i
IDENTIFIKASI KESULITAN BELAJAR SISTEM SIRKULASI PADA SISWA KELAS XI SEMESTER 1 DI SMA NEGERI 1 MUNTILAN
TAHUN AJARAN 2015/2016
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta
untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Biologi
Oleh:
Hilda Nuraeni Makrufah NIM 12304241037
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
v MOTTO
”... dan kebaikan apa saja yang kamu kerjakan, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui.”
-QS. Al-Baqarah: 215-
Menjadi yang terbaik tak harus jadi juara. -Muhamad Alif-
Yang terpenting bukan apa yang ada di atas kepalamu, melainkan apa yang ada di dalam kepalamu.
vi
PERSEMBAHAN
Tulisan sederhana ini tak lepas dari doa dan dukungan dari orang-orang terkasih
yang selalu memberikan dukungan dalam segala bentuk. Tulisan ini saya
persembahkan untuk:
Dua pahlawan terhebat dalam hidupku, Bapak Hirmayanto Suhir dan Ibu
Nursoimah yang tanpa lelah memberikan doa, dukungan, semangat,
motivasi, dan kasih sayang yang tiada ujungnya, serta untuk adikku
tersayang, Alvin Aditya Rahman yang selalu memberikan motivasi dengan
kata-kata sederhananya.
Mas Muhamad Alif, yang selalu memberi semangat, doa, dan kata-kata
motivasi yang membakar semangat dan membuatku lebih mengerti arti
menghargai proses daripada hasil.
Dua orang poopies, Febrina Suci Wulandari dan Renosari Prineta Putri,
terimakasih kenangan konyol yang tidak akan pernah kulupakan.
Sahabatku Ajeng Citra Dewi, Petra Serafica Puspita, dan Clara Agustine
Takimay, terimakasih atas kekeluargaan yang sudah terjalin selama ini.
Teman sipit Permata Ihda, terimakasih atas segala bantuan dan waktunya.
Teman-teman Pendidikan Biologi A 2012, terimakasih atas kebersamaan
yang terjalin selama ini.
Teman-teman KKN kelompok 2018 dusun Jetis, Selopamioro, Imogiri
yang telah menjadi keluarga baruku.
vii
IDENTIFIKASI KESULITAN BELAJAR SISTEM SIRKULASI PADA SISWA KELAS XI SEMESTER 1 DI SMA NEGERI 1 MUNTILAN
TAHUN AJARAN 2015/2016
Oleh:
HILDA NURAENI MAKRUFAH NIM 12304241037
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui letak kesulitan belajar dan faktor dominan yang menjadi penyebab kesulitan belajar sistem sirkulasi pada siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Muntilan. Kesulitan belajar adalah suatu kondisi yang menimbulkan hambatan dalam proses belajar, yang menyebabkan ketidakberhasilan dalam mencapai tujuan belajar.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Populasi pada penelitian ini adalah 59 orang siswa yang mempunyai nilai rendah. Instrumen penelitian yang digunakan berupa soal dan jawaban ulangan harian siswa dan kuesioner. Analisis data dilakukan dengan analisis butir soal menggunakan program QUEST untuk mengetahui letak kesulitan dan analisis deskriptif untuk mengetahui faktor dominan penyebab kesulitan belajar.
Hasil analisis menunjukkan bahwa kesulitan belajar sistem sirkulasi terletak pada sub materi sistem golongan darah dan struktur fungsi pembuluh darah. Faktor dominan yang berpengaruh yaitu faktor materi.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat-Nya,
sehingga skripsi yang disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan Biologi di Universitas Negeri Yogyakarta ini dapat
terselesaikan dengan baik.
Penulisan skripsi ini tentu melibatkan kerjasama dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Hartono selaku Dekan FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta
yang telah memberikan ijin penelitian sehingga skripsi ini dapat berjalan
dengan lancar.
2. Bapak Dr. Slamet Suyanto, M.Ed selaku Wakil Dekan I FMIPA Universitas
Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ijin penelitian sehingga skripsi ini
dapat berjalan dengan lancar.
3. Bapak Dr. Paidi, M.Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan Biologi, Ketua
Program Studi Pendidikan Biologi, Dosen Penasehat Akademik, dan Dosen
Pembimbing Utama yang telah membimbing dan memberikan motivasi.
4. Bapak Sukiya, M.Si selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang telah
membimbing dan memberikan motivasi.
5. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Biologi yang telah memberikan
ilmu dan pengetahuan baru.
6. Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Daerah Istimewa Yogyakarta,
ix
7. Kepala Badan Penanaman Modal Daerah Provinsi Jawa Tengah yang telah
memberikan rekomendasi penelitian sehingga penelitian ini dapat berjalan
dengan lancar.
8. Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Magelang yang telah
memberikan ijin penelitian sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan
lancar.
9. Kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu
Kabupaten Magelang yang telah memberikan ijin penelitian.
10. Kepala SMA Negeri 1 Muntilan yang telah memberikan ijin untuk
pengambilan data di sekolah sehingga penelitian ini dapat berjalan lancar.
11. Ibu Zakiyah Endang Cadikawati selaku guru mata pelajaran biologi SMA
Negeri 1 Muntilan yang telah bersedia menjadi narasumber dalam penelitian
ini.
12. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
dapat disebutkan satu per satu.
Semoga karya sederhana ini dapat bermanfaat dan dapat menyumbangkan sedikit
kontribusi untuk membangun pendidikan bangsa Indonesia ke arah yang lebih
baik. Aamiin.
Yogyakarta, Agustus 2016
x DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………... i
HALAMAN PERSETUJUAN ………... ii
HALAMAN PENGESAHAN ……….... iii
HALAMAN PERNYATAAN ……… iv
HALAMAN MOTTO ……… v
HALAMAN PERSEMBAHAN ………... vi
ABSTRAK ……….. vii
KATA PENGANTAR ……… viii
DAFTAR ISI ………... x
DAFTAR TABEL ………... xiii
DAFTAR GAMBAR ………... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ………... xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 4
C. Pembatasan Masalah ... 5
D. Rumusan Masalah ... 5
E. Tujuan Penelitian ... 5
F. Manfaat Penelitian ... 6
G. Definisi Operasional ... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Kependidikan ... 8
1. Pengertian Belajar ... 8
2. Faktor yang Mempengaruhi Belajar ... 8
3. Proses Pembelajaran ... 9
4. Perbedaan Individual ... 17
xi
B. Kajian Keilmuan ... 30
1. Sistem Peredaran Darah pada Manusia ... 30
a. Darah ... 30
b. Mekanisme Pembekuan Darah ... 40
c. Golongan Darah ... 41
d. Tes Golongan Darah ... 43
e. Transfusi Darah ... 44
f. Organ Peredaran Darah ... 48
g. Mekanisme Peredaran Darah pada Manusia ... 56
2. Sistem Limfatik ... 62
a. Anatomi Sistem Limfatik ... 64
b. Cairan Limfa (Getah Bening) ... 66
c. Aliran Limfa ... 67
3. Gangguan Sistem Sirkulasi ... 68
4. Teknologi Peredaran Darah ... 78
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 84
B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 84
C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 84
1. Populasi Penelitian ... 84
2. Sampel Penelitian ... 85
D. Teknik Pengumpulan Data ... 85
1. Lembar Angket ... 85
2. Wawancara ... 86
E. Teknik Analisis Data ... 86
1. Teknik Analisis Butir Soal Ulangan Harian ... 86
2. Teknik Analisis Angket ... 88
xii BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ... 90
B. Pembahasan ... 99
1. Letak Kesulitan Belajar Sistem Sirkulasi pada Siswa Kelas XI Semester 1 SMA Negeri 1 Muntilan Tahun Ajaran 2015/2016... 99
2. Faktor Dominan Penyebab Kesulitan Belajar Sistem Sirkulasi pada Siswa Kelas XI Semester 1 SMA Negeri 1 Muntilan Tahun Ajaran 2015/2016 ... 103
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 117
B. Saran ... 117
DAFTAR PUSTAKA ... 119
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Distribusi IQ yang Dikembangkan oleh Wechsler ... 23
Tabel 2 Golongan Darah dan Unsur Pokok Aglutinogen Serta Aglutinin .. 42
Tabel 3 Pewarisan Rhesus ... 43
Tabel 4 Uji Serum Golongan Darah A, B, AB, dan O ... 44
Tabel 5 Jenis dan Penyebab Hipertensi... 74
Tabel 6 Aturan Penskoran Angket ... 89
Tabel 7 Item Soal Ulangan Harian Sistem Sirkulasi Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Muntilan Tahun Ajaran 2015/2016 dengan Kategori Kesukaran Rendah ... 91
Tabel 8 Item Soal Ulangan Harian Sistem Sirkulasi Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Muntilan Tahun Ajaran 2015/2016 dengan Kategori Kesukaran Sedang ... 92
Tabel 9 Item Soal Ulangan Harian Sistem Sirkulasi Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Muntilan Tahun Ajaran 2015/2016 dengan Kategori Kesukaran Tinggi ... 93
Tabel 10 Hasil Penghitungan Rerata Jumlah Skor Angket Faktor Penyebab Kesulitan Belajar Sistem Sirkulasi dengan Kategori Lemah ... 96
Tabel 11 Hasil Penghitungan Rerata Jumlah Skor Angket Faktor Penyebab Kesulitan Belajar Sistem Sirkulasi dengan Kategori Sedang ... 97
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Netrofil ... 34
Gambar 2 Basofil ... 35
Gambar 3 Eosinofil ... 36
Gambar 4 Limfosit T ... 37
Gambar 5 Limfosit B ... 37
Gambar 6 Monosit ... 38
Gambar 7 Skema Pembekuan Darah ... 40
Gambar 8 Skema Transfusi Darah ... 45
Gambar 9 Struktur Jantung Manusia ... 49
Gambar 10 Nodus Sinus dan Sistem Purkinje dari Jantung ... 50
Gambar 11 Struktur Arteri dan Vena Manusia ... 56
Gambar 12 Ilustrasi Sistem Sirkulasi pada Manusia ... 58
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Instrumen Soal Ulangan Harian Sistem Sirkulasi …………... 123
Lampiran 2 Kisi-Kisi Angket Siswa ……….. 129
Lampiran 3 Instrumen Angket Siswa ...……….. 130
Lampiran 4 Kisi-Kisi Wawancara Guru .……….... 133
Lampiran 5 Daftar Pertanyaan Wawancara Guru ……….. 135
Lampiran 6 RPP Sistem Sirkulasi ……….. 136
Lampiran 7 FileData untuk Analisis Butir Soal dengan QUEST ………. 157
Lampiran 8 FilePerintah untuk Analisis Butir Soal dengan QUEST …… 159
Lampiran 9 Hasil Analisis QUEST (filesh.out) ………. 160
Lampiran 10 Hasil Analisis QUEST (filetn.out) ………. 166
Lampiran 11 Tabel Nilai ThresholdsHasil Analisis QUEST ……….. 182
Lampiran 12 Tabel Perolehan Skor Angket Siswa ……….. 183
Lampiran 13 Tabel Rerata Jumlah Skor Angket Siswa ………... 186
Lampiran 14 Hasil Wawancara dengan Guru Biologi ………. 188
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Belajar adalah suatu perubahan yang relatif tetap dalam suatu tingkah
laku manusia yang muncul sebagai suatu hasil dari pengalaman dan interaksi
dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif (Siti Aisyah, 2015:33).
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Pasal 1, pembelajaran adalah interaksi antara peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Sekolah merupakan salah satu tempat berlangsungnya proses
pembelajaran yang bersifat formal, terdiri atas pendidikan dasar (SD/ MI),
pendidikan menengah(SMP/MTs dan SMA/ MA), dan pendidikan tinggi
(perguruan tinggi).SMA Negeri 1 Muntilan merupakan salah satu SMA
favorit yang terletak di Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang.
Pembelajaran di SMA Negeri 1 Muntilan ini menggunakan kurikulum 2013
yang menuntut keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Keaktifan siswa
dalam proses pembelajaran dapat dilihat dari respon siswa dalam mengikuti
pembelajaran.
Setiap pembelajaran biologi pada materi tertentu ditemukan berbagai
macam permasalahan. Pada materi sistem sirkulasi, permasalahan yang
dialami oleh siswa dapat dilihat dari kesulitan dalam mengerjakan soal pada
sub materi tertentu yang diujikan. Pada item soal tertentu mereka menjawab
2
siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Muntilan tahun ajaran 2015/2016, rerata
nilai ulangan harian yaitu 80,4. Sementara itu, jumlah siswa yang
mendapatkan nilai di bawah rata-rata sebanyak 45,7% dari jumlah seluruh
siswa.
Materi sistem sirkulasi merupakan salah satu materi yang tergolong
kompleks karena terbagi ke dalam sub-sub materi yang rumit dalam
pemahamannya. Materi ini mempelajari komponen-komponen sistem
sirkulasi beserta struktur dan fungsinya, gangguan pada sistem sirkulasi, serta
teknologi sistem sirkulasi. Cakupan materi sistem sirkulasi yang luas dan
banyaknya istilahyang belum lazim didengar oleh siswa menyebabkan siswa
kesulitan memahami beberapa konsepnya. Hal ini didukung oleh pernyataan
dari hasil wawancara terhadap guru pengampu mata pelajaran biologi kelas
XI, bahwa materi sistem sirkulasi merupakan salah satu materi yang
tergolong sulit dipahami oleh siswa sehingga nilai ulangan harian pada materi
ini tergolong cukup rendah dibanding materi biologi kelas XI lainnya.
Siswa merupakan kelompok besar yang memiliki karakteristik
beragam, baik dari gaya dan cara belajarnya, tingkat kecerdasannya, termasuk
kemampuan untuk memahami materi pembelajaran. Perbedaan kemampuan
antarsiswa dalam memahami materi pembelajaran tersebut menyebabkan
beberapa siswa yang memiliki kemampuan diluar rata-rata kemampuan siswa
dapat mengalami kesulitan belajar.
Kesulitan belajar yang dialami oleh siswa secara umum dipengaruhi
3
dari dalam diri siswa dan faktor eksternal yang berasal dari luar diri siswa.
Faktor internal meliputi minat siswa terhadap pembelajaran, motivasi siswa,
dan kemampuan siswa dalam memahami materi. Berdasarkan observasi,
minat siswa terhadap pembelajaran materi sistem sirkulasi masih kurang
dikarenakan masih banyak siswa yang tidak memperhatikan saat guru
menjelaskan materi. Motivasi siswa dalam pembelajaran materi ini juga
masih rendah, dilihat pada saat mengerjakan tugas individu masih banyak
siswa yang bergerombol dan saling bertukar jawaban. Kemampuan siswa
dalam memahami materi sistem sirkulasi juga tergolong masih rendah,
mengingat hasil ulangan harian sistem sirkulasi yang hasilnya sebesar 45,7%
siswa mendapatkan nilai di bawah rata-rata.
Faktor eksternal yang berpengaruh terhadap kesulitan belajar siswa
diantaranya berasal dari faktor materi, guru, keluarga, dan lingkungan
sekolah. Dari hasil observasi awal di ruang kelas XI IPA SMA Negeri 1
Muntilan dapat dilihat sarana prasarana masih kurang memadahi, diantaranya
beberapa LCD proyektor tidak dapat berfungsi dengan normal dan kondisi
ruang kelas yang silau. Peralatan praktikum khususnya preparat awetan dan
peralatan untuk pengamatan mikroskopik hanya tersedia dalam jumlah
terbatas. Selain itu, ruang kelasterletak dekat dengan jalan raya yang selalu
ramai dan cenderung bising.
Dari fakta tersebut maka dapat diduga siswa kelas XI IPA SMA Negeri
1 Muntilan mengalami kesulitan belajar pada materi sistem sirkulasi, yang
4
belajar antara siswa satu dengan siswa yang lain pun berbeda. Kesulitan yang
dialami oleh siswa berbeda-beda pula letaknya pada sub materi tertentu dalam
satu pokok pembelajaran.
Sejauh ini belum ada data komprehensif mengenai letak dan faktor
dominan penyebab kesulitan belajar khususnya pada materi sistem sirkulasi
yang dapat membuktikan bahwa siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Muntilan
mengalami kesulitan belajar pada materi tersebut, maka penelitian mengenai
kesulitan belajar sistem sirkulasi ini dipandang perlu dilakukan.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi
beberapa masalah sebagai berikut:
1. Kesulitan belajar sistem sirkulasi terletak pada sub-sub materi tertentu.
2. Rata-rata nilai siswa pada ulangan harian materi sistem sirkulasi tergolong
rendah.
3. Motivasi dan minat belajar siswa pada pembelajaran sistem sirkulasi masih
rendah.
4. Kondisi sarana prasarana yang menunjang kegiatan pembelajaran sistem
sirkulasi di kelas dan di laboratorium kurang dapat digunakan secara
optimal.
5. Lokasi gedung sekolah dekat dengan jalan provinsi yang suasananya
5
6. Belum ada data komprehensif mengenai letak dan faktor dominan yang
menyebabkan kesulitan belajar sistem sirkulasi di SMA Negeri 1
Muntilan.
C. Pembatasan Masalah
Pada penelitian ini letak kesulitan dibatasi pada sub materi sistem
sirkulasi, sedangkan faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar
dibatasi pada faktor dominan yang berpengaruh terhadap kesulitan belajar
sistem sirkulasi.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas,
maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian sebagai berikut:
1. Dimana letak kesulitan belajar pada materi pokok sistem sirkulasi yang
dialami siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Muntilan tahun ajaran
2015/2016?
2. Faktor dominan apa yang menjadi penyebab kesulitan belajar sebagian
besar siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Muntilan tahun ajaran 2015/2016
dalam mempelajari materi sistem sirkulasi?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat, maka dapat
6
1. Mengetahui letak kesulitan belajar yang ditemukan di kelas XI IPA
SMA Negeri 1 Muntilan tahun ajaran 2015/2016 dalam mempelajari
materi sistem sirkulasi.
2. Mengetahui faktor dominan penyebab kesulitan belajar yang dialami
oleh sebagian besar siswa kelas XI SMA Negeri 1 Muntilan tahun
ajaran 2015/2016 dalam mempelajari materi sistem sirkulasi.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan menghasilkan pengetahuan yang bermanfaat
bagi berbagai pihak, diantaranya sebagai berikut.
1.Sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu pertimbangan
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, seperti peningkatan sarana
prasarana pembelajaran yang dapat mendukung kegiatan belajar dan
meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya pada materi sistem
sirkulasi dan mata pembelajaran biologi pada umumnya.
2.Guru biologi
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi guru biologi,
salah satunya ialah guru dapat mengetahui letak kesulitan belajar siswa
dalam mempelajari sistem sirkulasi dan faktor penyebab kesulitan belajar
siswa dalam mempelajari materi sistem sirkulasi, sehingga dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan dan masukan untuk menentukan
7
membantu siswa untuk dapat lebih memahami konsep sub materi yang
sulit pada materi sistem sirkulasi.
3.Peneliti
Peneliti akan memperoleh informasi penting mengenai letak dan
faktor kesulitan belajar yang dialami siswa dalam mempelajari materi
sistem sirkulasi, sehingga jika suatu saat menjadi pendidik dapat
mengusahakan suatu proses pembelajaran yang dapat meningkatkan
motivasi dan prestasi belajar siswa, khususnya dalam mempelajari materi
sistem sirkulasi, dan mata pelajaran biologi pada umumnya.
G. Definisi Operasional
Menghindari kesalahan penafsiran dan untuk menjadikan penelitian ini
lebih terarah, maka perlu dikemukakan batasan-batasan pengertian pada
beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:
1. Letak kesulitan belajar pada penelitian ini didefinisikan sebagai sub-sub
materi yang paling sulit ditinjau dari item soal ulangan harian siswa
dengan indeks kesukaran tinggi. Adapun ulangan harian materi sistem
sirkulasi dilakukan sebanyak satu kali.
2. Faktor-faktor yang berkaitan dengan kesulitan belajar dalam penelitian ini
adalah faktor yang bersumber dari materi, guru, siswa, keluarga, dan
sekolah. Satu diantara beberapa faktor tersebut dinyatakan sebagai faktor
dominan yang berpengaruh terhadap kesulitan belajar jika memiliki rerata
8 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Kependidikan 1. Pengertian Belajar
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 24) belajar adalah
berusaha mengetahui sesuatu, berusaha memperoleh ilmu pengetahuan
(kepandaian, keterampilan).
Belajar adalah suatu perubahan yang relatif tetap dalam suatu
tingkah laku manusia yang timbul sebagai suatu hasil dari pengalaman dan
interaksi dengan lingkungannya yang melibatkan proses kognitif (Siti
Aisyah, 2015:33).
Menurut Muhibbin Syah (2012: 63) belajar adalah kegiatan yang
berproses dan merupakan unsur yang sangat penting dalam
penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti, bahwa
berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung
pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika ia berada di sekolah
maupun di lingkungan luar sekolah.
2. Faktor Yang Mempengaruhi Belajar
Di dalam kondisi belajar tersebut terdapat faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar. Menurut Thursan Hakim (2005:11) secara garis
besar faktor yang mempengaruhi belajar dapat dibagi menjadi dua, yaitu
9 a. Faktor internal
Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam
individu siswa sendiri. Faktor internal terdiri dari faktor biologis dan
faktor psikologis.
1) Faktor biologis (jasmaniah) meliputi segala hal yang berhubungan
dengan kondisi fisik atau jasmani siswa.
2) Faktor psikologis (rohaniah) ini meliputi segala sesuatu yang
berhubungan dengan kondisi mental individu.
b. Faktor eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar individu
peserta didik. Menurut Thursan Hakim (2015:17) faktor eksternal yang
mempengaruhi belajar seseorang meliputi faktor sosial seperti
lingkungan keluarga, faktor lingkungan sekolah, faktor lingkungan
masyarakat, dan faktor non sosial misalnya faktor waktu.
3. Proses Pembelajaran
a. Pengertian dan Komponen Proses Pembelajaran
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2013 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat 20, pembelajaran adalah interaksi
antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar.
Proses belajar mengajar merupakan interaksi antara guru dengan
10
untuk mencapai tujuan belajar tertentu. Interaksi dan komunikasi timbal
balik antara guru dengan siswa merupakan ciri dan syarat utama bagi
berlangsungnya proses belajar mengajar. Perlu lebih dipahami bahwa
interaksi dalam proses belajar mengajar tidak sekedar hubungan
komunikasi antara guru dengan siswa, tidak hanya penyampaian materi
pelajaran melainkan juga menanamkan sikap dan nilai pada diri siswa
(Nuryani Y.Rustaman, 2003:4).
Sesuai dengan penyebutannya, proses belajar mengajar adalah
kesatuan dua proses antara siswa yang belajar dan guru yang
membelajarkan. Kedua proses ini dilakukan oleh siswa yang sedang
belajar dan guru yang membelajarkan secara sadar, sehingga antara
kedua proses ini terjalin interaksi yang saling menunjang agar hasil
belajar siswa dapat tercapai secara optimal (Nuryani Y.Rustaman,
2003:4).
Untuk memahami makna proses belajar mengajar, perlu dipahami
beberapa pengertian yang membentuk proses tersebut. Pertama dari segi
siswa yang mempunyai peran dan tugas tertentu dalam proses belajar.
Kedua dari segi guru yang memiliki peran, tugas, dan kewenangan
dalam proses mengajar. Ketiga dari segi proses yang memungkinkan
kedua komponen yang terlibat tersebut saling berinteraksi, melalui
materi pelajaran yang perlu dikuasai oleh guru dengan memperhatikan
11
Peran siswa adalah mencari pengetahuan dan meningkatkan
keterampilan yang berkaitan dengan pengetahuan yang dicari,
sedangkan tugas siswa yang utama adalah belajar. Banyak batasan yang
digunakan untuk menjelaskan tentang belajar, namun dapat
disimpulkan bahwa belajar diartikan sebagai perubahan konsep dan
kebiasaan berpikir siswa, yang disebabkan karena adanya interaksi
antara dirinya dengan individu lain atau dengan lingkungannya
(Nuryani Y.Rustaman, 2003: 5).
b. Tugas dan Peran Guru
Peran guru dalam aktivitas pembelajaran sangat kompleks. Guru
tidak sekedar menyampaikan ilmu pengetahuan kepada anak didiknya,
namun guru juga dituntut untuk memainkan berbagai peran yang
bertujuan untuk mengembangkan potensi anak didiknya secara optimal
(Sugihartono, 2012: 85).
Dalam situasi pendidikan atau pengajaran terjalin interaksi antara
siswa dengan guru atau antara peserta didik dengan pendidik. Interaksi
ini merupakan interaksi antara dua kepribadian yang berbeda, yaitu
kepribadian guru sebagai orang dewasa dan kepribadian siswa sebagai
anak yang sedang berkembang mencari bentuk kedewasaan (Nana
Syaodih Sukmadinata, 2005: 251).
Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian
12
seseorang harus memperoleh satu perangkat pengetahuan yang akan
menunjang tugasnya sebagai guru. Seorang guru yang profesional
hanya mungkin dihasilkan oleh lembaga pendidikan guru yang
berkualitas yang akan memberikan pengetahuan tentang ilmu keguruan
dan melatih keterampilan untuk menguasai seluk beluk pendidikan dan
pengajaran (Nuryani Y.Rustaman, 2003: 5).
Tugas guru sangat luas, tidak sebatas tugas akademik tetapi juga
tugas yang bersifat non akademik. Tugas-tugas guru tersebut meliputi
tugas yang berkaitan dengan kedinasan atau akademik dan tugas di luar
kedinasan yang berupa kegiatan kemanusiaan dan kemasyarakatan.
Tugas guru sebagai seorang yang profesional meliputi mendidik,
membelajarkan siswa, dan memberikan latihan-latihan. Tugas mendidik
berarti mengembangkan nilai-nilai dan norma dalam kehidupan. Tugas
membelajarkan berarti mendorong dan memberi peluang agar siswa
dapat belajar dengan sebaik-baiknya, sedangkan tugas memberikan
latihan berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan yang
dimiliki oleh siswa (Nuryani Y.Rustaman, 2003:5).
Peran guru menurut Djamarah (Sugihartono, 2012: 85-86) adalah
sebagai berikut:
1) Korektor. Sebagai korektor guru berperan menilai dan mengoreksi
semua hasil belajar, sikap, tingkah laku, dan perbuatan siswa baik
13
2) Inspirator. Sebagai inspirator guru harus dapat memberikan
inspirasi atau ilham kepada siswa mengenai cara belajar yang baik.
3) Informator. Sebagai informator guru harus dapat memberikan
informasi yang baikdan efektif mengenai materi pelajaran yang
telah diprogramkan dalam kurikulum serta informasi mengenai
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
4) Organisator. Sebagai organisator guru berperan dalam mengelola
berbagai kegiatan akademik baik intrakurikuler maupun
ekstrakurikuler sehingga tercapai efektivitas dan efisiensi belajar
bagi peserta didik. Diantara berbagai kegiatan pengelolaan
pembelajaran yang terpenting adalah menciptakan kondisi dan
situasi sebaik-baiknya sehingga memungkinkan para siswa belajar
secara berdaya guna dan berhasil guna.
5) Motivator. Sebagai motivator guru dituntut untuk dapat mendorong
anak didiknya agar senantiasa memiliki motivasi tinggi dan aktif
belajar.
6) Inisiator. Sebagai inisiator guru hendaknya dapat menjadi pencetus
ide-ide kemajuan dalam pendidikan dan pengajaran. Proses
pembelajaran hendaknya selalu diperbaiki sehingga dapat
menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
7) Fasilitator. Sebagai fasilitator guru hendaknya dapat menyediakan
14
optimal. Fasilitas yang disediakan tidak hanya fasilitas fisik seperti
ruang kelas yang memadai atau media belajar yang lengkap, akan
tetapi juga fasilitas psikis seperti kenyamanan batin dalam belajar,
interaksi antara guru dengan peserta didik yang harmonis, maupun
adanya dukungan penuh dari guru sehingga peserta didik selalu
memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar.
8) Pembimbing. Sebagai pembimbing guru hendaknya dapat
memberikan bimbingan kepada anak didiknya dalam menghadapi
tantangan maupun kesulitan belajar.
9) Demonstrator. Sebagai demonstrator guru dituntut untuk dapat
memperagakan apa yang diajarkan secara didaktis sehingga anak
didik dapat memahami materi yang dijelaskan guru secara optimal.
10) Pengelola kelas. Sebagai pengelola kelas, guru hendaknya dapat
mengelola kelas dengan baik karena kelas adalah tempat
berhimpun guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Dengan
pengelolaan kelas yang baik diharapkan siswa dapat memiliki
motivasi tinggi dalam belajar dan pada akhirnya dapat mencapai
hasil belajar optimal.
11) Mediator. Sebagai mediator hendaknya guru dapat berperan
sebagai penyedia media dan penengah dalam proses pembelajaran
15
12) Supervisor. Sebagai supervisor hendaknya guru dapat membantu,
memperbaiki, dan menilai secara kritis proses pembelajaran yang
dilakukan sehingga pada akhirnya proses pembelajaran dapat
optimal.
13) Evaluator. Sebagai evaluator guru dituntut untuk mampu menilai
hasil pembelajaran serta proses pembelajaran. Dari proses ini
diharapkan diperoleh umpan balik dari hasil pembelajaran untuk
optimalisasi hasil pembelajaran.
Agar proses belajar mengajar dapat berlangsung optimal dan
tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik, maka tuntutan pertama
bagi guru adalah menguasai materi pembelajaran. Tugas guru dalam
proses belajar mengajar yang dilakukan setiap hari dapat dirinci dalam
tiga tugas utama. Pertama, tugas membuat persiapan untuk
pembelajaran yang disebut persiapan mengajar. Kedua, tugas
melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Ketiga, tugas mengadakan
evaluasi hasil belajar dan memanfaatkan umpan balik untuk mencapai
hasil belajar yang optimal (Nuryani Y. Rustaman, 2003:6).
Kedudukan guru sebagai pendidik dan pembimbing tidak bisa
dilepaskan dari guru sebagai pribadi. Kepribadian guru sangat
mempengaruhi peranannya sebagai pendidik dan pembimbing. Guru
mendidik dan membimbing para siswa tidak hanya dengan bahan yang
16
digunakannya, tetapi dengan seluruh kepribadiannya. Mendidik dan
membimbing tidak hanya terjadi dalam interaksi formal, tetapi juga
interaksi informal, tidak hanya diajarkan tetepi juga ditularkan. Pribadi
guru juga merupakan satu kesatuan antara sifat-sifat pribadinya, dan
peranannya sebagai pendidik, pengajar, dan pembimbing (Nana
Syaodih Sukmadinata, 2005:251).
Guru adalah manusia yang memiliki kepribadian sebagai
individu. Kepribadian guru, seperti halnya kepribadian individu pada
umumnya terdiri dari aspek jasmaniah, intelektual, sosial, emosional,
dan moral. Seluruh aspek kepribadian tersebut terintegrasi membentuk
satu kesatuan yang utuh, yang memiliki ciri-ciri yang khas. Integritas
dan kekhasan ciri-ciri individu terbentuk sepanjang perkembangan
hidupnya, yang merupakan hasil perpaduan dari ciri-ciri dan
kemampuan bawaan dengan perolehan dari lingkungan dan pengalaman
hidupnya (Nana Syaodih Sukmadinata, 2005:252).
Seperti halnya pribadi-pribadi yang lain, pembentukan pribadi
guru dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari lingkungan
keluarganya, sekolahnya tempat dulu ia belajar, masyarakat sekitar serta
kondisi dan situasi sekolah dimana ia sekarang bekerja. Dengan tidak
mengabaikan pengaruh lingkungan yang lain, besar sekali pengaruh
dari pengalaman pendidikannya di sekolah tempat ia mempersiapkan
diri dalam tugasnya sebagai guru. Guru adalah suatu profesi. Sebelum
17
pendidikan keguruan. Dalam lembaga pendidikan tersebut, ia bukan
hanya belajar ilmu pengetahuan atau bidang studi yang akan diajarkan,
ilmu dan metode mengajar, tetapi juga dibina agar memiliki
kepribadian sebagai guru. Kepribadian ia sebagai guru sudah tentu tidak
dapat dipisahkan dari kepribadiannya sebagai individu (Nana Syaodih
Sukmadinata, 2005:252).
4. Perbedaan Individual
Mayoritas guru dan orang awam memiliki asumsi bahwa sekolah
akan berfungsi dengan baik jika semua siswa sama. Mereka harus
menggunakan buku dan perlengkapan yang sama untuk belajar. Mereka
bekerja dengan langkah yang sama dan menggunakan alat yang sama.
Mereka mempelajari isi yang sama dengan kurikulum dan jadwal yang
sama. Guru berbicara dalam sebuah kelompok besar siswa, memberikan
informasi yang sama pada saat yang sama untuk setiap orang. Sekolah
menggunakan tes yang sama pula untuk mengukur kesuksesan belajar.
Padahal pada kenyataannya, mereka bukanlah orang yang sama. Untuk
sebuah kelompok besar, hal tersebut merupakan sesuatu yang realistis.
Namun, guru juga harus tetap memperhatikan perbedaan-perbedaan
individual yang ada di antara siswa.
Salah satu karakteristik pembelajaran yang efektif adalah jika
pembelajaran dapat merespon kebutuhan khusus siswa. Hal tersebut tidak
terlepas dari adanya perbedaan di antara orang-orang. Perbedaan
18
perbedaan psikologis antara orang-orang serta berbagai persamaannya
(Sugihartono, 2012: 28-29).
a. Sumber Perbedaan Individual
Menurut Sugihartono (2012: 29-33), sumber perbedaan individual
terbagi menjadi dua faktor, yaitu:
1) Faktor Bawaan
Faktor bawaan merupakan faktor-faktor biologis yang
diturunkan melalui pewarisan genetik oleh orangtua. Pewarisan
genetik ini dimulai pada saat terjadinya pembuahan. Dalam
masing-masing sel reproduksi, baik spermatozoa maupun ovum
terdapat 23 pasang kromosom. Kromosom adalah partikel seperti
benang yang masing-masing di dalamnya terdapat untaian partikel
yang sangat kecil, yang disebut dengan gen. Gen inilah pembawa
ciri bawaan yang diwariskan orangtua kepada keturunannya.
Perbedaan gen inilah yang menjadi salah satu alasan
mengapa seseorang berbeda dengan orang lain, baik secara fisik,
psikologis, maupun perilaku, bahkan dengan saudara sendiri.
Selebihnya adalah dipengaruhi oleh lingkungan, karena kita tidak
19
2) Faktor Lingkungan
Lingkungan menunjuk pada segala sesuatu yang berada di
luar diri individu. Faktor ini meliputi banyak hal. Berikut ini
beberapa hal yang termasuk dalam faktor lingkungan.
a) Status sosial ekonomi orangtua, meliputi tingkat pendidikan
orangtua, pekerjaan orangtua, penghasilan orangtua. Meskipun
tidak mutlak, tingkat pendidikan ini dapat mempengaruhi sikap
orangtua terhadap pendidikan anak serta tingkat aspirasinya
terhadap pendidikan anak. Demikian pula dengan pekerjaan
dan penghasilan orangtua yang berbeda-beda yang akan
membawa implikasi pada berbedanya aspirasi orangtua
terhadap pendidikan anak, fasilitas yang diberikan pada anak
untuk belajar, dan mungkin waktu yang disediakan untuk
mendidik anaknya. Demikian pula status ekonomi yang dapat
membawa implikasi salah satunya pada perbedaan pola gizi
yang diterapkan dalam keluarga. Gizi merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan fisik serta kecerdasan
anak.
b) Pola asuh orangtua adalahpola perilaku yang digunakan untuk
berhubungan dengan anak-anak. Berkaitan dengan pola asuh
orangtua ini terdapat tiga macam pola asuh orangtua, yaitu
20
bentuk pola asuh yang menekankan pada pengawasan orangtua
kepada anak untuk mendapatkan ketaatan atau kepatuhan. Hal
ini dapat menyebabkan anak menjadi kurang inisiatif,
cenderung ragu, dan mudah gugup. Oleh karena sering
mendapatkan hukuman, terkadang anak menjadi kurang
disiplin dan nakal. Pola asuh permisif merupakan bentuk
pengasuhan dimana orangtua memberi kebebasan sebanyak
mungkin kepada anak untuk mengatur dirinya, anak tidak
dituntut untuk bertanggungjawab dan tidak banyak dikontrol
oleh orangtua. Sementara pola asuh autoritif bercirikan adanya
hak dan kewajiban orangtua dan anak adalah sama dalam arti
saling melengkapi, anak dilatih untuk bertanggungjawab, dan
menentukan perilakunya sendiri agar dapat berdisiplin.
c) Budaya. Budaya merupakan pikiran, akal budi, hasil karya
manusia, atau dapat juga didefinisikan sebagai adat istiadat.
Budaya dan kebudayaan sebagai sebuah rangkaian tindakan
dan aktivitas manusia yang berpola dapat dilihat dalam tiga
wujud. Wujud pertama adalah wujud ideal dari kebudayaan.
Hal ini berupa ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma,peraturan
dan sebagainya. Wujud kedua adalah budaya sebagai suatu
aktivitas dan tindakan berpola dari manusia dan masyarakat,
yang disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial berhubungan
21
tertentu. Wujud ketiga, kebudayaan sebagai benda-benda hasil
karya manusia. Sebagai contoh adalah bagaimana nilai dan
norma membentuk perilaku masyarakat. Oleh karenanilai
dannorma masing-masing masyarakat berbeda, maka perilaku
yang muncul dari anggota masing-masing masyarakat berbeda
satu sama lain.
d) Urutan kelahiran. Beberapa penelitian membuktikan
karakteristik kepribadian seseorang ditentukan salah satunya
oleh urutan kelahirannya. Anak sulung cenderung lebih teliti,
mempunyai ambisi, dan agresif dibandingkan adik-adiknya.
Sementara anak tengah lebih mudah bergaul dan memiliki rasa
setia kawan yang tinggi, karena kurang diperhatikan di dalam
keluarga, mereka cenderung belajar, menjalin hubungan, dan
mencari dukungan dari teman-teman seusianya. Oleh karena
itu mereka cenderung mempunyai kemampuan lebih dalam
bersosialisasi. Anak bungsu cenderung paling kreatif dan
biasanya menarik. Anak tunggal memiliki karakteristik yang
hampir sama dengan anak pertama dan sering merasa terbebani
dengan harapan yang tinggi dari orangtua mereka. Mereka
lebih percaya diri, supel, dan memiliki imajinasi yang tinggi.
Mereka juga mengharapkan banyak dari orang lain, tidak
22 b. Macam-macam Perbedaan
1) Perbedaan Jenis Kelamin dan Gender
Istilah jenis kelamin dan gender sering dipertukarkan dan
dianggap sama. Jenis kelamin menunjuk pada perbedaan biologis
dari laki-laki dan perempuan, sementara gender merupakan aspek
psikososial dari laki-laki dan perempuan, berupa perbedaan antara
laki-laki dan perempuan yang dibangun secara sosial budaya.
Perbedaan gender termasuk dalam hal peran, tingkah laku,
kecenderungan, sifat, dan atribut lain yang menjelaskan arti
menjadi seorang laki-laki atau perempuan dalam kebudayaan yang
ada (Sugihartono, 2012: 35).
Sebagian guru memperlakukan laki-laki dan perempuan
secara berbeda. Sebuah hasil penelitian menunjukkan bahwa guru
memberikan perhatian yang lebih besar pada siswa laki-laki
daripada kepada siswa perempuan. Seringkali siswa laki-laki
meminta perhatian lebih besar daripada perempuan. Siswa
perempuan memiliki kepercayaan yang rendah pada pendapatnya
sendiri daripada laki-laki. Perempuan juga memiliki kekhawatiran
yang lebih tinggi untuk melakukan kesalahan. Guru biasanya lebih
banyak bertanya kepada siswa laki-laki dan menunggu lebih lama
23 2) Perbedaan Kemampuan
Kemampuan sering diartikan secara sederhana sebagai
kecerdasan seseorang. Kemampuan umum didefinisikan sebagai
prestasi komparatif individu dalam berbagai tugas, termasuk
memecahkan masalah dengan waktu yang terbatas. Lebih jauh dari
itu kemampuan juga meliputi kapasitas individu untuk memahami
tugas, dan untuk menemukan strategi pemecahan masalah yang
cocok, serta prestasi individu dalam sebagian besar tugas belajar
(Sugihartono, 2012: 40-41).
Perbedaan kecerdasan dapat dipahami dari perbedaan skor IQ
yang dihasilkan dari tes kecerdasan. Pengukuran kecerdasan
manusia mengikuti suatu distribusi normal. Tabel berikut ini
[image:38.595.195.508.479.621.2]merupakan distribusi IQ yang dikembangkan oleh Wechsler:
Tabel 1. Distribusi IQ yang Dikembangkan oleh Wechsler
IQ Deskripsi
> 130 Very Superior
120 – 129 Superior
110 – 119 Bright Normal
90 – 109 Average
80 – 89 Dull Normal
70 – 79 Borderline
< 70 Defective
Sumber: Wechsler (dalam Sugihartono, 2012: 43)
Seseorang yang memiliki skor tes kecerdasan di atas 130
biasa disebut gifted. Anak-anak gifted mempunyai kemungkinan
24
sangat bosan dengan teman sebaya dan pengetahuannya mungkin
melebihi apa yang disampaikan oleh guru. Selain itu terdapat juga
anak gifted yang mengalami kesulitan belajar. Mereka adalah anak
yang ditengarai sebagai siswa cerdas namun memiliki masalah
dalam proses belajar. Mereka mengira belajar adalah sesuatu yang
mudah dan tidak dipersiapkan atas kesulitan pada bidang-bidang
yang menjadi ketidakmampuan mereka. Oleh karena frustasi, ia
juga sering menjadi agresif, tidak perhatian, dan kadang-kadang
meninggalkan tugas (Sugihartono, 2012: 43).
3) Perbedaan Kepribadian
Atkinson (Sugihartono, 2012: 46) mengemukakan bahwa
kepribadian adalah pola perilaku dan cara berpikir yang khas, yang
menentukan penyesuaian diri seseorang terhadap lingkungan.
Definisi tersebut menyiratkan adanya konsistensi perilaku, bahwa
orang cenderung untuk bertindak atau berpikir dengan cara tertentu
dalam berbagai situasi. Kepribadian juga menyiratkan adanya
karakteristik yang membedakan satu individu dengan individu yang
lain.
4) Perbedaan Gaya Belajar
Menurut Sarasin (Sugihartono, 2012: 53), belajar merupakan
proses internal yang diukur melalui perilaku. Adanya perbedaan
kognitif,afektif, maupun psikomotor diantara para siswa
25
perbedaan gaya belajar. Gaya belajar dapat menjelaskan perbedaan
belajar diantara siswa dalam setting pembelajaran yang sama. Gaya
belajar adalah pola perilaku spesifik dalam menerima informasi
baru dan mengembangkan keterampilan baru. Gaya belajar
merupakan kumpulan karakteristik pribadi yang membuat suatu
pembelajaran efektif untuk beberapa orang dan tidak efektif untuk
orang lain.
Keefe (Sugihartono, 2012: 53) mengemukakan bahwa gaya
belajar berhubungan dengan cara anak belajar, serta cara belajar
yang disukai. Siswa pada umumnya akan sulit memproses
informasi dalam satu cara yang dirasa tidak nyaman bagi mereka.
Siswa memiliki kebutuhan belajar sendiri, belajar dengan cara
berbeda, serta memproses informasi dengan cara yang berbeda.
Oleh karena itu, jika gaya mengajar guru tidak memperhatikan
kebutuhan khusus mereka,maka belajar tidak akan terjadi. Ketika
guru mengajar sesuai dengan gaya belajar siswa, guru sama dengan
memberitahu pada siswa bahwa dia mengetahui mereka adalah
individu yang mungkin belajar dengan cara berbeda dengan siswa
lain.
c. Implikasi Perbedaan Individual dalam Proses Pembelajaran
Menurut Sugihartono (2012: 60-61), perbedaan-perbedaan
individual membawa implikasi terhadap cara guru mengelola proses
26
dapat dipilih oleh guru sebagai implikasi dari adanya perbedaan
individual diantara siswa, khususnya perbedaan kemampuan. Dari
sekian banyak bentuk program pendidikan yang dapat dipilih, terdapat
tiga jenis program yang terbanyak dilaksanakan yakni program
remedial, pengayaan (enrichment) dan program percepatan
(acceleration).
1) Program remedial yaitu pemberian layanan pendidikan kepada
siswa yang mengalami kesulitan atau hambatan dengan
memberikan pelajaran dan atau tugas tambahan secara individual
sehingga mereka dapat mengikuti pembelajaran secara klasikal dan
menyelesaikan program sesuai dengan waktu yang ditentukan serta
mencapai hasil belajar secara optimal.
2) Program pengayaan (enrichment), yaitu pemberian pelayanan
pendidikan sesuai potensi kecerdasan dan bakat istimewa yang
dimiliki siswa, dengan penyediaan kesempatan dan fasilitas belajar
tambahan yang bersifat perluasan/pendalaman, setelah yang
bersangkutan menyelesaikan tugas-tugas yang diprogramkan untuk
siswa lainnya.
3) Program percepatan (acceleration), yaitu pemberian pelayanan
pendidikan sesuai potensi kecerdasan dan bakat istimewa yang
27
untuk dapat menyelesaikan program reguler dalam jangka waktu
yang lebih singkat dibanding teman-temannya.
5. Kesulitan Belajar
a. Pengertian Kesulitan Belajar
Pada umumnya, kesulitan merupakan suatu kondisi tertentu yang
ditandai dengan adanya hambatan-hambatan dalam kegiatan mencapai
suatu tujuan, sehingga memerlukan usaha yang lebih berat lagi untuk
dapat mengatasinya. Kesulitan belajar dapat diartikan sebagai suatu
kondisi dalam proses belajar yang ditandai dengan adanya
hambatan-hambatan tertentu dalam mencapai hasil belajar (Tidjan, 1993:78).
Setiap siswa pada prinsipnya tentu berhak memperoleh peluang
untuk mencapai kinerja akademik (academic performance) yang
memuaskan. Namun dari kenyataan sehari-hari tampak jelas bahwa
siswa itu memiliki perbedaan dalam hal kemampuan intelektual,
kemampuan fisik, latar belakang keluarga, kebiasaan, dan pendekatan
belajar yang terkadang sangat mencolok antara seorang siswa dengan
siswa lainnya.
Sementara itu, penyelenggaraan pendidikan di sekolah-sekolah
kita pada umumnya hanya ditujukan kepada para siswa yang
berkemampuan rata-rata, sehingga siswa yang berkemampuan lebih
atau yang berkemampuan kurang terabaikan. Dengan demikian,
siswa-siswa yang berkategori "di luar rata-rata" itu (sangat pintar dan sangat
28
sesuai dengan kapasitasnya. Dari sini kemudian timbullah apa yang
disebut kesulitan belajar (learning difficulty) yang tidak hanya menimpa
siswa berkemampuan rendah saja, tetapi juga dialami oleh siswa yang
berkemampuan tinggi.
Selain itu, kesulitan belajar juga dapat dialami oleh siswa yang
berkemampuan rata-rata (normal) disebabkan oleh faktor-faktor tertentu
yang menghambat tercapainya kinerja akademik yang sesuai dengan
harapan (Muhibbin Syah, 2012: 183-184).
Menurut Thursan Hakim (2015:22) kesulitan belajar adalah suatu
kondisi yang menimbulkan hambatan dalam proses belajar. Hambatan
itu menyebabkan orang tersebut mengalami kegagalan atau setidaknya
kurang berhasil dalam mencapai tujuan belajar.
Blassic dan Jones (Sugihartono, 2012: 149-150), mengatakan
bahwa kesulitan belajar itu menunjukkan adanya suatu jarak antara
prestasi akademik yang diharapkan dengan prestasi akademik yang
dicapai oleh peserta didik (prestasi aktual). Menurut Blassic dan Jones,
peserta didik yang mengalami kesulitan belajar adalah peserta didik
yang memiliki inteligensi normal, tetapi menunjukkan satu atau
beberapa kekurangan yang penting dalam proses belajar, baik dalam
persepsi, ingatan, perhatian, ataupun dalam fungsi motoriknya. Dengan
kata lain bahwa peserta didik dikatakan mengalami kesulitan belajar
29
inteligensinya. Dengan demikian kesulitan belajar tidak hanya dialami
oleh peserta didik yang inteligensinya rendah.
b. Faktor-Faktor Kesulitan Belajar
Ada berbagai macam penyebab kesulitan belajar peserta didik.
Menurut Muhibbin Syah (2015:184-185) secara garis besar
faktor-faktor penyebab kesulitan belajar adalah sebagai berikut.
1) Faktor intern siswa, yakni hal-hal atau keadaan yang muncul dari
dalam diri siswa sendiri. Faktor intern siswa meliputi gangguan
atau kekurangmampuan psiko-fisik siswa, yakni:
a) Yang bersifat kognitif (ranah cipta) antara lain seperti
rendahnya kapasitas intelektual/intelegensi siswa.
b) Yang bersifat afektif (ranah rasa) antara lain seperti labilnya
emosi dan sikap.
c) Yang bersifat psikomotor (ranah karsa) antara lain seperti
terganggunya alat-alat indera penglihat dan pendengar.
2) Faktor ekstern siswa, yakni hal-hal atau keadaan yang datang dari
luar diri siswa. Faktor ekstern siswa meliputi semua situasi dan
kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar
siswa. Faktor ini meliputi:
a) Lingkungan keluarga, contohnya: ketidakharmonisan
hubungan ayah dan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi
30
b) Lingkungan perkampungan/masyarakat, contohnya: wilayah
perkampungan kumuh (slum area), dan teman sepermainan
(peer group) yang nakal.
c) Lingkungan sekolah, contohnya: kondisi dan letak gedung
sekolah yang buruk seperti dekat pasar atau jalan raya, kondisi
guru dan alat-alat belajar yang berkualitas rendah.
B. Kajian Keilmuan
1. Sistem Peredaran Darah pada Manusia a. Darah
Medium transport dari sistem sirkulasi adalah darah. Darah tidak
hanya mengangkut oksigen dan karbon dioksida ke dan dari
jaringan-jaringan dan paru-paru, tetapi juga mengangkut bahan lainnya di
seluruh tubuh. Bahan tersebut meliputi molekul-molekul makanan,
limbah metabolisme, ion-ion dari berbagai macam garam, dan
hormon-hormon. Darah juga berfungsi mengedarkan panas dalam badan
(Kimball, 1983:514).
Darah adalah cairan kental, empat sampai lima kali lebih kental
daripada air, dan karenanya cenderung mengalir lebih lamban daripada
air. Darah di dalam tubuh manusia memiliki suhu yang dipertahankan
pada 37,5o C, mempunyai pH antara 7,35-7,45, dan isotonic pada
0,85% NaCl. Darah merupakan 8% berat total tubuh. Volume total
darah pada pria seberat 70 Kg diperkirakan 5,6 liter. Secara
31
elemen atau sel-sel darah, dan bagian cair atau plasma tempat sel-sel
darah berada. Bagian berbentuk elemen meliputi eritrosit atau sel darah merah, leukosit atau sel darah putih, dan keping darah atau trombosit
(Soewolo, 2005:197-198)
1) Eritrosit
Eritrosit atau sel darah merah secara mikroskopik nampak
sebagai lempengan bikonkaf dengan rata-rata diameternya 8,1 µm,
ketebalan maksimum 2,7 µm dan ketebalan minimum di bagian
tengah lempengan kira-kira 1,0 µm. Sel darah merah tidak berinti
dan tidak dapat bereproduksi atau melakukan metabolisme
ekstensif. Fungsi dari eritrosit adalah mengangkut oksigen yang
terikat pada hemoglobin (Hb). Walaupun fungsi Hb yang utama
adalah membawa oksigen dan karbondioksida, Hb juga
memerankan bagian penting dalam pengaturan keseimbangan
asam-basa di dalam tubuh (Soewolo, 2005: 200).
Sel darah merah pada orang dewasa dibentuk dari sel-sel
pokok yang terletak dalam sumsum tulang, terutama dalam
tulang-tulang rusuk (costa), tulang dada (sternum), dan tulang-tulang
belakang (vertebra). Pada waktu mula-mula dientuk, SDM
mempunyai sebuah nukleus dan hemoglobin (Hb) tidak terlalu
banyak. Akan tetapi, ketika dewasa, jumlah hemoglobin dalam sel
32
Jangka hidup sel-sel ini kira-kira 120 hari. Sel-sel darah
merah yang sudah tua akan ditelan oleh sel-sel fagositik. Hilangnya
SDM yang terus-menerus ini secara normal diimbangi oleh aksi
sumsum tulang yang secara tepat mengembalikan jumlah SDM
darah menjadi normal kembali (Kimball, 1983: 516-517).
Ada beberapa fungsi sel darah merah di dalam tubuh
manusia, antara lain:
a) Penghantar Oksigen ke Seluruh Tubuh
Setelah dibentuk, sel darah merah akan menyebar dan
akan mengikat oksigen dari paru-paru untuk diedarkan ke
seluruh jaringan tubuh dan mengikat karbon dioksida dari
jaringan tubuh untuk dikeluarkan melalui paru-paru. Pengikatan
oksigen dan karbon dioksida ini dikerjakan oleh hemoglobin
yang telah bersenyawa dengan oksigen yang disebut
oksihemoglobin (Koes Irianto, 2014: 160).
b) Penentu Golongan Darah
Selain berfungsi untuk menghantarkan oksigen, sel darah
merah juga berfungsi dalam pembentukan golongan darah pada
manusia. Penggolongan ini ditentukan oleh ada tidaknya antigen
bernama aglutinogen dalam sel darah merah. Ada dua antigen
yang telah dikenali dalam sel darah merah, yaitu antigen A dan
33
golongan darah A, maka di dalam sel darah merahnya terdapat
antigen A dan plasma darahnya memiliki aglutinin β (anti-B).
c) Menjaga Sistem Kekebalan Tubuh
Ketika sel darah merah mengalami proses lisis oleh
pathogen atau bakteri, maka hemoglobin dalam sel darah merah
akan mengeluarkan radikal bebas yang bisa menghancukan
dinding dan membran sel pathogen, serta membunuh bakteri
yang masuk ke dalam tubuh (Koes Irianto, 2014: 160).
d) Membantu Pelebaran Pembuluh Darah
Sel darah merah akan melepaskan senyawa S-nithrosthiol
saat hemoglobin terdeoksigenasi, sehingga pembuluh darah akan
melebar dan melancarkan arus darah agar darah dapat segera
mengalir ke jaringan tubuh yang kekurangan oksigen (Koes
Irianto, 2014: 160).
2) Leukosit
Tidak seperti eritrosit, leukosit memiliki inti dan tidak
mengandung hemoglobin. Jumlah leukosit berkisar antara
5000-9000 sel per mm3 darah. Ada lima jenis leukosit yang dibedakan
menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah kelompok
34
bergranula, yaitu netrofil, basofil, dan eosinofil(Soewolo, 2005: 206-207).
a) Netrofil
Sel netrofil paling banyak dijumpaipada sel darah putih.
Sel golongan ini mewarnai dirinya dengan pewarna netral atau
campuran pewarna asam dan basa serta tampak berwarna ungu.
Netrofil memiliki nucleus yang terdiri dari tiga sampai lima
[image:49.595.262.447.338.486.2]lobus. Sel-sel ini berukuran sekitar 8 µm dalam keadaan segar.
Gambar 1. Netrofil
(Sumber: Wiwik Handayani, 2008)
Netrofil bersifat fagosit dengan cara masuk ke dalam
jaringan yang terinfeksi. Saat mendekati suatu partikel untuk
difagositosis, sel-sel netrofil mula-mula melekat pada reseptor
yang terdapt pada partikel, kemudian membuat ruangan tertutup
yang berisi partikel-partikel yang sudah difagositosis. Setelah
itu, ruangan ini akan melekuk ke dalam rongga sitoplasma dan
melepaskan diri dengan bagian luar membran sel membentuk
35
netrofil dapat memfagositosis 5-20 bakteri sebelum sel netrofil
menjadi inaktif dan mati. Netrofil hanya aktif selama 6-20 jam
(Koes Irianto, 2014: 161).
b) Basofil
Basofil memiliki nucleus berbentuk S dan bersifat fagosit.
[image:50.595.264.466.278.458.2]Basofil melepaskan heparin ke dalam darah.
Gambar 2. Basofil
(Sumber: Wiwik Handayani, 2008)
Heparin adalah mukopolisakarida yang banyak terdapat
dalam hati dan paru. Heparin dapat mencegah pembekuan darah.
Selain itu, basofil juga melepaskan histamin. Histamin adalah
suatu senyawa yang dibebaskan sebagai reaksi terhadap antigen
yang sesuai (Koes Irianto, 2014: 161).
c) Eosinofil
Sel eosinofil berbentuk hampir seperti bola, berukuran 9
36
terdiri dari dua lobus dan bersifat fagosit dengan daya
[image:51.595.266.453.150.303.2]fagositosis yang lemah.
Gambar 3. Eosinofil
(Sumber: Wiwik Handayani, 2008)
Eosinofil mempunyai kecenderungan untuk berkumpul
dalam suatu jaringan yang memiliki reaksi alergi. Eosinofil juga
dianggap dapat mendetoksifikasi toksin yang menyebabkan
radang. Eosinofil ini dilepaskan oleh sel basofil atau jaringan
yang rusak. Sel eosinofil hanya sedikit dijumpai pada sel darah
putih (Koes Irianto, 2014: 161).
Kelompok kedua adalah kelompok leukosit yang
sitoplasmanya tidak bergranula, disebut leukosit agranula
(agranulosit). Agranulosit berkembang dari jaringan limfoid dan myeloid. Intinya lebih kurang bulat. Dua jenis leukosit agranula
adalah limfosit dan monosit (Soewolo, 2005: 206-207). a) Limfosit
Limfosit membentuk 25% dari seluruh jumlah sel darah
37
6-8 µm. Limfosit dibentuk di dalam kelenjar limpa dan sumsum
tulang, sedangkan pada janin dibuat di dalam hati. Terdapat dua
[image:52.595.268.460.166.349.2]jenis sel limfosit, yaitu limfosit B dan limfosit T.
Gambar 4. Limfosit T (Sumber: Wiwik Handayani, 2008)
Gambar 5. Limfosit B (Sumber: Wiwik Handayani, 2008)
Limfosit yang tetap berada pada sumsum tulang
berkembang menjadi limfosit B. Sedangkan limfosit yang
berasal dari sumsum tulang dan pindah ke timus menjadi
[image:52.595.267.460.394.549.2]38
Sebaliknya, limfosit T tidak dapat menghasilkan antibodi (Koes
Irianto, 2014: 161).
b) Monosit
Monosit memiliki satu nukleus besar dan berbentuk bulat
[image:53.595.265.461.242.416.2]telur atau seperti ginjal.
Gambar 6. Monosit
(Sumber: Wiwik Handayani, 2008)
Diameter monosit berukuran 9-12 µm. Monosit dapat
berpindah dari aliran darah ke jaringan. Di dalam jaringan,
monosit membesar dan bersifat fagosit menjadi makrofag.
Makrofag ini bersama netrofil merupakan lekosit fagosit utama,
paling efektif, dan berumur panjang (Koes Irianto, 2014: 161).
Sel-sel darah putih (SDP) jumlahnya jauh lebih sedikit
daripada sel-sel darah merah, dengan rasio kira-kira 1:700. Fungsi
umum dari SDP adalah melindungi badan dari infeksi.
39
membungkusnya secara endositosis partikel-pertikel asing seperti
bakteri yang masuk ke dalam badan(Kimball, 1983: 517).
3) Trombosit
Keping-keping darah adalah fragmen sel-sel yang dihasilkan
oleh sel-sel besar (megakariosit) dalam sumsum tulang. Keping-keping darah berbentuk seperti cakra dan jauh lebih kecil (2 µm)
daripada SDM. Secara normal, dalam setiap mm3 darah terdapat
antara 150.000-400.000 keping-keping darah. Sel-sel ini sangat
penting dalam proses pembekuan darah(Kimball, 1983: 518).
Ada sejumlah invaginasi membran keping darah yang
membentuk saluran menjorok jauh ke bagian dalam sel. Ini
menambah permukaan reaktif keping darah dan memudahkan
pengambilan serta sekresi substansi oleh keping darah. Suatu
kerangka sel dari mikrotubula melingkar terletak tepat di dalam
membrane keping darah, yang memudahkan untuk
mempertahankan bentuk normal lempeng keping darah (Soewolo,
2005: 219).
Megakariosit berkembang dalam sumsum tulang dari sel
batang hemositoblas. Megakariosit adalah sel-sel besar dengan
diameter mencapai 80 µm, yang dapat pecah menjadi beberapa
keping. Fragmentasi ini akibat dari beberapa invaginasi membran
40
bagian-bagian ini memisah, masing-masing adalah keping darah
baru. Keping darah hanya berumur pendek, kira-kira 10 hari, sebab
keping darah digunakan dalam proses pembekuan darah dan sangat
mudah mengadakan aktivitas metabolik (Soewolo, 2005: 220).
b. Mekanisme pembekuan darah
Bila suatu pembuluh darah rusak (luka), darah bersentuhan
dengan serabut-serabut kolagen dalam dinding pembuluh darah. Keping
darah melekat pada kolagen, semakin lama semakin banyak. Kurang
dari satu menit, keping darah menutup daerah yang rusak tersebut.
Selanjutnya, terjadilah proses pembekuan darah. Thrombin muncul dan
mengubah fibrinogen menjadi fibrin. Molekul-molekul fibrin
berpolimerasi membentuk benang kuat tak larut yang membantu dan
memperkuat penumpukan keping darah (Soewolo, 2005: 220).
Secara sederhana, proses pembekuan darah dapat digambarkan
[image:55.595.196.488.535.670.2]dalam bagan berikut.
Gambar 7. Skema Pembekuan Darah
41
Untuk menghasilkan proses pembekuan darah, diperlukan dua
belas faktor, yaitu:
I : Fibrinogen (pembentuk fibrin)
II : Protrombin (mengaktifkan fibrin, faktor V, VII, XIII)
III : Faktor jaringan (mengaktifkan faktor VII, tromboplastin
jaringan)
IV : Ion kalsium (sebagai kofaktor)
V : Proaselerin (kofaktor faktor Xa)
VI : Prokonvertin (mengaktifkan faktor X)
VII : Faktor anti haemofilik (kofaktor faktor Xa)
VIII : Faktor ckristimas, mengaktifkan faktor X (komponen
tromboplastin plasma)
IX : Faktor stuart (mengaktifkan protrombin)
X : Anteseden atau tromboplastin plasma (mengaktifkan faktor IX)
XI : Faktor Hogeman (mengaktifkan faktor XI)
XII : Faktor penstabil fibrin
(Koes Irianto, 2014: 164)
c. Golongan darah
Golongan darah ABO didasarkan pada dua aglutinogen, yang
disimbolkan dengan huruf A dan B. Seseorang yang eritrositnya
membuat aglutinogen A saja, dimasukkan ke dalam golongan darah A,
yang eritrositnya membuat aglutinogen B saja dimasukkan ke dalam
42
Adan B adalah golongan darah AB. Individu yang eritrositnya tidak
membuat aglutinogen adalah golongan darah O (dibaca nol). Plasma
darah orang yang bergolongan A, B, dan O berisi antibodi tertentu yang
disebut aglutinin. Antibodi a (anti A) yang mengikat aglutinogen A,
dan antibodi b (anti B) yang mengikat aglutinogen B. Individu-individu
tidak mempunyai antibodi yang menyerang antigen dari eritrositnya
sendiri. Misalnya, seseorang bergolongan darah A tidak mempunyai
antibodi a (anti A). Tetapi semua orang mempunyai antibodi melawan
aglutinogen yang mereka sendiri tidak membuatnya (Soewolo, 2005:
224).
Pada tahun 1900, seorang dokter dari Austria bernama Karl Landsteiner menemukan perbedaan antigen dan antibodi yang dikandung dalam darah manusia. Atas dasar inilah kemudian ia
membagi golongan darah menjadi empat golongan, yaitu golongan
darah A, golongan darah B, golongan darah AB, dan golongan darah O.
Secara ringkas dapat dilihat perbedaannya dalam tabel berikut.
Tabel 2. Golongan Darah dan Unsur Pokok Aglutinogen Serta Aglutinin
Golongan Darah Aglutinogen Aglutinin
O - α (anti-A) dan β (anti-B)
A A β (anti-B)
B B α (anti-A)
AB Adan B -
[image:57.595.164.509.588.703.2]43
Selain huruf yang disematkan sebagai label golongan darah, ada
juga sistem Rhesus (Rh) yang menyertai golongan darah tersebut.
Secara umum, protein Rh dibagi ke dalam dua kategori, yakni positif
(+) dan negatif (-). Status Rh menggambarkan adanya partikel protein
di dalam sel darah merah. Seseorang yang memiliki Rh negatif berarti
kekurangan faktor protein, sementara Rh positif berarti mempunyai
protein yang cukup. Tidak berbeda dengan golongan darah, Rh juga
terdiri dari kombinasi-kombinasi tertentu, seperti tersaji dalam tabel
[image:58.595.146.527.361.536.2]berikut.
Tabel 3. Pewarisan Rhesus
Rh Orangtua Kemungkinan
Kombinasi Alel Kemungkinan Rh Anak
Keduanya + + + & + + + + (positif)
Keduanya + + + & + - + + atau + - (positif)
Keduanya + + - & + - + + atau + - (positif) atau - - (negatif)
Keduanya - - - & - - - - (negatif)
Satu + & Satu - + + & - - + - (positif)
Satu + & Satu - + - & - - + - (positif) atau - - (negatif)
(Koes Irianto, 2014: 171).
d. Tes Golongan Darah
Untuk menguji jenis golongan darah, maka darah yang akan
diperiksa ditetesi dengan serum anti-A, anti-B, dan anti-AB. Penentuan
44
(aglutinasi) pada darah yang diuji. Secara ringkas dapat dilihat pada
[image:59.595.176.518.160.591.2]tabel berikut.
Tabel 4. Uji Serum Golongan Darah A, B, AB, dan O
Golongan
Darah Anti-A Anti-B Anti-AB
A
B
AB
O
Keterangan
Tidak menggumpal
Menggumpal
(Koes Irianto, 2014: 171).
e. Transfusi Darah
Mengetahui golongan darah sangat besar manfaatnya, misalnya
untuk menolong orang yang menderita pendarahan, yaitu dengan cara
45
disebut dengan pindah tuang (transfusi) darah (Koes Irianto, 2014:
175).
Jika dipandang dari donor (pemberi) darah, maka golongan darah
AB dapat memberi darah pada golongan darah AB, golongan darah A