• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Mengenai Prasangka pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas "X" Terhadap Mahasiswa Gay di Universitas "X" Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Mengenai Prasangka pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas "X" Terhadap Mahasiswa Gay di Universitas "X" Bandung."

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

Abstrak

Penelitian ini berjudul “Studi Deskriptif Mengenai Prasangka Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Terhadap Mahasiswa Gay di Universitas “X” Bandung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran prasangka mahasiswa fakultas Psikologi Universitas “X” Bandung yang sedang menempuh semester 6 melalui tiga komponen prasangka yaitu kognitif, afektif dan konatif, serta kaitannya dengan faktor-faktor yang memengaruhinya. Populasi dari penelitian ini berjumlah 139 mahasiswa.

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat ukur yang dirancang oleh peneliti berdasarkan teori prasangka yang dikemukakan oleh Allport dan dikembangkan melalui teori sikap Krech, Crutchfield dan Ballachey (1986). Berdasarkan uji validitas dengan menggunakan rumus Spearman Rank dan uji reliabilitas menggunakan rumus Alpha Cronbach dengan program IBM SPSS version 23 diperoleh 37 item valid dengan validitas berkisar antara 0,310-0,741, dan reliabilitas alat ukur sebesar 0,740 yang artinya alat ukur memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa sebagian mahasiswa fakultas Psikologi Universitas “X” Bandung memiliki derajat prasangka yang tinggi dan sebagian mahasiswa lainnya memiliki derajat prasangka yang rendah. Saran yang diajukan untuk penelitian selanjutnya adalah melakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang membentuk prasangka terhadap orang lain. Kepada pihak fakultas disarankan untuk lebih mengenalkan informasi yang lebih utuh mengenai homoseksual dan segala bentuk hubungannya dengan prasangka (sikap) mahasiswa agar prasangka tidak semakin berkembang menjadi perilaku-perilaku diskriminatif dan tindakan anarkis. Kepada mahasiswa diharapkan untuk mengembangkan sikap positif terhadap mahasiswa gay dengan mencari informasi yang lebih utuh dari sumber-sumber ilmiah agar lebih terpercaya, agar dapat mengurangi prasangka negatif.

(2)

Abstract

This study entitled "Descriptive Study About Prejudice Towards Gay Student at the Faculty of Psychology at the “X” University Bandung. The purpose of this study was to obtain an overview prejudice student faculty of Psychology, “X” University Bandung who was wending on 6th semester through three components prejudice namely cognitive, affective and conative, and its relation with the factors that affect it. The population of this research were 139 students.

Measuring instruments used in this research is a measurement tool designed by researchers based on a theory proposed by Allport prejudice and developed by Myers (2010). Based on test validity using Spearman Rank formula and reliability testing using Cronbach Alpha formula with IBM SPSS version 23 program obtained 37 valid items with a validity ranging from 0.310 to 0.741, and the reliability of measuring instruments of 0.740 which means that the measuring instrument has a high level of reliability. Based on the research results, it can be concluded that 53.2% of students of faculty of Psychology, “X” University Bandung has a high degree of prejudice. This indicates that the student refuses, oppose and avoid all things related to gay students on campus.

Based on the research results that have been obtained, it can be concluded that most students of the faculty of Psychology, University "X" Bandung has a high degree of prejudice and some other students have a low degree of prejudice. This suggests that some students resist, oppose and avoid all things related to gay students on campus, while on the contrary in some other students.

Suggestions put forward for future research is to conduct further research into the factors that influence the prejudices against others. To the faculty are advised to introduce more complete information about homosexuality and any form of relationship with prejudice (attitudes) so that students doesn’t growing prejudice into discrimination and anarchy behaviors. To the students are expected to develop positive attitudes toward gay students to seek more complete information from scientific sources to be more reliable, in order to reduce the negative bias.

(3)

DAFTAR ISI

Halaman Judul

Lembar Pengesahan

Abstrak ... i

Abstract ... ii

Kata Pengantar ... iii

Daftar Isi... v

Daftar Bagan ... ix

Daftar Tabel ... x

Daftar Lampiran ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 8

1.3 Maksud dan Tujuan ... 8

1.3.1 Maksud Penelitian ... 8

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Kegunaan Penelitian... 8

1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 8

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 9

1.5 Kerangka Pikir ... 9

(4)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 19

2.1 Prasangka ... 19

2.2 Sikap (Attitude) ... 21

2.2.1 Pengertian Sikap ... 21

2.2.2 Objek Sikap ... 21

2.2.3 Komponen Sikap ... 21

2.2.4 Sumber-sumber Prasangka ... 22

2.2.4.1 Sumber Sosial dari Prasangka ... 22

2.2.4.2 Sumber Emosional dari Prasangka... 25

2.2.4.1 Sumber Kognitif dari Prasangka ... 26

2.3 Homoseksual ... 30

2.5.1 Aspek Biologis ... 30

2.5.2 Aspek Perkembangan ... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 34

3.1 Rancangan Penelitian ... 34

3.2 Bagan Rancangan Penelitian ... 34

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 35

3.3.1 Variabel Penelitian ... 35

3.3.2 Definisi Operasional... 35

3.4 Alat Ukur ... 36

3.4.1 Kuesioner ... 37

(5)

3.4.3 Validitas dan Reliabilitas ... 43

3.4.3.1 Validitas Alat Ukur ... 43

3.4.3.2 Reliabilitas Alat Ukur ... 45

3.5 Populasi dan Teknik Penarikan Sampel ... 46

3.5.1 Populasi Sasaran ... 46

3.5.2 Karakteristik Populasi ... 47

3.5.3 Teknik Pengambilan Data ... 47

3.6 Teknik Analisis Data ... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 49

4.1 Gambaran Responden ... 49

4.1.1 Gambaran Mengenai Usia Responden ... 49

4.1.2 Gambaran Jenis Kelamin Responden ... 50

4.1.3 Gambaran Agama Responden ... 50

4.1.4 Gambaran Suku Bangsa Responden ... 51

4.2 Hasil Penelitian ... 52

4.2.1 Gambaran Prasangka terhadap Mahasiswa Gay ... 52

4.2.2 Tabulasi Silang Prasangka dengan Komponen Prasangka... 53

4.3 Pembahasan ... 56

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 62

5.1 Simpulan ... 62

(6)

5.2.1 Saran Teoritis ... 63

5.2.2 Saran Praktis ... 64

Daftar Pustaka ... 65

Daftar Rujukan ... 66

(7)

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Kerangka Pikir ... 17

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Gambaran Alat Ukur ... 37

Tabel 3.2 Sistematika Penilaian Kuesioner ... 42

Tabel 4.1 Disribusi Frekuensi Usia Responden ... 48

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden ... 49

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Agama ... 49

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Suku Bangsa ... 50

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Prasangka terhadap Mahasiswa Gay ... 51

Tabel 4.6 Tabulasi Silang Prasangka dengan Komponen Kognitif ... 52

Tabel 4.7 Tabulasi Silang Prasangka dengan Komponen Afektif ... 53

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Alat Ukur (Lembar Persetujuan, Data Pribadi dan Data Penunjang,

Kuesioner Prasangka

Lampiran 2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur

Lampiran 3 Hasil Penelitian

Lampiran 4 Tabulasi Silang antara Prasangka dan Faktor-faktor yang

Memengaruhi

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sejak Indonesia dilahirkan, konflik, perilaku kekerasan, dan diskriminasi terus

terjadi, dan bahkan terus meningkat. Saling membenci antar etnik atau saling

merendahkan dan menghujat kelompok lain bukanlah suatu hal yang baru di

Indonesia (Putra dan Pitaloka, 2012). Sebagai makhluk sosial, pada hakikatnya

manusia membutuhkan orang lain untuk berhubungan dan berelasi dalam menjalani

kehidupannya. Manusia berkomunikasi dengan sesamanya untuk menjalin

pertemanan, relasi atau bahkan untuk menjadi teman yang sangat dekat. Dengan

segala bentuk perubahan modernisasi yang terjadi di segala bidang, khususnya bidang

sosial membuat kaum marjinal semakin berani untuk menyuarakan haknya. Salah

satunya adalah kaum homoseksual yang semakin yakin untuk memperlihatkan pilihan

orientasi seksual mereka. Munculnya berbagai komunitas-komunitas lesbian, gay,

biseksual dan transgender (selanjutnya disebut LGBT) membuat keberadaan mereka

semakin diterima di masyarakat, meskipun tidak bisa dipungkiri masih banyak yang

menganggap tabu hal tersebut (BBC News UK, 2014).

LGBT itu sendiri adalah sebuah komunitas orang-orang yang dianggap berbeda

dalam hal seks, jender dan preferensinya terhadap hal itu sendiri, jika dikaitkan

(11)

2

orang mengaitkan LGBT ini dengan norma yang berlaku dalam masyarakat. LGBT

ini dianggap sebagian masyarakat Indonesia sebagai perilaku yang menyimpang

karena dianggap tidak sesuai dengan ajaran norma-norma sosial yang berlaku di

Indonesia. Terlebih lagi banyak hukum Indonesia yang memang mengikat erat kaum

LGBT karena terkait dengan undang-undang asusila, pornografi, pencabulan dan

pemerkosaan, undang-undang perkawinan serta nilai-nilai kebudayaan yang ada di

Indonesia yang membuat kaum LGBTI semakin terpojokkan (Ariyanto & Triawan,

2008). Salah satu diantaranya permasalahan penerapan hukum Qanun Jinayat (salah

satu bentuk hukuman pada Agama Islam) di Provinsi Aceh. Permasalahan ini menuai

pro kontra peraturan daerah yang mengacu pada aturan Islam dan menjadi hukum

sendiri di bagian paling ujung barat Indonesia. Qanun Jinayat adalah peraturan yang

mengatur pelanggaran tentang syariat islam di bumi Serambi Mekkah tersebut.

Mengenai gay dan lesbian, hal itu diatur dalam pasal 61 dan 62 dengan denda berupa

hukuman cambuk maksimal 100 kali atau membayar denda sebesar 1.000 gram emas

murni. Meskipun peraturan ini hanya akan diberlakukan pada umat muslim dan

penganut Qanun Jinayat, namun bukan berarti hal semacam itu dapat dilakukan

begitu saja karena juga terkait dengan pelanggaran HAM. Peraturan ini memang

masih berada di tangan DPR Aceh yang menunggu penyempurnaan dari legislatif

Aceh yang kemudian akan diajukan ke Pemerintah Aceh untuk disahkan gubernur

(12)

3

Masyarakat Indonesia memang mudah sekali menstigma orang yang berbeda

sebagai orang yang menyimpang. Padahal menjadi berbeda secara orientasi seksual

itu sungguh tidak mudah bagi mereka kelompok LGBT itu sendiri, khususnya kaum

homoseksual. Melihat keberadaannya, kaum homoseksual masih harus berhadapan

dengan represi dari lingkungan dan bahkan keluarga terdekat, belum lagi perlakuan

diskriminatif yang mereka terima seperti cemoohan, sindiran, bahkan tak jarang

mereka menerima kekerasan dari segelintir orang yang tidak bertanggung jawab

(Ariyanto dan Triawan, 2008). Berdasarkan berbagai sumber media baik elektronik

maupun cetak, menyebutkan bahwa pada awalnya kaum homoseksual khususnya gay,

keberadaannya tidak begitu terlihat karena mereka lebih menutup diri dan

menyembunyikan orientasi seksual mereka karena di Indonesia masih menganggap

tabu hal tersebut. Di kota Bandung yang merupakan kota metropolitan setelah Jakarta

dan Surabaya merupakan kota dengan jumlah penduduk gay dengan angka yang

cukup tinggi. Koordinator Himpunan yang bergerak di bidang kesehatan man have

sex with man (MSM) Abiasa Bandung, Ronnie, mengungkapkan, saat ini terdapat

17.000 pria homoseksual yang tersebar di berbagai daerah di Kota Kembang. Jumlah

tersebut diperkirakan akan terus bertambah mengingat setiap tahun selalu terjadi

peningkatan yang cukup signifikan.Saat ini sudah ada pria gay yang bisa terbuka dan

berani untuk mengakui bahwa dia homoseksual. Namun yang tertutup pun jumlahnya

masih sangat banyak. Adanya kelompok gay yang masih tertutup disebabkan

masyarakat Indonesia belum dapat membuka tangan untuk mengakui keberadaan

(13)

4

pemberitaan Ryan (gay pelaku pembunuhan berantai di tahun 2008), otomatis

membuat para homoseksual terpojokan dan semakin tidak berani untuk menunjukan

jati diri kepada masyarakat. Padahal, keterbukaan dari para homoseksual sangat

dibutuhkan agar mereka bisa diarahkan dan tidak salah kaprah dalam bertindak

(Pikiran Rakyat, 2008).

Seiring perkembangan Indonesia yang lebih modern, banyak bermunculan

lembaga-lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan komunitas-komunitas yang

menyuarakan hak asasi manusia (HAM) sehingga kaum gay merasa lebih bebas untuk

menunjukkan ekspresinya. Kaum gay juga menjadi lebih berani menunjukkan

keberadaannya di masyarakat dibandingkan yang lainnya dari kelima kelompok yang

disebutkan sebelumnya. Hal ini mungkin didorong oleh perasaan tidak peduli dengan

pandangan buruk orang lain dan merasa terlindungi dengan banyaknya

lembaga-lembaga yang mengakui dan menghormati keberadaan mereka. Namun tetap saja

ditemukan banyaknya bentuk diskriminasi yang terjadi pada mereka (Ariyanto &

Triawan, 2008). Penolakan masyarakat membuat kaum gay merasa bersalah dan takut

karena orientasi seksual mereka berbeda dengan norma yang berlaku di masyarakat

(Sofia Dewi, 2014). Kaum gay seringkali mengalami diskriminasi, seperti

kebanyakan kaum minoritas lainnya, masyarakat berprasangka dan

mendiskriminasikan kaum gay. Kehidupan gay juga dipenuhi oleh bias yang harus

mereka hadapi. Bias tersebut mengakibatkan diskriminasi terhadap kaum gay

(14)

5

mereka, kaum gay misalnya dipandang sebelah mata, dihina, diolok, dijauhi dan

dipandang bahwa mereka melakukan tindakan tidak baik yang juga menyimpang.

Kerentanan akan munculnya prasangka dan pertikaian di Indonesia sebenarnya

telah disadari oleh beberapa pemikir sosial, seperti Selo Sumardjan, Soewarsih

Warnaen, dam Sarlito W. Sarwono. Namun demikian, jumlah mereka masih sangat

sedikit untuk menangani permasalahan sosial ini yang jangkauan dan cakupannya

begitu luas. Berbeda dengan di Indonesia, di Amerika dan Eropa, di dalam dunia

sosial khususnya psikologi sosial, pembahasan mengenai prasangka dan kaum gay

merupakan isu-isu yang pembahasannya terus berkembang (Putra dan Pitaloka,

2012). Sebuah penelitian di yang dilakukan pada 667 mahasiswa kedokteran di

Amerika, menunjukkan bahwa 146 mahasiswa (21,6%) dilaporkan memiliki

prasangka seksual (prasangka pada kaum gay dan lesbian) yang rendah, sedangkan

368 (55,2%) mahasiswa dilaporkan dalam katergori sedang dan 153 (22,9%) lainnya

memiliki prasangka seksual yang tinggi (Salamanca, Herazo, Aviedo dan

Campo-Arias, 2014).

Prasangka adalah suatu antipati berdasarkan suatu generalisasi kesalahan dan

ketidakfleksilan (Allport dalam Myers, 2010). Individu yang memiliki prasangka

sosial terhadap kaum gay mengembangkan stereotipe negatif yang kemudian

berlanjut kepada tindakan diskriminatif kepada kaum gay. Banyak sumber yang

membentuk prasangka terhadap kaum gay, diantaranya adalah sumber sosial,

(15)

6

prasangka terhadap kaum gay ini juga ditemukan di salah satu Universitas ternama

di Kota Bandung, sebagian mahasiswa yang mengakui dirinya sebagai gay

menunjukkan diri mereka pada setiap orang di sekitar kampusnya sebagaimana

adanya mereka.

Berdasarkan survei awal yang dilakukan, mahasiswa fakultas Psikologi di

Universitas “X” mengatakan bahwa mereka mengetahui kegiatan yang dilakukan

kaum gay, salah satunya memasuki komunitas sendiri yang beranggotakan

orang-orang yang sejenis dengan mereka sehingga mereka mengasingkan dirinya sendiri

di lingkungan kampus. Dari hasil survey awal pada 20 orang mahasiswa fakultas

Psikologi di Universitas tersebut menunjukkan 10% diantara mereka memandang

bahwa gay adalah sebuah penyakit, karena orientasi seksual mereka tidak sama

dengan lelaki pada umumnya. 35% mahasiswa fakultas psikologi lainnya

menyebutkan bahwa mereka merasa terganggu oleh kehadiran kaum gay karena

mereka menganggap bahwa kaum gay telah berbuat dosa yang dilarang oleh agama.

Mereka berpandangan bahwa perilaku kaum gay yang mulai terbuka membuat

mereka merasa risih sehingga mereka cenderung menjauhi kaum gay. Dari 20 orang

mahasiswa fakultas Psikologi, 50% dari mereka mengatakan bahwa mereka

menjauhi kaum gay karena merasa tidak nyaman untuk menjalin pertemanan

dengan mereka dan takut tertular menjadi gay. Menurut beberapa mahasiswa,

perilaku yang ditunjukkan kaum gay sendiri yang membuat mereka merasa

(16)

7

depan umum. 5% mahasiswa fakultas Psikologi lainnya menunjukkan bahwa

mereka menghargai keberadaan kaum gay dan melihat bahwa kaum gay juga

memiliki hak asasi dalam menentukan pilihan hidupnya. Hal tersebut dikarenakan

mereka mempunyai teman yang mengakui dirinya sebagai gay sehingga kedekatan

mereka dengan teman gay nya tersebut membuat mereka lebih menolelir kegiatan

yang dilakukan oleh kaum gay. Padahal, sebagai mahasiswa psikologi yang tidak

lain adalah ilmuwan psikologi, mahasiswa diharapkan memiliki keterbukaan

pemikiran dan diharapkan peka dan sensitif terhadap permasalahan-permasalahan

sosial yang ada disekitarnya. Dengan kata lain, meskipun peran mahasiswa

psikologi diharapkan mampu bersikap netral terhadap mahasiswa gay dan diajarkan

untuk tidak berprasangka, namun masih ada saja mahasiswa psikologi yang secara

tidak disadari mengembangkan sikap prasangkanya. Berdasarkan penelitian

sebelumnya mengenai kaum gay, peneliti melihat adanya perbedaan derajat

prasangka terhadap mahasiswa gay itu sendiri. Setelah melihat fenomena yang

terjadi diatas maka peneliti bermaksud meneliti gambaran prasangka mahasiswa

fakultas psikologi Universitas “X” terhadap mahasiswa gay di Universitas “X”

Bandung.

1.2 Identifikasi Masalah

Dari penelitian ini ingin diketahui bagaimana prasangka mahasiswa fakultas

(17)

8

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran prasangka

mahasiswa fakultas Psikologi Universitas “X” terhadap mahasiswa gay di

Universitas “X” Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui derajat prasangka mahasiswa

fakultas Psikologi Universitas “X” terhadap mahasiswa gay di Universitas “X”

Bandung dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoritis

1. Memperkaya kajian tentang Psikologi Sosial mengenai Prasangka dan

mahasiswa gay.

2. Memberikan informasi tambahan kepada peneliti lain yang ingin melakukan

penelitian dengan topik yang sama.

1.4.2 Kegunaan Praktis

1. Memberikan informasi kepada mahasiswa fakultas Psikologi agar lebih

membuka pikirannya terhadap kaum gay

2. Memberikan informasi kepada pihak fakultas agar mampu mengembangkan

(18)

9

1.5 Kerangka Pemikiran

Mahasiswa umumnya merupakan kalangan muda yang berusia mulai dari 18

tahun yang memang sedang mengalami masa peralihan ke dewasa awal.

Karakteristik mahasiswa pada umumnya secara kognitif sudah mampu

mengungkapkan identitas dirinya dan sudah mampu berpikir secara abstrak,

namun dalam perkembangan sosialnya, mahasiswa umumnya lebih selektif dalam

mencari teman sebayanya dan terkadang masih terpengaruh oleh nilai dan norma

lingkungannya serta adanya ketergantungan yang kuat pada kelompok sebayanya

disertai konformitas yang tinggi. Reaksi-reaksi dan ekspresi emosional

mahasiswa umumnya masih labil dan belum terkendali karena sedang dalam masa

krisis identitas yang sangat dipengaruhi oleh kondisi psikososialnya yang

membentuk kepribadiannya (Monks, Knoers & Haditomo, 2002).

Menurut teori perkembangan Erikson, mahasiswa termasuk individu dalam

masa dewasa awal yang sedang berada dalam tahap perkembangan kelima yaitu

intimacy vs isolation. Pada tahap perkembangan ini dijelaskan bahwa dewasa

awal adalah tahap dimana seseorang sedang dalam tahapan siap dan ingin

menyatukan identitasnya dengan orang lain, mendambakan hubungan yang akrab

atau intim, dan persaudaraan. Tahap perkembangan dewasa awal menjelaskan

bahwa mahasiswa Faklultas Psikologi sedang dalam masa untuk mengembangkan

diri dengan bersosialisasi bersama teman sebayanya sehingga cenderung

bergantung pada teman sebayanya agar diakui keberadaannya dan diterima di

(19)

10

Berbagai perilaku yang dilakukan oleh mahasiswa dibentuk oleh beberapa

faktor seperti sumber sosial, emosional dan sumber kognitif. Keyakinan dan

pemikiran mahasiswa serta keinginan dari dalam diri mahasiswa merupakan

sumber kognitif yang menghasilkan sebuah perilaku sosial yang dilakukan oleh

mahasiswa. Banyaknya fenomena sosial yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari

mahasiswa, seperti ketidaksamarataan sosial, pengaruh keluarga dan lingkungan

masyarakat, juga melahirkan berbagai bentuk perilaku yang negatif pada

mahasiswa, salah satunya adalah prasangka. Prasangka adalah suatu sikap yang

mengarah pada perilaku diskriminatif, dalam hal ini prasangka merupakan

perasaan emosional dan kecenderungan individu untuk bertindak menolak,

merendahkan, dan menentang objek yang dianggap tidak sesuai dengan apa yang

mereka anggap benar atau mereka yakini. Sehingga dapat dikatakan bahwa

prasangka adalah kurangnya rasa toleransi atau perilaku negatif terhadap sebuah

objek yang diprasangkai (Myers, 2010).

Mahasiswa biasanya melakukan prasangka terhadap objek yang dianggap

tidak sesuai dengan kepercayaan, nilai dan norma yang mereka yakini. Sikap yang

ditunjukkan mahasiswa itu sendiri mengandung tiga komponen penting yaitu

komponen kognitif, komponen afektif dan komponen konatif (Krech, Crutchfield

& Ballachey, 1986). Sikap negatif yang ditunjukkan mahasiswa mengandung

keyakinan dan penilaian dari dalam diri mengenai objek yang diprasangkai

(20)

11

Perasaan tidak senang atau benci pada mahasiswa terhadap objek yang

diprasangkai dikenal sebagai komponen afektif sedangkan keinginan dari dalam

diri mahasiswa sendiri untuk menjauhi atau mendekati objek yang diprasangkai

disebut komponen konatif. Ketiga komponen ini saling mempengaruhi dan

kemudian membentuk sebuah kecenderungan untuk bertingkah laku negatif

terhadap objek yang diprasangkai meskipun perilaku ini merupakan perilaku yang

tersembunyi dari dalam diri mahasiswa (Myers, 2010).

Prasangka jender adalah salah satu bentuk umum dari prasangka yang

merupakan sebuah sikap yang didasari atas pembagian peran secara tradisional

berdasarkan jenis kelamin yang kemudian menyebabkan berkembangnya

kepribadian antara dua jenis kelamin yang berbeda yaitu maskulin dan feminine

(Myers, 2010). Prasangka jender itu sendiri muncul karena laki-laki dan

perempuan berperilaku tidak sesuai dengan orientasi seksualnya atau tidak

berdasarkan stereotip atau keyakinan mengenai bagaimana seharusnya laki-laki

atau perempuan bertingkah laku. Stereotip atau keyakinan jender ini kemudian

menghasilkan sebuah bentuk yang disebut diskriminasi jender. Diskriminasi

jender ini merupakan hasil dari stereotip yang dilakukan terhadap orientasi

seksual tertentu (Myers, 2010), salah satunya pada kaum homoseksual

kFhususnya kaum gay. Kaum gay merupakan laki-laki yang tidak menyukai

lawan jenisnya namun lebih menyukai sesama jenisnya. Gay sering dianggap

sebagai sebuah penyakit mental atau kelainan, namun APA menyebutkan bahwa

(21)

12

homoseksual memiliki kriteria yang sesuai dengan kelainan mental (APA, 2014).

Jika dilihat berdasarkan stereotip pada umumnya, laki-laki seharusnya menyukai

lawan jenisnya namun pada kenyataannya, kaum gay tidak tertarik pada lawan

jenisnya dan lebih tertarik menyukai sesama jenisnya. Stereotip ini yang

kemudian memengaruhi individu untuk melakukan diskriminasi terhadap kaum

gay (APA, 2014).

Berdasarkan hasil survei awal yang dilakukan, mahasiswa Universitas X

Bandung tidak memiliki sikap toleran terhadap mahasiswa gay, mereka

memandang negatif mahasiswa gay karena orientasi seksual mereka yang

dianggap tidak normal. Menurut Herek (2000), hal tersebut merupakan sebuah

bentuk dari prasangka, yaitu prasangka seksual. Definisi prasangka seksual itu

sendiri mengarah pada perilaku negatif yang ditujukan pada orientasi seksual

seseorang. Sebagaimana yang telah disebutkan oleh Herek, perilaku mahasiswa

fakultas Psikologi Universitas X ini juga menurut Myers disebut sebagai sebuah

bentuk diskriminasi seksual. Mengingat organisasi sosial dalam hal ini adalah

mahasiswa yang sedang berada dalam tahap intimacy yang sedang ingin

menyatukan identitasnya dengan orang-orang yang berada di lingkungannya,

mereka melakukan prasangka yang ditujukan pada orang-orang yang terlibat

dalam perilaku homoseksual atau label gay, lesbian atau biseksual (Herek, 2000).

Prasangka ditujukan pada kaum gay, lesbian atau biseksual karena perilaku dan

(22)

13

memercayai mahasiswa gay sebagai orang yang mempunyai penyakit seperti HIV

dan dipandang sebagai “banci” juga merupakan sikap negatif. Menghina dan

menjauhi mereka di lingkungan kampus adalah sebuah bentuk diskriminasi.

Mahasiswa yang menjadi objek prasangka ketika diketahui mahasiswa lain bahwa

mahasiswa tersebut adalah seorang gay, maka berarti mahasiswa gay tersebut

telah ditetapkan menjadi anggota kelompok yang memiliki nilai negatif dan

dianggap tidak normal. Di dalam kesehariannya, mahasiswa tentu melakukan

interaksi dengan mahasiswa gay baik menjalin relasi sebagai teman atau sahabat.

Ada pula mahasiswa yang menjaga jarak atau malah menghindari berinteraksi

dengan mahasiswa gay tersebut. Seperti semua sikap, prasangka bertumpu pada

keyakinan tentang berbagai "fakta" atau kenyataan (Myers, 2010).

Prasangka berpengaruh pada mahasiswa terhadap mahasiswa gay dan cara

penyebarannya ke orang lain, dijelaskan dalam sumber sosial, sumber emosional

dan sumber kognitif dari prasangka (Myers, 2010). Pada sumber sosial, beberapa

prasangka yang mahasiswa Universitas X hasilkan dikarenakan

ketidaksamarataan sosial, interaksi mahasiswa dengan lingkungannya dan

dukungan institusional. Mahasiswa Universitas X memiliki berbagai macam latar

belakang sosial, atau perbedaan kekuasaan dan keluasan relasi sehingga menjadi

salah satu sumber yang memunculkan prasangka pada mahasiswa yang mengakui

dirinya sebagai gay. Interaksi yang dilakukan oleh mahasiswa dengan masyarakat

sekitanya juga mempengaruhi munculnya prasangka terhadap kaum gay,

(23)

14

pada terbentuknya prasangka yang ditujukan kepada mahasiswa gay. Semakin

kuat pengaruh budaya pada mahasiswa mengenai bahwa orientasi seksual kaum

gay tidak sesuai dengan norma masyarakat Indonesia maka semakin tinggi pula

prasangka mahasiswa terhadap kaum gay. Universitas sendiri sebagai lembaga

institusi memberi pengaruh pada proses terbentuknya prasangka dengan cara

membeda-bedakan mahasiswa, hal ini terjadi karena universitas tersebut mengacu

pada keyakinan agama tertentu dan terlalu fanatik terhadap agama tersebut

(Myers, 2010).

Prasangka bersumber dari interaksi sosial yang dilakukan dengan keluarga,

komunitas keagamaan dan konformitas masyarakat luas. Orang menyesuaikan

dengan norma dalam sikap dan perilaku mereka. Ketika norma-norma

mendukung prasangka dan diskriminasi terhadap sebuah kelompok luar, maka

banyak orang akan betindak dengan cara berprasangka hanya karena sesuai

dengan norma. Yang terjadi saat ini, mahasiswa Universitas X melakukan

prasangka terhadap mahasiswa gay karena norma dan sterotip yang ada di

masyarakat juga menolak keberadaan kaum gay dan memandang mereka sebagai

pelaku penyimpangan seksual. Oleh karena itu mahasiswa Universitas X

mendapatkan dukungan untuk berprasangka kepada mahasiswa gay karena

dukungan sosial di masyarakat (Myers, 2010).

Emosi adalah perasaan dorongan atau kekuatan yang berasal baik eksternal

(24)

15

dari dalam diri mungkin dialami mahasiswa menghasilkan perasaan kecewa atau

tidak puas yang terkadang membuat kaum gay menjadi “kambing hitam” dan

diungkapkan secara langsung meskipun tidak kita sadari pada kaum gay.

Mahasiswa fakultas Universitas “X” juga terdorong untuk melihat dirinya dan

kelompoknya sebagai yang lebih unggul dibandingkan kelompok mahasiswa gay.

Hal tersebut tidak lain merupakan sebuah frustasi dan agresi serta perasaan

superior terhadap orang lain yang menjadi sumber motivasional mahasiswa

fakultas Psikologi Universitas “X” melakukan prasangka pada mahasiswa gay.

Kepercayaan stereotip dan sikap berprasangka mahasiswa fakultas Psikologi

Universitas “X” hadir bukan hanya karena pengkondisian sosial, namun juga

sebagai hasil dari proses pemikiran atau kognisi mahasiswa itu sendiri. Penelitian

terkini menunjukkan bagaimana stereotip yang mendasari prasangka adalah hasil

dari pemikirian kita. Pengelompokkan mahasiwa gay kedalam kategori tersebut

melebih-lebihkan keseragaman dalam suatu kelompok dan perbedaan diantara

kelompok-kelompok yang dilakukan mahasiswa Universitas X. Menurut Herek

(2000), mahasiswa yang setidaknya menjalin hubungan pertemanan dengan

mahasiswa gay, akan memiliki level prasangka yang lebih rendah dibandingkan

mahasiswa yang sama sekali tidak memiliki teman atau menjalin hubungan

dengan mahasiswa gay. Hal itu terjadi karena menjalin hubungan pertemanan

(25)

16

lebih terbuka sehingga menjadi lebih menghormati kaum gay karena sudah

memahami apa yang menjadi bagian dari kaum gay.

Pada kenyataannya, ada mahasiswa yang berprasangka terhadap mahasiswa

gay dan ada juga yang tidak. Kedua bentuk prasangka ini bergantung pada faktor

atau sumber yang membentuk prasangka itu sendiri. Mahasiswa fakultas

Psikologi Universitas “X” akan memiliki level prasangka yang tinggi apabila

terus mengembangkan stereotip negatif terhadap mahPasiswa gay dan menghayati

komponen afektif, konatif dan kognitif dari prasangka. Jika mahasiwa

mengembangkan stereotip yang positif terhadap mahasiwa gay dan tidak

menghayati komponen afektif, konatif dan kognitif dari prasangka maka

(26)

17

Bagan 1.1 Kerangka Pemikiran

Prasangka

Sosial

Mahasiswa

Fakultas Psikologi Universitas “X” Bandung

Sumber yang membentuk : 1. Sumber Sosial 2. Sumber Emosional 3. Sumber Kognitif

Aspek aspek :

1. Komponen Afektif 2. Komponen Konatif 3. Komponen Kognitif

Tinggi

(27)

18

1.6 Asumsi

 Mahasiswa fakultas Psikologi Universitas “X” Bandung mempunyai prasangka

atau perilaku tidak menyenangkan terhadap mahasiswa gay.

 Prasangka mahasiswa fakultas Psikologi Universitas “X” Bandung dipengaruhi

oleh sumber sosial, sumber emosional dan sumber kognitif.

Prasangka pada mahasiswa fakultas psikologi terhadap mahasiswa gay di

Universitas “X” Bandung memiliki derajat yang bervariasi yaitu tinggi dan

(28)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab seb elumnya, maka

dapat ditarik kesimpulan mengenai gambaran prasangka mahasiswa fakultas Psikologi Universitas “X” Bandung terhadap mahasiswa gay di Universitas “X”

Bandung sebagai berikut :

1. Sebagian mahasiswa fakultas Psikologi Universitas “X” Bandung

memiliki derajat prasangka yang tinggi terhadap mahasiswa gay dan

sebagian lainnya memiliki derajat prasangka yang rendah.

2. Terdapat keselarasan antara prasangka mahasiswa fakultas Psikologi Universitas “X” Bandung dengan komponen kognitif, komponen afektif

dan komponen konatif.

3. Sebagian besar prasangka mahasiswa fakultas Psikologi Universitas “X”

Bandung dipengaruhi oleh faktor-faktor yang membentuk prasangka,

diantaranya status sosial, keberpihakan pada gay, konformitas terhadap

pandangan lingkungan, pandangan mengenai penyebab gay, perasaan

(29)

63

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap mahasiswa fakultas Psikologi Universitas “X” Bandung, maka peneliti memberikan beberapa saran

yaitu :

5.2.1 Saran Teoritis

1. Bagi peneliti lain yang ingin melanjutkan penelitian dengan variabel

yang sama sebaiknya meneliti prasangka dengan faktor-faktor yang

membentuk prasangka secara lebih mendalam.

2. Bagi peneliti lain yang ingin meneliti variabel yang sama dan

responden yang sama, sebaiknya menggunakan populasi yang lebih

luas. Hal ini bertujuan agar dapat mengetahui gambaran prasangka

secara umum di populasi yang lebih luas.

5.2.2 Saran Praktis

1. Disarankan kepada para mahasiswa fakultas Psikologi Universitas “X”

Bandung untuk mencari informasi yang lebih utuh mengenai kaum

homoseksual dari berbagai sumber ilmiah agar lebih terpercaya

sehingga dapat mengembangkan sikap yang positif terhadap

mahasiswa gay. Hal tersebut bertujuan agar mahasiswa lebih

memahami keadaan mahasiswa gay dan lebih menujukkan sikap

toleransi terhadap mahasiswa gay sehingga dapat menghindari perilaku

(30)

64

2. Disarankan kepada pihak fakultas Psikologi Universitas “X” Bandung

untuk mengembangkan pemahaman yang lebih utuh mengenai

prasangka dan kaum homoseksual melalui seminar dan perkuliahan

sehingga dapat menurunkan prasangka negatif untuk mengurangi

(31)

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI PRASANGKA PADA

MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS “X”

TERHADAP MAHASISWA GAY

DI UNIVERSITAS “X”

KOTA BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk menempuh Sidang Sarjana Di Fakultas Psikologi

Universitas Kristen Maranatha Bandung

Disusun oleh :

NURUL ANNISA OCTAVIANTI

0930082

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

(32)
(33)
(34)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena

telah memperkenankan peneliti untuk menyelesaikan penelitian ini. Penelitian ini

dibuat sebagai syarat untuk menempuh sidang Sarjana Fakultas Psikologi

Maranatha.

Pada penulisan penelitian ini peneliti merasakan masih banyak kekurangan

yang dialami baik dalam pembuatan maupun pada penulisan kata-kata yang ada.

Peneliti merasa masih harus banyak belajar dan berlatih agar nantinya dapat

menghasilkan penelitian yang lebih baik lagi. Selama pengerjaan penelitian ini

peneliti mendapatkan banyak bantuan dari berbagai pihak, karena itu penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Dr. Irene P. Edwina M.Si, Psikolog, selaku dekan Fakultas Psikologi

Universitas Kristen Maranatha.

2. Ibu Sianiwati S. Hidayat, M.Si, Psikolog , selaku Koordinator mata kuliah

Skripsi dan Ibu Dra. Kuswardhini, M.Si, Psikolog selaku dosen wali.

3. Bapak Drs. Paulus H. Prasetya, M.Si., Psikolog selaku dosen pembimbing

utama yang telah banyak membantu dan sangat sabar dalam mengarahkan

peneliti dalam melakukan penelitian ini.

4. Ibu Roseilla Nora Izaach, S.Psi, M.A selaku dosen pembimbing

pendamping peneliti yang dengan sabar telah membimbing dan banyak

(35)

5. Mama, Bapak, Kakak, Adik, Tante dan Oom yang selalu memberikan

doa, mendukung secara materil maupun inmateril dan memberikan

semangat kepada peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini.

6. Christopher Ishak, Gloria Yesyuruni, sebagai teman seperjuangan yang

selalu membantu peneliti dan banyak memberikan masukan selama

bimbingan dan pembuatan penelitian ini.

7. Trinindita Shalihat, Bella Utomo, Ryan Martico, Khairunnisa, Syela

Chrissa, Regina Desvarani, Bunga Maulidya, Trisya Nancy, Sintya Olsa

dan teman-teman angkatan 2009 lainnya yang sudah lulus terlebih dahulu

yang selalu memberi semangat kepada penulis untuk menyelesaikan

penelitian ini dan yang telah membantu meminjamkan berbagai fasilitas

untuk menyelesaikan penelitian ini.

8. Teman-teman di Universitas X yang mau membantu memberikan

informasi penting kepada peneliti dalam penelitian ini.

Kiranya penelitian ini dapat bermanfaat bagi orang-orang lain di sekitar

peneliti. Peneliti juga merasa terbuka untuk menerima kritik dan masukan.

Juni 2016,

(36)

DAFTAR PUSTAKA

Ariyanto & Triawan, Rido. 2008. Jadi Kau Tak Merasa Bersalah. Jakarta: Citra Grafika.

Fakultas Psikologi. 2009. Panduan Penulisan Skripsi Sarjana. Bandung: Universitas Kristen Maranatha.

Feist, Jess & Gregory J Feist. 2008. Theories Of Personality. Terjemahan Yudi Santoso. Edisi ke-6. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Kretch, Crutchfield & Ballachey. 1986. Individual in Society A Text Book Of Social Psychology. Auckland: McGraw-Hill Book Company.

Komputer, Wahana. 2012. Panduan Praktis SPSS 20. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.

Monks, F.J, A.M.P Knoers & Siti Rahayu Haditomo, 2006. Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Myers, David G. 2010. Social Psychology 10th Edition. New York: Mc. Graw Hill. Oetomo, D. 2003. Memberi Suara Pada yang Bisu. Yogyakarta: Pusaka Marwa.

Putra, Idhamsyah Eka & Ardiningtiyas Pitaloka. 2012. Psikologi Prasangka: Sebab, Dampak dan Solusi. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Santrock, John W. 2004. Psychology. New York: Mc. Graw Hill.

Santrock, John W. 2003. Psikologi Perkembangan Remaja. Terjemahan Shinto B. Adelar, Sherly Saragih. Edisi ke-6. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Siregar, Syofian. 2010. Statistika Deskriptif untuk Penelitian. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Watson, David L. Gail deBortali –Tregerthan, Joyce Frank. 1984. Social Psychology. United States of America: Scott, Foresman and Company.

(37)

DAFTAR RUJUKAN

APA. 2011. The Guidelines for Psychological Practice with Lesbian, Gay, and Bisexual Clients. Adopted by the APA Council of Representatives, America.

BBC Indonesia. 2014. Kaum LGBT Indonesia Alami Diskriminasi. BBC Indonesia, Jakarta.

BBC Indonesia. 2013. Survei: Diskriminasi dan Homofobia Mengkhawatirkan. BBC Indonesia, Jakarta.

Dewi, Siti Nuraisyah & Zulfikar Husein. 2014. Gay dan Lesbian Bakal Dihukum Cambuk di Aceh. Viva Harian Digital, Lhokseumawe.

Fandina, Fella. 2012. Tipe Percintaan Pada Gay. Skripsi. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia.

GAYa Nusantara. 2015. Encourage People to be Proud of Their Sexuality: Info LGBTI. Surabaya

Herek, G. M. 2000. Sexual Prejudice and Gender: Do Heterosexuals’ Attitudes Toward Lesbians and Gay Men Differ? Department of Psychology University of California, Davis.

Herek, G. M. 2000. Definitions: Homophobia, Heterosexism, and Sexual Prejudice. Department of Psychology University of California, Davis.

Salamanca, Herazo, Aviedo &Campo-Aria. 2014. Prevalence and Predictors of High Sexual Prejudice Among Medical Students from Two Colombian Cities. Sage Publication, Colombia.

Sofia Dewi, Ratnasari. 2014. Studi Mengenai Gambaran Proses Pembentukan Identitas Homoseksual pada Gay Tahapan Dewasa Awal di Kota Bandung. Skripsi. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran.

Referensi

Dokumen terkait

Negara Indonesia yang terbentuk dari bersatunya masyarakat hukum adat (adatrecht gemeenschap) menjadi wilayah hukum adat (adat recht kringen),

literatur menyebutkan bahwa terapi konservatif pada kasus empiema subdural dapat dilakukan jika memenuhi kriteria berikut yaitu : status pasien yang tidak menurun,

Dengan demikian, untuk mengantisipasi dampak signifikan yang ditimbulkan dari ancaman tersebut maka organisasi perlu menerapkan suatu rencana pemulihan yang

Hasil penelitian dengan menggunakan teknik analisis regresi linier sederhana menunjukkan bahwa efektivitas penerapan e-SPT masa PPN berpengaruh secara

Berdasarkan hasil pretest yang ditunjukan pada tabel diatas maka dapat diketahui bahwa nilai pretest yang diperoleh siswa RI adalah nilai tertinggi yaitu 67 dan

Dari tuturan tersebut kata saint secara umum bermakna orang suci, saleh (yang telah meninggal), akan tetapi pada lirik lagu tersebut kata saint dianalogikan

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan spiritual well being ODHA dewasa muda yang memutuskan menjadi pendamping sesama ODHA setelah mengetahui dirinya positif

Bab III Dinamika Pasar Silungkang tahun 1984-2012 ditinjau dari berbagai aspek, pada bab ini membahas, sejarah berdirinya Pasar Silungkang,