PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK TERHADAP KEMAMPUAN DASAR BEKERJA ILMIAH SISWA SMA PADA KONSEP PENCEMARAN
SKRIPSI
diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi
oleh
GINAR RANITAPURI SALIM 0807584
JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Ilmiah Siswa SMA pada Konsep
Pencemaran
Oleh
Ginar Ranitapuri Salim
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Ginar Ranitapuri Salim 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Juli 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
GINAR RANITAPURI SALIM
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK TERHADAP KEMAMPUAN DASAR BEKERJA ILMIAH SISWA SMA PADA KONSEP
PENCEMARAN
disetujui dan disahkan oleh pembimbing :
Pembimbing I
Prof., Dr. H. Suroso Adi Yudianto, M.Pd NIP. 195305221980021001
Pembimbing II
Kusnadi, S.Pd, M.Si NIP. 196805091994031001
Diketahui oleh,
Ketua Jurusan Pendidikan Biologi
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Rumusan Masalah Penelitian ... 5
C. Batasan Masalah ... 5
D. Tujuan Penelitian ... 5
E. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II Model Pembelajaran Berbasis Proyek dan Kemampuan Dasar Bekerja Ilmiah Siswa Pada Konsep Pencemaran ... 8
A. Pembelajaran Berbasis Proyek ... 8
B. Kemampuan Dasar Bekerja Ilmiah ... 17
C. Konsep Pencemaran ... 22
D. Kerangka Pemikiran ... 32
E. Hipotesis ... 33
BAB III METODE PENELITIAN ... 34
A. Lokasi Penelitian ... 34
B. Populasi dan Sampel... 34
C. Desain Penelitian ... 34
D. Metode Penelitian ... 35
E. Definisi Operasional ... 36
F. Instrumen Penelitian ... 37
G. Proses Pengembangan Instrumen ... 41
vi
I. Analisis Data ... 54
J. Prosedur Penelitian ... 58
K. Alur Penelitian ... 61
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 62
A. Hasil Penelitian ... 62
1. Kemampuan Dasar Bekerja Ilmiah ... 63
2. Penguasaan Konsep ... 72
3. Tanggapan Siswa ... 74
B. Pembahasan ... 78
1. Peningkatan Kemampuan Dasar Bekerja Ilmiah pada Konsep Pencemaran ... 78
2. Hasil Penguasaan Konsep Siswa pada Konsep Pencemaran ... 87
3. Tanggapan Siswa Terhadap Model Pembelajaran Berbasis Proyek ... 89
BAB V SIMPULAN DAN SARAN... 92
A. Simpulan ... 92
B. Saran ... 92
DAFTAR PUSTAKA ... 94
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Hasil Penelitian yang Relevan ... 4
Tabel 2.1 Indikator Kecerdasan Intelektual ... 19
Tabel 2.2 Indikator Kecerdasan Emosional ... 21
Tabel 2.3 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Materi Pencemaran ... 23
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Tes Tulis Kecerdasan Intelektual ... 38
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Angket Kecerdasan Emosional ... 39
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Soal Penguasaan Konsep ... 40
Tabel 3.4 Kisi-Kisi Kuesioner Tanggapan Siswa ... 41
Tabel 3.5 Kriteria Validitas Butir Soal ... 42
Tabel 3.6 Distribusi Butir Soal Berdasarkan Tingkat Validitas ... 43
Tabel 3.7 Kriteria Reliabilitas Soal ... 43
Tabel 3.8 Klasifikasi Indeks Diskriminasi ... 45
Tabel 3.9 Distribusi Butir Soal Berdasarkan Daya Pembeda ... 45
Tabel 3.10 Klasifikasi Tingkat Kesukaran ... 46
Tabel 3.11 Distribusi Butir Soal Berdasarkan Tingkat Kesukaran ... 47
Tabel 3.12 Kriteria Kualitas Pengecoh Tiap Butir Soal ... 48
Tabel 3.13 Rekapitulasi Hasil Analisis Butir Soal Kecerdasan Intelektual ... 49
Tabel 3.14 Distribusi Butir Soal Berdasarkan Tingkat Validitas ... 50
Tabel 3.15 Distribusi Butir Soal Berdasarkan Daya Pembeda ... 51
Tabel 3.16 Distribusi Butir Soal Berdasarkan Taraf Kesukaran ... 51
Tabel 3.17 Kriteria Kualitas Pengecoh Tiap Butir Soal ... 52
Tabel 3.18 Rekapitulasi Hasil Analisis Butir Soal Penguasaan Konsep ... 53
Tabel 3.19 Kriteria Indeks Gain ... 57
viii
Tabel 3.21 Perbandingan Pelaksanaan Model Pembelajaran Berbasis Proyek
dan Metode Pembelajaran Konvensional ... 60
Tabel 4.1 Rekapitulasi Statistik Hasil Tes Tulis Kecerdasan Intelektual Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 64
Tabel 4.2 Hasil Perhitungan N-gain Kecerdasan Intelektual Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 66
Tabel 4.3 Perbandingan Rata-Rata N-gain Kecerdasan Intelektual Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol pada Setiap Rumpun KDBI ... 66
Tabel 4.4 Tabel Perbandingan Peningkatan N-gain Kecerdasan Intelektual Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 67
Tabel 4.5 Rekapitulasi Statistik Hasil Kuesioner Kecerdasan Emosional Kelas Eksperimen dan Kelas kontrol ... 68
Tabel 4.6 Perbandingan Hasil Kuesioner Kecerdasan Emosional Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 70
Tabel 4.7 Perbandingan Peningkatan Kategori N-gain Kecerdasan Emosional Antara Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 71
Tabel 4.8 Rekapitulasi Hasil Statistik Tes Penguasaan Konsep Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 72
Tabel 4.9 Perhitungan Nilai N-gain Penguasaan Konsep Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 74
Tabel 4.10 Hasil Kuesioner Tanggapan Siswa Kelas Eksperimen ... 75
Tabel 4.11 Rekapitulasi Hasil Kuesioner Tanggapan Siswa ... 77
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Rumus Menentukan Validitas Soal ... 42
Gambar 3.2 Rumus Indeks Diskriminasi ... 44
Gambar 3.3 Klasifikasi Indeks Diskriminasi ... 45
Gambar 3.4 Rumus Indeks Kesukaran ... 46
Gambar 3.5 Rentang Indeks Kesukaran ... 46
Gambar 3.6 Rumus Menentukan Skor Siswa ... 54
Gambar 3.7 Rumus Indeks Gain ... 57
Gambar 3.8 Alur Penelitian... 61
Gambar 4.1 Grafik Perbandingan Rata-rata N-gain Kecerdasan Intelektual Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol pada Setiap Rumpun KDBI ... 67
x
DAFTAR LAMPIRAN
A. INSTRUMEN PEMBELAJARAN
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas eksperimen ... 97
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas kontrol ... 105
3. Lembar Kerja Siswa (LKS) Kelas eksperimen ... 111
4. Lembar Kerja Siswa (LKS) Kelas kontrol ... 118
B. INSTRUMEN PENELITIAN 1. Kisi-Kisi Soal Tes Tulis Kecerdasan intelektual ... 123
2. Kisi-Kisi Kuesioner Kecerdasan Emosional ... 134
3. Kisi-kisi Soal Penguasaan Konsep ... 136
4. Kisi-Kisi Soal Esai Penguasaan Konsep ... 142
5. Kuesioner Tanggapan Siswa ... 144
6. Rubrik Penilaian Produk ... 146
C. ANALISIS BUTIR SOAL 1. Analisis Butir Soal Kecerdasan Intelektual ... 148
2. Analisis Butir Soal Penguasaan Konsep ... 156
D. ANALISIS STATISTIK 1. Uji Statistik Tes Kecerdasan Intelektual ... 163
2. Uji Statistik Kecerdasan Emosional ... 166
3. Uji Statistik Penguasaan Konsep ... 172
E. DATA PENELITIAN 1. Rekapitulasi Hasil Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, dan Penguasaan Konsep Kelas Eksperimen ... 175
2. Rekapitulasi Hasil Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, dan Penguasaan Konsep Penilaian Kelas Kontrol ... 177
3. Rekapitulasi Hasil Kuesioner Tanggapan Siswa ... 179
F. SURAT PERIZINAN PENELITIAN 1. Surat Permohonan Izin Penelitian dan Uji Instrumen ... 188
2. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 189
G. DOKUMENTASI PENELITIAN 1. Dokumentasi Kegiatan Pembelajaran Kelas Kontrol ... 190
2. Hasil Produk Daur Ulang Kertas Kelas Kontrol ... 191
3. Dokumentasi Kegiatan Pembelajaran Kelas Eksperimen ... 192
ii
Penerapan Pembelajaran Berbasis Proyek Terhadap Kemampuan Dasar Bekerja Ilmiah Siswa SMA pada Konsep Pencemaran
Ginar Ranitapuri Salim 0807584
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh penerapan model pembelajaran berbasis proyek terhadap kemampuan dasar bekerja ilmiah siswa pada materi pencemaran. Metode yang digunakan adalah Quasi Experimental Design dengan desain nonequievalent control group design. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA tahun ajaran 2012/2013. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling digunakan untuk memilih sampel sebanyak dua kelas yang dibagi menjadi kelas eksperimen dan kelas kontrol. Data hasil kemampuan dasar bekerja ilmiah aspek kecerdasan intelektual diperoleh melalui soal pilihan ganda (20 soal), sedangkan apek kecerdasan emosional siswa diperoleh melalui hasil kuesioner kecerdasan emosional (27 pertanyaan). Selain itu, diberikan tes penguasaan konsep, penugasan pembuatan produk dan poster, serta kuesioner tanggapan siswa sebagai data pendukung tambahan. Tes kecerdasan intelektual menunjukkan peningkatan N-gain yang tergolong rendah pada kedua kelas. Sedangkan hasil kuesioner kecerdasan emosional siswa dengan Independent Sample T-Test menunjukkan terdapat perbedaan rata-rata hasil kuesioner kecerdasan emosional siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol secara signifikan (=0,05). Hasil tes penguasaan konsep menunjukkan bahwa peningkatan N-gain kedua kelas tergolong rendah. Tanggapan siswa yang diperoleh melalui kuesioner tanggapan siswa menunjukkan respon yang positif terhadap pembelajaran berbasis proyek. Kesimpulan hasil penelitian ini yaitu bahwa melalui penerapan model pembelajaran berbasis proyek pada konsep pencemaran memberikan hasil peningkatan kecerdasan emosional siswa yang lebih baik dibandingkan kecerdasan intelektual.
Implementation of Project Based Learning Toward Basic Ability of Scientific Work of High School Students In Pollution Concept
Ginar Ranitapuri Salim 0807584
ABSTRACT
This study aims to identify project-based learning model implementation effect of toward students scientific work ability in pollution course. This research use Quasi Experimental Design, the exaclty design is nonequievalent control group design. The subjects of the research is senior high school students in one of Bandung, which is in X grade at 2012/2013. Purposive sampling is used to choose the sample of two classes are divided into the experimental class and the control class. The aspect of intelectual intelligence data obtained through multiple choice test, then emotional intellegence obtained through questionnaire. Beisde that student also given the concept mastery test, product and poster assignment, and student responses questionnaire as supporting data. The result shows that intelectual intelligence increase in N-gain, which is the score is low both the classes. After that according toindependent sample T-test shows that student emotional intelligence of experiment and control class has different averages both classes significant (=0,05) with low N-gain score. The result of concept mastery also shows the low N-gain score, but the students responses result shows a positive result. The difference result with rheoretical research influenced by several factors, both internal and external. The conclusion is this research shows that through the implementation of project based learning model for pollution concept increase the student emotional intelligence is better than intelectual intelligence.
1
Ginar Ranitapuri Salim, 2014
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Data Badan Pusat Statistik Pusat menunjukkan pada bulan Agustus 2013
diketahui sebanyak 1.681.945 orang lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA)
menganggur tanpa pekerjaan dari total pengangguran terbuka sebanyak 7.388.737.
Hal ini menunjukkan bahwa lulusan SMA belum siap untuk memasuki dunia
kerja. Menurut Emma (2013), tingginya pengangguran di tingkat pendidikan
SMA dapat disebabkan oleh minimnya permintaan dan ketidaksesuaian
keterampilan. Sehingga pekerjaan yang tersedia tak sesuai dengan keterampilan
angkatan kerja lulusan sekolah menengah atas.
Survei yang dilakukan Tempo (Khanafi, 2007) pada Januari 2007
menunjukkan bahwa kriteria pekerja super yang diinginkan dunia kerja yaitu mau
bekerja keras (9,03%), kepercayaan diri tinggi (8,75%), mempunyai visi ke depan
(8,37%), bisa bekerja dalam tim (8,07%), memiliki perencanaan yang matang
(7,91%), mampu berpikir analitis (7,82%), mudah beradaptasi (7,12%), mampu
bekerja dalam tekanan (5,91%), mampu mengorganisasi pekerjaan (5,26%), dan
sebagainya. Nilai-nilai karakter yang menunjang karir seseorang dapat
dikelompokkan dalam nilai-nilai dasar yang umum, seperti jujur, berterima kasih,
konsisten, tanggung jawab, loyal atau memenuhi janji serta nilai-nilai teknis
dalam bekerja seperti kreatif, pebelajar, inisiatif, mampu bekerja dalam tim,
berpikir fleksibel, atau pemecah masalah (Siswono, 2013).
Hasil survei tersebut menunjukkan bahwa bukan hanya kemampuan
akademik (intelektual) yang menentukan keberhasilan seseorang di dunia kerja,
namun banyak faktor lainnya, diantaranya keterampilan dan kematangan emosi.
Selaras dengan pendapat Achir (Muljatiningrum et al., 2008) kecerdasan
intelektual tinggi masih dianggap kurang, disarankan agar diperkaya dengan
2
hanya berperan dalam kehidupan manusia dengan besaran maksimum 20%,
bahkan rata-ratanya hanya 6% (Stein dan Book, 2002). Oleh sebab itu sekolah
sebagai sebuah lembaga pendidikan diharapkan dapat menghasilkan lulusan calon
tenaga kerja yang profesional. Sesuai dengan salah satu indikator tercapainya visi
pendidikan di SMA yaitu siswa memiliki daya saing dalam memasuki lapangan
pekerjaan (Muhamimin et al., 2008).
Salah satu cara untuk mempersiapkan peserta didik memiliki kesiapan dalam
menghadapi tantangan global adalah membekali siswa dengan kemampuan dasar
bekerja ilmiah (KDBI). Kemampuan dasar bekerja ilmiah ini terdiri dari
kecerdasan emosional dan kecerdasan intelektual (Rustaman, 2007). Menurut
Rustaman (2010) kerja ilmiah perlu untuk dibekalkan kepada siswa sebagai bekal
bertahan hidup selain bekal melanjutkan studi dan bekal bekerja.
Namun pembelajaran di sekolah selama ini lebih mengedepankan
pengembangan kecerdasan intelektual sehingga kecerdasan emosional kurang
dikembangkan (Rustaman, 2010). Padahal berbagai hasil penelitian menunjukkan
bahwa kecerdasan emosional mampu membuat anak-anak bersemangat tinggi
dalam belajar, disukai teman-temannya, serta akan membantu saat memasuki
dunia kerja dan berkeluarga (Aunurrahman, 2012). Kenyataannya proses
pembelajaran di sekolah masih terbatas pada aspek pengetahuan, ingatan, dan
kemampuan berpikir logis atau berpikir konvergen, yaitu kemampuan
menemukan satu jawaban paling tepat terhadap masalah yang diberikan
berdasarkan informasi yang tersedia. Sehingga bila siswa dihadapkan pada suatu
masalah siswa mengalami kesulitan untuk memecahkan masalah atau memberikan
beberapa alternatif pemecahan masalah (Munandar, 1999).
Apabila kondisi ini dibiarkan dikhawatirkan lulusan pendidikan tidak
memiliki bekal kecerdasan emosional yang dapat membantunya untuk
menghadapi tantangan saat memasuki dunia pekerjaan. Perlunya melatih
kemampuan dasar bekerja ilmiah dalam pelajaran sains karena sains dianggap
menduduki posisi penting dalam pembangunan karakter masyarakat dan bangsa
karena kemajuannya yang pesat, dapat ditransfer pada bidang lain, serta muatan
bekerja ilmiah merupakan perluasan metode ilmiah, yang diartikan sebagai
scientific inquiry yang diterapkan dalam tindakan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
maupun dalam kehidupan (Rustaman, 2007).
Salah satu konsep biologi yang sering menjadi permasalahan global adalah
konsep pencemaran lingkungan. Permasalahan lingkungan dewasa ini telah
semakin meningkat dan meluas. Konsep pencemaran lingkungan merupakan salah
satu konsep yang diberikan di kelas X semester genap. Konsep pencemaran
merupakan salah satu materi yang kontekstual dan selalu berkembang karena
didukung oleh media informasi yang beragam, sehingga konsep-konsep
pencemaran tidak hanya diperoleh siswa di sekolah tetapi dapat juga dari media
informasi yang lain seperti koran, televisi, dan internet. Pencemaran adalah salah
satu konsep biologi yang pembelajarannya dapat dilakukan dengan berbagai
pengalaman belajar dan dapat memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber
belajar.
Melihat fenomena tersebut dibutuhkan suatu model pembelajaran yang dapat
mengembangkan kemampuan dasar bekerja ilmiah dan membangun sikap
kemandirian siswa melalui konsep pencemaran lingkungan. Model project based
learning (pembelajaran berbasis proyek) merupakan model pembelajaran yang
menggunakan proyek atau kegiatan sebagai media (Rasto, 2013). Peserta didik
diarahkan untuk melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis dan
informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar. Model pembelajaran
ini menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan
mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam
beraktivitas secara nyata (Rasto, 2013). Maka dari itu model pembelajaran
berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang sesuai untuk menyongsong
abad ke-21 (Bell, 2010).
Pembelajaran berbasis proyek dapat berperan sebagai model pembelajaran
yang dapat membantu meningkatkan potensi siswa. Hal ini terlihat dari beberapa
penelitian mengenai penerapan pembelajaran berbasis proyek sebelumnya yang
4
proses belajar siswa. Adapun beberapan hasil penelitian yang relevan disajikan
pada Tabel 1.1
Tabel 1.1 Hasil Penelitian yang Relevan dengan Penelitian
No Nama Tahun Judul Kesimpulan
1 Siska
Hariyani
2013 Penerapan Model
project based learning
untuk meningkatkan
penalaran logis siswa
pada konsep
pertumbuhan dan
perkembangan
Model project based
learning pada konsep
pertumbuhan dan
2010 Pendekatan project
based learning untuk
2. Pembelajaran melalui
pendekatan project
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penelitian dilakukan dengan tujuan
dapat membekali peserta didik dengan kecerdasan intelektual dan kecerdasan
model pembelajaran berbasis proyek. Oleh karena itu, penelitian ini mengambil judul “Penerapan Pembelajaran Berbasis Proyek Terhadap Kemampuan Dasar Bekerja Ilmiah Siswa SMA pada Konsep Pencemaran”. Penelitian ini diharapkan
dapat digunakan sebagai acuan pelaksanaan pembelajaran biologi selanjutnya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah penelitian ini adalah “Bagaimana penerapan modelpembelajaran berbasis proyek terhadap peningkatan kemampuan dasar bekerja ilmiah siswa SMA pada konsep pencemaran?”
Adapun yang menjadi fokus pertanyaan peneliti dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana peningkatan kemampuan dasar bekerja ilmiah siswa melalui
penerapan model pembelajaran berbasis proyek?
2. Bagaimana hasil penguasaan konsep siswa melalui penerapan
pembelajaran berbasis proyek pada konsep pencemaran?
3. Bagaimana tanggapan siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran berbasis
proyek pada konsep pencemaran?
C. Batasan Masalah
Untuk menghindari meluasnya pembahasan, maka penelitian ini dibatasi pada
hal-hal berikut:
1. Penelitian dilakukan di salah satu sekolah SMA Negeri yaitu SMAN X
Bandung Kelas XI semester genap tahun ajaran 2012/2013 di kelas X-6.
2. Kemampuan dasar bekerja ilmiah yang dimaksud meliputi kecerdasan
intelektual dan kecerdasan emosional siswa.
3. Kecerdasan emosional diukur berdasarkan self assessment (evaluasi diri).
4. Model pembelajaran berbasis proyek menghasilkan produk bernilai
ekonomi dengan memanfaatkan sampah organik sesuai peminatan siswa.
6
Sesuai dengan pertanyaan penelitian yang telah dikemukakan, adapun tujuan
penelitian ini diantaranya:
1. Memperoleh informasi hasil peningkatan kemampuan dasar bekerja ilmiah
siswa SMA melalui pembelajaran berbasis proyek pada konsep
pencemaran.
2. Memperoleh informasi hasil penguasaan konsep siswa SMA melalui
pembelajaran berbasis proyek pada konsep pencemaran.
3. Memperoleh informasi mengenai tanggapan siswa terhadap pelaksanaan
model pembelajaran berbasis proyek pada konsep pencemaran.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi dunia pendidikan
yaitu:
1. Bagi Peneliti
Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat sebagai sarana untuk
mempraktikkan teori-teori yang diperoleh selama di bangku kuliah dengan
kenyataan di sekolah dan sebagai bekal peneliti dalam mempersiapkan diri
sebagai pengajar.
2. Bagi sekolah
Bagi sekolah, penelitian ini dapat memberikan sumbangan yang baik bagi
sekolah dalam rangka perbaikan proses pembelajaran guna peningkatan
kualitas pembelajaran biologi. Selain itu juga memotivasi kepada
guru-guru agar menerapkan model pembelajaran berbasis proyek dalam
kegiatan belajar mengajar.
3. Bagi guru
Manfaat penelitian ini terhadap guru diantaranya:
a. Membantu guru dalam pemilihan model pembelajaran yang sesuai
sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang lebih menarik
minat dan motivasi siswa.
b. Menjadi referensi dalam pemilihan model pembelajaran yang
c. Dapat lebih menciptakan suasana kelas yang menerapkan nilai-nilai
ilmiah serta meningkatkan kemampuan guru tersebut.
4. Bagi siswa
Manfaat Penelitian ini bagi siswa diantaranya:
a. Meningkatkan minat dan motivasi belajar.
b. Mendorong siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran.
c. Memberikan bekal keterampilan menciptakan produk kepada siswa.
5. Bagi peneliti lain
Bagi peneliti lain penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi
34
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di salah satu SMA Negeri di Kota Bandung. Pemilihan
lokasi penelitian ini didasarkan pada karakteristik sekolah yang merupakan
sekolah berwawasan lingkungan yang sesuai dengan tujuan penelitian.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
diperlajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2014). Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X di salah satu SMA Negeri di Kota
Bandung Tahun Ajaran 2012/2013.
Mengingat populasi yang cukup besar untuk memudahkan penelitian ini
maka diambil dua kelas sebagai sampel. Sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2014). Sampel
ditentukan dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling, dengan
pertimbangan kedua kelas yang dipilih memiliki kesamaan karakter dan level
kognitif yang sama. Sebagaimana dinyatakan oleh Sugiyono (2014) bahwa
purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sebagai sumber data
dengan pertimbangan tertentu. Sampel dalam penelitian ini sebanyak dua kelas
yang merupakan siswa kelas X-6 dan X-7 di salah satu SMAN di Kota Bandung
Tahun Ajaran 2012/2013
C. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu “nonequivalent
control group design”. Pemilihan desain ini karena pada penelitian ini kelompok
eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random (Sugiyono,
Ginar Ranitapuri Salim, 2014
Desain penelitian “nonequivalent control group design” menurut Sugiyono
(2014) dirancang sebagai berikut.
Pola :
Kelompok Pretest Perlakuan Postest
Eksperimen 0І X 0Ї
Kontrol 0Ј 0Љ
Keterangan :
E = kelompok eksperimen
K = kelompok kontrol
OІ = tes awal kelompok eksperimen
OЇ = tes akhir kelompok eksperimen
OЈ = tes awal kelompok kontrol
OЉ = tes akhir kelompok kontrol
X = pembelajaran pada kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran
berbasis proyek. Produk yang dibuat disesuaikan dengan peminatan
siswa.
Y = pembelajaran pada kelas kontrol menggunakan model pembelajaran
konvensional menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan
penugasan
D. Metode Penelitian
Metode Quasi Experimental Design merupakan pengembangan dari true
experimental design. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat
berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang memengaruhi
pelaksanaan eksperimen (Sugiyono, 2014). Atas dasar sulitnya mengendalikan
variabel-variabel lain yang memengaruhi penelitian maka metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi Experimental Design. Eksperimen
ini belum memenuhi persyaratan seperti cara eksperimen yang dapat dikatakan
ilmiah mengikuti peraturan-peraturan tertentu (Arikunto, 2010) namun desain ini
36
Ginar Ranitapuri Salim, 2014
Metode penelitian ini melibatkan berbagai variabel. Variabel adalah segala
sesuatu apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh
informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2014).
Berdasarkan hubungan antar variabel maka macam-macam variabel dapat
dibedakan diantaranya menjadi variabel bebas dan variabel terikat.
Variabel bebas adalah variabel yang memengaruhi atau yang menjadi sebab
berubahnya atau timbulnya variabel terikat (Sugiyono, 2014). Variabel bebas pada
penelitian ini adalah model pembelajaran yang digunakan, yaitu model
pembelajaran berbasis proyek pada kelas eksperimen dan metode belajar
konvensional (ceramah, tanya jawab, dan penugasan) pada kelas kontrol.
sedangkan variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat adanya variabel bebas (Sugiyono, 2014). Variabel terikatnya
adalah kemampuan dasar bekerja ilmiah.
E. Definisi Operasional
Untuk menghindari berbagai penafsiran terhadap definisi operasional yang
digunakan dalam penelitian ini, maka penjelasan dari masing-masing definisi
diantaranya:
1. Pembelajaran Berbasis Proyek
Pembelajaran berbasis proyek yang dimaksudkan dalam penelitian ini
adalah model pembelajaran yang menekankan pemecahan masalah melalui
tahapan kegiatan proyek sehingga akhirnya siswa dapat menghasilkan produk
sebagai solusi terhadap pemecahan masalah yang dihadapi. Ciri khas utama
model pembelajaran berbasis proyek pada penelitian ini yaitu dihasilkannya
produk yang diharapkan memiliki nilai ekonomis sebagai solusi pemecahan
masalah yang dihadapi siswa. Produk yang dibuat disesuaikan dengan
peminatan siswa.
2. Kemampuan Dasar Bekerja Ilmiah
Kemampuan dasar bekerja ilmiah merupakan perluasan metode ilmiah
Ginar Ranitapuri Salim, 2014
Kecerdasan intelektual dalam penelitian ini adalah tingkat kemampuan siswa
dalam menyelesaikan tes tulis kecerdasan intelektual yang diukur berdasarkan
perolehan skor, sedangkan kecerdasan emosional adalah tingkat kecerdasan
emosional siswa yang diukur melalui hasil rekapitulasi skor pada kuesioner
evaluasi diri siswa. Ciri khas utama kemampuan dasar bekerja ilmiah yang
membedakannya dengan keterampilan proses sains yaitu adanya penekanan
pada pengembangan kecerdasan emosional, yang berperan dalam mengontrol
emosi siswa dalam melakukan setiap tindakannya.
3. Konsep Pencemaran
Konsep pencemaran di tingkat SMA diberikan di kelas X (sepuluh) pada
semester genap. Berdasarkan panduan penyusunan kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP) jenjang pendidikan dasar dan menengah (BSNP, 2006)
materi ini berada dalam standar kompetensi menganalisis hubungan antara
komponen ekosistem, perubahan materi dan energi serta peranan manusia
dalam keseimbangan ekosistem, sedangkan kompetensi dasar yang harus
dicapai yaitu :
a. Menjelaskan keterkaiatan antara kegiatan manusia dengan masalah
perusakan/pencemaran lingkungan dan pelestarian lingkungan
b. Menganalisis jenis-jenis limbah dan daur ulang limbah
c. Membuat produk daur ulang limbah.
F. Instrumen Penelitian
1. Tes Tulis Kecerdasan Intelektual
Tes tulis kecerdasan intelektual digunakan untuk mengukur tingkat
kecerdasan intelektual siswa. Soal tes tulis kecerdasan intelektual berbentuk
pilihan ganda yang terdiri dari 20 soal. Sebelum digunakan dalam penelitian,
instrumen telah di judgement oleh tiga dosen kemudian direvisi dan
diujicobakan pada siswa kelas XI IPA 3. Hasil ujicoba direvisi kemudian
diujicobakan kembali kepada siswa kelas XI IPA 3. Tes tulis kecerdasan
38
Ginar Ranitapuri Salim, 2014
bekerja ilmiah. Kisi-kisi instrumen tes tulis kecerdasan intelektual
ditunjukkan pada Tabel 3.1
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Tes Tulis Kecerdasan Intelektual
No Indikator No
Soal
1 Observasi dan bertanya : mengumpulkan fakta relevan 1
2 Observasi dan bertanya : bertanya apa, mengapa, dan bagaimana 2
3 Observasi dan bertanya : bertanya berlatar belakang hipotesis 3
4 Observasi dan bertanya : mengajukan pertanyaan produktif 4
5 Merencanakan percobaan/penyelidikan : mengendalikan variabel 5
6 Merencanakan percobaan/penyelidikan : mengidentifikasi
variabel
6, 12
7 Merencanakan percobaan/penyelidikan : berhipotesis 7
8 Merencanakan percobaan/penyelidikan : menentukan tujuan, alat/
bahan, dan prosedur
8, 9,
10,
9 Merencanakan percobaan/penyelidikan : membuat desain 11
10 Merencanakan percobaan/penyelidikan : mengalokasikan waktu 17
11 Melaksanakan percobaan/penyelidikan : mengelompokkan
(klasifikasi)
18
12 Melaksanakan percobaan/penyelidikan : interpretasi (termasuk
menyimpulkan)
19
13 Mengomunikasikan : membaca grafik/tabel/bagan 13
14 Melaksanakan percobaan/penyelidikan : meramalkan (prediksi) 14
15 Mengomunikasikan : membuat grafik/tabel/bagan 16
16 Menerapkan : menerapkan pada situasi baru 15
17 Menerapkan : menjelaskan peristiwa dengan konsep 20
2. Kuesioner Kecerdasan Emosional
Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
Ginar Ranitapuri Salim, 2014
untuk dijawab (Sugiyono, 2014). Kuesioner diberikan dalam bentuk self
assessment (penilaian diri) mengenai kemampuan kecerdasan emosionalnya
dengan skala penilaian Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan
Sangat Tidak Setuju (STS). Penilaian diri adalah suatu teknik penilaian yang
dilakukan oleh siswa sendiri, berkaitan dengan status, proses, dan tingkat
pencapaian kompetensi yang dipelajarinya dalam mata pelajaran tertentu
didasarkan atas kriteria atau acuan yang telah disiapkan (Arikunto, 2012).
Pertanyaan yang diajukan sesuai dengan indikator pada rumpun kemampuan
dasar bekerja ilmiah. Kisi-kisi kuesioner kecerdasan emosional disajikan pada
Tabel 3.2
Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner Kecerdasan Emosional.
No Indikator No. Soal
1 Observasi dan bertanya : Akurat 1
2 Observasi dan bertanya : Jujur 2
3 Observasi dan bertanya : Objektif 3
4 Observasi dan bertanya :Berani menanggung risiko 4
5 Merencanakan percobaan/penyelidikan: Teliti 5,6
6 Merencanakan percobaan/penyelidikan: Memiliki alternatif 7
7 Merencanakan percobaan/penyelidikan : Kritis 8
8 Melaksanakan percobaan /penyelidikan: Teliti 9,10
9 Melaksanakan percobaan /penyelidikan: Tekun 11,12,13
10 Melaksanakan percobaan /penyelidikan: Akurat 15
11 Melaksanakan percobaan /penyelidikan: Tidak mudah
menyerah
16
12 Melaksanakan percobaan /penyelidikan: Berdasarkan data 14
13 Mengomunikasikan: kooperatif 17,18,19,20
14 Mengomunikasikan: Tidak memaksakan kehendak 22,23
40
Ginar Ranitapuri Salim, 2014
16 Mengomunikasikan: Teliti 24, 25
17 Menerapkan: Berdaya guna 26
18 Menerapkan: Tepat guna 27
3. Tes Penguasaan Konsep
Tes penguasaan konsep digunakan untuk mengukur pemahaman konsep
siswa. Soal terdiri dari 10 butir soal pilihan ganda dan tiga soal uraian.
Kisi-kisi soal penguasaan konsep disajikan pada Tabel 3.3
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Soal Penguasaan Konsep
No Indikator No. Soal
1 Menghubungkan masalah pencemaran lingkungan
dengan usaha pelestarian lingkungan
1, 2, 3, 4,
1B, 2B
2 Membedakan jenis-jenis limbah 5, 6, 7, 8
3 Menjelaskan jenis-jenis daur ulang limbah 9
4 Membuat produk daur ulang limbah 10, 3B
4. Lembar Kerja Siswa
LKS digunakan untuk menuntun pelaksanaan proyek siswa pada kelas
eksperimen, LKS yang diberikan pada kelas eksperimen ini terdiri dari
Tujuan, Pendahuluan, Pertanyaan, Tugas, Kegiatan I yang terdiri dari
Membuat Time Line, menuliskan Alat dan Bahan, Cara Kerja, Desain
Produk, Perkiraan Nilai Ekonomi Produk, Keuntungan dan Kelemahan
Produk, Catatan, dan petunjuk Sistematika Penulisan Poster. Sedangkan pada
kelas kontrol LKS digunakan untuk menuntun siswa dalam melaksanakan
praktikum terdiri dari Tujuan, Pendahuluan, Pertanyaan, Praktikum, dan
Petunjuk Praktikum yang mencakup Tujuan Praktikum, Alat dan Bahan, serta
Langkah Kerja.
Ginar Ranitapuri Salim, 2014
Kuesioner tanggapan siswa digunakan untuk mengetahui tanggapan
siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan. Kuesioner terdiri dari 11
pertanyaan mengenai pelaksanaan pembelajaran berbasis proyek. Kisi-kisi
kuesioner tanggapan siswa kelas eksperimen disajikan pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4 Kisi-Kisi Kuesioner Tanggapan Siswa
No Indikator Pertanyaan
1 Mengetahui pembelajaran yang biasa dilakukan 1
2 Mengetahui perasaan/kesan siswa dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis proyek
2,3,7
3 Mengetahui manfaat pembelajaran berbasis proyek 4,8
4 Mengetahui tahapan pembelajaran berbasis proyek yang paling disukai siswa
5
5 Mengetahui tahapan pembelajaran berbasis proyek yang paling sulit bagi siswa
6
6 Kendala yang dihadapi selama pelaksanaan pembelajaran berbasis proyek
9
7 Saran dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis proyek
10
8 Mengetahui waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan proyek
11
G. Proses Pengembangan Instrumen
Sebelum digunakan dalam pembelajaran, instrumen dijudgement oleh tiga
dosen ahli kemudian diuji instrumen kepada siswa kelas XI. Instrumen kemudian
direvisi berdasarkan hasil uji instrumen hingga selanjutnya diuji kembali di kelas
yang sama.
1. Tes Tulis Kecerdasan Intelektual
42
Ginar Ranitapuri Salim, 2014
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid
mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang valid
berarti memiliki validitas rendah. (Arikunto, 2010)
Sebuah Instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa
yang diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat
mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat (Arikunto,
2010). Validitas soal dapat ditentukan melalui rumus yang ditunjukkan
pada Gambar 3.1
Gambar 3.1 Rumus Menentukan Validitas Soal
Keterangan :
rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua
variabel yang dikorelasikan ( x = X – X dan y = Y - Ȳ).
xy = jumlah perkalian x dengan y
x² = kuadrat dari x
y² = kuadrat dari y
Hasil perhitungan data tersebut selanjutnya diinterpretasi dengan
kriteria yang ditunjukkan pada Tabel 3.5.
Tabel 3.5 Kriteria Validitas Butir Soal
Nilai Arti
0,80 – 1,00 Sangat Tinggi
0,60 – 0,80 Tinggi
0,40 – 0,60 Cukup
0,20 – 0,40 Rendah
0,00 – 0,20 Sangat Rendah
Ginar Ranitapuri Salim, 2014
Proses uji validitas soal ini dibantu dengan menggunakan software
ANATES 4.0.9. Butir soal terpilih yang digunakan sebagai instrumen
dalam pengambilan data memiliki sebaran validitas dari tinggi sampai
rendah. Adapun distribusi sebaran validitas butir soal tercantum dalam
Tabel 3.6.
Tabel 3.6 Distribusi Butir Soal Tes Tulis Kecerdasan Intelektual Berdasarkan
Tingkat Validitas
Kategori Validitas Nomor Soal Banyak Soal Persentase
Tinggi 1,8 2 10%
Cukup 2,3,6,7,11,12,13,16,18,20 10 50%
Rendah 4,5,9,10,14,15,17,19 8 40%
Jumlah Soal 20 100%
b. Uji Reliabilitas Soal (Keajegan)
Reliabilitas suatu instrumen menunjukkan keajegan (konsistensi)
hasil pengukuran instrumen seandainya instrumen tersebut digunakan
oleh orang yang sama dalam waktu berlainan atau digunakan oleh orang
yang berlainan di waktu yang sama (Arikunto, 2009). Lebih lanjut
Arikunto menyatakan bahwa reliabilitas secara implisit juga mengandung
obyektivitas karena hasil pengukurannya tidak terpengaruh oleh siapa
pengukurnya.
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui tingkat keajegan atau
ketetapan hasil pengukuran soal (Arikunto, 2009). Proses uji reliabilitas
ini dibantu dengan menggunakan software ANATES 4.0.9. Hasil
pengolahan data reliabilitas soal selanjutnya diinterpretasikan
menggunakan kriteria seperti yang tercantum pada Tabel 3.7.
Tabel 3.7 Kriteria Reliabilitas Soal
44
Ginar Ranitapuri Salim, 2014
0,80-1,00 Sangat Tinggi
0,60-0,80 Tinggi
0,40-0,60 Cukup
0,20-0,40 Rendah
0,00-0,20 Sangat rendah
(Arikunto,2009)
Dari perhitungan reliabilitas instrumen pilihan ganda kecerdasan
intelektual yang telah diuji coba diperoleh nilai reliabilitas sebesar 0,67
hal ini menunjukkan bahwa instrumen tersebut reliabel dan termasuk
pada kategori tinggi.
c. Daya Pembeda (Indeks Diskriminasi)
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk
membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai
(Arikunto, 2012). Indeks diskriminasi soal dapat ditentukan melalui
rumus yang ditunjukkan pada Gambar 3.2
Gambar 3.2 Rumus Indeks Diskriminasi
Keterangan :
D = indeks diskriminasi
J = jumlah peserta tes
JA = banyaknya peserta kelompok atas
JB = banyaknya peserta kelompok bawah
BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu
Ginar Ranitapuri Salim, 2014
BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal
itu dengan benar
PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Hasil perhitungan indeks diskriminasi menggunakan rumus yang
ditunjukkan pada Gambar 3.2 dapat diinterpretasikan sebagaimana
ditunjukkan oleh Gambar 3.3 dan Tabel 3.8
Gambar 3.3 Klasifikasi Indeks Diskriminasi
Tabel 3.8 Klasifikasi Indeks Diskriminasi
Nilai Arti
<0,00 Sangat Jelek
0,00 – 0,20 Jelek
0,21 – 0,40 Cukup
0,41 – 0,70 Baik
0,71 – 1,00 Baik Sekali
(Arikunto, 2009)
Proses perhitungan indeks diskriminasi soal ini dibantu dengan
menggunakan software ANATES 4.0.9. Berdasarkan hasil interpretasi
diketahui bahwa butir soal terpilih yang digunakan dalam pengambilan
data memiliki sebaran daya pembeda dari baik sekali sampai jelek
sebagaimana tercantum dalam Tabel 3.9
Tabel 3.9 Distribusi Butir Soal Tes Tulis Kecerdasan Intelektual Berdasarkan
46
Ginar Ranitapuri Salim, 2014 Kategori Daya
Pembeda
Nomor Soal Banyak
Soal
Persentase
Baik Sekali 1 1 5%
Baik 4,6,7,8,9,11,12,13,15,16,18,19,20 13 65%
Cukup 2,3,10,14,17 5 25%
Jelek 5 1 5%
Jumlah Soal 20 100%
d. Taraf Kesukaran (Indeks Kesukaran)
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak
terlalu sukar (Arikunto, 2009). Indeks kesukaran dapat ditentukan
melalui rumus yang ditunjukkan pada Gambar 3.4
Gambar 3.4 Rumus Indeks Kesukaran
Keterangan :
P = indeks kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul
JS = jumlah seluruh siswa peserta tes
Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai dengan 1,0 dengan
klasifikasi dari sukar hingga mudah sebagaimana terlihat pada Gambar
3.5.
Ginar Ranitapuri Salim, 2014
Nilai tingkat kesukaran yang telah diketahui kemudian diinterpretasi
berdasarkan kriteria klasifikasi tingkat kesukaran yang ditunjukkan pada
Tabel 3.10
Tabel 3.10 Klasifikasi Tingkat Kesukaran
Nilai Arti
0,00 – 0,30 Sukar
0,31 – 0,70 Sedang
0,71 – 1,00 Mudah
(Arikunto, 2009)
Hasil perhitungan ini diolah menggunakan software ANATES
4.0.9.Tingkat kesukaran butir soal terpilih yang digunakan tersebar mulai
dari kriteria sukar sampai mudah. Distribusi tingkat kesukaran tiap butir
soal tercantum dalam Tabel 3.11
Tabel 3.11 Distribusi Butir Soal Tes Tulis Kecerdasan Intelektual Berdasarkan
Tingkat Kesukaran
Kategori Tingkat
Kesukaran
Nomor Soal Banyak
Soal
Persentase
Sukar 5,12 2 10%
Sedang 1,6,7,8,9,11,15,16,17,19,20 11 55%
Mudah 2,3,4,10,13,14,18 7 35%
Jumlah Soal 20 100%
e. Kualitas Pengecoh
Kualitas pengecoh yang baik dapat diketahui dari pola jawaban
siswa. Pola jawaban siswa adalah distibusi testee dalam hal menentukan
pilihan jawaban pada soal bentuk pilihan ganda. Dari pola jawaban siswa
dapat ditentukan apakah pengecoh berfungsi sebagai pengecoh dengan
48
Ginar Ranitapuri Salim, 2014
berarti bahwa pengecoh itu jelek. Sebaliknya sebuah pengecoh dapat
dikatakan berfungsi dengan baik apabila pengecoh tersebut mempunyai
daya tari yang besar bagi pengikut-pengikut tes yang kurang memahami
konsep atau kurang menguasai bahan (Arikunto, 2012).
Pengolahan kualitas pengecoh tiap butir soal dilakukan dengan
menggunakan software ANATES versi 4.0.9. Data kualitas pengecoh
yang muncul dalam output ANATES versI 4.0.9 diinterpretasikan pada
kriteria yang terdapat dalam software ANATES versi 4.0.9.
Kriteria kualitas pengecoh tiap butir soal yang telah diolah
menggunakan software ANATES 4.0.9 berbeda-beda pada setiap butir
soal dan tersebar dari kriteria sangat buruk hingga sangat baik. Distribusi
kualitas pengecoh tiap butir soal tercantum pada Tabel 3.12.
Tabel 3.12 Kriteria Kualitas Pengecoh Tiap Butir Soal
Ginar Ranitapuri Salim, 2014
digunakan sebagai evaluasi kecerdasan intelektual siswa. Dari 25 soal
yang diujicoba dipilih 14 soal yang memenuhi kriteria berdasarkan
software ANATES 4.0.9 dan enam soal yang digunakan dengan revisi
karena pertimbangan perlunya menilai indikator soal tersebut.
Rekapitulasi keseluruhan hasil analisis setiap butir soal tes kecerdasan
intelektual disajikan pada Tabel 3.13.
Tabel 3.13 Rekapitulasi Hasil Analisis Butir Soal Kecerdasan Intelektual
No.
Reliabilitas Daya Pembeda Tingkat
Kesukaran Validitas Item Kes.
50
Ginar Ranitapuri Salim, 2014
9 7 66,67 Baik 55,81 Sedang 0,522 Cukup Digunakan
* digunakan dengan revisi
2. Tes Penguasaan Konsep
a. Uji Validitas Soal (Kesahihan)
Sebagaimana tes kecerdasan intelektual, tes penguasaan konsep pun
diuji validitas menggunakan software ANATES 4.0.9 untuk mengetahui
keajegan setiap butir soal. Sebaran kualifikasi uji validitas pada setiap
butir soal tersebar dari kriteria tinggi hingga rendah. Adapun sebaran uji
validitas tercantum pada Tabel 3.14.
Tabel 3.14 Distribusi Butir Soal Penguasaan Konsep Berdasarkan Tingkat
Validitas
Kategori
Validitas
Nomor Soal Banyak
Soal
Persentase
Tinggi 3,10 2 20%
Cukup 1,2,4,5,6,8,9 7 70%
Ginar Ranitapuri Salim, 2014
Jumlah Soal 10 100%
b. Uji Reliabilitas
Perhitungan uji reliabilitas soal penguasaan konsep dihitung dengan
menggunakan software ANATES 4.0,9. Hasil perhitungan reliabilitas
instrumen pilihan ganda soal penguasaan konsep yang telah diujicobakan
pada siswa kelas XI diperoleh nilai reliabilitas sebesar 0,72. Hal ini
menunjukkan bahwa instrumen penguasaan konsep tersebut reliabel dan
termasuk pada kategori tinggi.
c. Daya Pembeda (Indeks Diskriminasi)
Perhitungan daya pembeda tes penguasaan konsep dibantu software
ANATES 4.0,9. Sebaran klasifikasi daya pembeda pada tes penguasaan
konsep tersebar dari kriteria baik sekali hingga kriteria cukup. Distribusi
daya pembeda setiap butir soal tercantum dalam Tabel 3.15
Tabel 3.15 Distribusi Butir Soal Penguasaan Konsep Berdasarkan Daya Pembeda
Kategori Daya
Pembeda
Nomor Soal Banyak
Soal
Persentase
Baik Sekali 10 1 10%
Baik 1,2,3,4,5,6,8,9 8 80%
Cukup 7 1 10%
Jumlah Soal 10 100%
d. Taraf Kesukaran (Indeks Kesukaran)
Perhitungan taraf kesukaran dihitung menggunakan software
ANATES 4.0,9. Sebaran tingkat kesukaran pada soal tes penguasaan
konsep mulai dari kriteria sukar hingga mudah. Adapun distribusi soal
52
Ginar Ranitapuri Salim, 2014
Tabel 3.16 Distribusi Butir Soal Penguasaan Konsep Berdasarkan Taraf
Kesukaran
Kategori Tingkat
Kesukaran
Nomor Soal Banyak
Soal
Kualitas pengecoh dihitung menggunakan software ANATES 4.0,9.
Sebaran kualitas pengecoh pada tiap butir soal tersebar dari kriteria
sangat buruk hingga kriteria sangat baik. Adapun sebaran kualifikasi
kualitas pengecoh tercantum dalam Tabel 3.17
Tabel 3.17 Kriteria Kualitas Pengecoh Tiap Butir Soal Penguasaan Konsep
Ginar Ranitapuri Salim, 2014
Keterangan : ¹ Di uji cobakan pada kategori soal tes kecerdasan
intelektual atas pertimbangan hasil judgment dipindahkan pada kategori
penguasaan konsep karena mengandung unsur konsep
Hasil uji instrumen tersebut digunakan untuk memilih butir-butir
soal yang akan digunakan sebagai evaluasi pengetahuan siswa dalam
penelitian. Lima belas soal telah diujicoba kemudian dipilih delapan soal
yang memenuhi kriteria signifikan berdasarkan software ANATES 4.0.9
dan dua soal yang digunakan dengan revisi karena pertimbangan
perlunya menilai indikator soal tersebut dan berdasarkan hasil
perhitungan paling mendekati kriteria signifikan. Rekapitulasi hasil
keseluruhan analisis butir soal tes penguasaan konsep yang meliputi
validitas, reliabilitas, daya pembeda, tingkat kesukaran, serta kesimpulan
54
Ginar Ranitapuri Salim, 2014
Tabel 3.18 Rekapitulasi Hasil Analisis Butir Soal Penguasaan Konsep
No.
Reliabilitas Daya Pembeda Tingkat
Kesukaran
hasil judgment dipindahkan pada kategori penguasaan konsep
² digunakan dengan revisi
H. Teknik Pengumpulan Data
Tahapan pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Memberikan soal pretest kecerdasan intelektual dan pretest penguasaan
konsep pada siswa untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum
dilakukan kegiatan pembelajaran
2. Memberikan kuesioner awal kecerdasan emosional siswa kepada kedua
kelas untuk mengetahui penilaian diri kedua kelas sebelum dilakukan
kegiatan pembelajaran.
3. Memberikan pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis
proyek pada kelas eksperimen dan metode pembelajaran konvensional
Ginar Ranitapuri Salim, 2014
4. Memberikan postest kecerdasan intelektual dan postest penguasaan
konsep pada siswa untuk mengetahui kemampuan siswa setelah kegiatan
pembelajaran.
5. Memberikan kuesioner akhir kecerdasan emosional setelah kegiatan
pembelajaran untuk mengetahui penilaian diri siswa setelah kegiatan
pembelajaran.
6. Memberikan kuesioner tanggapan siswa untuk mengetahui kesan,
manfaat, dan kendala yang dirasakan selama pembelajaran dan saran
untuk perbaikan pada kegiatan pembelajaran selanjutnya.
I. Analisis Data
Data yang diolah pada penelitian ini adalah data kemampuan dasar bekerja
ilmiah, penguasaan konsep, serta tanggapan siswa terhadap model pembelajaran
berbasis proyek.
1. Pengolahan data pretest dan postest
Mengolah data pretest dan postest tes kecerdasan intelektual dan
penguasaan konsep dilakukan dengan beberapa langkah sebagai berikut:
a. Pemberian skor untuk pretest dan postest pada setiap butir soal
b. Menghitung skor total untuk pretest dan postest dari seluruh butir
soal pada setiap siswa
c. Mengubah skor menjadi nilai dengan menggunakan rumus yang
ditunjukkan Gambar 3.6
Gambar 3.6 Rumus Menentukan Skor Siswa
d. Data peningkatan kecerdasn intelektual dan penguasaan konsep
56
Ginar Ranitapuri Salim, 2014
e. Setelah mendapatkan nilai normalisasi N-gain, maka data tersebut
ditafsirkan ke dalam beberapa kriteria menurut Meltzer dan Hake
(1999) yang ditunjukkan pada Tabel 3.19.
f. Mengolah data pretest, postest, dan N-gain menggunakan software
SPSS versi 16.00
2. Pengolahan Data Statistik
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan uji statistik terhadap
hasil data pretes dan postest kecerdasan intelektual, penguasaan konsep, serta
hasil kuesioner kecerdasan emosional siswa pada kelas kontrol dan kelas
eksperimen menggunakan software SPSS versi 16.00. Langkah-langkah
pengolahan data tersebut akan dijabarkan sebagai berikut:
a. Uji Prasyarat
Uji prasyarat merupakan pengujian awal untuk menentukan apakah
pengujian hipotesis dilakukan dengan uji parametrik atau non parametrik.
Uji prasyarat ini dilakukan dengan menggunakan software SPSS versi
16.00. Uji prasyarat ini meliputi uji normalitas dan uji homogenitas.
1) Uji Normalitas
Uji normalitas merupakan uji untuk menentukan apakah data
berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji
normalitas yang digunakan dalam SPSS versi 16.00 adalah uji
Saphiro-Wilk. Uji Saphiro-Wilk (Saphiro Wilk Test) menurut
USEPA (Humaira, 2012) merupakan uji normalitas yang sangat
direkomendasikan untuk jumlah sampel kecil (n<50).
Hasil uji normalitas pada nilai pretest kecerdasan intelektual
kelas eksperimen dan kelas kontrol menunjukkan nilai signifikansi
berturut-turut yaitu 0,097 dan 0,066 yang berarti bahwa kecerdasan
Ginar Ranitapuri Salim, 2014
Pada hasil kuesioner kecerdasan emosional, uji normalitas
kuesioner awal kelas eksperimen 0,819 dan kelas kontrol 0,598 yang
berarti data kedua kelas berdistribusi normal. Sama halnya pada hasil
akhir kuesioner kecerdasan emosional kelas eksperimen sebesar
0,541 dan kelas kontrol 0,814 yang berarti bahwa data kedua kelas
berdistribusi normal.
Pada tes penguasaan konsep, uji normalitas pretest kelas
eksperimen 0,662 yang berarti data berdistribusi normal sedangkan
pada kelas kontrol menunjukkan hasil 0,003 yang berarti bahwa data
tidak berdistribusi normal. Karena data kelas kontrol tidak
berdistribusi normal maka pengujian hipotesis dilakukan
2) Uji Homogenitas
Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui asumsi varians
yang homogen atau tidak. Jenis homogenitas yang digunakan dalam
software SPSS versi 16.00 adalah Levene Test.
Uji homogenitas kecerdasan intelektual menunjukkan hasil yaitu
data pretest bernilai 0,237. Artinya data pretest kecerdasan
intelektual kedua kelas menunjukkan bahwa data homogen.
Uji homogenitas terhadap hasil kuesioner kecerdasan emosional
siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol menunjukkan bahwa
hasil kuesioner awal bernilai 0,426 dan kuesioner akhir 0,805.
Artinya bahwa data awal dan akhir kuesioner homogen.
Uji homogenitas penguasaan konsep kedua kelas memperoleh
hasil data pretest sebesar 0,636. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
data homogen.
b. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis pada hasil pretest kecerdasan intelektual dan
58
Ginar Ranitapuri Salim, 2014
(α=0,05) karena semua data tes kecerdasan intelektual dan kuesioner
kecerdasan emosional menunjukkan hasil bahwa semua data berdistribusi
normal dan homogen. Sedangkan pada hasil pretest penguasaan konsep
karena semua data kelas kontrol menunjukkan hasil bahwa data tidak
berdistribusi normal maka pengujian hipotesis dilakukan dengan uji
nonparametrik (Sugiyono, 2013) U Mann Whitney.
3. Pengolahan Data Kriteria Peningkatan Tes Kemampuan Dasar Bekerja
Ilmiah dan Penguasaan Konsep
Kesimpulan hasil tes tulis kecerdasan intelektual dan penguasaan konsep
diperoleh melalui perbandingan N-gain antara kelas eksperimen dan kelas
kontrol karena hasil pretest kedua kelas menunjukkan adanya perbedaan yang
signifikan rata-rata nilai pretest antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Kriteria hasil peningkatan nilai siswa pada tes tulis kecerdasan intelektual, tes
penguasaan konsep, dan kecerdasan emosional siswa dihitung menggunakan
rumus indeks gain (Hake, 1999) yang tercantum pada Gambar 3.6:
Gambar 3.7 Rumus Indeks Gain
Keterangan:
g : Gain ternormalisasi (N-gain)
T2 : Nilai posttest
T1 : Nilai pretest
Is : Skor Maksimal
Hasil perhitungan indeks gain tersebut kemudian diinterpretasikan
berdasarkan kriteria yang dikemukakkan Hake (1999). Adapun kriteria Indeks
gain tercantum pada Tabel 3.19
Ginar Ranitapuri Salim, 2014
Rentang Kriteria
g > 0,70 Tinggi
0,30 g 0,70 Sedang
g < 0,30 Rendah
(Hake, 1999)
4. Pengolahan Hasil Kuesioner
Analisis kuesioner mengenai kecerdasan emosional siswa dilakukan
dengan memberikan skor sesuai dengan pilihan jawaban siswa. Skor tersebut
kemudian dipresentasekan dengan jawaban seluruh siswa pada pertanyaan
yang diberikan. Adapun kriteria persentase hasil kuesioner siswa tercantum
dalam Tabel 3.20
Tabel 3.20 Kriteria Persentase Hasil Kuesioner
Persentase Interpretasi
0% Tidak ada
1-25% Sebagian Kecil
26-49% Hampir Separuhnya
50 Separuhnya
51-75 Sebagian Besar
76-99 Hampir Seluruhnya
100 Seluruhya
(Koentjaraningrat dalam Humaira, 2012)
J. Prosedur Penelitian
1. Tahap Persiapan
a. Studi literatur, mengumpulkan informasi mengenai pembelajaran
berbasis proyek dan kemampuan dasar bekerja ilmiah.
b. Penyusunan proposal penelitian.
c. Melakukan bimbingan proposal penelitian.
60
Ginar Ranitapuri Salim, 2014
e. Memperbaiki proposal penelitian dari hasil seminar proposal
penelitian dengan arahan dan bimbingan dosen pembimbing.
f. Penyusunan intrumen penelitian meliputi tes tulis kecerdasan
intelektual, kuesioner kecerdasan emosional, LKS, rubrik penilaian
produk, tes penguasaan konsep, dan kuesioner tanggapan siswa.
g. Judgement instrumen penelitian.
h. Uji coba instrumen penelitian untuk mengetahui tingkat kesukaran,
daya pembeda, validitas soal, reliabilitas soal, dan kualitas pengecoh.
i. Analisis hasil uji coba instrumen.
j. Perbaikan instrumen berdasarkan hasil analisis uji coba instrumen.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Memberikan pretest penguasaan konsep, tes tulis kecerdasan
intelektual, dan kuesioner awal kecerdasan emosional kepada kelas
kontrol dan kelas eksperimen.
b. Pelaksanaan proses pembelajaran di kelas kontrol dan kelas
eksperimen. Pada kelas kontrol menggunakan metode pembelajaran
konvensional dengan metode ceramah, tanya jawab, dan penugasan,
sedangkan pada kelas eksperimen menggunakan model
pembelajaran berbasis proyek. Perbedaan perlakuan di kelas
eksperimen dan kelas kontrol terlihat pada Tabel 3.21.
c. Memberikan postest penguasaan konsep, tes tulis kecerdasan
intelektual kepada siswa baik di kelas eksperimen maupun di kelas
kontrol.
d. Memberikan kuesioner kecerdasan emosional kepada siswa di kelas
eksperimen dan kelas kontrol.
e. Memberikan kuesioner tanggapan siswa setelah kegiatan
pembelajaran berbasis proyek diberikan di kelas eksperimen dan
Ginar Ranitapuri Salim, 2014
3. Tahap Penarikan Kesimpulan atau Tahap Tindak Lanjut
a. Pengolahan dan analisis data menggunakan uji statistik mengenai uji
perbedaan dua rata-rata.
b. Pembahasan hasil analisis data berdasarkan tujuan penelitian.
c. Penarikan kesimpulan hasil penelitian.
62
Ginar Ranitapuri Salim, 2014
Tabel 3.21 Perbandingan Pelaksanaan Model Pembelajaran Berbasis Proyek dan
Metode Pembelajaran Konvensional
No Kelas Kontrol
(Pembelajaran melalui penugasan)
Kelas Eksperimen (Pembelajaran berbasis proyek) 1 Guru mengelompokkan siswa
menjadi 5 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 6-8 orang siswa
Guru mengelompokkan siswa menjadi 8 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 5-6 orang siswa
2 Guru membagikan LKS dan menugaskan siswa untuk membuat daur ulang kertas sesuai dengan langkah kerja yang diberikan. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
Guru membagikan LKS dan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk memahami permasalahan dan menentukan proyek yang akan
dilaksanakan serta memberikan waktu kepada siswa untuk bertanya
3 Guru memberikan ceramah mengenai materi pembelajaran dilanjutkan tanya jawab berdasarkan pertanyaan yang tercantum di LKS.
Siswa merancang produk yang akan dibuat sesuai dengan proyek yang telah dipilih dan mengonsultasikannya dengan guru. Waktu pengerjaan selama satu minggu.
4 Setiap kelompok siswa membuat produk daur ulang kertas di luar jam belajar sesuai dengan rancangan percobaan yang telah dibuat.
Setiap kelompok siswa melaksanakan percobaan sesuai dengan rancangan proyek dan dilanjutkan dengan pengujiaan produk yang telah dibuat dengan waktu selama 1 (satu) kali tatap muka. Pengujian produk dapat
dilanjutkan di luar jam belajar.
5 - Guru mengevaluasi pelaksanaan proyek
dan produk yang dibuat oleh siswa 6 Setiap kelompok siswa
mempresentasikan hasil percobaanya di dalam diskusi kelas sebanyak satu kali tatap muka
Setiap kelompok siswa
mempresentasikan produk yang telah dibuat dan pengalaman yang dirasakan. Kemudian memberi kesempatan
kelompok lain untuk bertanya dan memberi masukan terhadap produk tersebut. Waktu pelaksanaan sebanyak satu kali tatap muka
7 - Siswa memperbaiki produk sesuai
dengan hasil masukan siswa lain dan guru pada diskusi kelas
8 Guru melakukan penguatan konsep
64
Ginar Ranitapuri Salim, 2014
K. Alur Penelitian
Kecerdasan Intelektual & Kecerdasan Emosional
Uji hipotesis
Tes Penguasaan Konsep
Uji hipotesis (Non Parametrik)
Tes Penguasaan Konsep
Perhitungan Indeks Gain
Pelaksanaan Model Pembelajaran Berbasis Proyek di kelas
eksperimen Pelaksanaan Metode Pembelajaran
Konvensional di kelas kontrol
Pelaksanaan Penelitian
N-Gain & Uji hipotesis
Penjaringan Data dari Kuesioner dan Produk
Pengolahan dan Analisis Data
Kesimpulan
Ginar Ranitapuri Salim, 2014
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Kemampuan Dasar Bekerja Ilmiah terdiri dari kecerdasan intelektual dan
kecerdasan emosional. Analisis data dan pembahasan hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran berbasis proyek pada konsep
pencemaran meningkatkan kemampuan dasar bekerja ilmiah siswa SMA pada
kategori rendah. Sama halnya pada kelas kontrol yang mengalami peningkatan
kemampuan dasar bekerja ilmiah pada kategori rendah.
Hasil perhitungan N-gain tes tulis kecerdasan intelektual kedua kelas
menunjukkan peningkatan kecerdasan intelektual yang tergolong rendah. Di sisi
lain hasil uji hipotesis kuesioner kecerdasan emosional menggunakan Independent
Sample T-Test menunjukkan adanya perbedaan signifikan kecerdasan emosional
antara kelas eksperimen dan kelas kontrol pada konsep pencemaran.
Hasil perhitungan N-gain tes penguasaan konsep menunjukkan kriteria
peningkatan N-gain yangtergolong rendah pada kedua kelas, yang berarti bahwa
tidak terdapat perbedaan peningkatan N-gain penguasaan konsep siswa SMA
pada konsep pencemaran antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Hasil kuesioner tanggapan siswa menunjukkan secara umum siswa
menanggapi penggunaan pembelajaran berbasis proyek secara positif.
Pembelajaran berbasis proyek memberikan keuntungan kepada siswa yaitu siswa
lebih kreatif dalam menciptakan karya atau produk. Model pembelajaran berbasis
proyek juga memberikan siswa motivasi yang tinggi dalam belajar. Kendala.pada
penelitian ini yaitu pada keterbatasan waktu dan siswa yang belum terbiasa
melakukan praktik maupun penelitian ilmiah sehingga tidak mengenal
istilah-istilah dalam penerapan metode ilmiah.
Ginar Ranitapuri Salim, 2014
Berdasarkan hasil penelitian, terdapat beberapa rekomendasi yang ingin
peneliti sampaikan kepada beberapa pihak, yaitu:
1. Kepada Peneliti Selanjutnya
a. Untuk menjaring hasil kecerdasan emosional yang lebih akurat
diperlukan penilaian dari orang lain baik berupa lembar observasi
maupun peer assesment.
b. Untuk menunjang pengetahuan konsep siswa sebaiknya siswa
diberikan tugas merangkum atau peta konsep sebelum pembelajaran
dimulai sebagai bekal siswa dalam memahami materi pelajaran.
c. Supaya siswa dapat lebih mengembangkan kreativitasnya sebaiknya
proyek tidak diberi batasan tema yang terlalu mengikat ide kreatif
siswa.
d. Supaya pembelajaran berbasis proyek terlaksana secara optimal
alokasikan waktu dengan cukup dan persiapkan waktu tambahan
sebagai cadangan.
2. Kepada Pihak Sekolah dan Guru
a. Menyiapkan guru dengan memberikan pembekalan dan
membiasakan menggunakan pembelajaran berbasis proyek
b. Bagi guru sebaiknya dapat menerapkan pembelajaran berbasis
proyek di sekolah dengan menempatkan konsep yang akan diajarkan
pada awal atau pertengahan semester sehingga guru masih bisa
menagih proyek bila proyek belum selesai tepat waktu dan masih
ada waktu tambahan apabila diperlukan.
3. Kepada Pemerintah
Untuk dapat tercapainya kemampuan dasar bekerja ilmiah siswa,
pemerintah sebaiknya menyesuaikan kembali kurikulum dengan alokasi