PENGENTASAN KEMISKINAN MENURUT
TAFSIR
FI>
Z}ILA>
L AL-QUR’A>
N
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Memperoleh Gelar Magister Dalam Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir
Oleh: Didik Andriawan NIM. F15213281
PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
ABSTRAK
Judul Tesis: PENGENTASAN KEMISKINAN MENURUT TAFSIR FI> Z}ILA>L
AL-QUR’A>N
Kemiskinan merupakan masalah krusial yang selalu menjadi problem bagi setiap bangsa, tak terkecuali Indonesia. Banyak strategi diupayakan oleh segenap pihak, termasuk pemerintah dan lembaga sosial untuk mengentaskan kemiskinan. Banyaknya upaya tersebut menurut data statistik secara umum menunjukkan hasil yang minim. Oleh karenanya dalam penelitian ini difokuskan pada upaya pengentasan kemiskinan dalam al-Qur’an untuk mencari konsep pemecahan yang relevan. Dalam penelitian ini difokuskan pada dua rumusan masalah, yaitu bagaimana pengungkapan term-term kemiskinan yang termasuk dalam cakupan ayat-ayat miski>n dalam al-Qur’an> dan bagaimana bentuk-bentuk pengentasan kemiskinan yang terkandung dalam term-term miski>n menurut tafsir Fi> Z}ila>l
al-Qur’a>n karya Sayyid Qut}b.
Penelitian ini sepenuhnya berjenis studi kepustakaan (library research). Pendekatan yang digunakan adalah kualitatif. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini berupa: 1) analisis linguistik/kebahasaan; 2) analisis keseluruhan ayat (komprehensif) dan 3) analisis komparatif dengan memahami ayat sebagai satu kesatuan yang utuh dengan ayat lain. Adapun langkah-langkah dalam penelitian ini menggunakan metode penafsiran maud}u>’i> sebagaimana yang ditawarkan oleh Must}afa> Muslim dan ‘Abd al-H}ayy al-Farma>wi, yang secara umum meliputi pemilihan tema, menghimpun ayat, memperhatikan kronologis
nuzu>l, muna>sabah, dan melakukan kajian ayat secara tematik.
Jumlah kata miski>n beserta kata jadiannya dalam al-Qur’an seluruhnya ada 25 bentuk kata. Semuanya tersebar dalam 19 surah. 8 di antaranya termasuk surah makiah dan 17 lainnya ada dalam himpunan surah madaniah. Berdasarkan bentuknya, kata miski>n muncul dalam bentuk mas}dar berupa maskanah dan ism
s}ifah mus}abbahah berupa miski>n dengan variasi tunggal dan jamak. Adapun
konsep al-Qur’an mengenai upaya pengentasan kemiskinan berdasarkan urutan kronologis nuzu>l secara bertahap ada 12 cara, yaitu 1) Penyadaran Umat, 2) Kampanye Menyantuni Orang Miskin, 3) Memberi Santunan Kepada Orang Miskin, 4) Penegakan Hak Orang Miskin, 5) Melindungi Aktifitas Ekonomi Rakyat Miskin, 6) Berbuat Baik Secara Umum, 7) Fidyah Puasa, 8) Infak, 9)
Ghani>mah, 10) Jaminan Waris Keluarga, 11) Kaffa>rah, 12) Zakat.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR ... vi
HALAMAN MOTTO ... vii
DAFTAR ISI ... viii
PEDOMAN TRANSLITERASI ... xi
TABEL KONVERSI NUZU>L ... xii
BAB I: PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah ... 5
C. Rumusan Masalah ... 6
D. Tujuan Penelitian ... 6
E. Kegunaan Penelitian ... 6
F. Kerangka Teori ... 7
G. Penelitian Terdahulu ... 10
H. Metode Penelitian ... 12
I. Langkah-langkah Penelitian ... 15
J. Sistematika Pembahasan ... 18
BAB II: SAYYID QUT}B DAN TAFSIR FI> Z}I>LA>L AL-QUR’A>N\ ... 19
A. Biografi Sayyid Qut}b ... 19
1. Kelahiran dan Lingkungan Keluarga ... 19
2. Karir Intelektual dan Politik ... 20
3. Pemikiran dan Karya-karya ... 22
1. Komposisi Tafsir Fi> Z}i>la>l al-Qur’a>n ... 24
2. Penulisan Tafsir Fi> Z}i>la>l al-Qur’a>n ... 2\4 3. Sistematika Tafsir Fi> Z}i>la>l al-Qur’a>n... 27
C. Komentar Ulama Terhadap Tafsir Fi> Z}i>la>l al-Qur’a>n ... 29
BAB III: AYAT-AYAT KEMISKINAN DALAM AL-QUR’AN ... 33
A. Macam-macam pengungkapan Miski>n dalam Al-Qur’an ... 33
1. Term Miski>n Berdasarkan Bentuknya ... 33
2. Term Miski>n Berdasarkan Urutan Mushaf ... 43
3. Term Miski>n Berdasarkan Kronologis Nuzu>l ... 44
B. Pengertian dan Istilah-istilah yang Identik dengan Miski>n ... 46
1. Pengertian Miski>n ... 46
2. Istilah-istilah yang Identik dengan Miski>n ... 48
3. Hubungan Miski>n dengan Term-term yang Identik ... 57
C. Term-term Sebagai Lawan Miski>n... 59
1. Term Antonim Miski>n... 59
2. Hubungan Miski>n dan Term Lawannya ... 61
D. Tinjauan Kronologis Nuzu>l Ayat-ayat Miski>n ... 62
BAB IV: PENGENTASAN KEMISKINAN MENURUT TAFSIR FI> Z}ILA>L AL-QUR’A>N ... 66
A. Miski>n dan Kandungan Maknanya ... 66
1. Eksistensi Miski>n ... 66
2. Miski>n dan Kandungan Maknanya ... 67
B. Penyebab Miski>n dalam Al-Qur’an ... 69
C. Dampak Miski>n dalam Al-Qur’an ... 76
D. Pengentasan Kemiskinan Dalam Tafsir Fi> Z}ila>l al-Qur’a>n ... 79
1. Penyadaran Umat ... 79
2. Kampanye Menyantuni Orang Miskin ... 85
3. Memberi Santunan Kepada Orang Miskin ... 90
4. Penegakan Hak Orang Miskin ... 96
6. Berbuat Baik Secara Umum ... 101
7. Fidyah Puasa ... 105
8. Infak ... 106
9. Ghani>mah ... 109
10.Jaminan Waris Keluarga ... 111
11.Kaffa>rah ... 112
12.Zakat ... 118
BAB V: PENUTUP ... 123
A. Simpulan ... 123
B. Saran-saran ... 124
DAFTAR PUSTAKA ... 126
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Kemiskinan merupakan masalah krusial yang senantiasa menjadi
problem bagi setiap bangsa. Menurut data The World Bank, jumlah penduduk
miskin dunia adalah 14 persen dari total seluruh jumlah penduduk keseluruhan
pada tahun 2011.1 Itu berarti pada tahun yang sama ada sekitar 980 juta
penduduk yang termasuk golongan miskin dengan indikator pendapatan 1.25 $
per-hari.
Masalah kemiskinan ini juga menjadi problem bagi bangsa Indonesia.
Menurut data World Bank, Indonesia menempati peringkat keempat negara
dengan penduduk miskin di Asean setelah Laos dan menempati peringkat kedua
dengan jumlah penduduk paling miskin setelah Kamboja. Secara global, menurut
data Index Mundi, Indonesia menempati peringkat 135 dari 154 negara termiskin
dunia.2
Menurut data terakhir Badan Pusat Statistik, jumlah penduduk miskin
Indonesia pada bulan Maret tahun 2013 adalah 28 juta lebih dari 250 juta jiwa
atau 11 persen dari seluruh jumlah penduduk Indonesia.3 Hal ini menandakan
sedikit ada penurunan karena pada tahun 2006, terjadi peningkatan jumlah
1 World Bank. “Rasio Angka Kemiskinan menurut pendapatan 1.25 $ per hari”. Dalam
www.data.worldbank.org/topic/poverty diakses pada tanggal 3 Desember 2014 jam 10:41 WIB.
2 Index Mundi. “Population below poverty line”. Dalam www.indexmundi.com. Diakses pada
tanggal 2 Desember 2014 jam 21:11 WIB.
3 Badan Pusat Statistik. Arsip “Jumlah Penduduk Miskin, Persentase Penduduk Miskin dan Garis
2
penduduk miskin yang awalnya berjumlah sekitar 35 pada tahun 2005 juta
menjadi 39 juta di tahun 2006 karena dampak dari kenaikan bahan bakar minyak.
Kemiskinan memiliki banyak dampak negatif pada hampir seluruh aspek
kehidupan manusia, baik aspek moral, sosial, dan kemanusiaan. Menurut
UNICEF, sekitar 22.000 anak meninggal setiap hari karena kemiskinan. Dan
penderitaan mereka tak terjamah di beberapa desa termiskin di dunia, jauh dari
pengawasan dan hati nurani dunia. Menjadi lemah dalam kehidupan membuat
mereka tak terhiraukan bahkan setelah kematian mereka. Sekitar 27-28 % dari
seluruh anak-anak di negara berkembang diperkirakan akan terhambat
pertumbuhan berat badannya. Kedua daerah banyak terjadi hal tersebut adalah
Asia Selatan dan sub-Sahara Afrika.4
Negara-negara di dunia secara kolektif terus-menerus berusaha mencari
solusi dalam masalah kemiskinan ini. Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) melalui
beberapa departemennya seperti Departemen Pangan (FAO, IFAD, WFP) telah
mengadakan program agar masyarakat dunia bisa terbantu dalam menanggulangi
kemiskinan. Di antaranya dalam bentuk pinjaman lunak dan bantuan
kemanusiaan lainnya.
Sejarah membuktikan bahwa efek negatif kemiskinan sangat erat
hubungannya dengan keselamatan jiwa. Al-Qur’an telah menunjukkan bahwa
kemiskinan telah membuat nyawa tak berdosa melayang begitu saja. Di kalangan
4 Pupu Maspupah, “Perbedaan Perhitungan Zakat Berdasarkan Metode Net Income Berbasis
3
orang Arab Jahiliyah, kemiskinan membuat beberapa warga membunuh anaknya
sebagaimana dapat disimpulkan dari ayat berikut:
ﺴ
ﺸ ُﺴد ﺴﺸوﺴأ
ﺒﻮُُـﺸﺴـ
ﺴﺴو
ﺒًﲑِﺴ
ﺎًﺌﺸﻄِ
ﺴنﺎﺴ
ﺸ ُﻬﺴﺸـﺴـ
ﱠنِإ
ﺸ ُ ﺎﱠِإﺴو
ﺸ ُﻬُـُزﺸﺮﺴـ
ُ ﺸﺴﳓ
ﺳﺨ ﺴﺸِإ
ﺴﺔﺴﺸ
Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rezeki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar. (QS. Al-Isra>’ [17}]: Ayat 31).5
Al-Qur’a>n sendiri pada hakikatnya mengandung beberapa ide untuk
memecahkan berbagai persoalan umat itu sendiri antara lain persoalan
kemiskinan. Beberapa bentuk gagasan dalam rancangan memecahkan persoalan
kemiskinan tersebut yang diberikan al-Qur’an adalah bekerja, zakat, sedekah dan
infak. Jadi kalau konsep ini betul-betul dijalankan pasti suatu saat problem
kemiskinan akan tuntas.
Di dalam al-Qur’an telah disinggung konsep tentang pemerataan
kesejahteraan ekonomi sehingga regulasi harta tidak hanya berkisar pada
orang-orang yang kaya saja. Allah berfirman:
ُﱠ ﺒ
ﺴءﺎﺴﻓﺴأ
ﺎﺴ
ِﲔِ ﺎﺴ ﺴﺸﺒﺴو
ﻰﺴﺎﺴﺴﺸﺒﺴو
ﺴﰉﺸﺮُﺸﺒ
يِﺬِﺴو
ِلﻮُ ﱠﺮِﺴو
ِﱠِﺴﻓ
ىﺴﺮُﺸﺒ
ِ ﺸﺴأ
ﺸ ِ
ِِﻮُ ﺴر
ﻰﺴﺴ
ُ ﺎﺴﻬﺴـ
ﺎﺴﺴو
ُوُﺬُ ﺴﻓ
ُلﻮُ ﱠﺮﺒ
ُ ُ ﺎﺴﺴآ
ﺎﺴﺴو
ﺸ ُ ﺸِ
ِءﺎﺴِﺸﻏﺴﺸﻷﺒ
ﺴﺸﲔﺴـ
ًﺔﺴوُد
ﺴنﻮُ ﺴ
ﺴ
ﺸ ﺴ
ِ ِﱠ ﺒ
ِ ﺸﺒﺴو
ﺸ
ﻮُﻬﺴـﺸـﺎﺴﻓ
ُﺸﺴ
ِبﺎﺴِﺸﺒ
ُﺪ ِﺪﺴ
ﺴﱠ ﺒ
ﱠنِإ
ﺴﱠ ﺒ
ﺒﻮُﱠـﺒﺴو
ﺒ
Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah.
5 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Darus Sunnah,
4
Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya. (QS. Al-Hasyr [59]: Ayat 7).6
Walaupun al-Qur’an pada beberapa ayat banyak menyinggung tentang
problem kemiskinan, perlu pembacaan yang benar terhadap al-Qur’an agar
diperoleh konsep yang tepat yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari. Oleh karena itulah penelitian ini berusaha menguak upaya pengentasan
kemiskinan al-Qur’an berdasarkan tafsir Fi> Z}ila>l Al-Qur’a>n karya Sayyid Qut}b.
Pemilihan terhadap tafsir ini didasarkan pada beberapa alasan, diantaranya
adalah:
Pertama, kemiskinan adalah masalah yang erat kaitannya dengan
sosial-ekonomi. Maka pemecahan atas permasalahan ini tentu menggunakan perspektif
sosial yang memadahi. Hal ini cukup sesuai dengan tafsir Fi> Z}ila>l al-Qur’a>n yang
ditulis oleh Sayyid Qut}b yang dikenal sebagai seorang sosialis. Mengutip
pendapat Manna>’ al-Qat}t}a>n yang mengatakan bahwa tafsi>r Fi> Z}ila>l al-Qur’a>n
merupakan karya tafsir yang sangat sempurna dalam menjelaskan kehidupan di
bawah bimbingan al-Qur’an. Tafsir ini memiliki kedudukan tinggi di kalangan
intelektual Islam lantaran kekayaan kandungan pemikiran dan gagasannya,
terutama menyangkut masalah sosial kemasyarakatan, oleh karena itu tafsi>r Fi>
Z}ila>l al-Qur’a>n mutlak diperlukan oleh kaum muslim kontemporer.7
Kedua, sebagai salah satu problem sosial-ekonomi, kemiskinan tentu
memiliki karakteristik yang berbeda dari satu milenium dengan milenium yang
6 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Darus Sunnah,
2002), 545.
7 Manna>’ Khali>l Al-Qat}t}a>n, Maba>hith fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n. (Riya>d: Mans}u>ri> al-As}r
5
lain. Oleh karenanya mendasarkan penelitian ini kepada tafsir Fi> Z}ila>l al-Qur’a>n
adalah pilihan yang cukup bijak karena ia termasuk tafsir kontemporer yang
ditulis pada abad ke-20 sehingga memiliki relevansi yang lebih akurat daripada
tafsir-tafsir yang ditulis pada abad-abad sebelumnya.
Tafsir Fi> Z}ila>l al-Qur’a>n bisa disebut sebagai karya tafsir kontemporer
yang aktual dalam memberikan terapi berbagai persoalan dan menjawab berbagai
tuntutan abad modern ini berdasarkan petunjuk al-Qur’an. Di antara persoalan
dan tuntutan abad modern yang paling menonjol adalah persoalan seputar
pemikiran, ideologi, konsepsi, pembinaan, hukum, budaya, peradaban, politik,
psikologi, spritualisme, ekonomi, dakwah dan pergerakan dalam suatu rumusan
kontemporer sesuai dengan tuntutan zaman. Berbagai persoalan ini, di samping
persoalan-persoalan lainnya, mendapatkan perhatian yang memadai di dalam
tafsir ini. Hal positif lainnya adalah gagasan-gagasan Sayyid Qut}b yang tertuang
di dalam tafsir ini cukup orisinal berdasarkan nash-nash al-Qur’an tanpa
terkontaminasi oleh pemikiran-pemikiran asing, misalnya kontaminasi dari
isra>iliyya>t.
B.Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah
Sesuai uraian latar belakang masalah di atas, maka masalah yang akan
dibahas diidentifikasikan pada hal-hal berikut:
1. Term miski>n dalam al-Qur’an serta beragam bentuk pengungkapannya
2. Penjelasan term-term yang berhubungan dengan term miski>n
6
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penelitian ini dibatasi pada
pengungkapan ayat-ayat miski>n dalam al-Qur’an dan penafsirannya dalam kitab
Fi> Z}ila>l al-Qur’a>n karya Sayyid Qut}b.
C.Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan di atas, maka dalam
penelitian ini akan difokuskan pada dua masalah berikut:
1. Bagaimana pengungkapan term-term kemiskinan yang termasuk dalam
cakupan ayat-ayat miski>n dalam al-Qur’an>?
2. Bagaimana bentuk-bentuk pengentasan kemiskinan yang terkandung
dalam term-term miski>n menurut tafsir Fi> Z}ila>l al-Qur’a>n karya Sayyid
Qut}b?
D.Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini
sebagaimana berikut:
1. Mengetahui pengungkapan term-term kemiskinan yang tercakup dalam
cakupan ayat-ayat miski>n dalam al-Qur’an.
2. Mengetahui bentuk-bentuk pengentasan kemiskinan yang terkandung
dalam term-term miski>n menurut tafsir Fi> Z}ila>l al-Qur’a>n karya Sayyid
Qut}b.
E.Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini di antaranya adalah:
1. Mampu mengetahui pengungkapan term term-term kemiskinan yang
7
dapat mengetahui bentuk-bentuk pengentasan kemiskinan yang
terkandung dalam term-term miski>n menurut tafsir Fi> Z}ila>l al-Qur’a>n
karya Sayyid Qut}b. Dengan demikian masyarakat mampu menangkap
konsep kemiskinan dalam al-Qur’an serta merealisasikannya dalam
tindakan yang nyata.
2. Dengan adanya kajian ini, diharapkan mampu memberi sumbangsih
tentang bagaimana upaya yang tepat dalam rangka pengentasan
kemiskinan sesuai dengan tuntunan al-Qur’an.
3. Dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu memperkaya khazanah
keilmuan tafsir dan memberikan manfaat untuk penelitian serupa.
F. Kerangka Teori
Salah satu generalisasi (anggapan sederhana) yang terbilang paling valid
mengenai penduduk miskin adalah bahwasannya mereka pada umumnya
bertempat tinggal di daerah-daerah pedesaan, dengan mata pencaharian pokok di
bidang pertanian dan kegiatan-kegiatan lainnya yang erat hubungannya dengan
sektor ekonomi tradisional.8 Mereka adalah orang-orang yang hidup dengan
pemasukan yang kurang dari standar kebutuhan hidup.
Salah satu penyebab kemiskinan menurut Michael P. Todaro adalah
tidak adanya kemampuan untuk mengontrol sumber daya yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan dasar.9 Menurut Revrison Baswir, penyebab kemiskinan
dibagi menjadi tiga, yaitu: Pertama, kemiskinan natural, adalah keadaan miskin
8 Michael P. Todaro, Stephen C. Smith, Economic Development, (United Kingdom: Addison
Wisley, 2012), 236.
8
karena dari awalnya memang miskin. Kelompok masyarakat tersebut menjadi
miskin karena tidak memiliki sumberdaya yang memadai baik sumberdaya alam,
sumberdaya manusia maupun sumberdaya pembangunan, atau kalaupun mereka
ikut serta dalam pembangunan, mereka hanya mendapat imbalan pendapatan yang
rendah. Kemiskinan natural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-faktor
alamiah seperti karena cacat, sakit, usia lanjut atau karena bencana alam.
Kedua, Kemiskinan kultural, yang mengacu pada sikap hidup seseorang
atau kelompok masyarakat yang disebabkan oleh gaya hidup, kebiasaan hidup dan
budaya dimana mereka merasa hidup berkecukupan dan tidak merasa kekurangan.
Kelompok masyarakat seperti ini tidak mudah untuk diajak berpartisipasi dalam
pembangunan, tidak mau berusaha untuk memperbaiki dan merubah tingkat
kehidupannya. Akibatnya tingkat pendapatan mereka rendah menurut ukuran yang
dipakai secara umum.
Ketiga, Kemiskinan struktural, merupakan kemiskinan yang disebabkan
oleh faktor-faktor buatan manusia seperti kebijakan ekonomi yang tidak adil,
distribusi aset produksi yang tidak merata, korupsi dan kolusi serta tatanan
ekonomi dunia yang cenderung menguntungkan kelompok masyarakat tertentu.10
Dilihat dari macamnya, Lincolin Arsyad membedakan kemiskinan
menjadi dua macam, yaitu: Pertama, Kemiskinan Absolut, yang diartikan sebagai
suatu keadaan dimana tingkat pendapatan dari seseorang tidak mencukupi untuk
memenuhi kebutuhan pokoknya seperti sandang, pangan, pemukiman, kesehatan
dan pendidikan. Ukuran ini dikaitkan dengan batasan pada kebutuhan pokok atas
9
kebutuhan dasar minimum yang memungkinkan seseorang dapat hidup secara
layak. Seseorang yang mempunyai pendapatan di bawah kebutuhan minimum,
maka orang tersebut dikatakan miskin.
Kedua, Kemiskinan Relatif, yang berkaitan dengan distribusi
pendapatan yang mengukur ketidakmerataan. Dalam kemiskinan relatif ini,
seseorang yang telah mampu memenuhi kebutuhan minimumnya belum tentu
disebut tidak miskin. Kondisi seseorang atau keluarga apabila dibandingkan
dengan masyarakat sekitarnya mempunyai pendapatan yang lebih rendah, maka
orang atau keluarga tersebut berada dalam keadaan miskin. Dengan kata lain,
kemiskinan ditentukan oleh keadaan sekitarnya dimana orang tersebut tinggal.11
Dalam menanggulangi kemiskinan, muncul beragam teori yang lahir
karena banyaknya perbedaan pandangan mengenai faktor-faktor kemiskinan. Di
antara teori tentang penanggulangan kemiskinan adalah dengan memperhatikan
empat prinsip utama, yaitu: pertama, memperbaiki program perlindungan sosial.
Sasaran prinsip ini adalah masyarakat yang hidup dalam kemiskinan absolut,
cacat, lanjut usia atau mereka yang hidup di daerah terpencil.
Kedua, peningkatan akses pelayanan dasar. Akses pelayanan dasar
seperti pendidikan, kesehatan, air bersih, sanitasi serta pangan dan gizi akan
membantu mengurangi biaya yang harus dikeluarkan oleh kelompok masyarakat
miskin. Di sisi lain peningkatan akses terhadap pelayanan dasar mendorong
peningkatan investasi modal manusia (human capital).
10
Ketiga, upaya memberdayakan penduduk miskin untuk meningkatkan
efektivitas dan keberlanjutan penanggulangan kemiskinan. Dalam upaya
penanggulangan kemiskinan sangat penting untuk tidak memperlakukan
penduduk miskin semata-mata sebagai obyek pembangunan. Upaya untuk
memberdayakan penduduk miskin perlu dilakukan agar penduduk miskin dapat
berupaya keluar dari kemiskinan dan tidak jatuh kembali ke dalam kemiskinan.
Keempat, Pembangunan yang inklusif diartikan sebagai pembangunan
yang mengikutsertakan dan sekaligus memberi manfaat kepada seluruh
masyarakat. Fakta di berbagai negara menunjukkan bahwa kemiskinan hanya
dapat berkurang dalam suatu perekonomian yang tumbuh secara dinamis.
Sebaliknya, pertumbuhan ekonomi yang stagnan hampir bisa dipastikan berujung
pada peningkatan angka kemiskinan. Pertumbuhan harus mampu menciptakan
lapangan kerja produktif dalam jumlah besar. Selanjutnya, diharapkan terdapat
multiplier effect pada peningkatan pendapatan mayoritas penduduk, peningkatan
taraf hidup, dan pengurangan angka kemiskinan.12
G.Penelitian Terdahulu
Sejauh penelusuran penulis, ada beberapa tulisan ilmiah yang secara
khusus mengkaji perihal kemiskinan dalam perspektif al-Qur’an. Diantaranya
adalah tulisan Budihardjo yang berjudul “Kemiskinan Dalam Perspektif
Al-Qur’a>n” yang meneliti tentang terminologi miskin dalam al-Qur’a>n dan
12 Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K), Panduan Penanggulangan
11
bagaimana solusi pemecahannya.13 Penelitian ini tidak berdasarkan pada
perspektif dari seorang mufassir tertentu.
Karya disertasi Abad Badruzzaman berjudul “Mustad}’afi>n dalam
Perspektif al-Qur’a>n: Beberapa Landasan Normatif bagi Pembebasan
Mustad}’afin dalam Bidang Ekonomi” memfokuskan penelitian pada orang-orang
yang ditindas oleh yang kuat karena kemiskinan dan kesederhanaannya. Dalam
disertasi tersebut dijelaskan bahwa ada dua jenis ayat tentang Mustad}’afi>n, yaitu
ayat dalam fase Makiah dan Madaniah. Kedua ayat tersebut memberikan sikap
yang berbeda dalam menanggapi Mustad}’afin, yaitu sebagai peneguh hati ketika
dalam fase Makiah dan melawan secara fisik pada fase Madaniah.14
Tulisan berjudul “Kemiskinan dalam Al-Qur’a>n (Perspektif Yu>suf
Al-Qard}a>wi>)” dalam Antologi Kajian Islam seri 25, sesuai judulnya mengungkapkan
bagaimana konsep kemiskinan al-Qur’an menurut Yu>suf al-Qard}a>wi>. Secara
singkat Yu>suf al-Qard}a>wi> menyebutkan bahwa penyebab kemiskinan di
antaranya adalah karena rendahnya pendidikan, kurang percaya diri atas
kemampuan diri sendiri dan eksploitasi alam tanpa batas. Sedangkan upaya
pemecahannya adalah bekerja, jaminan sanak famili, zakat, jaminan bayt al-ma>l,
kewajiban di luar zakat dan sedehak.15
13 Budihardjo, “Kemiskinan Dalam Perspektif Al-Qur’an”, Hermeneia, (Jurnal Kajian Islam
Interdisipliner, Vol. 6. No. 2, Juli-Desember 2007), 279.
14 Abad Badruzzaman, “Mustad}’afin dalam Perspektif Al-Qur’an: Beberapa Landasan Normatif
bagi Pembebasan Mustadh’afin dalam Bidang Ekonomi”, (Disertasi Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta: 2007), 92.
15 PPs IAIN Sunan Ampel, Antologi Kajian Islam, (Surabaya: Pascasarjana UIN Sunan Ampel
12
Dari sekian karya ilmiah yang ada, belum ada tulisan yang secara khusus
mengungkapkan bagaimana upaya pengentasan kemiskinan dalam al-Qur’an
menurut Sayyid Qut}b.
H.Metode Penelitian
Model penelitian ini adalah sepenuhnya berupa studi kepustakaan
(library research), dalam arti bahwa data-data yang diteliti berupa bahan-bahan
kepustakaan, khususnya yang terkait dengan penafsiran Sayyid Qut}b terhadap
ayat-ayat bertemakan kemiskinan.
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini dilihat dari pendekatan merupakan penelitian dengan
jenis kualitatif. Penelitian dengan pendekatan kualitatif pada umumnya
menekankan analisis proses dari proses berfikir secara deduktif dan induktif yang
berkaitan dengan dinamika hubungan antar fenomena yang diamati, dan
senantiasa menggunakan logika ilmiah. Penelitian kualitatif tidak berarti tanpa
menggunakan dukungan dari data kuantitatif, akan tetapi lebih ditekankan pada
kedalaman berfikir formal dari peneliti dalam menjawab permasalahan yang
dihadapi.16
2. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data
a.Sumber Data
Menurut Bagja Waluya data dibagi menjadi dua, yaitu data
primer dan data sekunder. Data primer adalah data atau keterangan yang
diperoleh peneliti secara langsung dari sumbernya. Sedangkan data
13
sekunder adalah keterangan yang diperoleh dari pihak kedua, berupa
catatan seperti buku, laporan, buletin dan majalah yang sifatnya
dokumentasi.17
Berdasarkan hal tersebut, dalam penelitian ini, jenis data terbagi
menjadi dua, yaitu (1) data primer yang berisi sumber utama dalam
penelitian, meliputi: Al-Qur’a>n Al-Kari>m dan tafsi>r Fi> Z}ila>l al-Qur’an
untuk membahas tema pokok dan tentang kitab Fi> Z}ila>l al-Qur’an.
Sumber data sekunder dalam penelitian ini di antaranya adalah
segala jenis tulisan yang relevan dengan tema penelitian baik berupa
jurnal, artikel dan lain sebagainya yang membahas obyek kajian yang
dikaji. Sumber data sekunder berfungsi untuk melengkapi sumber data
primer, meliputi: Al-‘Ada>lah al-Ijtima>’iyyah fi> al-Isla>m karya Sayyid
Qut}b, beserta kitab-kitab tafsir seperti Tafsi>r al-Baya>n fi> Tafsi>r al-Qur’a>n,
karya Ibnu Jari>r al-T}aba>ri>, Tafsir al-Qur’a>n al-‘Az}i>m karya Isma>’i>l ibn
Kathi>r al-Quraishi>, al-Mi>za>n fi> Tafsi>r al-Qur’a>n karya Muhammad Husain
al-T}abat}aba>’i. Penyebutan kitab-kitab tafsir tersebut tidak
mengindikasikan bahwa kitab tafsir lain tidak digunakan.
Untuk memudahkan pelacakan ayat-ayat al-Qur’a>n
dipergunakanlah kitab Fath} al-Rahman karya Faid} Alla>h al-H}usaini
al-Muqaddasi> dan al-Mu’jam al-Mufahras li Alfa>z} al-Qur’a>n al-Kari>m karya
Muhammad Fuad ‘Abd al-Ba>qi>. Kitab Al-Mufrada>t fi> Ghari>b al-Qur’a>n
17 Bagja Waluya, Sosiologi: Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat, (Bandung: PT. Setia
14
karya al-Raghib al-As}faha>ni> yang pada umumnya digunakan menjadi
rujukan para penafsir, akan digunakan pula sebagai alat bantu untuk
menganalisis makna kata dan term tertentu dari ayat-ayat al-Qur’a>n. Agar
pembahasan mengenai kata dan term lebih lengkap, maka
dipergunakanlah Lisa>n al-‘Arab karya Ibn Manz}u>r al-Ans}a>ri>.
Untuk meninjau perihal urutan kronologis nuzu>l surah-surah
dalam al-Qur’a>n, digunakanlah al-Tafsir> al-Hadi>th: Al-Suwar Murattaba>t
H}asb Nuzu>l. Kitab al-Mu’jam al-Mufahras li Alfa>z} al-Qur’a>n al-Kari>m
karya Muhammad Fuad ‘Abd al-Ba>qi> juga dipergunakan sebagai
perbandingan untuk melihat satuan makiah maupun madaniah ayat.
b. Teknik Pengumpulan Data
Teknik penggalian data dalam penelitian ini menggunakan teknik
kepustakaan (Library Research) yakni suatu metode yang dilakukan
dengan mengumpulkan data-data dan bahan-bahan penulisan yang
diambil dari buku-buku yang berkaitan dengan masalah-masalah yang
akan dibahas. Adapun cara kerjanya adalah dengan memeriksa kembali
semua data yang diperoleh, kemudian disusun dengan sistematis dalam
kerangka dan paparan yang sudah direncanakan. Selanjutnya dilakukan
analisis dengan menggunakan kaidah, dalil, teori dan sebagainya sehingga
diperolehlah kesimpulan yang teruji validitasnya.
3. Teknik Analisis
Dalam penelitian ini penulis menganalisis data dengan menggunakan
15
seluruh ayat al-Qur’a>n yang memiliki relevansi dengan topik yang dibahas serta
menyusunnya secara kronologis. Langkah selanjutnya adalah dengan memberikan
keterangan serta mengambil kesimpulan. Dalam beberapa pembahasan
diperlukan analisis sejarah untuk mengungkap biografi Sayyid Qut}b.
Secara singkat, peta analisis dalam pembahasan karya ilmiah ini adalah:
(1) analisis linguistik/kebahasaan. Hal ini berguna untuk menganalisis ayat dalam
rangka memahami kerangka dasar makna tentang miskin yang muncul dalam
beragam istilah. (2) analisis keseluruhan ayat, dengan memfokuskan pembahasan
pada satu ayat sebagai satu kesatuan tema yang utuh sesuai dengan sistematika
turunnya ayat. (3) analisis komparatif dengan memahami ayat sebagai satu
kesatuan yang utuh dengan ayat lain. Artinya dalam memahami sebuah ayat
dihubungkan pula dengan pemahaman ayat-ayat lain yang saling berkaitan dalam
satu tema.
I. Langkah-langkah Penelitian
Penelitian ini mengadopsi langkah-langkah penafsiran maud}u>’i>
sebagaimana yang ditawarkan oleh Must}afa> Muslim18 sebagaimana berikut:
1. Menetapkan judul yang dibahas. Dalam penelitian ini telah ditetapkan judul
berupa “Upaya Pengentasan Kemiskinan Dalam Al-Qur’an: Penafsiran
Tentang Ayat Miski>n Dalam Tafsir Fi> Z}ila>l Al-Qur’a>n Karya Sayyid Qut}b”.
Berdasarkan judul, penelitian ini fokus pada kajian ayat-ayat miski>n, yang
bermuara pada upaya pengentasan kemiskinan al-Qur’an dalam tafsir Fi> Z}ila>l
Al-Qur’a>n.
16
2. Mengumpulkan ayat al-Qur’an yang berhubungan dengan tema atau
ayat-ayat yang identik dengan tema. Adapun tema dalam penelitian ini adalah
kemiskinan. Maka penelusuran ayat al-Qur’an menggunakan kata miski>n dan
kata-kata yang identik dengannya seperti, faqi>r, imla>q, ‘a>il, ada juga istilah
yang merujuk pada pengertian miski>n, yaitu qadara alaihi rizqahu.
3. Menertibkan ayat-ayat yang telah dikumpulkan berdasarkan tertib nuzu>l.
Dengan demikian ayat-ayat tentang miski>n diurutkan berdasarkan klasifikasi
kronologis nuzu>l berupa makiah maupun madaniah.
4. Melakukan identifikasi menyeluruh terhadap ayat dengan merujuk pada
kitab-kitab tafsir serta menyelami aspek kronologi nuzu>l jika ada. Melihat
hubungan antar kata dalam kalimat maupun kalimat dalam ayat serta
hubungan antar ayat dalam satu tema yang dibahas.
5. Menetapkan unsur-unsur (poin) dasar pada pembahasan berdasarkan pada
ayat-ayat yang diteliti. Unsur dasar yang lebih pokok dalam cakupan
pembahasan diutamakan dalam skala prioritas dibandingkan dengan
unsur-unsur lain.
6. Dalam menuliskan pemikiran pada pembahasan hendaknya diperhatikan
metode tafsir secara global dan tidak hanya berkutat pada petunjuk kata
secara etimologis. Perlu pertimbangan hadis-hadis nabi dalam membahas
ayat serta menguatkannya dengan pemahaman sahabat. Jika muncul dugaan
17
7. Dalam membahas penelitian hendaknya konsisten terhadap metode analisis
ilmiah. Tema dalam penelitian dibagi menjadi beberapa bab dan dibagi lagi
menjadi beberapa sub-bab yang di dalamnya di bahas unsur-unsur pokok.
8. Sasaran dalam pembahasan meliputi: (1) Memperlihatkan hakikat al-Qur’an
dengan menunjukkan hikmah shar’i,> keindahannya berikut kemampuan
al-Qur’an dalam memenuhi kebutuhan manusia. (2) Mengupayakan
kontekstualisasi hasil penelitian dengan cara menyajikannya dalam bahasa
yang dipahami masyarakat kontemporer dengan menghindari istilah-istilah
rumit dan gaya bahasa yang memberatkan.
Dengan membandingkan metode Mus}tafa> Muslim dengan metode ‘Abd
al-H}ayy al-Farma>wi>, maka langkah tafsir di atas dapat disempurnakan dengan
menambahkan upaya mengkompromikan antara ayat-ayat yang umum dan
khusus, yang mutlak dan muqayyad, atau yang tampaknya bertentangan.
Menjelaskan yang na>sikh dan mansu>kh sehingga semua ayat tersebut bertemu
dalam satu muara tanpa perbedaan dan kontradiksi atau tindakan pemaksaan
terhadap sebagian ayat kepada makna yang sebenarnya tidak tepat.19
19 Secara lengkap, langkah-langkah metode maudhu>’iy yang ditawarkan oleh ‘Abd al-H}ayy
18
J. Sistematika Pembahasan
BAB I: Berisikan Pendahuluan yang terdiri atas latar belakang masalah,
identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika pembahasan.
BAB II: Berisikan pengetahuan mengenai objek penelitian, yaitu tafsir
Fi> Z}ila>l al-Qur’a>n dan pengarangnya, Sayyid Qut}b.
BAB III: Berisi penjabaran ayat-ayat al-Qur’an yang berhubungan
dengan tema kemiskinan, baik ditinjau dari tertib mushaf maupun nuzu>l.
BAB IV: Berisi analisis kemiskinan dalam al-Qur’a>n berdasarkan tafsir
Fi> Z}ila>l al-Qur’a>n, penyebab, dampak serta upaya pengentasannya.
BAB V: Berisi kesimpulan dari seluruh pembahasan dari penelitian yang
telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya, berikut saran-saran yang perlu dan
berkaitan dengan penelitian.
BAB II
SAYYID QUT}
B DAN TAFSIR
FI>
Z}I>
LA>
L AL-QUR’A>
N\
A. Biografi Sayyid Qut}b
1. Kelahiran dan Lingkungan Keluarga
Sayyid Qut}b memiliki nama lengkap Sayyid Qut}b Ibra>hi>m Husain
Sya>zali>. Ia lahir pada tanggal 9 Oktober 1906 di desa Mu>shah, Asyu>t, Mesir,
sekitar 325 kilometer dari Kairo. Ayahnya, Qut}b Ibrahim, adalah seorang pemuka
desa yang memiliki tanah yang luas, meskipun tidak kaya. Ayahnya dikenal
sebagai tuan rumah yang dermawan sehingga seringkali dirinya menggadaikan
tanahnya, bahkan terkadang melepaskan tanahnya kepada para pembeli kredit.
Ayahnya memang terkenal sebagai sosok yang dermawan yang senantiasa
mencukupi kebutuhan keluarga.1
Shalah Abd al-Fatta>h menggambarkan ibu Sayyid Qut}b sebagai seorang
muslimah yang taat dalam menjalankan agama. Sang ibu dikenal sebagai
seseorang yang sabar dan penyantun. Ia biasa memberikan makanan kepada para
fakir miskin dan menjamin suplai konsumsi para pekerja yang mengerjakan tanah
keluarganya. Sang ibu juga banyak menghabiskan waktu untuk mendengarkan
1 S}ala>h ‘Abd Al-Fatta>h Al-Kha>lidi>, Sayyid Qut}b min al-Mi>la>d ila> al-Istisyha>d\ (Damaskus: Da>r
20
bacaan al-Qur’an.2 Teladan keluarga inilah yang banyak memberikan pengaruh
terhadap kepekaan Sayyid Qut}b pada permasalahan sosial-keagamaan.
Ayah Qut}b menikah dua kali dan memiliki satu putra dari isteri pertama.
Isteri kedua, yaitu ibu Qut}b dikaruniai lima keturunan, yaitu dua putra dan tiga
putri. Dua putra diantaranya adalah Sayyid Qut}b dan Muhammad. Sedangkan
tiga putri diantaranya adalah Nafisah, Aminah dan Hamidah.
2. Karir Intelektual dan Politik Sayyid Qut}b
Pergulatan Sayyid Qut}b dengan ilmu pengetahuan sudah dimulainya
sejak usia dini. Pada umur enam tahun, dia masuk ke sekolah Awwaliyah (Pra
Sekolah Dasar) di desanya selama empat tahun. Di Madrasah tersebut, dia
menghafal al-Qur’an dan pelajaran-pelajaran dasar. Pada tahun 1921, dia pindah
ke Kairo untuk meneruskan belajarnya. Kemudian dia melanjutkan ke sekolah
persiapan Da>r al-‘Ulu>m pada 1925. Empat tahun setelah itu, yaitu tahun 1929
Sayyid Qut}b melanjutkan pendidikannya ke Universitas Da>r al-‘Ulu>m dan lulus
dengan gelar License (Lc) di bidang sastra pada tahun 1933.
Setelah lulus dari Universitas Da>r al-‘Ulu>m, Sayyid Qut}b bekerja di
Departemen Pendidikan dengan tugas sebagai tenaga pengajar di sekolah-sekolah
milik Departemen Pendidikan selama enam tahun. Setahun di Suwaif, setahun
lagi di Dimyat, dua tahun di Kairo, dan dua tahun di Madrasah Ibtida’iyah
Halwan yang terletak di daerah pinggiran kota Halwan, yang kemudian menjadi
tempat tinggal Sayyid Qut}b bersama saudara-saudaranya.
21
Setelah menjadi tenaga pengajar, Sayyid Qut}b kemudian menjabat
sebagai fungsionaris pada Menteri Pendidikan Mesir (Wizara>t al-Ma’a>rif) pada
tahun 1949. Pada tahun 1948 hingga tahun 1950, ia berangkat ke Amerika karena
mendapatkan beasiswa untuk sistem pendidikan dengan mendapatkan gelar
master dari The Colorado State College of Education (sekarang menjadi
University of Northern Colorado).3 Setelah menetap di Amerika selama dua
tahun, Qut}b pulang ke Mesir tanggal 20 Agustus 1950 M. Setelah itu ia diangkat
sebagai Asisten Pengawas Riset Kesenian di kantor Mentri Pendidikan. Tanggal
18 Oktober 1952, ia mengajukan permohonan pengunduran diri.
Pada bulan Mei tahun 1955, Sayyid Qut}b menjadi salah satu pemimpin
gerakan Ihwan al-Muslimin yang kemudian ditahan setelah organisasi itu
dilarang oleh Presiden Nasser dengan tuduhan berkomplot untuk menjatukan
pemerintahan Mesir. Pada tanggal 13 Juli 1995, pengadilan rakyat menjatuhkan
hukuman kepadanya berupa kerja keras selama 15 tahun. Qut}b ditahan di
beberapa penjara Mesir hingga sekitar pertengahan tahun 1964. Pada tahun itulah
Qut}b dibebaskan atas permintaan Abdul Salam Arif, presiden Irak yang
mengadakan kunjungan ke Mesir.
Tetapi kebebasannya tidaklah lama. Hanya berselang satu bulan, ia
ditangkap lagi bersama 10 anggota Ikhwa>n al-Muslimi>n beserta 20 ribu orang,
termasuk 700 wanita. Pada tanggal 12 April 1966, Qut}b kembali diadili oleh
pengadilan Militer Mesir dengan tuduhan berupaya melengserkan pemerintahan
Mesir dengan kekerasan melalui karyanya berjudul Ma’a>lim fi al-Tha>riq.
22
Beberapa bulan berselang setelah pengadilan tersebut, pada tahun 21 Agustus
1996, Sayyid Qut}b bersama Abdul Fatah Ismail dan Muhammad Yusuf Hawwasy
dinyatakan bersalah dan dihukum mati. Ia menjalani eksekusi hukuman gantung
pada tanggal 29 Agustus 1966.
3. Pemikiran dan Karya-karya Sayyid Qut}b
Sayyid Qut}b termasuk seorang muslim terpelajar yang produktif dalam
menulis. Di antara karyanya adalah tentang kritik sosial keagamaan berjudul
al-‘Ada>lah al-Ijtima>’iyyah fi al-Isla>m yang dipublikasikan pada tahun 1948. Hingga
kewafatannya, ia terhitung telah meninggalkan karya tulis sebanyak 29 karya
tulis yang berbicara tentang budaya, kritik dan pemikiran Islam, termasuk karya
magnum opusnya, berupa tafsir Fi> Z}ila>l al-Qur’a>n yang dengan karya inilah
Sayyid Qut}b dianggap sebagai seorang mufasir kontemporer dan pembaharu
pemikiran Islam menuju pemikiran yang original.4 ‘Abd al-Fatta>h} al-Kha>lidi
menghitung ada 26 kitab yang dikarang oleh Sayyid Qut}b, yaitu:
1. Muhimmah al-Sya>’ir fi> al-H}ayah
2. Al-Shat}I’ al-Majhu>l
3. Naqd Kita>b Mustaqbal Al-Thaqafah fi Mis}r
4. Al-Tas}wi>r al-Fanny fi al-Qur’a>n
5. Al-At}ya>f Al-Arba’ah
6. T}ifl min al-Qaryah
7. Al-Madi>nah Al-Mas}h>u>rah
23
8. Kutub wa Shakhs}iyya>t
9. Ashwa>k
10. Masha>hid al-Qiya>mah fi Al-Qur’a>n
11. Raudh al-T}ifl
12. Al-Qas}as} al-Di>ni> li At}fa>l
13. Al-Jadi>d fi> al-Lughah al-‘Arabiyyah
14. Al-Jadi>d fi Al-Mahfu>z}a>t
15. Al-Naqd al-Adabi> Us}u>luh wa Mana>hijuh
16. Al-‘Ada>lah Al-Ijtima>iyyah fi> Al-Isla>m
17. Ma’rakah Al-Isla>m wa al-Ra’sama>liyyah
18. Al-Sala>m Al-‘A>lami> wa al-Isla>m
19. Fi> Z}ila>l al-Qur’a>n
20. Dira>sa>t Isla>miyyah
21. Ha>dza> al-Di>n
22. Al-Mustaqbal li Ha>dza> Al-Di>n
23. Khas}a>is} al-Tas}awwur Al-Isla>mi>
24. Ma’a>lim fi> Al-T}ari>q
24
B. Mengenal Tafsir Fi> Z}i>la>l al-Qur’a>n
1. Komposisi Tafsir Fi> Z}i>la>l al-Qur’a>n
Secara keseluruhan, komposisi tafsir Fi> Z}i>la>l al-Qur’a>n karya Sayyid
Qut}b ini ada 6 jilid diterbitkan oleh penerbit Dar al-Shuru>k Kairo yang didirikan
oleh Muhammad al-Mu’allim. Adapun kitab yang digunakan dalam penelitian ini
merupakan cetakan ke-32 yang terbit pada tahun 2003. Secara terperinci, jilid
pertama memuat tafsir al-Qur’an juz 1 sampai 4. Jilid kedua memuat juz 5
sampai 7. Jilid ketiga memuat juz 8-11. Jilid keempat memuat juz 12 sampai 18.
Jilid kelima memuat juz 19 sampai 25. Jilid keenam memuat juz 26 hingga 30.
Dalam cetakan tersebut, sistematika kitab terdiri dari pembukaan yang
ditulis oleh Sayyid Qut}b, yang berisi tentang nikmatnya hidup dalam naungan
al-Qur’an, sebagaimana judul kitab tersebut. Pada juz-juz selanjutnya, kata
pembuka ini tidak dicantumkan ulang. Hanya disertakan pembukaan surah
al-Qur’an yang akan ditafsirkan pada juz tersebut.
2. Penulisan Tafsir Fi> Z}i>la>l al-Qur’a>n
Fi> Z}ila>l al-Qur’a>n termasuk karya Sayyid Qut}b yang paling populer.
Kitab tafsir ini menjelaskan seluruh al-Qur’an sesuai dengan urutan mushaf
lengkap 30 juz. Shalah Abd Al-Fatta>h Al-Kha>lidi menuturkan bahwa penyusunan
tafsir ini dilalui dalam empat tahap. Tahap pertama, dimulainya penulisan Z}ila>l
dalam majalah al-Muslimu>n. Pada penghujung tahun 1951, Sa’i>d Ramada>n
menerbitkan majalah al-Muslimu>n dan ia meminta Sayyid Qut}b agar
25
tentang tafsir al-Qur’an dengan judul Fi> Z}ila>l al-Qur’a>n. Episode pertamanya
dimuat dalam majalah al-Muslimu>n pada edisi ketiga yang terbit pada bulan
Februari tahun 1952. Tulisan Qut}b berisi tafsir surah al-Fa>tihah dan dilanjutkan
surah al-Baqarah. Sampai pada edisi ketujuh secara berurutan, Qut}b telah
menulis tafsir hingga surah al-Baqarah ayat 103.5
Tahap kedua, penyusunan Z}ila>l sebelum penangkapan Sayyid Qut}b.
Pada akhir episode ketujuh dari episode-episode Fi> Z}ila>l al-Qur’a>n dalam majalah
Al-Muslimun, Qut}b mengumumkan tentang pemberhentian episode tafsir dalam
majalah karena ia akan menafsirkan al-Qur’an secara utuh dalam kitab tersendiri.
Setiap satu juz al-Qur’an akan menjadi satu juz dalam Z}ila>l. Qut}b berencana
untuk mempublikasikannya satu juz dalam tiap dua bulan. Kemudian juz pertama
Z}ila>l al-Qur’an muncul pada bulan Oktoer tahun 1952 diterbitkan oleh Da>r Ih}ya>’
al-‘Arabiyyah Kairo. Qut}b telah memenuhi janjinya pada para pembaca. Ia pun
konsisten mempublikasikan setiap juz Z}ila>l dalam dua bulan sekali. Tahap kedua
ini berlangsung antara bulan oktober tahun 1952 hingga Januari tahun 1954.6
Tahap ketiga, Sayyid Qut}b menyelesaikan Fi> Z}ila>l al-Qur’a>n di dalam
penjara. Sayyid Qut}b mendatangi pengadilan dan ditetapkanlah hukuman penjara
padanya selama 15 tahun. Pada masa awal ia masuk penjara, dirinya tidak
menulis satu pun juz baru dari tafsir Z}ila>l karena parahnya siksaan yang diberikan
kepadanya. Ketika Qut}b menetap di penjarah T}arrah dan siksaan pada dirinya
5 S}ala>h ‘Abd Al-Fatta>h Al-Kha>lidi>, Sayyid Qut}b min al-Mi>la>d ila> al-Istisyha>d (Damaskus: Da>r
al-Qalam, 1994), 545.
26
diberhentikan, dirinya dirawat di rumah sakit penjara T}arrah karena luka yang
parah. Pada saat itu ia kembali menyempurnakan tafsir Z}ila>l.
Allah telah memudahkan Sayyid Qut}b untuk menuliskan tafsirnya di
penjara. Peraturan penjara melarang para tahanan untuk mengarang tulisan,
begitu pula memiliki buku di penjara. Barang siapa yang diketahui melanggar
peraturan tersebut akan mendapatkan sangsi. Akan tetapi peraturan ini tidak
berlaku kepada Qut}b karena suatu alasan. Dirinya telah membuat kesepakatan
dengan penerbit Da>r Ih}ya>’ al-‘Arabiyyah untuk menulis tafsir al-Qur’an secara
keseluruhan. Ketika otoritas setempat melarang Qut}b untuk menulis di penjara,
penerbit tersebut mengajukan keberatan di pengadilan dan menuntut lembaga
yang melarang Qut}b untuk menulis di penjara dengan denda sebesar 1000
poundsterling sebagai ganti kerugian yang disebabkan pelarangan tersebut. Pihak
penjara pun memilih untuk membolehkan Sayyid Qut}b menulis di penjara.7
Tahap keempat, penerbitan edisi revisi. Cetakan pertama tafsir Fi> Z}ila>l
al-Qur’a>n yang telah diterbitkan menurut Sayyid Qut}b belum menampung semua
kekhawatirannya mengenai penjelasan ayat, model deskripsi, dan permasalahan
metodologi. Ia mendapatkan umur panjang di penjara bersama al-Qur’an,
pergulatan dengan pemikiran kontemporer yang berkesinambungan, cobaan yang
bertubi-tubi sebagaimana yang telah dialami oleh anggota Ikhwa>n al-Muslimi>n.
Pemikirannya semakin matang dalam merumuskan metodologi pergerakan Islam,
dakwah, pendidikan, reformasi, jihad, dan evolusi.
27
Berlandaskan hal tersebut, Sayyid Qut}b menafsirkan sepertiga akhir
al-Qur’an menggunakan karakteristik pergerakan dalam al-al-Qur’an (al-t}abi>’ah
al-h}arakiyyah li al-Qur’a>n). Dengan demikian, bagian sepertiga akhir tafsir Fi> Z}ila>l
al-Qur’a>n cenderung mengerucut pada pemikiran Sayyid Qut}b yang bernuansa
pergerakan baru. Dirinya pun terdorong untuk kembali menafsirkan al-Qur’an
berlandaskan metode ini agar muncul makna yang baru. Edisi revisi Fi> Z}ila>l
al-Qur’a>n juz pertama dipublikasikan pada tahun 1960 oleh penerbit yang sama, Da>r
Ih}ya>’ al-Kutub al-‘Arabiyyah.8
3. Sistematika Tafsir Fi> Z}i>la>l al-Qur’a>n
Perenungan Sayyid Qut}b terhadap al-Qur’an dan upaya penafsiran
terhadapnya menurut S}ala>h ‘Abd al-Fatta>h} al-Kha>lidi> tidak terlepas dari motif
dan kecemasan Sayyid Qut}b atas tiga hal. Pertama, perhatian Sayyid Qut}b
terhadap kajian sastra yang senantiasa melingkupi kehidupannya. Kedua,
perhatian Sayyid Qut}b terhadap kajian pemikiran. Setelah merasa matang fokus
terhadap kajian sastra, Qut}b pun menyibukkan diri dengan persoalan pemikiran
dan reformasi Islam hingga ia masuk ke dalam penjara pada tahun 1954. Ketiga,
ketertarikan Qut}b terhadap problem pergerakan, dakwah dan perjuangan yang
mendarah daging sepanjang hidupnya saat berada dalam penjara. Semangat
perjuangan ini terus bersamanya hingga ia merasakan kebebasan sejenak, dan
masuk penjara lagi, kemudian sampai ia mati syahid.9
8 S}ala>h ‘Abd Al-Fatta>h Al-Kha>lidi>, Sayyid Qut}b min al-Mi>la>d, 547.
9 S}ala>h ‘Abd al-Fatta>h} al-Kha>lidi, Al-Manha>j al-H}araky fi> Z}ila>l al-Qur’a>n (Oman: Da>r ‘Amma>r,
28
Berdasarkan pengamatan itulah S}ala>h ‘Abd Al-Fatta>h memetakan
metode Sayyid Qut}b dalam studi al-Qur’an dan penafsiran terhadapnya berkutat
pada tiga fase. Fase pertama, penggunaan metode global. Qut}b menggunakan
metode global sebagai kunci untuk membuka gerbang al-Qur’an secara global.
Fase kedua, metode pemikiran. Qut}b menelaah al-Qur’an cenderung
menggunakan pemikiran logis dan akal. Fase ketiga, metode pergerakan. Qut}b
menggunakan metode pergerakan ini untuk membuka petunjuk al-Qur’an yang
bernuansa pergerakan.10
Manna>’ al-Qat}t}a>n mengulas tentang langkah Sayyid Qut}b dalam
menuliskan Z}ila>l, bahwa Qut}b memberikan prolog pada surah, menghubungkan
tiap bagian surah, menjelaskan maksud dan tujuan surah, lalu melakukan tafsir.
Ia mengutip riwayat sahih dan menolak pembahasan tentang aspek bahasa
dengan mencukupkan pada aspek i’tibar. Qut}b kemudian fokus kepada aspek
penanaman kesadaran, meluruskan pemahaman dan menghubungkan Islam
dengan kehidupan.11
Dilihat dari aspek sumber, Fi> Z}ila>l al-Qur’a>n dapat dikategorikan
sebagai tafsir dengan metode prioritas (al-T}ari>qah al-Muthla>) yang menafsirkan
al-Qur’a>n dengan bersumber pada al-Qur’an, sunah, merujuk kepada penuturan
sahabat dan melihat pada cakupan ayat, memahami secara mendalam dan
mengambil kesimpulan (istinba>t}).12
10 S}ala>h ‘Abd al-Fatta>h} al-Kha>lidi>, Al-Manha>j al-H}araky, 13.
11 Manna>’ al-Qat}t}a>n, Maba>hith fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n (Kairo: Maktabah Wahbah, tth), 363.
12 Dalam buku berjudul Al-Manha>j al-H}araky fi> Z}ila>l al-Qur’a>n, S}ala>h ‘Abd al-Fatta>h} al-Kha>lidi>
29
Dalam aspek sistematika penyusunan, Sayyid Qut}b menjelaskan
deskripsi surah dengan menyebutkan judul surah dan jenis makki atau madani
berikut jumlah ayat. Untuk surah yang pendek seringkali disebutkan secara utuh.
Misalnya al-Fa>tihah. Setelah itu memberi penjelasan secara global deskripsi
surah seperti hubungannya dengan aspek akidah, sastra, atau fikih. Qut}b
melanjutkan dengan penjelasan tiap bagian ayat tertentu dan terkadang
menjelaskan secara sederhana beberapa perbedaan pendapat yang muncul
terhadap penjabaran ayat. Masing-masing pendapat dikuatkan dengan dalil
al-Qur’an maupun hadis serta dijelaskan konteks sabab nuzu>l.
C. Komentar Ulama terhadap Tafsir Fi> Z}i>la>l al-Qur’a>n
Para ulama dan sarjanawan Muslim mempunyai pandangan yang variatif
terhadap tafsir Fi> Z}ila>l al-Qur’a>n ini. Banyak yang mengagumi karya paling
populer Qut}b ini, tetapi tidak sedikit pula yang mengkritik tafsir tersebut. ‘Alwi>
ibn ‘Abd al-Qa>dir al-Saqqa>f misalnya. Ia memberikan kritik pada aspek konten
hadis yang digunakan oleh Qut}b dalam tafsirnya. ‘Alwi> mengatakan bahwa
Sayyid Qut}b bukan termasuk pakar bidang hadis, dimana mengetahui hadis sahih
dan daif sangat urgen dalam menafsirkan al-Qur’an. Qut}b pun banyak mengutip
30
hadis yang berkapasitas sahih, daif, bahkan ia juga mengutip hadis yang tidak ada
dasarnya.13
Abdullah Muhammad bin al-Duwaisy memberikan kritik terhadap tafsir
Z}ila>l pada aspek pertimbangan akidah Ahl al-Sunnah wa al-Jama>’ah. Dalam
bukunya berjudul al-Maurid al-Zula>l fi> al-Tanbi>h ‘ala> akhtha>I tafsi>r al-Zila>l, ia
mengatakan telah menemukan kekeliruan-kekeliruan pada beberapa tempat yang
berhubungan dengan akidah Ahl al-Sunnah wa al-Jama>’ah. Ia pun berinisiatif
untuk menulis buku yang bersifat memberi peringatan mengenai permasalahan
tersebut.14
Contoh kritik yang diberikannya adalah mengenai siksa Allah atas kaum
Yahudi yang melanggar ketentuan hari Sabtu yang kemudian dijadikan kera (QS.
Al-Baqarah [2]: 65). Menurut Sayyid Qut}b, arti kera dalam ayat tersebut
hanyalah sebatas jiwa dan pemikiran saja. Artinya orang-orang yang melanggar
tersebut dirubah jiwanya menjadi seperti kera, bukan pada jasadnya. Menurut
Abdullah Muhammad tidaklah demikian. Arti dari dirubah menjadi kera adalah
makna sebenarnya, yaitu dirubah jasadnya menjadi kera.15
Salah satu sarjanawan Muslim yang paling intens mengkritik tafsir Fi>
Z}ila>l al-Qur’a>n adalah Rabi>’ ibn Ha>di> ‘Ami>r al-Madkhali>. Ia menulis beberapa
buku yang secara khusus membahas tentang Sayyid Qut}b dan pemikirannya.
13 ‘Alwi> ibn ‘Abd al-Qa>dir al-Saqqa>f, Takhri>j Aha>di>ts wa Atsa>r Kita>b fi Zila>l al-Qur’a>n li Sayyid
Qut}b, (Riya>d: Da>r al-Hijriyyah), 1995, 7-8.
14 Abdullah Muhammad bin al-Duwaisy, Al-Maurid al-Zula>l fi> al-Tanbi>h ‘ala> Akhtha>’ Tafsi>r
Al-Zila>l, 5.
31
Dalam bukunya yang berjudul Mat}a>’an Sayyid Qut}b fi> As}h}a>bi Rasu>lillah S}alla>
alla>h ‘Alaih wa Sallam, Rabi>’ ibn Ha>di> menuding bahwa Z}ila>l merupakan bentuk
bid’ah yang spektakuler.16 Lebih spesifik lagi dalam bukunya berjudul Ad}wa>’
Isla>miyyah ‘ala> ‘aqi>dat sayyid qut}b wa fikrih, Rabi>’ ibn Ha>di> mencontohkan
pendapat yang menurutnya salah bahwa Sayyid Qut}b memandang Arsy Allah
hanyalah simbol belaka, bukan sesuatu yang faktual. Ia mengutip penjelasan
Qut}b pada surah al-Anbiya>’ ayat 22:
Mereka (orang kafir mendeskripsikan Allah bahwa Dia memiliki partner. Allah Yang Maha Agung, Maha Mengawasi dan Tuhan ‘Arsy menetralisir pemahaman mereka. Adapun ‘Arsy adalah simbol kekuasaan, pengawasan dan keagungan.17
Meskipun banyak para sarjanawan menilai buruk Fi Zilal al-Qur’an,
cukup banyak pula sarjanawan yang memuji karya Sayyid Qut}b ini. Manna>’
al-Qat}t}a>n misalnya yang mengatakan bahwa tafsir Fi Zilal al-Qur’an merupakan
sebuah karya yang sempurna tentang kehidupan di bawah cahaya al-Qur’an dan
petunjuk Islam. Pengarangnya hidup di bawah naungan al-Qur’an yang bijaksana
sebagaimana dapat dipahami dari penamaan terhadap kitabnya. Ia meresapi
keindahan Qur’an dan mampu mengungkapkan perasaannya dengan jujur
sehingga sampai pada kesimpulan bahwa umat manusia dewasa ini sedang berada
16 Rabi>’ ibn Ha>di> ‘Ami>r al-Madkhali, Mat}a>’an Sayyid Qut}b fi> As}h}a>bi Rasu>lillah S}alla> alla>h ‘Alaih
wa Sallam, 28. Rabi>’ ibn Ha>di> memang dikenal keras mengkritik Sayyid Qut}b dan pemikiran Ikhwa>n al-Muslimi>n. Dalam bukunya yang berjudul Al-‘Awa>s}im min ma> fi> Kutub Sayyid Qut}b min al-Qawa>s}im, Rabi>’ ibn Ha>di> mengklaim bahwa Sayyid Qut}b banyak mencela para ulama, pemerintah, memandang ibadah bukan bagian dari misi hidup dan beberapa pandangannya tentang sosialisme. Dalam bukunya yang berjudul Naz}rat Sayyid Qut}b ila> As}h}abi Rasu>lillah S}alla Allah ‘alaih wa sallam Rabi>’ ibn Ha>di mengulas secara panjang lebar tentang pandangan kontroversial Sayyid Qut}b mengenai para sahabat Rasulullah SAW.
32
dalam kesengsaraan yang disebabkan oleh berbagai paham dan aliran yang
merusak dan pertarungan darah yang tiada hentinya. Bagi situasi seperti ini tiada
jalan keselamatan lain selain dengan Islam. Semua ketetapan Allah dalam kitab
suci al-Qur’an merupakan ketetapan yang haq dan harus dijalankan. Tidak ada
kebaikan bagi bumi ini, tidak akan ada ketenangan bagi kemanusiaan, tidak ada
ketentraman bagi umat manusia serta tidak akan ada kemajuan, keberkatan dan
kesucian, juga tidak ada keharmonisan dengan hukum-hukum alam dan fitrah
kehidupan kecuali dengan kembali kepada Allah.18
S}ala>h} ‘Abd al-Fatta>h} al-Kha>lidi> sebagai pendukung Sayyid Qut}b banyak
berbicara mengenai kelebihan dan keunggulan pemikiran Sayyid Qut}b yang ia
tulis dalam berbagai karyanya. Dalam bukunya berjudul Fi> Z}ila>l al-Qur’a>n fi>
al-Mi>za>n mengatakan bahwa Fi> Z}ila>l al-Qur’a>n termasuk kitab tafsir yang penting
dalam menjelaskan firman Allah SWT. Kitab ini menghadirkan model baru dalam
penafsiran, landasan untuk kajian baru yang ekslusif dan terpisah, yaitu kajian
tafsir h}araki> (pergerakan). Dengan Z}ila>l, Qut}b telah mencari pemikiran Islam
kontemporer dan memperbaharui tema-tema sentral dalam penafsiran.19
18 Manna>’ Al-Qat}t}a>n, Maba>hith fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n, 363.
BAB III
AYAT-AYAT KEMISKINAN DALAM AL-QUR’AN
A.Macam-macam Pengungkapan Miski>n dalam Al-Qur’an
Pengungkapan miski>n dengan segala kata transformasinya dalam
al-Qur’an pada dasarnya dapat dikelompokkan sesuai bentuk kata, urutan mus}ha>f,
tertib nuzu>l, makiah dan madaniahnya. Uraian pengungkapan miski>n tersebut
dapat diuraikan sebagai berkut.
1. Term Miski>n Berdasarkan Bentuknya
Term miski>n pada dasarnya berakar dari susunan huruf-huruf si>n –
ka>f dan nu>n. Akar kata ini kemudian terpola menjadi miski>n. Menurut
Mah}mu>d ibn ‘Abd al-Rah}i>m S}a>fy, term miski>n merupakan s}ifah mushabbahah
dari kata نكس. Adapun huruf mi>m termasuk za>idah (tambahan). Term tersebut
berwazan mif’i>l.1 Bentuk mas}dar-nya adalah نوكس dan mas}dar mi>m berupa
ةنكسم.2 Secara berurutan, bentuk-bentuk term miski>n dengan berbagai
ishtiqaq-nya dalam al-Qur’an3 adalah sebagai berikut:
a. Bentuk mas}dar mi>m berupa kata ةنكسم diulang dua kali dalam al-Qur’an,
yaitu:
1 Mah}mu>d ibn ‘Abd al-Rah}i>m S}a>fy, Al-Jadwal fi> I’ra>b al-Qur’a>n, (Damaskus: Da>r al-Rashid
Muassasah al-Ima>n), 181.
2 Ibid,146. Pendapat ini dikuatkan oleh Al-Laith yang mengatakan bahwa ةنكسملا adalah mas}dar
kata kerja نيكسملا. Ketika orang Arab membuat kata kerja dari نيكسملا, maka mereka mengatakan نكْسمت
لجرلا يأ راص
ًانيكسم . Lihat Muha}mmad Mukrim ibn Manz}u>r al-Afri>qy Al-Mis}ry. Lisa>n al-‘Arab. (Beirut: Da>r S}adr), vol. 13, 211.
3 Muh}ammad Fu’ad ‘Abd Al-Ba>qy, Al-Mu’jam Al-Mufahras li Alfa>z} Al-Qur’a>n Al-Kari>m,
34
1) Pada surah al-Baqarah [2]: 61
ُ ﺶﺸُـ
ﺎ ﺶ
ﺎﺴﺴ
ﺸﺗﺶﺮﺸُ
ﺴ ﺴﺜ
ﺎﺴﺴ
ُﺤﺸدﺎﺴ
ﺳﺪﺶﺒﺴو
ﺳمﺎﺴﺴ
ﻰﺴﺴ
ﺴﺶﱪﺸ ﺴ
ﺸ ﺴ
ﻰﺴﻮُ
ﺎﺴ
ﺸ ُﺸُـ
ﺸﺛﺶﺐﺴو
ﺒ
ﺴنﻮُﺶﺪﺸﺴﺸ ﺴﺴأ
ﺴلﺎﺴ
ﺎﺴﻬﺶﺴ ﺴﺴو
ﺎﺴﻬﺶ ﺴﺪﺴ ﺴو
ﺎﺴﻬﺶﻮُﺴو
ﺎﺴﻬﺶﺎﺶﺴو
ﺎﺴﻬﺶﺸﺴـ
ﺸ ﺶ
ُضﺸﺜﺴﺸﻷﺒ
ﺴ ﺸدﺴأ
ﺴﻮُ
يﺶﺬ
ُﺔﺴﺴ ﺸ ﺴﺸﺒﺴو
ُﺔ ﱢﺬ ﺒ
ُ ﺶﻬﺸﺴﺴ
ﺸ ﺴﺶﺮُ ﺴو
ﺸ ُﺸﺴﺄﺴ
ﺎﺴ
ﺸ ُ ﺴ
نﺶﺈﺴ
ﺒًﺮﺸ ﺶ
ﺒﻮُ ﺶﺸﺒ
ﺲﺮﺸـﺴ
ﺴﻮُ
يﺶﺬ ﺎﺶ
ﺴﺶ
ﺴﲔﱢﺶ ﺒ
ﺴنﻮُُـﺸﺴـﺴو
ﺶ ﺒ
ﺶتﺎﺴﺴﺂﺶ
ﺴنوُﺮُﺸ ﺴ
ﺒﻮُﺎﺴ
ﺸ ُﻬـ ﺴﺄﺶ
ﺴ ﺶﺴﺛ
ﺶ ﺒ
ﺴ ﺶ
ﺳ ﺴ ﺴﺶ
ﺒوُﺌﺎﺴﺴو
ﺶﺸﲑ
ﺴنوُﺪﺴﺸﺴـ
ﺒﻮُﺎﺴﺴو
ﺒﺸﻮﺴ ﺴ
ﺎﺴﺶﲟ
ﺴ ﺶﺴﺛ
ﱢﺴﺸ ﺒ
Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: "Hai Musa, kami tidak bisa sabar (tahan) dengan satu macam makanan saja. Sebab itu mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu, agar Dia mengeluarkan bagi kami dari apa yang ditumbuhkan bumi, yaitu sayur-mayurnya, ketimunnya, bawang putihnya, kacang adasnya, dan bawang merahnya". Musa berkata: "Maukah kamu mengambil yang rendah sebagai pengganti yang lebih baik? Pergilah kamu ke suatu kota, pasti kamu memperoleh apa yang kamu minta". Lalu ditimpahkanlah kepada mereka nista dan kehinaan, serta mereka mendapat kemurkaan dari Allah. Hal itu (terjadi) karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para Nabi yang memang tidak dibenarkan. Demikian itu (terjadi) karena mereka selalu berbuat durhaka dan melampaui batas.4
2) Pada surah A>li Imra>n [3/89]: 112
ﺒوُﺌﺎﺴﺴو
ﺶسﺎ ﺒ
ﺴ ﱢ
ﺳﺸﺴ ﺴو
ﺶ ﺒ
ﺴ ﱢ
ﺳﺸﺴﺶﲝ
ﺶﺐ
ﺒﻮُﺶُ
ﺎﺴ
ﺴ ﺸﺴأ
ُﺔ ﱢﺬ ﺒ
ُ ﺶﻬﺸﺴﺴ
ﺸ ﺴﺶﺮُ
ﺳ ﺴ ﺴﺶ
ٰﺴﺛ
ُﺔﺴﺴ ﺸ ﺴﺸﺒ
ُ ﺶﻬﺸﺴﺴ
ﺸ ﺴﺶﺮُ ﺴو
ﺶ ﺒ
ﺴ ﱢ
ﺴنﻮُُـﺸﺴـﺴو
ﺶ ﺒ
ﺶتﺎﺴﺂﺶ
ﺴنوُﺮُﺸ ﺴ
ﺒﻮُﺎﺴ
ﺸ ُﻬـ ﺴﺄﺶ
ﺴ ﺶ
ٰﺴﺛ
ﱟ ﺴ
ﺶﺸﲑﺴﺶ
ﺴﺌﺎﺴﺶ ﺴﺸﻷﺒ
ﺴنوُﺪﺴﺸﺴـ
ﺒﻮُﺎﺴو
ﺒﻮﺴ ﺴ
ﺎﺴﺶﲟ
ﺴ ﺶ
Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia, dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. Yang demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa
4 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Darus Sunnah,
35
alasan yang benar. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas.5
b. Bentuk kata miski>n (format tunggal)
1) QS. Al-Baqarah [2/87]: 184
ﺴدوُﺪﺸ
ﺎًﺎﺴأ
ٰﻰﺴﺴ
ﺸوﺴأ
ﺎً ﺶﺮ
ُ ﺶ
ﺴنﺎﺴ
ﺴﺴ
ﺳتﺒ
ﻰﺴﺴ ﺴو
ﺴﺮﺴ ُأ
ﺳمﺎﺴأ
ﺸ ﱢ
ﺲةﺪﺶﺴ
ﺳﺮﺴﺴ
ﺲﺮﺸـﺴ
ﺒﻮُﻮُ ﺴ
نﺴأﺴو
ُ
ﺲﺮﺸـﺴ
ﺴﻮُﻬﺴـ
ﺒًﺮﺸـﺴ
ﺴﺤﻮﺴ ﺴ
ﺴﺴ
ﺳﲔﺶ ﺸ ﺶ
ُمﺎﺴﺴ
ﺲﺔﺴﺸﺪﺶ
ُﺴﻮُ ﺶُ
ﺴ ﺶﺬ ﺒ
ﺴنﻮُﺴﺸﺴـ
ﺸ ُ ُ
نﺶﺐ
ﺸ ُ
(yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.6
2)QS. Al-Isra>’ [17/50]: 26
ٰﺴﰉﺸﺮُﺸﺒ
ﺒﺴﺛ
ﺶتآﺴو
ﺒًﺮ ﺶﺬﺸﺴـ
ﺸﺜﱢﺬﺴُـ
ﺴﺴو
ﺶ ﺶ ﺒ
ﺴ ﺸﺒﺴو
ﺴﲔﺶ ﺸ ﺶﺸﺒﺴو
ُ ﺴ
Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.
3) QS. Al-Ru>m [30/84]: 38
ٰﺴﰉﺸﺮُﺸﺒ
ﺒﺴﺛ
ﺶتﺂﺴ
ٰﺴﺛ
ﺶ ﺶ ﺒ
ﺴ ﺸﺒﺴو
ﺴﲔﺶ ﺸ ﺶﺸﺒﺴو
ُ ﺴ
ﺶ ﺒ
ﺴ ﺸ ﺴو
ﺴنوُﺪﺶﺮُ
ﺴ ﺶﺬ ﱢ
ﺲﺮﺸـﺴ
ﺴ ﺶ
ٰﺴوُأﺴو
ﺴنﻮُ ﺶﺸُﺸﺒ
ُ ُ
ﺴ ﺶ
Maka berikanlah kepada kerabat yang terdekat akan haknya, demikian (pula) kepada fakir miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan. Itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang mencari keridhaan Allah; dan mereka itulah orang-orang beruntung.7
5 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 64. 6 Ibid, 28.
36
4) QS. Al-Muja>dalah [58/105]: 4
ُمﺎﺴﺸ ﺶﺈﺴ
ﺸ ﺶ ﺴﺸ ﺴ
ﺸ
ﺴﺴ
ﺎ ﺎﺴﺴﺴـ
نﺴأ
ﺶﺸﺴـ
ﺶ
ﺶﺸﲔﺴﺶﺎﺴﺴُ
ﺶ ﺸﺴﺮﺸﻬﺴ
ُمﺎﺴﺶ ﺴ
ﺸﺪﺶﺴ
ﺸ
ﺴﺴ
ٰﺴﺛ
ﺎً ﺶ ﺸ ﺶ
ﺴﲔﱢﺶ
ﺲ ﺶﺴأ
ﺲبﺒﺴﺬﺴ
ﺴ ﺶﺮﺶﺎﺴ ﺸﺶﺴو
ﺶ ﺒ
ُدوُﺪُ
ﺴ ﺸﺶﺴو
ﺶﺶﻮُ ﺴﺜﺴو
ﺶ ﺎﺶ
ﺒﻮُﺶﺸﺆُـﺶ
ﺴ ﺶ
Barangsiapa yang tidak mendapatkan (budak), maka (wajib atasnya) berpuasa dua bulan berturut-turut sebelum keduanya bercampur. Maka siapa yang tidak kuasa (wajiblah atasnya) memberi makan enam puluh orang miskin. Demikianlah supaya kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan itulah hukum-hukum Allah, dan bagi orang kafir ada siksaan yang sangat pedih.8
5)QS. Al-Qalam [68/02]: 24
ﺲﲔﺶ ﺸ ﱢ
ُ ﺸﺴﺴ
ﺴمﺸﻮﺴـﺸﺒ
ﺎﺴﻬـ ﺴُ ﺸﺪﺴ
نﺴأ
Pada hari ini janganlah ada seorang miskin pun masuk ke dalam kebunmu.9
6)QS. Al-H}a>qqah [69/79]: 34
ٰﻰﺴﺴ
ُﺴ
ﺴﺴو
ﺶﲔﺶ ﺸ ﺶﺸﺒ
ﺶمﺎﺴﺴ
Dan juga dia tidak mendorong (orang lain) untuk memberi makan orang miskin.10
7)QS. Al-Muddaththir [74/04]: 44
ﺴﲔﺶ ﺸ ﺶﺸﺒ
ُ ﺶﺸ ُ
ُ ﺴ
ﺸﺴﺴو
dan kami tidak (pula) memberi makan orang miskin,11
8)QS. Al-Fajr [89/10]: 18
ٰﻰﺴﺴ
ﺴنﻮ ﺎﺴﺴﲢ
ﺴﺴو
ﺶﲔﺶ ﺸ ﺶﺸﺒ
ﺶمﺎﺴﺴ
dan kamu tidak saling mengajak memberi makan orang miskin,12
8 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 542. 9 Ibid, 565.
37
9)QS. Al-Balad [90/35]: 16
ﺳﺔﺴﺴﺮﺸـﺴ
ﺒﺴﺛ
ﺎً ﺶ ﺸ ﺶ
ﺸوﺴأ
atau kepada orang miskin yang sangat fakir.13
10)QS. Al-Insa>n [76/98]: 8
ٰﻰﺴﺴ
ﺴمﺎﺴ ﺒ
ﺴنﻮُﺶﺸ ُﺴو
ﺶﱢُ
ﺒًﲑﺶﺴأﺴو
ﺎً ﺶﺴﺴو
ﺎً ﺶ ﺸ ﺶ
Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan.14
11)QS. Al-Ma>’u>n [107/17]: 3
ٰﻰﺴﺴ
ُﺴ
ﺴﺴو
ﺶﲔﺶ ﺸ ﺶﺸﺒ
ﺶمﺎﺴﺴ
dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.15
c. Bentuk kata masa>ki>n (format jamak)
1) QS. Al-Baqarah [2/87]: 83
ٰﺴﰉﺸﺮُﺸﺒ
يﺶﺛﺴو
ﺎًﺎﺴ ﺸ ﺶﺐ
ﺶ ﺸﺴﺪﺶﺒﺴﻮﺸﺎﺶﺴو
ﺴ ﺒ
ﺶﺐ
ﺴنوُﺪُﺸﺴـ
ﺴ
ﺴ ﺶﺒﺴﺮﺸ ﺶﺐ
ﺶﺴ
ﺴﺨﺎﺴ ﺶ
ﺎﺴﺸﺬﺴ ﺴأ
ﺸﺛﺶﺐﺴو
ٰﻰﺴﺎﺴﺴﺸﺒﺴو
ﺴو
ﺶﺐ
ﺸ ُﺸ ﺴﻮﺴـ
ُﰒ
ﺴةﺎﺴﺰ ﺒ
ﺒﻮُآﺴو
ﺴة ﺴ ﺒ
ﺒﻮُ ﺶﺴأﺴو
ﺎًﺸ ُ
ﺶسﺎ ﺶ
ﺒﻮُﻮُﺴو
ﺶﲔﺶ ﺎﺴ ﺴﺸﺒ
ﺴنﻮُ ﺶﺮﺸ
ُ ﺴأﺴو
ﺸ ُ ﱢ