MASALAH DAN PENEMUAN TERHADAP KEMAMPUAN MENALAR DAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA SMP PADA KONSEP
PENCEMARAN AIR
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Oleh :
NENENG MARYAM JAMALIAH NURUL JANAH 1302555
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM SEKOLAH PASCASARJANA PROGRAM MAGISTER (S2)
DAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA SMP PADA KONSEP PENCEMARAN AIR
Oleh
Neneng Maryam Jamaliah Nurul Janah
Sebuah tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar magister pada Program Studi Pendidikan IPA Sekolah Pascasarjana
Universitas Pendidikan Indonesia
©Neneng Maryam Jamaliah Nurul Janah 2015 Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang
NENENG MARYAM JAMALIAH NURUL JANAH
PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK, PEMECAHAN MASALAH DAN PENEMUAN TERHADAP KEMAMPUAN MENALAR
DAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA SMP PADA KONSEP PENCEMARAN AIR
Disetujui dan disahkan oleh:
Pembimbing,
Dr. Any Fitriani, M.Si NIP. 196502021991032001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Program Studi Pendidikan IPA,
Neneng Maryam Jamaliah Nurul Janah , 2015
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur dan menganalisis peningkatan atau gain dan membandingkan hasil pembelajaran berbasis proyek, pemecahan masalah dan penemuan terhadap kemampuan menalar dan literasi lingkungan siswa SMP pada konsep pencemaran air. Metode penelitian yang digunakan adalah Quassi experimental dengan desain Pretest-Posttest, Non-Equivalent Control Group Design. Prosedur penelitian yang dilakukan secara garis besar adalah: (1) studi pendahuluan dan pembiasaan kelas; (2) pelaksanaan pembelajaran penelitian dan penjaringan data; (3) analisis dan pembahasan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri soal terbuka kemampuan menalar dan tes kemampuan literasi lingkungan yang dikembangkan dari Middle School Environmental Literacy Survey (MSELS). Terdapat perbedaan rata-rata gain penguasaan kemampuan menalar keseluruhan yang signifikan antara kelas siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran berbasis proyek dengan kelas siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pembelajaran pemecahan masalah (Sig= 0,000). Selain itu, gain antara kelas pemecahan masalah dengan penemuan juga memiliki perbedaan yang signifikan (Sig=0,002). Sedangkan untuk kelas pembelajaran berbasis proyek dengan penemuan tidak ditemukan perbedaan gain yang signifikan (Sig = 0,208). Model pembelajaran berbasis proyek, pemecahan masalah dan penemuan dapat memberikan hasil yang berbeda signifikan pada seluruh komponen literasi lingkungan dengan berbagai variasi kategori N-gain pada ketiga model tersebut.
Neneng Maryam Jamaliah Nurul Janah , 2015
Research on the application of project-based learning, problem solving and discovery of the ability of reasoning and environmental literacy junior high school students on the concept of water pollution have been implemented. This study aims to measure and analyze the increase or gain and compare the results of project-based learning, problem solving and discovery of the ability of reasoning and environmental literacy junior high school students on the concept of water pollution. The method used is Quassi experimental with pretest-posttest design, Non-Equivalent Control Group Design. Procedures research done in outline are: (1) a preliminary study and habituation class; (2) implementation of research learning and networking of data; (3) analysis and discussion. The instrument used in this study consisted of reasoning ability test and test of environmental literacy developed the literacy skills of Middle School Environmental Literacy Survey (MSELS). There are differences in the average gain mastery significant overall reasoning abilities among students who take the class learning by using project-based learning with a class of students who take the learning to the learning problem solving (Sig = 0.000). In addition, the gain between class solutions with the invention also has significant difference (Sig = 0.002). As for the class project-based learning with discovery found no significant difference in gain (Sig = 0.208). Model of project-based learning, problem solving and invention can provide significantly different results in all components of the literacy environment with a variety of categories N-gain in three models.
Neneng Maryam Jamaliah Nurul Janah , 2015 LEMBAR PENGESAHAN
PERNYATAAN
UCAPAN TERIMA KASIH ... i
ABSTRAK ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Batasan Masalah ... 7
E. Hipotesis ... 8
F. Definisi Operasional... 8
G. Manfaat Penelitian ... 9
H. Organisasi Penulisan ... 10
BAB II PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK, PEMECAHAN MASALAH DAN PENEMUAN TERHADAP KEMAMPUAN MENALAR DAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA SMP PADA KONSEP PENCEMARAN AIR A. Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project based LearningPjBL) ... 11
B. Model Pemecahan Masalah (Problem Solving) ... 14
Neneng Maryam Jamaliah Nurul Janah , 2015
F. Kemampuan Literasi Lingkungan ... 28
G. Konsep Pencemaran Air ... 31
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 38
B. Desain Penelitian ... 38
C. Populasi dan Sampel ... 38
D. Instrumen Penelitian dan Pengembangannya ... 39
E. Teknik Pengambilan Data ... 44
F. Prosedur Penelitian ... 45
G. Analisis dan Pengolahan Data ... 49
H. Alur Penelitian ... 58
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Perbandingan Kemampuan menalar Siswa yang Mengikuti Pembelajaran berbasis Proyek, Pemecahan Masalah dan Penemuan ... 59
B. Profil Perbandingan Kemampuan Literasi Lingkungan Siswa yang Mengikuti Pembelajaran berbasis Proyek, Pemecahan Masalah dan Penemuan ... 83
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Simpulan ... 97
B. Implikasi dan Rekomendasi ... 97
DAFTAR PUSTAKA ... 99
LAMPIRAN ... 104
Neneng Maryam Jamaliah Nurul Janah , 2015
DAFTAR TABEL Tabel
3.1. Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Menalar ... 39
3.2. Middle School Environmental Literacy Survey (MSELS) ... 40
3.3. Rumus Analisis Butir Soal Instrumen Penelitian ... 42
3.4. Rekapitulisasi Hasil Analisis Butir Soal Kemampuan Menalar ... 44
3.5. Rangkuman Deskripsi Langkah Pembelajaran pada Kelas Penelitian ... 46
3.6. Timeline Pembelajaran pada Kelas Penelitian... 47
3.7. Rumus Pengujian Manual Homogenitas dan Normalitas………. 51
3.8. Rumus Prosedur Perbandingan Multisampel ... 52
3.9. Rumus Analisis Uji Perbandingan Lanjut (Post Hoc)………. 53
3.10. Kriteria Rerata Gain Ternormalisasi <g>………. 57
4.1. Rekapitulasi Statistik serta Pengujian Normalitas dan Homogenitas Hasil Pretest, Posttest dan Gain Penguasaan Kemampuan menalar Keseluruhan..60
4.2. Rekapitulasi Hasil Post Hoc analysis LSD-Bonferroni Perbandingan Gain Penguasaan Kemampuan menalar Keseluruhan……… 64
4.3. Rekapitulasi Statistik Pretest, Posttest dan Gain serta Peninjauan Normalitas dan Homogenitas Kemampuan menalar Spesifik……… .66
4.4. Rekapitulasi Perbandingan Kemampuan menalar Spesifik antar Kelas Penelitian……….73
4.5. Rangkuman deskripsi hasil tes pada setiap bagian soal MSELS untuk kelas yang dibelajarkan dengan model Pembelajaran Berbasis Proyek ………….83
4.6. Hasil perhitungan Nilai N-gain pada setiap bagian soal MSELS untuk kelas yang dibelajarkan dengan model Pembelajaran Berbasis Proyek………………...86
Neneng Maryam Jamaliah Nurul Janah , 2015
4.9Rangkuman deskripsi hasil tes pada setiap bagian soal MSELS untuk kelas yang
dibelajarkan dengan model Pembelajaran Penemuan……….91
4.10 Hasil perhitungan Nilai N-gain pada setiap bagian soal MSELS untuk kelas yang dibelajarkan dengan model Pembelajaran Penemuan………94
4.11 Perbandingan Kategori N-Gain pada Bagian-Bagian Soal MSELS……….9
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Langkah-Langkah Operasional Pembelajaran Berbasis Proyek ... 13
2.2 Maket Pencemaran Air ... 13
2.3 Model Integrated pada Pencemaran Air ... 26
2.4. Sungai yang sudah tercemar... 32
2.5 Permukaan air tertutup alga karena tercemar pupuk dan limbah pertanian ... 33
2.6. Limbah rumah tangga terdiri atas limbah padat dan limbah cair ... 35
2.7. Tumpahan minyak di perairan... 36
3.1. Alur Penelitian... 58
4.1. Grafik Perbandingan Rata-rata Pretest, Posttest dan Gain Penguasaan Kemampuan menalar Keseluruhan ... 63
4.2. Grafik Perbandingan Rata-rata Gain Kemampuan menalar Spesifik Kelas PJBL, problem solving dan discovery ... 72
4.3. Perbandingan rerata skor pretest dan posttest untuk setiap bagian soal MSELS pada pembelajaran berbasis proyek ... 85
4.4. Perbandingan rerata skor pretest dan posttest untuk setiap bagian soal MSELS pada pembelajaran pemecahan masalah ... 88
Neneng Maryam Jamaliah Nurul Janah , 2015
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
A. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
1. RPP Kelas dengan Model Pembelajaran Berbasis Proyek ... 105
2. RPP Kelas dengan Model Pembelajaran Pemecahan Masalah ... 126
3. RPP Kelas dengan Model Pembelajaran Penemuan... 142
B. INSTRUMEN PENELITIAN DAN PERANGKAT PEMBELAJARAN 1. Instrumen Kemampuan Menalar... 160
2. Instrumen Kemampuan Literasi Lingkungan ... 164
3. LKS Kelas Pembelajaran Berbasis Proyek... 185
4. LKS Kelas Pembelajaran Pemecahan Masalah ... 199
5. LKS Kelas Pembelajaran Penemuan ... 203
C. ANALISIS BUTIR SOAL Analisis Butir Soal Instrumen Kemampuan menalar ... 218
Neneng Maryam Jamaliah Nurul Janah , 2015
4. Uji Homogenitas Levene Test... 232 5. Perbandingan Kemampuan menalar Keseluruhan Siswa ...
236
6. Perbandingan Kemampuan menalar Spesifik Siswa... 237
E. PROFIL KETERCAPAIAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS
PROYEK, PEMECAHAN MASALAH DAN PENEMUAN
……… ....... 245 F. DOKUMENTASI PENELITIAN……… .... ... 256 G. RIWAYAT HIDUP……… .... ... 258
H. ADMINISTRASI PENELITIAN
Neneng Maryam Jamaliah Nurul Janah , 2015 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Permasalahan lingkungan dinilai kian menjadi darurat semenjak dominasi manusia terhadap lingkungan, hal ini diperparah seiring kemajuan teknologi. Oleh karena itu menjadi prioritas utama sejumlah negara untuk berupaya menggugah kepedulian masyarakat banyak, dengan segera mengambil langkah pencegahan terhadap kondisi lingkungan yang terus menurun melalui peranan pendidikan lingkungan (UNECE Strategy dalam Erdogan, dkk. 2009; Yildiz, Sipahioglu, Yilmaz dalam Erdogan, dkk. 2009).
Salah satu prioritas dari Negara-negara Asia termasuk Indonesia adalah memastikan keberlanjutan lingkungan dengan mengambil tindakan pencegahan dan membangkitkan kesadaran masyarakat. Usaha untuk menanggulangi kerusakan lingkungan yang terus menerus terjadi serta untuk membangun pengembangan berkelanjutan dapat dilakukan dengan menyediakan kesempatan pada masyarakat untuk mendapat informasi, melakukan dan aktif dalam permasalahan lingkungan, sehingga dapat lebih meningkatkan literasi lingkungannya. Implementasi pendidikan lingkungan di sekolah bergantung pada kurikulum sekolah dan kompetensi guru pendidikan lingkungan hidup. Hal ini dapat dibuktikan bahwa dasar dari konsistensi literasi lingkungan ditekankan pada sekolah menengah terutama melalui pendidikan IPA. Hal ini sesuai dengan apa yang disusun dalam kurikulum tahun 2013 pada mata pelajaran IPA.
Di tingkat SMP/MTs diharapkan ada penekanan pembelajaran Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat secara terpadu yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana (Amin, 1987). Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah
Neneng Maryam Jamaliah Nurul Janah , 2015
itu pembelajaran IPA di SMP/MTs menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan menalar dan sikap ilmiah, yang salah satunya adalah aspek peduli terhadap lingkungan.
Kurikulum tahun 2013 mengakomodir keseimbangan antara soft skills dan hard skills yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
Kompetensi dikembangkan melalui pembelajaran tematik terpadu yang dilaksanakan dengan pendekatan saintifik (Kemdikbud, 2014). Ruang lingkup pengembangan pembelajaran tematik meliputi seluruh mata pelajaran termasuk pembelajaran IPA yang disajikan secara terpadu dengan tema sebagai pemersatu (Amin, 1987). Pada pengembangan kurikulum IPA terpadu tipe integrated beberapa bidang studi dipadukan hingga ditemukan satu irisan yang akan menjadi tema sentral pencapaian indikator pada pembelajaran tersebut (Fogarty, 1991).
Kurikulum 2013 dikembangkan melalui beberapa perubahan, salah satunya berorientasi pada karakteristik kompetensi keterampilan, kurikulum ini mengharapkan tercapainya keterampilan tingkat tinggi, seperti menalar, menyajikan dan mencipta, sebagai jawaban atas tantangan bahwa rata-rata anak Indonesia hanya mampu menguasai pelajaran termasuk sains sampai level 3 saja. Hasil studi internasional tentang kemampuan anak Indonesia dari hasil survey TIMS (Trends in International Math and Science) di Tahun 2007 menunjukkan bahwa hanya 5% siswa Indonesia mampu menyelesaikan soal penalaran berkategori tinggi. Hasil studi yang dilakukan PISA (Programme for International Student Assesment) di tahun 2009 yang menempatkan Indonesia pada 55 dari 65
Neneng Maryam Jamaliah Nurul Janah , 2015
Penelitian mengenai kemampuan menalar ini sudah diteliti oleh Suharti (2009), yang mengangkat pembelajaran analogi dan model proyek berdasarkan kemampuan menalar fisika siswa SMP, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa untuk siswa yang berkemampuan menalar tinggi dapat diajarkan dengan menggunakan model analogi maupun proyek, namun bagi siswa yang berkemampuan menalar rendah lebih sesuai jika diajar dengan menggunakan model pembelajaran analogi. Selain itu, Rimbayanto (2015) melakukan penelitian untuk meningkatkan kemampuan menalar dan memecahkan masalah matematika dengan model inquiry learning berbasis group investigation pada siswa SMP kelas 7. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa model inquiry learning berbasis group investigation dapat meningkatkan kemampuan menalar dan memecahkan
masalah matematika. Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan menalar dengan menggunakan model lain, dalam hal ini, model pembelajaran berbasis proyek, pemecahan masalah dan penemuan untuk memberikan tambahan informasi pada bidang yang sama yakni penggunaan model pembelajaran untuk mengungkap kemampuan menalar.
Di samping keterampilan berpikir, kurikulum 2013 juga menghendaki ketercapaian kompetensi sikap sosial (KI-2) yakni salah satu kompetensi dasarnya adalah peduli lingkungan, kepekaan terhadap lingkungan menjadi keluaran yang sangat penting bagi siswa sebagai hasil dari pembelajaran IPA. Dimana era saat ini, pembelajaran sarat akan kontribusi terhadap lingkungan. Pada kenyataanya di lapangan, sikap peduli terhadap lingkungan ini masih rendah ditunjukkan oleh para siswa, hal ini dapat terlihat dari perilaku dan kebiasaan para siswa untuk menjaga lingkungan, seperti kebiasaan membuang sampah tidak pada tempatnya, membuang limbah rumah tangga (detergen) pada saluran air, merusak tanaman, tidak melakukan penghematan dalam penggunaan air dan lain-lain. Hal ini dapat memberikan gambaran bahwan literasi lingkungan siswa kita masih rendah.
Neneng Maryam Jamaliah Nurul Janah , 2015
lingkungan mendapatkan porsi yang tidak sama. Perhatian yang besar terhadap komponen pengetahuan tidak diimbangi dengan komponen sikap, kebiasaan dan keterampilan. Pada penelitian selanjutnya, dilakukan pengembangan instrumen untuk mengases literasi lingkungan, salah satunya dengan diimplementasikannya Greek Environmental Literacy Instrument (GELI) di Yunani (Kyriazi &
Mavrikaki, 2013). Perkembangan terkini, telah dilakukan penelitian literasi lingkungan dengan diimplementasikannya beragam perlakuan untuk meningkatkan literasi lingkungan salah satunya dengan pemberian Environmental Education`s Kit (EE Kit) (Jannah, dkk. 2013), selain itu juga pada
perkembangannya telah dilakukan upaya mengaitkan literasi lingkungan dengan efikasi diri (Saribas, dkk. 2013). Di Indonesia sendiri penelitian mengenai literasi lingkungan telah dilakukan oleh Soekarno (2014), dengan mengangkat pembelajaran model Investigating, Evaluating Environmental Issue and Action (IEEIA) pada materi “Peranan Manusia dalam Pengelolaan Lingkungan” dinilai mampu mengakomodir seluruh komponen literasi lingkungan, yang merupakan tujuan utama pembelajaran pendidikan lingkungan. Dengan syntax yang terdiri dari tujuh tahapan pembelajaran secara sistematis, sangat disesuaikan dengan pola asesmen standar literasi lingkungan, Middle School Environmental Literacy Survey (MSELS). Pada penelitian mengenai literasi lingkungan peneliti memosisikan penelitiannya untuk mengujicobakan model yang lain dalam hal ini model pembelajaran berbasis proyek, pemecahan masalah dan penemuan untuk mengungkap kemampuan literasi lingkungan siswa dengan dasar ketiga model ini memiliki kelebihan masing- masing.
Neneng Maryam Jamaliah Nurul Janah , 2015
konten, keterampilan kolaboratif, keterlibatan dan motivasi, dan berpikir kritis serta keterampilan memecahkan masalah (Krajcik, 1998). Salah satu penelitian mengenai pembelajaran berbasis proyek ini diterapkan pada kelas dengan siswa berkemampuan rendah, dimana penelitian tersebut menunjukkan peningkatan kemampuan berpikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah, yang terdiri dari kemampuan mensintesis, mengevaluasi, memprediksi, melakukan refleksi, menyelesaikan masalah, dan mengambil keputusan (Horan, dkk. 1996). Pada penelitian ini peneliti melihat adanya peluang untuk meneliti bagaimana pengaruh pembelajaran berbasis proyek terhadap kemampuan menalar dan kemampuan literasi lingkungan, yang pada penelitian sebelumnya terdapat kemampuan-kemampuan spesifik yang merupakan bagian dari kedua kemampuan-kemampuan tersebut.
Menurut Sri (dalam Tawil & Liliasari, 2013, hal. 57), metode pemecahan masalah merupakan suatu metode pengajaran yang mendorong siswa untuk mencari dan memecahkan persoalan-persoalan. Keterampilan memecahkan masalah harus diajarkan kepada siswa, sebab pemecahan masalah secara ilmiah (scientific method) berguna bagi mereka untuk memecahkan masalah yang sulit. Metode ini selain dapat digunakan untuk memecahkan masalah dalam berbagai bidang studi, juga dapat digunakan untuk pemecahan yang berkaitan dengan kebutuhan siswa dalam kehidupan sehari-hari (Tawil & Liliasari, 2013). Penelitian mengenai model pemecahan masalah telah mengungkap berbagai kemampuan kognitif tingkat tinggi, seperti penguasaan konsep, pengambilan keputusan, pengambilan kesimpulan secara induktif, pengambilan kesimpulan secara deduktif, dan berpikir sebab akibat (Simon & Lea, 1974). Penelitian mengenai model pemecahan masalah juga telah mengungkap berbagai kemampuan pemecahan masalah lingkungan (Klahr & Dunbar, 1988). Peneliti dalam penelitian ini melihat peluang untuk dilakukannya penelitian pada masing-masing kemampuan spesifik dari kemampuan menalar dan literasi lingkungan siswa sebagai salah satu bentuk hasil belajar yang berupa kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher order thinking)
Neneng Maryam Jamaliah Nurul Janah , 2015
memberikan hasil yang paling baik. Ia juga mengatakan bahwa belajar penemuan meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan berpikir secara bebas (dalam Dahar, 1996). Model penemuan diadaptasi dari konsep Inovator’s DNA (Dyer, dkk. 2009) yang menyatakan bahwa seseorang memiliki karakteristik sebagai
inovator jika memiliki kemampuan untuk mengasosiasikan satu peristiwa dengan peristiwa lainnya (associating), bertanya tentang hal-hal yang belum pernah ada atau belum pernah dilakukan (questioning), melakukan pengamatan lingkungan sekelilingnya (observing), membuat jejaring untuk memperoleh hasil yang lebih baik (networking) dan melakukan eksperimen untuk mencapai inovasi (experimenting). Peneliti melihat peluang untuk melakukan penelitian yang dapat
mengungkap kemampuan menalar dan literasi lingkungan sebagai hasil diterapkannya model penemuan.
Salah satu permasalahan lingkungan yang terjadi adalah pencemaran lingkungan. Pencemaran lingkungan merupakan satu konsep yang sangat kompleks, karena memuat berbagai keterkaitan berbagai bidang keilmuan seperti kimia, fisika dan biologi. Begitu juga dengan konsep pencemaran air yang merupakan bagian dari pencemaran lingkungan seringkali menjadi materi yang dinilai kompleks. Oleh karenanya pengintegrasian ketiga bidang studi tersebut menggunakan tipe integrated dianggap paling sesuai untuk penelitian ini. Dengan demikian, pada penelitian ini peneliti mengangkat konsep pencemaran air sebagai materi yang akan dikaji dalam kaitannya dengan kemampuan menalar dan literasi lingkungan siswa.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang
Neneng Maryam Jamaliah Nurul Janah , 2015
1. Bagaimanakah perbandingan kemampuan menalar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek, pemecahan masalah dan penemuan pada konsep pencemaran air?
2. Bagaimanakah perbandingan kemunculan kemampuan literasi lingkungan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek, pemecahan masalah dan penemuan pada konsep pencemaran air?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan umum dari penelitian ini adalah mengukur dan menganalisis peningkatan atau gain dan membandingkan penerapan pembelajaran berbasis proyek, pemecahan masalah dan penemuan pada kemampuan menalar dan literasi lingkungan siswa SMP pada konsep pencemaran air. Tujuan umum tersebut dijabarkan dalam beberapa tujuan khusus berikut ini:
1. Mengukur dan menganalisis perbandingan kemampuan menalar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek, pemecahan masalah dan penemuan pada konsep pencemaran air
2. Mengukur dan menganalisis perbandingan kemunculan kemampuan literasi lingkungan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek, pemecahan masalah dan penemuan pada konsep pencemaran air
D. Batasan Masalah
Neneng Maryam Jamaliah Nurul Janah , 2015
2. Kemampuan literasi lingkungan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan kerangka Simmon (1995), kemampuan literasi lingkungan ini dibatasi pada komponen pengetahuan ekologi, afektif lingkungan, keterampilan kognitif dan perilaku bertanggung jawab terhadap lingkungan (dalam Erdogan, dkk, 2009).
3. Konsep yang dikaji dalam penelitian ini mengangkat tema pencemaran air, tema ini merupakan hasil pengintegrasian kurikulum dengan model integrated, dimana tema ini dibatasi oleh KD 3.5 dan KD 3.9 yang
terlampir dalam pedoman pengembangan kurikulum 2013.
E. Hipotesis
Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah hipotesis alternatif (H1), yaitu:
“Terdapat perbedaan kemampuan menalar yang signifikan dan peningkatan kemampuan literasi lingkungan antara kelompok siswa yang
mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis
proyek, pemecahan masalah dan penemuan”.
F. Definisi Operasional
1. Model pembelajaran berbasis proyek yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pembelajaran yang menjadikan produk akhir sebagai hasil pembelajarannya. Penerapan model ini diawali dengan analisis kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar (KD) yang terdapat pada kurikulum 2013, selanjutnya dibuat rancangan pembelajaran dengan produk akhir berupa maket pencemaran air yang selanjutnya dilakukan uji coba. Ketercapaian model pembelajaran yang terdiri dari enam sintaks ini diamati melalui lembar observasi.
Neneng Maryam Jamaliah Nurul Janah , 2015
dilakukan oleh guru melalui artikel-artikel yang berkaitan dengan pencemaran air. Ketercapaian model pembelajaran yang terdiri dari lima sintaks ini diamati melalui lembar observasi.
3. Pembelajaran penemuan dalam penelitian ini adalah pembelajaran yang dirancang agar siswa siswa menemukan konsep melalui kegiatan percobaan berupa pengaruh pencemaran air terhadap kecepatan pertumbuhan kecambah dan kecepatan dan jumlah gerakan operculum ikan. Ketercapaian model pembelajaran yang terdiri dari enam sintaks ini diamati melalui lembar observasi.
4. Pembelajaran IPA terpadu dalam penelitian ini menggunakan tipe integrated dimana pencemaran air dijadikan tema sentral untuk beberapa
bidang kajian (fisika, kimia, biologi) dengan mengacu pada pencapaian berbagai hasil belajar
5. Kemampuan menalar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan yang dijaring melalui tes kemampuan menalar menurut Marzano (1992) dalam Stiggins (1994), meliputi kemampuan membandingkan, mengelompokkan, menyimpulkan, menganalisis kesalahan, memberi dukungan, menganalisis cara pandang, mengambil keputusan, menyelidiki, dan melakukan percobaan
6. Kemampuan literasi lingkungan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan literasi lingkungan menurut Simmon, yang meliputi komponen pengetahuan ekologi, afektif lingkungan, keterampilan kognitif dan perilaku bertanggung jawab terhadap lingkungan yang dijaring melalui Middle School Environmental Literacy Survey (MSELS).
G. Manfaat Penelitian
Neneng Maryam Jamaliah Nurul Janah , 2015
proyek, eksperimen dan penemuan secara mandiri dengan tetap mendapat fasilitasi oleh guru.
2. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat dijadikan rekomendasi dalam memilih model pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik materi pembelajaran dan memberikan wawasan dalam pembelajaran IPA tentang strategi mengajar untuk menghasilkan kemampuan menalar dan literasi lingkungan.
3. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat menjadi sumbangan ilmiah dalam:
a. Pengembangan penelitian pada model pembelajaran berbasis proyek, pemecahan masalah dan penemuan terhadap kemampuan menalar dan literasi lingkungan pada materi-materi lain
b. Memberikan referensi mengenai pembelajaran berbasis proyek, pemecahan masalah dan penemuan serta pengaruhnya terhadap kemampuan menalar dan literasi lingkungan siswa.
H. Organisasi Penulisan
Neneng Maryam Jamaliah Nurul Janah , 2015
Neneng Maryam Jamaliah Nurul Janah , 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK, PEMECAHAN MASALAH D AN PENEMUAN METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quassi experimental (Creswell, 2008; Cohen, dkk. 2007, hal. 282)
B. Desain penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah tipe Pretest-Posttest, Non-Equivalent Control Group Design (Cohen, dkk. 2007).
Eksperimen I (PjBL) T1 X1 T2
Eksperimen 2 (PS) T1 X2 T2
Eksperimen 3 (DL) T1 X3 T2
Keterangan : T1 = Pretest T2 = Posttest
X1 = Perlakuan jenis I (Pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis proyek)
X2 = Perlakuan jenis II (Pembelajaran dengan model pemecahan masalah) X3 = Perlakuan jenis III (Pembelajaran dengan model penemuan)
C. Populasi dan sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP di kota Bandung. Sedangkan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII-B, VII-C dan kelas VII-D SMP di kota Bandung yang terjaring oleh instrumen penelitian. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Purposive sampling tipe Judgement sampling (Mustafa, 2000; Roos, dkk. 2010). Adapun
Neneng Maryam Jamaliah Nurul Janah , 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK, PEMECAHAN MASALAH D AN PENEMUAN D. Insrtumen Penelitian dan Pengembangannya
1. Deskripsi Instrumen Penelitian
a. Instrumen kemampuan menalar digunakan untuk mengetahui kemampuan menalar siswa yang meliputi sembilan pertanyaan berbentuk essay (tes subjektif). Satu jenis kemampuan menalar dijaring oleh satu pertanyaan yang didasarkan proses berpikir atau indikator tertentu. Reliabilitas yang terukur untuk instrumen kemampuan menalar ini adalah 0,62 dan diinterpretasikan tinggi (Arikunto, 2008). Kisi-kisi soal instrumen kemampuan menalar diperlihatkan dalam Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Menalar
No Komponen
Penalaran Proses berpikir/ indikator
Nomor Item
Soal
Perolehan Poin Tertinggi 1 Membandingkan Menyebutkan persamaan dan
perbedaan 7 10
2 Mengelompokkan Mengelompokkan sesuatu
kedalam beberapa kategori 2 10
3 Menyimpulkan Menyimpulkan suatu hal
berdasarkan fakta-fakta 5 10
4 Menganalisis kesalahan
Mengritik cara berpikir diri
sendiri 8 10
5 Memberi dukungan Mendukung sebuah pernyataan 4 10 6 Menganalisis cara
pandang
Menyampaikan pandangan
personal terkait sebuah isu 3 10
7 Mengambil keputusan
Menggunakan kriteria untuk
memilih dari beberapa opsi 9 10
8 Menyelidiki Mengumpulkan informasi 1 10
9 Melakukan percobaan
Mencari penjelasan
6 20
Total Skor Maksimal 100
Neneng Maryam Jamaliah Nurul Janah , 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK, PEMECAHAN MASALAH D AN PENEMUAN lingkungan siswa dalam penelitian ini menggunakan asesmen standar Middle School Environmental Literacy Survey (MSELS) tersebut. MSELS
dirancang untuk mengukur berbagai komponen literasi lingkungan. Indikator dalam instrumen ini sesuai dengan kerangka kerja Simmons sebagai kriteria dalam menganalisis level literasi lingkungan (Simmon dalam Chu, dkk. 2007; Erdogan, dkk. 2009). Tes tertulis MSELS mencakup keseluruhan komponen literasi lingkungan, antara lain, komponen pengetahuan ekologi (25 item soal pilihan ganda), sikap dan kepedulian terhadap lingkungan (22 item jenis skala Likert), keterampilan dalam memecahkan masalah lingkungan (11 item soal pilihan ganda), serta perilaku bertanggung jawab terhadap lingkungan (11 item jenis skala Likert). Suatu overview mengenai MSELS dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2. Middle School Environmental Literacy Survey (MSELS)
Komponen Literasi Lingkungan Penjabaran Komponen Bagian-Bagian Soal MSELS Nomor Item Soal Jumlah Nomor Soal Perolehan Poin Tertinggi Pengetahuan ekologi Pengetahuan dasar ekologi Bagian I (dasar-dasar ekologi)
1-25 25 25
Afektif lingkungan Komitmen verbal (niat untuk bertindak) Bagian II (bagaimana anda berpikir mengenai lingkungan)
26-34 9 45
Kepekaan terhadap lingkungan Bagian IV (anda dan kepekaan terhadap lingkungan)
46-56 11 55
Perasaaan terhadap lingkungan Bagian V (bagaimana perasaan anda terhadap lingkungan )
57-58 2 10
Keterampilan kognitif Identifikasi isu lingkungan Bagian VI A: Identifikasi isu 59, 60, 68
Neneng Maryam Jamaliah Nurul Janah , 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK, PEMECAHAN MASALAH D AN PENEMUAN
Literasi Lingkungan
Komponen Bagian Soal MSELS Item Soal Nomor Soal Poin Tertinggi Analisis isu
lingkungan
Bagian VI B: Analisis isu
61-67 7
Rencana aksi lingkungan
Bagian VI C: Rencana aksi
69 1
Perilaku bertanggung jawab terhadap lingkungan Komitmen aktual (perilaku) Bagian III (apa yang akan anda lakukan untuk lingkungan)
35-45 11 55
Poin tertinggi 215
Poin terendah 38
2. Pengembangan Instrumen Penelitian
a. Pengembangan instrumen kemampuan menalar dilakukan dengan tahap-tahap: a. melakukan ujicoba instrumen; b. melakukan analisis butir soal; c. melakukan seleksi soal yang memiliki karakter soal yang kurang baik; d. melakukan revisi untuk soal-soal yang belum memenuhi syarat soal yang layak namun juga memiliki beberapa karakter yang baik.
b. Sebelum soal tes MSELS (Middle School Environmental Literacy Instrument/ Survey) digunakan, terlebih dahulu dilakukan alih bahasa serta
Neneng Maryam Jamaliah Nurul Janah , 2015
Neneng Maryam Jamaliah Nurul Janah , 2015
No Karakteristik Formula Instrumen Essay Interpretasi
1 Validitas Item
∑ ∑ ∑
√ ∑ ∑ ∑ ∑ (i)
0,80 < ≤ 1,00 Sangat Tinggi
(ix) 0,60 < ≤ 0,80 Tinggi
0,40 < ≤ 0,60 Cukup 0,20 < ≤ 0,40 Rendah 0,00 < ≤ 0,20 Sangat rendah
= koefisien korelasi antara variable X dan Y, dua
variabel yang dikorelasikan; = skor tiap butir soal; =
skor total tiap butir soal; = jumlah siswa
2 Reiabilitas
( ) ∑ (ii)
0,80 < ≤ 1,00 Sangat Tinggi
(x) 0,60 < ≤ 0,80 Tinggi
0,40 < ≤ 0,60 Cukup
0,20 < ≤ 0,40 Rendah
0,00 < ≤ 0,20 Sangat rendah
r11 = nilai reliabilitas yang dicari; n =banyaknya item; ∑σi2= jumlah varians tiap item yang dicari; σi2= varians total
3 Daya Pembeda
(iii)
Negatif Tidak baik
(xi) 0,00-0,20 Jelek
0,20-0,40 Cukup 0,40-0,70 Baik 0,70-1,00 Baik Sekali
D = Indeks daya pembeda; fX = hasil kali jumlah siswa yang
mengisi dengan skor tertentu dari satu soal; Xmin = skor minimal soal; Xmax= skor maksimal soal; n = jumlah siswa
4 Taraf
Kesukaran (iv)
0,00-0,30 Sukar
Neneng Maryam Jamaliah Nurul Janah , 2015
( )
( )
0,71-1,00 Mudah
P = Taraf Kesukaran; PU= Indeks daya pembeda kelas atas, PL = Indeks daya pembeda kelas bawah; nU & nL = jumlah siswa kelas atas dan kelas bawah; fLX & fU X= jumlah dari hasil kali jumlah siswa dengan jawaban tertentu dari skor soal
(Sumber: (i) Arikunto, 2008, hal.72; (ii) Arikunto, 2008, hal. 109, (iii) Evaluation and Examination Service, 2010, hal. 14; (iv) Evaluation and Examination Service, 2010, hal. 16; (v) Arikunto, 2008, hal. 9; (vi) Arikunto, 2008, hal. 100; (vii) Arikunto, 2008, hal. 213; (viii)
Analisis butir soal kemampuan menalar yang meliputi validitas item, reliabilitas, daya pembeda dan taraf kesukaran dilakukan dengan bantuan program Anates Uraian Versi 4.0™ Uraian, kriteria interpretasi yang dikembangkan oleh Arikunto (2008) dapat dilihat dalam Tabel 3.3. Selain itu, dilakukan juga analaisis butir soal lebih lanjut mengenai perbandingan nilai minimal penerimaan validitas item dan reliabilitas soal. Hasil analisis butir soal secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran D. Rangkuman hasil analisis butir soal, interpretasi karakter item yang dimiliki, serta kesimpulan hasil seleksi item soal instrumen
diperlihatkan dalam Tabel 3.4.
Tabel 3.4. Rekapitulisasi Hasil Analisis Butir Soal Kemampuan Menalar
No Keterampilan M enalar Daya Pembeda (i)
Taraf Kesukaran (ii)
Validitas
Item (iii)
Kesimp.
Item**
Reliabilitas (iv)
D Int.* P Int.* rxy Int.* r11 Int.* 7 M embandingkan 0,10 JK 0,95 M D 0,16 RD Rev. 0,62 TG 2 mengelompokkan 0,15 JK 0,92 M D 0,34 RD Rev.
5 M enyimpulkan 0,16 JK 0,23 SR 0,47 CK Rev. 8 M enganilisis kesalahan 0,30 CK 0,60 SD 0,45 CK Ter. 4 M emberi dukungan 0,24 JK 0,93 M D 0,01 SR Rev. 3 M enganalisis cara
pandang
0,30 CK 0,60 SD 0,27 RD Rev. 9 M engambil keputusan 0,39 CK 0,45 SD 0,75 TG Ter. 1 menginvestigasi 0,42 BK 0,33 SD 0,56 CK Ter. 6 M elakukan percobaan 0,24 CK 0,48 SD 0,37 RD Rev.
Keterangan : * Int.=Interpretasi; Daya Pembeda (JK=Jelek, CK=Cukup; BK=Baik); Taraf Kesukaran(MD=Mudah; SD=Sedang; SR=Sukar); Validitas item (RD=Rendah, CK=Cukup; SR=Sangat Rendah; TG=Tinggi); Reliabilitas (TG=Tinggi). Interpretasi nilai berdasarkan kriteria masing-masing karakteristik soal (Sumber: (i) Daya Pembeda: Arikunto, 2008:210; (ii) Taraf Kesuk aran: Arikunto, 2008, hal. 220; (iii) Validitas item: Arikunto, 2008, hal. 79; (iv)
Reliabilitas: Arikunto, 2008, hal. 218)
** Kesimpulan (Elim.=Eliminasi; Rev.=Revisi; Ter.=Terima)
E. Teknik Pengambilan Data
Adapun teknik pengambilan data yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Melakukan pretest untuk menjaring data kemampuan menalar dan
kemampuan literasi lingkungan awal dari siswa sebelum dilakukan pembelajaran.
[image:31.596.108.520.332.478.2]3. Data sampel yang diambil dan diolah merupakan data tes siswa yang mengikuti kedua tes, pretest dan posttest, baik untuk kemampuan menalar juga kemampuan literasi lingkungan
F. Prosedur Penelitian
Secara garis besar penelitian yang dilakukan dibagi menjadi lima tahap, yaitu:
1. Tahap Persiapan
a. Kajian pustaka untuk merumuskan masalah dalam proposal penelitian. b. Studi pendahuluan kepada sampel penelitian
c. Pengajuan proposal penelitian pada seminar proposal penelitian. d. Perbaikan proposal penelitian dari hasil seminar proposal penelitian
e. Penyusunan instrumen penelitian yang meliputi instrumen kemampuan menalar dan kemampuan literasi lingkungan. Deskripsi lengkap mengenai instrumen penelitian dapat dilihat pada Lampiran B.
f. Pertimbangan (judgement) instrumen kemampuan menalar kepada dosen ahli.
g. Tes tertulis MSELS dialih bahasa dan diadaptasi kemudian memperoleh judgement dari ahli untuk content validity dan curriculum validity
h. Perbaikan instrumen penelitian dari hasil pertimbangan dosen ahli.
i. Uji coba instrumen instrumen kemampuan menalar dan kemampuan literasi lingkungan.
2. Tahap Penelitian
a. Penjaringan data pretest pada awal penelitian yang meliputi kemampuan menalar dan kemampuan literasi lingkungan pada materi pencemaran air. b. Pemberian perlakuan yang meliputi pembelajaran dengan model
Tabel 3.5 Rangkuman Deskripsi Langkah Pembelajaran pada Kelas Penelitian
Kelas Kegiatan Pembuka Kegiatan Inti Kegiatan
penutup Pembelajaran
berbasis proyek (Project based
learning)
Guru me-recall daya ingat siswa mengenai keseimbangan ekosistem melalui sebuah fenomena Guru memberikan apersepsi dan motivasi siswa mengenai materi pencemaran air Guru mengajukan
pertanyaan pengarah
Tahap 1: Penentuan Pertanyaan Mendasar
Guru memberikan
pertanyaan penuntun agar siswa dapat merumuskan masalah yang akan mereka teliti dengan proyek yang akan dibuat
Tahap 2 Mendesain Perencanaan Proyek
Siswa dan guru
berdiskusi dan membuat kesepakatan mengenai: - Aturan kegiatan
pengerjaan proyek (desain pembuatan maket pencemaran air dan alat penjernih air)
- Aturan pembuatan laporan hasil proyek - Aturan penilaian proyek
Tahap 3 Menyusun Jadwal
Tahap 4 Memonitor Peserta Didik dan Kemajuan Proyek
Tahap 5 menguji hasil
Masing-masing kelompok diberikan kesempatan untuk mempresentasikan hasil pengerjaan proyek dan pengamatannya di depan kelas
Tahap 6 mengevaluasi pengalaman Siswa bersama guru melakukan refleksi terhadap seluruh proses pembelajaran yang telah dilakukan dan hasil proyek yang telah dikerjakan Pembelajaran pemecahan masalah (problem solving)
Tahap 1: Orientasi Peserta Didik pada Masalah
Guru mengajukan pertanyaan pengarah
Tahap 2:
Mengorganisasi Peserta Didik Dalam Belajar
Tahap 3. Membimbing Penyelidikan Peserta Didik Secara Mandiri Maupun Kelompok
Siswa melakukan penyelidikan sesuai LKS dan berdiskusi dalam kelompok mencari solusi terkait dengan masalah yang telah diidentifikasi
Tahap 4. Mengembangkan
[image:33.596.123.502.125.749.2]Kelas Kegiatan Pembuka Kegiatan Inti Kegiatan penutup Siswa menjawab
pertanyaan pada LKS dan menyajikan dalam bentuk laporan tertulis pemecahan masalah-masalah yang ditemukan siswa Pembelajaran penemuan (discovery)
Tahap 1: Stimulasi
Guru me-recall daya ingat siswa mengenai keseimbangan ekosistem melalui sebuah fenomena Guru memberikan apersepsi dan motivasi siswa mengenai materi pencemaran air Guru mengajukan
pertanyaan pengarah
Tahap 2: Problem
Statement
Guru memberikan
pertanyaan penuntun agar siswa dapat merumuskan masalah yang akan mereka teliti dengan percobaan yang akan dibuat
Tahap 3. Observasi dan Pengumpulan data
Siswa melakukan percobaan mengenai pengaruh pencemaran air terhadap pertumbuhan kecambah dan jumlah serta kecepatan gerakan operculum ikan
Tahap 4. Pengolahan data
Siswa berdiskusi dalam kelompok untuk menjawab pertanyaan dalam LKS dan menyajikannya dalam laporan tertulis
Tahap 5 Pembuktian
Tahap 6 Generalisasi/M enarik kesimpulan Siswa bersama guru melakukan generalisasi/p enarikan kesimpulan berdasarkan hasil percobaan
Tabel 3.6. Timeline Pembelajaran pada Kelas Penelitian Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan III Pertemuan IV
Pembelajaran berbasis proyek (Project based learning)
Pendahuluan √ (15`)* √ (15`)* √ (10`)* √ (10`)*
Tahap 1: Penentuan Pertanyaan
Mendasar √ (15`)*
Tahap 2 Mendesain Perencanaan Proyek √ (30`)*
Tahap 3 Menyusun Jadwal √ (15`)*
Tahap 4 Memonitor Peserta Didik dan
Kemajuan Proyek √ (90`)* √ (110`)*
[image:34.596.123.502.111.522.2]Pertemuan I
Pertemuan II
Pertemuan III
Pertemuan IV
Penutup √ (5`)* √ (15`)* √ (10`)*
Pembelajaran berbasis penemuan (discovery)
Pendahuluan √ (10`)* √ (15`)* √ (15`)*
Tahap 1: Stimulasi √ (30`)*
Tahap Tahap 2: Problem Statement √ (30`)*
Tahap 3. Observasi dan Pengumpulan
data √ (45`)*
Tahap 4. Pengolahan data √ (45`)*
Tahap 5 Pembuktian √ (90`)*
Tahap 6 Generalisasi/Menarik
kesimpulan √ 15`)*
Penutup √ (10`)* √ (15`)*
Pembelajaran pemecahan masalah (problem solving)
Pendahuluan √ (15`)* √ (10`)* √ (15`)*
Tahap 1: Orientasi Peserta Didik pada
Masalah √ (10`)*
Tahap 2: Mengorganisasi Peserta Didik
Dalam Belajar √ (5`)*
Tahap 3. Membimbing Penyelidikan Peserta Didik Secara Mandiri Maupun Kelompok
√ (15`)* √ (30`)*
Tahap 4. Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya √ (30`)* √ (30`)* √ (90`)*
Tahap 5. Menganalisis dan mengevaluasi
proses pemecahan masalah √ (15`)*
Penutup √ (5`)* √ (10`)*
Keterangan : * Alokasi waktu yang ditampilkan merupakan waktu pendekatan dengan alokasi waktu pembelajaran sebenarnya yang telah dilaksanakan
* Pada pembelajaran berbasis proyek, pertemuan ketiga dilakukan diluar jam pelajaran
c. Setelah dilakukan kegiatan pembelajaran (perlakuan) pada masing-masing kelas kemudian dilakukan penjaringan data posttest kemampuan menalar siswa.
3. Tahap Analisis dan Pembahasan
b. Analisis data pretest siswa pada kelas pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek, pemecahan masalah dan penemuan c. Analisis data posttest siswa pada kelas pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran berbasis proyek, pemecahan masalah dan penemuan. d. Pembahasan hasil penelitian melalui kajian pustaka yang menunjang.
4. Tahap Pembuatan Kesimpulan
Perumusan kesimpulan hasil pengujian statistik dan penyusunan kesimpulan.
5. Tahap penyusunan Laporan
Penyusunan laporan berdasarkan hasil, analisis dan pembahasan yang dilakukan.
G. Analisis dan Pengolahan Data
Prosedur pengolahan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Kemampuan Menalar
Teknik analisis yang akan digunakan meliputi analisis perbandingan pembelajaran menggunakan pembelajaran berbasis proyek, pemecahan masalah dan penemuan. Proses analisis perbandingan yang akan dilakukan dalam penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan bantuan program analisis statistik SPSS™ 16.0. Taraf kepercayaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Analisis Perbandingan
1. Deskripsi Tahapan Analisis Perbandingan
Tahapan analisis perbandingan rata-rata meliputi: (1) Analisis homogenitas dan normalitas data; (2) Prosedur multi perbandingan (Multiple Comparison Procedure) (MCP) yang meliputi analisis satu arah (One Way
dengan bantuan program SPSS™ 16.0. Penjelasan lebih lanjut mengenai deskripsi analisis masing- masing tahap dijabarkan berikut ini:
1) Analisis Homogenitas dan Normalitas Data a) Uji Levene (Levene Test)
Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui asumsi varians yang homogen atau tidak. Jenis uji homogenitas yang digunakan adalah Uji Levene. Hal ini dikarenakan uji Levene merupakan jenis uji standar yang umum digunakan untuk ANOVA atau jenis uji homogenitas yang digunakan untuk k (>2) kelompok sampel (Djolov, 2002, hal. 327).
Secara manual langkah-langkah manual pengujian homogenitas menggunakan uji Levene dengan contoh kelompok sampel adalah p, q dan r dipaparkan sebagai berikut: (1) menentukan jumlah total seluruh sampel (N) dan jumlah kelas (k); (2) menentukan nilai Ni yaitu jumlah sampel untuk kelompok i;
(3) menentukan nilai Zi , Zi ., Z ij, dan Z.. dengan kriteria terpilih untuk Y
didasarkan pada kekuatan uji (Brown & Forsythe dalam Sudjana, 2005); (4) menentukan nilai statistik L. Data memiliki varians homogen untuk L < FTabel
(=0,05) (k-1,N-K). (Levene dalam Djolov, 2002, hal. 328-329).
b) Uji Shapiro-Wilk (Shapiro-Wilk W Test)
Uji Sphapiro-Wilk W (Shapiro-Wilk W Test) merupakan uji normalitas yang sangat direkomendasikan untuk jumlah sampel kecil (n<50) (Ryan & Joiner, dalam dalam Djolov, 2002; USEPA, 2010, ha.l 88). Langkah-langkah pengujian Shapiro-Wilk adalah sebagai berikut: (1) menenukan nilai D (penyebut) dengan menentukan kuadrat selisih data observasi dengan rata-ratanya; (2) mengurutkan data observasi dari nilai terkecil ke yang terbesar; (3) menentukan nilai koefisien ai untuk setiap n observasi yang terdapat dalam Tabel koefisien Shapiro-Wilk dan
kemudian (Conover dalam USEPA, 1980, hal. 91-92); menghitung nilai statistik W. Data berdistribusi normal untuk nilai untuk W > W T abel (quantile) (=0,05) .
Tabel 3.7. Rumus Pengujian Manual Homogenitas dan Normalitas No Jenis
Uji Penentuan Rumus (Formula)
Keterangan
1 Uji Levene
Penentuan
nilai Z | ̅̅̅̅ ̅̅̅̅| (i)
Y = rata-rata
atau
Y = 10%
rata-rata terpangkas (10% trimmed
mean) atau Y = median
(tergantung distribusi data)
Levene
Statistik (L) ∑ ( ̅̅̅̅ ̅ ) ∑ ∑ ( ̅̅̅̅̅ ̅̅̅̅)
(ii)
Zp. = rata-rata kelompok dari Zpr,; Z.. =jumlah rata-rata total dari
Zpr. 2 Uji Shapiro-Wilk W Penentuan nilai D (penyebut) ∑ ̅ (iii)
D = jumlah kaudrat selisih nilai observasi dengan rata-ratanya
Shpiro-Wilk
W statistik [∑
( )] (iv)
ai = koefisien untuk n observasi tertentu (Tabel) (Sumber : (i)-(ii) Levene, 1960 dalam USEPA, 2002; (iii)-(iv) Wilk & Sphiro dalam USEPA, 2002, hal. 88-89).
2) Prosedur Multi Perbandingan (Multiple Comparison Procedures-MCP) Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya analisis perbandingan rata-rata kemampuan menalar dilakukan melalui prosedur multi perbandingan (Multiple Comparison Procedures-MCP). Hal ini dikarenakan jumlah sampel
yang akan dibandingkan dalam penelitian ini adalah tiga kelas sampel (Pembelajaran berbasis proyek, pemecahan masalah dan penemuan. MCP dalam penelitian ini dilakukan melaui dua tahap yaitu: (1) analisis perbandingan rata-rata satu arah (One Way Analysis); (2) analisis lanjut (Post Hoc Analysis). Penjabaran untuk masing-masing tahap analisis adalah sebagai berikut:
(a) Analisis Perbandingan Rata-rata Satu Arah (One Way ANOVA/
Kruskall-Wallis One Way Analysis)
[image:38.596.123.518.133.422.2]memberikan hasil data berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen. Analisis perbandingan rata-rata secara parametrik dilakukan dengan One Way ANOVA (One Way Analysis of variance) (Hillenmeyer, 2005). Analisis
perbandingan satu arah nonparametrik dilakukan untuk hasil data yang tidak memiliki varians yang homogen dan atau data tidak berdistribusi normal. Analisis perbandingan ini dilakukan dengan analisis varians satu arah Kruskall Wallis (Kruskall Wallis One-way Analysis of Variance) (Kruskall & Wallis, 1957).
Langkah-langkah manual pengujian ANOVA secara manual dilakukan sebagai berikut: (1) menyusun data dalam Tabel; (2) menentukan jumlah, rata-rata; dan nilai (xi2) untuk setiap nilai xi; (3) menjumlahkan nilai kuadrat diantara
kelompok; (4) menjumlahkan nilai kuadrat dalam kelompok; (5) menentukan nilai kuadrat total; (6) membuat Tabel rangkuman (Sudjana, 2005, hal. 304). Rumus-rumus yang digunakan untuk kedua uji ini dirangkum dalam Tabel 3.8.
Tabel 3.8. Rumus Prosedur Perbandingan Multisampel
(Multisample Comparrisson Procedures) ANOVA dan Kruskall-Wallis
No Nama Uji Penentuan Rumus (Formula) Keterangan
1 One Way
ANOVA
Rata-rata
kelompok ̅ ∑
(i) n= jumlah sampel kelompok-k Jumlah data
kelompok ∑ ∑
(ii) n= jumlah sampel kelompok-k Jumlah
kuadrat-kuadrat (Ry) ∑
(iii)
J2= jumlah
data total dikuadratkan ∑ni = jumlah sampel dalam kelompok-i Jumlah kuadrat-kuadrat antar kelompok
(Ay)
∑ (iv)
J2= jumlah data kelompok-i dikuadratkan
ni = jumlah sampel dalam kelompok-i Jumlah
kuadrat-kuadrat total
(∑Y2)
∑ ∑ (v) n= jumlah sampel kelompok-k Jumlah kuadrat-kuadrat
dalam ∑ (vi)
Dy= jumlah
[image:39.596.132.502.422.750.2]No Nama Uji Penentuan Rumus (Formula) Keterangan 2 Analisis Satu arah Kruskall-Wallis Kruskall-Wallis H Statistik ∑ (vii) N=Jumlah total; Ri=Jumlah ranking kelompok ke-i; n=jumlah sampel kelompok ke-i
(Sumber : (i-vi) Sudjana, 2005:, hal. 304-305; (vii) Kruskall & Wallis, 1952, hal. 586)
.
(b) Analisis Lanjutan (Post-Hoc Analysis)
Uji lanjut ditujukan untuk melihat perbedaan rata-rata secara lebih jelas antar kelompok penelitian (pembelajaran berbasis proyek, pemecahan masalah dan penemuan) dengan syarat jika hipotesis nol dari pengujian ANNOVA ditolak. Jenis uji yang dipilih adalah Uji Bonferroni (LSD-BON) untuk asumsi kehomogenan varians dipenuhi (parametrik) dan Uji Gomes-Howell (GH-HSD) untuk asumsi kemohogenan varians tidak terpenuhi (nonparametrik). Kelebihan yang dilihat untuk menggunakan jenis analisis ini adalah adanya koreksi Bonferroni yang memberikan hasil analisis yang lebih tepat (Beasley, 2010;
Karpinski, 2006). Penggunaan uji Gomes-Howell Post Hoc Analysis didasarkan atas asumsi bahwa uji ini merupakan jenis analisis Post Hoc yang digunakan dalam keadaan homogenitas varians yang ditolak, jumleh sampel yang tidak sama (Games & Howell dalam Sulivan, 2008, hal. 1). Rumus-rumus yang digunakan dalam dua jenis uji ini diperlihatkan dalam Tabel 3.9.
Tabel 3.9. Rumus Analisis Uji Perbandingan Lanjut (Post Hoc)
No Nama Uji Penentuan Rumus (Formula) Keterangan
1 LSD-Bonferroni
Standar Eror (SE( LSD))
√
(i)
MSE= Rata-rata
kuadrat eror (Mean
Square error), nj & nj`= Jumlah sampel
kelompok-j dan kelompok-j`
Df (ii)
Jumlah sampel total; J=Jumlah kelompok Alfa ()) [ ⁄ ⁄ ] (iii)
Derajat kepercayaan untuk Bonferroni;
J=jumlah
[image:40.596.118.518.563.731.2]No Nama Uji Penentuan Rumus (Formula) Keterangan Simultane ous Confidenc e Intervals (100(1-))% ( ̅ ̅ )
[( ⁄ ) ] (iv)
Yj - Yj` =
perbedaan rata-rata kedua kelompok,
SE(LSD)= standar eror t-test Bonferron i ̅ ̅ √ ( )
(v) t(BON, df)= nilai thitung
2
Gomes-Howell
Standar Eror (SE( GH))
√
⁄
(vi)
MSE= Rata-rata
kuadrat eror (Mean
Square error), nj & nj`= Jumlah sampel
kelompok-j dan kelompok-j` Df ( ) ( ) (vii )
nj & nj`= Jumlah
sampel kelompok-j dan kelompok-j`;
Sj & Sj` = varians
untuk kelompok-j dan kelompok-j` Simultane ous Confidenc e Intervals (100(1-))% ( ̅ ̅ ) [ ] (vii i)
Yj - Yj` =
perbedaan rata-rata kedua kelompok,
SE(GH)= standar eror t-test Gamues-Howell ̅ ̅ √ ⁄
(ix) t(GH, df)= nilai thitung
(Sumber : (i)-(v) Beasley, 2010, hal. 3; (v)-(ix) Beasley, 2010, hal. 7).
2. Kemampuan Literasi Lingkungan
efektivitas pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek, pemecahan masalah dan penemuan yang tercermin dari peningkatan literasi lingkungan siswa.
1. Uji Normalitas
Konsep dasar dari uji normalitas adalah membandingkan distribusi data (yang akan diuji normalitasnya) dengan distribusi normal baku. Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah populasi berdistribusi normal atau tidak. Jika data berdistribusi normal maka analisis dilakukan dengan metode parametrik. Uji normalitas yang dilakukan dalam penelitian ini diberikan terhadap data pretest dan posttest MSELS yang mengukur level literasi lingkungan siswa. Uji normalitas menggunakan Kolmogorov-Smirnov pada program komputer Statistical Package for Social Science (SPSS) windows versi 16.0. Kriteria
penentuan normal tidaknya suatu data pada uji normalitas yang dikenakan pada data pretest dan posttest MSELS, yaitu data dikatakan mengikuti distribusi normal jika harga sig hasil perhitungan lebih besar dari 0,05. Artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara distribusi skor empirik dengan distribusi skor hipotetik, dengan kata lain sebaran normal.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dimaksudkan untuk menguji apakah dua atau lebih kelompok data sampel berasal dari populasi yang memiliki variansi yang sama atau tidak. Uji ini dilakukan sebagai prasyarat dalam analisis uji t-dependen. Asumsi yang mendasarinya adalah bahwa varian dari populasi adalah sama. Uji homogenitas yang dilakukan dalam penelitian ini dikenakan kepada data pretest dan posttest MSELS yang mengukur level literasi lingkungan siswa. Uji homogenitas menggunakan Lavene test dengan bantuan program komputer Statistical Package for Social Science (SPSS) windows versi 16.0. Adapun
3. Uji t-dependen
Meninjau hasil uji normalitas dan uji homogenitas data pretest dan posttest MSELS untuk literasi lingkungan siswa, diketahui data tersebut berditribusi normal dan homogen. Maka selanjutnya, secara parametrik data dapat dianalisis dengan statistik inferensi yang menguji hipotesis penelitian. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan melalui uji dependen (paired test). Uji t-dependen (paired t-test) merupakan salah satu metode pengujian hipotesis dimana data yang digunakan tidak bebas (berpasangan). Ciri yang paling sering ditemui pada kasus yang berpasangan adalah satu individu (subjek penelitian) dikenai dua buah perlakuan yang berbeda. Walaupun dalam penelitian ini menggunakan individu yang sama, peneliti tetap memperoleh dua macam data sampel, yaitu data dari perlakuan pertama (pretest) dan data dari perlakuan kedua (posttest).
Uji t-dependen yang dilakukan dalam penelitian ini diberikan kepada data pretest dan posttest MSELS. Dari hasil uji t-dependen (beda rerata) diperoleh
suatu nilai probabilitas, yang tafsirannya dapat dijadikan kesimpulan dari data pretest dan posttest literasi lingkungan. Perhitungan uji t-dependen menggunakan
bantuan program Statistical Package for Social Science (SPSS) windows versi 16.0.
4. Rerata Skor Gain
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh suatu perlakuan menggunakan pembelajaran berbasis proyek, pemecahan masalah dan penemuan terhadap peningkatan literasi lingkungan siswa, maka dilakukan perbandingan antara rerata skor pretest dan rerata skor posttest, perubahan yang terjadi (gain) dapat menggambarkan efektivitas ketiga model tersebut. Gain yang diukur pada satu kelas eksperimen dinotasikan oleh Hake (2002) (dalam Sudjana, 2005) sebagai <g> yang artinya rerata gain ternormalisasi, hal ini didefinisikan sebagai rerata gain sesungguhnya (<Gain>) dibagi dengan kemungkinan rerata gain maksimum
(<Gain> maks.), atau dirumuskan sebagai berikut:
Dimana <posttest> merupakan tes akhir sedangkan <pretest> adalah tes awal sebelum perlakuan. Kriteria hasil perhitungan rerata gain ternormalisasi dapat dilihat pada Tabel 3.10.
Tabel 3.10. Kriteria Rerata Gain Ternormalisasi <g>
<g> Kriteria
g ≥ 0,7 Tinggi
0,3 ≤ g< 0,7 Sedang
[image:44.596.188.444.194.255.2]H. Alur Penelitian
Revisi*)
STUDI PENDAHULUAN
TAHAP PERSIAPAN
Penyusunan Kelengkapan Penelitian* Seminar Proposal
Judgement
& Uji Coba Perizinan Penelitian
RPP, Instrumen Tes, dan LKS Proposal Penelitian
Data Kemampuan Menalar Dan Literasi Lingkungan
TAHAP ANALISIS & PEMBAHASAN
TAHAP PERUMUSAN KESIMPULAN
TAHAP PENYUSUNAN LAPORAN
Analisis pelaksanaan model pembelajaran
Respons Proses Pembelajaran TAHAP PELAKSANAAN PENELITIA N
[image:45.596.132.544.111.734.2]Neneng Maryam Jamaliah Nurul Janah , 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK, PEMECAHAN MASALAH D AN PENEMUAN BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
A. Simpulan
Terdapat perbedaan rata-rata gain penguasaan kemampuan menalar keseluruhan yang signifikan antara kelas siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran berbasis proyek dengan kelas siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pembelajaran penemuan (Sig= 0,000). Selain itu, terdapat perbandingan gain antara kelas pemecahan masalah dengan penemuan juga memiliki perbedaan yang signifikan (Sig=0,002). Sedangkan untuk kelas pembelajaran berbasis proyek dengan penemuan tidak ditemukan perbedaan gain yang signifikan (Sig = 0,208).
Secara umum, berdasarkan hasil pengujian uji t-Dependen model pembelajaran berbasis proyek, pemecahan masalah dan penemuan dapat memberikan hasil yang berbeda signifikan pada seluruh bagian soal MSELS. Namun berdasarkan uji N-Gain, terdapat variasi kategori dari ketiga model tersebut. pada implementasi model pembelajaran berbasis proyek menunjukkan distribusi gain yang bervariasi namun semuanya masuk pada kategori sedang, artinya pengaruh model pembelajaran berbasis proyek tehadap kemampuan literasi lingkungan ada pada kategori sedang. Sedangkan pada implementasi model pembelajaran pemecahan masalah menunjukkan distribusi gain yang bervariasi, untuk bagian dasar-dasar ekologi, bagaimana anda berpikir mengenai lingkungan, identifikasi isu, analisis isu & rencana aksi menunjukkan kategori gain sedang, sementara untuk bagian anda dan kepekaan terhadap lingkungan, bagaimana perasaan anda terhadap lingkungan, dan apa yang akan anda lakukan untuk lingkungan berada pada kategori rendah untuk capaian gainnya.
B. Implikasi dan Rekomendasi
Neneng Maryam Jamaliah Nurul Janah , 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK, PEMECAHAN MASALAH D AN PENEMUAN penemuan dalam kaitannya dengan kemampuan menalar dan kemampuan literasi lingkungan siswa, sehingga para guru dapat mulai lebih giat melakukan berbagai asesmen pada kemampuan spesifik siswa sehingga diharapkan potensi siswa dapat
Neneng Maryam Jamaliah Nurul Janah , 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK, PEMECAHAN MASALAH D AN PENEMUAN DAFTAR PUSTAKA
Anderson, L.W. Dan Krathwohl, D.R (2001). A taxonomy for learning, teaching and assessing; a revision of bloom`s taxonomy of education objectives.
New York: Addison Wesley Lonmann Inc.
Amelia, R. A. (2008) Model siklus belajar deskriptif menggunakan model pemecahan masalah untuk meningkatkan penguasaan konsep siswa pada
topik ikatan kimia. Thesis Program Pasca Sarjana Universitas Pendidikan
Indonesia: tidak diterbitkan
Amin, M. (1987). Mengajarkan ilmu pengetahuan alam dengan menggunakan metode “discovery” dan inquiry”. Bagian I. Jakarta: Depdikbud Dirjen Pendidikan Tinggi.
Ango, M.L. (2002). Mastery of science process skills and their effective use in the teaching of science: an educology of science education in the nigerian context, International Journal of Educology. 16 (1):11-30
Arikunto, S. (2008). Dasar-dasar evaluasi pendidikan (edisi revisi). Jakarta : Bumi Aksara
Ash, D. (2000). The process skills of inquiry, Foundation, edisi Agustus : 51-62 Beasley (2010) Post-hoc tests and planned comparisons. [online]: tersedia:
http://statistics.lcy aerd.com/ spss-articles/ one-way-anova-using-spss [22 September 2014]
Campbell, N.A., Reece, J.B., Mitchell, L.G. (2002) Biologi (edisi kelima). Penerbit Erlangga: Jakarta
Chiapetta, E.L. (1997). Inquiry-based science strategies and techniques for encouraging inquiry in the classroom, The Science Teacher, edisi Oktober : 22-26
Creswell, J. W. (2008). Educanional research, planning, conducting and evaluating quantitative and qualitative research (3rd ed.). New Jersey:
Pearson Education
Neneng Maryam Jamaliah Nurul Janah , 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK, PEMECAHAN MASALAH D AN PENEMUAN Dahar, R.W. (1996). Teori-teori belajar. Bandung: Erlangga
Djolov, G.G. (2002) Nota tecnica : an equal variance test. estudios de economia. 29(2): 327-339
Dyer, Jeffrey H.; Gregersen, Hal B., and Christensen, Clayton M. (2009) The
innovator’s DNA, Harvard Business Review, December 2009, pp. 1-10. Efe, et al. (2012). Influence of animation-supported project-based instruction
method on environmental literacy and self efficacy in environmental education. Asia-Pacific on Science Learning and Teaching. (13): 1-13
Erdoǧan, M; Kostova, Z & Marcinkowski, T. (2009). Component of
environmental literacy in elementary science education curriculum in bulgaria and turkey. Eurasia Journal Of Mathemat