• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Karakteristik Kepribadian Guru Pembimbing yang Diinginkan Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Salatiga Tahun Pelajaran 2011 – 2012 T1 132008039 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Karakteristik Kepribadian Guru Pembimbing yang Diinginkan Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Salatiga Tahun Pelajaran 2011 – 2012 T1 132008039 BAB II"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

2.1. Kepribadian Guru Pembimbing 2.1.1. Pengertian Kepribadian

Gordon Allport (1937) mengatakan bahwa kepribadian sebagai suatu organisasi (berbagai aspek psikis dan fisik) yang merupakan suatu struktur dan sekaligus proses. Jadi, kepribadian merupakan sesuatu yang dapat berubah. Secara eksplisit Allport menyebutkan, kepribadian secara teratur tumbuh dan mengalami perubahan.

Sigmun Freud (1933) berpendapat bahwa kepribadian terdiri dari tiga sistem utama, id, ego, dan super ego. Setiap tindakan kita merupakan hasil interaksi dan keseimbangan antara ketiga sistem tersebut.

(2)

dilakukan individu. Dari pengertian kepribadian tersebut, dapat disimpulkan kepribadian adalah suatu kondisi psikofisik yang kompleks dari individu yang nampak dalam perilakunya yang unik.

2.1.2. Ciri-Ciri Kepribadian

Spencer (1993) mengatakan “The stamp of individually or group impressed by nature, education or habit”. Dikatakan bahwa karakter adalah sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang menjadi ciri khas seseorang atau sekelompok orang. Seorang guru memang sudah diberi oleh Allah SWT dengan karakter masing-masing yang memang satu dengan yang lainnya berbeda. Namun tujuan perbedaan itu bukan dijadikan sebagai alasan untuk timbulnya konflik. Justru perbedaan tersebut untuk melengkapi satu dengan yang lainnya agar seimbang. Sehingga apa yang menjadi karakter manusia itu bisa memunculkan suatu budi daya yang berupa tata krama atau sopan santun yang dapat membuat sejuk dan kondusif dalam proses pembelajaran.

Hasil penelitian dari Edward Sheffield (1974) tentang karakteristik dari guru yang efektif yang sering disebut dengan Characteristics of Effective Teachers Most Often Mentioned, yakni:

1. Menguasai bahan yang diajar dan memiliki kompetensi.

2. Pengajaran dipersiapkan dengan baik dan memiliki organisasi pengajaran secara teratur.

(3)

(available).

7. Peduli kepada kemajuan siswa. 8. Memiliki sifat humoris.

9. Hangat, baik, simpati.

10.Menggunakan alat-alat atau media secara efektif.

Kepribadian individu memiliki beberapa ciri atau karakteristik, dengan mengerti ciri–ciri tersebut dapat diketahui kepribadian individu yang bersangkutan. Sarwono (1983) mengungkapkan beberapa ciri penting untuk mengenali kepribadian, yaitu:

a. Penampilan fisik, yaitu tubuh yang besar, wajah yang tampan, pakaian yang rapi, atau tubuh yang kurang sehat, wajah yang kuyu, pakaian yang kusut, semua menggambarkan kepribadian dari orang yang bersangkutan, berwibawa dan percaya diri atau bahkan sebaliknya kurang bersemangat dan mempunyai perasaan rendah diri

b. Temperamen, yaitu suasana hati yang menetap dan khas pada orang yang bersangkutan, misalnya pemurung, pemarah atau periang.

c. Kecerdasan dan kemampuan, yaitu kesempurnaan perkembangan akal budi termasuk di dalamnya kemampuan belajar, kecepatan berpikir dan kesanggupan untuk mengambil keputusan yang tepat. d. Arah minat dan pandangan mengenal nilai–nilai, yaitu

kecenderungan hati dan penilaian terhadap nilai–nilai yang ada pada seseorang. Nilai-nilai yang ada pada seseorang dipengaruhi oleh adat-istiadat, etika dan agama yang dianut.

e. Sikap sosial, misalnya bersikap peduli atau bersikap masa bodoh terhadap orang lain.

f. Kecenderungan-kecenderungan dalam motivasinya.

g. Cara-cara membawakan diri, misalnya sopan santun, banyak bicara, kritis atau mudah bergaul.

(4)

proses pembelajaran, ada guru yang mengajar tanpa humor sama sekali, bahkan ada guru yang mengajar dengan konsep yang salah karena kurang menguasi materi. Bagaimana siswa mau menguasai materi kalau dari dalam otak siswa timbul gaya penolakan yang disebabkan ketidaksukaannya terhadap karakter guru yang mengajar? Padahal diawali rasa suka itulah siswa akan mampu menyerap materi secara maksimal dari apa yang disampaikan guru. Ada benarnya perkataan seorang pakar pendidikan bahwa : Bila para siswa SD sampai SMA prestasi belajarnya jelek, maka 75% yang harus disalahkan gurunya dan 25% kesalahan siswa itu sendiri, sebaliknya bila seorang mahasiswa presstasinya jelek maka 75% yang salah adalah mahasiswa itu sendiri dan 25% kesalahan dosennya.

Tidak ada salahnya kalau menengok sedikit ke belakang, mengapa siswa akhir-akhir ini lebih semangat belajar di Lembaga Bimbingan Belajar jauh lebih menyenangkan “versi siswa” dibanding belajar di sekolah.

Beberapa hal yang membuat siswa betah di sebuah Lembaga Bimbingan Belajar antara lain :

1. Yang memeberi hak belajar guru adalah siswa itu sendiri, artinya siswa boleh minta ganti guru bila tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Secara berkala siswa diberi angket untuk menilai guru pembimbingnya selama proses pembelajaran tanpa tekanan psikologis, sehingga siswa akan menilai dengan sejujurnya.

(5)

kuasai.

4. Antara pengajar yang serumpun selalu terjadi kompetisi yang sehat, karena siswa diberi kebebasan untuk memilih pengajar yang mana yang ia suka.

5. Suasana pembelajaran akan selalu segar, karena humoris adalah tuntutan yang harus dimiliki seorang mengajar di sebuah lembaga bimbingan belajar.

Dari fakta-fakta di atas, jelas bahwa “karakter guru” sangat berpengaruh besar terhadap keberhasilan belajar siswa di tingkat pendidikan dasar dan menengah. Karena karakter guru sangat berpengaruh terhadap rasa suka atau tidak suka terhadap pelajaran yang diampunya. Padahal rasa suka sangat diperlukan untuk modal awal keberhasilan dalam belajar.

(http://hariprasetyo14.blogspot.com/2011/06/pentingnya-peranan-karakter-guru-pada.htm)

2.1.3. Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Kepribadian

(6)

yaitu pengalaman.

Pengalaman dibedakan menjadi dua yaitu:

a)Pengalaman umum (common experiences) yaitu pengalaman yang diha-yati oleh hampir semua anggota masyarakat atau bahkan semua individu. b)Pengalaman unik (unique experiences) yaitu pengalaman yang hanya

pernah dialami oleh diri individu sendiri.

2.1.4. Ciri-Ciri Kepribadian Guru Pembimbing

Menurut Winkel (2006) guru pembimbing adalah seorang tenaga profesional yang memperoleh pendidikan khusus di perguruan tinggi dan mencurahkan seluruh waktunya pada layanan bimbingan. Jadi sudah jelas bahwa seorang guru pembimbing di sekolah memang sudah disiapkan untuk menjadi tenaga-tenaga profesional, baik dalam pengetahuan, pengalaman, dan kualitas kepribadiannya. Menurut Prayitno (Sukardi, 1983), seorang guru pembimbing hendaknya memperhatikan 10 hal yang berkaitan dengan kriteria kepribadian seorang guru pembimbing sebagai berikut:

1. Seorang pembimbing harus berperangai yang wajar dan dapat dicontoh.

2. Pembimbing harus memiliki emosi yang stabil, tenang dan memberikan kesejukan batin demi terwujudnya suasana bimbingan yang baik.

3. Pembimbing dituntut mandiri untuk membantu bimbingan yang baik.

(7)

6. Seorang pembimbing hendaknya mampu mawas diri yang meliputi mawas terhadap diri sendiri, mawas terhadap lingkungan dan mawas terhadap orang yang dibimbingnya. Dengan demikian pembimbing akan menjadi orang yang arif dan bijaksana.

7. Pembimbing juga perlu bersikap berani, yaitu berani memasuki usaha bimbingan dengan menampilkan pribadi-pribadi tanpa topeng tertentu, berani mengisi usaha bimbingan dengan teknik tertentu dengan segala resikonya.

8. Pembimbing perlu memiliki intelegensi yang cukup tinggi sehingga mampu berpikir dan mengelola suasana untuk mengubah perilaku in dividu yang dibimbing.

9. Inteligensi yang tinggi memungkinkan pembimbing untuk menalar dengan baik.

10.Pembimbing yang dapat menalar dengan baik akan dapat memunculkan gagasan yang lebih baik.

Senada dengan Prayitno, Carleghuff (Sutrinah, 2004) menyebutkan juga bahwa ada sembilan sifat kepribadian diri guru pembimbing yang dapat mengembangkan orang lain, yaitu:

1. Empati, yaitu kemampuan seseorang untuk merasakan secara tepat apa yang dirasakan dan dialami orang lain dan mengkomunikasikan persep-sinya.

2. Respek, yaitu menunjukkan secara tidak langsung bahwa guru pembim-bing menghargai martabat dan nilai konseli sebagai manusia. Artinya guru pembimbing menerima bahwa setiap konseli memiliki hak memilih, memiliki kebiasaan kemauan dan mampu membuat keputusan sendiri. 3. Keaslian (genuinness), yaitu kemampuan guru pembimbing menyatakan

dirinya secara bebas dan mendalam, tanpa ragu-ragu, tidak memainkan peran ganda, tidak mempertahankan diri dan tidak ada pertentangan antara apa yang dikatakan dan apa yang dilakukan.

4. Konkret (Concretness), yaitu pernyataan ekspresi khusus mengenai perasaan dan pengalaman orang lain. Guru pembimbing akan selalu me-melihara keserasian dalam hubungan dengan orang lain dan mencegah konseli untuk melarikan diri dari masalah yang dihadapi.

(8)

7. Kesanggupan (potency), merupakan suatu kharisma, suatu kekuatan yang dinamis dan magnetis dari kekuatan pribadi guru pembimbing. Guru pembimbing yang memiliki potensi ini selalu menampakkan kekuatannya dalam penampilan pribadi, mampu menguasai diri dan mampu menyalurkan potensinya dan memberi rasa aman pada konseli. 8. Kesiapan (immediacy), adalah suatu hubungan perasaan antara konseli

dan guru pembimbing pada waktu ini dan saat ini. Tingkat immediacy yang tinggi terjadi pada saat diskusi dan analisis yang terbuka mengenai hubungan antara konseli dan guru pembimbing dalam situasi konseling. 9. Aktualisasi diri (self actualization), memiliki korelasi yang tinggi dengan

keberhasilan konseling. Aktualisasi diri menunjukkan secara tidak lang-sung bahwa orang dapat hidup dan memenuhi kebutuhannya secara langsung, karena dipunyainya kekuatan untuk mencapai tujuan hidupnya. Belkin (Winkel, 2006) juga mengungkapkan pendapatnya menge-nai ciri-ciri kepribadian yang hendaknya dimiliki oleh guru pembimbing, yaitu:

1. Guru pembimbing mampu mengenali diri sendiri, yang ditandai dengan:

a. Merasa aman dengan diri sendiri, artinya mempunyai rasa percaya diri, harga diri, tidak merasa cemas dan gelisah dengan dirinya sendiri

b. Percaya pada orang lain, artinya mampu memberikan sesuatu dari diri sendiri dan menerima sesuatu dari kepribadian orang lain.

c. Memiliki keteguhan hati, artinya berani memberi layanan bimbingan dan berani mengambil resiko bahwa tidak selalu mendapat tanggapan yang positif atau mendapatkan balas jasa dalam bentuk dikagumi serta dihargai.

2. Guru pembimbing mampu memahami orang lain, yang ditandai dengan:

a. Terbuka hatinya, berarti mampu mengikuti beraneka pandangan dan perasaan konseli. Terbuka juga berarti tidak mengambil sikap mengadili orang lain menurut norma-norma yang ada. Keterbukaan hati dan pikiran memungkinkan guru pembimbing menjadi peka terhadap pikiran dan perasaan orang lain.

(9)

artinya berkata-kata dan berbuat tanpa memakai topeng atau bersandiwara, sungguh terlibat tanpa berpura – pura.

a. Bebas dari kecenderungan untuk menguasai orang lain, artinya guru pembimbing secara sadar tidak memaksakan kehendaknya sendiri atas orang lain dan memaksakan orang lain cara bertindak tertentu.

b. Mampu mendengarkan dengan baik, artinya berusaha menangkap apa yang diungkapkan oleh orang lain, menggali makna yang terkandung dalam ungkapan orang lain.

c. Mampu menghargai orang lain, artinya guru pembimbing mampu mendekati orang lain dan mau didekati oleh orang lain dengan sikap positif dan kerelaan menerima orang lain apa adanya.

Ciri–ciri kepribadian di atas didukung oleh pernyataan Sukardi (1983) yang menyatakan seorang guru pembimbing harus memiliki kepri-badian tertentu, diantaranya:

1. Memiliki pemahaman terhadap orang lain secara objektif dan simpatik. 2. Memiliki kemampuan untuk bekerjasama dengan orang lain secara

baik dan lancar.

3. Memahami batas-batas kemampuan yang ada pada dirinya sendiri. 4. Memiliki minat yang mendalam mengenai siswa dan berkeinginan

sungguh-sungguh untuk memberi bantuan kepada siswa.

5. Memiliki kedewasaan pribadi, spiritual, mental, sosial dan fisik.

(10)
[image:10.595.103.518.243.749.2]

Dalam tautan makna yang sama ABKIN Tahun 2007 menyebutkan kompetensi guru pembimbing sebagai berikut:

Tabel 2.1. KOMPETENSI INTI KONSELOR INDONESIA KOMPETENSI SUB KOMPETENSI INDIKATOR

1. Menguasai konsep dan praksis pendidikan 1.1. Memahami landasan keilmuan pendidikan (filsafat, psikologi, sosologi, antropologi)

a. Memahami hakikat kebenaran dan sistem nilai yang mendasari proses-proses pendidikan

b. Memahami proses pembentukan perilaku individu dalam proses pendidikan

c. Memahami karakteristik individu berdasar usia, gender, ras, etnisitas, status sosial, dan ekonomi yang dapat

mempengaruhi individu dan kelompok

1. Menguasai landasan budaya

a. Memahami ragam budaya yang dapat mempengaruhi perilaku individu dan kelompok b. Memahami dan menunjukkan

sikap penerimaan terhadap perbedaan sudut pandang

subyektif antara konselor dengan konseli

c. Peka, toleran, dan responsif terhadap perbedaan budaya konseli

2. Menguasai konsep dasar dan mengimplementas ikan prinsip-prinsip pendidikan

a. Memahami hubungan antar unsur-unsur pendidikan

(pendidik, peserta didik, tujuan pendidikan, dan lingkungan pendidikan

b. Mampu memilih dan menggunakan alat-alat

pendidikan (kewibawaan, kasih sayang, kelembutan,

(11)

2. Memiliki kesadaran dan komitmen etika professional 2.1. Menampilkan keutuhan pribadi konselor

a. Berperilaku membantu berdasarkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa

b. Mengkomunikasikan secara verbal dan nonverbal minat yang tulus dalam membantu orang lain

c. Bersikap hangat dan penuh perhatian terhadap konseli d. Secara verbal dan nonverbal

mampu mengkomunikasikan rasa hormat konselor terhadap konseli sebagai pribadi yang berguna dan bertanggungjawab e. Mengkomunikasikan harapan,

mengekspresikan keyakinan bahwa konseli memiliki kapasitas untuk memecahkan problem, menata, dan mengatur hidupnya dan berkembang f. Bersikap empati dan atribusi

secara tepat

g. Menunjukkan intregitas dan stabilitas kepribadian serta kontrol diri yang baik h. Toleran terhadap stres dan

frustasi

i. Berfikir positif terhadap orang lain dan lingkungannya

2.2 Berperilaku etik dan professional

a. Menyadari bahwa nilai-nilai pribadi konselor dapat

mempengaruhi respon-respon konselor terhadap konseli b. Menghindari sikap-sikap

prasangka dan stereotipe terhadap konseli

c. Menghargai nilai-nilai pribadi konseli

d. Memahami kekuatan dan keterbatasan personal dan profesional

e. Mengelola diri secara efektif f. Bekerja sama secara produktif

(12)

g. Secara konsisten menampilkan perilaku sesuai dengan kode etik profesi 2.3 Memiliki komitmen untuk meningkatkan kemampuan profesional

a.Menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling yeng dapat dipertanggungjawabkan secara etik

b.Berperilaku obyektif terhadap pandangan, nilai-nilai dan reaksi emosional konseli yang berbeda dengan konselor

c.Berinisiatif dan terlibat dalam pengembangan profesi dan pendidikan lanjut untuk meningkatkan keahlian dan keterampilan profesianal d.Aktif dalam kegiatan organisasi

profesi bimbingan dan konseling 3. Menguasai konsep perilaku dan perkembang an individu 3.1 Memahami kaidah-kaidah perilaku individu dan kelompok

a.Menjelaskan mekanisme perilaku menurut berbagai pendekatan

b.Menjelaskan dinamika perilaku individu dan kelompok

c.Menjelaskan hubungan antara motivasi dan emosi

d.Menjelaskan mekanisme pertahanan diri

3.2 Memahami konsep kepribadian

a.Menjelaskan proses pembentukan kepribadian b.Menjelaskan faktor-faktor yang

mempengaruhi kepribadian c.Menjelaskan ciri-ciri kepribadian

yang sehat

d.Menjelaskan bentuk-bentuk gangguan kepribadian 3.3. Memahami konsep dan prinsip-prinsip perkembangan individu

a.Menjelaskan prinsip-prinsip perkembangan

b.Menjelaskan proses perkembangan individu c.Menjelaskan aspek-aspek

perkembangan

d.Menjelaskan fase dan tugas perkembangan

(13)

3.4. Mampu memfasilitasi perkembangan individu

a.Memilih strategi intervensi perkembangan individu sesuai dengan kebutuhan dan

karakteristik individu dan kelompok

b.Menciptakan lingkungan yang kondusif bagi perkembangan individu 4. Menguasai konsep dan praksis assessment 4.1. Memahami hakikat dan makna asesmen

a.Menjelaskan perspektif historis asesmen sebagai awal layanan b.Menunjukkan alasan dan

pentingnya penggunaan asesmen c.Menunjukkan bukti kebenaran,

jenis kebenaran, dan hubungan antar kebenaran secara obyektif d.Menjelaskan konsep validitas,

reabilitas, dan daya beda dalam pengembangan instrumen e.Menjelaskan konsep statistika

dalam asesmen meliputi

timbangan pengukuran, ukuran kecondongan terpusat, indeks variabilitas, bentuk dan jenis distribusi, serta korelasi f. Menjelaskan teori kesalahan

pengukuran, model dan penggunaan informasi keterandalan, serta hubungan antara kebenaran dengan keterladanan

4.2 Memilih strategi dan teknik assesment yang tepat

a.Mengenali kelebihan dan kekurangan teknik b.Mengenali kelebihan dan

kekurangan teknik asesmen non tes

c.Menentukan teknik-teknik asesmen sesuai dengan pertimbangan usia, gender, orientasi seksual, ethnik, bahasa kultur, agama dan faktor lain dalam asesmen individual, kelompok, dan populasi spesifik 4.3 Mengadministrasi

kan asesmen dan menafsirkan hasilnya

a.Menggunakan tes psikologis dan menginterpretasikan hasilnya b.Menggunakan instrumen nontes

(14)

meninterpretasikan hasilnya c.Menggunakan komputer dan

teknologi informasi sebagai alat bantu asesmen

d.Mendokumentasikan hasil asesmen secara sistematis dan mudah diakses 4.4 Memanfaatkan hasil asesmen untuk kepentingan bimbingan dan konseling

a.Memilih hasil asesmen untuk kepentingan layanan bimbingan dan konseling

b.Memprediksikan perkembangan individu dan atau kelompok dalam menghadapi perubahan c.Mengelola konferensi kasus

dalam alur asesmen 4.5 Mengembangkan

instrumen asesmen

a.Mengembangkan instrumen tes b.Mengembangkan instrumen

non-tes 5. Menguasai konsep dan praksis bimbingan dan konseling

5.1 Memahami konsep dasar, landasan, azas, fungsi, tujuan, dan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling

a.Menjelaskan konsep dasar bimbingan dan konseling

b.Menjelaskan landasan fisiologis, religius, psikologis, sosial budaya, ilmiah dan teknologis, serta landasan pedagogis c.Menjelaskan azas-azas

bimbingan dan konseling d.Menjelaskan fungsi bimbingan

dan konseling

e.Menjelaskan tujuan bimbingan dan konseling

f. Menjelaskan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling 5.2 Memahami

bidang-bidang garapan dan konseling

a.Terampil memberikan pelayanan bimbingan dan konseling dan konseling pribadi-sosial

b.Terampil memberikan pelayanan bimbingan dan konseling belajar c.Terampil memberikan pelayanan

bimbingan dan konseling karir 5.3 Menguasai pendekatan-pendekatan dan teknik-teknik bimbingan dan konseling

a.Menjelaskan berbagai macam pendekatan dalam bimbingan dan konseling

b.Memilih pendekatan bimbingan dan konseling secara tepat c.Terampil menggunakan

(15)

individual dan kelompok 5.4 Mampu menggunakan dan mengembangkan media bimbingan dan konseling

a.Mengenali berbagai media dalam bimbingan dan konseling b.Mengembangkan alat media

bimbingan dan konseling c.Menggunakan media dalam

layanan bimbingan dan konseling 6. Memiliki kemampuan mengelola program bimbingan dan konseling 6.1 Memiliki pengetahuan dan keterampilan perencanaan program bimbingan dan konseling

a.Menerapkan prinsip-prinsip perencanaan

b.Melakukan penilaian kebutuhan layanan bimbingan dan

konseling

c.Merumuskan tujuan dan menentukan prioritas program bimbingan dan konseling d.Menyusun program bimbingan

dan konseling 6.2 Mampu mengorganisasika n dan mengimplementasi kan program bimbingan dan konseling

a. Mengidentifikasi personalia dan sasaran program bimbingan dan konseling

b. Mengkoordinasikan dan mengorganisasikan sumber daya yang dibutuhkan dalam

penyelenggaraan program bimbingan dan konseling c. Melaksanakan program

bimbingan dan konseling dengan melibatkan partisipasi aktif seluruh komponen yang terkait 6.3 Mampu

mengevaluasi program bimbingan dan konseling

a.Mengkaji program bimbingan dan konseling berdasarkan standart penyelenggaraan program

b.Menggunakan pendekatan evaluasi program bimbingan dan konseling

c.Mengkoordinasi kegiatan

evaluasi program bimbingan dan konseling

(16)

temuan-temuan evaluasi

penyelenggaraan program bimbingan dan konseling kepada pihak yang berkepentingan f. Mengontrol implementasi

program bimbingan dan konseling agar senantiasa berjalan sesuai desain perencanaan program 6.4 Mampu mendesain

perbaikan dan pengembangan program bimbingan dan konseling

a.Memanfaatkan hasil evaluasi untuk perbaikan dan

pengembangan program bimbingan dan konseling b.Menerapkan prinsip-prinsip

keberlanjutan program bimbingan dan konseling 7. Menguasai konsep dan praksis riset dalam bimbingan dan konseling 7.1 Memahami berbagai jenis dan metode riset

a.Menjelaskan konsep, prinsip-prinsip, dan metode riset b.Menjelaskan desain riset

7.2 Mampu

merancang riset bimbingan dan konseling

a.Mengidentifikasi masalah b.Merumuskan masalah

c.Merumuskan tujuan dan manfaat hasil riset

d.Menentukan kerangka fikir riset e.Menentukan pendekatan riset f. Menentukan subyek riset g.Menentukan prosedur dan

mengembangkan teknik pengumpulan data

h.Menentukan teknik analisis data 7.3 Melaksanakan

riset bimbingan dan konseling

a.Mengumpulkan data riset

b.Mengolah dan menganalisis data c.Melaporkan hasil riset

7.4 Memanfaatkan hasil riset dalam bimbingan dan konseling

a.Membaca dan menafsirkan hasil riset

(17)
[image:17.595.101.513.192.743.2]

Tabel 2.2. KOMPETENSI KONSELOR

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI

A. KOMPETENSI PEDAGOGIK

1. Menguasai teori dan praktik 1.1 Menguasai ilmu pendidikan dan landasan keilmuan

1.2 Mengimplementasikan prinsip-prinsip pendidikan dan proses pembelajaran

1.3 Menguasai landasan budaya dalam praksis pendidikan

2. Mengaplikasikan

perkembangan fisiologis dan psikologis serta perilaku konseli

2.1 Mengaplikasikan kaidah-kaidah perilaku manusia, perkembangan fisik dan psikologis individu terhadap sasaran pelayanan bimbingan dan konseling dalam upaya pendidikan

2.2 Mengaplikasikan kaidah-kaidah kepribadian, individualitas dan perbedaan konseli terhadap sasaran pelayanan dan konseling dalam upaya pendidikan

2.3 Mengaplikasikan kaidah-kaidah belajar terhadap sasaran pelayanan bimbingan dan konseling dalam upaya pendididkan

2.4 Mengaplikasikan kaidah-kaidah keberbakatan terhadap sasaran pelayanan bimbingan dan

konseling dalam upaya pendidikan 2.5 Mengaplikasikan kaidah-kaidah

kesehatan mental terhadap sasaran pelayanan bembingan dan

konseling dalam upaya pendidikan 3. Menguasai esensi pelayanan

bimbingan dan konseling dalam jalur, jenis, dan jenjang satuan pendidikan

3.1 Menguaai esensi bimbingan dan konseling pada satuan jalur pendidikan formal, nonformal dan informal

(18)

konseling pada satuan jenjang pendidikan usia dini, dasar dan menengah, serta tinggi

B. KOMPETENSI KEPRIBADIAN 4. Beriman dan bertakwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa

4.1 Menampilkan kepribadian yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

4.2 Konsisten dalam menjalankan kehidupan beragama dan toleran terhadap pemeluk agama lain 4.3 Berakhlak mulia dan berbudi

pekerti luhur 5. Menghargai dan menjunjung

tinggi nilai-nilai kemanusiaan, individualitas dam kebebasan memilih

5.1 Mengaplikasikan pendangan positif dan dinamis tentang manusia sebagai makhluk spiritual, bermoral, sosial, individual, dan berpotensi

5.2 Menghargai dan mengembangkan potensi positif individu pada umumnya dan konseli pada khususnya

5.3 Peduli terhadap kemaslahatan manusia pada umumnya dan konseli pada khususnya 5.4 Menjunjung tinggi harkat dan

martabat manusia sesuai dengan hak asasinya

5.5 Toleran terhadap permasalahan konseli

5.6 Bersikap demokratis 6. Menunjukkan integritas dan

stabilitas kepribadian yang kuat

6.1 Menampilkan kepribadian dan perilaku yang terpuji (seperti jujur, sabar, ramah, dan konsisten) 6.2 Menampilkan emosi yang stabil 6.3 Peka, bersikap empati, serta

menghormati keragaman dan perubahan

(19)

7.2 Bersemangat, berdisiplin, dan mandiri

7.3 Berpenampilan menarik dan menyenangkan

7.4 Berkomunikasi secara efektif C. KOMPETENSI SOSIAL

8. Mengimplementasikan kolaborasi intern di tempat bekerja

8.1 Memahami dasar, tujuan,

organisasi, dan peran pihak-pihak lain (guru, wali kelas, pimpinan sekolah/madrasah, komite sekolah/madrasah) di tempat bekerja

8.2 Mengkomunikasikan dasar, tujuan, dan kegiatan pelayana bimbingan dan konseling kepada pihak-pihak lain di tempat bekerja

8.3 Bekerja sama dengan pihak-pihak terkait di dalam tempat bekerja (seperti guru, orang tua, tenaga administrasi)

9. Berperan dalam organisasi dan kegiatan profesi bimbing dan konseling

9.1 Memahami dasar tujuan dan AD/ART organisasi profesi bimbingan dan konseling untuk pengembangan diri dan profesi 9.2 Menaati kode etik profesi

bimbingan dan konseling 9.3 Aktif dalam organisasi profesi

bimbingan dan konseling untuk pengembangan diri dan profesi 10.Mengimplementasikan

kolaborasi antar profesi

10.1 Mengkomunikasikan aspek-aspek profesional bimbinga dan konseling kepada organisasi profesi lain 10.2 Memahami peran organisasi profsi

lain dan memanfaatkan nya untuk suksesnya pelayanan bimbinga dan konseling

10.3 Bekerja dalam tim bersama tenaga para profesional dan profesional profesi lain

(20)

asesmen untuk memahami kondisi, kebutuhan, dan masalah konseli

11.2 Memilih teknik asesmen, sesuai dengan kebutuhan pelayanan bimbingan dan konseling

11.3 Menyususn dan mengembangkan instrumen asesmen untuk keperluan bimbingan dan konseling

11.4 Mengadministrasikan asesmen untuk mengungkapkan masalah-masalah konseli

11.5 Memilih dan mengadministrasikan teknik asesmen pengungkapan kemampuan dasar dan

kecenderungan pribadi konseli 11.6 Memilih dan mengadministrasikan

instumen untuk mengungkapkan kondisi aktual konseli berkaitan dengan lingkungan

11.7 Mengakses data dokumentasi tentang konseli dalam pelayanan bimbingan dan konseling

11.8 Menggunakan hasil asesmen dalam pelayanan bimbingan dan

konseling dengan tepat

11.9 Menampilkan tanggung jawab profesional dalam praktik asesmen 12.Menguasai kerangka teoretik

dan praksisi bimbingan dan konseling

12.1 Mengaplikasikan hakikat pelayanan bimbingan dan konseling

12.2 Mengaplikasikan arah profesi bimbingan dan konseling 12.3 Mengaplikasikan dasar-dasar

pelayanan bimbingan dan konseling

12.4 Mengaplikasikan pelayanana bimbingan dan konseling sesuia kondisi dan tuntutyan wilayah kerja 12.5 Mengaplikasikan pendekatan /

model/jenis pelayanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan

konseling

(21)

berdasarkan kebtuhan peserta didik secara komprehensif dengan pendekatan perkembangna 13.3 Menyusun rencana pelaksanaan

program bimbingan dan konseling 13.4 Merencanakan sarana dan biaya

penyelenggaraan program bimbingan dan konseling 14.Mengimplementasikan

program bimbingan dan konseling yang komprehensif

14.1 Melaksanakan program bimbingan dan konseliong

14.2 Melaksanakan pendekatan kolaboratif dalam pelayanaan bimbingan dan konseling 14.3 Memfasilitasi perkembangan

akademik, karier, personal, dan sosial konseli

14.4 Mengelola sarana dan biaya program bimbingan dan konseling 15.Menilai proses dan hasil

kegiatan bimbinga dan konseling

15.1 Melakukan evaluasi hasil, proses, dan program bimbingan dan konseling

15.2 Melakukan penyesuaian proses pelayanan bimbingan dan konseling

15.3 Menginformasikan hasil pelaksaan evaluasi pelayanan bimbingan dan konseling kepad pihak terkait 15.4 Menggunakan hasil pelaksanaan

evaluasi untuk merevisi dan mengembangkan program bimbingan dan konseling 16.Memiliki kesadaran dan

komitmen terhadap etika profesi

16.1 Memahami dan mengelola

kekuatan dan keterbatasan pribadi dan profesional

16.2 Menyelenggarakan pelayanana sesuia dengan kewenangan dan kode etik profesional konselor 16.3 Mempertahankan objektifitas dan

menjaga agar tidak larut denagn masalah konseli

16.4 Melaksanakan referal sesuai dengan keperluan

(22)

konselor

16.7 Menjaga kerahasiaan konseli 17.Menguasai konsep dan

praksisi penelitian dalam bimbingan dan konseling

17.1 Memahami berbagai jenis dan metode penelitian

17.2 Mampu merancang penelitian bimbingan dan konseling 17.3 Melaksanakan penelitian

bimbingan dan konseling 17.4 Memanfaatkan hasil penelitian

dalam bimbingan dan konseling dengan mengakses jurnal pendididkan dan bimbingan dan konseling

Mengacu uraian para ahli dan pandangan ABKIN serta Permendiknas No.27/2008 di atas, jelas bahwa guru pembimbing dituntut untuk memiliki persyaratan tertentu yang berupa sifat, sikap dan keterampilan tertentu yang sesuai dengan tugasnya sebagai seorang guru pembimbing. Guru pembimbing hendaknya memiliki sifat supel, ramah dan terbuka. Selanjutnya guru pembimbing hendaknya memiliki sikap mau menerima konseli apa adanya, penuh pengertian dan pemahaman terhadap apa yang dihadapi oleh konseli serta kesungguhan dalam memberikan layanan.

(23)

2.1.5. Kemampuan Guru sebagai Pembimbing

Dalam bahasan di atas sudah dibicarakan tentang karakteristik yang perlu dimiliki guru sebagai sebagai seorang pembimbing, dalam bagian ini akan kita bicarakan tentang kemampuan-kemampuan apa yang perlu dikuasai guru dalam upaya melakukan bimbingan.

Layanan bimbingan merupakan suatu upaya yang dapat dilakukan guru dalam membantu anak didik mencapai perkembangan yang optimal. Dalam proses perkembangannya seperti yang diungkapkan dalam pembahasan sebelumnya, mungkin ditemukan berbagai hambatan perkembangan baik dalam aspek fisik, intelektual, sosial, emosi maupun bahasa yang bila tidak segera ditangani maka kecenderungan masalah ini akan semakin besar dan menjadi hambatan yang sulit untuk diperbaiki.

Guru bertugas membantu mengurangi hambatan atau kesulitan yang mungkin dihadapi remaja dan memfasilitasi perkembangan remaja semaksimal mungkin.

Bila diramu dari uraian-uraian yang sudah dikemukakan maka ada beberapa kemampuan yang perlu dikuasai guru yaitu :

(24)

dialami remaja akan tampak dari perubahan prilakunya. Umumnya remaja tidak pernah menyampaikan apa yang dirasakan, tetapi melalui pengamatan yang terus menerus guru dapat melihat adanya perubahan perilaku yang ditunjukkan oleh remaja tersebut. Guru perlu memperhatikan berbagai perubahan sikap yang ditunjukkan oleh remaja sehingga guru dapat membantu memperbaiki permasalahan yang dihadapi nya.

2. Guru mampu menemukan berbagai faktor atau latar belakang yang mungkin menjadi penyebab terjadinya hambatan atau masalah yang dialami oleh remaja.

Untuk membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi maka guru perlu mengetahui berbagai faktor yang mungkin menjadi penyebabnya, faktor tersebut bisa bersumber dari diri remaja itu sendiri atau dari lingkungannya. Kemampuan guru untuk menemukan berbagai faktor yang mempengaruhi munculnya masalah yang dialami remaja merupakan salah satu kemampuan yang perlu dimiliki guru. 3. Guru mampu memilih cara penyelesaian masalah atau hambatan yang

dihadapi oleh remaja.

(25)

memahami adanya perubahan itu karena guru beranggapan bahwa bila masalah tersebut dibiarkan maka khawatir akan terus berkembang menjadi masalah yang lebih kompleks di kemudian hari.

Oleh karenanya intervensi bantuan sejak dini merupakan langkah yang perlu dilakukan guru. Memilih cara penyelesaian masalah yang dihadapi anak remaja merupakan salah satu kemampuan yang perlu dikuasai guru. Cara penyelesaian mana yang harus dipilih guru dan bagaimana langkah-langkah yang harus ditempuhnya sangat tergantung dari kemampuan guru itu sendiri.

4. Guru mampu menciptakan lingkungan yang kondusif bagi tumbuh kembang anak remaja.

Penciptaan lingkungan yang kondusif bagi anak merupakan salah satu aspek penting yang harus diperhatikan dan dilakukan guru selaku pembimbing anak remaja, karena anak sangat mudah dipengaruhi oleh lingkungannya.

Guru harus mampu menciptakan lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan anak sehingga anak dapat mengurangi masalah yang dihadapinya dan dapat berkembang secara wajar sebagai seorang anak remaja.

(26)

masalah anak bisa bersumber dari lingkungan terutama orang tuanya. Guru di sekolah merupakan orang tua kedua, tapi guru memiliki keterbatasan waktu sehingga guru tidak dapat secara utuh berperan sebagai orang tua. Masalah yang dihadapi anak perlu penyelesaian kerjasama antara guru dan orang tua. Kemampuan guru berinteraksi dan bekerjasama dengan orang tua merupakan salah satu kemampuan lain yang perlu dikuasai guru pembimbing. Dengan adanya kerjasama yang baik antara guru dan orang tua maka anak dapat guru dan orang tua maka anak dapat dibimbing ke arah perkembangan yang lebih baik.

6. Guru mampu menjalin kerjasama dengan komunitas lain dalam lingkungan remaja, seperti dengan dokter atau psikolog dan dengan masyarakat sekitar remaja.

(27)

Masyarakat sekitar anak juga perlu menjadi perhatian guru karena anak berinteraksi juga dengan masyakarat sekitarnya. Guru perlu memiliki kemampuan untuk dapat menjalin kerjasama dengan masyarakat sekitar anak agar anak memiliki lingkungan yang baik untuk proses tumbuh kembang remaja.

2.2. Keinginan Siswa Tentang Ciri-Ciri Kepribadian Guru Pembimbing Setiap siswa tentu memiliki keinginan yang berbeda-beda mengenai ciri kepribadian yang dimiliki oleh guru pembimbing dalam tugasnya mem-beri layanan bimbingan di sekolah. Perbedaan keinginan orang lain muncul ketika siswa berhadapan dengan guru pembimbing.

Belkin (Pujosuwarno, 1992) berpendapat bahwa ciri kepribadian guru pembimbing sangat menentukan berhasil atau tidaknya proses konseling, disamping pengetahuan dan keterampilan–keterampilan profesional. Ciri kepribadian seperti apa yang dimaksud? Masih menurut Belkin (Pujosuwarno, 1992) ada sembilan karakteristik atau ciri kepribadian yang diharapkan dimiliki oleh guru pembimbing (dalam hal ini ciri kepribadian yang diharapkan siswa agar dimiliki oleh guru pembimbing). Kesembilan ciri tersebut yaitu:

(28)

sebenarnya.

4. Hangat, yaitu adanya resonansi psikologis yang dapat memberi keputusan pada kedua belah pihak,

5. Empati, berarti turut merasakan apa yang dihayati oleh konseli dan memahami diri konseli.

6. Jelas, maksudnya dalam konseling, guru pembimbing sebaiknya menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti oleh konseli.

7. Polos, artinya tanpa prasangka atau memberikan “cap” pada konseli.

8. Hormat, berarti memberi penghargaan paada konseli, memberi kebebasan pada konseli untuk tumbuh berkembang mengembangkan potensinya.

9. Positive regard, artinya penghargaan terhadap konseli secara positif. Guru pembimbing yakin bahwa konseli mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan masalahnya sendiri.

Pada kenyataannya para siswa di sekolah memiliki pengalaman yang berbeda antara satu dengan yang lainnya dalam bimbingan. Hal ini terjadi karena selain memiliki keinginan yang berbeda, juga karena kuantitas dan kualitas pertemuan siswa dengan guru pembimbing yang berbeda pula sehingga dapat mempengaruhi penilaian siswa terhadap kepribadian guru pembimbing. Oleh karena itu muncul beberapa konsep negatif tentang ciri-ciri kepribadian guru pembimbing dan layanan bimbingan di sekolah. Hal ini diungkapkan oleh Mapiare (1984) sebagai berikut:

1. Bimbingan merupakan bantuan kepada siswa yang salah suai. Akibatnya bimbingan cenderung hanya bersifat penyembuhan saja dan mengabaikan sifat pencegahan dan pengembangan. 2. Bimbingan sama dengan pemberian nasehat. Pemberian nasehat

berasal dari satu pihak saja, pelaksanaannya didominasi pemberi nasehat dan terdapat unsur penghargaan langsung yang cenderung paksaan. Dalam bimbingan ada teknik pemberian nasehat tetapi porsinya sangat kecil.

(29)

5. Pembimbing dianggap sebagai pengawas karena pembimbing diberi beban untuk mendisiplinkan siswa. Jika langkah ini dilakukan oleh guru pembimbing maka akan mengurangi keakraban siswa dengan guru pembimbing dan mengaburkan peran pembimbing di hadapan siswa.

6. Pembimbing menuntut kepatuhan pihak yang dibimbing.

7. Pembimbing di-cap sebagai orang yang suka marah karena tak jarang dalam memberikan bimbingan selalu marah-marah terhadap siswa.

8. Pembimbing di pandang sebagai usaha penyembuhan penyakit jiwa.

2.3. Standar Kompetensi Guru 2.3.1 Pengertian Kompetensi

Menurut UU No. 14/2005 (UUGD) mengatakan bahwa Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan”. Kompetensi guru dapat dimaknai

sebagai kebulatan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang berwujud tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran

(30)

psychomotor behaviors”. Dalam hal ini, kompetensi diartikan sebagai

pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya.

Sejalan dengan itu Finch & Crunkilton (1979), sebagaimana dikutip oleh Mulyasa (2003) mengartikan kompetensi sebagai penguasaan terhadap suatu tugas, keterampilan, sikap, dan apresiasi yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan. Robbins (2001) mengemukakan “A competency is composed of skill, knowledge, and attitude, but in particular

the consistent applications of those skill, knowledge, and attitude to the

standard of performance required in employment”. Dengan kata lain

kompetensi tidak hanya mengandung pengetahuan, keterampilan dan sikap, namun yang penting adalah penerapan dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan tersebut dalam pekerjaan.

(31)

Spencer (1993) mengatakan “Competency is underlying characteristic of an individual that is causally related to criterion-reference effective

and/or superior performance in a job or situation”. Jadi kompetensi

adalah karakteristik dasar seseorang yang berkaitan dengan kinerja berkriteria efektif dan atau unggul dalam suatu pekerjaan dan situasi tertentu.

2.3.2 Dimensi – Dimensi Kompetensi Guru

Menurut Undang-undang No.14 tahun 2005 tentang Guru Dan Dosen pasal 10 ayat (1) kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.

a. Kompetensi Pedagogik

Dalam Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dikemukakan kompetensi pedagogik adalah “kemampuan mengelola

pembelajaran peserta didik”. Depdiknas (2004) menyebut kompetensi ini dengan “kompetensi pengelolaan pembelajaran. Kompetensi ini

(32)

kepribadian adalah “kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak

mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik”. Surya (2003) menyebut kompetensi kepribadian ini sebagai kompetensi personal, yaitu kemampuan pribadi seorang guru yang diperlukan agar dapat menjadi guru yang baik. Arikunto (1993) mengemukakan kompetensi personal mengharuskan guru memiliki kepribadian yang mantap sehingga menjadi sumber inspirasi bagi subyek didik, dan patut diteladani oleh siswa.

c. Kompetensi Sosial

Guru yang efektif adalah guru yang mampu membawa siswanya dengan berhasil mencapai tujuan pengajaran. Mengajar di depan kelas merupakan perwujudan interaksi dalam proses komunikasi. Menurut Undang-undang Guru dan Dosen kompetensi sosial adalah “kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif

(33)

untuk mendidik, membimbing masyarakat dalam menghadapi kehidupan di masa yang akan datang.

d. Kompetensi Profesional

Menurut Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, kompetensi profesional adalah “kemampuan penguasaan materi

pelajaran secara luas dan mendalam”. Surya (2003) mengemukakan

kompetensi profesional adalah berbagai kemampuan yang diperlukan agar dapat mewujudkan dirinya sebagai guru profesional. Kompetensi profesional meliputi kepakaran atau keahlian dalam bidangnya yaitu penguasaan bahan yang harus diajarkannya beserta metodenya, rasa tanggung jawab akan tugasnya dan rasa kebersamaan dengan sejawat guru lainnya.

Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi guru pembimbing perlu memiliki ciri-ciri kepribadian tertentu yang mendukung tercapainya tujuan layanan bimbingan. Dalam penelitian ini ciri-ciri tersebut disimpulkan dalam tiga aspek, yaitu:

1. Aspek personal, merupakan sifat-sifat pribadi yang ada dalam diri seorang guru pembimbing. Aspek personal terdiri dari:

(34)

b. Kepribadian yang dewasa. Artinya, guru pembimbing mampu bersikap tegas terhadap siswa, bijaksana, tidak mudah terbawa emosi, mampu menjadi pendengar yang baik dan simpatik.

c. Bersikap objektif dan fleksibel. Artinya, guru pembimbing mampu memiliki pemahaman terhadap orang lain secara objektif atau tidak dipengaruhi oleh pandangan atau pendapat pribadi dan mampu bersikap fleksibel atau mudah menyesuaikan diri dengan siswa. 2. Aspek sosial, yaitu yang berkenaan dengan interaksi antara guru

pem-bimbing dengan orang lain. Aspek ini terdiri dari:

a. Kemampuan berempati. Artinya, guru pembimbing mampu meng-hargai berbagai macam perasan siswa tanpa harus larut di dalamnya dan memiliki tanggungjawab moral untuk membantu siswa.

b. Kemampuan menjalin relasi. Artinya, guru pembimbing mampu membangun hubungan sosial yang tulus, akrab, hangat dan mampu menyesuaikan diri dengan perilaku siswa serta mampu bersikap sebagai teman sekaligus pemimpin bagi siswa.

(35)

3. Aspek profesional, artinya seorang guru pembimbing memerlukan kepandaian khusus agar dapat menjalankan tugasnya. Aspek ini terdiri dari:

a. Kemampuan menghargai pribadi. Artinya, guru pembimbing mampu menghargai siswa sebagai individu yang bebas, mampu menjaga dan menyimpan rahasia siswa serta bersikap rendah hati terutama dalam memberi layanan bimbingan.

b. Memiliki wawasan yang luas. Artinya, guru pembimbing memiliki perkembangan intelektual yang baik, mampu berpikir logis, kritis, memahami berbagai macam pandangan siswa dan mampu memberi alternatif yang perlu dipertimbangkan oleh siswa.

c. Bebas dari kecenderungan menguasai siswa. Artinya, guru pembimbing tidak memaksa siswa ke cara berpikir atau bertindak tertentu dan tidak bersikap selalu ingin tahu terhadap permasalahan siswa.

(36)

dalam kenyataannya keinginan siswa terhadap ciri-ciri kepribadian yang hendaknya dimiliki guru pembimbing tidak terpenuhi, sehingga memungkinkan siswa mempunyai penilaian keliru mengenai layanan bimbingan.

2.4. Hakekat Siswa SMA Sebagai Remaja dan Karakteristiknya 2.4.1. Pengertian Masa Remaja

Siswa kelas X SMA Negeri 2 Salatiga berada pada rentang usia antara 15 tahun sampai dengan 17 tahun. Menurut Keropka (Yusuf, 2002) masa remaja dibagi dalam 3 masa yaitu: Masa Remaja Awal usia 12 tahun - 15 tahun; Masa Remaja Madya usia 15 tahun – 18 tahun; Masa Remaja Akhir usia 19 – 22 tahun. Berdasar pendapat tersebut, siswa kelas X SMA Negeri 2 Salatiga termasuk dalam Remaja Madya/Tengah.

(37)

sehingga tiap tahap perkembangan pada manusia mempunyai karakteristik tersendiri. Begitu juga pada masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan dengan periode sebelum dan sesudahnya. Hurlock (1992) menjelaskan ciri-ciri masa remaja sebagai berikut:

a. Masa remaja merupakan periode yang sangat penting: Masa remaja me-rupakan periode yang sangat penting karena mempunyai akibat yang langsung dan jangka panjang terhadap sikap dan perilaku remaja. Pada masa remaja, terjadi perkembangan fisik dan mental yang cepat hingga perlu penyesuaian mental dan pembentukan sikap, nilai serta minat baru.

(38)

berlangsung pesat. Ada empat perubahan yang umumnya terjadi, yaitu: 1) Meningginya emosi yang intensitasnya bergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologis yang terjadi. 2) Perubahan tubuh dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial sehingga menimbulkan masalah baru. 3) Berubahnya minat dan pola perilaku sehingga nilai-nilai menjadi berubah. 4) Bersikap ambivalen terhadap setiap perubahan. Remaja menuntut kebebasan tetapi takut bertanggung jawab akibatnya.

d. Masa remaja sebagai usia bermasalah: Masalah masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh remaja laki-laki maupun perempuan. Hal ini disebabkan karena sepanjang masa kanak-kanak, masalah anak-anak sebagian diselesaikan oleh orang tua dan guru, sehingga kebanyakan remaja tidak berpengalaman mengatasi masalahnya. Penyebab lainnya adalah karena para remaja merasa diri mandiri, sehingga ingin mengatasi masalah sendiri, menolak bantuan orang tua dan guru.

(39)

bentuk mobil, pakaian dan pemilikan barang-barang lain yang mudah terlihat.

f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan: Masa remaja disebut sebagai usia yang menakutkan karena adanya anggapan negatif mengenai remaja, yaitu remaja tidak rapi, tidak dapat dipercaya dan cenderung merusak serta berperilaku mengganggu.

g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik: Masa remaja disebut sebagai masa yang tidak realistik karena remaja memandang diri dan orang lain menurut keinginannya dan bukan sebagaimana adanya. h. Masa remaja sebagai masa ambang masa dewasa: Masa remaja

meru-pakan ambang masa dewasa, hal ini ditandai dengan cara berpakaian, bertindak dan berperilaku seperti orang dewasa pada umumnya.

2.4.3. Tugas-Tugas Perkembangan Remaja

Tugas perkembangan remaja merupakan tantangan yang berupa aneka tugas yang dihadapi remaja dalam hidupnya (Winkel, 2006). Menurut Havighurst (Hurlock, 1992) tugas perkembangan remaja terdiri dari:

(40)

2. Mencapai peran-peran kepriaan/masculine dan kewanitaan/feminine: Remaja mempelajari dan menerima perannya sebagai pria dan wanita sesuai dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat.

3. Mencapai kematangan fisik dan mendaya-gunakan tubuhnya secara efektif: Remaja perlu belajar menerima dan menghargai perubahan yang terjadi pada dirinya, khususnya perubahan fisik. Terjadinya perubahan fisik pada remaja menjadikan remaja mampu memelihara dan merawat dirinya sendiri dengan perasaan puas.

4. Membentuk dan mencapai hasrat berperilaku yang secara sosial dapat dipertanggungjawabkan: Remaja ikut serta dalam kegiatan sosial sebagai orang dewasa yang bertanggung jawab sehingga menghormati atau mentaati nilai-nilai atau norma-norma sosial yang berlaku di masyarakat.

(41)

mengharapkan kebebasan dalam memilih karier yang diinginkannya. 7. Menyiapkan diri memasuki kehidupan pernikahan dan

berumah-tangga: Remaja diharapkan sudah memiliki konsep tentang keluarga yang bertanggung jawab, menyusun dan merencanakan masa depan, memiliki pengetahuan sebagai pria atau wanita dalam membina rumah tangga dan memelihara alat reproduksinya.

8. Mengembangkan ideologi melalui memperoleh perangkat tata-anutan nilai dan sistem etika pemandu perilakunya: Remaja diharapkan mengetahui dan mengembangkan pengetahuan tentang nilai–nilai yang berlaku sebagai pedoman yang dapat dijadikan falsafah/ideologi dalam hidupnya.

(42)

Di sekolah orang yang paling tepat mendampingi siswa dalam menjalankan tugas perkembangannya adalah guru pembimbing. Agar dapat membimbing siswa dengan baik, seorang guru pembimbing sebaiknya memiliki ciri–ciri kepribadian yang diinginkan oleh para siswanya.

2.5. Sekilas Hasil Penelitian Yang Berhubungan

1.Srimastuti (2001) dalam penelitiannya tentang karakteristik guru BP, diperoleh kesimpulan : (91,25%) siswa menginginkan guru BP sebagai sahabat dan 92% siswa menginnginkan guru BP sebagai orang tua. 2.Handoko S (2003) Dalam penelitiannya tentang karakteristik guru

pembimbing yang dinginkan siswa diperoleh kesimpulan dengan nilai tertinggi bahwa guru pembimbing yang diinginkan siswa yakni: sabar, penuh kasih sayang, penuh perhatian, ramah, toleran, empati, hangat, menerima siswa apa adanya, adil, memahami perasaan siswa, pemaaf, menghargai kebebasan, akrab.

(43)

a. Penerapan model bimbingan komprehensif memberikan atribusi dan kontribusi terhadap siswa dan pelaksanaan program bimbingan dan konseling di SMA I Cisarua. Ada topik-topik tertentu dari layanan dasar bimbingan yang relevan dengan materi pelajaran Agama, Sosiologi, dan PMP-KN sehingga guru mata pelajaran yang bersangkutan dapat dilibatkan dalam pelaksanaan layanan dasar bimbingan di kelas dan menjadikan materi layanan dasar bimbingan sebagai bagian terpadu dalam mata pelajaran yang diajarkannya. b. Penerapan model bimbingan komprehensif, memberi dampak positif

(44)

semakin efektif, penghargaan siswa terhadap guru maupun terhadap teman meningkat, dilihat dan dirasakan guru pada waktu mengajar di kelas, ketika siswa mengerjakan tugas yang diberikan, dan ketika siswa mengikuti ujian.

5.Suherman (2005) melaporkan hasil penelitian tentang Persepsi Dan Eks-pektasi Siswa Tentang Unjuk Kerja Guru Pembimbing Dalam Mengembangkan Hubungan Yang Bersifat Membantu, Studi Deskriptif Pengembangan Program Peningkatan Unjuk Kerja Profesional Guru Pembimbing di SMA Lembang Bandung sebagai berikut:

a. Unjuk kerja guru pembimbing dalam mengembangkan hubungan yang bersifat membantu ditandai adanya: (1) perilaku empatik, (2) penerimaan dan penghargaan, (3) kehangatan dan perhatian, (4) keterbukaan dan ketulusan, serta (5) kekonkretan dan kekhususan ekspresi.

b. Terdapat kesenjangan antara persepsi dan ekspektasi siswa tentang unjuk kerja guru pembimbing dalam mengembangkan hubungan yang bersifat membantu.

(45)

d. Unjuk kerja guru pembimbing yang dipersepsi siswa kurang membantu dalam mengembangkan diri dan memecahkan masalah yang dihadapinya terutama pada aspek dan sub aspek:

a)Perilaku empatik, yaitu: (1) meninjau permasalahan dari sudut pandang siswa, (2) menafsirkan ungkapan siswa secara tepat. b)Kehangatan dan perhatian, yaitu: (1) memperlakukan siswa secara

bersahabat, (2) membantu melancarkan ungkapan siswa, (3) memelihara perhatian penuh pada siswa, (4) mengungkapkan kembali pernyataan siswa secara tepat.

c)Kekonkritan dan kekhususan ekspresi, yaitu: (1) mengemukakan ungkapan yang mudah dipahami siswa, dan (2) memperjelas pernyataan siswa. Kesembilan sub aspek tersebut dijadikan bahan pertimbangan utama dalam perkembangan program hipotetik pelatihan peningkatan unjuk kerja guru pembimbing dalam mengembangkan hubungan yang bersifat membantu.

6.Temuan lain menunjukan bahwa faktor masa kerja guru pembimbing dan akumulasi konsultasi siswa-guru pembimbing cenderung mempengaruhi persepsi dan ekspektasi siswa tentang unjuk kerja guru pembimbing dalam mengembangkan hubungan yang bersifat membantu.

(46)

luar jam bimbingan, siswa senang berhubungan dengan guru pembimbing, siswa terbuka mengemukakan masalahnya, siswa percaya pada guru pembimbingnya sehingga kualitas pola interaksi guru pembimbing dengan siswa yang sedemikian terbukti mendorong siswa melakukan eksplorasi dan komitmen identitas sosial khususnya dalam pemilihan pendidikan lanjutan maupun mendorong siswa meningkatkan kemandirian dalam pengambilan keputusan.

Gambar

Tabel 2.1. KOMPETENSI INTI KONSELOR INDONESIA
Tabel 2.2. KOMPETENSI KONSELOR

Referensi

Dokumen terkait

Untuk jangka panjang dalam rangka mempersiapkan masa depan gereja, maka salah satu hal yang dikembangkan oleh Majelis GKI Palsigunung untuk pemberdayaan anggota

Penelitian yang dilakukan kesumawati (2008) pemahaman konsep merupakan bagian yang sangat penting dalam proses belajar matematika. Melihat uraian masalah di atas siswa

mempunyai peranan yang penting dalam perubahan kualitas pendidikan.. karena gurulah yang menjadi perantara langsung dari ilmu

“ Dalam meningkatkan mutu pendidikan yang baik sangat dipengaruhi pula oleh kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya sehingga kinerja guru menjadi tuntutan penting untuk

cepat, perencana dan pengatur jangka panjang yang baik, teliti terhadap detail, mementingkan penampilan baik dalam hal pakaian maupun presentasi, pengeja yang baik

Arsip memiliki peranan yang sangat penting dalam penyajian informasi bagi pimpinan sebagai dasar dalam membuat keputusan dan merumuskan kebijakan. Bentuk arsip sekarang

Masa balita merupakan periode penting dalam tumbuh kembang anak, karena masa balita adalah pertumbuhan dasar yang akan memengaruhi dan menentukan perkembangan anak

Remaja mulai merokok dikatakan oleh Erikson (dalam Komalasari; 2002) berkaitan dengan adanya krisis aspek psikososial yang dialami pada masa perkembangannya yaitu masa ketika