ABSTRAK
EFEK MINYAK SERAI (Cymbopogon citratus) PADA MENCIT GALUR SWISS WEBSTER MODEL ULKUS GASTER
Vivi Indrawati, 0810119.
Pembimbing : 1. Laella K. Liana, dr., Sp.PA, M. Kes.
2. Endang Evacuasiany, Dra., MS., AFK., Apt
Ulkus gaster tersebar di seluruh dunia dengan prevalensi berbeda tergantung pada sosial, ekonomi, dan demografi. Manajemen ulkus gaster semakin baik seiring dengan ditemukannya faktor penyebab sehingga berhasil menemukan dan mengembangkan obat-obat yang sangat berpotensi untuk penyembuhan ulkus gaster. Masyarakat di Brazil banyak menggunakan serai (Cymbopogon citratus) sebagai tanaman obat keluarga yang bermanfaat untuk pengobatan gangguan saraf, pencernaan, dan demam (antiinflamasi).
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui efek minyak serai dalam mencegah ulkus gaster dengan mengamati kedalaman erosi mukosa gaster mencit.
Metode penelitian adalah eksperimental laboratorik dengan menggunakan rancangan acap lengkap (RAL) yang bersifat komparatif. Hewan coba yang digunakan adalah mencit jantan dengan galur Swiss Webster yang dibagi menjadi 6 kelompok (n=5). Kelompok I, II, dan III diberi minyak serai (0,26; 0,52; 1,04 mg/kgBB mencit/hari), kelompok IV diberi larutan surfaktan Tween 80 tanpa pemberian asetosal, kelompok V diberi asetosal pada hari ketujuh, dan kelompok VI diberi omeprazole. Data yang akan diamati adalah kedalaman erosi dari mukosa gaster mencit berdasarkan sistem skoring. Analisis data yang digunakan adalah uji statistik nonparametrik Kruskal Wallis dan dilanjutkan dengan uji Mann - Whitney.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pada uji statistik dengan Kruskal Wallis didapatkan nilai p < 0,05 maka H0 ditolak. Pada uji statistik dengan Mann-Whitney didapatkan perbedaan yang sangat signifikan antara kelompok I, II, dan III dengan kelompok V; dan antara kelompok I dengan kelompok VI; perbedaan yang signifikan antara kelompok II dengan kelompok VI; perbedaan yang tidak signifikan antara kelompok III dengan kelompok VI.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah minyak serai (Cymbopogon citratus) mencegah erosi mukosa gaster pada mencit (ulkus gaster).
Vivi Indrawati, 0810119.
Tutors : 1. Laella K. Liana, dr., Sp.PA, M. Kes.
2. Endang Evacuasiany, Dra., MS., AFK., Apt
Gastric ulcers scattered throughout the world with different prevalence depending on the social, economic, and demographic. Management development of gastric ulcers grew well in line with the finding of contributing factors so it successfully discover and develop drugs that are highly potential for healing gastric ulcers. There are many societies in Brazil that use lemongrass (Cymbopogon citratus) as a family’s medicinal plant, it is useful for the treatment of neurological disorders, digestive, and fever (inflammatory).
The purpose of this research is to determine the effects of lemongrass oils in preventing gastric ulcers by observing the depth erosion of gastric mucosa of mice.
The research method used is experimental laboratory with complete randomized design which is comparative. The experimental subjects used were Swiss Webster strains male mice, that is divided into 6 groups (n=5). Group I, II, and III were given lemongrass oils (0.26; 0.52; 1.04 mg/kg mice/day), group IV was given Tween 80 surfactant solution without giving asetosal solution, group V was given asetosal on the seventh day, and group VI was given omeprazole. Data to be observed is the depth of erosion from the gastric mucosa of mice based on the scoring system. The data is analyzed by using the nonparametric statistical Kruskal Wallis test followed by Mann-Whitney test.
The results obtained indicate that the Kruskal Wallis test obtained p-value < 0.05 then H0 is rejected. While the statistical tests with Mann-Whitney obtained a very high significant difference between groups I, II, and III with group V; and also between group I with group VI. There is also a significant difference between group II with group VI; while no significant difference between group III with group VI.
The conclusion of this research shows that lemongrass oils (Cymbopogon citratus) prevent erosion of gastric mucosa in mice (gastric ulcer).
DAFTAR ISI
JUDUL ... i
LEMBAR PERSETUJUAN ... ii
SURAT PERNYATAAN ... iii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 3
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 3
1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah ... 3
1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis ... 4
1.5.1 Kerangka Pemikiran ... 4
1.5.2 Hipotesis ... 5
1.6 Metodologi Penelitian ... 5
1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 5
2.2.6 Diagnosis Ulkus Gaster ... 21
2.2.7 Penatalaksanaan ... 22
2.3 Asetosal/Aspirin ... 27
2.3.1 Indikasi ... 27
2.3.2 Farmakodinamik ... 28
2.3.3 Farmakokinetik ... 30
2.3.4 Efek Samping Asetosal ... 30
2.4 Serai (Cymbopogon citratus) ... 32
2.4.1 Klasifikasi ... 32
BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian, Alat Penelitian, dan Hewan Coba ... 38
3.1.1 Bahan Penelitian ... 38
3.1.2 Alat Penelitian ... 38
3.1.3 Hewan Coba ... 39
3.2 Metode Penelitian... 39
3.2.1 Desain Penelitian ... 39
3.2.2 Variabel Penelitian ... 40
3.2.2.1 Definisi Konsepsional Variabel ... 40
3.2.2.2 Definisi Operasional Variabel ... 40
3.2.3 Prosedur Kerja ... 42
3.2.3.2 Prosedur Penelitian ... 43
3.2.3.3 Pembuatan Sediaan Histologi ... 44
3.2.3.4 Karakteristik Erosi Mukosa Gaster... 50
3.3 Metode Penarikan Sampel... 51
3.4 Perhitungan Besar Sampel ... 51
3.5 Analisis Statistik ... 51
3.6 Hipotesis Statistik ... 52
3.7 Kriteria Uji ... 52
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 53
4.2 Pembahasan ... 56
4.3 Uji Hipotesis ... 58
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 59
5.2 Saran ... 59
DAFTAR PUSTAKA ... 60
LAMPIRAN ... 63
Tabel 4.2 Hasil Analisis Uji Statistik Nonparametrik Kruskal Wallis ... 54
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Pembentukan Prostaglandin ... 18 Gambar 2.2 Patogenesis Terjadinya Ulkus Gaster Akibat Pemberian OAINS ... 20
Lampiran 2 Kriteria Erosi Mukosa Gaster Mencit (Wattimena) ... 65
Lampiran 3 Hasil Uji Statistik Nonparametrik Kruskal Wallis Test ... 67
Lampiran 4 Hasil Uji Analisis Nonparametrik Mann-Whitney Test ... 69
Lampiran 5 Gambar Kegiatan Penelitian Ilmiah ... 75
63
LAMPIRAN
Lampiran 1
Perhitungan Dosis
Berat rata-rata mencit adalah 25 g
Dosis konversi untuk mencit lebih tepat menggunakan dalil Clark berdasarkan 50
kgBB orang dewasa yaitu :
Dosis = Dosis Dewasa x Berat Badan (kg)/70
1. Bahan induksi ulkus gaster adalah asetosal.
Sebelum menentukan dosis asetosal yang menyebabkan ulkus gaster, telah
dilakukan uji coba terlebih dahulu terhadap mencit sehingga diperoleh dosis
asetosal 300 mg/kgBB mencit.
Persiapan asetosal yang dibutuhkan untuk 5 kelompok mencit adalah :
25/1000 x 300 mg = 7,5 mg/mencit/hari x 25 ekor mencit = 187,5 mg
2. Dosis minyak serai.
Dosis yang akan diberikan ke mencit dibagi menjadi tiga variasi dosis yaitu
100 mg/70 kgBB manusia, 200 mg/70 kgBB manusia, dan 400 mg/70 kgBB
manusia.
Dosis I (100 mg/70 kgBB manusia) = 0,0026 x 100 mg = 0,26 mg/kgBB
mencit/hari.
Persiapan minyak serai untuk perlakuan selama 7 hari adalah :
0,26 mg/kgBB mencit/hari x 5 ekor mencit x 7 hari = 9,1 mg/kgBB
mencit.
Dosis II (200 mg/70 kgBB manusia) = 0,0026 x 200 mg = 0,52 mg/kgBB mencit/hari.
0,52 mg/kgBB mencit/hari x 5 ekor mencit x 7 hari = 18,2 mg/kgBB
mencit.
Dosis III (400 mg/70 kgBB manusia) = 0,0026 x 400 mg = 1,04 mg/kgBB
mencit/hari.
Persiapan minyak serai untuk perlakuan selama 7 hari adalah :
1,04 mg/kgBB mencit/hari x 5 ekor mencit x 7 hari = 36,4 mg/kgBB
mencit.
3. Dosis omeprazole untuk orang dewasa adalah 20 mg/hari (MIMS, 2008/2009).
Dosis konversi omeprazole dari 50 kgBB orang dewasa untuk mencit adalah :
50/70 x 0,0026 x 20 mg = 0,0371 mg/kgBB x 1000/25
= 1,484 mg/kgBB
= 1,5 mg/kgBB mencit/hari
Persiapan omeprazole untuk perlakuan selama 7 hari adalah :
65
Lampiran 2
Skor erosi mukosa/ulkus gaster mencit berdasarkan kriteria Wattimena (1982)
yaitu :
Skor 1 : Tidak ditemukan erosi mukosa/ulkus gaster.
Skor 2 : Erosi mukosa/ulkus gaster hanya pada epitel permukaan.
Skor 3 : Erosi mukosa/ulkus gaster mencapai kedalaman 1/3 kelenjar
gaster bagian atas.
Skor 4 : Erosi mukosa/ulkus gaster mencapai kedalaman 1/3 kelenjar
gaster bagian tengah.
Skor 5 : Erosi mukosa/ulkus gaster mencapai kedalaman 1/3 kelenjar
gaster bagian bawah.
Skor 6 : Erosi mukosa/ulkus gaster mencapai kedalaman lamina
67
Lampiran 3
Hasil Uji Statistik Nonparametrik Kruskal Wallis Test
Descriptive Statistics
N Mean Std.
Deviation Minimum Maximum
Test Statistics (a,b)
Erosi Mukosa/
Ulkus
Chi-Square 26.845
df 5
Asymp. Sig. .000
a. Kruskal Wallis Test
69
Lampiran 4
Hasil Uji Analisis Nonparametrik Mann-Whitney Test
Descriptive Statistics
N Mean Std.
Deviation Minimum Maximum
Serai-1-2 10 3.10 .568 2 4
Serai-1-3 10 2.50 .850 1 4
Serai-1-Tween 80 10 2.10 1.197 1 4
Serai-1-Asetosal 10 4.10 .994 3 5
Serai-1-Omeprazole 10 2.60 .699 2 4
Serai-2-3 10 2.40 .843 1 4
Serai-2-Tween 80 10 2.00 1.155 1 4
Serai-2-Asetosal 10 4.00 1.155 2 5
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable : Grup/Kelompok Hewan Coba
Descriptive Statistics
N Mean Std.
Deviation Minimum Maximum
73
Serai-3-Tween 80 Grup-1 5 7.50 37.50
Grup-2 5 3.50 17.50
Total 10
Serai-3-Asetosal Grup-1 5 3.00 15.00
Grup-2 5 8.00 40.00
Total 10
Serai-3-Omeprazole Grup-1 5 5.00 25.00
Grup-2 5 6.00 30.00
Total 10
Tween 80-Asetosal Grup-1 5 3.00 15.00
Grup-2 5 8.00 40.00
Total 10
Tween 80-Omeprazole Grup-1 5 3.00 15.00
Grup-2 5 8.00 40.00
Total 10
Asetosal-Omeprazole Grup-1 5 8.00 40.00
Grup-2 5 3.00 15.00
Test Statistics (b)
75
Lampiran 5
Gambar Kegiatan Penelitian Ilmiah
Adaptasi Mencit
Pemeliharaan dan Perlakuan Mencit dengan Menggunakan Sonde Oral
77
Persiapan Pembedahan Mencit
Memotong dan Mengambil Bagian Gaster Mencit
79
Lampiran 6
Gambar Mikroskopik Erosi Mukosa/Ulkus Gaster Mencit
Skor 1 : Tidak Ditemukan Erosi Mukosa/Ulkus Gaster
Skor 3 : Erosi Mukosa/Ulkus Gaster Mencapai Kedalaman 1/3 Kelenjar Gaster
Bagian Atas
Skor 4 : Erosi Mukosa/Ulkus Gaster Mencapai Kedalaman 1/3 Kelenjar Gaster
81
Skor 5 : Erosi Mukosa/Ulkus Gaster Mencapai Kedalaman 1/3 Kelenjar Gaster
RIWAYAT HIDUP
Nama : Vivi Indrawati
NRP : 0810119
Tempat/Tanggal Lahir: Dumai, 28 Juli 1990
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Budha
Alamat Asal : Jl. Jeruk No. 38 A Dumai - Riau
Alamat Sekarang : Jl. Cassa No. 8 Bandung
Riwayat Pendidikan :
Lulus TK Santo Tarcisius Dumai tahun 1996
Lulus SD Santo Tarcisius Dumai tahun 2002
Lulus SMP Santo Tarcisius Dumai tahun 2005
Lulus SMA Santo Tarcisius Dumai tahun 2008
Menempuh pendidikan S1 di Fakultas Kedokteran Universitas Kristen
1
BAB I
PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang
Penyakit ulkus peptikum (tukak peptik) yaitu ulkus gaster (tukak lambung)
dan ulkus duodenum (tukak duodenum) merupakan penyakit yang masih banyak
ditemukan terutama dalam kelompok umur di atas 45 tahun. Ulkus peptikum
didefinisikan sebagai suatu defek mukosa atau submukosa yang berbatas tegas
yang dapat menembus lapisan muskularis mukosa sampai lapisan serosa sehingga
terjadi perforasi (Akil, 2006). Ulkus gaster merupakan suatu gambaran bulat atau
semibulat/oval dengan ukuran lebih dari 5 mm dari kedalaman submukosa pada
mukosa gaster akibat terputusnya kontinuitas/integritas mukosa gaster dengan
dasar ulkus ditutupi debris (Tarigan, 2006).
Ulkus gaster tersebar di seluruh dunia dengan prevalensi berbeda tergantung
pada sosial, ekonomi, dan demografi, dijumpai lebih banyak pada pria dengan
insidensi yang meningkat pada usia lanjut dan kelompok sosial ekonomi rendah
dengan puncak pada dekade keenam (Tarigan, 2006). Tetapi ada studi yang
membuktikan bahwa perbandingan kejadian ulkus gaster antara pria dan wanita
adalah 1,5 : 2,1 (Liu C dan Crawford JM, 2005). Secara klinis, ulkus duodenum
lebih sering dijumpai daripada ulkus gaster. Pada beberapa negara seperti Jepang
dijumpai lebih banyak ulkus gaster daripada ulkus duodenum. Ulkus gaster
berukuran lebih besar dan lebih menonjol sehingga pada pemeriksaan autopsi
lebih sering atau mudah dijumpai dibandingkan dengan ulkus duodenum (Tarigan,
2006).
Di Inggris sekitar 6–20% penduduk menderita ulkus pada usia 55 tahun,
sedangkan prevalensinya 2–4%. Di Amerika Serikat ada 4 juta pasien dengan
gangguan asam–pepsin, prevalensinya adalah 12% pada pria dan 10% pada
wanita dengan angka kematian pasien 15.000 per tahun dan menghabiskan dana
10 milyar dolar per tahun (Tarigan, 2006). Di Indonesia, khususnya di Makassar,
disertai dengan ulkus gaster sebanyak 5%. Umur terbanyak yaitu antara umur
45-65 tahun dengan kecenderungan semakin tua umur, prevalensi semakin meningkat
dengan didominasi pria lebih banyak dibandingkan dengan wanita. Dari waktu ke
waktu, manajemen ulkus gaster lebih baik seiring dengan ditemukannya
faktor-faktor penyebab yang ditunjang dengan kemajuan dalam bidang farmasi yang
berhasil menemukan dan mengembangkan obat-obat yang sangat berpotensi untuk
penyembuhan ulkus gaster (Akil, 2006).
Masyarakat di Brazil banyak menggunakan serai (Cymbopogon citratus)
sebagai tanaman obat keluarga yang bermanfaat untuk pengobatan gangguan
saraf, pencernaan, dan demam (Carlini, 2006). Serai (Cymbopogon citratus) telah
diakui secara luas kegunaannya dalam ethnobotanikal dan obat (Sforcin, 2009).
Serai (Cymbopogon citratus) dikenal dengan nama tanaman sereh atau serai. Serai
merupakan salah satu jenis rumput–rumputan yang sudah sejak lama
dibudidayakan di Indonesia. Sehingga jenis ini mempunyai banyak nama daerah,
diantaranya yaitu sereh, sere, sere gulai, sere sayur, serai dapur, dan sebagainya
(Sastrapradja, 1978). Tanaman serai (Cymbopogon citratus) ini kadang juga
disebut sebagai lemon grass, barbed wire grass, silky heads, citronella
grass ataupun fever grass (Anonim, 1989).
Serai mempunyai aroma yang kuat dan wangi menyerupai lemon sehingga
banyak digunakan untuk aromaterapi, pewangi sabun dan sampo. Selain itu,
minyak atsiri serai bermanfaat untuk mengobati kembung (flatulence), pergerakan
usus yang tidak tetap dan rangsangan gaster, serta baik untuk merawat
rheumatism (Anonim, 1989). Serai dipakai sebagai rempah penyedap masakan dan pengusir nyamuk. Selain itu juga bermanfaat untuk pengobatan gangguan
saraf, pencernaan, diuretik, antibakteri, antirematik, ekspektoran, dan antipiretik. Minyak serai juga dipakai dalam industri kosmetik untuk pembuatan parfum dan
sabun, sebagai minyak pengoles yang dibalurkan ke tubuh untuk memberi efek
menghangatkan (Trubus, 2010).
Tanaman obat serai perlu diuji karena efek samping dari tanaman herbal
relatif kecil dibandingkan dengan obat-obatan. Selain itu, serai juga mudah
3
masyarakat. Penelitian mengenai serai pernah dilakukan di Jepang, terutama
mengenai minyak atsiri dari serai terhadap bakteri Helicobacter pylori di dalam
lambung mencit. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa serai mempunyai
efek antibakteri (Ohno, 2006). Sedangkan salah satu penyebab ulkus gaster yang
tersering adalah adanya infeksi Helicobacter pylori (48%) di dalam gaster
(Robert, 2007).
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, identifikasi masalah penelitian ini adalah
apakah minyak serai (Cymbopogon citratus) dapat mencegah erosi mukosa gaster
pada mencit (ulkus gaster).
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud penelitian untuk mengetahui khasiat serai dalam mencegah ulkus
gaster.
Tujuan penelitian untuk mengetahui efek serai dalam mencegah ulkus gaster
dengan mengamati kedalaman erosi mukosa gaster mencit.
1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah
Manfaat akademis penelitian untuk menyatakan khasiat serai sebagai
antiulkus gaster.
Manfaat praktis penelitian untuk meningkatkan pemanfaatan serai dalam mencegah ulkus gaster kepada masyarakat dan dapat dimanfaatkan sebagai
1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
1.5.1 Kerangka Pemikiran
Salah satu penyebab ulkus gaster adalah pemakaian Obat Anti-Inflamasi
Non-Steroid (OAINS) yang berkepanjangan. OAINS ini dapat menyebabkan erosi
mukosa atau submukosa dari gaster. OAINS ini juga bekerja menghambat
siklooksigenase (COX) sehingga menghambat pembentukan prostaglandin (PG)
dan mediator pelindung berupa COX-2 yang berfungsi untuk perlindungan
mukosa gaster dengan merangsang sekresi lendir dan bikarbonat dan proliferasi
sel epitel serta meningkatkan aliran darah mukosa (Robert, 2007). Selain itu, salah
satu penyebab ulkus gaster yang tersering adalah adanya infeksi Helicobacter
pylori (48%) di dalam gaster (Robert, 2007). Sehingga pasien ulkus gaster biasanya mengeluh dispepsia. Dispepsia merupakan suatu sindroma
klinik/kumpulan keluhan beberapa penyakit saluran cerna seperti mual, muntah,
kembung, nyeri ulu hati, sendawa, rasa terbakar, rasa penuh di ulu hati, dan cepat
merasa kenyang (Tarigan, 2006).
Sebagian besar masyarakat di Brazil menggunakan serai sebagai terapi
alternatif dalam bentuk teh (Sforcin, 2009). Serai memiliki aroma khas lemon
karena terdapat senyawa bergugus fungsi aldehid, yaitu sitral sebagai senyawa
utama minyak. Sitral merupakan campuran dari stereoisomer, geranial (α-sitral),
dan neral ( -sitral) yang merupakan komponen utama minyak serai (Cymbopogon
citratus) dan memiliki efek antiinflamasi, imunomodulator, dan antikarsinogenik (Sforcin, 2009).
Efek antiinflamasi serai ini teruji dengan ditemukannya bahwa aktivitas promotor COX-2 disupresi oleh minyak serai dan sitral merupakan kandungan
utama yang menekan (supresi) ekspresi dari COX-2 serta sebagai aktivator
Peroxisome Proliferator–Activated Receptor (PPAR) α dan (Katsukawa, 2010). Hasil penelitian di Jepang menunjukkan bahwa serai juga mempunyai efek
5
saraf, pencernaan, diuretik, antibakteri, antirematik, ekspektoran, dan antipiretik
(Trubus, 2010).
1.5.2 Hipotesis
Minyak serai (Cymbopogon citratus) mencegah erosi mukosa gaster pada
mencit (ulkus gaster).
1.6 Metodologi Penelitian
Metode penelitian adalah eksperimental laboratorik dengan menggunakan
rancangan acap lengkap (RAL) yang bersifat komparatif. Peneliti menggunakan
hewan coba mencit jantan dengan galur Swiss Webster yang akan diamati
kedalaman erosi dari mukosa gaster mencit (ulkus gaster) berdasarkan sistem
skoring. Analisis data yang digunakan adalah uji statistik nonparametrik Kruskal
Wallis dan dilanjutkan dengan uji Mann - Whitney.
1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di laboratorium Farmakologi Universitas Kristen
Maranatha, laboratorium Farmakologi Rumah Sakit Hasan Sadikin, laboratorium
Patologi Anatomi Universitas Kristen Maranatha, laboratorium Patologi Anatomi
Rumah Sakit Immanuel, dan Pusat Penelitian Ilmu Kedokteran (PPIK). Penelitian
59 5.1 Simpulan
Minyak serai (Cymbopogon citratus) mencegah erosi mukosa gaster pada
mencit (ulkus gaster).
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian, penulis mengajukan beberapa saran, yaitu :
a. Perlu dilakukan parameter lain pada kerusakan mukosa gaster mencit.
b. Minyak serai dapat membantu mencegah erosi mukosa gaster (ulkus
gaster), sehingga bagi penderita ulkus gaster maupun yang memiliki faktor
60
DAFTAR PUSTAKA
Akil, HAM. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jakarta : FKUI. Hal 345-8.
Altman DF. 2004. Obat yang Digunakan dalam Penyakit Gastrointestinal. Dalam Katzung BG 3 : Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi 8. Jakarta : Salemba Medika. Hal 541-8.
Anugrah Lando. 2010. Peptic Ulcer Disease. Makassar. http://www.docstoc.com/docs/40112575/Ulkus-Peptikumum
diunduh pada 7 Januari 2011
Anonim. 1989. Materia Medika Indonesia. Jakarta : Depkes RI. Hal. 177-9.
Ardani. 2007. Tanaman Obat Indonesia : Cymbopogon citratus. Yogyakarta. http://toiusd.multiply.com/journal/item/72/Cymbopogon_citratus
diunduh pada 7 Januari 2011
Carlini EA, Leite JR, Seabra Mde, Maluf E, Assolant K, Suchecki D, et al. 2006. EBSCOhost.
Daniel SW, Daniel WP. 2007. Anatomi Tubuh Manusia. Yogyakarta : Graha Ilmu. Hal 326-30.
Fahn A. 1998. Anatomi Tumbuhan. Edisi ketiga. Yogyakarta : Gadjah Mada University. Hal 309-441.
Fauci AS, Kasper DL, Braunwald E, Hauser SL, Longo DL, Jameson JL, Loscalzo J : Harrison’s Principles of Internal Medicine, 17th Edition. United State of Amerika : McGraw-Hill.
Furst DE, Munster T. 2002. Obat-obat Antiinflamasi Nonsteroid, Obat-obat Antireumatik Pemodifikasi Penyakit, Analgesik Nonopiod dan Obat-obat untuk Pirai. In Katzung BG 2 : Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi 8. Jakarta : Salemba Medika. Hal 449-61.
Guyton AC, Hall JE. 2006. Propulsi dan Pencampuran Makanan dalam Saluran Pencernaan. Dalam Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta : EGC.
Hurwitz ES, et al. 1984. Public Health Service Study of Reye’s Syndrome and Medications. JAMA 1987;257:1905.
Junqueira LC, Carneiro J. 2007. Histologi Dasar. Edisi 10. Jakarta : EGC.
Kasahara. 1995. Medicinal Herb Index in Indonesia. Edisi 2. Jakarta : Eisai Indonesia.
Katsukawa M, Nakata R, Takizawa Y, Hori K, Takahashi S, Inoue H. 2010. Citral
a Component of Lemongrass oil, Activates PPARα and γ and Suppresses
COX-2 Expression. Japan. Biochimica Et Biophysica Acta Vol. 1801(11) : 1214-20.
Kemas Ali Hanafiah. 2005. Rancangan Percobaan Aplikatif : Aplikasi Kondisional Bidang Pertanian, Peternakan, Perikanan, Industri dan Hayati. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Hal 12.
Liu C, Crawford JM. 2005. Robbins and Cotran Pathologic Basis of Disease. 7th ed. Philadelphia : Elsevier. Pg 816-9.
Lullmann H, Mohr K, Ziegler A, Bieger D. 2000. Color Atlas of Pharmacology. 2nd ed. New York : Thieme.
McPhee SJ, Lingappa VR, Ganong, WF. 2006. Pathophysiology of Disease : An Introduction to Cinical Medicine. 5th Ed. McGraw-Hill : Lange.
MIMS. 2008. MIMS Petunjuk Konsultasi. Jakarta : CMP Medica.
Muhlisah, Fauziah. 1999. Tanaman Obat Keluarga. Jakarta : Penebar Swadaya.
Ohno T, Kita M, Yamaoka Y, Imamura S, Yamamoto T, Mitsufuji S, et al. 2006. Antimicrobial Activity of Essential Oils Against Helicobacter pylori. Department of Microbiology. Kyoto 602-8566.
Onawunmi GO, et al. 1984. J. Ethnopharmacol. 12(3):279-86.
Perry LM. 1980. Medicinal Plant of Cast and Southeast Asia. Cambridge : The Massachusetts Institute of Technology.
Robert CS, Kalyanakrishnan Ramakrishnan. 2007. Peptic Ulcer Disease. Universitu of Oklahoma Health Sciences Center. Oklahoma.
62
Sforcin JM, Amaral JT, Fernandes A J, Sousa JP, Bastos JK. 2009. Lemongrass effects on IL-1beta and IL-6 production by macrophages. Natural Product Research 23:1151-9.
Shayne P. 2010. Emedicine : Gastritis and Peptic Ulcer Disease. Southern California. http://emedicine.medscape.com/article/776460-overview
diunduh pada 7 Januari 2011
Silbernagl S, Lang F. 2000. Color Atlas of Pathophysiology. New York : Thieme.
Suaeyun R, et al. 1997. Carcinogenesis. 18(5):949-55.
Tanwir YM. 1989. Teknik Pengelolaan Sediaan Histopatologi dan Sitologi. Bandung : Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. Hal 89-111.
Tarigan Pengarapen. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jakarta : FKUI. Hal 338-44.
Thun MJ, Namboodiri MM, Health CW. 1991. Aspirin Use and Reduced Risk of Fatal Colon Cancer. N Engl J Med 1991;325:1593.
Trubus. 2010. Buku Pintar Tanaman Obat. Jakarta : Trubus Swadaya.
Viana GS, et al. 2000. J. Ethnopharmacol. 70(3):323-27.