PENGARUH MODELQUANTUM LEARNINGTERHADAP PEMAHAMAN KONSEP ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) PADA KELAS V SD
DI GUGUS DANUREJAN KECAMATAN DANUREJAN
YOGYAKARTA
TUGAS AKHIR SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
Anggun Taruna Puspitasari NIM 13108241035
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
PENGARUH MODELQUANTUM LEARNINGTERHADAP PEMAHAMAN KONSEP ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) PADA KELAS V SD
DI GUGUS DANUREJAN KECAMATAN DANUREJAN YOGYAKARTA
Oleh
Anggun Taruna Puspitasari NIM. 13108241035
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran
quantum learning terhadap pemahaman konsep IPS kelas V SD di Gugus
Danurejan.
Jenis penelitian ini adalah penelitian quasi eksperiment. Populasi
penelitian ini siswa kelas V SD Segugus Danurejan. Pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling. Sampel penelitian adalah SD N
Tegalpanggung dan SD N Widoro. Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah soal tes pilihan ganda. Validitas instrumen dihitung menggunakan program computerSPSS 16.0. penelitian ini menggunakan datapretestdanposttestdengan
analisis uji hipotesist-test.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model quantum learning
dengan menggunakan strategi TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan) dapat memengaruhi pemahaman konsep siswa pada mata pelajaran IPS kelas V SD N Tegalpanggung. Hal ini ditunjukan dengan adanya uji t-test dan perubahan nilai rata-rata kelas. Hasil uji hipotesis
menunjukan harga t > t (2,188>2,028,) dengan angka signifikasi
0,035< 0,05. Jadi, dapat disimpulkan Ho ditolak dan Ha diterima. Hal tersebut juga membuktikan bahwa terdapat perbedaan pemahaman konsep IPS antara siswa yang diajar dengan model quantum learningdan siswa yang diajar dengan
metode ceramah.
THE EFFECT OF QUANTUM LEARNING MODEL UNDERSTANDING OF SOCIAL STUDIES CONCEPTS
Anggun Taruna Puspitasari
Abstract
This study aims to find out the effect of the quantum learning model on the understanding of Social Studies concepts in Grade V. This was a quasi-experimental study. The research population comprised all students of Grade V of the elementary schools in Danurejan Cluster. The sample was selected by means of the simple random sampling technique. It consisted of SDN Tegalpanggung and SDN Widoro. The instrument was a multiple choice test. The instrument validity was assessed by the SPSS 16.0 computer program. The study used the pretest and posttest data and the hypothesis testing using the t-test. The results of the study showed that the application of the quantum learning model using the TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan = Grow, Experience, Name, Demonstrate, Repeat, and Celebrate) strategy was capable of affecting the students’ understanding of concepts in the Social Studies subject in Grade V of the elementary schools in Danurejan Cluster. This was indicated by the results of the t-test and the change in the class mean score. The result of the hypothesis testing showed a significance value of 0.035<0.05. Therefore, it was concluded that there was a difference in the understanding of Social Studies concepts between the students learning through the quantum learning model and those learning through the lecturing method.
PERSEMBAHAN
Sebuah karya ini sebagai ungkapan pengabdian cinta yang tulus dan penuh kasih
sayang teruntuk:
1. Kedua orang tua saya, Bapak Gangsar Joko S. dan Ibu Wiwik Hidayati
yang selalu memberikan saya motivasi, wawasan, dan sumber dana dalam
proses perkuliahan,
2. Almamaterku tercinta UNY,dan
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur kehadirat Allah SWT, atas segala inayah dan
hidayah-Nya, yang telah member kekuatan, perlindungan dan bimbingan kepada
penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Model
Quantum LearningTerhadap Pemahaman Konsep IPS Pada Kelas V SD di Gugus
Danurejan Kecamatan Danurejan Yogyakarta”.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi sebagai persyaratan guna
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. Tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak, tentunya skripsi ini tidak mungkin akan berhasil, maka dari itu peneliti
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang memberikan persetujuan pelaksanaan
Tugas Akhir Skripsi.
2. Ketua Jurusan PSD dan Ketua Program Studi PGSD beserta dosen dan staf
yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama proses penyusunan pra
proposal sampai selesainya TAS ini.
3. Dosen pembimbing yang telah membimbing dengan sepenuh hati serta
keikhalasan di tengah kesibukan beliau, memberikan dorongan dan nasehat
dengan sabar selama proses penulisan skripsi hingga selesai,
4. Ketua Penguji, Sekretaris, dan Penguji yang sudah memberikan koreksi
5. Kepala SD N Tegalpanggung dan Kepala SD N Widoro yang telah
memberikan ijin dan bantuan dalam pelaksanaan penelitian Tugas Akhir
Skripsi ini.
6. Para guru dan staf SD N Tegalpanggung dan SD N Widoro yang telah
memberi bantuan memperlancar pengambilan data selama proses penelitian
Tugas Akhir Skripsi ini.
7. Semua pihak, secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak dapat
disebutkan di sini, atas bantuan dan perhatiaannya selama penyususnan Tugas
Akhir Skripsi ini.
Akhirnya, segala bantuan yang telah berikan semua pihak di atas menjadi
amalan yang bermanfaat dan mendapatkan balasan dari Allah SWT dan Tugas ini
menjadi informasi bermanfaat bagi pembaca atau pihak lain yang
membutuhkannya.
Yogyakarta, 30 Maret 2017
Anggun Taruna Puspitasari
DAFTAR ISI
BAB II KAJIAN PUSTAKA...7
A. Kajian tentang Pemahaman Konsep IPS ...7
1. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ...7
2. Pemahaman Konsep IPS ...9
3. ModelQuantum Learning ...12
a. PengertianQuantum Learning...12
b. Beberapa hal penting dalamQuantum Learning ...15
c. Penerapan ModelQuantum Learningpada pelajaran IPS ...17
4. Metode Ceramah ...24
5. Karakteristik siswa kelas V SD ...25
B. Penelitian Relevan ...27
C. Kerangka Pikir ...28
D. Hipotesis Penelitian ...31
BAB III METODE PENELITIAN...32
A. Jenis Penelitian ...32
B. Variabel Penelitian ...33
C. Definisi Operasional ...34
D. Populasi dan Sampel ...35
F. Instrumen Pengumpulan Data ...37
G. Teknik Pengumpulan Data ...39
H. Uji Validitas dan Reliabilitas ...40
I. Teknik Analisis Data ...45
1. Uji Prasyarat Analisis ...45
2. Uji Hipotesis ...45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...47
A. Pelaksanaan Pembelajaran ...47
B. Deskripsi Data ...47
C. Prasyarat Analisis ...52
1. Uji Normalitas ...52
2. Uji Homogenitas ...53
D. Pengujian Hipotesis ...54
E. Pembahasan ...57
F. Keterbatasan Penelitian ...62
BAB V PENUTUP...63
A. Simpulan ...63
B. Saran ...63
DAFTAR PUSTAKA ...64
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Kategori Proses Pemahama ...11
Tabel 2 Desain Penelitian ...32
Tabel 3 Jumlah siswa dalam Gugus Danurejan ...34
Tabel 4 Kisi-kisi instrumen pemahaman konsep IPS ...38
Tabel 5 Klasifikasi Tingkat Kesukaran ...42
Tabel 6 Klasifikasi Daya Pembeda ...43
Tabel 7 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ...46
Tabel 8 Daftar nilaipretestpemahaman Konsep IPS ...47
Tabel 9 Daftar nilaiposttestpemahaman Konsep IPS ...49
Tabel 10 Perbandingan nilai rata-ratapretestdanposttestkelas eksperimen dan kelas kontrol ...50
Tabel 11 Hasil uji normalitas ...52
Tabel 12 Hasil uji homogenitas ...53
Tabel 13 Hasil ujit-testnilaipretest...54
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Gambar penerapan model penelitian ...30
Grafik 1 Nilai rata-ratapretestkelas eksperimen dan kelas kontrol ...48
Grafik 2 Nilai rata-ratapostesttkelas eksperimen dan kelas kontrol ...50
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Instrumen Penelitian ...67
Lampiran 2 Data Hasil Uji Coba Penelitian ...74
Lampiran 3 Hasil Uji Validitas dan Reliablitas data ...75
Lampiran 4 Hasil Uji Reliabilitas Pemahaman Konsep IPS ...82
Lampiran 5 HasilOutputUji Daya Beda Pemahaman Konsep IPS ...83
Lampiran 6 Hasil Uji Tingkat Kesukaran Instrumen Pemahaman Konsep IPS 84 Lampiran 7 Hasil Hitung Statistik ...98
Lampiran 8 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ModelQuantum Learning 101 Lampiran 9 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Metode Ceramah ...120
Lampiran 10 Dokumentasi Uji Coba Instrumen ...134
Lampiran 11 Dokumentasi Penelitian ...135
Lampiran 12 HasilPretestKelas Kontrol ...141
Lampiran 13 HasilPretestKelas Eksperimen ...153
Lampiran 14 Hasil Evaluasi Kelas Eksperimen ...165
Lampiran 15 Hasil Evaluasi Kelas Kontrol ...169
Lampiran 16 HasilPosttestKelas Kontrol ...171
Lampiran 17 HasilPosttestKelas Eksperimen ...183
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran tidak dapat diartikan secara sederhana sebagai perpindahan
informasi pengetahuan dari buku langsung pada siswa. Pembelajaran yang efektif,
dapat membantu siswa menempatkan diri dalam situasi dimana siswa mampu
mengkonstruksi materi dalam kehidupan keseharian dengan mengekspresikan
dirinya secara tepat apa yang mereka rasakan dan mampu melaksanakannya.
Pembelajaran menunjukan kegiatan aktif yang dilakukan guru sebagai pengelola
kelas dan pengorganisasian belajar bersama dengan siswa.
Menurut Sujarwo (2014: 4) Proses pembelajaran memfokuskan pada proses
interaksi antara komponen-komponen pembelajaran, memberikan pemaknaan
secara bersama-sama antara pendidik dan peserta didik dengan harapan akan
mencapai hasil yang optimal. Hal tersebut mengandung pengertian bahwa
pembelajaran, selain mampu memberikan motivasi dan pengetahuan, juga harus
dapat memberikan arti bagi siswa diharapkan siswa dapat aktif, kreatif, dan
inovasi untuk meningkatkan perkembangan psikomotorik siswa termasuk pada
mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
Menurut Sapriya (2011:12), Pendidikan IPS tingkat sekolah sangat erat
kaitannya dengan disiplin ilmu-ilmu sosial yang terintegrasi dengan humaniora
dan ilmu pengetahuan alam yang dikemas secara ilmiah dan pedagogis untuk
kepentingan pembelajaran di sekolah. Oleh karena itu IPS di tingkat sekolah dasar
negara yang menguasai pengetahuan (knowledge), keterampilan(skills), sikap dan
nilai (attitude and values) yang dapat digunakan sebagai kemapuan untuk
memecahkan masalah pribadi atau masalah sosial serta kemapuan mengambil
keputusan dan partisipasi dalam berbagai kegiatan masyarakat agar menjadi warga
negara yang baik. Dilihat dari kajian diatas IPS merupakan pelajaran yang
berorientasi pada persoalan mengenai manusia dan lingkungannya yang mana
tidak dapat difokuskan pada aspek hafalan semata, namun lebih menjurus pada
penerapan pada kehidupan sehari-hari yang dapat mengembangkan kemampuan
pemahamannya.
Menurut Winkle (2012: 274) bahwa pemahaman mencakup kemampuan
untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari. Hal ini diartikan
bahwa siswa dikatakan memahami bila dapat mengonstruksikan makna dari
pesan-pesan pembelajaran, baik lisan, tulis, maupun grafis yang disampaikan
melalui pengajaran buku atau yang lainnya. Menurut Gulo (2004: 59) kemampun
mengerti/ memahami itu telah dikuasai antara lain: dapat menjelaskan dengan
kata-kata sendiri, dapat membandingkan, dapat membedakan, dan dapat
mempertentangkan. Effendi (2011:34), mengartikan konsep sebagai abstraksi
mengenai suatu fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi atas sejumlah
karakteristik kejadian, keadaan, kelompok atau individu tertentu.
Hal ini mengandung pengertian konsep merupakan sesuatu penggambaran
abstrak tentang suatu benda, peristiwa, gagasan, individu, atau kelompok. Konsep
setiap orang dibangun sendiri melalui pengalaman yang dilaluinya. Dari beberapa
kemapuan mengerti/ memahami penggambaran yang abstrak dengan
membandingkan, mempertentangkan dan menjelaskan dengan kata-kata sendiri.
Tujuan pembelajaran yang terdapat dalam BSNP nomor satu yakni
mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan
lingkungannya. Dilihat beberapa pendapat diatas pemahaman saat berpengaruh
dalam pemebelajaran untuk anak selain itu peran konsep-konsep dalam
masyarakat berguna bagi anak. Oleh karena itu pemahaman konsep bagi anak
penting dalam pembelajaran IPS bukan hanya untuk memberikan informasi pada
siswa namun memberikan makna pada siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Peneliti telah melakukan observasi di SD yang tergabung dalam gugus
Danurejan yaitu SD Negeri Lempuyangwangi, SD Negeri Lempuyangan 1, SD
Negeri Tegalpanggung, SD Negeri Widoro, SD Muhammadiyah Bausasran 1, dan
SD Muhammadiyah Bausasran 2. Obsevasi dilakukan pada tanggal 23-24 Oktober
2016 di kelas V. Dari dua sekolah yang telah di observasi yakni SD Negeri
Tegalpanggung dan SD Negeri Widoro menunjukan bahwa pemahaman konsep
siswa dalam pembelajaran IPS masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari soal-soal
yang diberikan guru saat ulangan harian masih terlihat mengevaluasi kemampuan
hafalan siswa, bukan pemahaman konsep yang bermakna. Mengenai pembelajaran
IPS yang selama ini dilakukan oleh guru masih menggunakan cara tradisional
yaitu dengan meminta siswa membaca materi dan sedikit menjelaskan melalui
metode cermah. Kegiatan selanjutnya yaitu menjawab pertanyaan mengenai
materi sesuai dengan buku bukan menggunakan pemahaman siswa sendiri,
materi oleh guru dilakukan secara abstrak, yakni menggunakan metode ceramah
dalam materi “Keragaman Suku Bangsa”. Guru berbicara di depan kelas hanya
mengacu pada satu buku saja tanpa adanya tambahan sumber lain. Padahal
pembelajaran IPS mengharuskan guru untuk dapat menyusun pembelajaran
sedemikian rupa sehingga anak dapat memahami dan menerapkana dalam
lingkungan sekitarnya. Asumsinya permasalahan juga dirasakan di SD Negeri
Tegalpanggung.
Terkait dengan permasalahan yang terjadi di Gugus Danurejan diduga perlu
adanya perubahan model pembelajaran dalam pembelajaran IPS untuk melihat
pengaruh pemahaman konsep anak pada mata pelajaran IPS. Peneliti akan
mengujicobakan model quantum learning, karena model ini belum pernah
diterapkan di Gugus Danurejan. Melalui quantum learning siswa akan diajak
meningkatkan pemahaman dan daya ingat (DePorter & Hernacki, 2015: 245).
Model pembelajaran ini menggunakan perencanaan pembelajaran TANDUR.
TANDUR adalah unsur- unsur kerangka rancangan belajar dengan Tumbuhkan,
Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan (DePorter & Hernacki,
2008: 88).
Menyadari akan hal-hal yang dilakukan dalam modelquantum learningdan
melihat model tersebut belum pernah diterapkan dalam pembelajaran IPS maka
kiranya diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui penerapan model
quantum learning berpengaruh terhadap pemahaman konsep pada pembelajaran
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka muncul
permasalahan yang dapat diidentifikasi sebagi berikut:
1. Siswa kurang memahami konsep IPS
2. Siswa hanya menghafal materi pada saat pelajaran
3. Guru hanya menggunakan metode ceramah
4. Kurang adanya penggunaan pendekatan, media, dan metode yang tepat pada
proses pembelajaran
5. Soal–soal yang diberikan guru pada saat ulangan harian masih terlihat
mengevaluasi kemampuan hafalan
6. Modelquantum learningbelum pernah diterapkan di sekolah
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, penelitian ini dibatasi pada model
quantum learning yang belum pernah diterapkan untuk mengatasi masalah
pemahaman konsep IPS kelas V SD di Gugus Danurejan.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan
pembatas masalah yang sudah dikemukan oleh peneliti, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah Apakah ada pengaruh yang signifikan dalam
penerapan model quantum learning terhadap pemahaman konsep pada materi
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh model quantum learning terhadap pemahaman konsep IPS
pada kelas V SD di Gugus Danurejan .
F. Manfaat Penelitian
Secara umum penelitian ini memiliki dua manfaat yang dilihat dari nilai
praktis dan nilai teoritis.
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat menambah referensi mengenai penerapan model
quantum learning terhadap pemahaman IPS siswa SD. 2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru
1) Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman guru mengenai
modelquantum learningyang digunakan dalam pembelajaran IPS
2) Memberikan informasi bagi guru untuk menggunakan model pembelajaran
b. Bagi siswa
Memahami konsep persiapan kemerdekaan Indonesia
c. Bagi peneliti
Memperoleh pengalaman dan pengetahuan mengenai cara mengajar yang
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran yang erat kaitnya
dengan hubungan antara manusia dengan lingkungannya, baik lingkungan
keluarga, sekolah, atau masyarakat. Anak dapat tumbuh dan berkembang sebagai
bagian dari kehidupan masyarakat yang senantiasa dihadapkan pada berbagai
permaslahan yang terjadi di lingkungan sekitar. Menurut Sapriya (2011:12),
Pendidikan IPS tingkat sekolah sangat erat kaitannya dengan disipln ilmu-ilmu
sosial yang terintegrasi dengan humaniora dan ilmu pengetahuan alam yang
dikemas secara ilmiah dan pedagogis untuk kepentingan pembelajaran di sekolah.
Susanto (2014: 6) menjelaskan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan
integrasi dari berbagai cabang-cabang ilmu-ilmu sosial dan humaniora, yaitu:
sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hokum, dan budaya. Menurut
Trianto (2010: 171) Ilmu pengetahuan sosial ini dirumuskan atas dasar realitas
dan fenomena sosial saat ini yang mewujudkan satu pendekatan yang
interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu sosial (sosiologi, sejarah,
geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya). Hal ini berarti ilmu pengetahuan
sosial memberikan peranan penting bagi masyarakat sebagai solusi masalah yang
ada sekarang ini dengan menggunakan cabang-cabang ilmu sosial yang ada diatas.
National Council for the Social Studies mengartikan IPS sebagai berikut:
studies provides coordinated, systematic study drawing upon such disciplines as anthropology, archaeology, economic, geography, history, law, philosophy, political science, psychology, religion, and sociology, as well as appropriate content from the humanities, mathematics, and natural sciences. The primary purpose of social studies is to help young people develop the ability to make informed and reasoned decision for the public good as citizen of a culturally diverse democratic society in an interdependent word.(p.194).(Amstrong,1997:9)
Ilmu Pengetahuan Sosial adalah mata pelajaran yang terintegrasi dengan
ilmu-ilmu sosial dan humaniora untuk mengembangkan kompetensi
kewarganegaraan. Dilihat dari program sekolah, ilmu pengetahuan sosial
menyediakan keserasian, banyak mata pelajaran yang menggambarkan sistematik
seperti mata pelajaran antropologi, arkeologi, geografi, sejarah, hukum, filsafat,
ilmu politik, psikologi, keagamaan, dan sosiologi, serta konten yang sesuai dari
manusia, matematika, dan pengetahuan alam. Tujuan utama IPS adalah untuk
membantu generasi muda mengembangkan kemampuan untuk berpendapat dan
membuat putusan yang masuk akal untuk kepentingan rakyat (khalayak) karena
beraneka ragam budaya masyarakat demokratis yang saling bergantung.
Jadi Ilmu Pengetahuan Sosial adalah mata pelajaran yang memadukan ilmu
antropologi, arkeologi, geografi, sejarah, hukum, filsafat, ilmu politik, psikologi,
keagamaan, dan sosiologi serta mengembangkan dari situasi di masyarakat. Oleh
karena itu IPS pada dasarnya bertujuan untuk mempersiapkan para peserta didik
sebagai warga negara yang mempunyai kemapuan untuk memecahkan masalah
pribadi atau masalah sosial serta kemapuan mengambil keputusan dan partisipasi
Pemerintah juga sudah memberikan tujuan mata pelajaran IPS agar peserta
didik dapat memiliki kemampuan, ini tertulis dalam Badan Standar Nasional
Pendidikan 2006 adalah sebagai berikut:
1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan
lingkungannya
2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,
inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial
3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan
4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam
masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.
Dengan memberikan tujuan pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
diharapkan siswa dapat menerapkan kemampuan tersebut dalam bermasyarakat
tidak terkecuali di lingkungan rumah, sekolah, dan lingkungan sekitar. Dilihat dari
kajian diatas IPS merupakan pelajaran yang berorientasi pada persoalan mengenai
manusia dan lingkungannya. Keterkaitan hal ini sangat berguna bagi anak untuk
memecahkan suatu masalah yang ada di kelas pada mata pelajaran IPS.
2. Pemahaman Konsep IPS
Menurut Uno (2006: 36) tingkat pemahaman diartikan kemampuan
seseorang dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan, atau menyatakan
sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya.
Kemampuan mengerti/ memahami antara lain: dapat menjelaskan dengan
mempertentangkan. Sudijono (2006: 50) menambahkan pemahaman adalah
tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Dapat dikatakan peserta
didik menguasai pemahaman yaitu peserta didik dapat memberikan penjelasan
dengan kata-kata sendiri. Hal ini juga senada dengan yang diungkapkan oleh
Ramdhani (2016: 41) kemampuan pemahaman merupakan unsur penting dalam
pembelajaran, dengan memberikan pengertian yang sederhana terhadap
materi-materi dari informasi baru bukan hafalan saja.
Sudjana (2016: 24) Pemahaman dapat dibedakan ke dalam tiga tingkatan
sebagai berikut:
a. Tingkat pertama adalah terjemahan, mulai dari terjemahan dari arti
sebenarnya,
b. Tingkat kedua adalah penafsiran, menghubungkan bagian-bagian terdahulu
dengan yang diketahui berikutnya, atau menghubungkan beberapa bagian
grafik dengan kejadian, membedakan yang pokok dan yang bukan pokok,
c. Tingkat ketiga adalah ekstrapolasi, peserta didik dapat melihat di balik yang
tertulis, dapat membuat ramalan tentang konsekuensi atau dapat memperluas
presepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus, masalahnya.
Dari ketiga tingkatan pemahaman di atas tingkat pemahaman yang sesuai
pada penelitian ini adalah ekstrapolasi, karena peserta didik dapat memberikan
pendapat dari sebuah kejadian masa lalu yang telah dilihat dan rasakan. Pendapat
lain mengenai dimensi pemahaman dikemukakan oleh Anderson (2015: 100)
termasuk apa yang diucapkan, ditulis, dan dgambar oleh guru. Pemahaman
memiliki tujuh dimensi yaitu pada tabel 1:
Tabel 1. Kategori Proses Pemahaman
No. Kategori Proses Nama-nama lain
1. Menafsirkan Mengklarifikasi, memparafrasekan,
mempresentasikan, menerjemahkan 2. Mencontohkan Mengilustrasikan, memberikan contoh 3. Mengkasifikasikan Mengategorikan, mengelompokkan 4. Merangkum Mengabstraksi, menggeneralisasi
5. Menyimpulkan Menyarikan, mengekstrapolasi,
mengintrapolasi, memprediksi
6. Membandingkan Mengontraskan, memetakan, mencocokkan 7. Menjelaskan Membuat model sebab akibat
Dari dimensi pemahaman diatas kemudian dikembangkan menjadi kisi-kisi
instrumen berupa tes. Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas pemahaman
adalah kemampuan yang dimiliki peserta didik untuk memberikan penjelasan dan
mengungkapkan pendapat mengenai kegiatan yang telah dilakukan.
Pengertian konsep dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 588) ide
atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret. Effendi (2011:34),
mengartikan konsep sebagai abstraksi mengenai suatu fenomena yang dirumuskan
atas dasar generalisasi sejumlah karakteristik kejadian, keadaan, kelompok atau
individu tertentu. Konsep merupakan simbol berpikir. Hal ini diperoleh dari hasil
memuat tafsiran terhadap fakta atau realita, dan hubungan antara berbagai fakta
(Uno, 2006: 9).
Hal ini juga diperjelas oleh Wahab (2012: 128) konsep kurang lebih cara
berpikir abstrak, perasaan, dan cara berperilaku seperti: adaptasi, demokrasi,
ketergantungan, tanggung jawab, kerjasama, hak-hak, persamaan, dan konflik
budaya. Dari penjelasan diatas berarti kemerdekaan adalah suatu konsep yang ada
dalam pembelajaran IPS. Berdasarkan beberapa pendapat di atas konsep adalah
sebuah ide dari suatu peristiwa untuk memahami sesuatu dan memudahkannya
dalam mengemukakan apa yang dimaksudkan.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas pemahaman konsep merupakan suatu
kemampuan ide atau gagasan yang harus dimiliki agar dapat menafsirkan,
mencontohkan, mengklasifikasikan, merangkum, menyimpulkan,
membandingkan, menjelaskan kejadian, keadaan, kelompok atau individu.
Pengertian diatas dipertegas oleh pendapat Ramdhani (2016: 48) pemahaman
konsep adalah kemampuan peserta didik untuk menjelaskan, menafsirkan, dan
menyimpulkan suatu konsep berdasarkan pembentukan pengetehauan, penanaman
konsep, kemampuan serta pembentukan sikap.
Hal ini juga berkaitan dengan tujuan mata pelajaran IPS yang wajib
mengenalkan konsep seperti tertera pada BSNP nomor satu agar peserta didik
memiliki kemampuan sebagai berikut: “mengenal konsep-konsep yang berkaitan
dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya”. Tujuan tersebut berpengaruh
pada pemahaman konsep anak sekolah dasar khususnya pada mata pelajaran IPS
yang biasanya berkaitan dengan konsep-konsep kehidupan masyarakat dan
3. Model Quantum Learning a. PengertianQuantum Learning
Model pembelajaran yang ideal sangat berpengaruh penting bagi siswa
dalam menerima pembelajaran seperti halnya model quantum learning.Quantum learning berakar dari upaya Dr. Georgi Lozanov seorang pendidik yang
bereksperimen dengan sugetiologi atau sugesti. Prinsipnya adalah sugesti dapat
dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar siswa, dan setiap detail memberikan
sugesti ataupun positif (DePorter & Hernacki, 2015: 14). Dalam model ini
menggabungkan antara lingkungan (suasana, fisik, lingkungan), dan
sumber-sumber (interaksi, metode, ketrampilan). Hal ini berarti quantum learning adalah
suatu model yang menciptakan suasana pembelajaran yang nyaman dan
menyenangkan serta menumbuhkan motivasi siswa untuk aktif dalam kegiatan
pembelajaran sehingga siswa paham akan materi yang diajarkan.
Pembelajaran kuantum adalah suatu model yang menyajikan bentuk
pembelajaran sebagai suatu “orkestra” jika dipilah dari dua unsur yaitu, kontek
dan isi. Konteks secara umum menjelaskan lingkungan belajar siswa baik fisik
maupun psikis. Sedangkan konten isi berkenaan mengenai cara penyampaian isi
materi pada siswa (Syaefudin,2012: 126).
Pembelajaran kuantum (Jaidun & Panjaitan, 2014) ialah pembelajaran yang
mampu menciptakan interaksi dan keaktifan siswa, sehingga kemampuan, bakat,
dan potensi siswa dapat berkembang, yang pada akhirnya mampu meningkatkan
prestasi belajar dengan menyingkirkan hambatan belajar melalui penggunaan cara
pembelajaran kuantum melibatkan komunitas belajar, sehingga guru dan siswa
yang terlibat dalam proses pembelajaran sama-sama merasa senang dan saling
bekerja sama untuk mencapai prestasi belajar yang maksimal. Hal ini juga
dipertegas dalam Research and Studies Quantum Learning Educationdari (Singer
& Nourie: 1998) adalah sebagai berikut:
Post intervention data indicated increased student learning, attendance, and improved attitude toward school. Students also showed increased math and reading skills, both on standardized tests and class grades. Post intervention data also revealed improved teachers effectiveness and satisfaction.
Pasca data campur tangan menunjukan peningkatan belajar siswa, absensi,
dan perbaikan sikap terhadap sekolah. Siswa juga menunjukan peningkatan pada
matematika dan kemampuan membaca, baik pada tes standard dan nilai kelas.
Pasca data campur tangan juga mengungkapkan peningkatan efektivitas dan
kepuasan guru. Hal ini berarti quantum learning memiliki pengaruh besar dalam
model pembelajaran mulai dari kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan
(Kusumawardani,2016) quantum learning merupakan model pembelajaran yang
menciptakan suasana efektif, menggairahkan, dan menyenangkan, sehingga
menuntun ketrampilan guru dalam merancang, mengembangkan dan mengelola
sistem pembelajaran dengan memberdayakan seluruh potensi dan lingkungan
belajar siswa.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa quantum learning merupakan suatu model pembelajaran yang dapat mempertajam
menyenangkan, memberikan motivasi, dan bermanfaat bagi peserta didik dengan
memberdayakan seluruh potensi dan lingkungan belajar siswa yang ada sehingga
siswa merasa senang dengan proses pembelajaran yang berlangsung dalam
pembelajaran.
b. Beberapa Hal Penting dalamQuantum Learning 1) Kekuatan Pikiran sebagai Modal Dasar Belajar
Melalui kekuatan pikiran diharapkan siswa mampu berpikir dengan baik
untuk melaksanakan kehidupan di masyarakat. Kekuatan pikiran sendiri sangat
memengaruhi semua aspek kehidupan anak. Ditegaskan bahwa otak manusia
mempunyai potensi yang sama dengan yang dimiliki oleh Albert Einstein. Melalui
hasil penelitian Global Learning, dikenalkan bahwa proses belajar itu mirip
bekerjanya otak seorang anak 6-7 tahun yang seperti spons menyerap berbagai
fakta, sifat-sifat fisik, dan kerumitan bahasa yang kacau dengan cara yang
menyenangkan dan bebas stress (DePorter & Hernacki, 2015: 22).
Kekuatan pikiran menekankan bahwa semakin pikiran itu diulang, semakin
besar energi dan kekuatan yang dihasilkan, memancar dari dalam diri, dan
menarik pikiran kita dari luar (Kehoe & Fischer, 2006: 16). Dengan pengulangan
pada saat pembelajaran di kelas membuat siswa menjadi lebih paham materi yang
sedang diajarkan. Selain itu memahami sifat pikiran anak akan memungkinkan
mengajar lebih efektif, dengan membatu mengarahkan pikiran siswa ke arah hasil
yang positif. Jadi kekuatan berpikir sangat dibutuhkan siswa agar siswa belajar
mengenai kehidupan di masyarakat serta sebagai pendorong bagi keberhasilan
2) Motivasi Belajar Siswa melalui Kekuatan AMBAK
Motivasi sangat penting bagi siswa yang memberikan suatu semangat baru
untuk menggapai tujuan. Sugihartono (2013: 20) menambahkan motivasi
diartikan sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku
tertentu serta memberikan arah dan ketahanan pada tingkah laku. Dengan
motivasi seseorang akan mudah melakukan suatu hal yang ingin digapai tanpa
menghiraukan hambatan yang ada sesuai arah dan tujuan, tidak terkecuali pada
saat pembelajaran berlangsung. Siswa membutuhkan motivasi dalam belajar yang
sering disebut motivasi bealajar guna mencapai tujuan dalam sekolah.
Motivasi belajar bagi siswa dalam model quantum learning dengan prinsip
AMBAK. AMBAK merupakan singkatan Apa Manfaatnya BAgiku? Ambak
adalah motivasi yang didapat dari pemilihan secara mental antara manfaat dan
akibat-akibat suatu keputusan DePorter & Hernacki (2015;49). Dalam
pembelajaran hendaknya dapat menumbuhkan dan menanamkan prinsip ambak
pada setiap awal kegiatan pembelajaran di kelas. Dengan penanaman prinsip
tersebut diharapkan akan muncul sikap presepsi positif terhadap kegiatan belajar
pada diri setiap siswa.
Menumbuhkan ambak bukan hal yang sulit sama saja dengan menciptkan
minat itu dalam apa yang sedang dipelajari dengan menghubungkan dunia nyata.
Menciptakan minat adalah cara yang baik untuk memberikan motivasi pada diri
untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Motivasi tersebut dengan belajar aktif
dengan lingkkungan sekitar. Membuat simulasi konsep belajar aktif dengan
yang menguntungkan siswa, mengupayakan agar segalanya terlaksana, dan
bermanfaat. Jadi dalam proses pembelajaran hendaknya seorang pendidik
memberikan motivasi pada siswa agar siswa mengerti dan mengetahui tujuan dan
manfaat materi yang sedang diajarkan.
3) Penataan Lingkungan Belajar
Dalam proses belajar mengajar diperlukan penataan lingkungan yang dapat
membuat siswa merasa betah dalam belajarnya, dengan penataan lingkungan
belajar yang tepat juga dapat mencegah kebosanan dalam diri siswa. Penataan
lingkungan belajar ini dibagi menjadi dua yaitu lingkungan mikro dan lingkungan
makro. Lingkungan mikro adalah lingkungan peserta didik melakukan proses
belajar (bekerja dan berkreasi) DePorter & Hernacki (2015: 68). Lingkungan ini
menekankan pada suatu penataan dan suasana dalam kelas seperti musik, penataan
cahaya, dan desain tempat duduk. Dengan adanya penataan lingkungan peserta
didik pasti dapat menerima, menyerap, dan mengolah informasi serta
berkonsentrasi dengan mudah. Lingkungan makro adalah lingkungan yang sangat
luas. Peserta didik diminta menciptakan ruang belajar di lingkungan masyarakat.
Peserta didik harus berpartisipasi dan berinteraksi.
c. Penerapan ModelQuantum Learningpada Mata Pelajaran IPS
Dalam kegiatan belajar mengajar banyak sekali model, pendekatan, startegi
yang dilakukan. quantum learning merupakan suatu model pembelajaran yang
menenkankan pada proses belajar yang bermakna pada anak sehingga anak akan
paham mengenai materi yang diajarkan. Adapun prinsip-prinsip dalam
1) Penataan lingkungan belajar
Penataan lingkungan belajar diperlukan dalam proses pembelajaran agar
siswa merasa nyaman dan aman. Guru sebagai seorang yang berperan penting
dalam kelas harus memberikan kenyamanan pada siswa. Kenyamanan tersebut
dapat diciptakan dengan tepat oleh guru dan siswa itu sendiri untuk mencegah
kebosanan dalam kelas. DePorter & Hernacki (2015: 66) menjelaskan untuk
membuat siswa menjadi sukses quantum learning menciptakan lingkungan yang
optimal dengan penataan lingkungan belajar fisik dan penataan lingkungan
mental.
Penataan lingkungan fisik meliputi keadaan sarana dan prasarana yang ada
di kelas seperti perabotan (jenis dan penataan), pencahayaan, musik, visual
(gambar, poster, papan pengumuman), penempatan persediaan, temperature,
tanaman, kenyamanan, dan suasana hati secara umum. Sedangkan penataan
lingkungan mental adalah strategi, metode, serta suasana yang digunakan guru
untuk menciptakan suasana nyaman dan menyenangkan.
2) Bebaskan gaya belajar siswa
Dalam belajar seorang anak terdapat berbagai macam gaya belajar yang
dimiliki siswa. Dalam quantum learning gaya belajar terdapat tiga yaitu: visual,
auditorial, dan kinestetik. Mengenali gaya belajar anak dapat dilakukan dengan
menciptakan gaya belajar yang menyenangkan bagi anak, mengurangi konflik
yang timbul sebagai akibat dari belajar, menimbulkan motivasi belajar (Aqib,
2011: 68). Dengan seorang pendidik terlebih dahulu mengenali gaya belajar siswa
Grinder dalam Silbermen (2016: 28) menjelaskan bahwa dari setiap 30
siswa, 22 diantarnya rata-rata dapat belajar secara efektif selama guru
menghadirkan kegiatan belajar yang berkombinasi antara visual, auditori, dan
kinestetik. Hal ini berarti hampir semua siswa menyukai pembelajaran yang
menggabungkan dari berbagai gaya belajar. Penggabungan gaya belajar pada saat
proses pembelajaran membuat guru lebih efektif dan efisien dalam mengajar serta
pemahaman anak dapat tergambar dengan baik.
3) Membiasakan membaca dengan Memahami
Membaca merupakan aktivitas yang penting dalam suatu pembelajaran.
Dengan membaca akan menambah pedadaran kata, pemahaman, menmbah
wawasan serta daya ingat. Banyak orang sangat sulit untuk memahami saat
membaca. Hendaknya sebelum membaca berpikiranlah positif dan berkata yang
membuat siswa termotivasi seperti: membaca itu mudah, saya adalah kutu buku,
dan saya dapat membaca dengan cepat dan memahami apa yang saya baca.
Selain itu terdapat kiat-kiat lain agar membaca mudah dipahami seperti
mempersiapkan diri, minimalkan gangguan, duduk dengan sikap tegap, tenangkan
pikiran sesaat, gunakan benda sebagai petunjuk, dan lihatlah sekilas sebelum
mulai membaca DePorter & Hernacki (2015: 255). Dengan begitu memahami
suatu bacaan dapat dilakukan dengan mudah dan cepat.
4) Membiasakan mencatat
Suatu pembelajaran itu dapat diterime oleh siswa ketika siswa tersebut
paham atau mengerti materi yang diajarkan, selain itu siswa dapat
mereka dan sesuai dengan gaya belajar yang siswa tersebut. Hal tersebut dapat
diwujudkan dalam sebuah tulisan- tulisan untuk mempermudah siswa dalam
mengingatnya.
Menurut DePorter & Hernacki (2015: 146) alasan utama untuk mencatat
adalah bahwa mencatat meningkatkan daya ingat. Tanpa adanya mencatat dan
mengulangi kemungkinan kecil siswa dapat mengingatnya, karena siswa hanya
menggunakan satu gaya belajar saja yakni auditorial. Oleh karena itu penerapan
keseluruhan gaya belajar harus selalu diterapkan oleh guru agar siswa paham
mengenai semua materi yang diajarkan.
5) Melatih kekuatan memori anak
Kekuatan memori sangat diperlukan dalam belajar anak, sehingga anak
perlu dilatih untuk mendapatkan memori yang baik. Aktifitas siswa setiap hari
tidak terlepas oleh kerja memori dalam otak. Sugihartono (2013:10)
menambahkan memori merupakan kemampuan untuk memasukan, menyimpan,
dan memunculkan kembali informasi yang kita terima. Dengan kekuatan memori
siswa dapat mengingat apa yang telah mereka rasakan dan alami. Selain itu
kekuatan memori padaquantum learningjuga melibatkan semua panca indra yang
siswa miliki. Semakin banyak indra yang terlibat, maka materi yang diajarkan
semakin mudah untuk dipahami oleh siswa.
6) Jadikan anak lebih aktif dan kreatif
Guru hendaknya dapat mendorong siswa lebih berperan aktif dalam proses
belajar mengajar. Dengan siswa aktif dapat membuat siswa menjadi termotivasi
belajar membangun potensi dan kemampuan dalam diri siswa. Dalam belajar
aktif, membantu siswa untuk memahami apa yang mereka alami. Sillbermen
(2016:31) menjelaskan bahwa hendaknya memberikan pelajaran singkat setelah
berlangsungnya kegiatan belajar aktif agar siswa dapat menghubungkan apa yang
dialami siswa dengan konsep-konsep yang disampaikan oleh guru.
Hal tersebut akan medorong anak aktif dan kreatif dalam pembelajaran.
Seseorang yang kreatif selalu ingin tahu, suka mencoba, senang bermain, intuitif,
dan semua orang berpotensi menjadi orang kreatif DePorter & Hernacki (2015:
293). Dengan adanya sikap kreatif yang baik bagi siswa akan mampu
menghasilkan ide-ide dalam belajarnya. Dalam pembelajaran guru hendaknya
memberikan kebebasan agar anak menjadi lebih aktif dan kreatif.
7) Memupuk sikap juara
Perlunya memupuk sikap juara harus diterapkan sejak kecil sekalipun pada
tingkat sekolah dasar. Hal ini dimaksudkan dapat memotivasi dalam belajar siswa
dan siswa merasa lebih dihargai dalam belajar. DePorter & Hernacki (2015: 58)
menjelaskan bahwa dalam setelah menyelesaikan suatu pekerjaan, maka
pentinglah untuk merayakan aktivitas atau prestasi tersebut. Melakukan aktivitas
apapun yang membawa keberhasilan harus bisa dirayakan, dengan memberikan
umpan balik yang positif yang bertujuan memberikan perasaan keberhasilan,
penyelesaian, kepercayaa, dan membangun motivasi untuk melakukan aktivitas
Hal ini juga dipertegas oleh hasil Research and Studies Quantum Learning Education (Singer & Nourie: 1998) yaitu, Students are flexible, open, have positive attitudes before quantum learning 60% and after quantum learning 69%.
Sebelum siswa menggunakan model quantum learning fleksibilitas, keterbukaan,
dan sikap positif siswa masih 60% dan setelah menggunakan model quantum learning naik menjadi 69%. Hal ini menerangkan bahwa penerapan model quantum learningmemberikan dampak yang baik bagi siswa dalam pembelajaran. 8) Penerapan TANDUR
Perencanaan pembelajaran yang dinamis juga berpebgaruh terhadap suatu
proses pembelajaran. Pembelajaran dapat dibuat sedinamis mungkin, konsisten
dan mudah. Perencanaan pembelajaran seperti halnya TANDUR. DePorter &
Hernacki (2008: 88) mengatakan bahwa TANDUR adalah unsur- unsur kerangka
rancangan belajar dengan Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi,
dan Rayakan. Dibawah ini adalah penjelasan mengenai TANDUR dan maknanya
(DePorter & Hernacki2008: 10):
a. Tumbuhkan
Menumbuhkan dan memikat siswa dengan melibatksn siswa dalam semua
kegiatan sehingga siswa dapat mengetahui apa saja manfaat pelajaran yang telah
dilakukan untuk kehidupan sehari-hari. Cobalah untuk menumbuhkan suasana
yang sangat menyenangkan dan menggembirakan di hati siswa. Buatlah siswa
merasa belajar adalah kebutuhan bukanlah tuntutan. Kegiatan di kelas seperti
b. Alami
Memberikan pengalaman belajar siswa untuk menumbuhkan kebutuhan
mengetahui. Kebutuhan tersebut seperti: menciptakan atau datangkan pengalaman
umum yang dapat dimengerti semua siswa. Siswa diajak guru membentuk
kelompok-kelompok.
c. Namai
Berikan apa yang siswa inginkan, tepat saat minat siswa memuncak. Untuk
itu harus disediakan kata kunci, konsep, model, rumus, startegi yang kemudian
menjadikan sebuah masukan bagi siswa. Setelah melalui pengalama belajar pada
kompetensi dasar tertentu, siswa diajak untuk menulis dalam kertas, memberikan
nama apa saja yang mereka peroleh, informasi, rumus, ataupun hal yang baru.
d. Demonstrasikan
Hal ini berati memberikan kesempatan mereka untuk mengaitkan
pengalaman dengan hal yang baru. Sediakan kesempatan bagi siswa untuk
menunjukan bahwa mereka tahu dengan melakukan demostrasi. Setelah
mengalami siswa mampu mengingat 90% karena siswa melakukantiga aktivias
sekaligus yakni; mendengarkan, melihat, dan melakukan.
e. Ulangi
Rekatkan keseluruhan materi pembelajaran, tunjukan kepada para siswa
tentang cara-cara mengulangi materi dan menegaskan “aku tahu bahwa aku
memang tahu ini”. Pengulangan memperkuat koneksi syaraf dan menumbuhkan
rasa “aku tahu bahwa aku tahu ini” pengulangan sebaiknya dilakukan setelah
f. Rayakan
Perayaan adalah ekspresi dari kelompok seseorang yang telah berhasil
mengajarkan suatu tugas atau kewajiban dengan baik. Perayaan akan menandakan
kesan rampung, menghormati, usaha, ketekunan, dan kesuksesan. Pengakuan
untuk penyelesaian partisipasi, dan diperoleh keterampilan dan ilmu pengetahuan.
4. Metode Ceramah
Suatu pembelajaran di kelas pasti memerlukan suatu metode agar tujuan
dapat tersampaikan dengan baik, salah satunya dengan metode ceramah. Sagala
(2010: 201) mengatakan metode ceramah adalah sebuah bentuk interaksi melalui
penerangan dan penuturan lisan dari guru pada siswa. Metode utama yang
dilakukan dalam perhubungan guru dengan siswa dengan berbicara. Sedangkan
peranan siswa dalam metode ceramah yang penting adalah mendengarkan dengan
teliti serta mencatat yang pokok-pokok yang dikemukakan oleh guru. Suryobroto
(2002: 169) mengungkapkan bahwa langkah-langkah/ usaha-usaha yang perlu
dipersiapkan antara lain sebagai berikut:
1. Terlebih dahulu harus diketahui dengan jelas dan dirumuskan
sekhusus-khususnya mengenai tujuan pembicaraan atau hal yang hendak dipelajari oleh
siswa.
2. Bahan ceramah kemudian disusun sedemikian hingga:
a. Dapat dimengerti dengan jelas, artinya setiap pengertian dapat menghubungkan
anatar guru dengan pendengaran siswa.
c. Memperlihatkan pada siswa bahwa bahan pelajaran yang mereka peroleh
berguna bagi penghidupan mereka.
Metode ceramah asumsinya memiliki keunggulan tersendiri karena selalu
digunakan dalam setiap pembelajaran, namun metode ini kurang baik jika berdiri
sendiri tanpa adanya kolaborasi dari berbagai metode.
5. Karakteristik siswa kelas V SD
Piaget (Rita Eka Izzaty,dkk, 2013) mengatakan tahap perkembangan
kognitif anak dapat dibagi menjadi 4 tahap sebagai berikut :
a) Tahap sensorik (umur 0-2 tahun)
b) Tahap praoperasional (umur 2-7 tahun)
c) Tahap praoperasional konkrit (umur 7-11 tahun)
d) Tahap operasi formal (umur 11-16 tahun)
Dalam pembelajaran IPS sangat penting untuk menyesuaikan dengan
karakter dan tahap perkembangan siswa agar guru mengerti kebutuhan siswa.
Berdasarkan karakteristik siswa SD yang memiliki rentang umur 6-7 tahun sampai
12 atau 13 tahun, perkembangan kognitif telah memasuki tahap operasional
konkrit dan fase operasi formal pada fase ini anak masih tergantung pada rupa
benda dan keadaan yang nyata , namun dia telah mampu mengetahui tentang
lingkungan sekitar. Dapat diartikan bahwa anak lebih mudah menyusun
pengetahuan mereka berdasarkan ransangan objek atau benda konkret yang dapat
dilihat panca indranya dan anak lebih mudah menangkap segala sesuatu yang
Rita Eka Izzaty,dkk ( 2013:105) menjelaskan masa oprasional konkrit anak
dapat melakukan banyak pekerjaan pada tingkat yang lebih tinggi dari pada yang
dapat mereka lakukan pada masa sebelumnya. Pemahamannya tentang konsep,
ruangan, kausalitas, kategorisasi, konversi, dan penjumlahan lebih baik. Hal ini
berarti siswa telah mampu memahami konsep-konsep yang ada pada pembelajaran
IPS. Ciri-ciri sifat anak pada masa kelas tinggi di Sekolah dasar, yaitu :
1) Perhatiannya tertuju kepada kehidupan praktis sehari-hari
2) Ingin tahu, ingin belajar, dan realistis
3) Timbul minat kepada pelajaran-pelajaran khusus
4) Anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi
belajarnya disekolah
5) Anak-anak suka membentuk kelompok sebaya ataupeergroupuntuk bermain
bersama, mereka membuat peraturan sendiri dalam kelompoknya.
Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan anak
kelas V Sekolah Dasar berada pada tahap operasional konkret. Anak mampu
berpikir logis untuk memecahkan persoalan-persoalan yang sifatnya konkret yaitu
dengan cara mengamati atau melakukan sesuatu yang berkaitan dengan
pemecahan masalah. Pembelajaran untuk kelas V Sekolah Dasar harus dibuat
nyata sesuai dengan keadaan lingkungan sekitarnya yang menyenangkan sehingga
konsep yang didapatkan akan lebih bermakna. Guru mengajak siswa memahami
konsep IPS dengan nyata sesuai keadaan yang terjadi. Dengan model ini siswa
diajak untuk berdiskusi dan bermain. Kegiatan ini digunakan untuk meningkatkan
B. Penelitian Relevan
Beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah Yuli
Rahmawati (2012) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Strategi
Pembelajaran Cooperative Tipe Numbered Head (NHT) terhadap Pemahaman
Konsep dalam Mata Pelajaran IPS pada Kelas V SD Negeri Se Gugus Diponegoro
Kecamatan Pamotan Rembang. Tujuan penelitian ini adalah Hasil penelitian ini
menunjukkan ada pengaruh signifikan ditunjukan dengan signifikasi 0,054<0,05
penggunaan stretegi pembelajaran Cooperative Tipe Numbered Head (NHT)
terhadap Pemahaman Konsep dalam Mata Pelajaran IPS.
Irlaila Kusumawardani (2016) dalam penelitiannya yang berjudul Penerapan
Quantum Learning untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pelajaran PKN
Kelas V A SDN Pungkuran. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
penerapan model quantum learning terhadap peningkatan motivasi belajar siswa
kelas V SDN Pungkuran. Hasil penelitian ini menunjukan peningkatan motivasi
belajar menunjukkan bahwa penerapan model quantum learning dengan
menggunakan strategi TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan,
Ulangi, dan Rayakanrasikan, Ulangi, dan Rayakan) dapat meningkatkan motivasi
belajar siswa pada mata pelajaran PKn kelas VA. Hal ini dapat dilihat dari hasil
angket yaitu motivasi belajar siswa yang masuk dalam kategori tinggi atau sangat
tinggi memiliki persentase sebesar 41% pada pra tindakan meningkat menjadi
68% pada siklus I. Persentase tersebut kembali meningkat pada siklus II menjadi
Penelitian diatas memiliki kesamaan dengan variabel yang digunakan yakni
pemahaman konsep IPS dan model quantum learning. Jenis penelitian ini
menggunakantrue experimentaldengan bentukpretest-postet control design yang
sesuai dengan peneliti saat ini. Berdasarkan penelitian yang relevan di atas,
penelitian ini juga berharap model quantum learning berpengaruh terhadap
pemahaman konsep siswa.
C. Kerangka Pikir
Ilmu Pengetahuan Sosial adalah mata pelajaran yang memadukan ilmu
antropologi, arkeologi, geografi, sejarah, hukum, filsafat, ilmu politik, psikologi,
keagamaan, dan sosiologi serta mengembangkan dari situasi di masyarakat.
Pemahaman konsep IPS ialah segenap kemampuan menjelaskan dengan kata-kata
sendiri, dapat membandingkan, dapat membedakan, dan dapat mempertentangkan
generalisasi kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang dimiliki siswa dalam
bidang IPS sebagai hasil mengikuti proses pembelajaran IPS. Dalam memahami
konsep, anak sangat terikat kepada proses mengalami sendiri atau melakukan
sesuatu yang berkaitan dengan konsep itu sendiri. Model yang tepat digunakan
guru dalam pembelaajaran ini adalah quantum learning, karena dengan
menggunakan model quantum learning pembelajaran akan mudah dipahami.
Selain itu pembelajaran dibuat menyenangkan sesuai dengan gaya belajar siswa
dan selalu menerapkan sikap positf agar siswa termotivasi terus untuk belajar.
Quantum learning suatu model pembelajaran yang dapat mempertajam
menyenangkan, memberikan motivasi, dan bermanfaat bagi peserta didik. Dengan
model quantum learning siswa sebelumnya bersama-sama dengan guru
menciptakan suasana yang nyaman dan menyenangkan dengan penataan ruang
yang baik agar pembelajaran dapat mudah terserap oleh pikiran siswa. Dalam
pembelajaran guru memberikan variasi metode dan strategi dengan
menggabungkan gaya belajar siswa agar siswa mampu memahami pembelajaran
yang ada di kelas.
Dengan adanya variasi gaya belajar siswa yang ada di kelas hal ini akan
membuat siswa lebih aktif dalam mengungkapkan pendapat. Guru dalam
memberikan suatu pembelajaran perlu memupuk sikap juara, untuk memberikan
suatu dukungan atau pujian agar siswa tersebut selalu termotivasi untuk belajar
terus. Selain itu siswa dibiasakan untuk selalu membaca dan mencatat materi yang
telah dipelajari agar daya ingat meningkat. Perencanaan pembelajaran dalam
quantum learning menggunakan perencanaan TANDUR (Tumbuhkan, Alami,
Namai, Demontrasikan, Ulangi, Rayakan).
Metode ceramah adalah sebuah bentuk interaksi melalui penerangan dan
penuturan lisan dari guru pada siswa. Metode utama yang dilakukan dalam
perhubungan guru dengan siswa dengan berbicara. Sedangkan peranan siswa
dalam metode ceramah yang penting adalah mendengarkan dengan teliti serta
mencatat yang pokok-pokok yang dikemukakan oleh guru. Kegiatan ceramah
melibatkan guru dan siswa namun kegiatan guru lebih banyak. Penerapan model
quantum learning dan metode ceramah pada siswa dalam pembelajaran akan
Berdasarkan penjelasan di atas dapat digambarakan dalam betuk bagan sebagai
berikut:
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan pada kajian teori dan kerangka berpikir, maka hipotesis
dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: model quantum learning
berpengaruh signifikan terhadap pemahaman konsep IPS pada siswa kelas V di
Gugus Danurejan.
Gambar 1. Bagan penerapan model penelitian
Penerapan TANDUR
Suasana yang menyenangkan dengan penataan ruangan, dan
berbagai metode pembelajaran
Pengaruh pemahaman konsep pada siswa kelas V
1. Siswa kurang memahami konsep IPS 2. Soal masih mengevaluasi hafalan
Modelquantum learning
Metode Ceramah
1. Siswa membaca
2. Guru menjelaskan materi dan mencatatkan materi 3. Guru bersama siswa tanya
jawab
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen
adalah metode yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu
terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiyono,2013: 107).
Penelitian eksperimen bermaksud mencari hubungan sebab akibat dengan
memberikan perlakuan khusus terhadap kelas eksperimen dan
membandingkannya dengan kelas kontrol. Tujuan utama rancangan eksperimen
ialah untuk menguji dampak suatu treatment(intervensi) terhadap hasil penelitian
yang dikontrol oleh faktor-faktor lain yang dimungkinkan juga memengaruhi hasil
tersebut (Creswell. 2015: 216).
Penelitian eksperimen dalam hal ini dilakukan terhadap dua kelompok
siswa yang diambil acak dari populasi homogen. Dua kelompok tersebut diberi
perlakuan yang berbeda dengan materi yang sama. Kelas eksperimen
menggunakan model quantum learning, sedangkan kelas kontrol menggunakan
metode ceramah.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian quasi experiment dengan
bentuk pretest-posttet control design (Sugiyono, 2013: 112). Peneliti
menggunakan desain di atas untuk mengetahui perbedaan yang antara kelompok
eksperiemen dan kelompok kontrol setelah menerapkan modelquantum learning.
Tabel 2. Desain Penelitian
Keterangan:
E = Kelompok Eksperimen
K = Kelompok Kontrol
O =Pretestkelompok eksperimen O =Posttestkelompok eksperimen O =Pretestkelompok kontrol O =Posttestkelompok kontrol
Pada desain ini hasil pretest juga sangat berpengaruh, karena untuk
mengetahui keadaan awal kelompok tersebut. Menurut Sugiyono (2013: 113)
hasil pretest yang baik bila nilai kelompok eksperimen tidak berbeda secara
signifikan. Hal ini berarti kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sama atau
homogen.
B. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut, sifat, atau nilai dari orang, objek
atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013:61). Variabel
pada penelitian ini adalah:
1. Variabel bebas
Variabel bebas merupakan variabel yang memengaruhi atau yang menjadi
sebab perubahan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Kelompok Pretest Variabel bebas Posttest
E O X O
model quantum learning untuk kelas eksperimen, dan model pembelajaran
konvensional dengan metode ceramah untuk kelas kontrol.
2. Variabel terikat
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat
karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah
pemahaman konsep IPS kelas V
C. Definisi Operasional
1. Pemahaman konsep merupakan kemampuan yang dimiliki siswa agar dapat
menafsirkan, mencontohkan, mengkasifikasikan, merangkum, menyimpulkan,
membandingkan, menjelaskan kejadian, keadaan, kelompok atau individu,
kejadian, keadaan.
2. Model quantum learning merupakan model pembelajaran yang dapat
mempertajam pemahaman dan daya ingat siswa. Dalam model pembelajaran
ini menuntut siswa untuk belajar aktif dalam kelas. Belajar sebagai suatu
proses yang menyenangkan, memberikan motivasi, dan bermanfaat bagi siswa.
Quantum learning dilaksanakan dalam penelitian ini sesuai dengan prinsip
yang ada yaitu; membuat penataan lingkungan belajar yang nyaman,
menguatkan ingatan siswa dengan mengulang materi. Memberikan perayaan
terhadap kegiatan yang telah dilakukan siswa. Keterlaksanaan model quantum learning menerapkan strategi TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai,
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Sugiyono (2013: 17) populasi adalah wilayah generasi yang terdiri
atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
diperoleh oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulan. Dalam
penelitian ini populasi yang diteliti adalah siswa kelas V Sekolah Dasar di Gugus
Danurejan, Kecamatan Danurejan, Kota Yogyakarta.
Tabel 3. Jumlah siswa Gugus Danurejan
No. Nama sekolah Kelas Jumlah siswa
1. SD Negeri Lempunyangwangi V A 30 siswa
V B 28 siswa
V C 29 siswa
2. SD Negeri Lempuyangan 1 VA 28 siswa
VB 31 siswa
VC 32 siswa
3. SD Negeri Tegalpanggung VA 20 siswa
VB 20 siswa
4. SD Negeri Widoro V 18 siswa
5. SD Muhammadiyah Bausasran 1 V 20 siswa
6. SD Muhammadiyah Bausasran 2 V 18 siswa
Jumlah 274 siswa
Oleh karena kelas sudah terbentuk peneliti tidak mengambil sampel tiap
kelas melainkan dengan teknik yang akan dijelaskan dalam sampel.
2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi (Sugiyono,2013: 118). Pengambilan sampel pada penelitian ini
menggunakan teknik simple random sampling yakni: cara pengambilan anggota
sampel dari populasi yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang
harus melalui proses acak, yaitu suatu proses yang hasilnya tidak dapat diketahui
sebelumnya dengan pasti yaitu misalnya dengan lotere, undian, atau menggunakan
tabel bilangan acak (Supranto, 2000: 81).
Dalam penelitian ini homogenitas yang ditemui dalam lapangan adalah
rata-rata pendidik sudah tersertifikasi, kurikulum yang digunakan menggunakan
kurikulum tingkat satuan pendidikan, serta sarana dan prasarana sudah memadai.
Cara pemilihan anggota sampel pada penelitian ini menggunakan cara lotere, hal
ini dikarenakan populasi yang sedikit. Sampel yang akan diambil yaitu kelas V di
dua SD yang berbeda. Dalam satu Gugus Danurejan terdapat enam SD yakni SD
N Tegalpanggung, SD N Lempuyangwangi, SD N Lempuyangan 1, SD N
Widoro, SD Muhammadiyah Bausasran 1, dan SD Muhammadiyah Bausasran 2.
SD N Lempuyangwangi sebagai SD inti dan yang lain sebagai SD imbas, hal ini
membuat SD N Lempuyangwangi tidak digunakan untuk pengambilan sampel
karena sudah unggul.
Lima SD imbas tersebut berpeluang untuk menjadi kelas eksperimen dan
kelas kontrol. Pengambilan sampel dilakukan dengan mengambil 1 undian untuk
kelompok kontrol dan 1 undian untuk kelompok eksperimen. Setelah diundi SD N
Tegalpanggung sebagai kelas eksperimen dan SD N Widoro sebagai kelas kontrol.
SD N Tegalpanggung memiliki kelas pararel, oleh karena itu lotere dilakukan
kembali untuk menentukan satu kelas eksperimen. Hasil pengundian terakhir SD
N Tegalpanggung kelas VA sebagai kelas eksperimen dan SD N widoro sebagai
E. Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di kelas VA SD Negeri Tegalpanggung yang
berlokasi di Jalan Tegalpanggung no.14, Tegalpanggung, Danurejan, Kota
Yogyakarta dan SD Negeri Widoro yang berlokasi di Jalan Perumka
Lempuyangan, Tegalpanggung, Danurejan, Kota Yogyakarta. Penelitian
dilaksanakan sesuai dengan pembelajaran IPS masing-masing sekolah pada bulan
februari-maret tahun ajaran 2016/2017.
F. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang diteliti
(Sugiyono, 2013: 133). Pendapat tersebut lebih ditegaskan lagi oleh Arikunto
(2010: 126) bahwa instrumen adalah alat pada waktu penelitian menggunakan
suatu metode. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan instrumen adalah alat yang
digunakan untuk mengumpulkan data yang akan diolah untuk mengukur variabel
yang diteliti. Sebelum instrumen digunakan, instrumen akan diuji validitas dan
reliabilitas terlebih dahulu. Dalam penelitian ini menggunakan instrumen soal tes
prestasi belajar. Peneliti menggunakan soal tes yang disusun berdasarkan kisi- kisi
instrumen.
Soal tes tersebut berbentuk pilihan ganda digunakan untuk mengukur
pemahaman konsep mengenai materi Perjuangan Mempersiapkan Kemerdekaan
Indonesia. Berdasarkan materi tersebut, maka standar kompetensi dan kompetensi
Standar Kompetensi: 2. Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam
mempersiapkan dan mempertahankaan kemerdekaan
Indonesia.
Kompetensi Dasar: 2.2 Menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam
Tabel 4. Kisi-kisi instrumen pemahaman konsep IPS 1. Menafsirkan • Menafsirkan istilah-istilah yang
muncul selama perjuangan mempersiapkan kemerdekaan
1, 2, 3, 4 4
2. Mencontohkan • Memberikan contoh sikap
menghargai dan meneladani jasa para tokoh dalam mempersiapkan kemerdekaan
5,6,7,31,
36 5
3. Mengkasifikasikan • Mengelompokkan tokoh-tokoh
dalam mempersiapkan
kemerdekaan
8, 9, 10,
32, 33 5
4. Merangkum • Merangkum runtutan kejadian
selama mempersiapkan
kemerdekaan Indonesia
• Merangkum peristiwa penting perjuangan bangsa dalam usaha mempersiapkan kemerdekaan (tanggal, tempat, penyusun dan
pengetik, pembacaan dan
5. Menyimpulkan • Menyimpulkan nilai-nilai dari
peristiwa memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
• Menyimpulkan riwayat
tokoh-tokoh penting dalam
6. Membandingkan • Membandingkan rumusan dasar
Pancasila yang dikemukakan masing-masing tokoh.
25, 26,
27, 39 4
7. Menjelaskan • Menjelaskan sebab akibat
kejadian-kejadian selama
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes. Peneliti harus
permasalahannya, selain itu agar memperoleh data yang objektif dan dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Salah satunya dengan memberikan soal tes
pada siswa. Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang
digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan
atau bahkan yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2010: 127).
Jadi tes dapat digunakan untuk mengukur tingkat prestasi belajar siswa seperti
pemahaman. Tes tersebut digunakan untuk mengukur kemampuan ranah kognitif
siswa seperti pemahaman konsep siswa.
H. Uji Validitas Reliabilitas
1. Validitas
Menurut Surapranata (2006: 50) validitas adalah suatu konsep yang
berkaitan dengan sejauhmana tes telah mengukur apa yang seharusnya di ukur.
Pada penelitian ini untuk mengetahui validitas intrumen pemahaman konsep
berupa soal pilihan ganda, digunakan korelasi bilateral. Lebih jelasnya korelasi
bilateral adalah korelasi product moment yang diterapkan pada data.
Variabel-variabel yang dikorelasikan sifatnya masing-masing berbeda satu sama lain.
Variabel butir soal bersifat dikatomi, sedangkan variabel skor total atau sub skor
total bersifat kontinum. Variabel butir soal bersifat dikotomi karena skor-skor
yang ada pada butir soal hanya ada satu nol. Seperti halnya pada bentuk soal
pilihan ganda, soal yang dijawab benar diberi skor 1 sedangkan soal yang dijawab
salah diberi skor 0. Variabel skor total peserta tes bersifat kontinum yang