DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Batasan Masalah ... 6
D. Tujuan Penelitian ... 6
E. Manfaat Penelitian ... 6
F. Variabel Penelitian ... 7
G. Definisi Operasional ... 7
BAB II STRATEGI PROBLEM SOLVING DENGAN READING INFUSION DAN KETERKAITANNYA DENGAN PRESTASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS A. Pembelajaran Problem Solving ... 9
B. Reading Infusion ... 12
C. Prestasi Belajar ... 16
D. Kemampuan Berpikir Kritis ... 20
E. Kaitan Strategi Problem Solving dengan Reading Infusion dan Prestasi Belajar ... 27
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 29
B. Desain Penelitian ... 29
E. Instrumen Penelitian ... 32
F. Teknik Pengumpulan Data ... 33
G. Teknik Analisis Instrumen Penelitian ... 34
H. Teknik Pengolahan Data ... 39
I. Hasil Uji Coba Instrumen Tes Prestasi Belajar ... 43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 46
B. Pelaksanaan Pembelajaran ... 50
C. Diskusi dan Pembahasan ... 53
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 58
B. Saran ... 58
DAFTAR PUSTAKA ... 60
DAFTAR TABEL
Tabel
2. 1 Tahapan Membaca dengan Teknik SQ3R ... 15
2. 2 Kemampuan Berpikir Kritis Menurut Ennis ... 22
2. 3 Aspek Berpikir Kritis yang Terdapat Dalam Level X dan Z ... 26
2. 4 Kunci Jawaban CCTT Level X Aspek Berpikir Kritis Induksi ... 26
2. 5 Kaitan Reading Infusion dan Prestasi Belajar ... 27
2. 6 Kaitan Strategi Problem Solving dengan Reading Infusion dan Prestasi Belajar ... 28
3.1 Desain Penelitian One Group Pretest-Posttest Design ... 30
3.2 Klasifikasi Validitas Butir Soal ... 35
3.3 Klasifikasi Reliabilitas Tes ... 36
3.4 Klasifikasi Tingkat Kesukaran ... 37
3.5 Klasifikasi Daya Pembeda ... 39
3.6 Klasifikasi Nilai Gain yang Dinormalisasi ... 41
3.7 Kategori Kemampuan Berpikir Kritis ... 42
3.8 Persentase Keterlaksanaan Pembelajaran ... 43
3.9 Rekapitulasi Validitas, Tingkat Kesukaran, dan Daya Pembeda Tiap Butir Soal ... 44
4.1 Data Hasil Penelitian Prestasi Belajar Siswa ... 46
4.2 Data Hasil Penelitian Prestasi Belajar Pada Tiap Aspek Kognitif ... 47
4.3 Data Hasil Penelitian Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ... 49
DAFTAR GAMBAR
Gambar
2. 1 Ranah Kognitif menerut Taksonomi Bloom ... 20
3.1 Skema Tahapan Penelitian ... 31
4.1 Diagram Batang Peningkatan Prestasi Belajar ... 47
4.2 Diagram Rata-Rata Skor Prestasi Siswa Tiap Aspek Kognitif ... 48
4.3 Diagram Keterlaksanaan Strategi Pembelajaran ... 52
4.4 Gain Ternormalisasi Skor Prestasi Siswa Tiap Aspek Kognitif ... 54
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
A. Perangkat Pembelajaran ... 63
A.1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 64
A.2. Skenario Pembelajaram ... 66
A.3. Lembar Kegiatan Siswa ... 77
A.4. Artikel Bacaan ... 89
B. Instrumen Penelitian ... 97
B.1. Kisi-Kisi Instrumen ... 98
B.2. Uji Coba ... 115
B.3. Instrumen Tes Prestasi Belajar ... 121
B.4. Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kritis ... 125
B.5. Lembar Keterlaksanaan Pembelajaran ... 130
B.6. Lembar Keterlaksanaan Kegiatan Membaca ... 132
C. Analisis Uji Coba ... 133
C.1. Analisis Instrumen Uji Coba ... 134
C.2. Lembar Judgment Instrumen ... 137
D. Analisis Data Penelitian ... 141
D.1. Distribusi Skor Pretest Prestasi Belajar ... 142
D.2. Distribusi Skor Posttest Prestasi Belajar ... 144
D.3. Hasil Pengolahan Data Tes Prestasi Belajar ... 146
D.4. Pengolahan Data Tes Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ... 151
D.5. Pengolahan Observasi Aktivitas Guru dan Siswa ... 152
D.6. Observasi Keterlaksanaan Membaca ... 152
E. Dokumentasi Penelitian ... 153
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pengajaran mata pelajaran fisika di SMA dimaksudkan sebagai sarana
untuk melatih para siswa agar dapat menguasai pengetahuan, konsep dan prinsip
fisika, memiliki kecakapan ilmiah, memiliki keterampilan proses sains serta
keterampilan berpikir kritis dan kreatif untuk memecahkan masalah dalam
kehidupan sehari-hari. Hal ini sejalan dengan Depdiknas (2006) yang
menyatakan :
Fisika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan alam yang
dimaksudkan sebagai wahana untuk menumbuhkan kemampuan berpikir yang
berguna untuk memecahkan masalah di dalam kehidupan sehari-hari;
mengembangkan pengalaman untuk dapat merumuskan masalah, mengajukan
dan menguji hipotesis melalui percobaan, merancang dan merakit instrumen
percobaan, mengumpulkan, mengolah, dan menafsirkan data, serta
mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis; mengembangkan
kemampuan bernalar dalam berpikir analisis induktif dan deduktif dengan
menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan berbagai peristiwa
alam dan menyelesaian masalah baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
Hasil observasi di salah satu SMA Negeri di Kota Bandung, menunjukan
bahwa selama proses pembelajaran siswa lebih banyak menerima informasi,
mencatat penjelasan guru dan mengerjakan soal-soal yang diberikan. Hal ini
membuat siswa pasif dan kurang terlibat dalam kegiatan pembelajaran sehingga
kegiatan eksperimen masih jarang dilakukan karena keterbatasan alat-alat yang
dimliki sekolah sehingga siswa tidak ikut serta dalam membangun konsep.
Hasil tes yang diambil dari nilai ulangan menunjukan nilai rata-rata siswa
adalah 60,97 dan hanya 39,02% siswa yang telah mencapai nilai Kriteria
Ketuntasan Minimal sebesar 70. Ini menunjukan bahwa prestasi belajar siswa
masih rendah. Hal ini bisa terjadi karena siswa tidak memiliki pengetahuan awal
sebelum pembelajaran berlangsung.
Berdasarkan hasil angket diketahui bahwa hanya 35% siswa suka
membaca, 30% siswa suka membaca buku pelajaran dan 20% siswa membaca
buku pelajaran sebelum pelajaran dimulai. Ini menunjukan bahwa minat baca
siswa terutama pada buku pelajaran dikatakan masih rendah, padahal membaca
merupakan hal yang sangat penting dalam kegiatan belajar, karena dengan
membaca akan diperoleh informasi, mencakup isi, memahami isi bacaan, yang
akan membantu siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.
Berdasarkan hasil uraian tersebut, siswa kurang terfasilitasi untuk
melatihkan berbagai kemampuan sehingga berdampak pada prestasi belajar dan
kemampuan berpikir siswa. Untuk itu diperlukan suatu proses belajar mengajar
yang mampu memfasilitasi siswa untuk melatihkan kemampuan yang dimilikinya
dan menjadi media untuk membangun sebuah konsep. Salah satu pembelajaran
yang dapat digunakan adalah pembelajaran problem solving.
Problem solving adalah suatu penyajian materi pembelajaran dengan
menghadapkan siswa kepada persoalan yang harus dipecahkan atau diselesaikan
melakukan penyelidikan otentik untuk mencari penyelesaian terhadap masalah
yang diberikan. Mereka menganalisis dan mengidentifikasikan masalah,
mengembangkan hipotesis, mengumpulkan dan menganalisis informasi, membuat
referensi dan merumuskan kesimpulan (Hudojo: 2003).
Dalam pembelajaran hendaknya siswa dibiasakan untuk selalu berhadapan
dengan permasalahan, karena dengan adanya masalah, maka siswa akan berpikir
kritis yang berarti mempertimbangkan secara aktif, tekun dan hati-hati terhadap
segala alternatif sebelum mengambil keputusan (Ennis, 2011). Pembelajaran
problem solving secara tidak langsung dapat melatihkan kemampuan berpikir
kritis siswa. Ini sejalan dengan pemikiran Isaken dan Treffinger (dalam Aeniah,
2012) yang mengemukakan problem solving sangat potensial untuk membentuk
keterampilan berpikir kreatif dan kritis.
Problem solving merupakan bagian dari pembelajaran discovery
(penemuan) yang menuntut siswa untuk menemukan sendiri konsep yang
dipelajarinya sehingga apa yang dipelajari siswa diharapkan akan lebih bermakna
dan siswa tidak akan cepat untuk melupakannya. Ini sejalan dengan yang
dikemukakan oleh Joycye et al (2009:426) “secara keseluruhan semakin sering
seseorang mempraktikan sebuah skill, maka akan semakin lama waktu yang
dibutukan untuk melupakannya”. Apabila pembelajaran yang diterima siswa
bermakna, maka diharapkan prestasi belajar siswa bisa meningkat.
Agar siswa memiliki pengetahuan awal sebelum proses pembelajaran
berlangsung, maka diberikanlah kegiatan membaca atau reading infusion. Karena
dibacanya. Blynn dan Muth (Tomo, 2003) siswa harus mempunyai kemampuan
membaca untuk menilai informasi tekstual yang disajikan kepada mereka.
Kemampuan tersebut mempunyai pengaruh yang kuat terhadap cara dan proses
berpikir siswa. Tetapi terkadang buku yang disajikan kepada siswa sering
menjadi sumber kesulitan bagi kebanyakan siswa.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fang et al yang
berjudul Improving Middle School Students Science Literacy Through Reading
Infusion menyimpulkan bahwa siswa yang dalam pembelajarannya diterapkan
Inquiry yang diikuti dengan kegiatan Reading Infusion secara intensif secara
signifikan lebih unggul daripada siswa yang dalam pembelajarannya hanya
diterapkan Inquiry saja.
Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul The Effects Of Problem Solving
Instruction On Physics Achievement,Problem Solving Performance And Strategy
Use terdapat kesimpulan bahwa penerapan pembelajaran problem solving dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa, kinerja problem solving dan penggunaan
strategi (Selcuk et al, 2008). Hasil penelitian lain menyimpulkan bahwa
pencapaian kemampuan berpikir kritis siswa berada pada kategori baik setelah
diterapkannya model problem solving (Aeniah, 2012)
Berdasarkan uraian yang telah disampaikan, penulis akan melakukan
penelitian yang berjudul “Penerapan Strategi Problem Solving dengan Reading
Infusion untuk Meningkatkan Prestasi Belajar dan Mengetahui Profil Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa SMA”. Karena penelitian ini merupakan penelitian awal,
one-group pretest-posttest design. Luaran yang diharapkan dari penelitian ini
adalah menghasilkan strategi problem solving dengan reading infusion yang dapat
digunakan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dan menhkemampuan
berpikir kritis siswa.
Penelitian ini perlu dilakukan agar dapat memberikan gambaran mengenai
peningkatan prestasi belajar dan mengetahui profil kemampuan berpikir kritis
siswa setelah diterapkannya strategi problem solving dengan reading infusion.
Sehingga selanjutnya strategi ini diharapkan bisa menjadi suatu alternatif dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah : “Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar
setelah diterapkannya strategi problem solving dengan reading infusion dan profil
kemampuan berpikir kritis siswa SMA?”.
Agar penelitian lebih terarah, maka rumusan masalah di atas dijabarkan
menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana peningkatan prestasi belajar siswa SMA pada ranah kognitif
setelah diterapkan strategi problem solving dengan reading infusion?
C. Batasan Masalah
Untuk memperjelas ruang lingkup masalah yang diteliti, maka diperlukan
penjelaskan mengenai batasan masalah sebagai berikut:
1. Peningkatan prestasi belajar siswa ditunjukkan dengan adanya peningkatan
positif antara tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest) yang kualifikasinya
ditentukan berdasarkan rata-rata skor gain yang dinormalisasi menurut Hake
(1998). Prestasi belajar yang diteliti adalah aspek kognitif yang dikemukakan
oleh Bloom yang meliputi pengetahuan/hafalan(C1), pemahaman (C2),
penerapan (C3), dan analisis (C4).
2. Profil kemampuan berpikir kritis yang akan diteliti adalah kemampuan
berpikir kritis induksi yang dikembangkan oleh Robert H. Ennis, dan diteskan
menggunakan tes standar Cornell Critical Thinking Test.
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan, tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa pada pembelajaran
fisika setelah diterapkannya strategi problem solving dengan reading infusion dan
mengetahui profil kemampuan berpikir kritis siswa.
E. Manfaat Hasil Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah dapat
memberikan gambaran tentang penerapan strategi problem solving dengan
kemampuan berpikir kritis siswa yang nantinya dapat dimanfaatkan oleh berbagai
pihak yang berkepentingan, seperti: guru, mahasiswa, praktisi pendidikan dan
masyarakat.
F. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian terdiri terdiri dari dua jenis, yaitu variabel bebas
dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah strategi problem
solving dengan reading infusion , sedangkan variabel terikatnya adalah prestasi
belajar dan keterampilan berpikir kritis siswa. Pemilihan variabel ini berdasarkan
penjelasan yang dikemukakan oleh Arikunto (2010:162)
G. Definisi Operasional
1. Strategi problem solving yang dimaksud adalah strategi problem solving yang
dikemukakan oleh Heller dengan tahapan memvisualisasikan masalah,
mendeskripsikan konsep fisika berdasarkan masalah, merencanakan solusi,
melaksanakan rencana solusi, mengecek dan mengevaluasi. Keterlaksanaan
pembelajaran ini dilihat dari lembar observasi.
2. Reading Infusion yang dimaksud adalah kegiatan membaca Artikel. Kegiatan
ini dilaksanakan sebelum treatment (strategi pembelajaran problem solving)
dimulai. Selain memberikan artikel, siswa diberikan salah satu teknik
membaca. Teknik yang diberikan adalah teknik membaca SQ3R. Teknik
membaca SQ3R memiliki lima tahapan meliputi (1) survey: pengkajian awal
pada judul, subjudul pada artikel dengan dibimbing guru, (2) question:
menggunakan pertanyaan-pertanyaan sebagai pembimbing, memberi tanda
(menggarisbawahi atau menandai) konsep yang dianggap penting dan konsep
yang tidak dipahami, (4) recite: menjawab pertanyaan yang telah dibuat pada
tahapan question dan membuat catatan, dan (5) review: membaca ulang
bagian-bagian atau konsep yang dianggap sulit. Keterlaksanaan kegiatan ini
dilihat dari lembar observasi. Lembar observasi berisi tentang tahapan-tahapan
dalam kegiatan membaca.
3. Prestasi Belajar merupakan tingkat penguasaan materi yang dicapai oleh siswa
yang mencakup ranah kognitif berdasarkan taksonomi Bloom. Jenjang dalam
penelitian ini meliputi jenjang pengetahuan (C1), pemahaman (C2), penerapan
(C3), dan analisis (C4). Peningkatan prestasi belajar siswa ditunjukkan dengan
adanya perubahan positif antara tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest) yang
kualifikasinya ditentukan berdasarkan rata-rata skor gain yang dinormalisasi.
Tes prestasi belajar yang digunakan berbentuk tes pilihan ganda.
4. Kemampuan Berpikir Kritis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
kemampuan berpikir kritis yang dikembangkan oleh Robert H. Ennis pada sub
kemampuan induksi. Kemampuan berpikir kritis siswa diukur dengan
menggunakan instrumen Cornell Critical Thinking Test Level X yang
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Terkait dengan keperluan penelitian yaitu untuk melihat peningkatan
prestasi belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa, maka pada penelitian ini
digunakan metode pre-experimental design. Metode ini belum merupakan
eksperimen sungguh – sungguh karena masih terdapat variabel luar yang ikut
berpengaruh terhadap terbentuknya hasil yang ingin dicapai. Rancangan ini
berguna untuk mendapatkan informasi awal terhadap pertanyaan yang ada dalam
penelitian. Jadi hasil eksperimen itu bukan semata-mata dipengaruhi oleh
variabelnya, hal ini dapat terjadi karena tidak adanya kontrol dan sampel tidak
dipilih secara random (Sugiyono, 2011:74).
B. Desain Penelitian
Mengingat jumlah kelas yang diberikan treatment (perlakuan) hanya satu
kelas dan tanpa ada kelompok pembanding maka desain penelitian yang
digunakan pada penelitian ini adalah one group pretest -posttest design. Dalam
desain ini observasi dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum eksperimen
(perlakuan) dan sesudah eksperimen. Observasi yang dilakukan sebelum
eksperimen (O1) disebut pretest dan observasi sesudah eksperimen (O2) disebut
posttest. Skema one group pretest -posttest design digambarkan seperti pada
Tabel 3. 1 Desain Penelitian One Group Pretest-Posttest Design
Pretest Treatment Posttest
O1 R X1 X2 X3 O2 dan K
Keterangan :
O1 = Tes awal (pretest) prestasi belajar sebelum diberikan perlakuan (treatment)
O2 = Tes akhir (posttest) prestasi belajar setelah diberikan perlakuan (treatment
R = Reading infusion
K = Tes kemampuan berpikir kritis
X1 = Pembelajaran pertama (treatment) dengan pembelajaran problem solving
X2 = Pembelajaran kedua (treatment) dengan pembelajaran problem solving
X3 = Pembelajaran ketiga (treatment) dengan pembelajaran problem solving
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X di salah satu
SMA Negeri di Kota Bandung. Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah
salah satu kelas X. Banyaknya siswa yang terlibat dalam penelitian ini adalah 36
siswa.
Terkait kondisi di lapangan maka penentuan sampel ini diambil
menggunakan teknik purposive sample (sampel bertujuan). Purposive sample
dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random,
atau daerah tetapi didasarkan atas dasar adanya suatu tujuan tertentu. (Arikunto,
2010:183). Teknik ini biasanya dilakukan karena beberapa pertimbangan. Salah
satu pertimbangan dalam hal ini adalah karena selama penelitian berlangsung
D. Prosedur Penelitian
Secara keseluruhan skema penelitian dapat digambarkan seperti pada
Gambar 3.1.
Gambar 3. 1 Skema Tahapan Penelitian
Studi Pendahuluan dan Identifikasi masalah Studi pustaka
Merumuskan masalah
Membuat Instrumen tes prestasi belajar
Penyusunan perangkat pembelajaran Membuat lembar observasi
keterlaksanaan model pembelajaran
Revisi perangkat pembelajaran Judgment
Uji coba
Analisis hasil uji coba dan revisi
Pretest prestasi belajar dan kegiatan reading infusion
Posttest prestasi belajar dan tes kemampuan berpikir kritis
Pembelajaran problem solving plus reading
Analisis data
Pembahasan
Kesimpulan
Observasi keterlaksanaan model pembelajaran
Tahap Pelaksanaan Tahap Persiapan
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang dirancang dan digunakan dalam penelitian ini
berupa instrumen tes dan non tes. Terkait dengan data yang diperlukan, maka
instrumen tes terdiri dari tes prestasi belajar dan tes kemampuan berpikir kritis,
sedangkan instrumen non tes terdiri dari lembar observasi keterlaksanaan
pembelajaran dan lembar observasi keterlaksanaan membaca.
1. Instrumen Tes
a. Tes Prestasi Belajar
Tes yang digunakan untuk mengetahui prestasi belajar siswa berupa tes
objektif pilihan ganda. Tes ini terdiri dari 20 soal pilihan ganda dengan lima
pilihan. Tes prestasi belajar ini dibatasi hanya pada aspek kemampuan kognitif
yaitu aspek hapalan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), dan analisis (C4)
yang diseseuaikan dengan Kompetensi Dasar materi yang diteliti.
b. Tes Kemampuan Berpikir Kritis
Instrumen untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa digunakan tes
standar yang disusun oleh Robert. H Ennis yaitu Cornell Critical Thinking Test
Level X. Instrumen ini berupa pilihan ganda yang secara keseluruhan terdiri dari
76 soal. Pada penelitian ini hanya mengukur pada kemampuan berpikir induksi
yang terdiri dari 25 soal.
2. Instrumen Non Tes
a. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran.
Lembar observasi dilakukan pada dua objek yaitu guru dan siswa. Lembar
digunakan untuk melihat keterlaksanaan aktivitas guru dan siswa selama
pembelajaran. Lembar observasi diisi oleh observer pada saat pembelajaran
berlangsung. Observer diminta untuk membubuhkan tanda checklist sesuai pada
lembar observasi. Lembar observasi ini diolah dengan tafsiran presentasi.
Lembar observasi yang telah disusun tidak diujicobakan. Tetapi Lembar
observasi dikoordinasikan pada observer yang mengikuti penelitian. Hal ini
dilakukan agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam pengisian lembar observasi
b. Lembar Observasi Keterlaksanaan Membaca
Lembar observasi keterlaksanaan membaca berisi tahapan-tahapan
membaca dengan teknik SQ3R.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara-cara yang dilakukan untuk
memperoleh data-data yang mendukung pencapaian tujuan penelitian. Sedangkan
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan
atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok. (Arikunto, 2010:193). Tes yang
digunakan dalam penelitian ini adalah tes prestasi belajar dan tes kemampuan
2. Observasi
Dalam psikologi, observasi atau yang disebut dengan pengamatan,
meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan
seluruh alat indra. Observasi yang dilakukan berupa observasi sistematis, dimana
pengamat melakukan pengamatan secara langsung dengan mengguakan pedoman
sebagain instrumen pengamatan. Kegiatan observasi ini dilakukan pada saat
proses pembelajaran berlangsung.
Untuk memperoleh data ini, peneliti dibantu oleh observer untuk
mengamati setiap tahapan pembelajaran yang dilakukan. Observer mengisi lembar
observasi yang telah dibuat sebelumnya oleh peneliti. Data ini nantinya digunakan
untuk mengetahui keterlaksanaan pembelajaran di kelas.
G. Teknik Analisis Instrumen Penelitian
1. Analisis Instrumen Tes Prestasi Belajar
Sebelum dipergunakan dalam penelitian, instrumen tes yang dipakai dalam
penelitian di-judgment dan di uji coba terlebih dahulu. Data hasil uji coba tersebut
kemudian dianalisis berdasarkan validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya
pembedanya.
a. Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau
kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2010:211). Sebuah instrumen dikatakan
adalah teknik korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson.
Rumus korelasi product moment sebagai berikut :
r = � − � 2− 2 � 2− 2
(Arikunto, 2009:72)
dengan :
rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan Y, dua variabel yang
dikorelasikan.
X = skor tiap butir soal.
Y = skor total tiap butir soal
N = jumlah siswa.
Nilai rxy yang diperoleh dapat diinterpretasikan untuk menentukan
validitas butir soal dengan menggunakan kriteria pada Tabel 3.2.
Tabel 3. 2 Klasifikasi Validitas Butir Soal
Nilai rxy Kriteria
0,80 < rxy 1,00 Sangat Tinggi
0,60 < rxy 0,80 Tinggi
0,40 < rxy 0,60 Cukup
0,20 < rxy 0,40 Rendah
0,00 < rxy 0,20 Sangat Rendah
(Arikunto, 2009:75)
b. Reliabilitas
Reliabilitas adalah tingkat keajegan (konsistensi) suatu tes, yakni
sejauhmana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang
berbeda-beda (Munaf, 2001). Pengujian reliabilitas ini dimaksudkan untuk
menentukan suatu kepercayaan suatu instrumen untuk digunakan sebagai alat
pengumpul data.
Nilai reliabilitas dapat ditentukan dengan menentukan koefisien reliabilitas.
Teknik yang digunakan untuk menentukan reliabilitas tes adalah dengan
menggunakan rumus K-R 20. Rumus K-R 20 adalah :
11= −
1
2
−
2
(Arikunto, 2009:100)
dengan :
r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan
p = proporsi banyak subjek yang menjawab item dengan benar
q = proporsi banyak subjek yang menjawab item dengan salah
n = banyaknya item
S = standar deviasi
Koefisien korelasi reliabilitas (r11) pada pilihan ganda diinterpretasikan
sebagai berikut:
Tabel 3. 3 Klasifikasi Reliabilitas Tes
Nilai rxy Kriteria
0,80 < r11 1,00 Sangat Tinggi
0,60 < r11 0,80 Tinggi
0,40 < r11 0,60 Cukup
0,20 < r11 0,40 Rendah
0,00 < r11 0,20 Sangat Rendah
c. Tingkat Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu
sukar. Tingkat kesukaran suatu butir soal adalah proporsi dari keseluruhan
siswa yang menjawab benar pada butir soal tersebut. Tingkat kesukaran
(difficulty indeks) adalah bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya
suatu soal. Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai 1,00. Indeks ini
menunjukkan taraf kesukaran soal. Soal dengan indeks kesukaran 0,00
menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,00
menunjukkan bahwa soalnya terlalu mudah. Rumus mencari P adalah:
� =
�
(Arikunto, 2009:208)
dengan :
P = indeks kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul
JS = jumlah seluruh siswa peserta tes
Nilai P yang diperoleh dapat diinterpretasikan untuk menentukan tingkat
kesukaran butir soal dengan menggunakan kriteria sebagai berikut :
Tabel 3. 4 Klasifikasi Tingkat Kesukaran
Indeks Tingkat kesukaran Kriteria Tingkat Kesukaran
0,00-0,30 Soal sukar
0,30-0,70 Soal sedang
0,70-1,00 Soal mudah
d. Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan
antara siswa yang pandai dengan siswa yang tidak pandai. Angka yang
menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi/daya
pembeda. Indeks ini berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Rumus untuk
menentukan indeks diskriminasi adalah :
� =
� − � =� − �
(Arikunto, 2009:213)
dengan :
D = daya pembeda
BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal tersebut dengan
benar
BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal tersebut
dengan benar
JA = banyaknya peserta kelompok atas
JB = banyaknya peserta kelompok bawah
PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Nilai D yang diperoleh dapat diinterpretasikan untuk menentukan daya
Tabel 3. 5 Klasifikasi Daya Pembeda
Indeks Daya Pembeda Kriteria Daya Pembeda
Negatif Sangat buruk, harus dibuang
0,00 – 0,20 Buruk (poor), sebaiknya dibuang
0,20 – 0,40 Cukup (satisfactory)
0,40 – 0,70 Baik (good)
0,70 – 1,00 Baik sekali (excellent)
(Arikunto, 2009 : 218)
2. Analisis Instrumen Kemampuan Berpikir Kritis
Instrumen berpikir kritis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
instrumen yang berstandar yaitu Cornell Critical Thinking Test. Karena instrumen
ini merupakan tes standar, maka instrumjen ini telah memiliki nilai validitas dan
reliabilitas yang baik. Berdasarkan Administration Manual Cornell Critical
Thinking Test diperoleh informasi bahwa reliabilitas untuk level X berkisar antara
0,67 sampai 0,90 dengan nilai vadilitasnya cukup.
H. Teknik Pengolahan Data
1. Analisis Data Prestasi Belajar
a. Penskoran
Skor setiap siswa ditentukan oleh jumlah jawaban yang benar, dengan
metode penskoran berdasarkan metode rights only, yaitu jawaban yang benar
diberi skor satu dan jawaban yang salah atau butir soal yang tidak dijawab diberi
skor nol. Pemberian skor dihitung dengan menggunakan ketentuan:
=
dengan :
S = Skor siswa
R = Jawaban siswa yang benar
b. Menghitung rata-rata (mean)
Untuk menghitung nilai rata-rata (mean) dari skor tes baik pretest maupun
posttest, digunakan rumus:
=
(Sudjana, 2010:109)
dengan :
= rata-rata skor atau nilai x
= skor atau nilai siswa ke i
n = jumlah siswa
c. Menghitung Gain Skor
Gain adalah selisih antara skor tes awal dan skor tes akhir. Untuk
menghitung nilai gain skor digunakan persamaan sebagai berikut :
� = −
(Hake, 1998)
dengan :
G = gain
Sf = skor tes akhir (posttest)
d. Menghitung Gain Ternormalisasi
Untuk menghitung nilai gain ternormalisasi digunakan persamaan:
a) Gain yang dinormalisasi setiap siswa (g)didefinisikan sebagai:
g = % −%
100−%
dengan:
g = gain yang dinormalisasi
Sf \= skor tes akhir (posttest)
Si = skor tes awal (pretest)
b) Rata-rata gain yang dinormalisasi (<g>) dirumuskan sebagai :
g =% −%
100%−%
dengan:
g = rata-rata gain yang dinormalisasi
Sf = rata-rata skor tes akhir (posttest)
Si= rata-rata skor tes awal (pretest)
Nilai <g> yang diperoleh kemudian diinterpretasikan pada Tabel 3.6 :
Tabel 3. 6 Klasifikasi Nilai Gain yang Dinormalisasi
Nilai g Klasifikasi
g 0,7 Tinggi
0,7 > g 0,3 Sedang
g < 0,3 Rendah
(Hake, 1998)
a. Pemberian skor. Berdasarkan Adminitration Manual Cornell Critical
Thinking, perhitungan skornya digunakan perumusan jumlah benar
dikurangi setengah jumlah salah −
2 .
b. Mencari nilai rata-rata (Mean) dan Standar Deviasi.
= �
�=
2
� − �
2
dengan :
= nilai rata-rata
X = niali siswa
N = Jumlah siswa
SD = Standar Deviasi
c. Menentukan kategori skor berpikir siswa dengan kategori berikut :
Tabel 3. 7 Kategori Kemampuan Berpikir Kritis
Presentase Kemampuan
Skor < Rata-rata- SD Rendah
Rata-rata- SD Skor < Rata-rata+ SD Sedang
Skor > Rata-rata+ SD Tinggi
(Arikunto, 2009)
3. Keterlaksanaan Pembelajaran dan Kegiatan Membaca
Untuk observasi keterlaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru
dihitung dengan:
� =
Langkah-langkah yang penulis lakukan untuk menghitung persentase
keterlaksanaan pembelajaran dan kegiatan membaca adalah sebagai berikut ini :
a. Menghitung jumlah jawaban “ya” yang observer isi pada lembar observasi
keterlaksanaan pembelajaran dan lembar observasi keterlaksanaan
kegiatan membaca.
b. Menghitung persentase keterlaksanaan pembelajaran dan kegiatan
membaca. dengan menggunakan persamaan Presentase Keterlaksanaan.
c. Menafsirkan kategori keterlaksanaan pembelajaran dan kegiatan membaca
berdasarkan Tabel 3.8.
Tabel 3. 8 Klasifikasi Persentase Keterlaksanaan Pembelajaran
Persentase Kategori
80 % atau lebih Sangat Baik
60%-79% Baik
40%-59% Cukup
21%-39% Rendah
0% - 20% Rendah Sekali
(Ridwan, 2000)
I. Hasil Uji Coba Instrumen Tes Prestasi Belajar
Untuk memperoleh instrumen tes yang baik, maka tes tersebut harus diuji
cobakan terlebih dahulu. Uji coba ini dilakukan kepada siswa SMA kelas XI di
sekolah tempat penelitian yang telah terlebih dahulu mempelajari materi yang
dijadikan pokok bahasan dalam penelitian. Instrumen yang diuji coba berupa tes
berbentuk pilihan ganda sebanyak 30 soal.
Data hasil uji coba kemudian dianalisis yang meliputi uji validitas, tingkat
kesukaran, daya pembeda dan reliabilitas. Sehingga diperoleh instrumen tes yang
baik dan layak untuk dijadikan instrumen penelitian. Analisis validitas, tingkat
kesukaran dan daya pembeda dilakukan pada setiap butir soal dengan
menggunakan software Microsoft Excel.
Hasil rekapitulasi validitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda tiap butir
Tabel 3. 9 Rekapitulasi Validitas, Tingkat Kesukaran, dan Daya Pembeda Tiap Butir Soal
Dari tabel 3.7 di atas, dapat diketahui bahwa 86,7% instrumen valid dengan
3,33% kategori sangat tinggi; 6,67% kategori tinggi; 13,33% kategori cukup, dan Nomor
Soal
Ranah
Kognitif Validitas Daya Pembeda
Tingkat
kesukaran Keputusan
Nilai Kategori Nilai Kategori Nilai Kategori
13,33% kategori rendah, dan 43,33% 6,67% kategori sangat rendah. Sedangkan
13,3% instrumen lainnya masuk kategori tidak valid. Berdasarkan daya pembeda,
instrumen yang memenuhi kriteria untuk digunakan sebagai instrumen penelitian
sebanyak 43,3% dengan 20% kategori baik dan 23,3% kategori cukup, sedangkan
43,3% instrumen mempunyai daya pembeda jelek dan terdapat 13,3% yang
dibuang. Berdasarkan tingkat kesukaran sebanyak 63,3% instrumen kategori
mudah, 20 % kategori sedang dan 16,7 % kategori sukar. Instrumen tes ini
memiliki nilai reliabilitas sebesar 0,73 (tinggi).
Setelah menganalisis hasil uji coba instrumen tes, maka terdapat beberapa
soal yang dibuang dan diperbaiki. Dari 30 soal yang diujikan terdapat 10 soal
yang dibuang yaitu soal nomor 2, 3, 5, 7, 9, 11, 17, 20, 25, dan 29. Sehingga soal
yang digunakan untuk instrumen penelitian adalah 20 soal. Sedangkan soal-soal
yang diperbaiki adalah soal yang memiliki validitas rendah, validitas sangat
rendah, tidak valid; soal yang memiliki daya pembeda jelek; dan soal yang
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data, temuan dan pembahasan maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Peningkatan hasil belajar siswa ranah kognitif setelah diterapkannya strategi
Problem Solving dengan Reading Infusion ditunjukkan dengan gain
ternormalisasi yang berkategori sedang yaitu 0,63.
2. Distribusi kemampuan berpikir kritis siswa pada sub induksi menunjukan
bahwa 19,4% siswa berada pada kategori rendah, 63,9% siswa pada kategori
sedang, dan 16,7% siswa berada pada kategori tinggi.
B. Saran
Beberapa saran yang diajukan terkait dengan penelitian yang telah
dilakukan diantaranya sebagai berikut :
1. Kegiatan reading infusion dilakukan lebih dari satu kali atau setiap treatment
pembelajaran. Jika perlu ditambahkan dengan kegiatan menulis sehingga
dapat mengukur keterlaksanaan membaca pada diri siswa.
2. Adanya kelas kontrol yang menerapkan pembelajaran problem solving dan
kelas eksperimen yang menerapkan problem solving dengan reading infusion
3. Kememapuan berpikir kritis yang diteleti lebih mengarah ke pembelajaran
fisika.
4. Adanya pembahasan aspek kemampuan berpikir kritis lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Aeniah, Rinda. (2012). Analisis Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas XI
Pada Pembelajaran Hidrolisis Garam Menggunakan Model Problem Solving. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI: Tidak
diterbitkan.
Arifin, Zaenal. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung : Rosda Karya
Arikunto,Suharsimi. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
Arikunto,Suharsimi. (2010).Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Costa, A. (1985). Developing Minds: A Resource Book for Teaching Thinking. Virginia : ASCD Publications
Clark. (2000). Bloom’s Taxonomy of Learning Domains [Online]. Tersedia: http://www.nwlink.com/-donclark/index.html [13 Mei 2012]
Dahar,R. W. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Depdiknas. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republi Indonesia
Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah. Jakarta : Depdiknas
Ennis, Robert H. (1996). Critical Thinking. United States of America: The New York Times Company.
Ennis, Robert H., Jason Millman, Thomas N. Tomko. (2005). Cornell Critical
Thinking Tests Level X & Level Z Manual. United States of America: The
Critical Thinking Co. (Bright MindsTM).
Ennis, Robert (2011). The Nature of Critical Thinking : An Outline of Critical
Thinking Dispositions and Abilities, [Online]. Tersedia:
http://faculty.ed.uiuc.edu/rhennis/. [16 Juli 2012]
Filsaime, D K. (2008). Menguak Rahasia Berpikir Kritis dan Kreatif. Jakarta : Prestasi Pustaka
Hake, R.R. (1998). Interactive Engagement Methods In Introductory Mechanic
Courses. [Online]. Tersedia:
http://www.physics.indiana.edu/~sdi/IEM-2b.pdf. [22 Oktober 2012]
Heller & Heller. (1995). Cooperative Group Problem Solving in Physics. [Online]. Tersedia: http://groups.physics.umn.edu/physed/ Research/CGPS/ GreenBook.html [5 Februari 2012].
Heller & Heller. (1999). Problem Solving Labs, in Cooperative Group Problem
Solving in Physics, Reseach Report. University Minnesota
Hudojo, H. (2003). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Malang : JICA
Husna, Nurul H (2012). Implementasi Permainan Monopoli Fisika Sebagai Media
Pembelajaran dalam Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Dan Mengetahui Profil Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Kimia
FPMIPA UPI: Tidak diterbitkan.
Joyce, B., Weil, M dan Calhoun, E. (2009). Model of Teaching : Model-Model
Pengajaran (Edisi Kedelapan). Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Panggabean, L. (2001). Statistika Dasar. Bandung: Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI Bandung.
Munaf, Syambasri. (2001). Evaluasi Pendidikan Fisika. Bandung: Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI.
Ridwan, Sa’adah. (2000). Identifikasi dan Penanggulangan Kesulitan Belajar Siswa dalam Mempelajari Konsep Cahaya di kelas II-G SLTPN 12 Bandung.
Tesis pada Program Pascasarjana UPI: tidak diterbitkan.
Selcuk et al. (2008). “The Effects of Problem Solving Instruction on Physics Achievement, Problem Solving Performance and Strategy Use”. Latin
American Journal Physics Education. 2, 151-166.
Sugiyono. (2011). Metode Peneliian Kunatitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Tarigan, H.G. (2008). Membaca. Bandung : Angkasa Bandung
Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. (1991). Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Tomo. (2003). Mengintegrasikan Teknik Membaca SQ4R dan Membuat Catatan
Berbentuk Graphic Postorganizer dalam Pembelajaran Fisika. Disertasi
Doktor Program Pascasarjana UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.
Universitas Pendidikan Indonesia. (2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas pendidikan Indonesia.