• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN COOPERATIVE LEARNING TEKNIK TWO STAY TWO STRAY DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL : Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VIIH SMP Negeri 2 Purwakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN COOPERATIVE LEARNING TEKNIK TWO STAY TWO STRAY DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL : Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VIIH SMP Negeri 2 Purwakarta."

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN COOPERATIVE LEARNING TEKNIK TWO STAY

TWO STRAY DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH

UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

(Penelitian Tindakan Kelas di kelas VIIH SMP Negeri 2 Purwakarta)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari Syarat untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Sejarah

Disusun oleh ; Elin Lyana (030057)

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

PENGEMBANGAN COOPERATIVE LEARNING TEKNIK TWO STAY

TWO STRAY DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH

UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

(Penelitian Tindakan Kelas di kelas VIIH SMP Negeri 2 Purwakarta)

Oleh Elin Lyana

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Elin Lyana 2011

Universitas Pendidikan Indonesia Juni 2011

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

PENGEMBANGAN COOPERATIVE LEARNING TEKNIK TWO STAY

TWO STRAY DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VII H SMP Negeri 2 Purwakarta)

oleh

ELIN LYANA

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

PEMBIMBING I

Prof.Dr. H. DADANG SUPARDAN, M.Pd NIP. 19570408 198403 1003

PEMBIMBING II

Drs. TARUNASENA MA’MUR

NIP. 19680828 199802 1001

MENGETAHUI

KETUA JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

(4)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Pengembangan Cooperative Learning Teknik Two Stay Two Stray dalam Pembelajaran Sejarah Untuk Meningkatkan Hasil

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VIIH SMP Negeri 2 Purwakarta), tujuan

diadakan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah Cooperative Learning teknik Two Stay Two Stray dapat meningkatkan hasil belajar atau tidak. Alasan diadakan penelitian ini karena setelah melakukan observasi peneliti melihat bahwa hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPS khususnya sejarah rendah. Pada pembahasan skripsi ini, penulis menggunakan metode penelitian tindakan kelas dari Kemmis dan McTaggart yaitu dengan tahapan : perencanaan (Plan), pelaksanaan tindakan (Act), pengamatan (Observe), dan refleksi (Reflect). Dengan alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi, catatan lapangan, angket, wawancara, test (pretest dan postes) dan dokumentasi. Dalam melakukan penelitian, peneliti menemukan kesulitan dalam membuat perencanaan karena alokasi waktu untuk mata pelajaran sejarah sangat sedikit, sedangkan waktu yang diperlukan dalam pembelajaran dengan menggunakan teknik Two Stay Two Stray sangat banyak, tapi hal tersebut dapat diatasi dengan menggunakan waktu seefisien mungkin dan setelah melakukan penelitian, peneliti melihat bahwa dari siklus pertama sampai siklus terakhir hasil belajar siswa meningkat ini terlihat dari hasil tes belajar siswa yang semakin naik dan merata, selain itu juga dengan menggunakan teknik ini siswa jadi cepat beradaptasi dengan teman sekelasnya. Kesimpulan akhir dari penelitian ini adalah bahwa penerapan metode Cooperative Learning teknik Two Stay Two Stray mampu meningkatkan hasil belajar sejarah siswa yang dapat dilihat dari hasil belajar yang diperoleh melalui tes dan dengan teknik ini siswa cepat bersosialisasi dengan teman sekelasnya dan mempererat tali pertemanan. Untuk itu teknik Two

Stay Two Stray dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam

(5)

DAFTAR ISI

A. Teori Belajar yang Menjadi Dasar Cooperative……….. B. Cooperative Learning ………

C. Hubungan Cooperative dengan Sejarah……….. D. Pengertian dan Karakteristik Two Stay Two Stray ………. E. Hasil Belajar………. F. Peran Metode Cooperative Learning Teknik Two Stay Two Stray dalam

(6)

BAB III METODE PENELITIAN

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel Hal.

4.1 Fasilitas SMPN 2 Purwakarta ………. 72

4.2 Data Siswa SMPN 2 Purwakarta 2009/2010 ……….. 74

4.3 Hasil Observasi Siklus 1……… 87

4.4 Hasil Belajar Siswa Siklus 1………. 93

4.5 Hasil Observasi Siklus 2……… 101

4.6 Hasil Belajar Siswa Siklus 2……… 106

4.7 Hasil Observasi Siklus 3……… 115

(8)

DAFTAR BAGAN

Bagan Hal.

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal.

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan terpenting dalam kehidupan manusia. Salah satu kebutuhan manusia terkait dengan eksistensinya dalam kehidupan adalah kebutuhan akan pendidikan. Pendidikan sendiri merupakan sebuah proses yang panjang dan bertahap. Dalam Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional dikatakan bahwa :

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

(11)

Sebagai usaha sadar, telah diketahui bahwa pendidikan haruslah mempunyai rencana yang jelas. Secara nasional, rencana yang jelas ini dapat dinyatakan dalam bentuk jenjang persekolahan, jenjang pendidikan luar sekolah, dan upaya terencana lainnya. Rencana yang jelas dapat juga berarti adanya kurikulum (Hasan, 1996 : 4). Dengan demikian, suatu upaya pendidikan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik dapat secara aktif mengembangkan potensi dirinya, keterampilan, dan beberapa tujuan lainnya, haruslah memiliki tujuan yang jelas dengan rencana/kurikulum yang jelas pula.

Pendidikan dapat dibatasi sebagai serentetan usaha yang dilakukan oleh manusia dalam upaya menjadikan manusia seutuhnya yang bermoral dan berbudaya melalui kegiatan terencana berupa pelatihan, pengajaran dan sebagainya. Pendidikan ini hanya dilakukan oleh manusia sebagai mahluk berpikir dalam rangka menjawab tantangan yang ada di sekitarnya khususnya dari alam.

Pendidikan bertujuan untuk membantu siswa agar menjadi pribadi mandiri yang utuh yang dapat menghadapi tantangan masa depan, seperti yang tercantum dalam UU RI NO 20 tahun 2003

Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan

(12)

dasarnya merupakan interaksi yang dinamis antara siswa dan guru dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Sardiman (2003 : 38) yang menyatakan bahwa pembelajaran adalah suatu konsep untuk menunjuk pada kegiatan belajar mengajar. Kegiatan pembelajaran ini mengarah kepada perubahan tingkah laku peserta didik.

Idealnya, tujuan-tujuan yang terdapat dalam undang-undang di atas semestinya dapat tercapai melalui proses pendidikan yang terjadi di sekolah. Proses pendidikan yang meliputi semua mata pelajaran haruslah maksimal, dengan demikian cita-cita pendidikan nasional dapat tercapai.

Salah satu komponen yang terkait dalam pendidikan yaitu peran guru dalam proses pembelajaran. Guru harus mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan tidak membosankan bagi siswa, sehingga siswa merasa nyaman saat belajar, selain itu seorang guru mempunyai tugas untuk memberikan bantuan dan arahan bagi peserta didik. Guru tidak hanya menyampaikan informasi ataupun melatih suatu keterampilan tertentu. Guru harus pula memperhatikan peserta didik yang memerlukan bantuan yang lebih khusus dibandingkan lainnya dalam menguasai suatu tujuan belajar tertentu.

(13)

Indonesia maupun di dunia. Hal itu senada dengan yang diungkapkan dalam kurikulum pendidikan dasar yang menyatakan bahwa sejarah merupakan pengetahuan mengenai proses perkembangan masyarakat Indonesia dan dunia dari masa lampau sampai masa kini

Perubahan dan kontinuitas sebagai konsep utama sejarah dalam membentuk irama kehidupan dan masa lampau menentukan masa kini serta mempersiapkan diri untuk menghadapi masa depan merupakan dimensi yang ada dalam pelajaran sejarah. Pembelajaran sejarah itu sendiri bertujuan untuk memenuhi semua tuntutan yang berorientasi kepada pengembangan potensi berpikir peserta didik, yang menyentuh emosi dalam hubungannya dengan sesama manusia, menyadarkan dirinya akan bangsa dan tanah airnya serta menghargai keanekaragaman bangsa dan kebudayaan di dunia dalam melengkapkan kemanusiannya (Wiriatmadja, 2002 :146 dalam Ratnasari, 2004:26)

(14)

menyangkut dirinya sebagai individu maupun sebagai bagian dari masyarakat dan bangsanya.

Pada pengajaran sejarah, keberhasilan proses pembelajaran sangat tergantung pada kemampuan apresiasi dan kreativitas guru, sebab pengajaran sejarah menekankan pada aspek prosesual yang berpangkal pada masa kini. Masa lampau bukanlah sesuatu yang terpisah dari kehidupan manusia. Dalam prakteknya di depan kelasguru sejarah pada umumnya adalah orang yang harus dapat menjelaskan bahan pelajaran, menjadi motivator yang dapat melatih siswa agar mampu menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai serta menjadi fasilitator yang menghadirkan peristiwa atau kisah masa lalu sebagai kehasan sejarah.

Pembelajaran sejarah adalah pembelajaran untuk mendidik siswa menjadi seseorang yang dapat menghargai masa lalunya demi masa kini dan masa depan, menyadari adanya peribahan dalam masyarakat serta menyadari dinamika dalam kehidupan. Pembelajaran sejarah adalah untuk mendidik siswa menjadi seseorang yang dapat menghargai masa lalunya demi masa kini dan masa depan, menyadari adanya perubahan dalam masayarakat serta kesadaran adanya dinamika dalam kehidupan. Seperti halnya yang diungkapkan oleh Wiriaatmadja (2000:36) bahwa:

(15)

Kenyataan yang terdapat di lapangan adalah belum maksimalnya proses pembelajaran yang terjadi di sekolah. Dan salah satu mata pelajaran yang selama ini belum termaksimalkan adalah mata pelajaran sejarah. Sudah menjadi rahasia umum bahwa pelajaran sejarah pada level persekolahan merupakan pelajaran yang umumnya dikatakan membosankan. Hal ini dapat dilihat dari proses pembelajaran sejarah di sekolah yang biasanya hanya merupakan proses transfer of knowledge saja tanpa ada pemaknaan yang lebih mendalam.

(16)

Prestasi tidak selalu diperoleh melalui pembelajaran yang bersifat klasikal seperti belajar sendiri di kelas, tapi prestasi juga dapat diraih melalui belajar kelompok atau diskusi kelompok karena banyak siswa yang tidak berani bertanya langsung kepada guru ketika menemukan kesulitan dalam belajar. Kebanyakan siswa bertanya pada temannya. Banyaknya masalah komplek yang dihadapi oleh manusia sehingga tidak memungkinkan hanya dapat dipecahkan dengan satu jawaban saja, tetapi harus menggunakan segala pengetahuan kita untuk memberi pemecahan yang terbaik. Ada kemungkinan terdapat lebih dari satu jawaban yang paling tepat di antara sekian banyak jawaban itu. Salah satu kecakapan untuk memecahkan masalah dapat dipelajari melalui diskusi kelompok misalnya Cooperative teknik Two Stay Two Stray.

Adanya masalah tersebut, maka penulis mencoba untuk mencari suatu metode belajar yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Maka dipilihlah suatu model pembelajaran Cooperative, di mana pembelajaran Cooperative ini beranjak dari konsep Dewey. Model pembelajaran Cooperative merupakan model pembelajaran yang mampu menciptakan kesempatan siswa berinteraksi, bekerja sama secara gotong royong untuk meningkatkan pemahaman yang lebih tinggi yang dapat meningkatkan hasil belajar (Rochyadi,2000:6) dan juga akan meningkatkan hubungan yang lebih positif antar siswa dan suasana belajar lebih menyenangkan. Peneliti memilih teknik Two Stay Two Stray, karena dengan menggunakan metode Cooperative teknik Two Stay Two Stray dapat mengarahkan siswa agar aktif dalam pembelajaran. Teknik Two Stay

(17)

dan untuk semua mata pelajaran. Menurut Lie (2002:60) teknik Two Stay Two

Stray ini dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua

tingkatan usia anak didik, teknik ini juga dapat memberikan kesempatan pada setiap kelompok untuk saling bertukar informasi, pendapat atau ide yang dimiliki oleh masing-masing kelompok sehingga setiap kelompok mendapat wawasan yang luas dan hasil belajar pun meningkat.

Peneliti memilih teknik ini, karena setelah melakukan observasi peneliti melihat berbagai masalah dalam pengajaran terutama masalah rendahnya nilai Sejarah siswa oleh karena itu peneliti memilih teknik Two Stay Two Stray karena pengalaman peniliti sendiri ketika masa kuliah dimana disalah satu mata kuliah menggunakan teknik ini dan peneliti merasakan bahwa metode ini mampu meningkatkan hasil belajar siswa, dan merujuk dari pendapat Lie bahwa teknik ini dapat digunakan untuk semua tingkatan usia anak didik dan semua mata pelajaran oleh karena ini peneliti memilih teknik ini. Untuk itu

penulis melakukan penelitian mengenai “ Pengembangan Cooperative

Learning teknik Two Stay Two Stray dalam pembelajaran sejarah untuk

meningkatkan hasil belajar” yang dilakukan di kelas VII H SLTP Negeri 2

Purwakarta karena lokasi sekolah tersebut terletak di kelurahan Ciseureuh, Purwakarta yang merupakan tempat tinggal dari peneliti dan permasalahan tersebut muncul di situ

(18)

Berdasarkan latar belakang masalah hasil belajar sejarah siswa yang rendah rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah Apakah pembelajaran Cooperative teknik Two Stay Two Stray dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran sejarah.

Adapun rumusan masalah di atas dapat dijabarkan lagi menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Hal-hal apa saja yang dilakukan guru dalam merencanakan pembelajaran sejarah melalui metode Cooperative teknik Two Stay Two Stray?

2. Bagaimana pengembangan pembelajaran sejarah yang dilakukan melalui metode Cooperative teknik Two Stay Two Stray?

3. Apakah hasil pembelajaran sejarah melalui metode Cooperative teknik

Two Stay Two Stray dapat meningkatkan hasil belajar siswa?

4. Apa saja hambatan dalam pelaksanaan pembelajaran sejarah melalui pembelajaran Cooperative teknik Two Stay Two Stray?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai oleh peneliti adalah:

1. Untuk mengetahui perencanaan pembelajaran sejarah dengan menggunakan pembelajaran Cooperative teknik Two Stay Two Stray 2. Untuk mengetahui pengembangan pembelajaran sejarah dengan

menggunakan pembelajaran Cooperative teknik Two Stay Two Stray 3. Untuk mengetahui hasil pembelajaran sejarah melalui pembelajaran

(19)

4. Untuk mengetahui hambatan dalam pembelajaran sejarah dengan mengggunakan teknik Two Stay Two Stray dan upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan tersebut.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Guru

Sebagai bahan masukan untuk memperluas pengetahuan atau wawasan dalam penggunaan metode pembelajaran di kelas khususnya pembelajaran

Cooperative teknik Two Stay Two Stray

2. Bagi Siswa

Siswa akan termotivasi untuk mencari sumber- sumber lain selain buku teks siswa yang akan digunakan dalam pembelajaran sehingga wawasan mereka menjadi semakin luas dan hasil belajar pun meningkat

3. Bagi Sekolah

Apabila pembelajaran Cooperative teknik Two Stay Two Stray dapat meningkatkan hasil belajar siswa, maka pembelajaran ini dapat digunakan dalam kegiatan belajar mengajar baik dalam pelajaran sejarah maupun pelajaran-pelajaran yang lainnya

4. Bagi Peneliti

(20)

E. Definisi Operasional

1. Cooperative Learning

Cooperative mengandung pengertian mengerjakan sesuatu secara

bersama-sama dengan saling membantu satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama. Menurut Slavin (Suwangsih, 2004:17) pembelajaran

Cooperative pada dasarnya adalah suatu model pembelajaran dimana

siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang, dengan beranggotakan yang bersifat heterogen, dan keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Jadi model pembelajaran ini mengutamakan kerjasama siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran Cooperative ini didasarkan dari teori belajar konstruktivisme Piaget dan Vygotsky (Puspitasari, 2003:80) Piaget menitikberatkan pada proses intra individu dalam mengkontruksi pengetahuan. Sedangkan Vygotsky menekankan pada faktor interaksi sosial di dalam pembelajaran. Jadi pada pembelajaran ini siswa mengkonstruksi pengetahuan dalam dirinya melalui interaksi secara aktif dengan teman-teman dalam kelompoknya maupun kelompok yang lain.

(21)

berdiskusi membahas materi yang diberikan pada kelompok masing-masing dan kemudian membagikan hasil diskusinya pada kelompok lain. Setiap kelompok harus mencari sumber-sumber lain yang berhubungan dengan materi yang didiskusikan oleh kelompok masing-masing dan setelah itu perwakilan dari setiap kelompok harus bertamu pada kelompok lain untuk menyampaikan hasil diskusi kelompoknya setelah itu siswa harus megerjakan tes dengan pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya. Two Stay Two Stray adalah salah satu teknik dalam pembelajaran Cooperative yang memberikan kesempatan pada kelompok untuk membagikan hasil kerjanya atau informasi tentang materi yang dipelajari kepada kelompok lain dan sebaliknya. Menurut Lie (2002:60) teknik Two Stay Two Stray ini dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.

(22)

idikator yang digunakan dalam pembelajaran Cooperative ini adalah kerjasama kelompok dalam proses diskusi dan hasil test.

2. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah suatu perubahan pada diri individu. Perubahan yang dimaksud tidak hanya perubahan pengetahuan tetapi meliputi kecakapan, sikap, pengertian, penguasaan, dan penghargaan diri pada individu tersebut (S, Nasution. 1995:25). Namun demikian, tidak semua perubahan merupakan hasil dari proses belajar. Perubahan akibat kelelahan fisik, kejenuhan, pengobatan atau obat bius, penyakit atau kehancuran fisik bukanlah hasil dari proses belajar

Dalam penelitian ini, hasil belajar yang dimaksud pengetahuan siswa yang diperoleh setelah proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan teknik Two Stay Two Stray yang diukur dengan dengan menggunakan test dan hasil belajar tersebut diambil dari hasil test siswa, dimana jika hasil test tinggi maka hasil belajar meningkat.

F. Struktur Organisasi

Adapun struktur organisasi skripsi ini adalah :

(23)

yaitu tujuan yang ingin dicapai peneliti dalam Penelitian Tindakan Kelas ini. Keempat yaitu manfaat penelitian , yaitu manfaat dilakukannya penelitian ini, baik untuk guru, siswa, sekolah maupun bagi peneliti sendiri. Kelima, Penjelasan istilah yaitu penjelasan atau pengertian dari istilah-istilah yang terdapat dalam penelitian seperti pengertian dari pembelajaran Cooperative, teknik Two Stay Two Stray, dan hasil belajar . Keenam yaitu sistematika penulisan, merupakan struktur penulisan pada Penelitian Tindakan Kelas dengan menggunakan teknik Two Stay Two Stray.

BAB II.Landasan Teoritik, merupakan kajian teori dari Penelitian Tindakan Kelas dengan menggunakan teknik Two Stay Two Stray. Pada bab ini yang pertama dibahas adalah pengertian dari pembelajaran Cooperative. Kedua yang dibahas adalah pengertian dan karakteristik Two Stay Two Stray didalamnya dibahas tentang langkah-langkah pelaksanaan Cooperative teknik

Two Stay Two Stray. Ketiga Hasil belajar yang didalamnya terdapat

pengertian dari hasil belajar , faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Keempat yaitu tentang peran Cooperative Two Stay Two Stray dalam pembelajaran sejarah didalamnya berisi tentang keunggulan dan kelemahan dari teknik Two Stay Two Stray.

(24)

penelitian. Ketiga yaitu instrumen-instrumen penelitian. Keempat prosedur dasar tindakan yang terdiri dari prosedur pengembangan tindakan yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Keempat yaitu analisis data hasil dari penelitian dan pengukuran hasil belajar siswa.

BAB IV. Berupa deskripsi dan pembahasan hasil penelitian yang berupa jawaban dari pertanyaan penelitian yang terdapat dalam rumusan masalah yang disusun secara sistematis, seperti hasil dari siklus 1 dan seterusnya sampai dengan siklus terakhir

BAB V. Meliputi kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan apakah penelitian tersebut berhasil meningkatkan hasil belajar siswa atau tidak dan saran apa yang diberikan untuk sekolah atau permasalahan yang dihadapi.

(25)
(26)

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini peneliti menjelaskan tentang metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian. Metode penelitian disesuaikan dengan kondisi dan permasalahan dalam penelitian yang dilaksanakan di kelas VIIH SMP Negeri 2 Purwakarta. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa metode penelitian ini harus dapat menjawab permasalahan yang ada sehingga tujuan dari penelitian ini dapat tercapai. Bab ini dirinci dalam sub-sub bab meliputi A. Pendekatan, Metodologi dan Teknik Pengumpulan Data, B. Subjek dan penelitian, C. Instrumen Penelitian, D. Prosedur Dasar Tindakan, E. Analisis Data, F. Pengukuran Hasil Belajar

A. Pendekatan, Metodologi dan Teknik Pengumpulan Data

1. Pendekatan

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Creswell (Wiriaatmadja 2007:6) mengemukakan bahwa

Penelitian kualitatif adalah sebuah proses inkuiri yang menyelidiki masalah-masalah sosial dan kemanusiaan dengan tradisi metodologi yang berbeda. Peneliti membangun sebuah gambaran yang kompleks dan holistik, menganalisis kata-kata, melaporkan pandangan atau opini para informan, dan keseluruhan studi berlangsung dalam latar situasi yang alamiah/wajar (natural setting)

(27)

kemudian dihimpun oleh partisipan penelitian. Partisipan yang dimaksud di sini adalah orang-orang yang diajak untuk wawancara, berdiskusi, dimintai pendapat, diminta memberikan data, pemahaman, dan lain-lain. Data yang berhasil diperoleh kemudian dikumpulkan dan kemudian dianalisis. Analisis dalam penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif-analitik yang berarti interpretasi terhadap isi dibuat dan disusun secara sistemik/menyeluruh dan sistematis (Margono, 1996 : 36-37).

2. Metodologi

Metode penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (classroom action research). Peneliti menggunakan metode ini karena dengan menggunakan metode ini dapat mengadakan perbaikan dalam menyelesaikan permasalahan yang muncul dalam pembelajaran. Hal ini sejalan dengan pernyataan raport dalam Wiriaatmadja (2006:11) yang menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan belajar mengajar di kelas.

Penelitian tindakan kelas dilakukan sebagai usaha untuk memperbaiki kinerja guru di lapangan, lebih khusus lagi mengenai berbagai problem yang dihadapinya sebagai pengajar di dalam kelas. Wiriaatmadja, (2005 : 11) mengatakan bahwa

(28)

Penelitian ini dilakukan secara kolaborasi dengan rekan sejawat agar peneliti dapat mendapatkan masukan-masukan untuk perbaikan pada pembelajaran selanjutnya sehingga permasalahan yang muncul dapat teratasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dan penelitian pun dapat dilakukan secara objektif. Ebbut (1983) menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan sebuah kajian sistematis yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran melalui kerjasama atau kolaborasi, melalui tindakan praktis serta melalui tindakan refleksi (Supriatna, Nana. 2005: 3)

Permasalahan pembelajaran di sekolah yang diteliti adalah rendahnya hasil belajar siswa, Sehingga untuk mengatasi permasalahan itu digunakan metode penelitian tindakan kelas, karena metode ini dapat memberikan pemecahan masalah yang sesuai dengan tujuan yang sudah ditentukan.

Peneliti harus berusaha untuk menarik perhatian siswa dalam pembelajaran sejarah sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Peneliti melihat bahwa metode penelitian tindakan kelas ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

(29)

apakah tindakan alternatif itu dapat digunakan untuk memecahkan persoalan yang sedang dihadapi atau tidak. Untuk penelitian ini harus disusun dengan menggunakan perencanaan yang matang dan harus sesuai dengan hasil atau tujuan yang ingin dicapai. Penelitian ini harus mampu memecahkan permasalahan yang sedang dihadapi sesuai dengan tujuan yang dapat dicapai. Adapun dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini terdapat empat langkah yang harus ditempuh dalam satu siklus yaitu perencanaan (Plan). tindakan (Act), observasi atau pengamatan (Observe) dan refleksi (Reflect) yang dilakukan secara intensif dan sistematis.

Penelitian tindakan kelas yang digunakan peneliti untuk meningkatkan hasil belajar siswa memiliki karakteristik sebagai berikut :

a. Permasalahan yang dipecahkan merupakan persoalan praktis yang dihadapi oleh peneliti dalam kehidupan sehari-hari. Peneliti melihat bahwa metode yang digunakan dalam pembelajaran pada umumnya yaitu metode ceramah dan diskusi. Diskusi pada umumnya tidak efektif karena hanya sebagian siswa saja yang ikut serta secara aktif dalam diskusi. Hal ini merupakan masalah yang harus segera diselesaikan. Oleh karena itu peneliti berusaha untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan metode

Cooperative teknik Two Stay Two Stray.

(30)

Peneliti berusaha agar dalam pembelajaran sejarah menggunakan metode

Cooperative teknik Two Stay Two Stray, hasil belajar siswa akan

meningkat. Peneliti menyusun rencana sebelum proses pembelajaran berlangsung dan setiap rencana yang disusun mengarah pada peningkatan hasil belajar siswa.

c. Langkah–langkah penelitian yang direncanakan selalu dalam bentuk siklus, tingkatan yang memungkinkan terjadinya kerja kelompok secara intensif.

d. Adanya langkah berpikir reflektif atau Reflective Tthinking dari peneliti baik sesudah maupun sebelum tindakan. Peneliti dibantu kolaborator dalam proses pembelajaran berupaya untuk mengevaluasi setiap tindakan yang dilakukan. Apabila hasil belajar siswa belum ada peningkatan maka peneliti harus berusaha untuk memperbaikinya pada pembelajaran berikutnya.

3. Teknik Pengumpulan Data

Data yang dibutuhkan untuk penelitian diperoleh dengan menggunakan beberapa instrumen, di antaranya adalah.

a. Lembar Observasi

(31)

Dari lembar obervasi peneliti dapat memperoleh data mengenai meningkat tidaknya motivasi siswa. Lembar observasi ini diisi oleh observer.

b. Catatan Lapangan

Catatan lapangan berupa catatan semua kegiatan siswa selama pembelajaran sedang berlangsung. Catatan ini dibuat berdasarkan hasil pengamatan dari peneliti dan observer dari kegiatan pembelajaran. Catatan lapangan dibuat oleh peneliti dan observer untuk melihat proses pembelajaran yang sedang berlangsung sehingga diharapkan mendapat informasi tentang gambaran meningkat atau tidaknya hasil belajar siswa. c. Angket

Angket yaitu berupa pertanyaan-pertanyaan yang dibuat oleh peneliti untuk diisi oleh siswa sebelum penelitian berlangsung dan setelah penelitian selesai dilaksanakan. Angket ini dibuat dengan tujuan untuk memperoleh data tentang tanggapan siswa mengenai pembelajaran sejarah dan seberapa besar peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran sejarah sebelum dan sesudah menggunakan pembelajaran

Cooperative teknik Two Stay Two Stray.

d. Wawancara

(32)

dalam penelitian yang bersifat akademik. Menurut Hopkins dalam Wiriaatmadja (2005 : 115) wawancara adalah suatu cara untuk mengetahui situasi tertentu di dalam kelas dilihat dari sudut pandang yang lain. Dalam penelitian ini peneliti mewawancara guru dan siswa tentang proses pembelajaran sejarah untuk peningkatan hasil belajar siswa dengan teknik Two Stay Two Stray. Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui tanggapan guru dan siswa mengenai metode ini dan untuk melihat hasil belajar siswa siswa..

e. Dokumentasi

Dokumentasi berupa foto siswa di dalam kelas ketika pembelajaran sejarah sedang berlangsung, berupa silabus, rencana pengajaran, pedoman observasi, pedoman wawancara, hasil catatan lapangan, hasil tugas-tugas siswa, dan lain-lain. Dokumentasi ini dibuat sebagai bukti penelitian sudah berlangsung dan dapat melihat secara langsung bagaimana kegiatan siswa untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran sejarah di kelas dan juga sebagai bahan untuk dianalisis lalu disintesis membentuk suatu hasil kajian yang sistematis.

f. Test

(33)

dalam mengajar, pretes diberikan sebelum siswa memperoleh pembelajaran dan postes diberikan sesudah menggunakan pembelajaran teknik Two Stay Two Stray . hal ini dilakukan untuk melihat perbandingan hasil belajar dengan menggunakan teknik Two Stay Two Stray dengan tidak menggunakan teknik tersebut apakah hasil belajar siswa terjadi kenaikan atau malah turun. Tesnya berupa pilihan ganda dan essay.

B. Subjek dan Lokasi Penelitian

1. Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas VIIH SMP Negeri 2 Purwakarta. Subjek penelitian ini adalah peneliti sendiri dan siswa SMP Negeri 2 Purwakarta khususnya yaitu kelas VIIH yang terdiri dari 30 siswa.

Setelah melakukan pengamatan di lapangan, peneliti melihat bahwa kelas VII khususnya kelas VIIH motivasi siswa untuk belajar sejarah sangat kurang ini terlihat ketika diadakannya diskusi kelompok, hanya sebagian siswa saja yang aktif sedangkan sebagian lagi siswa tidak. Sebagian siswa yang tidak aktif tersebut hanya mendengarkan, melihat dan ada pula yang sibuk sendiri sehingga sebagian hasil belajar siswa rendah. Oleh karena itu peneliti mencoba meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran sejarah.

2. Lokasi Penelitian

(34)

Purwakarta, Kabupaten Purwakarta yang didirikan pada tahun 1978 . Penelitian ini tepatnya dilaksanakan di kelas VIIH. SMP Negeri 2 Purwakarta ini letaknya berada di belakang Gedung Golkar dan Kantor Urusan Agama Ciseureuh.

C. Prosedur Dasar Tindakan

Prosedur dasar tindakan pada penelitian ini dilakukan dalam empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model dari Kemmis dan Taggart. Peneliti mengambil model ini karena peneliti menganggap bahwa model ini lebih terperinci dari pada model yang lain. Adapun langkah-langkah pelaksanaan dalam penelitian dilakukan dalam empat langkah, di antaranya adalah

a. Perencanaan (Plan)

(35)

(Wiriaatmadja.2006: 66) model Kemmis dan Taggart (Wiriaatmadja.2006: 66), yaitu:

(36)

Perencanaan harus disusun dengan matang sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa, baik itu penentuan kelas untuk subjek penelitian, rencana pembelajaran maupun alat pengumpul datanya. Selain itu juga peneliti harus mulai mencari permasalahan-permasalahan yang akan diberikan pada siswa untuk di diskusikan, permasalahan - permasalahan yang diberikan harus sesuai dengan materi pelajaran. Dalam tahap ini juga perlu diperhitungkan segala kendala yang mungkin timbul pada saat tahap implementasi berlangsung. Dengan melakukan antisipasi lebih dulu, diharapkan pelaksanakan penelitian dapat berlangsung dengan baik sesuai dengan hipotesis yang telah ditentukan.

b. Tindakan (Act)

Langkah kedua yang perlu diperhatikan adalah tindakan. Tindakan merupakan implementasi dari semua rencana yang telah dibuat. Yaitu dengan melaksanakan rencana dan skenario pembelajaran yang telah dibuat. Peneliti berusaha untuk melaksanakan pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan berusaha agar kegiatan pembelajaran sesuai dengan perencanaan serta berjalan lancar, misalnya peneliti melaksanakan seluruh skenario pembelajaran disertai dengan prosedur observasi yang melibatkan rekan sejawat atau kolabolator. c. Pengamatan (Observe)

(37)

memiliki orientasi prospektif, memiliki dasar-dasar reflektif waktu sekarang dan masa yang akan datang. Kecermatan dalam observasi sangat diperlukan oleh peneliti. Observasi yang baik adalah observasi yang fleksibel dan terbuka untuk dapat mencatat gejala yang muncul baik yang diharapkan atau tidak diharapkan.

Kegiatan observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Data yang dikumpulkan pada tahap ini berisi tentang pelaksanaan tindakan dan rencana yang sudah dibuat serta dampaknya terhadap proses dan hasil instruksional yang dikumpulkan dengan alat bantu instrumen pengamatan yang dikembangkan oleh peneliti. Pada tahap ini perlu mempertimbangkan penggunaan beberapa jenis instrumen ukur penelitian guna kepentingan triangulasi data. Dalam melaksanakan observasi peneliti dibantu oleh kolabolator atau rekan sejawat, dimana peneliti dan kolabolator melakukan observasi bersama-sama di dalam kelas serta mengamati peningkatan atau kekurangan dalam tindakan. Setiap aktivitas peneliti dituliskan oleh kolabolator pada lembar observasi yang berupa catatan lapangan. Selain itu juga aktifitas siswa dalam kelas ketika pembelajaran sedang berlangsung juga dicatat dan setelah itu peneliti dan kolabolator , melakukan refleksi.

d. Refleksi (Reflect)

(38)

sangat berharga dan akurat bagi penentuan langkah tindakan selanjutnya. Refleksi yang tidak tajam akan memberikan umpan balik yang

Misleading dan bias yang pada akhirnya menyebabkan kegagalan suatu

PTK. Kadar ketajaman proses refleksi ditentukan oleh ketajaman dan keragaman instrumen observasi yang digunakan sebagai upaya triangulasi data. Observasi yang hanya menggunakan satu instrumen saja akan menghasilkan data yang miskin. Untuk memudahkan dalam refleksi dapat dimunculkan kelebihan dan kekurangan setiap tindakan dan ini dijadikan dasar perencanaan siklus selanjutnya. Setiap siklus diikuti oleh siklus selanjutnya sampai siklus tersebut menunjukkan hasil yang sesuai dengan yang sudah ditetapkan.

Tahapan ini merupakan tahapan untuk memproses data yang didapat saat dilakukan pengamatan. Data yang didapat kemudian ditafsirkan dan dicari eksfanalasinya, dianalisis, dan disintesis. Peneliti dan kolabolator mendiskusikan hasil dari tindakan dan pengamatan baik itu peningkatan atau kekurangan dalam proses pembelajaran dan kemudian disusun perbaikan untuk diterapkan pada tindakan selanjutnya.

D. Prosedur Pengembangan Tindakan

(39)

1. Kegiatan pendahuluan, meliputi kegiatan membuka pelajaran dengan mengucapakan salam mengisi absensi siswa, menuliskan topik atau materi yang akan dibahas, menyampaikan tujuan pembelajaran, memberikan apersepsi membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil yang terdri dari empat siswa dalam setiap kelompok, menyampaikan topik- topik yang harus didiskusikan oleh setiap kelompok

2. Kegiatan pokok atau inti, setiap kelompok mendiskusikan permasalahan yang mereka pilih dengan teman-teman sekelompoknya, setelah selesai setiap kelompok mengirimkan perwakilannya masing-masing sebanyak dua orang untuk bertamu ke kelompok yang lain untuk mencari informasi yang telah diperoleh kelompok yang lain yaitu tentang permasalahan yang didiskusikan oleh kelompok lain, sedangkan dua orang lagi yang tinggal dalam kelompok kemudian memberikan informasi yang diperoleh kelompoknya pada kelompok lain yang berkunjung. Kegiatan itu berlanjut terus sampai semua kelompok sudah mengunjungi semua kelompok yang lain. Setelah semua perwakilan kelompok selesai bertamu kemudian kembali ke kelompoknya masing-masing dan menyampaikan informasi yang mereka peroleh dan mencatatnya di buku untuk kemudian dikemukakan di depan kelas.

(40)

4. Setelah kegiatan pembelajaran selesai, peneliti dan kolaborator berdiskusi tentang hasil pembelajaran yang sudah dilakukan yaitu tentang kekurangan dalam pembelajaran tadi dan kemudian menyusun perencanaan pembelajaran untuk perbaikan pada pertemuan berikutnya.

E. Analisis Data

Analisis data dilakukan setelah data-data yang diperlukan dalam penelitian terkumpul. Ada beberapa tahapan yang harus dilakukan dalam analisis data yaitu tahapan pengumpulan data, mengolah dan menginterpretasikannya dan melakukan pengujian terhadap validasi dari data tersebut. Data yang diperoleh oleh peneliti dari catatan lapangan, lembar observasi, angket, hasil wawancara, pretest, test dan dokumentasi merupakan data mentah yang kemudian diolah dan diinterpretasikan oleh peneliti dan melakukan langkah-langkah selanjutnya untuk menguji validitas data yang diperoleh. Adapun langkah-langkah untuk menguji validitas adalah :

1. Member Check

(41)

mendiskusikannnya dengan kolabolator. Pada tahap ini peneliti memeriksa semua data untuk melihat keobjektifan data tersebut dan setelah itu peneliti melakukan pengolahan data.

2. Triangulasi

Triangulasi adalah kegiatan membandingkan data yang diperoleh dengan mitra atau observer lain yang hadir. Menurut Elliot, triangulasi dilakukan berdasarkan tiga sudut pandang yaitu, sudut pandang guru, siswa dan peneliti/ observer. Oleh karena itu triangulasi yang dilakukan pada penelitian ini dilakukan antara peneliti, observer denngan guru dan siswa. Adapun data yang diperoleh adalah data mengenai pelaksanaan tindakan yang diperoleh melalui lembar observasi yang berisi tentang aktifitas guru dan siswa ketika pembelajaran sedang berlangsung. Agar data yang diperoleh tersebut valid setiap tindakan di akhir siklus dilakukan diskusi dengan observer, sedangkan siswa dengan pemberian angket dan wawancara dengan beberapa orang siswa yang dianggap dapat memberikan informasi yang akurat.

3. Expert Opinion

Expert opinion adalah kegiatan meminta nasehat dari pakar atau ahli.

(42)

akan meningkatkan tingkat kepercayaan terhadap penelitian yang dilakukan.

Setelah proses validasi data berakhir kemudian dilakukan interpretasi pada data yang telah didapatkan. Interpretasi ini dilakukan untuk menggambarkan kesimpulan akhir pada setiap akhir penelitian dan hasilnya nanti diharapkan dapat memberikan makna yang berarti sebagai bahan untuk kegiatan tindakan selanjutnya.

F. Pengukuran Hasil Belajar

(43)

Dalam penelitian ini, tes digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa. Tes yang digunakan ada dua macam, yaitu tes pilihan ganda dan essay dimana jumlah soal pilihan ganda berjumlah 10 butir dan essay 3 butir soal. 1. Pilihan Ganda

Soal pilihan ganda terdiri dari 10 soal, setiap soal yang benar berbobot 1 dan soal yang dijawab salah berbobot 0. Jadi skor untuk pilihan ganda semuanya 10.

2. Essay

Soal essay terdiri dari 3 soal, masing-masing bobot skor dalam setiap siklus berbeda sesuai dengan luasnya pertanyan, bobot untuk essay tiap no yang jawab benar berbobot 3 dan 4. Jadi jika jawaban benar semua berbobot 10.

Penilaiannya:

Skor Jawaban Pilihan Ganda yang Benar + Skor Essay

2

(44)
(45)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis, temuan dan pembahasan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) terhadap pengembangan Cooperative Learning teknik Two Stay

Two Stray dalam pembelajaran Sejarah untuk meningkatkan hasil belajar, maka

peneliti mendapatkan beberapa kesimpulan diantaranya dalam pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) peneliti dibantu oleh kolabolator, pada pembuatan perencanaan pada siklus ke-1 sampai siklus ke 3 sehingga ketika peneliti mengalami kesulitan dalam membuat RPP yang sesuai dengan metode yang digunakan dengan kompetensi dasar dan indikator yang akan diberikan dan masalah dengan alokasi waktu pelajaran sejarah yang sedikit kemudian dibicarakan dan dipecahkan bersama kolabolator sehingga kesulitan tersebut dapat teratasi.

(46)

masing-masing anggota kelompok mempunyai tugas dan tanggung jawab masing-masing. Dalam setiap siklus dari siklus 1-3 guru harus mampu memberikan materi atau permasalahan yang menarik untuk didiskusikan sehingga siswa menjadi tertarik dan bersemangat untuk belajar.

Hasil pembelajaran sejarah siswa dengan menggunakan metode

Cooperative Learning teknik Two Stay Two Stray semakin meningkat ini dapat

dilihat dari;

1. Pada siklus ke-1 nilai rata-rata siswa meningkat setelah menggunakan teknik Two Stay Two Stray walaupun tidak terlalu banyak karena siswa masih banyak yang tidak mengerti dengan metode ini. Sebelum menggunakan teknik Two Stay Two Stray nilai rata-rata siswa yang tadinya 53,83 menjadi 63,67 setelah menggunakan teknik Two Stay Two

Stray dan jumlah siswa yang memenuhi nilai KKM juga meningkat yang

tadinya 13 orang menjadi 19 orang.

2. Pada siklus ke -2 nilai rata-rata siswa meningkat lebih tinggi dari siklus ke-1 karena siswa sudah mulai paham dengan penggunaan metode ini. Nilai rata siswa pada siklus ini naik menjadi 65 lebih tinggi dari nilai rata-rata pada siklus ke-1 akan tetapi jumlah siswa yang memenuhi nilai KKM lebih sedikit yaitu menjadi 14 orang hal ini terjadi karena alokasi watu yang digunakan dalam pembelajaran hanya 1 kali pertemuan saja yaitu 2 jam pelajaran (2x30 menit)

(47)

siswa meningkat menjadi 66 dan jumlah siswa yang sudah memenuhi KKM juga meningkat menjadi 26 orang.

Hambatan yang muncul dalam pembelajaran sejarah dengan menggunakan metode CooperativeLearning teknik Two Stay Two Stray adalah masalah waktu. Waktu yang diperlukan sangat banyak sedangkan alokasi waktu pembelajaran sejarah sangat sedikit untuk itu penyusunan Rencanan Pelaksanaan Pembelajaran harus disusun dengan teliti yaitu dengan pemberian masalah yang akan didiskusikan disesuaikan dengan waktu yang ada, waktu pembelajaran digunakan seefesien mungkin dengan membuat alokasi waktu untuk setiap kegiatan atau pembelajaran yang akan dilakukan di kelas. Selain itu juga banyak siswa saling tunjuk untuk menentukan tugas masing-masing, untuk itu tugas setiap anggota dalam kelompok berubah-ubah setiap pertemuan atau setiap diskusi sehingga semua anggota kelompok merasakan tanggung jawab yang sama.

B. Rekomendasi

1. Bagi siswa

Senantiasa melatih diri dan memanfaatkan segala sumber ilmu selain buku paket yang mereka miliki. Hal ini agar siswa memiliki wawasan yang lebih luas, selalu berperan aktif dalam pembelajaran baik dalam tanya jawab maupun dalam diskusi dan tidak segan dalam bertanya pada guru apabila terdapat materi yang tidak dipahami.

2. Bagi guru

(48)

pengembangan kualitas diri, Guru juga akan mampu memberikan metode belajar yang menarik bagi siswa. Walaupun begitu, agar proses pembelajaran tersaji secara adil, berorientasi pada pengembangan seluruh potensi yang dimiliki oleh siswa guru harus pandai mencari atau mengembangkan metode pembelajaran yang lain sehingga siswa tidak jenuh dan termotivasi untuk belajar sehingga hasil belajar semakin meningkat.

3. Bagi sekolah

(49)

DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, C. A. (2008). Pokoknya Kualitatif: Dasar-dasar Merancang dan

Melakukan Penelitian Kualitatif. Jakarta: Pustaka Jaya

Digitaliawati, N. (2005). Pengaruh Model Pembelajaran kooperatif Teknik Two

Stay Two Stray Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa SMP. Skripsi

Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan Dimyati dan Mudjiono. (1999). Psikologi suatu Pengantar.

Jakarta : Dirjen Dikti P2LPTK

Ersah, S (2007). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay Two

Stray Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa SMA. Skripsi

Sarjana pada FPMIPA: tidak diterbitkan

Fathurrohman, S. (2007). Strategi Belajar Mengajar: Melalui Penanaman KNSP

Umum dan KNSP Islami. Bandung : Refika Aditama

Forum Ilmiah Pendidik dan Tenaga Kependidikan. (2008). Penelitian Tindakan

Kelas. Purwakarta : FIPTK

Iswarita, H(2010). Penerapan Media Peta Konsep Untuk Meningkatkan Hasil

Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS. Skripsi Sarjana pada FPIPS UPI

Bandung: tidak diterbitkan

Lie, A. (2004). Cooperative Learning: Mempraktikan Cooverative Learning di

Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: P.T Gramedia

Margono, S. (2004). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta Mulyasa, E.(2008). Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran

Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Rosda

Nasution, S. (2000). Didaktik Asas-Asas Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara Purwanto, N. (1996). Psikologi Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Slavin, E R. (2008). Cooperative Learning: Teori, Riset, dan Praktik.

Bandung : Nusamedia

(50)

Suparlan. (2005). Menjadi Guru Efektif. Yogyakarta : Hikayat Publishing

Supriatna, N. (2005). PTK Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Sejarah. Bandung: Jurusan Pendidikan Sejarah

Surya, M ( 2003). Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung : Yayasan Bhakti Winaya

Sutikno, S. (2007). Menggagas Pembelajaran Efektif dan Bermakna. Bandung : NTP Press.

Syah, M. (2006). Psikologi Pendidikan: dengan Pendekatan baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif ; Konsep

Landasan dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta : Prenada Media Group

Winkel, W.S. (1991). Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta : PT. Gramedia

Wiriaatmadja, R. (2007). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya

Dzaki, F M. (2009). Pemilihan Metode Mengajar dan Prestasi Belajar. [online]. Tersedia:http//www.Penelitiantindakankelas.blogspot.com/2009/03/pemili han-metode-mengajar-dan-prestasi.html [22 Juni 2009]

Karlina, I. ( ). Pembelajaran Kooperatif (Cooverative Learning) sebagai Salah

Satu Strategi Membangun Pengetahuan Siswa. [online]. Tersedia:http//www.sd-binatalenta.com/images/artikel_ina.pdf [22 Juni 2009]

Sofa, P (2008). Metode Diskusi dalam Pembelajaran. [online].

Tersedia:http//www. Massofa.wordpress.com/2008/07/13/metode-diskusi-dalam-pembelajaran [22 Juni 2009]

Puspita, A (2005). Efektivitas Model pembelajaran Kooperatif Terhadap Hasil

Belajar Pokok Bahasan Laporan Keuangan Pada Siswa Kelas X SMA Negeri I Grobogan. [online].

Gambar

Tabel
Gambar
Gambar 3.1. Model Kemmis dan Taggart

Referensi

Dokumen terkait

Koperasi Kepolisian Daerah Kalimantan Barat. Pada dasarnya Kemampuan Manajerial Pengurus Dalam Mempromosikan Usaha Primer Koperasi Kepolisian Daerah Kalimantan Barat memuat

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bura Efek Indonesia tahun 2013-2015 sesuai publikasi Indonesian capital

Pengembangan media audiovisual untuk pembelajaran memperbaiki Komputer di SMK telah dikembangkan berdasarkan lima tahap atau langkah utama sederhana yaitu tahap

Akhirnya, fase penyembuhan yang ditunggu terjadi, dengan perbaikan dan penyembuhan spontan. Sistem imun berhenti memproduksi.. antibody yang menghancurkan myelin, dan

[r]

Kandungan air dan kandungan abu terbaik dapat dilihat dari hasil yang terkecil pada variasi konsentrasi larutan HCl 2,5; 5,0 dan 7,5%, karena jika kandungan air dan

Stimulan yang umum digunakan untuk meningkatkan produksi lateks adalah etefon atau 2- chlorophosponicacid (Derouet et al ., 2004). Stimulan berbahan aktif etefon

of 802.11 authentication method is used on the client to associate to an Access Point on the Certkiller network. A.Open B.LEAP C.Closed D.EAPTLS