• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK TERHADAP KEMAMPUAN DASAR BEKERJA ILMIAH SISWA SMA PADA KONSEP PENCEMARAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK TERHADAP KEMAMPUAN DASAR BEKERJA ILMIAH SISWA SMA PADA KONSEP PENCEMARAN."

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK TERHADAP KEMAMPUAN DASAR BEKERJA ILMIAH SISWA SMA PADA KONSEP PENCEMARAN

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi

oleh

GINAR RANITAPURI SALIM 0807584

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Ilmiah Siswa SMA pada Konsep

Pencemaran

Oleh

Ginar Ranitapuri Salim

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Ginar Ranitapuri Salim 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

GINAR RANITAPURI SALIM

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK TERHADAP KEMAMPUAN DASAR BEKERJA ILMIAH SISWA SMA PADA KONSEP

PENCEMARAN

disetujui dan disahkan oleh pembimbing :

Pembimbing I

Prof., Dr. H. Suroso Adi Yudianto, M.Pd NIP. 195305221980021001

Pembimbing II

Kusnadi, S.Pd, M.Si NIP. 196805091994031001

Diketahui oleh,

Ketua Jurusan Pendidikan Biologi

(4)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah Penelitian ... 5

C. Batasan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II Model Pembelajaran Berbasis Proyek dan Kemampuan Dasar Bekerja Ilmiah Siswa Pada Konsep Pencemaran ... 8

A. Pembelajaran Berbasis Proyek ... 8

B. Kemampuan Dasar Bekerja Ilmiah ... 17

C. Konsep Pencemaran ... 22

D. Kerangka Pemikiran ... 32

E. Hipotesis ... 33

BAB III METODE PENELITIAN ... 34

A. Lokasi Penelitian ... 34

B. Populasi dan Sampel... 34

C. Desain Penelitian ... 34

D. Metode Penelitian ... 35

E. Definisi Operasional ... 36

F. Instrumen Penelitian ... 37

G. Proses Pengembangan Instrumen ... 41

(5)

vi

I. Analisis Data ... 54

J. Prosedur Penelitian ... 58

K. Alur Penelitian ... 61

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 62

A. Hasil Penelitian ... 62

1. Kemampuan Dasar Bekerja Ilmiah ... 63

2. Penguasaan Konsep ... 72

3. Tanggapan Siswa ... 74

B. Pembahasan ... 78

1. Peningkatan Kemampuan Dasar Bekerja Ilmiah pada Konsep Pencemaran ... 78

2. Hasil Penguasaan Konsep Siswa pada Konsep Pencemaran ... 87

3. Tanggapan Siswa Terhadap Model Pembelajaran Berbasis Proyek ... 89

BAB V SIMPULAN DAN SARAN... 92

A. Simpulan ... 92

B. Saran ... 92

DAFTAR PUSTAKA ... 94

(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Hasil Penelitian yang Relevan ... 4

Tabel 2.1 Indikator Kecerdasan Intelektual ... 19

Tabel 2.2 Indikator Kecerdasan Emosional ... 21

Tabel 2.3 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Materi Pencemaran ... 23

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Tes Tulis Kecerdasan Intelektual ... 38

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Angket Kecerdasan Emosional ... 39

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Soal Penguasaan Konsep ... 40

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Kuesioner Tanggapan Siswa ... 41

Tabel 3.5 Kriteria Validitas Butir Soal ... 42

Tabel 3.6 Distribusi Butir Soal Berdasarkan Tingkat Validitas ... 43

Tabel 3.7 Kriteria Reliabilitas Soal ... 43

Tabel 3.8 Klasifikasi Indeks Diskriminasi ... 45

Tabel 3.9 Distribusi Butir Soal Berdasarkan Daya Pembeda ... 45

Tabel 3.10 Klasifikasi Tingkat Kesukaran ... 46

Tabel 3.11 Distribusi Butir Soal Berdasarkan Tingkat Kesukaran ... 47

Tabel 3.12 Kriteria Kualitas Pengecoh Tiap Butir Soal ... 48

Tabel 3.13 Rekapitulasi Hasil Analisis Butir Soal Kecerdasan Intelektual ... 49

Tabel 3.14 Distribusi Butir Soal Berdasarkan Tingkat Validitas ... 50

Tabel 3.15 Distribusi Butir Soal Berdasarkan Daya Pembeda ... 51

Tabel 3.16 Distribusi Butir Soal Berdasarkan Taraf Kesukaran ... 51

Tabel 3.17 Kriteria Kualitas Pengecoh Tiap Butir Soal ... 52

Tabel 3.18 Rekapitulasi Hasil Analisis Butir Soal Penguasaan Konsep ... 53

Tabel 3.19 Kriteria Indeks Gain ... 57

(7)

viii

Tabel 3.21 Perbandingan Pelaksanaan Model Pembelajaran Berbasis Proyek

dan Metode Pembelajaran Konvensional ... 60

Tabel 4.1 Rekapitulasi Statistik Hasil Tes Tulis Kecerdasan Intelektual Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 64

Tabel 4.2 Hasil Perhitungan N-gain Kecerdasan Intelektual Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 66

Tabel 4.3 Perbandingan Rata-Rata N-gain Kecerdasan Intelektual Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol pada Setiap Rumpun KDBI ... 66

Tabel 4.4 Tabel Perbandingan Peningkatan N-gain Kecerdasan Intelektual Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 67

Tabel 4.5 Rekapitulasi Statistik Hasil Kuesioner Kecerdasan Emosional Kelas Eksperimen dan Kelas kontrol ... 68

Tabel 4.6 Perbandingan Hasil Kuesioner Kecerdasan Emosional Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 70

Tabel 4.7 Perbandingan Peningkatan Kategori N-gain Kecerdasan Emosional Antara Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 71

Tabel 4.8 Rekapitulasi Hasil Statistik Tes Penguasaan Konsep Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 72

Tabel 4.9 Perhitungan Nilai N-gain Penguasaan Konsep Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 74

Tabel 4.10 Hasil Kuesioner Tanggapan Siswa Kelas Eksperimen ... 75

Tabel 4.11 Rekapitulasi Hasil Kuesioner Tanggapan Siswa ... 77

(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Rumus Menentukan Validitas Soal ... 42

Gambar 3.2 Rumus Indeks Diskriminasi ... 44

Gambar 3.3 Klasifikasi Indeks Diskriminasi ... 45

Gambar 3.4 Rumus Indeks Kesukaran ... 46

Gambar 3.5 Rentang Indeks Kesukaran ... 46

Gambar 3.6 Rumus Menentukan Skor Siswa ... 54

Gambar 3.7 Rumus Indeks Gain ... 57

Gambar 3.8 Alur Penelitian... 61

Gambar 4.1 Grafik Perbandingan Rata-rata N-gain Kecerdasan Intelektual Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol pada Setiap Rumpun KDBI ... 67

(9)

x

DAFTAR LAMPIRAN

A. INSTRUMEN PEMBELAJARAN

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas eksperimen ... 97

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas kontrol ... 105

3. Lembar Kerja Siswa (LKS) Kelas eksperimen ... 111

4. Lembar Kerja Siswa (LKS) Kelas kontrol ... 118

B. INSTRUMEN PENELITIAN 1. Kisi-Kisi Soal Tes Tulis Kecerdasan intelektual ... 123

2. Kisi-Kisi Kuesioner Kecerdasan Emosional ... 134

3. Kisi-kisi Soal Penguasaan Konsep ... 136

4. Kisi-Kisi Soal Esai Penguasaan Konsep ... 142

5. Kuesioner Tanggapan Siswa ... 144

6. Rubrik Penilaian Produk ... 146

C. ANALISIS BUTIR SOAL 1. Analisis Butir Soal Kecerdasan Intelektual ... 148

2. Analisis Butir Soal Penguasaan Konsep ... 156

D. ANALISIS STATISTIK 1. Uji Statistik Tes Kecerdasan Intelektual ... 163

2. Uji Statistik Kecerdasan Emosional ... 166

3. Uji Statistik Penguasaan Konsep ... 172

E. DATA PENELITIAN 1. Rekapitulasi Hasil Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, dan Penguasaan Konsep Kelas Eksperimen ... 175

2. Rekapitulasi Hasil Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, dan Penguasaan Konsep Penilaian Kelas Kontrol ... 177

3. Rekapitulasi Hasil Kuesioner Tanggapan Siswa ... 179

F. SURAT PERIZINAN PENELITIAN 1. Surat Permohonan Izin Penelitian dan Uji Instrumen ... 188

2. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 189

G. DOKUMENTASI PENELITIAN 1. Dokumentasi Kegiatan Pembelajaran Kelas Kontrol ... 190

2. Hasil Produk Daur Ulang Kertas Kelas Kontrol ... 191

3. Dokumentasi Kegiatan Pembelajaran Kelas Eksperimen ... 192

(10)

ii

Penerapan Pembelajaran Berbasis Proyek Terhadap Kemampuan Dasar Bekerja Ilmiah Siswa SMA pada Konsep Pencemaran

Ginar Ranitapuri Salim 0807584

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh penerapan model pembelajaran berbasis proyek terhadap kemampuan dasar bekerja ilmiah siswa pada materi pencemaran. Metode yang digunakan adalah Quasi Experimental Design dengan desain nonequievalent control group design. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA tahun ajaran 2012/2013. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling digunakan untuk memilih sampel sebanyak dua kelas yang dibagi menjadi kelas eksperimen dan kelas kontrol. Data hasil kemampuan dasar bekerja ilmiah aspek kecerdasan intelektual diperoleh melalui soal pilihan ganda (20 soal), sedangkan apek kecerdasan emosional siswa diperoleh melalui hasil kuesioner kecerdasan emosional (27 pertanyaan). Selain itu, diberikan tes penguasaan konsep, penugasan pembuatan produk dan poster, serta kuesioner tanggapan siswa sebagai data pendukung tambahan. Tes kecerdasan intelektual menunjukkan peningkatan N-gain yang tergolong rendah pada kedua kelas. Sedangkan hasil kuesioner kecerdasan emosional siswa dengan Independent Sample T-Test menunjukkan terdapat perbedaan rata-rata hasil kuesioner kecerdasan emosional siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol secara signifikan (=0,05). Hasil tes penguasaan konsep menunjukkan bahwa peningkatan N-gain kedua kelas tergolong rendah. Tanggapan siswa yang diperoleh melalui kuesioner tanggapan siswa menunjukkan respon yang positif terhadap pembelajaran berbasis proyek. Kesimpulan hasil penelitian ini yaitu bahwa melalui penerapan model pembelajaran berbasis proyek pada konsep pencemaran memberikan hasil peningkatan kecerdasan emosional siswa yang lebih baik dibandingkan kecerdasan intelektual.

(11)

Implementation of Project Based Learning Toward Basic Ability of Scientific Work of High School Students In Pollution Concept

Ginar Ranitapuri Salim 0807584

ABSTRACT

This study aims to identify project-based learning model implementation effect of toward students scientific work ability in pollution course. This research use Quasi Experimental Design, the exaclty design is nonequievalent control group design. The subjects of the research is senior high school students in one of Bandung, which is in X grade at 2012/2013. Purposive sampling is used to choose the sample of two classes are divided into the experimental class and the control class. The aspect of intelectual intelligence data obtained through multiple choice test, then emotional intellegence obtained through questionnaire. Beisde that student also given the concept mastery test, product and poster assignment, and student responses questionnaire as supporting data. The result shows that intelectual intelligence increase in N-gain, which is the score is low both the classes. After that according toindependent sample T-test shows that student emotional intelligence of experiment and control class has different averages both classes significant (=0,05) with low N-gain score. The result of concept mastery also shows the low N-gain score, but the students responses result shows a positive result. The difference result with rheoretical research influenced by several factors, both internal and external. The conclusion is this research shows that through the implementation of project based learning model for pollution concept increase the student emotional intelligence is better than intelectual intelligence.

(12)

1

Ginar Ranitapuri Salim, 2014

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Data Badan Pusat Statistik Pusat menunjukkan pada bulan Agustus 2013

diketahui sebanyak 1.681.945 orang lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA)

menganggur tanpa pekerjaan dari total pengangguran terbuka sebanyak 7.388.737.

Hal ini menunjukkan bahwa lulusan SMA belum siap untuk memasuki dunia

kerja. Menurut Emma (2013), tingginya pengangguran di tingkat pendidikan

SMA dapat disebabkan oleh minimnya permintaan dan ketidaksesuaian

keterampilan. Sehingga pekerjaan yang tersedia tak sesuai dengan keterampilan

angkatan kerja lulusan sekolah menengah atas.

Survei yang dilakukan Tempo (Khanafi, 2007) pada Januari 2007

menunjukkan bahwa kriteria pekerja super yang diinginkan dunia kerja yaitu mau

bekerja keras (9,03%), kepercayaan diri tinggi (8,75%), mempunyai visi ke depan

(8,37%), bisa bekerja dalam tim (8,07%), memiliki perencanaan yang matang

(7,91%), mampu berpikir analitis (7,82%), mudah beradaptasi (7,12%), mampu

bekerja dalam tekanan (5,91%), mampu mengorganisasi pekerjaan (5,26%), dan

sebagainya. Nilai-nilai karakter yang menunjang karir seseorang dapat

dikelompokkan dalam nilai-nilai dasar yang umum, seperti jujur, berterima kasih,

konsisten, tanggung jawab, loyal atau memenuhi janji serta nilai-nilai teknis

dalam bekerja seperti kreatif, pebelajar, inisiatif, mampu bekerja dalam tim,

berpikir fleksibel, atau pemecah masalah (Siswono, 2013).

Hasil survei tersebut menunjukkan bahwa bukan hanya kemampuan

akademik (intelektual) yang menentukan keberhasilan seseorang di dunia kerja,

namun banyak faktor lainnya, diantaranya keterampilan dan kematangan emosi.

Selaras dengan pendapat Achir (Muljatiningrum et al., 2008) kecerdasan

intelektual tinggi masih dianggap kurang, disarankan agar diperkaya dengan

(13)

2

hanya berperan dalam kehidupan manusia dengan besaran maksimum 20%,

bahkan rata-ratanya hanya 6% (Stein dan Book, 2002). Oleh sebab itu sekolah

sebagai sebuah lembaga pendidikan diharapkan dapat menghasilkan lulusan calon

tenaga kerja yang profesional. Sesuai dengan salah satu indikator tercapainya visi

pendidikan di SMA yaitu siswa memiliki daya saing dalam memasuki lapangan

pekerjaan (Muhamimin et al., 2008).

Salah satu cara untuk mempersiapkan peserta didik memiliki kesiapan dalam

menghadapi tantangan global adalah membekali siswa dengan kemampuan dasar

bekerja ilmiah (KDBI). Kemampuan dasar bekerja ilmiah ini terdiri dari

kecerdasan emosional dan kecerdasan intelektual (Rustaman, 2007). Menurut

Rustaman (2010) kerja ilmiah perlu untuk dibekalkan kepada siswa sebagai bekal

bertahan hidup selain bekal melanjutkan studi dan bekal bekerja.

Namun pembelajaran di sekolah selama ini lebih mengedepankan

pengembangan kecerdasan intelektual sehingga kecerdasan emosional kurang

dikembangkan (Rustaman, 2010). Padahal berbagai hasil penelitian menunjukkan

bahwa kecerdasan emosional mampu membuat anak-anak bersemangat tinggi

dalam belajar, disukai teman-temannya, serta akan membantu saat memasuki

dunia kerja dan berkeluarga (Aunurrahman, 2012). Kenyataannya proses

pembelajaran di sekolah masih terbatas pada aspek pengetahuan, ingatan, dan

kemampuan berpikir logis atau berpikir konvergen, yaitu kemampuan

menemukan satu jawaban paling tepat terhadap masalah yang diberikan

berdasarkan informasi yang tersedia. Sehingga bila siswa dihadapkan pada suatu

masalah siswa mengalami kesulitan untuk memecahkan masalah atau memberikan

beberapa alternatif pemecahan masalah (Munandar, 1999).

Apabila kondisi ini dibiarkan dikhawatirkan lulusan pendidikan tidak

memiliki bekal kecerdasan emosional yang dapat membantunya untuk

menghadapi tantangan saat memasuki dunia pekerjaan. Perlunya melatih

kemampuan dasar bekerja ilmiah dalam pelajaran sains karena sains dianggap

menduduki posisi penting dalam pembangunan karakter masyarakat dan bangsa

karena kemajuannya yang pesat, dapat ditransfer pada bidang lain, serta muatan

(14)

bekerja ilmiah merupakan perluasan metode ilmiah, yang diartikan sebagai

scientific inquiry yang diterapkan dalam tindakan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

maupun dalam kehidupan (Rustaman, 2007).

Salah satu konsep biologi yang sering menjadi permasalahan global adalah

konsep pencemaran lingkungan. Permasalahan lingkungan dewasa ini telah

semakin meningkat dan meluas. Konsep pencemaran lingkungan merupakan salah

satu konsep yang diberikan di kelas X semester genap. Konsep pencemaran

merupakan salah satu materi yang kontekstual dan selalu berkembang karena

didukung oleh media informasi yang beragam, sehingga konsep-konsep

pencemaran tidak hanya diperoleh siswa di sekolah tetapi dapat juga dari media

informasi yang lain seperti koran, televisi, dan internet. Pencemaran adalah salah

satu konsep biologi yang pembelajarannya dapat dilakukan dengan berbagai

pengalaman belajar dan dapat memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber

belajar.

Melihat fenomena tersebut dibutuhkan suatu model pembelajaran yang dapat

mengembangkan kemampuan dasar bekerja ilmiah dan membangun sikap

kemandirian siswa melalui konsep pencemaran lingkungan. Model project based

learning (pembelajaran berbasis proyek) merupakan model pembelajaran yang

menggunakan proyek atau kegiatan sebagai media (Rasto, 2013). Peserta didik

diarahkan untuk melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis dan

informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar. Model pembelajaran

ini menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan

mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam

beraktivitas secara nyata (Rasto, 2013). Maka dari itu model pembelajaran

berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang sesuai untuk menyongsong

abad ke-21 (Bell, 2010).

Pembelajaran berbasis proyek dapat berperan sebagai model pembelajaran

yang dapat membantu meningkatkan potensi siswa. Hal ini terlihat dari beberapa

penelitian mengenai penerapan pembelajaran berbasis proyek sebelumnya yang

(15)

4

proses belajar siswa. Adapun beberapan hasil penelitian yang relevan disajikan

pada Tabel 1.1

Tabel 1.1 Hasil Penelitian yang Relevan dengan Penelitian

No Nama Tahun Judul Kesimpulan

1 Siska

Hariyani

2013 Penerapan Model

project based learning

untuk meningkatkan

penalaran logis siswa

pada konsep

pertumbuhan dan

perkembangan

Model project based

learning pada konsep

pertumbuhan dan

2010 Pendekatan project

based learning untuk

2. Pembelajaran melalui

pendekatan project

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penelitian dilakukan dengan tujuan

dapat membekali peserta didik dengan kecerdasan intelektual dan kecerdasan

(16)

model pembelajaran berbasis proyek. Oleh karena itu, penelitian ini mengambil judul “Penerapan Pembelajaran Berbasis Proyek Terhadap Kemampuan Dasar Bekerja Ilmiah Siswa SMA pada Konsep Pencemaran”. Penelitian ini diharapkan

dapat digunakan sebagai acuan pelaksanaan pembelajaran biologi selanjutnya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah penelitian ini adalah “Bagaimana penerapan modelpembelajaran berbasis proyek terhadap peningkatan kemampuan dasar bekerja ilmiah siswa SMA pada konsep pencemaran?”

Adapun yang menjadi fokus pertanyaan peneliti dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana peningkatan kemampuan dasar bekerja ilmiah siswa melalui

penerapan model pembelajaran berbasis proyek?

2. Bagaimana hasil penguasaan konsep siswa melalui penerapan

pembelajaran berbasis proyek pada konsep pencemaran?

3. Bagaimana tanggapan siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran berbasis

proyek pada konsep pencemaran?

C. Batasan Masalah

Untuk menghindari meluasnya pembahasan, maka penelitian ini dibatasi pada

hal-hal berikut:

1. Penelitian dilakukan di salah satu sekolah SMA Negeri yaitu SMAN X

Bandung Kelas XI semester genap tahun ajaran 2012/2013 di kelas X-6.

2. Kemampuan dasar bekerja ilmiah yang dimaksud meliputi kecerdasan

intelektual dan kecerdasan emosional siswa.

3. Kecerdasan emosional diukur berdasarkan self assessment (evaluasi diri).

4. Model pembelajaran berbasis proyek menghasilkan produk bernilai

ekonomi dengan memanfaatkan sampah organik sesuai peminatan siswa.

(17)

6

Sesuai dengan pertanyaan penelitian yang telah dikemukakan, adapun tujuan

penelitian ini diantaranya:

1. Memperoleh informasi hasil peningkatan kemampuan dasar bekerja ilmiah

siswa SMA melalui pembelajaran berbasis proyek pada konsep

pencemaran.

2. Memperoleh informasi hasil penguasaan konsep siswa SMA melalui

pembelajaran berbasis proyek pada konsep pencemaran.

3. Memperoleh informasi mengenai tanggapan siswa terhadap pelaksanaan

model pembelajaran berbasis proyek pada konsep pencemaran.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi dunia pendidikan

yaitu:

1. Bagi Peneliti

Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat sebagai sarana untuk

mempraktikkan teori-teori yang diperoleh selama di bangku kuliah dengan

kenyataan di sekolah dan sebagai bekal peneliti dalam mempersiapkan diri

sebagai pengajar.

2. Bagi sekolah

Bagi sekolah, penelitian ini dapat memberikan sumbangan yang baik bagi

sekolah dalam rangka perbaikan proses pembelajaran guna peningkatan

kualitas pembelajaran biologi. Selain itu juga memotivasi kepada

guru-guru agar menerapkan model pembelajaran berbasis proyek dalam

kegiatan belajar mengajar.

3. Bagi guru

Manfaat penelitian ini terhadap guru diantaranya:

a. Membantu guru dalam pemilihan model pembelajaran yang sesuai

sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang lebih menarik

minat dan motivasi siswa.

b. Menjadi referensi dalam pemilihan model pembelajaran yang

(18)

c. Dapat lebih menciptakan suasana kelas yang menerapkan nilai-nilai

ilmiah serta meningkatkan kemampuan guru tersebut.

4. Bagi siswa

Manfaat Penelitian ini bagi siswa diantaranya:

a. Meningkatkan minat dan motivasi belajar.

b. Mendorong siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran.

c. Memberikan bekal keterampilan menciptakan produk kepada siswa.

5. Bagi peneliti lain

Bagi peneliti lain penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi

(19)

34

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di salah satu SMA Negeri di Kota Bandung. Pemilihan

lokasi penelitian ini didasarkan pada karakteristik sekolah yang merupakan

sekolah berwawasan lingkungan yang sesuai dengan tujuan penelitian.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

diperlajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2014). Populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X di salah satu SMA Negeri di Kota

Bandung Tahun Ajaran 2012/2013.

Mengingat populasi yang cukup besar untuk memudahkan penelitian ini

maka diambil dua kelas sebagai sampel. Sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2014). Sampel

ditentukan dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling, dengan

pertimbangan kedua kelas yang dipilih memiliki kesamaan karakter dan level

kognitif yang sama. Sebagaimana dinyatakan oleh Sugiyono (2014) bahwa

purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sebagai sumber data

dengan pertimbangan tertentu. Sampel dalam penelitian ini sebanyak dua kelas

yang merupakan siswa kelas X-6 dan X-7 di salah satu SMAN di Kota Bandung

Tahun Ajaran 2012/2013

C. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu “nonequivalent

control group design”. Pemilihan desain ini karena pada penelitian ini kelompok

eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random (Sugiyono,

(20)

Ginar Ranitapuri Salim, 2014

Desain penelitian “nonequivalent control group design” menurut Sugiyono

(2014) dirancang sebagai berikut.

Pola :

Kelompok Pretest Perlakuan Postest

Eksperimen X

Kontrol

Keterangan :

E = kelompok eksperimen

K = kelompok kontrol

OІ = tes awal kelompok eksperimen

OЇ = tes akhir kelompok eksperimen

OЈ = tes awal kelompok kontrol

OЉ = tes akhir kelompok kontrol

X = pembelajaran pada kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran

berbasis proyek. Produk yang dibuat disesuaikan dengan peminatan

siswa.

Y = pembelajaran pada kelas kontrol menggunakan model pembelajaran

konvensional menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan

penugasan

D. Metode Penelitian

Metode Quasi Experimental Design merupakan pengembangan dari true

experimental design. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat

berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang memengaruhi

pelaksanaan eksperimen (Sugiyono, 2014). Atas dasar sulitnya mengendalikan

variabel-variabel lain yang memengaruhi penelitian maka metode penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi Experimental Design. Eksperimen

ini belum memenuhi persyaratan seperti cara eksperimen yang dapat dikatakan

ilmiah mengikuti peraturan-peraturan tertentu (Arikunto, 2010) namun desain ini

(21)

36

Ginar Ranitapuri Salim, 2014

Metode penelitian ini melibatkan berbagai variabel. Variabel adalah segala

sesuatu apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh

informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2014).

Berdasarkan hubungan antar variabel maka macam-macam variabel dapat

dibedakan diantaranya menjadi variabel bebas dan variabel terikat.

Variabel bebas adalah variabel yang memengaruhi atau yang menjadi sebab

berubahnya atau timbulnya variabel terikat (Sugiyono, 2014). Variabel bebas pada

penelitian ini adalah model pembelajaran yang digunakan, yaitu model

pembelajaran berbasis proyek pada kelas eksperimen dan metode belajar

konvensional (ceramah, tanya jawab, dan penugasan) pada kelas kontrol.

sedangkan variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat adanya variabel bebas (Sugiyono, 2014). Variabel terikatnya

adalah kemampuan dasar bekerja ilmiah.

E. Definisi Operasional

Untuk menghindari berbagai penafsiran terhadap definisi operasional yang

digunakan dalam penelitian ini, maka penjelasan dari masing-masing definisi

diantaranya:

1. Pembelajaran Berbasis Proyek

Pembelajaran berbasis proyek yang dimaksudkan dalam penelitian ini

adalah model pembelajaran yang menekankan pemecahan masalah melalui

tahapan kegiatan proyek sehingga akhirnya siswa dapat menghasilkan produk

sebagai solusi terhadap pemecahan masalah yang dihadapi. Ciri khas utama

model pembelajaran berbasis proyek pada penelitian ini yaitu dihasilkannya

produk yang diharapkan memiliki nilai ekonomis sebagai solusi pemecahan

masalah yang dihadapi siswa. Produk yang dibuat disesuaikan dengan

peminatan siswa.

2. Kemampuan Dasar Bekerja Ilmiah

Kemampuan dasar bekerja ilmiah merupakan perluasan metode ilmiah

(22)

Ginar Ranitapuri Salim, 2014

Kecerdasan intelektual dalam penelitian ini adalah tingkat kemampuan siswa

dalam menyelesaikan tes tulis kecerdasan intelektual yang diukur berdasarkan

perolehan skor, sedangkan kecerdasan emosional adalah tingkat kecerdasan

emosional siswa yang diukur melalui hasil rekapitulasi skor pada kuesioner

evaluasi diri siswa. Ciri khas utama kemampuan dasar bekerja ilmiah yang

membedakannya dengan keterampilan proses sains yaitu adanya penekanan

pada pengembangan kecerdasan emosional, yang berperan dalam mengontrol

emosi siswa dalam melakukan setiap tindakannya.

3. Konsep Pencemaran

Konsep pencemaran di tingkat SMA diberikan di kelas X (sepuluh) pada

semester genap. Berdasarkan panduan penyusunan kurikulum tingkat satuan

pendidikan (KTSP) jenjang pendidikan dasar dan menengah (BSNP, 2006)

materi ini berada dalam standar kompetensi menganalisis hubungan antara

komponen ekosistem, perubahan materi dan energi serta peranan manusia

dalam keseimbangan ekosistem, sedangkan kompetensi dasar yang harus

dicapai yaitu :

a. Menjelaskan keterkaiatan antara kegiatan manusia dengan masalah

perusakan/pencemaran lingkungan dan pelestarian lingkungan

b. Menganalisis jenis-jenis limbah dan daur ulang limbah

c. Membuat produk daur ulang limbah.

F. Instrumen Penelitian

1. Tes Tulis Kecerdasan Intelektual

Tes tulis kecerdasan intelektual digunakan untuk mengukur tingkat

kecerdasan intelektual siswa. Soal tes tulis kecerdasan intelektual berbentuk

pilihan ganda yang terdiri dari 20 soal. Sebelum digunakan dalam penelitian,

instrumen telah di judgement oleh tiga dosen kemudian direvisi dan

diujicobakan pada siswa kelas XI IPA 3. Hasil ujicoba direvisi kemudian

diujicobakan kembali kepada siswa kelas XI IPA 3. Tes tulis kecerdasan

(23)

38

Ginar Ranitapuri Salim, 2014

bekerja ilmiah. Kisi-kisi instrumen tes tulis kecerdasan intelektual

ditunjukkan pada Tabel 3.1

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Tes Tulis Kecerdasan Intelektual

No Indikator No

Soal

1 Observasi dan bertanya : mengumpulkan fakta relevan 1

2 Observasi dan bertanya : bertanya apa, mengapa, dan bagaimana 2

3 Observasi dan bertanya : bertanya berlatar belakang hipotesis 3

4 Observasi dan bertanya : mengajukan pertanyaan produktif 4

5 Merencanakan percobaan/penyelidikan : mengendalikan variabel 5

6 Merencanakan percobaan/penyelidikan : mengidentifikasi

variabel

6, 12

7 Merencanakan percobaan/penyelidikan : berhipotesis 7

8 Merencanakan percobaan/penyelidikan : menentukan tujuan, alat/

bahan, dan prosedur

8, 9,

10,

9 Merencanakan percobaan/penyelidikan : membuat desain 11

10 Merencanakan percobaan/penyelidikan : mengalokasikan waktu 17

11 Melaksanakan percobaan/penyelidikan : mengelompokkan

(klasifikasi)

18

12 Melaksanakan percobaan/penyelidikan : interpretasi (termasuk

menyimpulkan)

19

13 Mengomunikasikan : membaca grafik/tabel/bagan 13

14 Melaksanakan percobaan/penyelidikan : meramalkan (prediksi) 14

15 Mengomunikasikan : membuat grafik/tabel/bagan 16

16 Menerapkan : menerapkan pada situasi baru 15

17 Menerapkan : menjelaskan peristiwa dengan konsep 20

2. Kuesioner Kecerdasan Emosional

Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

(24)

Ginar Ranitapuri Salim, 2014

untuk dijawab (Sugiyono, 2014). Kuesioner diberikan dalam bentuk self

assessment (penilaian diri) mengenai kemampuan kecerdasan emosionalnya

dengan skala penilaian Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan

Sangat Tidak Setuju (STS). Penilaian diri adalah suatu teknik penilaian yang

dilakukan oleh siswa sendiri, berkaitan dengan status, proses, dan tingkat

pencapaian kompetensi yang dipelajarinya dalam mata pelajaran tertentu

didasarkan atas kriteria atau acuan yang telah disiapkan (Arikunto, 2012).

Pertanyaan yang diajukan sesuai dengan indikator pada rumpun kemampuan

dasar bekerja ilmiah. Kisi-kisi kuesioner kecerdasan emosional disajikan pada

Tabel 3.2

Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner Kecerdasan Emosional.

No Indikator No. Soal

1 Observasi dan bertanya : Akurat 1

2 Observasi dan bertanya : Jujur 2

3 Observasi dan bertanya : Objektif 3

4 Observasi dan bertanya :Berani menanggung risiko 4

5 Merencanakan percobaan/penyelidikan: Teliti 5,6

6 Merencanakan percobaan/penyelidikan: Memiliki alternatif 7

7 Merencanakan percobaan/penyelidikan : Kritis 8

8 Melaksanakan percobaan /penyelidikan: Teliti 9,10

9 Melaksanakan percobaan /penyelidikan: Tekun 11,12,13

10 Melaksanakan percobaan /penyelidikan: Akurat 15

11 Melaksanakan percobaan /penyelidikan: Tidak mudah

menyerah

16

12 Melaksanakan percobaan /penyelidikan: Berdasarkan data 14

13 Mengomunikasikan: kooperatif 17,18,19,20

14 Mengomunikasikan: Tidak memaksakan kehendak 22,23

(25)

40

Ginar Ranitapuri Salim, 2014

16 Mengomunikasikan: Teliti 24, 25

17 Menerapkan: Berdaya guna 26

18 Menerapkan: Tepat guna 27

3. Tes Penguasaan Konsep

Tes penguasaan konsep digunakan untuk mengukur pemahaman konsep

siswa. Soal terdiri dari 10 butir soal pilihan ganda dan tiga soal uraian.

Kisi-kisi soal penguasaan konsep disajikan pada Tabel 3.3

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Soal Penguasaan Konsep

No Indikator No. Soal

1 Menghubungkan masalah pencemaran lingkungan

dengan usaha pelestarian lingkungan

1, 2, 3, 4,

1B, 2B

2 Membedakan jenis-jenis limbah 5, 6, 7, 8

3 Menjelaskan jenis-jenis daur ulang limbah 9

4 Membuat produk daur ulang limbah 10, 3B

4. Lembar Kerja Siswa

LKS digunakan untuk menuntun pelaksanaan proyek siswa pada kelas

eksperimen, LKS yang diberikan pada kelas eksperimen ini terdiri dari

Tujuan, Pendahuluan, Pertanyaan, Tugas, Kegiatan I yang terdiri dari

Membuat Time Line, menuliskan Alat dan Bahan, Cara Kerja, Desain

Produk, Perkiraan Nilai Ekonomi Produk, Keuntungan dan Kelemahan

Produk, Catatan, dan petunjuk Sistematika Penulisan Poster. Sedangkan pada

kelas kontrol LKS digunakan untuk menuntun siswa dalam melaksanakan

praktikum terdiri dari Tujuan, Pendahuluan, Pertanyaan, Praktikum, dan

Petunjuk Praktikum yang mencakup Tujuan Praktikum, Alat dan Bahan, serta

Langkah Kerja.

(26)

Ginar Ranitapuri Salim, 2014

Kuesioner tanggapan siswa digunakan untuk mengetahui tanggapan

siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan. Kuesioner terdiri dari 11

pertanyaan mengenai pelaksanaan pembelajaran berbasis proyek. Kisi-kisi

kuesioner tanggapan siswa kelas eksperimen disajikan pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Kuesioner Tanggapan Siswa

No Indikator Pertanyaan

1 Mengetahui pembelajaran yang biasa dilakukan 1

2 Mengetahui perasaan/kesan siswa dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis proyek

2,3,7

3 Mengetahui manfaat pembelajaran berbasis proyek 4,8

4 Mengetahui tahapan pembelajaran berbasis proyek yang paling disukai siswa

5

5 Mengetahui tahapan pembelajaran berbasis proyek yang paling sulit bagi siswa

6

6 Kendala yang dihadapi selama pelaksanaan pembelajaran berbasis proyek

9

7 Saran dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis proyek

10

8 Mengetahui waktu yang dibutuhkan untuk

menyelesaikan proyek

11

G. Proses Pengembangan Instrumen

Sebelum digunakan dalam pembelajaran, instrumen dijudgement oleh tiga

dosen ahli kemudian diuji instrumen kepada siswa kelas XI. Instrumen kemudian

direvisi berdasarkan hasil uji instrumen hingga selanjutnya diuji kembali di kelas

yang sama.

1. Tes Tulis Kecerdasan Intelektual

(27)

42

Ginar Ranitapuri Salim, 2014

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat

kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid

mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang valid

berarti memiliki validitas rendah. (Arikunto, 2010)

Sebuah Instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa

yang diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat

mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat (Arikunto,

2010). Validitas soal dapat ditentukan melalui rumus yang ditunjukkan

pada Gambar 3.1

Gambar 3.1 Rumus Menentukan Validitas Soal

Keterangan :

rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua

variabel yang dikorelasikan ( x = X – X dan y = Y - Ȳ).

xy = jumlah perkalian x dengan y

x² = kuadrat dari x

y² = kuadrat dari y

Hasil perhitungan data tersebut selanjutnya diinterpretasi dengan

kriteria yang ditunjukkan pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5 Kriteria Validitas Butir Soal

Nilai Arti

0,80 – 1,00 Sangat Tinggi

0,60 – 0,80 Tinggi

0,40 – 0,60 Cukup

0,20 – 0,40 Rendah

0,00 – 0,20 Sangat Rendah

(28)

Ginar Ranitapuri Salim, 2014

Proses uji validitas soal ini dibantu dengan menggunakan software

ANATES 4.0.9. Butir soal terpilih yang digunakan sebagai instrumen

dalam pengambilan data memiliki sebaran validitas dari tinggi sampai

rendah. Adapun distribusi sebaran validitas butir soal tercantum dalam

Tabel 3.6.

Tabel 3.6 Distribusi Butir Soal Tes Tulis Kecerdasan Intelektual Berdasarkan

Tingkat Validitas

Kategori Validitas Nomor Soal Banyak Soal Persentase

Tinggi 1,8 2 10%

Cukup 2,3,6,7,11,12,13,16,18,20 10 50%

Rendah 4,5,9,10,14,15,17,19 8 40%

Jumlah Soal 20 100%

b. Uji Reliabilitas Soal (Keajegan)

Reliabilitas suatu instrumen menunjukkan keajegan (konsistensi)

hasil pengukuran instrumen seandainya instrumen tersebut digunakan

oleh orang yang sama dalam waktu berlainan atau digunakan oleh orang

yang berlainan di waktu yang sama (Arikunto, 2009). Lebih lanjut

Arikunto menyatakan bahwa reliabilitas secara implisit juga mengandung

obyektivitas karena hasil pengukurannya tidak terpengaruh oleh siapa

pengukurnya.

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui tingkat keajegan atau

ketetapan hasil pengukuran soal (Arikunto, 2009). Proses uji reliabilitas

ini dibantu dengan menggunakan software ANATES 4.0.9. Hasil

pengolahan data reliabilitas soal selanjutnya diinterpretasikan

menggunakan kriteria seperti yang tercantum pada Tabel 3.7.

Tabel 3.7 Kriteria Reliabilitas Soal

(29)

44

Ginar Ranitapuri Salim, 2014

0,80-1,00 Sangat Tinggi

0,60-0,80 Tinggi

0,40-0,60 Cukup

0,20-0,40 Rendah

0,00-0,20 Sangat rendah

(Arikunto,2009)

Dari perhitungan reliabilitas instrumen pilihan ganda kecerdasan

intelektual yang telah diuji coba diperoleh nilai reliabilitas sebesar 0,67

hal ini menunjukkan bahwa instrumen tersebut reliabel dan termasuk

pada kategori tinggi.

c. Daya Pembeda (Indeks Diskriminasi)

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk

membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai

(Arikunto, 2012). Indeks diskriminasi soal dapat ditentukan melalui

rumus yang ditunjukkan pada Gambar 3.2

Gambar 3.2 Rumus Indeks Diskriminasi

Keterangan :

D = indeks diskriminasi

J = jumlah peserta tes

JA = banyaknya peserta kelompok atas

JB = banyaknya peserta kelompok bawah

BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu

(30)

Ginar Ranitapuri Salim, 2014

BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal

itu dengan benar

PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Hasil perhitungan indeks diskriminasi menggunakan rumus yang

ditunjukkan pada Gambar 3.2 dapat diinterpretasikan sebagaimana

ditunjukkan oleh Gambar 3.3 dan Tabel 3.8

Gambar 3.3 Klasifikasi Indeks Diskriminasi

Tabel 3.8 Klasifikasi Indeks Diskriminasi

Nilai Arti

<0,00 Sangat Jelek

0,00 – 0,20 Jelek

0,21 – 0,40 Cukup

0,41 – 0,70 Baik

0,71 – 1,00 Baik Sekali

(Arikunto, 2009)

Proses perhitungan indeks diskriminasi soal ini dibantu dengan

menggunakan software ANATES 4.0.9. Berdasarkan hasil interpretasi

diketahui bahwa butir soal terpilih yang digunakan dalam pengambilan

data memiliki sebaran daya pembeda dari baik sekali sampai jelek

sebagaimana tercantum dalam Tabel 3.9

Tabel 3.9 Distribusi Butir Soal Tes Tulis Kecerdasan Intelektual Berdasarkan

(31)

46

Ginar Ranitapuri Salim, 2014 Kategori Daya

Pembeda

Nomor Soal Banyak

Soal

Persentase

Baik Sekali 1 1 5%

Baik 4,6,7,8,9,11,12,13,15,16,18,19,20 13 65%

Cukup 2,3,10,14,17 5 25%

Jelek 5 1 5%

Jumlah Soal 20 100%

d. Taraf Kesukaran (Indeks Kesukaran)

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak

terlalu sukar (Arikunto, 2009). Indeks kesukaran dapat ditentukan

melalui rumus yang ditunjukkan pada Gambar 3.4

Gambar 3.4 Rumus Indeks Kesukaran

Keterangan :

P = indeks kesukaran

B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul

JS = jumlah seluruh siswa peserta tes

Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai dengan 1,0 dengan

klasifikasi dari sukar hingga mudah sebagaimana terlihat pada Gambar

3.5.

(32)

Ginar Ranitapuri Salim, 2014

Nilai tingkat kesukaran yang telah diketahui kemudian diinterpretasi

berdasarkan kriteria klasifikasi tingkat kesukaran yang ditunjukkan pada

Tabel 3.10

Tabel 3.10 Klasifikasi Tingkat Kesukaran

Nilai Arti

0,00 – 0,30 Sukar

0,31 – 0,70 Sedang

0,71 – 1,00 Mudah

(Arikunto, 2009)

Hasil perhitungan ini diolah menggunakan software ANATES

4.0.9.Tingkat kesukaran butir soal terpilih yang digunakan tersebar mulai

dari kriteria sukar sampai mudah. Distribusi tingkat kesukaran tiap butir

soal tercantum dalam Tabel 3.11

Tabel 3.11 Distribusi Butir Soal Tes Tulis Kecerdasan Intelektual Berdasarkan

Tingkat Kesukaran

Kategori Tingkat

Kesukaran

Nomor Soal Banyak

Soal

Persentase

Sukar 5,12 2 10%

Sedang 1,6,7,8,9,11,15,16,17,19,20 11 55%

Mudah 2,3,4,10,13,14,18 7 35%

Jumlah Soal 20 100%

e. Kualitas Pengecoh

Kualitas pengecoh yang baik dapat diketahui dari pola jawaban

siswa. Pola jawaban siswa adalah distibusi testee dalam hal menentukan

pilihan jawaban pada soal bentuk pilihan ganda. Dari pola jawaban siswa

dapat ditentukan apakah pengecoh berfungsi sebagai pengecoh dengan

(33)

48

Ginar Ranitapuri Salim, 2014

berarti bahwa pengecoh itu jelek. Sebaliknya sebuah pengecoh dapat

dikatakan berfungsi dengan baik apabila pengecoh tersebut mempunyai

daya tari yang besar bagi pengikut-pengikut tes yang kurang memahami

konsep atau kurang menguasai bahan (Arikunto, 2012).

Pengolahan kualitas pengecoh tiap butir soal dilakukan dengan

menggunakan software ANATES versi 4.0.9. Data kualitas pengecoh

yang muncul dalam output ANATES versI 4.0.9 diinterpretasikan pada

kriteria yang terdapat dalam software ANATES versi 4.0.9.

Kriteria kualitas pengecoh tiap butir soal yang telah diolah

menggunakan software ANATES 4.0.9 berbeda-beda pada setiap butir

soal dan tersebar dari kriteria sangat buruk hingga sangat baik. Distribusi

kualitas pengecoh tiap butir soal tercantum pada Tabel 3.12.

Tabel 3.12 Kriteria Kualitas Pengecoh Tiap Butir Soal

(34)

Ginar Ranitapuri Salim, 2014

digunakan sebagai evaluasi kecerdasan intelektual siswa. Dari 25 soal

yang diujicoba dipilih 14 soal yang memenuhi kriteria berdasarkan

software ANATES 4.0.9 dan enam soal yang digunakan dengan revisi

karena pertimbangan perlunya menilai indikator soal tersebut.

Rekapitulasi keseluruhan hasil analisis setiap butir soal tes kecerdasan

intelektual disajikan pada Tabel 3.13.

Tabel 3.13 Rekapitulasi Hasil Analisis Butir Soal Kecerdasan Intelektual

No.

Reliabilitas Daya Pembeda Tingkat

Kesukaran Validitas Item Kes.

(35)

50

Ginar Ranitapuri Salim, 2014

9 7 66,67 Baik 55,81 Sedang 0,522 Cukup Digunakan

* digunakan dengan revisi

2. Tes Penguasaan Konsep

a. Uji Validitas Soal (Kesahihan)

Sebagaimana tes kecerdasan intelektual, tes penguasaan konsep pun

diuji validitas menggunakan software ANATES 4.0.9 untuk mengetahui

keajegan setiap butir soal. Sebaran kualifikasi uji validitas pada setiap

butir soal tersebar dari kriteria tinggi hingga rendah. Adapun sebaran uji

validitas tercantum pada Tabel 3.14.

Tabel 3.14 Distribusi Butir Soal Penguasaan Konsep Berdasarkan Tingkat

Validitas

Kategori

Validitas

Nomor Soal Banyak

Soal

Persentase

Tinggi 3,10 2 20%

Cukup 1,2,4,5,6,8,9 7 70%

(36)

Ginar Ranitapuri Salim, 2014

Jumlah Soal 10 100%

b. Uji Reliabilitas

Perhitungan uji reliabilitas soal penguasaan konsep dihitung dengan

menggunakan software ANATES 4.0,9. Hasil perhitungan reliabilitas

instrumen pilihan ganda soal penguasaan konsep yang telah diujicobakan

pada siswa kelas XI diperoleh nilai reliabilitas sebesar 0,72. Hal ini

menunjukkan bahwa instrumen penguasaan konsep tersebut reliabel dan

termasuk pada kategori tinggi.

c. Daya Pembeda (Indeks Diskriminasi)

Perhitungan daya pembeda tes penguasaan konsep dibantu software

ANATES 4.0,9. Sebaran klasifikasi daya pembeda pada tes penguasaan

konsep tersebar dari kriteria baik sekali hingga kriteria cukup. Distribusi

daya pembeda setiap butir soal tercantum dalam Tabel 3.15

Tabel 3.15 Distribusi Butir Soal Penguasaan Konsep Berdasarkan Daya Pembeda

Kategori Daya

Pembeda

Nomor Soal Banyak

Soal

Persentase

Baik Sekali 10 1 10%

Baik 1,2,3,4,5,6,8,9 8 80%

Cukup 7 1 10%

Jumlah Soal 10 100%

d. Taraf Kesukaran (Indeks Kesukaran)

Perhitungan taraf kesukaran dihitung menggunakan software

ANATES 4.0,9. Sebaran tingkat kesukaran pada soal tes penguasaan

konsep mulai dari kriteria sukar hingga mudah. Adapun distribusi soal

(37)

52

Ginar Ranitapuri Salim, 2014

Tabel 3.16 Distribusi Butir Soal Penguasaan Konsep Berdasarkan Taraf

Kesukaran

Kategori Tingkat

Kesukaran

Nomor Soal Banyak

Soal

Kualitas pengecoh dihitung menggunakan software ANATES 4.0,9.

Sebaran kualitas pengecoh pada tiap butir soal tersebar dari kriteria

sangat buruk hingga kriteria sangat baik. Adapun sebaran kualifikasi

kualitas pengecoh tercantum dalam Tabel 3.17

Tabel 3.17 Kriteria Kualitas Pengecoh Tiap Butir Soal Penguasaan Konsep

(38)

Ginar Ranitapuri Salim, 2014

Keterangan : ¹ Di uji cobakan pada kategori soal tes kecerdasan

intelektual atas pertimbangan hasil judgment dipindahkan pada kategori

penguasaan konsep karena mengandung unsur konsep

Hasil uji instrumen tersebut digunakan untuk memilih butir-butir

soal yang akan digunakan sebagai evaluasi pengetahuan siswa dalam

penelitian. Lima belas soal telah diujicoba kemudian dipilih delapan soal

yang memenuhi kriteria signifikan berdasarkan software ANATES 4.0.9

dan dua soal yang digunakan dengan revisi karena pertimbangan

perlunya menilai indikator soal tersebut dan berdasarkan hasil

perhitungan paling mendekati kriteria signifikan. Rekapitulasi hasil

keseluruhan analisis butir soal tes penguasaan konsep yang meliputi

validitas, reliabilitas, daya pembeda, tingkat kesukaran, serta kesimpulan

(39)

54

Ginar Ranitapuri Salim, 2014

Tabel 3.18 Rekapitulasi Hasil Analisis Butir Soal Penguasaan Konsep

No.

Reliabilitas Daya Pembeda Tingkat

Kesukaran

hasil judgment dipindahkan pada kategori penguasaan konsep

² digunakan dengan revisi

H. Teknik Pengumpulan Data

Tahapan pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Memberikan soal pretest kecerdasan intelektual dan pretest penguasaan

konsep pada siswa untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum

dilakukan kegiatan pembelajaran

2. Memberikan kuesioner awal kecerdasan emosional siswa kepada kedua

kelas untuk mengetahui penilaian diri kedua kelas sebelum dilakukan

kegiatan pembelajaran.

3. Memberikan pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis

proyek pada kelas eksperimen dan metode pembelajaran konvensional

(40)

Ginar Ranitapuri Salim, 2014

4. Memberikan postest kecerdasan intelektual dan postest penguasaan

konsep pada siswa untuk mengetahui kemampuan siswa setelah kegiatan

pembelajaran.

5. Memberikan kuesioner akhir kecerdasan emosional setelah kegiatan

pembelajaran untuk mengetahui penilaian diri siswa setelah kegiatan

pembelajaran.

6. Memberikan kuesioner tanggapan siswa untuk mengetahui kesan,

manfaat, dan kendala yang dirasakan selama pembelajaran dan saran

untuk perbaikan pada kegiatan pembelajaran selanjutnya.

I. Analisis Data

Data yang diolah pada penelitian ini adalah data kemampuan dasar bekerja

ilmiah, penguasaan konsep, serta tanggapan siswa terhadap model pembelajaran

berbasis proyek.

1. Pengolahan data pretest dan postest

Mengolah data pretest dan postest tes kecerdasan intelektual dan

penguasaan konsep dilakukan dengan beberapa langkah sebagai berikut:

a. Pemberian skor untuk pretest dan postest pada setiap butir soal

b. Menghitung skor total untuk pretest dan postest dari seluruh butir

soal pada setiap siswa

c. Mengubah skor menjadi nilai dengan menggunakan rumus yang

ditunjukkan Gambar 3.6

Gambar 3.6 Rumus Menentukan Skor Siswa

d. Data peningkatan kecerdasn intelektual dan penguasaan konsep

(41)

56

Ginar Ranitapuri Salim, 2014

e. Setelah mendapatkan nilai normalisasi N-gain, maka data tersebut

ditafsirkan ke dalam beberapa kriteria menurut Meltzer dan Hake

(1999) yang ditunjukkan pada Tabel 3.19.

f. Mengolah data pretest, postest, dan N-gain menggunakan software

SPSS versi 16.00

2. Pengolahan Data Statistik

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan uji statistik terhadap

hasil data pretes dan postest kecerdasan intelektual, penguasaan konsep, serta

hasil kuesioner kecerdasan emosional siswa pada kelas kontrol dan kelas

eksperimen menggunakan software SPSS versi 16.00. Langkah-langkah

pengolahan data tersebut akan dijabarkan sebagai berikut:

a. Uji Prasyarat

Uji prasyarat merupakan pengujian awal untuk menentukan apakah

pengujian hipotesis dilakukan dengan uji parametrik atau non parametrik.

Uji prasyarat ini dilakukan dengan menggunakan software SPSS versi

16.00. Uji prasyarat ini meliputi uji normalitas dan uji homogenitas.

1) Uji Normalitas

Uji normalitas merupakan uji untuk menentukan apakah data

berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji

normalitas yang digunakan dalam SPSS versi 16.00 adalah uji

Saphiro-Wilk. Uji Saphiro-Wilk (Saphiro Wilk Test) menurut

USEPA (Humaira, 2012) merupakan uji normalitas yang sangat

direkomendasikan untuk jumlah sampel kecil (n<50).

Hasil uji normalitas pada nilai pretest kecerdasan intelektual

kelas eksperimen dan kelas kontrol menunjukkan nilai signifikansi

berturut-turut yaitu 0,097 dan 0,066 yang berarti bahwa kecerdasan

(42)

Ginar Ranitapuri Salim, 2014

Pada hasil kuesioner kecerdasan emosional, uji normalitas

kuesioner awal kelas eksperimen 0,819 dan kelas kontrol 0,598 yang

berarti data kedua kelas berdistribusi normal. Sama halnya pada hasil

akhir kuesioner kecerdasan emosional kelas eksperimen sebesar

0,541 dan kelas kontrol 0,814 yang berarti bahwa data kedua kelas

berdistribusi normal.

Pada tes penguasaan konsep, uji normalitas pretest kelas

eksperimen 0,662 yang berarti data berdistribusi normal sedangkan

pada kelas kontrol menunjukkan hasil 0,003 yang berarti bahwa data

tidak berdistribusi normal. Karena data kelas kontrol tidak

berdistribusi normal maka pengujian hipotesis dilakukan

2) Uji Homogenitas

Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui asumsi varians

yang homogen atau tidak. Jenis homogenitas yang digunakan dalam

software SPSS versi 16.00 adalah Levene Test.

Uji homogenitas kecerdasan intelektual menunjukkan hasil yaitu

data pretest bernilai 0,237. Artinya data pretest kecerdasan

intelektual kedua kelas menunjukkan bahwa data homogen.

Uji homogenitas terhadap hasil kuesioner kecerdasan emosional

siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol menunjukkan bahwa

hasil kuesioner awal bernilai 0,426 dan kuesioner akhir 0,805.

Artinya bahwa data awal dan akhir kuesioner homogen.

Uji homogenitas penguasaan konsep kedua kelas memperoleh

hasil data pretest sebesar 0,636. Hasil tersebut menunjukkan bahwa

data homogen.

b. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis pada hasil pretest kecerdasan intelektual dan

(43)

58

Ginar Ranitapuri Salim, 2014

(α=0,05) karena semua data tes kecerdasan intelektual dan kuesioner

kecerdasan emosional menunjukkan hasil bahwa semua data berdistribusi

normal dan homogen. Sedangkan pada hasil pretest penguasaan konsep

karena semua data kelas kontrol menunjukkan hasil bahwa data tidak

berdistribusi normal maka pengujian hipotesis dilakukan dengan uji

nonparametrik (Sugiyono, 2013) U Mann Whitney.

3. Pengolahan Data Kriteria Peningkatan Tes Kemampuan Dasar Bekerja

Ilmiah dan Penguasaan Konsep

Kesimpulan hasil tes tulis kecerdasan intelektual dan penguasaan konsep

diperoleh melalui perbandingan N-gain antara kelas eksperimen dan kelas

kontrol karena hasil pretest kedua kelas menunjukkan adanya perbedaan yang

signifikan rata-rata nilai pretest antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Kriteria hasil peningkatan nilai siswa pada tes tulis kecerdasan intelektual, tes

penguasaan konsep, dan kecerdasan emosional siswa dihitung menggunakan

rumus indeks gain (Hake, 1999) yang tercantum pada Gambar 3.6:

Gambar 3.7 Rumus Indeks Gain

Keterangan:

g : Gain ternormalisasi (N-gain)

T2 : Nilai posttest

T1 : Nilai pretest

Is : Skor Maksimal

Hasil perhitungan indeks gain tersebut kemudian diinterpretasikan

berdasarkan kriteria yang dikemukakkan Hake (1999). Adapun kriteria Indeks

gain tercantum pada Tabel 3.19

(44)

Ginar Ranitapuri Salim, 2014

Rentang Kriteria

g > 0,70 Tinggi

0,30  g  0,70 Sedang

g < 0,30 Rendah

(Hake, 1999)

4. Pengolahan Hasil Kuesioner

Analisis kuesioner mengenai kecerdasan emosional siswa dilakukan

dengan memberikan skor sesuai dengan pilihan jawaban siswa. Skor tersebut

kemudian dipresentasekan dengan jawaban seluruh siswa pada pertanyaan

yang diberikan. Adapun kriteria persentase hasil kuesioner siswa tercantum

dalam Tabel 3.20

Tabel 3.20 Kriteria Persentase Hasil Kuesioner

Persentase Interpretasi

0% Tidak ada

1-25% Sebagian Kecil

26-49% Hampir Separuhnya

50 Separuhnya

51-75 Sebagian Besar

76-99 Hampir Seluruhnya

100 Seluruhya

(Koentjaraningrat dalam Humaira, 2012)

J. Prosedur Penelitian

1. Tahap Persiapan

a. Studi literatur, mengumpulkan informasi mengenai pembelajaran

berbasis proyek dan kemampuan dasar bekerja ilmiah.

b. Penyusunan proposal penelitian.

c. Melakukan bimbingan proposal penelitian.

(45)

60

Ginar Ranitapuri Salim, 2014

e. Memperbaiki proposal penelitian dari hasil seminar proposal

penelitian dengan arahan dan bimbingan dosen pembimbing.

f. Penyusunan intrumen penelitian meliputi tes tulis kecerdasan

intelektual, kuesioner kecerdasan emosional, LKS, rubrik penilaian

produk, tes penguasaan konsep, dan kuesioner tanggapan siswa.

g. Judgement instrumen penelitian.

h. Uji coba instrumen penelitian untuk mengetahui tingkat kesukaran,

daya pembeda, validitas soal, reliabilitas soal, dan kualitas pengecoh.

i. Analisis hasil uji coba instrumen.

j. Perbaikan instrumen berdasarkan hasil analisis uji coba instrumen.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Memberikan pretest penguasaan konsep, tes tulis kecerdasan

intelektual, dan kuesioner awal kecerdasan emosional kepada kelas

kontrol dan kelas eksperimen.

b. Pelaksanaan proses pembelajaran di kelas kontrol dan kelas

eksperimen. Pada kelas kontrol menggunakan metode pembelajaran

konvensional dengan metode ceramah, tanya jawab, dan penugasan,

sedangkan pada kelas eksperimen menggunakan model

pembelajaran berbasis proyek. Perbedaan perlakuan di kelas

eksperimen dan kelas kontrol terlihat pada Tabel 3.21.

c. Memberikan postest penguasaan konsep, tes tulis kecerdasan

intelektual kepada siswa baik di kelas eksperimen maupun di kelas

kontrol.

d. Memberikan kuesioner kecerdasan emosional kepada siswa di kelas

eksperimen dan kelas kontrol.

e. Memberikan kuesioner tanggapan siswa setelah kegiatan

pembelajaran berbasis proyek diberikan di kelas eksperimen dan

(46)

Ginar Ranitapuri Salim, 2014

3. Tahap Penarikan Kesimpulan atau Tahap Tindak Lanjut

a. Pengolahan dan analisis data menggunakan uji statistik mengenai uji

perbedaan dua rata-rata.

b. Pembahasan hasil analisis data berdasarkan tujuan penelitian.

c. Penarikan kesimpulan hasil penelitian.

(47)

62

Ginar Ranitapuri Salim, 2014

Tabel 3.21 Perbandingan Pelaksanaan Model Pembelajaran Berbasis Proyek dan

Metode Pembelajaran Konvensional

No Kelas Kontrol

(Pembelajaran melalui penugasan)

Kelas Eksperimen (Pembelajaran berbasis proyek) 1 Guru mengelompokkan siswa

menjadi 5 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 6-8 orang siswa

Guru mengelompokkan siswa menjadi 8 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 5-6 orang siswa

2 Guru membagikan LKS dan menugaskan siswa untuk membuat daur ulang kertas sesuai dengan langkah kerja yang diberikan. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya

Guru membagikan LKS dan

memberikan kesempatan kepada siswa untuk memahami permasalahan dan menentukan proyek yang akan

dilaksanakan serta memberikan waktu kepada siswa untuk bertanya

3 Guru memberikan ceramah mengenai materi pembelajaran dilanjutkan tanya jawab berdasarkan pertanyaan yang tercantum di LKS.

Siswa merancang produk yang akan dibuat sesuai dengan proyek yang telah dipilih dan mengonsultasikannya dengan guru. Waktu pengerjaan selama satu minggu.

4 Setiap kelompok siswa membuat produk daur ulang kertas di luar jam belajar sesuai dengan rancangan percobaan yang telah dibuat.

Setiap kelompok siswa melaksanakan percobaan sesuai dengan rancangan proyek dan dilanjutkan dengan pengujiaan produk yang telah dibuat dengan waktu selama 1 (satu) kali tatap muka. Pengujian produk dapat

dilanjutkan di luar jam belajar.

5 - Guru mengevaluasi pelaksanaan proyek

dan produk yang dibuat oleh siswa 6 Setiap kelompok siswa

mempresentasikan hasil percobaanya di dalam diskusi kelas sebanyak satu kali tatap muka

Setiap kelompok siswa

mempresentasikan produk yang telah dibuat dan pengalaman yang dirasakan. Kemudian memberi kesempatan

kelompok lain untuk bertanya dan memberi masukan terhadap produk tersebut. Waktu pelaksanaan sebanyak satu kali tatap muka

7 - Siswa memperbaiki produk sesuai

dengan hasil masukan siswa lain dan guru pada diskusi kelas

8 Guru melakukan penguatan konsep

(48)
(49)

64

Ginar Ranitapuri Salim, 2014

K. Alur Penelitian

Kecerdasan Intelektual & Kecerdasan Emosional

Uji hipotesis

Tes Penguasaan Konsep

Uji hipotesis (Non Parametrik)

Tes Penguasaan Konsep

Perhitungan Indeks Gain

Pelaksanaan Model Pembelajaran Berbasis Proyek di kelas

eksperimen Pelaksanaan Metode Pembelajaran

Konvensional di kelas kontrol

Pelaksanaan Penelitian

N-Gain & Uji hipotesis

Penjaringan Data dari Kuesioner dan Produk

Pengolahan dan Analisis Data

Kesimpulan

(50)

Ginar Ranitapuri Salim, 2014

(51)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Kemampuan Dasar Bekerja Ilmiah terdiri dari kecerdasan intelektual dan

kecerdasan emosional. Analisis data dan pembahasan hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran berbasis proyek pada konsep

pencemaran meningkatkan kemampuan dasar bekerja ilmiah siswa SMA pada

kategori rendah. Sama halnya pada kelas kontrol yang mengalami peningkatan

kemampuan dasar bekerja ilmiah pada kategori rendah.

Hasil perhitungan N-gain tes tulis kecerdasan intelektual kedua kelas

menunjukkan peningkatan kecerdasan intelektual yang tergolong rendah. Di sisi

lain hasil uji hipotesis kuesioner kecerdasan emosional menggunakan Independent

Sample T-Test menunjukkan adanya perbedaan signifikan kecerdasan emosional

antara kelas eksperimen dan kelas kontrol pada konsep pencemaran.

Hasil perhitungan N-gain tes penguasaan konsep menunjukkan kriteria

peningkatan N-gain yangtergolong rendah pada kedua kelas, yang berarti bahwa

tidak terdapat perbedaan peningkatan N-gain penguasaan konsep siswa SMA

pada konsep pencemaran antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Hasil kuesioner tanggapan siswa menunjukkan secara umum siswa

menanggapi penggunaan pembelajaran berbasis proyek secara positif.

Pembelajaran berbasis proyek memberikan keuntungan kepada siswa yaitu siswa

lebih kreatif dalam menciptakan karya atau produk. Model pembelajaran berbasis

proyek juga memberikan siswa motivasi yang tinggi dalam belajar. Kendala.pada

penelitian ini yaitu pada keterbatasan waktu dan siswa yang belum terbiasa

melakukan praktik maupun penelitian ilmiah sehingga tidak mengenal

istilah-istilah dalam penerapan metode ilmiah.

(52)

Ginar Ranitapuri Salim, 2014

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat beberapa rekomendasi yang ingin

peneliti sampaikan kepada beberapa pihak, yaitu:

1. Kepada Peneliti Selanjutnya

a. Untuk menjaring hasil kecerdasan emosional yang lebih akurat

diperlukan penilaian dari orang lain baik berupa lembar observasi

maupun peer assesment.

b. Untuk menunjang pengetahuan konsep siswa sebaiknya siswa

diberikan tugas merangkum atau peta konsep sebelum pembelajaran

dimulai sebagai bekal siswa dalam memahami materi pelajaran.

c. Supaya siswa dapat lebih mengembangkan kreativitasnya sebaiknya

proyek tidak diberi batasan tema yang terlalu mengikat ide kreatif

siswa.

d. Supaya pembelajaran berbasis proyek terlaksana secara optimal

alokasikan waktu dengan cukup dan persiapkan waktu tambahan

sebagai cadangan.

2. Kepada Pihak Sekolah dan Guru

a. Menyiapkan guru dengan memberikan pembekalan dan

membiasakan menggunakan pembelajaran berbasis proyek

b. Bagi guru sebaiknya dapat menerapkan pembelajaran berbasis

proyek di sekolah dengan menempatkan konsep yang akan diajarkan

pada awal atau pertengahan semester sehingga guru masih bisa

menagih proyek bila proyek belum selesai tepat waktu dan masih

ada waktu tambahan apabila diperlukan.

3. Kepada Pemerintah

Untuk dapat tercapainya kemampuan dasar bekerja ilmiah siswa,

pemerintah sebaiknya menyesuaikan kembali kurikulum dengan alokasi

Gambar

Tabel 1.1 Hasil Penelitian yang Relevan dengan Penelitian
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Tes Tulis Kecerdasan Intelektual
Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner Kecerdasan Emosional.
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Soal Penguasaan Konsep
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah: (1) Mengetahui bagaimana peningkatan kemampuan koneksi matematika siswa dengan penerapan model pembelajaran berbasis masalah dibandingkan

Berdasarkan latar belakang seperti yang sudah dikemukakan di atas maka dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: “Apakah penggunaan model pembelajaran berbasis

Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana instrumen penilaian proyek yang dapat menilai kemampuan

Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh suatu perlakuan menggunakan pembelajaran berbasis proyek, pemecahan masalah dan penemuan terhadap peningkatan literasi

Berdasarkan permasalahan pada latar belakang di atas, yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah penerapan model pembelajaran berbasis masalah

Saya menyatakan bahwa skripsi “ Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Pada Konsep Gangguan Pada Sistem

Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “Bagaimana Proses dan Hasil Pengembangan Desain Pembelajaran Berbasis Proyek dengan Pendekatan Matematika

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah penelitian adalah apakah penerapan model pembelajaran langsung dapat meningkatkan prestasi belajar