• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARYA TULIS ILMIAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "KARYA TULIS ILMIAH"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TIPUS (Typhoid Abdominalis) DENGAN MASALAH KEPERAWATAN

DEFISIT NUTRISI DI DESA CUKURGONDANG GRATI KABUPATEN PASURUAN

Oleh :

DAMAY NADININGTYAS NIM. 1801057

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN KERTA CENDEKIA

SIDOARJO

2021

(2)

ii

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TIPUS (Typhoid Abdominalis) DENGAN MASALAH KEPERAWATAN

DEFISIT NUTRISI DI DESA CUKURGONDANG GRATI KABUPATEN PASURUAN

Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan (Amd.Kep) di Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia Sidoarjo

Oleh :

DAMAY NADININGTYAS NIM. 1801057

PROGRAM DIII KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KERTA CENDEKIA SIDOARJO

2021

(3)

iii

SURAT PERNYATAAN Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Damay Nadiningtyas

NIM : 1801057

Tempat, Tanggal Lahir : Pasuruan, 27 Mei 1999

Institusi : Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia Sidoarjo Meyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah berjudulAsuhan Keperawatan Pada Pasien Tipus (Typhoid Abdominalis) dengan Masalah Keperawatan Defisit Nutrisi di Desa Cukurgondang Grati Kabupaten Pasuruan adalah bukan Karya Tulis Ilmiah orang lain baik sebagian maupun keseluruhan, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah disebutkan sumbernya.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapat sanksi.

Sidoarjo, 22 Mei 2021 Yang Menyatakan,

Damay Nadiningtyas Mengetahui,

Pembimbing 1

(Agus Sulistyowati, S.Kep., M.Kes) NIDN : 0703087801

Pembimbing 2

(Ida Zuhroidah, S.Kep. Ns. M.Kep) NIDN : 3409057902

(4)

iv

LEMBAR PERSETUJUAN

Nama : Damay Nadiningtyas

Judul : Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tipus (Typhoid Abdominalis) dengan Masalah Keperawatan Defisit Nutrisi di Desa Cukurgondang Grati Kabupaten Pasuruan

Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah pada tanggal :22 Mei 2021.

Oleh:

Pembimbing 1 Pembimbing 2

(Ns. Agus Sulistyowati, S.Kep., M.Kes) (Ns. Ida Zuhroidah, S.Kep. Ns. M.Kep) NIDN : 0703087801 NIDN : 3409057902

Mengetahui, Direktur

Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia Sidoarjo

(Ns. Agus Sulistyowati, S.Kep., M.Kes) NIDN : 0703087801

(5)

v

HALAMAN PENGESAHAN

Telah diuji dan disetujui oleh Tim Penguji pada sidang di Program D3 Keperawatan di Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia Sidoarjo.

Tanggal 22 Mei 2021

TIM PENGUJI

Tanda tangan

Ketua : Ns. Meli Diana, S.Kep., M.Kes ...

Anggota: 1. Ida Zuhroidah, S.Kep.Ns., M.Kes ...

2. Agus Sulistyowati, S.Kep., M.Kes ...

Mengetahui, Direktur

Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia Sidoarjo

Agus Sulistyowati, S.Kep., M.Kes NIDN: 0703087801

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan

Karya Tulis Ilmiah dengan judul ”

ini dengan tepat waktu sebagai sebagai persyaratan akademik dalam menyelesaikan Program DIII Keperawatan di Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia Sidoarjo.

Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu saya mengucapkan banyak terima kasih kepada : 1. Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dalam menyelesaikan Proposal

Karya Tulis Ilmiah.

2. Ayah, Ibu, dan saudara tercinta yang telah memberi semangat dan motivasi dalam penyelesaian Laporan Tugas Akhir

3. Ibu Agus Sulistyowati, S.Kep., M.Kes selaku Direktur Program DIII Keperawatan Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia Sidoarjo

4. Ibu Agus Sulistyowati, S.Kep., M.Kes selaku Dosen Pembimbing 1 Akademik yang telah membimbing dan memberikan motivasi selama pelaksanaan studi 5. Ibu Ida Zuhroidah, S.Kep.Ns., M.Kes selaku Dosen Pembimbing 2 Akademik yang telah membimbing dan memberikan motivasi selama pelaksanaan studi 6. Bapak dan Ibu responden yang telah membantu saya dalam penyusunan

Laporan Tugas Akhir ini

7. Teman-teman mahasiswa program studi DIII Keperawatan Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia Sidoarjo dan seluruh pihak yang telah membantu kelancaran penelitian ini

8. Pihak-pihak yang turut berjasa dalam penyusunan Proposal ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Penulis sadar bahwa Proposal ini belum

(7)

vii

9. mencapai kesempurnaan, sebagai bekal perbaikan, penulis akan berterima kasih apabila para pembaca berkenan memberikan masukan, baik dalam bentuk kritikan maupun saran demi kesempurnaan Proposal ini.

Penulis berharap Proposal ini bermanfaat bagi pembaca dan bagi keperawatan.

Pasuruan,………….2021 Yang menyatakan

Damay Nadiningtyas NIM. 1801057

(8)

viii DAFTAR ISI

Halaman Judul ... ii

Lembar Persetujuan ... iii

Halaman Pengesahan ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi... vii

Daftar Tabel ... ix

Daftar Lampiran ... x

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 2

1.3.1 Tujuan Umum ... 2

1.3.2 Tujuan Khusus ... 2

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

1.5 Metode Penulisan ... 4

1.5.1 Metode ... 4

1.5.2 Teknik Pengumpulan Data ... 4

1.5.3 Sumber Data ... 5

1.5.4 Studi Kepustakaan ... 5

1.6 Sistematika Penulisan... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Konsep Penyakit... 7

2.1.1 Definisi Typhoid Abdominalis ... 7

2.1.2 Etiologi Typhoid Abdominalis ... 7

2.1.3 Klasifikasi Typhoid Abdominalis ... 8

2.1.4 Manifestasi Klinis Typhoid Abdominalis ... 9

2.1.5 Patofisiologi Typhoid Abdominalis ... 14

2.1.6 Komplikasi Typhoid Abdominalis... 16

2.1.7 Pemeriksaan PenunjangTyphoid Abdominalis ... 17

2.1.8 PenatalaksanaanTyphoid Abdominalis ... 19

2.2 Konsep Klien ... 20

2.2.1 Definisi Keluarga ... 20

2.2.2 Struktur Keluarga ... 20

2.2.3 Tipe atau Bentuk Kleuarga ... 22

2.2.4 Fungsi Keluarga ... 22

2.2.5 Peranan Keluarga ... 23

2.2.6 Prinsip-prinsip Perawatan Keluarga... 24

2.3 AsuhanKeperawatan ... 25

2.3.1 Pengkajian ... 26

2.3.2 Diagnosa Keperawatan ... 31

(9)

2.3.3 Perencanaan Keperawatan ... 35

2.3.4 Implementasi ... 53

2.3.5 Evaluasi ... 53

2.4Kerangka Masalah ... 55

BAB 3 TINJAUAN KASUS 3.1 Data umum dan keluarga ... 55

3.2 Riwayat dan tahap perkembangan keluarga……… 57

3.3 Lingkungan………. 59

3.4 Sosial……….. 60

3.5 struktur keluarga………. 61

3.6 Fungsi keluarga……… 63

3.7 Stres dan koping keluarga……… 64

3.8. spiritual………... 66

3.9 riwayat kesehatan keluarga……….. 68

3.10 pola aktifitas keluarga sehari-hari……….. 70

3.11 faktor resiko masalah kesehatan……… 71

3.12 pemeriksaan fisik keluarga……… 73

3,13 tingkat kemandirian keluarga……… 74

3.14 harapan keluarga……… 75

BAB 4 TINJAUAN PEMBAHASAN 4.1 pengkajian……….. 76

4.2 diagnosa keperawatan………. 78

4.3 perencanaan keperawatan……… 80

4.4 tindakan keperawatan……….. 82

4.5 evaluasi keperawatan………. 84

BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan……… 85

5.2 Saran……….. 88

DAFTAR PUSTAKA ... 90

LAMPIRAN-LAMPIRAN a. Lembar Informed Consent ... 93

b. Lembar Konsultasi Bimbingan ... 94

(10)

x

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Tabel Halaman

2.1 Intervensi keperawatan pada pasienTyphoid Abdominalis

35

(11)

xi

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Gambar Halaman

2.1 Gambar Kerangka Masalah 55

(12)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Lampiran Halaman

Lampiran 1 Informed Consent 58

Lampiran 2 Lembar Konsultasi Bimbingan (Pembimbing 1) 59

(13)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Typhoid berasal dari bahasa Yunani “typhos” yaitu penderita demam dengan gangguan kesadaran. Typhoid merupakan penyakit infeksi yang terjadi pada usus halus yang disebabkan oleh makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh kuman Salmonella thypi (Widoyono,2011).

Demam tifoid sendiri akan sangat berbahaya jika tidak segara di tangani secara baik dan benar, bahkan menyebabkan kematian. Menurut data WHO (World Health Organisation) memperkirakan angka insidensi di seluruh dunia sekitar 17 juta jiwa per tahun, angka kematian akibat demam tifoid mencapai 600.000 dan 70% nya terjadi di Asia. Di Indonesia sendiri, penyakit tifoid bersifat endemik, menurut WHO angka penderita demam tifoid di Indonesia mencapai 81% per 100.000 (Depkes RI, 2013).

Berdasarkan data yang di peroleh Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah berdasarkan system surveilans terpadu beberapa penyaki terpilih pada tahun 2010 penderita Demam Tifoid ada 44.422 penderita, termasuk urutan ketiga dibawah diare, TBC dan selaput otak, sedangkan pada tahun 2011 jumlah penderita demam tifoid meningkat menjadi 46.142 penderita. Hal ini menunjukan bahwa kejadian demam tifoid di Jawa Tengah termasuk tinggi. (Depkes RI, 2013).

Gejala typhoid yang timbul bervariasi, mulai ringan hingga berat, bahkan demam pada sore hari. Terkadang karena ringannya gejala demam typhoid, penderita sering menganggap remeh dan enggan pergi ke dokter. Penyakit typoid yang sudah akut, gejalanya semakin serius seperti nyeri ulu hati, nyeri lambung, diare bahkan konstipasi, sakit kepala, mual, sampai muntah-muntah. Jika demam

(14)

2

typhoid tidak segera ditangani akan mengakibatkan gangguan kesadaran mulai dari ringan hingga berat. Komplikasi yang bisa terjadi pada pasien demam typhoid adalah perforasi usus, perdarahan usus, dan neuropsikiatri (koma) (Widoyono, 2011).

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Keluarga pada pasien Typhoid Abdominalis dengan masalah keperawatan defisit nutrisi di desa Cukurgondang Grati Kabupaten Pasuruan ?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Melaksanakan Asuhan Keperawatan Keluarga secara optimal pada pasien Typhoid Abdominalis dengan masalah keperawatan defisit nutrisi di desa Cukurgondang Grati Kabupaten Pasuruan.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Melakukan pengkajian Asuhan Keperawatan pada pasien Typhoid Abdominalis dengan masalah keperawatan defisit nutrisi di desa Cukurgondang Grati Kabupaten Pasuruan.

2. Menetapkan diagnosa keperawatan keluarga pada pasien Typhoid Abdominalis dengan masalah keperawatan defisit nutrisi di desa Cukurgondang Grati Kabupaten Pasuruan.

3. Menyusun perencanaan keperawatan keluarga pada pasien Typhoid Abdominalis dengan masalah keperawatan defisit nutrisi di desa Cukurgondang Grati Kabupaten Pasuruan.

(15)

4. Melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien Typhoid Abdominalis dengan masalah keperawatan defisit nutrisi di desa Cukurgondang Grati Kabupaten Pasuruan.

5. Melakukan evaluasi pelaksanaan tindakan keperawatan keluarga pada pasien Typhoid Abdominalis dengan masalah keperawatan defisit nutrisi di desa Cukurgondang Grati Kabupaten Pasuruan

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu sumber informasi bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan ilmu kesehatan serta teori- teori kesehatan, khususnya dalam penerapan asuhan keperawatan keluarga pada pasien Typhoid Abdominalis.

1.4.2 Praktis

1. Institusi pendidikan

Dapat digunakan sebagai sumber informasi bagi institusi dalam meningkatkan mutu pendidikan pada masa yang akan datang.

2. Bagi klien/keluarga

Memperoleh informasi tentang pengetahuan Typhoid Abdominalis, upaya perawatan pada pasien Typhoid Abdominalis dengan masalah keperawatan defisit nutrisi, pencegahan Typhoid Abdominalis sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

(16)

3. Bagi Peneliti

Memperoleh pengalaman dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga serta mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama pendidikan khususnya dalam penerapan asuhan keperawatan keluarga pada pasien Typhoid Abdominalis.

1.5 Metode Penelitian 1.5.1 Metode

Metode yang digunakan penulis adalah metode deskriptif yaitu metode yang sifatnya mengungkapkan peristiwa atau gejala yang terjadi pada waktu sekarang yang meliputi studi kepustakaan yang mempelajari, mengumpulkan, membahas data dengan studi pendekatan proses keprawatan dengan langkah- langkah pengkajian, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, dan evalusi.

1.5.2 Teknik Pengumpulan Data 1. Wawancara

Data diambil/diperoleh melalui percakapan baik dengan klien, dan keluarga klien

2. Observasi

Data yang diambil melalui pengamatan kepada klien 3. Pemeriksaan Fisik

Meliputi pemeriksaan fisik dan data laboratorium yang menunjang menegakkan diagnosa dan penanganan selanjutnya

(17)

1.5.3 Sumber Data 1. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari klien.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari keluarga atau orang terdekat klien, hasil-hasil pemeriksaan dan tim kesehatan lain.

1.5.4 Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan yaitu mempelajari buku sumber yang berhubungan dengan judul kasus dan masalah yang dibahas.

1.6 Sistematika Penulisan

Supaya lebih jelas dan lebih mudah dalam mempelajari dan memahami studi kasus ini, secara secara keseluruhan di bagi menjadi tiga bagian, yaitu :

1.6.1 Bagian awal

Memuat halaman judul, persetujuan pembimbing, pengesahan, kata pengantar, daftar isi.

1.6.2 Bagian inti

Bagian ini terdiri dari lima bab, yang masing-masing bab terdiri dari sub-bab berikut

ini :

1. Bab 1: Pendahuluan berisi latar belakang masalah, tujuan, manfaat, penelitian, dan sistematika penulisan studi kasus.

2. Bab 2: Tinjauan Pustaka berisi tentang konsep penyakit dari sudut medis dan asuhan keperawatan klien dengan diagnosa Typhoid Abdominalis serata kerangka masalah

(18)

3. Bab 3: Tinjauan kasus berisi tentang diskripsi data hasil pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi

4. Bab 4: Pembahasan berisi tentang perbandingan antara teori dengan kenyataan yang ada di lapangan

5. Bab 5 : Penutup, berisi tentang simpulan dan saran.

6. Bagian akhir, terdiri dari daftar pustaka dan lampiran.

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Penyakit

2.1.1 Definisi Typhoid Abdominalis

Demam typhoid adalah suatu penyakit infeksi oleh bakteri Salmonella typhii dan bersifat endemik yang termasuk dalam penyakit menular (Cahyono, 2010).Demam typhoid atau sering disebut dengan tifus abdominalis adalah penyakit infeksi akut pada saluran pencernaan yang berpotensi menjadi penyakit multi sistemik yang disebabkan oleh salmonella typhi (Muttaqin, A & Kumala, S.

2011)

Demam typhoid atau Typhoid Fever ialah suatu sindrom sistemik terutama disebabkan oleh Salmonella typhi. Demam typhoid merupakan jenis terbanyak dari salmonelosis.Jenis lain dari demam enterik adalah demam paratifoid yang disebabkan oleh S. paratyphi A, S. schottmuelleri (semula S. paratyphi B), dan S.

hirschfeldii (semula S. paratyphi C).Demam Typhoid memperlihatkan gejala lebih berat dibandingkan demam enterik yang lain (Widagdo, 2011).

2.1.2 Etiologi Typhoid Abdominalis

Menurut Widagdo (2011), penyebab dari demam typhoid adalah salmonella typhi, termasuk dalam genus salmonella yang tergolong dalam famili enterobacteriaceae. Salmonela bersifat bergerak, berbentuk batang, tidak membentuk spora, tidak berkapsul, gram (-).Tahan terhadap berbagai bahan kimia, tahan beberapa hari/ minggu pada suhu kamar, bahan limbah, bahan makanan kering, bahan farmasi dan tinja. Salmonela mati pada suhu 54.4º C dalam 1 jam,

(20)

atau 60º C dalam 15 menit. Salmonela mempunyai antigen O (stomatik), adalah komponen dinding sel dari lipopolisakarida yang stabil pada panas, dan anti gen H (flagelum) adalah protein yang labil terhadap panas. Pada S. typhi, juga pada S.

Dublin dan S. hirschfeldii terdapat anti gen Vi yaitu poli sakarida kapsul.

Menurut Sodikin (2011), penyebab penyakit demamtyphoid adalah jenis salmonella thyposha, kuman ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Hasil gram negatif yang bergerarak dengan bulu getar dan tidak berspora.

2. Yang terdiri atas zat kompleks lipopolisakarida), antigen H (flagella), dan antigen Vi. Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratoriun pasien, biasanya terdapat zat anti (aglutinin) terhadap ketiga macam antigen tersebut.

2.1.3 Tanda dan gejala Typhoid Abdominalis

Masa inkubasi demam typhoid berlangsung antara 10-14 hari. Gejalagejala klinis yang timbul sangat bervariasi dari ringan sampai dengan berat, dari asimtomatik hingga gambaran penyakit yang khas disertai komplikasi hingga kematian.

Pada minggu pertama gejala klinis penyakit ini ditemukan keluhan dan gejala serupa dengan penyakit infeksi akut lain yaitu demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak diperut, batuk dan epistaksis. Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu badan meningkat. Sifat demam adalah meningkat perlahan – lahan terutama pada sore hari hingga malam hari. (Perhimpunan Dokter Spesial Penyakit dalam Indonesia, 2014).

Masa tunas 7-14 hari, selama inkubasi ditemukan gejala prodromal ( gejala awal tumbuhnya penyakit/gejala yang tidak khas ) yaitu:

(21)

1. Perasaan tidak enak badan 2. Nyeri kepala

3. Pusing 4. Diare 5. Anoreksia 6. Batuk 7. Nyeri otot

8. Muncul gejala klinis yang lain

Demam berlangsung 3 minggu. Minggu pertama: demam ritmen, biasanya menurun pagi hari, dan meningkat pada sore dan malam hari. Minggu kedua : demam terus. Minggu ketiga : demam mulai turun secara berangsur-angsur, gangguan pada saluran pencernaan, lidah kotor yaituditutupi selaput kecoklatan kotor, ujung dan tepi kemerahan, jarang disertai tremor, hati dan limpa membesar yang nyeri pada perabaan, gangguan pada kesadaran, kesadaran yaitu apatis- samnolen. Gejala lain ”RESEOLA” ( bintik-bintik

kemerahan karena emboli hasil dalam kapiler kulit ) ( Kapita selekta, kedokteran, jilid 2 )

2.1.4 Anatomi fisiolgi Typhoid Abdominalis 1. Mulut

Mulut merupakan bagin pertama dari pencernaan. Dinding kavum oris memiliki struktur untuk fungsi mastikasi (pengunyahan), dimana makanan akan dipotong, dihancurkan oleh gigi dan dilembabkan oleh saliva (sodikin, 2011).

(22)

2. Lidah

Lidah tersusun atas otot yang pada bagian atas dan sampingnya dilapisi dengan mukosa, lidah pada neonates relative pendek dan lebar. Lidah berfungsi membolak-balikan makanan sehingga semua makanan dihancurkan secara merata.selain itu, lidah berfungsi membantu menelan makanan (Sodikin, 2011).

3. Gigi

Gigi mempunyai ukuran berbeda – beda. Setiap gigi memiliki tiga bagian yaitu mahkota yang terlihat di atas gusi, leher yang ditutupi oleh gusi dan akar yang ditahan oleh soket tulang. Fungsi gigi untuk mengunyah makanan(Sodikin, 2011).

4. Esofagus/kerongkongan

Esophagus merupakan tuba otot dengan ukuran 8 – 10 cm dari kartilago krikoid sampai bagian kardia lambung. Panjangnya bertambah selama 3 tahun setelah kelahiran, selanjutnya kecepatan pertumbuhan lebih lambat mencapai panjang dewasa 23 – 30 cm.

Kerongkonan atau esophagus berfungsi menyalurkan makanan dari mulut ke lambung. Secara anatomis di depan esophagus adalah trachea dan kelenjar tiroid, jantung, serta diafragma, sedangkan dibagian belakangnya adalah kolumna vertebralis (Sodikin,

2011).

5. Lambung

Lambung berbentuk lebar dan merupakan bagian yang dapat berdilatasi dari saluran cerna. Bentuk lambung bervarisi bergantng dari jumlah makanan

(23)

didalamnya, adanya gelombang peristaltik, tekanan dari organ lain, dan postur tubuh. Posisi dan bentuk lambung juga sangat bervariasi, biasanya memiliki bentuk

“J”, dan terletak di kuadran kiri atas abdomen. Fungsi utama lambung adalah menyiapkan makanan untuk dicerna di usus, memecah makanan, penambahan cairan setengah cair dan meneruskannya ke duodenum. Makanan disimpan di dalam lambung lalu dicampur dengan asam, mucus, dan pepsin, kemudian dilepaskan pada kecepatan mantap terkontrol ke dalam duodenum (Sodikin, 2011).

Secara mekanisme lambung juga mencerna makanan secara kimiawi.

Lambung menghasilkan suatu cairan yang mengandung air, lender, asam lambung (HCL), serta enzim renin dan pepsinogen. Karena sifatnya yang asam, cairan lambung dapat membunuh kuman yang masuk bersama makanan. Sementara itu, enzim rennin akan mengumpulkan protein susu yang ada di dalam air susu sehingga dapat dicerna lebih lanjut. Pepsinogen akan diaktifkan oleh HCL menjadi pepsin yang berfunsi memecah protein menjadi pepton

(Budiyono, 2011).

6. Usus kecil

Usus kecil terbagi menjadi duodenum, jejunum, dan ileum. Usus kecil memiliki panjng 300- 350 cm saat lahir, mengalami peningkatan sekitar 50 % selama tahun pertama kehidupan, dan berukuran ± 6 meter saat dewasa. Duodenum merupakan bagian terpendek dari ususkecil yaitu sekitar 7,5 – 10 cm dengan diameter 1 – 1,5 cm. dinding usus terbagi menjadi 4 lapisan,yaitu mukosa, sub mukosa, muskuler, dan serosa(peritoneal) (Sodikin,2011). Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pylorus

(24)

dalam jumlah yang bisa dicerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan mengirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan makanan (Budiyono, 2011).

Duodenum menerima enzim pankreatik dari pankreas dan empedu dari hati.

Cairan tersebut (yang masuk ke dalam duodenum melalui lubang yang disebut sfingter oddi) merupakan bagian yang penting dari proses pencernaan dan penyerapan. Gerakan peristaltic juga membantu pencernaan dan penyerapan dengan cara mengaduk dan mencampurnya dengan zat yang dihasilkan oleh usus.

Beberapa senti pertama dari lapisan duodenum adalah licin tetapi sisanya memiliki lipatan-lipatan, tonjoan-tonjolan kecil (vili) dan tonjolan yang lebih kecil (mikrovili) (Budiyono, 2011).

7. Pankreas

Pankreas merupakan suatu organ yang terdiri dari 2 jaringan dasar yaitu asini yang menghasilkan enzim-enzim pencernaan dan pulau pancreas yang menghasilkan hormon. Pankreas melepaskan enzim pencernaan kedalam duodenum dan melepaskan hormon ke dalam darah (Budiyono, 2011).

Tiga hormon yang dihasilkan oleh pankreas adalah :

a. Insulin, yang berfungsi menurunkan kadar gula dalam darah.

b. Glucagon, yang berfungsi menaikkan kadar gula dalam darah.

c. Somatostatin, yang berfungsi menghalangi pelepasan kedua hormone lainnya (insulin dan glucagon) (Budiyono, 2011).

8. Kandung dan Saluran empedu

Empedu mengalir dari hati melalui duktus hepatikus kiri dan kanan, yang selanjutnya bergabung membentuk duktus hepatikus umum. Saluran ini kemudian bergabung dengan sebuah saluran yang berasal dari kandung empedu (duktus

(25)

sistikus) untuk membentuk saluran empedu umum. Duktus pankreatikus bergabung dengan saluran empedu umu dan masuk ke dalam duodenum (Budiyono, 2011).

Menurut Budiyono (2011), empedu memiliki 2 fungsi penting:

a. Membantu pencernaan dan penyerapan lemak

b. Berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama hemoglobin yang berasal dari penghacuran sel darah merah dan kelebihan kolesterol.

9. Usus Besar

Menurut Budiyono (2011), usus besar terdiri dari : a. Kolon asendens (kanan)

b. Transversum

c. Kolon desendens (kiri)

d. Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum).

Apendiks (usus buntu) merupakan suatu tonjolan kecil yang berbentuk seperti tabung, yang terletak di kolon asendens, pada perbatasan kolon asendens dengan usus halus. Usus besar menghasilkan lendir dan berfungsi menyerap air dan elektrolit dari tinja. Ketika mencapai usus besar, isi usus berbentuk cairan, tetapi ketika mencapai rektum bentuknya menjadi padat. Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi.bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, sperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri di dalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare (Budiyono, 2011).

(26)

10. Rektum dan Anus

Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar. Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang penting untuk menunda buang air besar (Budiyono, 2011). Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari.Sebagai anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lainnya dari usus.Suatu cincin berotot (sfingter ani) menjaga agar anus tetap tertutup (Budiyono, 2011).

2.1.5 Patofisiologi Typhoid Abdominalis

Kuman salmonella typhi yang masuk ke saluran gastrointestinal akan di telan oleh sel-sel fagosit ketika masuk melewati mukosa dan oleh makrofag yang ada di dalam laminaprophia. Sebagian dari salmonella typhi ada yang dapat masuk ke usus halus mengadakan invaginasi kejarinagn limfoid usus halus (lakpeyer) dan jaringan limfoid mesenterika.Kemudian salmonella typhi masuk melalui folikel limfa ke saluran limphatik dan sirkulasi darah sistemik sehingga terjadi bakterimia.

Bakterimia pertama-tama menyerang sistem retikulo endothelial (RES) yaitu : hati, limpa, dan tulang, kemudian selanjutnya mengenai seluruh organ di dalam tubuh

(27)

antara lain sistem saraf pusat, ginjal, dan jaringan limpa (Curtis, 2006 dalam Muttaqin & Sari, 2011)

Usus yang terserang tifus umumnya ileum distal, tetapi kadang bagian lain usus halus dan kolon proksimal juga di hinggapi.Pada mulanya, plakatpeyer penuh dengan vagosit, membesar, menonjol, dan tampak seperti infiltrate atau hyperplasia dimukosa usus (Hidayat, 2005 dalam Muttaqin & Sari, 2011). Pada akhir minggu pertama infeksi, terjadi nekrosis dan tukak.Tukak ini lebih besar di ileum dari pada di kolon sesuai dengan ukuran plakpeyer yang ada disana. Kebanyakan tukaknya dangkal, tetapi kadang lebih dalam sampai menimbulkan perdarahan.Perforasi terjadi pada tukak yang menembus serosa.Setelah penderita sembuh, biasanya ulkus membaik tanpa meninggalkan jaringan parut dan fibrosis (Brusch, 2009 dalam Muttaqin & Sari, 2011).

Masuknya kuman kedalam intestinal terjadi pada minggu pertama dengan tanda dan gejala suhu tubuh naik turun khususnya suhu akan naik pada malam hari dan akan menurun menjelang pagi hari. Demam yang terjadi pada masa ini di sebut demam interminten (suhu yang tinggi, naik turun, dan turunnya dapat mencapai normal). Disamping peningkatan suhu tubuh, juga akan terjadi obstipasi sebagai akibat penurunan motilitas suhu, namun hal ini tidak selalu terjadi dan dpat pula terjadi sebalinya. Setelah kuman melewati fase awal intestinal, kemudian masuk ke sirkulasi sistemik dengan tanda peningkatan suhu tubuh yang sangat tinggi dan tanda-tanda infeksi pada ERS seperti nyeri perut kanan atas, splenomegali, dan hepatomegali (Chaterjee, 2009 dalam Muttaqin & Sari, 2011). Pada minggu selanjutnya dimana infeksi fokal intestinal terjadi dengan tanda-tanda suhu tubuh masih tetap tinggi, tetapi nilainya lebih rendah dari fase bakterimia dan berlangsung

(28)

terus menerus (deman kontinu), lidah kotor, tepi lidah hiperemesis, penurunan peristaltik, gangguan digesti dan absorpsi sehingga akan terjadi distensi, diare dan pasien merasa tidak nyaman. Pada masa ini dapat terjadi perdarahan usus, perforasi, dan peritonitis dengan tanda distensi abdomen berat, peristaltik menurun bahkan hilang, melena, syok, dan penurunan kesadaran (Parry, 2002 dalam Muttaqin &

Sari, 2011).

(29)

F. PATHWAY

(30)

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang Typhoid Abdominalis 1. Pemeriksaan Laboratorium.

a. Pemeriksaan Leukosit.

Pada kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi dalam batas normal, malahan kadang terdapat leukositosis, walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder.

b. Pemeriksaan SGOT dan SGPT.

Jumlah SGOT dan SGPT akan meningkat, tetapi akan kembali normal setelah sembuh dari demam typhoid.

c. Tes Widal.

Tes widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan anti bodi (aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella terdapat dalam serum pasien demam typhoid, juga pada orang yang pernah ketularan salmonella dan pada orang yang pernah divaksinasi terhadap demam typhoid.Anti gen yang digunakan pada tes widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Maksud tes widal adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum pasien yang disangka menderita demam typhoid.

Akibat infeksi oleh kuman salmonella, pasien membuat anti bodi (aglutinin) yaitu :

• Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh kuman).

• Aglutinin H, karena rangsangan antigen H (berasal dari flagelakuman).

• Aglutinin Vi, karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai kuman). Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernyauntuk diagnosis.

(31)

Makin tinggi titernya, makin besar kemungkinan pasien menderita demam typhoid. Pada infeksi yang aktif, titer uji widal akan meningkat pada pemeriksaan ulang yang dilakukan selang paling sedikit 5 hari.

d. Biakan Darah.

Biakan darah positif memastikan demam typhoid, tetapi biakan darah negatif tidak menyingkirkan demam typhoid, karena pada pemeriksaan minggu pertama penyakit berkurang dan pada minggu-minggu berikutnya pada waktu kambuh biakan akan positif

lagi.

2.1.8 Komplikasi Typhoid Abdominalis

Menurut sodikin (2011) komplikasi biasanya terjadi pada usus halus,namun haal tersebut jarang terjadi. Apabila komplikasi ini terjadi pada seorang anak, maka dapat berakibat fatal. Gangguan pada usus halus dapat berupa

a. Perdarahan usus

Apabila perdarahan terjadi dalam jumlah sedikit, perdarahan tersebut hanya dapat ditemukan jika dilakukan pemeriksaan feses dengan benzidin, jika perdarahan banyak maka dapat terjadi melena yang bisa disertai nyeri perut dengan tanda- tanda renjatan. Perforasi usus biasanya timbul pada minggu ketigaatau setelahnya dan terjadi pada bagian usus distal ileum.

b. Perforasi yang tidak disertai peritonitis hanya dapat ditemukan bila terdapat udara di rongga peritoneum, yaitu pekak hati menghilang dan terdapat udara diantara hati dan diafragma pada foto rontgen abdomen yang dibuat dalam keadaan tegak. c. Peritonitis

(32)

Peritonitis biasanya menyertai perforasi, namun dapat juga terjadi tanpa perforasi usus. Ditemukan gejala abdomen akut seperti nyeri perut yang hebat, dinding abdomen tegang (defebce musculair) dan nyeri tekan.

d. Komplikasi diluar usus

Terjadi lokalisasi peradangan akibat sepsis (bacteremia), yaitu meningitis, kolesistisis, ensefalopati, dan lain – lain. Komplikasi diluar usus ini terjadi karena infeksi sekunder, yaitu bronkopneumonia.

2.1.9 Diagnosa keperawatan Typhoid Abdominalis

Menurut Mutaqin & kumala (2011), diagnosa keperawatan yang dapatmuncul pada penyakit demam typhoid adalah :

1. Ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan infeksi.

2. Nyeri akut berhubungan dengan saluran gastrointestinal.

3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kekurangan asupan nutrisi.

4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.

5. Diare berhungan dengan proses infeksi

6. Kontipasi berhubungan dengan asupan cairan yang tidak mencukupi.

7. Gangguan pola tidur berhubungan dengan suhu dan lingkungan sekitar.

8. Ansietas berhubungan dengan prognosis penyakit, misinterpretasi informasi.

9. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, salah interprestasi informasi, kurang pajanan, kurang minat dan belajar.

10. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum.

2.1.10 Penatalaksanaan Typhoid Abdominalis 1. Tirah baring atau bed rest.

(33)

2. Diit lunak atau diit padat rendah selulosa (pantang sayur dan buahan), kecuali komplikasi pada intestinal.

3. Obat-obat : a. Antimikroba :

• Kloramfenikol 4 X 500 mg sehari/iv

• Tiamfenikol 4 X 500 mg sehari oral

• Kotrimoksazol 2 X 2 tablet sehari oral (1 tablet = sulfametoksazol 400 mg + trimetoprim 80 mg) atau dosis yang sama iv, dilarutkan dalam 250 ml cairan infus.

• Ampisilin atau amoksisilin 100 mg/kg BB sehari oral/iv, dibagi dalam 3 atau 4 dosis. Antimikroba diberikan selama 14 hari atau sampai 7 hari bebas demam.

b. Antipiretik seperlunya

c. Vitamin B kompleks dan vitamin C

4. Mobilisasi bertahap setelah 7 hari bebas demam.

2.1.11 Rencana keperawatan Typhoid Abdominalis

Menurut NANDA (2012), dalam rencana keperawatan pada pasien dengan penyakit demam typhoid adalah :

1. Ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan infeksi.

Tujuan : suhu tubuh dalam batas normal Intervensi : a. Monitor suhu tubuh minimal tiap 2 jam b. Monitor TD, nadi, dan RR

c. Monitor suhu kulit dan warna

(34)

d. Monito tanda – tanda hipertermi dan hipotermi e. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi

f. Ajarkan pasien cara mencegah keletihan akibat panas

g. Ajarkan indikasi dari hipotermi dan penanganan yang diperlukan h. Kolaborasi dengan dokter pemberian antipiretik

2. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury biologis Tujuan : nyeri berkurang atau hilang.

Intervensi :

a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi.

b. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan.

c. Berikan lingkungan yang kondusif.

d. Kurangi faktor presipitasi nyeri.

e. Ajarkan teknik non farmakologi untuk mengurangi nyeri (teknik nafas dalam) f. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.

3. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kekurangan asupan cairan. Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi Intervensi :

a. Kaji intake dan output pasien.

b. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat.

c. Monitor vital sign.

d. Monitor status nutrisi.

e. Kolaborasi pemberian cairan IV.

f. Dorong masukan oral.

4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.

(35)

Tujuan : kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi.

Intervensi :

a. Kaji adanya alergi makanan.

b. Monitor intake output pasien

c. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang di butuhkan pasien.

d. Berikan makanan yang sudah di konsultasikan dengan ahli gizi e. Berikan infoermasi tentang kebutuhan nutrisi.

f. Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang di butuhkan.

5. Diare berhubungan dengan proses infeksi Tujuan : diare dapat di kendalikan atau di hilangkan

Intervensi :

a. Ajarkan pada orang tua mengenai perawatan anak, pemberian makanan dan minuman.

b. Keseimbangan elektrolit dalam batas normal.

c. Jelaskan obat-obatan yang di berikan, efek samping dan kegunaannya d. Tingkatkan keseimbangan cairan

e. Anjurkan banyak minum air.

f. Biasakan cuci tangan dengan sabun dan air tiap kali sesudah buang air besar atau kecil dan sebelum menyiapkan makanan.

6. Kontipasi berhubungan dengan asupan cairan yang tidak mencukupi.

Tujuan : Kontipasi menurun Intervensi :

a. Mempertahankan pola eliminasi defekasi yang teratur.

b. Manajemen kontipasi/inpakasi

(36)

c. Manajemen cairan : tingkatkan keseimbangan cairan dan cegah komplikasi akibat kadar cairan yang tidak normal atau tidak di inginkan.

d. Konsultasi dengan ahli gizi untuk meningkatkan serat dan cairan dalam diet.

7. Gangguan pola tidur berhubungan dengan suhu dan lingkungan sekitar.

Tujuan : Kebutuhan tidur pasien adekuat.

Intervensi :

a. Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat.

b. Kaji pola tidur pasien.

c. Ciptakan lingkungan yang nyaman.

d. Kolaborasi pemberian obat tidur

e. Diskusikan keluarga dengan pasien dan keluarga tentang teknik tidur pasien.

f. Catat kebutuhan tidur pasien setiap hari dan jam.

8. Ansietas berhubungan dengan prognosis penyakit, misinterprestasi informasi.

Tujuan : secara subjektif melaporkan rasa cemas berkurang.

Intervensi :

a. Gunakan pendekatan yang menenangkan.

b. Kaji tingkat kecemasan c. Jelaskan semua prosedur

d. Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan.

e. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi.

f. Intruksikan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi

g. Temani pasien untuk memberikan kenyamanan dan mengurangu takut.

h. Dorong keluarga untuk menemani anak.

i. Berikan obat untuk mengurangi kecemasan.

(37)

9. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, salah interprestasi informasi, kurang pajanan, kurang minat dan belajar.

Tujuan : pasien mampu melaksanakan apa yang telah di informasikan.

Intervensi :

a. Kaji pengetahuan awal pasien dan keluarga

b. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.

c. Gambarkan proses penyakit dengan cara yang cepat.

d. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa mucul pada penyakit.

e. Berikan pada pasien dan keluarga tentang informasi yang tepat.

10. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.

Tujuan : Aktivitas kembali normal.

Intervensi :

a. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktifitas tyang mampu dilakukan.

b. Bantu untuk memilih aktifitas konsisten yang sesuai dengan kamapuan fisik, psikologi, dan sosial.

c. Bantu untuk mendapatkan alat bantuan aktifitas.

d. Bantu pasien/ keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktifitas e. Monitor respon fisik, emosi

2.2 Konsep Klien 2.2.1 Definisi Keluarga

Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena hubungan darah, perkawinan, dan adopsi dalam satu rumah tangga berinteraksi satu dengan

(38)

lainnya dalam peran dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya (Andarmoyo, 2016).

Keluarga adalah suatu sistem sosial yang berisi dua atau lebih orang yang hidup bersama yang mempunyai hubungan darah, perkawinan, atau adopsi, tinggal bersama dan saling menguntungkan, mempunyai tujuan bersama, mempunyai generasi penerus, saling pengertian dan saling menyayangi (Zentner, 2017).

2.2.2 Tipe Keluarga

Menurut Widagdo (2016), tipe keluarga dibedakan menjadi dua jenis diantaranya, yaitu :

1. Tipe keluarga tradisional

a. Nuclear family (keluarga inti) yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami, istri dan anak (kandung atau angkat).

b. Extended family (keluarga besar) yaitu keluarga inti ditambah dengan keluarga lain yang mempunyai hubungan darah, misalnya kakek, nenek, paman, bibi atau keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu rumah, seperti nuclear family disertai: paman, tante, orang tua (kakek-nenek), keponakan.

c. Dyad family merupakan keluarga yang terdiri dari suami istri namun tidak memiliki anak

d. Single-parent (orang tua tunggal) yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua dengan anak (kandung atau angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau kematian.

(39)

e. Single adult adalah suatu rumah tangga yang hanya terdiri dari seorang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya atau perpisahan (perceraian atau ditinggal mati).

f. Middle-aged orerdely couple dimana orang tua tinggal sendiri dirumah dikarenakan anak-anaknya telah memiliki rumah tangga sendiri.

g. Kit-network family yaitu beberapa keluarga yang tinggal bersamaan dan menggunakan pelayanan bersama.

2. Tipe keluarga non tradisional

1. Unmaried teenage mother yaitu keluarga yang terdiri dari orang tua dan anak tanpa adanya ikatan pernikahan.

2. Cohabitating couple merupakan orang dewasa yang tinggal bersama tanpa adanya ikatan pernikahan karena beberapa alasan tertentu.

3. Gay and lesbian family merupakan seorang yang memiliki persamaan jenis kelamin tinggal satu rumah layaknya suami-istri.

4. Nonmarital Hetesexual Cohabiting family, keluarga yang hidup bersama tanpa adanya pernikahan dan sering berganti pasangan.

5. Faster family, keluarga menerima anak yang tidak memiliki hubungan darah dalam waktu sementara.

2.2.3 Struktur Keluarga

Menurut Setyawan (2016), struktur sebuah keluarga memberikan gambaran tentang bagaimana suatu keluarga itu melaksanakan fungsinya dalam masyarakat yang ada di Indonesia yang tediri dari bermacam-macam, diantaranya:

1. Patrilineal

(40)

Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.

2. Matrilineal

Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.

3. Matrilokal

Sepasang suami-istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.

4. Patrilokal

Sepasang suami-istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.

5. Keluarga menikah

Hubungan suami-istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.

2.2.4 Fungsi Keluarga

Menurut Harnilawati (2015), fungsi keluarga terbagi atas : 1. Fungsi Afektif

Fungsi ini merupakan presepsi keluarga terkait dengan pemenuhan kebutuhan psikososial sehingga mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain.

(41)

2. Fungsi Sosialisasi

Sosialisasi merupakan proses perkembangan individu sebagai hasil dari adanya interaksi sosial dan pembelajaran peran sosial. Fungsi ini melatih agar dapat beradaptasi dengan kehidupan sosial.

3. Fungsi Reproduksi

Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menjaga kelangsungan keluarga.

4. Fungsi Ekonomi

Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan secara ekonomi dan mengembangkan kemampuan individu dalam meningkatkan penghasilan.

5. Fungsi Kesehatan

Menyediakan kebutuhan fisik-makanan, pakaian, tempat tinggal, perawatan kesehatan.

2.2.5 Peranan Keluarga

Peran adalah sesuatu yang diharapkan secara normatif dari seorang dalam situasi sosial tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan. Peran keluarga adalah tingakah laku spesifik yang diharapkan oleh seseorang dalam konteks keluarga. Jadi peranan keluarga menggambarkan seperangkap perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu.

(42)

Peranan dalam individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok, dan masyarakat (Setiadi, 2013). Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing antara lain adalah:

1. Ayah sebagai pemimpin keluarga mempunyai peran sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung/pengayong, pemberi rasa aman bagi setiap anggota keluarga, dan juga sebagai anggota masyarakat, kelompok sosial tertentu.

2. Ibu sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-anak, pelindung keluarga dan juga sebagai pencari nafka tambahan keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok sosial tertentu.

3. Anak berperan sebagai spisikososial sesuai dengan perkembangan fisik, mental, sosial, dan spiritual.

2.2.6 Prinsip-Prinsip Perawatan Keluarga

Menurut Setiadi (2018), ada beberapa prinsip penting yang perlu diperhatikan dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga yaitu :

1. Keluarga sebagai unit atau satu kesatuan dalam pelayanan kesehatan.

2. Dalam memberikan Asuhan Keperawatan Kesehatan keluarga sehat sebagai tujuan utama.

3. Asuhan keperawatan yang diberikan sebagai sarana dalam mencapai peningkatan kesehatan keluarga. Dalam memberikan Asuhan Keperawatan keluarga, perawat melibatkan peran aktif seluruh keluarga dalam merumuskan masalah dan ebutuhan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatannya.

4. Lebih mengutamakan kegiatan-kegiatan yang bersifat promotif dan preventif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.

(43)

5. Dalam memberikan Asuhan Keperawatan kesehatan keluarga, keluarga memanfaatkan sumber daya keluarga semaksimal mungkin untuk kepentingan kesehatan keluarga.

6. Sasaran Asuhan Keperawatan kesehatan keluarga adalah keluarga secara keseluruhan.

7. Pendekatan yang dipergunakan dalam memberikan Asuhan Keperawatan kesehatan keluarga adalah pendekatan pemecahan masalah dengan menggunakan proses keperawatan.

8. Kegiatan utama dalam memberikan Asuhan Keperawatan kesehatan keluarga adalah penyuluhan kesehatan dan Asuhan Keperawatan kesehatan dasar atau perawatan dirumah.

9. Diutamakan terhadap keluarga yang termasuk resiko tinggi.

2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Typus Abdominalis

Dalam asuhan keperawatan pada pasien dengan typus abdominalis proses yang digunakan adalah dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.

Proses keperawatan adalah suatu metode sistematik untuk mengkaji respon manusia terhadap masalah-masalah dan membuat rencana keperawatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah tersebut. Proses keperawatan mencakup pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi.

(44)

2.3.1 Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah utama dari proses keperawatan.

Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam menemukan status kesehatan dan pola kebiasaan klien.

a. Identitas Klien

Didalam identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, no.

Registerasi, status perkawinan, agama, pekerjaan, tinggi badan, berat badan, tanggal masuk rumah sakit.

b. Keluhan Utama

Keluhan Utama paa pasien Thypoid biasanya mengeluh perut merasa mual dan kembung, nafsu makan menurun, panas dan demam.

c. Riwayat Penyakit Dahulu Apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit Thypoid, apakah pasien menderita penyakit lainnya.

d. Riwayat Penyakit Sekarang

Pada umumnya penyakit pada pasien Thypoid adalah demam, anorexia, mual, muntah, diare, perasaan tidak enak di perut, pucat (anemi), nyeri kepala/pusing, nyeri otot, lidah tifoid (kotor), gangguan kesadaran berupa somnolen sampai koma.

1. Riwayat Kesehatan Keluarga

(45)

Apakah dalam kesehatan keluarga ada yang pernah menderita Thypoid atau sakit yang lainnya.

2. Riwayat Psikososial

Psiko sosial sangat berpengaruh sekali terhadap psikologis pasien, dengan timbul gejala-gejala yang dalami, apakah pasien dapat menerima pada apa yang dideritanya.

e. Pola-Pola Fungsi Kesehatan

1. Pola pesepsi dan tatalaksana kesehatan Perubahan penatalaksanaan kesehatan yang dapat menimbulkan masalah dalam kesehatannya.

2. Pola nutrisi dan metabolisme Adanya mual dan muntah, penurunan nafsu makan selama sakit, lidah kotor, dan rasa pahit waktu makan sehingga dapat mempengaruhi status nutrisi berubah.

3. Pola aktifitas dan latihan Pasien akan terganggu aktifitasnya akibat adanya

4. kelemahan fisik serta pasien akan mengalami keterbatasan gerak akibat penyakitnya.

5. Pola tidur dan aktifitas Kebiasaan tidur pasien akan terganggu dikarenakan suhu badan yang meningkat, sehingga pasien merasa gelisah pada waktu tidur.

6. Pola eliminasi Kebiasaan dalam BAK akan terjadi refensi bila dehidrasi karena panas yang meninggi, konsumsi cairan yang tidak sesuai dengan kebutuhan.

(46)

7. Pola reproduksi dan sexual Pada pola reproduksi dan sexual pada pasien yang telah atau sudah menikah akan terjadi perubahan.

8. Pola persepsi dan pengetahuan Perubahan kondisi kesehatan dan gaya hidup akan mempengaruhi pengetahuan dan kemampuan dalam merawat diri.

9. Pola persepsi dan konsep diri Terjadi perubahan apabila pasien tidak efektif dalam mengatasi masalah penyakitnya.

10. Pola penanggulangan stress Stres timbul apabila seorang pasien tidak efektif dalam mengatasi masalah penyakitnya.

11. Pola hubungan interpersonil Adanya kondisi kesehatan mempengaruhi terhadap hubungan interpersonal dan peran serta mengalami tambahan dalam menjalankan perannya selama sakit.

12. Pola tata nilai dan kepercayaan Timbulnya distres dalam spiritual pada pasien, maka pasien akan menjadi cemas dan takut akan kematian, serta kebiasaan ibadahnya akan terganggu.

f. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan umum biasanya pada pasien typus mengalami badan lemah, panas, pucat, mual, perut tidak enak, anoresia.

2) Kepala dan leher

Kepala tidak ada bernjolan, rambut normal, kelopak mata normal, konjungtiva anemia, mata cowong, muka tidak edema, pucat/bibir kering, lidah kotor, ditepi dan ditengah merah, fungsi

pendengran normal leher simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.

3) Dada dan Abdomen

(47)

Dada normal, bentuk simetris, pola nafas teratur, didaerah abdomen ditemukan nyeri tekan.

4) Sistem respirasi

Apa ada pernafasan normal, tidak ada suara tambahan, dan tidak terdapat cuping hidung.

5) Sistem kardiovaskuler

Biasanya pada pasien dengan typoid yang ditemukan tekanan darah yang meningkat akan tetapi bisa didapatkan tachiardi saat pasien mengalami peningkatan suhu tubuh.

6) Sistem integument

Kulit bersih, turgor kulit menurun, pucat, berkeringat banyak, akral hangat.

7) Sistem eliminasi

Pada pasien typoid kadang-kadang diare atau konstipasi, produk kemih pasien bisa mengalami penurunan (kurang dari normal). N ½ -1 cc/kg BB/jam.

8) Sistem muskuloskeletal

Apakah ada gangguapada ekstremitas atas dan bawah atau tidak ada gangguan.

9) Sistem endokrin

Apakah di dalam penderita thyphoid ada pembesaran kelenjar tiroid dan tonsil.

10) Sistem persyarafan

Apakah kesadaran itu penuh atau apatis, somnolen dan koma, pada penderita penyakit thypoid.

(48)

2.3.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa yang muncul pada penderita typus Abdominalis adalah:

1.( D.0019) Defisit nutrisi berhubungan dengan pemasukan yang kurang, mual, muntah/pengeluaran yang berlebihan, diare, panas tubuh

Definisi : Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme.

Gejala dan tanda mayor

Subjektif :

(tidak tersedia)

Objektif :

1) Berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal

Gejala dan tanda minor

Subjektif :

1) Cepat kenyang setelah makan

2) Kram/ nyeri abdomen

3) Nafsu makan menurun

Objektif :

1) Bising usus hiperaktif

(49)

2) Otot pengunyah lemah

3) Otot menelan lemah

4) Membran mukosa pucat

5) Sariawan

6) Serum albumin turun

7) Rambut rontok

8) Diare

2. (D.0130) Hipertemia berhubungan dengan proses Infeksi Salmonella Thyposa

Definisi : Suhu tubuh meningkat di atas rentang normal tubuh.

Gejala dan tanda mayor Subjektif :

(tidak tersedia) Objektif :

1. Suhu tubuh diatas nilai normal Gejala dan tanda minor :

Subjektif : (tidak tersedia)

Objektif :

(50)

1) Kulit merah 2) Kejang 3) Takikardi 4) Takipnea

5) Kulit terasa hangat

3. (D.0080) Ansietas berhubungan dengan gangguan mental,psikosis

Definisi : kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman

Gejala dan tanda mayor : Subjektif :

1) Merasa bingung

2) Merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi 3) Sulit berkonsentrasi

Objektif :

1) Tampak gelisah 2) Tampak tegang 3) Sulit tidur

Gejala dan tanda minor : Subjektif :

1) Mengeluh pusing 2) Anoreksia

(51)

3) Palpitasi

4) Merasa tidak berdaya Objektif :

1) Frekuensi napas meningkat 2) Frekuensi nadi meningkat 3) Tekanan darah meningkat 4) Diaforesis

5) Tremor

6) Muka tampak pucat 7) Suara bergetar 8) Kontak mata buruk 9) Sering berkemih

10) Berorientasi pada masa lalu

(52)

2.3.3 Intervensi Keperawatan

No.

Diagnosa Keperawatan SLKI SIKI

Kode Diagnosa Kode Luaran Kode intervensi

1. D.0019

Defisit Nutrisi berhubungan dengan

Ketidakmampua n mengabsorbsi nutrient

L.03030

Luaran utama : Status Nutrisi

Setelah dilakukan 3x24 jam tindakan asuhan keperawatan

diharapkan klien dapat : 1.porsi makanan yang dihabiskan cukup menurun

2.berat badan menurun 3.nafsu makan menurun 4.frekuwensi makanan cukup menurun

1.03119

Intervensi utama : Manajemen nutrisi observasi

1Mengidentifikasi status nutrisi 2.mengidentifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient

3.memonitor asupan makanan 4.memonitor berat badan Terapeutik

1.Lakukan oral hygiene sebelum makan,jika perlu

2.berikan makanan tinggi serat menarik dan duhu yang sesuai

3.berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein

4.berikan suplemen makanan,jika perlu kolaborasi

1.kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient yang dibutuhkan,jika perlu

INTERVENSI KEPERAWATAN

No.

Diagnosa Keperawatan SLKI SIKI

Kode Diagnosa Kode Luaran Kode Intervensi

2. D.0160

Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit

L.14134 Luaran utama : Termoregulasi

Setelah dilakukan 3x24 jam tindakan asuhan keperawatan

diharapkan klien dapat : 1.kulit merah meningkat

2.suhu tubuh

memburuk

3.suhu kulit memburuk

1.03119

Intervensi utama : Manajemen hipertermi Observas

1.identifikasi penyebab hipertermia (mis.dehidrasi,terpapar lingkungan panas, penggunaan inkubator) 2.memonitor suhu tubuh Terapeutik

1.basahi dan kipasi permukaan tubuh 2.sediakan lingkungan yang dingin 3.melakukan pendinginan eksternal (mis. Selimut hipotermia atau

(53)

kompres dingin pada dahi, leher, dada, abdomen,aksila)

Edukasi

1.anjurkan tirah baring Kolaborasi

1.kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu

2.3.4 Implementasi Keperawatan

Implementasi merupakan perwujudan dari intervensi keperawatan meliputi tindakan yang telah direncanakan. Pelaksanaan tindakan keperawatan pada pasien dengan hipertensi secara teoritis mengacu pada teori sesuai dengan diagnose keperawatan yang diangkat. Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan ini penulis menemukan beberapa faktor penunjang diantaranya adalah respon klien yang baik, mudah menerima saran perawat, keluarga bersikap kooperatif dan terbuka serta tanggapan yang baik dari keluarga kepada penulis dalam memberikan informasi yang berhubungan dengan klien.

2.3.5 Evaluasi

Evaluasi adalah pengukuran keefektifan pengkajian, diagnosis, perencanaan, dan implementasi. Klien adalah fokus evaluasi. Langkah-langkah dalam mengevaluasi asuhan keperawatan adalah menganalisis respon klien, mengidentifikasi faktor yang berkontribusi terhadap keberhasilan atau kegagalan, dan perencanaan untuk asuhan di masa depan (Marrelli, 2014). Perumusan evaluasi formatif meliputi empat komponen yang dikenal dengan istilah SOAP, yaitu : 1. S (Subjektif) : perkembangan keadaan yang didasarkan pada apa yang

dirasakan, dikeluhkan, dan dikemukakan klien.

(54)

2. O (Objektif) : perkembangan yang bisa diamati dan diukur oleh perawat atau tim kesehatan lain.

3. A (Analisis) : penilaian dari kedua jenis data (baik subjektif maupun objektif) apakah berkembang kearah perbaikan.

4. P (Perencanaan) : rencana penanganan klien yang didasarkan pada hasil analisis diatas yang berisi melanjutkan perencaan sebelumnya apabila keadaan atau masalah belum teratasi.

(55)

2.4 Kerangka Masalah

(56)

BAB III TINJAUAN KASUS

Pada bab ini akan disajikan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan

keluarga yang dimulai dari tahap pengkajian, diagnosa, implementasi, intervensi, dan evaluasi pada tanggal , 2 maret 2021 Cukurgondang Grati Kabupaten

Pasuruan.

Data diambil tanggal : 3 maret 2021 Jam : 09.00 WIB

Tempat : Pasuruan Diagnosa medis :

3.1 Data Umum Keluarga

1. Nama kepala keluarga : Tn. H

2. Usia : 37 Tahun

3. Agama : Islam

4. Pendidikan : SMK

5. Pekerjaan : Swasta

7. Alamat : Cukurgondang Grati Kab. Pasuruan

(57)

8. Komposisi keluarga :

Tabel 3.1 komposisi keluarga

No .

Nam a

Usia Jenis kelamin

Tanggal lahir

Pendidika n

Pekerjaa n

Keteranga n

1.

2.

3.

Ny.

M Tn.H An.F

35tahu n 37tahu n 6 tahun

Perempua n

Laki -laki Perempua n

Pasuruan ,

Pasuruan ,

Pasuruan ,

SLTA SMK -

Pedagang Swasta -

Ibu Ayah Anak

9. Tipe keluarga : Tipe keluarga pada Tn.H terdiri dari istri (Ny.M) dan anak (An.F)

10. Genogram :

Keterangan :

: perempuan

: laki – laki

(58)

: perempuan meninggal : laki laki meninggal : pasien / klien

11. Sifat Keluarga :

1. Pengambilan Keputusan : pengambilan keputusan pada keluarga Tn.H yaitu diputuskan oleh Tn.H

2. Kebiasaan sehari-hari :

1) kebiasaan tidur/istirahat : kebiasaan tidur keluarga Tn.H yaitu pada siang hari 2 jam dan pada malam hari 7-8 jam

2) Kebiasaan Rekreasi : Kebiasaan rekreasi keluarga Tn.H dengan kegiatan menonton televisi dan bermain bersama anak

3) Kebiasaan makan keluarga : Kebiasaan makan sehari 2-3x sehari

12. Status sosial ekonomi :

Total pendapatan pada keluarga Tn.H perbulan yaitu Rp.1.000.000,- s/d

Rp.2.000.000 mencukupi untuk kehidupan sehari-hari. Keluarga Tn.H mempunyai tabungan . Pada penanganan masalah kesehatan keluarga Tn.H diperoleh dari BPJS.

13. Kebiasaan keluarga terkait dengan kesehatan ( baik secara kesukuan/kebudayaan/agama) :

(59)

14. Aktivitas rekresasi : kebiasaan rekreasi keluarga Tn.H tidak tentu , untuk penggunaan waktu senggang digunakan untuk menonton tv dan mendengarkan radio

3.1.2 Riwayat Dan Tahap Perkembangan Keluarga

1. Tahap perkembangan keluarga saat ini yaitu :

2. Tugas perkembangan keluarga pada Tn.H dapat dijalankan

3. Tahap perkembangan pada Tn.H yang belum terpenuhi yaitu tugas – tugas perkembangan pada tahap ini telah dilaksanakan oleh keluarga Tn.H dengan baik. Tidak ada tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

4. Riwayat keluarga saat ini yaitu Tn,H mengatakan tidak mempunyai penyakit menular seperti (HIV,Hepatitis dll)

5. Riwayat keluarga sebelumnya ( pihak suami dan istri ) yaitu tidak memiliki riwayat penyakit

3.1.3 Lingkungan

1. Perumahan :

Jenis rumah yaitu permanen , memiliki luas bangunan 8 meter dan luas penerangan 3 meter . Status rumah milik pribadi . Atap rumah yaitu genteng, terdapat ventilasi rumah luasnya >10% luas lantai , tinggi langit-langit rumah 4 meter dari lantai , cahaya dapat masuk rumah pada siang hari , penerangan menggunakan listrik, lantai menggunakan keramik, kondisi rumah pada keluarga Tn.H secara keseluruhan cukup bersih . keluarga Tn.H mengatakan bahwa mereka selalu bekerja sama setai pagi dan sore untuk membersihkan rumah , menata lingkungan dengan baik, membuang sampah pada tempatnya sehingga

(60)

rumah tampak bersih dan anggota keluarga tinggal dirumah merasa aman dan nyaman.

1. Denah rumah :

2. Pengelolaan sampah pada keluarga Tn.H yaitu mempunyai pembuangan tempat sampah dan cara pengelolaan sampah rumah tangga diambil petugas

3. Sumber air yang digunakan pada keluarga Tn.H yaitu pompa listrik . Sumber air minum yang digunakan oleh keluarga Tn.H yaitu air isi ulang.

4. Jamban pada keluarga Tn.H yaitu mempunyai WC leher angsa dan jarak antara sumber air dengan penampungan tinja yaitu <10 meter

5. Pembuangan air limbah pada keluarga Ny.M yaitu kurang , karena tidak memiliki pembuangan air limbah sehingga air limbah terbuang keluar di pekarangan rumah

6. Fasilitas sosial dan fasilitas kesehatan

a. Pada masyarakat di daerah keluarga Tn.H tinggal memiliki perkumpulan sosial yaitu PKK untuk ibu-ibu

b. Memiliki fasilitas kesehatan yaitu klinik, dokter praktek, puskesmas Kamar tidur Kamar tidur

Kamar tidur

dapur Kamar

mandi mushol

la

Ruang tamu Rua

ng sant ai

Teras rumah

(61)

c. Keluarga menafaatkan fasilitas kesehatan di masyarakat dengan baik , karena untuk mengontrol kesehatannya . Fasilitas kesehatan di

masyarakat dapat dijangkau oleh keluarga dengan kendaraan umum seperti sepeda motor .

7. Sarana komunikasi dan transportasi :

Sarana komunikasi pada keluarga Tn.H yaitu handphone , dan sarana transportasi yang digunakan yaitu sepeda motor .

8. Fasilitas hiburan yang digunakan oleh keluarga Tn.H yaitu TV dan radio.

9. Fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat yaitu klinik ,dokter praktek dan puskesmas

3.1.4 Sosial

1. Karakteristik tetangga dam komunitas pada keluarga Tn.H yaitu Tn.H mengatakan tetangganya sangat baik, saling menghargai dan saling menolong / siap membantu keluarga Tn.H

2. Mobilitas geografis keluarga pada Tn.H yaitu Tn.H mengatakan bahwa tinggal di desa cukurgondang kab.Pasuruan 2001 sampai saat ini, keluarga Tn.H tidak pernah pindah rumah dan masih menetap di desa cukurgondang Kab.Pasuruan

3. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat yaitu sangat baik , selalu berinteraksi dengan tetengga seperti mengikuti arisan keluarga dan mampu bersosialisasi dengan masyarakat

4. Sistem pendukung keluarga yaitu Tn.H mengatakan memiliki kartu BPJS sebagai sistem pendukung pada saat berobat

Referensi

Dokumen terkait

memahami makna yang terkandung dalam al- Qur‟an. Allah menurunkan al-.. Qur ‟ an menggunakan bahasa Arab untuk dipahami oleh umat Islam. Yusuf : 2). Selain sebagai alat

Dikenal dengan hepatitis infeksiosa, rute penularan adalah melalui Dikenal dengan hepatitis infeksiosa, rute penularan adalah melalui kontaminasi oral-fekal, HVA

PULANG UTILITAS DATANG PARKIR KEGIATANUTAMA Menyediakan Kebutuhan Staff Kordinasi Anggota Laporan Berkala MASUK ISTIRAHAT KERJA Membersihkan Ruang PULANG UTILITAS DATANG

Keterampilan penguasaan teknik poduksi pupuk organik kascing sangat diperlukan bagi rumah tangga miskin desa Tegalsari, Kecamatan Bruno, Kabupaten Purworejo

Penilaian dan pandangan yang baik dari orang lain akan diterima secara positif dan penilaian yang kurang baik akan dijadikan motivasi untuk menjadi lebih baik;

Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi pengaruh stres panas pada unggas adalah: (1) Melakukan seleksi pendekatan genetik untuk mendapatkan ayam yang

Hasil uji perbandingan ganda dengan uji Tuckey untuk pasangan hipotesis statistik Ho : μM1A1 = μM1A2 ; Ha : μM1A1 &gt; μM1A2 ; diperoleh perbandingan nilai kritis

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa secara parsial, Volume Peragangan Saham berpengaruh positif tidak signifikan terhadap Volatilitas Harga Saham, Inflasi