• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDENTIFIKASI KESULITAN BELAJAR SISTEM SIRKULASI PADA SISWA KELAS XI SEMESTER 1 DI SMA NEGERI 1 MUNTILAN TAHUN AJARAN 2015/2016.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IDENTIFIKASI KESULITAN BELAJAR SISTEM SIRKULASI PADA SISWA KELAS XI SEMESTER 1 DI SMA NEGERI 1 MUNTILAN TAHUN AJARAN 2015/2016."

Copied!
195
0
0

Teks penuh

(1)

i

IDENTIFIKASI KESULITAN BELAJAR SISTEM SIRKULASI PADA SISWA KELAS XI SEMESTER 1 DI SMA NEGERI 1 MUNTILAN

TAHUN AJARAN 2015/2016

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta

untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Biologi

Oleh:

Hilda Nuraeni Makrufah NIM 12304241037

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

v MOTTO

”... dan kebaikan apa saja yang kamu kerjakan, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui.”

-QS. Al-Baqarah: 215-

Menjadi yang terbaik tak harus jadi juara. -Muhamad Alif-

Yang terpenting bukan apa yang ada di atas kepalamu, melainkan apa yang ada di dalam kepalamu.

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Tulisan sederhana ini tak lepas dari doa dan dukungan dari orang-orang terkasih

yang selalu memberikan dukungan dalam segala bentuk. Tulisan ini saya

persembahkan untuk:

 Dua pahlawan terhebat dalam hidupku, Bapak Hirmayanto Suhir dan Ibu

Nursoimah yang tanpa lelah memberikan doa, dukungan, semangat,

motivasi, dan kasih sayang yang tiada ujungnya, serta untuk adikku

tersayang, Alvin Aditya Rahman yang selalu memberikan motivasi dengan

kata-kata sederhananya.

 Mas Muhamad Alif, yang selalu memberi semangat, doa, dan kata-kata

motivasi yang membakar semangat dan membuatku lebih mengerti arti

menghargai proses daripada hasil.

 Dua orang poopies, Febrina Suci Wulandari dan Renosari Prineta Putri,

terimakasih kenangan konyol yang tidak akan pernah kulupakan.

 Sahabatku Ajeng Citra Dewi, Petra Serafica Puspita, dan Clara Agustine

Takimay, terimakasih atas kekeluargaan yang sudah terjalin selama ini.

 Teman sipit Permata Ihda, terimakasih atas segala bantuan dan waktunya.

 Teman-teman Pendidikan Biologi A 2012, terimakasih atas kebersamaan

yang terjalin selama ini.

 Teman-teman KKN kelompok 2018 dusun Jetis, Selopamioro, Imogiri

yang telah menjadi keluarga baruku.

(7)

vii

IDENTIFIKASI KESULITAN BELAJAR SISTEM SIRKULASI PADA SISWA KELAS XI SEMESTER 1 DI SMA NEGERI 1 MUNTILAN

TAHUN AJARAN 2015/2016

Oleh:

HILDA NURAENI MAKRUFAH NIM 12304241037

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui letak kesulitan belajar dan faktor dominan yang menjadi penyebab kesulitan belajar sistem sirkulasi pada siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Muntilan. Kesulitan belajar adalah suatu kondisi yang menimbulkan hambatan dalam proses belajar, yang menyebabkan ketidakberhasilan dalam mencapai tujuan belajar.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Populasi pada penelitian ini adalah 59 orang siswa yang mempunyai nilai rendah. Instrumen penelitian yang digunakan berupa soal dan jawaban ulangan harian siswa dan kuesioner. Analisis data dilakukan dengan analisis butir soal menggunakan program QUEST untuk mengetahui letak kesulitan dan analisis deskriptif untuk mengetahui faktor dominan penyebab kesulitan belajar.

Hasil analisis menunjukkan bahwa kesulitan belajar sistem sirkulasi terletak pada sub materi sistem golongan darah dan struktur fungsi pembuluh darah. Faktor dominan yang berpengaruh yaitu faktor materi.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat-Nya,

sehingga skripsi yang disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan Biologi di Universitas Negeri Yogyakarta ini dapat

terselesaikan dengan baik.

Penulisan skripsi ini tentu melibatkan kerjasama dari berbagai pihak. Oleh

karena itu, perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Hartono selaku Dekan FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta

yang telah memberikan ijin penelitian sehingga skripsi ini dapat berjalan

dengan lancar.

2. Bapak Dr. Slamet Suyanto, M.Ed selaku Wakil Dekan I FMIPA Universitas

Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ijin penelitian sehingga skripsi ini

dapat berjalan dengan lancar.

3. Bapak Dr. Paidi, M.Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan Biologi, Ketua

Program Studi Pendidikan Biologi, Dosen Penasehat Akademik, dan Dosen

Pembimbing Utama yang telah membimbing dan memberikan motivasi.

4. Bapak Sukiya, M.Si selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang telah

membimbing dan memberikan motivasi.

5. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Biologi yang telah memberikan

ilmu dan pengetahuan baru.

6. Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Daerah Istimewa Yogyakarta,

(9)

ix

7. Kepala Badan Penanaman Modal Daerah Provinsi Jawa Tengah yang telah

memberikan rekomendasi penelitian sehingga penelitian ini dapat berjalan

dengan lancar.

8. Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Magelang yang telah

memberikan ijin penelitian sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan

lancar.

9. Kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu

Kabupaten Magelang yang telah memberikan ijin penelitian.

10. Kepala SMA Negeri 1 Muntilan yang telah memberikan ijin untuk

pengambilan data di sekolah sehingga penelitian ini dapat berjalan lancar.

11. Ibu Zakiyah Endang Cadikawati selaku guru mata pelajaran biologi SMA

Negeri 1 Muntilan yang telah bersedia menjadi narasumber dalam penelitian

ini.

12. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak

dapat disebutkan satu per satu.

Semoga karya sederhana ini dapat bermanfaat dan dapat menyumbangkan sedikit

kontribusi untuk membangun pendidikan bangsa Indonesia ke arah yang lebih

baik. Aamiin.

Yogyakarta, Agustus 2016

(10)

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………... i

HALAMAN PERSETUJUAN ………... ii

HALAMAN PENGESAHAN ……….... iii

HALAMAN PERNYATAAN ……… iv

HALAMAN MOTTO ……… v

HALAMAN PERSEMBAHAN ………... vi

ABSTRAK ……….. vii

KATA PENGANTAR ……… viii

DAFTAR ISI ………... x

DAFTAR TABEL ………... xiii

DAFTAR GAMBAR ………... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ………... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 6

G. Definisi Operasional ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Kependidikan ... 8

1. Pengertian Belajar ... 8

2. Faktor yang Mempengaruhi Belajar ... 8

3. Proses Pembelajaran ... 9

4. Perbedaan Individual ... 17

(11)

xi

B. Kajian Keilmuan ... 30

1. Sistem Peredaran Darah pada Manusia ... 30

a. Darah ... 30

b. Mekanisme Pembekuan Darah ... 40

c. Golongan Darah ... 41

d. Tes Golongan Darah ... 43

e. Transfusi Darah ... 44

f. Organ Peredaran Darah ... 48

g. Mekanisme Peredaran Darah pada Manusia ... 56

2. Sistem Limfatik ... 62

a. Anatomi Sistem Limfatik ... 64

b. Cairan Limfa (Getah Bening) ... 66

c. Aliran Limfa ... 67

3. Gangguan Sistem Sirkulasi ... 68

4. Teknologi Peredaran Darah ... 78

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 84

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 84

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 84

1. Populasi Penelitian ... 84

2. Sampel Penelitian ... 85

D. Teknik Pengumpulan Data ... 85

1. Lembar Angket ... 85

2. Wawancara ... 86

E. Teknik Analisis Data ... 86

1. Teknik Analisis Butir Soal Ulangan Harian ... 86

2. Teknik Analisis Angket ... 88

(12)

xii BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 90

B. Pembahasan ... 99

1. Letak Kesulitan Belajar Sistem Sirkulasi pada Siswa Kelas XI Semester 1 SMA Negeri 1 Muntilan Tahun Ajaran 2015/2016... 99

2. Faktor Dominan Penyebab Kesulitan Belajar Sistem Sirkulasi pada Siswa Kelas XI Semester 1 SMA Negeri 1 Muntilan Tahun Ajaran 2015/2016 ... 103

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 117

B. Saran ... 117

DAFTAR PUSTAKA ... 119

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Distribusi IQ yang Dikembangkan oleh Wechsler ... 23

Tabel 2 Golongan Darah dan Unsur Pokok Aglutinogen Serta Aglutinin .. 42

Tabel 3 Pewarisan Rhesus ... 43

Tabel 4 Uji Serum Golongan Darah A, B, AB, dan O ... 44

Tabel 5 Jenis dan Penyebab Hipertensi... 74

Tabel 6 Aturan Penskoran Angket ... 89

Tabel 7 Item Soal Ulangan Harian Sistem Sirkulasi Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Muntilan Tahun Ajaran 2015/2016 dengan Kategori Kesukaran Rendah ... 91

Tabel 8 Item Soal Ulangan Harian Sistem Sirkulasi Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Muntilan Tahun Ajaran 2015/2016 dengan Kategori Kesukaran Sedang ... 92

Tabel 9 Item Soal Ulangan Harian Sistem Sirkulasi Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Muntilan Tahun Ajaran 2015/2016 dengan Kategori Kesukaran Tinggi ... 93

Tabel 10 Hasil Penghitungan Rerata Jumlah Skor Angket Faktor Penyebab Kesulitan Belajar Sistem Sirkulasi dengan Kategori Lemah ... 96

Tabel 11 Hasil Penghitungan Rerata Jumlah Skor Angket Faktor Penyebab Kesulitan Belajar Sistem Sirkulasi dengan Kategori Sedang ... 97

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Netrofil ... 34

Gambar 2 Basofil ... 35

Gambar 3 Eosinofil ... 36

Gambar 4 Limfosit T ... 37

Gambar 5 Limfosit B ... 37

Gambar 6 Monosit ... 38

Gambar 7 Skema Pembekuan Darah ... 40

Gambar 8 Skema Transfusi Darah ... 45

Gambar 9 Struktur Jantung Manusia ... 49

Gambar 10 Nodus Sinus dan Sistem Purkinje dari Jantung ... 50

Gambar 11 Struktur Arteri dan Vena Manusia ... 56

Gambar 12 Ilustrasi Sistem Sirkulasi pada Manusia ... 58

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Instrumen Soal Ulangan Harian Sistem Sirkulasi …………... 123

Lampiran 2 Kisi-Kisi Angket Siswa ……….. 129

Lampiran 3 Instrumen Angket Siswa ...……….. 130

Lampiran 4 Kisi-Kisi Wawancara Guru .……….... 133

Lampiran 5 Daftar Pertanyaan Wawancara Guru ……….. 135

Lampiran 6 RPP Sistem Sirkulasi ……….. 136

Lampiran 7 FileData untuk Analisis Butir Soal dengan QUEST ………. 157

Lampiran 8 FilePerintah untuk Analisis Butir Soal dengan QUEST …… 159

Lampiran 9 Hasil Analisis QUEST (filesh.out) ………. 160

Lampiran 10 Hasil Analisis QUEST (filetn.out) ………. 166

Lampiran 11 Tabel Nilai ThresholdsHasil Analisis QUEST ……….. 182

Lampiran 12 Tabel Perolehan Skor Angket Siswa ……….. 183

Lampiran 13 Tabel Rerata Jumlah Skor Angket Siswa ………... 186

Lampiran 14 Hasil Wawancara dengan Guru Biologi ………. 188

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Belajar adalah suatu perubahan yang relatif tetap dalam suatu tingkah

laku manusia yang muncul sebagai suatu hasil dari pengalaman dan interaksi

dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif (Siti Aisyah, 2015:33).

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional Pasal 1, pembelajaran adalah interaksi antara peserta didik dengan

pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Sekolah merupakan salah satu tempat berlangsungnya proses

pembelajaran yang bersifat formal, terdiri atas pendidikan dasar (SD/ MI),

pendidikan menengah(SMP/MTs dan SMA/ MA), dan pendidikan tinggi

(perguruan tinggi).SMA Negeri 1 Muntilan merupakan salah satu SMA

favorit yang terletak di Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang.

Pembelajaran di SMA Negeri 1 Muntilan ini menggunakan kurikulum 2013

yang menuntut keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Keaktifan siswa

dalam proses pembelajaran dapat dilihat dari respon siswa dalam mengikuti

pembelajaran.

Setiap pembelajaran biologi pada materi tertentu ditemukan berbagai

macam permasalahan. Pada materi sistem sirkulasi, permasalahan yang

dialami oleh siswa dapat dilihat dari kesulitan dalam mengerjakan soal pada

sub materi tertentu yang diujikan. Pada item soal tertentu mereka menjawab

(17)

2

siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Muntilan tahun ajaran 2015/2016, rerata

nilai ulangan harian yaitu 80,4. Sementara itu, jumlah siswa yang

mendapatkan nilai di bawah rata-rata sebanyak 45,7% dari jumlah seluruh

siswa.

Materi sistem sirkulasi merupakan salah satu materi yang tergolong

kompleks karena terbagi ke dalam sub-sub materi yang rumit dalam

pemahamannya. Materi ini mempelajari komponen-komponen sistem

sirkulasi beserta struktur dan fungsinya, gangguan pada sistem sirkulasi, serta

teknologi sistem sirkulasi. Cakupan materi sistem sirkulasi yang luas dan

banyaknya istilahyang belum lazim didengar oleh siswa menyebabkan siswa

kesulitan memahami beberapa konsepnya. Hal ini didukung oleh pernyataan

dari hasil wawancara terhadap guru pengampu mata pelajaran biologi kelas

XI, bahwa materi sistem sirkulasi merupakan salah satu materi yang

tergolong sulit dipahami oleh siswa sehingga nilai ulangan harian pada materi

ini tergolong cukup rendah dibanding materi biologi kelas XI lainnya.

Siswa merupakan kelompok besar yang memiliki karakteristik

beragam, baik dari gaya dan cara belajarnya, tingkat kecerdasannya, termasuk

kemampuan untuk memahami materi pembelajaran. Perbedaan kemampuan

antarsiswa dalam memahami materi pembelajaran tersebut menyebabkan

beberapa siswa yang memiliki kemampuan diluar rata-rata kemampuan siswa

dapat mengalami kesulitan belajar.

Kesulitan belajar yang dialami oleh siswa secara umum dipengaruhi

(18)

3

dari dalam diri siswa dan faktor eksternal yang berasal dari luar diri siswa.

Faktor internal meliputi minat siswa terhadap pembelajaran, motivasi siswa,

dan kemampuan siswa dalam memahami materi. Berdasarkan observasi,

minat siswa terhadap pembelajaran materi sistem sirkulasi masih kurang

dikarenakan masih banyak siswa yang tidak memperhatikan saat guru

menjelaskan materi. Motivasi siswa dalam pembelajaran materi ini juga

masih rendah, dilihat pada saat mengerjakan tugas individu masih banyak

siswa yang bergerombol dan saling bertukar jawaban. Kemampuan siswa

dalam memahami materi sistem sirkulasi juga tergolong masih rendah,

mengingat hasil ulangan harian sistem sirkulasi yang hasilnya sebesar 45,7%

siswa mendapatkan nilai di bawah rata-rata.

Faktor eksternal yang berpengaruh terhadap kesulitan belajar siswa

diantaranya berasal dari faktor materi, guru, keluarga, dan lingkungan

sekolah. Dari hasil observasi awal di ruang kelas XI IPA SMA Negeri 1

Muntilan dapat dilihat sarana prasarana masih kurang memadahi, diantaranya

beberapa LCD proyektor tidak dapat berfungsi dengan normal dan kondisi

ruang kelas yang silau. Peralatan praktikum khususnya preparat awetan dan

peralatan untuk pengamatan mikroskopik hanya tersedia dalam jumlah

terbatas. Selain itu, ruang kelasterletak dekat dengan jalan raya yang selalu

ramai dan cenderung bising.

Dari fakta tersebut maka dapat diduga siswa kelas XI IPA SMA Negeri

1 Muntilan mengalami kesulitan belajar pada materi sistem sirkulasi, yang

(19)

4

belajar antara siswa satu dengan siswa yang lain pun berbeda. Kesulitan yang

dialami oleh siswa berbeda-beda pula letaknya pada sub materi tertentu dalam

satu pokok pembelajaran.

Sejauh ini belum ada data komprehensif mengenai letak dan faktor

dominan penyebab kesulitan belajar khususnya pada materi sistem sirkulasi

yang dapat membuktikan bahwa siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Muntilan

mengalami kesulitan belajar pada materi tersebut, maka penelitian mengenai

kesulitan belajar sistem sirkulasi ini dipandang perlu dilakukan.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi

beberapa masalah sebagai berikut:

1. Kesulitan belajar sistem sirkulasi terletak pada sub-sub materi tertentu.

2. Rata-rata nilai siswa pada ulangan harian materi sistem sirkulasi tergolong

rendah.

3. Motivasi dan minat belajar siswa pada pembelajaran sistem sirkulasi masih

rendah.

4. Kondisi sarana prasarana yang menunjang kegiatan pembelajaran sistem

sirkulasi di kelas dan di laboratorium kurang dapat digunakan secara

optimal.

5. Lokasi gedung sekolah dekat dengan jalan provinsi yang suasananya

(20)

5

6. Belum ada data komprehensif mengenai letak dan faktor dominan yang

menyebabkan kesulitan belajar sistem sirkulasi di SMA Negeri 1

Muntilan.

C. Pembatasan Masalah

Pada penelitian ini letak kesulitan dibatasi pada sub materi sistem

sirkulasi, sedangkan faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar

dibatasi pada faktor dominan yang berpengaruh terhadap kesulitan belajar

sistem sirkulasi.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas,

maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian sebagai berikut:

1. Dimana letak kesulitan belajar pada materi pokok sistem sirkulasi yang

dialami siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Muntilan tahun ajaran

2015/2016?

2. Faktor dominan apa yang menjadi penyebab kesulitan belajar sebagian

besar siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Muntilan tahun ajaran 2015/2016

dalam mempelajari materi sistem sirkulasi?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat, maka dapat

(21)

6

1. Mengetahui letak kesulitan belajar yang ditemukan di kelas XI IPA

SMA Negeri 1 Muntilan tahun ajaran 2015/2016 dalam mempelajari

materi sistem sirkulasi.

2. Mengetahui faktor dominan penyebab kesulitan belajar yang dialami

oleh sebagian besar siswa kelas XI SMA Negeri 1 Muntilan tahun

ajaran 2015/2016 dalam mempelajari materi sistem sirkulasi.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan menghasilkan pengetahuan yang bermanfaat

bagi berbagai pihak, diantaranya sebagai berikut.

1.Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu pertimbangan

untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, seperti peningkatan sarana

prasarana pembelajaran yang dapat mendukung kegiatan belajar dan

meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya pada materi sistem

sirkulasi dan mata pembelajaran biologi pada umumnya.

2.Guru biologi

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi guru biologi,

salah satunya ialah guru dapat mengetahui letak kesulitan belajar siswa

dalam mempelajari sistem sirkulasi dan faktor penyebab kesulitan belajar

siswa dalam mempelajari materi sistem sirkulasi, sehingga dapat

digunakan sebagai bahan pertimbangan dan masukan untuk menentukan

(22)

7

membantu siswa untuk dapat lebih memahami konsep sub materi yang

sulit pada materi sistem sirkulasi.

3.Peneliti

Peneliti akan memperoleh informasi penting mengenai letak dan

faktor kesulitan belajar yang dialami siswa dalam mempelajari materi

sistem sirkulasi, sehingga jika suatu saat menjadi pendidik dapat

mengusahakan suatu proses pembelajaran yang dapat meningkatkan

motivasi dan prestasi belajar siswa, khususnya dalam mempelajari materi

sistem sirkulasi, dan mata pelajaran biologi pada umumnya.

G. Definisi Operasional

Menghindari kesalahan penafsiran dan untuk menjadikan penelitian ini

lebih terarah, maka perlu dikemukakan batasan-batasan pengertian pada

beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:

1. Letak kesulitan belajar pada penelitian ini didefinisikan sebagai sub-sub

materi yang paling sulit ditinjau dari item soal ulangan harian siswa

dengan indeks kesukaran tinggi. Adapun ulangan harian materi sistem

sirkulasi dilakukan sebanyak satu kali.

2. Faktor-faktor yang berkaitan dengan kesulitan belajar dalam penelitian ini

adalah faktor yang bersumber dari materi, guru, siswa, keluarga, dan

sekolah. Satu diantara beberapa faktor tersebut dinyatakan sebagai faktor

dominan yang berpengaruh terhadap kesulitan belajar jika memiliki rerata

(23)

8 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Kependidikan 1. Pengertian Belajar

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 24) belajar adalah

berusaha mengetahui sesuatu, berusaha memperoleh ilmu pengetahuan

(kepandaian, keterampilan).

Belajar adalah suatu perubahan yang relatif tetap dalam suatu

tingkah laku manusia yang timbul sebagai suatu hasil dari pengalaman dan

interaksi dengan lingkungannya yang melibatkan proses kognitif (Siti

Aisyah, 2015:33).

Menurut Muhibbin Syah (2012: 63) belajar adalah kegiatan yang

berproses dan merupakan unsur yang sangat penting dalam

penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti, bahwa

berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung

pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika ia berada di sekolah

maupun di lingkungan luar sekolah.

2. Faktor Yang Mempengaruhi Belajar

Di dalam kondisi belajar tersebut terdapat faktor-faktor yang

mempengaruhi belajar. Menurut Thursan Hakim (2005:11) secara garis

besar faktor yang mempengaruhi belajar dapat dibagi menjadi dua, yaitu

(24)

9 a. Faktor internal

Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam

individu siswa sendiri. Faktor internal terdiri dari faktor biologis dan

faktor psikologis.

1) Faktor biologis (jasmaniah) meliputi segala hal yang berhubungan

dengan kondisi fisik atau jasmani siswa.

2) Faktor psikologis (rohaniah) ini meliputi segala sesuatu yang

berhubungan dengan kondisi mental individu.

b. Faktor eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar individu

peserta didik. Menurut Thursan Hakim (2015:17) faktor eksternal yang

mempengaruhi belajar seseorang meliputi faktor sosial seperti

lingkungan keluarga, faktor lingkungan sekolah, faktor lingkungan

masyarakat, dan faktor non sosial misalnya faktor waktu.

3. Proses Pembelajaran

a. Pengertian dan Komponen Proses Pembelajaran

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2013 tentang Sistem

Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat 20, pembelajaran adalah interaksi

antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu

lingkungan belajar.

Proses belajar mengajar merupakan interaksi antara guru dengan

(25)

10

untuk mencapai tujuan belajar tertentu. Interaksi dan komunikasi timbal

balik antara guru dengan siswa merupakan ciri dan syarat utama bagi

berlangsungnya proses belajar mengajar. Perlu lebih dipahami bahwa

interaksi dalam proses belajar mengajar tidak sekedar hubungan

komunikasi antara guru dengan siswa, tidak hanya penyampaian materi

pelajaran melainkan juga menanamkan sikap dan nilai pada diri siswa

(Nuryani Y.Rustaman, 2003:4).

Sesuai dengan penyebutannya, proses belajar mengajar adalah

kesatuan dua proses antara siswa yang belajar dan guru yang

membelajarkan. Kedua proses ini dilakukan oleh siswa yang sedang

belajar dan guru yang membelajarkan secara sadar, sehingga antara

kedua proses ini terjalin interaksi yang saling menunjang agar hasil

belajar siswa dapat tercapai secara optimal (Nuryani Y.Rustaman,

2003:4).

Untuk memahami makna proses belajar mengajar, perlu dipahami

beberapa pengertian yang membentuk proses tersebut. Pertama dari segi

siswa yang mempunyai peran dan tugas tertentu dalam proses belajar.

Kedua dari segi guru yang memiliki peran, tugas, dan kewenangan

dalam proses mengajar. Ketiga dari segi proses yang memungkinkan

kedua komponen yang terlibat tersebut saling berinteraksi, melalui

materi pelajaran yang perlu dikuasai oleh guru dengan memperhatikan

(26)

11

Peran siswa adalah mencari pengetahuan dan meningkatkan

keterampilan yang berkaitan dengan pengetahuan yang dicari,

sedangkan tugas siswa yang utama adalah belajar. Banyak batasan yang

digunakan untuk menjelaskan tentang belajar, namun dapat

disimpulkan bahwa belajar diartikan sebagai perubahan konsep dan

kebiasaan berpikir siswa, yang disebabkan karena adanya interaksi

antara dirinya dengan individu lain atau dengan lingkungannya

(Nuryani Y.Rustaman, 2003: 5).

b. Tugas dan Peran Guru

Peran guru dalam aktivitas pembelajaran sangat kompleks. Guru

tidak sekedar menyampaikan ilmu pengetahuan kepada anak didiknya,

namun guru juga dituntut untuk memainkan berbagai peran yang

bertujuan untuk mengembangkan potensi anak didiknya secara optimal

(Sugihartono, 2012: 85).

Dalam situasi pendidikan atau pengajaran terjalin interaksi antara

siswa dengan guru atau antara peserta didik dengan pendidik. Interaksi

ini merupakan interaksi antara dua kepribadian yang berbeda, yaitu

kepribadian guru sebagai orang dewasa dan kepribadian siswa sebagai

anak yang sedang berkembang mencari bentuk kedewasaan (Nana

Syaodih Sukmadinata, 2005: 251).

Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian

(27)

12

seseorang harus memperoleh satu perangkat pengetahuan yang akan

menunjang tugasnya sebagai guru. Seorang guru yang profesional

hanya mungkin dihasilkan oleh lembaga pendidikan guru yang

berkualitas yang akan memberikan pengetahuan tentang ilmu keguruan

dan melatih keterampilan untuk menguasai seluk beluk pendidikan dan

pengajaran (Nuryani Y.Rustaman, 2003: 5).

Tugas guru sangat luas, tidak sebatas tugas akademik tetapi juga

tugas yang bersifat non akademik. Tugas-tugas guru tersebut meliputi

tugas yang berkaitan dengan kedinasan atau akademik dan tugas di luar

kedinasan yang berupa kegiatan kemanusiaan dan kemasyarakatan.

Tugas guru sebagai seorang yang profesional meliputi mendidik,

membelajarkan siswa, dan memberikan latihan-latihan. Tugas mendidik

berarti mengembangkan nilai-nilai dan norma dalam kehidupan. Tugas

membelajarkan berarti mendorong dan memberi peluang agar siswa

dapat belajar dengan sebaik-baiknya, sedangkan tugas memberikan

latihan berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan yang

dimiliki oleh siswa (Nuryani Y.Rustaman, 2003:5).

Peran guru menurut Djamarah (Sugihartono, 2012: 85-86) adalah

sebagai berikut:

1) Korektor. Sebagai korektor guru berperan menilai dan mengoreksi

semua hasil belajar, sikap, tingkah laku, dan perbuatan siswa baik

(28)

13

2) Inspirator. Sebagai inspirator guru harus dapat memberikan

inspirasi atau ilham kepada siswa mengenai cara belajar yang baik.

3) Informator. Sebagai informator guru harus dapat memberikan

informasi yang baikdan efektif mengenai materi pelajaran yang

telah diprogramkan dalam kurikulum serta informasi mengenai

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

4) Organisator. Sebagai organisator guru berperan dalam mengelola

berbagai kegiatan akademik baik intrakurikuler maupun

ekstrakurikuler sehingga tercapai efektivitas dan efisiensi belajar

bagi peserta didik. Diantara berbagai kegiatan pengelolaan

pembelajaran yang terpenting adalah menciptakan kondisi dan

situasi sebaik-baiknya sehingga memungkinkan para siswa belajar

secara berdaya guna dan berhasil guna.

5) Motivator. Sebagai motivator guru dituntut untuk dapat mendorong

anak didiknya agar senantiasa memiliki motivasi tinggi dan aktif

belajar.

6) Inisiator. Sebagai inisiator guru hendaknya dapat menjadi pencetus

ide-ide kemajuan dalam pendidikan dan pengajaran. Proses

pembelajaran hendaknya selalu diperbaiki sehingga dapat

menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

7) Fasilitator. Sebagai fasilitator guru hendaknya dapat menyediakan

(29)

14

optimal. Fasilitas yang disediakan tidak hanya fasilitas fisik seperti

ruang kelas yang memadai atau media belajar yang lengkap, akan

tetapi juga fasilitas psikis seperti kenyamanan batin dalam belajar,

interaksi antara guru dengan peserta didik yang harmonis, maupun

adanya dukungan penuh dari guru sehingga peserta didik selalu

memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar.

8) Pembimbing. Sebagai pembimbing guru hendaknya dapat

memberikan bimbingan kepada anak didiknya dalam menghadapi

tantangan maupun kesulitan belajar.

9) Demonstrator. Sebagai demonstrator guru dituntut untuk dapat

memperagakan apa yang diajarkan secara didaktis sehingga anak

didik dapat memahami materi yang dijelaskan guru secara optimal.

10) Pengelola kelas. Sebagai pengelola kelas, guru hendaknya dapat

mengelola kelas dengan baik karena kelas adalah tempat

berhimpun guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Dengan

pengelolaan kelas yang baik diharapkan siswa dapat memiliki

motivasi tinggi dalam belajar dan pada akhirnya dapat mencapai

hasil belajar optimal.

11) Mediator. Sebagai mediator hendaknya guru dapat berperan

sebagai penyedia media dan penengah dalam proses pembelajaran

(30)

15

12) Supervisor. Sebagai supervisor hendaknya guru dapat membantu,

memperbaiki, dan menilai secara kritis proses pembelajaran yang

dilakukan sehingga pada akhirnya proses pembelajaran dapat

optimal.

13) Evaluator. Sebagai evaluator guru dituntut untuk mampu menilai

hasil pembelajaran serta proses pembelajaran. Dari proses ini

diharapkan diperoleh umpan balik dari hasil pembelajaran untuk

optimalisasi hasil pembelajaran.

Agar proses belajar mengajar dapat berlangsung optimal dan

tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik, maka tuntutan pertama

bagi guru adalah menguasai materi pembelajaran. Tugas guru dalam

proses belajar mengajar yang dilakukan setiap hari dapat dirinci dalam

tiga tugas utama. Pertama, tugas membuat persiapan untuk

pembelajaran yang disebut persiapan mengajar. Kedua, tugas

melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Ketiga, tugas mengadakan

evaluasi hasil belajar dan memanfaatkan umpan balik untuk mencapai

hasil belajar yang optimal (Nuryani Y. Rustaman, 2003:6).

Kedudukan guru sebagai pendidik dan pembimbing tidak bisa

dilepaskan dari guru sebagai pribadi. Kepribadian guru sangat

mempengaruhi peranannya sebagai pendidik dan pembimbing. Guru

mendidik dan membimbing para siswa tidak hanya dengan bahan yang

(31)

16

digunakannya, tetapi dengan seluruh kepribadiannya. Mendidik dan

membimbing tidak hanya terjadi dalam interaksi formal, tetapi juga

interaksi informal, tidak hanya diajarkan tetepi juga ditularkan. Pribadi

guru juga merupakan satu kesatuan antara sifat-sifat pribadinya, dan

peranannya sebagai pendidik, pengajar, dan pembimbing (Nana

Syaodih Sukmadinata, 2005:251).

Guru adalah manusia yang memiliki kepribadian sebagai

individu. Kepribadian guru, seperti halnya kepribadian individu pada

umumnya terdiri dari aspek jasmaniah, intelektual, sosial, emosional,

dan moral. Seluruh aspek kepribadian tersebut terintegrasi membentuk

satu kesatuan yang utuh, yang memiliki ciri-ciri yang khas. Integritas

dan kekhasan ciri-ciri individu terbentuk sepanjang perkembangan

hidupnya, yang merupakan hasil perpaduan dari ciri-ciri dan

kemampuan bawaan dengan perolehan dari lingkungan dan pengalaman

hidupnya (Nana Syaodih Sukmadinata, 2005:252).

Seperti halnya pribadi-pribadi yang lain, pembentukan pribadi

guru dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari lingkungan

keluarganya, sekolahnya tempat dulu ia belajar, masyarakat sekitar serta

kondisi dan situasi sekolah dimana ia sekarang bekerja. Dengan tidak

mengabaikan pengaruh lingkungan yang lain, besar sekali pengaruh

dari pengalaman pendidikannya di sekolah tempat ia mempersiapkan

diri dalam tugasnya sebagai guru. Guru adalah suatu profesi. Sebelum

(32)

17

pendidikan keguruan. Dalam lembaga pendidikan tersebut, ia bukan

hanya belajar ilmu pengetahuan atau bidang studi yang akan diajarkan,

ilmu dan metode mengajar, tetapi juga dibina agar memiliki

kepribadian sebagai guru. Kepribadian ia sebagai guru sudah tentu tidak

dapat dipisahkan dari kepribadiannya sebagai individu (Nana Syaodih

Sukmadinata, 2005:252).

4. Perbedaan Individual

Mayoritas guru dan orang awam memiliki asumsi bahwa sekolah

akan berfungsi dengan baik jika semua siswa sama. Mereka harus

menggunakan buku dan perlengkapan yang sama untuk belajar. Mereka

bekerja dengan langkah yang sama dan menggunakan alat yang sama.

Mereka mempelajari isi yang sama dengan kurikulum dan jadwal yang

sama. Guru berbicara dalam sebuah kelompok besar siswa, memberikan

informasi yang sama pada saat yang sama untuk setiap orang. Sekolah

menggunakan tes yang sama pula untuk mengukur kesuksesan belajar.

Padahal pada kenyataannya, mereka bukanlah orang yang sama. Untuk

sebuah kelompok besar, hal tersebut merupakan sesuatu yang realistis.

Namun, guru juga harus tetap memperhatikan perbedaan-perbedaan

individual yang ada di antara siswa.

Salah satu karakteristik pembelajaran yang efektif adalah jika

pembelajaran dapat merespon kebutuhan khusus siswa. Hal tersebut tidak

terlepas dari adanya perbedaan di antara orang-orang. Perbedaan

(33)

18

perbedaan psikologis antara orang-orang serta berbagai persamaannya

(Sugihartono, 2012: 28-29).

a. Sumber Perbedaan Individual

Menurut Sugihartono (2012: 29-33), sumber perbedaan individual

terbagi menjadi dua faktor, yaitu:

1) Faktor Bawaan

Faktor bawaan merupakan faktor-faktor biologis yang

diturunkan melalui pewarisan genetik oleh orangtua. Pewarisan

genetik ini dimulai pada saat terjadinya pembuahan. Dalam

masing-masing sel reproduksi, baik spermatozoa maupun ovum

terdapat 23 pasang kromosom. Kromosom adalah partikel seperti

benang yang masing-masing di dalamnya terdapat untaian partikel

yang sangat kecil, yang disebut dengan gen. Gen inilah pembawa

ciri bawaan yang diwariskan orangtua kepada keturunannya.

Perbedaan gen inilah yang menjadi salah satu alasan

mengapa seseorang berbeda dengan orang lain, baik secara fisik,

psikologis, maupun perilaku, bahkan dengan saudara sendiri.

Selebihnya adalah dipengaruhi oleh lingkungan, karena kita tidak

(34)

19

2) Faktor Lingkungan

Lingkungan menunjuk pada segala sesuatu yang berada di

luar diri individu. Faktor ini meliputi banyak hal. Berikut ini

beberapa hal yang termasuk dalam faktor lingkungan.

a) Status sosial ekonomi orangtua, meliputi tingkat pendidikan

orangtua, pekerjaan orangtua, penghasilan orangtua. Meskipun

tidak mutlak, tingkat pendidikan ini dapat mempengaruhi sikap

orangtua terhadap pendidikan anak serta tingkat aspirasinya

terhadap pendidikan anak. Demikian pula dengan pekerjaan

dan penghasilan orangtua yang berbeda-beda yang akan

membawa implikasi pada berbedanya aspirasi orangtua

terhadap pendidikan anak, fasilitas yang diberikan pada anak

untuk belajar, dan mungkin waktu yang disediakan untuk

mendidik anaknya. Demikian pula status ekonomi yang dapat

membawa implikasi salah satunya pada perbedaan pola gizi

yang diterapkan dalam keluarga. Gizi merupakan salah satu

faktor yang mempengaruhi pertumbuhan fisik serta kecerdasan

anak.

b) Pola asuh orangtua adalahpola perilaku yang digunakan untuk

berhubungan dengan anak-anak. Berkaitan dengan pola asuh

orangtua ini terdapat tiga macam pola asuh orangtua, yaitu

(35)

20

bentuk pola asuh yang menekankan pada pengawasan orangtua

kepada anak untuk mendapatkan ketaatan atau kepatuhan. Hal

ini dapat menyebabkan anak menjadi kurang inisiatif,

cenderung ragu, dan mudah gugup. Oleh karena sering

mendapatkan hukuman, terkadang anak menjadi kurang

disiplin dan nakal. Pola asuh permisif merupakan bentuk

pengasuhan dimana orangtua memberi kebebasan sebanyak

mungkin kepada anak untuk mengatur dirinya, anak tidak

dituntut untuk bertanggungjawab dan tidak banyak dikontrol

oleh orangtua. Sementara pola asuh autoritif bercirikan adanya

hak dan kewajiban orangtua dan anak adalah sama dalam arti

saling melengkapi, anak dilatih untuk bertanggungjawab, dan

menentukan perilakunya sendiri agar dapat berdisiplin.

c) Budaya. Budaya merupakan pikiran, akal budi, hasil karya

manusia, atau dapat juga didefinisikan sebagai adat istiadat.

Budaya dan kebudayaan sebagai sebuah rangkaian tindakan

dan aktivitas manusia yang berpola dapat dilihat dalam tiga

wujud. Wujud pertama adalah wujud ideal dari kebudayaan.

Hal ini berupa ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma,peraturan

dan sebagainya. Wujud kedua adalah budaya sebagai suatu

aktivitas dan tindakan berpola dari manusia dan masyarakat,

yang disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial berhubungan

(36)

21

tertentu. Wujud ketiga, kebudayaan sebagai benda-benda hasil

karya manusia. Sebagai contoh adalah bagaimana nilai dan

norma membentuk perilaku masyarakat. Oleh karenanilai

dannorma masing-masing masyarakat berbeda, maka perilaku

yang muncul dari anggota masing-masing masyarakat berbeda

satu sama lain.

d) Urutan kelahiran. Beberapa penelitian membuktikan

karakteristik kepribadian seseorang ditentukan salah satunya

oleh urutan kelahirannya. Anak sulung cenderung lebih teliti,

mempunyai ambisi, dan agresif dibandingkan adik-adiknya.

Sementara anak tengah lebih mudah bergaul dan memiliki rasa

setia kawan yang tinggi, karena kurang diperhatikan di dalam

keluarga, mereka cenderung belajar, menjalin hubungan, dan

mencari dukungan dari teman-teman seusianya. Oleh karena

itu mereka cenderung mempunyai kemampuan lebih dalam

bersosialisasi. Anak bungsu cenderung paling kreatif dan

biasanya menarik. Anak tunggal memiliki karakteristik yang

hampir sama dengan anak pertama dan sering merasa terbebani

dengan harapan yang tinggi dari orangtua mereka. Mereka

lebih percaya diri, supel, dan memiliki imajinasi yang tinggi.

Mereka juga mengharapkan banyak dari orang lain, tidak

(37)

22 b. Macam-macam Perbedaan

1) Perbedaan Jenis Kelamin dan Gender

Istilah jenis kelamin dan gender sering dipertukarkan dan

dianggap sama. Jenis kelamin menunjuk pada perbedaan biologis

dari laki-laki dan perempuan, sementara gender merupakan aspek

psikososial dari laki-laki dan perempuan, berupa perbedaan antara

laki-laki dan perempuan yang dibangun secara sosial budaya.

Perbedaan gender termasuk dalam hal peran, tingkah laku,

kecenderungan, sifat, dan atribut lain yang menjelaskan arti

menjadi seorang laki-laki atau perempuan dalam kebudayaan yang

ada (Sugihartono, 2012: 35).

Sebagian guru memperlakukan laki-laki dan perempuan

secara berbeda. Sebuah hasil penelitian menunjukkan bahwa guru

memberikan perhatian yang lebih besar pada siswa laki-laki

daripada kepada siswa perempuan. Seringkali siswa laki-laki

meminta perhatian lebih besar daripada perempuan. Siswa

perempuan memiliki kepercayaan yang rendah pada pendapatnya

sendiri daripada laki-laki. Perempuan juga memiliki kekhawatiran

yang lebih tinggi untuk melakukan kesalahan. Guru biasanya lebih

banyak bertanya kepada siswa laki-laki dan menunggu lebih lama

(38)

23 2) Perbedaan Kemampuan

Kemampuan sering diartikan secara sederhana sebagai

kecerdasan seseorang. Kemampuan umum didefinisikan sebagai

prestasi komparatif individu dalam berbagai tugas, termasuk

memecahkan masalah dengan waktu yang terbatas. Lebih jauh dari

itu kemampuan juga meliputi kapasitas individu untuk memahami

tugas, dan untuk menemukan strategi pemecahan masalah yang

cocok, serta prestasi individu dalam sebagian besar tugas belajar

(Sugihartono, 2012: 40-41).

Perbedaan kecerdasan dapat dipahami dari perbedaan skor IQ

yang dihasilkan dari tes kecerdasan. Pengukuran kecerdasan

manusia mengikuti suatu distribusi normal. Tabel berikut ini

[image:38.595.195.508.479.621.2]

merupakan distribusi IQ yang dikembangkan oleh Wechsler:

Tabel 1. Distribusi IQ yang Dikembangkan oleh Wechsler

IQ Deskripsi

> 130 Very Superior

120 – 129 Superior

110 – 119 Bright Normal

90 – 109 Average

80 – 89 Dull Normal

70 – 79 Borderline

< 70 Defective

Sumber: Wechsler (dalam Sugihartono, 2012: 43)

Seseorang yang memiliki skor tes kecerdasan di atas 130

biasa disebut gifted. Anak-anak gifted mempunyai kemungkinan

(39)

24

sangat bosan dengan teman sebaya dan pengetahuannya mungkin

melebihi apa yang disampaikan oleh guru. Selain itu terdapat juga

anak gifted yang mengalami kesulitan belajar. Mereka adalah anak

yang ditengarai sebagai siswa cerdas namun memiliki masalah

dalam proses belajar. Mereka mengira belajar adalah sesuatu yang

mudah dan tidak dipersiapkan atas kesulitan pada bidang-bidang

yang menjadi ketidakmampuan mereka. Oleh karena frustasi, ia

juga sering menjadi agresif, tidak perhatian, dan kadang-kadang

meninggalkan tugas (Sugihartono, 2012: 43).

3) Perbedaan Kepribadian

Atkinson (Sugihartono, 2012: 46) mengemukakan bahwa

kepribadian adalah pola perilaku dan cara berpikir yang khas, yang

menentukan penyesuaian diri seseorang terhadap lingkungan.

Definisi tersebut menyiratkan adanya konsistensi perilaku, bahwa

orang cenderung untuk bertindak atau berpikir dengan cara tertentu

dalam berbagai situasi. Kepribadian juga menyiratkan adanya

karakteristik yang membedakan satu individu dengan individu yang

lain.

4) Perbedaan Gaya Belajar

Menurut Sarasin (Sugihartono, 2012: 53), belajar merupakan

proses internal yang diukur melalui perilaku. Adanya perbedaan

kognitif,afektif, maupun psikomotor diantara para siswa

(40)

25

perbedaan gaya belajar. Gaya belajar dapat menjelaskan perbedaan

belajar diantara siswa dalam setting pembelajaran yang sama. Gaya

belajar adalah pola perilaku spesifik dalam menerima informasi

baru dan mengembangkan keterampilan baru. Gaya belajar

merupakan kumpulan karakteristik pribadi yang membuat suatu

pembelajaran efektif untuk beberapa orang dan tidak efektif untuk

orang lain.

Keefe (Sugihartono, 2012: 53) mengemukakan bahwa gaya

belajar berhubungan dengan cara anak belajar, serta cara belajar

yang disukai. Siswa pada umumnya akan sulit memproses

informasi dalam satu cara yang dirasa tidak nyaman bagi mereka.

Siswa memiliki kebutuhan belajar sendiri, belajar dengan cara

berbeda, serta memproses informasi dengan cara yang berbeda.

Oleh karena itu, jika gaya mengajar guru tidak memperhatikan

kebutuhan khusus mereka,maka belajar tidak akan terjadi. Ketika

guru mengajar sesuai dengan gaya belajar siswa, guru sama dengan

memberitahu pada siswa bahwa dia mengetahui mereka adalah

individu yang mungkin belajar dengan cara berbeda dengan siswa

lain.

c. Implikasi Perbedaan Individual dalam Proses Pembelajaran

Menurut Sugihartono (2012: 60-61), perbedaan-perbedaan

individual membawa implikasi terhadap cara guru mengelola proses

(41)

26

dapat dipilih oleh guru sebagai implikasi dari adanya perbedaan

individual diantara siswa, khususnya perbedaan kemampuan. Dari

sekian banyak bentuk program pendidikan yang dapat dipilih, terdapat

tiga jenis program yang terbanyak dilaksanakan yakni program

remedial, pengayaan (enrichment) dan program percepatan

(acceleration).

1) Program remedial yaitu pemberian layanan pendidikan kepada

siswa yang mengalami kesulitan atau hambatan dengan

memberikan pelajaran dan atau tugas tambahan secara individual

sehingga mereka dapat mengikuti pembelajaran secara klasikal dan

menyelesaikan program sesuai dengan waktu yang ditentukan serta

mencapai hasil belajar secara optimal.

2) Program pengayaan (enrichment), yaitu pemberian pelayanan

pendidikan sesuai potensi kecerdasan dan bakat istimewa yang

dimiliki siswa, dengan penyediaan kesempatan dan fasilitas belajar

tambahan yang bersifat perluasan/pendalaman, setelah yang

bersangkutan menyelesaikan tugas-tugas yang diprogramkan untuk

siswa lainnya.

3) Program percepatan (acceleration), yaitu pemberian pelayanan

pendidikan sesuai potensi kecerdasan dan bakat istimewa yang

(42)

27

untuk dapat menyelesaikan program reguler dalam jangka waktu

yang lebih singkat dibanding teman-temannya.

5. Kesulitan Belajar

a. Pengertian Kesulitan Belajar

Pada umumnya, kesulitan merupakan suatu kondisi tertentu yang

ditandai dengan adanya hambatan-hambatan dalam kegiatan mencapai

suatu tujuan, sehingga memerlukan usaha yang lebih berat lagi untuk

dapat mengatasinya. Kesulitan belajar dapat diartikan sebagai suatu

kondisi dalam proses belajar yang ditandai dengan adanya

hambatan-hambatan tertentu dalam mencapai hasil belajar (Tidjan, 1993:78).

Setiap siswa pada prinsipnya tentu berhak memperoleh peluang

untuk mencapai kinerja akademik (academic performance) yang

memuaskan. Namun dari kenyataan sehari-hari tampak jelas bahwa

siswa itu memiliki perbedaan dalam hal kemampuan intelektual,

kemampuan fisik, latar belakang keluarga, kebiasaan, dan pendekatan

belajar yang terkadang sangat mencolok antara seorang siswa dengan

siswa lainnya.

Sementara itu, penyelenggaraan pendidikan di sekolah-sekolah

kita pada umumnya hanya ditujukan kepada para siswa yang

berkemampuan rata-rata, sehingga siswa yang berkemampuan lebih

atau yang berkemampuan kurang terabaikan. Dengan demikian,

siswa-siswa yang berkategori "di luar rata-rata" itu (sangat pintar dan sangat

(43)

28

sesuai dengan kapasitasnya. Dari sini kemudian timbullah apa yang

disebut kesulitan belajar (learning difficulty) yang tidak hanya menimpa

siswa berkemampuan rendah saja, tetapi juga dialami oleh siswa yang

berkemampuan tinggi.

Selain itu, kesulitan belajar juga dapat dialami oleh siswa yang

berkemampuan rata-rata (normal) disebabkan oleh faktor-faktor tertentu

yang menghambat tercapainya kinerja akademik yang sesuai dengan

harapan (Muhibbin Syah, 2012: 183-184).

Menurut Thursan Hakim (2015:22) kesulitan belajar adalah suatu

kondisi yang menimbulkan hambatan dalam proses belajar. Hambatan

itu menyebabkan orang tersebut mengalami kegagalan atau setidaknya

kurang berhasil dalam mencapai tujuan belajar.

Blassic dan Jones (Sugihartono, 2012: 149-150), mengatakan

bahwa kesulitan belajar itu menunjukkan adanya suatu jarak antara

prestasi akademik yang diharapkan dengan prestasi akademik yang

dicapai oleh peserta didik (prestasi aktual). Menurut Blassic dan Jones,

peserta didik yang mengalami kesulitan belajar adalah peserta didik

yang memiliki inteligensi normal, tetapi menunjukkan satu atau

beberapa kekurangan yang penting dalam proses belajar, baik dalam

persepsi, ingatan, perhatian, ataupun dalam fungsi motoriknya. Dengan

kata lain bahwa peserta didik dikatakan mengalami kesulitan belajar

(44)

29

inteligensinya. Dengan demikian kesulitan belajar tidak hanya dialami

oleh peserta didik yang inteligensinya rendah.

b. Faktor-Faktor Kesulitan Belajar

Ada berbagai macam penyebab kesulitan belajar peserta didik.

Menurut Muhibbin Syah (2015:184-185) secara garis besar

faktor-faktor penyebab kesulitan belajar adalah sebagai berikut.

1) Faktor intern siswa, yakni hal-hal atau keadaan yang muncul dari

dalam diri siswa sendiri. Faktor intern siswa meliputi gangguan

atau kekurangmampuan psiko-fisik siswa, yakni:

a) Yang bersifat kognitif (ranah cipta) antara lain seperti

rendahnya kapasitas intelektual/intelegensi siswa.

b) Yang bersifat afektif (ranah rasa) antara lain seperti labilnya

emosi dan sikap.

c) Yang bersifat psikomotor (ranah karsa) antara lain seperti

terganggunya alat-alat indera penglihat dan pendengar.

2) Faktor ekstern siswa, yakni hal-hal atau keadaan yang datang dari

luar diri siswa. Faktor ekstern siswa meliputi semua situasi dan

kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar

siswa. Faktor ini meliputi:

a) Lingkungan keluarga, contohnya: ketidakharmonisan

hubungan ayah dan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi

(45)

30

b) Lingkungan perkampungan/masyarakat, contohnya: wilayah

perkampungan kumuh (slum area), dan teman sepermainan

(peer group) yang nakal.

c) Lingkungan sekolah, contohnya: kondisi dan letak gedung

sekolah yang buruk seperti dekat pasar atau jalan raya, kondisi

guru dan alat-alat belajar yang berkualitas rendah.

B. Kajian Keilmuan

1. Sistem Peredaran Darah pada Manusia a. Darah

Medium transport dari sistem sirkulasi adalah darah. Darah tidak

hanya mengangkut oksigen dan karbon dioksida ke dan dari

jaringan-jaringan dan paru-paru, tetapi juga mengangkut bahan lainnya di

seluruh tubuh. Bahan tersebut meliputi molekul-molekul makanan,

limbah metabolisme, ion-ion dari berbagai macam garam, dan

hormon-hormon. Darah juga berfungsi mengedarkan panas dalam badan

(Kimball, 1983:514).

Darah adalah cairan kental, empat sampai lima kali lebih kental

daripada air, dan karenanya cenderung mengalir lebih lamban daripada

air. Darah di dalam tubuh manusia memiliki suhu yang dipertahankan

pada 37,5o C, mempunyai pH antara 7,35-7,45, dan isotonic pada

0,85% NaCl. Darah merupakan 8% berat total tubuh. Volume total

darah pada pria seberat 70 Kg diperkirakan 5,6 liter. Secara

(46)

31

elemen atau sel-sel darah, dan bagian cair atau plasma tempat sel-sel

darah berada. Bagian berbentuk elemen meliputi eritrosit atau sel darah merah, leukosit atau sel darah putih, dan keping darah atau trombosit

(Soewolo, 2005:197-198)

1) Eritrosit

Eritrosit atau sel darah merah secara mikroskopik nampak

sebagai lempengan bikonkaf dengan rata-rata diameternya 8,1 µm,

ketebalan maksimum 2,7 µm dan ketebalan minimum di bagian

tengah lempengan kira-kira 1,0 µm. Sel darah merah tidak berinti

dan tidak dapat bereproduksi atau melakukan metabolisme

ekstensif. Fungsi dari eritrosit adalah mengangkut oksigen yang

terikat pada hemoglobin (Hb). Walaupun fungsi Hb yang utama

adalah membawa oksigen dan karbondioksida, Hb juga

memerankan bagian penting dalam pengaturan keseimbangan

asam-basa di dalam tubuh (Soewolo, 2005: 200).

Sel darah merah pada orang dewasa dibentuk dari sel-sel

pokok yang terletak dalam sumsum tulang, terutama dalam

tulang-tulang rusuk (costa), tulang dada (sternum), dan tulang-tulang

belakang (vertebra). Pada waktu mula-mula dientuk, SDM

mempunyai sebuah nukleus dan hemoglobin (Hb) tidak terlalu

banyak. Akan tetapi, ketika dewasa, jumlah hemoglobin dalam sel

(47)

32

Jangka hidup sel-sel ini kira-kira 120 hari. Sel-sel darah

merah yang sudah tua akan ditelan oleh sel-sel fagositik. Hilangnya

SDM yang terus-menerus ini secara normal diimbangi oleh aksi

sumsum tulang yang secara tepat mengembalikan jumlah SDM

darah menjadi normal kembali (Kimball, 1983: 516-517).

Ada beberapa fungsi sel darah merah di dalam tubuh

manusia, antara lain:

a) Penghantar Oksigen ke Seluruh Tubuh

Setelah dibentuk, sel darah merah akan menyebar dan

akan mengikat oksigen dari paru-paru untuk diedarkan ke

seluruh jaringan tubuh dan mengikat karbon dioksida dari

jaringan tubuh untuk dikeluarkan melalui paru-paru. Pengikatan

oksigen dan karbon dioksida ini dikerjakan oleh hemoglobin

yang telah bersenyawa dengan oksigen yang disebut

oksihemoglobin (Koes Irianto, 2014: 160).

b) Penentu Golongan Darah

Selain berfungsi untuk menghantarkan oksigen, sel darah

merah juga berfungsi dalam pembentukan golongan darah pada

manusia. Penggolongan ini ditentukan oleh ada tidaknya antigen

bernama aglutinogen dalam sel darah merah. Ada dua antigen

yang telah dikenali dalam sel darah merah, yaitu antigen A dan

(48)

33

golongan darah A, maka di dalam sel darah merahnya terdapat

antigen A dan plasma darahnya memiliki aglutinin β (anti-B).

c) Menjaga Sistem Kekebalan Tubuh

Ketika sel darah merah mengalami proses lisis oleh

pathogen atau bakteri, maka hemoglobin dalam sel darah merah

akan mengeluarkan radikal bebas yang bisa menghancukan

dinding dan membran sel pathogen, serta membunuh bakteri

yang masuk ke dalam tubuh (Koes Irianto, 2014: 160).

d) Membantu Pelebaran Pembuluh Darah

Sel darah merah akan melepaskan senyawa S-nithrosthiol

saat hemoglobin terdeoksigenasi, sehingga pembuluh darah akan

melebar dan melancarkan arus darah agar darah dapat segera

mengalir ke jaringan tubuh yang kekurangan oksigen (Koes

Irianto, 2014: 160).

2) Leukosit

Tidak seperti eritrosit, leukosit memiliki inti dan tidak

mengandung hemoglobin. Jumlah leukosit berkisar antara

5000-9000 sel per mm3 darah. Ada lima jenis leukosit yang dibedakan

menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah kelompok

(49)

34

bergranula, yaitu netrofil, basofil, dan eosinofil(Soewolo, 2005: 206-207).

a) Netrofil

Sel netrofil paling banyak dijumpaipada sel darah putih.

Sel golongan ini mewarnai dirinya dengan pewarna netral atau

campuran pewarna asam dan basa serta tampak berwarna ungu.

Netrofil memiliki nucleus yang terdiri dari tiga sampai lima

[image:49.595.262.447.338.486.2]

lobus. Sel-sel ini berukuran sekitar 8 µm dalam keadaan segar.

Gambar 1. Netrofil

(Sumber: Wiwik Handayani, 2008)

Netrofil bersifat fagosit dengan cara masuk ke dalam

jaringan yang terinfeksi. Saat mendekati suatu partikel untuk

difagositosis, sel-sel netrofil mula-mula melekat pada reseptor

yang terdapt pada partikel, kemudian membuat ruangan tertutup

yang berisi partikel-partikel yang sudah difagositosis. Setelah

itu, ruangan ini akan melekuk ke dalam rongga sitoplasma dan

melepaskan diri dengan bagian luar membran sel membentuk

(50)

35

netrofil dapat memfagositosis 5-20 bakteri sebelum sel netrofil

menjadi inaktif dan mati. Netrofil hanya aktif selama 6-20 jam

(Koes Irianto, 2014: 161).

b) Basofil

Basofil memiliki nucleus berbentuk S dan bersifat fagosit.

[image:50.595.264.466.278.458.2]

Basofil melepaskan heparin ke dalam darah.

Gambar 2. Basofil

(Sumber: Wiwik Handayani, 2008)

Heparin adalah mukopolisakarida yang banyak terdapat

dalam hati dan paru. Heparin dapat mencegah pembekuan darah.

Selain itu, basofil juga melepaskan histamin. Histamin adalah

suatu senyawa yang dibebaskan sebagai reaksi terhadap antigen

yang sesuai (Koes Irianto, 2014: 161).

c) Eosinofil

Sel eosinofil berbentuk hampir seperti bola, berukuran 9

(51)

36

terdiri dari dua lobus dan bersifat fagosit dengan daya

[image:51.595.266.453.150.303.2]

fagositosis yang lemah.

Gambar 3. Eosinofil

(Sumber: Wiwik Handayani, 2008)

Eosinofil mempunyai kecenderungan untuk berkumpul

dalam suatu jaringan yang memiliki reaksi alergi. Eosinofil juga

dianggap dapat mendetoksifikasi toksin yang menyebabkan

radang. Eosinofil ini dilepaskan oleh sel basofil atau jaringan

yang rusak. Sel eosinofil hanya sedikit dijumpai pada sel darah

putih (Koes Irianto, 2014: 161).

Kelompok kedua adalah kelompok leukosit yang

sitoplasmanya tidak bergranula, disebut leukosit agranula

(agranulosit). Agranulosit berkembang dari jaringan limfoid dan myeloid. Intinya lebih kurang bulat. Dua jenis leukosit agranula

adalah limfosit dan monosit (Soewolo, 2005: 206-207). a) Limfosit

Limfosit membentuk 25% dari seluruh jumlah sel darah

(52)

37

6-8 µm. Limfosit dibentuk di dalam kelenjar limpa dan sumsum

tulang, sedangkan pada janin dibuat di dalam hati. Terdapat dua

[image:52.595.268.460.166.349.2]

jenis sel limfosit, yaitu limfosit B dan limfosit T.

Gambar 4. Limfosit T (Sumber: Wiwik Handayani, 2008)

Gambar 5. Limfosit B (Sumber: Wiwik Handayani, 2008)

Limfosit yang tetap berada pada sumsum tulang

berkembang menjadi limfosit B. Sedangkan limfosit yang

berasal dari sumsum tulang dan pindah ke timus menjadi

[image:52.595.267.460.394.549.2]
(53)

38

Sebaliknya, limfosit T tidak dapat menghasilkan antibodi (Koes

Irianto, 2014: 161).

b) Monosit

Monosit memiliki satu nukleus besar dan berbentuk bulat

[image:53.595.265.461.242.416.2]

telur atau seperti ginjal.

Gambar 6. Monosit

(Sumber: Wiwik Handayani, 2008)

Diameter monosit berukuran 9-12 µm. Monosit dapat

berpindah dari aliran darah ke jaringan. Di dalam jaringan,

monosit membesar dan bersifat fagosit menjadi makrofag.

Makrofag ini bersama netrofil merupakan lekosit fagosit utama,

paling efektif, dan berumur panjang (Koes Irianto, 2014: 161).

Sel-sel darah putih (SDP) jumlahnya jauh lebih sedikit

daripada sel-sel darah merah, dengan rasio kira-kira 1:700. Fungsi

umum dari SDP adalah melindungi badan dari infeksi.

(54)

39

membungkusnya secara endositosis partikel-pertikel asing seperti

bakteri yang masuk ke dalam badan(Kimball, 1983: 517).

3) Trombosit

Keping-keping darah adalah fragmen sel-sel yang dihasilkan

oleh sel-sel besar (megakariosit) dalam sumsum tulang. Keping-keping darah berbentuk seperti cakra dan jauh lebih kecil (2 µm)

daripada SDM. Secara normal, dalam setiap mm3 darah terdapat

antara 150.000-400.000 keping-keping darah. Sel-sel ini sangat

penting dalam proses pembekuan darah(Kimball, 1983: 518).

Ada sejumlah invaginasi membran keping darah yang

membentuk saluran menjorok jauh ke bagian dalam sel. Ini

menambah permukaan reaktif keping darah dan memudahkan

pengambilan serta sekresi substansi oleh keping darah. Suatu

kerangka sel dari mikrotubula melingkar terletak tepat di dalam

membrane keping darah, yang memudahkan untuk

mempertahankan bentuk normal lempeng keping darah (Soewolo,

2005: 219).

Megakariosit berkembang dalam sumsum tulang dari sel

batang hemositoblas. Megakariosit adalah sel-sel besar dengan

diameter mencapai 80 µm, yang dapat pecah menjadi beberapa

keping. Fragmentasi ini akibat dari beberapa invaginasi membran

(55)

40

bagian-bagian ini memisah, masing-masing adalah keping darah

baru. Keping darah hanya berumur pendek, kira-kira 10 hari, sebab

keping darah digunakan dalam proses pembekuan darah dan sangat

mudah mengadakan aktivitas metabolik (Soewolo, 2005: 220).

b. Mekanisme pembekuan darah

Bila suatu pembuluh darah rusak (luka), darah bersentuhan

dengan serabut-serabut kolagen dalam dinding pembuluh darah. Keping

darah melekat pada kolagen, semakin lama semakin banyak. Kurang

dari satu menit, keping darah menutup daerah yang rusak tersebut.

Selanjutnya, terjadilah proses pembekuan darah. Thrombin muncul dan

mengubah fibrinogen menjadi fibrin. Molekul-molekul fibrin

berpolimerasi membentuk benang kuat tak larut yang membantu dan

memperkuat penumpukan keping darah (Soewolo, 2005: 220).

Secara sederhana, proses pembekuan darah dapat digambarkan

[image:55.595.196.488.535.670.2]

dalam bagan berikut.

Gambar 7. Skema Pembekuan Darah

(56)

41

Untuk menghasilkan proses pembekuan darah, diperlukan dua

belas faktor, yaitu:

I : Fibrinogen (pembentuk fibrin)

II : Protrombin (mengaktifkan fibrin, faktor V, VII, XIII)

III : Faktor jaringan (mengaktifkan faktor VII, tromboplastin

jaringan)

IV : Ion kalsium (sebagai kofaktor)

V : Proaselerin (kofaktor faktor Xa)

VI : Prokonvertin (mengaktifkan faktor X)

VII : Faktor anti haemofilik (kofaktor faktor Xa)

VIII : Faktor ckristimas, mengaktifkan faktor X (komponen

tromboplastin plasma)

IX : Faktor stuart (mengaktifkan protrombin)

X : Anteseden atau tromboplastin plasma (mengaktifkan faktor IX)

XI : Faktor Hogeman (mengaktifkan faktor XI)

XII : Faktor penstabil fibrin

(Koes Irianto, 2014: 164)

c. Golongan darah

Golongan darah ABO didasarkan pada dua aglutinogen, yang

disimbolkan dengan huruf A dan B. Seseorang yang eritrositnya

membuat aglutinogen A saja, dimasukkan ke dalam golongan darah A,

yang eritrositnya membuat aglutinogen B saja dimasukkan ke dalam

(57)

42

Adan B adalah golongan darah AB. Individu yang eritrositnya tidak

membuat aglutinogen adalah golongan darah O (dibaca nol). Plasma

darah orang yang bergolongan A, B, dan O berisi antibodi tertentu yang

disebut aglutinin. Antibodi a (anti A) yang mengikat aglutinogen A,

dan antibodi b (anti B) yang mengikat aglutinogen B. Individu-individu

tidak mempunyai antibodi yang menyerang antigen dari eritrositnya

sendiri. Misalnya, seseorang bergolongan darah A tidak mempunyai

antibodi a (anti A). Tetapi semua orang mempunyai antibodi melawan

aglutinogen yang mereka sendiri tidak membuatnya (Soewolo, 2005:

224).

Pada tahun 1900, seorang dokter dari Austria bernama Karl Landsteiner menemukan perbedaan antigen dan antibodi yang dikandung dalam darah manusia. Atas dasar inilah kemudian ia

membagi golongan darah menjadi empat golongan, yaitu golongan

darah A, golongan darah B, golongan darah AB, dan golongan darah O.

Secara ringkas dapat dilihat perbedaannya dalam tabel berikut.

Tabel 2. Golongan Darah dan Unsur Pokok Aglutinogen Serta Aglutinin

Golongan Darah Aglutinogen Aglutinin

O - α (anti-A) dan β (anti-B)

A A β (anti-B)

B B α (anti-A)

AB Adan B -

[image:57.595.164.509.588.703.2]
(58)

43

Selain huruf yang disematkan sebagai label golongan darah, ada

juga sistem Rhesus (Rh) yang menyertai golongan darah tersebut.

Secara umum, protein Rh dibagi ke dalam dua kategori, yakni positif

(+) dan negatif (-). Status Rh menggambarkan adanya partikel protein

di dalam sel darah merah. Seseorang yang memiliki Rh negatif berarti

kekurangan faktor protein, sementara Rh positif berarti mempunyai

protein yang cukup. Tidak berbeda dengan golongan darah, Rh juga

terdiri dari kombinasi-kombinasi tertentu, seperti tersaji dalam tabel

[image:58.595.146.527.361.536.2]

berikut.

Tabel 3. Pewarisan Rhesus

Rh Orangtua Kemungkinan

Kombinasi Alel Kemungkinan Rh Anak

Keduanya + + + & + + + + (positif)

Keduanya + + + & + - + + atau + - (positif)

Keduanya + + - & + - + + atau + - (positif) atau - - (negatif)

Keduanya - - - & - - - - (negatif)

Satu + & Satu - + + & - - + - (positif)

Satu + & Satu - + - & - - + - (positif) atau - - (negatif)

(Koes Irianto, 2014: 171).

d. Tes Golongan Darah

Untuk menguji jenis golongan darah, maka darah yang akan

diperiksa ditetesi dengan serum anti-A, anti-B, dan anti-AB. Penentuan

(59)

44

(aglutinasi) pada darah yang diuji. Secara ringkas dapat dilihat pada

[image:59.595.176.518.160.591.2]

tabel berikut.

Tabel 4. Uji Serum Golongan Darah A, B, AB, dan O

Golongan

Darah Anti-A Anti-B Anti-AB

A

B

AB

O

Keterangan

Tidak menggumpal

Menggumpal

(Koes Irianto, 2014: 171).

e. Transfusi Darah

Mengetahui golongan darah sangat besar manfaatnya, misalnya

untuk menolong orang yang menderita pendarahan, yaitu dengan cara

(60)

45

disebut dengan pindah tuang (transfusi) darah (Koes Irianto, 2014:

175).

Jika dipandang dari donor (pemberi) darah, maka golongan darah

AB dapat memberi darah pada golongan darah AB, golongan darah A

Gambar

Tabel Nilai Thresholds Hasil Analisis QUEST …………….. 182
Tabel 1. Distribusi IQ yang Dikembangkan oleh Wechsler
Gambar 1. Netrofil
Gambar 2. Basofil
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tentu saja kegagalan ini menjadikan perhatian guru untuk mengadakan perubahan (refleksi) cara penyampaian materi yang mudah dicerna oleh siswa. Guru harus mampu

Pendekatan pembelajaran sistemik merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (a) proses pelaksanaan pendekatan sistemik dengan peta konsep (diagram) siklik yang menghubungkan materi asam- basa dengan materi lain yang

Melalui surat ini ijinkan saya meminta waktu sejenak untuk melakukan observasi kepada siswa dan guru penjasorkes dalam rangka menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi (TAS) yang

atau teman. Skor 0 : Siswa tidak memperhatikan penjelasan guru atau teman. 2) Siswa membaca buku/materi akuntansi dari guru. Skor 2 : Siswa membaca buku/materi akuntansi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Faktor yang menyebakan kesulitan belajar siswa kelas XI IPS SMA Negeri 11 Medan dalam mempelajari pelajaran geografi di

Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui lebih dekat faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kesulitan belajar peserta didik, dan usaha-usaha guru bimbingan dan

dipahami oleh siswa. Tahap terakhir adalah memberikan kesimpulan pembelajaran yang sudah dilakukan. Pada kegiatan penutup guru melakukan refleksi dan membimbing