• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARYA TULIS ILMIAH PENERAPAN PENDIDIKAN EMOSI SEJAK DINI PADA ANAK DALAM MEMBENTUK KARAKTER POSITIF DISUSUN GUNA MEMENUHI TUGAS AKHIR SEMESTER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KARYA TULIS ILMIAH PENERAPAN PENDIDIKAN EMOSI SEJAK DINI PADA ANAK DALAM MEMBENTUK KARAKTER POSITIF DISUSUN GUNA MEMENUHI TUGAS AKHIR SEMESTER"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

KARYA TULIS ILMIAH

PENERAPAN PENDIDIKAN EMOSI SEJAK DINI PADA ANAK DALAM MEMBENTUK KARAKTER POSITIF

DISUSUN GUNA MEMENUHI TUGAS AKHIR SEMESTER MATA KULIAH BAHASA INDONESIA

DOSEN PENGAMPU : ALFU NIKMAH, M. Pd

DISUSUN OLEH :

NAMA : ADELINA MAHARANI NIM : 1440110115

KELAS : BKI C

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING ISLAM JURUSAN DAKWAH DAN KOMUNIKASI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS

(2)

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah mata kuliah Bahasa Indonesia ini yang berjudul “Penerapan Pendidikan Emosi Sejak Dini Pada Anak Dalam Membentuk Karakter Positif” dengan baik.

Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan mampu menambah wawasan pembaca mengenai pentingnya pendidikan emosi sejak dini pada anak dalam rangka membentuk karakter yang positif dan juga berbagai metode penerapannya. Saya menyadari sepenuhnya bahwa di dalam karya tulis ilmiah ini terdapat kekurangan dan belum sempurna. Oleh sebab itu saya berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan karya tulis ilmiah yang telah saya buat di masa yang akan datang. Semoga pembaca berkenan memberikan saran yang membangun.

Akhir kata, saya ucapkan terima kasih kepada para pembaca yang sudah berkenan

membaca Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat khususnya bagi para orang tua yang sedang dalam tahap mendidik anaknya. Amin.

Kudus, Juni 2015

(3)

iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………i

KATA PENGANTAR………..ii DAFTAR ISI………iii BAB 1 PENDAHULUAN………1 1.1 Latar Belakang………1 1.2 Rumusan Masalah………1 1.3 Tujuan………..1

BAB 2 KAJIAN TEORI………...2

2.1 Pendidikan Emosi………2

2.2 Penerapan Pendidikan Emosi………...2

2.2.1 Orang Tua………2

2.2.2 Kunci Utama Pola Pendidikan Emosi………..3

2.2.3 Kunci Kematangan Emosional………....5

2.2.4 Pelajaran Emosi Dalam Prestasi………...5

2.3 Pentingnya Pendidikan Emosi………...6

BAB 3 PENUTUP………..7

3.1 Kesimpulan………...7

3.2 Saran……….…7 DAFTAR PUSTAKA

(4)

iv BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Masalah yang paling umum dihadapi anak adalah bagaimana mengekspresikan emosi dengan cara yang dapat diterima orang lain. Emosi adalah bentuk perasaan yang memiliki peranan khusus dalam perkembangan anak menuju jati dirinya sebagai manusia dewasa yang bahagia dan berhasil. Berkembangnya emosi anak kea rah yang positif sangat tergantung pada cara orang tua menyikapi perasaana anak. Anak-anak yang disebut dengan „cerdas secara emosi‟ akan lebih mudah mengatasi permasalahan hidup dan meraih keberhasilan dibandingkan mereka yang tidak dapat mengelola emosinya dengan baik dan tepat.

Pendidikan emosi sejak dini akan membantu anak untuk lebih mengenal diri sendiri dan perasaannya, mampu mengungkapkan perasaan pada oranag lain serta dapat

mempelajari cara orang lain bereaksi terhadap perasaannya tersebut. Pada akhirnya, diharapkan anak mampu menggunakan perubahan emosinya untuk mengarahkan diri ke hal-hal yang positif dan membangun. Orang tua adalah pengajar utama dalam pendidikan emosi. Mereka berperan penting dalam membentuk karakter anak. Oleh karena itu, penerapan pendidikan emosi harus dilakukan secara benar mengingat manfaat pendidikan emosi dalam pembentukan karakter anak.

1.2. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan pendidikan emosi?

2. bagaimana cara menerapkan pendidikan emosi pada anak?

3. mengapa penerapan pendidikan emosi pada anak dapat membentuk karakter positif?

1.3 TUJUAN

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pendidikan emosi.

2. Untuk menjelaskan metode-metode yang digunakan dalam menerapkan pendidikan emosi. 3. Untuk mengetahui pentingnya pendidikan emosi dalam membentuk karakter positif anak.

(5)

v BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pendidikan Emosi

Menurut Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hadjar Dewantara, pengertian

pendidikan yaitu tuntutan dalam hidup tumbuhnya anak-anak yang bermaksud menuntun segala kekuatan kodrati pada anak-anak itu supaya mereka sebagai manusia dan anggota masyarakat mampu menggapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya. Sedangkan menurut Daniel Goleman (2002 : 411) emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak.

Pendidikan emosi adalah pendidikan untuk membentuk kecerdasan emosional yang bertujuan untuk mengendalikan berbagai macam bentuk emosi yang ada pada diri manusia. Dengan pendidikan emosi, manusia diharapkan lebih pandai menempatkan diri, berpikir untuk mengatasi perasaan yang muncul tiba-tiba sehingga terhindar dari perilaku negatif karena luapan emosi yang tak terkendali. Penerapan pendidikan emosi sejak dini pada anak sangat diperlukan untuk membentuk karakter anak. Ketika seorang anak memiliki kecerdasan emosional yang baik, maka pribadinya cenderung positif. Karena anak tersebut mampu menyeimbangkan dan

mengendalikan segala macam emosi yang ada pada dirinya.

Pada dasarnya setiap orang tua menginginkan masa depan yang terbaik untuk anaknya. Oleh karena itu, orang tua sangat berperan dan bertanggung jawab untuk mendidik anak-anaknya dengan baik. Orang tua memegang peranan penting untuk menciptakan lingkungan yang dapat merangsang segenap potensi anak agar dapat berkembang secara optimal. Beberapa ahli mengatakan bahwa generasi sekarang cenderung mulai banyak yang mengalami kesulitan emosional, contohnya mudah merasa kesepian, sering ketakutan tanpa sebab dan lebih mudah murung. Hal-hal semacam itu bisa diantisipasi dengan menerapkan pendidikan emosi.

2.2 Penerapan Pendidikan Emosi 2.2.1 Orang Tua

Menerapkan pendidikan emosi harus dilakukan secara benar agar hasil yang didapat pun bisa maksimal. Orang tua adalah kunci utama dalam menerapkan pendidikan emosi. Banyak anak mengalami perkembangan emosional yang lamban karena salah satu dari orang tua mereka belum matang secara emosional. Sebagai contoh ketika anak mengamuk karena permintaannya tidak dituruti, sang ayah bereaksi dengan ikut

(6)

vi

mengamuk juga. Lalu permasalahan tersebut akan memuncak dan menjadi amarah yang semakin besar. Reaksi ini bukan saja tidak memecahkan masalah, tapi juga mengajari sang anak bahwa kemarahan yang tidak matang secara emosional juga merupakan cara orang dewasa menghadapi konflik.

Anak anda bisa belajar kebiasaan emosionalnya dari anda dengan mengamati cara anda bereaksi dalam situasi emosional. Kebiasaan emosional yang anda miliki sangat memungkinkan akan terjadi pula pada anak anda. Jadi sebagai orang tua sangat diperlukan pengendalian emosional matang terlebih dahulu, setelah itu ajarkan

pendidikan emosi yang tepat kepada anak. Orang tua sebagai pemegang kendali emosi anak harus mampu mengajarkan kepada anak bagaimana cara mengatasi emosinya.

2.2.2 Kunci Utama Pola Pendidikan Emosi

Menurut Psikolog Anak, Seto Mulyadi, dalam bukunya “Membantu Anak Balita Mengelola Ketakutan” ada 5 kunci utama dalam menerapkan pendidikan emosi, yaitu :

1. Tidak ada perasaan bersalah

Sangatlah penting untuk membantu anak memahami bahwa tidak ada perasaan yang salah. Perasaan atau emosi adalah bentuk reaksi kimiawi yang diberikan oleh tubuh terhadap suatu stimulant. Emosi sama halnya dengan reaksi tubuh umumnya, sepeti rasa lapar, haus, dan kenyang. Reaksi tersebut wajar dirasakan, yang membedakan adalah bagaimana cara menghadapinya.

Reaksi di dalam tubuh terjadi dalam beberapa detik saja. Sulit bagi kita untuk menahan tubuh agar tidak bereaksi tertentu, apalagi bagi anak-anak. Contohnya bila anak merasa takut, tubuhnya secara otomatis akan memproduksi adrenalin sehingga ia berada dalam kondisi tegang, berkeringat, sakit perut, atau bahkan merinding. Itu adalah hal wajar karena orang dewasa pun sering

mengalaminya. Kesadaran bahwa dirinya tengah merasa takut adalah fonasi awal bagi seorang anak untuk mengatasinya. Disini peran orang tua dibutuhkan untuk memotivasi anak agar berani menghadapi serta menguasai ketakutannya, dan bukan menyembunyikan atau justru membiarkan ketakutannya menang. 2. Perasaan harus diungkapkan dengan bijak.

Karena perasaan berkaitan dengan reaksi kimiawi yang terjadi didalam otak, maka munculnya pun tak bisa disalahkan. Namun demikian, perbedaan sikap ketikan menunjukkan perasaan akan menghasilkan dampak yang berbeda.

(7)

vii

Kemammpuan anak untuk mengungkapkan perasaannya akan tergantung pula pada lingkungan keluarga tau lingkungan social budaya tempat ia dibesarkan. Dalam keluarga yang biasa membahas dan mengungkapkan perasaan secara terbuka anak akan lebih mudah mengembangkan kata dan mengungkapkan perasaannya. Ysng psling prnting disini adalah orang tua selalu mengerti perasaan anak dengan mengamati perilaku anak. Orang tua harus bisa mengetahui perasaan anak agar bisa mengarahkan anak ke kondisi positif ketika ia merasakan emosi. 3. Harapan kita harus sesuai dengan kemampuan anak.

Anak itu tetaplah anak. Ia memiliki daya nalar dan kacamata berpikir yang masih hijau. Menuntut anak untuk menjadi “orang dewasa mini” hanya akan mengecawakan, bahkan akan berdampak buruk untuknya. Orang tua harus mengharapkan anak berperilaku baik sesuai usianya. Bukan untuk bisa berpikir dewasa seperti kehendak orang tua mereka.

4. Sikap yang konsekuen.

Pola pendidikan yang konsekuen dapat membantu orang tua untuk

menanamkan nilai-nilai dan membiasakan disiplin diri pada anak. Sejumlah orang tua menyebutnya sebagai „peraturan di dalam rumah‟. Dengan demikian anak akan mengetahui hal-hal apa saja yang disetujui atau tidak disetujui oleh orang tuanya. Namun, perlu diketahui bahwa sikap konsekuen tidak sama dengan konsisten. kita sebaiknya justru menghindri penerapan peraturan yang kaku dan tidak bisa ditawar-tawar lagi. Ingatlah bahwa manusia bukan hdup untuk peraturan, melainkan peraturanlah yang dibuat untuk memudahkan hidup manusia.

5. Menjadi contoh

Anak-anak adalah imitator kecil orang tuanya. Apa yang mereka katakan, lakukan, dan yakini biasanya tidak jauh dari apa yang dikatakan, dilakukan dan diyakini orang tuanya. Bagi buah hati, orang tua dalah idola atau pahlawan yang menjadi panutan dalam hidup mereka. Maka orang tua harus bisa menjadi dan memberikan contoh yang baik bagi anak. Agar anak tersebut pun dapat

berkembang dengan baik pula.

Kematangan emosional orang tua juga menjadi factor yang penting dalam memberi pendidikan emosi. Contoh yang bisa dilakukan orang tua adalah, ketika menghadapi ketakutan ajarkan anak untuk menghadapinya. Ketika anak merasa marah, ajarkan dia untuk meredam kemarahannya dengan cara yang positif, bukan malah ikut memarahinya.

(8)

viii 2.2.3 Kunci Kematangan emosional

1. Keyakinan.

Rasa mengendalikan dan menguasai tubuh, perilaku dan dunia sendiri. Rasa seorang anak bahwa ia lebih berpeluang untuk berhasil dalam usahanya dan orang dewasa akan membantunya.

2. Keingintahuan.

Rasa bahwa mencari tahu tentang berbagai hal adalah sesuatu yang positif dan membawa kesenangan.

3. Kesengajaan.

Keinginan dan kemampuan untuk menimbulkan dampak dan untuk menindaklanjutinya dengan kegigihan. Ini berkaitan dengan rasa kemampuan dan menjadi efektif.

4. Pengendalian diri.

Kemampuan untuk mengatur dan mengendalikan perbuatan sendiri dengan cara yang sesuai usia.

5. Keterkaitan.

Kemampuan untuk terlibat dengan orang lain berdasarkan rasa mengerti dan dimengerti oleh orang lain.

6. Kemampuan untuk berkomunikasi.

Keinginan dan kemampuan untuk secara verbal bertukar gagasan,

perasaan dan konsep dengan orang lain. Ini berkaitan dengan rasa percaya kepada orang lain, termasuk orang dewasa.

7. Sikap bekerja sama.

Kemampuan menyeimbangkan kebutuhan sendiri dan orang lain dalam sebuah kegiatan kelompok.

2.2.4 Pelajaran Emosi Dalam Prestasi

Dalam buku karya Jun Taylor, sedikitnya ada 7 pelajaran emosi yang harus orang tua berikan kepada anak.

(9)

ix 1. Belajar menghadapi kegagalan. 2. Mengembangkan rasa komitmen. 3. Menanggulangi rasa takut. 4. Menanggulangi rasa frustasi. 5. Menanggulangi rasa malu. 6. Menanggulangi persaingan. 7. Menanggulangi penyesuaian.

2.3 Pentingnya Pendidikan Emosi

Pendidikan emosi harus orang tua ajarkan kepada anak untuk bekalnya menuju

kedewasaan. Dengan hal tersebut, anak mempunyai fondasi kuat ketika menghadapi masalah. Anak bisa mengendalikan emosinya dan berpikir matang langkah apa yang akan ia lakukan. Keberhasilan penerapan pendidikan emosi akan berpengaruh pada karakter anak. Jika pengajaran emosi yang dilakukan orang tua berhasil, maka anak tersebut akan berkarakter positif seperti yang diinginkan orang tua.

Apa yang anak dapat ketika ia kecil, maka itulah yang membentuk karakternya ketika dewasa. Sebagai contoh, ketika kecil anak selalu mendapatkan apa yang dia mau. Maka sampai dewasa pun anak tersebut merasa bahwa ia juga harus mendapatkan semua yang ia mau. Anak tersebut menjadi seorang pribadi yang manja dan cenderung egois. Padahal tidak semua hal bisa didapatkan, apalagi dengan mudah. Berbeda halnya dengan anak yang waktu kecil diajarkan orang tuanya untuk mengendalikan emosi ketika tidak bisa memiliki seuatu. Ketika dewasa, ia sudah terbiasa untuk bekerja keras mendapatkan apa yang ia inginkan.

(10)

x

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan.

Pendidikan emosi adalah pendidikan untuk membentuk kecerdasan emosional yang bertujuan untuk mengendalikan berbagai macam bentuk emosi yang ada pada diri manusia. Dengan pendidikan emosi, manusia diharapkan lebih pandai menempatkan diri, berpikir untuk mengatasi perasaan yang muncul tiba-tiba sehingga terhindar dari perilaku negatif karena luapan emosi yang tak terkendali. Penerapan pendidikan emosi sejak dini pada anak sangat diperlukan untuk membentuk karakter anak. Ketika seorang anak memiliki kecerdasan emosional yang baik, maka pribadinya cenderung positif. Karena anak tersebut mampu menyeimbangkan dan mengendalikan segala macam emosi yang ada pada dirinya.

Orang tua adalah kunci utama dalam pendidikan emosi. Kematangan emosional orang tua juga mempengaruhi pembentukan karakter anak.

3.2 Saran

Penerapan pendidikan emosi diharapkan bisa menjadi salah satu cara membentuk moral anak bangsa dengan jiwa nasionalis. Oleh karena itu pendidikan emosi harus diajarkan dengan cara yang benar karena akan berpengaruh pada sikapnya di masa yang akan datang.

(11)

xi

DAFTAR PUSTAKA

Mulyadi, Seto. 2006. Membantu Anak Balita Mengelola Ketakutan. Jakarta : Penerbit Erlangga. Gunarsa, Singgih D. 2003. Dasar dan Teori Perkembangan Anak. Jakarta : PT. BPK Gunung Mulia

Taylor, Jun. 2004. Memberi Dorongan Positif Pada Anak Agar Berhasil Dalam Hidup. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Referensi

Dokumen terkait

Kelas situs gempa kota Surakarta akan ditentukan berdasarkan data bor dalam yang ada di wilayah Surakarta dari arsip Laboratorium Mekanika Tanah Universitas Sebelas

Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan dengan pemberian aerasi sepanjang waktu dan siphonisasi setiap hari merupakan perlakuan yang baik menjaga kualitas air untuk

Group Aluvial didaerah Kota Kotamobagu merupakan landform muda (Resen) yang terbentuk dari proses fluvial (Aktivitas Sungai).. Penyebaran landform alluvial umumnya disekitar

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hadisiswanto dkk (2013) pada studi “Analisa pengaruh bahan bakar bioethanol E-30 (Bensin 70% - Ethanol 30%), E-50

Selain itu akad ijarah muntahiyah bittamlik diharapakan dapat diterapkan dalam pemberian pembiayaan kepemilikan rumah agar nasabah dapat diberikan kemudahan dalam proses

Berdasarkan hasil uji hipotesis secara simultan yang diperoleh mengenai pengaruh kepemimpinan, lingkungan kerja dan kompensasi dapat disimpulkan berpengaruh secara

pemerintah daerah untuk mengelola keuangan daerahnya seharusnya bisa meningkatkan kinerja keuangan daerah yang bersangkutan (Ropa, Mega Oktavia (2016). Analisis

Disatu sisi pemakaian pompa dewasa ini terbatas pada merk standar dari pabrik saja, sehingga banyak yang mengabaikan daya tahan performanya dalam penggunaan