingga ke palung laut paling dalam.
Kekayaan alam Indonesia ditunjang oleh kondisi geologi Indonesia yang
merupakan pertemuan lempeng-lempeng tektonik menjadikan kawasan Indonesia
ini memiliki kondisi geologi yang sangat kompleks. Selain menjadikan wilayah Indonesia ini kaya akan sumberdaya alam, salah satu konsekuensi logis
kekompleksan kondisi geologi ini menjadikan banyak daerah-daerah di Indonesia
memiliki tingkat kerawanan yang tinggi terhadap bencana alam. Beberapa
diantaranya adalah rawan gempa bumi, tsunami serta rawan letusan gunung api.
Menurut Ambarjaya (2006 : 30): “Indonesia berada pada pertemuan 3 lempeng
aktif dunia, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan Lempeng
Pasifik. Kondisi ini yang menjadikan Indonesia sebagai daerah yang tingkat
kegempaannya sangat tinggi.”.
Bencana alam yang paling mematikan di Indonesia salah-satuna adalah
tsunami. Tsunami merupakan salah satu bencana yang paling mematikan bagi umat manusia. Menurut Pasaribu (2005: 1) tsunami adalah “gelombang laut yang
terjadi secara mendadak yang disebabkan karena terganggunya kestabilan air laut
Tsunami sering memakan korban jiwa yang sangat besar dan merupakan
bencana yang paling menakutkan bagi masyarakat pesisir. Dengan adanya
kenyataan ini maka studi potensi tsunami dalam rangka upaya mitigasi jelas
penting sekali untuk dilakukan di Indonesia.
Seperti peta yang dikeluarkan oleh Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB) menggambarkan betapa rawannya Indonesia terkena bencana
tsunami, petanya sebagai berikut:
(Sumber: www.geospasial.bnpb.go.id)
Gambar 1.1
Peta Indeks Ancaman Bencana Tsunami Di Indonesia
termasuk kedalam yang berwarna merah yang berarti tingkat ancaman bencana tsunaminya tinggi.
Pesisir yang sangat rawan diterjang tsunami diantaranya adalah pesisir Pangandaran di Kabupaten Ciamis. Ciamis merupakan salah-satu kabupaten yang berada di bagian tenggara Provinsi Jawa Barat. Ciamis memiliki morfologi yang beragam, sebelah utara merupakan dataran tinggi dengan adanya Gunung Syawal, dan bagian selatan merupakan dataran rendah yang berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia. Ciamis melimpah akan sumberdaya alamnya, dibuktikan dengan melimpahnya lahan pertanian di wilayah Ciamis, baik itu pertanian lahan kering maupun lahan basah, oleh karena itu banyak dimanfaatkan dengan mengembangkan sektor pariwisata, yang sangat menyejahterakan masyarakat yang ada didalamnya. Salah satu Kecamatan yang terkenal dengan laut dan pariwisatanya adalah Kecamatan Pangandaran yang posisinya berada paling selatan di Kabupaten Ciamis. Kecamatan Pangandaran sangat rawan terkena bencana tsunami, bahkan pada tahun 2006 Kecamatan Pangandaran pernah dilanda bencana gempa dan tsunami, berdasarkan data dari Badan Geologi (2006) bahwa:
Pangandaran pernah diguncang gempa bumi dan kemudian disusul dengan gelombang tsunami seperti data yang tercatatat sebagai berikut: Kejadian Gempa: 17 Juli 2006, jam 15.19.73 WIB petang, Pusat Gempa: 9.295 LS - 107.347 BT, Kekuatan: 7.1 Mw atau 7.2 Mb (USGS) atau 6.8 SR (BMG), Kedalaman: 8 km, Tsunami: Melanda pantai selatan Jawa pada pukul 15.39.45 WIB dengan ketinggian bervariasi dari 1-3.5 m dan rambahan 75-500 m, Korban: 75-500 jiwa yang tersebar disepanjang pantai selatan jawa.
Kerugian yang ditimbulkan bencana gempa bumi dan tsunami tersebut
sangat banyak, baik itu korban jiwa maupun harta benda, dan tentunya
meninggalkan duka dan trauma bagi kebanyakan masyarakat yang bertempat
tinggal di sepanjang pesisir selatan Pulau Jawa, yang tentunya akan sangat sulit
buat masyarakat tersebut untuk kembali bangkit menata kembali kehidupannya
setelah terjadinya bencana.
untuk secara lebih terperincinya dipaparkan oleh Ambarjaya (2006: 54) sebagai
berikut :
Bencana Tsunami yang secara keseluruhan melanda sepanjang pantai selatan Jawa Barat, dan Cilacap, dan Yogyakarta tersebut, menelan korban jiwa lebih dari 378 orang meninggal, 272 orang luka-luka, 77 orang menghilang. Kerugian material yang dialami berupa hancurnya 842 rumah, 92 rumah rusak, 62 bangunan hotel dan penginapan hancur, dan 5 kantor hancur. Selain itu, sarana transportasi 56 mobil hancur, 97 motor hancur, 190 kapal boat rusak, dan 29 becak tradisional hancur. Total kerugian akibat bencana tsunami ini berkisar lebih dari 70 milyar rupiah.
Kerugian akibat bencana tsunami di Pantai Pangandaran Kabupaten Ciamis
pada Gambar 1.2 diabadikan dalam sebuah foto yang diambil oleh salah satu
wartawan BBC United Kingdom sesaat setelah kejadian tsunami.
(Sumber : news.bbc.co.uk)
Gambar 1.2
Puing-Puing Akibat Bencana Tsunami di Pantai Pangandaran
Kemudian dijelaskan oleh Ambarjaya (2006: 30) bahwa penyebab
terjadinya tsunami di Pangandaran adalah : “Gempa dan tsunami yang terjadi di
laut Selatan Pulau Jawa ini, merupakan akibat dari tumbukan antara Lempeng
Pernyataan tersebut juga diperkuat dengan penjelasan tentang jenis gempa
yang terjadi dan bagaimana bisa menyebabkan gelombang tsunami di
Pangandaran, menurut Ambarjaya (2006: 30):
Penunjaman yang terjadi menghasilkan gempa dengan kekuatan 6,8 SR (BMG), selanjutnya terjadi deformasi dasar laut yang akan menghasilkan tsunami eartquakegenic. Berdasarkan hasil mekanisme gempa, gempa di laut Selatan Pulau Jawa merupakan tipe reverse fault. Tipe gempa reverse fault pada umumnya akan menyebabkan terjadi deformasi dasar laut sehingga dapat menimbulkan terjadinya gelombang tsunami.
Kecamatan Pangandaran yang pernah dilanda bencana gempa dan tsunami
tentunya harus mempunyai penanganan dalam bentuk mitigasi bencana.
Penanganan dalam bentuk mitigasi bencana salah-satunya dalam sektor
Pendidikan mengenai mitigasi bencana kiranya sangat dibutuhkan untuk
diterapkan, terutama untuk menanamkan pemahaman pentingnya memahami
bencana, dan bagaimana cara menanggulangi ataupun meminimalisir dampak
yang dihasilkan oleh bencana tersebut.
Komposisi penduduk Pangandaran yang padat tentunya harus didukung pula
oleh penunjang sumberdaya manusia yang baik, sumberdaya manusia dalam
bidang Pendidikan salah-satunya. Tentunya setiap tempat dengan karakteristik
masing-masing akan berbeda pula dengan potensi bencana di tempat tersebut, oleh
karena itu materi yang disampaikan di sekolah pada setiap tempat yang berbeda
akan berbeda sesuai dengan potensi bencana pada tempat tersebut. Di Kecamatan
Pangandaran tentunya sangat rawan dilanda bencana tsunami, apabila kejadian
tsunami datang pada saat jam sekolah, dan warga sekolah tidak mengetahui
mitigasi yang seharusnya dilakukan, tidak menutup kemungkinan akan jatuh
korban yang sangat banyak, karena warga sekolah jumlahnya sangat besar berada
di lingkungan sekolah pada saat jam sekolah, dan semua itu dapat dihindari
apabila semua komponen dari warga sekolah dapat memahami pentingnya
mitigasi yang harus dilaksanakan apabila sewaktu-waktu kondisi darurat
berlangsung.
Pemberian materi mitigasi bencana di sekolah pada setiap tingkatan
mereka akan bencana dan bagaimana menjalankan mitigasi bencana di daerah
lingkungannya. Peran serta guru dalam setiap tingkatan pendidikan baik itu SD,
SMP, dan SMA sederajat sangat penting dalam menanamkan pemahaman
mengenai mitigasi bencana sesuai dengan karakteristik daerah masing-masing,
dan tentunya penerapan materi setiap tingkatan pendidikan akan berbeda
menyesuiakan dengan tingkat perkembangan setiap tingkatan tersebut.
Jarak Sekolah yang sangat dekat dengan bibir pantai, kemudian dengan
banyaknya warga sekolah yang setiap harinya melakukan aktifitas di lingkunan
sekolah pada waktu yang bersamaan, maka permasalahan muncul apabila
sewaktu-waktu terjadi tsunami yang melanda pantai selatan Ciamis, dan akan
menimbulkan kerugian yang sangat besar dari segi materi ataupun korban jiwa
apabila mitigasi bencana yang dilakukan tidak sesuai dengan standar yang
seharusnya dilakukan untuk meminimalisir dampak yang ditimbulkan dari
bencana tsunami tersebut.
Berdasarkan fakta-fakta diatas yang menjadi perhatian adalah dengan
potensi bencana tsunami yang terdapat di sekolah-sekolah di Kecamatan
Pangandaran Kabupaten Ciamis, maka yang tersirat adalah seberapa besarkah
pengetahuan Peserta Didik mengenai bencana tsunami?, Bagaimanakah tingkat
kesiapsiagaan Peserta Didik dalam mengantisipasi bencana tsunami? dan
bagaimakah perbandingan tingkat kesiapsiagaan Peserta Didik SD, SMP dan
SMA dalam menghadapi bencana tsunami? Dari pertanyaan-pertanyaan tersebut
maka Penulis Mengambil Judul “PERBANDINGAN TINGKAT
KESIAPSIAGAAN PESERTA DIDIK SD, SMP, DAN SMA DALAM
MENGHADAPI BENCANA TSUNAMI DI KECAMATAN
PANGANDARAN KABUPATEN CIAMIS”.
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka muncul
rumusan masalah sebagai berikut:
1.2.1Bagaimana perbedaan tingkat kesiapsiagaan Peserta Didik SD, SMP, dan
1.2.2Apa saja faktor yang menyebabkan perbedaan tingkat kesiapsiagaan Peserta
Didik SD, SMP, dan SMA dalam menghadapi bencana tsunami?
1.2.3Bagaimana peran guru dalam meningkatkan tingkat kesiapsiagaan Peserta
Didik SD, SMP, dan SMA dalam menghadapi bencana tsunami?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1.3.1Mengidentifikasi perbedaan tingkat kesiapsiagaan Peserta Didik SD, SMP,
dan SMA dalam menghadapi bencana tsunami.
1.3.2Mengidentifikasi faktor apa saja yang menyebabkan perbedaan tingkat
kesiapsiagaan Peserta Didik SD, SMP, dan SMA dalam menghadapi
bencana tsunami.
1.3.3Mengidentifikasi peran guru dalam meningkatkan tingkat kesiapsiagaan
Peserta Didik SD, SMP, dan SMA dalam menghadapi bencana tsunami.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :
1.4.1Sebagai bahan masukan kepada pihak sekolah agar dapat melakukan
upaya-upaya yang dapat mengurangi dampak yang ditimbulkan dari bencana
tsunami yang terjadi.
1.4.2Sebagai bahan pertimbangan bagi pihak Sekolah dalam penetapan kebijakan
mengenai penetapan standar keselamatan bagi Komunitas Sekolah apabila
terjadi bencana Tsunami.
1.4.3Sebagai data acuan untuk kepentingan penelitian lanjutan terutama yang
berkaitan dengan tingkat kesiapsiagaan menghadapi bencana.
1.4.4Sebagai bahan pengayaan pada pembelajaran, khususnya pada materi
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian, Populasi dan Sample
3.1.1 Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian berada di Kecamatan Pangandaran Kabupaten Ciamis
Provinsi Jawa Barat. Letak astronomis Kecamatan Pangandaran berada pada
108’32’50” BT –108’41’30” BT dan 07’32’10” LS –07’44’15” LS.
3.1.2 Populasi
Populasi dalam penelitian ini terdiri dari populasi wilayah dan populasi
manusia.Menurut Sumaatmadja (1988: 112) popuasi penelitian geografi adalah
“populasi penelitian geografi akan meliputi kasus (masalah peristiwa tertentu),
individu (fisik, sosial, ekonomi, budaya, dan politik) yang ada pada ruang
geografi tertentu”. Berdasarkan pengertian tersebut maka populasi wilayah
meliputi seluruh wilayah Kecamatan Pangandaran Kabupaten Ciamis, sedangkan
populasi manusia meliputi seluruh Peserta Didik Sekolah SD, SMP, dan SMA
sederajat yang ada di Kecamatan Pangandaran Kabupaten Ciamis yang
merupakan objek manusia atau sosialnya.
3.1.2.1Populasi Wilayah
Populasi wilayah dalam penelitian ini adalah seluruh Kecamatan
Pangandaran Kabupaten Ciamis.
3.1.2.2Populasi Manusia
Populasi manusia disini adalah Peserta Didik, Peserta Didik dalam
penelitian ini adalah seluruh Peserta Didik pada tingkatatan sekolah SD, SMP,
SMA dan sederajat yang berada di Kecamatan Pangandaran Kabupaten Ciamis.
Tabel 3.1
Persebaran Populasi Responden Peserta Didik Di Kecamatan Pangandaran Kabupaten Ciamis
Sekolah Pertingkatan Jumlah Peserta Didik
SD (Sekolah Dasar) 4.887
MI (Madrasah Ibtidaiah) 720
SMP (Sekolah Menengah Pertama) 1.936
MTs (Madrasah Tsanawiyah) 907
SMA (Sekolah Menengah Atas) 1.329
SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) 1.375
MA (Madrasah Aliyah) 66
Jumlah 11.220
(Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Ciamis dan Kementrian Agama
Kabupaten Ciamis Maret 2013)
3.1.3 Sampel Penelitian
Untuk memudahkan proses penelitian, maka diperlukan sampel yang
menjadi bagaian dari jumlah populasi dengan memperhatikan keabsahan sampel
yang diambil. Menurut Sumaatmadja (1988:112) mengungkapkan bahwa:
“Sampel merupakan bagian dari populasi (cuplikan, contoh) yang mewakili
populasi yang bersangkutan.”
3.1.3.1Sampel Wilayah
Sampel wilayah dalam penelitian ini adalah seluruh kampus SD, SMP, dan
SMA Sederajat yang berada di Kecamatan Pangandaran Kabupaten Ciamis.
3.1.3.2Sampel Manusia
Sampel manusia disini yaitu Peserta Didik, pengambilan sampelnya
dilakukan dengan cara aksidental atau siapa saja yang dapat ditemui di tiap
Menurut Sugiyono (2006: 60) sampling aksidential adalah “teknik
penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang kebetulan bertemu
dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel bila dipandang orang yang
kebetulan di temui itu cocok sebagai sumber data”.
Menurut Taro Yamane dalam Riduwan (2007: 65) menentukan jumlah
sampel Peserta Didik dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
n =
Keterangan :
n : Ukuran sampel
N : Ukuran populasi
: Presisi yang ditetapkan
Maka perhitungannya adalah sebagai berikut:
Jumlah populasi Peserta Didik sebanyak 11.220, maka pengambilan sampelnya
adalah:
n =
n =
n =
99,12 yang dibulatkan menjadi 99Jumlah sampel telah diketahui yaitu sebanyak 99 Peserta Didik dari seluruh
SD, SMP, dan SMA Sederajat di Kecamatan Pangandaran Kabupaten Ciamis.
Jumlah sampel tersebut dibagi lagi menjadi tiga tingkatan sekolah, yaitu
tingkatan SD, SMP, SMA. Pada pembagianya menurut Sugiyono (Riduwan;
=
x n
Keterangan :
n = Jumlah sampel seluruhnya
=Jumlah sampel menurut stratum
N = Jumlah populasi seluruhnya
=Jumlah populasi menurut stratum
Jumlah sampel Peserta Didik sebanyak 99, maka pengambilan sampel
pertingkatan sekolah SD, SMP dan SMA adalah:
SD
=
x
99 = 43,12 dibulatkan menjadi 43MI
=
x
99 = 6,35 dibulatkan menjadi 6SMP
=
x
99= 17,08 dibulatkan menjadi 17MTs
=
x
99 = 8,00 dibulatkan menjadi 8SMA
=
x
99 = 11,73 dibulatkan menjadi 12SMK
=
x
99 = 12,13 dibulatkan menjadi 12MA
=
Jumlah sampel per SD dan MI, SMP dan MTs, dan SMA, SMK dan MA
sudah diperoleh diatas, kemudian rincian sampel persekolahnya adalah sebagai
berikut:
SD dan MI
Jumlah SD dan MI yang berada di Kecamatan Pangandaran Kabupaten
Ciamis adalah SD sebanyak 29 sekolah dengan jumlah Peserta Didik 4887
orang, dan MI sebanyak 6 sekolah dengan jumlah Peserta Didik 720 orang.
Berdasarkan perhitungan sebelumnya jatah sampel untuk SD adalah 43
orang,dan MI adalah 6 orang, dengan menggunakan rumus yang sama maka
rinciannya adalah sebagai berikut:
a. SD (Sekolah Dasar)
Jumlah Peserta Didik SD di Kecamatan Pangandaran Kabupaten Ciamis
adalah 4887 orang, dengan jatah sampel menurut perhitungan
sebelumnya sebanyak 43 orang, dengan menggunakan rumus Sugiyono
(Riduwan; 2007: 66) menggunakan rumus sebagai berikut:
=
x n
Keterangan :
n = Jumlah sampel seluruhnya
=Jumlah sampel menurut stratum
N = Jumlah populasi seluruhnya
=Jumlah populasi menurut stratum
maka perhitungannya adalah sebagai berikut:
SDN 1 Pangandaran
=
Untuk selengkapnya jumlah sampel utuk disetiap SD seperti dalam
tabel di bawah ini:
Tabel 3.2
Data Jumlah Peserta Didik SD dan Jumlah Sampel Peserta Didik SD Di Kecamatan Pangandaran Kabupaten Ciamis
No Nama Sekolah Jumlah Peserta Didik Jumlah Sampel
1 SDN 1 Pangandaran 343 3
2 SDN 2 Pangandaran 141 1
3 SDN 3 Pangandaran 246
2
4 SDN 4 Pangandaran 152
1
5 SDN 5 Pangandaran 286 2
6 SDN 6 Pangandaran 324 3
7 SDN 1 Wonoharjo 165
1
8 SDN 2 Wonoharjo 81
1
9 SDN 3 Wonoharjo 265
2
10 SDN 4 Wonoharjo 257 2
11 SDN 5 Wonoharjo 219 2
12 SDN 1 Sidomulyo 203
2
13 SDN 2 Sidomulyo 100
1
14 SDN 3 Sidomulyo 119
Lanjutan Tabel 3.2
15 SDN 4 Sidomulyo 54
1
16 SDN 1 Pananjung 96 1
17 SDN 2 Pananjung 240 2
18 SDN 1 Babakan 214
2
19 SDN 2 Babakan 218
2
20 SDN 3 Babakan 181
1
21 SDN 4 Babakan 229 2
22 SDN 5 Babakan 82 1
23 SDN 1 Sukahurip 129
1
24 SDN 2 Sukahurip 63
1
25 SDN 3 Sukahurip 38 1
26 SDN 1 Purbahayu 72 1
27 SDN 2 Purbahayu 95 1
28 SDN 3 Purbahayu 93 1
29 SDN Pagergunung 182
1
Jumlah 4887
b. MI (Madrasah Ibtida’iyah)
Jumlah Peserta Didik MI di Kecamatan Pangandaran Kabupaten Ciamis
adalah 720 orang, dengan jatah sampel menurut perhitungan sebelumnya
sebanyak 6 orang, dengan menggunakan rumus yang sama dengan
perhitungan diatas maka rinciannya adalah sebagai berikut:
Tabel 3.3
Data Jumlah Peserta Didik MI dan Jumlah Sampel Peserta Didik MI Di Kecamatan Pangandaran Kabupaten Ciamis
No Nama Sekolah Jumlah Peserta Didik Jumlah Sampel
1 MIN Pangandaran 146 1
2 MIS Bojongjati 284 1
3 MIS Karangsimpang 61
1
4 MIS Pondilombok 89
1
5 MIS Cikukulu 93
1
6 MIS Bantarkalong 47 1
Jumlah 720 6
SMP dan MTs
Jumlah SMP dan MTs yang berada di Kecamatan Pangandaran Kabupaten
Ciamis adalah SMP sebanyak 6 sekolah dengan jumlah Peserta Didik 1936
orang, dan MTs sebanyak 2 sekolah dengan jumlah Peserta Didik 907 orang.
Berdasarkan perhitungan sebelumnya jatah sampel untuk SMP adalah 17
orang, dan MTs adalah 8 orang, dengan rincian sebagai berikut:
Jumlah Peserta Didik SMP di Kecamatan Pangandaran Kabupaten
Ciamis adalah 1936 orang, dengan jatah sampel menurut perhitungan
sebelumnya sebanyak 17 orang, dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 3.4
Data Jumlah Peserta Didik SMP dan Jumlah Sampel Peserta Didik SMP Di Kecamatan Pangandaran Kabupaten Ciamis
No Nama Sekolah Jumlah Peserta Didik Jumlah Sampel
1 SMPN 1 Pangandaran 852 7
2 SMPN 2 Pangandaran 388 4
3 SMPN 3 Pangandaran 342
3
4
SMP Plus Ma’Arif
NU 126
1
5 SMP Miftahul Huda 71
1
6 SMP Muhammadiyah 157 1
Jumlah 1936 17
b. MTs (Madrasah Ibtida’iyah)
Jumlah Peserta Didik MTs di Kecamatan Pangandaran Kabupaten
Ciamis adalah 907 orang, dengan jatah sampel menurut perhitungan
Tabel 3.5
Data Jumlah Peserta Didik MTs dan Jumlah Sampel Peserta Didik MTs Di Kecamatan Pangandaran Kabupaten Ciamis
No Nama Sekolah Jumlah Peserta Didik Jumlah Sampel
1 MTsN Pangandaran 846
7
2 MTsS AL Hidayah 61
1
Jumlah 907
8
SMA, SMK dan MA
Jumlah SMA, SMK dan MA yang berada di Kecamatan Pangandaran
Kabupaten Ciamis adalah SMA sebanyak 2 sekolah dengan jumlah Peserta
Didik 1329 orang, SMK sebanyak 3 sekolah dengan jumlah Peserta Didik
1375 orang, dan MA sebanyak 1 sekolah dengan jumlah Peserta Didik 66
orang, dengan rincian sebagai berikut:
a. SMA (Sekolah Menengah Atas)
Jumlah Peserta Didik SMA di Kecamatan Pangandaran Kabupaten
Ciamis adalah 1329 orang, dengan jatah sampel menurut perhitungan
sebelumnya sebanyak 12 orang, dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 3.6
Data Jumlah Peserta Didik SMA dan Jumlah Sampel Peserta Didik SMA Di Kecamatan Pangandaran Kabupaten Ciamis
No Nama Sekolah Jumlah Peserta Didik Jumlah Sampel
1 SMAN 1 Pangandaran 937 8
2 SMA Muhammadiyah 392 4
Jumlah 1329
b. SMK (Sekolah Menengah Kejuruan)
Jumlah Peserta Didik SMK di Kecamatan Pangandaran Kabupaten
Ciamis adalah 1375 orang, dengan jatah sampel menurut perhitungan
sebelumnya sebanyak 12 orang, dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 3.7
Data Jumlah Peserta Didik SMK dan Jumlah Sampel Peserta Didik SMK Di Kecamatan Pangandaran Kabupaten Ciamis
No Nama Sekolah Jumlah Peserta Didik Jumlah Sampel
1 SMKN 1 Pangandaran 682 6
2 SMK Bakti Kencana 123 1
3 SMK Putra 570
5
Jumlah 1375
12
c. MA (Madrasah Aliyyah)
Jumlah Peserta Didik MA di Kecamatan Pangandaran Kabupaten Ciamis
adalah 66 orang, dengan jatah sampel menurut perhitungan sebelumnya
sebanyak 1 orang, dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 3.8
Data Jumlah Peserta Didik MA dan Jumlah Sampel Peserta Didik MA Di Kecamatan Pangandaran Kabupaten Ciamis
No Nama Sekolah Jumlah Peserta Didik
Jumlah Sampel
1 MA Miftahul Huda 66 1
3.2 Variabel Penelitian
Pengertian variable penelitian menurut Sudjana (2004: 23) adalah “variable
dapat dikatakan sebagai atribut dari suatu individu, objek gejala, dan peristiwa
tertentu…”. Sedangkan menurut Soewarno (1987: 51-52) mengemukakan bahwa
variable penelitian adalah “karakteristik yang dapat diamati dari suatu (objek) dan
mampu memberikan bermacam-macam nilai atau beberapa kategori”. Kemudian
menurut Rafi’I (1995: 8) adalah “ukuran sifat atau ciri yang dimiliki oleh satuan yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lainnya”.
Variabel dalam penelitian ini adalah Variabel Tunggal yaitu perbandingan
tingkat kesiapsiagaan Peserta Didik dalam menghadapi bencana tsunami, dengan
dibawahnya membandingkan tiga tingkatan sekolah, yaitu SD, SMP, dan SMA
sederajat, berikut Diagramnya:
Diagram 3.1 Variabel Penelitian
Perbandingan Tingkat Kesiapsiagaan Peserta Didik Dalam Menghadapi Bencana
Tsunami
Kesiapsiagaan Peserta Didik SMA Dalam Menghadapi Bencana
Tsunami Kesiapsiagaan Peserta
Didik SMP Dalam Menghadapi Bencana
Tsunami Kesiapsiagaan Peserta
Didik SD Dalam Menghadapi Bencana
3.3 Metode Penelitian
Dalam sebuah penelitian kita harus memperoleh data, untuk memperoleh
data tersebut kita memerlukan sebuah metode peneltian. Metode menurut
Surakhmad (1994: 139) adalah“cara utama yang digunakan untuk mencapai
tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesa atau penelitian dengan
mempergunakan teknik atau alat-alat tertentu”. Sedangkan menurut Arikunto
(2006: 26) menyebutkan bahwa metode penelitian adalah “cara yang digunakan
oleh peneliti dalam memperoleh dan mengolah data penelitiannya”.
Metode Penelitian ini termasuk kedalam metode Deskriptif. Moh. Nazir
(2005: 54) menyebutkan bahwa penelitian deskriptif adalah:
suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu system pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang, dan tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, factual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.
Menurut Tika (2005: 4) Menjelaskan bahwa penelitian deskriptif adalah
“lebih mengarah kepada pengungkapan suatu masalah atau keadaan sebagaimana
adanya dan mengungkap fakta-fakta yang ada, walaupun kadang-kadang
diberikan interprestasi dan analisis”.
Dalam penelitian ini mencoba membandingkan tingkat kesiapsiagaan
Peserta Didik SD, SMP, dan SMA ditinjau dari pengetahuan, peringatan dini dan
mobilisasinya. Dengan fenomena ini bisa diketahui kemudian bisa diukur apakah
terdapat perbedaan tingkat kesiapsiagaan Peserta Didik dalam menghadapi
bencana Tsunami di SD, SMP, dan SMA, sederajat di Kecamatan Pangandaran
Kabupaen Ciamis baik dari segi tingkat psikologisnya, lokasi sekolahnya dan
fasilitas mitigasi bencana yang ada di sekolah tersebut maupun di lingkungan
tempat tinggalnya, apakah sudah memadai atau tidak.
Pada pelaksanaan dilapangan menggunakan metode survey. Metode survey
sendiri dipaparkan menurut Tika (2005: 6) “survey adalah suatu metode penelitian
individu dalam waktu yang bersamaan”. Kemudian dalam buku yang dikarang
Moh. Nazir (2005: 56) mengemukakan bahwa:
metode survey adalah penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara factual, baik tentang institusi sosial, ekonomi, ata politik dari suatu kelompok ataupun daerah.
Selanjutnya menurut Singarimbun (1987: 3) metode penelitian survey
adalah:
metode penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok digunakan untuk mengadakan pengamatan langsung dilapangan dengan tujuan untuk mencari data dan fungsinya merumuskan apa yang terjadi.
Dari pengertian dari beberapa sumber diatas dapat disimpulkan bahwa
metode survey adalah suatu cara dalam sebuah penelitian untuk mengumpulkan
data untuk keberhasilan suatu penelitian. Penggunaan cara-cara dalam metode
survey ini tergantung kepada kebutuhan data yang diperlukan untuk penelitian.
3.4Definisi Operasional
Judul penelitian ini adalah “PERBANDINGAN TINGKAT
KESIAPSIAGAAN PESERTA DIDIK SD, SMP, DAN SMADALAM
MENGHADAPI BENCANA TSUNAMI DI KECAMATAN
PANGANDARAN KABUPATEN CIAMIS”. Kesalahan penafsiran kata dalam
penelitian ini dapat menimbulkan kesimpulan lain dari penelitian. Maka penulis
perlu memberikan batasan dalam definisi operasionalsebagai berikut:
3.4.1 Bencana
Bencana adalah suatu gangguan serius terhadap keberfungsian suatu
masyarakat sehingga menyebabkan kerugian yang meluas pada kehidupan
manusia dari segi materi, ekonomi atau lingkungan dan yang melampaui
kemampuan masyarakat tersebut untuk mengatasi dengan menggunakan
suatu gangguan serius dari fungsi-fungsi masyarakat, yang menyebabkan
kerugian-kerugian, material, dan manusia yang luas yang melebihi kemampuan
dari masyarakat yang terlanda bencana untuk bisa mengatasi dengan hanya
menggunakan sumberdayanya sendiri”.
Dapat disimpulkan bahwa fenomena alam yang dapat dikatakan suatu
bencana adalah apabila fenomena alam tersebut dapat merugikan manusia yang
terkena dampaknya baik secara langsung ataupun tidak langsung, baik itu berupa
kerugian materi, ekonomi, atau lingkungan.
3.4.2 Kesiapsiagaan
Kesiapsiagaan (preparedness) adalah upaya yang dilakukan untuk
mengantisipasi bencana, melalui pengorganisasian langkah-langkah yang tepat
guna dan berdaya guna. Pengertian kesiapsiagaan menurut Carter (1992: 29)
mengemukakan bahwa kesiapsiagaan adalah:
tindakan-tindakan yag memungkinkan pemerintahan, organisasi-organisasi, masyarakat, komuntas dan individu untuk mampu menanggapi suatu situasi bencana secara cepat dan tepat guna. Termasuk ke dalam tindakan kesiapsiagaan adalah penyusunan rencana penanggulangan bencana, pemeliharaan sumberdaya dan pelatihan personil.
Dapat disimpulkan untuk mengetahui kesiapsiagaan Peserta Didik harus
menggunakan parameter untuk mengetahui bagaimana tingkat kesiapsiagaan
Peserta Didik tersebut.
3.4.3 Perbandingan Tingkat Kesiapsiagaan
Perbandingan adalah menjajarkan sesuatu hal guna mengetahui letak
perbedaan-perbedaan yang terdapat dalam sesuatu hal tersebut. Dalam penelitan
ini akan dijabarkan mengenai perbandingan tingkat kesiapsiagaan Peserta Didik
SD, SMP, dan SMA dalam menghadapi bencana tsunami di Kecamatan
diperoleh dari angket yang disebarkan pada Peserta Didik, pada hasil perhitungan
tersebut dapat diketahui perbandingan tingkat kesiapsiagaannya.
3.4.4 Tsunami
Tsunami adalah perpindahan masa air laut ke daratan secara tiba-tiba yang
disebabkan oleh perubahan ketinggian air laut secara mendadak dikarenakan
beberapa faktor, yaitu gempa bumi bawah laut, letusan gunung api bawah laut,
longsoran bawah laut, serta tumbukan meteor.
Sedangkan Menurut Pasaribu (2005: 1) tsunami adalah “gelombang laut
yang terjadi secara mendadak yang disebabkan karena terganggunya kestabilan air
laut yang diakibatkan oleh gempa bumi dan adanya gangguan implusif terhadap
air laut akibat terjadinya perubahan bentuk dasar laut”.
Dapat disimpulkan tsunami adalah gelombang laut yang dapat menimbulkan
kerusakan yang besar di daratan karena terjadi secara tiba-tiba dan mempunyai
daya jangkau yang luas.
3.4.5 Peserta Didik
Peserta Didik adalah orang atau individu yang belajar pada suatu tingkatan
pendidikan dalam suatu lembaga pendidikan. Menurut Rasyad dalam Santoso
(2013) ”A students is a man or woman, who knows how to read books (seorang
peserta sebagai pelaku, pencari, penerima dan penyimpan isi pelajaran yang
dibutuhkannya untuk mencapai tujuan)”. Kemudian Peserta Didik dalam
Undang-Undang diartikan sebagai peserta didik, Menurut Undang-Undang-Undang-Undang, pada Pasal 1
Ayat 4 UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Pendidikan Nasional, peserta didik
adalah“anggota masyarakat yang berusaha mengembangkandirinya melalui proses
Dapat disimpulkan Peserta Didik disiniadalah masyarakat yang mengikuti
pendidikan sekolah formal, yang terdiri dari Peserta Didik SD, SMP dan SMA
yang berada di Kecamatan Pangandaran Kabupaten Ciamis.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang berhubungan dengan objek yang sedang dikaji
dan diteliti yang diharapkan dapat menunjang penelitian, penulis menggunakan
teknik-teknik pengumpulan data sebagai berikut:
3.5.1 Observasi Lapangan
Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara meneliti dan
mengamati secara langsung dilapangan (objek penelitian) dengan cara melihat,
mengamati, serta mencatat data-data mengenai objek yang di teliti oleh penulis.
Metode observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode
observasi langsung. Menurut Tika (2005: 42) bahwa:
Observasi langsung adalah teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala atau fenomena yang ada pada objek ditempat atau tempat berlangsungnya peristiwa sehingga observer berada bersama objek yang diteliti.
Kemudian menurut Soewarno (1987: 44) adalah “menggunakan mata secara
cermat dan mencatat fenomena sebagaimana yang dilihatnya dan mencoba
mencari hubungan sebab akibat”.
Dengan melakukan metode ini maka penulis akan mendapatkan data primer
melalui kegiatan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala
atau fenomena yang ada pada objek yang diteliti. Dalam penelitian ini penulis
melakukan observasi langsung ke kawasan Universitas Pendidikan Indonesia.
3.5.2 Wawancara
Menurut Tika (2005: 43) “wawancara merupakan metode pengumpulan
data dengan cara Tanya jawab yang dikerjakan dengan sistematis dan
adalah “semacam dialog atau tanya jawab antara pewawancara dengan
responden”.Wawancara merupakan percakapan yang bertujuan untuk memperoleh
informasi langsung dari masyarakat setempat atau narasumber lainnya.
3.5.3 Angket
Menurut Slamento (1988: 120) mengemukakan bahwa “angket merupakan
alat atau daftar pertanyaan-pertanyaan tertulis yang harus dijawab oleh
mahaPeserta Didik yang menjadi sasaran dari angket tersebut atau orang lain”.
Angket merupakan teknik yang digunakan untuk memperoleh sejumlah data yang
bersifat faktual dari responden yang menjadi sempel penelitian dengan cara
memberikan instrumen yang berisi sejumlah pertanyaan yang harus diisi oleh
responden.
3.5.4 Studi Literatur
Studi litelatur dimaksudkan untuk mendapatkan sejumlah data dan
informasi yang mempunyai kaitan dengan permasalahan yang diteliti sebagai
landasan pemikiran dalam penulisan penelitian. Adapun studi litelatur yang
berkaitan antara lain buku dan hasil penelitian pihak lain yang berkaitan dengan
penelitian yang dimaksudkan untuk menjadi petunjuk dan bahan pertimbangan
sehingga dapat memperjelas analisis dalam pemecahan masalah penelitian.
3.5.5 Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara mencari dan mempelajari sumber-sumber informasi mengenai
variabel-variabel yang berupa transkip, catatan-catatan, buku-buku, foto-foto, peta dan
sebagainya yang berada di daerah penelitian yang sesuai serta dapat melengkapi
3.6 Teknik Pengolahan Data
Langkah yang dilakukan setelah data terkumpul adalahsebagai berikut:
3.6.1 Editing Data
Langkah ini diambil dengan tujuan untuk mengetahui apakah data
terkumpul melalui teknik pengumpulan data terutama pedoman wawancara dapat
diolah atau tidak.
3.6.2 Pengkodean
Menyusun dan mengelompokan data sesuai dengan jenisnya agar dapat
diketahui apakah data tersebut bisa dipakai ataupun tidak. Kemudian
mengklasifikasikan jawaban dari responden menrurut macamnya, kemudian diberi
kode berupa angka menurut macam jawabannya untuk mempermudah, dan
dilanjutkan dengan penyekoran data.
3.6.3 Tabulasi Data
Langkah ini diambil untuk memperoleh gambaran jawaban, jumlah
frekuensi dan kecenderungan setiap alternatif jawaban pada setiap pertanyaan dari
data quesioner, setelah dikelompokan datanya berdasarkan pertanyaan.
3.7 Analisis Data
Untuk dapat mengolah data-data yang sudah terkumpul dari penelitian,
maka langkah selanjutnya adalah melakukan analisis data. Dalam penelitian ini
menggunakan analisis kuantitatif. Berikut ini merupakan penjabaran dari analisis
kuantitatif.
3.7.1 Analisis Kuantitatif
Analisis Kuantitatif adalah analisis yang menggunakan angka-angka
perhitungan dan pengukuran mengenai kumpulan fakta yang menggunakan
formula statistic. Kemudian dilanjutkan dengan perhitungan indeks skor. Data
Data di proses, dijumlahkan dan kemudian di indekskan. Hasil datanya kemudian
disajikan dalam bentuk grafik dan table yang kemudian dijelaskan dengan
kalimat-kalimat sebagai bentuk kualitatif, agar dapat diketahui jawaban dari
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data pada BAB IV, dapat
disimpulkan beberapa hal yaitu:
1. Tingkat kesiapsiagaan Peserta Didik SD, SMP, dan SMA dalam menghadapi
bencana Tsunami di Kecamatan Pangandaran Kabupaten Ciamis adalah
sebagai berikut:
a. Tingkat kesiapsiagaan Peserta Didik Sekolah Dasar (SD)
Sekolah Dasar (SD) yang berada di Kecamatan Pangandaran Kabupaten
Ciamis berjumlah sebanyak 35 sekolah yang terdiri dari 29 Sekolah Dasar
(SD) dan 6 Madrasah Ibtidaiyah (MI). Berdasarkan hasil penyebaran
angket ke setiap sekolah dapat disimpulkan Tingkat kesiapsiagaan Peserta
Didik Sekolah Dasar dalam menghadapi bencana tsunami di Kecamatan
Pangandaran Kabupaten Ciamis berdasarkan hasil pengolahan data
mempunyai skor yang berdasarkan hasil pengklasifikasian data masuk
kedalam kategori Sangat Siap. Kemudian bedasarkan hasil penelitian
untuk mengetahui peran guru terhadap tingkat kesiapsiagaan Peserta Didik
Sekoah Dasar menghasilkan skor yang berdasarkan hasil pengklasifikasian
data masuk kedalam kategori Sangat Berperan.
b. Tingkat kesiapsiagaan Peserta Didik Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang berada di Kecamatan
Pangandaran Kabupaten Ciamis berjumlah sebanyak 8 sekolah yang terdiri
dari 6 Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan 2 Madrasah Tsanawiyah
(MTs). Berdasarkan hasil penyebaran angket ke setiap sekolah dapat
disimpulkan Tingkat kesiapsiagaan Peserta Didik Sekolah Menegah
Pertama dalam menghadapi bencana tsunami di Kecamatan Pangandaran
yang berdasarkan hasil pengklasifikasian data masuk kedalam kategori
Siap. Kemudian bedasarkan hasil penelitian untuk mengetahui peran guru
terhadap tingkat kesiapsiagaan Peserta Didik Sekoah Menengah Pertama
menghasilkan skor yang berdasarkan hasil pengklasifikasian data masuk
kedalam kategori Kurang Berperan.
c. Tingkat kesiapsiagaan Peserta Didik Sekolah Menegah Atas (SMA)
Sekolah Menengah Atas (SMA) yang berada di Kecamatan Pangandaran
Kabupaten Ciamis berjumlah sebanyak 6 sekolah yang terdiri dari 2
Sekolah Menengah Atas (SMA), 3 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK),
dan 1 Madrasah Aliyah (MA). Berdasarkan hasil penyebaran angket ke
setiap sekolah dapat disimpulkan Tingkat kesiapsiagaan Peserta Didik
Sekolah Menengah Atas dalam menghadapi bencana tsunami di
Kecamatan Pangandaran Kabupaten Ciamis berdasarkan hasil pengolahan
data mempunyai skor yang berdasarkan hasil pengklasifikasian data masuk
kedalam kategori Siap. Kemudian bedasarkan hasil penelitian untuk
mengetahui peran guru terhadap tingkat kesiapsiagaan Peserta Didik
Sekoah Menengah Atas menghasilkan skor yang berdasarkan hasil
pengklasifikasian data masuk kedalam kategori Kurang Berperan.
Kesimpulan yang diambil dari tingkat kesiapsiagaan Peserta Didik dalam
menghadapi Bencana Tsunami di Kecamatan Pangandaran Kabupaten Ciamis
adalah terdapat perbedaan tingkat kesiapsiagaan antara Peserta Didik SD,
SMP, dan SMA dalam menghadapi bencana tsunami, itu tercermin dari hasil
perhitungan yang menunjukan bahwa tingkat kesiapsiagaan Peserta Didik SD
mempunyai skor yang berdasarkan klasifikasi masuk kedalam kategori
Sangat Siap, kemudian tingkat Kesiapsiagaan Peserta Didik SMP mempunyai
skor yang berdasarkan klasifikasi masuk kedalam kategori Siap, dan tingkat
kesiapsiagaan Peserta Didik SMA mempunyai skor yang paling rendah dari
dua tingkatan sekolah lainnya yang berdasarkan klasifikasi masuk kedalam
kategori Siap. Kemudian dari hasil Uji T dapat dilihat apakah terdapat
perbedaan yang berarti antara tingkat kesiapsiagaan Peserta Didik SD, SMP
yaitu Peserta Didik SD dan Peserta Didik SMP terdapat perbedaan yang
berarti, kemudian antara Peserta Didik SD dan Peserta Didik SMA terdapat
perbedaan yang berarti, dan yang terakhir antara Peserta Didik SMP dan
Peserta Didik SMA tidak terdapat perbedaan yang berarti.
2. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Perbedaan Tingkat Kesiapsiagaan Peserta
Didik
Faktor-faktor yang menyebabkan tinggi rendahnya tingkat kesiapsiagaan
antara Peserta Didik SD, SMP, dan SMA adalah kurangnya sarana dan
prasarana mitigasi bencana seperti alarm dan rambu-rambu jalaur evakuasi di
sekolah, kurangnya penyuluhan mengenai mitigasi bencana dan cara
menyelamatkan diri dari bencana tsunami di lingkungan sekolah, kemudian
kurangnya materi mengenai mitigasi bencana yang disisipkan kedalam
pelajaran yang disampaikan kepada Peserta Didik di sekolah. Perbedaan
tingkat kesiapsiagaan antara Peserta Didik SD, SMP dan SMA dalam
menghadapi bencana tsunami di Kecamatan Pangandaran Kabupaten Ciamis
sangat menarik, terutama dari hasil yang didapatkan yang menyebutkan
bahwa justru SMA menjadi urutan yang paling bawah tingkat
kesiapsiagaannya yang kemudian diatasnya ada SMP dan yang paling tinggi
tingkat kesiapsiagaannya adalah SD, semua itu pasti ada faktor yang
mengakibatkannya, berdasarkan temuan dilapangan ditemukan bahwa semua
itu diakibatkan dari polosnya Peserta Didik-Peserta Didik SD yang secara
jelas menerima semua arahan dari guru dan orang tuanya masing-masing
tentang cara menyelamatkan diri aabila terjadi gempa dan tsunami, mereka
tanpa berfikir panjang menuruti apa saja yang diinstruksikan oleh guru dan
orang tuanya, olehkarena itu dalam pengsian angket juga mereka mempunya
skor yang cukup tinggi, berbeda dengan SMP dan SMA yang justru semakin
bertambah dewasa maka ego dari masing-masing individunya semakin besar
dan justru akan sedikit banyak kurang begitu perduli akan adanya pengarahan
dari guru ataupun masyarakat disekitarnya dalam hal mitigasi bencana
ataupun cara menyelamatkan diri dari bencana tsunami, semua itu tercermin
pengisian angket yang dibagikan, mereka mendapat nilai yang cuku rendah
dibandingkan Peserta Didik Sekolah Dasar.
3. Peran Guru Dalam Mempengaruhi Tingkat Kesiapsiagaan Peserta Didik
Peran serta Guru dalam tingkat kesiapsiagaan Peserta Didik dalam
menghadapi bencana tsunami dapat disimpulkan dari rata-rata skor yang
didapat pada pengisian angket oleh Peserta Didik untuk mencerminkan peran
serta Guru di sekolahnya masing-masing, dan dapat disimpulkan terdapat
perbedaan skor yang di dapat antara SD, SMP, dan SMA, yaitu SD
mendapatkan skor yang berdasarkan klasifikasi masuk kedalam kategori
Sangat Berperan, kemudian SMP mendapatkan skor yang berdasarkan
klasifikasi masuk kedalam kategori Kurang Berperan, dan SMA mendapatkan
skor rata-rata paling rendah dari dua tingkatan sekola yang lain, yang
berdasarkan klasifikasi masuk kedalam kategori Kurang Berperan.
5.2 Rekomendasi
Berdasarkan hasil dari penelitian ini kemudian menghasilkan rekomendasi
bagi beberapa pihak dan para peneliti-peneliti lain yang akan melaksanakan
penelitian mengenai mitigasi bencana khususnya bencana tsunami dalam rangka
meningkatkan tingkat kesiapsiagaan Peserta Didik dalam menghadapi bencana
tsunami.
1. Kepada Pihak Sekolah, baik itu SD, SMP, dan SMA karena faktor yang
menyebabkan kurang maksimalnya tingkat kesiapsiagaan Peserta Didik relatif
sama pertingkatan sekoah, yaitu dapat meningkatkan perannya dalam rangka
meningkatkan tingkat kesiapsiagaan Peserta Didik dalam menghadapi
bencana tsunami, dengan mengadakan fasilitas-fasilitas mengenai mitigasi
bencana di sekolah seperti alarm peringatan bencana dan rambu-rambu jalur
menyelamatkan diri apabila terjadi bencana tsunami, kemudian mengadakan
penyuluhan-penyuluhan ataupun mengadakan simulasi menghadapi bencana
mitigasi bancana pada saat melaksanakan pembelajaran di kelas oleh para
guru.
2. Kepada Pihak Dinas Pendidikan Kabupaten Ciamis dan UPTD Pendidikan
Kecamatan Pangandaran dapat mengadakan program-program penyuluhan
mengenai mitigasi bencana tsunami dan mengagendakan simulasi
menghadapi bencana tsunami yang dilaksanakan oleh seluruh sekolah yang
berada di Kecamatan Pangandaran Kabupaten Ciamis dalam rangka untuk
meningkatkan tingkat kesiapsiagaan Peserta Didik dalam menghadapi
bencana tsunami.
3. Bagi Peneliti yang akan mengadakan penelitian mengenai tingkat
kesiapsiagaan Peserta Didik dalam menghadapi bencana tsunami di
Kecamatan Pangandaran Kabupaten Ciamis selanjutnya diperlukan penelitian
lebih mendalam dalam hal pengklasifikasian daerah-daerah mana saja yang
sangat beresiko terkena bencana tsunami, agar penelitian lebih terfokus lagi
untuk peningkatan tingkat kesiapsiagaan Peserta Didik dalam menghadapi
bencana tsunami di Kecamatan Pangandaran Kabupaten Ciamis.
4. Bagi Pembelajaran Geografi kajian mengenai tingkat kesiapsiagaan dalam
menghadapi bencana tsunami dapat dijadikan sebagai materi yang cukup
banyak dalam mata kuliah Mitigasi Bencana di perkuliahan, dan dapat
dimasukan atau disisipkan dalam materi pembelajaran geografi di
sekolah-sekolah yang utamanya terletak di wilayah yang rawan terkena bencana
tsunami, agar dapat mengingatkan akan pentingnya kesiapsiagaan dalam
menghadapi suatu bencana khususnya bencana tsunami agar bisa menekan
DAFTAR PUSTAKA
Akdon, dan Hadi Sahlan (2005). Aplikasi Statistika Dan Metode Penelitian Untuk
Administrasi & Manajemen. Bandung. Dewa Ruchi.
Ambarjaya, Beni S. (2006). Tsunami Sang Gelombang Pembunuh. Jakarta. CV. Karya Mandiri Pratama.
Anonim, (2006). Pengembangan Framework Untuk Mengukur Kesiapsiagaan
Masyarakat Terhadap Bencana Alam. LIPI-UNESCO/ISDR.
Anonim. (2011). DEFINISI | ISTILAH | PENGERTIAN | ARTI KATA: Blogspot [Online]. Tersedia: http://pengertian-definisi.blogspot.com/2011/03/apa-itu-tsunami.html[11Maret2011].
Anonim. Undang Undang No. 20 Tahun 2003. Pasal 1 Ayat 4 Tentang Penddikan
Nasional.
Anonim. Undang-Undang No. 24 Tahun 2007. Tentang Penanggulangan
Bencana.
Anonim. (2006). Gempabumi Dan Tsunami Pangandaran, Ciamis: Blogspot [Online]. Tersedia: http://psg.bgl.esdm.go.id/informasi/berita/107-gempabumi-dan-tsunami-pangandaran-ciamis-[21Juli2006]. Diunduh tanggal 4 Juni 2013.
Anonim. (2006). Foto Puing-Puing Bencana Tsunami Pangandaran, Ciamis: http://www.google.com/imgres?client=firefoxa&hs=i27&sa=X&rls=org.mil w=241&start=0&ndsp=8&tx=41&ty=63 [Juli2006]. Diunduh tanggal 29 Juli 2013
Anonim. (2010). Peta Resiko Bencana Tsunami Di Kawasan Pangandaran: Blogspot [Online]. Tersedia: http://3.bp.blogspot.com/-02AccNP6Fyc/URpkZ3oFj3I/AAAAAAAAFmo/OaIXn54XIoQ/s400/Gam bar+8.+Peta+Resiko+Bencana+Tsunami+di+Kawasan+Pangandaran.jpg Diunduh tanggal 6 Juli 2013.
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Carter, W. Nick. (1992). Disaster Management: a disaster manager’s handbook, Manila: Asian Development Bank.
Coburn, A. W. dkk. (1994). Mitigasi Bencana II. Program Pelaihan Manajemen Bencana. Cambridg-United Kingdom: DHA-UNDP. Direktorat Geologi, Bandung.
Depsos RI. (2004). Pedoman Pemberdayaan Tenaga Kesejahteraan Sosial
Masyarakat Dalam Penanganan Korban Bencana. Direktorat Jenderal
Pemberdayaan Sosial. Jakarta.
Hidayat, Teuku Ahmad. (2011). Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam Menghadapi
Bencana Tsunami Di Kota Meulaboh Kabupaten Aceh Barat Nanggroe Aceh Darussalam. Skripsi Sarjana pada FPIPS UPI Bandung: tidak
diterbitkan.
Kent, Rudolph (1994). Kesiapan Bencana II. Program Pelatihan Manajement Bencana. DHA-UNDP.
Mulyasa, E. (2008). Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran yang
Kreatif dan Menyenangkan. Bandung : Rosdakarya.
Nasir, Moh. (2005). Metode Penelitian, Jakarta: PT. GHALIA INDONESIA.
Nurkancana, Wayan dan Sumartana, P.P.N. (1986). Evaluasi Pendidikan. Surabaya. Usaha Nasional.
Pasaribu, Robert. (2005). Penyebab dan Akibat Terjadinya Tsunami.
Rafi’i, Suryatna. (1995). Ilmu Tanah. Bandung: Alfabeta.
Reed, Sheila. B (1995). Pengantar Tentang Bahaya III. Program Pelatihan Manajemen Bencana. DHA-UNDP.
Riduwan. (2007). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti
Sadisun, Imam, A, (2006). Smart SOP Dalam Mitigasi dan Penanggulangan
Bencana Alam. Bandung: Pusat Mitigasi Bencana-ITB.
Santoso. (2013). Pengertian Siswa. Ras-Eko.blogspot.com. (2012)
Singarimbun, Masri. (1987). Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3ES.
Soewarno, Bambang. DR. MA. (1987). Metode Kuantitatif Dalam Ilmu-Ilmu
Sosial dan Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.
Somad, A. (2009). Tentang Guru. Bandung: Al Qaprint.
Sugiyono. (2006). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sudjana. (2004). Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Sukara, Endang, dan SL Tobing, Imran. (2008). Industri Berbasis
Keanekaragaman Hayati, Masa Depan Indonesia. Jurnal VIS VITALIS,
Vol. 01 No. 2, tahun 2008.
Sumaatmadja, Nursid. 1988). Geografi Pembelajaran. Jakarta. Departemen P dan K, Dirjen Dikti, Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.
Sumaatmadja, Nursid. (2005). Manusia Dalam Konteks Sosial, Budaya dan
Lingkungan Hidup. Bandung. Alfabeta.
Surakhmad, W. (1994). Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode Teknik. Bandung: Tarsito.
Surya, Mohamad. (2003). Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.
Tika, Pabundu. (2005). Metode Penelitian Geografi. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Wibowo, P.G. (2011). Tingkat Kesiapsiagaan Civitas Akademik Universitas
Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung Dalam Mengantisipasi Bencana Gempa Bumi. Skripsi Sarjana pada FPIPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.